pendahuluan gulma
DESCRIPTION
Gulma pada pertanaman TomatTRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan sayuran dan buah yang
tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk kedalam famili
Solanaceae. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Penggunaan dari
tanaman tomat ini semakin luas, karena selain di konsumsi sebagai tomat segar
dan untuk bumbu masakan, juga dapat di olah lebih lanjut sebagai bahan baku
industri makanan seperti sari buah dan saus tomat. Tomat merupakan salah satu
tanaman komoditi sayuran yang penting di Indonesia. Tanaman hortikultura ini
mempunyai nilai gizi yang tinggi.Kebutuhan konsumsi tomat dirasakan semakin
meningkat dengan seiring peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kecerdasan
(Putih, 1994).
Rata-rata produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 –
2003 mencapai 574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai
ini masih jauh di bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti
Amerika Serikat yang dapat mencapai 39 ton/ha. Oleh karena itu untuk
pengembangan tomat perlu adanya perhatian dan penanganan yang serius dari
berbagai pihak yang terkait (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000)
Banyaknya kendala yang dihadapi dalam upaya mendukung
pengembangan dan peningkatan produksi tanaman tomat untuk memenuhi
kebutuhan nasional yaitu kurang tersedianya bibit yang bermutu tinggi, besarnya
biaya produksi yang disebabkan oleh penggunaan pestisida dan pupuk yang
berlebihan, dan gangguan organisme pengganggu tumbuhan serta gulma yang
2
dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga menggagalkan panen pertanian
(Deptan, 2007).
Terjadinya penurunan hasil pertanian yang sering dikeluhkan oleh petani
disebabkan oleh pertumbuhan gulma dengan tanaman pokok sehingga
menyebabkan kompetisi antara gulma dengan tanaman pokok. Penurunan hasil
oleh gulma dapat mencapai 20 sampai 80% bila gulma tidak disiangi
(Moenandir, 1993).
Mengingat keberadaan gulma menimbulkan akibat-akibat yang merugikan
maka harus dilakukan usaha-usaha pengendalian yang teratur dan terencana.
Sehingga pengendalian gulma bukan lagi sebagai usaha sambilan, tetapi harus
merupakan usaha tersendiri yang efisien, rasional berdasarkan pertimbangan
ilmiah yang teruji, dan sebagai bagian dari pengelolaan organisme pengganggu
yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian.
(Setyorini, 2008).
Usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara
antara lain :mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis. Salah satu cara
kultur teknis yaitu dengan cara pemulsaan (Sukman, 2002)
Pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya yaitu
Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam merah),
Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum repens
(Lempuyang) (Moenandir, 1990).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gulma dan
pengendaliannya pada pertanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.)
3
Kegunaan penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti praktikal tes di laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman-Sub
Gulma, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.)
Klasifikasi Tomat adalah sebagai berikut ; Kingdom Plantae; Divisio
Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas Dicotyledoneae; Ordo Tubiflorae
;Famili Solanaceae; Genus Solanum ; Spesies Solanum lycopersicum L.
(Redaksi Agromedia, 2007).
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut
yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu
dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun
dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. (Redaksi Agromedia, 2007).
Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku.
Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah,
dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan.Tanaman tomat dibiarkan melata dan cukup rimbun
menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu
(Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi
dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip
besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus)
(Redaksi Agromedia, 2007).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.
Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya
5
berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi
penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan
berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning,
cerah dan mengkilat, serta relatif lunak (Wiryanta, 2004).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat,
diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah
(Redaksi Agromedia, 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah
hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh
benih rendah.Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar
antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat
dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat
dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik
hasilnya (Rismunandar, 2001).
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-
300°C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 -
280°C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat. Demikian
juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang kurang sempurna.
6
Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
80% (Wiryanta, 2004).
Tanah
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).
Jenis-Jenis Gulma Pada Pertanaman Tomat (Solanum lycopersicumL.)
Pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya yaitu
Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam merah),
Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum repens
(Lempuyang) (Moenandir, 1990).
Tanaman bandotan ketinggiannya bisa mencapai 1 meter, dengan ciri daun
yang mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil, berwarna
putih agak keunguan pucat, berukuran seperti bunga mataharikecil dengan
diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna putih, dan
daunnya bisa mencapai panjang 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar, sedangkan
bijinya ringan dan mudah terhembus angin (Prasad 2011)
Bayam merah (Amaranthus spinosus L.) dilihat dari morfologinya
termasuk golongan gulma berdaun lebar yang bisa tumbuh di lahan kering
maupun tegalan.Tanaman ini merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
seperti sebagai tanaman obat, sumber hara. Namun di sisi lain, A. spinosus juga
bersifat sebagai gulma yang dapat mengganggu produktivitas tanaman budidaya.
