pencairan es chie-bella.ii
TRANSCRIPT
IV. PENCAIRAN ES
4.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pencairan Es adalah:
1. Mengetahui kecepatan pencairan es dengan menggunakan wadah, isolator
dan suhu lingkungan yang berbeda; dan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan es
4.2. Materi dan Metode
4.2.1. Materi
a. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum materi Pencairan Es adalah sebagai
berikut:
Tabel . Alat yang Digunakan pada Materi Pencairan EsNo. Nama Alat Ketelitian Fungsi
1. Termometer 10C Mengukur suhu
2. Timbangan roti 10 gram Menimbang sampel
3. Stopwatch 1 Sekon Menghitung waktu
4. Penggaris 1 mm Mengukur wadah
5. Box Polyethilen - Wadah
6. Blong berinsulasi - Wadah
7. Box polyurethane - Wadah
8. Box styrofoam besar - Wadah
9. Box styrofoam kecil - Wadah
10. Baskom - Wadah
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum materi Pencairan Es adalah sebagai
berikut:
Tabel . Bahan yang Digunakan pada Pencairan EsNo. Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Es Batu air tawar 250 gr Sebagai sampel
3.2.2. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum materi pencairan es adalah
sebagai berikut:
Gambar . Diagram Alir Metode Pencairan Es
4.3. Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Hasil
a. Hasil Pengukuran Wadah pada Trip 1
Hasil yang didapatkan dari pengukuran wadah adalah sebagai berikut:
Tabel . Hasil pengukuran Wadah Pencairan EsNo Nama Wadah Ukuran
Tinggi Lebar Panjang Diameter1 Blong Berinsulasi 57 cm - - 26 cm
2 Box Polyethilene 39,4 cm 31 cm 49 cm -
3 Box Polyurethane 68 cm 45 cm 45 cm -
4 Box Styrofoam Kecil 49 cm 31 cm 39,9 cm -
5 Box Styrofoam Besar 30 cm 38,5 cm 29,5 cm -
b. Hasil Pengukuran Suhu dan Berat Es pada Trip 1
Hasil yang didapatkan dari pengukuran wadah adalah sebagai berikut:
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Styrofoam Kecil
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 5 28 250 9.20
2. 15 28 3 24 - 9.35
3. 30 29 7 23 220 9.50
4. 45 29 4 24 - 10.05
5. 60 29 5 25 140 10.20
6. 75 30 6 24 - 10.35
7. 90 30 7 24 100 10.50
8. 105 29 4 23 - 11.05
9. 120 30 6 25 50 11.20
10
.135 29 10 25 -
11.35
11
.150 29 9 25 10
11.50
12
.165 30 12 28 -
12.05
13
.180 31 20 30 0
12.20
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Polyethilene
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 19 27 250 9.202. 15 28 21 25 - 9.353. 30 29 17 21 160 9.504. 45 29 11 32 - 10.055. 60 29 13 33 110 10.206. 75 30 9 35 - 10.357. 90 30 8 36 70 10.508. 105 29 13 35 - 11.059. 120 30 13 35 40 11.2010
.135 29 12 35 -
11.3511
.150 29 15 35 0
11.50
Tabel . Hasil Pengukuran pada Blong Berinsulasi
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 9 27 250 9.202. 15 28 4 24 - 9.353. 30 29 4 26 190 9.504. 45 29 4 28 - 10.055. 60 29 3 27 110 10.206. 75 30 3 28 - 10.357. 90 30 2 25 90 10.508. 105 29 3 22 - 11.059. 120 30 2 22 30 11.2010
.135 29 4 26 -
11.35
11.
