penanaman nilai-nilai -...
TRANSCRIPT
1
2
PENANAMAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI
WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN
DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO
KEC TUNTANG KAB SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
AULIA ULFA DEWI
NIM 11110167
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEG
ERI (IAIN) SALATIGA
2015
3
4
5
6
MOTTO
وا ما بأن فسهم ما بقوم حت ي غي إن الل ال ي غي
...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri..(Ar-Ra’ad 11)
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
& Kedua orang tuaku Bapak Mahrur Fauzie & Ibu Isroiyah peneduh jiwaku
yang selalu memberikan dukungan, cinta kasih, sayang,dan do‟a yang selalu
tercurah untuk penulis hingga takmungkin dapat terbalas. Dengan karya ini
semoga memberikan sedikit kebahagiaan.
& Adik-adikku, Alfian Setyo Haryono dan M. Agung Wahibul Huda
terimakasih atas do‟a kalian, tekunlah dalam menimba ilmu semoga kalian
dapat meraih cita-cita yang diimpikan.
& Seluruh keluarga besar Bani Trmudi Conciliatory‟s Fam yang memberikan
dukungan pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi selalu ada
kehangatan dan kerukunan ketika berkumpul bersama.
& Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang selalu
membimbing serta memberikan nasehatnya sehingga mampu memberikan
keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar untuk hidup mandiri.
Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa dalam kesehatan dan
ketaqwaan.
& Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih telah membantu
7
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang
engkau berikan akan senantiasa bermanfaat.
& Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro terkhusus santri putri yang
telah menemani hari-hari mengukirkan cerita serta mengajarkan indahnya
kebersamaan dalam belajar mandiri.
& Teman-teman satuangkatan dan seluruh keluarga besar Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi dengan canda tawa dan kebersamaan dari sini penulis
belajar untuk berorganisasi yang telah memberi warna, pengalaman,
kebahagiaan. Keceriaan hingga mengerti apaitu loyalitas.
& Mbak Upla, , Mb Henni, Mb Aini, Ana, Zaty,Vita, Lilis, dan Aminah terima
kasih atas bingkaian kehangatan dan kebersamaan dalam canda tawa yang
telah mengajarkkan akan arti sebuah persahabatan dan kesetiakawanan. Tiada
hari yang indah tanpa kalian semua.
& Teman-teman angkatan 2010 terhusus PAI E yang telah berbagi keceriaan,
melewati suka dan duka selama berada berada di IAIN SALATIGA.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Melalui Wacana Pluralitas Kebeagamaan Di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pondok Pesantren Edi
Mancoro
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang
sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
9
5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
6. Bapak Mahrur Fauzie dan Ibu Isroiyah tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
7. Saudara-saudara, serta teman-teman yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ‟alamin
Salatiga, 11 Februari 2015
Penulis
Aulia Ulfa Dewi
NIM: 111 10 167
10
ABSTRAK
Dewi, Aulia Ulfa. 2015. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui
wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M.
Hum.
Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Pluralitas
Penelitian ini membahas mengenai penanaman nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014. Fokus Penelitian yang
akan dikaji adalah: 1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro. 2. Bagaimana nilai-
nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang ada
di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai
instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta
terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para
informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan
dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data
dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan
keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
Temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penanaman nilai-
nila Pendidikan Agama Islam di Edi Mancoro melalui wacana pluralitas
keberagamaan yang ada merupakan sebuah trobosan baru. Bentuk penanaman
yang ada dilaksanakan dengan melibatkan santri dengan adanya diskusi dan
kunjungan yang ada dari lembaga maupun orang yang non muslim. Dapat
disimpulkan dengan adanya kegiatan-kegiatan pluralis yang ada menanaman nilai
pada santri antara lain; 1.Pengakuan adanya kemajemukan, 2.Menghargai
persamaan, 3.Sikap toleransi, 4.Rasa kemanusiaan.
11
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................................... i
JUDUL ................................................................................................................................. ii
PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................................... v
MOTTO................................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................................ 6
12
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 7
E. Penegasan Istilah ................................................................................................. 7
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................................... 10
2. Kehadiran Peneliti .......................................................................................... 11
3. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 11
4. Sumber Data ................................................................................................... 11
5. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 12
6. Analisis Data .................................................................................................. 13
7. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................................... 14
8. Tahap-tahap Penelitian ................................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................................... 18
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ........................................................................... 23
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................................................... 27
4. Metode Pendidikan Agama Islam ........................................................................ 28
13
B. Pluralitas
1. Pengertian Pluralitas Keberagamaan.................................................................... 33
2. Sejarah Pluralitas .................................................................................................. 37
3. Islam dan Pluralitas Agama ................................................................................. 41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Edi Mancoro
1. Letak Geografis .................................................................................................... 49
2. Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro .............................................................. 50
3. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro ................................................................. 54
4. Visi, Misi, Tujuan, dan garis perjuangan ............................................................. 59
5. Unsur-unsur Pesantren ......................................................................................... 63
B. Model Pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro
1. Kurikulum Pesantren ............................................................................................ 66
2. Sistem Pendidikan ................................................................................................ 68
3. Pengajar atau Ustad .............................................................................................. 73
C. Jenis Kegiatan Yang Berhubngan dengan Pluralisme ............................................... 74
14
D. Temuan Hasil Penelitian ........................................................................................... 78
BAB IV PEMBAHASAN
A. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam ........................................ 85
B. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro ............................... 86
C. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas
keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro ..................................... 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 98
B. Saran .......................................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Riwayat hidup penulis
3. Nota pembimbing skripsi
4. Surat permohonan izin melakukan penelitian
5. Surat keterangan melakukan penelitian
6. Deskripsi wawancara
7. Lembar konsultasi
8. Foto Kegiatan
9. Surat Keterangan Kegiatan
16
DAFTAR GAMBAR
i. Diskusi dengan para calon room
ii. Kegiatan malam jum‟at
iii. Kunjungan dari ueu visiting
iv. Diskusi Lintas agama
v. Peserta diskusi lintas agama
vi. Sorogan kitab
vii. Kunjungan dari faster dari universitas sanata darma
viii. Ro‟an Pondok
BAB I
17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan sebuah landasan bagi seseorang dalam hidup di
dunia. Agama memberikan arahan pada manusia dalam berperilaku baik
dengan tuhannya, dirinya sendiri maupun dengan sesamanya. Pada
hakikatnya manusia hidup di dunia ini membutuhkan agama, sebab agama
manjadi pembimbing dan penunjuk arah/haluan. Meski kenyataan
dimasyarakat ada banyak pertentangan yang terjadi dengan agama akan
tetapi, agama tetap memberikan ketentraman bagi pemeluknya. Menurut
Komarudin Hidayat seperti yang dikutip oleh Syafaat (2008:171-172)
menyatakan betapa pentingnya agama meski kekuatan yang sinis dan anti
agama masih tetap hidup dan berkembang, tetapi ternyata para rezim dan
beberapa ideologi anti agama tidak pernah memenagkan pertempuran.
Mungkin hal tersebut disebabkan amunisi mereka semakin lama semakin
menipis, sementara agama tetap hidup di muka bumi.
Pentingnya agama bagi kehidupan menjadikan agama perlu untuk
dikembangkan dan ditanamkan pada generasi muda. Penanaman nilai-nilai
yang ada dalam agama dapat dilakukan lewat pembinaan atau pengajaran
secara intensif. Melalui pendidikan keagamaan nilai-nilai yang ada dalam
masing-masing agama dapat tersalurkan dan tertanam bagi setiap pemeluk
agama tersebut.
Dewasa ini, pentingnya agama bagi kehidupan manusia bagaikan
pentingnya pendidikan terutama di Indonesia. Seseorang yang tidak
18
memiliki agama seakan ia tidak memiliki pegangan yang dapat
menjadikan dasar dalam kehidupan. Sehingga dalam bertindak ia tidak
memiliki rambu-rambu sebagai patokan hidup.
Pentingnya agama dalam hidup ini dapat dikembangkan bersama
melalui pendidikan. Lewat pendidikan penanaman nilai-nilai agama dapat
dilakukan lebih maksimal dengan menyertakanknya dalam proses
pembelajaran yang ada.
Agama yang ada di dunia ini sangatlah beragam. Ragam keyakinan
dan agama yang ada menuntut untuk dapat hidup berdampingan bagi
umatnya. Di Indonesia salah satunya, ragam budaya, suku dan agama yang
ada dituntun menjaga kerukunan dan ketentraman dengan sikap rasa saling
menghargai dengan adanya perbedaan yang ada. Sebagaimana Al-Qur‟an
dalam surat Al-Hujurat ayat 13:
ي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا يا أ وق بائل لت عارفوا إن أكرمكم عند الل أت قاكم إن الل عليم
خبي
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
19
Allah telah menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk
yang berbeda-beda dan bersuku-suku bangsa, ini jelas bahwa Islam
mengajarkan untuk bisa menerima pluralisme. Nurcholish Madjid
menjelaskan sikap menerima pluralisme sebagaimana yang dikutip Siti
Nadroh (1999:35) “Islam mengajarkan pada kita agar pluralitas karena itu
adalah Sunnah Allah, Allah telah menciptakan segala sesuatu
beranekaragam”.
Mengutip ajaran Kristiani yang dinyatakan dalam Kitab Perjanjian
Baru dan Perjanjian Lama, Bambang Ruseno seorang pendeta dari Malang
masih yakin bahwa hakikat agama yang benar adalah bukan manusia
untuk agama melainkan agama untuk manusia. Agama dikaruniakan Allah
untuk mensejahterakan manusia dan dunia (Zainuddin, 2010:190). Oleh
karena itu, keragaman agama yang ada sebagai sarana mencapai
kesejahteraan antara umat manusia di dunia.
Fakta pluralisme yang ada di Indonesia tidak dapat dipungkiri.
Seringkali perbedaan keyakinan dijadikan alasan terjadinya perseturuan
antar kelompok beda keyakinan. Atas dasar itu Indonesia tidak
menggambil bentuk “negara agama” yang berlandaskan pada agama
tertentu, dan tidak pula mengambil bentuk “negara sekuler”, yang
memisahkan agama dari urusan negara, melainkan memformat dirinya
sebagai “negara pancasila” (Saerozi, 2004:1). Dengan format ini negara
tidak identik dengan agama tertentu, tetapi negara juga tidak melepas
agama dari urusan negara (Sukarja, 1995:146).
20
Adanya pluralitas ini justru dapat digunakan untuk belajar, saling
bertukar informasi antar pemeluk agama yang berlainan. Adanya diskusi
yang terjadi akan menjadikan masing-masing pemeluk agama tidak tabu
lagi dengan salah satu agama terlebih jika dilakukan di pesantren. Selain
itu hal tersebut dapat menjawab semua pertanyaan yang mengepal dalam
pikiran karena selama ini pesantren dianggap lembaga pendidikan yang
bercorak “ekslusif” yang sulit untuk menerima perbedaan agama. Menjadi
salah satu hal yang berbeda jika diskusi antaragama ditemukan di pondok
pesantren. Tempat yang sangat identik dengan pembelajaran mendalam
mengenai agama Islam ternyata juga dijadikan tempat bertukar informasi
dan kebiasaan antar pemeluk agama.
Saat ini adanya pengenalan budaya pluralisme dan multikulturalisme
juga mulai ada di beberapa pondok pesantren yang ada di Indonesia. Baik
di daerah yang sebagian terdapat masyarakat yang plural maupun yang
disekelilingnya kebanyakan kaum muslim. Tidak hanya di pesantren yang
bercorak modern tapi juga pesantren yang bercorak tradisonal.
Dari data yang penulis peroleh dari (http://ahmadalim.blogspot
.com/2010/02/agenda-liberalisasi-pesantren-di.html, diakses 14 Oktober
2014 pukul 08.20 wib), ada beberapa pondok pesantren yang terkenal
dengan pluralitas dan multikulturalnya antara lain. Dari Jawa Barat:
Pondok Pesantren Ciganjur atau sering dikenal orang dengan pesantren
GUSDUR terletak di Ciganjur Jawa Barat. Kemudian Pondok Pesantren
Darut Tauhid Cirebon asuhan KH. Husein Muhammad. Di Yogyakarta
21
yang terkenal yaitu, Pondok Pesantren Al-Qodir terletak di Tanjung
Wukirsari, Cangkringan, Sleman dan Pesantren Budaya Ilmu Giri atau
yang lebih dikenal dengan Pesantren KH. Nasruddin Anshoriy terletak di
Imogiri, Bantul. Sedangkan dari Jawa Timur ada Pondok Pesantren
Rodlotul Thalibin Rembang asuhan KH. Musthafa Bisri.
Salah satu pondok pesantren yang dijadikan tempat kunjungan dalam
bertukar informasi antar agama yaitu Pondaok Pesantren Edi Mancoro
yang terletak di Semarang, Jawa Tengah. Di pesantren ini sering ada
kunjungan yang dilakukan oleh tamu dari luar kota ataupun luar negeri
dari berbagai agama yang berbeda. Kedatangan para tamu yang datang
untuk berdiskusi menjadi hal yang berbeda bagi santri yang ada. Dengan
adanya diskusi ini menjadi nuansa yang tak lazim di temukan di pesantren.
Selain adanya kunjungan tersebut, di Pondok Pesantren Edi Mancoro
juga sering ada kajian diskusi lintas agama dengan mendatangkan tokoh-
tokoh dari agama lain beserta pemeluknya untuk berdiskusi dan saling
bertukar informasi. Dengan adanya diskusi yang dilakukan justru
memperkaya wawasan keagamaan santri dan pemeluk agama lain dengan
mengenal nilai-nilai religius yang ada dari masing-masing agama.
Berangkat dari paparan di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul "Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam Melalui Wacana Pluralitas Keberagamaan di Pondok
Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun
2014”
22
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka fokus
penelitian sebagi berikut:
1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang tahun 2014?
2. Bagaimana wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014?
3. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana
pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitian
ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec.
Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.
2. Untuk mengetahui wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana
pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.
D. Kegunaan Penelitian
23
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis berharap nantinya akan
memberikan manfaat yaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahun khususnya dalam bidang
Pendidikan Agama mengenai pluralitas beragama sehingga dapat
disesuaikan dengan kehidupan yang plural ini.
2. Secara Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan praktis yang bias dijadikan oleh para pembimbing khususnya
pengasuh pondok pesantren dalam membimbing Pendidikan Agama
Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, penulis akan
menjelaskan beberapa kata yang ada pada judul penelitian yaitu:
1. Nilai
Nilai dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang peting atau berguna
bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1999:667). Dalam garis besarnya
nilai hanya ada tiga macam, yaitu nilai benar/salah, nilai baik/buruk,
dan nilai indah-tidak indah. Nilai benar salah menggunakan kriteria
benar atau salah dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan dalam
ilmu(sains), semua filsafat kecuali etika madzab tertentu. Nilai baik
buruk menggunakan kriteria baik atau buruk dalam menetapkan nilai.
24
Nilai ini digunakan hanya dalam etika. Adapun menetapkan nilai seni,
baik seni gerak, seni suara, seni lukis, maupu seni pahat(Ahmadi,
2010:50).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-
sifat yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan
manusia yang dapat dijadikan petunjuk mengenai hal yang diangap
benar dan salah, baik dan buruk, serta sesuatu yang indah dan tidak
indah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam menurut Sahilun A. Nasir seperti yang
dikutip oleh Syafaat(2008:15) adalah suatu usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam
dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu
benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam
dirinya. Sehingga ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini
kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi
pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental. Jadi
Pendidikan Agama Islam adalah proses pengajaran, bimbingan dan
asuhan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama Islam.
3. Pluralisme
Pluralisme adalah kemajemukan yang di dasari oleh keutamaan
(keunikan) dan kekhasan (Imarah, 1999:9). Sedangkan menurut Ali
(2006:4) pluralisme adalah “realita fundamental yang bersifat jamak”
25
selain itu ia juga mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah faham
tentang keberagamaan cara pandang untuk mengatakn bahwa segala
sesuatunya adalah jamak dan beragam. Sedangkan pluralisme agama
adalah suatu paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama
dan benar (Zainuddin, 2010: 4).
4. Pondok Pesantren
Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti hotel, asrama,
rumah, dan tempat tinggal sederhana. Sedangkan pesantren berasal
dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat
tinggal para santri. Menurut Nurcholish Madjid santri adalah kelas
literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui
kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab (Yasmadi, 2005:61-62). Di
Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok
pesantren. Jadi pondok pesantren adalah tempat tinggal bagi orang-
orang yang sedang mendalami agama khususnya Agama Islam.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian dibagi menjadi tujuh tahap, yaitu:
1. Pendekatan dan jenis penelitian
26
Untuk memperoleh data mengenai nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok
Pesantren Edi Mancoro diperluhkan pengamatan yang mendalam.
