pendidikan internasional yang terjadi di lapangan, saat ini masih banyak pro dan kontra terhadap...
TRANSCRIPT
i
PENDIDIKAN INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Aceng Rahmat, M.Pd.
Kelompok V
Kelas PB C
1. Noprival (7317167804)
2. M. Nur Hakim (7317167500)
3. Marlina Bakri (7317167492)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah
Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan
KORDINATOR PENDIDIKAN BAHASA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Isu-
isu Kritis dalam Pendidikan dengan materi pokok Pendidikan Internasional.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun keterbatasan tersebut kami jadikan sebagai tantangan
untuk lebih bersemangat dalam memperbaiki mutu penulisan dan pendidikan
yang ada di Indonesia.
Kami selaku insan biasa menyadari kekurangan makalah ini, maka kritik
dan saran yang sifatnya membangun, dari berbagai pihak sangat diharapkan
sebagai bahan perbaikan kita bersama. Kami juga menyadari bahwa makalah
ini tidak akan tersusun tanpa bantuan, dorongan serta kerjasama dari berbagai
pihak, maka dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, kami atas nama
penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua teman-
teman yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini, terutama
kepada Prof. Dr. Aceng Rahmat, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah Isu-isu
Kritis dalam Pendidikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat, sehingga dapat memberikan sumbangsih dalam
pembangunan pendidikan di Indonesia.
Jakarta, Februari 2017
Penulis
iii
PENDIDIKAN INTERNASIONAL
Noprival1, M. Nur Hakim2, Marlina Bakri3
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah suatu kewajiban bagi setiap warga negera. Karena dalam memajukan suatu bangsa atau Negara, tentunya hal yang paling berperan penting adalah kualitas pendidikan yang baik bagi peserta didik. Dibutuhkan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan SDM yang bermutu dan memilki daya saing di era globalisasi. Lembaga pendidikan yang dimaksud dalam hal ini, yakni Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sekolah Bertaraf Internasional yakni sekolah yang menyiapkan peserta didik berbasis standar nasional pendidikan Indonesia, yang memiliki kualitas internasional. Liberalisasi pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan agar dapat bersaing secara global, meskipun pada kenyataannya sudah banyak sumber daya manusia yang mampu menembus pasar global. Untuk sekolah pendidikan bersama, siswa berasal dari beberapa negara, tentunya juga akan mengajarkan kepada siswa tentang diversity skala internasional dan pengetahuan umum lainnya. Namun demikian keunggulan sekolah diplomasi juga tidak kalah pentingnya, dimana siswa akan menjaga nasionalisme meraka di negara lain.
Kata Kunci: Pendidikan, Standar nasional.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5
A. Hakikat Pendidikan Internasional ..................................................... 5
B. Landasan Hukum Pendidikan Internasional di Indonesia ................. 7
C. Perkembangan Pendidikan Internasional di Indonesia ..................... 7
D. Konsep Sekolah Diplomasi ................................................................ 9
E. Pendidikan Internasional dengan Sistem Sekolah
Pendidikan Bersama ........................................................................ 11
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah suatu kewajiban bagi setiap warga
negera. Karena dalam memajukan suatu bangsa atau Negara, tentunya
hal yang paling berperan penting adalah kualitas pendidikan yang baik
bagi peserta didik. Pemerintah maupun lembaga pendidikan mempunyai
tugas pokok dalam membangun pendidikan di Indonesia, dalam hal ini
meningkatkan kuliatas pendidik dan peserta didik melalui proses
pembelajaran yang interaktif dan tentunya berkarakter.
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya pendidikan yang berkualitas
merupakan suatu tuntutan bagi setiap Negara di era globalisasi, yang
ditandai dengan persaingan ketat, baik dari segi ilmu pengetahuan,
teknologi, maupun sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, diperlukan pengusaan
keterampilan yang merata di kalangan masyarakat, agar dapat
meningkatkan nilai tambah bagi suatu Negara. SDM yang berkualitas
tentunya akan menentukan kelangsungan hidup melalui perkembangan di
era globalisasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
unggul.
