pendahulua1

18
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Limnologi merupakan sintesis yang menggambarkan banyak disiplin ilmu yang memberikan sumbangan bagi peneliti. Sehubungan dengan ini Limnologi mirip dengan Oseanografi bukan Biologi dan Informasinya dapat ditentukan beberapa rujukan yang bernilai dikatalogkan pada perpustakaan. (Sihotang, 2010) Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing- masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.

Upload: teguh-heriyanto

Post on 09-Feb-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUA1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Limnologi merupakan sintesis yang menggambarkan banyak disiplin ilmu

yang memberikan sumbangan bagi peneliti. Sehubungan dengan ini Limnologi

mirip dengan Oseanografi bukan Biologi dan Informasinya dapat ditentukan

beberapa rujukan yang bernilai dikatalogkan pada perpustakaan. (Sihotang, 2010)

Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat

dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu

satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak

dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada

gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik

dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), debit air sungai adalah laju

aliran air yang melewati suatu penampang melintang dengan persatuan waktu.

Besaarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik)

Menurut Harnalin (2010), debit air adalah jumlah air yang mengalir dari

suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) peratuan waktu (ltr/dtk,

m3/dtk, dm3/dtk). Dengan mengetahui debit air suatu perairan kita dapat

mengetahui jenis organisme apa saja yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika

debit air disuatu perairan tinggi maka dapat dipastikan bahwa organisme yang

hidup di perairan tersebut adalah organisme perenang kuat dan apabila debit suatu

Page 2: PENDAHULUA1

2

perairan tersebut rendah maka organisme yang hidup di periran tersebut adalah

organisme yang membenamkan dirinya.

1.2. Tujuan praktikum

Tujuan dari praktikum pengukuran debit air adalah untuk menghitung

debit air pada perairan terbuka dengan beberapa metode.

1.3. Manfaat praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui debit

perairan terbuka dan juga faktor – faktor yang mempengaruhi debit air tersebut.

Page 3: PENDAHULUA1

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran

Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter

kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran

air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai

persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter

kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A

adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/ detik).

Menurut Langrage (1736-1813), suatu cara menyatakan gerak fluida

adalah dengan mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena

kita harus menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida dalam menyatakan

ini sebagai fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah dengan penerapan

kinematika partikel gerak atau aliran fluida.

Menurut Soemarto (1987) debit diartikan sebagai volume air yang

mengalir per satuan waktu melewati suatu penampang melintang palung sungai,

pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit diperlukan untuk menentukan

volume aliran atau perunahan – perubahannya dalam suatu sistem das. Data debit

diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak

langsung, yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi (ratting curve)

menurut Sri Harto (2000) adalah hubungan grafis antara tinggi muka air dengan

debit. Liku kalibrasi diperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana dan

mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi muka air dan debit dapat dilakukan

Page 4: PENDAHULUA1

4

dengan menghubungkan titik – titik pengukuran dengan garis lengkung diatas

kertas logaritmik.

Page 5: PENDAHULUA1

5

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum Limnologi tentang Pengukuran Debit Air ini dilaksanakan pada

hari Jum’at, 12 November 2010 pukul 14.00 – 16.00 WIB. Bertempat di

Laboratorium Limnologi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aliran genangan air. Alat

yang digunakan pada praktikum adalah pena, pensil, penghapus, penggaris, bola

ping-pong, tali rafia/ tali plastik, jarum pentul, trapesium weir, tongkat.

3.3. Metode praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

langsung terhadap objek yang akan diamati. Pengukuran debit air dilakukan

dengan Metode Float Emnoys dan Metode Weir.

3.4. Prosedur praktikum

Dalam praktikum ini terdapat 2 cara yang digunakan untuk menghitung

debit air. Pertama, dengan menggunakan metode float emboys. Tancapkan 6 buah

batang kayu menjadi 2 banjar atau 3 shaf, kemudian tentukan lebar rata – rata

(W). Hitung kedalaman air pada masing – masing shaf diantara batang kayu,

Page 6: PENDAHULUA1

6

kemudian tentukan kedalaman rata – rata (D). Perhatikan dasar perairan,

kemudian tentukan konstanta perairan (A). Hitung jarak yang ditempuh bola ping-

pong (L) dan hanyutkan bola ping-pong sambil menghitung berapa waktu yang di

tempuh oleh bola ping-pong pada jarak yang telah ditetapkan (T). Hitung dengan

rumus R=WDAL/T.

Kedua, dengan menggunakan papan celah (weir). Pada praktikum ini,

papan celah yang digunakan adalah tapesium weir (papan bercelah trapesium).

Letakkan papan celah hingga dasar celah terendam air. Hitung lah lebar dasar

celah (L). Hitung tinggi dasar celah singga permukaan air (h) kemudian h dikali 4,

maka kemudian diperoleh H. Setelah itu ukur jarak antara dasar celah hingga

kedepan papan celah sepanjang H dan hitung kedalaman dari jarak yang didapat,

maka kedalaman itulah yang digunakan (H).

