pendahulua1
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Limnologi merupakan sintesis yang menggambarkan banyak disiplin ilmu
yang memberikan sumbangan bagi peneliti. Sehubungan dengan ini Limnologi
mirip dengan Oseanografi bukan Biologi dan Informasinya dapat ditentukan
beberapa rujukan yang bernilai dikatalogkan pada perpustakaan. (Sihotang, 2010)
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu
satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak
dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik
dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), debit air sungai adalah laju
aliran air yang melewati suatu penampang melintang dengan persatuan waktu.
Besaarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik)
Menurut Harnalin (2010), debit air adalah jumlah air yang mengalir dari
suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) peratuan waktu (ltr/dtk,
m3/dtk, dm3/dtk). Dengan mengetahui debit air suatu perairan kita dapat
mengetahui jenis organisme apa saja yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika
debit air disuatu perairan tinggi maka dapat dipastikan bahwa organisme yang
hidup di perairan tersebut adalah organisme perenang kuat dan apabila debit suatu
2
perairan tersebut rendah maka organisme yang hidup di periran tersebut adalah
organisme yang membenamkan dirinya.
1.2. Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum pengukuran debit air adalah untuk menghitung
debit air pada perairan terbuka dengan beberapa metode.
1.3. Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui debit
perairan terbuka dan juga faktor – faktor yang mempengaruhi debit air tersebut.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran
Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter
kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran
air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai
persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter
kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A
adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/ detik).
Menurut Langrage (1736-1813), suatu cara menyatakan gerak fluida
adalah dengan mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena
kita harus menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida dalam menyatakan
ini sebagai fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah dengan penerapan
kinematika partikel gerak atau aliran fluida.
Menurut Soemarto (1987) debit diartikan sebagai volume air yang
mengalir per satuan waktu melewati suatu penampang melintang palung sungai,
pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit diperlukan untuk menentukan
volume aliran atau perunahan – perubahannya dalam suatu sistem das. Data debit
diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi (ratting curve)
menurut Sri Harto (2000) adalah hubungan grafis antara tinggi muka air dengan
debit. Liku kalibrasi diperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana dan
mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi muka air dan debit dapat dilakukan
4
dengan menghubungkan titik – titik pengukuran dengan garis lengkung diatas
kertas logaritmik.
5
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Limnologi tentang Pengukuran Debit Air ini dilaksanakan pada
hari Jum’at, 12 November 2010 pukul 14.00 – 16.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Limnologi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aliran genangan air. Alat
yang digunakan pada praktikum adalah pena, pensil, penghapus, penggaris, bola
ping-pong, tali rafia/ tali plastik, jarum pentul, trapesium weir, tongkat.
3.3. Metode praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan
langsung terhadap objek yang akan diamati. Pengukuran debit air dilakukan
dengan Metode Float Emnoys dan Metode Weir.
3.4. Prosedur praktikum
Dalam praktikum ini terdapat 2 cara yang digunakan untuk menghitung
debit air. Pertama, dengan menggunakan metode float emboys. Tancapkan 6 buah
batang kayu menjadi 2 banjar atau 3 shaf, kemudian tentukan lebar rata – rata
(W). Hitung kedalaman air pada masing – masing shaf diantara batang kayu,
6
kemudian tentukan kedalaman rata – rata (D). Perhatikan dasar perairan,
kemudian tentukan konstanta perairan (A). Hitung jarak yang ditempuh bola ping-
pong (L) dan hanyutkan bola ping-pong sambil menghitung berapa waktu yang di
tempuh oleh bola ping-pong pada jarak yang telah ditetapkan (T). Hitung dengan
rumus R=WDAL/T.
Kedua, dengan menggunakan papan celah (weir). Pada praktikum ini,
papan celah yang digunakan adalah tapesium weir (papan bercelah trapesium).
Letakkan papan celah hingga dasar celah terendam air. Hitung lah lebar dasar
celah (L). Hitung tinggi dasar celah singga permukaan air (h) kemudian h dikali 4,
maka kemudian diperoleh H. Setelah itu ukur jarak antara dasar celah hingga
kedepan papan celah sepanjang H dan hitung kedalaman dari jarak yang didapat,
maka kedalaman itulah yang digunakan (H).
