pendahuluan - banten
TRANSCRIPT
1
I-1
PENDAHULUAN
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi daerah dan
nasional, khususnya di Provinsi Banten. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor
pertanian dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, penyumbang devisa,
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadikan sektor pertanian
ini begitu penting bagi pembangunan nasional dan daerah, khususnya Provinsi Banten.
Sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi yang cukup tinggi bagi Provinsi Banten.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah, tuntutan kebutuhan hidup yang
meninggi, disertai dengan daya beli yang semakin meningkat khususnya di Provinsi Banten, maka
laju konsumsi masyarakat akan produk-produk pangan dan pertanian terus semakin meningkat.
Hal tersebut menyebabkan upaya penyediaan produk-produk pangan dan pertanian yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat menjadi hal yang sangat krusial, termasuk di
Provinsi Banten.
NAWACITA yang merupakan agenda prioritas Kabinet Kerja 2014-2019 mengarahkan
pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan, agar
Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara
berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1)
mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan
secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha
pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan
yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk
meningkatkan kesejahteraan petani.
Mengingat pentingnya sektor pertanian bagi pembangunan skala nasional maupun daerah,
khususnya Provinsi Banten, maka peran dan kontribusi Dinas Pertanian Provinsi Banten menjadi
penting dan strategis. Penetapan kebijakan dan perencanaan pertanian merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam menentukan kinerja dan capaian Dinas Pertanian Provinsi Banten.
Kebijakan daerah dan perencanaan dalam sektor pertanian tersebut salah satunya dirumuskan,
disusun dan ditetapkan melalui Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Provinsi Banten
Tahun 2017-2022 yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja Dinas
Pertanian selama 5 (lima) tahun (2017-2022) dan rencana kerja tahunan dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian di Provinsi Banten.
Renstra Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 adalah dokumen perencanaan jangka
menengah Dinas Pertanian Provinsi Banten untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra Dinas Pertanian
Provinsi Banten disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Organisasi Perangkat Daerah (Peraturan
Gubernur Banten Nomor 83 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan
Bab
1
I-2
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Banten) serta berpedoman pada RPJMD
Provinsi Banten Tahun 2017-2022, Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, serta hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan sektor pertanian di Provinsi Banten.
Dalam penyusunan Renstra Dinas Pertanian telah menempuh beberapa tahapan yaitu: (1)
Persiapan penyusunan Renstra Dinas Pertanian dengan menetapkan Tim Penyusun Renstra
Dinas Pertanian 2017-2022 melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten dan
menyusun agenda kerja Tim Penyusun Renstra; (2) Penyusunan rancangan awal Renstra yang
dibahas pada Forum Organisasi Perangkat Daerah; (3) Penyusunan rancangan akhir Renstra
Dinas Pertanian melalui Rapat Verifikasi Renstra Organisasi Perangkat Daerah; (4) Penetapan
Renstra melalui Keputusan Gubernur tentang Rencana Kerja Strategis Organisasi Perangkat
Daerah Provinsi Banten 2017-2022.
Dokumen Renstra ini disusun berdasarkan analisis strategi atau potensi, peluang, permasalahan
mendasar dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, sehingga seyogyanya
dokumen ini dapat dijadikan acuan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di
Provinsi Banten selama 5 tahun mendatang (2017-2022) yang komprehensif dan terpadu.
1.2. Landasan Hukum
Dasar hukum penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
- Undang-Undang nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten
- Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun
2005-2025
- Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pem-bangunan Daerah;
- Peraturan Menteri Pertanian nomor 19 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Pertanian Tahun 2015-2019;
- Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Perda Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
- Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025
- Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030;
- Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2017-2022;
- Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 9 Tahun 2011 tentang Restribusi Daerah
I-3
- Peraturan Gubernur Banten nomor 83 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Banten.
1.3. Maksud dan Tujuan
Dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 ditetapkan dengan
maksud untuk memberikan arahan sekaligus menjadi pedoman penyelenggaraan pembangunan
pertanian selama periode 5 (lima) tahun ke depan terutama bagi pemerintah daerah, dunia usaha, dan
seluruh pemangku kepentingan masyarakat pertanian di Provinsi Banten.
Adapun tujuan penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022
adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan kegiatan pembangunan pertanian
jangka menengah;
2. Menetapkan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) pembangunan pertanian dan
perencanaan penganggaran pada Dinas Pertanian Provinsi Banten serta kabupaten/kota se Provinsi
Banten;
3. Mewujudkan perencanaan pembangunan pertanian yang sinergis dan terpadu antara perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pertanian nasional, provinsi dan kabupaten/kota;
4. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi alokasi berbagai sumberdaya dalam pembangunan pertanian.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Provinsi Banten tahun 2017–
2022 adalah sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN, berisi tentang Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan
Tujuan, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : GAMBARAN PELAYANAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH, berisi tentang
Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah, Sumberdaya Organisasi
Perangkat Daerah, Kinerja Pelayanan Organisasi Perangkat Daerah dan Peluang
Pengembangan Pelayanan Organisasi Perangkat Daerah
Bab III : ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI, berisi tentang
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Organisasi
Perangkat Daerah, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih, Telaahan Renstra K/L dan Renstra Organisasi Perangkat Daerah,
Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan
Penentuan Isu-isu Strategis.
Bab IV : TUJUAN DAN SASARAN berisi tentang Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Organisasi Perangkat Daerah
Bab V : STRATEGI DAN KEBIJAKAN berisi tentang rumusan pernyataan strategi dan
arah kebijakan Perangkat Daerah dalam lima tahun mendatang
Bab VI : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR SERTA PENDANAAN
INDIKATIF berisi tentang Rencana Program dan Kegiatan serta Pendanaan
I-4
Indikatif.
Bab VII : KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN, berisi indikator kinerja
Organisasi Perangkat Daerah yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan
dicapai dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD
Bab VIII : PENUTUP, berisi kesimpulan atas substansi Renstra secara menyeluruh, harapan
terhadap hasil yang diinginkan serta kaidah pelaksanaan .
3.1.2.2. Tantangan dan Permasalahan Sub sistem Pasca Panen
Secara umum permasalahan pada sub sistem pasca panen dalah:
1. Kualitas SDM masih rendah dan
2. Terbatasnya komitmen agroindustri pasca pangan terhadap program berbagai
pengembangan SDM;
3. Wahana dan ketersediaan program-program pendidikan dan pelatihan profesional di bidang
agroindustri pasca panen masih terbatas/sedikit;
4. Ketersediaan dan aplikasi teknologi tepat guna masih rendah/terbatas;
5. Investasi dan permodalan masih terbatas;
6. Masih kurangnya kesadaran, kepedulian dan kepatuhan produsen dan konsumen tentang
mutu dan keamanan pangan;
7. Masih terbatasnya pembinaan terhadap pengembangan bidang agroindustri atau pasca
panen;
1. ta
2.
3. Belum diterapkannnya sistem standar mutu (Good Agricultural Practices (GAP), Good
Manufacturing Practices (GAP) Good Handling Practices (GHP) Good Distribution
Practices (GDP), Keamanan pangan (HACCP) serta Sanitary and Phytosanitary (SPS))
secara meluas untuk komoditi
1. yang l
III-1
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
3.1. Identifikasi Permsalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD
Berdasarkan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan menghasilkan
beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh Dinas Pertanian Provinsi Banten diantaranya
(Tabel 3.1):
1. Kualitas dan kuantitas SDM masih rendah sehingga kinerja dinas pertanian belum optimal
2. Pengelolaan aset dinas pertanian belum optimal sehingga menyebabkan banyak aset yang tidak
layak pakai dan diperlukan biaya lagi untuk pembelian aset
3. Ketersediaan data dan informasi masih terbatas akibatnya sulitnya untuk mendapatkan data dan
informasi, dan seringkali data tidak up to date
4. Lemahnya perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sehingga realisasi target
pembangunan pertanian tidak sepenuhnya tercapai
5. Koordinasi, sinkronisasi dan sinergisme antar bidang maupun sektor masih lemah diakibatkan
inisiatif dari masing-masing bidang maupun sektor masih kurang
6. Luasan lahan pertanian semakin menurun dikarenakan kebijakan pemerintah daerah yang kurang
tegas dalam perlindungan lahan pertanian
7. Masih kurangnya fasilitas irigasi diakibatkan dukungan dana untuk pembangunan fasilitas irigasi
masih terbatas
8. Ketersediaan input pertanian (benih, pupuk dan alsintan) belum memadai dikarenakan
penyaluran input pertanian ke petani belum merata
9. Masih rendahnya penggunaan teknologi tepat guna yang aplikatif dikarenakan kurangnya komitmen pemerintah dalam memberikan arahan dan memfasilitasi teknologi tepat guna
10. Rendahnya posisi tawar menawar harga ditingkat petani karena masih lemah kebijakan
pemerintah terkait penetapan harga dasar
11. Lemahnya permodalan bagi petani karena kurangnya peran dan dukungan pemerintah dalam
memfasilitasi kredit petani
12. Masih minimnya teknologi pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah yang dikarenakan
masih kurangnya dukungan dan komitmen pemerintah dalam membantu petani untuk mengolah
hasil panenya
Bab
3
3.1.2.2. Tantangan dan Permasalahan Sub sistem Pasca Panen
Secara umum permasalahan pada sub sistem pasca panen dalah:
1. Kualitas SDM masih rendah dan
2. Terbatasnya komitmen agroindustri pasca pangan terhadap program berbagai
pengembangan SDM;
3. Wahana dan ketersediaan program-program pendidikan dan pelatihan profesional di bidang
agroindustri pasca panen masih terbatas/sedikit;
4. Ketersediaan dan aplikasi teknologi tepat guna masih rendah/terbatas;
5. Investasi dan permodalan masih terbatas;
6. Masih kurangnya kesadaran, kepedulian dan kepatuhan produsen dan konsumen tentang
mutu dan keamanan pangan;
7. Masih terbatasnya pembinaan terhadap pengembangan bidang agroindustri atau pasca
panen;
1. ta
2.
3. Belum diterapkannnya sistem standar mutu (Good Agricultural Practices (GAP), Good
Manufacturing Practices (GAP) Good Handling Practices (GHP) Good Distribution
Practices (GDP), Keamanan pangan (HACCP) serta Sanitary and Phytosanitary (SPS))
secara meluas untuk komoditi
1. yang l
III-2
Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD
Aspek Kajian
Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan OPD
Internal Eksternal
1 2 3 4 5 6
Tata Kelola Pemerintah
Kualitas dan kuantitas SDM masih rendah
Kualifikasi dan tingkat pendidikan SDM
• Program rekruitmen oleh dinas atau pemerintah
• Program peningkatan kompe-tensi atau pendidikan
• Menurunnya minat masya-rakat untuk bekerja di bidang pertanian
Belum optimalnya kinerja dinas pertanian
Pengelolaan aset dinas pertanian belum optimal
Legal audit aset • Penilaian, pengawasan dan pemeliharaan aset
• Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pemeliharaan aset
• Banyak aset yang rusak karena tidak terpelihara
• Kekurangan dan perlu penambahan aset karena banyak aset yang sudah tidak layak
Ketersediaan data dan informasi masih terbatas
Kemudahan akses data dan informasi
• Penyimpanan data dan informasi
• Update data dan informasi di website
Sulitnya mendapatkan data dan informasi karena prosedur yang rumit
• Terbatasnya akses data dan informasi
Lemahnya perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi
Renstra, roadmap • Menyusun rencana pemba-ngunan pertanian
• Menetapkan target
• Melakukan program moni-toring dan evaluasi secara berkala
• Pelaksanaan kegiatan ter-kadang diluar jalur yang sudah di rencanakan di renstra ataupun roadmap
• Belum terealisasinya target pembangunan pertanian
Koordinasi, sinkroniasi dn sinergisme antar bidang dan sektor masih lemah
• Kerjasama antar bidang maupun sector
• Kegiatan/pertemuan secara berkala
• Lemahnya kontribusi bidang maupun lintas sektor
• Masing-masing bidang maupun sektor berjalan sendiri-sendiri
• Belum optimalnya keterpaduan dan sinergi kegiatan (antar sektor, sub sektor, pusat-daerah
Masih kurangnya fasi-litas irigasi
Sumberdaya air ter-cukupi
• Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas irigasi
• Swadaya masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan irigasi
• Dukungan dana untuk pembangunan fasilitas irigasi masih kurang
III-3
Aspek Kajian
Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan OPD
Internal Eksternal
1 2 3 4 5 6
Ketersediaan benih unggul masih rendah
Kecukupan benih unggul
• Sertifikasi benih unggul
• Program bantuan benih unggul
• Swadaya masyarakat dala m penangkaran benih unggul
• Penyaluran benih unggul secara merata ke petani belum optimal
Ketersediaan pupuk subsidi masih rendah
Kecukupan pupuk subsidi
• Penyaluran dan pengawasan pupuk subsidi
• Adanya permainan dari oknum-oknum tertentu dalam pengadaan dan penya-luran pupuk ke petani
• Penyaluran pupuk subsidi secara merata ke petani belum optimal
Ketersediaan alsintan masih belum memadai
Kecukupan pemakaian alsintan
• Program bantuan alsintan • Adanya permainan dari oknum-oknum tertentu dalam pengadaan dan penya-luran alsintan ke petani
• Penyaluran bantuan aslintan ke petani belum optimal
Budidaya pertanian
Masih rendahnya apli-kasi teknologi tepat guna
Peningkatan teknologi tepat guna yang aplikatif
• Penyuluhan atau sosialiasi teknologi tepat guna yang aplikatif
• Petani cenderung lebih senang
menggunakan teknologi kon-
servatif dan enggan meng-
gunakan teknologi tepat guna
• Kurangnya komitmen pemerintah dalam mem-berikan arahan dan memfasilitasi tekno-logi tepat guna
• Produksi pertanian tidak masksimal
Kesejahteraan petani
Rendahnya posisi tawar menawar harga ditingkat petani
NTP atau harga dasar komoditas yang diterima petani
• Fasilitas kemitraan untuk petani
• Promosi untuk produk pertanian dari petani
• kebiajakan penetapan harga dasar
• Rantai sistem tata niaga yang masih panjang
• Posisi tawar menawar harga masih dikendalikan tengkulak
• Adanya perdagangan bebas
• Kebijakan pemerin-tah terkait penetapan harga dasar masih lemah
Lemahnya permodalan bagi petani
• Fasilitas kredit pertanian
• Penghubung antara lembaga keungan dan petani
• Pemahaman petani program kredit masih lemah
Upaya pemerintah dalam menghubungkan antara lembaga keuangan dan petani masih kurang
Masih minimnya teknologi pasca panen sehingga belum meningkatkan nilai tambah
• Program penyuluhan/sosialisasi teknologi pasca panen
• Memfasilitasi program kemitraan
• Masih banyak petani yang enggan mengolah hasil pertanianya sehingga menjualnya dalam bentuk komoditas primer
Dukungan dan komit-men pemerintah dalam membantu petani untuk mengolah hasil panenya masih lemah
3.1.2.2. Tantangan dan Permasalahan Sub sistem Pasca Panen
Secara umum permasalahan pada sub sistem pasca panen dalah:
1. Kualitas SDM masih rendah dan
2. Terbatasnya komitmen agroindustri pasca pangan terhadap program berbagai
pengembangan SDM;
3. Wahana dan ketersediaan program-program pendidikan dan pelatihan profesional di bidang
agroindustri pasca panen masih terbatas/sedikit;
4. Ketersediaan dan aplikasi teknologi tepat guna masih rendah/terbatas;
5. Investasi dan permodalan masih terbatas;
6. Masih kurangnya kesadaran, kepedulian dan kepatuhan produsen dan konsumen tentang
mutu dan keamanan pangan;
7. Masih terbatasnya pembinaan terhadap pengembangan bidang agroindustri atau pasca
panen;
1. ta
2.
3. Belum diterapkannnya sistem standar mutu (Good Agricultural Practices (GAP), Good
Manufacturing Practices (GAP) Good Handling Practices (GHP) Good Distribution
Practices (GDP), Keamanan pangan (HACCP) serta Sanitary and Phytosanitary (SPS))
secara meluas untuk komoditi
1. yang l
III-4
3.1. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
3.2.1. Visi Provinsi Banten
Visi pembangunan daerah Provinsi Banten berdasarkan gubernur terpilih untuk periode 2017-
2022 adalah “BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN
BERAKHLAQUL KARIMAH”, sehingga diharapkan seluruh stakeholder di Provinsi Banten
secara bahu membahu mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan
dan mewujudkan seluruh masyarakat Banten agar lebih sejahtera.
3.2.2. Misi Provinsi Banten
Sesuai dengan harapan “BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING,
SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH”, maka ditetapkan “Misi Pembangunan
Provinsi Banten 2017-2022” sebagai upaya dalam mewujudkan visi, sebagai berikut:
1. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (goodgovernance);
2. Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur;
3. Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan berkualitas;
4. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas;
5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
Dari ke lima misi gubernur tersebut, dukungan Dinas Pertanian masuk ke dalam Misi 5, yakni
meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan uraian sebagai berikut :
1. Penciptaan Iklim Investasi melalui Perbaikan Perizinan,Infrastruktur, Regulasi Tenaga Kerja,
Fasilitasi Sumber Energi dan Menciptakan Keamanan dan Ketertiban untuk Meningkatkan
Daya Saing Daerah;
2. Pengendalian Inflasi Daerah;
3. Pemberdayaan Ekonomi bagi Masyarakat Miskin Khususnya Petani dan Nelayan;
4. Pengembangan Kawasan Ekonomi yang Berbasis Ekonomi Kreatif dan Pariwisata;
5. Peningkatan Tata Kelola APBD untuk Meningkatkan Kapasitas Fiskal Daerahdalam rangka
Mendukung Pembangunan Daerah serta Fungsi APBD dalam Hal Distribusi dan Alokasi;
6. Peningkatan Kemampuan Angkatan Kerja untuk Memasuki Dunia Kerja melalui Peningkatan
Fungsi Balai Latihan Kerja dan Fungsi Pendidikan Formal lainya
Secara keseluruhan telaah Visi dan Misi Kepala Daerah Provinsi Banten 2017-2022 disajikan
pada Tabel 3.2.
III-5
VISI : BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN
BERAKHLAQUL KARIMAH
Misi Tujuan Permasalahan Pelayanan
Faktor Penghambat
Faktor Pendorong
Pemberdayaan
Ekonomi bagi
Masyarakat
Miskin
Khususnya
Petani dan
Nelayan
Pemberdayaan
Ekonomi bagi
Masyarakat
Miskin
Khususnya
Petani dan
Nelayan
a. Kualitas SDM masih
rendah dan belum
cukup penguasaan
teknologi untuk peng-
olahan pasca panen
b. Berkurangnya luasan
lahan pertanian
akibat konversi lahan
ke non pertanian
c. Masih rendahnya
dan masih terbatas
nya ketersediaan
teknologi tepat
guna yang aplikatif
d. kondisi fasilitas
infra struktur
pertanian, subsidi
input perta-nian,
maupun alsintan yang
belum memadai
e. Lemahnya fungsi kelem-
bagaan di tingkat petani
f. Rendahnya posisi
tawar menawar
menyebabkan harga
di tingkat petani
dikendalikan oleh
tengkulak
g. Lemahnya permodalan
petani, terbatasnya
ketersediaan kredit
dari lembaga keuangan
pemerintah untuk
petani akibatnya petani
masih terperangkap
sistem ijon
a. SDM yang ber-
pendidikan tinggi
cenderung bekerja di
luar bidang pertanian
b. Pembangunan lebih
terpusat ke sektor
non pertanian
seperti industri, jasa
dan lain nya
c. Petani cenderung
lebih senang meng-
gunakan teknologi
konservatif dan
enggan meng-
gunakan teknologi
tepat guna
d. Masih kurangnya
fasilitas infrastruktur
pertanian, subsidi
input pertanian, mau
pun alsintan
e. Kurang adanya
pembinaan dari
pemerintah
f. Kurang terbukanya
akses/jaringan
pemasaran
g. Keterbatasan petani
dalam hal akses
modal usaha tani
a. Pemberian insentif
kepada petani oleh
pemerintah
sehingga meningkat
kan minat petani
b. Adanya dukungan
kebijakan dan komit-
men pemerintah
terkait perlindungan
lahan pertanian
c. Pemerintah berko-
mitmen untuk mem-
berikan arahan peng-
gunaan dan mem-
fasilitasi teknologi
tepat guna
d. Dukungan dan komit-
men pemerintah ter-
kait pembangunan
infrastruktur, penye-
diaan input dan
alsintan
e. Dukungan dan komit-
men pemerintah
terkait pembinaan
kelembagaan ting-
kat petani
f. Adanya kerjasama
petani, pemerintah
dengan investor
dan kemitraan
serta promosi
produk pertanain
g. Adanya kebijakan
pemerintah untuk
memfasilitasi pro-
gram kredit
pertanian
Tabel 3.2. Telaah Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Terpilih 2017-2022
III-6
3.3. Telaahan Renstra K/L
3.3.1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis
Dalam rangka mendukung visi kabinet kerja pemerintah yang mempunyai Visi “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka
Kementerian Pertanian menyusun Visi yang selaras, yakni :
3.3.1.1. Visi
“Terwujudnya Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang Menghasilkan Beragam
Pangan Sehat dan Produk Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Sumberdaya Lokal untuk
Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”
Telaah pokok-pokok Visi Kementerian Pertanian disajikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
3.3.1.2. Misi
Berdasarkan visi diatas maka misi dari Kementerian Pertanian adalah:
1. Mewujudkan kedaulatan pangan
2. Mewujudkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan.
3. Mewujudkan kesejahteraan petani.
4. Mewujudkan reformasi birokrasi.
3.3.1.3. Tujuan
Tujuan dari pembangunan pertanian periode 2015-2019 adalah
1. Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian.
3. Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
5. Meningkatkan kualitas kinerja aparaturpemerintah bidang pertanian yang amanah dan
profesional
III-7
3.3.1.4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis pembangunan pertanian berdasarkan tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi daging dan gula
2. Peningkatan diversifikasi pangan
3. Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan
substitusi impor
4. Penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi
5. Peningkatan pendapatan keluarga petani
6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik
Tabel 3.3. Pokok-Pokok Visi Kementerian Pertanian
Pokok-pokok Visi Makna Visi
Sistem
pertanian
bioindustri
Menyediakan bahan baku industri dengan meningkatkan pemanfaatan
biomassa sebagai bagian upaya meningkatkan manfaat dan diversifikasi
produk turunan
Berkelanjutan Melanjutkan kebijakan, program dan kegiatan utama dari rencana strategis
sebelumnya, dengan memperhatikan aspek kelestarian daya dukung lahan
maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam
perhitungan efisiensi
Beragam Mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman sumberdaya,
mengoptimal-kan peluang pasar, mengurangi potensi dampak resiko,
memenuhi meningkatnya preferensi konsumen akibat kenaikan
pendapatan dan selera
Pangan sehat Menyediakan produk yang aman, sehat dan halal
Produk bernilai
tambah tinggi
Menciptakan produk pertanian yang mensejahterakan pelaku/petani,
mendorong dihasilkannya aneka produk segar, produk olahan, produk
turunan, produk samping, produk ikutan dan limbah
Sumberdaya
Local
Mengoptimalkan pemanfaatan keunggulan kompetitif dan komparatif
wilayah dan komoditas, meningkatkan efisiensi
Kedaulatan
Pangan
Hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan
yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya local
Kesejahteraan
Petani
Petani dan keluarganya hidup layak dari lahan dan usaha yang digelutinya
III-8
VISI : Terwujudnya Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang Menghasilkan Beragam Pangan Sehat dan Produk Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Sumberdaya
Lokal untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Misi Tujuan Permasalahan Faktor Penghambat Faktor Pendorong
a. Mewujudkan
Kedaulatan
Pangan
Meningkatkan
ketersediaan
dan diversifikasi
untuk
mewujudkan
kedaulatan
pangan
a. Berkurangnya luasan
lahan pertanian akibat
konversi lahan ke non
pertanian
b. Kesuburan tanah yang
rendah
c. Masih rendahnya dan
masih terbatasnya keter-
sediaan teknologi tepat
guna yang aplikatif
d. kondisi fasilitas infra
struktur pertanian,
subsidi input pertanian,
maupun alsintan yang
belum memadai
e. Belum optimalnya peng-
gunaan benih unggul
oleh petani, khususnya
kacang tanah dan
kedelai
f. Perubahan iklam global
(El-Nino dan El Nina)
g. Erosi dan perusakkan
daerah tangkapan air
h. Sarana dan prasarana
irigasi primer rusak dan
tidak berfungsi optimal
i. Petani belum mampu
mengatasi tingginya
intensitas serangan hama
penyakit
j. Penggunaan pupuk belum
berimbang dan sesuai
kebutuhan
k. Masyarakat petani masih
terfokus pada pengemba-
ngan tanaman pangan
khususnya padi, semen-
tara tanaman pertanian
lainya belum/tidak begitu
diperhatikan
a. Pembangunan lebih
terpusat ke sektor
non pertanian
seperti industri,
jasa dan lainnya
b. Pemupukan yang
kurang dan tidak
berimbang
c. Petani cenderung
lebih senang meng-
gunakan teknologi
konservatif dan
enggan menggunakan
teknologi tepat guna
d. Masih kurangnya
fasilitas infrastruktur
pertanian, subsidi
input pertanian,
maupun alsintan
e. Akses petani untuk
mendapatkan benih
unggul masih terbatas
f. Adanya anomali iklim
g. Bencana dan serangan
OPT
h. Terjadinya kelangkaan
pupuk dan akses
petani terhadap
pupuk terbatas
i. Tingginya konsumsi
masyarakat akan
beras sehingga daya
jual padi lebih tinggi
dibanding komoditi
pertanian lainnya
a. Adanya dukungan kebi-
jakan dan komitmen peme-
rintah terkait perlindu-
ngan lahan pertanian
b. Pemeliharaan dan per-
baikan kesuburan dan
produktivitas tanah
c. Pemerintah berkomit-
men untuk memberikan
arahan penggunaan dan
memfasilitasi teknologi
tepat guna
d. Dukungan dan komitmen
pemerintah terkait pem-
bangunan infrastruktur,
penyediaan input dan
alsintan
e. Adanya dukungan dan
komitmen dari pemerintah
untuk menyediakan benih
unggul
f. Kerjasama kementerian
pertanian dan BMKG
untuk mengantisipasi
anomali iklim
g. Pembuatan tim pengen-
dalian hama penyakit
serta pemerintah mem-
fasilitasi obat-obatan
pengendalian hama
penyakit yang bermutu
h. Pemerintah mengawasi
proses distribusi pupuk
subsidi hingga sampai ke
petani
i. Adanya sosialisasi
mengenai konsumsi
pangan lokal
Tabel 3.4. Telaah Visi, Misi Renstra K/L
III-9
b. Mewujud-
kan sistem
pertanian
bioindustri
berkelanju
tan
a. Meningkat-
kan nilai
tambah dan
daya saing
produk
pangan dan
pertanian
a. Masih kurangnya
fasilitas teknologi
pasca panen di
tingkat petani
akibat harganya
tergolong mahal
b. Mayoritas petani
tidak sabar untuk
menjual hasil tani
nya akibat desakan
kebutuhan sehari-
hari
c. Masih kurangnya
fasilitas teknologi
penyimpanan di
tingkat petani
d. Kurang terbuka
nya akses/jaringan
pemasaran
a. Perlu adanya subsidi peme-
rintah terkait fasilitas
teknologi pasca panen
b. Adanya sosialisasi penyada-
ran dari pemerintah
kepada petani untuk tidak
menjual hasil taninya dalam
bentuk mentah (produk
primer)
c. Perlu adanya subsidi peme-
rintah terkait fasilitas
teknologi penyimpanan
d. Adanya kerjasama petani,
pemerintah dengan inves-
tor dan kemitraan serta
promosi produk pertanian
b. Meningkat-
kan keterse-
diaan bahan
baku
bioindustri
dan bioenergi
a. Masyarakat petani
masih banyak yang
menganggap limbah
pertanian merupa-
kan sesuatu yang
tidak terpakai lagi
dan dibuang
b. Temuan atau pene-
litian mengenai tekno-
logi dan inovasi ten-
tang limbah perta-
nian masih sedikit
a. Adanya sosialisasi untuk
masyarakat mengenai
manfaat limbah pertanian
b. Koordinasi pemerintah dan
lembaga penelitian/ pergu-
ruan tinggi untuk mencip-
takan suatu teknologi atau
inovasi mengenai peru-
bahan limbah pertanian
menjadi bioindustri dan
bioenergi
c. Mewujudkan
Kesejahteraan
Petani
a. Meningkat-
kan penda-
patan dan
kesejahteraan
petani
a. Akses petani ter-
hadap permodalan
sangat terbatas
b. Karena adanya
permainan harga
dari tengkulak
a. Peran dan dukungan lem-
baga keuangan yang optimal
untuk membantu keterba-
tasan permodalan petani
b. Rantai sistem tata niaga
yang pendek, petani
dapat menjual produk
nya kepada pembeli akhir
(end buyer) dengan rantai
penjualan yang pendek
dan dengan harga yang
memadai
3.1.2.2. Tantangan dan Permasalahan Sub sistem Pasca Panen
Secara umum permasalahan pada sub sistem pasca panen dalah:
1. Kualitas SDM masih rendah dan
2. Terbatasnya komitmen agroindustri pasca pangan terhadap program berbagai
pengembangan SDM;
3. Wahana dan ketersediaan program-program pendidikan dan pelatihan profesional di bidang
agroindustri pasca panen masih terbatas/sedikit;
4. Ketersediaan dan aplikasi teknologi tepat guna masih rendah/terbatas;
5. Investasi dan permodalan masih terbatas;
6. Masih kurangnya kesadaran, kepedulian dan kepatuhan produsen dan konsumen tentang
mutu dan keamanan pangan;
7. Masih terbatasnya pembinaan terhadap pengembangan bidang agroindustri atau pasca
panen;
1. ta
2.