150 29 8 28 011.50
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Styrofoam Besar
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 14 29 250 9.202. 15 28 4 24 - 9.353. 30 29 4 25 140 9.504. 45 29 3 28 - 10.055. 60 29 4 28 100 10.206. 75 30 5 28 - 10.357. 90 30 6 28 50 10.508. 105 29 2 28 - 11.059. 120 30 3 29 30 11.2010
.135 29 9 30 -
11.3511
.150 29 15 32 5
11.5012
.175 30 20 33 -
12.05
Tabel . Hasil Pengukuran pada Blong Berinsulasi
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 5 26 250 9.202. 15 28 4 24 - 9.353. 30 29 4 23 190 9.504. 45 29 3 23 - 10.055. 60 29 2 23 110 10.206. 75 30 1 21 - 10.357. 90 30 1 21 40 10.508. 105 29 2 22 - 11.059. 120 30 5 23 0 11.20
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Polyurethane
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 5 25 250 9.202. 15 28 4 20 - 9.353. 30 29 4 18 180 9.504. 45 29 4 19 - 10.055. 60 29 3 19 130 10.206. 75 30 4 19 - 10.357. 90 30 3 19 100 10.508. 105 29 5 18 - 11.059. 120 30 3 19 60 11.2010
.135 29 3 21 -
11.3511
.150 30 8 23 5
11.50
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Styrofoam Kecil
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 5 26 250 9.202. 15 28 4 21 - 9.353. 30 29 6 24 220 9.504. 45 29 4 22 - 10.055. 60 29 3 25 220 10.206. 75 30 8 27 - 10.357. 90 30 9 27 110 10.508. 105 29 7 26 - 11.059. 120 30 8 27 70 11.2010
.135 29 7 25 -
11.3511
.150 29 11 28 30
11.5012
.165 30 11 29 -
12.0513
.180 31 19 31 0
12.20
Tabel . Hasil Pengukuran pada Box Polyethilene
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 20 30 250 9.202. 15 28 11 22 - 9.353. 30 29 19 26 150 9.504. 45 29 18 31 - 10.055. 60 29 18 30 140 10.206. 75 30 18 31 - 10.357. 90 30 23 34 40 10.508. 105 29 19 33 - 11.059. 120 30 12 33 5 11.2010
.135 29 22 33 -
11.35
Tabel . Hasil Pengukuran pada Blong Berinsulasi
NoWaktu (menit)
Suhu Lingkungan
(⁰C)
Suhu Es (⁰C)
Suhu Box (⁰C)
Berat Es
(gram)
Waktu (WIB)
1. 0 28 8 30 250 9.202. 15 28 12 28 - 9.353. 30 29 13 29 190 9.504. 45 29 21 27 - 10.055. 60 29 12 30 90 10.206. 75 30 17 32 - 10.357. 90 30 12 33 25 10.508. 105 29 15 32 - 11.05
c. Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada Trip 1
0 30 60 90 120 150 1800
50
100
150
200
250
300
Waktu (menit)
Bera
t Es (
gram
)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada Box Polyethilene
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 15027
27.5
28
28.5
29
29.5
30
30.5
Waktu (menit)
Suhu
Ling
kung
an (⁰
C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Lingkungan pada Box Polyethilene
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 1500
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
Suhu
Es (
⁰C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Es pada Box Polyethilene
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 1500
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Suhu
Wad
ah (⁰
C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Wadah pada Box Polyethilene
0 30 60 90 120 1500
50
100
150
200
250
300
Waktu (menit)
Bera
t Es (
gram
)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada Box Polyurethane
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 15027
27.5
28
28.5
29
29.5
30
30.5
Waktu (menit)
Suhu
Ling
kung
an (⁰
C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Lingkungan pada Box Polyurethane
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 1500
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Waktu (menit)
Suhu
Es (
⁰C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Es pada Box Polyurethane
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 1500
5
10
15
20
25
30
Waktu (menit)
Suhu
Box
(⁰C)
Gambar . Grafik Hubungan antara Lama Waktu Penyimpanan dan Suhu Wadah pada Box Polyurethane
4.3.2. Pembahasan
Pencairan es merupakan proses meningkatnya suhu pada ikan yang
dibekukan untuk melumerkan butiran es di dalam wadah untuk kembali menjadi
air. Ketika pencairan maka cairan yang ada di dalam ikan juga ikut terlarut
bersamaan dengan pencairan es. Menurut Junianto (2003), pencairan es adalah
proses meningkatnya suhu pada ikan yang dibekukan untuk melumerkan butiran
es di dalam wadah untuk kembali menjadi air. Ketika proses pencairan, maka
sebagian dari cairan dalam wadah untuk kembali menjadi air. Ketika proses
pencairan, maka sebagian dari cairan dalam ikan menetes keluar. Semakin banyak
yang menetes keluar maka semakin buruk atau jelek dampaknya terhadap tekstur
daging ikan tersebut.
