pendahuluan-dp
TRANSCRIPT
MAKALAH FISIKA
PENGARUH TEKANAN, SUHU, DAN KADAR GARAM
TERHADAP PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Disusun oleh:
Andi Kartika Dwi Permatasari (201010220311001)
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2010
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat taufik dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dianugerahi kemampuan
untuk menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “PENGARUH
TEKANAN, SUHU, DAN KADAR GARAM TERHADAP PENGOLAHAN
HASIL PERTANIAN”.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara material dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu penulis menyadari bahwa makalah
yang telah disusun ini masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-
kekurangan. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada
semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan makalah ini di masa mendatang. Dan apabila di dalam
makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan dihati pembaca mohon
dimaafkan.
Semoga apa saja yang ada dalam makalah ini dapat memenuhi harapan
dan menambah pengetahuan kita. Amien.
Penulis
Malang, Januari 2011
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Kadar Garam terhadap Pengolahan Hasil Pertanian............
2.2 Pengaruh Suhu terhadap Pengolahan Hasil Pertanian.........................
2.3 Pengaruh Tekanan terhadap Pengolahan Hasil Pertanian....................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
3
i
ii
1
1
1
1
2
4
10
12
13
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan hasil pertanian dilakukan agar tidak terjadi penurunan mutu
atau kualitas hasil panen.
Untuk menjaga kualitas dari pengolahan hasil pertanian, banyak faktor yang
harus diperhatikan, seperti tekanan, suhu maupun kadar garam. Faktor tersebut
berhubungan dengan metode vacuum frying (tekanan), pengawetan (kadar garam),
maupun pengeringan atau pendinginan (suhu).
Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan membahas tentang faktor-faktor
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah pengaruh tekanan, suhu, dan kadar garam terhadap
pengolahan hasil pertanian ?”
1.3 Tujuan Penulisan
“Untuk mengetahui pengaruh tekanan, suhu, dan kadar garam terhadap
pengolahan hasil pertanian ?”
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi mahasiswa :
a. Mengetahui pengaruh tekanan, suhu, dan kadar garam terhadap pengolahan
hasil pertanian
1.4.2 Bagi penulis :
a. Membiasakan diri untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Menjadi salah satu sarana dalam menambah wawasan serta dalam melatih
diri mengembangkan bakat dalam menulis dan meneliti.
c. Menghasilkan karya yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Pengaruh Kadar Garam terhadap Pengolahan Hasil Pertanian
Pengolahan hasil pertanian yang berhubungan dengan kadar garam, yaitu
pengawetan. Pengawetan tersebut menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal
sebagai garam dapur. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman.
Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan
mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. (Godam:2006).
Ada beberapa alasan yang menyebabkan teknologi penggaraman ini
merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk pengolahan hasil pertanian,
yaitu :
a. Teknik penggaraman merupakan teknologi yang sangat sederhana dan dapat
dilakukan oleh semua orang
b. Teknologi yang menggunakan garam ini merupakan cara pengawetan paling
murah.
c. Hasil olahan yang dikombinasikan dengan cara pengeringan mempunyai
daya tahan lama, sehingga dapat disimpan atau didistribusikan ke daerah
yang jauh tanpa memerlukan perlakukan khusus.
Secara umum pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan
garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur (NaCl), baik berupa
kristal maupun larutan. Mekanisme pengawetan melalui proses penggaraman
adalah sebagai berikut :
a. Garam menyerap air dari dalam hasil olahan dari bahan pertanian (seperti
buah) melalui proses osmosa. Akibatnya kandungan air yang menjadi media
hidup bakteri menjadi berkurang. Kekurangan air dilingkungan tempat
bakteri hidup mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh bakteri
menjadi terganggu. Dengan demikian proses kemunduran mutu hasil olahan
dari bahan pertanian yang disebabkan bakteri dapat dihambat atau
dihentikan.
5
b. Selain menyerap kandungan air, garam juga menyerap air dari dalam tubuh
bakteri sehingga bakteri akan mengalami plasmolisis (pemisahan inti
plasma) sehingga bakteri akan mati.