3. Belum diterapkannnya sistem standar mutu (Good Agricultural Practices (GAP), Good
Manufacturing Practices (GAP) Good Handling Practices (GHP) Good Distribution
Practices (GDP), Keamanan pangan (HACCP) serta Sanitary and Phytosanitary (SPS))
secara meluas untuk komoditi
1. yang l
III-10
d. Mewujudkan
reformasi
Birokrasi
a. Meningkat-
kan kualitas
kinerja apara-
tur pemerintah
bidang perta-
nian yang
amanah dan
professional
a. Kinerja aparatur pemerintah
dalam membangun pertanian
masih belum sepenuhnya
optimal
b. Lemahnya kerjasama dan
koordinasi antar lembaga/
instansi
a. Profesionalitas dan
kredibilitas aparatur
negara dalam memba-
ngun pertnian belum
optimal
b. Masih kurang harmonis
nya kerjasama antar
lembaga/intstansi terkait
pembangunan pertanian
a. Adanya optimalisasi
kinerja aparatur negara
dalam membangun
pertanian
b. Perlu diperkuat kerja
sama antar lembaga/
instansi
3.3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Bidang Pertanian
Dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik disusun 7 sub agenda prioritas sebagai berikut: (i) Peningkatan Kedaulatan
Pangan; (ii) Peningkatan Ketahanan Air; (iii) Peningkatan Kedaulatan Energi; (iv) Melestarikan
Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; (v) Pengembangan Ekonomi
Maritim dan Kelautan; (vi) Penguatan Sektor Keuangan; dan (vii) Penguatan Kapasitas Fiskal Negara.
Salah satu tugas bidang pertanian dalam agenda prioritas tersebut adalah peningkatan kedaulatan
pangan. Sesuai yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, arah kebijakan umum ketahanan pangan
adalah: (i) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan
produksi pangan pokok; (ii) stabilisasi harga bahan pangan; (iii) perbaikan kualitas konsumsi
pangan dan gizi masyarakat; (iv) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; serta (v)
peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan terutama petani, nelayan, dan pembudidaya ikan.
Arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan pokok
dilakukan dengan 4 strategi utama, sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri:
a. Secara bertahap mengamankan lahan padi beririgasi teknis didukung dengan pengendalian
konversi salah satunya melalui penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
diiringi dengan kebijakan harga serta perbaikan ketepatan sasaran subsidi berdasarkan
data petani. Perluasan sawah baru seluas 1 juta ha di luar Pulau Jawa;
b. Pemanfaatan lahan terlantar, lahan marjinal, lahan di kawasan transmigrasi, lahan
perkebunan, dan lahan bekas pertambangan untuk mendukung peningkatan produksi padi;
c. Peningkatan produktivitas dengan: (i) meningkatkan efektivitas dan ketersambungan
jaringan irigasi dan sumber air serta pembangunan jaringan baru, termasuk jaringan irigasi
untuk tambak ikan dan garam; (ii) revitalisasi penyuluhan sekaligus untuk meningkatkan
layanan dan penerapan teknologi serta perbaikan penentuan sasaran dukungan/subsidi
III-11
produksi padi; (iii) revitalisasi sistem perbenihan nasional dan daerah yang melibatkan
lembaga litbang, produsen benih serta balai benih dan masyarakat penangkar termasuk
pengembangan 1.000 desa berdaulat benih; (iv) Pemulihan kualitas kesuburan lahan yang
air irigasinya tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga;
d. Pengembangan produksi pangan oleh swasta dan korporasi terutama BUMN pangan;
e. Peningkatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasionaldan pola
penanganan pasca panen dalam menugrangi susut panen dan kehilangan hasil.
f. Perlindungan kepada petani yang mengalami kegagalan panen melalui asuransi pertanian
sehingga petani dapat kembali melanjutkan kegiatan produksi pertanian dalam rangka
menuju tercapainya target produksi nasional.
2. Peningkatan produksi bahan pangan lainnya, dengan melakukan:
a. Pengamanan produksi gula konsumsi melalui: (i) peningkatan produktivitas dan
rendemen tebu masyarakat; (ii) revitalisasi pabrik gula yang ada; dan (iii) pembangunan
pabrik gula baru beserta perkebunan tebunya;
b. Peningkatan produksi daging sapi dan non sapi dalam negeri melalui: (i) penambahan
populasi bibit induk sapi dan inseminasi buatan; (ii) pengembangan kawasan peternakan
sapi dengan mendorong investasi swasta dan BUMN dan peternakan sapi rakyat termasuk
salah satunya melalui integrasi sapi-sawit; (iii) peningkatan kapasitas pusat-pusat
pembibitan ternak untuk menghasilkan bibit-bibit unggul, penambahan bibit induk sapi,
penyediaan pakan yang cukup dan pengembangan padang penggembalaan, serta
memperkuat sistem pelayanan kesehatan hewan nasional untuk pengendalian penyakit,
khususnya zoonozis; (iv) pengembangan produksi daging non sapi dengan meningkatkan
produktivitas melalui perbaikan bibit, pakan, dan kesehatan hewan;
c. Peningkatan produksi tanaman pangan lainnya, kebun, dan hortikultura berbasis sumber
daya lokal melalui peningkatan luas tanam termasuk di lahan kering seluas 1 juta ha di luar
Pulau Jawa dan Bali dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura terutama jagung,
kedelai, sagu, cabai, bawang yang adaptif terhadap kondisi iklim serta pengembangan
1.000 desa pertanian organik;
d. Peningkatan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan dan penyempurnaan skim
kredit yang didukung Pemerintah melalui kemudahan prosedur bagi petani, penyediaan
jaminan resiko dan pembayaran subsidi bunga yang tepat waktu serta pendirian unit
perbankan atau lembaga pembiayaan untuk pertanian, UMKM dan Koperasi;
e. Peningkatan kemampuan petani, organisasi petani dan pola hubungan dengan pemerintah,
terutama pelibatan aktif perempuan petani/pekerja sebagai tulang punggung kedaulatan pangan;
III-12
f. Penciptaan daya tarik sektor pertanian bagi petani/tenaga kerja muda melalui peningkatan
investasi dalam negeri di pedesaan terutama dalam industrialisasi dan mekanisasi pertanian;
g. Penciptaan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas komoditas pertanian
terutama melalui kerjasama antara swasta, Pemerintah dan Perguruan Tinggi;
h. Pengembangan kawasan sentra produksi komoditas unggulan yang diintegrasikan dengan
model pengembangan techno park dan science park, dan pasar tradisional serta terhubung
dengan tol laut;
i. Penguatan sistem keamanan pangan melalui perkaran-tinaan dan pengendalian zoonosis;
j. Pengembangan pola produksi ramah lingkungan dan sesuai perubahan iklim dengan
penerapan produksi organik, bibit spesifik lokal yang bernilai tinggi, pertanian hemat air
dan penggunaan pupuk organik.
3. Peningkatan produksi Perikanan, melalui:
a. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Produksi Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan
dan Gizi
b. Penguatan Faktor Input dan Sarana Prasarana Pendukung Produksi,
c. Penguatan keamanan produk pangan perikanan
4. Peningkatan layanan jaringan irigasi, melalui:
a. Pembangunan jaringan irigasi baru khususnya di luar pulau Jawa dan peningkatan fungsi
jaringan irigasi, yang mempertimbangkan ketersediaan air dan kesiapan petani penggarap
dan pembudidaya ikan baik secara teknis maupun kultural;
b. Rehabilitasi 3 juta Ha jaringan irigasi rusak dan 50 bendungan terutama pada daerah utama
penghasil pangan dan mendorong keandalan jaringan irigasi kewenangan daerah melalui
penyediaan Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun bantuan pengelolaan dari pemerintah pusat;
c. Optimalisasi layanan irigasi melalui operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi;
d. Pembentukan manajer irigasi sebagai pengelola pada satuan daerah irigasi;
e. Peningkatan peranpetani secara langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
daerah irigasi termasuk operasi dan pemeliharaan seperti melalui sistem out-contracting;
f. Peningkatan efisiensi pemanfaatan air irigasi dengan teknologi pertanian hemat air seperti
System of Rice Intensification (SRI), penggunaan kembali air buangan dari sawah (water re-use),
dan pengembangan konsep pemanfaatan air limbah yang aman untuk pertanian (safe use of
wastewater in agriculture);
g. Internalisasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif (PPSIP) dalam
dokumen perencanaan daerah; dan
III-13
h. Pengelolaan lahan rawa berkelanjutan melalui pengelolaan lahan rawa yang dapat
mendukung peningkatan produksi pangan secara berkelanjutan dengan meminimalkan
dampak negatif dari kegiatan pengelolaan tersebut terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Arah Kebijakan Peningkatan Stabilisasi Harga Melalui Peningkatan Kualitas Distribusi Pangan
dan Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Pangan dilakukan melalui :
1. Peningkatan kualitas distribusi: (i) Pembangunan gudang dengan fasilitas pengolahan pasca
panen di tiap sentra produksi; (ii) peningkatan penyediaan dan sinergi fasilitas transportasi
seperti penyediaan fasilitas kapal pengangkut ternak dan hasil pertanian lainnya, penguatan
sistem logistik nasional untuk input produksi dan produk pangan serta perikanan, termasuk
wilayah-wilayah terpencil; (iii) pengawasan gudang-gudang penyimpanan, pemantauan
perkembangan harga pangan dan pengendalian fluktuasi harga antara lain melalui operasi pasar;
(iv) pemetaan dan membangun ketersambungan rantai pasok komoditi hasil pertanian dengan
industri pangan diantaranya melalui pembangunan pasar dan memperkuat kelembagaan pasar; (v)
pengendalian atas impor pangan antara lain melalui pemberantasan terhadap “mafia” impor;
2. Peningkatan aksesibilitas pangan: (i) penguatan cadangan pangan pokok terutama beras, kedelai
dan gula; (ii) peningkatan peranan Perum Bulog atau BUMN Pangan untuk stabilisasi pasokan dan
harga pangan pokok; (iii) harmonisasi kebijakan impor bahan pangan terkait dengan stabilisasi
pasokan dan harga pangan; (iv) penyediaan dan penyaluran bahan pangan bersubsidi bagi
masyarakat yang kurang mampu; (v) mendorong peran Pemerintah daerah dalam pengembangan
cadangan pangan lokal, penyediaan pangan lokal bersubsidi, dan stabilisasi harga pangan.
Arah Kebijakan Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat, dilakukan melalui:
1. Penguatan advokasi terkait diversifikasi konsumsi: (i) diversifikasi penyediaan dan konsumsi
pangan non beras bermutu, sehat dan halal; (ii) pendidikan gizi seimbang untuk keluarga
melalui posyandu; (iii) peningkatan konsumsi protein hewan (daging dan telur); (iv)
Peningkatan konsumsi sayur dan buah serta peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan
melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), serta (v) peningkatan pola
konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumber daya dan budaya lokal;
2. Peningkatan Advokasi dan Konsumsi Makan Ikan: melalui (i) penguatan promosi, advokasi dan
kampanye publik untuk konsumsi ikan dan produk olahan berbasis ikan, melalui gerakan
ekonomi kuliner rakyat kreatif dari hasil laut, bazaar, lomba inovasi menu ikan, pengembangan
pusat promosi dan pemasaran hasil perikanan; (ii) peningkatan peran serta berbagai pemangku
kepentingan dalam upaya penggalakkan minat dan konsumsi makan ikan di masyarakat, (iii)
pengembangan sistem informasi produk perikanan dan harga ikan yang mudah diakses
masyarakat, (iv) pemenuhan ketersediaan komoditas perikanan yang berkualitas, mudah dan
terjangkau di masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan pangan; (v) dan diversifikasi
konsumsi produk olahan perikanan;
III-14
3. Peningkatan peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman,
dan bergizi: (i) peningkatan komposisi bahan pangan lokal dalam industri pangan; (ii)
pengembangan “beras” yang menggunakan bahan tepung-tepungan lokal non beras dan non
terigu didukung fortifikasi mikronutrien penting (misalnya vitamin A dan E, zat besi); (iii)
penguatan pengawasan peredaran bahan pangan berbahaya dalam rangka keamanan pangan.
Arah Kebijakan Mitigasi Gangguan Terhadap Ketahanan Pangan dilakukan terutama meng-
antisipasi bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan organisme tanaman dan
penyakit hewan, melalui:
1. Penyediaan dan penyaluran bantuan input produksi bagi petani dan pembudidaya ikan yang
terkena puso atau banjir serta kompensasi bagi nelayan yang terkena dampak ekstrim
perubahan iklim;
2. Pelaksanaan dan pengembangan instrumen asuransi pertanian untuk petani dan nelayan yang
diawali dengan pilot project;
3. Pengembangan benih unggul tanaman pangan dan jenis/varietas ikan yang mampu beradaptasi
terhadap perubahan iklim dan penerapan kalender tanam; dan
4. Perluasan penggunaan teknologi budidaya pertanian dan perikanan yang adaptif terhadap
perubahan iklim.
Arah Kebijakan Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan, dilakukan melalui:
1. Perlindungan petani melalui penyediaan dan penyempurnaan sistem penyaluran subsidi input,
pengamanan harga produk hasil pertanian di tingkat petani dan pengurangan beban resiko
usaha tani;
2. Pemberdayaan petani, nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam melalui pendataan
usaha petani, peningkatan keterampilan, dan akses terhadap sumber-sumber permodalan;
3. Peningkatan akses dan aset petani,nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam terhadap
lahan melalui distribusi hak atas tanah petani dengan land reform dan program penguasaan lahan
untuk pertanian terutama bagi petani gurem dan buruh tani.
3.3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian
Visi pembangunan dalam RPJM 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut dijabarkan menjadi
Tujuh Misi serta Sembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA). Dalam aspek ideologi, PANCASILA 1
JUNI 1945 dan TRISAKTI menjadi ideologi bangsa sebagai penggerak, pemersatu perjuangan, dan
sebagai bintang pengarah.
III-15
Berdasarkan dari Sembilan Agenda Prioritas (Nawa Cita), maka agenda prioritas di bidang
pertanian terdiri dari dua hal, yaitu: (1) Peningkatan Agroindustri, dan (2) Peningkatan
Kedaulatan Pangan.
Peningkatan Agroindustri, sebagai bagian dari agenda 6 Nawa Cita (Meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing di pasar internasional). Sasaran dari peningkatan agroindustri adalah:
a. meningkatnya PDB Industri Pengolahan Makanan dan Minuman serta produksi komoditas
andalan ekspor dan komoditas prospektif,
b. meningkatnya jumlah sertifikasi untuk produk pertanian yang diekspor, dan
c. berkembangnya agroindustri terutama di perdesaan.
Komoditi yang menjadi fokus dalam peningkatan agroindustri diantaranya kelapa sawit, karet,
kakao, teh, kopi, kelapa, mangga, nenas, manggis, salak, kentang. Untuk mencapai sasaran pokok
peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian yang telah ditetapkan tersebut, maka
arah kebijakan difokuskan pada: (1) peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian komoditi
andalan ekspor, potensial untuk ekspor dan substitusi impor; dan (2) mendorong pengembangan
industri pengolahan terutama di perdesaan serta peningkatan ekspor hasil pertanian. Untuk itu
strategi yang akan dilakukan meliputi:
a. Revitalisasi perkebunan dan hortikultura rakyat,
b. Peningkatan mutu, pengembangan standardisasi mutu hasil pertanian dan peningkatan
kualitas pelayanan karantina dan pengawasan keamanan hayati,
b. Pengembangan agroindustri perdesaan,
c. Penguatan kemitraan antara petani dengan pelaku/pengusaha pengolahan dan pemasaran,
d. Peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumbersumberpembiayaan serta
informasi pasar dan akses pasar
e. Akselerasi ekspor untuk komoditas-komoditas unggulanserta komoditas prospektif.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaranmaka Kementerian Pertanian menyusun dan
melaksanakan Tujuh Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan
Pangan (P3KP) sebagai berikut:
1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan
2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian
3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit
4. Penguatan kelembagaan petani
5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian
6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi
7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian
III-16
Selain tujuh strategi utama, terdapat Sembilan Strategi Pendukung sebagai berikut :
1. Penguatan dan peningkatan kapasitas SDM pertanian
2. Peningkatan dukungan perkarantinaan
3. Peningkatan dukungan inovasi dan teknologi
4. Pelayanan informasi publik
5. Pengelolaan regulasi
6. Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi
7. Pengelolaan perencanaan
8. Penataan dan penguatan organisasi
9. Pengelolaan sistem pengawasan
3.4. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
3.4.1. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Wilayah Kerja
Pembangunan yang selanjutnya disingkat WKP adalah suatu strategi perangkaan perwilayahan dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah jangka panjang melalui pengembangan
potensi ungulan daerah secara menyeluruh, terarah, dan terpadu, yang memungkinkan terjadinya
penyebarluasan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok Provinsi Banten.
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Struktur Ruang adalah susunan
pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional. Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah daerah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW Provinsi Banten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
daerah hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang;
Lingkup Wilayah RTRW Provinsi Banten merupakan wilayah Daerah seluas 966.292,00 (sembilan
ratus enam puluh enam ribu dua ratus sembilan puluh dua koma nol nol) hektar yang terdiri atas:
a. WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan;
b. WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon; dan
c. WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
III-17
Sedangkan arahan fungsi dan peranan ketiga WKP tersebut meliputi:
a. WKP I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian,
permukiman atau perumahan, dan pendidikan;
b. WKP II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan,
pertanian, industri, pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan; dan
c. WKP III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan,
pariwisata, kelautan, perikanan, industri dan perkebunan.
Beberapa kawasan dan pengertiannya yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan sektor
pertanian di Provinsi Banten adalah:
• Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;
• Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
• Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
• Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi
dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan;
• Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Daerah terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan;
• Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia;
• Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut;
• Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional;
Kebijakan pembangunan kewilayahan di Banten tentu tidak terlepas dari kebijakan kewilayahan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
III-18
tentang RTRW Nasional, Pemerintah telah menetapkan Kawasan Strategis Nasional di Banten,
yaitu :
1. Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda dan Kawasan Strategis Taman Nasional Ujung
Kulon;
2. Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur di wilayah Provinsi Banten meliputi Kota
Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
a) Kawasan strategis nasional meliputi Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang;
b) Kawasan strategis provinsi meliputi:
• Cagar Alam Rawa Danau (kurang lebih 2.500 Ha) di Kabupaten Serang;
• Cagar Alam Gunung Tukung Gede (kurang lebih 1.700 Ha) di Kabupaten Serang;
• Kawasan AKARSARI (Gunung Aseupan, Gunung Karang, dan Gunung Pulosari) di
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;
• Kawasan Penyangga Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Adapun Kawasan Strategis dari sudut kepentingan yang terkait dengan bendungan:
a) Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak;
b) Bendungan Cilawang di Kabupaten Lebak;
c) Bendungan Tanjung di Kabupaten Lebak;
d) Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang;
e) Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak;
f) Bendungan Sindang Heula di Kabupaten Serang;
g) Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang;
h) Waduk Krenceng di Kota Cilegon;
i) Puspiptek di Kota Tangerang Selatan.
Di samping penanganan kawasan strategis cepat tumbuh, di Provinsi Banten masih terdapat 2 (dua)
kabupaten tertinggal sebagaimana tertuang dalam Kepmeneg PDT Nomor 001/Kep/M-
PDT/II/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal. Di wilayah selatan
Provinsi Banten terdapat sebanyak 40 Kecamatan 289 desa tertinggal yang tersebar pada:
1) Kabupaten Pandeglang terdapat 141 desa tertinggal dari 335 desa/kelurahan, di 12 kecamatan dari
35 kecamatan,
2) Kabupaten Lebak terdapat 148 desa tertinggal dari 345 desa/kelurahan, di 28 kecamatan.
III-19
Fokus pembangunan wilayah dan kawasan pada tahun 2017-2022 akan diarahkan pada
pengembangan kawasan strategis nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Sinergi pembangunan pusat
dan daerah dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan dan memperhatikan
kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
kawasan itu sendiri dan kawasan sekitarnya. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan pada
RPJMD ini adalah sebagai berikut:
1) Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana dan terintegrasi
dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam suatu rencana tata ruang.
Selanjutnya encana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan
berkelanjutan;
2) Percepatan pembangunan wilayah tertinggal agar ketertinggalan wilayah tersebut tidak
terlalu besar bahkan dapat sejajar dengan wilayah lain yang telah lebih dulu berkembang.
Untuk itu akan dilakukan percepatan pembangunan wilayah tertinggal melalui pendekatan
peningkatan manusianya maupun sarana dan prasarananya;
3) Keseimbangan pembangunan hulu-hilir perkotaan dan perdesaan melalui keterkaitan
kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perkotaan diarahkan
agar dapat menjadi pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di wilayah perdesaan.
Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkan pada pengembangan desa-desa pusat
pertumbuhan yang akan menjadi pusat produksi agroindustri/agropolitan dan sektor
lainnya sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan sumber daya manusia di
perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya.;
4) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan guna menciptakan sinergitas dan integrasi
wilayah serta efektivitas dalam pengelolaannya, khususnya di kawasan metropolitan dan
pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi. Kerjasama antar
daerah diarahkan dalam rangka efisiensi pelayanan publik maupun pembangunan lainnya
melalui kerjasama pembiayaan, ataupun pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan prasarana
sehingga dapat berbagi manfaat diantara daerah yang bekerjasama;
5) Kerjasama pembangunan antar daerah merupakan salah satu unsur perekat hubungan
antar daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan menggalang kerjasama dapat
disepakati kebijakan bersama dalam penyelesaian masalah antar daerah, mengantisipasi
konflik antar daerah dan meningkatkan pembangunan bersama bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
III-20
Sedangkan terkait dengan berbagai kerjasama untuk pembangunan daerah mencakup :
a) Kerjasama Pembangunan Antar Daerah
• Kerjasama Pembangunan Wilayah Perbatasan (Musrenbangtas) Banten – Jawa Barat
• Kerjasama Pembangunan Wilayah Perbatasan (Rakortas) Banten – Lampung
• Kerjasama Pembangunan Antar Daerah Jabodetabekjur
• Kerjasama Pembangunan Antar Daerah Mitra Praja Utama (MPU)
b) Kerjasama Pembangunan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten mencakup kawasan perkotaan,
kawasan andalan dan kawasan strategis.
c) Kerjasama Pembangunan Strategis di Provinsi Banten dengan pola kerjasama pemerintah dan `swasta.
