penanganan bahaya infeksius di instalasi …... · program d.iii hiperkes dan keselamatan kerja ......
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENANGANAN BAHAYA INFEKSIUSDI INSTALASI LAUNDRY RSUDDr. MOEWARDI
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENANGANAN BAHAYA INFEKSIUSINSTALASI LAUNDRY RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Istiqomah Nugrahaningrum R.0009053
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
Surakarta 2012
PENANGANAN BAHAYA INFEKSIUS INSTALASI LAUNDRY RSUD
SURAKARTA
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tugas Akhir dengan judul : Penanganan Bahaya Infeksius Di Instalasi Laundry RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Istiqomah Nugrahaningrum, NIM : R.0009053, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
Pembimbing I Harninto, dr.,Ms.,Sp.Ok ......................................... Pambimbing II Drs. Hudiyono,M.Kes ......................................... Penguji Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes NIP. 19540505 198503 2 001 .........................................
Surakarta, ...........................................
Ketua Prodi Tim Tugas Akhir D.III Hiperkes & KK
Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP. 19540505 198503 2 001 NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Tugas Akhir Dengan Judul :
Penanganan Bahaya Infeksius Di Instalasi Laundry
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Disusun Oleh :
Istiqomah Nugrahaningrum
NIM : R0009053
telah diajukan dan disahkan pada tanggal :
Hari : ........... Tanggal : ........... Tahun : ...........
Pembimbing Lapangan
Heru Yulistiyanto, ST, M.Si NIP. 19700712 199803 1 012
Pembimbing
Tri Hastuti Retnoningsih. SKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
PENANGANAN BAHAYA INFEKSIUS DI INSTALASI LAUNDRY RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Istiqomah Nugrahaningrum1, Harninto2, Hudiyono3
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara penanganan bahaya infeksius di instalasi pencucian linen (laundry) diRSUD dr. Moewardi Surakarta. Mengetahui gambaran palaksanaan pengelolaan linen diinstalasi laundry rumah sakit. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian desriptif. Hasil : Penanganan bahaya infeksius juga sudah dapat dikendalikan dengan adanya pemeriksaan kesehatan pada semua petugas laundry yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit. Pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan menjaga ketahanan tubuh pekerja, menggunakan desinfektan, mengatur udara ruang, selalu menjaga kebersihan lingkungan laundry. Simpulan : Unit laundry sudah melakukan pengendalian terhadap faktor bahaya serta penanganan bahaya infeksius, namun belum maksimal. Saran yang dapat diberikan adalah kedisiplinan terhadap pemakaian APD yang benar, melengkapi APD yang dubutuhkan oleh pekerja laundry yang sesuai standar, meningkatkan kedisiplinan waktu pemeriksaan berkala bagi semua pekerja yang ada dilaundry. Kata kunci : Penanganan Bahaya Infeksius Di Instalasi Laundry 1,2,3 Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
HANDLING HAZARDS IN INFECTIOUS LAUNDRY INSTALLATION Hospital Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Istiqomah Nugrahaningrum*, Harninto*, Hudiyono*
Objective : The purpose of this study was to determine how the handling of infectious hazards in the installation of laundering linen (laundry) diRSUD dr. Moewardi Surakarta. Know the description of the implementation of the management of hospital linen laundry installed. Methods : This study was conducted using research methods desriptif. Results : Treatment of infectious hazards can also be controlled by the health checks on all laundry workers who refer to the Minister of Health Regulation on the Implementation 755/Menkes/PER/IV/2011 numbers in the Hospital Medical Committee. Prevention and control can be done by keeping the body resistance of workers, using a disinfectant, adjust the air space, always keeping the environment clean laundry. Conclusion: The unit laundry is done on the factors controlling the dangers and hazards of handling infectious, but not maximized. Advice can be given is the discipline of the correct use of PPE, complete PPE required by the appropriate standard of laundry workers, improve discipline when periodic checks for all workers who have dilaundry. Key words: Infectious Hazards In Handling Laundry Installation *) Occupational Health and Safety, Faculty of Medicine, University of March, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya
yang telah melimpahkan petunjuk, kemudahan dan perlindungan-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dalam penyusunan laporan
tugas akhir yang berjudul “ Penanganan Bahaya Infeksius di Instalasi Laundry
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu Jurusan Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Disamping itu ini guna
untuk menabah pengetahuan tentang bahaya infeksius di linen rumah sakit.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak akan
berhasil tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan ini dapat
selesai pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr., SPD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode sekarang.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Harninto, dr.,MS., Sp.Ok, selaku pembimbing I yang telah memberi
bimbingan serta pengarahan dalam menyusun laporan ini.
4. Bapak Drs. Hudiyono,M.Kes, selaku pembimbing II dalam laporan ini.
5. Ibu Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes, selaku penguji.
6. Ibu Anggita selaku koordinator masalah praktek kerja lapangan di RSUD Dr.
Moewardi.
7. Bapak Heru Yulisianto, ST, M.Si, selaku pembimbing lapangan yang telah
memberi bimbingan kepada penulis.
8. Ibu Retno selaku kepala bagian instalasi linen di RSUD dr. Moewardi yang
telah memberi banyak arahan serta bimbingan dalam menyelesaikan laporan
ini.
9. Seluruh staff IPSRS yang telah membantu dalam berbagi hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak, ibu dan semua keluarga
yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan untuk keberhasilan dalam
menyelesaikan laporan ini.
11. Terima kasih kepada orang yang spesial yang selalu memberikan motivasi dan
dorongan agar dapat menyelesaikan laporan ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini sehingga dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan kerja
untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
Amiin
Surakarta, April 2012
Penulis,
Istiqomah Nugrahaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 24
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 25
A. Metode Penelitian..................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 25
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
D. Sumber Data ............................................................................. 25
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26
F. Pelaksanaan .............................................................................. 27
G. Analisa Data ............................................................................. 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 28
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 28
B. Pembahasan .............................................................................. 45
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 62
A. Simpulan .................................................................................. 62
B. Saran ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ..................................................................... 20
Gambar 2. Mesin Cuci Pintu 1 .................................................................................. 33
Gambar 3. Mesin Cuci Pintu 2 .................................................................................. 33
Gambar 4. Penimbangan Linen ................................................................................. 37
Gambar 5. Pengeringan ............................................................................................. 39
Gambar 6. Proses Penyetrikaan ................................................................................. 40
Gambar 7. Pelipatan Linen ........................................................................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengukuran pH dan Suhu Air Bersih .......................................................... 30
Tabel 2. Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih ........................................................ 31
Tabel 3. Pemeriksaan Kualitas Fisika Kimia Air Bersih .......................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pemantauan Sanitasi Lingkungan Bulan Januari 2012
Lampiran 2. Hasil Pemantauan Sanitasi Lingkungan Bulan Maret 2012
Lampiran 3. Alur Kerja Sub. Instalasi Laundry
Lampiran 4. Ketentuan Pemakaian Bahan Cuci Pada Proses Pencucian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik
dan organisasi yang sangat kompleks (KEPMENKES RI no.
129/Menkes/SK/II/2008).
Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif,
kurative dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (KEPMENKES RI no. 129/Menkes/SK/II/2008).
Pada dasarnya pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit
adalah pelayanan medik, penunjang medik serta penunjang non medik.