Pada penelitian ini penulis mengunakan jenis pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-
cara lain dari kualifikasi (pengukuran) (Ghani, 1997:11). Sedang
menurut Taylor dalam Moleong (2002:3) penelitian kualitatif
adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripti berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
Dapat dipahami dari pendapat yang dikemukakan bahwa
penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang
menghasilkan data tertulis. Sedangkan jenis penelitian yang di
gunakan oleh penulis adalah diskripsi. Penelitian diskripsi menurut
Suryabrata(1998:19) adalah penelitian yang bermaksud untuk
membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-
kejadian. Sedangkan tujuan penelitian diskriptif adalah untuk
mengambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat
research dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu (Umar, 1999:29).
27
Berdasarkan dengan pengertian di atas pendekatan
kualitatif yang dimaksud yaitu pendekatan yang dilakukan untuk
mendiskripsikan atau menjelaskan kejdian yang ada pada saat
penelitian berlangsung.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting karena, disini
peneliti bertindak sebagai instrument langsung dan pengumpul data
dari hasil observasi yang dilakukan serta terlibat aktif dalam
penelitian.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang pada tahun 2014.
4. Sumber data
Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong(2000:112),
sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah semua data yang
diipertoleh dari informan yang diangap penting dan juga dihasilkan
dari dokumentasi yang menunjang. Data yang penulis gali berasal
dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti.
Diantaranya pengasu, ketua yayasan, santri, dan ustadz di Pondok
Pesantren Edi Mancoro.
28
5. Prosedur Pengumpulan Data
Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis,
maka langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan
seperangkat metode yang sesuai dengan objek dan karakteristik
matrial yang diangkat. Agar penelitian menjadi rasional dan terarah
maka peneliti mengunakan teknik-teknik pengumpulan data
seperti:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Menurut Nawawi(1990:100) observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Metode ini digunakan
penulis sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data yang
diperoleh dari hasil observasi yang secara langsung ke Pondok
Pesantren Edi Mancoro. Metode ini juga di gunakan untuk
mengamati penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro melalui Pluralitas
Keberagamaan yang ada.
b. Wawancra atau Interview
29
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan
bertanya langsung pada narasumber. Menurut Nawawi
(1990:111) Interview adalah usaha mengumpulkan informasi
dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab
secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak
langsung atau tatap muka antara penulis dengan narasumber
informasi.
c. Dokumen
Dokumen terdiri dari kata-kata dan gambar yang telah
direkam tanpa campur tangan pihak peneliti. Dokumen tersebut
tersedia dalam bentuk tulisan, catatan, suara, dan gambar
(Daymon, 2008: 3) metode ini digunakan untuk memperluas
pengamatan dan penggumpulan data.
6. Analisis data
Menurut Suprayogo(2001:192) kegiatan analisis data
selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami
fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan
data yang dapat dianalisis. Sedangkan menurut Muhadjir
(1994:104) menyatakan, analisis data merupakan upaya untuk
mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
30
temuan bagi orang lain. Kegiatan analisis selama penulis
mengumpulkan data meliputi:
a. Menetapkan fokus penelitian
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang
telah terkumpul
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan
temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka
pengumpulan data berikutnya
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap
menganalisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik
kesimpulan (verifikasi) (Milles, 1992:16-18).
Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan
penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis sajikan
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
dokumen pribadi, dan sebagainya.
7. Pengecekan keabsahan data
Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam
menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan
31
kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan
dalam pengecekan keabsahan data yaitu:
a. Triangulasi sumber
Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda.
b. Triangulasi metode
Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
beberapa sumber data dengan metode yang sama
(Moleong, 2002:178).
8. Tahap-tahap penelitian
Menurut Moloeng (2002:84-105) tahap-tahap penelitian
yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
32
c. Tahap analisis data
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari
beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis
teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut:
BAB 1 berisi pendahuluan, yang memuat: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah
dan metode penelitian. Metode penelitian berisi: pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisi data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang kajian pustaka,merupakan bagian yang menjelaskan
landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat
mengenai pengertian, dasar, tujuan, metode Pendidikan Agama Islam,
pengertian pluralitas keberagamaan, sejarah pluralitas, ialam dan pluralitas
agama.
BAB III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang
gambaran umum pondok pesanteren edi mancoro (letak geograis, sejarah,
profil, visi, misi, tujuan, garis perjuangan, unsur pesantren, dan model
pendidikan. Serta melaporkan hasil temuan penelitian yang ada tentang
33
bentuk kegiatan plural yang ada di pesantren edi mancoro, serta nilai –nilai
Pendidikan Agama Islam yang ada.
BAB IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang
dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab
masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan
yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam
konteks khasanah ilmu.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan
hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran
berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar
pustaka.
34
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan kata majemuk yang terdiri
dari kata pendidikan, agama dan Islam. Dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan
“pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi
latihan(ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan
dipandang sebagai faktor penting dalam menumbuhkan kesadaran
nilai-nilai kehidupan.
Kata “Islam” dalam “Pendidikan Agama Islam” menunjukkan
suatu makna tersendiri yakni pendidikan yang berdasarkan dengan
Agama Islam. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh
Nata(2010:28) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan
yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku
tertentu pada anak-anak atau orang yang sedang dididik. Sedangkan
Menurut pendapatnya Ahmad Tafsir deinisi pendidikan menurut Islam
adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta’lim,
tarbiyah dan at-ta’dib.
35
Menurut Abdurrahman Al-Nawawi yang dikutip Tafsir
(2008:29) merumuskan definisi pendidikan justru dari kata at-tarbiyah.
Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata at-tarbiyah berasal dari
tiga kata yaitu: pertama, kata rabba-yarbu-tarbiyatan yang berarti
bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat didalam Al-Qur‟an Surat
Ar-Rum ayat 39. Maka kata At-Tarbiyah bias berarti proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta
didik baik secara fisik, sosial maupun spiritual; kedua, kata rabaa-
yarbi-tarbiyatan yang berarti tambah dan menjadi besar atau dewasa.
Dengan mengacu kata yang kedua itu maka tarbiyah berarti usaha
menumbuhkan dan mendewaskan peserta didik baik secara fisik,
sosial, maupun spiritual; ketiga, dari kata rabba-yarubbu-tarbiyatan
yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga,
mememlihara. Maka kata tarbiyah berarti usaha memelihara,
mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik, agar dapat survive lebih baik dalam hidupnya.
Sedang kata at-ta’lim memiliki makna doktrinasi pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah. At-
ta’lim merupakan tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
individu tanpa ada batasan dan ketentuan tertentu. Sehingga terjadi
tazkiyah an-nafs (penyucian diri atau pembersihan diri) diri manusia
dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berbeda dalam
kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta
36
mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketauinya. Kata at-ta’lim dalam arti pengajaran banyak digunakan
untuk kegiatan pendidikan yang bersifat non formal. Pengertian
tersebut menunjukkan at-ta’lim memiliki ruang lingkup yang lebih
luas dari pada kata at-tarbiyah.
Kata at-ta’dib berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban
yang dapat berarti beradab, bersopan santun, tata karma, budi pekerti,
adab, akhlak, moral dan etika. Melalui kata at-ta’dib menjadikan
pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang
bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi
dasar bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan.
Dari pengertian tersebut sebenarnya pengertian dari pendidikan
Islam sebenarnya hanya berbeda dalam penekanan atau keutamaannya
saja. Kata at-tarbiyah mempunyai pengertiann pendidikan yang
memberikan penekanan di masa anak-anak dan juga mencakup dalam
hal pemeliharaannya, terutama pemeberian nafkah, mencukupi
kebutuhan hidupnya, dan lain-lain. Artinya mensejahterakan
kehidupan pada anak. Kemudian ta’lim merupakan pendidikan yang
memfokuskan pada transformasi keilmuan, baik berupa sains,
teknologi, ilmu-ilmu sosial, pengetahuan budaya ataupun ilmu-ilmu
keagamaan. Sedangkan pembentukan prilaku seseorang lebih
ditekanakan pada pengertian pendidikan yang diambil dari kata at-
ta’dib. Dari penjabaran Tafsir(2008:28) menyatakan bahwa Pendidikan
37
adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik)
terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal
yang positif.
Sementara itu, pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan (dewa dan sebagainya)
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu. Agama adalah aturan perilaku bagi umat
manusia yang sudah ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah
melalui orang-orang pilihannya yang dikenal sebagai utusan-utusan,
rasul-rasul, atau nabi-nabi(Safaat, 2008:13). Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa agama adalah suatu peraturan yang bersumber
dari Allah yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia, baik
hubungan manusia dengan pencipta maupun manusia dengan
sesamanya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
mengharap keridaan dari-Nya.
Islam secara bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu-Islaman
yang berarti damai, aman, dan sentosa. Sedangkan pengertian Islam
sebagai agama adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan ke dunia
melalui wahyu Allah (kamus besar bahasa Indonesia). Pengertian
Islam yang demikian sesuai dengan tujuan ajaran Islam yaitu untuk
mendorong manusia patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga
terwujud keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa. Serta sejalan
38
pula dengan misi ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian di muka
bumi dengan mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan
(Nata, 2010:32).
Dari penjabaran yang ada diatas Darajat(1996:28)
menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Sedangkan
menurut M. Arifin seperti yang dikutip oleh Safaat(2008:16)
mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan
manusia terhadap kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat
derajat kemanusiaannya, sesuai degan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak
agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan
kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Dalam
Pendidikan Islam segala komponen dan aspek yang ada didasarkan
pada ajaran Islam.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Kata dasar dapat berarti sesuatu yang menjadi landasan, pokok,
atau penting. Kosa kata dasar sering digunakan dalam berbagai
39
kegiatan baik fisik maupun non fisik, yang intinya adalah sesuatu yang
berada di bawah yang selanjutnya menopang sebuah kegiatan atau
pekerjaan.
Dasar ideal Pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran
Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-
Qur‟an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam
pemahaman para ulama dalam bentuk :
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang
membaca merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.
Pengertian Al-Qur‟an dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan
perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan
sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.
Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang telah
diwahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan
kepada umat manusia. Al-Qur‟an merupakan sumber
pendidikan yang lengkap berupa pendidikan sosial, akhlak,
akidah, ibadah dan muamalah.
Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang tidak ada
keraguan di dalamnya, yaitu sebagai petunjuk bagi orang-orang
40
yang bertakwa. Selain itu Al-Qur‟an juga sebagai penawar atau
obat dari beberapa penyakit, dan sebagai petunjuk arah ketika
seorang hamba berada dalam kesesatan.
b. Sunnah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-Qur‟an adalah sunnh
Rasulullah. Amalan yang dikerjakan Rasulullah saw dalam
proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama
pendidikan Islam karena Allah swt menjadikan Muhammad
sebagai teladan bagi umatnya.
Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah. Dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian
atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau
memberikan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah
berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dalam
segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi wahyu
dalam segala perbuatan, perkataan, dan taqrir nabi. Konsep
dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw
menurut Ramayulis sebagai berikut:
1) Disampaikan sebagai rahmatan lil’alamin (Qs. Al-Anbiyak
107)
2) Disampaikan secara universal.
41
3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (Qs.
Al-Hijer 9)
4) Kehadiran nabi sebagai evaluator atau segala aktivitas
pendidikan (Qs. As Syu’ara 48)
5) Perilaku nabi sebagai figur identifikasi (uswatun hasanah)
Antara Al-Qur‟an dan sunah terdapat perbedaan yang
cukup prinsipal meskipun keduanya adalah sama-sama sebagai
sumber hukum Islam. Yaitu:
1) Al-Qur‟an nilai kebenarannya adalah mutlak sedangkan
hadits adalah relatif, nisbi (zhanni) kecuali hadits-hadits
mutawatir.
2) Seluruh ayat Al-Qur‟an mesti dijadikam sebagai pedoman
hidup, tetapi Tidak semua hadits mesti dijadikan sebagai
pedoman hidup. Sebab, hadits ada yang sahih, dhaif
(lemah) dan seterusnya.
3) Al-Qur‟lan sudah pasti autentik lafal dan maknanya
sedang hadits tidak demikian.
4) Apabila Al-Qur‟an bicara tentang masalah-masalah akidah
atau hal-hal yang gaib, maka setiap muslim wajib
mengimaninya. Tetapi tidak demikian apabila masalah-
masalah tersebut diungkapkan oleh hadits (Safaat,
2008:23-25).
42
Menurut pendapat Nata(2010:99) dilihat dari sifat dan
sumbernya dasar pendidikan Islam terdiri dari dasar keagamaan,
filsafat dan ilmu pendidikan. Dasar keagamaan bersumber dari ajaran
agama (Al-Qur‟an dan Hadits), dasar filsafat berasal dari pemikiran
filsafat, dan dasar ilmu pengetahuan berasal dari hasil penelitian
terhadap fenomena alam dan fenomena sosial.
Dasar keagamaan berfungsi memberian nilai keislaman dan
akhlak bagi kegiatan pendidikan. Dasar filsafat memberikan dasar
dalam perumusan visi, misi, tujuan, dan berbagai aspek lainnya tentang
pendidikan. Adapun dasar ilmu pengetahuan memberikan masukan
bagi penyusunan berbagai komponen pendidikan. Dasar ilmu
penegetahuan ini terdiri dari ilmu psikologi, ilmu sosial, ilmu budaya,
ilmu ekonomi, ilmu politik, dan ilmu administrasi.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan
perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah
menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku
individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan
masyarakat dan alam sekitarnya di mana subjek didik menjalani
kehidupan. Para ahli pendidikan telah memberikan definisi mengenai
tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip oleh Roqib
(2009:28-29) berikut ini:
43
a. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan
menghadapi kehidupan dunia akhirat, persiapan untuk mencari
rizki, menumbuhkan semngat ilmiah, dan menyiapkan
profesionalisme subjek didik.
b. Abd At-Rahman An-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan
mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam
yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan
ketaatan dan kehambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia,
baik individu maupun masyarakat.
c. Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah mewujudkan manusia yang mampu beribadah kepada Allah,
baik dengan pikiran, amal, maupun perasaan.
d. Umar Muhammad At-Taumi As-Syaibani mengemukakan bahwa
tujuan tertingi dari pendidikan Islam adalah persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat. Menrutnya, tujuan pendidikan adalah
untuk memproses manusia yang siap untuk berbuat dan memakai
fasilitas dunia ini guna beribadah kepada Allah, bukan manusia
yang siap pakai dalam arti siap dipakai oleh lembaga, pabrik atau
yang lainnya.
44
Dari penjabaran diatas bisa disimpukan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali manusia sehigga
tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
4. Metode Pendidikan Agama Islam
Metode disini adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk
menyampaikan materi kepada anak didik. Dalam pendidikan, semua
aspek kelembagaan dan proses belajar mengajarnya harus menerapkan
sistem dan metode yang tepat agar tujuan dari pendidikan dapat
tercapai. Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Safaat (2008:40-47)
menyatakan bahwa teknik atau metode Pendidikan Agama Islam ada
lima macam, yaitu:
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif
yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mepersiapkan
dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan social hal
ini karena pendidik adalah contoh yang paling terbaik dalam
pandangan anak yang akan ditiru dalam tindak tanduk baik
disadari atau tidak. Allah telah menunjukkan contoh
keteladanan dari kehidupan nabi Muhammad mengandung nilai
pedagogis bagi manusia (para pengikutnya). Seperti dalam
Surat Al-Ahzab ayat 21:
أسوة حسنة لمه كان يرجو الله واليوم اآلخر لقد كان لكم في رسول الله
كثيرا وذكر الله
45
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”
Jelas dalam ayat ini diterangkan bahwa rasul menjadi
suri tauladan atau contoh bagi para pengikutnya yang ada
didunia.
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Kebiasaan merupakan peran penting dalam kehidupan
manusia, karena menghemat banyak kekuatan manusia. Sudah
menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan agar
kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
dilapangan seperti untuk bekerja, memproduksi, dan mencipta.
Islam mempergunakan kebiasaa itu sebagai salah satu
teknik pendidikan, dengan mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi suatu kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan
kebiasaan baik tanpa banyak tenaga dan tanpa banyak
kesulitan.
c. Pendidikan dengan nasihat
Nasihat dapat membukakan mata pada hakekat sesuatu,
mendorongnya menuju situasi luar, menghiasinya dengan
akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip
Islam.
d. Pendidikan dengan memberi perhatian
46
Dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian adalah
mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti
perkembangan anak dalam hal akidah dan moral, persiapan
spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.
Metode pendidikan anak dengan cara memberikan
perhatian kepada anak akan memberikan dampak positif,
karena dengan metode ini si anak merasa dilindungi, diberi
kasih sayang karena ada tempat untuk mengadu baik suka
maupun duka. Sehingga anak tersebut menjadi anak yang
berani untuk mengutarakan isi hatinya atau permasalahan yang
hadapi kepada orang tuanya atau gurunya.
e. Pendidikan dengan memberi hukuman
Pada dasarnya, hukum-hukum syariat Islam yang lurus
dan adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar di sekitar
penjagaan berbagai keharuasan asasi yang tidak bisa di lepas
oleh manusia. Manusia tak bisa hidup tanpa hukum. Dalam hal
ini, para imam mujtahid dan ulama‟usul fiqh membatasi pada
lima perkara. Mereka menamakannya sebagai al-kulliyat al-
khamsah (lima prinsip universal), yakni menjaga agma,
menjaga jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal, dan
menjaga harta benda.