• Bandara Banten Selatan, Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang
• WTP Bendungan Sindang Heula, Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang
• Penyediaan Air Bersih Bendungan Karian pada Kecamatan Sajira, Kecamatan Cimarga,
Kecamatan Maja dan Kecamatan Rangkasbitung
• Pelabuhan Bojonegara, Kabupaten Serang ;
• Rencana Jalan Tol Serang Panimbang
Sedangkan menurut Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Provinsi Banten
Tahun 2010-2030 memuat Kawasan Strategis Provinsi Banten. Mengacu pada Permen Nomor 29
Tahun 2008 tentang Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Pemerintah Daerah melakukan
pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yang merupakan bagian dari kawasan strategis
yang meliputi:
a) Kawasan agropolitan terpadu (termasuk agrowisata);
• Kabupaten Tangerang;
• Kabupaten Serang;
• Kabupaten Lebak;
• Kabupaten Pandeglang;
b) Kawasan agropolitan lainnya yang disepakati bersama.
c) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
• Kabupaten Tangerang,
• Kabupaten Serang,
• Kabupaten Pandeglang,
• Kabupaten Lebak
• Kota Cilegon.
• Kota Serang.
III-21
Pola ruang Kawasan Budi Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b Raperda RTRW
Provinsi Banten dengan luas lebih kurang 672.145,28 (enam ratus tujuh puluh dua ribu seratus
empat puluh lima dua delapan) hektar, meliputi :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan pertanian;
c. Kawasan peruntukan perkebunan;
d. Kawasan peruntukan perikanan;
e. Kawasan peruntukan pertambangan;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan
i. Kawasan peruntukan lainnya.
Lebih lanjut, pola ruang kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (1) huruf b pada Raperda RTRW Provinsi Banten meliputi;
(1). Kawasan budi daya tanaman pangan diarahkan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang dan Kota Cilegon seluas lebih kurang 196.482
(seratus sembilan puluh enam ribu empat ratus delapan puluh dua) hektar;
(2). Kawasan budi daya hortikultura diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kabupaten Pandeglang;
d. Kabupaten Lebak; dan
e. Kota Tangerang Selatan.
(3). Kawasan budi daya peternakan diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kabupaten Pandeglang;
d. Kabupaten Lebak; dan
e. Kota Serang;
(4). Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (P2B) terdiri dari Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) dan lahan cadangan di Daerah;
(5). Kawasan agropolitan diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Pandeglang;
III-22
c. Kabupaten Lebak; dan
d. Kabupaten Tangerang.
(6). Kawasan Sistem Pertanian Terpadu diarahkan di wilayah Kota Serang;
(7). Kawasan peruntukan perkebunan meliputi kawasan budidaya lahan kering seluas lebih
kurang 177.433,35 (seratus tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh tiga tiga lima)
hektar yang diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kota Serang;
c. Kabupaten Tangerang;
d. Dihapus;
e. Dihapus;
f. Kabupaten Pandeglang;
g. Kabupaten Lebak; dan
h. Dihapus.
Pada zonasi sistem jaringan energi dan zonasi sistem sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) Raperda RTRW Provinsi Banten masih diijinkan untuk pengembangan
pertanian dan RTH asalkan di luar zona inti.
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2)
huruf g Raperda RTRW Provinsi Banten meliputi:
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian meliputi:
a. diizinkan untuk aktivitas pendukung pertanian;
b. diizinkan untuk mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak mengganggu fungsi pertanian
dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;
c. larangan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang terkena saluran irigasi;
d. larangan aktivitas budi daya yang mengurangi luas kawasan sawah irigasi, kecuali untuk
jaringan prasarana utama dan kepentingan umum sesuai dengan peraturan peundang-
undangan;
e. larangan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan kualitas tanah
untuk pertanian;
f. penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil pertanian, dan balai pelatihan teknis nelayan;
g. pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk pertanian;
h. pengembangan saluran irigasi;
i. pengembangan waduk dan embung;
III-23
j. pengembangan lumbung desa modern; dan
k. saluran irigasi tidak boleh disatukan dengan drainase dan tidak boleh diputus.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan LP2B meliputi:
a. diizinkan untuk aktivitas pendukung budi daya di LP2B;
b. diizinkan untuk mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak mengganggu fungsi LP2B
dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;
c. larangan mendirikan bangunan pada kawasan LP2B;
d. larangan aktivitas budi daya yang mengurangi luas kawasan LP2B, kecuali untuk jaringan
prasarana utama dan kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
e. larangan aktivitas budi daya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan kualitas
tanah untuk LP2B;
f. pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk pertanian;
g. pengembangan saluran irigasi; dan
h. pengembangan waduk dan embung
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan meliputi:
a. diizinkan untuk mendirikan perumahan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
perkebunan;
b. diizinkan untuk aktivitas pendukung perkebunan, misalnya penyelenggaraan aktivitas
pembenihan; dan
c. larangan aktivitas budi daya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan kualitas
tanah untuk perkebunan.
Terkait rencana pembangunan sarana dan prasarana pendukung untuk pembangunan pertanian adalah
sebagai berikut:
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf c diarahkan untuk mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber
air permukaan dan sumber air tanah.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi:
a. Pengembangan Bendungan Karian di Kabupaten Lebak;
b. Pengembangan Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang dan Kota Serang;
c. Pengembangan Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang;
d. Pengembangan Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak;
e. Pengembangan Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak;
III-24
f. Pengembangan Bendung Cibaliung di Kabupaten Pandeglang;
g. Pengembangan Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang;
h. Pengembangan Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang;
i. Pengembangan Bendung Pasar Baru di Kota Tangerang;
j. Pengembangan Bendung Cisadane Pintu Sepuluh di Kota Tangerang;
k. Pemeliharaan CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang;
l. Pemeliharaan CAT Serang-Tangerang;
m. Pemeliharaan CAT Labuhan;
n. Pemeliharaan CAT Malimping;
o. Pemeliharaan CAT Jakarta;
p. Pemeliharaan situ, waduk, danau, dan rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon sebagai kolam penyimpanan;
q. Pengembangan sumber air baku dari aliran sungai di Daerah dengan mempertimbangkan
daya dukung sumberdaya air;
r. Pembangunan infrastruktur pengendalian banjir di wilayah Provinsi Banten; dan
s. Pemanfaatan air laut sebagai sumber air bersih di seluruh wilayah Provinsi Banten.
(1) Pengelolaan daerah irigasi di Daerah seluas lebih kurang 30.666 (tiga puluh ribu enam ratus
enam puluh enam) hektar diarahkan untuk kebutuhan pertanian terdiri atas:
a. Daerah Irigasi Cicinta di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang
1.334 (seribu tiga ratus tiga puluh empat) hektar;
b. Daerah Irigasi Cibanten di Kota Serang, seluas lebih kurang 1.289 (seribu dua ratus
delapan puluh sembilan) hektar;
c. Daerah Irigasi Cipari/Ciwuni di Kabupaten Serang, seluas lebih kurang 1.644 (seribu enam
ratus empat puluh empat) hektar;
d. Daerah Irigasi Cisangu Atas di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak, seluas lebih
kurang 446 (empat ratus empat puluh enam) hektar;
e. Daerah Irigasi Cisangu Bawah di Kabupaten Serang, seluas lebih kurang 1.436 (seribu
empat ratus tiga puluh enam) hektar;
f. Daerah Irigasi Ciwaka Bawah di Kabupaten Serang dan Kota Serang, seluas lebih kurang
1.210 (seribu dua ratus sepuluh) hektar;
g. Dihapus;
h. Daerah Irigasi Cisata di Kabupaten Pandeglang, seluas lebih kurang 2.112 (dua ribu
seratus dua belas) hektar;
III-25
i. Daerah Irigasi Pasir Eurih di Kabupaten Pandeglang, seluas lebih kurang 1.245 (seribu
dua ratus empat puluh lima) hektar;
j. Daerah Irigasi Cilemer di Kabupaten Pandeglangdan Kabupaten Lebak, seluas lebih
kurang 2.672 (dua ribu enam ratus tujuh puluh dua) hektar;
k. Daerah Irigasi Cibinuangeun di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 2.570 (dua ribu
lima ratus tujuh puluh ribu) hektar;
l. Daerah Irigasi Cikoncang di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1.805 (seribu delapan
ratus lima) hektar;
m. Daerah Irigasi Cilangkahan I di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1.798 (seribu tujuh
ratus sembilan puluh delapan) hektar;
n. Daerah Irigasi Kadugenep di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, seluas lebih
kurang 200 (dua ratus) hektar;
o. Daerah Irigasi Cikarang Udik di Kabupaten Serang dan Kota Serang, seluas lebih kurang
200 (dua ratus) hektar;
p. Daerah Irigasi Cihara di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 2000 (dua ribu) hektar;
q. Daerah Irigasi Cikamunding I di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1700 (seribu
tujuh ratus) hektar;
r. Daerah Irigasi Cikamunding II di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1030 (seribu tiga
puluh) hektar;
s. Daerah Irigasi Cimanyangray di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1500 (seribu lima
ratus) hektar;
t. Daerah Irigasi Cipalabuh di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1020 (seribu dua
puluh) hektar;
u. Daerah Irigasi Cisiih di Kabupaten Lebak, seluas lebih kurang 1000 (seribu) hektar;
v. Daerah Irigasi Cikalumpang di Kabupaten Serang, seluas lebih kurang 1000 (seribu)
hektar;
(2) Pembangunan atau peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Cisadane;
(3) Rehabilitasi Jaringan Irigasi Teluk Lada;
(4) Rehabilitasi Daerah Irigasi Kedung Ingasi seluas lebih kurang 50 (Lima Puluh Ribu) Ha di
Kota Cilegon; dan
(5) Rehabilitasi Daerah Irigasi Cikalong seluas lebih kurang 150 (Seratus Lima Puluh Ribu) Ha di
Kota Cilegon.
III-26
3.4.2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHK)
Aspek lingkungan dalam penataan wilayah dan pembangunan pertanian sangat penting, meskipun
peraturan penataan ruang telah memasukkan unsur-unsur pengelolaan lingkungan dalam aturan dan
petunjuk pelaksanaan penataan ruang tetapi belum mampu diaplikasikan mengingat beragamnya
kondisi yang ada di setiap wilayah Indonesia.
Wilayah pantai, rawa, dataran rendah, perbukitan dan wilayah pegunungan yang memiliki kondisi
dan daya dukung yang berbeda akan memiliki cara berbeda dalam rangka melakukan upaya
penyelamatan lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Perbedaan ini hanya bisa
dilakukan dengan melakukan perencanaan ruang dengan mengaplikasikan KLHS. UU No 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanatkan
penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di seluruh bidang atau sektor. Pemerintah
dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Selanjutnya KLHS secara detail terdapat Permen LH No 9
tahun 2011 mengenai Pedoman KLHS. Permen ini menjadi pedoman dalam penyusunan KLHS,
meskipun secara detail masih harus diperjelas lagi mengenai aspek-aspek teknis dan metode dalam
penyusunan KLHS.
Beberapa isu strategis untuk pembangunan dan pengembangan sektor pertanian di Provinsi
Banten yang erat kaitannya dengan KLHS, diantaranya adalah:
1. Pencegahan terjadinya degradasi tanah yang dapat menurunkan kesuburan tanah,
produktivitas tanah dan fungsi tanah akibat dari penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, pengolahan tanah yang salah, pemupukan yang salah, dan erosi atau
pengikisan tanah oleh aliran permukaan. Pencegahan terhadap degradasi tanah dapat dilakukan
melalui: 1) penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan lahan, 2) pengolahan tanah
konservasi, 3) pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk organik, 4) penggunaan teknik
konservasi tanah dan air, khususnya pada tanah berlereng curam (lebih besar 8 persen),
2. Perbaikan kualitas dan peningkatan produktivitas tanah pertanian yang telah rusak atau
mengalami degradasi, terutama melalui:
a. Perbaikan cara pengolahan tanah, yang tidak merusak struktur tanah sehingga tanahnya
hancur dan mudah tererosi serta menjadi padat
b. Perbaikan cara pemupukan, misalnya melalui pemupukan berimbang, penggunaan pupuk
organik, dan sebagainya untuk menghindari ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah,
defisiensi unsur hara bagi tumbuhan serta degradasi tanah.
III-27
c. Rehabilitasi dan peningkatan kesuburan tanah, terutama pada tanah-tanah kritis atau yang
telah mengalami degradasi berat untuk pemulihan kesuburan tanah.
d. Pencegahan erosi pada lahan-lahan pertanian yang memiliki kemiringan tinggi, khususnya di
atas 8 % melalui penggunakan kaedah konservasi tanah dan air.
3. Antisipasi terhadap perubahan iklim global. Iklim global dapat merugikan sektor pertanian
melalui curah hujan berlebihan dan banjir akibat La Nina, kekeringan akibat El Nino,
pengurangan luas lahan pertanian di wilayah pesisir akibat kenaikan permukaan air laut dan banjir
rob serta perubahan hama dan penyakit tanaman dan hewan.
Dari telaahan KLHS terdapat beberapa faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan
Dinas Pertanian Provinsi Banten yang mempengaruhi pelayanan ditinjau dari implikasi KLHS
sebagai berikut (lihat Tabel 3.5):
3.4.3. Internal
3.4.3.1. Komoditas Unggulan (Kesepakatan Rapat RPJMD-Renstra)
Komoditas unggulan utama Provinsi Banten adalah padi, cabe, daging sapi dan aren. Keempat
komoditas tersebut yang dijadikan indikasi capaian utama pembangunan pertanian di Provinsi
Banten.
Selain keempat komoditas unggulan utama tersebut, terdapat beberapa komoditas yang
dikembangkan oleh setiap bidang pada Dinas Pertanian Provinsi Banten, yaitu sebagai berikut:
a. Tanaman Pangan
Selain padi, beberapa komoditas unggulan tanaman pangan lainnya perlu dikembangkan adalah
jagung, kacang kedelai, kacang tanah serta komoditas pangan lokal lainnya, terutama talas
beneng, ganyong, gembili atau kumili, garut, dan kacang koro pedang.
b. Hortikultura
Selain cabe, beberapa komoditas unggulan tanaman hortikultura lainnya yang akan
dikembangkan dari kelompok tanaman sayur adalah bawang merah, kacang panjang, timun,
caisin, kangkung, dan bayam. Sementara dari kelompok buah-buahan adalah durian,
manggis, rambutan, melon, pisang, alpuket, dan sawo. Dari tanaman bio-farmaka adalah
kunyit, jahe, lengkoas, dan kencur. Dari kelompok tanaman hias adalah anggrek, sedap
malam dan philodendron.
III-28
Tabel 3.5. Permasalahan Pelayanan Dinas Pertanian Telaahan Tata Ruang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Hasil KLHS terkait Tugas dan Fungsi Dinas Pertanian
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1.
Peningkatan Produktivitas dan Produksi Pertanian
• Lahan pertanian belum terpasok air secara memadai atau meng-alami kekeringan pada musim kemarau
• Keterbatasan benih/ bibit unggul
• Banjir menurunkan produksi dan menye-babkan gagal panen
• Bantuan/subsidi masih terbatas
• Makin menurunnya kesuburan lahan per-tanian dan meluasnya lahan pertanian yang mengalami degradasi
• Kepemilikan lahan sempit
• Terbatasnya tenaga penyuluh pertanian
• Semakin berkurangnya luas lahan pertanian
• Anomali iklim akibat perubahan iklim global banyak merugikan pertanian
• Keterbatasan modal petani • Petani masih bertanam
secara tradisional atau subsisten
• Kebiasaan petani meng-olah tanah yang salah, yang merusak struktur tanah dan mendorong erosi tinggi
• Fungsi dan dukungan jaringan irigasi dan embung belum optimal
• Tidak ada kepastian harga komoditas pertanian
• Kurangnya dukungan lembaga keuangan
• Kurangnya upaya petani untuk melakukan pemu-pukan berimbang organik dan non organik.
• Petani masih kurang menerapkan tehnik konserasi tanah dan air yang benar.
• Belum memahami perlu nya pergiliran tanaman untuk menjaga kesuburan tanah
• Kondisi Daerah Aliran Sungai banyak yang tergolong sudah kritis dan super kritis
• Semakin intensifnya pembangunan non per-tanian yang menyebab-kan alih fungsi lahan pertanian
• Belum tersedianya infor-masi yang akurat tentang perubahan iklim untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen.
• Dukungan anggaran yang bersumber dari APBN dan APBD
• Penataan ulang dan perbaikan sistem serta jaringan dan daerah irigasi
• Pembangunan ben-dungan dan embung
• Adanya LP2B • Adanya perkembangan
teknologi tepat guna dan teknologi informasi
III-29
c. Peternakan
Beberapa komoditas unggulan peternakan dari Provinsi Banten diharapkan memiliki kontribusi
yang cukup besar terhadap penyediaan pangan asal ternak untuk tingkat nasional, diantaranya
(yang masuk 5 besar rangking nasional) adalah daging kerbau (rangking 1 nasional), daging itik
(rangking 3 nasional), daging sapi (rangking 4 nasional), telur ayam buras (rangking 4 nasional),
daging domba (rangking 4 nasional) dan daging ayam ras pedaging (rangking 5 nasional).
Ternak lokal yang berpotensi dikembangkan adalah Kambing Kosta dan Itik Damiaking.
d. Perkebunan
Selain aren, beberapa komoditas unggulan perkebunan lainnya adalah kokoa (coklat), kelapa
dalam, dan kelapa sawit.
3.4.3.2. Pengembangan Agroindustri, Pengolahan Pasca Panen
Pengolahan pasca panen merupakan basis dari pengembangan agroindustri. Pengolahan pasca
panen dilakukan untuk untuk menghasilkan produk-produk pertanian tanaman pangan yang
memiliki harga dan/atau nilai yang lebih tinggi, menghasilkan nilai tambah (value added), kualitas
yang lebih baik serta daya saing yang lebih tinggi atau kompetitif, sehingga dengan begitu dapat
meningkatkan daya saing, pendapatan petani dan menciptakan tambahan lapangan kerja.
Penerapan standar mutu dalam pengolahan pasca panen produk pertanian (pangan, hortikultura,
peternakan dan perkebunan) sangat perlu dilakukan terutama Good Agricultural Practices (GAP),
Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitary and Phytosanitary
(SPS) untuk perkarantinaan pertanian, serta berbagai macam sertifikasi lainnya seperti Global
GAP, Pertanian Organik (Organic Farming), Keamanan Pangan/HACCP, serta Maximum Residue
Limit (MRL) dapat menaikkan nilai dan harga komoditas pertanian tanaman pangan. Proses-
proses yang termasuk dalam strategi ini terutama adalah penyimpanan, sortasi, pengemasan,
pengolahan, dan distribusi.
Selain itu, pengolahan pasca panen juga dapat meningkatkan permintaan kebutuhan pasokan
dan harga bahan baku primer komoditas tanaman pangan, pengembangan agroindustri, baik
skala kecil, menengah maupun skala besar akan menyediakan lapangan kerja di perdesaan dan
perkotaan sekaligus menjadi bagian dari proses industrialisasi di Provinsi Banten.
Strategi penerapan standar mutu ini dilakukan melalui kegiatan pelatihan (training) kepada
petani, kelompok tani, gapoktan, penyuluh dan aparat dinas pertanian serta berupa kebijakan,
himbauan, atau dorongan kepada perusahaan-perusahaan besar di bidang tanaman pangan untuk
menerapkan standar mutu dalam memproduksi komoditasnya.
III-30
Pengembangan pengolahan pasca panen di Provinsi Banten perlu dilakukan untuk bidang-untuk
produk atau komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan.
3.4.3.3. Pengembangan Model Pemberdayaan Korporasi Petani
Pemberdayaan petani dan peternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan
mendasar dalam pembangunan pertanian di Provinsi Banten menuju pertanian yang maju,
berdaya saing, modern, berkelanjutan, efektif dan efisien serta peningkatan kesejahteraan petani
dan peternak.
Penyebab utama rendahnya produktivitas, efektivitas dan efisiensi serta tingginya biaya produksi
per satuan luas adalah rendahnya satuan luas pengelolaan lahan atau kecilnya ukuran satuan
pengelolaan usaha.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk pemberdayaan petani dan peternak. Salah satu upaya
untuk memberdayakan petani dan peternak adalah melalui pengembangan Model Pemberdayaan
Korporasi Petani dan Peternak. Pemberdayaan petani dan peternak ditujukan untuk meningkatkan
keuntungan dan kesejahteraan petani dan peternak melalui penurunan biaya produksi serta
meningkatkan pendapatan petani dari peningkatan produksi.
Model Pemberdayaan Korporasi Petani atau Peternak dapat dilakukan pada aspek luasan
pengelolaan lahannya, ukuran satuan usaha, kelembagaan pengelolaannya, maupun dari aspek
pengelolaan keuangan atau finansialnya, termasuk permodalan.
Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak melalui model pemberdayaan
korporasi petani salah satunya dapat dicapai melalui Badan Usaha Milik Petani (BUMP). BUMP
dapat dibentuk baru atau menggunakan badan usaha yang sudah ada.
Melalui BUMP, petani dan peternak dapat diberdayakan melalui pemberian Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM), pendidikan dan latihan (diklat) kepemimpinan, kewirausahaan dan
manajemen, serta skim bantuan kredit permodalan melalui lembaga keuangan yang tidak
memberatkan petani. Bantuan dalam bentuk BLM diberikan kepada petani dan peternak untuk
level usaha tani yang belum feasible dan belum bankable. Bantuan kredit program diberikan
kepada usaha tani yang feasible tetapi belum bankable. Sedangkan bantuan kredit komersil
diberikan kepada usahatani yang sudah feasible dan bankable.
Melalui BUMP, petani tidak saja didorong untuk dapat meningkatkan produksi, produktivitas,
dan menurunkan biaya produksi tetapi juga untuk dapat memangkas rantai distribusi
pemasaran, menjadi lebih dekat kepada grosir, pengecer, dan/atau konsumen.
III-31
3.4.3.4. Pengembangan Agribisnis
Pengembangan agribisnis merupakan prasyarat untuk memajukan pertanian, termasuk di
Provinsi Banten. Petani dan peternak perlu dirubah cara pandang (mindset) dan peri-laku dari
petani subsisten ke petani yang berorientasi agribisnis. Orientasi agribisnis ini merupakan
fondasi dari pertanian moderen, pertanian berkelanjutan serta pengembangan model pemberdayaan
korporasi petani.
Dinas Pertanian Provinsi Banten merupakan instansi terpenting yang bertanggung jawab dan
bertugas untuk melakukan perubahan cara pandang (mindset) dan perilaku dari petani subsisten
ke petani yang berorientasi agribisnis tersebut. Hal ini tentu menyangkut perbahan cara
pandang bahwa sudah tidak bisa lagi menerapkan pertanian tanpa target. Capaian target
produktivitas pertanian yang selalu meningkat melalui pengembangan pertanian berkelanjutan
merupakan aspek yang fundamental dalam pertanian berbasis agribisnis.
Pembinaan dan pengembangan pertanian berorientasi agribisnis oleh Dinas Pertanian Provinsi
Banten perlu difokuskan pada aspek budidaya dan pasca panen. Sedangkan untuk aspek
pemasaran dan pembinaan usaha oleh BUMP Koperasi, untuk itu Dinas Pertanian Provinsi
Banten perlu sinergi dengan OPD lain, khususnya BUMP Koperasi dan Disperindag.
3.4.3.5. Modernisasi Pertanian
Modernisasi pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di
Provinsi Banten. Modernisasi pertanian melibatkan kemajuan dan pemanfaatan teknologi di bidang
pertanian. Modernisasi pertanian merupakan hal yang harus segera dilaksanakan secara meluas. Hal
itu tidak hanya menyangkut penggunaan alat dan mesin pertanian semata, tetapi juga
penggunaan inovasi dan teknologi yang berguna untuk menaikkan produktivitas serta
efektivitas dan efisiensi serta penggunaan sistem informasi dan alat komunikasi yang
memberikan keuntungan dalam mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan.
Penggunaan alsintan tidak hanya bermanfaat untuk mengatasi sumberdaya manusia yang
semakin berkurang tetapi juga perlu diarahkan agar dapat meningkatkan produktivitas,
efektivitas dan efisiensi sehingga menurunkan biaya produksi.
Modernisasi pertanian di Provinsi Banten didorong untuk dapat mendayagunakan penggunaan
alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam manajemen usaha
tani, peternakan dan perkebunan. Beberapa alat dan mesin pertanian yang mulai dan tengah
digunakan dalam bidang pertanian diantaranya yang paling utama dan sudah mulai banyak
III-32
digunakan saat ini adalah Rice milling, pabrik pengolahan padi terpadu, mesin pengering (dryer),
powertrasher, traktor, mini combine harvest, dan pompa air. Ke depan penggunaan alat dan mesin
pertanian yang dapat digunakan secara lebih meluas dan intensif dalam menunjang usaha tani,
peternakan dan perkebunan, baik dalam aspek budidaya maupun pasca panen, yang dapat
mempermudah pelaksanaan maupun meningkatkan efektivitas dan efisiensi sehingga dapat
membantu tercapainya biaya produksi produk atau komoditas pertanian yang dihasilkan
memiliki daya saing yang tinggi.
Untuk mencapai peternakan berorientasi agribisnis yang efektif dan efisien perlu didukung dengan
peternakan moderen. Dengan melihat kondisi pertanian di Provinsi Banten saat ini, maka
diperlukan modernisasi peternakan. Peternak yang berorientasi agribisnis pasti membutuhkan
dukungan modernisasi peternakan. Modernisasi peternakan diarahkan kepada pemanfaatan
teknologi serta penggunaan input-input yang diharapkan dapat membantu mempercepat proses
pengerjaan dan/atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi, baik dalam budidaya ternak
maupun pengolahan untuk menghasilkan produk-produk hasil ternak lainnya. Contoh
penerapan modernisasi peternakan yang paling sederhana adalah: 1) aplikasi inseminasi buatan
dan menghindarikan kawin alami sedarah, 2) penggunaan bibit unggul, 3) pemberian konsentrat,
vitamin, obat-obatan secara efektif dan efisien, 4) perbaikan dan peningkatan sistem feedlot, 5)
penggunaan alat-alat dan mesin untuk pengolahan pasca panen dari bahan baku asal ternak, 6)
penggunaan kendaraan pengangkut produk ternak dan hasil olahan ternak berpendingin, 7)
penggunaan alat penyimpan dan gudang penyimpanan produk ternak dan hasil olahan ternak
berpendingin, dan 8) penggunaan sistem informasi bisnis untuk monitoring harga,
ketersediaan/stok komoditas tertentu di suatu wilayah atau pasar atau sentra komoditas.
