pendekatan pemrosesan informasi
TRANSCRIPT
PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI
Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Kelas pada Mata kuliah
Psikologi Pendidikan Semester IITahun Akademik 2013
OlehSY. JAPAR SADIQ
N I M. 80100212177
Dosen Pemandu:Dr. Andi Bunyamin, M.Pd
Dr. Muh. Tamar, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN
MAKASSAR2013
TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar
sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik
adalah pengolahan informasi 1[1]. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi
sibernetik mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar, namun yang lebih
penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, system
informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa 2[2]. Asumsi ini
didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh
sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh
informasi dengan satu proses, dan siswa yang lain juga dapat memperoleh
informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.
Sebenarnya teori belajar sibernetik tergolong teori belajar yang relatif baru
dan berkaitan erat dengan teori kognitif, terutama yang digagas oleh beberapa
tokoh, di antaranya Bruner dengan discovery learningnya, yang beranggapan
untuk mewujudkan belajar yang baik, ada beberapa cara seperti; memiliki
kepahaman terhadap konsep, arti, ataupun hubungan, dimana kepahaman ini
1[1] C. Asri. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet.1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 81.
2[2] Ibid.
ditemukan melalui proses intuitif, yang pada akhirnya peserta didik dapat
memperoleh pengetahuan baru atau mampu melahirkan sebuah kesimpulan .
Kemudian Jhon Dewey dengan berfikir reflektif atau dengan istilah lain
pendekatan inkuiri yaitu suatu pendekatan problem solving dalam belajar, di mana
tujuan umum penggunaan inkuiri pada siswa adalah untuk menolong siswa
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan
mereka 3[3]. Selanjutnya Ausubel dengan model advance organizernya, yang
dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, yaitu memperkuat
pengetahuan siswa tentang pelajajaran tertentu dan bagaimana mengelola,
memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. 4[4]
Teori Sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih
luas dari psikologi kognitif. Anderson mengungkapkan perbedaan antara
keduanya, yaitu psikologi kognitif adalah upaya untuk memahami mekanisme
dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi
menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran
dan hasil operasi itu. 5[5] Dan karena teori ini berdasarkan perkembangan zaman
yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
teori sibernetik ini tidak bercirikan karya hanya dari satu orang tokoh saja.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa teori pemrosesan informasi adalah
bagian dari teori pengolah informasi, yang dalam pengkajiannya akan banyak
3[3] A.K. Wardani, Psikologi Belajar, cet. 2 (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), h. 4.15
4[4] Bruce Joyce, et.. al, Models of Teaching, cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 281.
5[5] Margaret E.Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1988), h. 200.
ditemukan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memiliki teori yang berkaitan erat
dengan proses memperoleh informasi.
Pemrosesan informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses
yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan
menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti
pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir.
Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang
akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal
mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data,
menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu
menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan
orientasi utama pada model mengajarnya mengarah kepada kemampuan siswa
dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
2. Rumusan Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah,
yaitu sebagai berikut :
a. Siapakah tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan informasi ?
b. Apakah teori pembelajaran pemrosesan informasi menurut Robert Gagne ?
c. Bagaimana pendekatan dalam pemrosesan informasi ?
a. Bagaimana mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan informasi dalam
proses belajar mengajar ?
3. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
b. Mengetahui tokoh pencetus teori pembelajaran pemrosesan infromasi.
c. Mengetahui teori pembelajaran pemrosesan infromasi menurut Robert Gagne.
d. Mengetahtui tentang pendekatan dalam pemrosesan informasi.
e. Mengetahui cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi
dalam proses belajar mengajar.
4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini berguna untuk lebih memahami tentang
teori pembelajaran pemrosesan informasi yang merupakan bagian dari teori
sibernetik, memahami pengertian serta pendekatan yang terdapat di dalamnya, dan
pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.
