pendahuluan neurotransmiter

28
1 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER Uraian  Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmitter adalah sebagai berikut: • Disintesis di neuron presinaps • Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps • Dilepaskan dari neuron di ba wah kondisi fisiologis  • Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi  • Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.  Gambar 1. Tahapan yang dialami neurotransmitter

Upload: anggiopple

Post on 18-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bn

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    1/28

    1

    PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    Uraian

    Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan informasi elektrik

    dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmitter adalah sebagai berikut:

    Disintesis di neuron presinaps

    Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps

    Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis

    Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi

    Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.

    Gambar 1. Tahapan yang dialami neurotransmitter

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    2/28

    2

    Berbagai neurotransmitter yang ditemukan di sistem saraf:

    Excitatory : Acetylcholine

    Aspartate

    Dopamine

    Histamine

    Norepinephrine

    Epinephrine

    Glutamate

    Serotonin

    Inhibitory : GABA

    Glycine

    Biosintesis katekolamin (Dopamine, Norepinephrine dan Epinephrine).

    1. Hidroksilasi :

    Pada tahap ini reaksi melibatkan konversi tirosin, oksigen dan tetrahidrobiopterin menjadi dopa

    dan dihidrobiopterin. Reaksi ini dikatalisis enzim tirosin hidroksilase dan bersifat ireversibel.

    2. Dekarboksilasi

    Pada tahap ini enzim dekarboksilase dopa akan mengkatalisis dekarboksilasi dopa menghasilkan

    dopamin. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan penyakit Parkinson. Reaksi ini bersifat

    ireversibel. Kofaktor untuk reaksi ini adalah PLP (pyridoxal phosphate). Pada sel yang

    mensekresi dopamin, jalur neurotransmiter berakhir pada tahap ini.

    3. Hidroksilasi

    Reaksi ini dikatalisis oleh enzim dopamine =-hydroxylase. Reaktan meliputi dopamine, O2 dan

    askorbat (vitamin C). Produknya adalah norepinephrine, air dan dehidroaskorbat. Reaksi ini

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    3/28

    3

    bersifat ireversibel. Produk dari sel noradrenergik adalah norepinefrin dan jalurnya berakhir di

    sini.

    4. Metilasi

    Reaksi ini dikatalisis oleh feniletanolamin N-metiltransferase. Norepinefrin dan

    Sadenosilmetionin (ado-Met) membentuk epinephrine dan S-adenosil homosistein (ado-

    Hcy).

    Gambar 2. Biosintesis katekolamin

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    4/28

    4

    Metabolisme katekolamin

    Metabolisme katekolamin merupakan reaksi yang kompleks. Enzim utama yang terlibat dalam

    degradasi katekolamin adalah monoamine oxidase (MAO), yang mendegradasi asam amino

    alifatis. MAO sendiri merupakan target penting dalam pengembangan obat. Intermediat aldehid

    kemudian dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai, atau direduksi menjadi alkohol.

    Monoamine oxidase ditemukan terutama di membran mitokondria, dalam bentuk isoenzim.

    Enzim lain yang terlibat dalam biodegradasi katekolamin adalah catecholamine

    Omethyltransferase (COMT), suatu enzim sitoplasma yang menggunakan S-adenosyl6.5

    methionine untuk memetilasi gugus 3OH dari katekolamin menjadi tidak aktif. Senyawa

    termetilasi tidak diambil lagi dalam sinaps.

    Sedangkan tahapan degradasi noradrenalin ditunjukkan pada gambar berikut :

    Gambar 3. Jalur degradasi noradrenalin

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    5/28

    5

    Biosintesis Serotonin:

    Serotonin disintesis di sistem saraf pusat dan sel kromafin dari asam amino Triptofan, melalui

    dua tahapan reaksi :

    1. Hidroksilasi.

    Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah triptofan hidroksilase. Kofaktor dalam reaksi ini

    adalah tetrahidrobiopterin, yang dikonversi menjadi dihidrobiopterin.

    2. Dekarboksilasi

    Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah hidroksitriptofan dekarboksilase.

