pendekatan perceptorship dan mentorship dalam pembelajaran...
TRANSCRIPT
Peningkatan KapasitasPembimbing Klinik dalamPembelajaran di Wahana
Pembelajaran KlinikDisampaikan Pada Pelatihan Perceptorship di RSUP Dr. Kariadi
Semarang, 24 April 2019
Dosen Bagian Pengembangan Keilmuan DKKD
Departemen Ilmu Keperawatan FK UNDIP SEMARANG
E-MAIL : [email protected]
FB : BOURNE OKE
WA : 082137457893
CV• Terlibat dalam pembelajaran di Pendidikan profesi ners sejak tahun 2002
s.d. sekarang.
• Memberikan sharing experience tentang pembelajaran klinik di beberapaAkper dan Stikes.
• Memberikan sharing experience tentang pembelajaran klinik di beberapaRS jejaring undip dan non jejaring.
• Memberikan sharing experience tentang pembelajaran klinik di RSUP Dr. Kariadi untuk bidang keperawatan dan jenjang tenaga kesehatan lain dalam beberapa gelombang.
• Pendamping utama projek kegiatan Ners Edukator untuk 20 perawatpelbagai institusi layanan kesehatan yang dikembangkan keperawatanundip tahun 2007 s.d. 2012.
• Pengajar dalam mata kuliah Perceptorship di PS Magister Kep. Undip.
Hal yang penting dan mendasar
• Memahami filosofi pendidikan• Life Long Learning
• Menyesuaikan jenjang pendidikan• Setingkat diatas peserta didik
• Menumbuhkan Curiocity & sikap senang menyelidiki halbaru
• Karakter pembelajar
• Memahami kompetensi dan level kompetensi• Standar kompetensi
UNESCOLife Long Learning :
• Learning to know (belajar tahu)
• Learning to do (belajar kecakapan hidup)
• Learning to be (melahirkan potensi diri)
• Learning to live together (belajar hidupbersama dalam keragaman)
• Leaning to earn (belajar menghasilkan)
Learning to know (belajar tahu)
Coqnitive Learning (Rogers)
KULIAH PAKAR
DISCOVERY LEARNING
CONTEXTUAL LEARNING
PROBLEM BASED LEARNING
SMALL GROUP DISCUSSION
Learning to do (belajar kecakapan
hidup)Experiental learning (Rogers)
Simulasi
Learning to be (melahirkan potensi diri)
oCooperative learning
o Collaborative learning
o Project based learning
o Self directed learning
Learning to live together (belajar hidup bersama dlm keragaman)
oCooperative learning
o Collaborative learning
o Project based learning
o Self directed learning
Learning to earn(belajar menghasilkan)
oCooperative learning
o Collaborative learning
o Project based learning
o Self directed learning
The Six Essential R-Directed Senses
Team 63 Book Review
Baca
Dengar
Gambar
Film
Pameran
Demonstrasi
Melihat langsung proses
Partisipasi dlm diskusi
Berbicara
Presentasi
Simulasi
PRAKTEKKAN dalam kasus nyata
• 10% : read
• 20% : hear
• 30% : see
• 50% : hear & see
• 70% : say
• 90% : Do
The cone of learning
Bethel Maine, National Training Lab.
Lecture
reading
Audio Visual
Demonstration
Discussion Group
Practice by doing
Teach Others
Miller’s competency pyramid
Knows
Knows how
Shows how
Does
Miller GE. The assessment of clinical skills/competence/performance. Academic
Medicine (Supplement) 1990; 65: S63-S7.
APA YANG DIUKUR ?