Peran ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi tepat guna dan tepat usaha untuk
meningkatkan produktivitas dan produksi pangan dunia, termasuk pangan hewani, sangat besar.
Intensifikasi pertanian yang didukung inovasi teknologi memainkan peranan yang jauh lebih
penting dibandingkan ekstensifikasi yang terkendala dengan peran perluasan lahan karena
luasan sumber daya lahan sudah semakin sangat terbatas.
Selain teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, juga diperlukan inovasi teknologi
yang dapat menghasilkan ternak yang tahan terhadap penyakit serta diperlukan juga teknologi
pakan untuk mengatasi kebutuhan bahan pakan yang terus meningkat dan luas lahan untuk
pertanaman pakan hijauan yang semakin berkurang.
Berbagai sumber bahan pakan non konvensional yang tersedia di alam perlu diteliti agar dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Limbah tanaman kelapa sawit
III-33
(pelepah dan daun, tandan buah kosong, bungkil inti sawit, dan solid) telah lama diketahui
dapat diproses menjadi pakan siap saji bagi ternak ruminansia, terutama sapi potong.Jagung dan
bungkil kedelai, termasuk dengan bungkil inti sawit/BIS, dapat digunakan sebagai bahan pakan
unggas. Dengan demikian,pengembangan teknologi pakan ternak merupakan salah satu isu
penting dan menjadi solusi ke depan sebagai upaya meningkatkan produktivitas peternakan di
Provinsi Banten.
Pengembangan inovasi teknologi bagi pengolahan pangan asal ternak untuk meningkatkan nilai
tambah, mutu dan daya saing produk-produk peternakan juga sangat diharapkan.
Modernisasi pertanian yang dilakukan di Provinsi Banten juga meliputi peningkatan
penggunaan hasil-hasil penelitian dalam bidang iptek yang dapat membantu atau mendukung
usaha tani, peternakan dan perkebunan dalam peningkatan produktivitas, efektivitas dan
efisiensi, baik dalam aspek budidaya maupun pasca panen.
Selain itu modernisasi pertanian di Provinsi Banten perlu dimanfaatkan untuk dan meliputi
meningkatkan sistem informasi pertanian.
3.4.3.6. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Untuk menjamin dan menjaga agar pengembangan pertanian di Provinsi Banten berkelanjutan,
beberapa hal perlu mendapatkan perhatian. Pertama adalah mencegah terjadi nya degradasi tanah
dan lahan akibat erosi, pengolahan tanah yang salah, pemupukan yang salah dan tidak berimbang,
pencemaran akibat herbisida dan pestisida. Kedua adalah mencegah atau menghambat alih
fungsi lahan ataju konversi lahan pertanian ke non pertanian.
Kerusakan tanah yang menyebabkan degradasi tanah dari lahan pertanian tidak hanya
menurunkan kesuburan dan produktivitas tanah tetapi juga meningkatkan pencemaran
lingkungan.
Kegagalan mencegah dan menghambat terjadinya alih fungsi lahan atau konversi lahan
menyebabkan semakin menyempitnya luas atau areal lahan pertanian yang mengancam
pengembangan pertanian yang berkelanjutan di Provinsi Banten.
Untuk mencapai target pemerintah yang tertuang dalam NAWACITA, terdapat tuntutan
peningkatan produksi pertanian di seluruh daerah di Indonesia untuk memenuhi target
peningkatan produksi pertanian nasional, khususnya tanaman pangan dalam rangka mewujudkan
kemandirian dan kedaulatan pangan, termasuk Provinsi Banten. Sementara, pengembangan
pertanian di wilayah Provinsi Banten dihadapkan kepada berbagai tantangan. Sebagai wilayah
III-34
hinterland Ibukota Negara, Provinsi Banten memiliki potensi geografis dan sumberdaya alam untuk
memenuhi dan memasok berbagai kebutuhan produk pertanian wilayah ibukota negara.
Secara agroekologi, sebagian wilayah Provinsi Banten tidak subur untuk pengembangan pertanian.
Sebagian besar tanahnya, dari bagian tengah hingga ke selatan (khususnya Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang dan sebagian Kabupaten Serang), tanahnya didominasi oleh tanah marjinal
atau suboptimal yaitu Tanah Podsolik Merah Kuning. Sedangkan di wilayah pesisir pantai, yaitu
di bagian tengah ke utara dan barat, meskipun tidak terlalu luas tanahnya didominasi oleh tanah-
tanah pasir yang tergolong sebagai tanah Regosol. Dengan demikian agar berkelanjutan,
diperlukan upaya penyuburan tanah yang cukup intensif untuk mendapatkan produktivitas yang
memuaskan dan akan terus menurun produktivitasnya seiring dengan terjadinya degradasi tanah
akibat pengolahan tanah dan pengelolaan tanah di lahan pertanian yang salah.
Di sisi lain, alih fungsi lahan terjadi secara pasti dan cukup dahsyat. Sebagai provinsi baru,
perubahan penggunaan lahan terjadi secara dramatis, terutama di sekitar pusat perkotaan dan
pusat pemerintahan, khususnya di Kota Serang. Selain itu banyak wilayah Provinsi Banten yang
berdekatan dan berada berdampingan dengan wilayah DKI Jakarta, yaitu Kota Tangerang Selatan
dan Kota Tangerang, yang pengembangan sektor lain seperti industri, perdagangan, dan
pemukiman terjadi dengan cepat menggusur lahan-lahan pertanian. Hal ini selain menyebabkan
berkurangnya luas lahan pertanian, juga menciptakan model kawasan pertanian yang “terkepung”
dengan kawasan pemukiman, perkantoran pusat pemerintahan, industri dan perdagangan. Hal ini
mengakibatkan kawasan pertanian di Provinsi Banten tidak jarang terdapat pada kawasan-
kawasan yang berada di tengah-tengah atau dipagari oleh kawasan pemukiman, kawasan industri,
atau kawasan perdagangan. Inilah “corak pertanian semi perkotaan” yang harus diantisipasi oleh
Dinas Pertanian Provinsi Banten dalam mengembangkan pertanian dalam arti luas apabila
dikehendaki pengembangan dan pembangunan pertanian berkelanjutan.
3.4.3.7. Pengembangan dan Dukungan SITANDU
Provinsi Banten, Dinas Pertanian Banten merasa perlu untuk meningkatkan peran dan fungsi Kawasan
Sistem Pertanian Terpadu (SITANDU) yang telah dibangun awal tahun 2010. Kawasan SITANDU
tersebut memang sejak semula diharapkan menjadi acuan dalam pembangunan dan
pengembangan pertanian di Provinsi Banten. Pada dasarnya, Kawasan SITANDU diharapkan
dapat memainkan peran atau fungsi melalui berbagai kegiatan atau program untuk mendukung
pembangunan dan pengembangan pertanian di Provinsi Banten. Kawasan SITANDU Provinsi
Banten yang berada di atas lahan sekitar 19,23 ha terletak di Kampung Bengkeng, Desa Curug,
Kecamatan Curug, Kota Serang merupakan hamparan lahan yang ditujukan sebagai kawasan
percontohan pengembangan pertanian terpadu di Provinsi Banten.
III-35
Di atas lahan seluas 19,23 ha tersebut direncanakan bagi: a) kompleks perkantoran, b) kawasan kebun,
c) infrastruktur penunjang lainnya. Kompleks perkantoran, terdiri atas: 1) gedung kantor utama, 2)
laboratorium, 3) rumah kaca, 4) gudang, 5) instalasi pembibitan, 6) areal parkir dan kios show
windows, 7) brigade alsintan, 8) pusat sistem informasi pertanian dan SITANDU, 8) jalan, taman, dan pos
satpam. Kawasan kebun terdiri: 1) kebun bunga, 2) tanaman pangan persawahan, 3) tanaman
pangan lahan kering, 4) kawasan hortikultura, 5) kebun koleksi tanaman langka, 6) kebun/padang
rumput, 7) padang penggembalaan, 8) kawasan agroforestri, dan 9) kawasan permodelan
pertanian terpadu luasan 2.500 m2; 5.000 m2; dan 10.000 m2 (1 ha) dan 10) kawasan agrowisata.
Sedangkan infrastruktur penunjang lainnya adalah; 1) jalan penghubung/masuk, dari jalan raya ke
kompleks perkantoran 2) jembatan, 3) jalan kebun, 4) kandang-kandang (kandang kambing, kandang
kerbau, dan kandang unggas), 5) saung pertemuan, 6) kolam air/dam.
Komponen perkantoran, kebun, dan infrastruktur tersebut harus dapat menunjang seluruh aktivitas
kebun percobaan dan budidaya pertanian terpadu. Hal tersebut menyangkut seluruh kegiatan
administrasi, tempat pertemuan, pengiriman, penerimaan dan penyimpanan alat dan bahan, instalasi
pembibitan, pengairan, budidaya pertanian dan peternakan, pengeringan, sampai laboratorium dan
rumah kaca agar dapat menunjang penelitian pokok yang esensial serta pelatihan (training).
Beberapa aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan komponen yang akan dibangun di Kawasan
SITANDU antara lain :
1. Mewakili seluruh jenis usaha pertanian di Provinsi Banten (Hortikultur, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan)
2. Diprioritaskan mendukung pengembangan komoditas pertanian unggulan Provinsi Banten
3. Kesesuaian lahan bagi komoditas yang akan dikembangkan
4. Sebagai model pengembangan pertanian yang terintegrasi pada berbagai skala luasan lahan
5. Sebagai model bagi pengembangan pertanian secara komersial.
Kawasan SITANDU memiliki peranan dan fungsi bagi pertanian di Provinsi Banten, yang antara lain:
1. Pusat Inovasi Teknologi Pertanian Terapan (Budidaya dan Pasca Panen) untuk Tanaman
Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan serta Pertanian Terpadu
2. Stasion Lapang Pertanian
3. Produksi dan Penyedia Benih/Bibit Unggulan Strategis
4. Model-model Pengembangan Pertanian Terpadu
5. Pelestarian Tanaman Langka dan Plasma Nutfah
6. Workshop Brigade ALSINTAN (Alat Mesin Pertanian)
7. Pusat Percontohan dan Showroom untuk Penyuluhan
8. Pusat Kegiatan Pelatihan dan Penyuluhan (Training Centre)
III-36
9. Wahana untuk Promosi (Expo, Festival, Temu Tani, Temu Lapang, dll)
10. Wahana untuk Wisata Edukasi Pertanian dan Lingkungan
Sesuai peran dan fungsinya, Kawasan SITANDU dibagi ke dalam beberapa zone atau klaster:
1. Zone/Klaster Areal Parkir dan Kios Show Windows
2. Zone/Klaster Pusat Sistem Informasi Pertanian dan SITANDU
3. Zone/Klaster Tanaman Pangan
4. Zone/Klaster Hortikultura
5. Zone/Klaster Perkebunan
6. Zone/Klaster Peternakan
7. Zone/Klaster Model-model Pertanian Terpadu
8. Zone/Klaster Koleksi Tanaman Langka
9. Zone/Klaster Agrowisata
10. Zone/Klaster Perkantoran
11. Zone/Klaster Lapangan Serbaguna/Multifungsi
12. Zone/Klaster Training Centre
13. Zone/Klaster Brigade Alsintan
14. Embung pertanian
3.4.3.8. Peningkatan Kesehatan Hewan dan Keamanan Produk Hewan
Pengembangan dan peningkatan kesehatan ternak dan hewan di Provinsi Banten perlu segera
dilakukan untuk mendukung pengembangan peternakan dalam rangka fasilitasi untuk mening-
katkan produksi dan populasi serta kesehatan ternak serta memperbaiki sistem tataniaga dan
pemasaran produk-produk peternakan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah tentang:
1. Penguatan dan Pengembangan Balai Pelayanan dan Pengujian Veteriner dan Balai Penelitian
Peternakan (BP2)
2. Penguatan dan pengembangan kapasitas laboratorium keswan dan kesmavet
3. Pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas puskeswan
4. Pembangunan, pemeliharaan, peningkatan kualitas dan pelayanan klinik hewan dan rumah
sakit hewan
5. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas hewan, produk hewan dan pengembangan
check point
6. Peningkatan penanggulangan dan pengendalian penyakit hewan menular dan zoonosis
7. Pengembangan hotel hewan
8. Keamanan pangan dan sertifikasi halal produk hewan
III-37
3.4.3.9. Perubahan Orientasi Kebijakan terkait Kinerja K/L
Perubahan orientasi kebijakan terkait K/L merupakan isu yang cukup penting untuk
diperhatikan, mengingat sewaktu-waktu kebijakan K/L seringkali berubah apabila terdapat
perubahan orientasi. Untuk bidang pertanian, sekarang, selain beroreintasi kepada output, yaitu
peningkatan produksi dan produktivitas juga pada pengembangan kawasan dan sentra pertanian.
Dinas Pertanian Provinsi Banten perlu menyiapkan sistem perencanaan, pengawasan, supervisi,
monitoring dan evaluasi yang mengacu kepada tuntutan tersebut. Untuk itu, harmonisasi dan
sinkronisasi serta sinergitas kebijakan dan program/kegiatan antara Dinas Pertanian Provinsi
Banten dengan Kementerian Pertanian dan kementerian/lembaga lainnya beserta dinas-dinasnya di
daerah, dinas pertanian/peternakan/perkebunan dan lembaga atau instansi pemerintah lainnya di
tingkat kota/kabupaten yang tergolong ke dalam kelompok komponen pemerintah serta petani,
kelompok tani, gabungan kelompok tani, penyuluh petani swadaya, LSM, KTNA, Kadin,
assosiasi-assosiasi dan sebagainya yang tergolong Komponen Non Pemerintah sangat diperlukan.
Hal tersebut sangat disadari karena pengembangan pertanian di setiap wilayah kota/ kabupaten
akan sangat ditentukan oleh kinerja dan kontribusi berbagai unsur komponen, baik komponen
pemerintah maupun komponen non pemerintrah tersebut. Kesemuanya saling mempengaruhi dan
bukan merupakan hasil kinerja dari satu unsur saja.
3.4.3.10. Peningkatan Peran, Fungsi dan Kapasitas Balai-balai
Saat ini terdapat 5 (lima) balai yang berada di bawah koordinasi Dinas Pertanian Provinsi Banten,
yaitu: 1) Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBI TPH), 2) Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP-TPH), 3) Balai Pelayanan dan Pengujian Veteriner, 4) Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih, dan 5) Balai Pengembangan Peternakan.
Secara garis besar, pada dasarnya fungsi balai-balai di bawah Dinas Pertanian Provinsi Banten
adalah:
1.. Mendukung Dinas Pertanian Provinsi Banten dalam meningkatkan produktivitas produk-
produk pertanian, peternakan dan perkebunan
2. Mendukung Dinas Pertanian Provinsi Banten dalam penyediaan dan produksi benih/ bibit
serta sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman;
3. Mendukung Dinas Pertanian Provinsi Banten dalam peningkatan pengendalian hama dan
penyakit tanaman, ternak dan hewan
4. Melakukan pelayanan publik terkait dengan tugas pokok dan fungsinya
III-38
5. Menyumbangkan pendapatan untuk peningkatan PAD.
Saat ini dirasakan ada tuntutan dan kebutuhan untuk meningkatkan peran dan fungsi serta
kapasitas balai balai tersebut, termasuk untuk meningkatkan pendapatan balai dalam rangka
peningkatan PAD Provinsi Banten. Namun, dalam rangka untuk peningkatan pendapatan balai-
balai tersebut diperlukan terlebih dahulu peningkatan kinerja balai yang perlu ditopang dengan
pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia serta sarana dan prasarana.
3.4.3.11. Pengadaan Lahan untuk Produksi Benih
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan penyebar luasan benih bermutu varietas unggul
komoditas tanaman pangan dan hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Banten melalui UPTD Balai
Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura mampu menjawab tantangan untuk mening-
katkan produksi benih tanaman pangan dan hortikultura melalui memasyarakatkan penggunaan
benih varietas unggul bermutu ber-sertifikat, sesuai dengan tugas dan fungsi berdasarkan
Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2008 dan aparatur baru yang terbentuk pada bulan Februari
2009, 23 Desember 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Banten nomor 03
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Daerah Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2008 nomor 46). Peraturan
Gubernur Banten nomor 52 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur
Banten nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah Provinsi Banten. Batasan tupoksi Balai Benih dalam Lampiran Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 347/Kpts/Ot.210/6/2003 tanggal 23 Juni 2003 Tentang Pedoman Pengelolaan
Balai Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura adalah selain memproduksi benih secara
berjenjang, Balai Benih Tanaman juga berperan sebagai tempat percontohan tanaman, melaksanakan
kegiatan pengujian/observasi verietas baru, pemurnian benih verietas unggul daerah, pelatihan
Sumber Daya Manusia terutama magang para penangkar benih, dan lokasi sumber plasma nuftah
yang berasal dari daerah-daerah di wilayah Provinsi dan dari luar Provinsi atau dari luar negeri.
3.4.4. Eksternal
3.6.2.1. Perubahan Iklim Global
Masalah yang dihadapi dalam budidaya pertanian untuk peningkatan produksi semakin berat dan
kompleks. Selain permasalahan lahan sub optimal dan konversi lahan pertanian menjadi non
pertanian, perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang cukup mempersulit.
III-39
Pemanasan global menyebabkan gunung es di kawasan kutub mencair sehingga permukaan air
laut meningkat sekitar 1 m pada akhir abad ke 21. Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap
dampak negatif perubahan iklim dalam bentuk kemarau berkepanjangan, banjir, dan
meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrim yang mengancam keselamatan produksi pertanian,
terutama tanaman pangan.
Di Indonesia, hal itu pengaruh negatif perubahan iklim global terhadap budidaya pertanian dan
pengolahannya (pasca panen), diantaranya melalui: 1) perubahan dan ketidakpastian musim hujan
dan kemaran yang berpengaruh terhadap perubahan dan ketidakpastian musim dan pola tanam, 2)
La Nina seringkali menghasilkan terlalu tingginya curah hujan dan lamanya musim hujan yang
berakibat terhadap tingginya aliran permukaan tanah dan erosi yang dapat menurunkan
kesuburan tanah, banjir serta tidak atau rendahnya pembuahan pada tanaman buah-buahan, 3) El
Nino menyebabkan kekeringan pada lahan pertanian sehingga dapat menurunkan produksi atau
puso, 4) naiknya permukaan air laut yang dapat menghasilkan banjir rob yang pada akhirnya
mengurangi luasan dan produksi lahan pertanian diusahakan di daerah pantai, pesisir atau delta,
serta 5) berkembangnya hama dan penyakit tanaman baru akibat perubahan iklim.
Untuk itu diperlukan pengembangan benih unggul tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim serta antisipasi dan upaya untuk mengurangi
atau mencegah kerugian atau dampak negatif lainnya.
3.6.2.2. Krisis Pangan Global
Ancaman krisis pangan global perlu diwaspadai seiring meningkatnya jumlah penduduk.
Ancaman krisis pangan akan terus meningkat jika peningkatan jumlah penduduk tidak disertai
dengan peningkatan produksi pangan. Laporan dari The International Food Policy Research Institute
menunjukan bahwa produksi dan konsumsi pangan regional dan inter-nasional selama dua
puluh tahun terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan ekonomi dan
kebijakan ekonomi, pertumbuhan populasi dan urbanisasi, infrastruktur, teknologi produksi
pertanian dan akses untuk mendapatkan teknologi pertanian serta manajemen penggunaan
sumber daya alam.
Jika terjadi krisis pangan secara global maka hal tersebut akan dapat berdampak pada krisis
pangan secara nasional. Jika itu terjadi, jika belum swa sembada pangan maka Provinsi Banten
dapat mengalami krisis pangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk menghadapi ancaman
krisis pangan dengan mengerahkan segala kemampuan pemerintah untuk meningkatkan
produksi pertanian, menjaga stabilitas harga pangan agar semua lapisan sosial dapat mengakses
III-40
produk pangan, dan upaya pemerintah untuk melaksanakan kebijakan agar tercapai kemandirian
dan kedaulatan pangan serta stabilitas harga pangan dapat terjaga.
3.6.2.3. Perdagangan Bebas Dunia dan Pasar Bebas Asean (MEA)
Dibukanya perdagangan bebas dunia (world trade) dan pasar bebas ASEAN (MEA) pada tahun 2015
mengharuskan Indonesia untuk siap bersaing dengan berbagai Negara di ASEAN dalam segala
sektor, salah satunya sektor pertanian. Menghadapi MEA, pemerintah terus berupaya meningkatkan
daya saing produk pertanian unggulan maupun nonunggulan Indonesia.
Di satu sisi, MEA merupakan suatu peluang baik bagi Indonesia untuk menunjukan kepada
seluruh negara ASEAN mengenai kualitas produk dan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain, adanya MEA dapat merupakan ancaman atau
kerugian. Tingginya biaya produksi komoditas pertanian menyebabkan semakin mudah
mengalirnya produk-produk atau komoditas pertanian dari negara lain, khususnya ASEAN,
sehingga Indonesia justru menjadi pasar bagi produsen negara-negara ASEAN lainnya.
Oleh sebab itu, Pemerintah perlu terus mengembangkan segala potensi yang ada di Indonesia
sehingga dapat meningkatkan produksi agar tidak impor serta berdaya saing dan meningkatkan
nilai tambah untuk keperluan ekspor.
Dari sisi hulu, Indonesia sudah menjadi produsen pertanian yang dapat diandalkan, akan tetapi
dari sisi hilir tidak semua produk pertanian dapat berubah menjadi produk yang bernilai tambah.
Hal tersebut menjadi tugas pemerintah dalam membenahi proses pertanian di Indonesia agar tidak
hanya berfokus pada sisi hulu akan tetapi sisi hilir juga harus diperhatikan agar segala produk
pertanian dapat berdaya saing dan meningkatkan nilai tambah.
3.6.2.4. Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu konsep yang dikembangkan untuk
mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Tujuan SDGs
mencakup skala universal, dengan kerangka kerja (framework) yang utuh dalam membantu negara-
negara di dunia menuju pembangunan berkelanjutan, melalui tiga pendekatan, yakni
pembangunan ekonomi, keterbukaan dalam tatanan sosial, serta keberlangsungan lingkungan
hidup.
Terdapat 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) atau Tujuan Global, yang akan menjadi
tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan (2030). Salah satu tujuan yang
barkaitan dengan sektor pertanian adalah Tujuan 2 (Tanpa kelaparan) dengan
III-41
cara mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta
menggalakkan pertanian yang berkelanjutan, serta Tujuan 12 (Konsumsi dan produksi yang
bertanggung jawab) dengan cara memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
Kedua tujuan tersebut menjadi panutan bagi pemerintah Indonesia khusus Provinsi Banten untuk
mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan melalui dukungan pembangunan sektor
pertanian yang handal.
3.6.2.5. Kontribusi Sektor Pertanian dalam Menekan Tingkat Inflasi
Beberapa produk atau komoditas pertanian seperti beras, daging, cabai, bawang dan ayam
merupakan komponen atau unsur yang menentukan tingkat inflasi nasional. Dengan demikian
stabilitas harga produk atau komoditas pertanian tersebut perlu dikendalikan. Kenaikan harga
yang meroket terhadap harga produk atau komoditas pertanian, khususnya pada waktu-waktu
tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, dapat meningkatkan tingkat inflasi.
Mengingat bahwa harga porduk atau komoditas pertanian tidak dapat dilepaskan dari hubungan
atau hukum supply-demand, maka untuk menekan melonjaknya harga suatu produk atau komoditas
adalah dengan meningkatkan supply, dalam hal ini produksi produk atau komoditas pertanian.
IV-1
TUJUAN DAN SASARAN
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
4.1. TUJUAN DAN SASARAN ____________________________________________________________________________________
Untuk mencapai Misi Dinas Pertanian Provinsi Banten 2017-2022, maka deskripsi singkat serta
keterkaitan antara tujuan dan sasaran adalah disajikan pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1. tersebut,
tujuan dan sasaran Dinas Pertanian Provinsi Banten tahun 2017-2022 adalah:
1. Mewujudkan kelembagaan pemerintahan daerah yang berakhlakul kariman dengan efektif,
efisien,transparan, akuntabel,dan sumber daya aparatur berintegritas, berkompetensi serta
melayani masyarakat.
Dengan sasaran:
1. Tercapainya kinerja penyelenggaraan pemerintah yang berkualitas
2. Meningkatnya perekonomian banten melalui kualitas pengelolaan keuangan , Kecukupan
pangan dan energi, pengembangan sumber daya alam yang memberikan solusi terhadap
pengangguran dan kemiskinan.
Dengan sasaran :
1. Pertumbuhan Sektor Pertanian
Bab
4
IV-2
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran beserta Indikator dan Target Capaian
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
TARGET KINERJA SASARAN PADA
TAHUN KE- (%)
1 2 3 4 5
1 Mewujudkan kelembagaan pemerintahan daerah yang berakhlakul kariman dengan efektif, efisien,transparan, akuntabel,dan sumber daya aparatur berintegritas, berkompetensi serta melayani masyarakat
Tercapainya kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas
Capaian Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Banten
B BB BB BB A
2 Meningkatan perekonomian banten melalui kualitas pengelolaan keuangan , Kecukupan pangan dan energi, pengembangan sumber daya alam yang memberikan solusi terhadap pengangguran dan kemiskinan
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian yang optimal
▪ Pertumbuhan Sektor Pertanian
5,3 5,6 5,8 6 6,2
V-1
STRATEGI DAN ARAH KEGIATAN
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
5.1. Strategi dan Arah Kegiatan
Strategi dan arah kebijakan Dinas Pertanian Provinsi Banten tahun 2017-2022 berdasarkan Visi
dan Misi RPJMD Provinsi Banten tahun 2017-2022 disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Strategi dan Arah Kegiatan Dinas Pertanian Provinsi Banten tahun 2017-2022 Visi : Banten Yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera dan Berakhlaqul Karimah
Misi : Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance)
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mewujudkan kelembagaan
pemerintahan daerah yang
berakhlakul kariman dengan
efektif, efisien,transparan,
akuntabel,dan sumber daya
aparatur berintegritas,
berkompetensi serta melayani
masyarakat
Tercapainya kinerja
penyelenggaraan
pemerintahan yang
berkualitas
Meningkatkan
Kualitas
kelembagaan dan
ketatalaksaan
perangkat daerah
Melakukan
standarisasi bisnis
proses
pada setiap
perangkat daerah
dan
mendetailkannya
pada standar
operasional dan
prosedur (sop)
pelayanan , serta
meminta respon
angket langsung
untuk menuju
pelayanan prima
Bab
5
V-2
Misi : Meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatan
perekonomian banten
melalui kualitas
pengelolaan keuangan ,
Kecukupan pangan dan
energi, pengembangan
sumber daya alam yang
memberikan solusi
terhadap pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Pertanian yang
optimal
Meningkatkan
intensifikasi,
ekstensifikasi,
diversifikasi,
mekanisasi, dan
rehabilitasi bidang
pertanian
Peningkatan produksi
dan produktifitas
pertanian, untuk
memenuhi kebutuhan
konsumsi dan bahan
baku industri
(agroindustri)
VI-1
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
6.1. Rencana Program dan Kegiatan
Rencana Program dan Kegiatan Dinas Pertanian tahun 2017-2022 terdiri dari beberapa
prioritas yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)
Provinsi Banten Tahun 2017-2022.