Pelayanan medik merupakan tugas pokok rumah sakit yang lebih bersifat
fungsional, serta ditandai dengan banyaknya tenaga profesional yang bekerja
untuk menghasilkan pelayanan medik yang profesional. Walaupun pelayanan
medik ini merupakan produk unggulan yang memegang peranan penting dalam
kesembuhan pesien, tetapi tidak berhasil dengan baik jika tidak didukung oleh
unsur – unsur yang lainnya. Kenyataannya pelayanan medik di rumah sakit
harus didukung oleh pelayanan labotatorium, farmasi, radiologi, gizi, laundry,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
serta pelayanan lainnya yang merupakan sarana penunjang medik dan non
medik (Dharma, 1993).
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat aman. Infeksi dapat terjadi
pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke rumah
sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau
diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus
karier atau karena kodisi rumah sakit serta bisa terdapat diinstalasi laundry
(Riana, 2012).
Manajemen laundry adalah proses pembersihan sesuatu sehingga
kembali bersih seperti sebelum digunakan. Oleh karena itu pentingnya menitik
beratkan pada perawatan linen sehingga produk linen tersebut menjadi awet
dan bersih. hal-hal yang harus dipahami pada proses pencucian adalah material
linen, kwalitas air sebagai media pencuci, dan kimia laundry yang digunakan
dan mesin cuci sebagai media pencucian (Ympk Perdhaki, 2010).
Di RSUD Dr. Moewardi sudah mempunyai instalasi laundry sendiri
sehingga dalam proses pencucian tidak menggantungkan pihak ketiga. Laundry
memang hanya sarana penunjang dalam pelayanan pasien, namun dalam
pengelolaan harus diperhatikan dengan baik sehingga faktor bahaya dan
potensi bahaya dapat dikendalikan. Bila pengelolaan linen dapat dikerjakan
secara benar, maka penyebaran infeksi melalui linen kotor yang terinfeksi
dapat ditangani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Di RSUD Dr Moewardi dalam menangani bahaya infeksius di insatalasi
laundry dengan dilakukannya sterilisasi ruangan, pemberian desinfektan pada
linen, serta pemberian antiseptik pada para pekerjanya.
Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul
penanganan bahaya infeksius di instalasi laundry RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut: “ Apakah di tempat pencucian linen (laundry) sudah ada penanganan
bahaya infeksius RSUD dr. Moewardi Surakarta?”
C. TUJUAN PANELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara penanganan bahaya infeksius di
instalasi pencucian linen (laundry) diRSUD dr. Moewardi Surakarta.
Mengetahui gambaran palaksanaan pengelolaan linen di instalasi laundry
rumah sakit.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Rumah Sakit
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penerapan peningkatan
masalah K3 khususnya bahaya infeksius di instalasi Laundry.
b. Sebagai masukan dan pertimbangan terhadap pengelolaan tempat lilen
(Laundry).
2. Penulis
a. Memperoleh pengalaman mengenai pengelolaan linen di istalasi
Laundry.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan linen di
instalasi Laundry dan bahaya infeksi.
3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Memberi masukan informasi dalam rangka pengembangan dalam proses
belajar.
b. Dapat menambah kepustakaan mengenai pengelolaan laundry di rumah
sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Laundry
Berdasarkan Kepmenaker No. Kep. 1024/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, laundry adalah
tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjang berupa
mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja,
mesin setrika.
Unit laundry merupakan unit penunjang non medik yang
memberikan pelayanan linen rumah sakit. Linen apabila tidak dikelola
dengan baik dan benar sesuai protap maka dapt menyebabkan adanya
infeksi penyakit.
2. Linen Kotor
Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru,
infeksi salmonella dan Shigella (sekresi dan ekskresi), dan HIV (jika
terdapat noda darah) dan insfeksi lainnya yang spesifik dimasukkan ke
dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup
dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan insfeksi.
Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
rutin, meskipun linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari
sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Linen kotor dapat berasal dari :
a. Noda darah
b. Kotoran tinja
c. Muntah
Pelayanan linen pada hakikatnya adalah tindakan penunjang medik
yang dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dan bertanggung jawab untuk
membantu unit – unit lain dirumah sakit yang membutuhkan linen yan siap
pakai.
Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari :
a. Katun 100 %
b. Wool
c. Kombinasi seperti 65 % aconilic dan 35 % wool
d. Silk
e. Blacu
f. Flanel
g. Tetra
h. CVC 50 % - 50 %
i. Polyester 100 %
j. Twill/drill
Pemeliharaan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan
cara perawatan serta penampilan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Pengelolaan Laundry
Berdasarkan DEPKES 2004 pengelolaan laundry dapat dilakukan
dengan menejemen pengalolaan linen di instalasi laundry dipimpin oleh
seorang koordinator. Koordinator laundry bertugas untuk mengkoordinasi
tugas – tugas yang ada di laundry. Kebutuhan dari diberbagai unit yang ada
dalam Rumah Sakit agar dapat terpenuhi secara lancar. Hal – hal yang harus
diperhatikan agar dalam pengelolaan di instalasi laundry dapat berjalan
dengan lancar diantaranya :
a. Pengemasan harus mengacu pada kepentingan untuk mencegah transmisi
mokroorganisme dan bahan berbahaya lainnya kepada petugas dan
lingkungan baik linen kotor maupun linen bersih.
b. Transportasi harus mengacu untuk pencegahan transmisi mikroorganisme
pathogen dan bahan – bahan berbahaya keapada petugas dan lingkungan
baik pada pengambilan linen kotor maupun linen bersih. Selain itu harus
diperhatikan pula sistem transpotasi yang mampu menjamin kelancaran
proses selanjutnya didalam Rumah Sakit sebelim didistribusikan.
c. Desinfeksi dilaksanakan terhadap linen kotor ditetapkan pelaksanaan
agar tidak saling melepas tanggung jawab, karena pada linen kotor
terutama pada linen infeksius sangat berpotensi menimbulkan
kontaminasi terhadap petugas maupun lingkungan.
Berdasarkan Kepmenkes No. Kep. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, tata laksana pengelolaan
laundry adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Ditempat laundry terdapat kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis – jenis linen
yang berbeda.
c. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengelolaan awal (pre - treatment).
d. Laundry harus disediakan ruang – ruang terpisah sesuai dengan
kegunaannya, yaitu ruang linen kotor.
4. Tata Laksana Pengelolaan
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Peneriman linen kotor
c. Penimbangan
d. Pensortiran / pemilahan
e. Proses pencucian
f. Pemerasan
g. Pengeringan
h. Sortir noda
i. Penyetrikaan
j. Sortir linen rusak
k. Pelipatan
l. Merapikan, pengepakan / pengemasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
m. Penyimpanan
n. Distribusi
o. Perawatan kualitas linen
p. Pencatatan dan pelaporan
5. Adanya Infeksi
Infeksi adalah proses dimana seseorang rentan (susceptible) terkena
invasi agen patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan
menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen bisa berupa bakteri, virus,
ricketsia, jamur, dan parasit. Penyakit menular atau infeksius adalah
penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kriteria infeksi berasal dari rumah sakit, yaitu :
a. Waktu mulai dirawat tidak didapatkan tanda klinik infeksi dan tidak
sedang dalam masa inkubasi infeksi tertentu.
b. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 48 jam sejak mulai dirawat.
c. infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari waktu
inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit.
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita sendiri, personil rumah
sakit (dokter/perawat), pengunjung maupun lingkungan, terutama pada
bagian pencucian atau laundry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Cara Penularan Infeksi
a. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada
penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak
langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara
(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.
b. Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu.
Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan
intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran
yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang
cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme
yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara
mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor,
misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam
tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya
parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis,
misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
7. Dampak Infeksi
Infeksi memberikan dampak sebagai berikut :
a. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan
cacat yang permanen serta kematian.
b. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS
yang tinggi.
c. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu
dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan
dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta
tuntutan hukum.