• OSCE
• Oral Exam, Essay, MCQ
• Oral Exam, Essay, MCQ
• Performance measures, log book (PORTFOLIO)
Berbasis pada norma
Ada informasi baru yang bermakna
Ada contoh baik
endrop3ai@ its.ac.id
TES
MENCARI
INFORMASI
KEMAMPUAN
PENGUKURAN
PEMBERIAN SKOR
FORMULA
TERTENTU
(NOMINAL/ SKALA)
PENILAIAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
PEMBERIAN NILAI
ATAU KUALITAS
SESUATU
Pasien tes
jantung
gawat,
masuk ICCU
tekanan darah
100 – 190
PERLU DIBEDAKAN
PENDIDIKAN
(education)
PELATIHAN
(training)
Usaha memuliakan
manusia (educare)
Melatih seseorang
dalam memberikan
kemampuan tertentu
lewat cara tertentu
dan hasilnya bisa
diukur dengan
jelas
PERLU DIBEDAKAN
PENDIDIKAN
(education)
PELATIHAN
(training)
Perubahan mutu
kemanusiaannya
(optimum menurut
kemampuan
masing-masing)
(delta)
Belum paham -> sangat mengerti
Belum trampil -> agak trampil
Acuh tak acuh -> lebih perhatian
Pencapaian
kemampuan (ability)
dan tanggung jawab
kerja (responsibility),
menurut standart
tertentu
Belum paham -> pengetahuan standar
Belum trampil -> ketrampilan standar
Acuh tak acuh -> sikap standar
CREATE
Mencipta
Mendesain
RANAH KOGNITIF BLOOM (Revisi
oleh ANDERSON dkk, 2001)
EVALUATE
Mereview
Mengkritisi
ANALYZE
Memilah
Mengurai
APPLY
Menghitung
Menggunakan
Menuliskan
UNDERSTAND
Menjelaskan
Menerangkan
merangkum
REMEMBER
Mengingat
menyebutkan
endrop3ai@ its.ac.id
TINGKATAN KEMAMPUAN Ranah Psikomotor
(HARROW)
NATURALIZATION
Spontan
dan
otomatis
ARTICULATION
Akurat
dan
cepat
PRECISION
Lancar
dan
tepat
MANIPULATION
Tanpa contoh
Visual
dapat meniru
IMITATION
Meniru
dengan
contoh
endrop3ai@ its.ac.id
CHARACTERIZATION
Menjadikan
pola hidup
ORGANIZATION
Mengatur diri
VALUING
menghargai
RESPONDING
menanggapi
RECEIVING
menerima
TINGKATAN KEMAMPUAN RANAH AFEKTIF ( sikap dan nilai )
(KRATHWOHL)
endrop3ai@ its.ac.id
Konsep Adult Learning
Prinsip Pendidikan Andragogy (Knowles, Holton, danSwanson, 1998) :
1. Learners need to know
2. Self concept of the learner
3. Prior experience of the learner
4. Readiness to learn
5. Orientation to learning
6. Motivation to learn
4 phases in adult learning• NEED (1st phase)
Determine what learning is needed so as to achieve their goals
• CREATE (2nd phase)
A strategy and the resource to achieve the learning goal
• IMPLEMENT (3rd phase)
Apply the learning strategy and use the learning resource
• EVALUATE (4th phase)
Assess the attainments of the learning goal and the process of reaching it.
Theoretical foundation of adult learning
I II
NEED CREATE
adult learning
IV III
EVALUATE IMPLEME NT
Multidisciplinary basis
12 Prinsip efektif menciptakan suasana pembelajarandewasa
• Pengkajian terhadap kebutuhan
• Keamanan
• Menciptakan hubungan yang harmonis
• Sequence and reinforcement
• Praxis
• Respect
• Ideas, feeling and actions
• Aspek kesegeraan
• Peran
• Team work
• Membangun keterkaitan
• Akuntabilitas
Permasalahan Pembelajaran di Klinik
Hasil riset oleh Ike Prafita Sari (bimbingan Prof. Tri Nur & Agus) Sebanyak 52,5 % mahasiswa puas terhadap pembelajaran klinik.
