penanganan berdasarkan kebutuhan pada kelompok lansia dan penyakit kronis

18
H. Penanganan berdasarkan kebutuhan pada kelompok lansia dan penyakit kronis Menurut Japanese Red Cross Society dan PMI (2009) penanganan kebutuhan berdasarkan kebutuhan pada kelompok lansia dan penyakit kronis adalah : 1. Penanganan pada kelompok lansia a. Ciri khas lansia dan pengaruh dari bencana 1) Ciri khas lansia dan bencana Kelompok lansia terbentuk dari setiap individu dengan dipengaruhi sejumlah unsur, seperti gaya hidup, ciri khas, keluarga, sumber daya sosial dan ekonomi, budaya dan adaptasi, lingkungan, struktur gen, dan sebagianya. a)Ciri khas fisik dan bencana Peningkatan usia adalah sebuah proses yang normal dan fungsi fisiologis menurun secara perlahan-lahan. Pengaruh dari bencana terhadap lansia beragam sesuai dengan fungsi fisiologis yang dimiliki oleh setiap individu. Ciri khas fisik yang disebabkan oleh peningkatan usia adalah : (1) Penurunan hemostatis. Hemostatis adalah sebuah fungsi untuk mengendalikan dan mempertahankan kondisi dalam tubuh dengan menggunakan segala daya tahan, daya kesiapan, dan daya adaptasi pada saat adanya tekanan dari luar (stresor) yang beraneka ragam. Ketika stresor lansia besar seperti bencana misalnya, maka daya kesiapan dan daya adaptasi menurun dan melemah secara drastis. 1

Upload: fathur-rahmat

Post on 20-Jan-2016

605 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

H. Penanganan berdasarkan kebutuhan pada kelompok lansia dan penyakit kronis

Menurut Japanese Red Cross Society dan PMI (2009) penanganan kebutuhan berdasarkan

kebutuhan pada kelompok lansia dan penyakit kronis adalah :

1. Penanganan pada kelompok lansia

a. Ciri khas lansia dan pengaruh dari bencana

1) Ciri khas lansia dan bencana

Kelompok lansia terbentuk dari setiap individu dengan dipengaruhi

sejumlah unsur, seperti gaya hidup, ciri khas, keluarga, sumber daya sosial dan

ekonomi, budaya dan adaptasi, lingkungan, struktur gen, dan sebagianya.

a) Ciri khas fisik dan bencana

Peningkatan usia adalah sebuah proses yang normal dan fungsi

fisiologis menurun secara perlahan-lahan. Pengaruh dari bencana terhadap

lansia beragam sesuai dengan fungsi fisiologis yang dimiliki oleh setiap

individu. Ciri khas fisik yang disebabkan oleh peningkatan usia adalah :

(1) Penurunan hemostatis. Hemostatis adalah sebuah fungsi untuk

mengendalikan dan mempertahankan kondisi dalam tubuh dengan

menggunakan segala daya tahan, daya kesiapan, dan daya adaptasi pada

saat adanya tekanan dari luar (stresor) yang beraneka ragam. Ketika

stresor lansia besar seperti bencana misalnya, maka daya kesiapan dan

daya adaptasi menurun dan melemah secara drastis. Karena banyak stresor

akan bermunculan pada saat bencana maka diperlukan menghilangkan

atau mengurangi stresor dan mempertahnkan fungsi fisik lansia.

(2) Penurunan fungsi organ. Efek dari bencana akan berbeda tergantung pada

level penurunan fungsi, lansia akan dipersulit oleh adaptasi yang tidak

atau kurang berfungsi. Kurangnya perhatian pada lansia dalam

penanganan daruratpun menjadi penyebab utama terjadinya tidak daat

beradaptasi, sehingga menghilangkan kemandirian fisik dari lansia dan

mengakibatkan penurunan fungsi tubuh.

b) Ciri khas mental dan bencana

Bencana akan menjadi pengalam kehilangan bagi lansia. Menurut

Bettis bahwa ada proses menua terdapat dua proses yakni proses yang

memungkinkan beradaptasi diri pada kehilangan dan proses yang membuat

yang bersangkutan sulit beradaptasi diri pada kehilangan. Sootoka berpendapat

bahwa lansia merespons pada keadaan kerugian dengan baik, maka pada

1

Page 2: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

kehilangan keluarga lansia memperlihatkan pemulihan daripada usia yang

lebih muda. Identifikasi, menggali dan mengetahui kondisi mental seperti

kegelisahan dan ketakutan pada lansia.

