pendekatan rebt

Upload: niha-mail

Post on 11-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nmzn

TRANSCRIPT

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti syafaatnya hingga akhir nanti.Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Tak lupa kami haturkan ucapan terimakasih kepada Bapak Drs. Dudung Hamdun, M.Si selaku Dosen dan Pembimbing mata kuliah Bimbingan dan konseling yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam penyusunan makalah ini.

Yogyakarta, 8 mei 2013

Penulis

BAB IPENDAHULUANLatar Belakangpandanagan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.

Penulis memilih REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para mahasiswa untuk berfikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari konseling. REBT terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan didalam makalah ini, yakni pendekatan-pendekatan psiko analitik, eksistensial-humanistik, client centered dan gestal. REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tinngkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. REBT sangat didaktif dan sangat direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi fikiran dari pada dengan dimensi-dimensi perasaan.Dengan mengingat hal itu, kami dari penulis ingin mengupas teori REBT lebih mendalam. Namun kami tetap memahami bahwa dalam penulisan ini banyak mempunyai kekurangan oleh karenanya kami tetap mengharap kritik dan saran dari semua pihak.Rumusan MaslahApakah yang dimaksud dengan pendekatan REBT?Bagaimana teori yang mendasari adanya pendekatan REBT?Apa saja tahap-tahap dalam konseling?Bagaiman Aplikasi dari teori tersebut?

Tujuan Penulisanuntuk mengetahui pengertian REBTUntuk mengetahui teori yang mendasari REBTUntuk memahami tahap-tahap dalam konselinguntuk mengaplikasikan pendekatan REBT ini dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IIPEMBAHASAN Sejarah Perkembangan pendekatan REBTPendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pendekatan Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (fulfilling lives). REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-usul terapi rasional-emotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan tindakan dari interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius dalam bukunya The Enchiridion, menyatakan bahwa manusia tidak begitu banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada dirinya, melainkan bagaimana manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada dirinya (People are not disturbed by things, but by the view they take of them). Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian dari cognitive behavior therapy (CBT).

Hakikat ManusiaPendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.

Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut:Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.Pikiran rasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari orangtua dan budayanya.Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasionalGangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional.

Secara dialektik, REBT berasumsi bahwa berfikir logis itu tudak mudah, kebanyakan individu cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contoh berfikir tidak logis biasanya banyak menguasai individu adalah:Saya harus sempurnaSaya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna.

Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang biasanya dipegang oleh individu namun tidak sering diverbalkan, yaitu (1) nilai untuk bertahan hidup (survival) dan (2) nilai kesenangan (enjoyment). Kedua nilai ini didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang, menetralisir stress emosional dan tingkah laku yang merusak diri, serta mengaktualisasikan diri sehingga individu dapat hidup dengan penuh bahagia.Meskipun teori ini tidak membahas tahap perkembangan individu, pendapat REBT bahwa anak-anak paling gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berfikir yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada dasarnya,mausia itu naif, mudah disugesti, dan mudah terusik. Secara keseluruhan orang mempunyai kemampuan dalam dirinya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan dan tindakan, tetapi pertama-tama dia harus menyadari apa yang mereka katakan pada diri sendiri (bicara pada diri sendiri) untuk mendapatkan atas kehidupannya.Ellis mengidentifikasi sebelas keyakinan irrasional individu yang dapat mengakibatkan masalah, yaitu:Saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hampir setiap orang dimana saya menjalin kontak.Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.Beberapa orang berwatak buruk, jahat dan kejam, karena itu mereka layak disalahkan dan dihukum.Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak pernah saya inginkan.Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada diluar kemampuan saya mengendalikannya.Hal-hal yang berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab tertentu ketimbang menghadapinya.Saya meatinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk memperhatikan saya.Pengalaman dan kejadian masa lalu menentukan perilaku saya saat ini; pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.Saya mestinya cukup kesal terhadap problem dan gangguan yang ditimbulkan orang lain.Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai hingga tuntas.

Teori yang mendasari pandekatan REBTStruktur KepribadianPandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Activating event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Activating event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu: 1) Detecting irrational beliefs Konselor menemukan keyakinan klien yang irasional dan membantu klien untuk menemukan keyakinan irasionalnya melalui persepsinya sendiri. 2) Discriminating irrational beliefs Biasanya keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-kata: harus, pokoknya atau tuntutan-tuntutan lain yang tidak realistik. Membantu klien untuk mengetahui mana keyakinan yang rasional dan yang tidak rasional. 3) Debating irrational beliefs Beberapa strategi yang dapat digunakan: The lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.

Socratic debate, mengajak klien untuk beradu argumen.

Humor, creativity seperti: cerita, metaphors, dan lain-lain.

Self-disclosure: keterbukaan konselor tentang dirinya (kisah konselor, dan lain-lain).

