penatalaksanaan asfiksia dan prematuritas
DESCRIPTION
asfiksiaTRANSCRIPT
![Page 1: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/1.jpg)
Penatalaksanaan ASFIKSIA
Menurut DEPKES RI (2005), penatalaksanaan asfiksia terdiri dari dua, yaitu:
1. Resusitasi
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan Langkah Awal yang terdiri dari:
o Hangatkn bayi dibawah pemancar panas atau lampu
o Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
o Isap lendir dari mulut kemudian hidung
o Keringkan bayi sambil meransang taktil dengan menggosok punggung
atau menyentik ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan
yang kering
o Reposisi kepala bayi
o Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
Bila bayi tidak bernafas lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan memakai
balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 kali per menit
Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit dan denyut janjtung
Bila belum bernafas dan denyut jantung, 60 kal per menit, lanjutkan VTP dengan
kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
![Page 2: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/2.jpg)
o Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dan
kompresi dada
o Bilai denyut jantung > 60 x/menit, kompresi dada dihentikan, VTP
dilanjutkan
![Page 3: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/3.jpg)
o Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
o Selanjutnya lihat bagan 1.1
2. Terapi medikamentosa
Epinefrin
Indikasi:
Denyut jantung bayi < 60 x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon
Asistolik
Dosis: 0,1-0,3 ml/kgBB dalam larutan 1:10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kgBB)
Cara: IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Cairan pengganti volume darah
Indikasi:
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada
respon dengan resusitasi
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai
adanya pucat, perfusi buruk, nadi lemah dan pada resusitasi tidak memberikan
respon yang adekuat
Jenis cairan:
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah gol. O negatif jika diduga kehilangan darah banyak
Dosis: dosis awal 10 ml/kgBB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulangi sampai
menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat
Indikasi:
Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan dalam, sianosis)
Prasyarat: bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektif
Dosis: 1-2 mEq/kgBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7,4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara IV
dengan kecepatan minimal 2 menit
![Page 4: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/4.jpg)
Efek samping: pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
![Page 5: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/5.jpg)
Bagan 1.1 Tahapan Resusitasi
TINDAKAN SETELAH RESUSITASI
Setelah melakukan resusitasi, maka harus dilakukan tindakan berikut:
Pemantauan pasca resusitasi
Bayi harus dipantau secara khusus:
o Pantau tanda-tanda vital: nafas, jantung, kesadaran dan produksi urin
![Page 6: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/6.jpg)
o Jaga bayi agar senantiasa hangat
o Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
o Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
Berikan imunisasi hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan Polio pada saat
pulang.
Kapan harus merujuk:
o Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu risiko
tinggi/komplikasi
o Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap maka lakukan rujukan bila
bayi tidak memberi respon terhadap tindakan resusitasi selama 2-3 menit
o Bilapuskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan
pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan
respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujukan
o Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka dilakukan
tindakan yang paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan emosional
kepada ibu dan keluarga
o Bila sampai dengan 10 menit bayitidak dapat dirujuk, jelaskan kepada orang
tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangan manfaat
rujukan untuk bayi ini kurang bila terlalu lama tidak segera dirujuk.
Kapan menghentikan resusitasi:
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika bayi tidak bernafas spontan dan tidak terdengar
denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit.
Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
Membuat catatan tindakan resusitasi
Catat hal-hal dibawah ini dengan rinci:
o Kondisi bayi saat lahir
o Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernafasan (tahapan resusitasi
yang telah dilakukan)
o Waktu antara lahir dengan memulai pernafasan
o Pengamatan secara klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
o Hasil tindakan resusitasi
o Bila tindakan resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab kegagalan
o Nama-nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan
![Page 7: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/7.jpg)
Konseling pada keluarga
o Bila resusitasi berhasil dan bayi dirawat secara rawat gabung, lakukan
konseling pemberian ASI dini dan eksklusit dan asuhan bayi normal lainnya
(perawatan neonatal esensial)
o Bila bayi memerlukan perawatan atau pemantauan khusus, konseling
keluarga tentang pemberian ASI dini dan jelaskan tentang keadaan bayi
o Bila bayi sudah tidak memerlukan perawatan lagi di puskesmas, nasehati ibu
dan keluarga untuk kunjungan ulang untuk pemantauan tumbuh kembang
bayi selanjutnya
o Bila resusitasi tidak berhasil atau bayi meninggal dunia, berikan dukungan
emosional kepada keluarga.
Daftar Pustaka
DEPKES RI. 2005. PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL
ESENSIAL DASAR. Jakarta: DEPKES RI.
![Page 8: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/8.jpg)
Penatalaksanaan prematuritas
Penatalaksanaan bayi prematur bertujuan untuk memberikan lingkungan, nutrisi
dan dukungan yang memungkinkan bayi tersebut mengatasi semua
cacat/kekurangannya akibat kelahiran prematur beserta segala komplikasinya.
Menurut Priyono (2010), bayi yang lahir prematur akan diletakan dalam alat khusus,
yaitu inkubator. Inkubator merupakan alat yang dilengkapi dengan pengatur suhu
dan kelembaban udara agar bayi selalu hangat. Bayi yang berat badannya dibawah
2000 gram, suhu dalam inkubator berkisar antara 32°C. Bila berat badan <2500 gram,
suhu inkubator 30°C.
Menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003), bayi prematur atau berat lahir
rendah, fungsi sistem organnya belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan
untuk beradaptasi dengan lingkungan. Berikut ini merupakan penatalaksanaan pada
bayi prematur:
1. Mengupayakan suhu lingkungan netral
Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan
yang rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam
suhu lingkungan yang netral, yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi
oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Keadaan suhu inti bayi dapat
dipertahankan 36,6 °C- 37,5 °C.22
2. Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan
dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan
diikuti dengan pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara
80-100 mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat
digunakan elektroda oksigen melalui kulit.
3. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena akan memperburuk
keadaan bayi yang sudah bermasalah. Bayi prematur dan berat badan lahir
rendah mudah menderita sakit. Yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi, yaitu: mengunjungi bayi harus mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, baik perawat maupun pengunjung menggunakan
masker, pakaian penutup khusus yang disediakan, sarung tangan.
![Page 9: Penatalaksanaan ASFIKSIA Dan Prematuritas](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082400/5695d0881a28ab9b0292d7b1/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Makanan bayi prematur
Menurut Wiknjosastro (2006) alat pencernaan bayi prematur masih
belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg berat badan dan kalori 110 Kal/kg berat badan,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman kepada bayi
dilakukan sekitar 3 jam setelah kelahiran dan didahului dengan 23 menghisap
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minuman sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang
paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan diminumkan
perlahan-lahan atau memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50–60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Daftar Pustaka
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Priyono, Y. 2010. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jogjakarta: Meddpres.
Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP.