penatalaksanaan bobath exercise pada kondisianggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya...

20
PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA DisusunOleh: UMMI HUSNAH AWALIAH J 100 060 003 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI

CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI

DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

DisusunOleh:

UMMI HUSNAH AWALIAH

J 100 060 003

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program

Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Ilmiah dengan Judul Penatalaksanaan Bobath Exercise Pada

Kondisi Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing KTI untuk di

Publikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Diajukan Oleh:

Nama : Ummi Husnah Awaliah

NIM : J100060003

Pembimbing

(Dwi Kurniawati, SSt.Ft, M.Kes)

Mengetahui

Ka. Prodi Fisioterapi FIK UMS

(Isnaini Herawati, S.Fis, S.Pd, M.Sc)

Page 3: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KASUS

CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI

DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

(Ummi Husnah Awaliah, 2015, 51 halaman)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masa tumbuh kembang anak merupakan masa penting, ini bisa

terjadi suatu kelainan pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya

gangguan tumbuh kembang seperti Cerebral Palsy (CP). CP adalah merupakan

kelainan otak non progesif yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran. CP

spasic quadriplegi merupakan kelainan otak non progresif yang terjadi sebelum,

selama, dan sesudah kelahiran, yang mengenai keempat anggota gerak, yang ditandai

dengan adanya pola postur asimetris dan pola gerakan abnormal. Tanda pada CP

spastic quadriplegi adalah terdapat spastisitas pada otot-otot anggota gerak atas dan

anggota gerak bawah yang memiliki beberapa pola sepastisits. Diagnosa fisioterapi

pada CP spastic quadriplegi adalah Impairment adanya spastisitas pada kedua

anggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada

kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak.

Tujuan : Tujuan fisioterapi pada CP spastic quadriplegi untuk mengetahui

permasalahan yang ditimbulkan pada kasus CP spastic quadriplegi yang dikaitkan

dengan manfaat tindakan fisioterapi pendekatan metode Bobath dengan

menggunakan teknik inhibisi, fasilitasi, dan stimulasi terhadap penurunan spatisitas,

peningkatan kemampuan fungsional, dan peningkatan koordinasi gerak CP spastic

quadriplegi. Bobath merupakan teknik terapi latihan untuk menghambat pola gerak

yang abnormal dan memberikan fasilitasi pola gerak normal yang diperlukan dalam

aktivitas fungsional dan koordinasi gerak yang normal.

Hasil : Setelah dilakukan 6 kali terapi pada kasus CP spastic quadriplegi yang

meliputi: Inhibisi spatisitas didapatkan nilai spastisitas dengan skala aswort tidak ada

perubahan dengan nilai spastisitas. Spastisitas tidak mengalami perubahan, tidak

mengalami peningkatan maupun penurunan. Kemampuan fungsional dengan GMFM

didapatkan hasil pada pemeriksaan awal antara lain: T1 Dimensi A berbaling dan

berguling dengan skor 90.1%, Dimensi B duduk dengan skor 63.4%, Dimensi C

merangkak dan berdiri dengan lutut dengan skor 61.9%, Dimensi D berdiri dengan

skor 10.2% dan Dimensi E berjalan, lari, dan melompat dengan skor 12.5%. Pada

akhir evaluasi T6 Dimensi A berbaling dan berguling dengan skor 90.1%%, Dimensi

B duduk dengan skor 63.3%, Dimensi C merangkak dan berdiri dengan skor 61.9%,

Dimensi D berdiri dengan skor 10.2%, dan Dimensi E berjalan, lari, dan melompat

dengan skor 10.2%. Dari awal sampai akhir pada kemampuan fungsional tidak

mengalami peningkatan. Dan pada koordinasi gerak tangan dengan permainan

edukatif tidak mengalami perubahan.

Kata kunci : Cerebral Palsy Spastic Quadripegi dan Metode Bobath.

Page 4: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cerebral palsy yaitu setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak

progresif, yang terjadi pada anak pada awal proses tumbuh kembang yang disebabkan

oleh kerusakan otak akibat trauma lahir. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat

terjadi pada saat di dalam kandungan (prenatal), selama proses melahirkan (natal),

atau setelah proses kelahiran (postnatal). CP dapat menyebabkan gangguan sikap

(postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan

neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan

kelainan mental (mental retardation) (Dorlan 2005).

B. Tujuan Laporan Kasus

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Untuk mengetahui

manfaat tindakan fisioterapi dengan pendekatan metode Bobath metode inhibisi,

fasilitasi, dan stimulasi terhadap penurunan spastisitas, peningkatan kemampuan

fungsional, dan peningkatan koordinasi gerak pada pasien cerebral palsy spastic

quadriplegi.

Page 5: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Pengertian cerebral palsy spastic quadriplegi

Cerebral palsy spastic quadriplegi merupakan gejala yang digambarkan pada

gangguan perkembangan otak ketika otak berada pada masa pertumbuhan dan

gangguan ini ditandai dengan peningkatan tonus otot pada anggota gerak bawah.

Pada kasus ini akan dijumpai tanda, gejala dengan problem utama adalah adanya

spastisitas pada keempat anggota gerak (Bobath, K, 1972).

B. Anatomi Fungsional

Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan

dan pembesaran. Dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan berada di

dalam rongga tulang tengkorak. Pembagian otak terdiri dari cortex cerebri, ganglion

basalis, thalamus, serta hipothalamus (Chusid, 1993).

2. Cerebral Palsy

a. Etiologi

Penyebab cerebral palsy berbeda–beda tergantung pada suatu klasifikasi yang

luas.Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada tiga

periode yaitu masa prenatal, perinatal dan postnatal.

b. Patologi

Kelainan pada cerebral palsy tergantung dari berat ringannya kerusakan pada

otak. Jadi, kelainan sangat kompleks dan difus yang dapat mengenai korteks motorik,

Page 6: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

traktus piramidalis, daerah paraventrikular ganglia basalis, batang otak dan

cerebellum.

c. Tanda dan Gejala

Tanda pada CP spastic quadriplegi adalah pada anggota gerak atas adalah

adduksi dan internal rotasi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar

deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Sedangkan pada anggota gerak bawah adalah

adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi ankle serta

fleksi jari-jari (Stephen,1972).

C. Teknologi Interverensi Fisioterapi

Metode Bobath

Metode Bobath merupakan metode latihan untuk mengatasi masalah-masalah

yang timbul pada keterlambatan atau kelumpuhan otak, yang dikembangkan oleh

Bobath dan istrinya Bertha Bobath (Bobath, 1972).

Adapun teknik-teknik yang akan digunakan pada kasus cerebral palsy spastic

quadriplegi pada metode Bobath ini yaitu (1) inhibisi yaitu penurunan reflex sikap

abnormal untuk memperoleh tonus otot yang lebih normal, (2) fasilitasi sikap normal

untuk memelihara tonus otot setelah diinhibisi, (3) stimulasi yaitu upaya

meningkatkan tonus dan pengaturan fungsi otot sehingga memudahkan pasien

melakukan aktivitasnya (Soekarno, 2002).

Page 7: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi

1. Anamnesis

Anamnesis dapat berupa anamnesis umum, khusus dan tambahan. Pada

kasus ini pemeriksaan dilakukan tanggal 4 Mei 2011 dengan heteroanamnesis.

a. Anamnesis umum

Nama an. RN, Umur 14 tahun, Jenis kelamin perempuan, Agama islam,

Alamat Bayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Diagnosa medis: CP

spastic quadriplegi.