Wadah yang digunakan pada praktikum Teknologi Penanganan Hasil
Perikanan materi Pencairan Es adalah box styrofoam besar, box styrofoam kecil,
box polyethilene, box polyurethane dan blong berinsulasi. Menurut Irawan (1997),
wadah yang digunakan untuk tempat ikan-ikan ataupun hasil perikanan lainnya,
sebaiknya terbuat dari aluminium atau bahan-bahan yang mudah dibersihkan dan
tidak mudah pecah seperti plastik keras, stainless steel, peti kayu yang ringan dan
yang lain sebagainya. Selain itu, penggunaan wadah yang terbuat dari keranjang
bambu juga bisa digunakan, asalkan pada waktu pengepakan, pengesan dan
kebersihannya diperhatikan lebih seksama.
Sampel yang digunakan pada praktikum materi pencairan es adalah es batu
air tawar berbentuk balok. Es batu air tawar ini memiliki waktu pencairan yang
lebih cepat daripada es batu air laut atau air garam. Es batu air tawar ini
digunakan karena dapat digunakan untuk mengetahui wadah yang dapat
mencairkan es dalam waktu yang lama. Menurut Junianto (2003), es yang sering
dikenal dengan nama es balok atau es batu merupakan media pendingin yang
banyak digunakan dalam penanganan ikan, baik di atas kapal maupun di darat
selama distribusi dan pemasaran. Namun pendinginan dengan menggunakan es
masih terdapat banyak kelemahan, yaitu es yang terbuat dari es murni akan cepat
mencair sedangkan es yang terbuat dari air yang tidak bersih pada saat mencair
akan mempengaruhi hasil perikanan sehingga tidak maksimal dalam
mempertahankan kesegarannya.
Prosedur praktikum materi pencairan es adalah dengan memasukkan 250
gram es batu balok kedalam wadah sampel, yang mana didalam wadah tersebut
diberi dua buah termometer. Salah satu termometer diletakkan didekat es batu
sampel hal ini ditujukan untuk mengontrol suhu es batu selama pencairan.
Termometer lain diletakkan berjauhan dengan es batu, termometer ini digunakan
untuk mengukur suhu wadah selama pencairan es berlangsung. Wadah diletakkan
pada suasana lingkungan panas dan dilakukan pengecekan suhu lingkungan setiap
15 menit sekali. Pengecekan suhu lingkungan tersebut juga bersamaan dengan
pengecekan suhu es dan suhu wadah. Sedangkan berat es batu dilakukan
pengecekan setiap 30 menit sekali.
Hasil yang didapatkan kelompok 2 trip 1 pada praktikum Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan materi Pencairan Es yaitu berat es awal 250 gram
dengan suhu lingkungan 29oC, suhu es 19oC dan suhu wadah 27oC. Pada menit ke
150 es mencair dan memiliki berat 0 gram dengan suhu lingkungan 29oC, suhu es
15oC dan suhu wadah 35oC. Kelompok 1 es mencair hingga 0 gram pada menit
ke-180 dengan suhu lingkungan 31oC, suhu es 20oC dan suhu wadah 30oC.
Kelompok 3 pada menit ke-150 suhu lingkungan 30oC, suhu es 8oC dan suhu
wadah 28oC. Kelompok 4 pada menit ke-165 suhu lingkungan 30oC, suhu es 20oC
dan suhu wadah 33oC. Kelompok 5 pada menit ke-120 suhu lingkungan 30oC,
suhu es 5oC dan suhu wadah 23oC. Kelompok 6 pada menit ke-150 suhu
lingkungan 30oC, suhu es 8oC dan suhu wadah 23oC. Kelompok 7 pada menit ke-
180 suhu lingkungan 31oC, suhu es 19oC dan suhu wadah 31oC. Kelompok 8 pada
menit ke-135 suhu lingkungan 29oC, suhu es 22oC dan suhu wadah 33oC.
Kelompok 9 pada menit ke-105 suhu lingkungan 29oC, suhu es 15oC dan suhu
wadah 32oC. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara waktu
penyimpana terhadap pencairan es. Menurut Rosa (2008), proses pencairan atau
dekomposisi adalah proses penghancuran struktur kristal suatu material/zat.