Page 7: PENDAHULUA1

7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pengukuran debit air ini

dapat diperoleh data sebagai berikut :

Metode float emboys

Dasar perairan berlumpur, maka A = 0,9

L = 160 cm = 1,6 m

T = 64 detik

Penghitungan :

Metode Weir

L = 0,3 m

H = 0,58

Penghitungan :

Page 8: PENDAHULUA1

8

4.2. Pembahasan

Pada metode flost emboys diperoleh debit air sebesar 0,008 dan

pada metode weir diperoleh debit air sebesar 0,446 . Selisih debit air

pada kedua metode yang digunakan ini adalah 0,438 . Hal ini

memperihatkan bahwa apabila metode yang digunakan berbeda, maka akan

menghasilkan debit air yang berbesa pula. Perbedaan in disebabkan karena

beberapa faktor yakni : pada metode float emboys angin sangat berpengaruh besar

terhadap cepat atau lambatnya bola ping-pong bergerak, apabila semakin kuat

angin yang menghembus bola ping-pong maka semakin cepat pula bola pingpong

bergerak dan juga kuatnya angin berhembus juga mempengaruhi arah gerak bola

ping-pong mengikuti arah angin sehingga mengakibatkan jalannya bola pingpong

tidak lurus dan jarak yang ditempuh bertambah karna berbelok – beloknya bola

pingpong dan sebaliknya ketika hembusan angin tidak kuat maka gerak bola ping-

pong yang dipengaruhi arus air menjadi lebih stabil. Pada metode weir

sesungguhnya dasar perairan berpengaruh juga terhadap nilai h karena dasar

perairan yang berlumpur membuat kaki atau dasar papan bercelah (weir) akan

terbenam beberapa centimeter yang mengakibatkan terjadi perubahan nilai h dan

pada akhirnya nilai H pun ikut berubah. Dari hasil debit air diatas juga dapat kita

ketahui bahwa perairan yang menjadi objek praktikum termasuk kedalam

komunitas lotik zona tenang (pool zone). Menurut Kasry (2010) zona tenang

adalah perairan yang lebih dalam dimana kecepatan arus melemah dan material

pasir dan material hanyut lainnya cendrung menempel pada dasar, sehingga

terdapat dasaar lunak tidak cocok untuk benthos permukaan tetapi cocok bagi

Page 9: PENDAHULUA1

9

organisme – organisme yang membenamkan dirinya, nekton dan beberapa

plankton.

Page 10: PENDAHULUA1

10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum pengukuran debit air dapat disimpulkan bahwa jika

metode yang digunakan berbeda maka akan dihasilkan angka yang berbeda pula

hal ini disebabkan karna faktor – faktor yang telah dijelaskan dan juga dapat

diyakinkan bahwa organisme yang hidup pada perairan tersebut adalah organisme

yang hidup pada perairan tenang karena debit air yang dihasilkan dapat dikatakan

sangat kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi gerak plankton ataupun gerak

organisme lain yang hidup di dalamnya.

5.2. Saran

Sebaiknya semua praktikan dapat turun kelapangan tanpa hanya melihat

praktikan yang lain bekerja, hal ini diperlukan agar semua praktikan dapat

mengerti teknis – teknis pada praktikum ini. selain itu ruang laboratorium tidak

terlalu kondusif karena melihat jumlah praktikan yang sangat banyak dan juga

asisten sebaiknya mengecheck lebih teliti lagi terhadap laporan setiap praktikan

agar praktikan yang membuat laporannya sendiri tidak dirugikan dengan sanksi

laporannya tidak dinilai.

Page 11: PENDAHULUA1

11

DAFTAR PUSTAKA

Harnalis, Asmika, C. Sihotang dan Efawani. 2010. Penuntun Praktikum

Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 33

Hal (Tidak diterbitkan)

Kasry, Adnan, Dkk. 2010. Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Riau. 100 Hal (Tidak diterbitkan)

Sihotang, C, Asmika Harnalis dan Efawani. 2010. Limnologi. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 101 Hal (Tidak diterbitkan)

Sosrodarsono, S. dan Takeda. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Pt.

Pradnya Pramita.

http://catetankuliah.blogspot.com/2009/05/laporan-praktikum-persamaan-

bernaulli.html

http://www.docstoc.com/docs/21480040/BAB-II-TINJAUAN-PUSTAKA-DAN-

LANDASAN-TEORI-21-Siklus

http://www.scribd.com/doc/39861337/LP-DEBIT

Page 12: PENDAHULUA1

12

L A M P I R A N

Page 13: PENDAHULUA1

Trapezoid weirBola pingpong

13

Lampiran 1. Alat – alat yang digunakan

Pena pensil

Penghapus penggaris