pendahuluan gulma

16
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan sayuran dan buah yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk kedalam famili Solanaceae. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Penggunaan dari tanaman tomat ini semakin luas, karena selain di konsumsi sebagai tomat segar dan untuk bumbu masakan, juga dapat di olah lebih lanjut sebagai bahan baku industri makanan seperti sari buah dan saus tomat. Tomat merupakan salah satu tanaman komoditi sayuran yang penting di Indonesia. Tanaman hortikultura ini mempunyai nilai gizi yang tinggi.Kebutuhan konsumsi tomat dirasakan semakin meningkat dengan seiring peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kecerdasan (Putih, 1994). Rata-rata produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 2003 mencapai 574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai ini masih jauh di bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang dapat mencapai 39 ton/ha. Oleh karena itu untuk pengembangan tomat perlu adanya perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak yang terkait (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000) Banyaknya kendala yang dihadapi dalam upaya mendukung pengembangan dan peningkatan produksi tanaman tomat untuk memenuhi kebutuhan nasional yaitu kurang tersedianya bibit yang bermutu tinggi, besarnya biaya produksi yang disebabkan oleh penggunaan pestisida dan pupuk yang berlebihan, dan gangguan organisme pengganggu tumbuhan serta gulma yang

Upload: maria-angela-pelawi

Post on 03-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Gulma pada pertanaman Tomat

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN gulma

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan sayuran dan buah yang

tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk kedalam famili

Solanaceae. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Penggunaan dari

tanaman tomat ini semakin luas, karena selain di konsumsi sebagai tomat segar

dan untuk bumbu masakan, juga dapat di olah lebih lanjut sebagai bahan baku

industri makanan seperti sari buah dan saus tomat. Tomat merupakan salah satu

tanaman komoditi sayuran yang penting di Indonesia. Tanaman hortikultura ini

mempunyai nilai gizi yang tinggi.Kebutuhan konsumsi tomat dirasakan semakin

meningkat dengan seiring peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kecerdasan

(Putih, 1994).

Rata-rata produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 –

2003 mencapai 574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai

ini masih jauh di bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti

Amerika Serikat yang dapat mencapai 39 ton/ha. Oleh karena itu untuk

pengembangan tomat perlu adanya perhatian dan penanganan yang serius dari

berbagai pihak yang terkait (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000)

Banyaknya kendala yang dihadapi dalam upaya mendukung

pengembangan dan peningkatan produksi tanaman tomat untuk memenuhi

kebutuhan nasional yaitu kurang tersedianya bibit yang bermutu tinggi, besarnya

biaya produksi yang disebabkan oleh penggunaan pestisida dan pupuk yang

berlebihan, dan gangguan organisme pengganggu tumbuhan serta gulma yang

Page 2: PENDAHULUAN gulma

2

dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga menggagalkan panen pertanian

(Deptan, 2007).

Terjadinya penurunan hasil pertanian yang sering dikeluhkan oleh petani

disebabkan oleh pertumbuhan gulma dengan tanaman pokok sehingga

menyebabkan kompetisi antara gulma dengan tanaman pokok. Penurunan hasil

oleh gulma dapat mencapai 20 sampai 80% bila gulma tidak disiangi

(Moenandir, 1993).

Mengingat keberadaan gulma menimbulkan akibat-akibat yang merugikan

maka harus dilakukan usaha-usaha pengendalian yang teratur dan terencana.

Sehingga pengendalian gulma bukan lagi sebagai usaha sambilan, tetapi harus

merupakan usaha tersendiri yang efisien, rasional berdasarkan pertimbangan

ilmiah yang teruji, dan sebagai bagian dari pengelolaan organisme pengganggu

yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian.

(Setyorini, 2008).

Usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara

antara lain :mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis. Salah satu cara

kultur teknis yaitu dengan cara pemulsaan (Sukman, 2002)

Pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya yaitu

Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam merah),

Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum repens

(Lempuyang) (Moenandir, 1990).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gulma dan

pengendaliannya pada pertanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.)

