penatalaksanaan fisioterapi untuk meningkatkan …
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK
MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DAN
MENGEMBALIKAN KESIMETRISAN WAJAH PADA KASUS
BELL’S PALSY SINISTRA DI RSUD dr. SOESELO SLAWI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
Wimala Retno Amanda
J100 160 104
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK
MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DAN
MENGEMBALIKAN KESIMETRISAN WAJAH PADA KASUS
BELL’S PALSY SINISTRA DI RSUD Dr. SOESELO SLAWI
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun oleh :
Wimala Retno Amanda
J100 160 104
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.kes
NIDN : 0620117301
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK
MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DAN
MENGEMBALIKAN KESIMETRISAN WAJAH PADA KASUS
BELL’S PALSY SINISTRA DI RSUD Dr. SOESELO SLAWI
Oleh :
WIMALA RETNO AMANDA
J100160104
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji :
1. Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.kes ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Arif Pristianto, SST.Ft., Ftr., M.fis ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Arin Supriyadi, S.ST.FT., M.Fis ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
NIK : 786
tanggal 09 Juli 2019
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 09 Juli 2019
Penulis
WIMALA RETNO AMANDA
J100160104
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK MENGEMBALIKAN
KESIMETRISAN WAJAH PADA PASIEN BELL’S PALSY SINISTRA DI
RSUD dr.SOESELO SLAWI
(Wimala Retno Amanda, 2019)
Abstrak
Bell’s Palsy adalah neuropati kranial yang menyebabkan kelumpuhan wajah
motor neuron yang bersifat unilateral. Istilah Bell’s Palsy bisa disebut dengan
kelumpuhan pada salah satu sisi wajah secara tiba-tiba. Bell’s palsy ditandai
dengan lemahnya salah satu sisi wajah dan hilangnya ekspresi wajah.
Untuk mengetahui manfaat intervensi fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan
otot dan mengembalikan kesimetrisan wajah dengan modalitas yaitu Infra Red
(IR), Massage, NeuroMuscular Taping (NMT) dan Mirror Exercise.
Setelah dilakukan 3 kali tindakan terapi dapati hasil peningkatan kekuatan otot
wajah pada m. Occipitofrontalis T1: 0 menjadi T3: 1, m. Orbicularis occuli T1: 1
menjadi T3: 1, m. Buccinator T1: 1 T3: 2, m. Depresor T1: 1 menjadi T3: 2, m.
Mentalis T1: 1 menjadi T3: 2 dan peningkatan kesimetrisan wajah pada saat
istirahat T1: 0% menjadi T3: 6%, mengerutkan dahi T1: 0% menjadi T3: 6%, dan
menututp mata T1: 0% menjadi T3: 6%.
Intervensi infra red, massage, neuromuscular taping, dan mirror exercise dapat
meningkatkan kekuatan otot wajah dan kesimetrisan wajah pada pasien bell’s
palsy.
Kata kunci : Bell’s Palsy, Infra Red (IR), Massage, NeuroMuscular Taping
(NMT), Mirror Exercise.
Abstract
Bell’s Palsy is a cranial neuropathy that causes paralysis of the facial neurons of a
unilateral motor. The term bell’s palsy can be called by paralysis on either side of
the face suddenly. Bell’s palsy is characterized by the weakness of one side of the
face and the loss of facial expression.
To know the benefit of physiotherapy intervention in increasing muscle strength
and restoring the facial symetry with modalities namely Infra Red (IR), Massage,
NeuroMuscular Taping (NMT) dan Mirror Exercise.
After therapy for 3 times the results of increased facial muscle strength in m.
Occipitofrontalis T1: 0 to T3: 1, m. Orbicularis occuli T1: 1 to T3: 1, m.
Buccinator T1: 1 to T3: 2, m. Depresor T1: 1 to T3: 2, m. Mentalis T1: 1 to T3: 2
and increased facial symmetry at rest T1: 0% to T3: 6%, frowning T1: 0% to T3:
6%, and close the eye T1: 0% to T3: 6%.