    Serotonin didegradasi melalui dua reaksi :

    1. Oksidasi

    2. Dehidrogenasi

    Gambar 4. Biosintesis dan degradasi serotonin

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    6/28

    6

    Biosintesis neurotransmiter lain :

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    7/28

    7

    ASETILKOLIN DAN RESEPTOR KOLINERGIK

    Uraian

    Ligan dari reseptor kolinergik adalah neurotransmiter asetilkolin (ACh). Asetilkolin merupakan

    molekul ester-kolin (choline ester) yang pertama diidentifikasi sebagai neurotansmitter. ACh

    dibuat di dalam susunan saraf pusat oleh saraf yang badan selnya terdapat pada batang otak dan

    forebrain, selain itu disintesis juga dalam saraf lain di otak. ACh beraksi pada sistem saraf

    otonom di perifer dan di pusat, dan merupakan transmitter utama pada saraf motorik di

    neuromuscular junction pada vertebrata.

    Jalur Biosintesis ACh

    Gambar 5. Jalur biosintesis asetilkolin

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    8/28

    8

    Sintesis dan degradasi ACh

    ACh yang dilepas dari ujung presinaptik mengalami dua hal sebagai berikut:

    1. Beraksi pada reseptornya, pada pascasinaptik dan presinaptik

    2. ACh diambil kembali (re-uptake) ke ujung presinaptik dalam bentuk hasil metabolismenya,

    yaitu kolin, digunakan lagi sebagai prekursor sintesis ACh. Proses ini dapat dihambat oleh

    hemikolinium yang menghambat transporter kolin sehingga menghalangi masuknya kembali

    kolin ke presinaptik.

    3. ACh mengalami degradasi menjadi kolin dan asetat oleh enzim kolinesterase

    Transmisi Kolinergik

    Enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan degradasi ACh.

    1. Choline Acetyltransferase (kolin asetiltransferase)

    Enzim ini mengkatalisa asetilasi kolin dengan asetil koenzim A, merupakan protein konstituen

    dari saraf, disintesis diantara perikarion kemudian ditransport sepanjang akson sampai ujungnya.

    Transport kolin dari plasma ke saraf-saraf dipengaruhi oleh perbedaan tinggi dan rendahnya

    afinitas sistem transport. Sistem afinitas tinggi bersifat unik terhadap saraf kolinergik dan

    tergantung pada kada Na+ ekstraseluler, dan bisa dihambat oleh hemikolinium.

    2. Acetylcholinesterase (Asetilkolin esterase, AChE)

    AChE terdapat pada saraf kolinergik. Enzim ini mempunyai dua sisi pengikatan keduanya

    penting untuk degradasi ACh. Daerah anionik berfungsi untuk pengikatan sebuah molekul ACh

    pada enzim. Begitu ACh terikat, reaksi hidrolisis terjadi pada sisi aktif yang disebut daerah

    esteratik. Di sini ACh terurai menjadi kolin dan asam asetat. Kolin kemudian diambil lagi

    melalui sistem uptake kolin berafinitas tinggi pada membran presinaps.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    9/28

    9

    Gambar 6. Sisi aktif enzim asetilkolinesterase

    ACh sebagai neurotransmitter dalam sistem motorik dan sistem saraf tertentu harus dihilangkan

    dan diaktivasi dalam waktu tertentu. Hidrolisis ACh menjadi kolin dan asetat memerlukan waktu

    kurang dari satu milisecond pada neuromuscular junction.

    Farmakologi

    Obat-obat golongan inhibitor kolinesterase : neostigmin, fisostigmin, takrin, donepezil,

    rivastigmin dan galantamin. Obat ini digunakan untuk meningkatkan kadar ACh di tempat

    aksinya pada penyakit-penyakit yang disebabkab kurangnya aksi ACh seperti glaucoma,

    myasthenia gravis dan gangguan otot polos.

    Penyimpanan dan Pelepasan ACh

    ACh dilepaskan dari ujung saraf motor dalam jumlah yang konstan, yang disebut quanta (atau

    vesikel). Perkiraan jumlah ACh dalam vesikel sinaptik berkisar antara 1.000-50.000 molekul

    setiap vesikel. Dalam satu ujung saraf motor terdapat 300.000 atau lebih vesikel.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    10/28

    10

    Karakteristik transmisi kolinergik pada beberapa tempat aksi

    1. Di otot skelet

    Kombinasi ACh dan reseptor ACh nikotinik di permukaan eksternal dari membran

    postjunctional memicu peningkatan permeabilitas kation. Aktivasi reseptor oleh ACh intrinsik

    kanal terbuka selama 1 milisecond dan kurang lebih 50.000 ion Na+ melewati kanal. Akibatnya

    terjadi depolarisasi diikuti potensial aksi otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot.