b. Anamnesis khusus

1) Keluhan Utama

Adanya kekakuan pada lengan dan tungkai, sehingga anak tidak bias berdiri

dan berjalan, serta anak kesulitan menggenggam dengan tangan kanan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Saat kandungan ibu berusia 8 bulan, ibu merasakan kontraksi, kemudian ibu

dibawa ke RS. Panti Rini. Kontraksi dirasakan ibu selama 2 hari. Keesokan harinya

bayi lahir dengan vakum ekstraksi, dengan berat 2.1kg. ibu dan bayi dirawat selama

21 hari di rumah sakit. Saat bayi berumur 3 hari, sering mengalami kejang hingga

anak berumur 2 tahun. Selama kejang anak hanya dibawa ke terapi alternative

terdekat, namun tidak ada perubahan. Kemudian anak dirawat sendiri dirumah. Anak

masuk SLB saat berumur 7 tahun sampai sekarang. Serta menjalani fisioterapi rutin

di Yayasan Sayap Ibu.

Page 8: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

3) Riwayat penyakit dahulu

Anak lahir premature 8 bulan, kelahiran dengan vacuum ekstraksi, berat lahir

2.1kg, jarak tangis 1 malam.

4) Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital: nadi 92x/menit, pernapasan 28x/menit, temperature 36,5 C,

tinggi badan 132 cm, berat badan 30 kg.

2. Pemeriksaan gerak dasar

a. Gerak Aktif

Tabel 3.1

Pemeriksaan Gerak Aktif

Sendi AGA Gerakan Hasil

Shoulder

Elbow

Wrist

Jari-jari

tangan

Fleksi – ekstensi – abduksi -

adduksi.

Fleksi - ekstensi.

Dorsi fleksi - palmar fleksi.

Fleksi – ekstensi – abduksi

– adduksi.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Sendi AGB Gerakan Hasil

Hip

Knee

Ankle

Jari-jari kaki

Fleksi – ekstensi – abduksi -

adduksi.

Fleksi - ekstensi

Dorsi fleksi - plantar fleksi.

Fleksi – ekstensi – abduksi

– adduksi.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Tidak full ROM, ada tahanan.

Tidak full ROM, ada tahanan

Tidak full ROM, ada tahanan.

Page 9: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

b. Gerak Pasif

Tabel 3.2

Pemeriksaan Gerak Pasif

Sendi AGA Gerakan Hasil

Shoulder

Elbow

Wrist

Jari-jari

tangan

Fleksi – ekstensi – abduksi -

adduksi.

Fleksi - ekstensi.

Dorsi fleksi - palmar fleksi.

Fleksi – ekstensi – abduksi

– adduksi.

Tidak full ROM, ada tahanan,

firm endfeel.

Tidak full ROM, ada tahanan,

firm endfeel.

Tidak full ROM, ada tahanan,

firm endfeel.

Tidak full ROM, ada tahanan,

firm endfeel.

c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan

Anak mampu melawan tahanan yang diberikan terapis, tidak nyeri dan

tidak full ROM.

3. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas

a. Kemampuan Fungsional Dasar

Anak mampu berdiri dengan bantuan berpegangan, mampu berjalan

dengan merambat.

b. Aktifitas fungsional

Anak dapat makan dan minum secara mandiri, namun terkadang masih

dibantu. Aktifitas BAB dan BAK masih dibantu.

c. Lingkngan Aktifitas

Ruangan terapi mendukung untuk program latihan yang diberikan kepada

pasien.

Page 10: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

4. Pemeriksaan spesifik

a. Pengukuran spastisitas

Pemeriksaan spastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai

spastisitas. Pemeriksaan spastisitas dilakukan dengan skala Asworth

b. Pemeriksaan reflek primitif

Adapun pemeriksaan reflek primitif meliputi : reflek babinsky, reflek

chadock , reflek tendo biceps, reflek tendo patella, reflek tendo achilles.

c. Pemeriksaan fungsional

Pemeriksaan fungsional dilakukan untuk menilai tingkat kemandirian

anak. Gross Motor Function Measurement (GMFM) dapat digunakan dalam

melakukan pemeriksaan ini.