• Variabel yang memiliki hubungan paling bermakna dengan kepuasanmahasiswa adalah sifat empati pembimbing klinik mempunyaikekuatan 16x lebih kuat untuk menghasilkan tingkat kepuasanmahasiswa.
Hasil riset oleh Pramudya Yopalika Pangesti (bimbingan Sarah Ullya)
• Persepsi masyarakat tentang etika perawat disampaikan bahwaperawat memiliki etika positif namun masih merasakan adanyaperilaku atau sikap kurang baik dari perawat.
Permasalahan Pembelajaran di KlinikHasil riset oleh Ika Juita Giyaningtyas (bimbingan Sarah Ullya)
• PERSEPSI MAHASISWA PRAKTIK KEPERAWATAN TERHADAP PEMBIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTOR (CI)
Sikap perilaku clinical instructor yang sudah positif atau baik menurut mahasiswapraktik antara lain memperkenalkan diri sebelum pendidikan klinik, mampu membinahubungan baik dengan mahasiswa, disiplin dan tanggung jawab dalam membimbing, terlibat dalam kegiatan mahasiswa praktik serta mampu menjadi role model mahasiswa praktik. Namun, masih ada beberapa hal yang harus dikurangi dandiperbaiki, seperti bersikap acuh kepada mahasiswa praktik, membimbing dengansesuka hati serta membeda-bedakan mahasiswa berdasarkan institusi pendidikan.
Teknis pembimbingan yang dilakukan clinical instructor sudah baik menurutmahasiswa praktik, namun masih terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan, antara lain penggunaan variasi metode pembimbingan, intensitas pembimbingan sertapengaplikasian teori atau konsep di lahan praktik.
Permasalahan Pembelajaran di KlinikHasil riset oleh Hani Tuasikal (bimbingan Agus Santoso)
• PERSEPSI PERAWAT TENTANG PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA PRAKTIK
• Fungsi mahasiswa praktik di RS sebagai independen dan interdependen belum
melakukan asuhan keperawatan dan kurang kooperatif serta tidak disiplin.
• Peran dan fungsi mahasiswa tidak dijalankan secara maksimal di rumah sakit,
dipengaruhi oleh perilaku dan proses belajar mahasiswa yang kurang maksimal.
Beberapa mahasiswa mengalami penurunan skil dan kemampuan.
Permasalahan Pembelajaran di KlinikHasil riset oleh Dahlia Budi Utami (bimbingan Agus Santoso)
• GAMBARAN KEPUASAN MAHASISWA MENDAPATKAN BIMBINGAN KLINIK
• Hasil: sebagian besar responden merasa puas dengan bimbingan klinikyaitu sebesar 29 orang (55.8%). Kepuasan berdasarkan dimensi tangible puas yaitu 31 orang (61.5%), berdasarkan dimensi reliability puas yaitu 26 orang (50%), berdasarkan dimensi responsiveness tidak puas yaitu 30 orang (57.7%), sedangkan berdasarkan dimensi assurance tidak puas yaitu28 orang (53.8%), dan berdasarkan dimensi empathy puas yaitu 27 orang (51.9%).
• Rekomendasi : Pembimbing atau CI mampu membenahi atau melakukanevaluasi terhadap proses bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa.
Hasil Riset oleh Windy (bimbingan Prof. Tri Nur & Agus Santoso)
Terdapat Pengaruh Pelatihan Preceptorshipdalam meningkatkan kemampuan adaptasi
perawat baru
• experiences of clinically educating and assessing undergraduate nursing students: an Irish context
• BRIDIE MCCARTHY MSc, RNT, BNS, RGN and SIOBHAN MURPHY BSc, MSc, RNT, RGN
• School of Nursing & Midwifery, University College Cork, Cork, Ireland
• MCCARTHY B. & MURPHY S. (2010) Journal of Nursing Management 18, 234–244
• Aim To explore preceptors’ views and experiences of preceptoring undergraduate nursing students.