c) Ciri khas sosial dan bencana

Ada beberapa struktur keluarga yang mempersulit lansia memperoleh

keamanan dan bantuan (support) dari orang-orang terdekat. Jika melihat dari

sisi ekonomi, penypkong nafkah lansia kebanyakan adalah lansia itu sendiri

yaitu bertahan menggunakan upah pensiunan. Kehilangan rumah dan harta

akan mengakibatkan kehilangan harapan untuk membangkitkan kehidupan dan

harapan untuk masa depan.

2) Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa pasca akut

2. Perawatan didalam siklus bencana

a. Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa akut

Perioritas pada saat bencana adalah memindahkan lansia ketempat yang aman.

Lansia sulit memperoleh informasi karena penurunan pada pendengaran maupun

penglihatan. Lansia cenderung memiliki rasa cinta yang dalam pada tanah dan

rumahnya, maka tindakan untuk mengungsi cenderung terlambat. Oleh karena itu

penting bagi perawat untuk mengetahui keberadaan lansia dan kondisi fisik mereka

sebelum melakukan tindakan penyelamatan lansia agar evakuasi dapat dilakukan

dengan cepat dan tepat pada saat bencana. Segera dilakukan triase, treatment, dan

transportation dengan cepat dapat menuragi komplikasi pada lansia mengingat

struktur dan fungsi orga lansia yang sudah mengalami penurunan.

b. Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa pasca akut

1) Lansia dan perawatan pada pengungsian

Perubahan lingkungan hidup ditempat pengungsian membawa berbagai

efek pada lansia.

a) Perubahan lingkungan dan adaptasi

Lansia adalah objek yang relatif mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

Jika kebutuhan dari lingkungan melebihi daya adaptasi yang dimiliki lansia

maka terjadilah ketidakcocokan (unfit) dan keadaan tersebut bisa

memunculkan perasaan yang negatif. Perubahan lingkungan pasca

bencanadapat membawa beban pearasaan, gangguan tidur dan gangguan

ingatan sebagai gangguan fungsi otak sementara. Identifikasi demensia dan

2

Page 3: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

penanganan yang tepat melalui pengkjian fungsi kognitif dan perilaku.

Perlunya menata lingkungan yang mudah untuk lansia beradaptasi melalui

analisis keadaan lingkungan dengan menerapkan pengetahuan keperawatan

dan mngetahui pengaruh pada kemandirian dan fungsi organ lansia.

b) Manajemen penyakit dan pencegahan penyakit sekunder

Dalam memanajemen penyakit dan pencegahan penyakit sekunder

pada lansia penting adanya pemanfaatan keterampilan keperawatan dasar

seperti observasi, pengukuran dan mendengarkan. Selain itu harus berusaha

untuk memulai pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan secepat

mungkin untuk mengidentifikasi keadaaan dan kebutuhan kesehatan lansia

serta memungkinkan untuk menemukan penyait baru. Penting

mempertimbangkan pengobatan dan manajemen penyakit kronis dan

memantau metode pengobatan.

c) Mental care

Sangat penting adanya upaya untuk memahami ciri khas lansia yang

tampak kontradiksi, mendengarkan apa yang lansia ceritakan, membantu

lansia mengekspresikan perrasaannya sehingga diharpkan dapat meringankan

stres. Secott menjelaskan kemungkinan akan memperkuat reaksi stres dari

interaksi antara individu dan lingkungan. Olehkarena itu penting mengatasi

berbagai penyebab seperti permasalahan lingkungan hidup yang akan

memperburuk stres dan perlu memperhatikan gejala stres.

c. Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa kronis

Terdapat 2 kelompok lansia pada fase ini yaitu :

1) Lansia dan perawatan pada kehidupan dirumah sendiri

Memberikan informasi mengenai relawan terutama pada keluarga yang

memiliki ansia diaman keluarga tersebut memrlukan bantuan orang lain. Selain

itu diperlukan koordinasi agar relawan dapat beraktivitas membantu lansia.