47
Janganlah menghukum atau memukul anak sampai si
anak menjerit-jerit, melolong-lolong yang tentu saja amat sakit.
Karena, para ahli berpendapat bahwa hukuman yang kejam
akan membuat anak menjadi penakut, rendah diri, dan akibat
akibat lain yang negatif seperti sempit hati pemalas, dan
pembohong. Hukuman itu harus adil (sesuai dengan kesalahan)
anak harus mengetahui mengapa dia di hukum selanjutnya
hukuman itu harus membawa anak kepada kesadaran atas
kesalahannya.hukuman jangan meninggalkan dendam pada
anak.
Selain dalam Muhaimin (59-68) model pengembangan
Pendidikan Agama Islam yang dikemukan oleh para ahli adalah
sebagaai berikut:
a. Model Dikotomi
Model ini memandang kehidupan yang ada dengan
sangat sederhana. Segala hal hanya dipandang dari dua sisi,
seperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada,
pendidikan agama dan non agama dan lain sebagainya.
Model ini berkembang pada periode pertengahan dalam
sejarah pendidikan Islam.
b. Model Mekanisme
Model ini memamdang kehidupan dari berbagai
aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan
48
pengembangan seperangkat nilai-nilai kehidupan yang
terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai sosial, nilai
politik, nilai ekonomi dan nilai-nilai yang lain. Model
tersebut dikembangkan lembaga pendidikan yang bukan
berciri khas agama Islam, namun mungajarkan mata
pelajaran agama Islam.
c. Model Sistemik
Dalam konteks metode ini pendidikan Islam
dipandang sebagai aktifitas yang terdiri atas komponen-
komponen yang hidup bersama dan bekerja sama dengan
tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang religius.
Model ini diterapkan oleh madrasah atau sekolah swasta
Islam unggulan.
B. PLURALALITAS
1. Pengertian Pluralitas Keberagamaan
Pluralitas sesungguhnya merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindari terlebih di Indonesia sendiri karena merupakan Negara
pluralistik dimana terdapat beragam etnik, kultur dan agama yang
beragam. Pluralitas juga menjadi suatu yang tidak mungkin dipungkiri,
yaitu suatu hakikat perbedaan dan keragaman yang timbul semata
karena memang adanya kekhususan dan karakteristik yang diciptakan
Allah swt (Thoha, 2005:207). Sebagai mana dijelaskan dalam Al-
Qur‟an Surat Hud ayat 118-119 yang berbunyi:
49
ة واحدة وال ي زالون متلفي ولو شاء رب ك لعل الناس أم
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”
كلمة ربك ألمألن جهنم من النة والناس إال من رحم ربك ولذلك خلقهم وتت
أجعي
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan
untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan
memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya”
Kata pluralitas dan pluralisme sering kali digunakan bersamaan
akan tetapi makna dari kata ini berbeda. Pluralitas artinya
kemajemukan atau sifat kemajemukan. Kemajemukan merupakan sifat
dan realitas masyarakat Indonesia yang tumbuh bersamaan dengan
pertumbuhan bangsa Indonesia itu sendiri, karena letak geografisnya
yang berada di persimpangan jalan antara Benua Asia dan Australia
dan lautan Pasifik dan lautan Hindia. Oleh karena itu, untuk hidup di
tengah-tengah masyarakat Indonesia haruslah umat beragama bersedia
menerima realitas kemajemukan tersebut. Keanekaragaman janganlah
dipandang sebagai laknat, melainkan kehendak tuhan untuk menjadi
berkat untuk saling kritis dan mengayakan antara satu dengan yang
lain demi kebaikan bersama (Zainuddin, 2010:193).
50
Ragam agama yang ada di Indonesia telah diakui sejak dulu oleh
masyarakat. Adapun agama yang diakui di Indonesia yaitu: Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Akan tetapi pada masa
pemerintahan presiden Gus Dur agama Kong Hucu diakui menjadi
salah satu agama yang ada di Indonesia. Adanya pengakuan agama ini
menjadikan masyarakat Indonesia bebas dalam menentukan agamanya
masing-masing. Jaminan kebebasan untuk memeluk agama tertuang di
dalam UUD pada pasal-pasal berikut. Pasal 28E Ayat (1) menegaskan
bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya. Hak kebebasan beragama juga dijamin dalam Pasal 29 Ayat
(2) UUD 1945 yang menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan
adanya jaminan kebebasan beragama tersebut maka masyarakat berhak
menentukan agamanya sesuai apa yang diyakini tanpa suatu paksaan.
Yuli Agung seorang pendeta membedakan antara istilah
pluralism dan pluralitas. Menurutnya, pluralism agama adalah paham
dimana orang menentukan sikap dalam memahami agama-agama.
Bahwa agama-agama memang tumbuh dalam realitas yang berbeda.
Karena itulah dengan paham pluralism, orang mengakui kebenaran
dalam ajaran masing-masing agama. Sementara pluralitas adalah
realitas keberagamaan itu sendiri. Realitasnya adalah bahwa
keberagamaan agama itu tidak hanya diluar agama tapi juga di dalam
51
tubuh agama itu sendiri. Di sini dapat dikadakan ada pluralitas
eksternal dan internal. Pluralitas eksternal adalah melihat agama-
agama diluar agamanya sendiri, misalnya Islam, Kristen, Budha,
Hindu, dan seterusnya. Sedangkan pluralitas internal adalah realitas
keberagamaan yang ada di dalam tubuh agama itu sendiri, misalnya di
dalam Kristen ada banyak realitas kelompok-kelompok Kristen yang
berbeda aliran (Zainuddin, 2010:213).
Menurut Imarah (1997:9) pluraitas adalah kemajemukan yang
didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Sedangkan
Pluralisme adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan
(keunikan) dan kekhasan (Imarah, 1999:9). Sedangkan menurut Ali
(2006:4) pluralisme adalah “realita fundamental yang bersifat jamak”
selain itu ia juga mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah faham
tentang keberagamaan cara pandang untuk mengatakan bahwa segala
sesuatunya adalah jamak dan beragam. Sedangkan pluralisme agama
adalah suatu paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama
dan benar (Zainuddin, 2010: 4).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat penulis simpulkan
bahwa pluralitas adalah kemajemukan yang menjadi sikap kenyataan
hidup dimana setiap orang harus berusaha untuk sampai pada sikap
saling menghargai dan meyakini keberadaan agama-agama lain.
Sedangkan pluralitas keberagamaan adalah kemajemukan sikap setiap
52
individu dalam menghargai ajaran agama yang dianut oleh setiap
orang.
2. Sejarah Pluralitas
Plutalitas tidak muncul dengan begitu saja, melainkan didahului
sejarah panjang yang mengiringginya. Berkaitan dengan pluralitas
agama, sejarah mengenai hal ini pada awalnya telah terjadi pada masa
Rasulullah saw ketika berdakwah ke Yashrib atau Madinah. Di
Madinah setidaknya ada tiga kelompok yang hidup berdampingan
bersama Rasulullah, yaitu sebagai berikut:
a. Orang-orang Musyrik
Orang–orang musyrik ini menetap di beberapa wilayah di
Madinah. Mereka tidak mampu berkuasa atas orang-orang Muslim.
Bahkan mereka juga tidak pernah berpikir untuk memusui Islam
dan orang-orang Muslim.
b. Orang-orang Yahudi
Orang-orang Yahudi masih membanggakan diri sebagai
orang israel dan mereka melecehkan bangsa Arab dengan
menyebut bangsa Arab sebagai ummiyyin yaitu orang-orang yang
jelang dan buas, buta huruf, hina dan terbelakang.
c. Sahabat-sahabat nabi yang suci, baik dan mulia.
Mereka yang memebantu dakwah Islam dan membangun
kota Madinah. Saat itu kekuasaan mutlak berada di tangan mereka
53
dalam menentukan peradaban dan kemajuan derta maslah
kehidupan yang lain.
Dari ketiga kelompok tersebut tetangga yang paling dekat
dengan umat Islam adalah umat yahudi. Meskipun mereka memendam
kebencian kepada umat Islam, namun mereka tidak berani
menapakkannya. Sehingga Rasulullah menaruh perhatian besar pada
hal tersebut. Rasulullah mengadakan perjanjian pada kaum Yahudi
agar kesetabilan masyarakat terwujut. Perjanjian yang menjamin
kebebasan beragaman kaum yahudi yang disebut konstitusi madinah
(Yatim, 1999:26).
Konstitusi ini menjadi sebuah bukti adanya pemahaman dan
penghayatan terhadap keragaman atau pluralitas agama. Dari
pemahaman dan penghayatan ini akan muncul kesdaran antar umat
beragama dan sikap menghargai yang tercermin dalam pengakuan
akan kebebasan dalam keyakinan. Rasulullah pemimpin yang telah
menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu, bahwa dengan adanya
pluralitas agama dapat terwujud kehidupan masyarakat yang damai
dan tolerir.
Sedangkan di Indonesia sendiri, pluralitas agama juga telah
terjadi sebelum kedatangan Islam. Masyarakat telah menganut
beberapa kepercayaan seperti Hindu, Budha, dan kepercayaan nenek
moyang seperti animisme dan dinamisme. Semenjak masa munculnya
kerajaan-kerajaan, bahwasanya pada awlanya hanya agama Hindu dan
54
Budha yang berkembang, tetapi selanjutnya mulai muncul agama-
agama lain seperti; Islam, Kristen, dan Katolik.
Penyebaran agama Islam di Indonesia menurut Mansur
(2004:113-114) yaitu melalui beberapa jalur yaitu:
1) Perdagangan
Wilayah barat Indonesia dan sekitar malaka sejak
dulu merupakan tempat yang sangat strategis sehingga
menjadi titik pusat perhatian terutama karena hasil bumi
yang melimpah. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada
abad ke 7 hingga 16 M menjadi kesempatan yang
digunakan oleh para pedagang muslim untuk menyebarkan
agama Islam di Indonesia. Menurut Uka Tjandrasasmita
seperti yang dikutup Yatim (1999:201) menyebutkan
bahwa para pedagang Muslim banyak yang bermukim di
pesisir laut jawa yang ketika itu penduduknya masih kafir,
mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan ulama dari luar sehingga jumlah mereka
semakin banyak.
2) Perkawinan
Dilihat dari segi ekonomi, para pedagang muslim
memiliki status ekonomi yang lebih baik dari penduduk
pribumi, sehingga para putri bangsawan tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar tersebut. Sebelum menikah
55
para putri bangsawan tersebut harus diisalamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan
mereka akan semakin meluas sehingga berdirilah kampung-
kampung muslim dan kerajaan-kerajaan Islam.
3) Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau sufi mengajaran teosofi
yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
oleh amsyarakat Indonesia. Mereka mengajarkan kepada
penduduk pribumi bentuk peribadaan yang memiliki
kesamaan dengan ajaran-ajaran Hindu-Budha yang
sebelumnya sudah dianut sehingga penduduk lebih mudah
dalam menerima ajaran Islam tersebut.
4) Pendidikan
Islamisasi dengan jalan ini dilaksanakan di pondok
pesantren maupun sekolah. Para santri terlebih dahulu
dibekali dengan ilmu-ilmu keislaman. Selanjutnya setelah
mereka keluar dari lembaga-lembaga pendidikan, mereka
dapat berdakwah dan mengajarkan ilmu yang mereka
peroleh ke kampung halaman dimana mereka tinggal.
5) Kesenian
Seperti yang dilakukan oleh sunan kalijaga
menyisipkan kisah-kisah Islam dalam tokoh kesenian
wayang kulit.
56
6) Politik
Banyak penduduk pribumi yang masuk Islam
setelah raja mereka masuk Islam. maka kerajaan Islam
berusaha menguasai kerajaan non Islam, karena secara
politis kekuasan raja berpengaruh dalam penyebaran Islam.
Dari sejarah munculnya pluralisme agama di atas, dapat
diambil hikmah bahwa penghayatan terhadap adanya pluralisme agama
telah terjadi sejak zaman dulu semenjak zaman Rasulullah. Begitu pula
di Indonesia pluralitas agama sudah diajarkan sejak dulu kala. Ajaran
tersebut dapat ditemukan dari semboyan “Bhineka Tunggal Ika” secara
tersirat semboyan tersebut mengajarkan untuk saling menghargai dan
menghormati keragaman yang ada di Indonesia. Maka sebagai generasi
penerus bangsa, hendaknya setiap umat beragama selalu
mengembangkan sikap toleransi serta menjaga kerukunan antara umat
beragama.
3. Islam dan Pluralitas Agama
Islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian.
Menurut Ashgar Ali Engineer seorang pemikir India seperti yang
dikutip oleh Humaydy Abdussami dan Tahir (2005: ) menyebutkan
bahwa Islam hadir untuk menyelamatkan, membela dan menghidupkan
kedamaian. Kenyataan demikian dapat dilihat dari banyaknya ayat al
Qur‟an yang memerintahkan umat Muslim untuk berbuat damai,
57
menebarkan perdamaian, dan menentang kedzaliman yang akan
merusak kedamaian.
Tidak berbeda jauh dari pendapat yang telah diatas menurut
(Fazlurrahman) sebagaimana yang dikutip oleh Abdussami Dan Tahir
menjelaskan bahwa kata Islam berasal dari kata salama yang berarti
aman (to be safe), keseluruhan (whole), dan menyeluruh (integral).
Islam sebagai sebuah agama tentu memiliki sebuah pegangan
yang menjadi pedoman dalam kehidupan umatnya. Berkaitan dengkan
pluralitas atau keragaman Al-Qur‟an banyak mengulang dalam
beberapa ayatnya bahwa Allah SWT menghendaki pluralitas dalam
agama dengan keragaman yang ada. Tidak hanya menjelaskan
pluralitas agama secara umum, tetapi juga menanamkan kaidah-kaidah
yang dapat memperkuat pluralitas agama. Menurut Al-Banna
(2006:14-21) Kaidah-kaidah yang menopang pluralitas agama dalam
Al-Qur‟an yaitu:
a. Nash-nash yang menegaskan bahwa Allah menciptakan segala
sesuatu berpasangan. Sehingga membuktikan tidak adanya
ketunggalan dalam masyarakat dan membuktikan adanya
pluralism yang dimulai dari satu pasnagan. Seperti dalam surat
Adz Zariyat 49;
رون ومن كل شيء خلقنا زوجي لعلكم تذك
“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
58
b. Adanya ketetapan prinsip berderajat yang mengandalkan
adanya jarak. Al-Qur‟an menggunakan kata derajat untuk
membedakan kelompok yang ada di kalangan kaum muslimin.
Allah berfirman dalam Qs. Al-An’am 156;
ا أنزل الكتاب على ط ائفت ي من ق بلنا وإن كنا عن دراستهم أن ت قولوا إن لغافلي
(Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan:
"Bahwa Kitab itu Hanya diturunkan kepada dua golongansaja
sebelum kami, dan Sesungguhnya kami tidak memperhatikan
apa yang mereka baca”
c. Prinsip berlomba-lomba dalam kebajikan seperti dalam surat
Al-Maidah ayat 48;
قا لما ب ي يديو من الكتاب ومهيمنا عليو و أن زلنا إليك الكتاب بالق مصد
ن هم با أن زل الل وال ا جاءك من الق لكل فاحكم ب ي ت تبع أىواءىم عملوكم ة واحدة ولكن ليب هاجا ولو شاء الل لعلكم أم جعلنا منكم شرعة ومن
يع رات إل الل مرجعكم ج ا ف ي نبئكم با كنتم فيو ف ما آتاكم فاستبقوا الي تتلفون
“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamukami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya
59
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-
Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu
perselisihkan itu”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1) Agama itu berbeda-beda dari segi aturan dan pandangan
hidupnya. Oleh karena pluralitas sama sekali tidak
mengangap semua agama itu sama.
2) Allah SWT telah menghendaki keragaman agama yang ada.
Kemudian keragaman agama yang ada dimaksud untuk
menguji manusia mengenai keimanan mereka kepada Sang
Maha Pencipta.
3) Semua agama yang ada akan kembali kepada Allah SWT.