8. Penanganan Infeksi di Instalasi Laundry
Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses
asuhan keperawatan, yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya tahan tubuh
yang lemah sangat rentan terhadap infeksi penyakit.
Untuk dapat menangani bahaya infeksi diperlukan adanya
mekanisme kerja atau sistem yang bersifat lintas sektoral/bagian dan
diperlukan adanya sebuah wadah atau organisasi di luar struktur organisasi
rumah sakit yang telah ada. Dengan demikian diharapkan adanya
kemudahan berkomunikasi dan berkonsultasi langsung dengan petugas
pelaksana di setiap bagian/ruang/bangsal yang terindikasi adanya infeksi.
Pernyataan ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
755/Menkes/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit.
Pembersihan lingkungan kerja
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa
lingkungan laundry sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, kotoran,
dan kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding,
lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis
yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat
menyebarkan penyakit melalui udara. Selain itu, rumah sakit harus
membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan
bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas
dapat menggunakan panas matahari (Schaffer, 2000).
Penggunaan desinfektan
Penggunaan disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah
penularan antar pekerja. Pemilihan disinfektan berdasarkan kriteria
dibawah:
a. Mempunyai bakterisida yang berspektrum luas
b. Mempunyai efek sebagai detergen
c. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
d. Tidak sulit digunakan
e. Tidak mudah menguap
f. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
g. Efektif
h. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
i. Tidak toksik
Perbaiki Ketahanan Tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis,
ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses
fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik
patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam
saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh
orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu
diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan
ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian
bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat
diatasi tanpa harus menggunakan antibiotik (Riana, 2012).
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan)
mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya
sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pada umumnya
pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alrergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
- Tuberkulin test
- Psiko test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pemeriksaan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan
dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja,
makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup
pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus
seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam
pekerjaan.
Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana
ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja(Henry, 2011).
Adanya Pencegahan dan Pengendalian infeksi
Perlu dilakukan dengan pencegahan ILO, karena jika tidak, akan
mengakibatkan semakin lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan,
terdapat resiko kecacatan dan kematian, dan dapat mengakibatkan tuntutan
pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan
timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh infection control
team (Riana, 2012).
Perlu adanya sebuah organisasi dengan tugas/pekerjaan sebagai
pengendali mikroba patogen, adanya sejumlah personel disertai pembagian
tugas, serta adanya sistem kerja baku, maka tugas Panitia Medik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pengendalian Infeksi adalah mengelola (managing) unsur-unsur penyebab
timbulnya infeksi.
Menurut Uliyah (2006), Beberapa tindakan pengendalian infeksi
yang dapat dilakukan adalah:
a. Tindakan aseptik yaitu tindakan bebas infeksi dalam rangka pelayanan
kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya
adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik
pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainya.
c. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah
meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan dan sarung tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur
bedah/tindakan dilakukan.
d. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh
atau setiap benda asing seperti dabu dan kotoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dan benda mati. Desinfeksi tingkat
tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan menggunakan larutan
kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa bakteri endospora.
f. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk meghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk spora bakteri.
Terjadinya infeksi tergantung pada interaksi kompleks dari
kerentanan hospes, agen-agen infeksius dan cara penularan. Faktor-faktor
pada petugas dan perawatan kesehatan berinteraksi untuk menghasilkan
resiko infeksi yang signifikan. Identifikasi resiko infeksi, dari mereka yang
telah terinfeksi dan sterategi pengendalian infeksi yang direkomendasikan
meminimalkan insidens dan konsekuensi infeksi yang serius pada pasien
dan petugas perawatan kesehatan, metode pengendalian berfokus pada tiga
area yaitu:
a. Meningkatkan resisten hospes
Resistensi ditingkatkan dengan menggunakan vaksin dan toksoid untuk
imunisasi atau imonoglobulin (antibodi) untuk imunisasi pasif, nutrisi
yang adekuat, dan olah raga juga menambah resistensi hospes.
b. Menginaktifkan agen-agen infeksius
Inaktifasi agen-agen infeksius dilakukan dengan metode fisik dan
kimiawi, termasuk pemanasan (pasteurisasi dan sterilisasi) dan memasak
makanan dengan adekuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Cara penularan/mata rantai infeksi
Cara penularan adalah mata rantai termudah untuk memutus rantai
infeksi. Memutus cara penularan dilakukan dengan isolasi pasien yang
terinfeksi, menggunakan cuci tangan dan teknik aseptik (Schaffer, 2000).
Penanganan infeksi dilakukan agar seluruh pekerja dapat
mengkhususkan diri dalam kontrol infeksi dan tanggung jawab untuk
mengembangkan kebijakan dan program, perlu adanya pendisiplinan
pada peranan petugas dalam penanganan infeksi.
9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa
kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis
maupun jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua
pekerja dirumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalau berhubungan
dengan bahaya potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan
benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan
kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakikatnya kesehatan merupakan penyerasian antara kepasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya dilingkungan kerja
tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pekerjanya. Khususnya untuk petugas rumah sakit di instalasi pancucian
menerima ancaman kerja potensial dari lingkungan bila keselamatan kerja
tidak diperhatikan dengan tepat (Buku Pedoman Rumah Sakit).
Potensi bahaya pada instalsi pencucian atau landry diantaranya :
a. Bahaya Mokrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh invasi mikroorganisme seperti bakteri, virus,
ricketsia, parasit, jamur. Petugas pencucian yang menangani linen kotor
senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar
kuman patogen. Penelitian bakteriologis pada instalasi pencucian
menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama
periode waktu sebelum cucian mulai diproses.
b. Bahaya Bahan Kimia
Bahaya kimia diinstalasi laundry diantaranya :
1) Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri.
2) Bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan
oleh zat kimia seperti deterjen, desinfektan, zat pemutih, dan lainnya.
Tingkat resiko yang diakibatkan tergantung dari besar, luas, dan
intensitas paparan terhadap tubuh.
c. Bahaya Fisika
1) Bising
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dalam kesehatan bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif ( peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,
durasi, dan pola waktu. Di rumah sakit, bising merupakan masalah
salah satunya berasal dari mesin cuci. Pajanan bising yang terjadi pada
intensitas relatif rendah (85 dB atau lebih), dala waktu yang lama
membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan gangguan
pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss (NIHL).
2) Cahaya
Pencahayaan di instalasi laundry perlu karena ia berhubungan
langsung dengan :
a) Keselamatan petugas
b) Peningkatan pencermatan
c) Kesehatan yang lebih baik
d) Suasana yang nyaman
3) Listrik
Kecelakaan sengatan listrik dapat terjadi pada petugas laundry
oleh karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memedai. Pada
umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshok
dimana listrik menglir ke badan petugas melalui sistem peralatan yang
tidak baik.
Efek kesehatan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a) Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
b) Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik
4) Panas
Panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman (26 -
28oC) dengan kelembaban antara 60 – 70%. Pada instalasi laundry
panas yang terjadi adalah panas lembab.
Efek kesehatan :
a) Heat syncope (pingsan karena panas)
b) Heat disorder (kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekuranga cairan tubuh)
seperti :
� Heat stress / heat exhaustion, tersa panas dan tidak nyaman,
karena dehidrasi, tekanan udra yang turun menyebabkan gejala
pusing dan mual.
