pendidikan dan pelatihan pns - · pdf filependidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri...
TRANSCRIPT
MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS
Penulis:
1. Yopi Koirewoa, SH, MM
2. Ari Budiarso, SH, MM
PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA, 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Visi Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat ) sebagaimana tercantum dalam
alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu :
“Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial “.
Adapun sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diharapkan dalam upaya
perjuangan mencapai tujuan nasional adalah PNS yang memiliki kompetensi penuh
kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang- Undang Dasar 1945, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, profesional, berbudi pekerti luhur, berdaya guna,
berhasil guna, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi
masyarakat dan abdi negara di dalam negara hukum yang demokratis.
Untuk membentuk sosok PNS seperti tersebut di atas, diperlukan Diklat
yang mengarah pada:
1. Peningkatan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
kepentinganmasyarakat, bangsa, negara, dan tanah air;
2. Peningkatan kompetensi teknis, manajerial, dan/atau kepemimpinannya;
3. Peningkatan dengan semangat kerja sama dan tanggung jawab sesuai dengan
lingkungan kerja dan organisasinya.
Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan (diklat) yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil atas dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS;
2. Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS;
3. Sistem Diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan,
penyelenggaraan, dan evaluasi Diklat;
2
4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi persyaratan jabatan
yang ditentukan dan kebutuhan organisasi, termasuk pengadaan kader pimpinan
dan staf.
Diklat meliputi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi pendidikan dan fungsi
pelatihan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan visi dan tujuan tersebut, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur
utama sumber daya manusia aparatur negara mempunyai peran yang sangat strategis
dalam mengembang tugas pemerintahan dan pembangunan.
Didalam Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok – pokok
kepegawaian, dimana pada pasal 31 menyatakan tentang pendidikan dan pelatihan
sebagai berikut :
1. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan
pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai
Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan. .
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian undang – undang ini menitik beratkan bahwa penyelenggaraan
diklat jabatan PNS agar efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan diklat. Untuk
pencapaian tujuan diklat tersebut kiranya diperlukan peraturan pemerintah sebagai
acuan atau norma dalam penyelenggaraan atau pelaksanaan diklat jabatan PNS.
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang diklat jabatan PNS adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000. Dasar pertimbangan peraturan pemerintah ini
dibuat dalam rangka merubah peraturan pemerintah nomor 14 Tahun 1994 tentang
diklat jabatan PNS adalah sebagai berikut :
1. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan
kepemerintahan yang baik diperlukan sumber daya manusia aparatur yang
memiliki kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan;
2. bahwa untuk menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki
kompetensi tersebut diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap
3
pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat
kesatuan dan persatuan, dan pengembangan wawasan Pegawai Negeri Sipil
melalui Pendidikan dan Pelatihan Jabatan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.
3. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil mengacu pada
kompetensi jabatan;
PNS atau Sumber Daya Manusia sebagai faktor yang sangat penting pada
suatu organisasi, dimana keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
merupakan konstribusi langsung dari sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan prima dan relevan antara kompetensinya dengan tugas pokok. Dengan
kata lain kinerja organisasi sangat dipengaruhi dan bahkan bergantung pada kualitas
dan kemampuan kompetitif sumber daya manusia yang dimilikinya, dengan
demikian suatu organisasi yang memiliki prospek maju kemasa depan tidak boleh
mengabaikan sumber daya manusianya, baik ditinjau dari segi kualitas, kuantitas,
maupun kompetensinya.
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang
PNS, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya (penjelasan Pasal 3, PP Nomor 101 Tahun 2000).
Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa:
1. Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja.
2. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
3. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan
dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dengan kompetensi atau kemampuan sumberdaya manusia diharapkan
organisasi atau perusahaan dapat lebih siap menghadapi perubahan lingkungan
yang begitu cepat. Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut kemampuan
mereka dalam menangkap fenomena perubahan tersebut, menganalisa dampaknya
terhadap organisasi dan menyiapkan langkah-langkah guna menghadapi kondisi
4
tersebut. Manajemen sumber daya manusia dalam organisasi tidak hanya sekedar
administratif tetapi justru lebih mengarah pada bagaimana mampu mengembangkan
potensi sumberdaya manusia itu sendiri agar menjadi kreatif dan inovatif.
Seiring dengan persaingan yang semakin tajam karena perubahan teknologi
yang cepat dan lingkungan yang begitu draktis pada setiap aspek kehidupan
manusia yang akan berdampak pada kebutuhan organisasi akan sumber daya
manusia yang berkompentensi agar dapat memberikan pelayanan yang prima dan
bernilai. Dengan kata lain organisasi tidak hanya mampu memberikan pelayanan
yang memuaskan tetapi juga berorientasi pada nilai sehingga organisasi tidak
semata-mata mengejar pencapaian produktivitas kerja yang tinggi tetapi lebih pada
kinerja dalam proses pencapaiannya (Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta, 2007 :
79 ),
Pegawai Negeri Sipil sebagai sumberdaya manusia aparatur Negara
mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan. Sosok Pegawai Negeri Sipil yang mampu memainkan peranan
tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kompetensi yang
diindikasikan dari sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan, ketaatan
kepada Negara, bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan tanggung
jawabnya sebagai pelayan publik, serta mampu menjadi perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat kita simpulkan bahwa sesuai
dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemerintahan
yang baik diperlukan sumber daya manusia aparatur yang memliki kompetensi
jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk menciptakan
sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut diperlukan
peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan
bangsa dan negara, semangat kesatuan dan persatuan dan pengembangan wawasan
Pegawai Negeri Sipil melalui Pendidikan dan Pelatihan Jabatan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara
menyeluruh. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang
dimaksudkan adalah pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang mengacu
5
pada Kompetensi Jabatan agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan
dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
B. TUJUAN
Modul ini membahas tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil
berbasis kompetensi yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian,
ketrampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional
dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
kebutuhan instansi dan menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga dapat
memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman dan pemberdayaan masyarakat, serta dapat menciptakan kesamaan visi
dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah peserta diklat mengikuti pembelajaran ini, diharapkan peserta mengerti,
memahami, dan dapat menerapkan pelaksanaan atau penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan (diklat) yang sesuai dengan norma, standar dan
prosedur penyelenggaraan diklat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
6
C. DESKRIPSI SINGKAT
Mata diklat ini membahas tentang pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri
Sipil yang meliputi pengertian, analis kebutuhan pendidikan dan pelatihan,jenis dan
jenjang pendidikan dan pegawai negeri sipil.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti diklat ini peserta diharapkan mampu
mengimplementasikan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan norma,standar dan
prosedur.
D. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan
pedoman pendidikan dan pelatihan pegawai negeri sipil sehingga dapat berperan
aktif dalam memberikan kontribusi bagi pendidikan dan pelatihan yang membawa
dampak positif bagi organisasi.
7
BAB II
PENGERTIAN , ANALISIS KEBUTUHAN , JENIS DAN JENJANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PEGAWAI NEGERI
SIPIL
Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia PNS telah di atur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 1994.
Pada Pasal 2 didalam peraturan pemerintah ini menegaskan bahwa ”
Pendidikan dan pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional
dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
kebutuhan instansi, menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa, pengayoman serta pemberdayaan
masyarakat dan menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik”.
Pengembangan sumberdaya manusia PNS yang didasarkan pada standar
kompetensi memerlukan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan aparatur. Arah, pendekatan, maupun materi pendidikan
dan pelatihan PNS diharapkan dapat mengatasi competency gap. Oleh karena itu,
strategi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan PNS diarahkan atau didasarkan
pada kompetensi (competency based training).
Pengembangan sumberdaya manusia aparatur merupakan kegiatan penting
yang harus dilakukan oleh suatu organisasi, karena melalui pengembangan
sumberdaya manusia, diharapkan akan berdampak pada peningkatan kemampuan
atau kualitas pegawai atau aparatur. Aparatur yang berkualitas adalah mereka yang
mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
diberikan kepadanya, serta dapat memelihara dan meningkatkan kecakapan dan
kemampuannya secara teratur dan pasti.