Adapun Contoh dari teori A-B-C-D adalah sebagai berikut:A : Seorang mahasiswa menerima surat dari seorang gadis yang dianggapnya sebagai pacar, cintanya yang pertama. Surat itu berisikan pesan hubungan kita sampai disini sajaB : Mahasiswa menginterpretasikan kejadian ini sebagai malapetaka besar dan berkata kepada diri sendiri, Aku seharusnya mendapat tanggapan yang positif. kamu seharusnya tidak menolak saya. Ini musibah paling besar bagiku. Rasa harga diriku diinjak-injak. Usahaku gagal total dan karena itulah aku pemuda yang brengsek! Apakah masih ada arti dalam hidupku? kenapa masih mempertahankan hidupku di dunia ini? pikiran-pikiran semacam itu bercorak irasional dan tidak masuk akal.C : Sebagai akibat dari pikiran irasional diatas, mahasiswa itu merasa putus asa serta depresif dan tidak bersemangat hidup lagi. Reaksi emosional ini menggejala dalam berbagi ungkapan ketegangan, misalnya suka tidur, kehilangan nafsu makan, dan marah-marah pada teman-teman. Lalu, dia tidak masuk kuliah selama dua minggu dan mengirimkan surat kepada penasehat akademik untuk minta izin karena sakit. D : Konselor menjelaskan kepada mahasiswa bahwa perasaannya yang serba putus asa adalah akibat dari caranya menanggapi kejadian penerimaan surat putus hubungan; juga dijelaskan bahwa aneka gejala gangguan perasaan adalah akibat dari pikirannya yang tidak masuk akal, dan bahwa pengiriman surat minta izin bukan cara penyelesaian maslah yang efektif. Kemudian konselor mulai menantang segala pikiran irasional pada B diatas, misalnya dengan bertanya: siapa bilang bahwa kamu seharusnya tidak ditolak? apakah surat itu bermakna menjatuhkan anda dalam lembah kenistaan? apakah seorang pemuda yang tidak berhasil dalam cintanya yang pertama harus dianggap sudah brengsek! dan sebagainya. Konselor juga menjelaskan, bahwa dia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman ini, misalnya: lain kali jangan menaruh harapan dengan serba cepat. Kegagalan dalam cinta pertama membuat orang lebih matang dalam menghadapi hubungan percintaan dengan orang lain, dan sebagainya. Winkel. W.S. Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 1997 hal 409

Pribadi Sehat dan Bermasalah

Pribadi Sehat

Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi setiap rangsangan terhadap dirinya.Pribadi Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Terdapat tujuh faktor yang dapat digunakan untuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:Lihat pada generalisasi yang berlebihan (overgeneralization)Lihat pada distorsi (distortion)Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion)Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana (catastrophising)Lihat pada penggunaan kata-kata absolutLihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka tidak dapat menahannya.Lihat pada ramalan atau prediksi masa depan.

Hakikat KonselingKonseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.3. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. 4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

Kondisi PengubahanTujuan

Tujuan utama REBT berfokus pada membantu konseli untuk menyadari bahwa mereka dapat hidup rasional dan produktif. REBT membatu konseli agar berhenti membuat tuntutan dan merasa kesal melalui kekacauan, konseli dalam REBT dapat mrngekspresikan beberapa perasaan negatif, tetapi tujuan utamanya adalah membatu klien agar tidak memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya tehadap sesuatu peristiwa.REBT juga mendorong konseli untuk lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan pribadi. Tujuan trsebut dicapai dengan mengajak orang berfikir rasional untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan dengan membantunya mempelajari cara bertindak yang baru.Sikap, Peran dan Tugas Konselor

Tugas utama konselor dalam hal ini secara pokok ada dua:1. Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun rapport, dan suasana kolaboratif2. Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi, mengadakan proses assesmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan konseling.Konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang mengajarkan dan membetulkan kognisi konseli. Melawan keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar logika. Dibutuhkan repetisi dan konsistensi. Oleh karena itu, konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan pernyataan tidak logis atau salah dari kliennya dan keyakinan yang bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik, respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu orang lain, dan pengguna REBT.Terapis REBT menganggap bahwa kondisi fasilitatif inti dari empati, penerimaan tanpa syarat dan keaslian sering diinginkan, namun itu tidak cukup untuk merubah dalam terapi konstruktif. Untuk membatu perubahan tersebut terjadi, terapi REBT perlu membantu klien mereka untuk melakukan hal berikut:Sadarilah bahwa sebagian besar maslah psikologis ditimbulkan oleh mereka sendiri. Mengakui sepenuhnya bahwa mereka mampu mengatasi masalahnya.Memahami bahwa maslah mereka berasal dari sebagian besar keyakinan mereka yang irrasional.Mendeteksi keyakinan irrasional dan membedakannya dengan keyakinan rasional mereka.Periksa keyakinan irasional mereka dan keyakinan rasional mereka sampai mereka melihat dengan jelas bahwa keyakinan irasional mereka adalah palsu, tidak logis dan tidak konstruktif, sementara keyakinan rasional mereka benar, masuk akal dan konstruktif.Berusaha menuju internalisasi keyakinan baru mereka yang irrasional dengan menggunakan berbagai metode kognitif (termasuk imaginal), emosi dan metode perubahan perilaku. Dalam tindakan tertentu dengan cara-cara yang konsisten dengan keyakinan rasional mereka ingin mengembangkan dan menahan diri dari bertindak dengan konsisten menggunakan keyakinan lema mereka yang irasional.Perluas proses pemeriksaan keyakinan dan menggunakan metode perubahan multimodal ke daerah kehidupan mereka yang lain dan berkomitmen untuk melakukannya selama diperlukan.