� Heat cramps adalah spasmen otot yang disebabkan cairan
dengan elektrolit yang rendah, masuk kedalam otot akibat
banyak cairan tubuh keluar malalui keringat, sedangkan
penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit.
� Heat stroke disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur
pengeluaran keringat,suhu tubuh dapat mencapai 40,5oC.
5) Gataran
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh
subjek dengan gerakan osilasi.Vibrasi dapat terjadi lokal atau seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tubuh. Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas
melalui transmisi/penjalaran,baik getaran setempat yang merambat
melalui tangan atau lengan operator (Buku Pedoman Rumah Sakit).
d. Bahaya Psikososial
Berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat pekerjaan di rumah
sakit, faktor psikosusial juga memerlukan perhatian antara lain:
Stress, yaitu ancaman fisik dan psikologis dari faktor lingkungan
terhadap kesejahteraan indifidu. Stress dapat disebabkan oleh :
1) Tuntutan pekerjaan
Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan
waktu, tanggung jawab yang berlebih maupun yang kurang.
2) Dukungan dan kendala
Hubungan yang tidak baik dengan atasan, teman sekerja,
adanya berita yang tidak dikehendaki/gosip, adanya kesulitan
keuangan, dan lainnya.
Manifestasi klinik : depresi, anestesi, sakit kepala, kelelahan
dan kejanuhan, gangguan pencernaan dan gangguan fungsi organ
lainnya (Buku Pedoman Rumah Sakit).
e. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya
sertacara – cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesenjanga, lebih – lebih dalam bentuk perencanaan.
Beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di
Instalasi Pencucucian atau Laundry.
1) Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama – sama.
Unsur – unsur tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar
dan panas. Bahan – bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang
ada pada mesin cuci.
Bangunan rumah sakit harus dilengkapi dengan fasilitas
pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan berlaku (Kepmenkes RI
No. 1204/MENKES/SK/X/2004).
Penempatan alat – alat pemadam kebakaran harus ditempatkan
pada tempat – tempat yang rawan terjadi kebakaran, mudah terlihat
dan muda diambil.
2) Terpeleset / terjatuh
Terpeleset / terjatuh pada tempat yang sama adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian.
Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera
yang berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak (Buku
Pedoman Rumah Sakit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. KERANGKA PEMIKIRAN
C.
D.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Sumber Infeksius
LAUNDRY
Upaya Penanganan
Faktor Bahaya
1. Bising 2. Pencahayaan 3. Suhu kelembaban
Tidak Ada Penanganan
PAK, penularan penyakit, penyebaran infeksi melalui linen
Penanganan Infeksi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pembersihan lingkungan kerja
Pengaturan sirkulasi udara
Pemberian desinfektan
Perbaiki daya tahan tubuh
Pemerikasaan kesehatan
Adanya pencegahan dan pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penalitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
desriptif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan atau memberikan
gambaran terhadap obyek yang diteliti dengan apa adanya dan bertujuan
melakukan penjelasan secara sistematis atau fakta atau karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu secara fatual.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diinstalasi pengelolaan linen (Laundry)
diRSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian ini adalah penanganan pengelolaan linen infeksius di
Instalasi Laundry diRSUD Dr. Moewardi Surakarta.
D. Sumber Penelitian
Data yang diperoleh dan dikumpulkan pada penalitian ini terdiri dari :
1. Data Primer
Data Primer ini dihasilkan melalui observasi dan wawancara dengan
pihak yang terkait yaitu di Instalasi Laundry RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai informasi atau studi
kepustakaan, laporan dan dokumen dari Instalasi Laundry RSUD Dr.
Moewardi yang berkaitan dengan pengelolaan linen.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi ini dilakukan deangan mengadakan pengamatan serta
praktek secara langsung di Instalasi Laundry sehingga dapat mengetahui
secara langsung pengelolaan linen infeksius.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung terhadap pihak terkait diInstalasi Laundry sehingga dapat
mengetahui secar langsung bagaimana cara pengelolaan linen infeksius.
3. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan ini diperoleh dengan cara membaca reverensi –
reverensi dari berbagai buku serta dokumentasi perusahaan, yang
berhubungan dengan pengelolaan linen infeksius diInstalasi Laundry rumah
sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
F. Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanankan mulai tanggal
13 Februari sampai dengan 31 Maret 2012, dengan rincian kegiatan sebagai
barikut :
1. Tanggal 13 Februari – 3 Maret 2012 Praktek Kerja Lapangan di Instalasi
Sanitasi.
2. Tanggal 5 – 10 Maret 2012 mengerjakan laporan Sanitasi
3. Tanggal 13 Maret 2012 observasi keunit bioler dan geset
4. Tanggal 14 Maret 2012 observasi keruang Radiodiasnostik.
5. Tangal 15 – 16 Maret 2012 Praktek Kerja Lapangan di Instalasi P2K3.
6. Tanggal 17 – 24 Maret 2012 Praktek Keja Lapangan di Instalasi Laundry.
7. Tanggal 30 – 31 Maret 2012 Pelaksanaan JCI RSUD Dr. Moewardi.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dianalisa dan
diolah kemudian dibandingkan dengan data sekunder yang diperoleh dari studi
pustaka maupun dokumentasi atau reverensi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Laundry
DiInstalasi laundry RSUD Dr. Moewardi mempunyai 16 tenaga
kerja, dimana semuanya adalah sebagai tenaga tetap.Belum ada sift
kerja dikarenakan jam kerja sampai jam 14.00 WIB sedangkan
pekerjaan diinstalasi laundry terlalu banyak dan minimnya karyawan
yang bekerja diinstalasi laudry, sehingga semua karyawan harus bekerja
samaksimalnya dan selesai sesuai target.
Letak instalasi laundry berada dibelakang tepatnya disamping
Instalasi gizi dan berdekatan pula dengan IPAL, sehingga pembuangan
limbah dari laundry dengan proses penyaringan lalu langsung masuk
kedalam IPAL, jadi tempat ini jauh dari ruang perawatan. Bangunan
laundry terdiri dari satu lantai, namun terdapat beberapa ruangan.
Ruang paling depan ialah tempat linen kotor dan tempat pencucian,
ruang tengah ialah tempat pengeringan, penyetrikaan serta tempat
pelipatan, dan ruang disebelahnya ialah ruang penyimpanan linen bersih
yang siap diambil. Ada juga ruang untuk tempat memnjahit linen yang
rusak dan pembuatan linen baru.
Sarana dan prasarana yang ada diinstalasi laundry RSUD Dr.
Moewardi Surakarta ada 4 mesin cuci diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1. Dua mesin cuci kecil 1 pintu untuk pencucian linen yang berukuran
kecil dan ringan serta linen yang benar – benar infeksius.
2. Dua mesin cuci besar 2 pintu untuk pencucian linen yang berukuran
besar dan berat termasuk linen yang infeksius. Mesin cuci ini
terhubung dengan ruang pengering. Dimana pintu pertama adalah
tempat masuknya linen kotor lalu setelah pencucian selesai, linen
yang sudah bersih akan diambil melalaui pintu kedua yang berada
diruang pengering.
Serta terdapat 3 mesin pengering linen yang sudah bersih, satu
setrika gulung besar dengan memnggunakan mesin uap, Sarana
prasarana lainnya yaitu banyak kereta pengambilan linen kotor dengan
betuk tertutup yang berukuran besar dan kereta pengambilan linen
bersih dengan bentuk terbuka, almari untuk tempat penyimpanan linen
bersih, tempat setrika manual, mesin jahit untuka linen yang usak
maupun penbuatan linen baru, buku nota pencatat linen kotor yang
masuk dan buku nota pencatatn linen bersih yang sudah dibawa
keruangan, serta bahan cuci yang digunakan seperti deterjen, pelembut
atau pewangi, dan desinvectan.