• Background Undertaking a preceptoring role is acknowledged internationally as complex and challenging. With the introduction of the undergraduate degree pro- gramme in Ireland (2002), preceptors were assigned a more formal role in the teaching and assessing of students. As this was a new programme for students and an additional responsibility for preceptors, it was important to investigate how preceptors found this new experience.
• Methods Data were collected using a mixed methods descriptive approach.
• Results Many preceptors wanted to become a preceptor and enjoyed the role. The majority of preceptors found the role stressful and burdensome and did not feel adequately supported by their clinical managers. Preceptors expressed the need for protected time, support, feedback and recognition from management for under- taking this role.
• Conclusion Findings validate problems experienced with preceptoring in other English-speaking countries and contribute further to building a case for vital change in this component of nursing education and nursing practice.
• Implications for nursing management Managers should focus on the challenges expressed by preceptors in this study and identify appropriate strategies to carefully select, monitor and support preceptors in this complex role.
• Staff nurses' experiences as preceptors and mentors: an integrative review
• GAYLE L. OMANSKY RN, MSN
• Neonatal Intensive Care staff nurse at Newton-Wellesley Hospital, Newton, MA, USA
• OMANSKY G.L. (2010) Journal of Nursing Management 18, 697–703
• Aim The aim of this integrative review is to describe staff nurses’ experience when functioning as a preceptor or mentor for student nurses.
• Background The preceptor’s role is to guide students from the theory of nursing to the application of nursing theory, teaching clinical skills and clinical thinking. Relatively few research studies focus on the staff nurses’ experience.
• Evaluation Research studies and topical articles from Australia, Canada, Sweden, the United Kingdom and the United States were drawn from databases. The theo- retical framework for the analysis was the Kahn et al. (1964) role episode model. Key issues Reservations over the efficacy of preceptor experiences have been iden- tified. Along with intrinsic rewards, there is considerable stress and responsibility associated with precepting or mentoring. Nurse preceptors experience role ambi- guity, conflict and overload when interacting with students.
• Conclusions Research indicates what might reduce the amount of stress for the nurse preceptor and increase job satisfaction and nurse retention. Implications for nursing management Defining and formalising the preceptor role can improve the standing of this function. Adjustments can be made to decrease the stress of the role. Preceptors and mentors request recognition and support for the amount of work involved in teaching students.
• Student Perceptions of Effectiveness of the Eight Step Preceptor (ESP) Model in the Ambulatory Setting
• Mary C. Ottolini
• Department of Pediatric Medical Education, George Washington University School of Medicine, Children’s National Medical Center, Washington, D.C., USA
• Philip O. Ozuah
• Albert Eintsein College of Medicine, Children’s Hospital at Montefiore, Bronx, New York, USA
• Nazrat Mirza
• Department of Pediatric Medical Education, George Washington University School of Medicine, Children’s National Medical Center, Washington, D.C., USA
• Larrie W. Greenberg
• CLASS Center, George Washington University School of Medicine, Washington, D.C., USA
• Correspondence may be sent to Mary C. Ottolini, Department of Medical Education, Children’s National Medical Center, 111 Michigan Avenue NW, Washington, DC 20010, USA. E-mail: Mottolin@cnmc. org
• Background: Balancing consistently effective clinical teaching with quality patient care is a crucial challenge for ambulatory pre- ceptors. Educators have developed frameworks of specific teaching behaviors to facilitate consistent, efficient precepting, but few have evaluated their effectiveness. We modified an existing precepting model by incorporating additional adult learning principles to create the Eight Step Preceptor (ESP) model. We then determined if students perceived faculty to be more effective teachers when they incorporated more ESP components into their precepting sessions.
• Purposes: The objective was to describe the association between faculty using the ESP behaviors during their precepting and medical students’ satisfaction with their learning.