8
Irawan, dkk (1997), mengemukakan bahwa; kebutuhan pengembangan
sumberdaya manusia di masa yang akan datang merupakan titik utama perencanaan
sumberdaya manusia Hampir semua organisasi harus membuat prediksi akan
perkiraan kebutuhan pengembangan sumberdaya manusianya di masa depan.
Pendapat tersebut memperlihatkan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan
dalam pengembangan sumberdaya manusia adalah menganalisis kebutuhan
pengembangan pegawai. Faktor kedua yang harus diperhatikan adalah spesifikasi
pekerjaan. Hal ini penting, karena dengan mempertimbangkan spesifikasi pekerjaan
maka jenis pengembangan SDM dapat sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dari
proses analisis kebutuhan, dapat ditentukan apa tujuan pengembangan, siapa yang
akan dikembangkan, materi apa yang disajikan, dan metode apa yang digunakan.
Semua itu merupakan elemen-elemen dalam spesifikasi jabatan yang biasa disebut
desain instruksional yang harus benar-benar dipertimbangkan sebelum
pengembangan aparatur dilaksanakan. Setelah kedua langkah tersebut dilakukan,
maka organisasi akan dapat memprediksi kebutuhan pengembangan organisasinya,
jenis pengembangan yang dilakukan, dan langkah-langkah apa yang akan dilakukan
untuk mewujudkannya.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan program pendidikan dan
pelatihan PNS, maka salah satu prasyarat yang perlu dipedomani adalah melakukan
prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan dengan senantiasa menerapkan pendekatan
sistem melalui penerapan manajemen diklat yang efektif dan efisien, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penyelengaraan, pembiayaan sampai kepada
monitoring dan evaluasi. Sebagai tahap awal dalam perencanaan pendidikan dan
pelatihan adalah melakukan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan (Training
Needs Asessment) dilakukan oleh pejabat pembina kepegawaian bersama pejabat
lembaga Diklat instansi yang bersangkutan, dengan mengidentifikasi dan mengukur
adanya kesenjangan kemampuan yang secara nyata dikuasai aparatur dengan
kemampuan yang seharusnya dikuasai aparatur dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Hasil dari analisis kebutuhan diklat tersebut selanjutnya menjadi acuan
dalam menyusun desain program pendidikan dan pelatihan mulai dari penetapan
tujuan pelatihan, penetapan kurikulum/silabi, penetapan metode, penetapan peserta
dan tenaga pengajar, strategi, evaluasi, maupun sarana dan prasana yang diperlukan.
9
Dengan demikian dapat diharapkan program pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan benar-benar merupakan proses transformasi untuk membentuk
aparatur menjadi profesional, memiliki pengetahuan, sikap atau nilai etika
pemerintahan yang baik (good governance) dan keahlian yang diperlukan dalam
meningkatkan kualitas kinerja pelayanan publik. Untuk itu kegiatan evaluasi
terhadap hasil sebuah program pendidikan dan pelatihan menjadi penting untuk
dilakukan sehingga dapat diketahui apakah tujuan sebuah program diklat yang telah
dilaksanakan tercapai atau tidak. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya dapat menjadi
umpanRI balik dalam penyusunan rencana program pendidikan dan pelatihan
selanjutnya.
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI
SIPIL
Pengertian atau pendapat tentang diklat banyak paradigma memberikan
pengertian serta pendapat, diantaranya sebagai berikut :
Strauss dan Sayless ( 1991 ) menyatakan bahwa :
“Efisiensi organisasi tergantung pada bagaimana baiknya para anggotanya
dilatih. Karyawan yang baru dipekerjakan memerlukan sedikit pelatihan
sebelum melalui pekerjaan sedangkan karyawan yang lebih tua memerlukan
pelatihan untuk tetap siap menghadapi tuntutan pekerjaan sekarang dan
mempersiapkan untuk pemindahan dan kenaikan pangkat. Pelatihan juga
memberikan motivasi karyawan untuk bekerja lebih keras, karyawan yang
mengerti liku – liku pekerjaannya mungkin mempunyai semangat juang yang
lebih tinggi dan mampu melihat hubungan yang lebih erat antara usaha dan
prestasi ”.
Wexley dan Yuki membandingkankan pengertian istilah latihan ( training ) dan
pengembangan ( development ) personil. Wexley dan Yuki ( 1976 ) memberikan
pengertian dari keduanya adalah :
“ Training and development are terms referring to planned efforts designate
fasilitate the acquisition of relevant skill, knowledge, and attitudes by or
organizational members ”. Disini latihan dan pengembangan adalah istilah –
istilah yang menyangkut usaha – usaha yang berencana yang diselenggarakan
agar dicapai penguasaan akan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap – sikap yang
relevan terhadap pekerjaan.
10
Secara umum, pengertian diklat atau pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas
ekonomi. Latihan membantu pegawai dalam memahami suatu pengetahuan
praktis dan pengetrapannya, guna meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan
sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Pelatihan (trainning) meliputi aktivitas – aktivitas yang berfungsi meningkatkan
unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau yang terkait
dengan pekerjaan ini.
Hal ini berbeda dengan pengertian pendidikan yang menggambarkan suatu
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk
didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan
terhadap persoalan - persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan.
Pendidikan (education) mencakup kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan
untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan
berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini.
Sikula yang dikutip oleh munandar (1978), memberikan pendapat sebagai
berikut :
“ Diklat adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisir, dimana tenaga kerja non manajerial
mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis untuk tujuan tertentu ”.
Flippo (1994), mendefinisikan pelatihan adalah :
“ sesuatu kegiatan peningkatan pengetahuan dan keahlian pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan – pekerjaan khusus, dimana arti penting training adalah
untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian pegawai; meningkatkan moral
pegawai; mengurangi pengawasan; mengurangi kecelakaan dan meningkatkan
stabilitas dan fleksibilitas organisasi. Training dirancang untuk memperbaiki
kinerja (performance) tugas yang dihadapi atau dikerjakan. Tujuannya adalah
mengintroduksikan tingkah laku baru maupun mengubah tingkah laku yang
sekarang, sehingga menghasilkan tingkah laku tersebut yang lebih baik atau
yang relevan dengan fungsi dan tugasnya ”.
H A R Tilaar (1997) mengemukakan terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam pendidikan dan pelatihan, yaitu :
1. Aspek institusi
2. Aspek kurikulum
11
3. Aspek lamanya pendidikan
4. Aspek tenaga pengajar
5. Aspek peserta pendidikan
6. Aspek metoda proses belajar mengajar
7. Aspek laboratorium, dan
8. Aspek kepustakaan
Dengan memperhatikan aspek – aspek diatas, pegawai yang memiliki
pendidikan formal maupun pendidikan dan pelatihan diharapkan mampu
meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya guna memperlancar proses
pelaksanaan tugas masing – masing. Secara skematis terlihat dalam gambar
berikut :
Diagram Diklat (H A R Tilaar : 1997 )
Dasar filosofis pelatihan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara
berulang – ulang (driil) terhadap seseorang menyebabkan ia terbiasa. Karena
sudah terbiasa, ia menjadi mahir atau terampil. Orang yang terampil cenderung
lebih cepat, lebih tepat, dan lebih hemat dalam pelaksanaan tugasnya
dibandingkan dengan orang yang tidak terampil. Orang terampil cenderung
1. Jumlah dan jenis
kurikulum
2. Materi
kurikulum
3. Metode
4. Panitia
pendidikan
5. Instruktur
6. Sarana
7.
