pemicu blok 12

Upload: priangka-padmanathan

Post on 30-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Diskusi kelompok

TRANSCRIPT

1.Pengertian.

Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan.Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu:1)Simple, bila hanya melibatkan kulit.2)Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :1)Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.2)Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.3)Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya.

2.Etiologi.Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:1)Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.2)Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.3)Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.4)Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya.

3.Patofisiologi.Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet( vulnus excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.

4.Tanda dan Gejala.Tanda-tanda umum adalah syok dan syndroma remuk ( cris syndroma ), dan tanda-tanda lokal adalah biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak sadar.Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-otot pada daerah yang luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut lower Nepron / Neprosis, tandanya urine berwarna merah, disuria hingga anuria dan ureum darah meningkat.

5.Pemeriksaan Diagnostik.Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit, pada pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel darah merah yang banyak dalam sedimen urine menunjukan adanya trauma pada saluran kencing, jika kadar amilase 100 unit dalam 100 mll, cairan intra abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali.

6.Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.1)Nyeri B. D adanya luka.Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri.Alihkan persepsi px terhadap rasa nyeri.Monitor TTV.Anjurkan tehnik relaksasi seperti menarik nafas dalam.2)Gangguan pola tidur B. D nyeri.Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri.Monitor TTV.Atur posisi px senyaman mungkin.3)Keterbatasan aktifitas B. D kelemahan otot.Monitor TTV.Bantu px untuk melakukan aktifitas.Anjurkan px untuk melakukan latihan ROM.Libatkan keluarga px dalam pemenuhan aktifitas.7.Daftar Pustaka.ISFI. 2000.ISO Indonesia.Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.Purnawati, et, all. 1992.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius FKUIRalami ahmad. 1977.Kamus Kedokteran.Jakarta: Djambatan.

DEFINISIKulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus.Vulnus/luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa akibat trauma, kimiawi, listrik radiasi.Vulnus/luka adalah suatu keadaaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.Vulnus/luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.Vulnus laseratum adalah luka robek akibat terkena mesin, kayu atau benda lainya yang menyebabkan robeknya jaringan dan ada juga yang menyebutnya vulnus laseratum adalah luka compang-camping/luka yang bentuknya tidak beraturan.ETIOLOGI- Trauma tajam yang menimbulkan luka terbuka- Trauma tumpul yang menyebabkan luka tertutup (vulnus occlusum) & luka terbuka (vulnus avertum)- Zat-zat kimia- Radiasi- Sengatan listrik- Ledakan perubahan suhuPATOFISIOLOGIVulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan oleh traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius. Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet( vulnus excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.proses yang terjadi secara alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :1.Fase inflamsi atau lagphase berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoini tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi Vasekontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.2.Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel masenkim. Serat serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru : membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.3.Fase remodeling fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berahir bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal.MANIFESTASI KLINISApabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh)a.Gejala Local- Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka.- Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung padaLokasi luka, jenis pembuluh darah yang rusak.- Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar- Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.b.Gejala umumGejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyuli/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.MACAM-MACAM LUKAMenurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :1) Clean wound/luka bersihClean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)2)Clean contaminated woundMerupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.3)Contaminated woundLuka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)4) Infected woundJenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada jaringan luka.Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu:1)Simple, bila hanya melibatkan kulit.2)Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :1)Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.2)Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.3)Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya.Adapun tipe penyebab luka adalah :1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk)Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).4.Vulnus Contussum (Luka Kontusio)Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius.5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.6.Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak)Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan)Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka tergantung dari bentuk gigi8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus)Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.10.Vulnus Combustion (Luka Bakar)Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.KOMPLIKASI LUKA1.Penyuli dini seperti : hematoma, seroma, infeksi2.Penyulit lanjut seperti : keloid dan parut hipertrifik dan kontrakturDampak terhadap sistem tubuh1.Kecepatan metabolismeJika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.3.Sistem respirasi.a.Penurunan kapasitas paruPada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.b.Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.c.Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.4.Sistem Kardiovaskulera.Peningkatan denyut nadiTerjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.b.Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.c.Orthostatik HipotensiPada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.5.Sistem Muskuloskeletala.Penurunan kekuatan ototDengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.b.Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.c.Kontraktur sendiKombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.d.OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.6.Sistem Pencernaana.AnoreksiaAkibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.b.KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.7.Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal dan tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.8.Sistem integumenTirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.DIAGNOSISPada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara teliti untuk memastikan apakah ada pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma apakah trauma tajam atau trauma tumpul, banyaknya kematian jaringan, besarnya kontaminasi dan berat jaringan luka.PENATALAKSANAANPertama dilakukan anstesi setempat atau umum, tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita, luka dan sekitar luka dibersihkan dengan antiseptic. Bahan yang dapat dipakai adalah larutan yodium frovidon 1% dan larutan klorheksin %, larutan yodium 3% atau alcohol 70% hanya digunakan untuk membersih kulit disekitar luka.Kemudian daerah disekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari kontaminasi secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan guntung atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan NaCl. Akhirnya dilakukan penjahitan dengan rapid an luka ditutup dengan bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya kasa yang mengandung vaselin ditambah dengan kasa penyerap dan dibalut dengan pembalut elastisPROSES PENYEMBUHAN LUKA1.Stadium Satu-Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.2.Stadium Dua-Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam.3.Stadium Tiga-Pembentukan Kallus: Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal.4.Stadium Empat-Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.5.Stadium Lima-Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