B. Tokoh Pencetus Teori Pemrosesan Informasi
Salah satu tokoh pencetus dari teori pemrosesan informasi adalah
Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan
pada tanggal 21 Agustus 1916 di di North Andover, Massachusetts dan meninggal
pada tanggal 28 April tahun 2002. Setelah lulus dari SMA, Gagne melanjutkan
pendidikan di Yale University. Pada tahun 1937 Gagne
mendapat gelar B.A dari Yale University, kemudian dia melanjutkan
studinya di Brown University dan mendapat gelar Ph.D di bidang psikologi
pada tahun 1940.
Robert Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang
terkenal dengan penemuannya berupa The Condition Of Learning. Ia profesor
psikologi dan pendidikan di Connecticut College untuk Perempuan (1940-1949),
Pennsylvania State University (1945-1946), Princeton (1958-1962), dan
University of California di Berkeley (1966-1969), dan profesor di Departemen
Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada
tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara
(1949-1958) di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai
konsultan untuk Departemen Pertahanan (1958-1961), dan ke Amerika Serikat
Kantor Pendidikan (1964-1966). Selain itu, ia menjabat sebagai direktur
penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).6[6]
Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan
informasi berawal dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para
peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi
lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi pengetahuan akan
tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat
dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi memberikan
persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar
yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan
ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka
panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam
hal pemecahan masalah.
Pada latar belakang telah disinggung bahwa dalam teori belajar sibernetik
tidak ada satu tokoh yang mendominan, hal ini dikarenakan terus terjadinya
perubahan zaman, yang akan berpengaruh pada perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Perkembangan ini akan menyebabkan dinamisasi teori dalam hal
pemrosesan informasi pada pembelajaran, dan tokoh lain pada teori ini adalah :
Robert S. Siegler , yang juga dikenal dengan nama Bob Siegler. Ia
adalah Teresa Heinz Profesor Psikologi di Carnegie Mellon University dan
penerima Penghargaan American Psychological Association Distinguished pada
tahun 2005.
6[6] Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
Siegler mengkhususkan diri dalam pengembangan kognitif
pemecahan masalah dan penalaran pada anak-anak. Adapun tiga bidang minat
khusus dalam penelitiannya adalah strategi pilihan, pembelajaran jangka panjang,
dan aplikasi pendidikan kognitif-teori perkembangan. Siegler menerima gelar B.A
di bidang psikologi dari University of Illinois pada tahun 1970 dan Ph.D bidang
psikologi dari SUNY Stony Brook pada tahun 1974, dan ia telah bekerja di
Carnegie Mellon University sejak saat itu, dimana ia menjadi kolega dari Herbert
Simon. Siegler telah menulis beberapa buku tentang perkembangan kognitif,
seperti How Children Discover New Strategies, How Children Develop,
Children’s Thinking: 4th Edition, and Emerging Minds, yang dipilih sebagai salah
satu Buku Psikologi Terbaik 1996 oleh Asosiasi Penerbit Amerika. Dia juga telah
menjabat sebagai associate editor pada jurnal Developmental Psychology, dan
jabatannya yang lain anggota Dewan Penasehat Nasional Matematika atau
National Mathematics Advisory Panel.
C. Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne
Robert. M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Warsita, dalam
bukunya : The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa ; Learning is a
change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and
wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja 7[7] Dan Gagne menyatakan
bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap
7[7] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa
eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi)8[8].
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi
internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori
pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
diproses sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan
dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.9[9]
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah
kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Karena itulah Gagne membuat beberapa rumusan untuk menghubungkan
keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dalam pembelajaran dalam rangka
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
1. Gagne membuat rumusan yang berisi urutan untuk menimbulkan peristiwa
pembelajaran, yaitu :
8[8] Ibid.
9[9] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 69. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
a. Pembelajaran yang dilakukan dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta
didik, dan dikondisikan agar perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran
sehingga mereka siap untuk menerima pelajaran.
b. Memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik
mengetahui apa yang diharapkan setelah menerima pelajaran.
c. Guru harus mengingatkan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
d. Guru siap untuk menyampaikan materi pelajaran.
e. Dalam pembelajaran guru memberikan bimbingan atau pedoman kepada siswa
untuk belajar.
f. Guru memberikan motivasi untuk memunculkan respon siswa.
g. Guru memberikan umpan balik atau penguatan atas respon yang diberikan siswa
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
h. Mengevaluasi hasil belajar, dan
i. Memperkuat retensi dan transfer belajar.
2. Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. 10[10]
3. Gagne merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu :
Kemampuan belajar manusia yang terbagi kepada lima kategori :
a. Motor/skill : ketramppilan motorik.
b. Informasi verbal : dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar.
c. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan
dunia luar yang berkaitan dengan symbol-simbol.
d. Strategi kognitif : organisasi keterampilan yang internal.
10[10] Arief S. Sadiman, et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4 ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h.23.
e. Sikap.11[11]
4. Gagne membuat rumusan tahapan dalam tujuan dan tingkatan belajar :
Tahapan tujuan belajar diawali dari yang mudah (rendah), sedang, ke sulit
(tinggi) 12[12], dan tahapan ini berbanding lurus dengan tahapan proses belajar,
yaitu dari yang paling sederhana ke yang kompleks13[13]. Adapun tingkatan
belajar ada empat : belajar fakta, belajar konsep, belajar prinsip, dan pemecahan
masalah. 14[14]
Toeti Soekamto menambahkan bahwa untuk dapat memecahkan masalah
seorang harus terlebih dahulu belajar prinsip, dan sebelum belajar prinsip, maka ia
harus belajar konsep terlebih dahulu yang sifatnya lebih mudah.15[15]
D. Model Pemrosesan Informasi
1. Model proses kontrol pemrosesan informasi 16[16]
Short-term Long-term
Memory memory
Sensory Perception ---------------
Informasi receptor
11[11] Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3 (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), h. 149.
12[12] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 159
13[13] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h.32.
14[14] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 159.
15[15] Toeti Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional (Jakarta: Intermedia, 1993), h. 83.
16[16] C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, h. 82
Working Storage
Memory retrieval
Kreatifitas Pengetahuan
Gambar 1. Model proses kontrol pemrosesan informasi
2. Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner 17[17]
Sensory Short Enhanced
Coding Long
Stimuli Systemy term ass. System
term
Storage storage
17[17] Ibid, h. 83
Forgotten
Inform
Gambar 2. Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner
Keterangan :
1. Sensory Receptor (SR)\
SR adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR
informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu
yang sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian
individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi.
Karekateristik WM, memiliki kapasitas terbatas + 7 slots dan hanya bertahan 15
detik jika tidak diadakan pengulangan, dan informasi dapat disandi dalam bentuk
yang berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh individu,
2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah
proses gagalnya memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson
mengemukakan proses penyimpanan informasi merupakan proses
mengasimilisasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang
selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan. 18[18]
18[18] Ibid, h.83-84.
E. Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan
informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses
berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka
bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. 19[19]
Pada latar belakang telah disampaikan bahwa teori belajar sibernetik
merupakan teori belajar yang relatif baru dan sangat berkaitan dengan teori
kognitif, Jika pada psikologi kognitif, proses belajar lebih penting dari hasil
belajar, namun pada teori sibernetik yang lebih penting proses belajar adalah
sistem informasi dan sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan
menentukan proses belajar
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang
dikemukakan oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara
kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang se akan-
akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan
hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak,
seperti yang tertuang dalam gambar 20[20] berikut ini :
Penyimpanan Penyimpanan
Teks Sementara Jangka Panjang
19[19] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 310.
20 [20] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2009), h.33
Rangkaian Atens
Belajar
Eksternal @ Pengulangan
Pencatatan @ Hapalan
Penginderaan Memori @ Pengkodean Memori
Jangka @ Pemecahan Jangka
Pendek masalah Panjang
Pemanggilan
Hilang Hilang Lupa
Gambar 3. Model pemrosesan informasi
Gambar tersebut menguraikan beberapa peristiwa mental yang melakukan
tranformasi informasi yang dimulai dari input dalam hal ini stimulus yang
diberikan pendidik, kepada output dalam bentuk respon yang ditunjukkan oleh
peserta didik. Setiap kotak yang dianalogikan sebagai fungsi atau keadaan sistem,
dihubungankan dengan garis yang dianalogikan sebagai proses transformasi
informasi dari satu peristiwa kepada peristiwa lain.