Maka manusia di anjurkan untuk berlomba dalam berbuat
kebaikan.
d. Prinsip berkeyakinan. Prinsip ini menyentuh sesuatu yang
paling mendasar pluralitas. Karena keyakinan menjadi sesuatu
yang penting bagi setiap agama. Banyak ayat Al-Qur‟an yang
menjelaskan prinsipini begitu tegas seperti dalam surat Al-
Baqarah ayat 256;
الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن بالل ين قد ت ب ي ال إكراه ف الد
يع عليم س ف قد استمسك بالعروة الوث قى ال انفصام لا والل
60
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah
berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan
putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT telah melarang
dengan jelas melakukan pemaksaan untuk memeluk suatu
agama. Hal ini diperkuat lagi dengan fiman Allah SWT dalam
Surat Yunus ayat 9;
منوا وعملوا الصالات ي هديهم رب هم بإميانم تري من تتهم إن الذين آ
األن هار ف جنات النعيم
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka
Karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai
di dalam syurga yang penuh kenikmatan”
e. Adanya pengakuan keberadaan agama-agama lain dan larangan
menghujat agama atau kelompok lain. seperti yang dijelaskan
dalam Qs. Al-An’am ayat 108;
يدعون من دون الل ف يسبوا الل عدوا بغي علم كذلك زي نا وال تسبوا الذين
ة عملهم ث إل ربم مرجعهم ف ي نبئ هم با كانوا ي عملون لكل أم
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik
61
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali
mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu
mereka kerjakan”
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Islam memerintahkan
manusia untuk menghormati agama lain dan dapat hidup
berdampingan dengan penganut agama lain. Islam sama sekali tidak
melarang umatnnya untuk bekerja sama ataupun saling membantu
kepada penganut agama lain, selama tidak memusuhi dan melecehkan
simbol-simbol keagamaan.
Pada dasarnya pendidikan agama dipandang sebagai faktor
penting dalam menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai kehidupan.
Wacana pluralitas yang ada dalam pendidikan agama membantu siswa
untuk mengerti, menerima, dan menghargai orang dari suku, budaya,
nilai, dan agama berbeda. Dengan kata lain, siswa diajak untuk
menghargai bahkan menjunjung tinggi pluralitas dan heterogenitas.
Paradigma adanya wacana pluralitas pendidikan mengisyaratkan
bahwa siswa belajar bersama dengan individu lain dalam suasana
saling menghormati, saling toleransi dan saling memahami.dapat
menyembuhkan pluralisme serta mampu menggali sisi perdamaian dan
toleransi. Menurut Ma‟arif (104-106) pembelajaran pendidikan agama
berbasis pluralisme seperti ini perlu di perhatikan adanya beberapa
pendekatan yang dapat di gunakan antara lain:
62
a. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
sikap dan perilaku yang baik, terutama sekali yang berhubungan
dengan nilai seperti: tenggang rasa, toleransi, saling mengasihi,
tolong menolong dll.
b. Rasional, pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik,
sehingga isi dan nilai yang di tanamkan mudah di pahami dengan
penalaran. Disisi lain pendekatan akademis cenderung
menempatkan proses pendidikan agama pada orientasi objektif.
c. Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalam
memahami realitas keanekaragaman budaya dan agama dalam
masyarakat. Sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik
untuk selalu menampilkan sikap tenggang rasa dan saling
menghormati antara agama satu dengan yang lainnya.
d. Fungsional, memfungsikan ajaran masing-masing agama (termasuk
agama Islam) terutama tentang pentingnya menghargai perbedaan
dengan menekankan segi manfaat dan hikmahnya bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari dengan tingkat
perkembangannya
BAB III
PAPARAN HASIL PENELITIAN
63
A. Gambaran Umum Pondok Pesanteren Edi Mancoro
1. Letak Geograis
Pondok pesantren Edi Mancoro yang lebih terkenal dengan
istilah Wisma Santri Edi Mancoro terletak di Provinsi Jawa
Tengah, tepatnya di Dusun Bandungan, Desa Gedangan Rt 02 Rw
01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dusun Gedangan
memiliki wilayah cukup luas yang kemudian dibagi menjadi 7
dusun dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Batas
wilayah desa Gedangan yaitu:
Timur : Sraten
Selatan : Rowosari
Barat : Beji
Utara : Sraten
Gedangan merupakan daerah yang cukup potensial secara
ekonmis, karena penghasilan warganya disamping bersumber dari
hasil pertanian padi juga bersumber dari asil pertanian kering. Desa
ini cukup terkenal sebagai penghasil buah-buahan seperti buah
salak, duku, langsep, kokosan dan lain-lain. Maka tak heran bila
masuk dalam klasifikasi desa swasembada.
Walaupun termasuk di kawasan Kabupaten Semarang
Pondok Pesantren Edi Mancoro ini lebih akrab dengan daerah
Salatiga, karena secara geograifis letaknya lebih dekat dengan
64
pusat kota salatiga. Hanya berjarak 4 km di barat Kota Salatiga
membuat Pondok Pesantren Edi Mancoro ini mudah dijangkau.
Apalagi letaknya tak jauh dari jalan raya Ambarawa-Salatiga.
Kondisi wilayah yang tidak seramai dengan daerah di
sekitarnya, menjadikan tempat strategis untuk pendidikasn seperti
pendidikan Agama atau Pesantren. Selain itu jarak yang tidak
terlalu jauh dengan pusat Kota Salatiga yang merupakan pusat
sentra pendidikan formal, mendorong bertambahnya jumlah santri
yang ingin mendalami ilmu agama di pesantren. Sebab santri yang
menetap di pesantren ini kebanyakan masih belajar di lembaga-
lembaga formal baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar.
Kondisi yang ada seperti ini tentunya mempengaruhi proses belajar
yang ada di pesantren ini, lebih jelasnya dapat dilihat dari
pendidian dan pengajaran yang ada.
2. Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro
Bila mengacu pada sebuah pendapat tentang elemen dasar
pesantren salaf Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk tipe
pesantren salafiyah. Elemen itu adalah kyai atau guru yang
mengajar, asrama sebagai tempat pemondokan santri, disamping
santri sebagai peserta didik, kitab kuning sebagai kurikulum
pesndidikannya, Masjid sebagai sarana pengajian, dan peribadatan
santri.
65
Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi
obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat
pada waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius,
sebaliknya mereka sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk
yang berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh
setempat untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan keagamaan (tafaqutifi ad-din) sebagai peredam yang
bisa mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat
setempat.
Di bawah prakarsa Bapak KH. Sholeh tokoh pendatang dari
Desa Pulutan telah berhasil mendirikan sebuah masjid yang diberi
nama Darussalam dengan sebuah bangunan kecil sebagai tempat
pemondokan bagi para santri yang akan belajar kepadanya. Masjid
ini didirikan di pinggiran desa, seakan terpisah dari pemukiman
warga pada waktu itu, walaupun sekarang sudah menyatu dengan
masyarakatnya, dan pendidikan yang diselenggaakanyapun masih
sederhana, belum sampai terbentuk semacam lembaga pendidikan
tetapi terkesan natural. Pendidikan keagamaan yang berpusat di
masjid Darussalam dan ditangani oleh Bapak Kyai Sholeh hanya
berlangsung hinggan tahun 70-an, sebab setelah beliau meninggal
tidak ada keturunanya langsung yang mau meneruskan
perjuangannya dan tidak ada tokoh lokal yang meneruskan misi
dan perjuangannya.
66
Setelah itu maka proses pendidikan di Darussalam agak
tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu,
munculah kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta
oleh masyarakat setempat dan diharapkan mampu untuk
meneruskan misi dan perjuangan pendidikan ini , dan pendidikan
pesantren ini dapat berjalan kembali seperti kepemimpinan kiai
Sholeh. Kemudian munculah KH. Mahfudz Ridwan, tokoh dari
pulutan yang merupakan alumni dari beberapa pesantren ternama
sekaligus alumni dari Universitas di Baghdad. Setelah Kyai
Sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan oleh
KH. Mahfudz Ridwan.
Pada tahun 1984 KH.Mahfudz Ridwan bersama beberapa
tokoh lokal lainya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan
yang bernama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor
14/1984. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang
sosial yang mengamban misi dan tujuan membantu pemerintah
untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan
dan mengembangkan swadaya serta sumber daya manusia
khususnya masyarakat pedesaan. Yayasan ini cukup familiar bagi
warga Salatiga, karena merupakan satu-satunya yayasan Islam
yang bergerak di bidang kemasyarakatan.
Pada akhir tahun 1989 tepatnya pada tanggal 26 Desember
1989, KH. Mahfud Ridwan mendirikan pesantren yang kebih
67
akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro dibawah “Yayasan
Desaku Maju” sebagai pusat pendidikan masyarakat khususnya
bagi masyarakat setempat sekaligus sebagai basecamp berbagai
kegiatan.
Sejak saat itu keadaan pesantren terus berkembang. Karena
yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang
telah berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di
Salatiga dan Kabupaten Semarang khususnya memecahkan
permasalahan antar umat beragama, kemudian karakter pesantren
yang pluralis dan terbuka untuk siapa saja termasuk untuk orang
non Islam oleh karena itu nama pesantren ini sangat terkenal
hingga luar negeri hingga banyak kunjungan dari luar negeri dari
berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun 2007 nama
Pondok Pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan nama
Wisma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang
sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang normatif tetapi
masih tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan
orang non Islam sebagai bentuk terciptanya konsep Islam
Rahmatan lil’alamin.
Ada sebuah pertanyaan yang menarik sering ditanyakan
oleh siapapun yang berkunjung ke pesantren ini. Kenapa pesantren
diberi nama EDI MANCORO? Yang merupakan sebuah nama
yang meggunakan Bahasa Jawa. Dimana jika melihat nama-nama
68
pesantren lainnya menggunakan bahasa Arab atau istilah-istilah
Islam.
Menurut penuturan KH.Mahfud Ridwan (Pengasuh Pondok
Pesantren Edi Mancoro), “nama Edi Mancoro itu sebenarnya nama
yang diusulkan untuk nama anak saya, jika suatu saat nanti saya
punya anak laki-laki lagi. Akan tetapi beliau tidak punya anak laki-
laki lagi maka menjadi nama pesantren ini. Edi Mancoro artinya
Edi adalah bagus atau elok dan Mancoro kira-kira berarti bersinar.
Diharapkan kelak pesantren ini menjadi pondok pesantren yang
bagus dan bersinar di seluruh penjuru dunia.
3. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro
Pondok Pesantren Edi Mancoro merupakan sebuah institusi
pendidikan keagamaan, yang berusaha membekali santri-santrinya
dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren
Edi Mancoro terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis) guna
peningkatan sumber daya santrinya. Adapun secara statistik profil
Edi Mancoro adalah sebagai berikut :
a. Nama : Pondok Pesantren Edi Mancoro
b. Alamat : Dsn. Bandungan, 02/01 Ds.
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab.
Semarang, Jawa Tengah 50773
Telepon (0298)
313329/08139239383
c. Email : [email protected]
d. Blog : www.ppedimancoro.wordpress.com
69
e. Pimpinan : KH. Mahfudz Ridwan, Lc
f. Ketua Yayasan : Muhammad Hanif. SS, M.Hum
g. Pengasuh Santri
Tahfidz
: Rosyidah, Lc
h. Tahun berdiri : 1989 M/1410 H
i. Status Tanah : Wakaf
j. Surat kepemilikan
tanah
: Wakaf Pondok Pesantren Edi
Mancoro
k. Luas tanah : 2448 m
l. Status Bangunan
1. Luas
Bangunan
2. Lapangan
Olah Raga
3. Kebun
4. Dipakai
lainnya
:
:
:
:
:
Milik Pondok Pesantren
1365 m
550 m
108 m
535 m
m. Jumlah santri : 120 orang
Putra 24 orang
Putri 96 orang
Lembaga-lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro
1. Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro
2. Koperasi Pondok Pesantren Edi Mancoro
3. Kulliyyatud Dirosah Al-Islamiyyah Wal Ijtima‟iyyah (KDII)
4. Madrasah Tahfidz
5. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Qiro
STRUKTUR PENGURUS
70
ORGANISASI SANTRI PONDOK PESANTREN EDI
MANCORO
MASA KHIDMAT 2014-2015M/ 1435-1436 H
Pelindung :
Pengasuh PP Edi Mancoro
Ketua Yayasan PP Edi Mancoro
Penasehat :
Ust. Sumarno, S.Ag
Ust. Budi Santoso, S.Pd.I
Pembina : Ustdzh. Imma Dahliyani, S.Pd.I
BADAN PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Taufiq Ashari
Sekretaris : Nurul Innayah
Bendahara : Iis Sholihah
Rayon Putra : Akrom Musabbihin
Rayon Putri : Stri Ana Farhana
BIRO-BIRO
Biro Pendidikan : Umi Arifah
Biro Litbang : Alfiatu Rahmah
Biro PU : M. Sulkhan & Putri Rifa Anggraini
UNIT PENGELOLA TEKNIK (UPT)
TBB : Chusnul Wardati
Perpustakaan : Siti Mu‟asyaroh
Komputer : Tyas Kristiana
71
Pers : Ajeng Virga
Bahasa : Naimatus Tsaniyah
PROGRAM KERJA PENGURUS PONDOK PESANTREN
EDI MANCORO
BIDANG PROGRAM KERJA
BPH - Rapat Kerja (RAKER)
- Penyusunan RAPBP
- Forum bersama (FORBER)
- Rapat Koordinasi Pengurus
- Asramanisasi Ramadhan
- HARLAH (hari lahir pondok)
- Khataman Al-Qur‟an dan Ahirussanah
- MUSTRI (musyawarah santri)
- Diskusi Lintas Agama
- PHBI dan PHBN
- Rapat Koordinasi Bulanan
- Recovering Bank Data
- Pembuatan Papan Struktur Organisasi
Pondok Pesantren Edi Mancoro
- Penerimaan santri baru (PSB)
- Pembuatan kartu tanda santri (KTS)
- Hubungan Masyarakat
- Bisyaroh Asatid
- Dana Sosial
- Ziarah
- Studi Banding
- Halal Bihalal
- Kita beda kita sama (KBKS) forum lintas
72
iman anak-anak
Rayon Putra
dan Putri
- Rapat interen masing-massing rayon setiap
bulan
- Penertiban kamar
- Pengkondisian tata tertib
- Kebersihan lingkungan
- Penggalangan dana tak terduga
- Jama‟ah shalat maghrib dan subuh
- Ziarah ke makam masayikh
- Mujahadah/qiamul lail
- Piket syawalan
Biro
Pendidikan
- Tiqroran
- Simaan dan khatamanAl-Qur‟an
- Muthalaah kitab Riyadus shalihin
- Sorogan kitab
- Bahtsul masail atau diskusi kubro
Biro Litbang
- Khitobiah
- Barjanji
- Sholat tasbih
- Istighosah
- Pelatihan kewirausahaan
- Pelatihan khot, qiro‟, dan rebana
Biro PU
- Lebelisasi perlengkapan
- Perbaikan sarana prasarana
- Plangisassi
- Baksampah
UPT TBB
- Malam pengakraban santri (mapesa)
- Rikhlah
- Kegiatan belajar mengajar
73
- Pertemuan wali santri
- Outbond
- Koordinasi interen
UPT
Perpustakaan
- Sweping buku
- Lelbelisasi
- Penambahan buku
- Pelayanan perpustakaan
- Pengklipingan Koran
- Perbaikan dan perawatan Koran
UPT
Komputer
- Penataan computer
- Jasa prin dan internet
- Perbaikan komputer
- Pelatihan komputer
- Pembuatan aplikasi data santri
UPT Pers
- Madding
- Buletin
- Pelatihan jurnalistik
UPT Bahasa - Hafalan kosa kata
- Kampung bahasa
- Pelatihan khitobiah
4. Visi, misi, tujuan, dan garis perjuangan Pondok Pesantren Edi
Mancoro
a. Visi, misi
Adapun visi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah
menyiapkan santri sebagai pendamping umat yang
sesungguhnya. Sedangkan misi Pondok Pesantren Edi Mancoro
adalah dengan membentuk santri yang mempunyai wawasan
74
keagamaan mendalam, berwawasan kebangsaan, dan
kemasyarakatan dalam konteks ke-Indonesiaan yang plural.
Serta membentuk santri yang peduli dan berkemampuan
melakukan pendampingan masyarakat secara luas. Dengan sifat
terbuka, non-profit, independen, serta mandiri dalam
menentukan kebijakan dan garis perjuangan sampai saat ini
pesantren Edi Mancoro tetap kukuh berdiri mengayomi
masyarakat.
Lalu menurut KH.Mahfudz Ridwan (pengasuh) sendiri
mengenai Edi Mancoro “Edi Mancoro memang mempunyai
visi dan misi sudah jelas agak berbeda dengan pesantren-
pesantren lain, sebab visinya untuk mengembangkan pesantren
ini lewat kegiatan-kegiatan masyarakat, bukannya di dalamnya
pesantrennya itu sendiri tapi diluar pesantren ini, akarnya
yang disebut ilmu untuk amali bukan hanya sekedar menuntut
ilmunya dan di pesantren sendirikan mengajarkan ilmu agama
bukan sekedar membaca tekstualnya saja tetapi pengasuh
memberikan secara konstektual, harapan saya sebagai
pengasuh supaya sekaligus dapat mengembangkan dan
memberdayakan kemasyarakatan, maka pesantren sangat
penting dalam mengemban amanat pemberdayaan masyarakat
itu sendiri”. W/MH/P/25-11-2014/10.25 WIB
75
Ini menunjukkan bahwa KH.Mahfudz Ridwan ialah
seorang yang mendengarkan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat dan yang juga menghayati kepentingan pendidikan
pada masa kini di Indonesia.
b. Tujuan
Tujuan Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah untuk
membina santri memiliki keilmuan baik keagamaan maupun
keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan. KH. Mahfudz
Ridwan, Lc saat acara Hari Lahir Pondok Pesantren Edi
Mancoro ke 20 memberikan pengarahan kepada santri agar
santri dapat hidup mandiri dalam segala hal dalam arti secara
keorganisasian di berikan secara penuh kepada santri, santri
dituntut untuk sadar dalam segala kebutuhan dan kewajiban
yang seharusnya di lakukan. Para santri diberitahu bahwa
“orang yang pintar adalah orang yang tahu dan mengerti
dengan bahasa isyarat” hal ini menjadi hal yang sangat di
tekankan oleh pengasuh terhadap pesantren, sehingga pesantren
di tuntut untuk mandiri dalam segala hal, baik itu dalam
kehidupannya, pengelolaannya dan sebagainya itu diserahkan
oleh santri secara menyeluruh.