Dinas Pertanian Provinsi Banten pada periode 2017-2022 melaksanakan 7 (tujuh) Rencana
Program dan 64 (Enam Puluh Empat) Rencana Kegiatan.
Tabel. 6.1.
Kegiatan Prioritas Dinas Pertanian Provinsi Banten
Berdasarkan RPJMD Tahun 2017-2022
PROGRAM INDIKATOR
PROGRAM
NO KEGIATAN
(1) (2) (3) (4)
Program Tata
Kelola
Pemerintahan
Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat
1 Penyusunan Laporan Kinerja
Keuangan dan Neraca Aset
2 Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan
3 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor
5 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran
6 Peningkatan Kapasitas Aparatur
7 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah
Bab
6
VI-2
8 Peningkatan Pengelolaan Kearsipan
dan Pelayanan Perpustakaan
9 Penyediaan Data Pembangunan
Sektoral
10 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
pada Balai Benih Induk Tanaman
Pangan dan Hortikultura
11 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor pada Balai Benih Induk
Tanaman Pangan dan Hortikultura
12 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran pada Balai Benih Induk
Tanaman Pangan dan Hortikultura
13 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah pada Balai Benih
Induk Tanaman Pangan dan
Hortikultura
14 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
pada Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura
15 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor pada Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura
16 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran pada Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura
17 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah pada Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura
18 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
pada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura
VI-3
19 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor pada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura
20 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran pada Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura
21 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah pada Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura
22 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
pada Balai Pelayanan dan Pengujian
Veteriner
23 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor pada Balai Pelayanan dan
Pengujian Veteriner
24 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran pada Balai Pelayanan
dan Pengujian Veteriner
25 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah pada Balai Pelayanan
dan Pengujian Veteriner
26 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
pada Balai Pengembangan
Perternakan
27 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kantor pada Balai Pengembangan
Perternakan
28 Penyediaan Barang dan Jasa
Perkantoran pada Balai
Pengembangan Perternakan
VI-4
29 Rapat Koordinasi Kedalam dan
Keluar Daerah pada Balai
Pengembangan Perternakan
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Tanaman
Pangan
Capaian Produktivitas
Tanaman Padi
31 Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Produk
Serelia
Capaian Produksi
Tanaman Padi
32 Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu aneka
Kacang dan Umbi
Capaian Produksi
Tanaman Jagung
33 Pengembangan Teknologi dan Pasca
panen Tanaman pangan
Capaian Produksi
Tanaman Kedelai
34 Produksi dan Pemasaran benih
Tanaman Pangan
35 Perlindungan Tanaman Pangan
36 Pengembangan Perbenihan
Tanaman Pangan
37 Pelayanan Teknis Sertifikasi dan
Pengawasan Tanaman Pangan
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Hortikultura
Capaian Produksi
Tanaman Cabai
38 Peningkatan Produksi Buah dan
Florikultura
Capaian Produksi
Tanaman Bawang
Merah
39 Peningkatan Produksi Sayuran dan
Tanaman Obat
40 Pengembangan Teknologi dan Pasca
Panen Hortikultura
VI-5
41 Pengembangan Perbenihan
Tanaman Hortikultura
42 Produksi dan Pemasaran benih
Tanaman Hortikultura
43 Perlindungan Tanaman
Hortikultura
44 Pelayanan Teknis Sertifikasi dan
Pengawasan Tanaman Hortikultura
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Perkebunan
Peningkatan
Produktivitas
Komoditas Unggulan
Perkebunan Kakao
45 Produksi dan Pemasaran Benih
Tanaman Perkebunan
Capaian Produksi
Tanaman Aren
46 Pengembangan Perbenihan
Tanaman Perkebunan
Capaian Produksi
Tanaman Kelapa
47 Pelayanan Teknis Sertifikasi dan
Pengawasan Tanaman Perkebunan
48 Perlindungan Tanaman Perkebunan
49 Peningkatan Produksi Komoditas
Perkebunan
50 Pengembangan Komoditas
Perkebunan
51 Pengembangan Aneka Usaha dan
Pemasaran Hasil Perkebunan
Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Peternakan
Peningkatan Produksi
Daging
52 Pengembangan Perbibitan Ternak
53 Pengembangan Pakan ternak
VI-6
54 Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Peternakan
55 Pengujian Mutu Pakan dan Hijauan
Pakan ternak
56 Pengembangan Kawasan Pertanian
terpadu
57 Perbibitan Ternak
Program
Peningkatan
Prasarana
Sarana dan
Penyuluhan
Pertanian
Persentase Sarana
Produksi Pertanian
58 Penyediaan Prasarana dan Sarana
Pertanian
59 Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
dan Air Irigasi
60 Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Tani
Program
Penanganan
Kesehatan
Hewan dan
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
Persentase
Pengendalian
Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat
Veteriner
61 Penanggulangan dan Pencegahan
Penyakit Hewan Menular
62 Pengendalian Kesehatan
Masyarakat Veteriner
63 Pengawasan Obat dan Produk Asal
Hewan
64 Peningkatan Penyidikan, Pengujian
dan Pengendalian Penyakit Hewan
Menular
VI-7
Secara rinci, penyajian rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, kelompok Sasaran
dan Pendanaan indikatif tersaji pada Tabel 6.2 dibawah ini :
65 Peningkatan Penyidikan, Pengujian
dan Pelayanan Masyarakat
Veteriner (Kesmavet)
VI-8
KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
7.1. INDIKATOR KINERJA DINAS PERTANIAN
Indikator kinerja Dinas Pertanian Provinsi Banten merupakan gambaran mengenai ukuran
keberhasilan pencapaian pembangunan pertanian pada akhir periode masa Renstra Dinas
Pertanian Provinsi Banten. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome
program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap
tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode Renstra Dinas Pertanian
Provinsi Banten dapat dicapai.
Tabel 7.1 Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
NO
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
KONDISI KINERJA
PADA AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR
PERIODE RPJMD
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH 2017 2018 2019 2020 2021 2022
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9
1
Pertanian
Capaian Laporan
Kinerja Pemerintah Provinsi Banten
CC B BB BB BB A A
2
Pertumbuhan
Sektor Pertanian
(Satuan: %)
7,05 5,3 5,6 5,8 6,00 6,2 6,2
Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian selaku pelaksana pembangunan urusan
pertanian mengacu pada sasaran strategis (1) Tercapainya Kinerja Penyelenggaraan
Bab
VII
VII-2
Pemerintahan yang berkualitas, (2) Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian yang optimal pada
Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Banten Tahun 2017-2022.
Tabel.7.2
Indikator Kinerja mengacu pada Sasaran dan Tujuan RPJMD
NO INDIKATOR KINERJA KINERJA
AWAL RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR
PERIODE RPJMD
TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5
I Program Tata Kelola Pemerintahan 2.5 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.6
1 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
II Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan
1 Capaian Produktivitas Tanaman Padi 55.68 57.35 59.07 60.84 62.67 64.55 64.55
2 Capaian Produksi Tanaman Padi 2,396,688
2,408,671
2,420,714
2,432,818
2,444,982
2,457,207
12,164,394
3 Capaian Produksi Tanaman Jagung 20,551
21,579
22,657
23,790
24,980
26,229
119,235
4 Capaian Produksi Tanaman Kedelai 6,801.00
7,141.05
7,498.10
7,873.01
8,266.65
8,679.99
39,458.81
III Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura
1 Capaian Produksi Tanaman Cabai 7,498
8,246
8,970
10,101
10,692
11,672
49,681
2 Capaian Produksi Tanaman Bawang Merah
700.00
735.00
771.75
810.33
850.85
893.39
4,061.33
IV Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan
1 Peningkatan Produktivitas Komoditas Unggulan Perkebunan Kakao 3,184.00 3,343.20 3,510.36 3,685.88 3,870.17 4,063.68 18,473.29
2 Capaian Produksi Tanaman Aren 1,694.00 1,728.00 1,762.00 1,798.00 1,834.00 1,870.00 8,992.00
3 Capaian Produksi Tanaman Kelapa 43,116.00 43,978.00 44,858.00 45,755.00 46,670.00 47,604.00 228,865.00
V Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Peternakan
1 Peningkatan Produksi Daging (Satuan ; Ribu Ton) 33.52 33.52 34.18 35.85 35.53 36.23 174.32
VI Program Peningkatan Prasarana Sarana dan Penyuluhan Pertanian
1 Persentase Sarana Produksi Pertanian 80 85 87 90 100 100 100
VII Program Penanganan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
1 Persentase Pengendalian Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner 100 100 100 100 100 100 100
Definisi Operasional Indikator Kinerja Dinas Pertanian
VII-3
IKU Esselon II Dinas Pertanian
1. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 - 100 maka hasil
penilaian tersebut diatas dikonversikan dengan nilai dasar 25.
IKM =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
2. Pertumbuhan Sektor Pertanian
Proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi
yang terjadi dari tahun ke tahun.
IKU Esselon III Dinas Pertanian
1. Capaian Produktivitas Tanaman Padi
Merupakan Nilai Produktivitas tanaman padi adalah produksi padi per satuan luas lahan dan
diukur dalam satuan Kw/Ha. Perhitungan produktivitas Padi dengan metode Ubinan. Luas Ubinan
2,5 m X 2,5 m.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑈𝑏𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑥 1 𝐻𝑎 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑈𝑏𝑖𝑛𝑎𝑛
2. Capaian Produksi Tanaman Padi
Produksi Padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan selama satu kali musim
tanam dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) yang diukur dalam satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
3. Capaian Produksi Jagung
Produksi Jagung adalah jumlah output atau hasil panen Jagung dari luas lahan selama satu kali
musim tanam dalam bentuk Pipilan Kering Jagung yang diukur dalam satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
4. Capaian Produksi Tanaman Kedelai
Produksi Kedelai adalah jumlah output atau hasil panen Kedelai dari luas lahan selama satu kali
musim tanam dalam bentuk Biji Kering yang diukur dalam satuan Ton.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
VII-4
5. Capaian Produksi Tanaman Cabai
Merupakan jumlah total produksi cabai dari luas lahan tersedia pada masa tanam cabai (9-12
bulan). Diukur dengan satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
6. Capaian Produksi tanaman bawang
Merupakan jumlah total produksi Bawang dari luas lahan tersedia selama satu musim tanam.
Diukur dengan satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
7. Peningkatan Produktivitas Komoditas Unggulan Perkebunan Kakao
Nilai Produktivitas Kakao adalah produksi kakao per satuan luas lahan dan diukur dalam satuan
ton/Ha.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛
8. Capaian Produksi Tanaman Aren
Merupakan jumlah total produksi aren dari luas lahan tersedia dalam satu tahun dan diukur
dengan satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
9. Capaian Produksi Tanaman Kelapa
Merupakan jumlah total produksi kelapa dari luas lahan tersedia dalam satu tahun dan diukur
dengan satuan Ton
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
10. Peningkatan Produksi Daging
Merupakan jumlah daging yang dihasilkan dari setiap ekor/unit ternak yang di potong pada RPH
maupun diluar RPH. Produksi daging pada setiap ekornya sangat dipengaruhi oleh jumlah karkas
yang dihasilkan. Karkas adalah hasil pemotongan ternak dikurangi kaki, organ dalam, kepala, kulit
ekor dan darah.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 = % 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
11. Persentase Sarana Produksi Pertanian
Merupakan capaian penyediaan sarana produksi pertanian (traktor dan Pompa air) dibandingkan
dengan kebutuhan sarana produksi pada tahun berjalan
Formulasi Perhitungan :
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 100 %
12. Persentase pengendalian kesehatan hewan dan kesehatan masyaraka veteriner
VII-5
Merupakan capaian pengendalian dan Pengujian PHM (Rabies, Brucellosis, AI, dan Gangrep) yang
dilakukan pada Balai Pelayanan dan Pengujian Veteriner serta Bidang Keswan dan Kesmavet dan
diukur dengan satuan sampel
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛 𝑃𝐻𝑀
𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛 𝑃𝐻𝑀 𝑥 100
VII-1
PENUTUP
RENSTRA DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 2017-2022
Mengingat pentingnya sektor pertanian bagi pembangunan skala nasional maupun daerah khususnya
Provinsi Banten, maka Dinas Pertanian Provinsi Banten mempunyai tugas dan fungsi dalam merumuskan
kebijakan daerah di sektor pertanian. Kebijakan daerah tersebut dirumuskan dalam suatu Rencana
Strategis (RENSTRA) yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan
dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.
RENSTRA Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 disusun sebagaimana diamanatkan oleh
Undang- Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. RENSTRA
yang mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025, Peraturan Gubernur Banten
Nomor 83 Tahun 2016 tentang, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Banten visi serta misi Gubernur Banten terpilih dan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2017-
2022.
RENSTRA Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 adalah merupakan komitmen bersama
seluruh unit kerja dalam bidang perencanaan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Seluruh unit kerja di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi Banten di dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya yang dituangkan dalam Renstra unit kerja masing-masing berpedoman pada RENSTRA Dinas
Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022. RENSTRA Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-
2022 disusun untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk mendukung tercapainya kinerja
Dinas Pertanian Provinsi Banten.
RENSTRA Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 ini merupakan acuan semua pihak terkait
dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pertanian untuk mendukung terwujudnya
Visi dan Misi Banten 2017-2022 yaitu “Banten Yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera dan
Berakhlaqul Karimah”.
Bab
VIII
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................. I-1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................................. I-1
1.2. Landasan Hukum ........................................................................................................................................ I-2
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................................................................... I-3
1.4. Sistematika Penulisan ................................................................................................................................ I-4
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH .............................................................. II-1
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ............................................................. II-1
2.2. Sumber Daya Perangkat Daerah ............................................................................................................. II-36
2.2.1. Sumber Daya Alam ..................................................................................................................... II-36
2.2.2. Sumber Daya Manusia .............................................................................................................. II-42
2.2.3. Asset dan Saranan Prasarana ................................................................................................... II-43
2.2.4. Perwujudan Korupsi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) ............................................... II-44
2.3. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah .................................................................................................... II-46
2.3.1. Capaian Indikator Makro......................................................................................................... II-48
2.3.2. Perkembangan Sektor Pertanian ............................................................................................ II-50
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah ......................................... II-57
2.4.1. Tantangan .................................................................................................................................... II-57
2.4.2. Peluang ......................................................................................................................................... II-59
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH ........................ III-1
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD ................................ III-1
3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih .................. III-4
3.2.1. Visi Provinsi Banten ........................................................................................................................ III-4
3.2.1. Misi Provinsi Banten ....................................................................................................................... III-4
3.3 Telaah Renstra K/L .................................................................................................................................... III-6
3.3.1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis .................................................................................... III-6
3.3.2. Arahan Kebijakan dan Strategi Nasional Bidang Pertanian .................................................. III-10
3.3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian ............................................................. III-14
3.4 Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ........................ III-16
3.4.1. Telaah Rencana Tatat Ruang Wilayah ....................................................................................... III-16
3.4.2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHK) .......................................................................... III-26
3.4.3. Internal .............................................................................................................................................. III-27
3.4.4. Eksternal ........................................................................................................................................... III-38
BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN .............................................................................................................. IV-1
4.1 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................................................... IV-1
BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEGIATAN .......................................................................................... V-1
5.1 Strategi dan Arah Kegiatan ....................................................................................................................... V-1
BAB VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN .................................... VI-1
6.1. Rencana Program dan Kegiatan ............................................................................................................... VI-1
BAB VII. KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN .......................................................... VII-1
7.1. Indikator Kinerja Dinas Pertanian ........................................................................................................... VII-1
BAB VIII. PENUTUP ......................................................................................................................................... VIII-1
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tinggi Wilayah Di Atas Permukaan Laut Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ..... II-36
Tabel 2.2. Keadaan Musim Kemarau di Provinsi Banten .......................................................................... II-40
Tabel 2.3. Keadaan Musim Hujan di Provinsi Banten ............................................................................... II-41
Tabel 2.4. Distribusi Penggunaan Lahan di Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten .................. II-42
Tabel 2.5. Data Pegawai Dinas Pertanian Banten Tahun 2014-2017 berdasarkan Golongan ........... II-43
Tabel 2.6. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................................................... II-43
Tabel 2.7. Daftar Inventaris Barang Dinas Pertanian Provinsi Banten................................................... II-44
Tabel 2.8. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017 ...... II-46
Tabel 2.9. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha ............................................... II-49
Tabel 2.10. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Banten .............................................................................` II-50
Tabel 2.11. Luas Panen Tanaman Pangan Provinsi Banten Tahun 2011-2015 ......................................... II-50
Tabel 2.12. Produktivitas Tanaman Pangan Provinsi Banten Tahun 2011-2015 .................................... II-51
Tabel 2.13. Produksi Tanaman Pangan Provinsi Banten Tahun 2011-2015 ............................................ II-51
Tabel 2.14. Luas Panen Tanaman Hortikultura Provinsi Banten Tahun 2011-2015 ............................. II-52
Tabel 2.15. Produksi Tanaman Hortikultura Provinsi Banten Tahun 2011-2015 .................................. II-53
Tabel 2.16. Produktivitas Tanaman Hortikultura Provinsi Banten Tahun 2011-2015 ......................... II-53
Tabel 2.17. Populasi Peternakan Provinsi Banten 2012-2015 .................................................................... II-54
Tabel 2.18. Produksi Peternakan Provinsi Banten 2012-2015 ................................................................... II-56
Tabel 2.19. Luas Lahan dan Produksi Komoditas Strategi Perkebunan Rakyat (PR)
di Provinsi Banten dan Pengelolaanya ....................................................................................... II-56
Tabel 2.20. Luas Lahan dan Produksi Komoditas Strategis PBS dan PBN di Provinsi Banten
Berdasarkan Kepemilikan/Pengelolaannya ............................................................................. II-56
Tabel 3.1. Identifikasi PermasalahnBerdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD ....................... III-2
Tabel 3.2. Telaah Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Terpilih 2017-2022 .................................... III-5
Tabel 3.3. Pokok-Pokok Visi Kementerian Pertanian .............................................................................. III-7
Tabel 3.4. Telaah Visi, Misi Renstra K/L ..................................................................................................... III-8
Tabel 3.5. Permasalahan Pelayanan Dinas Pertanian Telaah Tata Ruang Wilayah
beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penangananya ..................... III-28
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Renstra Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2017-2022 ......... IV-2
Tabel 5.1. Strategi dan Arah Kegiatan Dinas Pertanian Provinsi Banten tahun 2017-2022 ............ V-1
Tabel 6.1. Program dan Kegiatan Beserta Target dan Kerangka Pendanaa ......................................... VI-2
Tabel 7.1. Indikator Kegiatan Dinas Pertanian Provinsi Banten Tahun 2018-2022 ........................... VII-3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Pertanian .......................................................................... II-3
Gambar 2.2. Bagan Susunan Organisasi UPTD ........................................................................................... II-3
KATA PENGANTAR
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2017-2022
DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia serta ridlho-Nya,
Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2017-20212 Dinas Pertanian Provinsi Banten
sudah dapat diselesaikan.
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017,
nahwa Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) untuk menyusun Rencana Strategis yang
selanjutnya disebut RENSTRA SKPD dan memuat tujuan, strategi, kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada
RPJMD.
Renstra Dinas Pertanian tahun 2017-2022 ini mempunyai fungsi sebagai acuan bagi
komponen Dinas Pertanian dalam menyusun, pengendalian, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pembangunan pertanian di provinsi Banten. Sistematika Renstra
sesuai dengan Permendagri Nomor 86 tahun 2017, terdiri dari ; Bab I Pendahuluan, Bab II
Gambaran Pelayanan Dinas Pertanian, Bab III Permasalahan dan Isu-isu Strategis, Bab IV
Tujuan dan Sasaran, Bab V Strategi dan Arah Kebijakan, Bab VI Rencana Program dan
Kegiatan Serta Pendanaan
Dokumen RENSTRA ini disusun untuk menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan,
sehingga diharapkan dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancer, tertib dan efisien
sesuai dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah terlibat dalam Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian 2017-2022 ini .