• Methods: A trained observer timed the duration of precepting sessions in a children’s hospital ambulatory clinic between August and November 2001. Students rated faculty “teaching effectiveness,” and both students and observer rated whether faculty effectively incorporated ESP behaviors during each session. Results: Sessions lasted on average 26 ± 14 min. Faculty gave a teaching point and feedback in over 50% of the precepting sessions but did not consistently incorpo- rate the other ESP behaviors. Faculty use of more ESP behaviors correlated significantly with greater teaching effectiveness (r = .62, p < .003) but not significantly with duration of precepting sessions.
• Conclusions: Students perceived faculty as more effective teachers when they incorporated more ESP behaviors while precepting. The ESP modelwas associated with more effective ambulatory precepting in our study.
Preceptorship-Mentorship Dalam Rentang Pembelajaran
Source: Adapted from Morton-Cooper & Palmer, Mentoring, Preceptorship and ClinicalSupervision, 2000, Figs. 5.2 and 5.4
A Continuum of Preceptoring and Mentoring
Preceptoring
Mentoring
Job-ready
Practice-ready x
Student
New Graduate/ New Staff/
Role Transition Expert
Practice
Classical
MentoringMentoring
ProgramPreceptorship
Clinical Competence Career Socialization
Artificial, structured Natural, unstructured
Sinergi Model Perseptorship pada Tatanan Pendidikan dan Perawatan
Preceptorship Dalam Rentang Pembelajaran
Continuum of Learning
Prior learning &experience
Orientation InserviceContinuing Education
Preceptor Selection and Preparation
District Orientation
Nursing Induction
Work Unit Orientation
Preceptorship
Learning Processes
(formal and informal education, mentorship, reflective practice, peer-assisted learning etc.)
Tahapan PRECEPTORSHIP
Help others
reflektif
NEED SUPERVISION
NEED GUIDANCE
WORKING INDEPEN
DENTLY
get the student to take a stand
1probe for supporting evidence
2
teach general rules
3
reinforce the positives
4
correct errors or misinterpretations
5
A CLINICAL TEACHING TECHNIQUE FOR
NURSE PRECEPTOR
The 5MP steps
Application of the 5MP steps to Burnard's stages in the Experiential Learning Cycle for Nurse Education
1. Practical experience
2. Sharing of experience
3. Reflection on the
experience
4. Discussion base on the outcome of experience
5. Evaluation of learning
and planning for future
experience
5MP Step 1: Get the student to take a stand
5MP step 2 : Probe for supporting evidence 5MP step 3 : Teach general rules
5MP step 4: Reinforce the positives5MP step 5: Correct errors or misinterpretations
PRECEPTORSHIP YANG EFEKTIF
Peran di laboratorium dapat diterapkan di tempat praktek (Hoffart et al, 2011)
Meningkatkan nilai profesionalisme (Hoffart et al, 2011)
Meningkatkan kompetensi klinik
(Hoffart et al, 2011)
Meningkatkan kepercayaan diri (Hoffart
et al, 2011)
Menurunkan konflik peran
(Hoffart et al, 2011)
Mengatasi sikap negatifdan meningkatkankecintaan terhadap
keperawatan kesehatanmental (Happel, 2009)
(Happel, 2009)
Konsep Dukungan Preceptor
PRECEPTORSUPPORT
1
PerceptorshipPathway
Perceptor Training and Development
StandardizedPerceptor Policies:
Roles, responsibilities, goals, expectation
Perceptories/ Infrastructure Coordination
Workload Relief/ Reduction
Perception Operation and Peer Support
Perceptor Involvement in Percceptor Process
Access to Resources and Information
Rewards and Recognition (2)