Hal ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya
sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat
pondok pesantren. Mereka harus sanggup menyelenggarakan
76
sendiri kegiatan-kegiatannya dengan meminta pendapat dari
pengasuh. Contohnya dengan Organisasi Santri Pondok
Pesantren Edi Mancoro (PPEM), santri menyelenggarakan
sendiri aktivitas seperti kebersihan lingkungan, pengembangan
minat dan bakat santri. Selain itu Pondok Pesantren Edi
Mancoro bertujuan membina manusia yang beriman, berilmu
dan bertaqwa kepada Allah. Pesantren ini juga membentuk
santri sebagai pendamping masyarakat.
c. Garis Perjuangan
Untuk melihat sejauh mana kiprah Pesantren Edi Mancoro
baik tingkat lokal maupun nasional, kita dapat melihat dari
sejumlah program yang telah disusun dan menjadi misi
bersama antara kyai dan para santrinya. Secara umum untuk
meningkatkan pemahaman terhadap keIslaman, Pondok
Pesantren Edi Mancoro berusaha melakukan program secara
intensif dan berkesinambungan seperti diskusi-diskusi ilmiah,
dialog lintas agama, seminar, diklat, kursus-kursus dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk kontek jaringan, pesantren Edi
Mancoro telah banyak melakukan kerja sama baik antara
pesantren, Perguruan Tinggi, maupun dengan institusi
pemerintah atau institusi kemasyarakatan lainnya, seperti
depnaker, BI, PERCIK dan lain-lain.
77
Adapun gerak perjuangan yang ada Pesantren Edi Mancoro
tetap mengedepankan pada gerakan Islam yang plural. Karena
ini diakui sangat efektif, apalagi di era modern seperti sekarang
ini, umat Islam khususnya pesantren harus berani tampil,
membuka diri dan menerima kemajuan zaman.
5. Unsur-Unsur Pesantren
a. Kyai
Pola pangasuhan kyai di Edi Mancoro lebih bersifat
demoratis terhadap santri misalnya dalam berikir dan
beraktiitas santeri di beri kebebasan dengan melaksanakan
aktivitas apapun asal dalam koridor baik dan positi.
Pembelajaran di Edi Mancoro tidak jauh berbeda dengan
pesantren lain. Hanya bedanya pada pesantren Edi Mancoro
dalem (rumah) kyai berada terpisah dengan santri, meski
demikian santri diperbolehkan berkonsultasi secara bebas baik
dalam kajian maupun diluar kajian, ini bias berdamak pada
kondisi psikologis santri. Selain itu kyai dianggap sebagai
bapaknya sendiri dalam kehidupan pesantren Edi Mancoro.
Dalam pembelajaran KH.Mahfud Ridwan memunyai istilah
al aqlu yahdi bil isyaroh (orang berakal cukup mengerti dengan
isyarat), nah ini yang menjadi ciri khas kiyai Mahfud dalam
membimbing santri.Santri di tuntut untuk cerdas dalam berfikir,
karena kyai hanya memberi isyaratsantri harus tahu apakah
78
isyarat itu adalah ajakan, larangan ataukah suruhan untuk
melakukan sesuatu yang baik atau isyarat tidak boleh bagi yang
buruk.
b. Santri
1) Santri Muqim
Santri muqim merupakan santri yang menetap atau
tinggal di Pesantren. Jumlah santri yang muqim yaitu 120
orang terdiri dari 20 santri putra dan 100 santri putri.
Kondisi santri yang berasal dari bermacam-macam daerah
serta latar belakang yang ada harus menyesuaikan dan
mentaati aturan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
yang telah disepakati bersama.
2) Santri Non Muqim
Santri non muqim yaitu santri yang belajar di
pesantren tapi tidak menetap di pondok.Hanya mengikuti
pembelajaran yang ada tetapi tidak tinggal dan menetap di
pesantren berjumlah 6 orang.
3) Santri Lintas Agama
Santri lintas agama biasanya santri yang tidak lama
tetapi berjenjang. Seperti dengan adanya kunjungan dari
institusi lintas agama yang ingin belajar dan menyerap ilmu
dari pesantren soal keislaman. Dari tahun ketahun berbeda-
beda santri lintas agama yang datang.
79
c. Asrama
Asrama yang dimiliki Pondok Pesantren Edi Mancoro
yaitu, Asrama Putra, Asrama Putri, Gedung Serbaguna, Aula,
Kantor Pengurus, Perpustakaan, dan Ruang Komputer. Gedung
serbaguna ini dahulunya sering digunakan disewa untuk
berbagai kegiatan besar dan pertemuan, akan tetapi sekarang
beralih fungsi menjadi asrama putri dan aula utama.
d. Masjid
Lokasi masjid yang juga menawarkan pemandangan yang
indah karena terlihat pemandangan persawahan juga
Pegununggan Merbabu dan pegunungan lainnya terlihat jelas.
Disampingnya juga terdapat kolam renang yang digunakan
untuk keperluan masyarakat dan santri secara bersama seperti
tempat mandi untuk khusus putra, mencuci, bermain bagi anak-
anak dan sebagainya. Keberadaan masjid dengan asrama santri
berjarak tidak terlalu jauh tetapi dipisahkan oleh ndalem
(rumah) KH. Mahfud Ridwan. Meskipun demikian masjid
menjadi satu kesatuan yang berkaitan dengan pesantren
walaupun digunakan bersama-sama dengan masyarakat dusun
bandungan.
80
B. Model Pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro
1. Kurikulum Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, pondok pesantren
Edi Mancoro menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
keagamaan disamping mata kajian yang bersifat umum. Pesantren
ini mempunyai spesifikasi khusus untuk mendalami ilmu-ilmu
agama dengan dititik beratkan pada kemampuan membaca dan
menulis bahasa Arab dengan baik dan benar, maka pelajaran
nahwu, shorof dan halaqhoh mendapat perhatian prioritas.
Disamping itu mata pelajaran umum, ketrampilan menjadi kegiatan
ektra yang terjadwal oleh pengurus dengan menyesuaikan bakat
dan minat santri.
a. Intra : Kajian Kitab Kuning, Tahfidz Al-Qur‟an,
Tarbiyatul Banin Wal Banat
b. Ekstra : Pelatihan life skill, pengembangan Bahasa Arab
dan Bahasa Inggris, Jurnalistik, Rebana.
Adapun kegiatan harian yang dilakukan santri Pondok
Pesantren Edi Mancoro dalam tabel di bawah ini :
DAFTAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PONDOK PESANTREN EDI MANCORO
Waktu Jenis Kegiatan Tempat Keterangan
04.30-
05.00
Shalat Jama‟ah Shubuh
dilanjutkan membaca
surat Yasiin.
Aula Utama Semua Santri
81
05.00-
06.00
Ngaji Al Qur‟an Aula atas
dan aula
putra
Semua Santri
07.00-
16.00
Wajib belajar formal Bagi santri
yang masih
bersekolah
ataupun
kuliah
16.00-
17.30
Membaca Surat Al
Waqiah dilanjutkan
Kajian Kitab Tafsir
Jalalain atau Fathul
Mu‟in
Ndalem
Kyai
Semua santri
18.00-
18.15
Jama‟ah Shalat
Maghrib
Masjid
Darussalam
Semua santri
18.15-
18.30
membaca Surat Al
Mulk kecuali malam
Jumat.
Aula Putra Semua santri
18.30-
19.30
Pembacaan Asmaul
Husna dilanjutkan
Kajian malam
Kelas
masing-
masing
Semua santri
19.30-
19.45
Shalat Isya‟ aula atas Semua santri
dan ustadz
yang
mengajar
atau piket
19.45-
20.45
Kajian malam Kelas
masing-
masing
Semua santri
sesuai jadwal
20.45- Kegiatan malam sesuai aula atas Semua santri
82
22.00 jadwal yang ditentukan
biro pendidikan serta
bahasa
atau aula
putra
2. Sistem pendidikan
Sistem Pendidikan yang berada di Pondok Pesantren Edi
Mancoro selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun, ini
dilakukan dalam rangka untuk menuju tatanan yang lebih
baik.Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya
sudah dibuat oleh pengurus KDII.
Dalam kajian kitab kuning sistem yang diterapkan adalah
bandongan, serta ada mata pelajaran tertentu yang dikaji dengan
carasorogan. Namun yang lebih banyak digunakan adalah sistem
bandongan.Hal ini berkaitan dengan keadaan santri yang nyantridi
pondok pesantren ini adalah para pelajar dan mahasiswa yang
masih belajar di lembaga formal. Sehingga waktu yang digunakan
akan lebih efektif ketika menggunakan sistem bandongan.
Dalam pembelajarannya santri diwajibkan untuk mengikuti
setiap mata pelajaran yang dikaji sebagai mana jadwal yang telah
ditentukan. Jadwal ini di buat sesuai tingkatan kelas yang
ada.Untuk menjembatani problem santri baru agar dapat
menyesuaikan dengan kelas yang ada maka, dilakukan tes
penempatan bagi santri yang baru masuk di pesantren. Sehingga
diharapkan para santri dapat segera menyesuaikan dengan
83
pelajarab yang ada. Adapun mata pelajaran yang menjadi kajian
wajib bagi santri adalah:
a. Kelas I‟daad
1) Fiqh Wadhih: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang
berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.
2) Sifaul Jinan: merupakan kitab tajwid yaitu kitab yang
menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan dalam
Al-Qur‟an.
3) Akhlaqul Banin I: merupakan kitab yang berisi
mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Fasholatan: merupakan kitab yang berisi mengenai
tatacara dalam pelaksanaan sholat baik saolat fardhu
maupun shalat sunnah.
b. Kelas Khos
1) Fasholatan: merupakan kitab yang berisi mengenai
tatacara dalam pelaksanaan sholat baik saolat fardhu
maupun shalat sunnah.
2) Bahasa Arab
3) Safinah: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang berisi
mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.
4) Imla’: merupakan pelajaran mengenai kaidah tatacara
menulis dalam bahasa arab.
84
5) Akhlaqul Banin II: merupakan kitab yang berisi
mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak
dalam kehidupan sehari-hari.
6) Khulashoh I: merupakan kitab yang berisi mengenai
sejarah Islam.
7) Aqidatul Awam: merupakan kitab yang berisi
mengenai ajaran ketauhidan (keesaan) Allah swt
8) Sifaul Jinan: merupakan kitab tajwid yaitu kitab
yang menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan
dalam Al-Qur‟an.
9) Arbain Nawawi: merupakan kitab yang berisi
mengenai Hadits.
c. Kelas Awaliyah
1) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan
Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam
kehidupan.
2) Arbain Nawawi: merupakan kitab yang berisi
mengenai Hadits.
3) Amtsilatut Tasrifiyah: merupakan kitab alat yang berisi
kaidah-kaidah bahasa arab.
4) Imrith: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam
merangkai bahasa arab.
85
5) Jawahirul Kalamiyah: merupakan kitab yang berisi
mengenai ajaran ketauhidan (keesaan) Allah swt
6) Fathul Qorib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang
berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.
7) Khulashoh II: merupakan kitab yang berisi mengenai
sejarah Islam.
8) Akhlaqul Banin III: merupakan kitab yang berisi
mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak
dalam kehidupan sehari-hari.
9) Tuhfatul Athfal: merupakan kitab tajwid yaitu kitab
yang menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan
dalam Al-Qur‟an.
d. Kelas Wustho
1) Alfiyah: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam
merangkai bahasa arab atau biasa dikenal dengan kitab
nahwu
2) Ta’limul Muta’alim: merupakan kitab yang berisi
mengenai Akhlak atau tatakrama seorang yang sedang
menuntut ilmu.
3) Mustholahatul Hadits: merupakan kitab yang berisi
penjelasanmengenai derajat keskahihan, kehasanan
serta kedaifan dalam suatu hadits.
86
4) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan
Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam
kehidupan
5) Bulughul Maram: merupakan kitab yang berisi
mengenai Hadits.
6) Fathul Qarib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang
berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.
7) Tauhid: Kifayatul Awam
e. Kelas Ulya
1) Bidayatul Hidayah: merupakan kitab yang berisi
mengenai Akhlak atau tatakrama seorang dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Alfiyah: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam
merangkai bahasa arab atau biasa dikenal dengan kitab
nahwu.
3) Mustholahatul Hadits: merupakan kitab yang berisi
penjelasanmengenai derajat keskahihan, kehasanan
serta kedaifan dalam suatu hadits.
4) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan
Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam
kehidupan.
5) Bulughul Maram: merupakan kitab yang berisi
mengenai Hadits.
87
6) Mabadiul Awaliyah: kitab yang mempelajari mengenai
kaidah-kaidah, teori-teori, dan sumber-sumber dalam
menghasilkan hukum Islam.
7) Fathul Qarib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang
berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.
3. Pengajar/Ustadz
Selain KH. Mahfudz Ridwan ada juga para ustadz yang
terlibat dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Edi
Mancoro. Pengajar atau ustadz di Pondok Pesantren Edi Mancoro
berjumlah 25, yang tergabung dalam dewan asatidz yang
mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri dalam proses pembelajaran
di pesantren. Baik berasal dari masyarakat sekitar yang pernah
menimba ilmu di pondok pesantren lain ataupun alumni yang
mempunyai kepedulian terhadap perkembangan pesantren serta
para santri yang telah lulus dan telah dianggap mampu untuk
mengajar serta berkompeten pada disiplin ilmu yang telah dikuasai.
Adapun latar belakang ustadz Pondok Pesantren Edi Mancoro
adalah sebagai berikut:
a. Alumni Pesantren di Indonesia (API Salafiyah
Tegalrejo, PP Al Fakah Ploso Kediri, PM Gontor
Ponorogo, PP Roudlotut Tholibin Rembang, PP
Maslakul Huda Kajen Pati, PP Termas Pacitan dll.
88
b. Alumni dari Universitas dalam dan luar negeri
(Universitas Baghdad Irak, Universitas Al Ahgaf
Yaman, UIN Yogyakarta, STAIN Salatiga dll.
C. Jenis Kegiatan Yang Berhubngan Dengan Pluralisme
Di Edi Mancoro ini ada beberapa kegiatan yang berbeda dengan
pesantren lain:
1. Diskusi Lintas Agama
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun yang merupakan
salah satu dari program pengurus. Bias dilaksanakan dalam
rangka penutupan kegiatan “Asramanisasi Ramadhan” yang
diadakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro. Dalam diskusi ini
dihadiri oleh para pemuda dari berbagai agama dan
mendatangkan beberapa pembicara dari tokoh-tokoh agama
diantaranya tokoh agama Islam, Hindu, Budha, dan Kristen.
Acara ini di dimulai sekitar pukul 16.00 dan di akhiri dengan
acara buka bersama.
Pembahasan yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu
mengkaji suatu permasalahan yang ada dilihar dari sisi pandang
suatu agama, sebagai tambahan informasi dan wawasan.
Diskusi ini diadakan dengan harapan adanya keterbukaan antar
peserta diskusi terhadap agama lain. Sehingga kedepannya
tidak menjadi hal tabu lagi jika kelak hidup berdampingan antar
agama.
89
2. Dialog Antar Pemuda
Kegiatan ini sebenarnya hanyalah tukar wacana,
informasi, dan pengalaman keagamaan yang di wadahi dalam
Forum Lintas Iman Muda yang di fasilitasi oleh Percik dan
Pondok Pesantren Edi Mancoro. Seperti yang dilaksanakan
pada tanggal 23 Januari 2014 dengan pembahasan mengenai
kebudayaan dari persepekti agama-agama.
3. Life In Pesantren
Merupakan kegiatan yang di lakukan oleh berbagai
instansi yang tujuan untuk berdiskusi mengenal Islam dengan
cara tinggal serta mengikuti kegiatan yang ada di Pesantren Edi
Mancoro. Beberapa tamu yang pernah life in pesantren ini
diantaranya yaitu:
a) Kunjungan mahasiswa teologi Universitas Satya Wacana
pada tahun 2010 mengadakan diskusi dan mengenal
budaya-budaya yang ada di lingkungan pesantren
b) Tahun 2010 kunjungan siswa dari Australia sebanyak 20
orang selama satu malam dengan mengadakan diskusi.
c) Tahun 2013 dari Interfaith Youth of Pilgrimage (IYP)
berjumlah 30 memperoleh pengalama keagamaan yang
diperoleh dengan hidup bersama pemeluk agama lain.