Program
Pelatihan
Program
Pendidikan PNS
- Knowledge
- Skill
- Behaviour
Peningkatan pelayanan
pada
masyarakat
12
bekinerja tinggi. Dengan kinerja yang tinggi akan berdampak pada pencapaian
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Melihat dari uraian pengertian atau pendapat paradigma yang terkait dengan
definisi atau pengertian diklat, mungkin kita akan bertanya, bagaimana
pengertian tentang diklat Pegawai Negeri Sipil (PNS) ?. Istilah pelatihan pada
instansi pemerintah telah dibakukan dengan istilah pendidikan dan pelatihan
(diklat). Hal ini telah dituangkan atau diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2000, tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil. Disamping itu juga diatur dalam Surat Keputusan Ketua Lembaga
Administrasi Negara (LAN) Nomor 304/A/IX/6/4/1995 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, diklat didefinisikan
sebagai berikut : Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
C. ISTILAH-ISTILAH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut
Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
2. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut CPNS adalah Warga
Negara Indonesia yang melamar, lulus, seleksi dan diangkat untuk dipersiapkan
menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah PNS sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara.
13
5. Pejabat pembina Kepegawaian adalah Menteri, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Sekretaris Negara,
Sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer, Sekretaris Presiden, Sekretaris Wakil
Presiden, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
Gubernur dan Bupati/Walikota.
6. Instansi Pengendalian Diklat yang selanjutnya disebut Instansi Pengendali
adalah Badan Kepegawaian Negara yang secara fungsional bertanggung jawab
atas pengembangan dan pengawasn standar kompetensi jabatan serta
pengendalian pemanfaatan lulusan Diklat.
7. Instansi Pembina Diklat yang selanjutya disebut Instansi Pembina adalah
Lembaga Administrasi Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas
pengaturan, koordinasi dan penyelenggaraan Diklat.
8. Instansi Pembina Jabatan Fungsional adalah lembaga pemerintahan yang
bertanggung jawab atas pembinaan Jabatan Fungsional menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
9. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat
yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik,
mengajar dan/ atau melatih PNS pada lembaga Diklat Pemerintah.
10. Lembaga Diklat Pemerintah adalah satuan organisasi pada departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara dan Perangkat Daerah yang bertugas melakukan
pengelolaan Diklat.
D. ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT
Penentuan kebutuhan diklat perlu dilakukan guna memilih program diklat
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk meningkatkan kopetensi tugas pegawai.
Proses penentuan kebutuhan diklat harus didahului dengan proses perencanaan
yang matang dengan langkah pertama adalah melakukan Analisis Kebutuhan
Diklat (Training need assessment).
Proses analisis kebutuhan diklat hasilnya diharapkan akan mengungkapkan
gambaran kekurangan kompetensi dalam melaksanakan tugas dan jabatan pegawai,
14
hal ini merupakan dasar untuk merancang program diklat. Proses analisis
kebutuhan diklat bertitik tolak dari masalah – masalah yang dihadapi oleh
organisasi. diinventarisasi, dipilah – pilah sampai ditemukan masalah yang
disebabkan oleh faktor pegawai, kemudian dicari penyebabnya yang spesifik yaitu
kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai. Dari sebab yang spsifik
ini selanjutnya dapat sebagai dasar dalam menentukan jenis diklat yang
dibutuhkan dalam rangka untuk menghilangkan/meminimalisir penyebab tersebut.
Hal ini dapat dicapai apabila penyelenggaraan diklat merupakan cerminan
kebutuhan yang bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan pegawai, yaitu suatu
kesenjangan dari keadaan yang ingin dicapai dengan keadaan sekarang yang
ternyata belum dapat dilaksanakan secara semestinya.
Kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat merupakan bagian tak terpisahkan dari
proses kegiatan penyelenggaraan diklat, sebagai bahan pertimbangan utama dalam
pengembangan program diklat. Oleh karena itu perlu dikelola secara efektif
sehingga hasilnya mampu memberikan kontribusi yang maksimal dalam
pengembangan program diklat. Namun bila tidak dikelola secara efektif
kemungkinan besar akan gagal dalam pengembangan program diklat.
Adapun alasan – alasan atau faktor – faktor penyebab kebutuhan diklat
(Tjiptono dan Diana, 1995), adalah :
1. Kualitas Angkatan Kerja Yang Ada
Perhatian terhadap angkatan kerja disini adalah orang – orang yang berharap
(calon) menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tugas – tugas/pekerjaan – pekerjaan baru
yang menjadi beban bagi aparat/birokrasi pemerintah akan dipenuhi oleh
angkatan kerja tersebut. Oleh karenanya, kualitas angkatan kerja merupakan hal
yang penting. Kualitas angkatan kerja mencakup kesiap sediaan dan potensi
yang dimilikinya.
2. Persaingan Global
Semua organisasi, baik sektor privat maupun sektor publik, pada saat ini harus
menyadari bahwa mereka tengah menghadapi era baru, globalisasi. Dalam
konteks suatu bangsa, pada era ini dimana persaingan yang begitu ketat akan
menjadi kendala bagi kemajuan atau bahkan menemui kehancurannya. Agar
15
dapat mampu bersaing dan memenangkan persaingan itu, suatu bangsa harus
mempersiapkan diri di semua sektor. Satu hal penting yang menjadi senjata
paling ampuh dalam mengantisipasi kecenderungan itu adalah sumberdaya
manusia yang unggul. Disini peran diklat sangat dibutuhkan bagi peningkatan
kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki.
3. Perubahan Yang Cepat Dan Terus Menerus
Perubahan yang berlangsung dalam lingkungan organisasi (birokrasi) pada saat
ini begitu cepat dan dinamis. Pengetahuan dan ketrampilan sebagai sarana
pendukung kinerja organisasi telah berkembang terus menerus tanpa ada yang
dapat menghalangi. Dalam lingkungan seperti ini sangat penting memperbaharui
kemampuan pegawai secara konstan. Organisasi yang tidak memahami perlunya
diklat tidak akan mungkin dapat mengikuti perubahan tersebut.
4. Masalah – Masalah Alih Teknologi
Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu obyek ke
obyek yang lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap pertama,
komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset atau
penemu individu. Tahap ini merupakan pengembangan bisnis dan tidak
melibatkan diklat. Tahap kedua, difusi teknologi, dimana terjadi proses
pemindahan teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia kerja untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas dan daya saing. Difusi teknologi
memerlukan Diklat.
Tahap kedua ini tidak akan berlangsung dengan baik bila karyawan yang akan
menggunakan teknologi itu belum dilatih untuk menggunakannya secara efisien
dan efektif. Teknologi tanpa didukung oleh adanya karyawan yang memahami
cara – cara penggunaannya secara efektif, tidak akan memberikan kontribusi
besar terhadap produktivitas. Hambatan utama terhadap efektivitas alih
teknologi adalah ketakutan (kekhawatiran) akan perubahan dan ketidaktahuan
akan teknologi baru itu. Hambatan tersebut dapat diatasi dengan diklat.
5. Perubahan Keadaan Demografi
Perubahan keadaan demografi menyebabkan diklat menjadi semakin penting
dewasa ini. Kerjasama tim akan menjadi penghalang bila keadaan ini tidak
16
tertanggulangi dalam pelaksanaan tugas organisasi. Oleh karena itu, diklat
dibutuhkan untuk melatih karyawan yang berbeda latar belakangnya agar dapat
bekerja sama secara harmonis. Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial dan
jenis kelamin dibutuhkan diklat, komitmen dan perhatian.
Menurut Morrison (2001: 27), kebutuhan (need) adalah kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah
harapan ke depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu
masalah. Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi
masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27).
Sementara itu, Dessler melihat kebutuhan diklat bagi suatu organisasi
pada hakekatnya muncul dikarenakan adanya masalah – masalah yang
mengganggu kinerja organisasi itu, seperti : penurunan prestasi yang mencakup
menurunnya pelayanan, menurunnya tingkat produksi dan sebagainya.
Penurunan prestasi ini dapat disebabkan tidak jelasnya standar ataupun tingkat
motivasi pegawai dalam melakukan pekerjaannya.
Dessler selanjutnya membagi dua teknik utama dalam menentukan
kebutuhan diklat, yaitu : Analisis Tugas Dan Analisis Prestasi. Analisis Tugas
merupakan suatu studi pekerjaan yang terperinci untuk menentukan jenis
ketrampilan khusus yang diperlukan pegawai. Sedangkan Analisis Prestasi
adalah upaya memverifikasi fakta adanya kemunduran prestasi yang cukup
berarti, dan kemudian menentukan apakah kemunduran ini harus diatasi melalui
diklat atau dengan cara lain, misalnya mengganti perangkat/peralatan atau
memindahkan pegawai yang bersangkutan.