LONG TERM BENEFITS (1+2)For Preceptor: For Preceptee:1. Personal growth 1. Positive experience2. Professional in profession
development 2. Positive experience3. Job enrichment in organization
• Sample Menu• Monetary payment• Academic or
continuingeducation credits
• Tuitionvoucher/credit
• Note on employment file
• Pin, pen, vest• Certificate
• Ceremony, event, award
• Journal subscription• Libary card, internet
access• Career advancement
TRANSITION TO PRACTICE
PR
EP
AR
AT
ION
PH
AS
E
PR
EP
AR
AT
ION
PH
AS
E
TR
AN
SIT
ION
PH
AS
ET
RA
NS
ITIO
N
PH
AS
EC
ON
SO
LID
AT
ION
PH
AS
EC
ON
SO
LID
AT
ION
PH
AS
E
FU
NC
TIO
NIN
G
PH
AS
EF
UN
CT
ION
ING
PH
AS
E
FACILITY
SELECTION OF PRECEPTORS
PREPARATION OF PRECEPTORS
PREPARATION OF STAFF
PROGRAM PLANNING
ORIENTATION OF PRECEPTEE
WORKING WITH PRECEPTORS
- INCREASING RESPONSIBILITY
ESTABLISHMENT OF PRECEPTOR/PRECEPTEE R’SHIP
IDENTIFICATION OF PRECEPTEE NEEDS
PERFORMANCE MANAGEMENT
PERFORMANCE FEEDBACK TO PRECEPTEE
REGULAR PRECEPTOR/PRECEPTEE MEETINGS
SUPPORT FROM ALL STAFF
SUCCESSFUL TRANSITION
PRECEPTEE FUNCTIONS AS AN INTERDEPENDENT
MEMBER OF THE HEALTH CARE TEAM
Konsep Belajar di Klinik
Menurut Mahen & Clark, 1996 : deskripsi Preceptorship
• seorang perawat yang mengajar, memberikan bimbingan,
dapat menginspirasi rekannya, dan menjadi tokoh panutan
(role model) serta mendukung pertumbuhan dan
perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu
tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee
pada peran barunya
Konsep Belajar di Klinik
Menurut Morton-Cooper & Palmer, 1993 : Preceptorship
• An effort to define learning process by being focus inindividuality of student and interactive & insidentallearning dynamic.
• Formal & functional relationship, stuctural learning, clearand spesific learning material, short duration, spesific rolein teaching, role model and appraisal as work evaluation,between the preceptor and preceptee
Konsep Belajar di Klinik
Menurut Campbell, Janis & Donna Deane, 1985:Preceptorship
• An expert or specialist who gives practical
experience and training especially to the doctors and nurses.
PRECEPTORSHIP
• Makro : gambaran partisipasi dalam pengembangan perawat di
tingkat organisasi, Preceptorship menjadi komponen orientasi dan
sosialisasi (Shamian & Inhaber, 1985).
• Mikro : membantu transisi dari situasi / kelas akademis menuju
situasi / kelas praktik klinik (Mahen & Clark, 1996), menurunkan
ketidaknyamanan / ‘shock of reality’ (Kramer, 1974), memfasilitasi
perawat untuk tumbuh dalam lingkungan yang baru (Bain, 1996).
membantu proses transisi dari pembelajar
ke praktisioner, mengurangi dampak syok
realita dan memfasilitasi perawat/ peserta
didik untuk berkembang dari apa yang
dihadapi di lingkungan barunya.
PARADIGMA BARU DALAM PEMBELAJARAN DI KLINIK
Tanggung Jawab Preceptor, (cerinus & ferguson, 1994)
• Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan oleh preceptee
• Merencanakan model Preceptorship untuk mendesainpembelajaran sesuai kebutuhan preceptee
• Melakukan peran pengajaran dan sebagai role model• Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan
model Preceptorship
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari pertama : mahasiswa diperkenalkan pada Mentor masing-masing dan mendiskusikan tentang
persiapan dan kesiapan untuk mengalami proses pembelajaran di klinik serta harapanyang bersangkutan.
Mentor menjelaskan sistem pendidikan keperawatan dan gambaran kegiatanpembelajaran serta hubungannya dengan gambaran karir sebagai perawatselanjutnya.