90
d) Tahun 2013 dari EU Visitng berjumlah sekitar 15 orang,
mengadakan diskusi baik mengenai agama dan hal-hal yang
sifatnya umum.
e) Tahun 2014 kunjungan dari siswa Loyola sebanyak 10
orang selama 3 hari untuk saling berdiskusi dan mengetahui
kehidupan yang ada di pesantren.
f) Tahun 2014 mahasiswa asing dari Universitas Satya
Wacana Salatiga sebanyak 20 oramg untuk mengetahui
bagaimana kehidupan yang ada di pesantren.
g) Tahun 2014 kunjungan dari mahaisiswa teologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sebanyak 8 orang dilakukan
selama 3 hari untuk saling bertukar pengetahuan dan
pengalaman masalah agama, serta untuk mengetahui
kehidupan yang ada di pesantren.
4. Forum Gedangan (FORGED)
Kehadiran forum gedangan bermula dari sebuah acara
silaturrahmi SARA (suku-agama-ras-antargolongan) di wisma
santri Edi Mancoro, Salatiga.Wisma santri ini lazimnya
dipandang sebagai sebuah pesantren yang menempatkan
KH.Mahfud Ridwan penggagas acara ini, sebagai pengasuhnya.
Pesantren Edi Mancoro terletak di Desa Gedangan, Kec.
Tuntang, Kab. Semarang. Silaturrahmi digelar di tengah situasi
politik dan ekonomi di Tanah Air yang tak menentu pada tahun
91
1998. Cekaman krisis ekonomi yang sangat rendah. Di
penghujung acara pertemuan, rupanya bukan sekedar
menorehkan silaturahmi biasa, oleh karena forum ternyata
berpuncuk pada keberhasilan merumuskan pandangan dan
agenda kerja bersama dalam rangka mengantisipasi
perkembangan situasi sosial, politik, ekonomi di tanah air yang
semakin memburuk pada waktu.
Pada acara yang dihadiri puluhan aktivis dan pentolan
dialog lintas iman di wilayah Salatiga dan sekitarnya itu juga
dihadiri pengusaha Etnis Tionghoa, Tjandra Prasadja dan
aktivis NGO Dr. Pradjarta dan pendeta Dr. Th. Sumarta (alm).
Nama lembaga ini diambil dari tempat diman forum ini
di gelar: Forum Gedangan (ForGed). Dalam pertemua awal itu
juga sekalian diidentifikasi seluruh segi krisis yang terjadi
secara global, nasional, bahkan lokal dan bagaimana
menentukan pijakan perencanaan aksi (Action Planning)
bersama. Dalam pertemuan selanjutnya yang diadakan pada 27
Februari 1998, forum gedangan kemudian merumuskan agenda
kerjanya secara tersetruktur. Forged juga memutuskan
penjelasan misi dan posisi, dengan memperjelas jati dirinya
sebagai ornop.
Untuk menangani program jangka panjang dan pendek,
ForGed membentuk kepanitiaan yang sifatnya ad hoc, di
92
samping tetap sebagai pengawal berbagai ornap, pemda, dan
stiekeholders lainnya. Pertemuan itu juga memperjelas mitra
jaringan dan prioritas program menuju civilsociety.
Ada tiga program yang akan dilakukan yakni,
menggerakkan aksi solidaritas dalam rangka mengatasi
Kesulitan ekonomi bagi masyarakat marjinal, menggerakkan
aksi solidaritas dalam rangka memperkuat rasa kebangsaan
yang setara (baik antar suku, agama, atau golongan) dan dalam
rangka otonomi daerah, dalam pemberdayaan masyarakat.
(http://www.mocinpak.blogspot.com/2008/10/forum-gedangan-
forged.html diakses pada tanggal 15 November 2015 pada
pukul 09.37 wib)
D. Temuan Hasil Penelitian
1. Bentuk penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam di Pondok
Pesantren Edi Mancoro
Pondok Pesantren Edi Mancoro menamkan nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam melalui berbagai kegiatan. Untuk
mengetahui lebih jauh peneliti menanyakan bagaimana
pembelajaran yang dilakukan:
“Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya
sudah dibuat oleh pengurus KDII mulai jam 18.45-20.00 wib”
W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB
93
Pembelajaran yang berlangsung formal yaitu di diadakan di
KDII. Berlangsung setiap malam mulai jam 18.45 sampai 20.00
wib.setelah dirasa cukup kemudian peneliti mencari tahu mengenai
materi yang diajarkan:
“Materi yang diajarkan yaitu mengenai Fiqih, Bahasa
Arab, Ilmu Alat (Nahwu Sorof), Tajwid, Akhlak, dan Tarikh
(sejarah).” W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB
Selain materi tersebut dari hasil pengamatan yang
ditemukan ternyata pembelajaran yang dilakukan di pesantren ini
tidak terbatas hanya pada itu. Akan tetapi ada pembelajaran
bermasyarakat yang secara tidak langsung santri peroleh karena
tinggal di tengah-tengah masyarakat dan seringnya bersinggungan
dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan.
2. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Temuan penelitian yang ada menunjukkan adanya beberapa
kegiatan yang berbentuk plurali. Banyak juga dikalangan luar jika
mendengar kata Pesantren Edi Mancoro maka akan langsung
tertuju dengan sikap pluralnya. Seperti yang disampaikan oleh M.
Hanif.
“ pesantren itu tergantung dengan corak pemikiran dari kyainya,
ketika kyai banyak beraktivitas dengan kegiatan kemasyarakatan
maka pesantren yang dipimpin pastilah akan berbaur dengan
masyarakat disekitarnya, nah kebetulan bapak merupakan salah
94
seorang yang mengagas adanya Forum Gedangan, kemudian juga
menjadi inisiator lintas iman sobat sehingga pesantren edi
mancoro terkenal dengan konsep pluralnya” W/MH/P/25-11-
2014/21.25 WIB
Sedangkan menurut salah seorang santri menyatakan bahwa:
“disini sering ada kunjungan berbagai lembaga yang berbeda
kepercayaan dan suku bangsa, kemudian mengadakan diskusi
dengan santri, selain itu juga ada program pengurus tentang
diskusi lintas agama” W/RR/S/26-11-2014/10.15 WIB
Kegiatan yang telah didesain pengurus merupakan rangkaian
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seluruh santri. Rangkaian
kegiatan yang telah terprogram melibatkan kepanitiaan dari santri
dalam mendesain dan merancang kegiatan dengan detail. Akan
tetapi ada juga kegiatan yang sifatnya insidental dimana santri
hanya sebagai partisipan dalam kegiatan tersebut.
Menurut gus hanif “dalam kurikulum pembelajaran yang ada
di Kddi tidak di desain mengenai sikap plural, akan tetapi memang
benar ada beberapa kegiatan dari santri dengan konsep plural”
W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB
Setelah dirasa cukup mengenai adanya kegiatan yang
melibatkan agama lain maka peneliti memperdalam lagi mengenai
bentuk kegiatannya apa saja:
95
“seperti ada forum gedangan, kemudian ada life in pesantren,
diskusi lintas agama, dan ada juga lintas iman sobat muda”
W/MH/P/25-11-2014/21.25 WIB
Setelah dirasa cukup peneliti memperdalam lagi mengenai
kerjasama yang dilakukan pesantren:
“seperti dengan Percik, GKJ Sinode Salatiga, dan Uskup Agung
Semarang” W/MH/P/25-11-2014/21.25 WIB
Dari informasi yang didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
wacana pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi
Mancoro yaitu dengan diadakan berbagai kegiatan diskusi baik dari
program kerja yang telah ditentukan maupun kegiatan insidental
yang sifatnya hanya partisipan bagi santri.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas
keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Dari pengamatan yang telah dilakukan ada sesuatu yang
berbeda di Pondok Pesantren Edi Mancoro di banding dengan
pondok pesantren lain. Perbedaan tersebut terdapat pada sistem dan
kegaitan yang diterapkan. Beberapa hal yang membedakan dengan
pesantren-pesantren seperti yang disampaikan oleh salah seorang
santri
“emmh kalo saya nyantri disini itu selain memperdalam
agama Islam khususnya, selain itu juga belajar mengenai ilmu-
ilmu umum yang berkaitan dengan realita yang ada di masyarakat
96
yang majemuk. Bagaimana berkumpul dengan orang dengan
berbagai golongan terutma dengan agama lain, bagaimana
bersikap dalam memahami perbedaan yang ada diantara
masyarakat” W/RR/S/27-11-2014/09.47 WIB
a. Adanya Pengakuan Keberagaman (plural)
Sebuah hal yang menarik dimana santri yang ada di pesantren
ini diajarkan mengenai sebuah keberagaman. Dengan adanya
berbagai kegiatan yang secara langsung melibatkan santri seperti
adanya diskusi lintas agama, dan kunjungan dari berberapa
pemeluk agama lain. Para santri dapat menjadi pengabdi terbaik
(fastabiqul al khairat) kepada Allah di dunia yang plural ini. Selain
itu dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan saling
memahami sesama ciptaan-Nya. Sebagai mana pendapat salah
seorang santri.
b. Menghargai Kesetaraan atau Persamaan
Pesantren Edi Mancoro selain mengajarkan tentang adanya
perbedaan dan keberagaman juga memberikan sebuah pemaparan
akan pentingnya sebuah persamaan. Dalam persamaan inilah santri
diberitahu mengenai tugasnya di pesantren ini yaitu untuk
menuntut ilmu (tholabul ilmi) dan mentaati sebuah peraturan yang
sudah menjadi kesepakatan bersama. Selain itu fasilitas yang di
berikan kepada santri sama sehingga tidak ada perbedaan antara
97
satu sama lain. karena, manusi diciptakan di dunia sama-sama
sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin).
“disini semua yang nyantri diberlakukan sama baik kaya,
miskin, tua dan muda tidak ada perlakuan khusus, wong ngaji dan
tidur alasnya sama, peraturan juga berlaku sama” W/RR/S/27-11-
2014/09.47 WIB
c. Toleransi
Dengan melihat realita yang ada dipesantren ini bahwa titik
tekan yang ada sebagai pembeda dengan pesantren lain yaitu
adanya kebebasan (toleransi) kepada semua santri untuk aktif dan
kreatif dalam mengekspesikan dirinya dengan berbagai bentuk
aktifitas dalam mempelajari ilmu pengetahuan baik organisasi yang
ada di kampus maupun organisasi yang ada diluar kampus. Selain
itu pesantren ini juga memberikan kebebasan (keterbukaan) kepada
semua golongan, kelompok, dan komunitas baik dari muslim
maupun non muslim untuk belajar di Pesantren Edi Mancoro
meskipun hanya sesaat. Seperti halnya disampaikan oleh salah
seorang santri bahwa
“disini enak kok meskipun di pondok kita masih bisa aktif
mengikuti kegiatan yang ada dikampus, soalnya diberi ijin 2 kali
dalam sebulan yaitu ijin pulang dan ijin kegiatan, jadi meskipun di
pondok bisa menimba ilmu juga di kegiatan luar” W/PR/S/26-11-
2014/10.25 WIB
98
d. Rasa Kemanusiaan
Dalam menanamkan rasa kemanusiaan pesantren ini juga
memberikan pengajaran akan pentingnya ras kemanusiaan. yang
mejadi titik tekan disini yaitu mencetak seorang santri yang
nantinya akan menjadi pendamping umat (khadimil umat).
Sehingga dapat membantu semua orang yang membutuhkan
bantuan dalam menghadapi permasalaan yang dihadapi. Dengan
adanya kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat seperti
yang diungkapkan oleh salah seorang santri “bahwa dipesantren
ini sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat meskipun kegiatan-kegiatan kecil seperti membantu
masyarakat yang sedang mengadakan walimah, ta’ziyah ketika
ada yang meninggal, berjanjen, PHBI, perlombaan-perlombaan
hari kemerdekaan dan lain-lain” W/PR/26-11-2014/10.25 WIB
Dari informasi yang didapat dapat disimpulkan bahwa nilai-
nilai Pendididkan Agama Islam yang berwawasan pluralisat
keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro antara lain,
adanya pengakuan keberagaman (plural), sikap toleransi, rasa
kemanusiaan, dan menghargai persamaan.
99
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Dalam sebuah lembaga pendidikan sistem merupakan salah satu
hal yang akan mendukung ketercapaian suatu pembelajaran. Tak kenal
dimanapun lembaga pendidikan itu pastilah memiliki sistem yang telah
dirancang secara matang yang akan menentukan kearah kesuksesan suatu
lembaga pendidikan. Sistem yang dimiliki antara satu lembega pendidikan
dengan lembaga pendidikan lain pastilah berbeda. Karena sebuah sistem
diterapkan pastilah sudah mempertimbangkan segala aspek yang ada di
sekitar lembaga pendidikan tersebut.
Menurut Rahardjo dalam Rahman (2011:162) menyatakan bahwa
sistem pendidikan pesantren melahirkan jiwa yang menjadi karakteristik
yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan manapun. Setidaknya
karakteristik tersebut terimplikasi dalam jiwa pesantren, yaitu :
Persaudaraan, Tolong-menolong, Persatuan, Keikhlasan, Kesederhanaan ,
Kemandirian, Kebebasan, dan Pluralitas.
Sama juga dalam Pondok Pesantren Edi Mancoro juga ada sistem
yang dilaksanakan menjadi bekal mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu
dalam sebuah sistem juga digunakan untuk memberikan pengalaman dan
tambahan materi sebagai pendukung dalam mencapai tujuan yang ada.
100
Sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
tidaklah hanya terpaku pada pengkajian kitab-kitab kuning, akan tetapi ada
juga pengajaran yang tidak hanya mengacu pada khasanah keilmuan dalam
hal ini kitab dan buku semata melainkan pembelajaran yang langsung
dapat dirasakan yaitu belajar bermasyarakat. Karena dalam pembelajaran
bermasyarakat santri mendapatkan pembelajaran dari hasil pengamatan
dari sebuah kejadian yang ada di sekitarnya yang kemudian akan disaring
dan kemudian akan dijadikan sebuah teladan.
Selain itu di dalam bermasyarakat santri akan menjadi lebih peka
terhadap sebuah permasalah yang ada di masyarakat. Seperti dengan
banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat dan juga
melibatkan masyarakat. Dengan barlatih hidup bermasyarakat akan
menjadikan santri sosok yang peduli terhadap lingkungan sekitar dan dapat
menerapkannya ketika sudah kembali ke daerah masing-masing.
B. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Pesantren Pesantren Edi Mancoro sejak awal berdiri sudah banyak
bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan yang berbau plural. Akan tetapi
walaupun demikian lembaga pendidikan ini masih memegang sebuah
prinsip metodologis yaitu memelihara tradisi-tradisi lama yang baik dan
tidak meninggalkan tradisi baru yang lebih baik. Dengan prinsip yang ada
santri dituntut untuk lebih berfikir kritis dan berwawasan lusa untuk dapat
menjaga tradisi yang sudah ada dan mengembangkannya kearah yang
lebih baik tentunya. Selain itu juga harus dapat menyikapi permasalahan-
101
permasalahan yang berkembang disekitarnya mengikuti perkembangan
zaman yang terjadi sanggat pesat.
Keterbukaan Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam menerima
sebuah kenyataan bahwa banyak agama non musim yang tertarik untuk
mendalami atau hanya untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam di pondok
pesantren. Hal ini memberikan gambaran bagai mana pesantren ini akan
tetap memegang prinsip metodologis yang ada. Banyaknya kunjunggan
dari berbagai agama dan kebudayaan ini dikarenakan terkenalnya pondok
pesantren ini dengan pondok yang plural. Artinya banyak orang-orang di
luar sana yang ketika mendengar nama Edi Mancoro makan akan langsung
tertuju pada satu argument yaitu pondok yang mengakui adanya
keanekararagaman atau plural.
Kunjungan-kunjungan yang ada tidak lepas dari adanya kerjasama
yang ada di pondok ini. Seperti penuturan Gus Hanif yang menyataka
bahwa di pondok ini menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga
keagamaan lain seperti GKJ Sinode, Uskub Agung Semarang, dan juga
kejasama dengan Percik.
Dari adanya kerjasama itu sehingga banyak kegiatan-kegiatan
lintas iman ataupun lintas agama yang di bertempat di Pondok Pesantren
Edi Mancoro. Meskipun santri hanya sebagai partisipan dari kegiatan
diskusi yang ada akan tetapi juga ada sebuah kegiatan lintas iman yang
telah di rancang dan diadakan oleh pengurus pondok. Kegiatan yang ada
hubungannya dengan adanya kerjasma ini yaitu adanya diskusi yang
102
diadakan oleh teman-teman dari sobat muda, teman-teman dari berbagai
lembaga, maupun teman-teman dari pengurus pondok sendiri yang
mendatangkan tamu dari berbagai lintas agama.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan santri dengan
berintreaksi kepada orang yang non muslim yang berasal dari berbagai
wilayah dapat lebih membuka wawasan santri agar dapat berdampingan
dengan realita kemajemukan yang akan dijumpai di kehidupan yang
sebenarnya.