Garam yang digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai garam
murni yaitu garam yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan sekecil
mungkin mengandung unsur lain seperti MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, lumpur
serta kotoran lainnya. Unsur selain NaCl didalam garam mempunyai beberapa
kelemahan yaitu :
a. Garam yang mengandung Ca dan Mg lambat sekali menembus masuk ke
dalam bahan pangan, sehingga memungkinkan proses pembusukan tetap
berjalan selama proses penggaraman. Selain itu produk yang dihasilkan
bersifat higroskopis
b. Garam yang mengandung 0,5 % - 1 % , CaSO4 menghasilkan produk yang
kaku dan warnanya pucat (putih).
c. Garam mengandung magnesium, sulfat dan klorida menyebabkan produk
agak pahit
d. Garam yang mengandung besi dan tembaga menyebabkan warna coklat,
kotor dan kuning.
e. Garam mengandung CaCl2 menyebabkan produk yang dihasilkan
berwarna putih, keras dan mudah pecah.
Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode
pengawetan tunggal, biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain
seperti pengeringan ataupun dengan perebusan.
2.5 Pengaruh Suhu terhadap Pengolahan Hasil Pertanian
Suhu adalah ukuran panas atau dingin dari suatu benda. Suhu dapat
6
mempengaruhi bahan pangan (hasil olahan dari bahan pertanian. Suhu yang tinggi
maupun rendah (dingin) dapat digunakan untuk mengawetkan bahan pangan.
Namun, suhu juga dapat merusak kualitas dari bahan pangan tersebut.
Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan
semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya,
maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan, air tidak
membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam,
asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.
Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi
dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses
pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga
pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu
rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada
bahan pangan yang bersangkutan.
2.2.1 Pendinginan
Pendinginan merupakan suatu metode pengawetan yang ringan,
pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh
sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk
memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran
dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap
suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang
dan tomat tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 13C karena akan
mengalami chilling injury, yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang
disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau
berubah menjadi coklat, sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena
teksturnya rusak.
2.2.2 Pembekuan
Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan
pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar
-18C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini.
Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak
7
dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya
diblansir dahulu untuk menginaktifkan enzim sebelum dibekukan. Bahan pangan
seperti daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan
selama 8 sampai 12 bulan dan buncis dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan.
2.2.3 Pengertian Pendinginan atau Pembekuan
Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan,
antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan
mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara
pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu
cara pengawetan yang tertua.
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang
digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya
antara –1C sampai +4C. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses
biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan
selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung jenis bahan pangannya.
Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga adalah dalam lemari es
yang mempunyai suhu –2C sampai +16C.
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi
bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada
suhu kira-kira –17C atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri
sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara
–12C sampai –24C. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa
bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
Pembekuan mempengaruhi beberapa hal, yaitu :
1. Pengaruh pembekuan terhadap mikrobaPembekuan hanya menghentikan (umumnya bersifat sementara) aktifitas mikroba. Saat bahan pangan berada pada suhu ruang atau dicairkan, maka mikroba akan aktif2. Pengaruh pembekuan terhadap protein Pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai gizi protein.3. Pengaruh pembekuan terhadap enzim.Aktivitas enzim tergantung pada suhu. Aktivitas enzim mempunyai pH optimum dan dipengaruhi oleh kadar substrat. Aktivitas suatu enzim atau sistem enzim dapat dirusakkan pada suhu mendekati 200F. Enzim masih mempunyai sebagian aktivitasnya pada suhu serendah -
8
100F, walaupun kecepatan reaksinya sangat rendah pada suhu tersebut.4. Pengaruh pembekuan terhadap lemakPembekuan emulsi minyak di dalam air atau air di dalam minyak menjadi tidak stabil. Hal ini menjadi masalah yang serius pada bahan pangan beku dan produk-produk bahan pangan yang telah dimasak sebelumnnya.5. Pengaruh pembekuan terhadap vitamin.Proses pembekuan tidak merusak zat gizi. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa makin rendah suhu bahan pangan maka retensi zat gizi makin baik. 6. Pengaruh pembekuan terhadap parasit.Pembekuan bahan pangan mempunyai keuntungan dalam mematikan parasit. Seperti mematikan trichinella spiralis.(Desrosier:1988)
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan berhubungan dengan
aktivitas mikroba :
a. Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10C
b. Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu
kira-kira 3,3C.
c. Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4C sampai -9,4C
Organisme ini tidak menyebabkan keracunan atau menimbulkan penyakit
pada suhu tersebut, tetapi pada suhu lebih rendah dari -4,0C akan
menyebabkan kerusakan pada makanan.