Mentor menjelaskan kualifikasi, kapasitas dan karakter Perceptor yang akanmembantu mahasiswa mengalami proses pembelajaran di ruang belajar yang telahditentukan bersama rumah sakit.
Mentor membawa peserta didik mengikuti orientasi rumah sakit dan ruang belajar.
Mentor memastikan peserta didik kapanpun dapat berkomunikasi dan berkoordinasiselanjutnya, khususnya bila mengalami permasalahan/ kendala dalam proses pembelajaran.
Mentor memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan baik danlebih dari target yang ditentukan.
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari Kedua :
Tiap Mentor memperkenalkan peserta didik kepada sejumlah perceptor dan
memberikan penjelasan tentang persiapan dan kesiapan kepada preceptor.
Perceptor memberikan brefing/ konferensi terkait mekanisme pembelajaran, SDM
yang terlibat dalam pembelajaran, survei sarana-prasarana di ruang belajar, hak &
kewajiban peserta didik, regulasi/ tata peraturan ruang belajar, patient safety, dll
Perceptor memperkenalkan peserta didik kepada kepala ruang & tim perawatan,
dokter dan tenaga kesehatan lain terkait serta admin.
Perceptor mendiskusikan dan memastikan peserta didik siap mengalami proses
pembelajaran pada hari berikutnya.
Perceptor memberikan tugas pendahuluan untuk memudahkan pembelajaran hari
selanjutnya.
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari Ketiga : Perceptor mengadakan konferensi untuk memastikan kesiapan dan persiapan peserta
didik mengalami proses pembelajaran.
Perceptor membawa peserta didik untuk melakukan pengamatan/ observasi tindakanasuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana/ perawatprimer dan memberikan sejumlah penjelasan terkait tindakan tersebut berdasarkanSAK/ SPO/ level kewenangan klinis masing-masing perawat.
Perceptor melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien kelolaannya danmeminta peserta didik mencermatinya dan mendiskusikannya saat post konferensi.
Perceptor mulai menugaskan peserta didik untuk mengikuti/ menjadi menti padabeberapa perawat senior/ level kewenangan klinis minimal PK 2.
Perceptor menyusun jadwal supervisi bimbingan peserta didik dan memastikanpeserta didik dapat terus mengikuti proses pembelajaran atau mengirim peserta didikyang mengalami kesulitan pembelajaran ke Lab Skills keperawatan di rumah sakit.
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari Keempat : Perceptor mengadakan konferensi untuk memastikan kesiapan dan persiapan peserta
didik mengalami proses pembelajaran.
Perceptor mendemonstrasikan tindakan asuhan keperawatan pasien kelolaannya.
Perceptor meminta perawat senior/ perawat sesuai level kewenangan klinis untukmulai memberikan kesempatan peserta didik membantu tindakan asuhankeperawatan pada pasien kelolaan perawat senior tersebut dengan supervisi yang ketat dan prioritas pada tindakan yang dapat dilakukan peserta didik dengan lebihbaik dan benar.
Perceptor memastikan tindakan tersebut tidak melanggar patient safety, minimal tidak merupakan kategori KPC.
Perceptor membuat catatan tentang kinerja peserta didik dalam satu hari tersebut, termasuk gambaran peserta didik sejak praktik di ruang belajar dimulai.
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari Kelima : Perceptor mengadakan konferensi untuk memastikan kesiapan dan persiapan peserta
didik mengalami proses pembelajaran.
Perceptor mendemonstrasikan tindakan asuhan keperawatan pasien kelolaannya.
Perceptor meminta perawat senior/ perawat sesuai level kewenangan klinis untukmemberikan kesempatan lanjut peserta didik membantu tindakan asuhankeperawatan pada pasien kelolaan perawat senior tersebut dengan supervisi yang ketat dan prioritas pada tindakan yang dapat dilakukan peserta didik dengan lebihbaik dan benar.