Sikap, Peran Dan Tugas Klien

Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar. Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah. Pengamalam utama klien adalah mencapai pemahaman emosional atas sumber-sumber gangguan yang dialaminya. Pada taraf pertama, klien menjadi sadar bahwa ada anteseden tertentu yang menyebabkan timbulnya irrasional belief. Taraf kedua, klien mengakui dirinyalah yang sekarang mempertahankan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang irrasional. Tahap ketiga, klien berusaha untuk menghadapi secara rasional-emotif, memikirkannya, dan berusaha menghapus irrational belief dan mengggantinya dengan rational belief. Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal: (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

Mekanisme PengubahanTahap-Tahap KonselingTahap I

Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal tersebut.

Tahap IIPada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.

Tahap IIITahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional. Tahap-tahap ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. Tahap ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli.

Teknik-Teknik Konseling

Teknik Kognitif

Dispute Kognitif (cognitif diputation)Analisis Rasional (ratinal analysis)Dispute standar ganda (double-standart dispute)Skala katastropi (catastrophe scale)Devils advocate atau rational role riversalMembuat frame ulang (refeaming)

Teknik Imageri

Dispute imajinasi ( imaginal disputation)Kartu kontrol emosional ( the emotional control card ECC)Proyeksi Waktu (time projection)Teknik melebih-lebihkan (the blow-up technique)

Teknik Behavioral

Dispute tingkah laku (behavioral disputation)Bermain peran (role playing)Peran rsional tebalik (ratinal role reversal)Pengalaman langsung (exposure)Menyerang rasa malu (shame attacking)Pekerjaan rumah (homework assignment)

Kelebihan dan Kelemahan KelebihanPendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klian hanya mengalami sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.Pendekatan ini didapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.Pendekatan ini relatif singkat dan klien dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini.Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitasKelemahan

Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.

Aplikasi REBT dalam BK

Rebt dapat diterapkan dalam berbagai macam konseling, termasuk didalamnya adalah konseling individual, kelompok, encounter maraton, terapi singkat, terapi keluarga, dan situasi kelas. Tentunya klien yang sangat cocok untuk REBT adalah klien yang mengalami kecemasan pada tingkat moderat, gangguan neurosis, gangguan karakter, problem psikomatik, gangguan makan, ketidakmampuan dalam hal hubungan interpersonal, keterampilan dalam pengasuhan dan adiksi, kesemuanya efektif dengan catatan tidak terlalu serius gangguannya. Sejalan dengan pandangannya REBT ini menggunakan pendekatan yang komprehensif dan integratif, yang mencakup penggunaan emotif, kognitif dan behavioral. Ketiga aspek inilah yang hendak diubah melalui REBT. Ellis (1991) mengakui bahwa REBT tidak diberikan kepada :anak-anak, khususnya lagi yang mengalami autismeganguan mental grade bawahskizofrenia jenis katatonik yaitu gangguan penarikan diri yang beratmania/ mania depresif Latipun. psikologi konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2001. hal 120

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Adapun teori yang mendasari pendekatan REBT ini adalah teori A-B-C-D (Teori kepribadian). Adapun tahap-tahap dalam pendekatan ini adalah Tahap I yaitu Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irrasional. Tahap II yaitu pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah, dan tahap III yaitu tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rsional serta mengembangkan fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional.Adapun aplikasi dari pendekatan REBT ini adalah Rebt dapat diterapkan dalam berbagai macam konseling, termasuk didalamnya adalah konseling individual, kelompok, encounter maraton, terapi singkat, terapi keluarga, dan situasi kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Latipun. psikologi konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2001Walgito, Bimo. Bimbingan dan konseling (studi dan karier). Yogyakarta: Andi. 2010Winkel. W.S. Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 1997http://bimbingandankonseling07.blogspot.com/2012/11/rebt-rational-emotive-behavior-therapy.html...03 Maret 2013Corey, G. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, 9th. Belmont, California : Brooks/Cole. 2009.Nelson-Jones, R. Theory and Practice of Counseling and Therapy, 4th. Terjemahan Helly 2011.Komalasari, Gantina. Teori dan Teknik Konseling. 2011. Jakarta : IndeksParrot III, L. 2003. Counseling and Psychotherapy. Pacific Grove, 2nd. CA: Brooks/Cole. Gladding, Samuel T. 2009. Konseling: Profesi yang Menyeluruh (edisi enam). Terjemahan P.M. Winarno & Lilian Yuwono. 2012. Jakarta: PT. Indeks.Thomson, A. Rosemary. 2003. Counseling Techniques, 2nd. London : RoudledgeEllis, Albert & Dryden, Windy. 1997. The Practice of Rational Emotive Behavior Therapy, New York : Springer PublishingDryden, Windy & Neenan, Michael. 2006. Rational Emotive Behavior Therapy : 100 Key Point . New York : Routledge