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Serang, Desember 2017
Kepala Dinas
Ir. H. Agus M. Tauchid S. M.Si NIP. 19660219 199203 0 007
Matrik Rancangan Program, kegiatan dan Rincian Indikator Kegiatan
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Tata Kelola Pemerintahan
Nilai IKM Satuan: Skala
(1-4) 2.8
3
3.2
3.4
3.6
3.6
Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Neraca Aset
Penyusunan Dokumen Laporan Keuangan Dok 17 17 200.000.000 17 200.000.000 17 200.000.000 17 200.000.000 17 200.000.000 17
Penyusunan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) Aparat Pengawas Instansi Pemeritah (APIP) Dok 2 2 150.000.000 2 150.000.000 2 150.000.000 2 150.000.000 2 150.000.000 2
Penyusunan Dokumen Laporan Pajak Dok 3 3 150.000.000 3 150.000.000 3 150.000.000 3 150.000.000 3 150.000.000 3
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Penyusunan Laporan Evaluasi Program dan Kegiatan Dok 3 3 400.000.000 3 400.000.000 3 400.000.000 3 400.000.000 3 400.000.000 3
Penyusunan Perencanaan Program-Kegiatan Tahunan Dok 9 9 700.000.000 9 700.000.000 9 700.000.000 9 700.000.000 9 700.000.000 9
Penyusunan Laporan Evaluasi dan Pengendalian Dok 5 5 350.000.000 5 350.000.000 5 350.000.000 5 350.000.000 5 350.000.000 5
Monitoring dan Evaluasi Dok 4 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000 4
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Paket 2 2 3.000.000.000 2 3.000.000.000 2 3.000.000.000 2 3.000.000.000 2 3.000.000.000 2
Pengadaan/Pembangunan Gedung/Kantor Paket 1 1 2.000.000.000 1 2.000.000.000 1 2.000.000.000 1 2.000.000.000 1 2.000.000.000 1
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor
Pemeliharan dan Rehabilitasi Gedung/Kantor Paket 1 1 350.000.000 1 350.000.000 1 350.000.000 1 350.000.000 1 350.000.000 1
Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional Unit 41 41 400.000.000 41 400.000.000 41 400.000.000 41 400.000.000 41 400.000.000 41
Pemeliharaan Inventaris Kantor/APK Unit 117 117 300.000.000 117 300.000.000 117 300.000.000 117 300.000.000 117 300.000.000 117
Pemeliharaan Taman dan Paket 2 2 300.000.000 2 300.000.000 2 300.000.000 2 300.000.000 2 300.000.000 2
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Penanganan Sampah Domestik
Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran
Operasional kantor tidak tetap Orang 94 94 1.800.000.000 94 1.800.000.000 94 1.800.000.000 94 1.800.000.000 94 1.800.000.000 94
Penyediaan barang habis pakai Paket 5 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5
Penyediaan Bahan Cetak Paket 5 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5 300.000.000 5
Penyediaan Makan dan Minum Kantor
Bulan 12 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000 12
Penyediaan Operasional Jasa Kantor
Bulan 12 12
450.000.000 12
450.000.000
12
450.000.000
12
450.000.000
12
450.000.000 12
Penyediaan BBM Bulan 12 12 450.000.000 12 450.000.000 12 450.000.000 12 450.000.000 12 450.000.000 12
Peningkatan Kapasitas Aparatur
Fasilitasi Administrasi Kepegawaian Dok 15 15
150.000.000
15
150.000.000
15
150.000.000
15
150.000.000
15
150.000.000 15
Peningkatan Kompetensi Aparatur Keg 1 1
250.000.000
1
250.000.000
1
250.000.000
1
250.000.000
1
250.000.000 1
Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah
Bulan 12 12
1.500.000.000
12
1.500.000.000
12
1.500.000.000
12
1.500.000.000
12
1.500.000.000 12
Koordinasi dan Konsultasi dalam Daerah
Bulan 12 12
1.000.000.000
12
1.000.000.000
12
1.000.000.000
12
1.000.000.000
12
1.000.000.000 12
Peningkatan Penge-lolaan Kearsipan dan Pelayanan Perpustakaan
Pengelolaan arsip dinamis SKPD Bulan 12 12 150.000.000 12 150.000.000 12 50.000.000 12 50.000.000 12 150.000.000 12
Penyediaan Data Pem-bangunan Sektoral
Penyusunan Profil Kinerja Program Perangkat Daerah Dok 2 2
200.000.000
2
200.000.000
2
200.000.000
2
200.000.000
2
200.000.000 2
Pembuatan Visualisasi Perangkat Daerah Dok 1 1
100.000.000
1
100.000.000
1
100.000.000
1
100.000.000
1
100.000.000 1
Pengelolaan Website PD Bulan 12 12 100.000.000 12 100.000.000 12 100.000.000 12 100.000.000 12 100.000.000 12
Penyusunan Statistik Sektoral dan Informasi Geospasial Tematik Paket 1 1
200.000.000
1
200.000.000
1
200.000.000
1
200.000.000
1
200.000.000 1
Pengelolaan PPID Paket 1 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada UPTD BPSB TPHBUN
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor UPTD BPSB Paket 11 11
1.500.000.000
11
1.500.000.000
11
1.500.000.000
11
1.500.000.000
11
1.500.000.000
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada UPTD BPSB TPHBUN
Pemeliharan dan Rehabilitasi Gedung/Kantor Paket 2 2 300.000.000 2 300.000.000 1 300.000.000 2 300.000.000 2 300.000.000
Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional Paket 1 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000
Pemeliharaan Inventaris Kantor/APK Paket 1 1 75.000.000 1 75.000.000 1 75.000.000 1 75.000.000 1 75.000.000
Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada UPTD BPSB TPHBUN
Operasional kantor tidak tetap Orang 15 15 350.000.000 15 350.000.000 15 350.000.000 15 350.000.000 15 350.000.000
Penyediaan barang habis pakai Paket 1 1 150.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000
Penyediaan Makan dan Minum Kantor Paket 1 1 150.000.000 1 150.000.000 1
150.000.000 1
150.000.000 1
150.000.000
Penyediaan Operasional Jasa Kantor Paket 1 1 300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000
Penyediaan BBM Paket 1 1 200.000.000 1 200.000.000 1 200.000.000 1 200.000.000 1 200.000.000
Rapat Koordinasi Ke dalam dan Keluar Daerah pada UPTD BPSB TPHBUN
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000
Koordinasi dan Konsultasi Ke Dalam Daerah Bulan 12 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada UPTD BPTPH BUN
Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Paket 15 15
1.000.000.000 15
1.000.000.000 15
1.000.000.000 15
1.000.000.000 15
1.000.000.000
Pengadaan/Pembangunan Gedung/ Kantor Paket 3 3
1.000.000.000 3
1.000.000.000 3
1.000.000.000 3
1.000.000.000 3
1.000.000.000
Pemeliharaan Sarana dan Prasa-rana Kantor Pada UPTD BPTPH BUN
Pemeliharan dan Rehabilitasi Gedung/Kantor Paket 4 4
300.000.000 4
300.000.000 4
300.000.000 4
300.000.000 4 300.000.000
Pemeliharaan Kendaraan Unit 62 62 62 62 62 62 350.000.000
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Dinas Operasional 350.000.000 350.000.000 350.000.000 350.000.000
Pemeliharaan Inventaris Kantor/APK Unit 12 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12 250.000.000
Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada UPTD BPTPH BUN
Operasional kantor Tidak tetap Orang 93 93 2.500.000.000 93 2.500.000.000 93 2.500.000.000 93 2.500.000.000 93 2.500.000.000
Penyediaan Barang Habis Pakai Paket 6 6 150.000.000 6 150.000.000 6 150.000.000 6 150.000.000 6 150.000.000
Penyediaan Makan dan Minum Kantor Bulan 12 12
150.000.000 12
150.000.000 12
150.000.000 12
150.000.000 12
150.000.000
Penyediaan Operasional Jasa Kantor
Bulan 12 12
350.000.000 12
350.000.000 12
350.000.000 12
350.000.000 12
350.000.000
Penyediaan BBM Bulan 12
12
250.000.000
12
250.000.000
12
250.000.000
12
250.000.000
12
250.000.000
Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah Pada UPTD BPTPH BUN
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah
Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000
Koordinasi dan Konsultasi Ke Dalam Daerah
Bulan 12 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor UPTD BBI TPH/Balai Pengem-bangan dan Produksi Tanaman Pangan, Horti-kul tura dan Perkebunan (BP2TPHBUN)
Pengadaan Sarana dan Pra-sarana Kantor Paket 5 5 1.000.000.000 5 1.000.000.000 5 1.000.000.000 5 1.000.000.000 5 1.000.000.000
Pengadaan/ Pembangunan Gedung/Kantor Paket 3 3
500.000.000 3
500.000.000 3
500.000.000 3
500.000.000 3
500.000.000
Pemeliharaan Sarana Prasarana Kantor UPTD BBI TPH/Balai Pengem-bangan dan Produksi Tanaman Pangan, Horti-kul tura dan Perkebunan (BP2TPHBUN)
Pemeliharan dan Rehabilitasi Gedung/Kantor Paket 18 18
300.000.000 18
300.000.000 18
300.000.000 18
300.000.000 18
300.000.000
Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional Unit 57 57
250.000.000 57
250.000.000 57
250.000.000 57
250.000.000 57
250.000.000
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pemeliharaan Inventaris Kantor/APK Unit 52 52
250.000.000 52
250.000.000 52
250.000.000 52
250.000.000 52
250.000.000
Penyediaan Barang dan Jasa Kantor UPTD BBI TPH/Balai Pengem-bangan dan Produksi Tanaman Pangan, Horti-kul tura dan Perkebunan (BP2TPHBUN)
Operasional kantor Tidak tetap Orang 19 19
600.000.000 19
600.000.000 19
600.000.000 19
600.000.000 19
600.000.000
Penyediaan Barang Habis Pakai Paket 6 6
200.000.000 6
200.000.000 6
200.000.000 6
200.000.000 6
200.000.000
Penyediaan Makan dan Minum Kantor Bulan 12 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000
Penyediaan Operasional Jasa Kantor Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000
Penyediaan BBM Bulan
12
12
200.000.000
12
200.000.000
12
200.000.000
12
200.000.000
12
200.000.000
Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah Kantor UPTD BBI TPH/Balai Pengem-bangan dan Produksi Tanaman Pangan, Hor-tikultura dan Perke-bunan (BP2TPHBUN)
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah Bulan 12 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000
Koordinasi dan Konsultasi Ke Dalam Daerah Bulan 12 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada UPTD BALAI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Paket 12 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000
Pengadaan/ Pembangunan Gedung/Kantor Paket 0 1
500.000.000 1
500.000.000 1
500.000.000 1
500.000.000 1
500.000.000
Pemeliharaan Sarana Prasarana Kantor pada UPTD BALAI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Pemeliharan dan Rehabilitasi Paket 1 1 1 1 1 1
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Gedung/Kantor 300.000.000 300.000.000 300.000.000 300.000.000 300.000.000
Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional Unit 11 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000
Pemeliharaan Inventaris Kantor/APK Unit 11 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000 11
250.000.000
Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada UPTD BALAI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Operasional kantor tidak tetap Bulan 12 12 700.000.000 12 700.000.000 12 700.000.000 12 700.000.000 12 700.000.000
Penyediaan Barang habis pakai Paket 12 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000
Penyediaan makan dan minum kantor Bulan 12 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000
Penyediaan Operasional Jasa Kantor Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000
Penyediaan BBM Bulan 12 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000
Rapat Koordinasi Ke dalam dan Keluar Daerah pada UPTD BALAI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000
Koordinasi dan Konsultasi Ke Dalam Daerah Bulan 12 12
200.000.000 12
200.000.000 12
200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000
Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada UPTD BALAI PELAYANAN DAN PENG-UJIAN VETERINER
Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Paket 12 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000 12
1.000.000.000
Pengadaan/ Pembangunan Gedung/Kantor Paket 0 1
500.000.000 1
4.000.000.000 1
2.000.000.000 1
2.000.000.000 1
2.000.000.000
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada UPTD BALAI PELAYANAN DAN PENG-UJIAN VETERINER
Pemeliharan dan Rehabilitasi Gedung/Kantor Paket 1 1
300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000 1
300.000.000
Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional Unit 11 11
400.000.000 11
400.000.000 11
400.000.000 11
400.000.000 11
400.000.000
Pemeliharaan Inventaris Unit 11 11 11 11 11 11
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Kantor/APK 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada UPTD BALAI PELAYANAN DAN PENG-UJIAN VETERINER
Operasional kantor tidak tetap Bulan 12 12 550.000.000 12 550.000.000 12 550.000.000 12 550.000.000 12 550.000.000
Penyediaan barang habis pakai Paket 12 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000
Penyediaan makan dan minum kantor Bulan 12 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000
Penyediaan Operasional Jasa Kantor Bulan 12 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12
250.000.000 12 250.000.000
Penyediaan BBM Bulan 12 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000 12 250.000.000
Rapat Koordinasi Ke dalam dan Keluar Daerah pada UPTD BALAI PELAYANAN DAN PENGUJIAN VETERINER
Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah Bulan 12 12
300.000.000 12
300.000.000 12
300.000.000 12 300.000.000 12 300.000.000
Koordinasi dan Konsultasi Ke Dalam Daerah Bulan 12 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000 12 200.000.000
Program Peningkatan Produksi dan Produkti-vitas Tanaman Pangan
Capaian Produksitivitas Tanaman Padi
Ton/Ha
55,68
57,35
59,07
60,84
62,67
64,55
64,55
Capaian Produksi Tanaman Padi
Ton 2.396.688 2.408.671 2.420.715 2.432.818 2.444.982 2.457.207 12.164.394
Capaian Produksi Tanaman Jagung
Ton
20.551
21.579
22.657
23.790
24.980
26.229 119.235
Capaian Produksi Tanaman Kedelai
Ton
6.801
7.141
7.498
7.873
8.267
8.680 39.459
Pendapatan Asli Daerah (PAD) atas Pemasaran benih Padi, Bawang Merah dan Kakao
Rupiah
20.000.000 50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000
Pendapatan Asli Daerah (PAD) atas retribusi pelayanan uji mutu benih
Rupiah
Peningkatan Produksi, produktivitas dan mutu produk Serealia
Peningkatan Produksi Padi Ton KGK 2.396.688 2.408.671 2.500.000.000 2.420.715 2.700.000.000 2.432.818 3.000.000.000 2.444.982 3.200.000.000 2.457.207 3.500.000.000 12.164.394
Peningkatan Produksi Ton 20.551 21.579 2.000.000.000 22.657 2.200.000.000 23.790 2.400.000.000 24.980 2.600.000.000 26.229 2.800.000.000 119.235
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Jagung
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Aneka Kacang dan Umbi
Peningkatan Produksi Kedelai Ton 6.801 7.141 7.498 7.873 8.267 8.680 39.459
Peningkatan Produksi Kacang Hijau Ton 702 722 742 761 782 804
Peningkatan Produksi Kacang Tanah Ton 9245 9544 9852 10172 10705 11059
Peningkatan Produksi Ubi Jalar Ton 25779 26169 26554 26964 27370 27759
Peningkatan Produksi Ubi kayu Ton 79660 82070 84525 87079 89696 92400
Pengembangan Tek-nologi dan Pasca panen Tanaman pangan
Pengembangan Teknologi dan Pasca panen Tanaman pangan
Kelompok
10
1.000.000.000
10
1.000.000.000
10
1.000.000.000
10
1.000.000.000
10
1.000.000.000
Produksi dan Pema-saran benih Tanaman Pangan
Produksi benih Padi Ton 50 2.550.000.000 100 3.650.000.000 200 6.000.000.000 400 12.000.000.000 800 20.000.000.000
Produksi benih Jagung Ton 3 36.000.000 5 66.000.000 7 101.640.000 10 159.720.000 15 263.538.000
Produksi benih Kedelai Ton 4 72.000.000 5 99.000.000 6 130.680.000 8 191.664.000 10 263.538.000
Pengembangan Per-benihan Tanaman Pangan
Pengembangan benih Padi Ton 5,0 485.000.000 8 545.000.000 16 700.000.000 24 900.000.000 30 .200.000.000
Pengembangan benih Jagung Ton 1,0 100.000.000 3 200.000.000 6 380.000.000 9 550.000.000 24 750.000.000
Pengembangan benih Kedelai Ton 1,2 100.000.000 3 220.000.000 6 400.000.000 10 550.000.000 15 750.000.000
Pelayanan Teknis Ser-tifikasi dan Pengawasan Tanaman Pangan
Rekomendasi Produsen Benih Tanaman Pangan Unit
15
17
300.000.000
19
400.000.000
21
500.000.000
23
600.000.000
25
700.000.000
Rekomendasi Pengedar Benih Tanaman Pangan Unit
16
18
300.000.000
20
400.000.000
22
500.000.000
24
600.000.000
26
700.000.000
Sertifikat dan Legalisasi Label Benih Tanaman Pangan Unit
230
240
750.000.000
245
850.000.000
250
1.000.000.000
255
1.200.000.000
260
1.400.000.000
Pengendalian Tanaman Pangan
Luasan Pengendalian OPT Tanaman Pangan Ha 382.873
1.000.000.000 373.628
1.000.000.000 364.725
1.000.000.000 356.150
1.000.000.000 347.888
1.000.000.000
Program Peningkatan
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Produksi dan Produktivitas
Hortikultura
Capaian Produksi Tanaman Cabai Ton
7.498 8.246 8.970 10.101 10.692 11.672 49.681
Capaian Produksi Tanaman Bawang Merah Ton
700 735 771,75 810,33 850,85 893,39 4.061
Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura
Peningkatan Produksi Komoditas Durian Ton 15.134 15.134
1.200.000.000
15.134
1.300.000.000
15.134
1.400.000.000
15.134
1.500.000.000
15.134
1.600.000.000
Peningkatan Produksi Komoditas Manggis Ton 9.671 9.676
1.000.000.000
9.685
1.100.000.000
9.695
1.200.000.000
9.704
1.300.000.000
9.714
1.400.000.000
Peningkatan Produksi Komoditas Rambutan Ton 3.706 3.706
700.000.000
3.706
800.000.000
3.706
900.000.000
3.706
1.000.000.000
3.706
1.100.000.000
Peningkatan Produksi Komoditas Anggrek Tangkai 6.113.100 6.262.17
500.000.000 6.421.23
600.000.000 6.580.263
700.000.000 6.759.269
800.000.000 6.958.825
900.000.000
Peningkatan Produksi Komoditas Sedap Malam Tangkai 1.848.460 1.993.130
300.000.000 2.158.520
400.000.000 2.240.180
500.000.000 2.533.910
600.000.000 2.753.000
700.000.000
Peningkatan Produksi Komoditas Phylodendron Pohon 854,555 902,6
200.000.000
956
300.000.000
984
400.000.000 1.056.200
500.000.000 1.112.180
600.000.000
Peningkatan Produksi Komo-ditas Buah Lainnya (melon, pisang,pepaya,Alpukat,sawo) Ton
8.334
8.633 500000000
8.929
600.000.000
9.275
700.000.000
9.633
800.000.000
10.004
900.000.000
Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat
Peningkatan Produksi Komo-ditas Bawang Merah Ton 1.118 1.194
700.000.000
1.290
800.000.000
1.356
900.000.000
1.467
1.000.000.000
1.576
1.100.000.000
Peningkatan Produksi Cabe Ton 4.789 5.437 500.000.000 6.021 600.000.000 6.975 700.000.000 7.408 800.000.000 8.228 900.000.000
Peningkatan Produksi Komo-ditas Tanaman Obat (jahe, kencur,kunyit, lengkuas) Ton 7923 8354
300.000.000
8.769
400.000.000
9.279
500.000.000
9.854
600.000.000
10.320
700.000.000
Peningkatan Produksi Sayuran Lainnya (Petai, Jamur, Tomat, kacang panjang, mentimun) Ton
28.960
30.036
200.000.000
31.483
300.000.000
33.439
400.000.000
34.898
500.000.000
36.520
600.000.000
Pengembangan Tek-nologi dan Pasca Panen Hortikultura
Inovasi Teknologi Produksi dan Pasca Panen Hortikultura Paket 8 8 500.000.000 8 500.000.000 8 500.000.000 8 500.000.000 8 500.000.000
Promosi Hasil Produksi Hortikultura Kegiatan 4 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000 4 300.000.000
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Produksi dan Pema-saran Benih Tanaman Hortikultura
Produksi benih Bawang Merah Ton 4 150.000.000 6 247.500.000 8 363.000.000 10 499.125.000 15 823.556.250
Produksi benih Cabai Ton 0,25 60.000.000 0,5 132.000.000 1 290.400.000 2 638.880.000 4 1.405.536.000 Produksi benih Durian Batang 5.000 75.000.000 5.500 90.750.000 6.000 108.900.000 6.500 129.772.500 7.000 153.730.500
Pengembangan Per-benihan Tanaman Hortikultura
Pengembangan benih Bawang Merah Ton 4,0
400.000.000 9
990.000.000 14
1.600.000.000 19
2.500.000.000 24 3.400.000.000
Pengembangan benih Cabai Kg 0,5 205.500.000 2 750.200.000 4 1.400.000.000 8 2.300.000.000 16 2.600.000.000
Pengembangan benih Biofarmaka Batang 3,5 100.000.000 0 - 0 - 0 - 0 -
Pengembangan benih Durian Ton 30.000 550.000.000 32.500 660.000.000 35.000 770.000.000 37.500 900.000.000 40.000 1.150.000.000
Pelayanan Teknis Sertifikasi dan Penga-wasan Tanaman Hortikultura
Sertifikat Kompetensi Produsen Benih Tanaman Hortikultura Unit
19
20
300.000.000
21
400.000.000
22
500.000.000
23
600.000.000
24
700.000.000
Sertifikat Kompetensi Pengedar Benih Tanaman Hortikultura Unit
32
35
300.000.000
38
400.000.000
41
500.000.000
44
600.000.000
47
700.000.000
Sertifikat dan Legalisasi Label Benih Tanaman Hortikultura Unit
30
40
300.000.000
50
400.000.000
60
500.000.000
70
600.000.000
80
700.000.000
Sertifikat dan Penomoran Label Pohon Induk Tanaman Horti-kultura Batang
50
60
300.000.000
70
400.000.000
80
500.000.000
90
600.000.000
100
700.000.000
Pengendalian Tana-man Hortikultura
Luasan Pengendalian OPT Tanaman Hortikultura Ha
1.032
750.000.000
1.103
1.000.000.000
1.176
1.200.000.000
1.219
1.400.000.000
1.292
1.500.000.000
Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan
Peningkatan Produksi Komo-ditas Unggulan Perkebunan Kakao
Ton 3,184.00 3,343.20 3,510.36 3,685.88 3,870.17 4,063.68 18,473.29
3,184.00
Capaian Produksi Tanaman Aren
Ton 1.694 1.728 1.762 1.798 1.834 1.870 8.992 1.694
Capaian Produksi Tanaman Kelapa
Ton 43.116 43.978 44.858 45.755 46.670 47.604 228.865
43.116
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan
1. Peningkatan Produksi
Komoditas Perkebunan
a. Peningkatan produksi Komoditas Unggulan Perkebunan (Kakao, Kelapa, Aren) Ton 60.577 61.002 1.000.000.000 62.757 1.200.000.000 63.733
1.300.000.000
62.542
1.400.000.000
62.542
1.500.000.000
b. Peningkatan produksi Komoditas Potensial Perkebunan Lainnya Ton 58.740 62.580 1.000.000.000 66.620 1.200.000.000 71.250
1.300.000.000
74.740
1.400.000.000
66.786
1.500.000.000
2. Pembinaan Perlindungan
Perkebunan
a. Pembinaan Orgnisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan Ha 15 15 300.000.000 30 500.000.000 30 500.000.000 30 500.000.000 15 300.000.000
b. Pembinaan Mitigasi Adap-tasi Dampak Perubahan Iklim pada Komoditas Perkebunan Ha 50 50 300.000.000 50 500.000.000 75 500.000.000 75 500.000.000 50 300.000.000
Pengembangan Komoditas Perkebunan
1. Pengembangan (Perluasan, peremajaan, rehabilitasi, diversifikasi dan intensi-fikasi Komoditas Perke-bunan berbasis Kawasan)
- Komoditas Kakao Ha 4,170 4,370 1.000.000.000 4,470 1.200.000.000 4,570 1.400.000.000 4,670 1.600.000.000 4,770 1.800.000.000
- Komoditas Kelapa Ha 10,49 10,59 700.000.000 10,64 1.000.000.000 10,69 1.200.000.000 10,54 1.300.000.000 10,59 1.400.000.000
- Komoditas Aren Ha 1,12 1,22 500.000.000 1,25 750.000.000 1,30 1.000.000.000 1,35 1.200.000.000 1,40 1.300.000.000
Pembinaan dalam Pengem-bangan Kawasan Perkebunan Ha 230
500.000.000 230
500.000.000 250
600.000.000 250
600.000.000 250
600.000.000
2. Pengembangan (Perluasan, peremajaan, rehabilitasi, diversifikasi dan intensi-fikasi Komoditas Poten-sial Perkebunan
- Komoditas Cengkeh Ha 13 13 200.000.000 14 250.000.000 14 250.000.000 14 250.000.000 14 250.000.000
- Komoditas Karet Ha 50 300.000.000 50 300.000.000 50 300.000.000 50 300.000.000
- Komoditas Kelapa Sawit Ha 50 200.000.000 50 200.000.000 50 200.000.000 50 200.000.000 50 200.000.000
- Komoditas Kopi Ha 5 100.000.000 5 100.000.000 5 100.000.000 5 100.000.000 5 100.000.000
- Komoditas Nilam Ha 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000 1 100.000.000
- Komoditas Lada Ha 10 200.000.000 10 200.000.000 10 200.000.000 10 200.000.000 10 200.000.000
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pengembangan Aneka Usaha dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Pengembangan kemitraan dan kewirausahaan perkebunan MoU
2
250.000.000
2
250.000.000
3
350.000.000
3
350.000.000
4
400.000.000
Pascapanen, Pengolahan dan Akses Pembiayaan (Lembaga Keuangan Lainnya Kelompok
2
1.000.000.000
2
1.000.000.000
3
1.200.000.000
4
1.400.000.000
4
1.500.000.000
Produksi dan Pemasaran benih Tanaman Perkebunan
Produksi benih Kakao Batang 5.000 75.000.000 5.500 90.750.000 6.000 108.900.000 6.500 129.772.500 7.000 153.730.500
Produksi benih Aren Batang 5.000 75.000.000 5.500 90.750.000 6.000 108.900.000 6.500 129.772.500 7.000 153.730.500
Produksi benih Kelapa Batang 2.500 62.500.000 3.000 82.500.000 3.500 105.875.000 4.000 133.100.000 4.500 164.711.250
Pengembangan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Pengembangan benih Kakao Batang 50 100.000.000 150 200.000.000 400 580.000.000 450 720.000.000 500 880.000.000
Pengembangan benih Aren Batang 50 100.000.000 150 200.000.000 400 575.000.000 450 700.000.000 500 850.000.000
Pengembangan benih Kelapa Batang 50 75.000.000 150 175.000.000 350 450.000.000 400 550.000.000 450 700.000.000
Pelayanan Teknis Serti-fikasi dan Pengawasan Tanaman Perkebunan
Sertifikasi benih Tanaman Perkebunan Batang
20
30
750.000.000
40
850.000.000
50
1.000.000.000
60
1.200.000.000
70
1.400.000.000
Pengendalian Tanaman Perkebunan
Luasan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan Ha 62,5
54.000.000 70
75.000.000 77,5
145.000.000 85,8
185.000.000 95
250.000.000
Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Peternakan
Peningkatan Produksi Daging Ribu Ton 33.520 33.524 34.181 34.851 35.534 36.230
Peningkatan Produksi Hijauan Pakan Ternak (HPT) Ribu Ton 13.172 13.581 13.991 14.400 14.400
Penerapan Teknologi Peternakan % 56 64 72 80 80
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Retribusi Penjualan Ternak, Susu dan Telor Rupiah 87.000.000 137.200.000 154.400.000 182000000 227.000.000
- Retribusi Lab Pakan ternak Rupiah 75.000.000 100.000.000 150.000.000
Pengembangan Perbenihan ternak
Peningkatan Produksi Daging Sapi Ribu Ton
34
1.000.000.000
34
1.000.000.000
35
1.200.000.000
36
1.300.000.000
36,23
1.500.000.000
Peningkatan Produksi Ribu Ton
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Daging Kerbau 1 1.000.000.000 1 1.000.000.000 1 1.200.000.000 2 1.300.000.000 1,54 1.500.000.000
Penerbitan SKLB Sapi dan Kerbau Dokumen
150
200.000.000
150
200.000.000
200
200.000.000
150
250.000.000
150
200.000.000
Peningkatan Produksi Daging Ternak Lainnya: Ribu Ton
Kambing Ribu Ton 3 500.000.000 3 500.000.000 3 500.000.000 3 500.000.000 2,94 500.000.000
Domba Ribu Ton 3 500.000.000 3 500.000.000 3 500.000.000 3 500.000.000 2,92 500.000.000
Unggas
Ribu Ton
110
300.000.000
112
300.000.000
115
300.000.000
117
300.000.000
119,0 7
300.000.000
Pengembangan Pakan Ternak
Peningkatan Produksi Hijauan Pakan Ternak Ton
825
210.000.000
835
280.000.000
850
350.000.000
860
420.000.000
870
490.000.000
Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan Unit Usaha
90
50.000.000
100
60.000.000
110
70.000.000
120
80.000.000
130
90.000.000
Pengolahan dan Pema-saran Hasil Peternakan
Penumbuhan Kelompok Pengolah Hasil Peternakan Kelompok 4
500.000.000 4
500.000.000 4
500.000.000 4
500.000.000 4
500.000.000
Cakupan Kemitraan Kelompok Ternak dengan Dunia Usaha MoU 5
500.000.000 5
500.000.000 5
500.000.000 5
500.000.000 5
500.000.000
Pengembangan dan Perbenihan ternak Non Ruminansia
Pengembangan-penguatan instalasi Ternak Non Rumi-nansia
- Pengembangan Perbenihan Ternak Itik Damiaking(SDGH Banten) 300
800.000.000 350
2.000.000.000 400
2.300.000.000 450
2.500.000.000 500
2.700.000.000
- Pengembangan Budidaya
Ternak Ayam Buras 450
900.000.000 500
2.000.000.000 550
2.500.000.000 600
2.700.000.000 650
3.000.000.000
- Pengembangan dan Penguatan laboratorium Pakan Daerah
- Pengujian dan Pengawasan
Mutu Pakan 100
900.000.000 150
1.000.000.000 200
1.100.000.000 250
1.300.000.000 300
1.500.000.000
- Pengembangan Mutu, alat
dan teknologi Lab Pakan 10
7.000.000.000 1
1.500.000.000 1
1.500.000.000 1
1.200.000.000 1
1.200.000.000
Pengembangan Ternak Ruminansia
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
- Pengembangan Ternak Sapi Ekor 50 500.000.000 100 1.000.000.000 150 1.500.000.000 200 2.000.000.000 250 2.500.000.000
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp - Pengembangan Ternak Kerbau Ekor 15 150.000.000 25 250.000.000 40 400.000.000 55 550.000.000 75 750.000.000
- Pengembangan Ternak Kambing dan Domba Ekor
300
600.000.000
400
800.000.000
600
1.200.000.000
600
1.200.000.000
700
1.400.000.000
- Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) Ton
150
300.000.000
150
300.000.000
200
400.000.000
200
400.000.000
300
600.000.000
Penguatan Instalasi Ternak Ruminansia
- Instalasi Ternak Sapi Unit 2 1.500.000.000 1 750.000.000 1 750.000.000 1 750.000.000 1 750.000.000
- Instalasi Ternak Kerbau Unit 2 300.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000 1 150.000.000
- Instalasi Ternak kambing
dan Domba Unit 2 600.000.000 2 600.000.000 2 600.000.000 2 600.000.000 2 600.000.000
Cakupan Optimalisasi Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu % 60 2.000.000.000 70 3.000.000.000 80 4.000.000.000 90 5.000.000.000 100 6.000.000.000
Program Peningkatan Prasarana Sarana dan Penyuluhan Pertanian
Persentase Sarana Produksi Pertanian % 80.00 85.00 87.00 90.00 100.00 100.00 100.00
Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian
a. Penyediaan Pompa Air Unit 5 250.000.000 5 250.000.000 5 250.000.000 5 250.000.000 5 250.000.000
b. Penyediaan Traktor Unit 10 750.000.000 10 750.000.000 10 750.000.000 10 750.000.000 10 750.000.000
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan dan Air Irigasi
a. Peningkatan Kesuburan
Lahan Ha
500
1.500.000.000
500
1.500.000.000
500
1.500.000.000
500
1.500.000.000
500
1.500.000.000
b. Penataan Jaringan Irigasi Ha 300 2.000.000.000 300 2.000.000.000 300 2.000.000.000 300 2.000.000.000 300 2.000.000.000
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Tani
a. Peningkatan kelas kelompok
tani madya menjadi utama Kelompok
4
500.000.000
4
500.000.000
4
500.000.000
4
500.000.000
4
500.000.000
Program Penanganan Kese-hatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Persentase Pengendalian Kesehatan Hewan dan Kese-hatan Masyarakat Veteriner % 100 100 100 100 100 100
Pengendalian PHM Jenis Penyakit 3 3 3 3 3
Penjaminan Keamanan NKV 250 259 269 280 292
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja
Program (outcome) dan kegiatan (output)
Satuan
DCPT Awal Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja Akhir
Periode Renstra Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pangan Asal Hewan
Pengawasan Obat Hewan dan Produk Asal Hewan Kab/Kota 8 8 8 8 8
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Retribusi Lab Keswan dan
Kesmavet Rupiah
60.000.000
75.000.000
120.000.000
225.000.000
500.000.000
Penanggulangan Penyakit Hewan Menular
Pengendalian rabies pada populasi di wilayah tertular ekor
525
300.000.000
575
350.000.000
625
400.000.000
675
450.000.000
725
500.000.000
Pengawalan wilayah bebas brucellosis (kab/kota) kab/kota
8
500.000.000
8
550.000.000
8
700.000.000
8
750.000.000
8
800.000.000
Pengandalian AI (kasus) kasus 50 150.000.000 48 175.000.000 45 200.000.000 43 225.000.000 40 250.000.000
Pengendalian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sertifikasi dan Surveilans NKV Unit usaha produk hewan Unit
250
415.000.000
259
430.000.000
269
445.000.000
280
460.000.000
292
475.000.000
Pendampingan Kesejahteraan Hewan Lokasi
5
100.000.000
7
120.000.000
9
140.000.000
11
160.000.000
13
180.000.000
Pengawasan Obat dan Produk Asal Hewan
Pengawasan Produsen, Importir, Eksportir dan Distributor Obat Hewan Unit Usaha
10
200.000.000
13
250.000.000
17
300.000.000
22
350.000.000
28
400.000.000
Pengawasan Keamanan Produk Asal Hewan Pelaku Usaha
40
300.000.000
48
350.000.000
58
400.000.000
64
450.000.000
72
500.000.000
Pelayanan dan Pengujian Kesehatan Hewan
Jumlah Pemeriksaan dan Pengendalian PHM (Rabies, Brucellosis, AI, dan Gangrep)
3.350
750.000.000
3.515
1.000.000.000
3.690
1.200.000.000
3.860
1.400.000.000
4.040
1.600.000.000
Pelayanan dan Pengujian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Jumlah Sampel Pengujian PHM pada lab Kesmavet
1.040
750.000.000
1.352
1.000.000.000
1.757
1.200.000.000
2.284
1.400.000.000
3.799
1.600.000.000
SATKER : 200301 Dinas Pertanian
Ta
rg
Rp Ta
rg
R
p
Ta
rg
Rp Ta
rg
Rp Ta
rg
Rp Ta
rg
Rp
1 Nilai IKM 2.5 Skala (1-
4)