Sebagaimana yang tampak di era globalisasi saat ini, dunia
pendidikan di Indonesia menjadi dinamis. Kedinamisan tersebut ditandai
dengan kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut tentunya dapat mengakibatkan masyarakat Indonesia mulai
2
sadar akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi generasi muda
yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa, memiliki kemampuan
akademis yang tinggi, bahasa dan keterampilan lainnya untuk dapat
memenuhi syarat standar penerimaan untuk masuk perguruan tinggi
terkemuka, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, dengan bekal
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan karakter dalam upaya
mengembangkan kader pemimpin yang mampu membuat perubahan
positif dalam komunitas akan berdampak pada masa depan bangsa.
Menilik uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam mewujudkan
hal tersebut, tentunya dibutuhkan suatu lembaga pendidikan yang
diharapkan dapat menghasilkan SDM yang bermutu dan memilki daya
saing di era globalisasi. Lembaga pendidikan yang dimaksud dalam hal
ini, yakni Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sekolah Bertaraf
Internasional yakni sekolah yang menyiapkan peserta didik berbasis
standar nasional pendidikan Indonesia, yang memiliki kualitas
internasional.
Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO (World Trade
Organization) yang mengatur perjanjian umum untuk semua sektor jasa,
mau tidak mau juga harus membuka dan meliberalisasi bidang pendidikan
kepada penyedia jasa dari luar negeri. Liberalisasi pendidikan ini
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan agar dapat bersaing
secara global, meskipun pada kenyataannya sudah banyak sumber daya
manusia yang mampu menembus pasar global, akan tetapi fakta di
lapangan menggambarkan bahwa pasar yang semakin terbuka luas dan
3
dinamis menuntut kompetensi tinggi sehingga perguruan tinggi saat ini
harus dapat menghasilkan lulusan yang go international.
Jika kita mengamati perkembangan pendidikan di Indonesia
beberapa tahun terakhir, telah muncul sekolah yang menerapkan sistem
pendidikan internasional. Kurikulum yang diterapkan diserap dari
kurikulum asing dan mendatangkan para pengajar dari negara asal
kurikulum tersebut. Dengan begitu, sekolah-sekolah tersebut dengan
gagah berani menyebut Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Selain itu, bahasa pengantar yang
digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan bahasa Asing.
Berdasarkan data sekolah dasar bertaraf Internasional yang
terdapat di Indonesia yakni sebanyak 50 sekolah, salah satunya adalah
sekolah Australian International School, yang beralamat di Jl. Kemang
Timur No.81, Jakarta Selatan. Australian International School (AIS) ini
telah didedikasikan untuk mewujudkan pendidikan kelas dunia di
Indonesia berdasarkan sistem pendidikan Australia. Kita telah dikenal di
berbagai daerah sebagai sekolah inklusif dimana setiap anak, tanpa
memandang kewarganegaraan, ras, agama, kemampuan bahasa dan
belajar, semuanya dihargai dan didorong untuk mencapai potensi terbaik
mereka.1
Kenyataan yang terjadi di lapangan, saat ini masih banyak pro dan
kontra terhadap penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional.
Keefisienan dan pendanaan SBI ini seringkali menjadi sesuatu yang amat
1 https://myjkt. com /2015/01/15/ daftar-50-sekolah-dasar- internasional- terbaik- the-best-
elementary-school-di-jakarta (Diakses, 5 Februari 2017).
4
penting untuk diperbincangkan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman mengenai konsep pendidikan Internasional
khususnya pada pendidikan formal dan isu-isu terkait tentang
pelaksanaan pendidikan internasional di Indonesia. Dalam hal ini
bertujuan untuk melihat seberapa efektif pelaksanaan pendidikan
internasional di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam
makalah ini dirinci sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Internasional?
2. Apa landasan hukum pendidikan Internasional di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan Internasional di Indonesia?
4. Bagaimana konsep sekolah diplomasi?
5. Bagaimana pendidikan internasional dengan sistem sekolah
pendidikan bersama?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Internasional
Pendidikan internasional merupakan pendidikan yang mengubah
pola pikir peserta didik secara terbuka dan internasional, open and
international minded. International minded adalah kelak siswa akan
menjadi manusia yang ‘berwarga negara internasional’ atau istilahnya
sebagai global citizen.2 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
internasional bukan hanya sekadar sesuatu yang tampak dari luar saja,
namun lebih pada hakikat yang melekat di dalamnya, dalam hal ini adalah
proses pembelajaran yang diterapkan.