Mengidentifikasi keadaan dan kesehatan lansia, mempertimbangkan perlu atau

tidaknya bantuan dan memfasilitasi lansia dan memberikan sosial support.

2) Lansia dan perawatan pemukiman sementara

a) Perubahan lingkungan dan adaptasi

Lansia yang masuk ke pemukiman semnetara terpaksa harus

mengadaptasikan atau harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Jika

3

Page 4: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

komunitasnya berubah lansia akan kehilangan bantuan dari orang terdekat atau

yang ia kenal, dan sulit menciptakan hubungan yang baru, maka mudah

beubah menjadi pergaulan yang dangkal, menyendiri dan terisolasi. Selain itu

perlu diperhatikan bahwa kematian karena kecelakaan dapat disebabkan oleh

pemukiman sementara itu sendiri.

Diperlukan pengkajian lingkungan dari sudut pandang keperawatan dengan

mengingat ciri khas lansia lalu melaksanan intervensi seperti mengusulkan

pemanfaatan peralatan kesejahteraan dan perbaikan rumah sesuai dengan

keadaan masing-masing lansia.

b) Manajemen diri sendiri pada penyakit

Dalam hal ini penting sekali memberikan informasi mengenai sarana

medis terdekat dan membantu untuk membangun hubungan dengan dokter

agar proses pengobatan berjalan lancar. Selain itu diperlukan pula adanya

pendidikan kesehatan untuk melengkapi daya dan upaya untuk

mempertahankan kesehatan dengan diri sendiri.

3) Mental care

Kegelisahan nyata seperti kehilngan fondasi kehidupan dan masalah

ekonomi serta masalah rumah untuk masa depan akan muncul sebagai masalah

realistis. Selain itu tekanan mental/stres dari pengalaman yang menakutkan dari

bencana, pengalaman kehilangan rumah dan tanah, kelelahan fisik dan mental

karena kehidupan ditempat pengungsian yang berlanjut lama, dan perubahan

lingkungan dengan pindah rumah, maka dapat menyebabkan depresi pada lansia

dengan semua masalah yang ada.

Pada fase ini diperlukan upaya berkelanjutan untuk mendengarkan pengalaman

dan perasaan dari lansia sebagai bantuan upaya fisik dan mental agar lansia

tersebut dapat beristirahat dengan baik. Perlu juga adanyan pendekatan pada

lansia yang ssering menyendiri atau bertambah konsumsi rokok dan minuman

keras untuk didorong berpartisipasi pada kegiatan yang lebih produktif, misalnya

jalan-jalan dan sebagainya. .

d. Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa rehabilitasi

1) Rekontruksi kehidupan

Pemukiman rekontruksi memiliki keunggulan disisi keamanan dan

lingkungan dalam rumah yang dapat meningkatkan kualitas tidur atau istirahat

lansia. Keadaan ekonomi lansia tidak hanya secara langsung mempengaruhi mutu

4

Page 5: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

kehidupan, tetapi juga bisa mengakibatkan penurunan fungsi fisk, memperburuk

penyakit dan memunculkan penyakit baru. Diperlukan melihat penanganan dari

pemerintah seperti keringanan dalam biaya sewa dan memberikan bimbingan

kehidupan tepat yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan kebiasaan hidup dari

lansia.

2) Mental care.

Stres terbesar bagi lansia pada saat bencana adalah kematian keluarga

dan saudara. Ikeda mengatakan bahwa peranan keluarga sangat penting bagi

lansia karena masalahkesehatan paling banyak adalah stres mengenai kehidupan.

Selain itu menurut penelitian penurunan self-care lansia seperti kontrol penyakit

dan gejala , tindakan untuk mengikuti pemeriksaan dan minum obat upaya untuk

kesehatan dan penanganan stres, sejumlah dukungan seperti dorongan mental dan

penanganan dari orang terdekat, agama harapankepada kehidupan masa depan

dan pemanfaatan pelayanan kesejjahteraan menjadi penyebab utama untuk

meningkatkan self-care.

e. Lansia dan perawatan dalam keadaan bencana pada masa persiapan

1) Rekontruksi komunitas

Diperlukan penyusunan perencanaan bantuan pengungsian yang konkret

dan bekerja sama dengan komunitas untuk mengetahui lokasi dimana lansia

berada, menetukan orang yang membantu pengungsian, mendirikan jalur

penyampaian informasi, menentukan isi dari bantuan yang dibutuhkan secara

konkret berdasarkan keadaan fisik masing-masing sebagai kesiapsiagaan pada

bencana.