B. Problematik Fisioterapi

1. Impairment

Permasalahan utama yang terjadi pada cerbral palsy spastic quadriplegi

yaitu adanya spastisitas pada lengan dan tungkai,

2. Functional limitation

Keterbatasan fungsional ini diakibatkan oleh karena adanya spastisitas dan

kontrol gerak yang kurang baik maka akan mengganggu kemampuan fungsional.

3. Disability

Anak senang berkumpul, bermain, dan belajar bersama teman-teman

sebayanya di SLB tempat dimana anak bersekolah.

Page 11: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

C. Tujuan Fisioterapi

Menurunkan spastisitas, meningkatkan kekuatan otot, dan melatih koordinasi

gerak tangan kanan.

D. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Inhibisi Untuk Mengurangi Spastisitas

a. Latihan mengontrol kepala dan tangan

Latihan yang diterapkan ialah dengan memposisikan anank tidur

terlentang kemudian terapi mengajak anak untuk berguling keposisi tengkurap.

Anak juga dapat diintruksikan melakukan gerakan seperti sedang “terbang”

diudara, yakni pada posisi tengkurap anak diajak untuk mengangkat kedua

tangan dan kaki. Tahan posisi selama 5 detik dan lakukan 8-10x pengulangan.

b. Latihan mengontrol badan untuk duduk

Latihan yang diterapkan ialah dengan mengajak anak untuk duduk

dilantai bersama-sama, kemudian berpindah dari lantai untuk duduk diatas kursi,

terapis mendampingi dan mengawasi serta membantu membenarkan posisi

duduk anak apabila terjadi sikap salah postur pada saat anak duduk.

2. Fasilitasi dan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional

Pada kasus ini, anak difasilitasi dengan menggunakan alat walker, dengan

cara anak berpegangan pada walker kemudian terapis mengitruksikan kepada

anak untuk bergerak maju, mundur, jalan kesamping kanan maupun kiri. Latihan

dilakukan selama 15 menit dengan dosis sesuai kemampuan anak.

Kemudian anak diberi stimulasi untuk gerakan jongkok ke berdiri dengan

cara anak berpegangan pada parallel bar, kemudian anak diintruksikan untuk

Page 12: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

berjongkok kemudian bangkit dan berdiri tegak. Tahan pososo berdiri selama 5

detik dan lakukan 8-10x pengulangan.

3. Permainan edukatif untuk meningkatkan koordinasi gerak tangan kanan

Anak diberikan mainan edukatif yang dapat merangsang koordinasi gerak

tangan kanan. Dalam latihan ini, mainan yang diberikan ialah berupa permainan

menjahit. Anak diintruksikan untuk memasukkan jarum yang telah diberi benang

ke dalam lubang-lubang yang ada disisi mainan tersebut.

4. Edukasi

Edukasi diberikan kepada orang tua dengan memberikan penjelasan

mengenai pengertian tentang CP spastic quadridiplegi dan tentang keadaan anak

tersebut secara umum. Menjelaskan serta menyarankan kepada orang tua dan

keluarga anak untuk sering memberikan latihan penguatan, selalu

mengoptimalkan kemampuan tangan dan tungkai serta mensuport agar anak

selalu bergerak aktif dan melakukan aktifitas secara mandiri. dilakukan dalam

keseharian anak.

E. Evaluasi

Pada kasus CP spastic Quadriplegi dilakukan pemeriksaan spastisitas dengan

menggunakan Skala Asworth, pemeriksaan kemampuan fungsional dengan

menggunakan GMFM, dan koordinasi gerak tangan kanan dengan permainan

edukatif.

Page 13: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terapi latihan diberikan pada seorang anak perempuan dengan diagnose CP

spastic qudriplegi usia empat belas tahun.

