penanaman nilai-nilai islam pada pendidikan...
TRANSCRIPT
أ
PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM PADA PENDIDIKAN PRASEKOLAH DI RA AL-HIDAYAH
DWP IAIN WALISONGO SEMARANG
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
IIS SHOLIHAH NIM : 3103268
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ب
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. _______________ ________________ Pembimbing I H. Mursyid, M.Ag. _______________ ________________ Pembimbing II
ج
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. _______________ ________________ Ketua Siti Tarwiyah, S.S.,M.Hum _______________ ________________ Sekretaris Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed. _______________ ________________ Anggota I Mufidah, M.Pd. _______________ ________________ Anggota II
د
ABSTRAK Iis Sholihah (3103268). Penanaman Nilai-nilai Islam Pada Pendidikan Prasekolah Di RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Penanaman nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah; (2) Pelaksanaan penanaman nilai-nilai Islam di RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang; (3) Faktor penghambat serta upaya yang ditempuh oleh RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu suatu metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: penanaman nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah dapat diterapkan dengan cara mengkolaborasikan moral spiritual ke dalam bentuk kegiatan anak sehari-hari. Jadi nilai-nilai dan pengetahuan Islam digbungkan dengan program pelatihan dan pendidikan anak secra total. Pendidikan agam lebih difokuskan pada cara kehidupan dan perilaku islami dari pada pengajaran dan pembelajaran mengenai Islam sebagai salah satu bidang pelajaran.
Pelaksanaan penanaman nilai-nilai islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang sudah berjalan dengan baik. Karena di dalam pembelajarannya menggunakan materi dan metode yang disesuaikan dengan umur, perkembangan psikologis, serta kebutuhan spesifik anak. Materi yang diberikan diantaranya: nilai keimanan, nilai ibadah, nilai akhlak dan nilai sosial. Sedangkan metode yang sesuai bagi anak prasekolah antara lain : keteladanan, pembiasaan, bermain, cerita, demonstrasi, dan karyawsata.
Pada dasarnya keterbatasan jumlah pendidik, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya media pembelajaran, perbedaan latar belakang keluarga setiap anak, dan lingkungan keluarga yang tidak kondusif menjadi kendala dalam menanamkan nilai-nilai Islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang. Dalam menghadapi kendala tersebut, para pendidik selalu berusaha memberikan materi dan metode yang bervariasi, para pendidik selalu menunjukkan sikap kasih sayang dan penuh kesabaran dalam membimbing anak, memberikan perhatian khusus bagi anak yang pasif di kelas, memberikan aturan-aturan yang jelas dan konsisten tentang perilaku di kelas, pendidik selalu mendorong anak untuk mengambil inisiatif sendiri dan memilih aktifitas yang disukainya.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pendidik, orang tua, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan informasi mengenai penanaman nilai-nilai islam pada usia prasekolah.
ه
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Januari 2008
Deklarator
Iis Sholihah NIM : 3103268
و
MOTTO
. م عظيموإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يا بني لا تشرك بالله إن الشرك لظل )13: لقمان (
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)1
1 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), hlm.581.
ز
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan untuk:
Kedua Orang Tua
Dan
Almamaterku Tercinta
Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Semarang
ح
KATA PENGANTAR
يمالرح الرمحن اهللا بسم
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:
PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM PADA PENDIDIKAN
PRASEKOLAH DI RA AL HIDAYAH DWP IAIN WALISONGO
SEMARANG
Penyusun menyadari bahwa laporan skripsi ini bisa terwujud karena
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah memberikan
pengarahan, keterangan, serta bahan-bahan yang penyusun perlukan dan penyusun
menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M. Pd, selaku pembimbing I dan H. Mursyid, M. Ag,
selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Hj. Sri Mushonifah, selaku kepala RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo
Semarang beserta segenap staffnya .
4. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Bapak Ibu tercinta, H. Syahid dan Hj. Rohana serta kakak-kakakku Mbak Um,
mbak Ovah, mas Aman, mas Zubaid, mas Fatah, dan De’ Pipit, yang senantiasa
memberikan motivasi serta dukungan baik yang bersifat materiil maupun
spiritual.
6. Keluarga Bapak Fatchur Rohman, Ibu Yayuk, De’ Ilfa, dan De’ Adib serta
keluarga Bapak Muhrodin, Ibu Mulyati, dan De’ Fira, atas curahan kasih dan
sayang serta perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.
ط
7. Teman-teman di METAMORFOSA HOUSE (Mbak Atie, mbak Idhoh, Lulu,
Nita, Asri, Ifah, Iqoh, dan Cory) yang selalu menciptakan inovasi kelucuan dan
mencurahkan perhatiannya kepada penulis.
8. Ikhwan dan Akhwat di wisma “Wa’Alaikum” dan “As-Salam” atas dorongan
dan spirit untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. “New Comp” atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Kawan-kawan Team KKN angkatan XLVII posko 17.
11. Motivatorku Abdullah. SE yang selalu mencurahkan kasih dan sayang dengan
tulus kepada penulis
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penyusun berharap semoga Allah SWT dapat memberikan pahala yang
setimpal atas jasa yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Tak lupa
pula penyusun berharap adanya sumbangsih pemikiran, kritikan dan masukan yang
bersifat membangun sebagai perbaikan bagi penyusun skripsi ini.
Semarang, Januari 2008
Penyusun
ي
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DEKLARASI .................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ..................................................................... 4
C. Perumusan Masalah ................................................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6
E. Telaah Pustaka ........................................................................ 7
F. Metodologi Penelitian ............................................................. 8
BAB II : PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM PADA PENDIDIKAN
PRASEKOLAH
A. Hakekat Pendidikan Prasekolah ............................................. 12
B. Tujuan Pendidikan Prasekolah ............................................... 15
C. Fungsi Pendidikan Prasekolah ................................................ 16
D. Nilai – Nilai islam yang ditanamkan pada pendidikan
prasekolah ............................................................................... 18
E. Metode-metode yang digunakan dalam menanam nilai-nilai
Islam pada pendidikan prasekolah ......................................... 26
ك
BAB III : PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM DI RA AL – HIDAYAH
DWP IAIN WALISONGO SEMARANG
A. Gambaran Umum RA Al – HIDAYAH DWP IAIN
Walisongo Semarang .............................................................. 32
1. Tinjauan Historis .............................................................. 32
2. Letak Geografis ................................................................ 33
3. Organisasi dan Kepengurusan .......................................... 33
4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Peserta Didik ................... 34
5. Sarana Prasarana ............................................................... 35
6. Kurikulum ........................................................................ 36
7. Evaluasi ............................................................................ 37
B. Kegiatan Belajar di RA Al–Hidayah DWP IAIN
Walisongo Semarang .............................................................. 38
C. Metode penanaman nilai–nilai islam di RA Al–Hidayah
DWP IAIN Walisongo Semarang .......................................... 41
D. Kendala–kendala yang dihadapi dalam Menanamkan
nilai- nilai Islam di RA Al – Hidayah. ................................... 44
E. Upaya yang dilakukan pendidik RA Al–Hidayah DWP
IAIN Walisongo Semarang. ................................................... 45
Bab IV: ANALISIS PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM DI RA AL
HIDAYAH DWP IAIN WALISONGO SEMARANG
A. Penanaman nilai-nilai Islam pada anak usia prasekolah ......... 46
B. Implementasi nilai-nilai islam di RA Al-Hidayah .................. 50
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 54
B. Saran-saran .............................................................................. 54
C. Penutup .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses usaha yang tidak
akan pernah berhenti selama manusia masih mendiami planet bumi.
Pendidikan ini juga merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dalam
pembentukan pola pikir dan kepribadian manusia. Penanaman nilai-nilai islam
adalah hal yang fundamental dan menjadi azas dalam pembentukan karakter
bangsa untuk menciptakan sosok generasi yang mengesakan Allah, melakukan
perintah-Nya, dan berperilaku islami. Oleh karena itu sangat di butuhkan
wadah yang konstruktif untuk mencapai cita-cita tersebut yaitu melalui
pendidikan prasekolah yaitu institusi yang memiliki system pendidikan yang
sesuai dengan al-qur’an dan as-sunnah.
Di antara keseluruhan jenjang pendidikan yang harus dilalui anak,
pendidikan prasekolah merupakan fase pendidikan yang mempunyai peran
strategis dalam proses pembentukan kepribadian anak yang cerdas, beriman,
bertakwa, dan berperilaku islam. Usia prasekolah adalah “the golden age”
(masa emas) dimana anak mengalami kepekaan belajar yang luar biasa.
Mereka akan menerima dan menguasai rangsangan dari luar dengan mudah.
Bahkan mereka juga akan mengeksplorasi rangsangan itu sesuai dengan
perkembangannya.
Sebagaimana ungkapan Muzayyin Arifin, suatu pengaruh pendidikan
yang paling fundamental dan fungsional dalam pribadi, apabila pengaruh
tersebut ditanamkan dalam pribadi anak yang masih berada pada awal
perkembangannya.1
Pengaruh tersebut akan menjadi benih utama yang dapat berpengaruh
dalam perkembangannya lebih lanjut. Oleh karena itu pendidikan prasekolah
1Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
hlm.192.
2
ini merupakan penaburan benih-benih potensial yang mampu mendorong anak
untuk mengembangkan pribadinya.2
Sebagai pendidik, kita dituntut untuk dapat mengaktualkan fitrah
keberagamaan anak dalam hidupnya dengan memahamkan islam dan
mendidik mereka untuk mengamalkan ajaran-ajaran agama. Dengan cara ini,
anak akan mampu mengembangkan spiritual, intelektual, dan moralnya secara
baik dan terintegrasi, sesuai dengan yang diharapkan Islam menjadi insan
yang muttaqien .3
Al-Quran dan sunnah sebagai sumber Islam memuat nilai-nilai luhur
yang penuh makna bagi tatanan kehidupan Islam di seluruh penjuru dunia.
Kisah-kisah nabi dan tokoh-tokoh Islam lainnya tidak hanya menampilkan
kronologis peristiwa sejarah belaka, tetapi membawa pesan-pesan moral dan
etika, bagaimana Khulafaur Rasyidin menjadi khalifah umat Islam, serta
mentalitas leadership Umar Bin Khatab ketika memimpin negeri. Sebaliknya,
raja Fir’aun yang arogan mengakhiri hidupnya di telan gelombang laut merah.
Bagaimana Qarun yang sombong terkubur oleh harta kekayaannya sendiri.4
Dengan adanya pendidikan prasekolah yang Islami diharapkan bisa
menginternalkan moral spiritual ke dalam bentuk kegiatan anak dalam
kesehariannya yang tentunya dilakukan dengan cara mengkaji materi
pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam untuk mendukung
proses pembangunan karakter cendekiawan muslim.
Dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada anak usia prasekolah,
partisipasi dan kerja sama orang tua sangat diperlukan. Keterlibatan keluarga
dalam pendidikan implementasi kegiatan keagamaan bagi anak-anak tidak
bisa dilakukan secara berlebihan tetapi harus melibatkan elemen-elemen
pendidikan lain, termasuk orang tua. Dan nilai-nilai Islam tersebut harus di
tanamkan kepada anak didik sedini mungkin, akan menjadi hal yang sulit jika
2 Ibid., hlm. 193. 3 Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), hlm. 63. 4 Wahyudi, CHA., Dwi Retna Damayanti, Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini Di
Prasekolah Islam, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia, 2005), hlm.9.
3
penanaman tersebut terlambat karena tidaklah mudah membangun kembali
kepribadian yang telah terbentuk (reconstruction of personality).
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Ibnu
majah yang berbunyi:
5)ابن ماجهاه رو(واحسنوا ادم , أكرموا اوالدكم Muliakanlah anak-anak kamu sekalian, dan perbaikilah akhlak anak-anakmu.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadis tersebut, Rasulullah Saw mengajak para pendidik
khususnya orang tua untuk memuliakan anak yang berarti memberi perhatian
kepada anak dengan cara mendidik dan membimbing serta mengarahkan anak
dengan sebaik-baiknya untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Masa-masa prasekolah sangat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak. Pendidikan prasekolah diciptakan untuk
membantu, mengarahkan energi seorang anak dalam pembelajaran, dan untuk
memahami lingkungannya. Pendidikan prasekolah yang Islami juga mampu
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berinteraksi secara positif dan
membangun dalam lingkungan Islami. Pendidikan ini juga untuk membantu
anak memupuk perasaan menghargai dan kepercayaan untuk diri sendiri,
keluarga, dan agamanya.6
Lingkungan masyarakat di sekitar kelurahan Tambakaji termasuk
masyarakat yang heterogen baik dari aspek ekonomi, pendidikan, maupun
adat kebiasaan. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta informasi yang begitu cepat menyentuh
kehidupan masyarakat Ngaliyan, membawa perubahan di seluruh aspek
ekonomi kehidupan. Dan dampak perubahan itu ternyata membawa pengaruh
terhadap perilaku, mental, dan spiritual anak. Sebagai orang tua yang baik,
mereka menginginkan anaknya memiliki kepribadian baik, sampai ia dewasa
5 Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz
II, (Beirut: Dar al Fikr, t.th), hlm. 1211 6 Wahyudi CHA dan Dwi Retna Damayanti, op.cit., hlm.13.
4
nanti. Para orang tua berusaha membimbing anak-anak mereka dan
memasukkannya di sekolah dengan tujuan untuk mengantisipasi
kecenderungan imitasi perilaku yang tidak baik.
Dengan adanya fenomena seperti ini, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai upaya penanaman nilai-nilai islam di sebuah
lembaga pendidikan prasekolah yang bernotabene Islam dan berada di bawah
naungan institusi islam yaitu RA al-Hidayah DWP IAIN Walisongo
Semarang.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul
skripsi ini, maka penulis perlu memberi pengertian dan batasan dari istilah-
istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini.
1. Penanaman nilai-nilai Islam.
a. Penanaman yakni proses, cara, perbuatan, menanami, atau
menanamkan.7 Istilah ini dipergunakan dalam upaya menanamkan dan
menumbuhkan nilai-nilai Islam pada anak usia prasekolah melalui:
pembiasaan, latihan-latihan, keteladanan dan lain sebagainya.
b. Nilai-nilai Islam.
Nilai diartikan sebagai “harga atau ukuran”8 yang berupa aturan-aturan
di dalam ajaran Islam yang dipatuhi, seperti: cara berpakaian, cara
mendidik anak, cara bertingkah laku, cara berteman, serta cara
beribadah.
2. Pendidikan prasekolah.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 28, pendidikan anak usia
dini atau pendidikan prasekolah yakni pendidikan yang diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar, dan dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan prasekolah pada
jalur pendidikan formal
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Depdiknas, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1134.
8 Ibid, hlm.783.
5
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan non formal berbentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain
yang sederajat. Sedangkan pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.9
Menurut Biechler dan Snowman yang dikutip oleh Soemiarti
Patmonodewo pendidikan prasekolah yakni mereka yang berusia antara 3-
6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program penitipan
anak (TPA) pada usia 3 bulan-5 tahun dan kelompok bermain (KB) pada
usia 3 tahun. Sedangkan usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti
program taman kanak-kanak (TK).10
Sedangkan menurut penulis sendiri, pendidikan prasekolah dapat
diartikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan bagi anak usia 4-6
tahun yakni yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
fisik, intelligensi, bahasa, sosial maupun emosional dengan tujuan
mempersiapkan anak untuk memasuki dunia sekolah yang sebenarnya.
Jadi penanaman nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah
adalah suatu pendidikan ajaran Islam yang diberikan oleh guru di suatu
lembaga pendidikan kepada anak seusia taman kanak-kanak dalam bentuk
pembiasaan, yang terstruktur oleh kurikulum yang ada, dan diharapkan
nilai-nilai Islam tersebut mampu menginternal dalam diri anak untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
9 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional, (Jakarta: Cipta jaya, 2003), hlm.16. 10 Soemiatri Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm.19.
6
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menanamkan nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah?
2. Bagaimana pelaksanaan penanaman nilai-nilai Islam di RA Al Hidayah
DWP IAIN Walisongo Semarang?
3. Apa yang menjadi faktor penghambat serta upaya yang ditempuh oleh RA
Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang dalam menanamkan nilai-
nilai Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana menanamkan nilai-nilai
Islam pada pendidikan prasekolah.
2. Mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan penanaman nilai-nilai
Islam di RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang.
3. Mendeskripsikan dan menganalisa faktor penghambat serta upaya yang
ditempuh oleh RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang dalam
menanamkan nilai-nilai Islam.
Manfaat Penelitian
1. Secara metodologis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang
bernilai ilmiah bagi khazanah ilmu pengetahuan.
2. Secara filosofis, penelitian ini dapat memberikan pedoman dan bimbingan
kepada para pendidik dalam menanamkan nilai-nilai islam terhadap anak
didik sedini mungkin.
3. Supaya anak memperoleh bekal pendidikan agama yang cukup dan dapat
dijadikan pedoman dalam hidupnya.
7
E. Telaah Pustaka
Ada beberapa tulisan yang telah membahas permasalahan yang mirip
dengan persoalan yang dikaji dalam tulisan ini, yakni yang berupa buku dan
berupa skripsi. Tulisan dimaksud dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang
relevan dengan permasalahan yang penulis teliti saat ini, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran dalam mencari titik persamaan atau titik perbedaan
antara masalah yang dikaji dengan masalah yang akan penulis teliti.
Pertama, Endang Wahyuni Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2004 dalam skripsi yang berjudul pendidikan
prasekolah dalam Islam (tinjauan psikologis). Merumuskan konsep psikologi
anak prasekolah dalam perspektif Islam. Penelitian ini lebih menekankan pada
proses pendidikan anak prasekolah secara umum dan secara Islami yang
ditinjau dari aspek psikologisnya saja.
Kedua, Nismah Qonita Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
tahun 2005 dalam skripsinya yang berjudul “pendidikan prasekolah dalam
perspektif pendidikan Islam dan implikasinya terhadap perkembangan sosial
anak (studi kasus di TK H. ISRIYATI Semarang)”. merumuskan konsep
prasekolah di indonesia, konsep prasekolah dalam perspektif pendidikan Islam
serta perkembangan sosial anak usia prasekolah. Penelitian ini lebih
memfokuskan pada konsep pendidikan prasekolah dan implikasinya terhadap
perkembangan sosial anak di TK H. ISRIYATI.
Ketiga, Siti Nur Rohmah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2005 dalam skripsi yang berjudul “Problem dan solusi
pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak prasekolah (studi pada TK
Tarbiyyatul Athfal Muslimat NU Pancur Mayong Jepara)”. Menjelaskan
tentang beberapa hal yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam pada anak prasekolah serta bagaimana upaya-upaya
yang dilakukan untuk mengatasi problem tersebut, terutama kebijakan yang
diambil oleh TK Tarbiyyatul Athfal Muslimat NU Pancur Mayong Jepara.
Penelitian ini lebih menekankan pada pelaksanaan pendidikan agama Islam
pada anak prasekolah.
8
Demikian kajian pustaka sementara yang penulis gunakan sebagai
referensi awal dalam penelitian ini, untuk selanjutnya penelitian akan
dilakukan diantaranya dengan observasi langsung di samping itu juga
referensi-referensi lain yang menunjang penelitian ini.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang bersifat
atau karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya
atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah bentuk
simbol-simbol atau angka.
Sedang pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan
kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud untuk menjelaskan
fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok tertentu secara
akurat.11 Pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan hanya dengan
membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena tidak untuk mencari
hubungan antar variabel, ataupun menguji hipotesis. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan salah satu penelitian kualitatif deskriptif studi kasus
yaitu penyelidikan mendalam (indebt study) mengenai gambaran yang
terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.12
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer
Yaitu data yang langsung berkaitan dengan obyek riset.13 Yang
menjadi sumber data primer adalah orang yang diamati atau
diwawancarai. Dalam hal ini yang dimaksud adalah para pendidik dan
anak didik di RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang.
11 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. I,
hlm. 41. 12 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet. I, hlm.
8. 13 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah,
(Bandung: CV. Transito, 1997), hlm. 156.
9
b. Sumber data sekunder
Yakni data yang mendukung dan melengkapi sumber data
primer. Dalam penelitian ini berupa karya-karya ilmiah yang relevan
dengan masalah penelitian yakni buku pendidikan anak usia
prasekolah karya Soemiarti Patmonodewo, program pendidikan untuk
anak usia dini di prasekolah Islam karya Wahyudi, CHA dan Dwi
Retna Damayanti, mendidik cara Nabi karya Najib Khalid al-Amir,
dan sebagainya.
2. Metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas tiga metode, yaitu:
a. Metode observasi.
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dalam
penelitian dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.14
Untuk mendapatkan gambaran dan persepsi maksimal tentang objek
penelitian. Maka dalam penelitian metode observasi ini bertujuan
memperoleh gambaran umum mengenai RA Al Hidayah, kegiatan
belajar mengajar, materi dan metode yang digunakan dalam
menanamkan nilai-nilai Islam.
b. Metode interview.
Metode interview merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seseorang atau
pihak yang terkait dan berwenang dalam suatu masalah.15
Penggunaan metode interview dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan penanaman Nilai-
nilai Islam dan hambatan-hambatan serta usaha yang dilakukan oleh
14 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
158. 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 201.
10
lembaga tersebut dengan jalan mewawancarai kepala RA Al Hidayah
dan beberapa tenaga pendidik di dalamnya.
Menurut Suharsimi Arikunto, ada dua macam pedoman
wawancara yaitu:
1. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga mempunyai check list.
2. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat poin-poin penting yang akan ditanyakan.16
Berdasarkan pedoman wawancara tersebut, penelitian ini
menggunakan metode wawancara yang kedua, yaitu wawancara tidak
terstruktur.
c. Metode Dokumentasi
Yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, buku, surat kabar, transkip, notulen, dan sebagainya.17
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
materi-materi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai Islam
pada pendidikan prasekolah.
3. Metode Analisis Data.
Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang di teliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.18
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis secara
kualitatif, yaitu penelitian yang diperoleh dari data yang tidak langsung
dan bukan dalam bentuk angka tetapi dalam bentuk konsep atau abstrak.
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
16 Ibid., hlm. 202. 17 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1998), hlm.133. 18 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996),
hlm.104.
11
menguraikan penelitian dan menggambarkannya secara lengkap dalam
suatu bahasa sehingga ada suatu pemahaman antara kenyataan di lapangan
dan bahasa yang digunakan untuk menguraikan kata-kata yang ada.19
Perilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih
kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti melakukan analisis data
dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti
dalam bentuk uraian naratif.20
Dalam metode data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata
ataupun gambar. Data yang dimaksud meliputi transkip, wawancara,
catatan data lapangan, foto, dan catatan lainnya. Metode ini digunakan
untuk menggambarkan dan menguraikan tentang penanaman nilai-nilai
Islam di RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang.
19 Sudarwan Danim, op.cit., hlm.61. 20 S. Margono, op.cit., hlm. 39.
12
BAB II
PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM
PADA PENDIDIKAN PRASEKOLAH
A. Hakekat Pendidikan Prasekolah
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 28, pendidikan anak usia dini
atau pendidikan prasekolah yaitu pendidikan yang diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, non formal, dan informal. Pendidikan prasekolah pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan non formal
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman penitipan Anak (TPA) atau
bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.1
Menurut Biechler dan Snowman yang dikutip oleh Soemiarti
Patmonodewo, pendidikan prasekolah yakni mereka yang berusia antara 3-6
tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program penitipan anak
(TPA) pada usia 3 bulan-5 tahun dan kelompok bermain (KB) pada usia 3
tahun. Sedangkan usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman
kanak-kanak (TK).2
Namun batasan yang digunakan The National Association for the
Education of Young Children (NAEYC) untuk anak usia prasekolah atau usia
dini (early childhood) ini adalah sejak anak lahir sampai anak usia 8 tahun. hal
inilah yang sering digunakan sebagai rujukan anak yang belum mencapai usia
sekolah dan masyarakat menganggapnya untuk berbagai tipe pendidikan
prasekolah (preschool) 3
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Cipta Jaya, 2003), hlm. 16. 2 Soemiatri Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 19. 3 Ibid, hlm. 20.
13
Bertolak dari pemikiran di atas maka pendidikan prasekolah dapat
diartikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan bagi anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, inteligensi, bahasa, sosial
maupun emosional dengan tujuan mempersiapkan anak untuk memasuki dunia
sekolah yang sebenarnya.
Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi
perkembangan anak pada tahapan perkembangan selanjutnya. Dalam masa ini,
anak berada pada situasi peka untuk menerima rangsangan yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak dan kemampuan anak akan berkembang optimal.
Erik H Erikson, seorang ahli perkembangan anak menamakan masa ini
sebagai masa inisiatif lawan perasaan bersalah (initiative versus guilt). Pada
masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari
ikatan orang tua, bergerak bebas, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan keinginan untuk berinisiatif.
Keadaan sebaliknya menimbulkan rasa bersalah.4
Berhasil tidaknya anak melewati masa krisis ini sangat ditentukan
oleh bagaimana lingkungan terdekat memperlakukannya, lingkungan yang
tidak mendukung anak untuk melewati tahap ini dikategorikan dalam tiga
kelompok, yaitu:
a. Lingkungan yang terlalu melindungi anak (over protected), baik orang tua,
baby sitter (pengasuh), maupun orang-orang dekat lainnya, kondisi ini
menyebabkan anak tidak memiliki kesempatan untuk mulai berinisiatif
yang akhirnya kehilangan kemandirian dan keberanian untuk mencoba
sesuatu.
b. Lingkungan yang selalu mengkritik dan menyalahkan tanpa memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar dari kesalahannya.
c. Lingkungan yang mengabaikan dan tidak memperhatikan anak. 5
4 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat,
2005), hlm. 72. 5 Edy Gustian, Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm.