2. Pengelolaan Laundry
a. Kualitas air
Untuk kualitas air dilihat berdasarkan tekanan air dan tingkat
kejernihan air. Di RSUD Dr. Moewardi sudah dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pemerikasaan setiap satu bulan sekali dan pengukuran serta
penetralan pH dan suhu setiap hari.
a. Hasil Pengukuran pH dan Suhu Air Bersih
Jenis Spesimen : Air Bersih
Pemeriksaan : Bulan Februari 2012
Tabel 1. Hasil Pengukuran pH dan Suhu Air Bersih
No Tanggal Ground I Ground II
Suhu pH Suhu pH
1 15 Februari 2012 28,9 7,20 28,7 67,9
2 16 Februari 2012 28,9 7,12 28,7 68,1
3 17 Februari 2012 28,9 7,47 28,7 6,9
4 18 Februari 2012 28,9 7,43 28,7 6,91
6 20 Februari 2012 28,8 7,43 28,7 6,87
7 21 Februari 2012 28,9 7,39 28,7 6,86
8 22 Februari 2012 28,9 7,38 28,7 6,84
9 23 Februari 2012 28,7 7,39 28,7 6,84
10 24 Februari 2012 28,9 7,31 28,7 6,90
11 25 Februari 2012 28,9 7,48 28,7 6,96
12 27 Februari 2012 28,9 7,49 28,7 6,91
13 28 Februari 2010 28,9 7,39 28,7 6,91
14 29 Februari 2012 28,9 7,41 28,7 6,90
15 1 Maret 2012 28,9 7,36 28,7 6,93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
16 2 Maret 2012 28,9 7,20 28,7 6,86
17 3 Maret 2012 29,8 7,3 28,7 7,3
b. Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih
Pemeriksaan : Bulan Februari 2012
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih
No Tanggal/ jam pH Suhu
(0C)
Jumlah koloni
(koloni/100 ml)
Standar
(koloni/100 ml) Keterangan
1
20-02-2012
Jam ambil : 08.13
Jam Periksa : 09.45
7,8 25,7 0 10 Memenuhi
syarat
2
20-02-2012
Jam ambil : 08.31
Jam Periksa : 07.87
7,87 25,7 0 10 Memenuhi
syarat
c. Pemeriksaan kualitas fisika kimia air bersih
Pemeriksaan : Bulan Februari 2011
Tabel 3. Hasil pemeriksaan kualitas fisika kimia air bersih
Parameter Hasil Batas
Fisik 1. Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
2. TDS 504 1500
3. Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa
4. Suhu 25,4 Suhu udara �3⁰C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5. Warna 23 50
Kimia 1. Besi 0,19 0,3
2. Mangan 0,53 0,4
3. Nitrit 0,09 3,0
4. Ph 7,78 6,5-8,5
5. Seng 0,053 15
6. Sianida 0,003 0,1
7. Sulfat 19 400
8. Zat Organik 1,2 10
9. Klorida 8,4 600
10. Kromium 0,29 0,5
b. Peralatan Cuci
Peralatan disini adalah mesin cuci, telah dipasang permanen,
mesin cuci juga dapat diatur untuk mencuci berbagai jenis linen.
c. Mesin Cuci dan Ruang Cuci
Untuk ruang cuci masih menjadi satu antara linen infeksius
dan non infeksius. Namun untuk mesin cuci sudah tersedia 4 buah
mesin cuci diantarany 2 buah mesin cuci besar dengan 2 pintu dan 2
mesin cuci sedang dengan 1 pintu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2. Mesin cuci pintu 1
Sumber : ruang pencucian di instalasi laundry RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Gambar 3. Mesin cuci pintu 2
Sumber : Ruang pencucian di instalasi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d. Saluran Pembuangan Limbah
Saluran limbah yang diinstalasi laundry berada dibawah
mesin cuci dan langsung dialirkan ke IPAL yang letaknya tepat
dibelakang ruang instalasi laundry.
e. Penyediaan Ruang – Ruang
Ruangan yang tersedia adalah ruang linen bersih, ruang jahit
untuk linen yang rusak maupun pembuatan linen baru, ruang
peralatan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, kamar mandi.
3. Jenis linen
a. Sprei / laken
b. Steek laken
c. Perlak/ zeil
d. Sarung bantal
e. Sarung guling
f. Selimut
g. Boven laken
h. Alas kasur
i. Bed cover
j. Tirai/gorden
k. Vitrage
l. Kain penyekat
m. Kelambu
n. Celemek,topi,lap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
o. Baju pasien
p. Popok bayi, baju bayi, kain gedong, gurita bayi
q. Steek laken bayi
r. Kelambu bayi
s. Laken bayi
t. Selimut bayi
u. Masker
v. Gurita
w. Topi kain
x. Wash lap
y. Handuk
1) Handuk untuk petugas
2) Handuk pasien untuk mandi
3) Handuk pasien untuk lap tangan
4) Handuk pasien untuk muka
z. Linen operasi ( baju, celana, jas, macam – macam laken, topi,
masker, doek, sarung tangan, sarung kaki, sarung meja mayo, alas
meja instrumen, mitela, barak schort)
4. Pengelolaan Linen
a. Pengambilan Linen
Adapun cara pengambilan linen kotor yaitu disetiap bangsal
perawatan, linen kotor dimasing – masing ruang diletakkan pada
boks linen yang selalu dalam keadaan tertutup. Linen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dimasukkan kedalam boks, disesuaikan jenisnya ( infeksius dan non
infeksius). Linen infeksius adalah linen yang terkontaminasi berbagi
penyakit seperti TBC, diare, hepatitis, dan lainnya. Untuk linen yang
terkontaminasi penyakit tersebut dimasukkan kedalam kantong
plastik berwarna kuning sebagai penanada. Pengambilan linen
dilakukan oleh petugas laundry yang berkaliling disetiap ruang
dengan menggunakan kereta dorong yang ada tutupnya,
pengambilan linen terjadwal mulai pukul 07.00 pagi sampai dengan
kurang labih pukul 09.00 WIB.
b. Pencatatan
Pencatatan ditulis berdasarkan berapa berat linen yang masuk
kedalam mesin cuci, dikarenakan terlalau banyaknya linen yang
harus dicuci maka tidak ada perhitungan khusus maupun pemilahan,
terkecuali pemilahan linen yang infeksius dan non infeksius.
c. Penimbangan
Penimbangan linen kotor dilakukan berdasarkan kapasitas
mesin cuci kurang lebih 30 kg dan tingkat kekotoran linen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 4. Penimbangan linen
Sumber : Ruang cuci instalasi laundry RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
d. Pencucian
Pencucian linen dilakukan sampai semua linen bersih dan
perlakuan berdasarkan tingkat kekotoran dan ukuran linen, yaitu:
1) Linen infeksius
Linen infeksius penanganannya hampir sama dengan linen
yang bukan infeksius yaitu langsung dimasukkan kedalam mesin
cuci, namun pencucian linen berdasarkan tingkat kekotorannya.
a) Linen yang dimasukkkan kedalam plastik kuning
Linen yang dimasukkan kedalam plastik kuning
langsung dimasukkan kedalam mesin cuci 1 pintu atau mesin
cuci kecil, pencucian ini khusus untuk infeksius meskipun
yang dicuci sedikit. Tanpa ada pemilahan anatra linen kotor
berat ataupun ringan. Linen yang masuk kedalam mesin cuci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
langsung diberi air dan dibersihkan terlabih dahuu sebalum
diberi deterjen maupun desinfektan.
b) Linen kotor berat
Linen kotor berat biasanya berasal dari ruang IBS atau
ruang operasi dan terkadang dari seorang petugas perawat yang
langsung membawa linen yang terkena noda darah, muntah,
berak ke laundry. Untuk linen yang dari IBS setelah ditimbang
langsung dimasukkan kedalam mesin cuci besar 2 pintu dan
setelah mesin dioperasikan secara otomatis air akan langsung
masuk kedalam mesin cuci untuk membersihkan noda – noda
yang ada dilinen setelah mesin berputar sampai kurang labih
15 manit air yang sudah kotor secara otomatis akan terbuang
dan deterjen serta desinfektan lengsung dimasukkan kedalam
masin cuci. Pembarian deterjen dan desinfektan perlu
penimbangan berdasarkan tingkat kekotoran linen. Besarnya
jumlah penimbangan berbagai deterjen dapat dilihat pada
lampiran.
