penafsiran hukum

8
Penafsiran Hukum PENAFSIRAN HUKUM A.pengetian penafsiran hukum Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-daalil yang tercantum dalam undang- undang sesuai dengan yang di kehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang. B.Macam-macam cara penafsiran hukum 1)Dalam pengertian subyektif dan obyektif. Dalam pengertian subyektif ,apabila ditafsirkan seperti yang di kehendaki oleh pembuat undang-undang.Dalam pengertian obyektif,apabila penafsiran lepas dari pada pendapat pembuat undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari. 2)Dalam pengertian sempit dan luas. Dalam pengertian sempit(restriktif),yakni apabila dalil yang ditafsirkan di beri pengertian yang sangat di batasi misalnya;Mata uang (pasal 1756 KUH Perdata)pengertian hanya uang logam saja dan barang di artikan benda yang dapat dilihat dan di raba saja.dalam pengertian luas (ekstensif),ialah apabila dalilyang di tafsirkan di beri pengertian seluas-luasnya.Misalnya: Pasal 1756Perdata alinea ke-2 KUH Perdata tentang mata uang juga diartikan uang kertas. Berdasarkan sumbernya penafsiran Bersifat: a)Otentik,Ialah penafsiran yang seperti diberikan oleh pembuat undang-undang seperti yang di lampirkan pada undang-undang sebagai penjelas.Penafsiran ini mengikat umum. b)Doktrinair,Ialah penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil-hasil karya karya para ahli.hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya memiliki nilai teoretis.

Upload: ilyas

Post on 02-Feb-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penafsiran mengenai hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Penafsiran Hukum

Penafsiran Hukum

PENAFSIRAN HUKUM

A.pengetian penafsiran hukum

            Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-daalil yang

tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang di kehendaki serta yang dimaksud oleh

pembuat undang-undang.

B.Macam-macam cara penafsiran hukum

 1)Dalam pengertian subyektif dan obyektif.

            Dalam pengertian subyektif ,apabila ditafsirkan seperti yang di kehendaki oleh

pembuat undang-undang.Dalam pengertian obyektif,apabila penafsiran lepas dari pada

pendapat pembuat undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.

 2)Dalam pengertian sempit dan luas.

            Dalam pengertian sempit(restriktif),yakni apabila dalil yang ditafsirkan di beri

pengertian yang sangat di batasi misalnya;Mata uang (pasal 1756 KUH Perdata)pengertian

hanya uang logam saja dan barang di artikan benda yang dapat dilihat dan di raba saja.dalam

pengertian luas (ekstensif),ialah apabila dalilyang di tafsirkan di beri pengertian seluas-

luasnya.Misalnya: Pasal 1756Perdata alinea ke-2 KUH Perdata tentang mata uang juga

diartikan uang kertas.

Berdasarkan sumbernya penafsiran Bersifat:

  a)Otentik,Ialah penafsiran yang seperti diberikan oleh pembuat undang-undang seperti

yang      di lampirkan pada undang-undang sebagai penjelas.Penafsiran ini mengikat umum.

  b)Doktrinair,Ialah penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil-hasil karya karya

para ahli.hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya memiliki nilai teoretis.

  c)Hakim,Penafsiran yang bersumber pada hakim(peradilan)hanya mengikat pihak-pihak

yang bersangkutan dan berlaku bagi kasus-kasus tertentu(pasal 1917 ayat (1) KUH Perdata.

C.Macam-Macam metode Penafsiran

            Supaya dapat mencapai kehendak dan maksud pembuat undang-undang serta dapat

menjalankan undang-undang  sesuai dengan kenyataan sosial maka hakim  dapat

menggunakan beberapa cara penafsiran (interpretative methoden) antara lain sebagai barikut.