Besarnya energi yang dibutuhkan untuk proses penghancuran disebut energi
fusi/panas fusi. Energinya dinamakan panas laten yang berfungsi sebagai
penyimpan panas.
Suhu es dan suhu wadah sangat signifikan berbeda yaitu dikarenakan suhu
yang terdapat pada es tersebut. Menurut Rikhard (2011), Cold box yang terisolasi
baik, maka dengan mencairnya seluruh bongkahan es temperatur peyimpanan
akan meningkat tetapi dalam waktu yang lama. Mengantisipasi adanya beban
kalor yang masuk maka tetap diperlukan tambahan kubus es, yang akan mencair
akibat adanya beda temperatur antara air laut dalam cold box dan temperatur
peleburan es (0oC) dan menghasilkan dampak pendinginan yang diperlukan untuk
mempertahankan temperatur penyimpanan yang dikehendaki.
Semakin meningkatnya jumlah kubus es semakin meningkat laju
penurunan temperatur disebabkan oleh meningkatnya masa total es yang mencair.
Jumlah es kubus yang lebih sedikit akan menyebabkan terjadinya proses
peleburan yang lebih cepat tetapi dengan penurunan temperatur yang lambat.
Menurut Said (1997), kelebihan dan kekurangan dari box styrofoam besar maupun
kecil adalah mempunyai fungsi sebagai insulator yang baik
karena styrofoam tidak dapat menghantarkan panas sehingga es yang disimpan
dalam box styrofoam besar maupun kecil cukup lama dalam pencairannya.
Kekurangan dari wadah ini adalah mudah sekali rusak fisik karena terbuat dari
bahan styrofoam yang bahanya sangat lunak sehingga harus hati-hati dalam
pengunaanya.
Proses pencairan es sangat tergantung pada bahan wadah es tersebut serta
keadaan lingkungan wadah. Dapat juga dipengaruhi oleh konstruksi wadah serta
luas ruangan wadah. Menurut Purnomo (1997), beberapa bahan insulasi adalah
udara tidak bergerak, styrofom kayu, glasswool atau fibreglass, mineral wool,
polystyrene (styrofom), foangglass dan polyurethane. Sedangkan ketebalan
insulasi berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor, diantaranya :
1. Jenis dan bahan dasar insulasi, harga, biaya pasang dan daya tahan atau
keawetan dari insulasi tersebut.
2. Cuaca dan iklim serta radiasi matahari
3. Konstruksi dari wadah atau palka ikan
4. Selisih suhu antara luar dan dalam wadah
5. Kapasitas ruangan yang tersedia yang dapat dimanfaatkan
Wadah yang baik digunakan untuk memperpanjang waktu pencairan es
adalah wadah berinsulasi karena wadah berinsulasi dapat menahan panas. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Suparno (2008), Kemampuan ikan untuk dipertahankan
agar suhunya tetap rendah tergantung jumlah medium pendingin (banyaknya es)
dan konstruksi wadah yang digunakannya. Wadah tanpa penahan (insulator) panas
menyebabkan panas dari luar merembet dengan cepat untuk mencairkan es yang
berakibat suhu ikan naik dan akhirnya memacu proses pembusukan. Sebaliknya
ikan tanpa pengesan yang cukup meskipun menggunakan peti berinsulasi tetap
akan cepat membusuk. Peti berinsulasi dimaksudkan sebagai wadah penyimpanan
ikan segar yang didinginkan agar suhunya tetap rendah sehingga mutunya dapat
dipertahankan sebaik mungkin. Dengan kemampuannya menahan panas dari luar
maka pemakaian es dalam peti berinsulasi lebih hemat dari pada peti yang tidak
menggunakan insulasi. Penggunaan peti berinsulasi sangat penting dalam kegiatan
penangkapan, transportasi/distribusi dan pemasaran ikan segar sebagai rangkaian
sistem rantai dingin. Dengan menerapkan sistem rantai dingin diharapkan terjadi
peningkatan mutu ikan segar baik untuk tujuan konsumsi maupun pengolahan
lebih lanjut.