    2. Efektor otonom

    Stimulasi atau inhibisi dari sel efektor otonom timbul karena aktivasi reseptor ACh muskarinik.

    Reseptor terhubung pada protein G.

    3. Ganglia otonom

    Transmisi kolinergik pada ganglia otonom serupa dengan yang terjadi pada otot skelet. Sel

    ganglion mengalami perubahan muatan dengan adanya sedikit ACh. Depolarisasi awal terjadi

    karena aktivasi reseptor ACh nikorinik, yaitu ligand gated cation channel yang fungsinya mirip

    dengan yang terdapat pada neuromuscular junction

    Reseptor Kolinergik

    Reseptor kolinergik terbagi 2 tipe, yaitu :

    Reseptor ACh Nikotinik

    Reseptor ACh Muskarinik

    Reseptor kolinergik banyak dijumpai di sistem saraf otonom di perifer maupun di pusat.

    Keduanya berbeda dalam hal transduksi sinyalnya.

    Reseptor ACh Nikotinik

    Reseptor ini merupakan reseptor terhubung dengan kanal ion. Reseptor nikotinik dapat berikatan

    dengan nikotin, tetapi juga memiliki beberapa ikatan dengan senyawa lain. Reseptor nikotinik

    merupakan suatu protein pentamer yang terdiri dari lima subunit yaitu: subunit 2,, , dan

    yang masing-masing berkontribusi membentuk kanal ion, dengan dua tempat ikatan untuk

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    11/28

    11

    molekul ACh. Ion K+ dan Na+ dapat keluar masuk melintasi membran. Reseptor ini berlokasi di

    neuromuscular junction, ganglia otonom, medulla adrenal, dan susunan saraf pusat. Paling

    banyak ditemukan di neuromuscular junction (neuromuscular junction adalah sinaps yang terjadi

    antara saraf motorik dengan serabut otot). Reseptor nikotinik berperan memperantarai terjadinya

    kontraksi otot polos.

    Gambar 7. Reseptor nikotinik

    Aktivasi reseptor nikotinik pada neuromuscular junction

    Potensial aksi pada ujung presinaptik saraf motorik menyebabkan terjadinya pembukaan kanal

    ion Ca++ yang teraktivasi oleh voltase. Kemudian ion Ca++ masuk dan memicu pelepasan AChpada ujung saraf. ACh berikatan dengan reseptor nikotinik, menyebabkan pembukaan kanal ion

    Na+. Kemudian Na+ masuk dan menyebabkan terjadi depolarisasi lokal yang memicu

    terbukanya kanal ion Na+ yang teraktivasi voltase. Selanjutnya Na+ berikutnya masuk memicu

    potensial aksi lebih lanjut sampai mencapai T tubule dan membuka kanal Ca++ teraktivasi

    voltase pada membran retikulum sarkoplasma (RS). Pelepasan Ca++ dari RS ke sitosol

    menyebabkan terjadinya kontraksi otot

    Obat yang beraksi menghambat reseptor Asetilkolin Nikotinik : Golongan Penyekat

    neuromuskular (Antikolinergik).

    Obat golongan ini banyak digunakan pada pelaksanaan operasi /pembedahan atau pada kondisi

    dimana kontraksi otot harus dihindari. Obat ini diklasifikasikan lagi menjadi dua golongan, yaitu

    :Non-depolarizing blocking agentdanDepolarizing blocking agent.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    12/28

    12

    1.Non-Depolarizing blocking agent

    Non-Depolarizing blocking agent merupakan suatu antagonis yang bekerja dengan cara

    berkompetisi dengan ACh untuk berikatan dengan reseptor yang berada di sel otot sehingga

    menyebabkan aksi ACh menjadi terhambat dan terjadi relaksasi otot. Contohnya adalah

    tubokurarin. Tubokurarin awalnya digunakan oleh orang pedalaman Amerika selatan untuk

    racun anak panah untuk berburu. Tubokurarin bersifat kurang selektif karena juga mengikat

    reseptor ACh nikotinik di ganglion sehingga menyebabkan efek samping tidak terkontrolnya

    tekanan darah. Contoh obat lain adalah pankuronium, vekuronium, rokuronium, atrakurium dan

    mivakurium.