Melihat pendapat tersebut, bagaimana dengan kebutuhan diklat bagi PNS
yang menjabat jabatan analis kepegawaian ?. Kebutuhan diklat bagi PNS yang
menjabat analis kepegawaian yaitu Analisis Tugas. Hal – hal utama untuk
membantu analisis tugas adalah mengetahui uraian Pekerjaan (job description)
dan spesifikasi pekerjaan (job spesification) pegawai. Kedua hal ini mendata
tentang tugas – tugas dan ketrampilan khusus yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan dan merupakan acuan dasar untuk menentukan diklat
yang dibutuhkan.
17
Untuk mendapatkan dua hal utama diatas, uraian jabatan dan spesifikasi
pekerjaan, kita terlebih dahulu melakukan penentuan spesifikasi jabatan melalui
proses yang disebut sebagai analisis Jabatan (Job analysis). Penentuan
spesifikasi jabatan berarti kita menentukan keterampilan – keterampilan,
tanggung jawab, pengetahuan, wewenang, lingkungan dan antar hubungan yang
terlibat dalam setiap jabatan (Handoko, 1986).
Dari analisis kebutuhan diklat ini dapat ditindaklanjuti dengan
perencanaan diklat. Perencanaan merupakan proses pemikiran rasional dan
penetapan secara tepat mengenai berbagai macam hal yang akan dikerjakan di
masa mendatang, dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan
(wursanto; 1981).
Ulber silalahi (2002: 159) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
suatu proses penetapan tujuan (setting objektives) yang akan dicapai dan
memutuskan strategi untuk mencapainya.
Sondang P. Siagian mendefinisikan perencanaan sebagai usaha dasar dan
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-
hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan
sangat penting karena:
1. Dalam perencanaan dapat digariskan tujuan organisasi sehingga geraknya
dapat diarahkan,
2. Dengan perencanaan, semua aktifitas dapat diarahkan ke tujuan yang telah
ditetapkan,
3. Dapat diperoleh tindakan yang tepat terkoordinasi dari berbagai unit kerja.
Dari hasil perencanaan ini, dapat merencanakan/menentukan jenis diklat
yang akan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penyelenggaraan
diklat didalam suatu organisasi.
18
E. JENIS DAN JENJANG DIKLAT PEGAWAI NEGERI SIPIL
1. Diklat Prajabatan
a. Diklat Prajabatan merupakan syarat pengangkatan CPNS menjadi PNS.
Diklat Prajabatan terdiri dari :
1) Diklat Prajabatan Golongan I dan II, untuk PNS Golongan I dan II
2) Diklat Prajabatan Golongan III untuk PNS Golongan III
b. Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam
rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS
disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan
tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat.
c. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib disertakan dalam diklat
Prajabatan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengangkatannya
sebagai CPNS.
1) CPNS wajib mengikuti dan lulus Diklat prajabatan untuk diangkat
sebagai PNS
2) Peserta diklat Prajabatan adalah semua Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS)
2. Diklat Dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
dan pembangunan dengan sebaik-baiknya.
PNS yang akan mengikuti Diklatpim ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan memperhatikan pertimbangan Baperjakat dan Tim Seleksi
Peserta Diklat Instansi yang didasarkan pada peta jabatan dan Standar
Kompetensi Jabatan. Setiap instansi memberikan prioritas kepada PNS yang
telah menduduki jabatan struktural diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh
Instansi Pembina.
19
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Struktural adalah Pegawai Negeri Sipil yang
akan diangkat dalam jabatan struktural yang telah memenuhi syarat:
a. menduduki pangkat sekurang-kurangnya setingkat lebih rendah dari pangkat
terendah yang ditentukan untuk jabatan yang akan diduduki;
b. mempunyai pendidikan serendah-rendahnya pendidikan menengah;
c. memiliki potensi yang dapat dikembangkan, telah membuat prestasi dalam
melaksanakan tugasnya, mampu menjaga reputasi baik bagi dirinya maupun
instansinya, dan memiliki kemauan keras untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang bersangkutan serta syarat-syarat lain yang ditentukan oleh
Instansi Pembina.
Diklat dalam jabatan terdiri atas:
a. Diklat kepemimpinan yang selanjutnya disebut DIKLATPIM dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompentensi kepemimpinan aparatur
pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklatpim terdiri
dari:
1) Diklatpim Tingkat IV adalah Diklatpim untuk jabatan struktural Eselon
IV;
2) Diklatpim Tingkat III adalah Diklatpim untuk jabatan struktural Eselon
III;
3) Diklatpim Tingkat II adalah Diklatpim untuk jabatan struktural Eselon II;
4) Diklatpim Tingkat I adalah Diklatpim untuk jabatan struktural Eselon I.
b. Diklat Fungsional
Diklat Fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan Fungsional masing-masing
Jenis dan jenjang diklat Fungsional untuk masing-masing jabatan fungsional
ditetapkan oleh instansi Pembina jabatan Fungsional yang bersangkutan
Yang dimaksud dengan Jabatan Fungsional tertentu, adalah jabatan-jabatan
fungsional sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. PNS yang
perlu mengikuti Diklat Fungsional adalah PNS yang telah di evaluasi oleh
20
Pejabat Pembina Kepegawaian dengan memperhatikan pertimbangan
Baperjakat dan Tim Seleksi Diklat Instansi. PNS yang telah memenuhi
persyaratan kompetensi jabatan fungsional tertentu dapat diberikan sertifikat
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina dan Instansi
Pengendali.
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil
yang akan dan telah menduduki jabatan fungsional
c. Diklat Teknis
1) Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
teknis yang diperlukan untuk pelaksanakan tugas PNS.
a) Kompetensi teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang – bidang
teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas masing – masing. Bagi PNS
yang belum memenuhi persyaratan kompetensi jabatan perlu
mengikuti Diklat Teknis yang berkaitan dengan persyaratan
kompetensi jabatan masing – masing.
b) PNS yang perlu mengikuti Diklat Teknis adalah PNS yang telah
dievaluasi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan
memperhatikan pertimbangan Baperjakat dan Tim Seleksi Diklat
Instansi.
c) Peserta Pendidikan dan Pelatihan Teknis adalah Pegawai Negeri Sipil
terutama bagi yang dipersiapkan untuk melaksanakan pekerjaan
teknis yang dibebankan kepadanya.
2) Diklat teknis dapat dilaksanakan secara berjenjang
3) Jenis dan jenjang diklat Teknis untuk masing-masing jabatan ditetapkan
oleh instansi teknis yang bersangkutan
21
F. RANGKUMAN
Pada Pasal 2 didalam peraturan pemerintah ini menegaskan bahwa ”
Pendidikan dan pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional
dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
kebutuhan instansi, menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa, pengayoman serta
pemberdayaan masyarakat dan menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir
dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik”.
Hal ini berbeda dengan pengertian pendidikan yang menggambarkan suatu
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya
peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan -
persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan. Pendidikan (education)
mencakup kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup
pekerjaan yang ditanganinya saat ini.
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Struktural adalah Pegawai Negeri Sipil
yang akan diangkat dalam jabatan struktural yang telah memenuhi syarat:
1. menduduki pangkat sekurang-kurangnya setingkat lebih rendah dari pangkat
terendah yang ditentukan untuk jabatan yang akan diduduki;
2. mempunyai pendidikan serendah-rendahnya pendidikan menengah;
memiliki potensi yang dapat dikembangkan, telah membuat prestasi dalam
melaksanakan tugasnya, mampu menjaga reputasi baik bagi dirinya maupun
instansinya, dan memiliki kemauan keras untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang bersangkutan serta syarat-syarat lain yang ditentukan oleh
Instansi Pembina.
22
G. LATIHAN
Berilah tanda silang pada jawaban berikut ini yang menurut anda paling benar.
1. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut
Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Uraian tersebut merupakan
bunyi daripada pasal 1, ayat 1, pada ............
a. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
b. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000
c. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000
d. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000
2. “ Pendidikan dan pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara
profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri sesuai .....
”
Uraian tersebut merupakan tujuan diklat yang tercantum pada Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, didalam pasal :
a. Pasal 1
b. Pasal 2
c. Pasal 3
d. Pasal 4
3. Analisis Kebutuhan Diklat yang didasari dengan Upaya memverifikasi fakta
adanya kemunduran prestasi yang cukup berarti, adalah :
a. Analisis Tugas
b. Analisis Jabatan
c. Analisis Prestasi
d. Analisis beban kerja
4. Bila kita mengacu pada pendapat Dessler, analisis kebutuhan diklat bagi PNS
pemangku jabatan analis kepegawaian mengacu pada :
a. Analisis Jabatan
b. Analisis Prestasi
c. Analisis beban kerja
d. Analisis Tugas
23
5. Diklat yang merupakan syarat pengangkatan CPNS menjadi PNS bagi PNS
Golongan I dan II, adalah :
a. Diklat Prajabatan Golongan III
b. Diklat Prajabatan Golongan I dan II
c. Diklatpim Tingkat II
d. Diklatpim Tingkat III
24
BAB III
KURIKULUM DAN METODE DIKLAT, TENAGA KEDIKLATAN
DAN PENYELENGGARAAN DIKLAT PNS
A. KURIKULUM DIKLAT
Kurikulum Diklat mengacu pada standar kompetensi jabatan. Penyusunan
dan pengembangan kurikulum Diklat dilakukan dengan melibatkan pengguna
lulusan, penyelenggara Diklat, peserta dan alumni Diklat, serta unsur ahli lain. Yang
dimaksud dengan unsur ahli lain adalah para pakar yang mempunyai kompetensi
yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum Diklat yang bersangkutan.
Kurikulum merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata dalam
bentuk program diklat yang disajikan dengan menggunakan metode dan media yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan kemampuan peserta diklat pada bidang
kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta dan relevan dengan pekerjaan
(Suparno Eko Widodo, Pengembangan SDM Berkualitas, 2009 : 31 ).
B. METODE DIKLAT PNS
Proses belajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh proses
belajar peserta diklat mulai dari menyusun strategi belajar sampai mengikuti
berbagai layanan bantuan belajar yang disediakan seperti pembimbingan akademis,
tutorial. Dalam penyusunan strategi proses belajar kiranya diperlukan suatu metode
pembelajaran yang partisipasi aktif dengan jalan saling asah, saling asuh, dan saling
asih diantara peserta, yaitu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran tersebut.
Paedagogi (Pendekatan Pendidikan Untuk Anak-Anak)
Andragogi (Pendekatan Pendidikan Untuk Orang Dewasa)
25
Paradigma banyak mengartikan atau mendefinisikan metode sebagai berikut :
1. Metode merupakan suatu cara kerja sistemik untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Metode adalah cara/teknik untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya
dalam hal ilmu pengetahuan.
Dari pengertian tersebut apabila kita kaitan dengan proses penyelenggaraan
diklat PNS dimana dalam pembelajarannya diperlukan suatu metode pembelajaran
yang efektif. Metode pembelajaran yang digunakan dalam diklat PNS yang
merupakan cara/teknik yang sistemik, tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan diklat PNS adalah metode pembelajaran andragogy ( metode
pembelajaran bagi orang dewasa ).
Dengan metode ini diharapkan akan memberikan suatu proses pembelajaran
yang efektif dimana metode ini merupakan metode yang sesuai dengan kebutuhan
dan pengembangan diri peserta diklat yang telah memiliki tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja tertentu.
Metode andragogy yang merupakan seni atau pengetahuan membimbing
atau memimpin atau mengajar orang dewasa, dimana kegiatan belajar bertumpu
pada diri peserta akan lebih tepat dan efektif dalam pembelajaran kediklatan apabila
dibandingkan dengan metode Paedagogy yang merupakan seni atau pengetahuan
membimbing atau memimpin atau mengajar anak, dimana kegiatan belajar
bertumpu pada seorang guru (Malcolm knowles : “ The adult Learners, The
Neglected Species”).
1. Perbedaan Metode Andragogi Dan Metode Pedagogi
Perbedaan orang dewasa dengan anak – anak dalam pemahaman atas nilai dan
norma adalah pada orang dewasa terletak pada dirinya sendiri, sedangkan pada
anak terletak pada pendidik (guru, orang tua, paman, ... ). Orang dewasa dalam
memahami suatu informasi tidak sertamerta diterima, ditelan bulat – bulat tetapi
selalu diperbandingkan dengan nilai dan norma yang sudah melekat pada dirinya
26
yang terbentuk sepanjang pengalamannya. Orang dewasa tidak akan mudah
terbujuk dan lalu setuju terhadap informasi yang ia ragukan kebenarannya dan
kurang sejalan dengan nilai dan norma yang diyakininya. Sedangkan nilai dan
norma pada anak – anak terletak pada pendidik karena nilai dan norma pada diri
anak – anak masih dalam proses pembentukan. Oleh karena itu pentingnya
contoh dan teladan yang baik dari pendidik.
Implikasi dalam proses pembelajaran orang dewasa untuk lebih mengutamakan
model pembelajaran yang terpusat pada peserta (trainee centered learning).
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk
mengambil tanggung jawab yang luas dalam mengambil keputusan pada proses
pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara pembelajaran pedagogi dan andragogi
dapat kita lihat sebagai berikut :
No Unsur Pedagogi Andragogi
1 Struktur
belajar
• Format yang kaku
• Berpusat pada mata
pelajaran
• Prosedural / tingkatan
• Fleksibel, terbuka, dan
responsif
• Interdisipliner
• Pengembangan
2 Atmosfir
Belajar
• Berdasar otoritas
• Formal
• Kompetitif
• Win-lose
• Saling menghormati
• Informal
• Kolaboratif
• Win-win
3 Motivasi • Bergantung pada
penghargaan dan
hukuman dari luar
• Motivasi dari dalam diri
Kontrak belajar
4 Kegiatan
Belajar
• Dominasi guru
• Diperlukan kontrol
guru terus
menerus
• Asumsi bahwa peserta
belum dewasa
• Peserta aktif,
• Independen, bebas.
bertanggung jawab
• Belajar memperhatikan
pengalaman peserta
5 Perencanaa
n Belajar
• Guru dan administrasi
• Mekanisme legal-
formal
• Guru dan peserta
• Mekanisme saling
memerlukan
6 Evaluasi • Ranking
• Berpusat pada guru
(subjektif)
• Berdasar kriteria
kompetensi
• Objektif
27
Melihat dari perbedaan kedua metode tersebut, kiranya metode andragogi akan
lebih tepat dan efektif bila dibandingkan dengan metode pedagogi dalam
pelaksanaan kediklatan PNS. Dengan metode andragogi akan memberikan
interaktif antara peserta dengan tenaga pengajar ataupun antar peserta, dan
berlangsung dalam suasana belajar yang bebas, dinamis, dan fleksibel.
Adapun metode andragogi dapat dilakukan melalui :
a. Ceramah
Yaitu proses pemberian materi pembelajaran dengan cara mempersentasikan
materi yang dilakukan atau diberikan oleh widyaiswara/instruktur/pengajar
sesuai dengan Garis – Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang
ditentukan.
Penyajian bahan ceramah dapat disampaikan dengan bantuan audiovisual,
OHP, white board, flip chart dan/atau alat bantu lainnya.
b. Tanya jawab
Pelaksanaan tanya jawab dalam pembelajaran materi diklat bertujuan agar
adanya dinamika penyajian pembelajaran antara peserta dan
widyaiswara/instruktur/ pengajar selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan tanya jawab juga akan memberikan masukan bagi peserta ataupun
widyaiswara/instruktur/pengajar yang efektif sehingga tujuan penyelenggaraan
diklat dapat dimaksimalkan.
c. Pendalaman Materi
Dengan pendalaman materi, peserta dilatih atau dilibatkan untuk melakukan
komunikasi secara terorganisir dan berfikir secara organisasional sehingga
akan terbentuknya kesamaan pola pikir dan pola tindak.