Perceptor mengkomunikasikan kebutuhan capaian kompetensi bagi peserta didikyang hanya dapat diperoleh di ruang belajar lainnya pada mentor peserta didik
Perceptor mendiskusikan hasil evaluasi sementara perawat senior dengan pesertadidik tertentu untuk mendapatkan strategi baru dalam upaya mencapai kompetensi/ target yang telah ditetapkan
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Minggu Pertama, hari Keenam : Perceptor mengadakan konferensi untuk memastikan kesiapan dan persiapan peserta
didik mengalami proses pembelajaran.
Perceptor melakukan supervisi pada masing-masing peserta didik di bawahpembinaan langsung perawat senior
Perceptor memberikan diskusi singkat pada masing-masing peserta didik danmenegaskan untuk mencermati kekurangan yang dimiliki ditingkatkan pada praktikklinik minggu berikutnya
Perceptor mengupayakan pertemuan dengan mentor untuk evaluasi kinerja pesertadidik
Mentor pada akhir sesi praktik mengadakan pertemuan dengan peserta didik danmeningkatkan motivasi untuk mendapatkan mutu praktik yang lebih baik padaminggu berikutnya dan mengidentifikasi kesulitan peserta didik untuk solusi.
Langkah – Langkah PengelolaanPembelajaran
• Mensosialisasikan penerapan Mentorship dan Preceptorship secarabersama
• Menyediakan Mentor bagi peserta didik
• Menyediakan Perceptor bagi peserta didik
• Mempersiapkan ruang belajar yang kondusif bagi proses pembelajaranpeserta didik
• Menyusun sistem, metode, mekanisme pembelajaran peserta didik di rumah sakit dengan pendekatan preceptorship dan mentorship
• Mengkondisikan posisi tupoksi dosen di kampus dengan sistem, metodedan mekanisme pembelajaran peserta didik berbasis preceptorship
• Mengkondisikan posisi perawat selain tupoksi pelayanan pada pasien, juga pelayanan pada peserta didik
Kriteria Preceptor, Indraswati Ratna2010
• Mature
• Professional Nurse
• Understanding concepts and nursing care
• Able to share his knowledge
• Able to make changes
• Able to receive feedback
• Being a role model
• Interested in nursing education
• Participate in preparing for the role
• Educated
Artinya, Kriteria Preceptor : adalah• Masa Kerja, melalui portfolio hasil kredensial dengan logbook
• Hasil psikotes
• Rekomendasi pimpinan, sejawat, unsur lain (pasien, pesertadidik, perawat baru, dll)
• Kualifikasi Pendidikan : D-III kep., dengan sejumlah sertifikasi yang dibutuhkan Ners, dengan sejumlah sertifikasi yang dibutuhkan Ners Spesialis, dengan sejumlah sertifikasi yang dibutuhkan
Artinya, Kriteria Preceptor : adalah
Penggunaan hasil – hasil penelitian dalam proses pembelajaran dengan preceptee
Kualifikasi jenjang karir fungsional perawat
Mengasuh pasien dan keluarga pasien
Menjadi fasilitator pembelajaran di laboratorium/ klinik
Memiliki kualifikasi pendidikan lanjut + sertifikasi
Terdapat hasil evaluasi kinerja pembelajaran
Menjadi narasumber/ sharing experience
Memiliki keanggotaan kelompok keilmuan (kolegium/ himpunan)
MENTORSHIP
Hubungan antara 2 orang yang memberikan kesempatan untuk
berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan
kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang
didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan,
kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar dan
berbagi (Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati,
2007).
MENTORSHIP
proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat menti
(peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi mandiri
melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi
yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena
praktek keperawatan dimana hal ini diharapkan dapat membangun
kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang merupakan
fundamental dalam penyelesaian masalah (Nurachmah, 2007).