Kegiatan-kegiatan yang pluralis yang ada di Edi Mancoro seperti
adanya diskusi lintas iman, life in pesantren, dan adanya kunjungan dari
berbagai lembaga agama. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk
kegiatan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama.
Dari realita yang ada Pondok Pesantren Edi Mancoro menerapkan
konsep pembelajaran berwawasan pluralitas keberagamaan. Jika
menengok kembali visi, misi dan tujuan pesantren ini didirikan yaitu:
Visi: untuk menyiapkan santri menjadi pendamping umat atau
masyarakat. Misi: membentuk santri yang memiliki wawasan keagamaan
mendalam, berwawasan kebangsaan, dankemasyarakatan dalam konteks
ke-Indonesaan yang plural. Serta membentuk santri yang peduli dan
berkemampuan melakukan pendampingan masyarakat secara luas, untuk
menyiapkan santrinya menjadi pendamping masyarakat yang berwawasan
kebangsaan yang plural. Tujuan: untuk membina santri memiliki keilmuan
baik keagamaan maupun keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan.
103
Dari landasan yang ada Pondok Pesantren Edi Mancoro dijadikan
sebuah pusat dalam mengeluarkan gagasan dan menentukan sebuah
kebijakan dalam membantu kerja dari pemerintahan dalam menghadapi
sebuah problem yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga banyak
kegiatan-kegiatan yang diadakan di pesantren ini yang menghasilkan
sebuah kesepakatan bersama antara pemeluk agama, elemen masyarakat
dan lembaga Islam maupun non muslim yang bertujuan untuk kepentingan
bersama dalam memecahkan problem yang terjadi dimasyarakat. Sehingga
banyak komunitas yang didirikan dari pesantren ini seperti Forged, Sobat,
Sobat Muda, dan KBKS. Sampai saat inipun masih banyak kunjungan-
kunjungan dari berbagai lembaga untuk mengenal bagaimana kehidupan
Islam di pondok pesantren.
C. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui Wacana Pluralitas Ke-
beragamaan Yang Ada Di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Dari berbagai kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro
didesain sebagai wahana pengembangan diri para santri yang ada. Apa
yang di miliki sebagai hakikat menjadi seorang santri dan juga pelajar
kegiatan-kegiatan tersebut mendorong untuk berwawasan luas dan terbuka
dengan berbagai gejolak yang ada di sekitarnya. Garis besar dari Nilai-
Nilai Pendidikan Agama Islam ada 3 yaitu: akidah, ibadah dan akhlak.
1. Keimanan atau akidah
Aqidah adalah sebuah konsep yang mengimani manusia
seluruh perbuatan dan prilakunya dan bersumber pada konsepsi
104
tersebut. Aqidah Islam dijabarkan melalui rukun iman dan
berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan diri
dari perbuatan syirik, aqidah islam berkaitan pada keimanan.
Akidah dalam syari‟at Islam meliputi keyakinan dalam hati
tentang Allah, Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan
dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya dan perbuatan dengan amal shaleh. Akidah demikian
itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak ada
dalam hati atau ucapan di mulut dan perbuatan, melainkan secara
keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah. Yakni tidak
ada niat, ucapan dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang
yang beriman kecuali yang sejalan dengan kehendak dan perintah
Allah serta atas dasar kepatuhan kepada-Nya (Syafa‟at 2008: 53).
Penanaman keyakinan terhadap akidah agama Islam terhadap ini
tidak hanya menjadi pengetahuan semata, akan tetapi nilai-nilai
akidah tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan
seehari-hari. Maka ketika dihadapkan dengan realita plural yang
ada atupun ketika bersama dengan pemeluk agama lain
hendaknya berpegang teguh kepada akidah yang dipercayai.
Seperti dalam surat Ali-Imran ayat 19:
ين عند الل اإلسالم ..…… إن الد
105
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam…”
2. Ibadah
Ibadah merupakan suatu wujud perbuatan yang dilandasi
oleh rasa pengabdian kepada Allah Swt. Keimanan merupakan
pundamen, sedangkan ibadah merupakan manisfestasi dari
keimanan tersebut (Aswil, 1999:18). Jadi dapat dipahami bahwa
ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari
keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari
keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah
seseorang ditentukan oleh kualitas keimannya. Semakin tinggi
nilai ibadah yang dimiliki seseorang maka akan semangkin tinggi
pula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau bukti
nyata dari aqidah. Dalam pembinaan ibadah ini, firman Allah
Swt dalam surat Taha ayat 132:
قوى وأمر ها ال نسألك رزقا نن ن رزقك والعاقبة للت أىلك بالصالة واصطب علي “Dan perintah kanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu mengerjakannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberikan rizki
kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang
yang bertaqwa”
3. Akhlak
Pendidikan Akhlak adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama, karena yang baik menurut
akhlak, baik pula menurut agama, dan yang buruk menurut ajaran
106
agama buruk juga menurut akhlak. Akhlak merupakan realisasi
dari keimanan yang dimiliki oleh seseorang.
Akhlak berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun,
yang secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat (Hamzah, 1996:11). Dari pengertian ini dapat
dipahami bahwa akhlak sangat berhubungan dengan aktivitas
manusia baik dalam hubungannya dengan dirinya, orang lain
serta lingkungan sekitarnya. Ahmad Amin merumuskan “akhlak
ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada
yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat (Hamzah, 1996: 11).
Akhlak akan diterapkan siapapun dimanapun berada.
Secara umum akhlak ini dibagi menjadi tiga yaitu: 1) akhlak
kepada Allah SAW 2) akhlak kepada dirinya 3) akhlak kepada
sesame atau orang lain.
Jika dikaitkan dengan sikap plural yang ada maka akhlak
terhadap sesama makhluk yaitu dengan adanya sikap saling
menghargai atau toleransi. Karena setiap agama memiliki
kepercayaan yang berbeda sehingga tidak dapat seseorang
memaksakan apa yang dipercayainya dari agama yang dia anut
kemudian diterapkan pada agama lain. sehingga harusnya antar
107
pemeluk agama memiliki sikap saling menghargai. Sebagaimana
ayat Al-Qur‟an surat Al-Kaafirun ayat 6 :
لكم دينكم ول دين
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Dari berbagai kegiatan yang bersifat pluralis di Pondok Pesantren
Edi Mancoro terdapat beberapa nilai yang menjadi pesan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan selanjutnya antaralain ada nilai:
1) Pengakuan adanya kemajemukan
Yang dimaksud dengan pluralisme adalah semua yang
diciptakan oleh Allah dialam semesta ini yang sudah menjadi
sunnatullah bahwa agama Islam sendiri megajarkan bahwa
perbedaan itu akan membawa rahmat bagi umatnya kepada
seluruh alam. Artinya santri dalam hal ini harus menyadari dan
mengakui bahwa yang di ciptakan oleh Allah dalam bentuk yang
berbeda. Dengan tujuan agar manusia berlomba-lomba dalam
menunjukkan usaha dan pengabdian terbaik (fastabiqul khairat)
kepada tuhan-Nya di dunia yang plural dala pengembangan ilmu
pengetahuan dan saling memahami (Anshori, 2010;149).
2) Kesetaraan atau persamaan
Persamaa disini adalah bahwa semua yang diciptakan
Allah dalam bentuk yang plural bersumber dari satu sang
pencipta yaitu Allah. Misalnya Allah menciptakan kitab-kitab
108
yang sebelum Al-Qur‟an di turunkan kepada nabi muhammad
adalah datang dari tuhan yang sama dan Al-Qur‟an merupakan
wahyu tuhan yang terakhir yang bersifat penyempurna wahyu-
wahyu sebelumnya (Anshori, 2010:151).
3) Toleransi
Secara etimologi toleransi berasal dari bahasa belanda
tolerantie yang kata kerjanya adalah toderan. Atau berasal dari
bahasa inggris tolerantion yang berarti menahan diari, sabar,
membiarkan orang lain dan berhati lapang terhadap pendapat
yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
sikap menghargai pendirian yang berbeda dengan pendiriannya.
Dalam bahasa arab toleransi dapat disebut dengan
tasamuh yang artinya sikap membiarkan, jadi toleransi (tasamuh)
adalah sikap menghormati dan menghargai keyakinan atau
kepercayaan atau budaya atau kultur seseorang atau kelompok
lain dengan sabar dan sadar. Yang perlu dicatat adalah toleransi
tidak berarti ikut membenarkan keyakinan atau kepercayaan
orang lain tetapi lebih pada menghormati dan menghargai hak
asasi yang berbeda. Penanaman toleransi ini sudah dicontohkan
oleh Rasulullah Muhammad ketika melakukan hijrah ke
madinah.
Menurut Iskandar dalam Ma‟arif (2005: 13-14) Toleransi
berarti kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan
109
dan perilaku yang dimiiki oleh orang lain. Dalam literature
agama (Islam), toleransi disebut sebagai tasamuh artinya adalah
sifat atau sikap menghargai, membiarkan atau membolehkan
pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan
pandangan kita.
Jika pengertian toleransi seperti yang diungkapkan diatas
diimplementasikan dalam kehidupan agama, maka dapat berarti
mengakui, menghormati, dan membiarkan agama atau
kepercayaan orang lain.
4) Kemanusiaan
Bahwa Allah menciptakan manusia di dunia secara sama
dan nilai-nilai kemanusiaan dijamin oleh Allah, yakni melindungi
kehormatan, nyawa dan harta benda manusia. Dalam sejarah
Islam disebutkan bahwa Rasulullah memberikan khutbah kepada
15000 orang yang ada di makkah. Yang menarik dari khotbah
tersebut adalah Rasul menyeru kepadaumat manusia dengan
mengunakan uslub nida “ ayyuhan an-nas” yang artinya wahai
umat manusia bukan umat muslim.
Dalam khotbah tersebut Nabi Muhammad mengatakan
bahwa semua manusia tanpa memandang agama, suku dan
lainnya diciptakan oleh Allah dengan derajat yang paling tinggi.
Karena manusia adalah ciptaan tuhan.
110
Kaum muslim diperintahkan untuk berbuat baik
(menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan) dan bertindak adil
terhadap mereka yang non muslim sepanjang mereka tidak
melakukan penyerangan dan penggusiran.
Menurut Khisbiyah dalam Ma‟arif (2005:86) menyatakan
bahwa pendidikan seharusnya mengajarkan kepada setiap
anggota masyarakat untuk dapat menghargai dan membekali
mereka dengan kemampuan untuk hidup bersama secara rukun
sebagai sesame umat manusia. Jika tidak belajar untuk hidup
bersama maka, seperti dikatakan Luther King, umat manusia
akan saling menghabisi akibat kebodohannya.
Pendidikan sesungguhnya merupakan sarana yang sangat efektif
untuk menginternalisasikan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi pada
peserta didik. Perbedaan agama yang ada bukanlah menjadi penghalang
untuk bergaul dan bersosialisasi diri. Justru pendidikan agama dengan
mahasisiwa yang beragama dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menggalidan menemukan nilai-nilai keagamaan pada agamanya sekaligus
dengan mengenal tradisi agama orang lain. Nilai-nilai tersebut adalah nilai
kebenaran, kebajikan, kasih sayang dan kedamaian. Melalui media
pendidikan seperti ini, diharapkan akan terbangun suasana saling
menemani dalam kehidupan beragama secara dewasa, tidak ada yang
superior ataupun inferior, serta terbukanya suasana untuk saling dialok
111
yang memungkinkan terbukanya wawasan sepiritualitas baru tentang
keagamaan dan keimanan masing-masing (Ma‟arif, 2005:89).
Muhammad Mustofa Ayoubi dalam Effendi(2009:16) Penegasan
Al-Qur‟an yang jelas dan diulang dua kali dalam surat An-Nisa ayat 19
dan ayat 85 masih dinafikkan oleh orang-orang muslim. Karena
sesungguhnya yang dimaksud Al-Qur‟an dengan ungkaan Islam dalam
dua ayat tersebut bukanlah identitas keislaman legal tentang orang-orang
Islam melainkan jalan kepasrahan total kepada tuhan, yang terbuka pada
semua orang yang beriman semenjak Adam hingga akhir zaman.
Dari temuan penelitian nilai-nilai yang ada diatas lebih cenderung
terhadap perilaku dan keyakinan. Akan tetapi perilaku merupakan
implementasi dari keyakinan yang di percayai. Adanya pengakuan
kemajemukan, toleransi, dan rasa kemanusiaan di dasari akan keyakinan
atau keimanan yang di miliki. Nilai dasar dari pendidikan pluralism adalah
penanaman dan pembumian nilai toleransi, empati, simpati dan solidarits
sosial (Ma‟arif, 2005:94). Selain itu dengan adanya diskusi yang sering di
lakikan justru menambah keyakinan atau keimanan terhadap Allah.
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari data-data dan uraian yang penulis sajikan dalam
sekripsi ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam yang ada di
Pondok Pesantren Edi Mancoro ini tidak hanya dilakukan melalui
pembelajaran malam yang mengkaji mengenai kajian keagamaan yang
ada. Akan tetapi juga melalui berbagai kegiatan yang dilakukan santri
dalam kehidupan bermasyarakat. Partisipasi santri dalam kegiatan ber-
masyarakat ini yang lebih efektif dalam penanaman nilai-nilai agama
yang ada. Sehingga kelak ketika berhadapan dengan kehidupan yang
sebenarnya dapat menerapkannya.
2. Wacana Pluralitas Keberagamaan yang ada di Pondok pesantren Edi
Mancoro dapat dilihat dari keterbukaan pesantren dalam menerima
berbagai kunjungan dan kerjasama dari berbagai pemeluk agama.
Selain itu juga dengan adanya berbagai kegiatan yang di programkan
dan juga melibatkan partisipasi aktif siswa dalam menerima dan
mengikuti diskusi lintas agama yang ada.
3. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam mencakup tiga poin antaralain
yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Dalam penanaman nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralism yang ada di
Pondok pesantren Edi Mancoro ini lebih terlihat pada nilai-nilai akhlak
113
ataupu muamalah. Antara lain adanya pengakuan kemajemukan, sikap
toleransi, rasa persamaan dan rasa kemanusiaan.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran guna perkembangan sselanjutnya kearah yang
lebih baik:
a. Dengan adanya berbagai kegiatan yang ada, diharapkan santri
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang tersebut
sehingga dapat menjadi menambah wawasan yang luas bagi
seorang santri.
b. Dengan adanya wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren
Edi Mancoro diharapkan santri dapat lebih terbuka terhadap realita
kemajemukan yang ada di sekitarnya. Sehingga dapat benar-benar
menjadi pendamping umat sesuai dengan tujuan dari pondok
sendiri.
114
Daftar Pustaka
Ahmadi, Tafsir. 2010. Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasman Rohani dan
Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al Bana, Gema. 2006. Doktrin Pluralism Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Menara.
Ali, Mukti. 2006. Pluralism Agama di Persimpangan Menuju Tuhan. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Anshori. 2010. Transformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gaung Persaada Perss.
Aswil Rony, 1999, Alat Ibadah Muslim Koleksi Museum Adhityawarman, Padang:
Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Barat.
Darajat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Daymon, Cristine. 2002. Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations dan
Marketing Communication. Jakarta: Benteng Pustaka.
Dhofer, Zamakhsyuri. 1984. Tradisi Pesantren ;Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai. Jakarta: LP3S.
Effendi, Djohan, 2009. Islam dan Pluralism Agama (Kumpulan Tulisan).
Yogyakarta: Insist Press
Ghani, Djuanidi. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan Kualitatif, Prosedur, Tehnik,
dan Teori. Surabaya: PT. Bila Ilmu .
Hamzah Ya‟qub, 1996, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro
http://ahmadalim.blogspot.com/2010/02/agenda-liberalisasi-pesantren-di.html.
http://www.mocinpak.blogspot.com/2008/10/forum-gedangan-forged.html
Kristiawan, Muhammad. 2007. Islam According to Nurcholish Madjid. Its
Implication Toward Islamic Education. STAIN Salatiga.
Ma‟arif, Samsyul. 2011. The Baeuty of Islam “Dalam Cinta dan Pendidikan
Pluralisme. Semarang: Need‟s Press.
Ma‟arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralism di Indonesia. Yogyakarta: Logung
Pustaka
Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama
115
Milles, Mattew B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT UI Perss.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatoif. Yokyakarta: Reka
Sarasin.
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nadroh, Siti. 1990. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Pranata Media Group.
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Perss.
Poerwodarminto, WJS. 1999. Kamu Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rahman, Musthafa. 2011. Humamisasi Pendidikan Islam Plus Minus Sistem
Pendidikan Pesantren.Semarang : Walisongo Press.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intregatif
di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS
Saerozi, M. 2004. Politik Pendidikan Agama Dalam Era Pluralism: Telaah
Historis Atas Kebijakan Pendidikan Agama Konfensional di Indonesia.
Yogyakarta: Tiarawacana.