2) Persiapan untuk memanfaatkan tempat pengungsian kesejahteraan

Adanya peraturan mengenai penempatan “tempat pengungsian

kesejahteraan (tempat pengungsian sekunder). Hal bermaksud untuk

memanfaatkan saranayang sudah ada perhatian khusus seperti Pusat

Kesejahteraaan Lansia dan Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi orang-orang yang

membutuhkan perawatan jika UU penyelamatan bencana diterapkan.

Pemanfaatan seperti ini belum pernah ada, namun diperlukan menginspeksi

lingkungan tempat pengungsia kesejahteraan dari pandangan keperawatan lansia

agar sarana-sarana tersebut bisa segera dimanfaatkan jika terjadi bencana. Selain

itu diperlukan upaya untuk menyusun perancanaan pelaksanaan pelatihan praktek

5

Page 6: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

dan pelatihan keperawatan supaya pemanfaatan yang realistis dan bermanfaat

akan tercapai.

2. Keperawatan Bencana Terhadap Pengidap Penyakit Kronis

a. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana kepada pengidap penyekit kronis

1) Penyakit kronis mengakibatkan penurunan fisik yan berlangsung dalam jangka

panjang, sekaligus menurunkan daya tahan terhadap keadaan kritis, sehingga

mudah dirugikan secara fisik karena bencana.

2) Kemungkinan besar penyekit itu kambuh atau menjadi lebih parah ketika

hidup dipengungsian atau ketika memulai kehidupan sehari-hari lagi.

3) Bagi yang memiliki resiko penyakit kronis, perubahan kehidupan yang

disebabkan oleh bencana akan menjadi pemicu meningkatnya kemungkinan

munculnya penyakit kronis sebagai penyakit dari kebiasaan/gaya hidup

b. Ciri Khas dari Pengidap Penyakit Kronis

1) Perubahan struktur kehidupan dan penyekit kronis

Istilah “kronis ” memiliki arti “berlangsung lama”, maka penyakit kronis

diartikan sebagai “penyakit yang gejalanya tidak keras namun prosesnya lama,

sulit diobati, dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang sangat panjang

walaupun bersifat bisa disembuhkan.

Dikarenakan pola kehidupan berubah, maka meningkat presentase orang-

orang yang beresiko terkena penyakit kronis disetiap lapisan generasi. Selain

itu semakin tua usia seseorang, maka semakin tinggi presentase pengidap

penyakit kronis, dan kebanyakan memiliki gejala komplikasi dari beberapa

penyakit. Oleh karena itu, orang lansia tidak hanya tinggi persentase pengidap

penyakit kronis, tetapi kebanyakan terjangkit beberapa penyakit sekaligus.

Perubahan struktur seperti ini sudah meluas diseluruh dunia, maka semakin

penting penanganan terhadap penyakit kronis sebagai masalah kesehatan.

Dimanapun lokasi bencananya, perawat perlu bertugas dan mengingat

keberadaan orang yang mengidap penyakit kronis di semua lapisan generasi

dan kemungkinan besar mereka terkena beberapa penyakit termasuk

komplikasi.

2) Pengobatan dan perawatan untuk penyakit kronis

Kebanyakan metode pengobatan penyakit kronis dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari, maka bisa dikatakan bahwa kehidupan itu sendiri merupakan

proses pengobatan. Yang paling sering adalah meminum obat-obatan. Namun

6

Page 7: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

diperlukan pengobatan yang lain seperti pengobatan melalui makanan (seperti

diabetes: membatasi kalori, tekanan darah tinggi: membatasi konsumsi garam,

penyakit ginjal: membatasi kensumsi protein), pengobatan melalui oleh raga

(untuk obesitas/ kegemukan dan diabetes), pengobatan melalui istirahat (untuk

penyakit ginjal, lever, dan jantung)