 1.Penafsiran secara tata bahasa (Grammatikal)

Page 2: Penafsiran Hukum

            Penafsiran secara tata bahasa ,yaitu suatu cara penafsiran undang-undang menurut arti

perkataan (istilah)yang terdapat dalam undang-undang yang bertitik tolak pada arti perkataan

–perkataan dalam hubunganya satu sama lain dalam kalimat kalimat yang yang di pakai

dalam undang-undang.dalam hal ini hakim wajib mencari arti kata-kata yang lazim di pakai

dalam bahasa sehari-hari yang umum,oleh karena itu di pergunakan kamus bahasa atau

meminta bantuan padapara ahli bahasa.

contohnya :Suatu peraturan perundang-undangan melarang orang untuk memparkir

kendaraanya di suatu tampat tertentu.Peraturan tersebut tidak menjelaskan apakah yang

dimaksud dengan istilah “kendaraan“ itu.Apakah yang di maksud kendaraan hanyalah

kendaraan bermotoratau termasuk juga sepeda dan bejak.dalam hal ini sering penjelasan

kamus bahasa atau menurut keterangan para ahli bahasa belum dapat memberikan kejelasan

tantang pengertian kata yang di maksud dalam undang-undang tersebut .Oleh karena itu

hakim harus pula mempelajari kata yang bersangkutan dengan peraturan yang lain.

 2.Penafsiran Sistematis

            Penafsiran sistematis adalah suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu

dengan pasal-pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan atau pada

perundang-undangan hukum lainnya,atau membaca penjelasan suatu perundang –

undangan,sehingga kita mengerti apa yang di maksud.Misalnya dalam peraturan perundang-

undangan perkawinan yang mengandung azaz monogamy sebagai mana di atur dalam pasal

27 KUH perdata menjadi dasar bagi pasal 34,60,64,68 KUH Perdata dan 279 KUH Pidana.

 3.Penafsiran Historis

            Penafsiran historis adalah menafsirkan undang-undang dengan cara melihat sejarah

terjadinya suatu undang-undang itu dibuat. Penafsiran ini ada 2 macam :

 a).sejarah hukumnya,Yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah terjadinya hukum

tersebut.Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari memori penjelasan ,laporan-laporan

perdebatan dalam DPRdan surat menyurat antara menteri dengan komisi DPR yang

bersangkutan.

 b)Sejarah undang-undangnya,yng diselidiki maksunya Pembentuk Undang-undang pada

waktu membuat undang-undang itu misalnya di denda 25 f,-sekarang ditafsirkan dengan uang

RI,sebab harga barang lebih mendekati pada waktu KUHP itu di buat.

 4.Penafsiran Sosiologis(Teleologis)

Page 3: Penafsiran Hukum

            Pada hakikatnya suatu penafsiran UU yang di mulai dengan  cara gramatikal selalu

harus di akhiri dengan penafsiran sosiologis.kalau tidak demikian maka tidak mungkin hakim

dapat membuat suatu keputusan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan hukum di dalam

masyarakat ,sehingga dengan demikian penafsiran sosiologis adalah penafsiran yang

disesuaikan dalam keadaan masyarakat.Misalnya; di Indonesia masih banyak peraturan yang

berlaku yang berasal dari zaman colonial ,sehingga untuk menjalankan peraturan itu hakim

harus dapat menyesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia pada saat sekarang.

 5.Penafsiran Autentik(resmi)

            Penafsiran auyentik adalah penafsiran resmi yang diberikan oleh pembuat undang-

undang.Misalnya:Pada pasal 98 KUHP ;”malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan

matahari terbit ,dan pasal 97 KUHP : Hari adalah waktu selama 24 jam dan yang di maksud

dengan bulan adalah waktu selama 30 hari.

 6.Penafsiran Nasional

            Penafsiran nassional adalah penafsiran yang menilik sesuai yidaknya dengan sistem

hukum yang berlaku .Mislnya :Hak milik Pasaal 570 KUHS sekarang harus ditafsirkan

menurut hak milik sistem hukum Indonesia.