Untuk linen yang masih baru dan dibawa oleh petugas
perawat ketempat pencucian akan langsung masuk kedalam
mesin cuci kecil pintu 1.
2) Linen non infeksius
Linen non infeksius cara penanganannya tidak jauh beda
dengan linen infeksius, hanya saja linen non infeksius untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pemberian deterjen dan desinfektan mesuk kategori tingkat
kekotoran yang ringan.
e. Pengeringan
Pengeringan linen dengan menggunakan mesin pengering
untuk keseluruhan linen yang sudah dicuci, kecuali linen tipis yang
bisa diangin – anginkan.
Gambar 5. Pengeringan
Sumber : ruang pengeringan linen di instalasi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
f. Penyetrikaan
Penyetrikaan dilakukan pada semua jenis linen. Penyetrikaan
dilakukan dengan menggunakan setrika gulung besar dan
menggunakan tenaga uap dari steam boiler. Serta untuk penyetrikaan
gorden dengan setrika manual, dikarenakan agar dapat
menyesuaikan bentuk semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 6. Proses Penyetrikaan
Sumber : Ruang penyetrikaan di instalasi laundry RSUD Dr.
Moewardi Surakarta
g. Pelipatan
Pelipatan linen dilakukan setelah keluar dari mesin setrika
dan masih dalam keadaan setengah panas. Linen yang sudah dilipat
ditempatkan diatas meja terlebih dahulu dan harus sesuai dengan
ruang linen.
Gambar 7. Pelipatan linen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sumber : ruang pelipatan di instalasi laundry RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
h. Penyimpanan
Linen yang belum didistribusikan akan disimpan pada
tempat yang sudah disediakan dan ditempatkan berdasarkan ruang
linen.
i. Pendistribusian
Linen yang sudah dilipat ditempatkan pada ruang
penyimpanan kemudian didistribusikan.
5. Sumber infeksius
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a. Petugas rumah sakit
1) Kurang atau tidak memhami cara –cara penularan penyakit
2) Kurang memperhatikan kebersihan
3) Menderita suatu penyakit
4) Kurang memperhatikan teknik aseptikdan antiseptik
b. Alat – alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen)
1) Kotor atau kurang bersih /tidak steril
2) Dipakai berulang – ulang
3) Lewat batas wantu pemakaian
c. Lingkungan
1) Tidak ada sinar matahari langsung yang masuk
2) Ruangan lembab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
6. Ada Infeksi
Infeksi bisa juga ditemukan di instalasi laundry, karena infeksi
ini bisa terdapat pada linen yang dipakai oleh pasien,sehingga tergolong
linen infeksius. Ada berbagai macam penyakit infeksi salah satuny
adalah :
Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan
oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral),
bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling
ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B
dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih
berbahaya dibanding Hepatitis A.
Masa inkubasi
Penularan virus Hepatitis A atau Hepatitis Virus tipe A (HVA)
melalui fecal oral, yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga
mudah menular melalui makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi, juga terkadang melalui hubungan seks dengan
penderita.
Gejala Hepatitis A biasanya tidak muncul sampai Anda
memiliki virus selama beberapa minggu. Hepatitis A sangat terkait
dengan pola hidup bersih. Dalam banyak kasus, infeksi Hepatitis A
tidak pernah berkembang hingga separah Hepatitis B atau C sehingga
tidak akan menyebabkan kanker hati. Meski demikian, Hepatitis A tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
harus diobati dengan baik karena mengurangi produktivitas bagi yang
harus dirawat di rumah sakit.
Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6
minggu. Penderita akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah,
letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah-muntah
yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti
demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Gejala
Seringkali tidak ada bagi anak kecil;
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:
a. Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam,
kehilangan selera makan dan mual;
b. Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan
c. Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu
ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan
enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi
radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
a. Kelelahan
b. Mual dan muntah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada
sisi kanan bawah tulang rusuk)
d. Kehilangan nafsu makan
e. Demam
f. Urine berwarna gelap
g. Nyeri otot
h. Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
7. Bahaya Mikrobiologi
Dari berbagai mokroorganisme antara lain :
a. Mycobacterium tuberculosis
b. Virus Hepatitis B
c. Virus HIV
8. Bahaya bahan kimia
a. Debu
Mekanisme penimbunan debu pada paru – paru dapat terjadi
dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk ke dalam paru – paru. Pertikel debu yang masuk dalam
pernapasan mempunyai ukuran 0,1 – 10 mikron.
Pada pemajanan yang lama dapat terjadi pneumooniosis,
dimana pertikel debu dijumpai di paru – paru denga gejala sukar
bernapas. Zat Pneumokoniosis yang disebabkan oleh serat
linen/kapas disebut bissinosis.
b. Bahan kimia pada bahan cuci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan
oleh zat kimia seperti deterjen, desinfektan, zat pemutih, dan
lainnya
9. Alat Pelindung Diri (APD)
Pakaian khusus untuk petugas laundry yaitu berupa kaos
panjang dan celana panjang. Untuk alat pelindudng diri saat proses
pencucian adalah:
a. Masker
b. Sarung tangan tebal serta panjang hingga siku
c. Sepatu boot
10. Hasil pengukuran bising yang berasal dari mesin pencucian di
instalasi laundry adalah 78,9 dB. Serta bisa juga berasal dari para
pekerja dan pengunjung rumah sakit.
11. Hasil pengukuran suhu di instalasi laundry adalah 30,0 C.
12. Hasil pengukuran kelembaban di instalasi laundry adalah 69,0 %.
13. Hasil pengukuran pencahayaan pada pekerjaan yang tidak teliti di
instalasi laundry adalah 98 lux. Sumber pencahayaan diperoleh dari
alami dan buatan.
B. PEMBAHASAN
1. Pengelolaan laundry
a. Kualitas air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air
bersih berdasrkan PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar
khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya :
1) Harness – Garam (Calium, Carbonate, dan Cholride)
Standar Baku Mutu : 0 – 90 ppm
Tigginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja
bahan kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak bekerja
sebagaimana seharusnya. Garam akan mengubah warna linen
putih menjadi keabu –abuan dan linen warna akan cepat pudar.
Mesin cuci akan berkerak (scale forming), sehingga dapat
menghambat saluran – saluran air dan mesin.
2) Iron – Fe (besi)
Standar Baku Mutu : 0 – 0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi
bahan kimia dan proses pencucian. Linen putih akan menjadi
kekuning – kuningan dan linen warna akan cepak pudar. Mesin
cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (harness dan besi) dapat merusak
linen, maka harus dilakukan proses penetralan pH.