VULNUS LASERATUMVULNUS LASERATUM

A. Pengertian.Dari beberapa reverensi yang memuat tentang vulnus laseratum di antara reverensi yanhg penulis temukan adalah:1. Chada (1995) menyatakan Vulnus (luka) adalah satu keadaan dimana terputusnya kontinutas jaringan tubuh. (p.66).2. Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. (p.219).3. Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang. (http://one.indoskripsi.com)Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa vulnus laseratum adalaah luka robek yang tidak beraturan yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul sering diikuti alat dalam seperti patah tulang.

B. Penyebab.Chada 1995 menyatakan Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :1. Alat yang tumpul.2. Jatuh ke benda tajam dan keras.3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan. (p.73)

C. Anatomi dan Pathofisiologi.1. Kulit.Price 2005 menyatakan Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benang pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang saling bertautan. (p.1260).a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :1) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan bertanduk.2) Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses di ferensiasi .b. DermisDermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar. Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis. Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.c. Lemak SubkutanPrice (2005) menyatakan Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin. (p.1265)2. Jaringan OtotOtot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.3. Jaringan SarafMenurut Jungviera, LC (1998:p.157)Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:a. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.b. Unsur putih serabut saraf.c. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf.

D. Tipe Penyembuhan lukaMenurut Mansjoer (2000:p.397)Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir.

E. PathofisiologiMenurut Price (2006:p.36)Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.

Menurut Buyton & hal (1997:p.762)Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.

F. Pathway

Modifikasi : (Chada 1995, Carpenito 2000, Doenges 2000, Guiton & Hall 1997, Price 2005)G. Manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang1. Mansjoer (2000) menyatakan Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:a. Luka tidak teraturb. Jaringan rusakc. Bengkakd. Pendarahane. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambutf. Tampak lecet atau memer di setiap luka. (p.219)2. Pemeriksaan diagnostik vulnus laseratum adalaha. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus

H. Fokus PengkajianDoenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus laseratum di perlukan data-data sebagai berikut:1. Aktifitas atau istirahatGejala : merasa lemah, lelah.Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang gerak, perubahan aktifitas.2. SirkulasiGejala : perubahan tekanan darah atau normal.Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.3. Integritas egoGejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.4. EliminasiGejala : konstipasi, retensi urin.Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.5. NeurosensoriGejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah cidera , kemerah-merahan.6. Nyeri / kenyamananGejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa tidur.7. KulitGejala : nyeri, panas.Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.

I. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontuinitas jaringan.2. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.3. Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik.4. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.5. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.6. Resiko tinggi infeksi b/d perawatan luka tidak efektif.7. Resti kekurangan volume cairan b/d pendarahan.

J. Fokus intervensiFokus intervensi di dasarkan oleh diagnosa keperawatan yang muncul pada teori.1. Carpenito L (2000) menyatakan Gangguan rasa nyaman nyeri adalah bedaan dimana indifidu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. (p.42)Menurut Doenges (2000:p.915)Gangguan rasa nyaman nyeri muncul akibat jaringan kulit , jaringan otot, jaringan saraf terinfeksi oleh bakteri pathogen. Penggandaan zat-zat racunnya sehingga mengakibatkan perubahan neurologis yanng sangat besar.Tujuan : nyeri hilang / berkurang.KH : pasien melaporkan reduksi nyeri dan hilangnya nyeri setelah tindakan penghilang nyeri. Pasien rileks. Dapat istirahat / tidur dan ikut serta dalam aktifitas sesuai kemampuan.Intervensi : Kaji tanda tada vital. Lakukan ambulasi diri. Ajarkan teknik distraksi dann relaksasi misalnya nafas dalam. Berikan obat sesuai petunjuk.