Diharapkan orang yang bersangkutan melakukan melaksanakan metode

pengobatan didalam kehidupan dan mengontrolnya, dan dilaksanakan secara

terus-menerus. Namun demikian, kebiasaan hidup seperti makan dan kegiatan

dipengaruhikuat oleh latar belakang budaya. Peranan utama dari spesialis

medis adalah membantu agar orang yang bersangkutan dan keluarganya

melaksanakan metode pengobatan didalam kehidupan sehingga mereka bisa

melaksanakan manajemen diri sendiri secara subjektif, dan berusaha untuk

melakukannya secara rutin.

c. Keperawatan kepada pengidap penyakit kronis pada saat bencana

1) Tingkat prioritas saat bencana

Ciri Khas Kelompok yang

tergolong

(1) Kelompok rentan

dalam hal

pergerakan/bertindak

pada saat bencana

Dibutuhkan bantuan

untuk menggerakkan

tubuh

Lanjut usia,

penyandang cacat

fisik, pasien sakit/luka,

bayi, anak-anak, pasien

penyakit kronis

(2) Kolompok rentan

dalam hal adaptasi

pada saat bencana

Dibutuhkan bantuan

untuk memahami

kondisi dan mengambil

keputusan.

Dibutuhkan bantuan

untuk beradaptasi pada

kondisi yang ada

Penyandang cacat

fisik/mental, bayi,

anak-anak,pengguna

kursi roda dan alat

pernapasan buatan,

pasien penyakit kronis

(3) Kelompok rentan

dalam hal informasi

pada saat bencana

Dibutuhkan bantuan

untuk mendapatkan

informasi dan

petukaran informasi

Penyandang cacat

pendengaran,

penglihatan, turis

(wisatawan), orang

7

Page 8: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

asing (tidak ,mengerti

bahasa resmi)

2) Sifat rentan dari pengidap penyakit kronis saat bencana

1) Kelompok rentan dalam hal pergerakan/bertindak saat bencana

Diantara pengidap penyakit kronis banyak yang terganggu pergerakan

tubuh karena kesulitas napas ketika bergerak, kelesuan fisik, gizi buruk,

dan rasa lemas yang berat, ada juga yang mengalami penurunan sifat

kekebalan terhadap pergerakan tubuh. Pada saat bencana, perlu mengungsi

untuk menyelamatkan nyawa atau pindah ketempat pengungsian untuk

sementara atau dalam jangka panjang, maka pada saat itu mereka

membutukan bantuan pada pergerakan fisik.

2) Kelompok rentan dalam hal adaptasi pada saat bencana

Tidak sedikit orang yang berpenyakit kronis dalam jangka panjang sudah

memiliki komplikasi, kebanyakan orang seperti ini mempertahankan

keadaan penyakit yang terkotrol dengan mengkombinasikan metode

pengobatan melalui makanan, olah raga, dan konsumsi obat. Namun

demikian jika tidak obat dan makanan yang sesuai dengan

pengobatansetelah terjadi bencana, maka tidak akan bisa melakukan

metode pengobatan seperti sediakala, sehingga keseimbangan yang

diusahakan terkontrol mudah buyar, dan kondisi mudah terganggu.

Kerugian dari bencana dan kehidupan di pengungsian yang terlalu lama

akan meningkatkan kemungkinan untuk memperparah penyakit kronis

secara akut, juga dapat menimbulkan kegelisahan, maka semakin besar

beban mental, sehingga efek dari dari kondisi itu muncul sebagai kondisi

penyakit kronik yang memburuk. Orang yang mengidap penyakit kronis

berada pada kondisi kemampuan adaptasi pada keadaan kritisnya

mengalami penurunan, maka mudah terkena dampak fisik daru bencana.

d. Keperawatan pada saat bencana pada pengidap penyakit kronis

1) Dukungan perawatan pada fase akut (sampai sekitar 1 bulan setelah bencana)

Yang terpenting pada fase ini adalah berkeliling diantara orang untuk

menemukan masalah kesehatan mereka dengan cepat dan mencegah penyakit

8

Page 9: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

mereka memburuk. Perawat harus memeriksa dengan seksama sambil

mengingat terdapat kemungkinan mereka terjangkit beberapa penyakit

termasuk komplikasi pada setiap kelompok usia, karena perubahan lingkungan

hidup dipengungsian bisa memperparah penyakit kronis melalui tekanan

psikologis dan infeksi.