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan
pemrosesan informasi, yaitu :
1. Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi 21[21],
dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian,
merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut
21[21] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 310.
dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan
informasi terbatas pada satu waktu.
2. Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah
pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme
yang bekerja untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak
22[22] :
a. Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori 23[23].
Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif,
maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan
informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun,
anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat
menyandi secara otomatis.
Apa itu memori ? bagaimana informasi itu diletakkan dan disimpan dalam
mmemori ? bagaimana informasi itu disimpan setelah disandikan ? dan bagaimana
caranya ia dimunculkan kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari ?
Pertanyaan inilah yang dipelajari para psikologi pendidikan, dan mereka
menyatakan bahwa adalah penting untuk tidak memori dari segi bagaimana anak
menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi dilihat dari segi bagaiamana anak
menyusun memori mereka. 24[24]
22[22] Ibid
23[23] Ibid
24[24] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.
Memori adalah rentensi informasi 25[25]. Retensi informasi ini terus
menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi
pada saat diperlukan untuk waktu tertentu. Lihat gambar 4. tentang pemrosesan
informasi dalam memori ;
ENCODING PENYIMPANAN PENGAMBILAN
Memasukkan Mempertahankan Mengambil
Informasi ke dalam informasi dari infromasi dari
Memori waktu ke waktu gudang memori
Gambar 4. Pemrosesan informasi dalam memori ;
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :
1) Atensi yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.26[26]
2) Pengulangan yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih
lama berada dalam memori.27[27]
3) Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart
mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level.
25[25] Ibid
26[26] Ibid, h.313
27[27] Ibid , h.315
Teori level pemrosesan :
Pemrosesan terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana
pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.28[28]
a) Level dangkal :
Pada level ini memori akan mendeteksi garis, sudut, dan kontur dari huruf
cetak, atau mendeteksi frekuensi, durasi, dan kekerasan suara.
b) Level menengah :
Pada level ini, stimuli yang sudah dikenali akan diberi label dalam memori.
c) Level mendalam :
Pada level ini informasi yang diterima akan diproses secara semantik dari
sisi maknya.
Contoh ketiga level adalah saat anak melihat tulisan Bank, pada level
dangkal ia akan memperhatikan huruf demi huruf, pada level menengah, anak
akan melihat karakteristik kata bank memiliki sebutan yang sama dengan kata
bang, dan pada level terdalam ia akan berpikir kapan orangtuanya akan
membawanya menabung di bank, dan ke bank mana mereka akan menabung.
4) Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian.
Jadi, saat pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka
mereka akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus
tentang demokrasi.29[29]
5) Mengkonstruksi citra
28[28] Ibid, h.316
29[29] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 316.
Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara
yaitu sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental.
30[30]
Sebagai contoh pada saat seseorang mengkonstruksi citra berarti ia telah
mengelaborasi informasi, seperti menghitung jumlah jendela di rumahnya.
Mungkin seseorang akan mengalami kesulitan saat menyebutkan jumlah jendela
secara keseluruhan, tetapi ia akan mudah menjawab ketika menggunakan kode
mental yaitu dalam mengkonstruksi citra ia dapat menyebutkan jumlah jendela
dengan berjalan secara mental di seluruh bagian rumahnya.
6) Penataan
Penataan atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan
penyandian pada memori, maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap
pemahaman, dengan kata lain, semakin baik seorang pendidik menata informasi
dalam menyajikan materi pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk
memahami dan mengingatnya dalam memori.
Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya
dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1) Memori sensoris
Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam
bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang
waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya. 31[31]
2) Memori jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana
informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau
30[30] Ibid, h.318.