 7.Penafsiran Analogis

            Penafsiran analogis artinya member tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan

memberi ibarat (kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya ,sehingga

sesuatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat di masukkan ,lalu dianggap sesuai dengan

bunyi peraturan tersebut.misalnya;”menyambung’ aliran listrik dianggap sama saja dengan

mengambil aliran listrik.

 8.Penafsiran ekstensif

            Penafsiran ekstensif adalah suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara memperluas

arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan sehingga suatu peristiwa

dapat dimasukkan ke dalam.Misalnya ; “aliran listrik’ termasuk juga atau di samakan dengan

“benda’.

 9.Penafsiran  Restriktif

            Penafsiran restriktif adalah Suatu penafsiran yang di lakukan dengan cara membatasi

atau mempersempit arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan. Misalnya; Kerugian hanya terbatas pada kerugian materil saja  sedangkan kerugian

immateriilnya termasuk didalam nya.

Page 4: Penafsiran Hukum

 10.Penafsiran a contrario(menurut peringkaran)

            Penafsira a contrario adalah penafsiran suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara

memberikan perlawanan pengertian antara pengertian konkret yang dihadapi dan peristiwa

yang di atur dalam undang-undang.Sehingga dengan berdasarkan perlawanan pengertian itu

dapat di ambil kesimpulan bahwa peristiwa yang dihadapi itu tidak di liputi oleh undang-

undang yang di maksud atau berada di luar ketentuan undang-undang tersebut.

 1. Menurut Asasnya :

a. Bentuknya

b. Tempat Berlakunya

c. Cara Mempertahankannya

d. sifatnya

e. wujudnya

f. isinya

2. Menurut bentuknya:

a. Hukum tertulis, hukum ini dapat pula merupakan:

- hukum tertulis yang dikodifikasikan.

- hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan.

b. Hukum tak tertulis:

Adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak

tertulis namun berlakunya seperti suatu peraturan perundang (disebut juga Hukum

 Kebiasaan).

3. Menurut tempat berlakunya, dapat dibagi:

a. Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.

b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam 

dunia Internasional.

Page 5: Penafsiran Hukum

c. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain.

d. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh Gereja.

4. Menurut waktu berlakunya :

a. Ius Constitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi

 suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

b. Ius Constituendum. yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang 

akan datang.

c. Hukum Asasi (Hukum Alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam 

segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal 

batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap 

siapapun juga diseluruh tempat.

5. Menurut isinya :

a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu kumpulan hukum yang mengatur hubungan-

hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik 

beratkan kepada kepentingan perorangan.

b. Hukum Publik, yaitu kumpulan hukum yang mengatur hubungan antara 

negara dengan alat perlengkapannya atau antara Negara dengan 

Perorangan (melindungi kepentingan umum).

6. Menurut Sifatnya :

a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga 

harus dan mempuyai paksaan mutlak.

b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila

 pihak-pihak yang bersangkutan telah memberi peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

Page 6: Penafsiran Hukum

7. Menurut cara mempertahankannya :

a. Hukum Materiil, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur

 kepentingan dan hubungan-hubungan yang berujud perintah dan larangan-larangan.

 Contoh: Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan lain-lain.

b.Hukum Formil (hukum acara atau hukum proses), yaitu hukum yang memuat

 peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan

 dan mempertahankan hukum materiil atau peraturan-peraturan bagaimana

 cara-cara mengajukan suatu perkara ke muka Pengadilan dan bagaimana 

cara-caranya hakim memberi keputusan.

Contohnya: Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata.

8. Pembagian Hukum Menurut Sumbenya :

a. Undang-undang

b. Kebiasaan

c. Traktat

d. Yurisprudensi

9. Pembagian Hukum Menurut Wujudnya

a. Hukum Objektif

Hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai seseorang atau

golongan tertentu. Hukum ini hanya membuat peraturan saja yang mengatur

hubungan hukum antara 2 orang atau lebih.

b. Hukum Subjektif

Hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seseorang tertentu atau 

lebih.