Dengan pendalaman materi juga memberikan peserta untuk saling kerjasama
secara aktif dalam berfikir, menyumbangkan ide/gagasan, mengindentifikasi,
membahas dan memecahkan masalah yang menjadi topik dalam suatu bidang
studi berdasarkan kesepakatan kelompok.
d. Studi Kasus
Dengan menghadapkan pada suatu peristiwa nyata atau kasus aktual yang
terjadi, dan dipacu untuk melakukan kajian, serta mencari faktor penyebab
28
terjadinya kasus dan cara pemecahannya yang cepat, tepat, dan benar yang
berdasarkan norma, standar, prosedur yang ada, akan memberikan
pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku positip bagi
peserta.
e. Diskusi
Dengan diskusi akan memacu peserta untuk membahas topik – topik
permasalahan dalam suatu kelompok, dengan sasaran antara lain untuk
mengembangkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisa
masalah, transfer informasi, memperkaya gagasan/ide, dan melatih untuk
mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan secara sistematis.
Studi Banding
Untuk menambah peningkatan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan yang
diharapkan dapat memberikan dampak yang positip terhadap kinerja, peserta
dapat diberikan kesempatan untuk mengadakan studi banding (benchmarking)
di tempat lain. Dengan studi banding kita dapat mengevaluasi kinerja kita
dengan kinerja suatu instansi yang lain dengan harapan akan mendapatkan
nilai – nilai yang positip dalam rangka untuk meningkatkan kinerja pegawai
ataupun organisasi.
Metode Diklat disusun sesuai dengan tujuan dan program Diklat bagi orang
dewasa. Dengan metode ini peserta Diklat diprediksi atau diposisikan sebagai
peserta diklat yang telah memiliki tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
tertentu. Adapun metode Diklat Bagi Orang Dewasa yang digunakan harus :
a. Sesuai dengan kebutuhan praktis dan pengembangan diri peserta;
b. Bersifat interaktif antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta;
c. Berlangsung dalam suasana belajar yang bebas, dinamis, dan fleksibel.
2. Manfaat Metode Pembelajaran
Dalam penyelenggaraan diklat metode pembelajaran yang tepat dan efektif
akan memberikan manfaat :
a. Membantu widyaiswara/pengajar/instruktur dalam proses pembelajaran dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Belajar adalah suatu usaha terus menerus yang dalam pelaksanaannya sering
terjadi kendala – kendala pada proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu
metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta diklat.
29
Dengan metode yang tepat akan memberikan widyaiswara/pengajar/instruktur
melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Menghilangkan dinding pemisah antara widyaiswara/pengajar/instruktur dengan
peserta diklat.
Dave Meier dalam buku The Accelerated Learning mengatakan bahwa
Acelerated Learning memungkinkan peserta untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, upaya normal dan dilandasi dengan kegembiraan. Dalam
buku tersebut juga diuraikan tentang salah satu prinsip dasar Accelerated
Learning adalah adanya kerjasama diantara pembelajar
(widyaiswara/pengajar/instruktur) sangat meningkatkan hasil belajar. Oleh
karena itu belajar yang berpusat pada aktivitas dan melibatkan seluruh peserta
diklat lebih berhasil dari pada belajar berpusat pada presentasi. Untuk itu
diperlukan ragam metode pembelajaran yang efektif agar proses pembelajaran
berjalan secara efektif dan efisien.
c. Menggali dan memanfaatkan potensi peserta diklat.
Peserta diklat orang dewasa memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman,
ketrampilan dan sikap perilaku yang beraneka ragam. Mereka adalah peserta
belajar yang sekaligus sumber belajar. Orang dewasa akan belajar dengan efektif
apabila merasa dihargai dan dimanfaatkan potensinya secara maksimal.
Dengan latar belakang orang dewasa yang demikian kiranya diperlukan suatu
metode pembelajaran yang melibatkan atau memberikan peluang atau
kesempatan bagi peserta untuk partisipasi aktif.
d. Terjadi kemitraan antara pelatih dan peserta.
Diklat salah satu media dalam rangka menjalin kemitraan. Terjalinnya kemitraan
tersebut dapat dengan menggunakan metode tertentu yang efektif dan efisien.
Sebagai contoh dalam ragam metode simulasi. Dalam metode ini, peserta
diberikan peran masing – masing. Ada peserta yang diberikan peran sebagai
simulator, dan ada juga peserta yang diberikan peran sebagai pengamat, serta
sebagai narasumber. Dengan peran – peran tersebut akan lebih menjalin
kemitraan antara widyaiswara dengan peserta diklat. Dengan metode ini juga
30
meminimalisir jurang pemisah antara peserta dengan widyaiswara/ pengajar/
instruktur, sehingga memberikan peluang kemitraan yang efektif.
e. Mempermudah dalam menyerap informasi.
Proses belajar sebagai aktivitas berfikir akan berjalan lancar apabila diperoleh
pemahaman dari materi yang dipelajari. Sebaliknya aktivitas otak untuk berfikir
akan pusing atau letih manakala tidak memperoleh sesuatu yang dipelajari.
Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang bertujuan agar peserta
dapat mudah menyerap informasi yang disajikan
widyaiswara/pengajar/instruktur ataupun informasi antara sesama peserta.
f. Menimbulkan perasaan “FUN”
Setiap hari otak manusia dibanjiri oleh berbagai macam informasi yang
mengharuskan otak untuk meresponnya. Otak akan merespon lebih baik apabila
kondisi otak dalam keadaan senang, gembira, dan bebas (tidak tertekan). Untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang demikian, kiranya diperlukan suatu
metode pembelajaran yang tepat yang diharapkan akan memberikan peserta
diklat lebih termotivasi dalam mengikuti diklat.
C. TENAGA KEDIKLATAN
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan PNS bahwa tenaga kediklatan terdiri
dari:
1. Widyaiswara;
2. Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah;
3. Tenaga Kediklatan lainnya
a. Widyaiswara
Widyaiswara sebagai salah satu kompenen tenaga kediklatan adalah PNS
yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau
melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah. Jabatan fungsional widyaiswara
adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung
31
jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS dengan
hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang (
Pasal 1, Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN, Nomor 1 Tahun
2010).
Dari pengertian tersebut jelas bahwa tugas pokok widyaiswara adalah mendidik,
mengajar dan/atau melatih pada instansi Pemerintah. Melihat tugas pokok
tersebut terlihat peran widyaiswara mempunyai arti yang sangat penting dalam
kediklatan. Semakin tinggi kopetensi tugas seorang widyaiswara, maka akan
memberikan kontribusi keberhasilan proses pembelajaran yang semakin efektif.
Oleh karena itu penilaian utama dari seorang widyaiswara adalah kompetensi
yang dimiliki terhadap penguasaan materi yang diajarkan.
Seorang widyaiswara juga harus mampu menjadi fasilitator yang baik bagi
peserta diklat. Dengan demikian dapat kita artikan bahwa seorang widyaiswara
tidak menjadi seseorang yang setiap kali harus dilayani, tetapi harus dapat
melayani peserta diklat dengan baik.
Didalam sistem pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan sistem
diskusi, peran widyaiswara sangat menentukan karena harus dapat menfasilitasi
jalannya diskusi tersebut. Sesuai dengan prinsip diklat yang berbasis pada
konpetensi, maka seorang peserta diklat nantinya diharapkan akan mendapatkan
nilai tambah/kompetensi dari materi yang diberikan. Oleh karena itu tidak hanya
teori saja yang diberikan oleh widyaiswara, akan tetapi bagaimana mata diklat
yang diajarkan kepada peserta diklat dapat memberikan nilai tambah baik
terhadap sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
b. Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah
Lembaga diklat pemerintah adalah satuan unit organisasi pada Kementerian,
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Kesekretariatan Lembaga Negara, Dan
Perangkat Daerah yang Bertugas Melakukan Pengelolaan Diklat dan
Pengembangan SDM.
Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah adalah PNS yang bertugas pada lembaga
Diklat instansi pemerintah yang secara fungsional mengelola secara langsung
program diklat.
32
c. Tenaga Kediklatan Lainnya
Yang dimaksud dengan tenaga kediklatan lainnya adalah pejabat atau seseorang
yang bukan Widyaiswara, bukan pengelola Lembaga Diklat Pemerintah tetapi
karena keahlian, kemampuan, atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan
pencapaian tujuan Diklat.
Contoh: Bambang seorang Kepala Biro yang ditugasi mengajar pada Diklat
Prajabatan disebut tenaga kediklatan lainnya.
D. SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Salah satu penilaian pelaksanaan Diklat adalah prasarana yang mendukung,
apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS,
sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan diklat telah distandarisasi. Dengan
demikian bahwa lembaga/instansi penyelenggara dalam pelaksanaan diklat PNS
harus memenuhi standar kelengkapan sarana dan prasarana. Yang dimaksud standar
kelengkapan sarana dan prasarana Diklat PNS adalah persyaratan minimal yang
menyangkut kualitas dan kuantitas fasilitas dan peralatan Diklat sesuai dengan
kriteria yang ditentukan dalam persyaratan akreditasi Diklat.
Untuk mengkoordinasikan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan
dan pelatihan dilakukan inventarisasi, evaluasi dan pengawasan oleh Instansi
Pembina, agar sarana dan prasarana Diklat secara keseluruhan dapat dioptimalkan
penggunaannya, baik oleh instansi pemiliknya maupun oleh instansi lain. Instansi
Pembina menetapkan kriteria sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan serta
mengkoordinasikan pemanfaatannya.
Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan dipersiapkan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan pendidikan dan pelatihan.
33
E. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pendidikan dan Pelatihan dapat diselenggarakan secara klasikal dan atau non
klasikal. Penyelenggaraan Diklat secara klasikal dilakukan dengan tatap muka
sedangkan penyelenggaraan Diklat secara non klasikal dapat dilakukan dengan
pelatihan di alam bebas, pelatihan tempat di kerja dan pelatihan dengan sistem jarak
jauh.
Bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menentukan efisiensi,
efektifitas dan jangkauan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan dalam bentuk klasikal diharapkan akan menghasilkan lulusan yang
memiliki kualitas yang tinggi namun jangkauan terhadap pesertanya terbatas pada
jumlah peserta yang hadir dalam kelas yang bersangkutan.
Sebaliknya pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan dalam bentuk
non klasikal memiliki jangkauan yang jauh dan luas. Pendidikan dan pelatihan non
klasikal dapat berbentuk pendidikan jarak jauh maupun pendidikan dan pelatihan di
tempat kerja.
Diklat Jarak Jauh merupakan salah satu cara penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan yang pesertanya aktif mempelajari bahan-bahan pelajaran menurut
tingkat kemampuannya masing-masing, tidak terikat oleh bentuk dan metode
klasikal, tidak harus senantiasa bertatap muka dengan tenaga kependidikan dan
pelatihan dan tidak boleh mengganggu tugas pekerjaannya sehari-hari. Pelatihan
dengan sistem jarak jauh, dilakukan untuk menjangkau peserta di tempat yang jauh
dari penyelenggara Diklat yang pelaksanaannya melalui proses belajar mandiri dan
tutorial serta menggunakan berbagai media komunikasi.
Didalam modul Universitas Terbuka didefinisikan bahwa sistem belajar
jarak jauh adalah sistem belajar yang menuntut mahasiswa belajar mandiri dengan
seminimal mungkin bertatap muka atau bertemu langsung dengan dosen
sebagaimana dalam pembelajaran tatap muka.
Dari pengertian tersebut diatas dapat kita tarik suatu benang merahnya, yaitu
pada prinsipnya pembelajaran jarak jauh (diklat/perguruan) menekankan peserta
untuk aktif dan lebih mandiri dalam proses pembelajarannya.
34
Didalam penyelenggaraan diklat PNS, terdapat ketentuan atau aturan yang
mengatur penyelenggaraan diklat PNS. Salah satunya adalah lembaga kediklatan
yang telah memenuhi kriteria atau yang mempunyai kewenangan dalam
penyelenggaraan diklat PNS yang dapat menyeleng- garakannya. Dengan ketentuan
– ketentuan tersebut maka penyelenggaraan diklat PNS menurut kewenangan adalah
sebagai berikut:
1. Diklat Pra jabatan dilaksanakan oleh Lembaga Diklat Pemerintah yang
terakreditasi.
2. Diklatpim Tingkat IV,Diklatpim Tingkat III dan Diklatpim Tingkat II
dilaksanakan oleh Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi.
3. Diklatpim Tingkat I dilaksanakan oleh Instansi Pembina.
4. Diklat Teknis dan Diklat Fungsional dilaksanakan oleh lembaga Diklat yang
terakreditasi.
Akreditasi terhadap lembaga diklat dimaksudkan sebagai upaya standardisasi
kualitas penyelenggaraan Diklat PNS. Lembaga Diklat Pemerintah yang
terakreditasi adalah Unit Penyelenggara untuk menyelenggarakan suatu Diklat
tertentu. Untuk memberikan akreditasi tersebut Instansi Pembina membentuk tim
Akreditasi yang terdiri dari Instansi Pembina dan Instansi yang bersangkutan.
Lembaga diklat swasta yang terakreditasi dapat menyelenggarakan Diklat
Fungsional dan/atau Diklat Teknis tertentu.
Dalam penyelenggaraan diklat PNS diperlukan anggaran atau pembiayaan
Diklat. Anggaran atau pembiayaan diklat PNS dibebankan pada anggaran instansi
masing-masing melalui Anggaran Belanja Diklat yang bersumber dari Anggaran
Belanja Rutin dan Anggaran Belanja Pembangunan instansi masing-masing.
Adapun tahapan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Pegawai
Negeri Sipil antara lain :
1. Menyusun rencana kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh
pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas sehari hari.
2. Membuat jadwal penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dengan
menghitung kebutuhannya.
35
3. Menyusun panitia penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, agar
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dapat terlaksana dengan tertib.
4. Mengumpulkan data-data peserta pendidikan dan pelatihan yang mau mengikuti
nya.
5. Menyampaikan pemberitahuan kepada peserta melalui instansi melalui surat
pemberitahuan tentang penelenggaraan pendidikan dan pelatihan
6. Mengumpulkan semua data peserta yang telah menjawab surat pemberitahuan
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakannya.
7. Pemeriksaan kesehatan peserta sebelum penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan.
8. Pengarahan peserta terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan.
9. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan, setiap panitia
harus selalu menyediakan kebutuhan nya dari awal pembelajaran hingga selesai
nya pembelajarannya.
10. Setelah selesai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, panitia membuat
laporan dan melakukan evaluasi penyelenggaraan tersebut, untuk mengetahui
permasalahan, agar penyelenggaraan berikutnya tidak terulang lagi.
F. PENGENDALIAN DIKLAT PNS
Pejabat pembina kepegawaian adalah Menteri, Jaksa Agung, Kepala
Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Sekretaris
Negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer, Sekretaris Presiden, Sekretaris Wakil
Presiden, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Gubernur
dan Bupati/Walikota.
Instansi Pengendali Diklat yang selanjutnya disebut Instansi Pengendali
adalah Badan Kepegawaian Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas
pengembangan dan pengawasan standar kompetensi jabatan serta pengendalian
pemanfaatan lulusan Diklat.
36
Instansi Pembina Diklat yang selanjutnya disebut Instansi Pembina adalah
Lembaga Administrasi Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas
pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan Diklat.
Instansi Pembina Jabatan Fungsional adalah lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab atas pembinaan Jabatan Fungsional menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Instansi Pengendali bertugas melakukan:
1. pengembangan dan penetapan standar kompetensi jabatan;
2. pengawasan standar kompetensi jabatan;
3. pengendalian pemanfaatan lulusan Diklat.