    2.Depolarizing blocking agent

    Depolarizing blocking agent merupakan agonis partial reseptor ACh nikotinik. Contohnya

    adalah suksametonium atau suksinilkolin. Jika obat ini berikatan pada reseptor ACh nikotinik,

    kanal ion Na+ terbuka yang menyebabkan depolarisasi. Untuk menghasilkan potensi aksi, kanal

    ion harus diaktivasi dan kemudian diinaktivasi. Kanal ion yang terinaktivasi harus repolarisasi

    untuk kembali ke kondisi istirahat dan kemudian dapat diaktivasi lagi. Ikatan suksinilkolin

    dengan reseptor nikotinik menyebabkan perpanjangan lama depolarisasi sehingga justru akan

    menghambat penghantaran potensil aksi lebih lanjut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

    relaksasi otot.

    Reseptor ACh Muskarinik

    Reseptor muskarinik mampu mengikat muskarin, suatu senyawa yang berasal dari jamur

    Amanita muscaria. Reseptor ini terdistribusi luas di seluruh tubuh dan mendukung berbagai

    fungsi vital, di otak, sistim saraf otonom, terutama saraf parasimpatis. Aktivasi reseptor pada

    perifer menyebabkan berkurangnya frekuensi denyut jantung, relaksasi pembuluh darah,

    konstriksi sal pernafasan, peningkatan sekresi dari kelenj keringat dan lakrimasi, konstriksi padaotot spinkter bola mata dan otot siliar mata. Di otak reseptor ini dijumpai pada cerebral cortex,

    striatum, hippocampus, thalamus dan brainstem. Reseptor ini berpartisipasi dalam banyak fungsi

    penting, belajar, ingatan dan kontrol postur tubuh.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    13/28

    13

    Struktur reseptor muskarinik:

    Reseptor muskarinik merupakan reseptor terhubung protein G, terdiri dari 5 subtype yaitu : M1,

    M2, M3, M4, M5. Reseptor M1, M3, dan M5 terhubung dengan protein Gq, sedangkan reseptor

    M2 dan M4 terhubung dengan protein Gi dan dengan suatu kanal ion. Respons yang timbul dari

    aktivasi reseptor muskarinik oleh ACh dapat berbeda, tergantung pada subtipe reseptor dan

    lokasinya.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    14/28

    14

    NOREPINEFRIN DAN RESEPTOR ADRENERGIK

    Uraian

    Adrenalin dan noradrenalin merupakan golongan katekolamin yang mengaktifkan reseptor

    adrenergik. Keduanya dilepaskan dari dua tempat yang berbeda : noradrenalin merupakan

    neurotransmiter utama dari sistem saraf simpatik yang mensarafi berbagi organ dan jaringan.

    Sebaliknya adrenalin, diproduksi oleh kelenjar adrenalin ke dalam sirkulasi.

    Gambar 8. Sintesis dan pelepasan noradrenalin dan adrenalin

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    15/28

    15

    Proses transmisi

    Gambar 9. Proses transmisi sistem adrenergik

    Gambar 9. Target obat-obat yang bekerja pada sistem adrenergik

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    16/28

    16

    Reseptor adrenergik

    Reseptor noradrenalin dan adrenalin adalah reseptor adrenergik (adrenoreseptor), yang

    merupakan reseptor terkopling protein G, dan tersebar di berbagai organ dan jaringan. Reseptor

    adrenergik mengatur berbagai parameter fisiologi seperti tekanan darah, detak jantung, dan lain-

    lain.

    Ada dua kelompok utama reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik dan ,

    masing-masing dengan beberapa subtipe:

    Reseptor terdiri dari subtipe 1 (Gq coupled receptor) dan 2 (Gi coupled

    receptor).

    Reseptor terdiri dari subtipe 1, 2 dan 3. Ketiganya terhubung dengan protein

    Gs.

    Gambar 10. Jenis reseptor adrenergik dan peran fisiologisnya

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    17/28

    17

    Reseptor

    Reseptor terdiri dari reseptor 1 dan 2. Reseptor 1 penting untuk regulasi kontraksi otot

    polos sedangkan reseptor 2 penting untuk pelepasan neurotransmiter prasinaps. Gambar 10

    menunjukkan berbagai subtipe reseptor , termasuk sinyaling serta senyawa-senyawa yang

    bersifat sebagai agonis dan antagonisnya.

    Reseptor 1, ditemukan di otot polos, jantung, dan hati dengan efek vasokonstriksi, relaksasi

    intestinal, kontraksi uterus dan dilatasi pupil.