1. Hasil Evaluasi Spastisitas

Grafik 4.1

Hasil Evaluasi Spastisitas AGA Dekstra dengan Skala Asworth

Grafik 4.2

Hasil Evaluasi Spastisitas AGA Sinistra dengan Skala Asworth

0

1

2

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Shoulder

Elbow

Wrist

0

0.5

1

T1 T2 T3 T4 T4 T6

Shoulder

Elbow

Wrist

Page 14: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

Grafik 4.3

Hasil Evaluasi Spastisitas AGB Dekstra dengan Skala Asworth

Grafik 4.4

Hasil Evaluasi Spastisitas AGB SInistra dengan Skala Asworth

Keterangan: berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa belum ada penurunan

spastisitas pada anak. Hal ini disebabkan karena masa terapi yang hanya dilakukan

sebanyak 6x masih dirasa kurang efektif dan efisien bagi kesembuhan anak.

0

1

2

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Hip

Knee

Ankle

0

1

2

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Hip

Knee

Ankle

Page 15: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

2. Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional

Grafik 4.5

Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional dengan GMFM

Keterangan: berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa belum ada peningkatan

kemampuan fungsional pada anak. Hal ini disebabkan karena masa terapi yang hanya

dilakukan sebanyak 6x masih dirasa kurang efektif dan efisien bagi kesembuhan

anak.

3. Hasil Evaluasi Koordinasi Gerak Tangan Kanan

Dengan menggunakan permainan edukatif, didapatkan hasil bahwa

belum ada peningkatan koordinasi pada gerak tangan kanan anak. Hal ini

disebabkan anak malas menggunakan tangan kanan untuk beraktifitas, anak lebih

senang menggunakan tangan kiri.

B. Pembahasan

1. Spastisitas

Setelah mendapatkan 6 kali evaluasi pada pemeriksaan awal (T1) sampai

dengan pemeriksaan akhir (T6) dalam rentang waktu 6 hari didapatkan nilai

spastisitas dengan skala Asworth tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas.

0

50

100

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dimensi A

Dimensi B

Dimensi C

Dimensi D

Dimensi E

Page 16: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

Spastisitas pasien tidak mengalami perubahan, tidak mengalami peningkatan

maupun penurunan.

2. Kemampuan Fungsional

Pada pemeriksaan fungsional dengan parameter GMFM didapatkan hasil

pada pemeriksaan awal (T1) total skor 46.7% pada akhir evaluasi (T6) di dapat

skor 46.7% dari awal sampai akhir tidak mengalami peningkatan.

3. Koordinasi Gerak Tangan Kanan

Pada pemeriksaan koordinasi dengan permainan edukatif pada

pemeriksaan awal (T1) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) dalan rentang

waktu 6 hari didapatkan koordinasi gerak tangan belum mengalami peningkatan.

Page 17: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan intervensi fisioterapi berupa metode Bobath selama 6 kali,

didapatkan hasil :

1. Tidak ada penurunan spastisitas dikarenakan reaksi yang ditimbulkan

setelah terapi adalah bersifat sementara. Saat diberikan terapi, spastisitas

menurun sesaat, namun pada saat akan dilakukan terapi pada keesokan

harinya, kondisi spastis kembali pada kondisi semula.

2. Tidak ada peningkatan kemampuan fungsional dikarenakan kondisi anak

yang mudah lelah dan cenderung bosan dengan beberapa teknik terapi

yang diberikan oleh terapis.

3. Tidak ada peningkatan koordinasi gerak tangan kanan dikarenakan

konsentrasi anak yang tidak pernah fokus pada tindakan terapi yang

diberikan.

B. Saran

Dalam penanganan kasus cerebral palsy seorang fisioterapis disarankan untuk

mempunyai pengetahuan tentang perkembangan aktifitas fungsional yang normal,

mekanika reflek sikap dan gerakan normal pada anak normal. Pengaturan posisi

pasien yang tepat saat melakukan aktifitas yaitu dengan melawan pola spastisitasnya

supaya otot yang spastik dapat memanjang dan dapat mencegah terjadinya kontraktur.

Koreksi sikap perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya problem sekunder atau

deformitas.