Tanaman ini termasuk dalam18 gulma paling serius di dunia dan telah menyebar
7
ke seluruh belahan dunia beriklim hangat sejak 300 tahun yang lalu
(Stewart, 2009).
Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung darisinar
matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang
tumbuh sebagai gulma yang sukar diberantas. Rumput ini bisa tumbuh pada
bermacam-macam tanah dan terdapat dari 1-1000 meter dpl (Dalimartha, 2009).
Rumput teki mempunyai tinggi sekitar 15-95 cm, batang segitiga. Daun 4-
10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar,dengan pelepah daun
tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata,
permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-
6 mm. Perbungaan majemuk berbentuk bulir mempunyai 8-25 bunga yang
berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning atau cokelat kuning. Umbi
menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada pangkalnya, kadang-kadang
melekuk, berwarna cokelat, berambut halus berwarna cokelat atau cokelat
kehitaman,keras, wangi dan panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-10 mm
(Dalimartha, 2009).
Panicum repens adalah rumput tahunan dengan akar rimpang sepanjang
12-40 cm, menjalar di bawah permukaan tanah, tebal rimpang hingga 20 mm,
putih, berdaging. Daun berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki
lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-
22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai
kekeringan.Menghasilkan daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma
yang mengganggu tanaman pertanian. Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan
8
herbivora gemar memakannya serta rimpang di beberapa tempat
(Dalimartha, 2009)
Cara Pengendalian Gulma
Dalam pertanian keberadaan gulma sangat tidak dikehendaki karena dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar
matahari, dan ruang hidup, dapat menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi
dengan bagian-bagian gulma, mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang atau host bagi hama dan
patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata guna air, dan secara umum
meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan kegiatan di pertanaman akibat
adanya gulma tersebut (Moenandir, 1990).
Mengingat keberadaan gulma menimbulkan akibat-akibat yang merugikan
maka harus dilakukan usaha-usaha pengendalian yang teratur dan terencana.
Sehingga pengendalian gulma bukan lagi sebagai usaha sambilan, tetapi harus
merupakan usaha tersendiri yang efisien, rasional berdasarkan pertimbangan
ilmiah yang teruji, dan sebagai bagian dari pengelolaan organisme pengganggu
yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian
(Setyorini, 2008).
Usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara
antara lain : mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis. Salah satu cara
kultur teknis yaitu dengan cara pemulsaan (Sukman, 2002).
Salah satu metoda yang dapat dipakai untuk pengendalian gulma adalah
dengan cara pemulsaan. Mulsa adalah suatu material yang digunakan untuk
9
menutupi tanah dengan tujuan mencegah pemborosan air akibat evaporasi dan
menghambat pertumbuhan gulma (Chozin dan Sumantri, 1983).
Mulsa adalah bahan penutup tanah di sekitar tanaman,yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta peningkatan hasil tanaman (Jensen, 1991).
10
PERMASALAHAN
Menurut data dari Direktorat Perlindungan Tanaman (2000), rata-rata
produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 – 2003 mencapai
574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai ini masih jauh di
bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang
dapat mencapai 39 ton/ha. Oleh karena itu untuk pengembangan tomat perlu
adanya perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak yang terkait
(Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000)
Menurut Moenandir (1990), dalam pertanian keberadaan gulma sangat
tidak dikehendaki karena dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam
pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup, dapat menurunkan
mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, mengeluarkan
senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang
atau host bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata
guna air, dan secara umum meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan
kegiatan di pertanaman akibat adanya gulma tersebut.
Menurut Rao (2000), tanaman sayuran merupakan kompetitor yang lemah
bagi gulma, karena pertumbuhannya lambat, keberadaan gulma pada pertanaman
sayuran akan bersifat merugikan karena gulma dapat menurunkan kuantitas
maupun kualitas produksi karena berkompetisi dalam mendapatkan kebutuhan
pertumbuhan.
Menurut Moenandir (1993), terjadinya penurunan hasil pertanian yang
sering dikeluhkan oleh petani disebabkan oleh pertumbuhan gulma dengan
tanaman pokok sehingga menyebabkan kompetisi antara gulma dengan tanaman
11
pokok. Penurunan hasil oleh gulma dapat mencapai 20 sampai 80% bila gulma
tidak disiang.
Menurut Sukman (2002) usaha pengendalian gulma dilahan budidaya
dapat dilakukan dengan cara antara lain :mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan
kultur teknis.