2. Menurut Doenges (2000:p.234)Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur adalah gangguan jumlah kualitas tidur.Tujuan : gangguan istirahat tidur tetasiKH : Mengatakan peningkatan rasa segar, tidak pucat, tidak ada lingkar hitam pada mata. Melaporkan perbaikan dalam pola tidur.Intervensi : Kaji penyebab nyeri / gangguan tidur. Berikan posisi nyaman pada klien. Anjurkan minum hangat. Kolabirasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang.

3. Menurut Doenges, (2000:p.234)Gangguan eliminasi BAB / konstipasi b/d penurunan mobilitas usus aadalah suatu penurunan frekwensi defekasi yag normal pada seseorang, di sertai gangguan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering.Tujuan : tidak terjadi konstipasi.KH : pasien mempertahankan / menetapkan pola nominal fungsi usus. Konsistensi feses normal. Perut tidak kembung.Intervensi : Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus. Anjurkan untuk ambulasi sesuai kemampuan. Berikan obat laksatif pelembek feses bila di perlukan.4. Menurut Doenges (2000:p.930-931)Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan ototGangguan mobilitas fisik adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko keterbatasan gerak fisik tetapi bukan imobilisasi. (carpenito L J, 2000:43) Tujuan : mempertahankan mobilitas fisikKH : mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi atau bagian tubuh yang terkena. Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang di ajarkan. Kemungkinan melakukan aktifitas.Intervensi : Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal. Bantu dalam aktifitas perawatan diri. Pantau respon pasien terhadap aktivitas. (doenges, 2000: 930-931)

5. Menurut Willson J.M (2007:p.466)Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.Kerusakan integritas kulit adalah suatu kondisi individu yang mengalami perubahan dermis dan atau epidermis .Tujuan : tidak terjadi gangguan integritas kulit.KH : Bebas tanda tanda infeksi. Mencapai penyembuhan luka tepat waktuIntervensi : Kaji / catat ukuran, warna keadaan luka, perhatikan daerah sekitar luka. Ajarkan pemeliharaan luka secara aseptik. Observasi tanda-tanda infeksi.

6. Menurut Willson J.M (2007:p.261)Resiko infeksi sekunder b/d perawatan luka tidak efektif.Resiko infeksi adalah suatu kondisi yang beresiko mengalami peningkatan terserang organisme pathogenik.Tujuan : tidak terjadi infeksi lebih lanjut.KH : Tidak terdapat tanda tanda infeksi lebih lanjut dengan luka bersih tidak ada pus.Intervensi : Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan. Pantau ssuhu tubuh secara teratur. Berikan antibiotik secara teratur.

7. Menurut Doenges (2000 : p.913) bahwa :Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pendarahan.Tujuan : Volume cairan terpenuhiKH : Keseimbangan cairan yang adekuat ditandai dengan TTV yang stabil , turgor, kulit normal, membran rukosa lembab, pengeluaran urine yang sesuai.Intervensi : Kaji pengeluaran dan pemasukan cairan. Pantau tanda-tanda vital. Catat munculnya mual muntah. Berikan cairan parenteral sesuai indikasi. Pantau suhu kulit, palpasi, denyut perifer.Daftar Pustaka

Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan) Edisi 6. EGC: Jakarta.Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika: Jakarta.Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI: Jakarta.Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi (Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta

Tindakan AntisepsisDaerah yang disucihamakan harus lebih besar dari ukuran luka. Prinsip saat mensucihamakan kulit adalah mulai dari tengah dan bekerja ke arah luar dengan pengusapan secara spiral, di mana daerah yang telah dibersihkan tidak boleh diusap lagi menggunakan kasa yang telah digunakan tersebut. Larutan antiseptik yang dianjurkan adalahpovidone iodine10% atauklorheksidine glukonat0,5%.Pembersihan Lukao Irigasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing(debridement)sehingga akan mempercepat penyembuhan. Irigasi dilakukan dengan menggunakan cairan garam fisiologis atau air bersih. Lakukan secara sistematis dari lapisan superfisial ke lapisan yang lebih dalam.o Hilangkan semua benda asing daneksisisemua jaringan mati. Tepi yang compang-camping sebaiknya dibuang.o Berikan antiseptik.o Bila perlu tindakan ini dilakukan dengan pemberiananestesi lokal.Penjahitan LukaLuka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan/atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per secundam atau per tertiam.http://rememberverar.blogspot.com/2013/03/makalah-perawatan-luka.html