Page 3: PENDAHULUAN gulma

3

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat mengikuti praktikal tes di laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman-Sub

Gulma, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Page 4: PENDAHULUAN gulma

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.)

Klasifikasi Tomat adalah sebagai berikut ; Kingdom Plantae; Divisio

Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas Dicotyledoneae; Ordo Tubiflorae

;Famili Solanaceae; Genus Solanum ; Spesies Solanum lycopersicum L.

(Redaksi Agromedia, 2007).

Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut

yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu

dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun

dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. (Redaksi Agromedia, 2007).

Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku.

Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah,

dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu

dengan beberapa ikatan.Tanaman tomat dibiarkan melata dan cukup rimbun

menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu

(Rismunandar, 2001).

Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi

dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip

besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus)

(Redaksi Agromedia, 2007).

Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan

dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.

Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.

Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya

Page 5: PENDAHULUAN gulma

5

berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi

penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).

Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan

berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning,

cerah dan mengkilat, serta relatif lunak (Wiryanta, 2004).

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan

atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat,

diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah

(Redaksi Agromedia, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.

Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah

hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh

benih rendah.Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar

antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat

dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat

dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik

hasilnya (Rismunandar, 2001).

Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-

300°C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 -

280°C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat. Demikian

juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang kurang sempurna.

Page 6: PENDAHULUAN gulma

6

Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah

80% (Wiryanta, 2004).

Tanah

Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,

dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai

tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).

Jenis-Jenis Gulma Pada Pertanaman Tomat (Solanum lycopersicumL.)

Pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya yaitu

Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam merah),

Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum repens

(Lempuyang) (Moenandir, 1990).

Tanaman bandotan ketinggiannya bisa mencapai 1 meter, dengan ciri daun

yang mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil, berwarna

putih agak keunguan pucat, berukuran seperti bunga mataharikecil dengan

diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna putih, dan

daunnya bisa mencapai panjang 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar, sedangkan

bijinya ringan dan mudah terhembus angin (Prasad 2011)

Bayam merah (Amaranthus spinosus L.) dilihat dari morfologinya

termasuk golongan gulma berdaun lebar yang bisa tumbuh di lahan kering

maupun tegalan.Tanaman ini merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan

seperti sebagai tanaman obat, sumber hara. Namun di sisi lain, A. spinosus juga

bersifat sebagai gulma yang dapat mengganggu produktivitas tanaman budidaya.

Tanaman ini termasuk dalam18 gulma paling serius di dunia dan telah menyebar

Page 7: PENDAHULUAN gulma

7

ke seluruh belahan dunia beriklim hangat sejak 300 tahun yang lalu

(Stewart, 2009).

Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung darisinar

matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang

tumbuh sebagai gulma yang sukar diberantas. Rumput ini bisa tumbuh pada

bermacam-macam tanah dan terdapat dari 1-1000 meter dpl (Dalimartha, 2009).

Rumput teki mempunyai tinggi sekitar 15-95 cm, batang segitiga. Daun 4-

10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar,dengan pelepah daun

tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata,

permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-

6 mm. Perbungaan majemuk berbentuk bulir mempunyai 8-25 bunga yang

berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning atau cokelat kuning. Umbi

menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada pangkalnya, kadang-kadang

melekuk, berwarna cokelat, berambut halus berwarna cokelat atau cokelat

kehitaman,keras, wangi dan panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-10 mm

(Dalimartha, 2009).

Panicum repens adalah rumput tahunan dengan akar rimpang sepanjang

12-40 cm, menjalar di bawah permukaan tanah, tebal rimpang hingga 20 mm,

putih, berdaging. Daun berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki

lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-

22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai

kekeringan.Menghasilkan daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma

yang mengganggu tanaman pertanian. Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan

Page 8: PENDAHULUAN gulma

8

herbivora gemar memakannya serta rimpang di beberapa tempat

(Dalimartha, 2009)

Cara Pengendalian Gulma

Dalam pertanian keberadaan gulma sangat tidak dikehendaki karena dapat

menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar

matahari, dan ruang hidup, dapat menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi

dengan bagian-bagian gulma, mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang atau host bagi hama dan

patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata guna air, dan secara umum

meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan kegiatan di pertanaman akibat

adanya gulma tersebut (Moenandir, 1990).