    Reseptor 2, ditemukan di platelet, otot polos vaskuler, ujung saraf, dan islet pankreas, dengan

    efek agregasi platelet, vasokonstriksi, penghambatan pelepasan norepinefrin dan sekresi insulin.

    Gambar 11. Subtipe reseptor , sinyaling, agonis dan antagonisnya

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    18/28

    18

    Reseptor -adrenergik terdiri dari tujuh heliks transmembran. Model interaksi agonis dan

    antagonis terhadap reseptor -adrenergik ditunjukkan pada gambar berikut. Gugus amino agonis

    berinteraksi dengan residu aspartat di segmen III, cincin aromatis berinteraksi dengan residu

    fenilalanin di segmen IV dan VI, sedangkan gugus hidroksl katekol berinteraksi dengan residu

    serin di segmen V. Interaksi antagonis melibatkan residu fenilalanin di segmen II, asparagin,

    isoleusin dan glisin di penghubung segmen IV dan V serta residu fenilalanin di segmen VII.

    Gambar 12. Model pengikatan agonis (biru) dan antagonis (merah) pada reseptor -

    Agonis

    Selain norepinefrin dan epinefrin, fenilepfrin dan metoksamin juga menunjukkan aktivitas agonis

    yang kuat. Keduanya bekerja sebagi vasokontriktor dan digunakan dalam terapi hipotensi dan

    kongesti nasal.

    Antagonis

    Berdasarkan efek vasodilatornya, obat golongan antagonis digunakan untuk terapi hipertensi

    serta untuk meningkatkan sirkulasi perifer. Contoh : piperoksan dan prazosin.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    19/28

    19

    Reseptor

    Reseptor -adrenergik terdiri dari 3 subtipe yaitu : 1, 2 and 3. Reseptor 1 terutama berada

    di jantung, reseptor 2 di paru-paru, saluran cerna, hati, uterus, otot polos vaskuler dan otot

    skeletal. Sedangkan reseptor 3 banyak ditemukan di sel lemak.

    Aktivitas reseptor 1 meliputi:

    Menstimulasi sekresi kelenjar ludah dan meningkatkan viskositas sekret

    Meningkatkan cardiac output melalui peningkatan kontraksi otot jantung (efek inotropik) dan

    peningkatan detak jantung (efek kronotropik)

    Berperan dalam pelepasan renin

    Lipolisis dalam jaringan adiposa

    Struktur reseptor -adrenergik

    Reseptor -adrenergik terdiri dari tujuh daerah hidrofobik (I-VII) yang tertanam di membran,

    masing-masing terdiri dari 2024 asam amino. Selain itu juga terdapat sebuah rantai hidrofilik

    panjang dengan C-terminal, sebuah rantai hidrofilik pendek dengan Nterminal, dan sebuah loop

    sitoplasmik panjang antara segmen V dan VI. Beberapa sisi untuk posforilasi terletak di bagian

    C-terminal dari protein, sedangkan glikosilasi-N akan terjadi pada segmen N-terminal

    ekstraseluler. Heliks transmembranteribat dalam pembentukan sisi pengikatan katekolamin,

    sedangkan residu C-terminal berperan dalam interaksi antara reseptor dengan protein terikat

    GTP. Sebuah aspartat di segmen III dan dua buah serin di segmen V masing-masing terlibat

    dalam interaksi dengan gugus amino dan gugus hidroksi katekol.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    20/28

    20

    Gambar 13. Struktur reseptor -adrenergik

    Agonis 1

    Isoprenalin mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor 1 dibanding noradrenaline,

    yang mempunyai afinitas lebih tinggi dibanding adrenaline. Agonis selectif reseptor 1 adalah :

    Denopamine, Dobutamine dan Xamoterol.

    Antagonis 1

    Beta blocker selektif 1 antara lain : Acebutolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Esmolol,

    Metoprolol, Nebivolol.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    21/28

    21

    DOPAMIN DAN RESEPTOR DOPAMINERGIK

    Uraian

    Dopamin merupakan neurotransmitter aktif dalam sistem dopaminergik dan berhubungan dengan

    penyakit neuromotor (Parkinson) dan schizophrenia. Obat-obat yang meningkatkan efek

    dopamin dalam sistem ini menunjukkan aktivitas farmakologis terhadap kedua penyakit tersebut.