2,80 3,00 3,20 3,40 3,60 3,60
0 Tersusunnya
laporan kinerja
keuangan dan
neraca aset
22 Dok 22,00 153.000.000,00 22,00 153.
000.
000,
00
22,00 153.000.000,00 22,00 153.000.000,00 22,00 153.000.000,00 22,00 765.000.000,00
1 Penyusunan
Dokumen Laporan
Keuangan
17 Dok 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00
2 Penyusunan
Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP)
Aparat Pengawas
Instansi Pemerintah
(APIP)
2 Dok 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
3 Penyusunan
Dokumen Laporan
Pajak
3 Dok 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
0 Tersusunnya
dokumen
perencanaan
evaluasi dan
pelaporan
21 Dok 21,00 400.000.000,00 21,00 443.
700.
000,
00
21,00 550.000.000,00 21,00 550.000.000,00 21,00 550.000.000,00 21,00 2.493.700.000,00
1 Penyusunan
Laporan Evaluasi
Program dan
Kegiatan
3 Dok 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
2 Penyusunan
Perencanaan
Program dan
Kegiatan Tahunan
9 Dok 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
3 Penyusunan
Laporan Evaluasi
dan Pengendalian
5 Dok 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
4 Monitoring dan
Evaluasi
4 Dok 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
0 Tersedianya
sarana dan
prasarana kantor
3 Paket 3,00 500.000.000,00 3,00 500.
000.
000,
00
3,00 1.170.600.000,00 3,00 1.132.100.000,00 3,00 1.000.000.000,00 3,00 4.302.700.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
2 Paket 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
2 Pengadaan/
Pembangunan
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Terpeliharanya
Sarana dan
Prasarana Kantor
161 Paket 161,00 700.000.000,00 161,00 700.
000.
000,
00
161,00 700.000.000,00 161,00 700.000.000,00 161,00 700.000.000,00 161,00 3.500.000.000,00
LokasiTahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-6 Kondisi Kinerja Pada
Akhir Periode Renstra
Terwujudnya
kelembagaan
pemerintahan
daerah yang
berakhlakul
karimah dengan
efektif, efisien,
transparan,
akuntabel, dan
sumber daya
aparatur
Tercapainya
kinerja
penyelenggaraan
pemerintahan
yang berkualitas
1 Capian
Laporan Kinerja
Pemerintah
Provinsi Banten
2003.01 Program Tata
Kelola
Pemerintahan
Tujuan SasaranIndikator
SasaranKode
Program /
Kegiatan
Indikator Kinerja
Program (Outcome)
dan Kegiatan
(Output)
Data
Capaian
Pada
Tahun Awal
Perencana
Target Kinerja Program dan Kerangka PendanaanUnit
Kerja
SKPD
Penangg
ungjawa
2003.200301.0
1.001
Penyusunan
Laporan Kinerja
Keuangan dan
Neraca Aset
2003.200301.0
1.002
Perencanaan,
Evaluasi dan
Pelaporan
2003.200301.0
1.003
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor
2003.200301.0
1.004
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
PROVINSI BANTEN
PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS RENSTRA SKPD
PERIODE : 2017-2022
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
41 Unit 41,00 41,00 41,00 41,00 41,00 41,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
117 Unit 117,00 117,00 117,00 117,00 117,00 117,00
4 Pemeliharaan
Taman dan
Penanganan Sampah
Domestik
2 Paket 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran
140 Bulan 140,00 2.500.000.000,00 140,00 2.500.000.000,00 140,00 2.500.000.000,00 140,00 2.500.000.000,00 140,00 2.500.000.000,00 140,00 12.500.000.000,00
1 Operasional
kantor Tidak tetap
94 Orang 94,00 94,00 94,00 94,00 94,00 94,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
5 Paket 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
3 Penyediaan
Bahan Cetak
5 Paket 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
4 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
5 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
6 Penyediaan
BBM
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
7 dst 0 Bulan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Meningkatkan
Kapasitas Aparatur
16 Orang 16,00 100.000.000,00 16,00 100.000.000,00 16,00 100.000.000,00 16,00 100.000.000,00 16,00 100.000.000,00 16,00 500.000.000,00
1 Fasilitasi
Administrasi
Kepegawaian
15 Dok 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
2 Peningkatan
Kompetensi
Aparatur
1 Kegiatan 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Tercapainya
Koordinasi Kedalam
dan Keluar Daerah
24 Bulan 24,00 1.000.000.000,00 24,00 1.000.000.000,00 24,00 1.000.000.000,00 24,00 1.000.000.000,00 24,00 1.449.800.000,00 24,00 5.449.800.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2003.200301.0
1.004
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
2003.200301.0
1.005
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran
2003.200301.0
1.006
Peningkatan
Kapasitas
Aparatur
2003.200301.0
1.007
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
2 Koordinasi dan
Konsultasi dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Meningkatnya
Pengelolaan
Kearsipan dan
Pelayanan
Perpustakaan
12 Bulan 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 500.000.000,00
1 pengelolaan
arsip dinamis SKPD
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Data Pembangunan
Sektoral
18 Dok 18,00 250.000.000,00 18,00 250.000.000,00 18,00 300.000.000,00 18,00 300.000.000,00 18,00 300.000.000,00 18,00 1.400.000.000,00
1 Penyusunan
Profil Kinerja
Program Perangkat
Daerah
2 Dok 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
2 Pembuatan
Visualisasi
Perangkat Daerah
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
3 Pengelolaan
Website PD
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
4 Penyusunan
Statistik Sektoral
dan Informasi
Geospasial Tematik
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5 Pengelolaan
PPID
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
6 Penyusunan
Laporan Survey
Kepuasaan
Masyarakat
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Tersedianya
Sarana Prasarana
Kantor
8 Paket 8,00 100.000.000,00 8,00 100.000.000,00 8,00 100.000.000,00 8,00 100.000.000,00 8,00 100.000.000,00 8,00 500.000.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
5 Paket 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
2 Pengadaan/
Pembangunan
Gedung/Kantor
3 Paket 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
0 Terpeliharanya
Sarana dan
Prasarana Kantor
127 Paket 127,00 300.000.000,00 127,00 300.000.000,00 127,00 300.000.000,00 127,00 300.000.000,00 127,00 300.000.000,00 127,00 1.500.000.000,00
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
18 Paket 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
57 Unit 57,00 57,00 57,00 57,00 57,00 57,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
52 Unit 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00
2003.200301.0
1.007
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
2003.200301.0
1.008
Peningkatan
Pengelolaan
Kearsipan dan
Pelayanan
Perpustakaan
2003.200301.0
1.009
Penyediaan Data
Pembangunan
Sektoral
2003.200301.0
1.010
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Benih Induk
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.011
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai Benih
Induk Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran
61 Paket 61,00 800.000.000,00 61,00 800.000.000,00 61,00 800.000.000,00 61,00 800.000.000,00 61,00 800.000.000,00 61,00 4.000.000.000,00
1 Operasional
kantor Tidak tetap
19 Orang 19,00 19,00 19,00 19,00 19,00 19,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
6 Paket 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
3 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
4 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
5 Penyediaan
BBM
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tercapainya
Koordinasi Kedalam
dan Keluar Daerah
24 Bulan 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 750.000.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Koordinasi dan
Konsultasi Ke Dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Proteksi Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
18 Paket 18,00 200.000.000,00 18,00 200.000.000,00 18,00 200.000.000,00 18,00 200.000.000,00 18,00 200.000.000,00 18,00 1.000.000.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
15 Paket 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
2 Pengadaan/
Pembangunan
Gedung/Kantor
3 Paket 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
0 Terpeliharanya
sarana dan
prasarana kantor
78 Paket 78,00 300.000.000,00 78,00 300.000.000,00 78,00 300.000.000,00 78,00 300.000.000,00 78,00 300.000.000,00 78,00 1.500.000.000,00
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
4 Paket 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
62 Unit 62,00 62,00 62,00 62,00 62,00 62,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
12 Unit 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Proteksi
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
135 Bulan 135,00 2.000.000.000,00 135,00 2.000.000.000,00 135,00 2.000.000.000,00 135,00 2.000.000.000,00 135,00 2.000.000.000,00 135,00 10.000.000.000,00
2003.200301.0
1.012
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Benih Induk
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.013
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
pada Balai Benih
Induk Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
2003.200301.0
1.014
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Proteksi Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
2003.200301.0
1.015
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai
Proteksi Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
2003.200301.0
1.016
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Proteksi
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
1 Operasional
kantor Tidak tetap
93 Orang 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
6 Paket 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
3 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 1.212,00 12,00 12,00
4 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
5 Penyediaan
BBM
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tercapainya
Rapat Koordinasi
Kedalam dan Keluar
Daerah pada
BPTPHBUN
24 Bulan 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 1.250.000.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Koordinasi dan
Konsultasi Ke Dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Sarana Prasarana
Kantor
11 Paket 11,00 100.000.000,00 11,00 100.000.000,00 11,00 100.000.000,00 11,00 100.000.000,00 11,00 100.000.000,00 11,00 500.000.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
UPTD BPSB
11 Paket 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00
0 Terpeliharanya
Sarana dan
Prasarana Kantor
12 Bulan 12,00 350.000.000,00 12,00 350.000.000,00 12,00 350.000.000,00 12,00 350.000.000,00 12,00 350.000.000,00 12,00 1.750.000.000,00
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
BPSBTPH
19 Paket 19,00 1.000.000.000,00 19,00 1.000.000.000,00 19,00 1.000.000.000,00 19,00 1.000.000.000,00 19,00 1.000.000.000,00 19,00 5.000.000.000,00
1 Operasional
kantor Tidak tetap
15 Orang 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2003.200301.0
1.016
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Proteksi
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.017
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
pada Balai
Proteksi Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
2003.200301.0
1.018
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Pengawasan dan
Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.019
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai
Pengawasan dan
Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.020
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Pengawasan
dan Sertifikasi
Benih Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
3 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5 Penyediaan
BBM
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Tercapainya
Koordinasi Kedalam
dan Keluar Daerah
pada BPSBTPH
24 Bulan 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 250.000.000,00 24,00 1.250.000.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Koordinasi dan
Konsultasi Ke Dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Sarana Prasarana
Kantor pada BPPV
12 Paket 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 100.000.000,00 12,00 500.000.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
12 Paket 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Pengadaan/
Pembangunan
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Terpeliharanya
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada BPPV
23 Paket 23,00 300.000.000,00 23,00 300.000.000,00 23,00 300.000.000,00 23,00 300.000.000,00 23,00 300.000.000,00 23,00 1.500.000.000,00
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
11 Unit 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
11 Unit 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran
60 Bulan 60,00 1.000.000.000,00 60,00 1.000.000.000,00 60,00 1.000.000.000,00 60,00 1.000.000.000,00 60,00 1.000.000.000,00 60,00 5.000.000.000,00
1 Operasional
kantor Tidak tetap
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
12 Paket 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
3 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2003.200301.0
1.020
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Pengawasan
dan Sertifikasi
Benih Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
2003.200301.0
1.021
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
pada Balai
Pengawasan dan
Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2003.200301.0
1.022
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Pelayanan dan
Pengujian
Veteriner
2003.200301.0
1.023
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai
Pelayanan dan
Pengujian
Veteriner
2003.200301.0
1.024
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Pelayanan
dan Pengujian
Veteriner
4 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
5 Penyediaan
BBM
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tercapainya
Koordinasi Kedalam
dan Keluar Daerah
pada BPPV
24 Bulan 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 750.000.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Koordinasi dan
Konsultasi Ke Dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Sarana Prasarana
Kantor pada BPP
2 Paket 2,00 500.000.000,00 2,00 500.000.000,00 2,00 500.000.000,00 2,00 500.000.000,00 2,00 500.000.000,00 2,00 2.500.000.000,00
1 Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pengadaan/
Pembangunan
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
0 Terpeliharanya
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai
Pengembangan
Perternakan
19 Paket 19,00 350.000.000,00 19,00 350.000.000,00 19,00 350.000.000,00 19,00 350.000.000,00 19,00 350.000.000,00 19,00 1.750.000.000,00
1 Pemeliharan
dan Rehabilitasi
Gedung/Kantor
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pemeliharaan
Kendaraan Dinas
Operasional
6 Unit 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
3 Pemeliharaan
Inventaris
Kantor/APK
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tersedianya
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Kantor BPP
49 Bulan 49,00 1.000.000.000,00 49,00 1.000.000.000,00 49,00 1.000.000.000,00 49,00 1.000.000.000,00 49,00 1.000.000.000,00 49,00 5.000.000.000,00
1 Operasional
kantor Tidak tetap
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Penyediaan
Barang Habis Pakai
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
3 Penyediaan
Makan dan Minum
Kantor
12 Paket 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
4 Penyediaan
Operasional Jasa
Kantor
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2003.200301.0
1.024
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai Pelayanan
dan Pengujian
Veteriner
2003.200301.0
1.025
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
pada Balai
Pelayanan dan
Pengujian
Veteriner
2003.200301.0
1.026
Pengadaan
Sarana Prasarana
Kantor pada Balai
Pengembangan
Perternakan
2003.200301.0
1.027
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana Kantor
pada Balai
Pengembangan
Perternakan
2003.200301.0
1.028
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai
Pengembangan
Perternakan
5 Penyediaan
BBM
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
0 Tercapainya
Koordinasi Kedalam
dan Keluar Daerah
24 Bulan 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 150.000.000,00 24,00 750.000.000,00
1 Koordinasi dan
Konsultasi Keluar
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
2 Koordinasi dan
Konsultasi Ke Dalam
Daerah
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
1 Capaian
Produksitivitas
Tanaman Padi
55.68
Ton/Ha
57,35 59,07 60,84 62,67 64,55 64,55
2 Capaian
Produksi Tanaman
Padi
2396688
Ton
2.408.671,
00
2.420.714,
00
2.432.818,
00
2.444.982,
00
2.457.207,
00
12.164.394
,00
3 Capaian
Produksi Tanaman
Jagung
20551 Ton 21.579,00 22.657,00 23.790,00 24.980,00 26.229,00 119.235,00
4 Capaian
Produksi Tanaman
Kedelai
6801 Ton 7.141,05 7.498,10 7.873,01 8.266,65 8.679,99 39.458,81
0 Tercapaianya
Peningkatan
Produksi Padi dan
Jagung
100 % 100,00 1.904.225.000,00 100,00 1.904.225.000,00 100,00 1.904.225.000,00 100,00 1.904.225.000,00 100,00 1.904.225.000,00 100,00 9.521.125.000,00
1 Demfarm
Intensifikasi Padi
Sawah
15 Ha 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00
2 Demfarm
Intensifikasi Padi
Ladang
10 Ha 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
3 Gerakan
Tanam dan Panen
Padi
40000 Ha 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00
4 Demfarm
Intensifikasi Jagung
30 Ha 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
5 Gerakan
Tanam dan Panen
Jagung
8000 Ha 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00
6 Peningkatan
Kapasitas petugas
pengumpul data
Tanaman Pangan
(Padi dan Jagung)
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7 Demplot
Budidaya Mina Padi
20 Ha 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
8 dst 0 Ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2003.200301.0
1.028
Penyediaan
Barang dan Jasa
Perkantoran pada
Balai
Pengembangan
Perternakan
2003.200301.0
1.029
Rapat Koordinasi
Kedalam dan
Keluar Daerah
pada Balai
Pengembangan
Perternakan
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.15 Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Tanaman Pangan
2003.200301.1
5.004
Peningkatan
Produksi,
Produktivitas dan
Mutu Produk
Serelia
0 Tercapaianya
Produksi Kedelai,
kacang Hijau,
Kacang Tanah, Ubi
Jalar dan Ubi Kayu
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.500.000.000,00
1 Pembinaan dan
Pengembangan
Budidaya Aneka
Kacang melalui
Pengelolaan
Tanaman Terpadu
175 Ha 175,00 175,00 175,00 175,00 175,00 175,00
2 Pembinaan dan
Pengembangan
Budidaya Aneka
Umbi melalui
Pengelolaan
Tanaman Terpadu
24 Ha 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00
3 dst 0 Ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Pengembangan
Teknologi dan Pasca
panen Tanaman
pangan
10
Kelompok
10,00 500.000.000,00 10,00 500.000.000,00 10,00 500.000.000,00 10,00 500.000.000,00 10,00 500.000.000,00 10,00 2.500.000.000,00
1 Penerapan
Teknologi Pertanian
Padi Varietas Baru
(Demplot Ramah
Lingkungan)
10 Ha 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
2 Penanganan
Pasca Panen Hasil
Tanaman Pangan
(susut Hasil)
100 Ha 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3 Pembinaan
UPH Hasil Tanaman
Pangan
30 Orang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
4 dst 0 Kelompo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tersedianya
Benih padi, Jagung
dan kedelai
100 % 100,00 1.000.000.000,00 100,00 1.000.000.000,00 100,00 1.000.000.000,00 100,00 1.000.000.000,00 100,00 1.000.000.000,00 100,00 5.000.000.000,00
1 Produksi Benih
Bersertifikat
Tanaman Padi Pola
Kemitraan
25 Ton 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00
2 Produksi Benih
Bersertifikat
Tanaman Jagung
Pola Kemitraan
3 Ton 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
3 Produksi Benih
Bersertifikat
Tanaman Kedelai
Pola Kemitraan
5 Ton 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
4 Penyediaan
Cadangan Benih
Daerah (CBD)
Tanaman Padi Pola
Kemitraan
10 Ton 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
5 Pertemuan dan
Pembinaan
Penyediaan Benih
Pola Kemitraan
200 Orang 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00
6 Evaluasi Mutu
Stock Benih
10 Periode 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
7 dst 0 Ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2003.200301.1
5.005
Peningkatan
Produksi,
Produktivitas dan
Mutu aneka
Kacang dan Umbi
2003.200301.1
5.006
Pengembangan
Teknologi dan
Pasca panen
Tanaman pangan
2003.200301.1
5.020
Produksi dan
Pemasaran benih
Tanaman Pangan
0 Tercapainya
Luasan
Pengendalian OPT
Tanaman Pangan
382873 Ha 382.873,00 600.000.000,00 373.628,00 600.000.000,00 364.725,00 600.000.000,00 364.725,00 600.000.000,00 356.150,00 600.000.000,00 356.150,00 3.000.000.000,00
1 Pertemuan
Teknis Sinkronisasi
Pelaporan Serangan
OPT Tanaman
Pangan
1 Keg 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pembinaan
Petugas Pengendali
OPT, Lab. PHP di 8
Wilayah Kerja
Pengamatan OPT
100
Petugas
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3 Sosialisasi
Hasil Peramalan OPT
Tanaman Pangan
90 Petugas 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
4 Surveillance
OPT WBC dan
Penggerek Batang
Padi
6 Keg 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
5 Peningkatan
Operasional LPPHP
untuk OPT Pangan (2
Instalasi LAB)
2 Keg 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
6 Gerakan
Pengendalian OPT
Tanaman Pangan
pada Wilayah
Terserang
10 Titik 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
7 Teknis
Pengumpulan data
OPT
4 Keg 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
8 Pengawasan
dan Peredaran
Pestisida
12 Kali 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
9 Penyusunan
SPM (Standar
Pelayanan Minimal)
Pengendalian OPT
Tanaman
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
10 dst 0 Ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Pengembangan
Benih Padi, Jagung
dan Kedelai
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.500.000.000,00
1 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Padi
10 Ton 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
2 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Jagung
4 Ton 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
3 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Kedelai
5 Ton 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
4 dst 0 Ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
rekomendasi
produsen benih,
pengedar benih, dan
sertifikat/legalisasi
Label Benih
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.500.000.000,00
2003.200301.1
5.024
Perlindungan
Tanaman Pangan
2003.200301.1
5.028
Pengembangan
Perbenihan
Tanaman Pangan
2003.200301.1
5.029
Pelayanan Teknis
Sertifikasi dan
Pengawasan
Tanaman Pangan
1 Sertifikasi
benih sumber dan
sebar tanaman
Pangan
610 Ton 610,00 610,00 610,00 610,00 610,00 610,00
2 Inventarisasi
Penyebaran Varietas
Tanaman Pangan
dan Pemetaan Zona
Varietas
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
3 Pengawasan
Mutu Benih
4500 Ton 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00
4 Fasilitasi
Pengujian Benih
Secara Laboratoris
18000
Analisa
18.000,00 18.000,00 18.000,00 18.000,00 18.000,00 18.000,00
5 Fasilitasi
Sinkronisasi Teknis
Pengawasan Mutu
dan Sertifikasi Benih
Tanaman
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
6 Gebyar
Sertfikasi
Perbenihan Tanaman
Pangan
1 Keg 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7 Pengembangan
Plasmanutfah dan
Persiapan Pelepasan
Varietas
1 Varietas 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
8 dst 0 Ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 Capaian
Produksi Tanaman
Cabai
7498 Ton 8.246,00 8.970,00 10.101,00 10.692,00 11.672,00 49.681,00
2 Capaian
Produksi Tanaman
Bawang Merah
700 Ton 735,00 771,75 810,33 850,85 893,39 4.061,33
0 Tercpainya
Pengembangan
benih Bawang
Merah,benih
Cabai,benih
Biofarmaka,benih
100 % 100,00 900.000.000,00 100,00 900.000.000,00 100,00 900.000.000,00 100,00 900.000.000,00 100,00 900.000.000,00 100,00 4.500.000.000,00
1 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Bawang
Merah
4000 Kg 4.000,00 4.000,00 4.000,00 4.000,00 4.000,00 24.000,00
2 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Tanaman
Cabai
1500 Gram 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 9.000,00
3 Pemeliharaan
Calon Duplikasi PI
Tanaman Buah-
buahan
1500 pohon 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 9.000,00
4 Penyediaan
Benih Sumber
Tanaman Buah
7500
batang
7.500,00 7.500,00 7.500,00 7.500,00 7.500,00 45.000,00
5 Operasional
Instalasi
Laboratorium Kultur
Jaringan
1 paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
2003.200301.1
5.029
Pelayanan Teknis
Sertifikasi dan
Pengawasan
Tanaman Pangan
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.16 Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Hortikultura
2003.200301.1
6.020
pengembangan
Perbenihan
Tanaman
Hortikultura
6 dst 0 Kg 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 meningkatnya
Produksi Komoditas
Durian,manggis,ram
butan
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.500.000.000,00
1 Demplot Pada
Kawasan Budidaya
Melon dan Pepaya
1 ha 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
2 Pengembangan
Durian dan Manggis
di Pandeglang,
Lebak dan Serang
75
petugas/pe