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pengukuran debit air ini
dapat diperoleh data sebagai berikut :
Metode float emboys
Dasar perairan berlumpur, maka A = 0,9
L = 160 cm = 1,6 m
T = 64 detik
Penghitungan :
Metode Weir
L = 0,3 m
H = 0,58
Penghitungan :
8
4.2. Pembahasan
Pada metode flost emboys diperoleh debit air sebesar 0,008 dan
pada metode weir diperoleh debit air sebesar 0,446 . Selisih debit air
pada kedua metode yang digunakan ini adalah 0,438 . Hal ini
memperihatkan bahwa apabila metode yang digunakan berbeda, maka akan
menghasilkan debit air yang berbesa pula. Perbedaan in disebabkan karena
beberapa faktor yakni : pada metode float emboys angin sangat berpengaruh besar
terhadap cepat atau lambatnya bola ping-pong bergerak, apabila semakin kuat
angin yang menghembus bola ping-pong maka semakin cepat pula bola pingpong
bergerak dan juga kuatnya angin berhembus juga mempengaruhi arah gerak bola
ping-pong mengikuti arah angin sehingga mengakibatkan jalannya bola pingpong
tidak lurus dan jarak yang ditempuh bertambah karna berbelok – beloknya bola
pingpong dan sebaliknya ketika hembusan angin tidak kuat maka gerak bola ping-
pong yang dipengaruhi arus air menjadi lebih stabil. Pada metode weir
sesungguhnya dasar perairan berpengaruh juga terhadap nilai h karena dasar
perairan yang berlumpur membuat kaki atau dasar papan bercelah (weir) akan
terbenam beberapa centimeter yang mengakibatkan terjadi perubahan nilai h dan
pada akhirnya nilai H pun ikut berubah. Dari hasil debit air diatas juga dapat kita
ketahui bahwa perairan yang menjadi objek praktikum termasuk kedalam
komunitas lotik zona tenang (pool zone). Menurut Kasry (2010) zona tenang
adalah perairan yang lebih dalam dimana kecepatan arus melemah dan material
pasir dan material hanyut lainnya cendrung menempel pada dasar, sehingga
terdapat dasaar lunak tidak cocok untuk benthos permukaan tetapi cocok bagi
9
organisme – organisme yang membenamkan dirinya, nekton dan beberapa
plankton.
10
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran debit air dapat disimpulkan bahwa jika
metode yang digunakan berbeda maka akan dihasilkan angka yang berbeda pula
hal ini disebabkan karna faktor – faktor yang telah dijelaskan dan juga dapat
diyakinkan bahwa organisme yang hidup pada perairan tersebut adalah organisme
yang hidup pada perairan tenang karena debit air yang dihasilkan dapat dikatakan
sangat kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi gerak plankton ataupun gerak
organisme lain yang hidup di dalamnya.
5.2. Saran
Sebaiknya semua praktikan dapat turun kelapangan tanpa hanya melihat
praktikan yang lain bekerja, hal ini diperlukan agar semua praktikan dapat
mengerti teknis – teknis pada praktikum ini. selain itu ruang laboratorium tidak
terlalu kondusif karena melihat jumlah praktikan yang sangat banyak dan juga
asisten sebaiknya mengecheck lebih teliti lagi terhadap laporan setiap praktikan
agar praktikan yang membuat laporannya sendiri tidak dirugikan dengan sanksi
laporannya tidak dinilai.
11
DAFTAR PUSTAKA
Harnalis, Asmika, C. Sihotang dan Efawani. 2010. Penuntun Praktikum
Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 33
Hal (Tidak diterbitkan)
Kasry, Adnan, Dkk. 2010. Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau. 100 Hal (Tidak diterbitkan)
Sihotang, C, Asmika Harnalis dan Efawani. 2010. Limnologi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 101 Hal (Tidak diterbitkan)
Sosrodarsono, S. dan Takeda. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Pt.
Pradnya Pramita.
http://catetankuliah.blogspot.com/2009/05/laporan-praktikum-persamaan-
bernaulli.html
http://www.docstoc.com/docs/21480040/BAB-II-TINJAUAN-PUSTAKA-DAN-
LANDASAN-TEORI-21-Siklus
http://www.scribd.com/doc/39861337/LP-DEBIT
12
L A M P I R A N
Trapezoid weirBola pingpong
13
Lampiran 1. Alat – alat yang digunakan
Pena pensil
Penghapus penggaris