Jumlah mikroba yang terdapat pada produk yang didinginkan atau yang
dibekukan sangat tergantung kepada penanganan atau perlakuan-perlakuan yang
diberikan sebelum produk itu didinginkan atau dibekukan, karena pada
kenyataannya mikroba banyak berasal dari bahan mentah/ bahan baku.
Setiap bahan pangan yang akan didinginkan atau dibekukan perlu mendapat
perlakuan-perlakuan pendahuluan seperti pembersihan, blansing, atau sterilisasi,
sehingga mikroba yang terdapat dalam bahan dapat sedikit berkurang atau
terganggu keseimbangan metabolismenya.
Pada umumnya proses-proses metabolisme (transpirasi atau penguapan,
respirasi atau pernafasan, dan pembentukan tunas) dari bahan nabati seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan atau dari bahan hewani akan berlangsung terus
meskipun bahan-bahan tersebut telah dipanen ataupun hewan telah disembelih.
9
Proses metabolisme ini terus berlangsung sampai bahan menjadi mati dan
akhirnya membusuk. Suhu dimana proses metabolisme ini berlangsung dengan
sempurna disebut sebagai suhu optimum.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan tidak dapat mematikan
bakteri, sehingga pada waktu bahan beku dikeluarkan dan dibiarkan hingga
mencair kembali (thawing), maka pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
dapat berlangsung dengan cepat. Penyimpanan dingin dapat menyebabkan
kehilangan bau dan rasa beberapa bahan bila disimpan berdekatan.
Tergantung pada jenis bahan pangan, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan pangan. Oleh karena itu, jika proses pendinginan atau proses pemanasan tidak dikendalikan dengan benar, maka dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan.Hasil pertanian hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran tropis sifatnya peka terhadap suhu rendah. Beberapa jenis buah-buahan dan sayuran akan mengalami kerusakan yang disebut chilling injury atau kerusakan karena suhu rendah yang mengakibatkan perubahan warna atau tekstur cepat menjadi lunak. Sebagai contoh, pisaang yang disimpan di lemari es akan segera mengalami pencoklatan atau pelunakan, dan jika dikeluarkan dari lemari es mejadi tidak layak lagi dimakan. Oleh karena itu buah-buahan seperti pisang dan tomat jangan disimpan di lemari es yang terlalu dingin.Demikian juga buah-buahan atau sayuran tropis yang dibekukan akan mengalami kerusakan, khususnya tekstur akan menjadi lunak. Jika dikeluarkan dari lemari pembeku buah-buahan atau sayuran tersebut akan menjadi lembek karena jaringannya rusak dan tidak layak lagi untuk dimakan.Pembekuan juga akan mengakibatkan kerusakan pada makanan yang bentuknya cair. Misalnya, sebotol susu sapi jika dibekukan akan mengakibatkan lemak susu atau krim terpisah cairannya. Demikian juga, pembekuan dapat menyebabkan protein susu menjadi menggumpal.Terjadinya kerusakan bahan pangan pada suhu rendah seperti disebutkan di atas hanya perkecualian, karena umumnya penyimpanan pada suhu rendah dapat mengawetkan bahan pangan dan makin rendah suhunya semakin baik pengawetannya.Seperti halnya suhu yang terlalu rendah, suhu yang terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan. Umumnya pada suhu penanganan bahan pangan, setiap kenaikan 10 derajat Celcius, kecepatan reaksi kimia naik 2 kalinya. Beberapa contoh kerusakan karena suhu tinggi misalnya: protein menggumpal, emulsi pecah, keringnya bahan pangan karena airnya menguap dan rusaknya vitamin. (Infotech.2010)
10
2.2.4 Pengeringan
Cara yang umum digunakan untuk mengeringkan bahan pangan adalah
dengan menguapkan air dari bahan pangan tersebut, yaitu dengan menggunakan
hembusan udara panas. Dengan hawa panas ini, akan terjadi penguapan air dari
bahan pangan mulai permukaan hingga ke bagian dalam. Kecepatan penguapan
atau pengeringan dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a. Kecepatan udara
Semakin cepat udara maka ikan akan semakin cepat kering
b. Suhu udara
Makin tinggi suhu udara maka penguapan akan semakin cepat
c. Kelembaban udara
Makin lembab udara, proses penguapan akan semakin lambat
d. Ketebalan bahan pangan
Makin tebal bahan pangan, proses pengeringan makin berjalan lambat
e. Arah aliran udara terhadap bahan pangan
Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan pangan maka bahan
pangan semakin cepat kering
f. Sifat atau kandungan bahan pangan.