12
PEMBAHASAN
Dalam pertanian, gulma dapat menyebabkan penurunan hasil produksi
sebab dapat terjadi persaingan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur
Moenandir (1990) yang menyatakan bahwa dalam pertanian keberadaan gulma
sangat tidak dikehendaki karena dapat menurunkan produksi akibat bersaing
dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup, dapat
menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma,
mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Khususnya pada pertanaman tomat. Pertanaman tomat juga tak luput dari
gangguan gulma. Beberapa jenis gulma yang dapat mengganggu pada pertanaman
tomat yakni Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam
merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum
repens (Lempuyang). Hal ini sesuai dengan literatur Moenndir (1990) yang
menyatakan bahwa pada tanaman tomat terdapat sederet jenis gulma diantaranya
yaitu Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus (bayam
merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus (teki), Panicum
repens (Lempuyang).
Salah satu cara agar produksi tomat tidak menurun dengan adanya gulma
adalah dengan melakukan pengendalian. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara pengendalian mekanis, fisik, kimiawi, biologi/hayati dan kultur
teknis. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman (2002) yang menyataan bahwa
usaha pengendalian gulma dilahan budidaya dapat dilakukan dengan cara antara
lain : mekanis, preventif, hayati, kimiawi, dan kultur teknis.
13
Akan tetapi pengendalian gulma yang umum dilakukan dalam pertanaman
tomat adalah dengan pemulsaan atau penggunaan mulsa. Mulsa adalah bahan
yang terbuat dari plastik yang digunakan untuk menutupi tanah sehingga dapat
menghambat pertumbuhan gulma. Hal ini sesuai dengan literatur Chozin dan
Sumantri (1983) yang menayatakan bahwa mulsa adalah suatu material yang
digunakan untuk menutupi tanah dengan tujuan mencegah pemborosan air akibat
evaporasi dan menghambat pertumbuhan gulma.
Penelitian Graets et al.(1987) pada tanaman tomatdiperoleh hasil tertinggi
pada pemberian mulsa Plastik (76,9ton/ha) dan berbeda nyata dibanding tanpa
mulsa (68,5 ton/ha).
14
KESIMPULAN
1. Gulma dapat menyebabkan penurunan hasil produksi tomat sebab dapat
terjadi persaingan unsur hara.
2. Beberapa jenis gulma yang dapat mengganggu pada pertanaman tomat
yakni Ageratum conyzoides (bandotan putih), Amaranthus spinosus
(bayam merah), Amaranthus retroflexus (bayam hijau), cyperus rotundus
(teki), Panicum repens (Lempuyang).
3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara pengendalian mekanis,
fisik, kimiawi, biologi/hayati dan kultur teknis
4. Pengendalian gulma yang umum dilakukan dalam pertanaman tomat
adalah dengan pemulsaan atau penggunaan mulsa.
5. Tanaman tomat diperoleh hasil tertinggi pada pemberian mulsa plastik
dibandingkan dengan tanpa mulsa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chozin, M. A dan Sumantri.1983. Pengendalian Gulma dengan Mulsa dan
Herhisida, Pratumbuh Pada Tanaman Jagung (Zea mays L). Bull
Agronomi VollXIV No 2 Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trobus Agriwidya. Bogor.
Deptan. 2007. Pedoman Tomat. Jakarta
Direktorat Perlindungan Tanaman. 2000. Pedoman Pengenalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman.
Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman.104 p.
Gaertz, D.A., A.B. Bottcher, S.J. Locatio and K.L. Campbell.1987. Tomato Yield
and Ni Gen Recovery as Influenced by Inigation Method, NitrogenSource
and Mulch. Hort.Science. 22 (l) : 27 – 28
Jensen M.H. 1991. Achievement in The Use of Plastic in Agruculturein Food
and Fertilizer Technology Center.Extention Bulletine. 329 : I -7
Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. CV. Rajawali.
Jakarta.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam sistim Pertanian.PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Prasad,K.B 2011, Evaluation of Wound Healing Activity of Leaves of Ageratum
conyzoides,Int J of Pharm Pract Drug Res, vol.1,no.1, pp.8, 9, 12.
Putih, R. 1994. Pengaruh Pemupukan P dan Pemangkasan Cabang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicum esculentumMill). Jumal
Stigma Vol. VI no 1 April 1998, hlm.119-122.
Setyorini, D. 2008. Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Warna Mulsa Plastik
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Jakarta
Sukman, Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Stewart, C. Neal Jr. 2009. Weedy and Invasive Plant Genomics.Wiley-
Blackwell. USA.
Rao, V. S. 2000. Principle of Weed Science. Publisher, Inc. United States of
America.
16
Redaksi Agromedia, 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia.
Jakarta.
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung
Wiryanta, W. T. B. 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.