3.
14
Dalam hal ini peran orang tua menjadi sangat penting dan berpengaruh
dalam pembentukan pribadi anak. Orang tua yang temperamental cenderung
membuat anak tertekan dan menjadi agresif. Ayah yang tidak memiliki
wibawa akan membuat anak kehilangan tokoh panutan. Begitu juga hubungan
antara kedua orang tuanya, hubungan yang kurang harmonis akan
mempengaruhi penilaian anak mengenai bentuk hubungan dengan orang lain.
Apalagi jika ketidakharmonisan itu disertai kekerasan. Hal ini akan
menjadikan kepribadian yang suka menyakiti dan agresif.
Pada dasarnya semua anak yang dilahirkan memiliki kesiapan
sempurna untuk menerima segala sesuatu yang diberikan orang tuanya, baik
berupa bimbingan maupun pendidikan serta mempunyai kemampuan untuk
meniru perilaku dan adat kebiasaan yang baik dan buruk.6 Oleh karena itu,
orang tua berkewajiban memberikan bimbingan yang benar agar membekas
dalam ingatannya dan senantiasa menjadi pedoman dalam hidupnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Muslim yang
berbunyi:
رواه ( ما من مولود االيولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه وميجسانه 7 )مسلم
Tidak dilahirkan seorang anak melainkan dengan fitrah maka orang tuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi… (HR. Muslim)
Pengertian fitrah dalam hadis ini merupakan sikap tauhid kepada Allah
Swt. Sejak manusia dalam kandungan mereka telah melakukan perjanjian
dengan Allah Swt untuk beriman dan bertauhid kepada-Nya. Orang tuanya
bertanggung jawab saat kekuatan akal pikiran manusia belum sempurna dalam
6 Muhammad Syarif ash-Shawwaf, Tarbiyyah al-Abna Wa al-Murahiqin Min Manzhar
asy-Syar’iyyah, Terj. Ujang Tatang Wahyudin, Kiat-kiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2003), hlm. 54.
7 Shahih Muslim, Juz 2, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, tth), hlm. 458.
15
memiliki tanggung jawab untuk memelihara perjanjian ini sampai anak
mampu menemukan dirinya sendiri.8
B. Tujuan Pendidikan Prasekolah
Menurut Ngalim Purwanto, tujuan pendidikan prasekolah yakni:
1. Memberikan pendidikan yang lengkap kepada anak-anak (usia 3-6 tahun)
sesuai dengan perkembangannya yang wajar, karena pendidikan di rumah
kurang mencukupi kebutuhannya.
2. Memberikan pertolongan dan bimbingan kepada para ibu dalam mendidik
anak-anaknya.
3. Mendidik dan menyiapkan para calon ibu dalam teori dan praktek untuk
menjadi pendidik dan pembimbing bagi anaknya.9
Menurut Soemiarti Patmonodewo tujuan pendidikan prasekolah yakni
Membentuk manusia pancasila sejati, yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang cakap, sehat dan terampil, serta bertanggung jawab terhadap
Tuhan, masyarakat, dan negara. Sedangkan tujuan Khususnya:
- Memberi kesempatan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik maupun psikologinya dan mengembangkan potensi-potensi yang ada
padanya secara optimal sebagai individu yang unik.
- Memberi bimbingan yang seksama agar anak memiliki sifat dan kebiasaan
yang baik, sehingga mereka dapat diterima oleh masyarakatnya.
- Mencapai kematangan mental dan fisik yang dibutuhkan agar dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.10
Sedangkan dalam garis-garis besar program kegiatan belajar Taman
Kanak-kanak (Depdikbud, 1994) dan dikutip oleh Moeslichatoen,
mengungkapkan bahwa tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah
untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
8 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 104. 9 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hlm. 134. 10 Soemiarti Patmonodewo, op.cit., hlm. 58-59.
16
ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam;
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.11
Jadi pendidikan prasekolah bertujuan untuk memberikan fasilitas
pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada saatnya memiliki kesiapan
baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka
memasuki pendidikan selanjutnya.
C. Fungsi Pendidikan Prasekolah
Menurut Muzayyin Arifin,12 fungsi pendidikan prasekolah adalah:
1. Mengembangkan pribadi anak dalam proses belajar mengajar secara
formal untuk memperoleh unsur-unsur dasar ilmu pengetahuan dengan
pengenalan kepada alam sekitarnya.
Pada sebuah institusi pendidikan prasekolah biasanya guru
mengenalkan ciri-ciri benda sekitarnya, membandingkan ciri benda satu
dengan yang lain, mengklasifikasikan benda tersebut, dan
menggunakannya secara tepat. Melalui kegiatan tersebut akan
mengembangkan kemampuan dalam memahami lingkungan fisik dan
mengendalikannya dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, berpikir,
menalar, mengumpulkan, dan menggunakan informasi tentang lingkungan
sekitar yang diperoleh.13
2. Mempersiapkan anak dengan pengalaman-pengalaman, sikap, dan
kemampuan untuk memasuki masa sekolah yang sebenarnya.
Pada masa prasekolah, anak memiliki tugas-tugas perkembangan
yang harus dipenuhinya. Salah satu diantaranya belajar bermacam-macam
pesan dan konsekuensi dalam masyarakat.14 Misalnya anak mempelajari
11 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 3. 12 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
hlm.192. 13 Moeslichatoen, op.cit., hlm. 6. 14 Edy Gustian, op.cit., hlm. 6.
17
peran ibunya sebagai pendidik dan tokoh teladan yang baik bagi anaknya,
atau peran polisi untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Disamping itu, anak juga dituntut untuk belajar membagi-berbagi,
dan memperoleh kasih sayang. Jadi melalui pendidikan prasekolah ini
anak dapat memberi dan berbagi kasih sayang antara anak yang satu
dengan anak yang lain, serta dapat hidup bermasyarakat secara nyaman
dan bahagia ketika anak akan memasuki masa sekolah yang sebenarnya
nanti.
3. Membimbing anak dan mendorong anak untuk mengembangkan sosialnya.
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak usia prasekolah
masih dalam tahap pra operasional dimana pola pikir anak berpusat pada
penguasaan simbol-simbol yang mampu menceritakan pengalaman masa
lalunya15 sehingga pemikirannya pun masih bersifat egosentrisme, yaitu
cara berpikir berdasarkan apa yang dilihat dan tidak dapat berpikir dari
perspektif orang lain. Dengan cara berpikir yang seperti ini, sering
menimbulkan kendala bagi orang tua untuk menjelaskan sesuatu
berdasarkan perspektif orang dewasa.
Dengan adanya pendidikan prasekolah ini, anak dapat
mengembangkan hubungan dengan anak lain. Sehingga dapat
menghasilkan tanggapan positif dari anak lain tersebut. Dan secara
perlahan-lahan merubah pola pikirnya untuk berusaha melihat sesuatu dari
pandangan orang lain dan berusaha untuk tidak mementingkan dirinya
sendiri.
D. Nilai-Nilai Islam yang Ditanamkan pada Pendidikan Prasekolah (Materi
Pendidikan Islam pada Pendidikan Prasekolah)
Penerapan pendidikan nilai Islam pada pendidikan prasekolah harus
melibatkan seluruh elemen yang menunjang iklim sekolah, agar terjadi
interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan
diinternalisasikan. Guru sebagai suri teladan (role model) dalam kegiatan
15 Soemiatri Patmonodewo, op.cit., hlm. 63.
18
belajar mengajar harus berkomunikasi dua arah dengan anak berdasarkan
keikhlasannya.16
Penanaman nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah ini
berorientasi pada perkembangan pribadi anak secara total. Sehingga pendidik
dituntut untuk bisa mengkolaborasikan nilai-nilai Islam dengan pengetahuan
melalui program pelatihan dan mendidik anak seoptimal mungkin. Dengan
adanya usaha tersebut, maka akan bermunculan anak-anak yang cerdas dan
berpribadi Islami. Karena pada dasarnya setiap aspek dalam kehidupan pribadi
harus diimbangi oleh prinsip-prinsip krusial dalam Islam.
Bertolak dari pemikiran di atas, maka materi pendidikan keislaman
pada masa usia prasekolah menjadi hal yang fundamental bagi orang tua
maupun guru, Berikut ini adalah nilai-nilai yang harus ditanamkan pada
pendidikan prasekolah:
1. Menanamkan nilai keimanan
Menurut Najib Khalid al-Amir, pembinaan keimanan merupakan
pembinaan yang pertama kali harus ditanamkan dalam jiwa dan pikiran
anak. Sehingga pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan
pokok sebagai pengembangan fitrah, bagi manusia yang mempunyai sifat
dan kecenderungan untuk mengakui dan mempercayai adanya Tuhan.17
oleh karena itu penanaman keimanan pada anak merupkan hal yang paling
esensial.
Pada masa prasekolah ini, merupakan saat yang tepat untuk
menanamkan nilai keimanan dimana anak sudah mulai bergaul dengan
dunia luar, banyak hal yang ia saksikan ketika ia berhubungan dengan
orang-orang disekitarnya. Dalam pergaulan inilah anak mulai mengenal
tuhan melalui ucapan-ucapan disekelilingnya, ia melihat perilaku orang
yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Akan tetapi mereka
belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran agama Islam,
16 Wahyudi, CHA dan Dwi Retna Damayanti, Program Pendidikan untuk Anak Usia Dini
di Prasekolah Islam, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia, 2005), hlm.28. 17 Najib Khalid al-Amir, Min Asalibi ar-Rasul fi at-Tarbiyah, terj. M. Iqbal Haetami,
Mendidik Cara Nabi Saw, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm.145.
19
disinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak
dalam melakukan tindakan-tindakan agama sekalipun sifatnya hanya
meniru.18
Dalam al-Qur’an diterangkan tentang perlunya pemahaman nilai
keimanan sejak dini, yakni dalam surat Luqman:13 yang berbunyi:
. وإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يا بني لا تشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم )13: لقمان (
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)19
Dari ayat tersebut jelas anak harus mendapat pelajaran tentang
keimanan yaitu mengesakan Allah Swt. Adapun materi keimanan yang
diberikan kepada anak-anak dapat berupa mengenalkan rukun iman.
Menurut Mudjab Mahalli, yang pertama kali harus dilakukan oleh
orang tua dalam mendidik anak adalah menanamkan nilai tauhid atau
keimanan. Misalnya, ketika lahir diadzani telinganya. Karena di dalamnya
terdapat ungkapan pernyataan yang mengandung makna pengagungan
terhadap Allah, serta memuji atas kebesaran-Nya ungkapan tersebut juga
diikuti dengan kalimat syahadat, sebagai kalimat yang pertama kali harus
diucapkan ketika seseorang memeluk agama Islam.20
2. Menanamkan nilai ibadah.
Penanaman nilai ibadah pada anak dimulai dari dalam keluarga.
Anak yang masih kecil lebih menyukai kegiatan-kegiatan ibadah yang
18 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.56. 19 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), hlm.581. 20 A. Mudjab Mahalli, Menikahlah, Engkau Menjadi kaya, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2001), hlm. 544.
20
mengandung gerak, sedangkan ajaran agama belum dapat di pahaminya
karena ajaran agama yang abstrak tidak menarik perhatiannya.21
Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan atau pemberian
kewajiban. Namun merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan
untuk menyambut masa pembebanan kewajiban (taklif) ketika ia telah
baligh nanti dan salah satu kewajiban muslim yang sudah baligh yakni
melaksanakan ibadah shalat. Maka pendidikan ibadah shalat ini
ditanamkan sejak dini.22
Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh
Darami yang berbunyi:
23 )الدرامىرواه (. ابن عشرةضربوه عليهاسنني واابن سبع لصالة ا الصيبعلموا
Didiklah anak kalian untuk mengerjakan shalat jika sudah sampai usia tujuh tahun dan pukullah ia jika sampai mengabaikannya pada usia sepuluh tahun. (HR. Ad-Darami)
Jadi kewajiban mendidik anak melakukan shalat itu harus
diterapkan sejak dini. Jangan sampai anak sudah berusia sepuluh tahun
belum mampu melakukan shalat. Tentu saja ini tidak terlepas dari
kewajiban mendidik masalah wudhu.