31[31] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.
diproses lebih lanjut.32[32] Trianto mengutip dari Nur, menurut Miller memori
jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. 33[33] Lebih lanjutnya
Trianto menjelaskan bahwa untuk mempertahankan informasi pada memori
jangka pendek maka harus melakukan pengulangan dengan cara menghafal.
3) Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak
informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas
yang dimiliki memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak
terbatas. 34[34]
Ketiga konsep di atas dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin, mereka
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka
pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk
masuk ke memori jangka panjang. Lihat gambar 5 berikut ini :
Memori sensorik Memori jangka pendek Memori kangka panjang
Latihan Penyimpanan
Sensoris
Atensi Pengambilan
Input
32[32] Ibid
33[33] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, h.35
34[34] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.
Gambar 5. Teori memori Atkinson dan Shiffrin 35[35]
Jika tipe memori dapat dibedakan, demikian juga
isi memori jangka panjang dapat dibedakan seperti gambar berikut ini :
Memori Jangka Panjang
Deklaratif (Eksplisit) Prosedural (Implisit)
Memori Episodik Memori
Semantik
Gambar 6. Klasifikasi isi memori jangka panjang 36[36]
Keterangan :
a. Memori deklaratif adalah pengingatan kembali informasi secara sadar.37[37]
b. Memori prosedural adalah memori yang memiliki kemampuan untuk menginngat
kembali bagaimana melakukan sesuatu.38[38]
c. Memori Episodik adalah memori yang menyimpan gambaran atau bayangan
mental yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi.39[39]
35[35] Ibid, h.323.
36[36] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 324.
37[37] Ibid.
38[38] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, h.36.
39[39] Ibid, h. 35.
d. Memori semantik adalah memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan
umum atau generalisasi informasi yang diketahui.40[40]
Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah tabel
yang menguraikan perbedaan tiga tingkatan memori.
Tabel 1. Perbedaan antara tiga tingkatan memori 41[41]
KarakteristikRegister
PengideraanMemori Jangka Pendek Memori Jangka Panjang
Masuknya
informasiPerhatian awal Memerlukan perhatian Latihan pengulangan
Memelihara
informasiTidak mungkin
Perhatian terus menerus
latihan pengulanganPengulangan organisasi
Format informasi
Mengcopi
masukan secara
apa adanya
Bunyi visual yang mungkin
semantik
Sebagian besar semantik,
sebagian bunyi, dan suara.
Kapasitas Besar KecilTidak diketahui
batasannya
Hilangnya
informasiMenyeluruh
Pergeseran kemungkinan
menyeluruh
Kemungkinan tidak
hilang, kemampuan
mengakses karena
interferensi
Selang berkas ¼ - 2 detik Sampai 30 detik Beberapa menit sampai
40[40] Ibid, h. 36.
41[41] Ibid.
beberapa tahun.
Memanggil
kembali
Membaca yang
nyaring
Kemungkinan otomatis butir-
butir dalam kesadaran isyarat
sesat/bunyi
Isyarat perbaikan
kemungkinan proses
mencari
Kemudian pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah
pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari
gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang
relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus
memerlukan usaha.
Dalam melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent
forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya
petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan bahwa kita
lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi
karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat kembali
informasi yang kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan bahwa berlalunya
waktu bisa membuat orang menjadi lupa.42[42]
b. Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit
atau tanpa usaha 43[43]. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan
pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat
dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru
dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan
menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c. Konstruksi Strategi
42[42] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 329
43[43] Ibid, h. 310..
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses
informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan
informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut
dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. 44[44]
d. Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga
yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan
anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain.
Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari
atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.45[45]
Ada beberapa tipe transfer, yaitu :
1) Transfer dekat atau jauh
Transfer dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu
transfer pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran
sebelumnya terjadi. Dicontohkan bahwa ketika siswa belajar mengetik di mesin
tik akan menggunakan kemampuannya saat mengetik pada keyboard computer.