Intervention of Infra Red (IR), NeuroMuscular Taping (NMT), Massage, and
Mirror Exercise can increase facial muscle strength and facial symmetry in Bell’s
Palsy.
2
Keyword: Bell’s Palsy, Infra Red (IR), NeuroMuscular Taping (NMT), Massage,
and Mirror Exercise.
1. PENDAHULUAN
Bell’s Palsy adalah neuropati kranial yang menyebabkan kelumpuhan wajah
motor neuron yang bersifat unilateral. Mekanisme imun, infektif, and iskemik
merupakan kontributor potensial perkembangan bell’s palsy. Istilah ini bisa
disebut dengan kelumpuhan pada salah satu sisi wajah secara tiba-tiba. Seorang
ilmuan yang pertamakali mendeskripsikan bell’s palsy merupakan Sir Charles
Bell seorang ilmuan dari Skotlandia tahun 1821. Tumbulnya bell’s palsy ini bisa
dalam waktu kurang dari 72 jam (Eviston et al., 2015).
Akibat dari lemahnya fungsi wajah maka kondisi ini sering dijumpai dengan ciri-
ciri penurunan kelopak mata bawah dan mulut di sisi wajah yang terkena,
sehingga mengganggu penampilan penderita dalam aktivitas sehari-hari
(Mujaddidah, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berkeinginan melakukan terapi
pada kasus Bell’s Palsy dengan modalitas infra red (IR) dapat meningkatkan
sirkulasi darah sehingga terjadi peningkatan supply oksigen (Tsai & Hanblin,
2017), massage pada wajah dapat mengurangi edema dan meningkatkan fungsi
otot (Ju, 2016), NeuroMuscular Taping (NMT) meningkatkan sirkulasi darah,
drainase limfatik, menstimulasi kulit, mendukung otot yang melemah secara
kronis, dan meningkatkan kemampuan motoric (Blow, 2012), dan mirror exercise
exercise merupakan latihan wajah pada sisi yang lesi di depan cermin yang dapat
mencegah atrofi otot sehingga dapat meningkatkan fungsi otot (Aranha, 2017).
2. METODE
Pada setiap penderita bell’s palsy pasti memiliki problematika kendurnya salah
satu sisi wajah yaitu hilangnya ekspresi wajah penderita, penderita tidak bisa
mengerutkan dahi, mengangkat alis, mata tidak bisa menutup sempurna, jika
penderita disuruh memejamkan kedua matanya maka kelopak mata yang terkena
3
serangan akan tetap terbuka dapat dievaluasi menggunakan MMT wajah dan
kesimetrisan wajah dengan ugo fisch scale.
Intervensi fisioterapi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 24, 28, dan 31
Januari 2019 dengan modalitas IR, massage, NMT, dan mirror exercis. IR yang
menghasilkan panas memiliki manfaat yaitu memberikan efek yang superficial,
sehingga meningkatan sirkulasi darah, maka akibatnya akan terjadi peningkatan
supply oksigen pada daerah yang disinari (Tsai, 2017), masssage memiliki efek
positif dalam peningkatan fungsi otot dan relaksasi untuk meningkatkan sirkulasi
darah, sehingga mengurangi ketegangan, kecemasan dan stress (Ju, 2016), NMT
merupakan teknik yang mengaplikasian pita perekat elastis pada kulit,
memberikan efek terapi yang bersifat lokal dan langsung serta jarak jauh, melalui
jalur refleks. Ketika diterapkan dengan benar, itu dapat mengurangi rasa sakit dan
memfasilitasi limfatik drainase melalui pembentukan lipatan kulit (Blow, 2012),
dan mirror exercise merupakan latihan yang dilakukan dengan cara
mengkontraksikan otot wajah dengan melihat cermin. Pasien diminta untuk
mengamati gerakan wajah pasien di depan cermin dengan gerakan-gerakan
tertentu, maka pasien akan mengetahui kontraksi otot wajah yang mengalami
kelemahan (Khotimah, 2012).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kekuatan otot menggunakan MMT wajah
Setelah dilakukan terapi selama 3 kali dengan modalitas infra red, massage,
NMT, dan mirror exercise didapatkan hasil kekuatan otot menggunakan
MMT wajah yaitu:
4
Grafik 1 Grafik hasil penilaian akhir MMT wajah
Grafik diatas menunjukkan peningkatan kekuatan otot dari T1 sampai T3.