Mengingat keberadaan gulma menimbulkan akibat-akibat yang merugikan

maka harus dilakukan usaha-usaha pengendalian yang teratur dan terencana.

Sehingga pengendalian gulma bukan lagi sebagai usaha sambilan, tetapi harus

merupakan usaha tersendiri yang efisien, rasional berdasarkan pertimbangan

ilmiah yang teruji, dan sebagai bagian dari pengelolaan organisme pengganggu

yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian

(Setyorini, 2008).

Usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara

antara lain : mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis. Salah satu cara

kultur teknis yaitu dengan cara pemulsaan (Sukman, 2002).

Salah satu metoda yang dapat dipakai untuk pengendalian gulma adalah

dengan cara pemulsaan. Mulsa adalah suatu material yang digunakan untuk

Page 9: PENDAHULUAN gulma

9

menutupi tanah dengan tujuan mencegah pemborosan air akibat evaporasi dan

menghambat pertumbuhan gulma (Chozin dan Sumantri, 1983).

Mulsa adalah bahan penutup tanah di sekitar tanaman,yang bertujuan

untuk menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman serta peningkatan hasil tanaman (Jensen, 1991).

Page 10: PENDAHULUAN gulma

10

PERMASALAHAN

Menurut data dari Direktorat Perlindungan Tanaman (2000), rata-rata

produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 – 2003 mencapai

574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai ini masih jauh di

bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang

dapat mencapai 39 ton/ha. Oleh karena itu untuk pengembangan tomat perlu

adanya perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak yang terkait

(Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000)

Menurut Moenandir (1990), dalam pertanian keberadaan gulma sangat

tidak dikehendaki karena dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam

pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup, dapat menurunkan

mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, mengeluarkan

senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang

atau host bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata

guna air, dan secara umum meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan

kegiatan di pertanaman akibat adanya gulma tersebut.

Menurut Rao (2000), tanaman sayuran merupakan kompetitor yang lemah

bagi gulma, karena pertumbuhannya lambat, keberadaan gulma pada pertanaman

sayuran akan bersifat merugikan karena gulma dapat menurunkan kuantitas

maupun kualitas produksi karena berkompetisi dalam mendapatkan kebutuhan

pertumbuhan.

Menurut Moenandir (1993), terjadinya penurunan hasil pertanian yang

sering dikeluhkan oleh petani disebabkan oleh pertumbuhan gulma dengan

tanaman pokok sehingga menyebabkan kompetisi antara gulma dengan tanaman

Page 11: PENDAHULUAN gulma

11

pokok. Penurunan hasil oleh gulma dapat mencapai 20 sampai 80% bila gulma

tidak disiang.

Menurut Sukman (2002) usaha pengendalian gulma dilahan budidaya

dapat dilakukan dengan cara antara lain :mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan

kultur teknis.

Page 12: PENDAHULUAN gulma

12

PEMBAHASAN

Dalam pertanian, gulma dapat menyebabkan penurunan hasil produksi

sebab dapat terjadi persaingan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur

Moenandir (1990) yang menyatakan bahwa dalam pertanian keberadaan gulma

sangat tidak dikehendaki karena dapat menurunkan produksi akibat bersaing

dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup, dapat

menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma,

mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Khususnya pada pertanaman tomat. Pertanaman tomat juga tak luput dari

gangguan gulma. Beberapa jenis gulma yang dapat mengganggu pada pertanaman

tomat yakni Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam

merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum

repens (Lempuyang). Hal ini sesuai dengan literatur Moenndir (1990) yang

menyatakan bahwa pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya

yaitu Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam

merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum

repens (Lempuyang).