Orang tua harus mengingatkan anak untuk melakukan shalat secara
terus menerus ketika mereka sudah berusia tujuh tahun bahkan sepuluh
tahun dengan lembut namun tegas.24 Menjadikan shalat sebagai kebiasaan
tidak bisa berhasil dalam waktu satu malam saja. Namun bila kedua orang
21 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), hlm. 60. 22 Ibid 23 Abi Muhammad Abdullah Ibn Baharamar al Darami, Sunan Ad-Darami, Juz I (Beirut:
Dar al Fikr, t.th), hlm. 333. 24 Norma Tarazi, The Child in Islam: a Muslim Parent’s Handbook, terj. Nawang sri
Wahyunngsih, Wahai Ibu Kenali Anakmu: Pegangan Orang tua Muslim Mendidik Anak, (Bandung: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 176.
21
tuanya mengajak anak untuk shalat berjamaah, akan menjadikan tugas
membiasakan shalat lima waktu secara teratur ini lebih mudah. Ketika
anak lupa, terlambat melakukan shalatnya, jangan buat anak merasa
bersalah atau malu. Namun anggaplah sebagai kerikil kecil yang terjadi di
tengah perjalananannya dalam bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
Cara mendidik anak melakukan shalat secara rutin, bisa dilakukan
dengan membiasakan mereka diajak ke masjid, diajak berjamaah dan
menghadiahkan kepada mereka buku tentang tata cara melakukan shalat.
Karena pada dasarnya anak usia prasekolah sangat membutuhkan
bimbingan dan arahan dari orang yang dianggapnya sebagai top figur
(orang tua maupun guru) melalui observasi dan imitasi.
Penanaman nilai ibadah shalat ini dapat dilakukan pada pendidikan
prasekolah melalui kegiatan:
- Guru membantu anak untuk bersiap-siap mengerjakan shalat.
- Guru memperkenalkan wudhu, pakaian bersih dan suci, mushala dan
sebagainya
- Guru menjelaskan batasan-batasan aurat bagi laki-laki dan perempuan
dalam shalat.
- Anak mempraktekkan shalat berjamaah dalam kelompok kecil dan
belajar untuk mengikuti imam
- Anak dilatih untuk tenang dan menjawab ketika mendengarkan adzan.
- Anak dilatih untuk menghafalkan surat al fatihah
- Membiasakan anak untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya.25
3. Menanamkan nilai Akhlak
Sejalan dengan usaha membentuk nilai keimanan yang kokoh
maka diperlukan juga usaha menanamkan akhlak yang mulia pada anak
sejak dini karena akhlak yang mulia merupakan aset bagi setiap orang
dalam menghadapi pergaulan di lingkungan masyarakat.
25 Wahyudi, CHA dan Dwi Retna Damayanti, op.cit., hlm .42.
22
Menurut Norma Tarazi apabila anak dibesarkan dengan bimbingan
akhlak yang mulia dari orang tua dan lingkungan yang kondusif maka ia
akan memiliki banyak figur untuk diteladani dan membantu dalam
pembentukan pribadi yang Islami pada diri anak.26 Karena akhlak pada
anak terbentuk dengan meniru, bukan nasehat atau petunjuk. Anak selalu
mengawasi tingkah laku orang tuanya. Maka diharapkan orang tua sebagai
pendidik utama untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan memberikan
teladan yang baik. Di samping itu juga anak harus menghormati dan
berbuat baik kepada kedua orang tua mereka.
Sebagaimana yang telah difirmankan Allah Swt dalam al-Qur’an
surat Luqman ayat 14 sebagai berikut:
$ uΖ øŠ ¢¹uρ uρ z⎯≈|¡Σ M}$# ϵ ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ çµ÷F n= uΗxq … çµ•Β é& $·Ζ ÷δ uρ 4’n? tã 9⎯ ÷δ uρ … çµ è=≈|Á Ïùuρ ’Îû È⎦÷⎫ tΒ%tæ Èβ r&
ö à6ô©$# ’Í< y7 ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ9uρ ¥’n<Î) çÅÁ yϑ ø9$ ) 14: لقمان(
Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kau akan kembali.(QS. Luqman:14)27
Sedangkan beberapa nilai yang harus diterapkan dan ditanamkan
pada anak, adalah membiasakan anak agar menggunakan tangan kanan
bila memberi, mengambil, makan dan minum dan mengajarkannya untuk
memulai setiap pekerjaan dengan membaca Basmalah. Bila makan dan
minum dilakukan dengan duduk yang baik serta mengakhiri setiap
pekerjaan dengan bacaan Hamdalah.28
Bila orang tua akan melarang sesuatu pada anak, hendaknya
mereka melarangnya atas suatu hal yang juga mereka hindari. Bila orang
tua mengarahkannya pada suatu nilai perilaku, hendaknya mereka pun
26 Norma Tarazi, op.cit., hlm .165. 27 Depag. RI, op.cit., hlm. 581. 28 Mujab Mahalli, op.cit. hlm 547.
23
memiliki nilai itu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga anak akan mengakui kebenarannya dan mau mempelajarinya.29
Fenomena ini tidak jarang kita jumpai di lingkungan sekitar kita.
Seorang ibu selalu berkata pada anaknya bahwa menceritakan kejelekan
orang lain itu tidak baik, karena jika orang yang kita ceritakan aibnya itu
mendengar, akan merasa sakit dan sedih. Namun di kesempatan lain, sang
ibu menceritakan kejelekan orang lain dengan tetangga-tetangganya.
Menjadi catatan yang sangat penting bagi orang tua dalam
mendidik anak. Hendaknya mereka konsisten dengan perintah dan
larangan yang ia berikan pada anaknya dengan tidak mengubah nilai yang
ada dan sudah dipahami oleh anak itu sendiri. Dengan demikian, anak
akan mempercayai ajaran orang tuanya.
Di samping itu, nilai akhlak ini dapat diterapkan pada pendidikan
prasekolah melalui beberapa tema, antara lain:
a. Busana Muslim
- Bicarakanlah tentang busana yang sesuai dalam Islam. Yakni
busana yang menutup aurat dan tidak mendatangkan bahaya bagi si
pemakainya.
- Bicarakan dan perlihatkan perbedaan antara pakaian yang ketat
dengan pakaian yang longggar
b. Akhlak dan tata cara makan yang Islami
- Mencuci tangan sebelum makan
- Berdoa untuk meminta berkah Allah atas makanan
- Makan dengan menggunakan tangan kanan dan pelan-pelan
- Mengambil makanan yang tersedia secukupnya saja, sehingga
tidak memubadzirkan makanan
- Berdoa setelah makan sebagai rasa syukur atas makanan yang telah
diberikan
- Mencuci tangan dan mulut setelah selesai makan
29 Muhammad Rasyid Dimas, Siyasat Tarbawiyah Khathiah, terj. Sari Narulita, 20
Kesalahan dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Rabbani Press, 2005), hlm.71.
24
- Membereskan peralatan makan yang telah dipakainya
c. Perilaku Islami
- Bertoleransi dengan teman-temannya, seperti: berbagi mainan,
crayon, buku dan sebagainya
- Membantu teman yang sedang memerlukan, bekerja sama dan
bergantian
- Memberi salam kepada setiap orang muslim
- Menjaga kebersihan dan kerapihan ruang kelas dan sekitarnya.
Serta guru menjelaskan konsep tentang kebersihan adalah sebagian
dari iman
d. Menggunakan bahasa yang sopan
- Guru harus membiasakan anak dengan kosa kata yang sesuai
dengan ajaran Islam. Seperti: Subhanallah, Insya Allah, dan
sebagainya
- Berusaha untuk menghindari ucapan dan kata-kata kasar yang tidak
dapat diterima Seperti: makian, cemoohan, dan sebagainya
- Berbicara dengan temannya menggunakan bahasa yang sopan.
Misalnya: “Tolong…..”, “Bolehkah saya…..”, dan “Terima
kasih”30
4. Menanamkan Nilai sosial
Perkembangan sosial terjadi melalui proses sosial secara alamiah.
Dengan demikian anak harus dipersiapkan untuk menjadi anggota
masyarakat yang mempunyai etika yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang
mengembangkan seluruh potensi manusia sehingga menjadi pribadi yang
baik. Fenomena-fenomena yang muncul pada masyarakat sekarang ini
disebabkan oleh lemahnya pemahaman bersosial. Dimulai dari
perselisihan antar masyarakat sampai pada ketidakharmonisan dalam
30 Wahyudi, CHA dan Retna Damayanti, op.cit., hlm. 30-32.
25
keluarga.31 Adapun dasar dari kebutuhan sosial ini tercantum dalam al-
Quran:
$ yϑ ¯ΡÎ) tβθ ãΖ ÏΒ ÷σßϑ ø9$# ×ο uθ÷z Î) (#θßsÎ=ô¹ r'sù t⎦ ÷⎫ t/ ö/ä3 ÷ƒuθyz r& 4 (#θà) ¨? $# uρ ©!$# ÷/ä3ª= yès9 tβθçΗ xqö è?
)10: احلجرات (
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 10)32
Pandangan Zakiah Daradjat mengenai penanaman nilai sosial ini
dapat dilakukan melalui:
a. Mementingkan keluarga dan Ibu yang merupakan wadah pertama
dalam pendidikan
b. Memperhatikan pendidikan anak, sebagai kekayaan di masyarakat dan
kekuatan di masa depan bagi bangsa.
c. Pembentukan manusia yang berprestasi dan ekonomis dalam hidup
d. Menumbuhkan kesadaran pada manusia agar ia dapat menyadari
keberadaan dan kemampuannya untuk berperan serta dalam
menciptakan kemajuan masyarakatnya, membelanya dan menjaga
keamanan dan ketentramannya.33
Nilai sosial ini penting diterapkan pada anak usia prasekolah.
Adapun nilai sosial tersebut dapat memberi pengaruh pada anak antara
lain:
- Anak mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dengan
bebas.
- Melatih anak untuk berkomunikasi secara verbal, menerima, dan
mengekspresikan diri.
31 Khalid Ahmad Asy Syantut, Rumah: Pilar Utama Pendidikan Anak, (Jakarta: Rabbani
Press, 2005), hlm. 73. 32 Depag. RI, op.cit., hlm. 412. 33 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), hlm. 18.
26
- Dengan situasi sosial yang memungkinkan di kelas, dapat menguji
untuk bergaul dengan beberapa orang yang baru dikenalnya.
- Anak menyadari akan adanya kenyataan, melalui dramatisasi, dan
eksplorasi dengan panca indra.34
E. Metode-Metode yang Digunakan dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam
pada Pendidikan Prasekolah
Pada masa prasekolah, anak mulai menggunakan ketrampilannya
untuk berinteraksi memahami dunia orang dan benda-benda, menemukan
siapa mereka, menentukan apa yang dapat dilakukan dan membentuk perasaan
dirinya sendiri (a sense of self). Anak usia prasekolah ini memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan ditunjukkan melalui beberapa tahapan yaitu berusaha
untuk mengontrol diri sendiri, memakai bahasa kognitif, motorik dan
keterampilan sosialnya untuk mengumpulkan informasi tentang dunia.
Apabila anak berhasil, maka anak akan memakai informasi ini untuk berpikir,
membuat keputusan dan memecahkan masalah.35
Dalam mengembangkan kognisi anak, dapat dipergunakan metode-
metode yang mampu menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa
ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan kreatifitas
anak ini, metode yang dipergunakan harus memperhatikan perkembangan
kemampuan anak.
Berikut merupakan metode-metode pengajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia prasekolah:
1. Metode bermain
Bermain adalah bagian hidup yang terpenting dalam kehidupan
anak. Kesenangan dan kecintaan anak dalam bermain ini dapat digunakan
34 Anggani Sudono, Sumber Belajar dan Alat Permainan: Untuk Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 48. 35 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling dan Terapi Keluarga, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2005), hlm. 25 .
27
sebagai kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang kongkrit sehingga
daya cipta, imajinasi, dan kreatifitas anak dapat berkembang.36
Menurut Hetherington dan Parke (1979) yang dikutip oleh
Moeslichatoen, mengungkapkan bahwa bermain dapat mempercepat
perkembangan kognitif anak. Dengan bermain, akan memungkinkan anak
meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu, dan memecahkan
masalah yang dihadapinya.37 Sehingga akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan sosialnya di masa ia dewasa nanti.
Lebih lanjut mengenai metode tersebut, George S. Morrrison
berpendapat:
Play enhances social interaction and the development of social skills-learning how to share, getting along with others, taking turns, and generally learning how to live in a community. Play promotes physical development and body coordination and develops and refines small and large motor skills. Play helps children discover their bodies how they function and how they can be used in learning.38
Dengan bermain dapat meningkatkan interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial-belajar bagaimana berbagi, berteman dengan anak lain, berhubungan, dan bagaimana hidup dalam masyarakat. Bermain dapat meningkatkan perkembangan fisik dan koordinasi tubuh, mengembangkan dan mengasah motorik anak. Bermain membantu anak-anak mengetahui tubuhnya bagaimana mereka memfungsikan dan bagaimana mereka dapat menggunakannya dalam belajar.