    Seperti neurotransmiter lain, target terapetik dalam sistem dopaminergik meliputi : biosintesis,

    metabolisme, penyimpanan, reuptake dan reseptor (presinaps dan prasinaps) dopaminergik.

    Struktur reseptor dopaminergik

    Reseptor dopamin terdiri dari dua subtipe, D-1 (dengan I3 pendek, C-terminal panjang) dan D-2

    (I3 panjang, C-terminal pendek). Reseptor D2 receptors mempunyai isoform: D2L dan D2S.

    Gambar 14. Struktur reseptor Dopamin D2

    Farmakologi

    a. Inhibitor sintesis dopamin

    Carbidopa merupakan analog I-metildopa dan menghambat DOPA-decarboxylase. Obat ini

    digunakan untuk melindungi DOPA (prekursor dopamin) dari dekarboksilasi. Benserazide

    mempunyai aktivitas serupa dengan carbidopa.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    22/28

    22

    b. Inhibitor metabolisme dopamin

    Beberapa senyawa mempengaruhi MAO dan catecholamine-O-methyltransfersase mencegah

    metabolisme degradatif dopamin. Contoh : iproniazid, tranylcypromine, phenelzine

    c. Inhibitor penyimpanan dopamin

    Penyimpanan dan pelepasan dopamin dapat dipengaruhi secara ireversibel oleh reserpin. A-

    hidroksibutiran atau butirolakton dapat secara spesifik memblok pelepasan dopamin.

    d. Inhibitor reuptake dopamin

    Reuptake dopamin dapat dihambat oleh beberapa senyawa seperti benztropin, tandamin,

    bupropion, nomifensine, dan amfetamine. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai antidepresan

    poten.

    e. Agonis Dopaminergik Prasinaps

    Alkaloid ergot diketahui pertama kali menunjukkan aktivitas ini. Ergot (Claviceps purpurea)

    merupakan fungi parasit yang ditemukan di rumput-rumputan dan jerami. Derivat dihidro-

    ergocryptine merupakan agonis dopamin poten dan digunakan sebagai vasodilator (dengan efek

    terhadap SSP) dan meningkatkan performa pada geriatri (fisik maupun mental).

    f. Agonis Dopaminergik Post-sinaps

    Apomorfin mempunyai aktivitas emetik, merupakan agonis pra- dan post-sinaps. Nomifensin

    juga merupakan agonis postsinaps, berfungsi sebagai antidepresan.

    g. Antagonis Dopamine (Postsynaptic Blockers)

    Kelompok senyawa ini merupakan obat-obat antipsikotik (neuroleptics) dan digunakan untuk

    manajemen semua jenis schizophrenia. Golongan fenotiazin mempunyai efek meredakan padapasien psikotik tanpa sedasi berlebih. Efek lain meliputi antiemetik, digunakan pada emetik

    karena penyakit atau emetik terinduksi obat dan radiasi, tapi tidak untuk motion sickness.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    23/28

    23

    HISTAMIN DAN RESEPTOR HISTAMINERGIK

    Uraian

    Histamin merupakan amin biogenik yang tersebar di seluruh tubuh dan berfungsi sebagai

    mediator utama reaksi inflamasi dan alergi, sebagai pengatur fisiologis sekresi asam lambung,

    sebagai neurotransmiter di SSP, serta juga berperan dalam pertumbuhan dan perbaikan jaringan.

    Histamin disimpan dalam granul sel mast di hampir semua jaringan dalam tubuh, ditemukan

    pada konsentrasi tinggi di sel mast pada paru-paru, kulit dan saluran cerna. Alergen dan antigen

    berikatan pada antibodi IgE pada permukaan sel mast menyebabkan IgE berubah konformasi dan

    menstimulasi pelepasan histamin tersimpan dari sel mast (degranulasi). Histamin dari sel mast

    dalam mukosa lambung mempunyai peran fisiologi penting dalam sekresi asam lambung.

    Stimulasi saraf parasimpatik dan pelepasan gastrin dari sel G keduanya mengaktifkan sel mast

    lambung, mengakibatkan lepasnya histamin.

    Selain dalam sel mast dan basofil (lebih dari 90%), histamin juga ada di sel platelet,

    enterochromaffin-like cells, sel endotelial dan neuron. Histamin juga dapat bekerja sebagai

    neurotransmiter di otak. Sistem histaminergik ditunjukkan pada gambar 15.

