penda hulu an

7
Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para Petani/ Nelayan dalam pengembangannya memerlukan keterpaduan unsure-unsur sub sistem, mulai dari penyediaan input produksi, budidaya sampai modal usaha dalam pelaksanaannya agar tercipta pemerataan daya saing yang seimbang dan ideal antara petani / usaha kecil yang pada umumnya beraa dipihak produksi dengan pengusaha besar yang umumnya berada dipihak menguasai pengolahan secara global. Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk Usaha Perikanan Rakyat, dan Perikanan Besar milik Pemerintah serta milik Swasta Nasional atau Asing kemudian menginginkan perikanan rakyat merupakan usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaannya secara tradisional. Produktivitas menghadapi kompetesi pasar dilain pihak perikanan bebas yang memiliki teknologi skala. Usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi, sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar kelemahan dari Pengusaha Perikanan Kecil, dan kekuatan dari Pengusahanya Perikanan Besar, merupakan potensi yang bisa menciptakan kesenjangan social karena dalam perkembangannya saling berkepentingan diantara kedua pihak. Kesenjangan yang bisa timbul akan dapat diperkecil dengan mengadakan bantuan social sebagai bentuk peduli Pemerintah kepada Pengusaha kecil di bidang produksi perikanan dan kelautan. Salah satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Sampai saat ini, daerah yang mengandung rumput laut di perairan Tarakan yaitu Tanjung Karis, Selumit Pantai, Lingkas ujung Karang Rejo Pantai, Tanjung Pasir, dan Tanjung Batu. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar- agar, Jelly Food, Permen, Manisan dan campuran makanan seperti Burger, Bakso, Sup, Es Buah, dan lain-lain. Rumput laut juga

Upload: muh-vicky

Post on 16-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para Petani/ Nelayan dalam pengembangannya memerlukan keterpaduan unsure-unsur sub sistem, mulai dari penyediaan input produksi, budidaya sampai modal usaha dalam pelaksanaannya agar tercipta pemerataan daya saing yang seimbang dan ideal antara petani / usaha kecil yang pada umumnya beraadipihak produksi dengan pengusaha besar yang umumnya berada dipihak menguasai pengolahan secara global.Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk Usaha Perikanan Rakyat, dan Perikanan Besar milik Pemerintah serta milik Swasta Nasional atau Asing kemudian menginginkan perikanan rakyat merupakan usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaannya secara tradisional. Produktivitas menghadapi kompetesi pasar dilain pihak perikanan bebas yang memiliki teknologi skala. Usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi, sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar kelemahan dari Pengusaha Perikanan Kecil, dan kekuatan dari Pengusahanya Perikanan Besar, merupakan potensi yang bisa menciptakan kesenjangan social karena dalam perkembangannya saling berkepentingan diantara kedua pihak. Kesenjangan yang bisa timbul akan dapat

diperkecil dengan mengadakan bantuan social sebagai bentuk peduli Pemerintah kepada Pengusaha kecil di bidang produksi perikanan dan kelautan.Salah satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Sampai saat ini, daerah yang mengandung rumput laut di perairan Tarakan yaitu Tanjung Karis, Selumit Pantai, Lingkas ujung Karang Rejo Pantai, Tanjung Pasir, dan Tanjung Batu. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, Jelly Food, Permen, Manisan dan campuran makanan seperti Burger, Bakso, Sup, Es Buah, dan lain-lain. Rumput laut juga merupakan bahan baku Industry Kosmetik, Farmasi, Tekstil, Kertas, dan lain-lain.Mengingat manfaatnya yang luas, maka komoditas rumput laut ini mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar. Pabrikan dan eksportir untuk memperoleh bahan baku rumput laut kering.Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor, merupakan sumber devisa bagi Negara dan budidaya merupakan sumber pendapatan Petani/Nelayan dapat menyerap tenaga kerja serta mampu memanfaatnkan perairan pantai di Kepulauan Tarakan yang sangat potensial. Sebagai daerah kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Tarakan dapat dilakukan secara luas oleh para Petani/Nelayan.Namun adanya permasalahan dalam pembudidayaan rumput laut seperti pengadaan benih, teknis budaya, pengolaan pasca panen, dan pemasarannya, maka untuk pengmbangan usaha budidaya rumput laut ini para Petani/Nelayan perlu melakukannya dengan dibekali pelatihan yang menjadiprogram utama oleh Kelompok Tani POKDAKAN Anak Pesisir. Untuk pengembangan budidaya rumput laut ini, disiapkan biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Sebagai acuan di dalam mempersiapkan dan mempertimbangkan kelayakan pembiayaan yang di harapakan mendapat solusi berupa perhatian beserta bantuan dari Pemerintah Kota Tarakan