Metode bermain ini merupakan cara belajar yang terbaik dan
dinamis bagi anak usia prasekolah, karena dapat memberikan nilai-nilai
yang sangat bermanfaat, yakni:
a. Memperkuat fisik melalui gerakan-gerakan otot.
b. Mengembangkan kepribadian, melalui sikap sportif, jujur, kerja sama
dan moral.
36 Ratna Megawangi, et.al, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 7.
37 Moeslichatoen, op.cit., hlm. 71. 38 George S. Morrison, Early Childhood Education Today, Fourth Edition, (London:
Merill Publishing Company, tth), hlm. 225.
28
c. Meningkatkan komunikasi, semakin mendekatkan hubungan antara
anak-anak dengan teman-temannya, orang tua, dan gurunya.
d. Melatih bermasyarakat, lewat bermain anak-anak berlatih menaati
aturan dan tata tertib permainan serta melakukan hak dan
kewajibannya.
e. Anak bisa melatih ketrampilannya, menambah konsep dasar dan hal-
hal yang ada di lingkungan anak serta mengembangkan daya
ciptanya.39
Kaitannya dengan pendidikan agama, metode ini dapat diarahkan
pada permainan yang dapat menumbuhkan kesadaran beragama pada anak.
Misalnya: anak diberi mainan, gambar-gambar untuk disusun menjadi
masjid, gunung, binatang, dan lain-lain. Dalam hal ini guru harus dapat
memfokuskan anak pada topik pembahasan sambil mengajak dan
mengantarkan mereka untuk berpikir tentang kegunaannya, siapa
penciptanya, dan sebagainya. Metode ini juga dapat dipadukan dengan
metode karya wisata, seperti mengajak anak-anak ke kebun binatang
sambil bernyanyi, kemudian guru memberikan pemahaman pada anak,
bahwa binatang ciptaan Allah maka sebagai makhluk-Nya juga kita harus
menyayanginya.
2. Metode Cerita
Keberhasilan belajar anak sangat dipengaruhi oleh kreatifitas guru
membuat variasi dan keragaman dalam metode belajar. Cerita merupakan
salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan selain karena
mengandung aspek hiburan (entertain), cerita juga menjadi metode
pembelajaran yang tidak menggurui dan fleksibel, dimana anak-anak dapat
menjumpai suasana menggembirakan sebagaimana suasana bermain.40
Cerita dapat mengubah etika anak-anak, karena sebuah cerita
mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya.
39 Y. Wiryasumarta, Pentingnya Pendidikan di TK dalam Perilaku Anak Usia Dini Kasus
dan Pemecahannya, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2003), hlm. 51. 40 Tadkirotun Musfiroh, et.al., Cerita dan Perkembangan Anak, (Yogyakarta: Navila,
2005), hlm. 83.
29
Mereka akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada
dalam cerita. Apabila dengan dasar pemikiran seperti itu, maka cerita
merupakan bagian terpenting yang disukai anak-anak bahkan orang
dewasa.41
Metode ini secara tidak langsung memberi kesempatan baik untuk
mengajarkan sesuatu kepada anak. Dan melalui percakapan ini, anak akan
mengerti hal-hl yang baik dan yang buruk.42 Misalnya: guru
membicarakan tentang Rasulullah sebagai nabi Allah yang terakhir, dan
hal itu harus kita percayai. Di sela-sela pembicaraan tersebut, guru dapat
menanyakan “Siapa rasul kita?”, “siapa nama ibu Nabi Muhammad?” dan
lain-lain.
3. Metode keteladanan
Belajar dengan cara meniru (learning by imitating) dapat
mempengaruhi aspek rangsangan dan aspek reaksi dengan cara mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang
yang diamati.43
Dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani
pendidiknya. Karena secara psikologis anak senang meniru tanpa
mempertimbangkan dampaknya. Dan juga secara psikologis ternyata
manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya.
Melalui metode keteladanan ini seorang guru diupayakan untuk
menjadi top figur bagi anak didiknya. Karena pendidikan keagamaan ini
sangat berpengaruh terhadap perilaku keagamaan mereka. Lebih lanjut
mengenai metode keteladanan ini disebutkan dalam QS. Al-Ahzab: 21
ô‰s) ©9 tβ%x. öΝ ä3 s9 ’Îû ÉΑθ ß™ u‘ «!$# îο uθó™é& ×π uΖ |¡ ym )... 21: االحزب(
41 Abdul Aziz Abdul Majid, al-Qishash fi at-Tarbiyah, terj. Syarif Hade Masyah dan
Mahfud L. Hakif, Mendidik Anak Lewat Cerita, (Jakarta: Mustaqim, 2003), hlm. 11. 42 Ibid, hlm. 224. 43 Kartini Kartono, Mengenal Dunia Kanak-Kanak, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 83.
30
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab:21)44
Berdasarkan ayat di atas, maka perlu diperhatikan bagi para
pendidik terutama orang tua untuk bersikap hati-hati dan menjadi tauladan
di mata mereka.
Pendidikan agama dengan metode tersebut dapat diimplementasikan
baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Adapun yang dimaksud
keteladanan yang disengaja yakni keteladanan yang disertai penjelasan
atau perintah agar mengikuti, seperti: memberikan contoh membaca yang
baik mengerjakan shalat sesuai dengan syariat Islam dan menghormati
kedua orang tua. Sedangkan keteladanan yang tidak sengaja biasanya
dilakukan secara tidak formal. Misalnya keteladanan dalam
kepemimpinan, keikhlasan, kesabaran, dan sebagainya.45
Dalam peneladanan ini, pendidik dituntut untuk bersikap konsisten
dan kontinu dalam melaksanakannya.46 Karena objek yang dididik adalah
anak yang sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya,
terlebih lagi yang dihadapi adalah anak usia prasekolah dimana
perkembangan kognitifnya masih sangat terbatas. Perbendaharaan katanya
masih minim, dan hubungan sosialnya tidak lebih dari lingkungan
keluarganya. Sehingga metode ini sangat relevan untuk diberikan kepada
mereka dalam memperkenalkan nilai-nilai Islam secara sederhana dan
mudah dicerna sesuai dengan kemampuannya.
4. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran agama Islam.47
44 Depag. RI, op.cit., hlm. 336. 45 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994), hlm. 143-144. 46 Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial Moral dan Spiritual Anak dalam
Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm. 42-43. 47 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 122.
31
Pembiasaan juga merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam pendidikan Islam, yaitu dengan merubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi suatu kebiasaan. Dalam menciptakan kebiasaan ini harus
ditumbuhkan kecintaan terlebih dahulu, kemudian merubah rasa cinta itu
menjadi sebuah motivasi untuk berbuat. Dan tentunya tindakan tersebut
dilakukan karena memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu berperilaku
sesuai dengan yang disyariatkan oleh ajaran agama Islam.
Pembiasaan sangat penting dalam pembentukan pribadi anak. Anak
yang dibiasakan hidup dalam lingkungan Islami dengan landasan syariah
akan memiliki dasar-dasar yang baik dalam kehidupannya. Dalam hal ini
orang tua berperan besar dalam menciptakan suasana kondusif. Kebiasaan-
kebiasaan yang Islami akan membentuk watak akhlak si anak.
Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, seharusnya dilakukan
oleh orang tua, yaitu dengan membiasakannya kepada tingkah laku dan
akhlak yang diajarkan oleh agama.48 Dan orang tua juga benar-benar
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
penanaman nilai agama tersebut tidak hanya menjadi teori belaka, namun
membekas dalam memori anak dan nantinya akan dijadikan sebagai
pedoman dalam hidupnya.
48 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1998), Cet. 9, hlm. 128.
32
BAB III
PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM DI RA AL-HIDAYAH
DWP IAIN WALISONGO SEMARANG
A. Gambaran Umum RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang
1. Tinjauan Historis
RA Al-Hidayah merupakan salah satu lembaga pendidikan
prasekolah yang berdiri di bawah naungan organisasi yang beranggotakan
para isteri intelektual IAIN Walisongo Semarang, yaitu pada tahun 1979
yang diketuai oleh Ibu Kholid Narbuko (isteri dekan Fakultas tarbiyah).
Pada waktu itu RA Al-Hidayah masih bertempat di masjid Baitur rahim
kelurahan Jrakah kecamatan Tugu kabupaten Semarang. Kemudian karena
masjid tersebut direnovasi kurang lebih selama 1 tahun, maka RA tersebut
dipindah di Jl. Margoyoso III yang merupakan tanah wakaf Bapak Abu
Ahmadi salah satu Dosen IAIN Walisongo Semarang dengan SK No: M-
31 HT.03 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Februari 1986.
Adapun tujuan didirikan RA Al-Hidayah sesuai dengan tujuan
nasional, yakni:
I. Mempersiapkan anak didik menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak
mulia sebagai muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya.
II. Mempersiapkan anak didik menjadi manusia pembangunan yang
memiliki sikap dasar sebagai warga Negara Indonesia yang
berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945.
III. Memberi bekal dasar untuk memasuki jenjang pendidikan pada
lembaga pendidikan tingkat dasar ( Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah
Dasar ).
IV. Memberi bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan pendidikan
sedini mungkin.1
1 Dokumen RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang.
33
2. Letak Geografis
RA AL-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang terletak di JL.
Margoyoso III RT 08 RW 04 Kelurahan Tambakaji Kecamatan Ngaliyan
Kabupaten Semarang. Dengan jarak kurang lebih 500 m dari jalan raya
pantura, sehingga cukup nyaman untuk pelaksanaan Belajar mengajar.
Berikut ini gambaran batas-batas RA AL-Hidayah :
- Sebelah barat : Rumah Penduduk
- Sebelah timur : Jl. Margoyoso III
- Sebelah utara : Masjid Al-Hikmah
- Sebelah selatan : Rumah penduduk
3. Organisasi dan Kepengurusan
Penasehat
Dra. Hj. Siti Afwah Djamil
Ketua I
Dra. Hj. Ummul Baroroh Hajar, M.Ag
Ketua II
Dra. Amalia Rahmi
Sekretaris
Umi Sulistiyatun, S.PdI
Hj. Sri Mushonifah
Bendahara
Siti Khotimah, S.Ag
Seksi Dana
Elly Fathonah Hafsin
Nur Huda Khoirin
Seksi Pendidikan
St. Nurhayati Tafsir
Nur Jannah Gunaryo
34
4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Peserta Didik
a. Keadaan Tenaga Pendidik
Jumlah tenaga pendidik di RA Al-Hidayah sebanyak 8 orang
yang terdiri dari 1 Kepala sekolah yang sekaligus merangkap sebagai
tenaga administrasi, 2 guru kelas, dan 5 guru ekstrakurikuler.
TABEL I
DAFTAR TENAGA PENDIDIK
RA AL-HIDAYAH IAIN WALISONGO SEMARANG
No Nama Jabatan
1 Hj. Sri Mushonifah Kepala Sekolah
2 Supiyati Guru Kelas A
3 Maslakhah Guru Kelas B
4 Umi Sulistiyatun Guru Kelas B. Inggris dan B. Arab
5 Poniman Pelatih Drum Band
6 Widodo Pelatih Drum Band
7 Wiyadi Guru Gambar
8 Sudarni Guru
b. Keadaan siswa
Gambaran kondisi peserta didik RA Al-Hidayah dalam kurun
waktu 5 tahun adalah sebagai berikut
- Tahun 2003/2004 : 72 anak
- Tahun 2004/2005 : 64 anak
- Tahun 2005/2006 : 63 anak
- Tahun 2006/2007 : 65 anak
Sedangkan jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2007/2008
yaitu sebanyak 61 anak, dengan perincian kelas A berjumlah 24 anak
terdiri dari 11 anak laki-laki dan 13 anak perempuan dan kelas b 37
anak yang terdiri dari 22 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.2
2 Wawancara dengan kepala sekolah RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang
Ibu Sri Mushonifah, pada tanggal 19 juni 2007.