46[46]
Transfer jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda
dari situasi pembelajaran sebelumnya.47[47] Contoh siswa diberi kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman jual beli, dengan bekerja sehari pada sebuah
toko. Dalam melakukan pekerjaannya, ia harus mengaplikasikan ilmu yang
44[44] Ibid
45[45] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 379.
46[46] Ibid
47[47] Ibid
dimilikinya dalam proses jual beli, proses aplikasi inilah yang disebut transfer
jauh, karena situasi jual beli yang didemonstrasikan di kelas tentu sangat berbeda
dengan situasi jual beli yang terjadi di masyarakat.
2) Transfer jalur rendah dan jalur tinggi
Transfer jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara otomatis, yaitu
pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar tertransfer pada
situasi yang lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah transfer yang dilakukan
dengan banyak usaha dan dengan kesadaran 48[48]. Dengan maksud bahwa
peserta didik secara sadar membangun koneksi atau mendeteksi hubungan antara
apa yang sudah mereka ketahui atau pelajari pada situasi sebelumnya dengan
situasi yang baru mereka hadapi.
Tentang pengalaman belajar, Wina Sanjaya menyatakan bahwa ketika
seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta
didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman
belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat
diperoleh setiap peserta didik. 49[49]
Kemudian Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api,
maka kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah,
menghubungkan, dan menafsirkan bahwa api merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan rasa sakit, sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap
bahwa api harus dihindari 50[50]. Namun pada peristiwa lain, anak tersebut
mendapat kesempatan belajar memasak dengan ibunya, dan secara langsung ia
48[48] Ibid
49[49] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2011), h. 160.
50[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.
mendapat pengalaman bahwa api memberi manfaat buat dirinya dan keluarganya,
dengan membuat kesimpulan dengan adanya api makanan bisa di masak.
Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa menyimpulkan bahwa api
itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota badan, dan api itu sangat
bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak makanan.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang
dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang
mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif
dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada
pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat
murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada
saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.51[51]
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi
harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang
lebih kritis, terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif terbagi
dua, yaitu mengutamakan kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan
ketrampilan untuk mengetahui pengetahuannya sendiri. 52[52]
Michael Pressly dan rekan - rekannya seperti yang telah dikutip Santrock,
mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model
pemrosesan informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang
kompeten adalah hasil dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi.53[53]
51[51] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
52[52] Ibid.
53[53] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 341.
F. Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran.
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat
mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta
sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke
tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran
melukis, seperti berikut ini :
1. Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar
berwarna (fakta).
2. Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3. Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna
tersebut akan saling berpengaruh (prinsip)
4. Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan
masalah) 54[54]
Dan untuk membuat isi pokok bahasan, dapat kita lihat contoh yang
dituliskan oleh Harjanto, dalam beberapa materi ajar.
Tabel 2. Isi pokok bahasan 55[55]
Fakta Konsep Prinsip Pemecahan Masalah
Mengajarkan
macam-macam
binatang
Identifikasi binatang-
binatang sejenis
Binatang-binatang
sejenis mempunyai
ciri-ciri sama
Mengapa binatang
sejenis tidak selalu
identik
Mengenal Peta
Bumi
Identifikasi beberapa
pegunungan
Gunung berapi
adalah gunung yang
masih aktif dan
Bagaimana mengatasi
bahaya gunung berapi
54[54] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 157.
55[55] Ibid, h. 161.
berbahaya
Memahami
definisi molekul
dan gerakan
Hubungan antara
molekul dan gerakan
Bahwa udara yang
panas (uap air)
mengembang
Pemanfaatan tenaga
uap untuk
mesin/industry.
Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan
Agama Islam, materi ajar perilaku terpuji (qana’ah dan tasamuh), sebagai berikut :
1. Siswa dapat menyebutkan pengertian qana’ah dan tasamuh (fakta).
2. Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qana’ah dan tasamuh
(konsep).
3. Siswa dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh
yang diambil dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
4. Siswa dapat mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupannya
dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah).
