pendekatan posivistik

1
LATAR BELAKANG Dalam dunia penelitian pendidikan, terkadang sering terjadi perbedaan pendapatantara filosofis berkaitan dengan pendekatan- pendekatan yang dianggap paling sesuai untuk menjelaskan fenomena kependidikan. Perbedaan itu biasanya melibatkan 2 kubu utama yaitukubu positivistik-empirik dan kubu interpretif. Perbedaan mendasar itu terwujud secarakhusus dengan munculnya istilah- istilah yang menggambarkan ketidakakuran diantara duakubu tersebut, seperti timbulnya dikotomi istilah : kuantitatif versus kualitatif, rasionalistik versus naturalistik, serta objektif versus subjektif (Candy,1989). Pada sisi lain,kaum positivistik kuantitatif, yang mendapat banyak inspirasi dari parafilsuf positivisme ilmu alam di Jerman pada tahun 1920an, mengemukakan bahwa penelitiansosial maupun pendidikan harus mengikuti prinsip-prinsip ilmu alam yang bersifat empirik (Walker,1985). Mereka beranggapan bahwa segenap fenomena penelitian dan sosial dapatdirumuskan dalam prinsip- prinsip objektif empirik dan dapat dijelaskan menurut hukum-hukum kausalitas deterministik seperti fakta dalam gejala-gejala alam.Pada sudut pandang yang lain, kubu interpretif menyangkal keras asumsi-asumsidasar penelitian yang diajukan oleh kaum positivistik. Kaum interpretif berpendapat bahwadasar utama penelitian tidak bertolak dari sudut pandang peneliti ataupun objektivitas empirik gejala, tapi lebih jauh adalah pada cara- cara “subjek penelitian” atau partisipan penelitianmemberi definisi secara subjektif pada suatu fenomena pendidikan atau sosial.

Upload: donald-siagian

Post on 25-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pendekatan posivistik

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANGDalam dunia penelitian pendidikan, terkadang sering terjadi perbedaan pendapatantara filosofis berkaitan dengan pendekatan-pendekatan yang dianggap paling sesuai untukmenjelaskan fenomena kependidikan. Perbedaan itu biasanya melibatkan 2 kubu utama yaitukubu positivistik-empirik dan kubu interpretif. Perbedaan mendasar itu terwujud secarakhusus dengan munculnya istilah-istilah yang menggambarkan ketidakakuran diantara duakubu tersebut, seperti timbulnya dikotomi istilah : kuantitatif versus kualitatif, rasionalistikversus naturalistik, serta objektif versus subjektif (Candy,1989).Pada sisi lain,kaum positivistik kuantitatif, yang mendapat banyak inspirasi dari parafilsuf positivisme ilmu alam di Jerman pada tahun 1920an, mengemukakan bahwa penelitiansosial maupun pendidikan harus mengikuti prinsip-prinsip ilmu alam yang bersifat empirik(Walker,1985). Mereka beranggapan bahwa segenap fenomena penelitian dan sosial dapatdirumuskan dalam prinsip-prinsip objektif empirik dan dapat dijelaskan menurut hukum-hukum kausalitas deterministik seperti fakta dalam gejala-gejala alam.Pada sudut pandang yang lain, kubu interpretif menyangkal keras asumsi-asumsidasar penelitian yang diajukan oleh kaum positivistik. Kaum interpretif berpendapat bahwadasar utama penelitian tidak bertolak dari sudut pandang peneliti ataupun objektivitas empirikgejala, tapi lebih jauh adalah pada cara-cara subjek penelitian atau partisipanpenelitianmemberi definisi secara subjektif pada suatu fenomena pendidikan atau sosial.