Box polyurethane dan box polyethilne yang digunakan memiliki ukuran
yang relatif besar, namun kedua wadah tersebut dilapisi dengan bahan yang
menghambat panas sehingga es tersebut tidak mudah mencair. Blong tanpa
insulasi memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dan tidak dilapisi bahan yang
dapat menghambat panas sehingga es mudah mencair. Menurut Junianto (2003),
kecepatan es mencair atau melebur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Volume kotak atau wadah yang digunakan;
2. Bahan atau material wadah;
3. Penggunaan isolasi dan jenis bahan isolasi; dan
4. Suhu lingkungan diluar wadah atau kotak pendinginan.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan pencairan es adalah suhu lingkungan
dan wadah yang dipakai untuk pengamatan. Suhu lingkungan pada saat
pengamatan berkisar antara 31 – 30oC dan suhu dalam wadah berkisar antara
32 – 16oC. Suhu tersebut cukup tinggi sehingga es cepat mencair. Selain itu,
ukuran es yang digunakan juga mempengaruhi kecepatan pencairan es. Es dengan
ukuran yang kecil akan mudah mencair dibandingkan dengan ukuran es yang
besar. Es dikatakan bagus apabila padat, bening, dan kering (tidak meleleh).
Menurut Adawyah (2007), es yang tidak kering menandakan bahwa suhunya
hanya 0oC, sedangkan es kering suhunya kurang dari 0oC. Es dikatakan tidak baik
karena sangat cepat mencair. Es yang terbuat dari air murni akan cepat mencair
sedangkan es yang terbuat dari air yang tidak bersih pada saat mencair akan
mempengaruhi hasil perikanan.
Setiap pengukuran didapatkan suhu yang berbeda karena suhu lingkungan
yang semakin meningkat. Hal itu dapat mempengaruhi suhu pada wadah yang
dapat mencairkan es yang ada pada wadah tersebut. Jenis wadah yang digunakan
dapat mempengaruhi kecepatan pencairan es begitupula dengan ditambahkannya
es di dalam wadah. Apabila lingkungan memiliki suhu yang stabil, maka suhu
yang ada di dalam wadah juga dapat dipertahankan pula. Karena penjagaan
suhunya baik, penggunaan wadah dan jenis es yang tepat. Menurut Suparno
(2008), Kemampuan bahan insulasi dapat menahan panas dari lingkungan,
sehingga dapat menghemat penggunaan es dalam wadah dibandingkan dengan
penggunaan wadah tanpa insulasi. Penggunaan bahan dan jenis es yang digunakan
sangat mempengaruhi efisiensi kebutuhan es dalam wadah selama masa
penyimpanan ataupun pengangkutan.
4.2 Kesimpulan dan Saran
4.2.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum materi pencairan es adalah
sebagai berikut:
1. Wadah yang dapat mempertahankan suhu es agar tidak cepat mencair pada
praktikum materi pencairan es adalah box styrofoam kecil yaitu selama 150
menit dengan berat es sebesar 30 gram. Sedangkan untuk suhu es yang cepat
mencair adalah blong berinsulasi yaitu selama 90 menit sebanyak 25 gram.
2. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pencairan es adalah volume kotak atau
wadah yang digunakan, bahan atau material wadah, penggunaan isolasi dan
jenis bahan isolasi, suhu lingkungan diluar wadah atau kotak pendinginan, dan
ukuran es yang digunakan.
4.2.2 Saran
Saran yang diperoleh dari praktikum materi pencairan es adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya pemilihan penggunaan wadah untuk menyimpan ikan berdasarkan
jangkauan penangkapan ikan; dan
2. Sebaiknya praktikan harus teliti saat menjalankan praktikum agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Irawan, A. 1997. Pengawetan Ikan dan Hasil Perikanan. CV Aneka, Yogyakarta.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomo, S. 1997. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Universitas Terbuka
Depdikbud, Jakarta.
Rikhard U, dkk. 2011. Kaji Eksperimentasi Pola Pendinginan dengan Es pada Cool box.
Rosa, Y. 2008. Peningkatan perpindahan panas kontak langsung pada pencairan bahan makanan beku. Jurnal teknik mesin Vol 5 No 1.
Said, A. 1997. Budidaya Udang Windu. Azka Press. Jakarta.
Suparno. 2008. Peti Pendingin Berinsulasi. www.bbrp2b.dkp.go.id. (Diakses pada tanggal 29 November 2012).