Penggunaan terapi menggunakan infra red, massage, NMT, serta mirror
exercise meningkatkan kekuatan otot wajah dengan hasil m. Frontalis T1: 0
(tidak ada kontraksi) menjadi T3: 1 (kontraksi minimal), m. Orbicularis
occuli T1: 1 (kontraksi minimal) menjadi T3: 1 (kontraksi minimal), m.
Buccinator T1: 1 (dengan kontraksi minimal) T3: 2 (gerakan dengan susah),
m. Depresor T1: 1 dengan kontraksi minimal menjadi T3: 2 (dengan
gerakan susah), m. Mentalis T1: 1 (kontraksi minimal) menjadi T3: 2
(dengan gerakan susah).
3.1.2 Kesimetrisan wajah menggunakan ugo fish scale
0
0,5
1
1,5
2
2,5
T1 T2 T3
MMT Wajah
M. Frontalis M. Orbiculais occuli M. Procerus
M. Corrugator M. Nasalis M. Orbicularis
M.Zygomaticus M. Buccinator M. Depresor
M. Mentalis
5
Grafik 2 Grafik hasil penilaian akhir Ugo Fisch Scale
Grafik diatas menunjukkan meningkatnya kesimetrisan wajah dari T1
sampai T3. Penggunaan terapi menggunakan infra red, massage, NMT, dan
mirror exercise dapat meningkatkan kesimetrisant wajah dengan hasil
istirahat T1: 0% menjadi T3: 6%, mengerutkan dahi T1: 0% menjadi T3:
6%, menututp mata T1: 0% menjadi T3: 6%, tersenyum T1: 0% menjadi
T3: 0%, dan bersiul T1: 0% menjadi T3: 0%.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hasil peningkatan kekuatan otot wajah menggunakan MMT.
Treatment yang telah dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan modaltas
IR, massage, NMT, dan mirror exercise didapati peningkatan kekuatan otot.
Pada pertemuan pertama didapatkan hasil pemeriksaan kekuatan otot
dengan hasil kontraksiminimal yaitu pada m. Orbicularis occuli : 1, m.
Buccinator : 1, m. Depresor : 1, m. Mentalis : 1. Setelah 3 kali diberikan
modalitas IR, massage, NMT, dan mirror exercise serta edukasi untuk
dilakukan dirumah didapatkan peningkatan kekuatan otot yaitu pada m.
Frontalis : 1, m. Orbicularis occuli : 1, m. Buccinator : 2, m. Depresor : 2,
dan m. Mentalis : 2. Pengaruh IR yang dapat membantu meningkatan supply
oksigen pada daerah yang disinari serta massage dapat merangsang oto
0%
6% 6%
0%
6% 6%
0% 0%
6%
0% 0% 0%0% 0% 0%0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
T1 T2 T3
Ugo Fisch Scale
Istirahat Mengerutkan dahi Menutup mata Tersenyum Bersiul
6
untuk meningkatkan kekuatan otot dan dibantu dengan NMT yang mampu
memberikan dukungan eksternal pada otot dan meningkatkan fungsi otot,
serta mirror exercise yang dapat merangsang kekuatann otot wajah sehingga
kekuatan otot dapat meningkat maksimal (Ju & He, 2016; Aranha, 2017).