Di RSUDDr. Moewardi ini setiap hari selalu dilakukan
pengontrolan pH dan suhu air yang dialirkan keseluruh ruang
maupun keberbagai instalasi, untuk dinetralkan. Serta setiap satu
bulan sekali dilakukan pengetesan kandungan air dari berbagi zat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sehingga kualitas air untuk pencucian diinstalasi laundry sudah
sesuai standar dan dilakukan penetralan pH.
b. Peralatan cuci
Mesin cuci dipasang permanen begitu juga dengan mesin
pengering dan saluran pembuangan berada dibawah mesin cuci
sehingga saluran pembuangan sudah tertutup dan langsung mengalir
keIPAL. Maka dapat dikatakan peralatan yang digunakan sudah
sesuai peraturan yang layak pakai.
c. Mesin cuci dan ruang cuci
Ruang pencucian masih menjadi satu, namum untuk mesin
cuci sedah ada 4 buah sehingga pencucian linen infeksius dan non
infeksius bisa dipisah. Mesin cuci sudah menggunakan mesin cuci
otomatis dan untuk petunjuk penggunaan mesin cuci selalu berada
didekat mesin cuci tersebut, sehingga petugas operator selalu bekerja
sesuai prosedur.
d. Saluran pembuangan
Saluran pembuangan sudah berada dibawah mesin cuci
sehingga tidak dapat terlihat dan langsung mengalir keIPAL yang
berada tepat dibelakang insatalasi laundry, maka di instalasi laundry
dapat dikatakan sudah sesuai dengan prosedur yang ada.
e. Penyediaan ruang – ruang
Diinstalasi laundry harus ada berbagai ruang diantaranya
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang perlengkapan cuci, ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
peniris unruk linen atau bahan yang harus ditiriskan, kamar mandi,
ruang kereta linen.
Ruang yang belum ada adlah ruang khusus linen kotor,
karena setelah pengambilan linen kotor langsung masuk keruang
pencucian dan pemilahan dilakukan dari kereta linen dan langsung
keproses pencucian sehingga tidak perlu ada ruang khusus linen
kotor. Ruang khusus kereta linen juga belum ada, dikrenakan setelah
pengambilan linen kotor kereta langsung diletakkan diteras luar
samping ruang pencucian dan tidak mengganggu pejalan kaki,
sehingga belum perlu adanya tempat khusus kereta linen.
2. Jenis Linen
Persediaan linen disini sudah sangat mencukupi dan sesuai
menurut Persayaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit pada
Kepmenkes nomor 1204 dan menurut Kesehatan Lingkungan RSAB.
3. Pengelolaan linen
a. Pengambilan linen
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB cara pengangkutan
atau pengambilan linen adalah :
1) Troli yang berbeda antara linen kotor dan linen bersih (warna
/kode)
2) Troli / wadah mampu menampung beben linen
3) Muatan tidak berlabih
4) Pembersihan troli linen dengan clorin 0,5 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5) Waktu pengangkutan linen bersih dan linen kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan
Pengambilan linen sudah berjalan dengan baik. Pemilahan
linen kotor dapat dilakukan oleh perawat sebelum diambil oleh
petugas laundry, perawat harus dapat memisahkan antara linen
infeksius dan non infeksius, karena perawatlah yang mengetahui
kondisi linen tersebut dan bila mendapati linen yang infeksius harus
dimasukkan kedalam plastik warna kuning yang sudah tersedia,
sehingga tidak tercampur dengan linen yang non infeksius.
b. Pencatatan
Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
mencatat dan menghitung linen diruangan.
Untuk pencatatan linen yang masuk sudah berjalan dengan
baik, namun untuk perhitungan tidak dapat dilakukan, dikarenakan
terlalu banyaknya linen kotor yang harus dicuci dan minimnya
pekerja laundry.
c. Penimbangan
Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuha deterjen dan desifektan.
Penimbangan sudah berjalan dengan baik, sudah sesuai
dengan kapasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan
desinfektan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d. Pencucian
Menurut Kepmenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
mencuci linen dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB persyaratan proses
pencucian :
1) Prewash lebih kurang 3 menit
2) Pembuangan 1 dilanjutkan pencucian utama selama lebih kurang
15 menit dengan memasukkan deterjen dan desinfektan
3) Pembuangan 2 dilanjutkan pencucian II selama lebih kurang 10
menit tanpa deterjen/bersifat membilas.
4) Pembuangan 3 dilanjutkan dengan pencucian akhir dengan
memasukkan pelembut.
Pencucian sudah bejalan dengan baik dan sudah sesuai
dengan prsedur atau standar yang ada, karena mesin cuci yang
digunakan adalah mesin otomatis.
e. Pengeringan
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB pengeringan
dilakukan dengan mesin pengering/drying, pada proses ini,
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminsi ulang
diharapkan dapat mati.
Pengeringan sudah baik dan sesuai dengan prosedur yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
f. Penyetrikaan
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB penyetrikaan dapat
dilakukan dengan mesin setrika beras atau gulung dapat disetel
sampai dengan suhu 120 C, (70-80 C).
Untuk penyetrikaan sudah baik dan menggunakan mesin
setrika gulung dengan uap panas dari steam boiler. Serta untuk
penyetrikaan gorden menggunakan setrika manual sehingga
pelipatannya dapat diatur dengan rapi dan berbentuk seperti semula.
g. Pelipatan
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB melipat linen
mempunyai tujuan selain untuk kerapian juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen, saat pasien berada di tempat tidur.
Pelipatan sudah berjalan dengan baik, untuk penataan sudah
rapi dan ditumpuk berdasarkan ruangan linen.
h. Penyimpanan
Menurut Kesehatan Lingkungan RSAB penyimpanan linen
yang sudah siap pakia harus :
1) Tangan petugas harus bersih sebelum memegang linen
2) Pastikan semua permukaan almari dalam keadaan bersih dan
kering dengan suhu ruangan 22 – 27 o C
3) Simpan linen sesuai dengan jenis linennya
4) Pisahkan area linen kotor dan linen bersih
5) Pencatatan linen yang masuk dan keluar dengan sistem FIFO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
6) Persediaan linen diruang rawat minimal 3 perstok
7) Pengambilan linen/distribusi harus menggunakan form
pengambilan
Penyimpanan di instalasi laundry ini sudah memenuhi syarat
dan mempunyai ruang tersendiri dan jauh dari ruang linen kotor.
i. Pendistribusian
Untuk pendistribusian sudah berjalan dengan baik. Pintu
tempat pengambilan linen yang sudah bersih juga berbeda dengan
pintu masuknya linen kotor.pengambilan linen yang sudah bersih
diambil oleh petugas atau perawat dari berbagai ruangan.