Contoh menerapkan teori pemrosesan informasi dalam RPP, sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester : IX/1
Standar Kompetensi :4. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar :4.3. Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam
kehidupan sehari-hari.
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membiasakan diri berperilaku qana’ah dan tasamuh dalam
kehidupan serta merasakan manfaatnya.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Materi Pembelajaran
Pembiasaan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan
Manfaat berperilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Modeling
Diskusi
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Apresepsi
Guru memotivasi siswa mengenai indahnya berakhlak mulia.
Guru menyampai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan bukan prilaku qana’ah dan
tasamuh dalam bentuk tampilan gambar.
2). Elaborasi
Siswa melakukan memberi respon terhadap dengan dapat membedakan contoh
dan bukan contoh pada perilaku qana’ah dan tasamuh.
3) Konfirmasi
Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari
mengaplikasikan perilaku qana’ah da tasamuh.
4) Latihan
Siswa membuat kesimpulan manfaat berperilaku qana’ah dan tasamuh dalam
kehidupan.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini.
Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber Belajar
Buku PAI Kelas IX , Penerbit Umum
LKS MGMP PAI SMP / MTS
Penilaian
Indikator Pencapaian KompetensiTeknik
Penilaian
Bentuk
Instrume
n
Instrumen /
Soal
Membiasakan perilaku qana'ah dan Tes Tes Simulasikan
tasamuh dalam lingkungan keluarga
Membiasakan perilaku qana'ah dan
tasamuh dalam lingkungan sekolah.
Membiasakan perilaku qana'ah dan
tasamuh dalam lingkungan masyarakat
tertulis simulasi sikap anak yang
toleran terhadap
kawannya yang
bukan muslim!
........................., .............20
Mengetahui Guru Mapel PAI
Kepala Sekolah
_________________ _________________
NIP NIP
Saran Kepala Sekolah :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
G. Penutup
1. Simpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran
yang relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Jika pada kognitif mengkaji proses belajar penting dari
hasil belajar, maka dalam sibernetik yang lebih penting dari kajian proses belajar
itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya
akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih
luas dari psikologi kognitif. Dengan perbedaan psikologi kognitif adalah upaya
untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan
pengolahan informasi menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian
urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu. Di samping itu karena teori itu
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori terus
mengalami dinamisasi, karena itulah tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya
tidak didominasi oleh hasil pikiran satu orang saja.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori
sibernetik. Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak.
Teori ini memiliki pendekatan, yang dimaksud dengan pendekatan pemrosesan
informasi adalah pendekatan kognitif anak di mana anak dapat mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan ini, anak akan bertahap
mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara
bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks
Salah satu tokoh pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang
menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal
bagi setiap individu yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal
dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah
teori ini akan membantu kita untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam
diri peserta didik, mengerti kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
mengetahui hal-hal yang dapat menghambat dan memperlancar proses belajar
peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih bijaksana
dan tepat dalam menentukan proses belajar.
Pembelajaran pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran walaupun dalam teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu
proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua
siswa. Dengan dasar bahwa cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
2. Implikasi
Sejalan dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa ketika seorang pendidik
berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka
pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang
bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh
setiap peserta didik.
Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus
dengan sebaik-baik penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
dapat memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para
tenaga kependidikan, terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah
waktunya untuk tidak terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target
kurikulum, tetapi lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan
mengevaluasi setiap target setiap pertemuan.
3. Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan
kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya
menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan,
memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan
ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik,
jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta
didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2009.
Budiningsih, C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Gredler, Margaret E.Bell, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas
Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Joyce, Bruce, et. al, Models of Teaching, cet. 1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.
Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya,
cet. 4, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.
Sanjaya,Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7,
Jakarta: Kencana, 2010.
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta: Intermedia,
1993.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4, Jakarta: Kencana, 2009.
Wardani, A.K, Psikologi Belajar, cet. 2, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat
Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008. Terdapat pada
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/