Bahan pangan yang berkadar lemak tinggi akan lebih sulit dikeringkan.
Cara pengeringan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengeringan
alami dan pengeringan mekanis (buatan).
a. Pengeringan alami.
Pengeringan alami adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan
menggunakan media angin dan sinar matahari. Dalam pengeringan alam, ikan
dijemur diatas rak-rak yang dipasang miring (+15) kearah datangnya angin dan
diletakkan ditempat terbuka supaya terkena sinar matahari dan hembusan angin
secara langsung. Keunggulan pengeringan alami adalah proses sangat sederhana,
murah dan tidak memerlukan peralatan khusus sehingga gampang dilakukan oleh
semua orang.
11
Pada proses pengeringan ini, angin berfungsi untuk memindahkan uap air
yang terlepas dari bahan pangan, dari atas bahan pangan ke tempat lain sehingga
penguapan berlangsung lebih cepat. Tanpa adanya pergerakan udara, misalnya
jika penjemuran ditempat tertutup (tanpa adanya hembusan angin), pengeringan
akan berjalan lambat.
Selain tiupan angin,pengeringan alami juga dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari pada saat penjemuran berlangsung. Makin tinggi intensitasnya
maka proses pengeringan akan semakin cepat berlangsung begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, proses pengeringan alami sering terhambat pada saat
musim penghujan karena intensitas cahaya matahari sangat kurang. Karena
lambatnya pengeringan, proses pembusukan kemungkinan tetap berlangsung
selama proses pengeringan.
b. Pengeringan Mekanis
Karena banyaknya kesulitan yang didapat pada proses pengeringan alami
terutama pada saat musim penghujan, maka manusia mencoba membuat alat baru
untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien. Pada
pengeringan mekanis, bahan pangan disusun diatas rak-rak penyimpanan didalam
ruangan tertutup yang dilengkapi dengan beberapa lubang ventilasi. Kedalam
ruangan tersebut, ditiupkan hawa panas yang dihasilkan dari elemen pemanas
listrik. Hawa panas ditiupkan dengan sebuah kipas angin atau blower supaya
mengalir ke arah rak-rak bahan pangan tersebut. angin yang membawa uap air
dari bahan pangan akan keluar dari lubang-lubang ventilasi.
Pengeringan mekanis memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :
1) Ketinggian suhu, kelembaban dan kecepatan udara mudah diatur
2) Sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan
3) Tidak memerlukan tempat yang luas
4) Waktu pengeringan menjadi lebih teratur (tidak terpengaruh oleh
adanya musim hujan)
2.6 Pengaruh Tekanan terhadap Pengolahan Hasil Pertanian
Pengolahan hasil pertanian dengan memanfaatkan tekanan, yaitu
12
pengolahan dengan menggunakan vacuum frying. Vacum frying dikenal juga
dengan istilah vacuum fryer atau mesin penggoreng hampa.
Menurut Anonim (2008), vacuum frying adalah mesin produksi untuk
membuat aneka keripik buah dan keripik sayur dengan sistem penggorengan
vakum. Keripik buah yang dihasilkan dari mesin vacuum frying tidak gosong,
tidak kehilangan rasa, aroma dan nilai nutrisinya. Hal ini disebabkan karena
proses penggorengan vakum mampu menurunkan titik didih minyak hingga 90C
dan tekanan kerja hingga -76 cmHg.
