penatalaksanaan batu ginjal

Upload: alaa-ulil-haqiyah

Post on 10-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

batu ginjal

TRANSCRIPT

Penatalaksanaan Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.

Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah batu yang telah menimbulkan : obstruksi, infeksi atau indikasi sosial.

Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi, ataupembedahan terbuka.

Medikamentosa

Indikasi : batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan.

Tujuan terapi : untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.

ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

Endourologi

Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Sedangkan pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energy gelombang suara, atau dengan energy laser.

Beberapa tindakan endourologi itu adalah:

PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy) : yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.

Litotripsi : yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : yaitu memasukkan alat ureteroskopi per-ureteram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter meupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopi/uterorenoskopi ini.

Ekstraksi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

Bedah Laparoskopi

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

Bedah terbuka

Pembedahan terbuka antara lain adalah :

pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil bati disaluran ginjal.

ureterolitotomi untuk batu di ureter.

vesikolitotomi untuk batu buli-buli.

ureterolitotomi untuk batu uretra.Tidak jarang pasien harus menjalani nefroktomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis) akibat dari batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun.Pencegahan Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7 % per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.

Pencegahan dilakukan bedasarkan atas kandungan unsure yang menyusun batu saluran kemih penyebab timbulnya batu.

Pencegahan berupa :

1. Menghindari dehidrasi dengan minum yang cukup diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter per hari.2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.

3. Aktivitas harian yang cukup.

4. Medikamentosa.

Diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat.

3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.

4. Rendah purin.

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali hiperkalsiuri absorbtif Type II.

Referensi:

1. Purnomo Basuki. Dasar-dasar urologi. Ed 1 Jakarta : Sagung Seto, 2000