35
5. Sarana dan Prasarana
Sebuah lembaga pendidikan akan dikatakan baik apabila memiliki
sarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana yang ada di RA Al-
Hidayah antara lain:
a. Lantai bawah
- Ruang kantor
- Kamar mandi dan toilet
- Dapur
- Ruang tunggu
- Taman bermain
b. Lantai atas
- Aula
- Kamar mandi
- Toilet
- Sudut seni
Karena kegiatan belajar mengajar pada pendidikan prasekolah
banyak dilaksanakan melalui bermain yang bertujuan agar anak dapat
melakukan kegiatan yang merangsang dan mendorong perkembangan
kemampuan anak, maka di RA Al-Hidayah ini menyediakan sarana
bermain, meliputi:
- 1 buah komidi putar mini
- 2 buah jungkit-jungkit
- 1 buah ayunan
- 1 buah papan luncur
- 2 buah panjat tali
- Benda Manipulatif
- Mainan Edukatif
RA Al-Hidayah juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat para anak didik yakni
36
a. Drum Band
Drum band bertujuan untuk meningkatkan perkembangan fisik
dan motorik anak.
b. Menari
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu anak agar dapat
mengekspresikan diri melalui seni
c. Menggambar
Menggambar dapat meningkatkan kreatifitas anak dengan
mewujudkan imajinasinya
d. Bahasa Arab dan Bahasa inggris
Melalui kegiatan ini dapat mengembangkan kemampuan anak
untuk mengetahui dan memahami bahasa arab dan bahasa inggris baik
secara lisan maupun tulisan.
e. Mengaji
Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan membiasakan anak untuk
selalu mencintai dan membaca kitab Allah
6. Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu untuk pendidikan prasekolah bersifat
menyatu dan padu, artinya tidak mengajar bidang studi secara terpisah
tetapi secara terpadu melalui tematik unit. Dan kurikulum hendaknya
mengembangkan kemampuan-kemampuan anak untuk berfikir, menalar,
mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
Kurikulum yang digunakan di RA al-Hidayah yaitu kurikulum
yang terintegrasi yakni kurikulum yang mengajak anak untuk menyadari
lingkungannya. Sehingga anak akan mengembangkan suatu konsep
melalui asosiasi yang diperoleh melalui pengalamannya.3
3 Soematri Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 70.
37
Pembelajaran yang dilaksanakan juga menyatukan antara aspek
kognitif afektif, dan psikomotorik, keterpaduan pembelajaran ini dapat
dilakukan melalui kesamaan tema persoalan atau kegiatan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen integral yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk
memperoleh informasi keefektifan proses pembelajaran dan hasil dari
kegiatan pembelajaran yang telah disampaikan.4
Proses evaluasi di RA Al-Hidayah dilakukan melalui pengamatan
secara kontinu, setiap saat ketika anak melakukan kegiatan belajar untuk
dilihat kemampuannya pada aspek tertentu. Misalnya, setiap kegiatan
latihan Drum Band di Aula anak-anak harus melepas sepatunya dan
setelah selesai anak disuruh memakai sepatu sendiri. Guru akan memantau
anak-anak yang sudah bisa memakai sepatu dengan rapi dan yang belum
bisa. Guru akan membantu dan melatih anak-anak yang belum bisa.
Adapun contoh evaluasi pada aspek kognitif, seperti : guru
menyuruh anak untuk menulis angka 1, setelah itu guru memberikan
penghargaan pada anak berupa nilai. Adapun penilaian yang digunakan
oleh pendidik RA Al-Hidayah tidak dalam bentuk angka tetapi dalam
bentuk ekspresif berupa bintang. Jika anak mendapatkan tanda tersebut
diasosiasikan bahwa mereka bisa terbang ke langit dan bisa menyentuh
bintang, yang berarti mereka telah berhasil menghadapi rintangan dan
berhasil menjadi pahlawan.
RA Al-Hidayah ini juga melakukan evaluasi portofolio, yakni
bentuk organisasi hasil belajar anak, biasanya dalam suatu folder yang
berisikan contoh-contoh hasil belajar yang menunjukkan kemampuan
anak.
4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), hlm.
l90.
38
Sedangkan evaluasi portofolio di RA Al-Hidayah sendiri
didatangkan dari IGRA (ikatan guru Raudhatul Athfal) wilayah III
(Semarang Barat) berupa buku tugas yang di dalamnya berisi : menulis,
menggambar, mewarnai pola, dan memasang velcrow yang diberikan pada
akhir semester.
Selain evaluasi tersebut RA Al-Hidayah juga melakukan evaluasi
portofolio melalui wawancara pada anak, yang bertujuan agar mereka
mampu mengutarakan secara lisan apa yang mereka sukai, bagaimana cara
mereka mempelajari suatu ketrampilan, dan apa yang mereka pelajari
selama mereka di sekolah.5
Dari semua bentuk evaluasi yang dilaksanakan RA Al-Hidayah
tersebut bertujuan untuk melihat perkembangan setiap anak meliputi :
aspek fisik-motorik, sosial, moral, emosional, intelektual, bahasa, dan
kreatifitas lainnya. Dalam pelaksanaannya, guru tidak membandingkan
prestasi anak yang satu dengan anak yang lainnya. tetapi berusaha
bagaimana untuk mengungkapkan kelebihan, kelemahan, dan kebutuhan
setiap anak. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki bakat, minat, dan
kemampuan yang berbeda.
B. Kegiatan Belajar di RA Al Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang
RA adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan
program kegiatan belajar yang utuh. Dan hal ini dilandasi oleh pembinaan
kehidupan beragama yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah Swt. Isi dari program ini adalah materi-materi
pembelajaran yang dapat dicapai melalui beberapa tema yang sesuai dengan
perkembangan anak dan kegiatan lain yang menunjang kemampuannya.
Sehingga guru berusaha untuk mengembangkan program tersebut menjadi
program kegiatan pembelajaran yang operasional.
5 Wawancara dengan Ibu Supiyati, guru kelas A RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo
Semarang pada tanggal 02 Agustus 2007.
39
Adapun tema-tema yang digunakan dalam program kegiatan belajar
RA Al-Hidayah kelompok A dan B adalah:
Tabel II
TEMA-TEMA PROGRAM KEGIATAN BELAJAR DI RA AL-HIDAYAH
DWP IAIN WALISONGO SEMARANG
Semester I Semester II
- Aku
- Panca indera
- Keluarga
- Rumahku
- Sekolah
- Makanan dan minuman
- Pakaian
- Kebersihan, kesehatan dan
keagamaan
- Binatang
- Tumbuhan
- Rekreasi
- Transportasi
- Pekerjaan
- Air dan udara
- Api
- Alat komunikasi
- Negaraku
- Kehidupan di kota, desa, pesisir,
dan pegunungan
- Gejala alam
- Tata surya
Sedangkan di bidang kemampuan kecerdasan spiritual, program
kegiatan belajar tersebut dimasukkan dalam kegiatan rutin, yaitu bentuk
kegiatan secara terus menerus bertahap dan berkesinambungan program
tersebut juga merupakan usaha untuk menanamkan nilai-nilai Islam dengan
cara mempersiapkan anak sedini mungkin agar berakhlak al karimah.
Berikut ini materi yang disampaikan dalam menanamkan nilai-nilai
Islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang :
1. Pendidikan keimanan
Mengenal Allah dan sifat-Nya.
Mengenal ciptaan Allah.
Mengenal nama malaikat Allah dan tugasnya.
Mengenal Nabi dan Rasul Allah.
Mengenal riwayat Nabi dan sifatnya.
Mengenal adanya kehidupan akhirat.
40
2. Pendidikan ibadah
Mengucap dua kalimat syahadat.
Mengucap beberapa kalimat thayyibah.
Tata cara berwudhu.
Mengenal shalat dan waktu-waktu shalat serta mempraktekkannya.
Mengenal tempat-tempat ibadah.
Mengucapkan bacaan shalawat dengan fasih.
Melafadzkan adzan dan iqamah.
Mengenal arti dan cara berpuasa secara sederhana.
Mengenal arti dan cara berzakat.
Mengenal dan memperagakan manasik haji.
Mengenal dan melaksanakan hari-hari besar Islam.
Membaca dan menghafalkan surat-surat pendek.
Membaca dan menghafalkan do'a sehari-hari.
3. Pendidikan akhlak
Terbiasa mengucapkan dan menjawab salam.
Terbiasa membaca do'a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
Senang bersikap jujur.
Berlatih hormat kepada orang tua guru.
Berani karena benar dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Menerima tugas dengan ikhlas dan melakukannya dengan penuh
tanggung jawab.
Mudah meminta maaf dan suka memberi maaf.
Tolong menolong dan dapat bekerja sama.
Berlatih mandiri.
Terbiasa mengikuti tata tertib dan aturan sekolah.
Mengenal tata cara berperilaku terhadap binatang dan alam.
Terbiasa mengucapkan terima kasih, tolong, dan permisi dengan baik.
Mampu mengendalikan emosi negatif.
Tepat waktu saat berangkat sekolah.
41
C. Metode Penanaman Nilai-Nilai Islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN
Walisongo Semarang
1. Metode Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, bermain merupakan kebutuhan
esensial bagi anak usia prasekolah. Metode ini bermanfaat bagi
perkembangan anak. Dengan bermain akan membantu perkembangan
aspek motorik, kognitif , kreatifitas, bahasa, emosi, dan sosial.
Kegiatan bermain di RA Al-Hidayah di bagi menjadi dua yaitu
bermain aktif dan pasif. Dalam bermain aktif, anak dapat diajak berlomba
mencari salah satu huruf Hijaiyyah, menyusun huruf Hijaiyyah, mewarnai
gambar-gambar Islam, dan lain-lain. Dalam hal bermain pasif, guru
membacakan bacaan-bacaan Islami, sandiwara boneka dengan cerita yang
Islami, dan bermain peran tokoh-tokoh Islam apabila memungkinkan.
2. Metode Demonstrasi
Pembelajaran pada anak usia prasekolah dengan metode ini akan
dapat memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak
karena bagi anak melihat bagaimana suatu peristiwa berlangsung lebih
menarik dan merangsang perhatian serta lebih menantang dari pada hanya
mendengarkan penjelasan guru. Misalnya : bila guru menanamkan nilai
ibadah shalat pada anak diperlukan ilustrasi gambar atau ilustrasi melalui
simulasi. Maka disini guru dapat mendemonstrasikan gerakan-gerakan
dalam shalat sambil menjelaskan aturan dan bacaan-bacaannya. Guru tidak
hanya satu kali dalam memperagakan tetapi berulang kali dengan penuh
kesabaran. Kemudian dengan suara yang lantang dan jelas guru berusaha
memfokuskan perhatian anak untuk menirukan apa yang telah
didemonstrasikan sampai anak benar-benar paham. Sehingga pengalaman
belajar anak menjadi lebih bermakna.
Para pendidik RA Al-Hidayah juga menggunakan metode
demonstrasi ini untuk menanamkan nilai-nilai akhlak, seperti : berbakti
42
kepada orang tua mematuhi tata tertib, bertanggung jawab, dan
sebagainya.
3. Metode Suri Teladan
Pada usia prasekolah, anak akan menunjukkan perilaku moral dan
kehidupan beragama yang baik dengan cara mengobservasi dan imitasi
orang dewasa baik guru maupun orang tuanya. Karena mereka
menganggap bahwa gurunya adalah model yang kompeten dengan
kepribadian yang kuat. Apalagi jika gurunya memiliki perilaku sosial yang
hangat dan responsif, anak akan benar-benar menjadikannya sebagai tokoh
panutan. Misalnya : apabila anak telah selesai mengerjakan tugas, maka
guru akan memberi penghargaan dengan mengucapkan "Alhamdulillah,
anak pintar...pekerjaanmu bagus!" atau anak mau berbagi dan berkata jujur
dengan temannya, kemudian guru memuji perilaku dan sikap baik yang
diperbuatnya dengan "Subhanallah, kamu anak yang baik nak!" dengan
cara seperti ini anak akan senang mengulangi hal-hal yang baik tersebut
dan menirukan perilaku Islam yang dicontohkan gurunya.
4. Metode Hukuman
Hukuman kadang diperlukan dalam pendidikan. Hukuman
merupakan sanksi fisik maupun psikis yang boleh diberikan ketika anak
melakukan kesalahan dengan sengaja. Berat ringannya hukuman juga
disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan, dan kemampuan anak
menerima hukuman tersebut.
Para pendidik RA Al-Hidayah kadang menggunakan metode ini
untuk melatih anak didik terbiasa hidup disiplin dan bertanggung jawab.
5. Metode Perhatian/Kasih Sayang
Anak yang senantiasa diperhatikan akan merasa aman, hidup
dengan penuh rasa cinta, optimis dan memandang positif pada
lingkungannya, sebaliknya, jika kurang mendapatkan perhatian atau
bahkan terlantar, anak akan tumbuh dalam rasa terabaikan. Anak akan
memandang positif dan tidak peduli dengan lingkungannya karena apabila
43
pada tahap awal anak telah kehilangan kasih sayang, maka pada tahap
selanjutnya akan sulit menyayangi orang lain.
Metode ini digunakan di RA Al-Hidayah apabila anak didik susah
diatur dan kondisi kelas tidak memungkinkan untuk dilangsungkan
pembelajaran.
6. Metode Pembiasaan
Pembiasaan sangat penting dalam pembentukan pribadi anak-anak
yang dibiasakan hidup dalam lingkungan Islam akan memiliki dasar-dasar
yang baik dalam kehidupannya. Dengan metode ini para pendidik di RA
Al-Hidayah mencoba untuk merubah sifat-sifat baik menjadi suatu
kebiasaan. Mereka dibiasakan untuk berperilaku sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh ajaran agama Islam, seperti : membaca do'a sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan, memakai busana muslim, berkata jujur,
saling menyayangi, dan saling menghormati.
7. Metode Karya Wisata
Metode ini diberikan kepada murid-murid RA Al-Hidayah dengan
cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung
yang meliputi : anak-anak di ajak ke taman lele untuk melihat berbagai
macam binatang. Mereka mendapat kesempatan untuk mengamati tingkah
binatang-binatang yang ada di dalamnya. Dengan kegiatan tersebut maka
akan timbul rasa ingin tahu yang besar pada setiap anak. Rasa ingin tahu
tersebut memotivasi anak untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari
gurunya mengenai namanya, makanannya, pendapatnya, dan lain-ain.
Disini guru dapat mengenalkan Allah dan ciptaan-Nya pada mereka,
sehingga beberapa nilai keimanan dan akhlak dapat ditanamkan melalui
karya wisata ini antara lain percaya adanya Allah, sifat-sifat Allah, wujud
terima kasih kepada Allah, dan menyayangi ciptaan Allah.
44
D. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam
di RA Al-Hidayah
Dalam menanamkan nilai-nilai Islam di RA Al-Hidayah ini bukanlah
suatu hal yang mudah, pendidik dituntut untuk dapat membantu, mengarahkan
dan membimbing anak dalam pembelajarannya yang sesuai dengan norma
kehidupan Islam, karena objek yang mereka didik adalah manusia unik yang
memiliki kemampuan dasar untuk di bina cenderung susah diatur.
Berikut ini adalah beberapa kendala yang dihadapi pendidik RA Al-
Hidayah, yaitu:
1. Terbatasnya jumlah pendidik di RA Al Hidayah menyebabkan
pengkondisian kelas yang kurang optimal. Sehingga sering terjadi
kegaduhan yang menghambat pembelajaran.
2. Kurangnya persediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses
pembelajaran.
3. Terbatasnya media pembelajaran. Sehingga metode yang digunakan dalam
pembelajaran pun kurang bervariasi.
4. Perbedaan latar belakang keluarga. Anak yang berasal dari keluarga yang
pendidikan agamanya minim berpengaruh terhadap pengetahuan anak
tentang agama Islam.
5. Lingkungan yang tidak kondusif mendorong anak untuk mengimitasi
perilaku yang tidak baik.
E. Upaya yang Dilakukan Pendidik RA Al-Hidayah
Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menanamkan
nilai Islam, maka para pendidik RA Al-Hidayah mengambil strategi yang
dapat merubah belajar anak menjadi optimal, antara lain :
1. Pendidik berusaha untuk menyuguhkan materi pendidikan agama yang
bervariasi dan relevan dengan kehidupan anak serta menimbulkan minat
dalam diri anak.
2. Para pendidik selalu menunjukkan sikap kasih sayang dan penuh
kesabaran dalam membimbing anak.
45
3. Pendidik berusaha membimbing anak dengan membiasakan berperilaku
Islami baik di kelas maupun di luar kelas.
4. Memberikan perhatian khusus bagi anak yang pasif di kelas.
5. Memberikan aturan-aturan yang jelas dan konsisten tentang perilaku di
kelas.
6. Pendidik selalu mendorong anak untuk mengambil inisiatif sendiri dan
memilih aktifitas yang disukainya.
46
BAB IV
ANALISA PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RA AL-HIDAYAH DWP IAIN WALISONGO
SEMARANG
A. Analisa Penanaman Nilai-Nilai Islam Pada Usia Prasekolah
Setelah mengkaji dan menelaah penanaman nilai-nilai Islam pada
pendidikan prasekolah, melalui berbagai metode, materi dan faktor penunjang
lainnya. Penulis menyatakan bahwa pemahaman anak tentang agama masih
bersifat sederhana, konkrit, dan realistis. Sehingga menjadi hal yang penting
bagi pendidik untuk melakukan pembiasaan terhadap mereka yaitu dengan
cara berulang-ulang. Kegiatan ini cocok diterapkan untuk anak usia
prasekolah yang masih cenderung mudah menurut dan diajak kerja sama,
sehingga mau mengerjakan perintah orang tua ataupun gurunya. Walaupun
anak-anak pada fase ini kadang menunjukkan perilaku egosentris, seperti
melanggar aturan dan melaksanakan keinginannya, namun sebaiknya pendidik
tetap memperhatikan mereka dan menyadari perkembangan moral yang belum
optimal.
Kemampuan anak prasekolah untuk berpikir tentang objek, kejadian,
simbol, atau orang lain sudah mulai berkembang. Namun, mereka belum
dapat berpikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit saat
menanamkan konsep pada mereka. Karena mereka memandang sesuatu hanya
pada satu aspek saja. Misalnya : penyampaian materi ibadah shalat, guru harus
menunjukkan gambar tata cara wudhu dan shalat. Di samping itu guru juga
memperagakan kegiatan yang sesuai dengan gambar dan diikuti oleh peserta
didik.
Perhatian anak usia prasekolah masih bersifat divergen (kesana
kemari). Sehingga menjadi hal yang penting untuk membuat anak fokus pada
apa yang diajarkan oleh guru. Para pendidik dituntut untuk lebih sabar, telaten
namun tegas dalam menghadapi mereka, diusahakan guru tidak sekali-kali
memarahi anak yang kurang dapat belajar dengan cepat, karena reaksi negatif
47
guru yang dianggap orang dewasa yang lebih dipercayai akan selalu diingat
dan membuat mereka termotivasi untuk belajar.1 Bagi anak usia prasekolah,
bukan target jumlah materi yang bisa dipelajari yang menjadi sasarannya,
tetapi penerimaan guru yang menyenangkan dan memahami mereka sebagai
anak-anak adalah kesan yang akan selalu diingat oleh anak dapat
membangkitkan motivasi belajarnya. Demikian juga pada pembelajaran al-
Qur'an, anak akan senang diajari oleh guru yang ramah dan perhatian,
sehingga apa yang disampaikan gurunya mudah diserap dan dipahami.
Untuk memahami sampai dimana batas kemampuan anak sesuai
perkembangan usianya, memerlukan pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang
tua ataupun guru memahami perkembangan dengan cara mengontrol dan
membimbingnya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk memberikan
kebebasan kepada mereka untuk berekspresi. Dengan kata lain, pendidik harus
bisa mengerti, memahami dan selanjutnya menghargai pikiran dan pendapat
anak, misalnya, mengerti sampai batas usia berapa sebuah kebohongan pada
anak masih dianggap wajar.2
Anak usia prasekolah dituntut untuk memahami situasi sosial di
lingkungannya, anak mulai belajar untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh
orang lain. Selain itu, anak juga dilatih untuk melepaskan ketergantungannya
terhadap ibu. Mereka diberi kesempatan untuk bergaul dengan anak-anak
lain.3 Dengan hal ini mereka akan mendapat banyak manfaat, mereka belajar
mengekspresikan perasaannya dengan cara yang sesuai dengan
lingkungannya, melatih mereka berinteraksi dengan anak lain, belajar berbagi,
dan belajar menjadi bagian dari kelompok kompetensi seorang anak akan
berkembang jika ia memiliki kesempatan untuk bergaul.
Berdasarkan cara pandang diatas, maka penanaman nilai-nilai Islam
pada usia prasekolah menjadi sesuatu yang urgen dalam proses pembentukan
kepribadian anak yang kuat, bertakwa, cerdas, dan berakhlak mulia supaya
1 Nurani, Edisi 291 Tahun V, Minggu IV Juli 2006, hlm. 18. 2 Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, (Bekasi: Pustaka Inti, 2006), hlm. 40. 3 Edy Gustian, Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm.
21.
48
mereka mempunyai bekal di masa depan untuk menjalankan tugas-tugasnya
sebagai manusia dewasa dalam realitas kehidupan, baik tugas individu
maupun sosial. Dalam pandangan Islam bekal masa depan itu berupa
pendidikan agama yang baik. Maka di lembaga pendidikan prasekolah perlu
adanya sistem pendidikan yang mengimplementasikan program-program
pendidikan melalui metode, pendekatan dan sistem pembelajaran yang patut
dan menyenangkan.
Materi pendidikan agama Islam untuk usia prasekolah hendaknya
disampaikan secara berulang-ulang dan konsisten, serta menggunakan bahasa
yang dapat dimengerti oleh mereka. Demikian juga metode yang digunakan
harus relevan dan menggunakan media yang konkrit. Menurut penulis metode
yang sesuai untuk anak usia prasekolah yakni : pembiasaan, peneladanan,
cerita, demonstrasi, dan bermain. Karena pada dasarnya mereka lebih suka
dunia santai yang menyenangkan, meniru segala sesuatu atas dasar
penasarannya, dan mudah diajak menggunakan suatu hal sesuai dengan yang
diperintahkan gurunya.
Metode hukuman boleh diterapkan pada anak usia prasekolah, tetapi
harus diimbangi dengan kadar kasih sayang yang lebih banyak. Hal ini sesuai
dengan perintah Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Darami yang
berbunyi:
4 )رواه الدرامى. (بوه عليها ابن عشرة علموا الصيب الصالة ابن سبع سنني واضر
Didiklah anak kalian untuk mengerjakan shalat jika sudah sampai usia tujuh tahun dan pukullah ia jika sampai mengabaikannya pada usia sepuluh tahun. (HR. Ad-Darami)
Pada hadits tersebut, secara tidak langsung Rasulullah Saw.
menyampaikan kepada kita, bahwa hendaknya dalam mendidik anak dilandasi
4 Abi Muhammad Abdullah Ibn Baharamar al Darami, Sunan Ad-Darami, Juz I (Beirut:
Dar al Fikr, t.th), hlm. 333.
49
kasih sayang. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk mendidik dan
membiasakan anak dalam mengerjakan shalat mulai dari usia tujuh tahun yang
berarti anak memiliki kesempatan belajar disiplin shalat jadi wajar jika
mereka telah menginjak usia sepuluh tahun dan meninggalkan shalat untuk
diberi hukuman.
Namun perlu diingat, pendidikan tidak boleh memakai standar orang
dewasa untuk mengevaluasi keberhasilan anak, ketika anak melakukan
pelanggaran yang tidak sesuai dengan etika Islam, seperti merebut mainan
temannya, guru hanya boleh menegurnya. Biarkan anak itu mengarahkan
dirinya dalam mencari solusi sehingga ketika mereka bisa melakukannya,
mereka akan merasa berhasil. Rasa keberhasilan ini akan memotivasi mereka
untuk terus aktif belajar dan bereksplorasi.
Dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah,
pendidik dapat memodifikasi kurikulum pendidikan agama Islam dalam
pembelajaran yang dapat mencakup pengembangan seluruh dimensi
perkembangan anak seperti: spiritual, emosional, sosial, kognitif dan fisik, dan
pendidik juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar yang
interaktif yaitu keaktifan peserta didik dalam bereksplorasi dan peserta didik
dapat berinteraksi dengan guru dan kawan-kawannya. Sehingga kurikulum
yang digunakan di dalamnya harus memfokuskan peserta didik pada cara
kehidupan dan perilaku Islami dalam pembelajarannya, bukan menganggap
pendidikan agama Islam sebagai salah satu bidang pelajaran. Pendidik harus
menjadi salah satu tokoh teladan dan pendidik juga harus menciptakan
suasana Islami dengan cara memakai pakaian yang dianjurkan oleh syariat
Islam serta menggunakan ucapan-ucapan yang baik dalam kesehariannya.
Menurut penulis, upaya dalam menanamkan nilai-nilai islam di RA
Al-Hidayah cukup bagus. Karena pendidikan agama yang diberikan kepada
anak tidak sekedar sebagai pengetahuan intelektual saja, tetapi pendidik juga
berusaha untuk mendidik dan membimbing mereka untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
50
Para pendidik di RA Al-Hidayah benar-benar menunjukkan pribadi
yang islami, seperti: Berbusana yang sopan dan menutup aurat, menjaga
tindakan dengan hati-hati, dan menggunakan bahasa yang sopan. Mereka
berlaku demikian karena mereka memang menjadi contoh bagi anak didiknya
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga kepatuhan dan perilaku
baik yang ditunjukkan anak tidak didasarkan atas rasa takut terhadap teguran
gurunya ataupun karena ingin mendapat pujian. Tetapi mereka ikhlas
melakukannya.
Penanaman nilai akhlak dan ibadah di RA al-Hidayah sudah bagus.
Karena anak selain mendapat pendidikan agama dari sekolah, mereka juga
memperolehnya dari luar. Kebanyakan peserta didik RA al-Hidayah
mengikuti belajar ngaji di TPQ al-Hikmah pada sore harinya. Dengan
kegiatan ini, perilaku buruk yang mereka lihat di sekitar lingkungannya cukup
terkontrol dan terkendali.