Pembangunan bidang perikanan telah mengalami kemajuan yang pesat dalam hal peningkatan produksi, peningkatan ekspor dan peningkatan devisa negara serta peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Berbagai kegiatan perikanan telah berorientasi kepada keuntungan. Salah satu komoditi perikanan yang mempunyai prospek yang baik dan memberi keuntungan bagi pembudidaya adalah rumput lautEucheuma cottonii.Potensi sumberdaya rumput laut di perairan Sulawesi Selatan cukup besar dan kebutuhan akan rumput laut di dalam maupun di luar negeri cukup tinggi.Oleh karena itu,budidaya rumput laut merupakan peluang usaha yang sangat baik bagi penyerapan tenaga kerja keluarga dan masyarakat pesisir secara optimal.Kegiatan budidaya rumput laut merupakan lapangan kerja baru yang bersifat padat karya dan semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya dan pascapanen yang sederhana dan mudah dilaksanakan serta pemakaian modal yang relatif rendah sehingga dapat dilaksanakan oleh pembudidaya beserta keluarganya (Soebarini, 2003). Kondisi ini didukung oleh harga jual rumput laut yang cenderung membaik, tingkat pertumbuhan yang tinggi dan waktu pemeliharaan yang singkat sehingga pembudidaya dapat meraup pendapatan 6 kali setahun(Anggadiredja dkk., 2006). Faktor kemudahan usaha ini menjadi tumpuan harapan nelayan bermodal kecil sehingga banyak diantaranya beralih dari usaha penangkapan ikan ke usaha budidaya rumput laut di perairan pantai.Rumput lautatausea weedssecara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik inilah yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput laut (Taurino-Poncomulyo, 2006).Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentukthallusini beragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik (Jana-Anggadiredjo, 2006).Rumput laut merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut, pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang, seperti : pertanian, kedokteran, farmasi dan industri. Winarno (1990) menyatakan bahwa jenis rumput lautEucheuma cottonii, karaginannya sangat penting bagi stabilisator, bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi, dan sebagainya. Kemampuan menghasilkan karaginan dimanfaatkan dalam produk makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi, dan industri lainnya. Jelaslah bahwa rumput lautEucheuma colloniimemiliki prospek sebagai komoditas perdagangan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun eksport.Potensi lahan strategis yang dapat dimanfaatkan untuk pengembanganbudidaya rumput laut di wilayah perairan laut Indonesia seluas : 21.500 Ha. Apabila lahan tersebut dibudidayakan rumput lautEucheuma cottoniidengan asumsi per hektar hanya menghasilkan 3 ton rumput laut kering, maka dalam waktu 60 hari akan menghasilkan produk sebanyak 63.500 ton. Produksi rumput laut di Indonesia saat ini hanya menghasilkan30.000 sampai 35.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan rumput laut didunia berkisar antara 3 - 4,2 juta ton per tahun dan untuk jenis rumput lautEucheuma cottoniiyang mengandung karaginan sebanyak 130.000 ton per tahun. Permintaan rumput lautEucheumauntuk pabrik dalam negeri sekitar 18.000 20.000 ton per tahun. Ekspor rumput laut di Indonesia sekitar 20.000 ton per tahun, sehingga peluang pasar untuk kebutuhan dalam negeri masih kekurangan sekitar 10.000 ton per tahun (Ridwan Soeriyadi, 2001).Pada beberapa daerah lain pengembangan budidaya rumput laut sudah cukup instensif, namun mengalami penurunan akhir-akhir ini.KabupatenBombana secara kewilayahan terdiri atas daratan seluas kurang lebih 2.929,69 km dan laut sekitar 11.837,31 km. Dengan kondisi tersebut, potensi sumberdaya kelautan memiliki peluang investasi yang cukup signifikan. Hasil perikanan Kabupaten Bombana mampu memenuhi kebutuhan, baik untuk masyarakat lokal maupun ekspor. Berbagai jenis hasil produksi perikanan, khususnya untuk komoditi ekspor, antara lain ikan sunu, kerapu, kakap, baronang, lobster, cumi-cumi, benur, rumput laut, dan kerang-kerangan. Secara ekonomis, peluang investasi pada sektor perikanan masih terbuka dan memiliki prospek untuk dikembangkan di masa mendatang.Peluang investasi dimaksud salah satunya budidaya rumput laut. budidaya rumput di Kabupaten Bombana masih diusahakan secara perorangan. Kondisi perairan yang belum terkontaminasi oleh pencemaran tentunya memiliki prospek pengembangan budidaya rumput laut secara besar-besaran dengan sentuhan teknologi tepat guna.Kelurahan Lampopala adalah salah satu daerah yang membudidayakan rumput laut namun dalam pemasarannya masih berbentuk dipasarkan ke kota Bau-Bau dan Kendari. Karena dalam pengelolaannya, budidaya rumput laut di Kel. Lampopala masih sangat terbatas pada sarana dan prasarana penunjang terutama dari bantuan pemerintan yang rendah dan kurangnya usaha nelayan dalam mengelola hasil dari budidaya rumput laut. Oleh karena itu makan diangkatlah judul proposal penelitian ini untuk mengkaji usaha budi daya rumput laut di kelurahan lampopala.