4. Sumber Infeksius
Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu
diperhatikan:
a. Petugas rumah sakit
Bekerja sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) untuk
pelayanan linen
Memperhatikan aseptik dan antiseptik
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
Bila sakit segera berobat
b. Alat – alat
Perhatikan kebersihan (alat – alat laundry, troli atau kereta untuk
transportasi linen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu
penyimpanan
Linen yang rusak segera diganti
c. Lingkungan
Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
Penerangan cukup
Ventilasi/sirkulasi udara baik
Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
Pembersihan secara berkala
Lantai kering dan bersih
5. Penanganan Infeksi
Untuk dapat menangani bahaya infeksi diperlukan adanya
mekanisme kerja atau sistem yang bersifat lintas sektoral/bagian dan
diperlukan adanya sebuah wadah atau organisasi di luar struktur
organisasi rumah sakit yang telah ada. Dengan demikian diharapkan
adanya kemudahan berkomunikasi dan berkonsultasi langsung dengan
petugas pelaksana di setiap bagian/ruang/bangsal yang terindikasi
adanya infeksi. Pernyataan ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
a. Pembersihan lingkungan kerja
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan
bahwa lingkungan laundry sangat bersih dan benar-benar bersih dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
debu, kotoran, dan kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar
mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
b. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang
dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Selain itu, rumah sakit
harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan
pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan
bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas
dapat menggunakan panas matahari (Schaffer, 2000).
c. Penggunaan desinfektan
Penggunaan disinfektan akan membunuh kuman dan
mencegah penularan antar pekerja. Pemilihan disinfektan
berdasarkan kriteria dibawah:
1) Mempunyai bakterisida yang berspektrum luas
2) Mempunyai efek sebagai detergen
3) Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan
minyak dan protein.
4) Tidak sulit digunakan
5) Tidak mudah menguap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
6) Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk
petugas maupun pasien
7) Efektif
8) Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
9) Tidak toksik
d. Perbaiki Ketahanan Tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen
oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut
membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan
tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga
keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada
umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna
manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang
sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu
diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam
mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit
berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis
pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus
menggunakan antibiotik (Riana, 2012).
e. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan
non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan
calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau
dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Pada umumnya pemerikasaan kesehatan awal
ini meliputi:
1) Anamnese pekerjaan
2) Penyakit yang pernah diderita
3) Alrergi
4) Imunisasi yang pernah didapat
5) Pemeriksaan badan
6) Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
- Tuberkulin test
- Psiko test
Pemeriksaan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan
berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan
umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan
bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja(Henry 2011).
f. Adanya Pencegahan dan Pengendalian infeksi
Pencegahan pada kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya
tidak memerlukan pengobatan dan kebanyakan orang yang terinfeksi
sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan hati permanen.
Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun
sebelum makan dan sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik
untuk melindungi diri terhadap virus Hepatitis A. Orang yang dekat
dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin.
Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri
(Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix).
Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan
booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi
hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan
kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang
potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering
jajan di luar rumah.
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab
infeksinya sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Namun
untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus
mempercepat proses penyembuhan, beberapa langkah penanganan
berikut ini akan diberikan saat dirawat di rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1) Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang cukup bagi
sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.
2) Anti mual. Salah satu dampak dari infeksi Hepatitis A adalah rasa
mual, yang mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi
karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
3) Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat
yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang
mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta
alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.
Pencegahannya untuk Hepatitis A adalah melakukan vaksinasi yang
juga tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi.
Menurut Uliyah (2006), Beberapa tindakan pengendalian infeksi yang
dapat dilakukan adalah:
1) Tindakan aseptik yaitu tindakan bebas infeksi dalam rangka
pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan
semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau
menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan
benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2) Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit dan jaringan tubuh lainya.
3) Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya
adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan dan sarung tangan
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur
bedah/tindakan dilakukan.
4) Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan
tubuh atau setiap benda asing seperti dabu dan kotoran.
5) Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyebab penyakit dan benda mati.
Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan
menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan
semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora.
6) Sterilisasi, yaitu tindakan untuk meghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk spora
bakteri.
6. Bahaya Mikrobiologi
Untuk penanganan mikrobiologi atau mikroorganisme dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Meningkatkan pemerikasaan kesehatan berkala secara rutin agar
terhindar dari penyakit – penyakit yang mudah menular (TBC,
Hepatitis B, HIV).
b. Menjaga ventilasi dan pencahayaannya yang baik dalam ruangan
instalasi pencucian
c. Menggunakkan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP
d. Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi
terhadap bahan dan alat yang digunakan
e. Secara teknis petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
SOP.
7. Bahaya Kimia
Pengendalian untuk debu linen dan bahan – bahan kimia disini antara
lain adalah :
a. Pencegahan terhadap sumber
b. Diusahakan agar debu tidak keluar dari sumbernya dengan
mengisolasi sumber debu.
c. Memakai APD sesuai SOP
d. Ventilasi yang baik
e. Dengan alat lokal akhauster
f. Kontrol teknis gunakan ventilasi setempat. Perlatan pernafasan
sendiri mungkin diperlukan jika bekerja untuk waktu yang lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
g. Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat aslinya, wadah
tertutup dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari
asam dan hindarkan dari suhu ekstrim.
h. Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik
i. Segera mencuci tangan sesudah bekerja
8. Hasil pengukuran kebisingan belum dikatakan aman yaitu 78,9 dB,
dimana NABnya adalah 78 dB. Sumber bising tersebut berasal dari
mesin pencucian, hal ini bisa jadi karena banyaknya orang – orang yang
berada disekitar pencucian.
9. Hasil pengukuran suhu belum bisa dikatakan aman yaitu 30,0 C,
dimana NABnya adalah 22-27oC. Begitu juga dengan kelembaban yaitu
69,0 %, dimana NABnya adalah 50-60 %. Terlalu banyaknya linen
yang berada di insatalasi laundry sehingga masih sulit untuk
pengendalian suhu dan kelembaban, namun diruang laundry sudah
terdapat ex hause dan beberapa kipas angin.
10. Hasil pengukuran pencahayaan pada pekerjaan yang tidak teliti sudah
memenuhi standar yaitu 98 lux, dimana NABnya adalah 100 lux. Hal
ini dikarenakan ruang laundry terbiasa dengan menggunakan
pencahayaan alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan di instalasi laundry RSUD Dr. Moewardi
menegnai pengelolaan linen yang dilakukan dan penanganan bahaya
infeksius dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk pengelolaan linen hampir semua sudah diterapkan dengan baik,
namun pada proses pencucian kurangnya kedisiplinan dalam pemisahan
antara ruang linen infeksius dan non infeksius.
2. Pengendalian faktor resiko bahaya sudah dapat dikendalikan dengan
adanya pengukuran setiap satu bulan sekali.
3. Penanganan infeksius juga sudah dapat dikendalikan dengan selalu
menjaga kebersihan lingkungan di instalasi laundry, serta adanya
pemerikasaan kesehatan setiap pekerja yang diadakan setiap satu tahun
sekali, namun dalam penerapannya belum bisa teratur.
4. Penyediaan APD yang belum begitu lengkap dan kurangnya
kedisiplinan para pekerja untuk memakai APD yang seharusnya sesuai
dengan peraturan yang ada.
5. Untuk kebisingan, suhu dan kelembaban belum bisa memenuhi standar
NAB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. SARAN
Dari hasil pengamatan dan observasi mengenai pengendalian faktor
resiko bahaya dan penanganan bahaya infeksius diRSUD Dr. Moewardi,
penulis berusah memberkan saran sebagai berikut :
1. Kedisiplinan dalam penggunaan ruang cuci untuk linen infeksius dan
non infeksius ditingkatkan lagi, jika perlu diadakan penyuluhan lagi
tentang pengelolaan linen yang baik dan benar.
2. Perlu ditingkatkan lagi dalam pengendalian faktor bahaya yang ada di
laundry, meskipun sudah diminimalisir.
3. Perlu ditingkatkan lagi dalam kedisiplinan pemeriksaan kesehatan.
4. Penyediaan APD perlu ditingkatkan lagi agar sesuai dengan peraturan
yang sudah ada.
5. Perlu diperhatikan lagi masalah kebisingan, suhu dan kelembaban.
Selalu rutin dalam membersihkan ex hause.