Adapun metode yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai islam
di RA Al-Hidayah tersebut kurang variatif, karena terbatasnya sarana dan
prasarana itu hanya mengandalkan pemberian dari wali murid. Problem ini
kadang berdampak pada proses pembelajaran. Sehingga ada beberapa tema
pelajaran yang kurang optimal dalam penyampaiannya.
B. Implementasi Nilai-nilai Islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo
Semarang
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi. Potensi ini merupakan
fitrah yang diberikan Allah kepada setiap manusia dan tidak akan pernah
mengalami perubahan. Yang berarti manusia akan dapat terus berpikir dan
bertindak serta dapat terus berkembang. Fitrah inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk yang lain. Sehingga manusia disebut makhluk yang
istimewa dan mulia serta makhluk pedagogis.
Namun menurut penulis, potensi yang terdapat dalam diri anak akan
mudah berubah karena beberapa hal, antara lain disebabkan karena arus
globalisasi dan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang
51
menyerang ke berbagai aspek kehidupan di bumi. Munculnya penayangan
program televisi yang seronok, gaya hidup glamor, dan perilaku negatif
lainnya dapat meracuni pola pikir dan pola hidup anak. Sehingga orang tua
maupun guru harus membimbing dan mengarahkannya yaitu melalui proses
pendidikan.
RA Al-Hidayah DWP IAIN Walisongo Semarang merupakan salah
satu lembaga pendidikan prasekolah Islam yang mencanangkan program
kegiatan belajar yang dipadukan dengan pendidikan agama Islam. Adapun
tujuannya adalah untuk mempersiapkan anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia sebagai muslim yang menghayati
dan mengamalkan ajaran agamanya.
Adapun pelaksanaan penanaman nilai-nilai Islam di RA Al-Hidayah
ini diintegrasikan dalam program kegiatan belajar seperti:
- Pengenalan Allah dengan cara yang sederhana.
Misalnya, di dalam kelas guru menunjuk ke arah papan tulis, meja, kursi
dan gambar-gambar yang ada dan kemudian ditanyakan penciptanya
secara detail.
- Pengenalan sesuatu yang halal dan haram dengan bahasa yang dapat
dimengerti oleh anak usia prasekolah.
- Mengenalkan tokoh-tokoh teladan dalam Islam melalui cerita.
- Mengajarkan baca al-Qur'an dengan baik dan benar.
- Mengajarkan akhlak yang baik.
- Mengajarkan etika sosial dengan baik.
Penerapan pendidikan akhlak di RA Al-Hidayah tidak berbentuk
pengajaran. Tetapi berupa peneladanan dan pembiasaan. Karena memang
tingkat perkembangan pada pola pikir anak usia prasekolah baru pada tingkat
imitatif. Sehingga penghayatan agamanya pun belum merupakan keseriusan,
namun berupa latihan yang sangat berarti bagi mereka. Demikian juga peserta
didik RA Al-Hidayah ini sudah mulai terbiasa mengerjakan hal-hal yang baik,
seperti :
52
- Terbiasa mengucapkan salam jika bertemu gurunya.
- Mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan.
- Terbiasa sederhana dalam makan dan minum, serta tidak rakus.
- Membaca basmalah dalam setiap memulai kegiatan.
- Mengucapkan kata-kata yang sopan.
- Menghormati orang lain, seperti : tidak mengambil permainan atau
makanan anak yang lain.
Pendidik di RA Al-Hidayah juga sering kali memberikan dorongan
agar peserta didiknya berani mencoba melakukan hal-hal yang menantang
sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misalnya, guru menyuruh anak
untuk menyiapkan barisan, memimpin do’a, imam dalam shalat. Hal ini
dilakukan guru dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
memiliki jiwa kepemimpinan, serta mendorong perkembangan kognitif dan
emosinya.
Walaupun demikian dalam upaya penanaman nilai-nilai Islam di RA
Al-Hidayah ini juga menemukan beberapa hambatan. Baik dari faktor
eksternal maupun faktor internal. Adapun faktor penghambat eksternal itu
muncul dari lingkungan, keluarga, dan teman permainan. Jadi walaupun anak
sudah diberi beberapa pengetahuan tentang nilai-nilai luhur dalam Islam di
sekolah, jika di luar sekolah kemudian mereka melihat sesuatu yang asing,
maka rasa penasarannya semakin besar. Dan mengantarkan pada tahap
eksperimen. Padahal guru tidak bisa memantau perilaku mereka sepenuhnya.
Sedangkan dari faktor internal sendiri berupa, pengkondisian kelas yang
belum optimal karena keterbatasan guru, sehingga proses belajar pun sering
terganggu. Serta keberagaman karakter dan kemampuan anak.
Adapun upaya yang dilakukan pendidik di RA Al-Hidayah dalam
menangani hambatan tersebut yakni, selalu memotivasi anak dalam
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan perintah agama, memberi pujian
kepada anak ketika anak sudah menunjukkan perubahan sikap, dan
mendiskusikan perilaku tidak baik yang dilakukan anak kepada orang tuanya.
53
Bertolak dari pemikiran di atas, maka menurut penulis implementasi
nilai-nilai islam di RA al-Hidayah sudah tepat. Karena materi-materi
keislaman yang diberikan sudah memenuhi beberapa aspek penting dalam
islam, seperti: aspek ibadah, aspek akhlak, aspek ketauhidan, dan aspek sosial
yang semuanya memang dibutuhkan oleh anak sebagai bekal dan pedoman
hidupnya kelak.
Sedangkan mengenai metode pengembangan agama yang digunakan,
pendidik RA Al-Hidayah lebih menekankan peneladanan (suri teladan) dan
pembiasaan. Dan kedua metode tersebut tepat diberikan pada anak usia
prasekolah. Karena mereka lebih mempercayai dan mentaati perintah gurunya
daripada orang lain.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Penanaman nilai-nilai Islam pada pendidikan prasekolah dapat diterapkan
dengan cara mengkolaborasikan moral spiritual ke dalam bentuk kegiatan
anak sehari-hari. Jadi nilai-nilai dan pengetahuan Islam digbungkan
dengan program pelatihan dan pendidikan anak secra total. Pendidikan
agam lebih difokuskan pada cara kehidupan dan perilaku islami dari pada
pengajaran dan pembelajaran mengenai Islam sebagai salah satu bidang
pelajaran.
2. Pelaksanaan penanaman nilai-nilai islam di RA Al-Hidayah DWP IAIN
Walisongo Semarang sudah berjalan dengan baik. Karena di dalam
pembelajarannya menggunakan materi dan metode yang disesuaikan
dengan umur, perkembangan psikologis, serta kebutuhan spesifik anak.
Materi yang diberikan diantaranya: nilai keimanan, nilai ibadah, nilai
akhlak dan nilai sosial. Sedangkan metode yang sesuai bagi anak
prasekolah antara lain : keteladanan, pembiasaan, bermain, cerita,
demonstrasi, dan karyawsata.
3. Pada dasarnya keterbatasan jumlah pendidik, kurangnya sarana dan
prasarana, kurangnya media pembelajaran, perbedaan latar belakang
keluarga setiap anak, dan lingkungan keluarga yang tidak kondusif
menjadi kendala dalam menanamkan nilai-nilai Islam di RA Al-Hidayah
DWP IAIN Walisongo Semarang. Dalam menghadapi kendala tersebut,
para pendidik selalu berusaha memberikan materi dan metode yang
bervariasi, para pendidik selalu menunjukkan sikap kasih sayang dan
penuh kesabaran dalam membimbing anak, memberikan perhatian khusus
bagi anak yang pasif di kelas, memberikan aturan-aturan yang jelas dan
54
konsisten tentang perilaku di kelas, pendidik selalu mendorong anak
untuk mengambil inisiatif sendiri dan memilih aktifitas yang disukainya.
B. Saran-saran
Berdasarkan uraian dan cara pandang diatas, ada beberapa saran
terkait dengan upaya pemahaman nilai-nilai pada pendidikan prasekolah :
1. Karena nilai-nilai Islam merupakan kebutuhan yang fundamental bagi
anak usia prasekolah, maka dalam pengembangannya dibutuhkan kerja
sama dalam lingkungan pendidikan baik orang tua, guru serta masyarakat
agar mereka lebih memperhatikan kualitas agama pada anaknya.
2. Perlu adanya pembenahan paradigma masyarakat yang mendikotomikan
pendidikan agama dengan pendidikan umum. Hendaknya orang tua
berusaha untuk menyeimbangkan kedua kebutuhan tersebut.
3. Lembaga pendidikan prasekolah Islam dapat dijadikan model pendidikan
alternatif saat ini. Karena di dalamnya menerapkan sistem pendidikan
Islam yaitu dengan mengkolaborasikan moral spiritual ke dalam bentuk
kegiatan anak sehari-hari.
C. Penutup
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah
yang Maha Sempurna. Karena hanya dengan pertolongan-Nya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini. Naskah yang sangat sederhana ini, di susun sebagai
syarat akhir kelulusan. Penulis sadar sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan hanya mengharap ridha-Nya semoga tulisan ini bermanfaat
bagi penulis khususnya serta pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Darami, Abi Muhammad Abdullah Ibn Baharamar, Sunan Ad-Darami, Juz I
Beirut: Dar al Fikr, t.th.
Al-Amir, Najib Khalid, Min Asalibi ar-Rasul fi at-Tarbiyah, terj. M. Iqbal Haetami, Mendidik Cara Nabi Saw, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.
Al-Syaibani, Oemar Mohammad Atoumy, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003..
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Ash-Shawwaf, Muhammad Syarif, Tarbiyyah al-Abna Wa al-Murahiqin Min Manzhar asy-Syar’iyyah, terj.Ujang Tatang Wahyudin, Kiat-kiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja, Bandung: Pustaka Hidayah, 2003..
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, Cet. I.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1998, Cet. 9.
__________, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2006.
Dimas, Muhammad Rasyid, Siyasat Tarbawiyah Khathiah, terj. Sari Narulita, 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak, Jakarta: Rabbani Press, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta 2006.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Konseling dan Terapi Keluarga, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
Gustian, Edy, Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah, Jakarta: Puspa Swara, 2001.
Istadi, Irawati, Mendidik dengan Cinta, Bekasi: Pustaka Inti, 2006.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Depdiknas, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Kartono, Kartini, Mengenal Dunia Kanak-Kanak, Jakarta: Rajawali, 1985.
Mahalli, A. Mudjab, Menikahlah, Engkau Menjadi kaya, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Majah, Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid al-Qazwini Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Juz II, Beirut: Dar al Fikr, t.th.
Majid, Abdul Aziz Abdul, al-Qishash fi at-Tarbiyah, terj. Syarif Hade Masyah Hakif, dan Mahfud L., Mendidik Anak Lewat Cerita, Jakarta: Mustaqim, 2003.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Megawangi, Ratna, et.al, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Morrison, George S., Early Childhood Education Today, Fourth Edition, London: Merill Publishing Company, tth.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin, 1996.
Musfiroh, Tadkirotun, et.al., Cerita dan Perkembangan Anak, Yogyakarta: Navila, 2005.
Muslim, Shahih Muslim, Juz 2, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, tth.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998.
Nurani, Edisi 291 Tahun V, Minggu IV Juli 2006.
Patmonodewo, Soematri, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Santhut, Khatib Ahmad, Menumbuhkan Sikap Sosial Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Sudono, Anggani, Sumber Belajar dan Alat Permainan: Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2000.
Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Surachmad, Winarno, Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: CV. Transito, 1997.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Suyanto, Slamet, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat, 2005.
Syantut, Khalid Ahmad, Rumah: Pilar Utama Pendidikan Anak, Jakarta: Rabbani Press, 2005.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994.
Tarazi, Norma, The Child in Islam: a Muslim Parent’s Handbook, terj. Nawang sri Wahyunngsih, Wahai Ibu Kenali Anakmu: Pegangan Orang tua Muslim Mendidik Anak, Bandung: Mitra Pustaka, 2003.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Jakarta: Cipta jaya, 2003.
Wahyudi, CHA dan Dwi Retna Damayanti, Program Pendidikan untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam, Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia, 2005.
Wiryasumarta, Y., Pentingnya Pendidikan di TK dalam Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2003.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Iis Sholihah
NIM : 3103268
Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 24 juli 1985
Alamat Asal : Jl. Cisanggarung No.82 Rt.06 Rw.02 Mulyasari-
Losari Cirebon 45192
Tlp (0231) 832 028
Alamat Sekarang : Jl.Margoyoso II No.39 B
Tambakaji-Ngaliyan
Semarang 50185
Pendidikan :
1. TK Islam An-Nahdiyyah Losari Cirebon lulus tahun 1992
2. MI Assuniyah 01 Losari Cirebon lulus tahun 1997
3. SMP Assuniyah Losari Cirebon lulus tahun 2000
4. MAN Pemalang lulus tahun 2003
5. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan PAI minor Bahasa
Inggris masuk tahun 2003