Page 18: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

Adapun juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjang

keberhasilan terapi, yaitu dosis latihan, seberapa sering latihan tersebut dilakukan

idealnya latihan dilakukan 2 kali sehari supaya mendapatan hasil yang terbaik. Orang

tua juga harus mengerti tetang terapi latihan yang diajarkan oleh fisioterapis untuk

dilakukan di ruang terapi dan seberapa sering terapi latihan tersebut dilakukan di

ruang terapi.

Page 19: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

Daftar Pustaka

Anonim, 2010: Artikel Fisioterapi NDT bag.1. diakses pada 15/12/2014 dari

www.rujito-fisioterapi.com/2010/01/ndt-bag-1/

Anonim, 2011: Pemeriksaan Neurologi. Diakses tanggal 15/12/2014 dari

https://yosdimleo.wordpress.com/2011/11/09/pemeriksaan-neurologi/.

Anonim, 2011: Terapi Latihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses tanggal

15/12/2014 dari fisioterapis-

banjarmasin.blogspot.com/2011/10/terapi-latihan-untuk-anak-

berkebutuhan.html?m=1

Anonim, 2014: Cerebral Palsy Quadriplegia. Diakses tanggal 15/12/2014 dari ft-

94-chdszfvhsf.blogspot.com/2014/09/cerebral-palsy-

quadriplegia.html?m=1

Anonim, 2014: Neuro Development Treatment (NDT). Diakses pada 10/01/2015

dari https://fisioterapidotme.wordpress.com/tag/latihan-bobath-pada-

anak-cerebral-palsy/.

Bobath, K. 1996: The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy, William

Heinemann Medical Books Ltd, London.

Chusid, J. G. 1993: Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi

Empat. Gajah Mada University Press, Yogjakarta.

Dorland, S. J. 2005: Cerebral Palsy, A Complete Guide for Caregiving. The John

Hopkins University Press, Yogyakarta.

Dorland, W. A. 2002: Kamus Kedokteran Dorland E/29. Terjemahan Huriawati

Hartanto, dkk. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Duss, P, 2010: Diagnosa Topik Neurulogi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.

Edisi 4, EGC, Jakarta.

Kabar Pendidikan Luar Biasa, Penggunaan Alat Permainan Edukatif untuk

Perkembangan Anak,

https://kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2012/10/15/penggun

aan-alat-permainan-edukatif-untuk-perkembangan-ana/

Kuntoro H.P, 2011: Management Nyeri, Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XV,

Semarang.

National Institute of Neuroligical Disorders and Stroke, Information about

Cerebral Palsy, http:

Page 20: PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISIanggota gerak atas dan kedua anggota gerak bawah, adanya penurunan pada kemampuan fungsional, serta adanya gangguan koordinasi gerak

www.ninds.nih.gov/health_and_medical/disorders/cerebral_palsy.

2012.

Putri, Alissa. 2011: Pijat dan Senam untuk Bayi dan Balita. Cetakan ke 1,

Yogyakarta: Genius Publisher.

Rood, 2000. Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi Pada Tumbuh

Kembang. Jakarta: Sasana Husada

Russell, D. J. 2008: Development of Gross Motor Function Measure Clasification

System for Cerebral Palsy. McMaster University, Canada.

Scanlon, Valerie. C. 2007: Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. EGC. Jakarta.

Setiawan,2007: Pelatihan Nasional Dimensi BAru Panatalaksanaa Fisioterapi

pada Kasus Stroke secara Paripurna. FISIOTERAPI. Jurnal Ikatan

Fisioterapi Indonesia. Ikatan Fisioterapi Indonesia. Jakarta.

Shepherd R. B. 2000: Movement Science Foundations for Physical Therapy in

Rehabilitation second edition. An Aspen Publication, Maryland.

Soetjiningsih, dr. 2014: Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Suharso, et al. Pemeriksaan Neurologi Pada Bayi dan Anak. Surabaya ; 2005