Alat yang umum digunakan mengolah buah dan sayur menjadi keripik adalah mesin vacuum frying. Mesin ini berfungsi untuk mengolah buah-buahan dan sayuran yang memiliki kadar air tinggi menjadi keripik buah atau sayur yang kering dengan tetap mempertahankan warna, aroma, dan citarasa alami buah atau sayur. Adapun buah yang dapat diolah, misalnya nangka, apel, pepaya, nanas, salak, waluh, pisang, rambutan, mangga, labu kuning atau melon. Sedang untuk jenis sayuran, misalnya jamur tiram, brokoli, buncis, kacang tanah, jagung, wortel, kacang panjang atau terong.Prinsip kerja vacuum frying adalah menghisap kadar air dalam sayuran dan buah dengan kecepatan tinggi agar pori-pori daging buah atau sayur tidak cepat menutup, sehingga kadar air dalam buah dapat diserap dengan sempurna. Prinsip kerja dengan mengatur keseimbangan suhu dan tekanan vakum.Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang bagus dalam artian warna, aroma, dan rasa buah ataupun sayur tidak berubah dan renyah pengaturan suhu tidak boleh melebih 85C dan tekanan vakum antara 65 – 76 cmHg. Sebaiknya air dalam bak penampung pada vacuum frying tidak mengandung partikel besi karena dapat menyebabkan air keruh dan dapat merusak pompa vakum yang akhirnya mempengaruhi kerenyahan keripik. (Enggar:2007)
Menurut, Anonim (2009) Pada kondisi vakum, titik didih air mengalami
penurunan sehingga suhu penggorengan dapat diturunkan sebesar 50 – 60º C atau
5 – 6 dekade. Dengan demikian produk yang mengalami kerusakan warna, aroma,
rasa dan nutrisi akibat panas seperti produk buah-buahan dan sayuran dapat
diproses dengan teknologi penggorengan vakum ini. Di sisi lain kerusakan
minyak dan akibat-akibat yang ditimbulkan dapat diminimumkan karena proses
dilakukan pada suhu dan tekanan rendah/penurunan suhu sebesar 5 – 6 dekade.
Artinya minyak goreng dapat digunakan berkali-kali proses. Struktur kimianya
tidak rusak karena hanya digunakan pada suhu rendah (80 – 90 ºC).
13
Selain vacuum frying, dikenal juga mesin pengemas vakum (vacuum
packager/sealer). Mesin Pengemas Vakum adalah peralatan yang digunakan
untuk mengemas produk dalam kondisi vakum (hampa udara). Dengan adanya
kondisi vakum (hampa udara) maka sedikit sekali bakteri yang mampu hidup
dalam kondisi seperti itu. Jadi produk yang dikemas dengan mesin vacuum sealer
akan lebih tahan lama, awet dan masa kadaluarsanya lebih panjang.
(Anonim:2007).
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Tekanan, suhu, maupun kadar garam mepengaruhi kualitas dari pengolahan
hasil pertanian. Ada berbagai dampak dari faktor tersebut, baik positif maupun
negatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mesin Vacuum Frying. [online],
(http://www.vacuumfrying.com/about_vacuum_frying.html, diakses tanggal
08 Januari 2011).
Anonim. 2007. Mesin Pengemas Vakum. [online],
(http://www.situsmesin.com/mesin-pengemas-vakum.html, diakses tanggal
08 Januari 2011).
Anonim. 2009. Mesin Vacuum Frying: Mesin Produksi Keripik Buah #2. [online],
(http://vacuum-frying.situsmesin.com/mesin-vacuum-frying-mesin-
produksi-keripik-buah-2.html, diakses tanggal 08 Januari 2011).
Anonim. 2011. Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Bahan Pangan.
[online], http://catetankuliah.blogspot.com/2011/01/pengaruh-pendinginan-
dan-pembekuan.html, diakses tanggal 08 Januari 2011)
Enggar, Erdini. 2007. Vacuum Fried Snack. [online],
(http://ptp2007.wordpress.com/2008/07/11/vacuum-fried-snack/, diakses
tanggal 08 Januari 2011).
Budiman, M.S. 2004. Teknik Penggaraman dan Pengeringan. [online],
(http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/ono/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/
teknologi-hasil-pertanian-dan-perikanan/
teknik_penggaraman_dan_pengeringan.pdf, diakses tanggal 08 Januari
2011)
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Godam. 2006. Tehnik dan Teknologi Pengawetan pada Makanan - Pendinginan, Pengasapan, Pengalengan, Pengeringan, Pemanisan dan Pengasinan. [online], (http://organisasi.org/tehnik_dan_teknologi_pengawetan_pada_makanan_pendinginan_pengasapan_pengalengan_pengeringan_pemanisan_dan_pengasinan, diakses tanggal 08 Januari 2011).
16
Infotech. 2010. Suhu sebagai Penyebab Kerusakan Bahan Pangan. [online],
http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/
2044161-suhu-sebagai-penyebab-kerusakan-bahan/, diakses tanggal 08
Januari 2011).
17
LAMPIRAN
Gambar 1Posisi bahan pangan dengan metode pengeringan alami
Gambar 2Posisi bahan pangan dengan metode pengeringan mekanis
18
Gambar 3Mesin Pengemas Vakum
Gambar 4Mesin Vacuum Frying
19