    Histamin disintesis dari asam amino histidin melalui aktivitas enzim dekarboksilasi dan dapat

    dimetabolisme oleh histamin-N-metil transferase atau diamine oksidase. Aksi histamin sebagai

    neurotransmiter lebih cenderung diakhiri oleh metabolisme dari pada reuptake ke dalam ujung

    saraf pre-sinaps.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    24/28

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    25/28

    25

    Gambar 16. Reaksi biosintesis dan metabolisme histamin

    Reseptor Histamin

    Histamin berikatan dan mengaktifkan permukaan sel reseptor. Telah diidentifikasi empat jenis

    reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4. Keempat jenis reseptor histamine merupakan

    reseptor terkopling protein-G dan respon fungsionalnya dihasilkan dari aktivasi spesifik protein-

    G.

    a. Reseptor H1

    Reseptor H1 terkopel dengan protein Gq/11, respon terjadi terutama melalui aktivasi posforilase

    C yang menghidrolisis membran posfolipid menjadi second messenger intrasel inositol 1,4,5-tris

    phosphate (IP3) dan diasilgliserol. IP3 dilepaskan ke dalam sitosol dan menstimulasi pelepasan

    ion Ca2+ dari cadangan intrasel. Reseptor ini ditemukan di otot polos perifer dan SSP, berperan

    memediasi permeabilitas vaskuler terinduksi histamin. Residu asam amino yang terlibat dalam

    interaksi dengan histamine adalah Aspartat, Asparagin, dan Lisin.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    26/28

    26

    b. Reseptor H2

    Reseptor H2 berperan dalam sekresi asam lambung. Aktivasi reseptor H2, bersama dengan

    gastrin dan asetilkolin dari vagus, potensial menstimulasi sekresi asam dari sel parietal. Histamin

    dalam jumlah tinggi juga ditemukan di jaringan kardiak dan dapat menstimulasi efek kronotropik

    dan inotropik melalui stimulasi reseptor H2.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    27/28

    27

    Gambar 18. Peran histamin dalam sekresi asam lambung

    Residu asam amino yang terlibat dalam interaksi dengan histamin adalah Aspartat dan Threonin.

  • 5/27/2018 PENDAHULUAN NEUROTRANSMITER

    28/28

    28

    Farmakologi

    a. Antagonis H1

    Sejumlah besar obat telah dikembangkan sebagai antagonis H1, antara lain mepyramine,

    chlorpheniramine, promethazine, triprolidine, diphenhydramine, cyclizine dan cyproheptadine,

    dan digunakan untuk terapi alergi sistemik dan topikal serta penyakit inflamasi (hay fever, rinitis

    alergi, gigitas serangga, anafilaksis, dan lain-lain). Beberapa antihistamin menyebabkan efek

    sedasi pada dosis terapetik karena penghambatan reseptor H1 di otak. Antihistamin H1 generasi

    kedua seperti temelastine, acrivastine, astemizole, cetirizine and loratidine, kurang dapat

    menembus sawar darah otak sehingga efek sedatifnya lebih lemah. Beberapa antihistamin H1

    juga mempunyai sifat antagonis reseptor muskarinik (contoh promethazine, diphenhydramine,

    cyclizine), dan efek ini digunakan untuk terapi mual dan motion sickness. Beberapa golongan

    lain seperti doxepin, amitriptyline dan mianserin, serta obat antipsikotik chlorpromazine, juga

    merupakan antihistamin H-1 poten.

    b. Antagonis H2

    Antagonis H2 pertama yang mempunyai selektivitas terhadap H2, tidak terhadap H1 adalah

    burimamide. Setelah itu ditemukan simetidin yang terbukti efektif untuk terapi tukak lambung

    karena kemampuannya menghambat sekresi asam lambung. Antagonis H2 lain yang digunakan

    klinis adalah ranitidine, titotidine, nizatidine, famotidine dan mifentidine.

    Daftar Pustaka

    1. Korolkovas, A., 1970, Essentials of Molecular Pharmacology : Background for Drug Design,

    Wiley-Interscience, New York.

    2. Brody, T. M., Larner, J. and Minneman, K. P. (Eds.), 1998, Human Pharmacology : Molecular

    to Clinical, 3th ed., Mosby Inc., St. Louis, Missouri.

    3. Offermanns,S. and Rosenthal,W.,(Eds), 2008, Encyclopedia of Molecular Pharmacology,

    USA.