tani
75,00 75,00 75,00 75,00 75,00 450,00
3 Registrasi
Kebun Buah dan
Florikultura
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
4 Pengembangan
Teknis Budidaya
Philodendron sesua
GAP/SOP
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
5 Pengembangan
Teknis Budidaya
Manggis sesuai
GAP/SOP
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
6 Pengembangan
Teknis Budidaya
Anggrek sesuai
GAP/SOP
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
7 Pengembangan
Teknis Budidaya
Durian sesuai
GAP/SOP
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
8 Pengembangan
Teknis Budidaya
Rambutan sesuai
GAP/SOP
30
petugas/pe
tani
30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
9 dst 0 ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 meningkatnya
Produksi Komoditas
Bawang Merah,cabe
100 % 100,00 800.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 4.000.000.000,00
1 Penyusunan
ASEM Sayuran dan
Tanaman Obat
30 orang 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
2 Pertemuan
Pola Tanam Sayuran
40 orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 240,00
3 Demplot Aneka
Cabai
4 ha 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 240,00
4 Demplot
Bawang Merah
Melalui Umbi
2 ha 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
5 Demplot
Bawang Merah
Melalui Biji
1 ha 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
2003.200301.1
6.020
pengembangan
Perbenihan
Tanaman
Hortikultura
2003.200301.1
6.021
Peningkatan
Produksi Buah
dan Florikultura
2003.200301.1
6.022
Peningkatan
Produksi Sayuran
dan Tanaman
Obat
6 Demplot
Budidaya Jamur
Tiram Sesuai
SOP/GAP
1 lokasi 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
7 Demplot
Budidaya Jamur
Merang Sesuai
SOP/GAP
1 lokasi 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
8 Demplot
Budidaya Sayuran
Daun Sesuai
SOP/GAP
1 ha 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
9 Demplot
Budidaya Sayuran
Buah Sesuai
SOP/GAP
1 ha 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
10 Gerakan Makan
Sayuran (GEMAS)
Tingkat Provinsi
200 orang 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 1.200,00
11 Gerakan
Perempuan untuk
Optimalisasi
Pekarangan (GPOP)
30 orang 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
12 dst 0 Ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Inovasi
Teknologi
Produksi,Pasca
Panen dan promsi
Hortikultura
100 paket 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 2.500.000.000,00
1 Rapat
Koordinasi Bidang
Hortikultura
2 dokumen 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
2 Penerapan
Inovasi Teknologi
Prooning (Pangkas
Daun) pada
Budidaya Komoditas
Bawang Merah
2 kelompok
tani
2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
3 Penerapan
Inovasi Teknologi
Budidaya Bawang
Merah melalui Semai
Biji
2 kelompok
tani
2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
4 Penerapan
Inovasi Teknologi
Topworking pada
Tanaman Durian
75
petani/petu
gas
75,00 75,00 75,00 75,00 75,00 450,00
5 Peningkatan
Penerapan Good
Handling Practice
pada Komoditas :
Cabai Merah,
Bawang Merah,
100
petani/petu
gas
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 600,00
6 Promosi dan
Informasi
2 kegiatan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
7 dst 0 paket 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 produksi benih
bawang merah,benih
cabai,benih durian
100 % 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 3.000.000.000,00
1 Produksi Benih
Bersertifikat Bawang
Merah Pola
Kemitraan
4 ton 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 24,00
2003.200301.1
6.022
Peningkatan
Produksi Sayuran
dan Tanaman
Obat
2003.200301.1
6.023
Pengembangan
Teknologi dan
Pasca Panen
Hortikultura
2003.200301.1
6.024
Produksi dan
Pemasaran benih
Tanaman
Hortikultura
2 Produksi Benih
Bersertifikat Cabai
Pola Kemitraan
1500 Gram 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 9.000,00
3 Produksi Bibit
Tanaman Durian
Secara Vegetatif
Pola Kemitraan
10000
batang
10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 60.000,00
4 dst 0 ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Luasan
Pengendalian OPT
Tanaman
Hortikultura
1032 ha 1.103,00 651.690.000,00 1.176,00 651.690.000,00 1.219,00 651.690.000,00 1.292,00 651.690.000,00 1.292,00 651.690.000,00 7.374,00 3.258.450.000,00
1 Terfasilitasinya
Lab. LPHP Wilayah
Serang dan Lebak
2 titik 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
2 Terfasilitasinya
Sarana Pengendalian
OPT Ramah
Lingkungan pada
Tanaman
Hortikultura
4 tituk 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 24,00
3 Terbinanya
SDM Petugas
Lapang POPT/PHP
2 kegiatan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
4 Tersusunnya
Peramalan dan
Terpetakannya OPT
Utama Hortikultura
1 kegiatan 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
5 dst 0 ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercpainya
Jumlah Sertifikat
Kompetensi
Produsen Benih
Tanaman
Hortikultura
100 % 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 2.500.000.000,00
1 Sertifikasi
Benih Tanaman
Hortikultura
40 unit 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00
2 Determinasi
dan Pendaftaran
Varietas Hortikultura
3 varietas 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 18,00
3 Pengawasan
Peredaran Benih
50
produsen
50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 300,00
4 dst 0 unit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 Peningkatan
Produktivitas
Komoditas Unggulan
Perkebunan Kakao
3184 Kg/Ha 3.343,20 3.510,36 3.685,88 3.870,17 4.063,68 18.473,29
2 Capaian
Produksi Tanaman
Aren
1694 Ton 1.728,00 1.762,00 1.798,00 1.834,00 1.870,00 8.992,00
3 Capaian
Produksi Tanaman
Kelapa
43116 Ton 43.978,00 44.858,00 45.755,00 46.670,00 47.604,00 228.865,00
2003.200301.1
6.024
Produksi dan
Pemasaran benih
Tanaman
Hortikultura
2003.200301.1
6.025
Perlindungan
Tanaman
Hortikultura
2003.200301.1
6.032
Pelayanan Teknis
Sertifikasi dan
Pengawasan
Tanaman
Hortikultura
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.17 Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Perkebunan
0 Tersedianya
bibit generatif kakao,
aren dan kelapa
melalui pola
kemitraan
12500
batang
14.000,00 300.000.000,00 15.500,00 300.000.000,00 17.000,00 400.000.000,00 18.500,00 350.000.000,00 18.500,00 400.000.000,00 114.500,00 1.750.000.000,00
1 Pembinaan
Penyediaan Bibit
Generatif Kakao
Pola Kemitraan
5000
batang
500,00 5.500,00 6.000,00 6.500,00 7.000,00 37.000,00
2 Pembinaan
Penyediaan Bibit
Generatif Aren Pola
Kemitraan
5000
batang
500,00 5.500,00 6.000,00 6.500,00 7.000,00 37.000,00
3 Pembinaan
Penyediaan Bibit
Generatif Kelapa
Pola Kemitraan
2500
batang
500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 4.500,00 22.000,00
4 dst 100 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
0 Tersedianya
benih kakao, aren
dan kealpa untuk
kebun induk
400
batang/poh
on
400,00 300.000.000,00 450,00 300.000.000,00 1.150,00 400.000.000,00 1.300,00 350.000.000,00 1.450,00 326.400.000,00 6.200,00 1.676.400.000,00
1 Terfasilitasinya
pembuatan Kebun
Induk Tanaman
Kakao
200 pohon 250,00 300,00 350,00 400,00 450,00 2.200,00
2 Terfasilitasinya
pembuatan Kebun
Induk Tanaman Aren
100 pohon 100,00 150,00 400,00 450,00 500,00 1.250,00
3 Terfasilitasinya
pembuatan Kebun
Induk Tanaman
Kelapa
100 pohon 100,00 150,00 350,00 400,00 450,00 1.900,00
4 dst 100 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
0 Sertifikasi
benih Tanaman
Perkebunan
20 batang 20,00 200.000.000,00 30,00 200.000.000,00 40,00 350.000.000,00 50,00 350.000.000,00 60,00 250.000.000,00 260,00 1.350.000.000,00
1 Sertifikasi
Benih Tanaman
Perkebunan
10 unit 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 60,00
2 Pengawasan
Peredaran Benih
10
produsen/p
engedar
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 60,00
3 dst 100 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
0 Luasan
Pengendalian OPT
Tanaman
Perkebunan
62.5 ha 62,50 300.000.000,00 70,00 300.000.000,00 77,50 400.000.000,00 85,80 350.000.000,00 95,00 300.000.000,00 485,80 1.650.000.000,00
1 pembinaan
proteksi/perlindunga
n tanaman
perkebunan
40 orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 240,00
2 Rapat Teknis
Proteksi/Perlindunga
n Tanaman
Perkebunan
30 orang 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 180,00
2003.200301.1
7.013
Produksi dan
Pemasaran Benih
Tanaman
Perkebunan
2003.200301.1
7.014
Pengembangan
Perbenihan
Tanaman
Perkebunan
2003.200301.1
7.015
Pelayanan Teknis
Sertifikasi dan
Pengawasan
Tanaman
Perkebunan
2003.200301.1
7.016
Perlindungan
Tanaman
Perkebunan
3 dst 0 ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Peningkatan
Produksi Komoditas
potensial
Perkebunan
100 % 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 650.000.000,00 100,00 650.000.000,00 100,00 3.300.000.000,00
1 Penguatan
Kelembagaan
Penangkar Benih
Komoditas
Perkebunan
10 orang 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 60,00
2
Pengembangan
Kebun Sumber
Benih
1 unit 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
3 Sekolah
Lapang Good
Agriculture Practice
(SL- GAP)
40 orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 240,00
4 Sekolah
Lapang Good
Agriculture Practice
(SL- PHT)
40 orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 240,00
5 Pembangunan
Kebun Percontohan
2 unit 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
6 Demplot Kebun
Sehat Komoditas
Perkebunan
50 ha 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 300,00
7 Pengendalian
OPT Tanaman
Perkebunan
50 ha 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 300,00
8 Penyediaan
Data Produksi
Perkebunan
1 dokumen 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
9 dst 0 TOn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Pengembangan
(Perluasan,
peremajaan,
rehabilitasi,
diversifikasi dan
intensifikasi)
100 % 100,00 800.000.000,00 100,00 1.071.100.000,00 100,00 1.215.700.000,00 100,00 1.125.900.000,00 100,00 1.000.000.000,00 100,00 5.212.700.000,00
1 Pengembangan
Kawasan
Perkebunan
1 kegiatan 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00
2 Pengembangan
Komoditas Potensial
Perkebunan
3
komoditas
3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 18,00
3 Teknis
Pengembangan
Kawasan
Perkebunan
3 kegiatan 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 18,00
4 dst 0 ha 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Pengembangan
kemitraan,kewirausa
haan, Pascapanen,
Pengolahan dan
Akses Pembiayaan
100 % 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 550.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 2.650.000.000,00
2003.200301.1
7.016
Perlindungan
Tanaman
Perkebunan
2003.200301.1
7.017
Peningkatan
Produksi
Komoditas
Perkebunan
2003.200301.1
7.018
Pengembangan
Komoditas
Perkebunan
2003.200301.1
7.019
Pengembangan
Aneka Usaha dan
Pemasaran Hasil
Perkebunan
1 PEMBINAAN
USAHA
PERKEBUNAN
4 Mou 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 24,00
2 PENANGANAN
PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN
DAN KEMANDIRIIAN
USAHA
PERKEBUNAN
3 kelompok
tani
3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 18,00
3 PROMOSI
HASIL PRODUK
PERKEBUNAN
4 kegiatan 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 24,00
4 PENERAPAN
TEKNOLOGI TEPAT
GUNA HASIL
TANAMAN
PERKEBUNAN
2 kegiatan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 12,00
5 dst 0 kelompok 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 Peningkatan
Produksi Daging
33.52 Ton 33,52 34,18 35,85 35,53 36,23 174,32
0 Tercapainya
peningkatan
produksi Daging
sapi, Kerbau dan
Ternak Lainnya serta
penerbitan SKLB
100 % 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 600.000.000,00 100,00 3.000.000.000,00
1 Pemetaan dan
pendataan Potensi
wilayah populasi
produksi bibit ternak
sapi dan kerbau
dalam mengukur
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2 Pengawasan
Mutu benih, Bibit
Ternak Sapi dan
Kerbau serta
Penerbitan SKLB
(Surat Keterangan
4 Keg 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
3 Penyusunan
Proposal Penetapan
Plasma nutfah/
SDGH Asli Banten
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4 Pemetaan
Penggunaan semen
beku
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5 Pengawasan
peredaran dan
Produksi DOC dan
DOD Final Stock
diunit Usaha dan
masyarakat
1 Keg 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
6 Penyusunan
Standar Mutu Bibit
Plasma Nutfah
kambing Kosta
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7 dst 0 Dok 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Peningkatan
Produksi Hijauan
Pakan Ternak serta
Pengawasan Mutu
dan Keamanan
100 % 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 596.068.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 2.596.068.000,00
1 Kaji Terap
Pengembangan
Hijauan Pakan dan
Pengawasan Mutu
dan Keamanan
Pakan Ternak
80 Ton 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00
2003.200301.1
7.019
Pengembangan
Aneka Usaha dan
Pemasaran Hasil
Perkebunan
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.18 Program
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Peternakan
2003.200301.1
8.001
Pengembangan
Perbibitan Ternak
2003.200301.1
8.002
Pengembangan
Pakan ternak
2 Workshop
Pengembangan
Bahan Baku Pakan
dan Hijauan Pakan
Ternak
200 Orang 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00
3 Pembinaan ,
Penerapan Teknologi
Pakan Sederhana
dan unit pengolah
pakan ternak ( UPP)
di Wilayah Provinsi
50 Orang 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00
4 dst 0 Ton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Penumbuhan
Kelompok Pengolah
hasil Peternakan dan
Cakupan Kemitraan
Kelompok Ternak
100 % 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 2.500.000.000,00
1 FGD Akses
Pembiayaan,
Asuransi Ternak dan
Kemitraan dengan
Pelaku Usaha
5 MOU 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
2 Asuransi
Ternak Ruminansia
100 Ekor 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3 Pembinaan dan
Pengawasan
Kelembagaan
Pengolahan Produk
Hewan
8 Peternak 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
4 Pengembangan
Mutu dan
Standarisasi Produk
Hewan
10
Kelompok
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
5 Fasilitasi
Promosi dan
Publikasi Komoditas
Peternakan
4 Kegiatan 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
6 Rapat
Koordinasi Teknis
Bidang Peternakan
2018
80 Orang 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00
7 dst 0 Keg 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 pengembangan
lab pakan dan
hijauan pakan ternak
100 % 100,00 400.000.000,00 100,00 400.000.000,00 100,00 500.000.000,00 100,00 400.000.000,00 100,00 400.000.000,00 100,00 2.100.000.000,00
1 Pengembangan
dan Penguatan
Laboratorium Pakan
Daerah
100 sampel 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2 Pengembangan
Teknologi Pakan
100 Kg 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3 dst 0 sampel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapianya
Cakupan
Optimalisasi
Pengembangan
Kawasan Pertanian
Terpadu
60 % 70,00 300.000.000,00 80,00 300.000.000,00 90,00 300.000.000,00 100,00 300.000.000,00 100,00 300.000.000,00 100,00 1.500.000.000,00
1 Penanaman
Tanaman Peneduh di
Kawasan Sitandu
1 Keg 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2003.200301.1
8.002
Pengembangan
Pakan ternak
2003.200301.1
8.003
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
Peternakan
2003.200301.1
8.004
Pengujian Mutu
Pakan dan
Hijauan Pakan
ternak
2003.200301.1
8.005
Pengembangan
Kawasan
Pertanian terpadu
2 Penataan
Drainase di Areal
Batas Kawasan
Sitandu
300 Meter 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00
3 Penataan dan
Normalisasi Irigasi
Kawasan Sitandu
1 Keg 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4 dst 0 Keg 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Pengembangan
dan penguatan
instalasi Ternak non
Ruminansia dan
Ternak Ruminansia
100 % 100,00 1.196.068.000,00 100,00 1.196.068.000,00 100,00 1.300.000.000,00 100,00 1.196.068.000,00 100,00 1.196.068.000,00 100,00 6.084.272.000,00
1 Budidaya
Ternak
Domba/Kambing
200 Ekor 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00
2 Budidaya
Ternak Sapi
35 Ekor 35,00 35,00 35,00 35,00 35,00 35,00
3 Budidaya
Ternak Kerbau
11 Ekor 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00
4 Budidaya
Ternak Ayam Buras
400 Ekor 400,00 400,00 400,00 400,00 400,00 400,00
5 Perbibitan
Ternak Itik
Damiaking
300 Ekor 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00
6 dst 0 Ekor 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 Persentase
Sarana Produksi
Pertanian
80 % 85,00 87,00 90,00 100,00 100,00 100,00
0 Tercapainya
prasarana dan
sarana pertanian
berupa Pompa air
dan Traktor
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 800.000.000,00 100,00 840.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.740.000.000,00
1 Workshop
Pemeliharaan dan
Perbaikan Alat dan
Mesin Pertanian
60 Orang 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
2 Workshop
Manajemen
Kelompok UPJA
60
Kelompok
60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
3 Penyediaan
Sarana Pertanian
14 Unit 14,00 14,00 14,00 14,00 14,00 14,00
4 Fasilitasi
Pengawasan
Peredaran Pupuk
Pestisida
2 Dokumen 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
2003.200301.1
8.005
Pengembangan
Kawasan
Pertanian terpadu
2003.200301.1
8.006
Perbibitan Ternak
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.19 Program
Peningkatan
Prasarana Sarana
dan Penyuluhan
Pertanian
2003.200301.1
9.001
Penyediaan
Prasarana dan
Sarana Pertanian
5 Penyusunan
Alokasi Pupuk
Bersubsidi
2 Dokumen 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
6 Pengawasan
Alat dan Mesin
Pertanian
120 Orang 120,00 120,00 120,00 120,00 120,00 120,00
7 dst 0 kelompok 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
peningkatan
kesuburan lahan dan
penataan jaringan
irigasi
100 % 100,00 740.000.000,00 100,00 740.000.000,00 100,00 740.000.000,00 100,00 900.000.000,00 100,00 740.000.000,00 100,00 3.860.000.000,00
1 Rakorbid
Prasarana, Sarana
dan Penyuluhan
Pertanian
60 Orang 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
2 Penataan
Prasarana Pertanian
Untuk Lahan (
Kesuburan Lahan )
125 Ha 125,00 125,00 125,00 125,00 125,00 125,00
3 Penataan
Prasarana Pertanian
Untuk Irigasi
1250 Ha 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00
4 Optimasi Lahan
( Penyiapan
Prakondisi
Pemanfaatan Lahan
Terlantar )
1500 Ha 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00
5 pengadaan
lahan BBI ( Balai
Benih Induk)
0 Ha 0,00 0,00 0,00 0,00 30,00 30,00
6 Dst 0 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Peningkatan
kelas kelompok tani
madya menjadi
utama
4
Kelompok
4,00 1.600.000.000,00 4,00 1.800.000.000,00 4,00 1.800.000.000,00 4,00 1.800.000.000,00 4,00 1.600.000.000,00 4,00 8.600.000.000,00
1 Pembinaan
Peningkatan Hasil
Usaha Tani
100 Orang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2 Pembinaan
Sistem Kerja Latihan
Supervisi
568 Orang 568,00 568,00 568,00 568,00 568,00 568,00
3 Penilaian
Kinerja SDM
Penyuluh, dan
Pelaku utama
4 Kategori 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
4 Penilaian
Kelembagaan
Penyuluh dan
Kelembagaan Pelaku
Utama Berprestasi
7 Kategori 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00
5 Pembinaan
Penyuluh Swadaya
85 Orang 85,00 85,00 85,00 85,00 85,00 85,00
6 Rembug KTNA
Provinsi Banten
40 Orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00
2003.200301.1
9.001
Penyediaan
Prasarana dan
Sarana Pertanian
2003.200301.1
9.002
Optimalisasi
Pemanfaatan
Lahan dan Air
Irigasi
2003.200301.1
9.003
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Tani
7 Penyusunan
Programa
Penyuluhan
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
8 dst 0
Kelompok
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 Persentase
Pengendalian
Kesehatan Hewan
dan Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
100 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
0 Tercapainya
pengendalian
Rabies, AI dan
pengawalan wilayah
bebas Brucelossis
100 % 100,00 750.000.000,00 100,00 750.000.000,00 100,00 750.000.000,00 100,00 750.000.000,00 100,00 750.000.000,00 100,00 3.750.000.000,00
1 Rapat
Koordinasi
Kesehatan Hewan
dan Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
40 Orang 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00
2 Program
pembebasan Rabies
525 Ekor 525,00 525,00 525,00 525,00 525,00 525,00
3 Surveilans
Brucellosis
8 kab/Kota 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
4 Jaminan
Kersehatan Hewan
8 kab/Kota 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
5 Public
Awareness
Pengendalian dan
Penanggulangan
Avian Influenza ( AI)
5 Lokasi 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
6 dst 0 Ekor 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
sertifikasi dan
surveilans NKV serta
pendampingan
kesejahteraan
hewan
100 % 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 700.000.000,00 100,00 3.500.000.000,00
1 Pembinaan
Unit Usaha Produk
Hewan dan
Sertifikasi Nomor
Kontrol Veteriner
(NKV)
30 Unit 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
2 Pengendalian
Zoonosis dan
Kesejahteraan
Hewan (Kesrawan)
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
3 Public
Awareness Produk
Hewan ASUH
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4 Sosialisasi
Rekomendasi Teknis
Perijinan dan Non
Perijinan Lalulintas
Produk Hewan
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5 Pertemuan
Teknis Petugas
Laboratorium
Kesmavet BPPV
Provinsi Banten
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2003.200301.1
9.003
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Tani
2003.200301.2
0.002
Pengendalian
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi sektor
pertanian yang
memberikan
solusi terhadap
penurunan angka
pengangguran
dan kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Pertanian yang
optimal
1 Pertumbuhan
Sektor Pertanian
2003.20 Program
Penanganan
Kesehatan Hewan
dan Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
2003.200301.2
0.001
Penanggulangan
dan Pencegahan
Penyakit Hewan
Menular
6 dst 0 Unit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Pengawasan
Produsen, Importir,
Eksportir dan
Distributor Obat
Hewan serta
100 % 100,00 614.817.000,00 100,00 614.817.000,00 100,00 614.817.000,00 100,00 614.817.000,00 100,00 614.817.000,00 100,00 3.074.085.000,00
1 Pengawasan
obat hewan
10 Unit
Usaha
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
2 pengawasan
produk asal hewan
40 Pelaku
Usaha
40,00 40,00 40,00 40,00 40,00 40,00
3 profiling data
unit usaha obat
hewan
80 Dok 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00
4 dst 0 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Jumlah
Pemeriksaan dan
Pengendalian PHM
(Rabies, Brucellosis,
AI, dan Gangrep)
3350
sampel
3.350,00 600.000.000,00 3.515,00 600.000.000,00 3.690,00 600.000.000,00 3.860,00 600.000.000,00 4.040,00 600.000.000,00 4.040,00 3.000.000.000,00
1 Pemeriksaan
dan Penanggulangan
Penyakit Parasiter
512 Sampel 512,00 512,00 512,00 512,00 512,00 512,00
2 Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit Rabies
500 Ekor 500,00 500,00 500,00 500,00 500,00 500,00
3 Penguatan
Kapasitas Klinik
Hewan
12 Bulan 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
4 Pemeriksaan
Ante Mortem Hewan
Qurban
80
Pedagang
80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00
5 Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit AI
1000 Ekor 1.000,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00
6 Pengawasan
Lalulintas Hewan
dan Produk Hewan
6 Keg 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
7 Pemeriksaaan
dan Pencegahan
Penyakit Brucellosis
512 Sampel 512,00 512,00 512,00 512,00 512,00 512,00
8 Pemeriksaan
dan Penanggulangan
Penyakit Gangguan
Reproduksi
100 Ekor 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
9 Fasilitasi
Kontes Kucing Sehat
(Cat Show)
60 Orang 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
10 Penguatan
Kapasitas
Laboratorium
Kesehatan Hewan
1 DOk ISO 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2003.200301.2
0.002
Pengendalian
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
2003.200301.2
0.003
Pengawasan Obat
dan Produk Asal
Hewan
2003.200301.2
0.004
Peningkatan
Penyidikan,
Pengujian dan
Pengendalian
Penyakit Hewan
Menular
11 dst 0 sampel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 Tercapainya
Peningkatan Jumlah
Sampel Pengujian
PHM pada lab
Kesmavet
1040
sampel
1.352,00 600.000.000,00 1.757,00 600.000.000,00 2.284,00 600.000.000,00 3.799,00 600.000.000,00 10.232,00 600.000.000,00 10.232,00 3.000.000.000,00
1 Pemeriksaan
keamanan produk
hewan pada hari
raya besar islam
560 sampel 560,00 672,00 784,00 896,00 1.008,00 1.008,00
2 Pengawasan
Keamanan Produk
Hewan
1200
sampel
1.680,00 1.960,00 2.240,00 2.520,00 2.800,00 2.800,00
3 Peningkatan
manajemen
Laboratorium
1 Dok 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4 Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
1 Paket 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5 dst 0 % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SERANG
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten
Ir. H. Agus M. Tauchid S, M.Si.
2003.200301.2
0.005
Peningkatan
Penyidikan,
Pengujian dan
Pelayanan
Masyarakat
Veteriner
(Kesmavet)
2003.200301.2
0.004
Peningkatan
Penyidikan,
Pengujian dan
Pengendalian
Penyakit Hewan
Menular