Salah satu cara agar produksi tomat tidak menurun dengan adanya gulma

adalah dengan melakukan pengendalian. Pengendalian gulma dapat dilakukan

dengan cara pengendalian mekanis, fisik, kimiawi, biologi/hayati dan kultur

teknis. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman (2002) yang menyataan bahwa

usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara antara

lain : mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis.

Page 13: PENDAHULUAN gulma

13

Akan tetapi pengendalian gulma yang umum dilakukan dalam pertanaman

tomat adalah dengan pemulsaan atau penggunaan mulsa. Mulsa adalah bahan

yang terbuat dari plastik yang digunakan untuk menutupi tanah sehingga dapat

menghambat pertumbuhan gulma. Hal ini sesuai dengan literatur Chozin dan

Sumantri (1983) yang menayatakan bahwa mulsa adalah suatu material yang

digunakan untuk menutupi tanah dengan tujuan mencegah pemborosan air akibat

evaporasi dan menghambat pertumbuhan gulma.

Penelitian Graets et al.(1987) pada tanaman tomatdiperoleh hasil tertinggi

pada pemberian mulsa Plastik (76,9ton/ha) dan berbeda nyata dibanding tanpa

mulsa (68,5 ton/ha).

Page 14: PENDAHULUAN gulma

14

KESIMPULAN

1. Gulma dapat menyebabkan penurunan hasil produksi tomat sebab dapat

terjadi persaingan unsur hara.

2. Beberapa jenis gulma yang dapat mengganggu pada pertanaman tomat

yakni Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus

(bayam merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus

(teki), Panicum repens (Lempuyang).

3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara pengendalian mekanis,

fisik, kimiawi, biologi/hayati dan kultur teknis

4. Pengendalian gulma yang umum dilakukan dalam pertanaman tomat

adalah dengan pemulsaan atau penggunaan mulsa.

5. Tanaman tomat diperoleh hasil tertinggi pada pemberian mulsa plastik

dibandingkan dengan tanpa mulsa.

Page 15: PENDAHULUAN gulma

15

DAFTAR PUSTAKA

Chozin, M. A dan Sumantri.1983. Pengendalian Gulma dengan Mulsa dan

Herhisida, Pratumbuh Pada Tanaman Jagung (Zea mays L). Bull

Agronomi VollXIV No 2 Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trobus Agriwidya. Bogor.

Deptan. 2007. Pedoman Tomat. Jakarta

Direktorat Perlindungan Tanaman. 2000. Pedoman Pengenalan Organisme

Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman.

Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman.104 p.

Gaertz, D.A., A.B. Bottcher, S.J. Locatio and K.L. Campbell.1987. Tomato Yield

and Ni Gen Recovery as Influenced by Inigation Method, NitrogenSource

and Mulch. Hort.Science. 22 (l) : 27 – 28

Jensen M.H. 1991. Achievement in The Use of Plastic in Agruculturein Food

and Fertilizer Technology Center.Extention Bulletine. 329 : I -7

Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. CV. Rajawali.

Jakarta.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam sistim Pertanian.PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Prasad,K.B 2011, Evaluation of Wound Healing Activity of Leaves of Ageratum

conyzoides,Int J of Pharm Pract Drug Res, vol.1,no.1, pp.8, 9, 12.

Putih, R. 1994. Pengaruh Pemupukan P dan Pemangkasan Cabang Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicum esculentumMill). Jumal

Stigma Vol. VI no 1 April 1998, hlm.119-122.

Setyorini, D. 2008. Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Warna Mulsa Plastik

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Jakarta

Sukman, Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Stewart, C. Neal Jr. 2009. Weedy and Invasive Plant Genomics.Wiley-

Blackwell. USA.

Rao, V. S. 2000. Principle of Weed Science. Publisher, Inc. United States of

America.

Page 16: PENDAHULUAN gulma

16

Redaksi Agromedia, 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia.

Jakarta.

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung

Wiryanta, W. T. B. 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.