Sukarja, Ahmad. 1995. Piagam Madinah Dan Undang-Undang Dasar 1945:
Kajian Perbandinga Tentang Dasar-Dasar Hidup Bersama Dalam
Masyarakat. Jakarta: UI Press
Suprayogo, Imam dan Tabroni. 2001. Metodologi Sosial Agama.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syafaat, H. TB.Aat. 2008. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Islam Dalam Persepektif Islam, Bandung:
PT Remaja Rosda Karya
116
Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralism Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta:
Persspektif
Umar, Husain. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yasmadi, Dra. 2005. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Ciputat: Quantum Teaching.
Yatim, Badri. 1999. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Zainuddin, H. M. 2010. Pluralism Agama Pergulatan Dialok Islam–Kristen di
Indonesia. Malang: UIN–Mlik Perss.
117
118
119
120
DESKRIPSI WAWANCARA
121
Pada hari Selasa, 25 November 2014 pukul 20.30 wib tepatnya setelah
kegiatan Tikroran, Ketua Yayasan yaitu Gus Hanif sedang berada di aula atas.
Lalu peneliti menemui beliau untuk mewawancarai mengenai sejarah berdirinya
Pondok Pesantren Edi Mancoro. Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti
memperkenalkan identitas dan memberikan surat izin penelitian kepada beliau.
Beliau menyambut peneliti dengan baik dan akhirnya peneliti melanjutkan apa
yang menjadi tujuan :
Peneliti : Kapan berdirinya Pondok Pesantren Edi Mancoro ?
Gus Hanif : Pada tahun 1970, seorang tokoh pendatang dari Desa Pulutan,
yaitu K.H.Muh Sholeh mendirikan sebuah masjid yang diberi nama
“Darussalam” yang kemudian dijadikan tempat kegiatan-kegiatan
keagamaan. setelah beliau meninggal dilanjutkan oleh kyai
Sukemi, seseorang yang dipercaya oleh masyarakatnya untuk
melanjutkan perjuangan Bapak K.H Sholeh hingga beliau
meninggal tahun 1984.
Peneliti : Setelah Kyai Sukemi meninggal siapa yang melanjutkannya lagi ?
Gus Hanif :Yang melanjutkan seorang tokoh pendatang dari pulutan yaitu
Bapak KH.Mahfudz Ridwan Lc bersama tokoh lokal yaitu Muh
Sholeh, Matori Abdul Jalil, Zainal Arifin, dan Ali Tahsisudin pada
tahun 1984.
Peneliti : Apakah dalam perjuangannya masih meneruskan perjuangan K.H.
Sholeh dan Kyai Sukemi ?
Gus Hanif : “ya” dengan mendirikan Yayasan Desaku Maju yang bergerak
dalam bidang sosial dengan visi dan misi membantu pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan swadaya
masyarakat desa.
122
Peneliti : Dalam hal apa yayasan desaku maju dalam menyejahterakan
masyarakat desa pada waktu itu ?
Gus Hanif : Melalui kelompok mandiri di masyarakat, terdapat 63 kelompok
diantaranya koperasi usaha, kelompok KUB sejahtera, tukang
perah susu, penderes kelapa. Serta melalui pendirian sebuah
lembaga pendidikan Agama Islam yaitu Pondok Pesantren Edi
Mancoro. Dan pada tahun1989 tepatnya pada tanggal 26 Desember
yang diberi nama Wisma Santri Edi Mancoro”, pada akhir tahun
2006 tepatnya pada 31 Desember berganti nama menjadi “Pondok
Pesantren Edi Mancoro” di bawah naungan yayasan “Pondok
Pesantren Edi Mancoro”.
Peneliti : Mengapa nama pondok ini Pondok Pesantren Edi Mancoro ?
Gus Hanif : Edi Mancoro adalah nama dalam bahasa jawa. Edi adalah bagus
atau elok dan Mancoro kira-kira berarti bersinar. Yang
substansinya menyinari serta identik dengan rahmatan lil „alamin.
Setelah selesai menanyakan bagaimana proses sejarah berdirinya Pondok
Pesantren Edi Mancoro, peneliti langsung melanjutkan pertanyaan lain yang
berkaitan dengan visi, misi, tujuan serta garis perjuangan.
Peneliti : Apa visi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro ?
Gus Hanif : Mencetak kader umat sebagai pendamping masyarakat.
Peneliti : Apa misi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro ?
Gus Hanif : Membentuk santri yang memiliki wawasan keagamaan
mendalam, berwawasan kebangsaan, dan kemasyarakatan dalam
kontek keindonesiaan yang plural, Memberikan dakwah islam
disamping pendidikan dan pengajaran.
123
Setelah selesai menanyakan bagaimana visi, misi Pondok Pesantren Edi
Mancoro, maka peneliti selanjutnya melanjutkan pertanyaan mengenai hubungan
santri dengan keturunan kyai dan dengan masyarakat sekitarnya.
Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antara santri dengan
keturunan kyai serta dengan masyarakat sekitar ?
Gus Hanif : Hubungan yang terjalin antara kyai dengan santri tidak ada
sekat, juga sangat dekat. Ketika ada masalah mereka sowan ke
ndhalem. Sedangkan dengan masyarakat sekitar, juga terjalin
baik terbukti dengan santri yang dalam setiap acara pondok
pesantren mereka ikut terlibat.
Peneliti : mengapa pesantren ini terkenal dengan ke pluralannya?
Gus hanif : karena disini banyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan
beberapa pemeluk agama lain dan juga sering adanya kunjungan
dari berbagai lembaga-lembaga keagamaan yang dating kemari
untuk belajar islam.
Peneliti : Mengapa demikian?
Gus hanif : Sebuah lembaga pendidikan dalam hal ini pesantren sangat
tergantung dengan corak berikir kyainya, ketika kyai banyak
beraktivitas dengan kegiatan lintas agama maka pesantren itu
akan terkenal dengan corak pluralnya. Disini bapak merupakan
salah seorang inisiator lintas iman sobat, dan pengagas forum
gedangan.
Peneliti : Adakah kerjasama yang dilakukan oleh pesantre dengan
lembaga keagamaan?
Gus hanif : Ada, seperti dengan percik, GKJ sinode salatiga, dan uskup
agung semarang
124
Setelah selesai melakukan wawancara dengan ketua yayasan, peneliti
melanjutkan wawancara kepada direktur KDII : Khoerul Afifah.
Peneliti : Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren
Edi Mancoro ?
Khoir : Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya
sudah dibuat oleh pengurus KDII mulai jam 19.45-20.00 wib.
Serta ketika dalam tahun ajaran baru ataupun sudah mulai kajian
jika ada santri baru yang masuk maka santri diharuskan mengisi
formulir pendaftaran dan melakukan administrasi pembayaran,
setelah itudilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan yang dimiliki. Hal itu lalu berlanjut dengan
penempatan kelas agar dapat mengikuti sesuai kemampuannya.
Semua kajian KDII berlangsung kecuali hari Jumat. Adapun
materi yang diajarkan yaitu mengenai Fiqih, Bahasa Arab, Ilmu
Alat(Nahwu Sorof), Tajwid, Akhlak, dan Tarikh (sejarah).
Dalam kurikulum pembelajaran yang ada di KDDI tidak di
desain mengenai sikap plural, akan tetapi memang benar ada
beberapa kegiatan dari santri dengan konsep plural. Dalam
kajian kitab kuning sistem yang diterapkan adalah bandongan,
serta ada mata pelajaran tertentu yang dikaji dengan cara
sorogan. Namun yang lebih banyak digunakan adalah sistem
bandongan. Hal ini berkaitan dengan keadaan santri yang
nyantri di pondok pesantren ini adalah para pelajar dan
mahasiswa yang masih belajar di lembaga formal. Sehingga
waktu yang digunakan akan lebih efektif ketika menggunakan
sistem bandongan.
Lalu peneliti melanjutkan pertanyaan mengenai alasan mengapa memilih
tinggal di pondok pesantren dan hubungan yang terjalin antara santri dengan
masyarakat.
125
Peneliti : Mengapa anda memilih tinggal di pondok pesantren ?
Putri Rifa : Saya memilih tinggal di pondok pesantren karena saya ingin
hidup mandiri, mencari ilmu untuk bekal di rumah dan di
masyarakat nanti. Disini pula saya bisa belajar ilmu-ilmu agama
lebih dalam lagi. Selain itu disini enak kok meskipun di pondok
kita masih bisa aktif mengikuti kegiatan yang ada dikampus,
soalnya diberi ijin 2 kali dalam sebulan yaitu ijin pulang dan ijin
kegiatan, jadi meskipun di pondok bisa menimba ilmu juga di
kegiatan luar
Roro risa : disini semua yang nyantri diberlakukan sama baik kaya,
miskin, tua dan muda tidak ada perlakuan khusus, wong ngaji
dan tidur alasnya sama, peraturan juga berlaku sama. saya
nyantri disini itu selain memperdalam agama islam khususnya,
selain itu juga belajar mengenai ilmu-ilmu umum yang berkaitan
dengan realita yang ada di masyarakat yang majemuk.
Bagaimana berkumpul dengan orang dengan berbagai golongan
terutma dengan agama lain, bagaimana bersikap dalam
memahami perbedaan yang ada diantara masyarakat”
Peneliti : apakah ada kegiatan yang melibatkan masyarakat si sekitar?
Putri Rifa : ada meskipun kegiatan-kegiatan kecil seperti membantu
masyarakat yang sedang mengadakan walimah, ta‟ziyah ketika
ada yang meninggal, berjanjen, PHBI, perlombaan-perlombaan
hari kemerdekaan dan lain-lain
Roro Risa : disini sering ada kunjungan berbagai lembaga yang berbeda
kepercayaan dan suku bangsa, kemudian mengadakan diskusi
dengan santri, selain itu juga ada program pengurus tentang
diskusi lintas agama.
126
127
128
DOKUMENTASI
i. Diskusi dengan para calon romo
ii. Kegiatan malam jum’at
129
iii. Kunjungan dari ueu visiting
130
iv. Diskusi Lintas agama
v.
peserta diskusi lintas agama
131
vi. Sorogan kitab
132
vii. kunjungan dari faster dari universitas sanata darma
viii. Ro’an Pondok
133
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Aulia Ulfa Dewi Program Studi : Pendidikan Agama Islam
NIM : 111 10 167 Dosen PA : Dra. Hj. Maryatin
Jurusan : Tarbiyah
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Nilai Keterangan
1 Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (Opak) oleh
Dewan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
25-27 Agustus
2010
3 Peserta
2 User Education (Pendidikan
Pemakai) UPT perpustakaan
STAIN Salatiga
20-25
September 2010
3 Peserta
3 Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-20(PLCPP
XX) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
8-11 Oktober
2010
3 Peserta
4 Seminar Nasional Pendidikan
”Membudayakan sebuah
Pendidikan Berkarakter Ke-
Indonesia-an dalam Pendidikan
Formal” (Potret Sekolah
Alternatif) oleh HMJ Tarbiyah
6 November
2010
6 Peserta
5 Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) oleh Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) Komisariat Djoko
Tingkir Salatiga
12-14
November 2010
3 Peserta
134
6 Geladi Wira Brigsus ke-17
(GWB XVII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
26-29
November 2010
3 Peserta
7 National Workshop of
Enterpreneurship and Basic
Cooperation 2010 Oleh Kopma
Fatawa
19 Desember
2010
6 Peserta
8 Pembrivetan dan Pelantikan
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
25-26 Desember
2010
3 Peserta
9 Bedah novel “BUMI CINTA”
Bersama Ust.Habiburrahman El
Sherazy,Lc oleh FS SKI Kota
Salatiga
30 Januari 2011 2 Peserta
10 SK Pengangkatan Reka Kerja
Musyawarah Racana –
Musyawarah Brigade Khusus
(MUSRAC-MUSSUS) ke 22 &
12 Tahun 2011 Racana Kusuma
dilaga-Woro Srikandhi
7 Februari 2011 3 Sie
Perlengkapan
11 Temu Prestasi Penggalang dan
Penegak oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi
18-20 Februari
2011
3 Panitia
12 Latihan Gabungan (LATGAB)
Brigsus Nogo Sosro Sabuk Inten
Racana STAIN Kudus dan
Brigsus Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
25-27 Februari
2011
3 Peserta
135
13 Gladi Tangguh Brigsus ke-6
(GTB XI) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
30 April-1 Mei
2011
3 Peserta
14 Galang Tangkas se-Eks
Karisedenan Surakarta Oleh
Racana Universitas
Muhammadiah Surakarta
7-8 Mei 2011 4 Juri
15 Penyuluhan Peraturan Kawasan
Kampus Bebas Tanpa Rokok
oleh STAIN Salatiga
11-12 Mei 2011 3 Peserta
16 Seminar Nasional Pendidikan
“Realisasi Pendidikan Karakter
Bangsa dalam Kurikulum
Pendidikan Nasional” Oleh HMJ
Tarbiyah
20 Juni 2011 6 Peserta
17 PUBLIC HEARING
“Meningkatkan Tatanan
Birokrasi Kampus yang Berbasis
Pada Prinsip-Prinsip Integritas”
oleh Senat Mahasiswa (Sema)
STAIN Salatiga
25 Juni 2011 3 Peserta
18 Akhirussanah Ma‟ad STAIN
Salatiga 2011 oleh ma‟had
STAIN Salatiga
16 Juli 2011 2 Panitia
19 Program Mahad Mahasiswa
selama Satu Tahun
17 Juli 2011 2 Peserta
20 Praktikum Kepramukaan
Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga
22-27 Juli 2011 3 Peserta
136
21 Amalan Ramadhan Racana ke-
13 (ARR XIII) oleh Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
13-17 Agustus
2011
2 Panitia
22 Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-21(PLCPP
XXI) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
30 September-3
Oktober 2011
3 Panitia
23 Seminar Regional oleh IPNU
Kab. Semarang dan PMII Kota
Salatiga
30 November
2011
4 Peserta
24 Pembrivetan dan Pelantikan
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
10-11 Desember
2011
3 Panitia
25 SK Pengangkatan Dewan
Brigade Khusus Nagasandhi
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
25 Januari 2012 3 Danka PP
26 Praktikum Mata Kuliah Etika
Profesi Keguruan oleh STAIN
Salatiga
10 Februari
2012
2 Peserta
27 Praktikum Mata Kuliah
Komputer Multimedia oleh
STAIN Salatiga
14-15 Februari
2011
2 Peserta
28 Gladi Tangguh Brigsus ke-7
(GTB XII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
25-26 Februari
2012
3 Panitia
137
29 Latihan Gabungan (LATGAB)
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga dan Brigade Khusus
Nogo Sosro Sabuk Inten Racana
STAIN Kudus
5-7 April 2012 3 Panitia
30 Pendidikan dan Latihan Dasar
Korp Sukarela PMI Kota
Salatiga Angkatan ke-4 oleh
PMI Kota Salatiga
30 April-6 Mei
2012
3 Peserta
31 Pelatihan Asatidz oleh Unit
Pelaksana Teknis Tarbiyatul
Banin Wal Banat (UPT TBB)
Pondok Pesantren Edi Mancoro
10 Juni 20112 3 Peserta
32 Musyawaroh Pondok Pesantren
Edi Mancoro Tahun 2012
15-17 Juni 2012 2 Panitia
33 Perkemahan wirakarya Nasional
Perguruan tinggo agama islam
XI tahun 2012
2-8 Juli 2012 6 Peserta
34 Amalan Ramadhan Racana ke-
14 (ARR XIV) Racana Kusuma
Dilaga-WoroSrikandhi
STAINSalatiga
3-7 Agustus
2012
2 Panitia
35 Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK)
oleh DEMA STAIN Salatiga
2012
5-7 September
2012
3 Panitia
36 Praktikum Mata Kuliah FIQIH „
Perawatan Jenazah‟oleh STAIN
Salatiga
17 September
2012
2 Peserta
138
37 Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-22(PLCPP
XXII) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
12-15 Oktober
2012
3 Panitia
38 Gladi Wira Brigsus ke-19 (GTB
XIX) Brigade Khusus NAGA
SANDHI STAIN Salatiga
30 November-
3 Oktober 2012
3 Panitia
39 Pembrivetan dan Pelantikan
Brigade Khusus Naga Sandhi
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi
9-10 Februari
2013
3 Panitia
40 Kursus Pembina Pramuka Mahit
Tingkat Dasar (KMD)
27 Maret-1
April 2013
3 Panitia
41 Pendidikan dan latihan Calon
Pramuka Pandega ke-23 (PLCPP
XXII) Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi
20-23
September 2013
3 Panitia
42 Temu Prestasi penggalang dan
Penegak (TPPP) 2 oleh Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
5-6 Oktober
2013
3 Panitia
43 Sosialisasi 4 Pilar Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara
republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal
Ika oleh Majelis
Permusyawaratan
RakyatRepublik Indonesia
24 Oktober
2013
4 Peserta
Jumlah 135
139
140
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
NAMA : AULIA ULFA DEWI
NIM : 111-10-167
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan tidak berkeberatan
untuk dipublikasikan oleh pihak perpustakaan STAIN Salatiga tanpa menuntut
konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika dikemudian hari terbukti karya
saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung semua
konsekuensinya.
Salatiga, 31 Maret 2015