Pejabat pembina kepegawaian melakukan pemantauan dan penilaian secara
periodik tentang kesesuaian antara penempatan lulusan dengan jenis Diklat yang
telah diikuti serta melaporkan hasilnya kepada Instansi Pengendali.
Instansi Pembina bertanggung jawab atas pembinaan Diklat secara
keseluruhan. Pembinaan Diklat sebagaimana dimaksud dilakukan melalui:
1. penyusunan pedoman Diklat;
2. bimbingan dalam pengembangan kurikulum Diklat;
3. bimbingan dalam penyelenggaraan Diklat;
4. standarisasi dan akreditasi Diklat;
5. standarisasi dan akreditasi widyaiswara;
6. pengembangan sistem informasi Diklat;
7. pengawasaan terhadap program dan penyelenggaraan Diklat;
8. pemberian bantuan teknis melalui konsultansi, bimbingan di tempat kerja,
9. kerja sama dalam pengembangan, penyelenggaraan, dan evaluasi Diklat.
Pejabat pembina kepegawaian melakukan:
1. identifikasi kebutuhan Diklat untuk menentukan jenis Diklat yang sesuai dengan
kebutuhan instansinya;
2. evaluasi penyelenggara dan kesesuaian Diklat dengan kompetensi jabatan serta
melaporkan hasilnya kepada Instansi Pembina.
37
Pembinaan Diklat Fungsional dilaksanakan oleh Instansi Pembina Jabatan
Fungsional dan berkoordinasi dengan Instansi Pembina. Pembinaan Diklat
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui:
1. penyusunan pedoman Diklat;
2. pengembangan kurikulum Diklat;
3. bimbingan penylenggaraan Diklat;
4. evaluasi Diklat.
Pembinaan Diklat Teknis dilakukan oleh Instansi Teknis yang bersangkutan
dan berkoordinasi dengan Instasi Pembina. Pembinaan Diklat sebagaimana
dimaksud dilakukan melalui:
1. penyusunan pedoman Diklat;
2. pengembangan kurikulum Diklat;
3. bimbingan penyelenggaraan Diklat;
4. evaluasi Diklat;
G. RANGKUMAN
Diklat yang disajikan dengan menggunakan metode dan media yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan kemampuan peserta diklat pada bidang
kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta dan relevan dengan pekerjaan
(Suparno Eko Widodo, Pengembangan SDM Berkualitas, 2009 : 31 ).
Proses belajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh proses
belajar peserta diklat mulai dari menyusun strategi belajar sampai mengikuti
Kurikulum merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata dalam bentuk
program berbagai layanan bantuan belajar yang disediakan seperti pembimbingan
akademis, tutorial. Dalam penyusunan strategi proses belajar kiranya diperlukan
suatu metode pembelajaran yang partisipasi aktif dengan jalan saling asah, saling
asuh, dan saling asih diantara peserta, yaitu metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
38
Perbedaan orang dewasa dengan anak – anak dalam pemahaman atas nilai
dan norma adalah pada orang dewasa terletak pada dirinya sendiri, sedangkan pada
anak terletak pada pendidik (guru, orang tua, paman, ... ). Orang dewasa dalam
memahami suatu informasi tidak sertamerta diterima, ditelan bulat – bulat tetapi
selalu diperbandingkan dengan nilai dan norma yang sudah melekat pada dirinya
yang terbentuk sepanjang pengalamannya. Orang dewasa tidak akan mudah terbujuk
dan lalu setuju terhadap informasi yang ia ragukan kebenarannya dan kurang sejalan
dengan nilai dan norma yang diyakininya.
H. LATIHAN
Berilah tanda silang pada jawaban berikut ini yang menurut anda paling benar.
1. Para pakar yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan pengembangan
kurikulum Diklat yang bersangkutan disebut :
a. Fasilitator
b. Mediator
c. widyiswara
d. Unsur ahli lain
2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam diklat PNS adalah:
a. Non Klasikal
b. Pedagogi
c. Andragogy
d. Klasikal
3. Pejabat atau seseorang yang bukan Widyaiswara, bukan pengelola Lembaga
Diklat Pemerintah tetapi karena keahlian, kemampuan, atau kedudukannya
diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan Diklat disebut :
a. widyaiswara
b. Tenaga kediklatan lainnya
c. Fasilitasitator
d. Pejabat Struktural
39
4. Persyaratan minimal yang menyangkut kualitas dan kuantitas fasilitas dan
peralatan Diklat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam persyaratan
akreditasi Diklat disebut :
a. Standar kelengkapan sarana dan prasarana Diklat
b. Standar kopetensi
c. Standar penyelenggaraan diklat
d. a, b, c benar semua
5. Lembaga Diklat yang dapat menyelenggarakan diklat Prajabatan adalah :
a. Lembaga Diklat pada setiap instansi
b. Lembaga Diklat yang belum terakreditasi
c. Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi.
d. a, b, c, benar semua
40
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dalam modul ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan Pegawai Negeri Sipil untuk memperoleh
kompetensi yang menjadi persyaratan untuk menduduki jabatan, sesuai dengan
jabatan yang dilamarnya atau yang diduduki sebelum mengikuti pelatihan dan
pendidikan
2. Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan Pegawai Negeri Sipil memiliki tiga unsur
yang penting dalam pembentukan pegawai negeri sipil, yaitu menambah
pengetahuan , menambah ketrampilan dan pembentukan perilaku.
3. Pelatihan dan pendidikan pegawai negeri sipil untuk melaksanakan kegiatan
berpedoman pada analis kebutuhan diklat, yang mana setiap diklat yang
dilaksanakan sesuai dengan analis kebutuhan diklat yang telah dibuat.
4. Pelatihan dan pendidikan membangun pola pelaksanaan jarak jauh, dimana
sistem pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka tetapi menggunakan
modul - modul yang berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan tersebut.
B. TINDAK LANJUT
Pelatihan dan pendidikan yang secara dilaksanakan dalam lingkungn birokrasi
pasti ada permasalahan-permasalahan yang muncul, untuk menyikapi permasalahan
tersebut harus melihat beberapa aspek yang ada, diantara sistem perekruitmen,
sistem penyelenggaraan, sistem pelaksanaan, dan sistem evaluasi .
Dari sistem-sistem tersebut, dapat dilakukan analis pelatihan dan pendidikan
yang dilaksanakan,apa yang menjadi faktof penyebab kelemahan pelatihan dan
pendidikan yang dilaksanakan, agar kedepan tidak lagi muncul permasalahan yang
sama, tapi setidaknya tidak ada permasalahan untuk penyelenggaraan dan
pelaksanaan pelatihan dan pendidikan pegawai negeri sipil.
41
Kunci Jawaban Bab II:
a. a
b. b
c. c
d. d
e. b
KUNCI JAWABAN Bab III :
1. d
2. c
3. b
4. a
5. c
42
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan Malayu SP Hasibuan ( 2001 ), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta,
Rhineka Cipta.
Wibowo, (2007), Manajemen Kinerja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Irawan, dkk (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA LAN Press, Jakarta.
Siagian, Sondang P, 1994, Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi dan Terapan, Ghalia
Indah, Jakarta.
Siagian, Sondang P, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
H A R Tilaar (1997), Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Suparno Eko Widodo, (2009) Pengembangan SDM Berkualitas.
Munir, Baderel, (2004), Pengkajian Kebutuhan Pelatihan, Bapelkes Cilandak Jakarta.
Tim Biro Kepegawaian - BKN, (2003 ), Pengkajian Kebutuhan Diklat Analis
Kepegawaian Di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara, Badan Kepegawaian
Negara, Jakarta
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN :
Undang – Undang Dasar Tahun 1945.
Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil.
Keputusan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor 304/A/IX/6/4/1995 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri
Sipil.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Kepegawaian Negara, Peraturan Bersama
Kepala LAN dan Kepala BKN, Nomor 1 Tahun 2010.