3.2.2 Hasil peningkatan kesimetrisan wajah menggunakan ugo fisch scale.
Peningkatan pasa kesimetrisan wajah terjadi diakibatkan peningkatan
kekuatan otot karena pemberian modalitas IR yang dapat meningkatkan
sirkulasi darah (Tsai, 2017), massage dapat mengurangi ketegangan,
sehingga kesimetrisan wajah tercapai (Khotimah, 2012). Penggunaan taping
(NMT), yang mampu memberikan dukungan eksternal pada otot,
meningkatkan fungsi otot sambil merangsang respons sistem saraf terhadap
berbagai rangsangan struktural dan biokimia dalam penyembuhan (Blow,
2012).
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Hasil dari studi kasus yang disesuaikan dengan kondisi pasien, maka penulis
menyimpulkan bahwa penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas Infra red
(IR), massage, NeuroMuscular Taping (NMT), dan mirror exercise serta
edukasi untuk kondisi bell’s palsy yang dilaksanakan di RSUD dr.Soeselo
Slawi dan dilakukan sebanyak 3 kali terapi dengan nama pasien Tn. D umur
63 tahun diperoleh hasil meningkatnya kekuatan otot-otot wajah,
meningkatnya kemampuan fungsional otot-otot wajah seperti saat istirahat,
mengerutkan dahi memejamkan mata, serta membantu mempercepat proses
kesembuhan pasien pada kondisi bell’s palsy.
4.2 Saran
4.2.1 Kepada pasien
Motivasi pasien harus tinggi untuk sembuh serta rutin terapi. Perkembangan
tidak akan bertambah jika bergantung pada pelayanan terapi saja, tetapi
berpengaruh kepada pasien. Semangat dan keinginan utnuk sembuh dapat
mempengaruhi perkembangan pasien, support keluarga juga perlu. Maka
7
dari itu penulis menyarankan untuk membantu pasien dalam kesembuhan,
apabila ada edukasi dari fisioterapis maka harus dilaksanakan dengan baik
dan rutin di rumah.
4.2.2 Kepada fisioterapis
Sebelum terapi dimulai fisioterapis harus melakukan pemeriksaan yang
teliti, menggali keluhan pasien, memberi modalitas sesuai kondisi pasien,
melakukan evaluasi dan edukasi kepada pasien serta memahami akan
etiologi dan patofisiologi tentang penyakit yang dialami pasien agar
memperoleh hasil yang optimal.
4.2.3 Kepada masyarakat
Kondisi bell’s palsy ini masyarakat perlu tau tindakan pecegahan dan
pengobatan. Dengan begitu, masyarakat dapat memberi informasi kepada
keluarga atau tetangga bagaimana cara untuk melakukan tindakan yang
benar untuk penderita bell’s palsy.
DAFTAR PUSTAKA
Aranha, V. P. Samuel, A. J., & Narkeesh, K. (2017). Case Report Correct the
smile of a child by neuromuscular facilitation technique : An interesting
case report. International Journal of Health Sciences, April 2017, 11(2): 1-
2.
Blow, D. (2012). NeuoMuscular Taping from Theory to Practice. Italy: Edi-
Ermes, July 2012.
Eviston, T. J., Croxson, G.R., Kennedy, P.G.E., Hadlock, T., & Krishnan, A. V.
(2015). Bell’s palsy: Aetiology, clinical features and multidisciplinary
care. Journal Neurolgy Neurosurgery Psychiatry, 86(12): 1356-1361.
Ju, C. H. & Hee, S. S., (2016). Effects of a Facial Muscle Exercise Program
including Facial Massage for Patients with Facial Palsy, 46(4): 542-551.
Khotimah, DK. (2012). Efektifitas Facial Massage dan Facial Expression
Terhadap Kesimetrisan Wajah Pasien Stroke dengan Face Drooping.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 1-13.
Mujaddidah, N. (2018). Tinjauan Anatomi Klinik dan Manajemen Bell’s Palsy.
Qanun Med - Med J Fac Med Muhammadiyah Surabaya, 1(02): 1-11.
8
Tsai, S. R., Hamblin, M. R. (2017). Biological effects and medical applications of
infrared radiation. J Photochem Photobiol B Biol, 170(April):197-207.