Penanganan yang harus dilakukan segera adalah terhadap pasien dengan

gangguan pernapasan yang tidak bisa membawa keluar tabung oksigen, dan

terhadap pasien denga terapi dialysis. Selain itu, pasien dapat jatuh pada

situasi penyakit yang memb uruk karena peningkatan stress mental yang

disertai kegelisahan, susah tidur, atau karena makan yang tidak mencukupi.

Penting juga perawat memberikan dukungan pada pasien untuk memastikan

apakah mereka diperiksa dokter dan minum obat dengan teratur. Karena

banyak obat-obatan komersial akan didistribusikan ketempat pengungsian,

maka muncullah resiko bagi pasien yang mengonsumsi obat tersebut tanpa

memperhatikan kecocokan kombiansi antara obat tersebut dan obat yang

diberikan dirumah sakit.

a) Dukungan perawatan bagi pasien diabetes

(1) Mengkonfirmasi apakah pasien bersangkutan harus minum obat untuk

menurunkan kandungan gula darah (contoh:insulin) atau tidak, dan

identifikasikan obat apa yang dimiliki pasien tersebut.

(2) Mengkonfirmasikan apakah pasien memiliki penyakit luka fisik atau

infeksi, dan jika ada, perlu pengematan dan perawatan pada gejala

infeksi (untuk mencegah komplikasi kedua dari penyakit diabetes)

(3) Memahami situasi menejemen diri melalui kartu penyakit diabetes

(4) Memberikan intruksi tertentu mengenai konsumsi obat, makanan yang

tepat, dan memberikan pedoman mengenai manajemen makanan

(5) Mengatur olah raga dan relaksasi yang tepat.

b) Dukungan perawatan bagi pasien gangguan pernapasan kronis

(1) Konfirmasikan volume oksigen yang tepat dan mendukung untuk

pemakaian tabung oksigen untuk berjalan yang dimilikinya dengan

aman

(2) Menghindari narcosis CO2 dengan menaikkan konsentrasi oksigen

karena takut terjadi peningkatan dysphemia

9

Page 10: Penanganan Berdasarkan Kebutuhan Pada Kelompok Lansia Dan Penyakit Kronis

(3) Mengatur pemasokan tabung oksigen dan transportasi jika pasien

tersebut tidak bisa membawa sendiri

(4) Membantu untuk manajemen obat dan olah raga yang tepat

(5) Mencocokan lingkungan yang tepat (contoh: suhu udara panas/ dingin,

dan debu)

2) Dukungan perawatan pada fase kronis sampai fase restorasi (jangka

menengah-panjang: sejak 1 bulan sampai 2 atau 3 tahun kemudian)

Pada fase bencana ini, pedoman dalam kehidupan, perawatan lingkungan,

pencegahan wabah penyakit, dan penanganan pada gejala stress kronis

dibutuhkan bagi pasien penyakit kronis untuk mencegah manajemen diri yang

tidak teratur, penyakit infeksi, kehidupan yang tidak teratur, penyakit infeksi,

kehidupan yang tidak teratur, dan kematian yang tidak diketahui orang lain.

Pada fase ini yang terpenting adalah mengunjungi tempat pengungsian dan

pemukiman sementara untuk melaksanakan perawatan kesehatan sebagai

patrol, dan mengatur kerjasama antara tim medis dan kelompok pendukung.

Penting juga membentuk komunitas oada korban dan membantu aktivitas

independen mereka seperti penyelenggaraan acara. Dengan ini, bisa mencegah

kematian tanpa diketahui orang lain. Pelaku yang melaksanakan manajemen

penyakit kronis bukan staf medis, tapi pasien itu sendiri dengan keluarganya.

a) Dukungan perawatan bagi pasien diabetes

(1) Mendukung manajemen diri seperti makanan dan olah raga

(2) Deteksi dini dan pencegahan komplikasi sekunder dari infeksi, serta

system peredaran yang disebabkan oleh penyakit diabetes

(3) Dukungan psikologis untuk mengurangi stress (termasuk keluarganya)

b) Dukungan perawatan bagi pasien gangguan pernapasan kronis

(1) Penyesuaian pada lingkungan dan dukungan untuk manajemen diri

(2) Dukungan psokologis

(3) Kerjasama dengan pemasok mengenai peralatan oxygen walker

(4) Mencegah narcosis CO2

10