Kurikulum yang diimplementasikan dalam pendidikan internasional
boleh-boleh saja menganut kurikulum nasional, tetapi di dalamnya
disisipkan pendidikan untuk ber-internasional. Program yang benar-benar
memenuhi standar internasional dalam arti yang sesungguhnya, yakni
dalam program ini selain menerapkan pelajaran Bahasa Inggris sebagai
satu dari mata pelajarannya. Selain itu, penggunaan Bahasa Indonesia
apabila diterapkan di Indonesia masih harus digunakan. Peserta didik
harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal dan harus tetap diajak
berpikir tentang apa yang ada di lingkungannya.
Pada dasarnya program ini mengajarkan kepada peserta didik
untuk berpikir secara internasional melalui proses kepedulian terhadap
2 Edo Ihzandy, Pengertian dan Tujuan Pendidikan Global, (zandy19.wordpress.com (Diakses, 5 Februari 2017). h. 2.
6
situasi yang terdapat di dunia luar, Act locally, think globally. Selain itu,
peserta didik dijejali dengan pendidikan akan hidup dalam suasana damai
di dunia, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, diberikan
makna perdamaian internasional, dan arah kehidupan yang lebih baik.
Bentuk pendidikan semacam ini bukan dalam tingkat pendidikan teori,
namun harus diterapkan secara nyata. Dalam pendidikan internasional,
para pendidik harus cermat menyelipkan nilai-nilai kemanusian ke dalam
semua mata pelajaran. Kegiatan yang dirancang haruslah sedemikian
rupa sehingga peserta didik tidak hanya belajar ilmu, namun juga belajar
nilai-nilai kemanusiaan. Jones dan Brown mengemukakan “Obvious
examples of this are student exchanges, volunteering, interactions with
students beyond culture or comfort groups and engagement with clubs
and societies”.3 Dapat dipahami bahwa rancangan suatu kegiatan dalam
konsep pendidikan internasioan dapat membentuk pertukaran antara
pelajar, kegiatan sukarela, interaksi antar pelajar dalam suatu asosiasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan
internasional yakni dapat memberikan lebih pada pengembangan
kurikulum yang memenuhi kebutuhan semua pserta didik. Bahkan
kemungkinan terdapat pengakuan bahwa kebanyakan peserta didik
setempat jauh lebih siap untuk kompleksitas keberagaman budaya siswa
internasional yang melakukan fungsinya selama masa studi di luar negeri
maupun dalam penggunaan bahasa asingnya.4 Hal tersebut menunjukkan
bahwa kurikulum internasional yang disusun harus memperhatikan
3 Elspeth Jones, Sally Brown, Internasionalising Higher Education, (London: Routledge Tailor and Francis Group, 2007), h. 109.
4 Ibid., h. 110.
7
kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan beradaptasi dalam
berbagai budaya, baik mahasiswa yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri.
B. Landasan Hukum Pendidikan Internasional di Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan internasional di Indonesia didasarkan
pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3 yang berbunyi “Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.5
Mengacu pada Undang-Undang yang telah dikemukakan di atas,
dapat dijadikan suatu acuan bahwa penyelenggaraan pendidikan
internasional didasarkan pada pedoman Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yang diperkaya dengan standar pendidikan di Negara-negar maju.
Selain itu, dapat dikembangkan sesuai kebutuhan seluruh masyarakat
Indonesia. Adapun penerapan proses belajar mengajar yakni diupayakan
lebih dinamis dan tentunya berbasis TIK, serta memiliki SDM yang
profesional dan tangguh sesuai dengan manajemen yang dikembangkan
secara profesional.
C. Perkembangan Pendidikan Internasional di Indonesia
Tidak dapat dipungkiri dengan adanya isu pendidikan bertaraf
internasional di Negara-negara maju maupun berkembang, dapat
dijadikan acuan bangsa Indonesia dalam menerapkan pendidikan bertaraf
5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
8
internasional. Beberapa sekolah maupun perguruan tinggi memiliki visi
dan misi dalam mengembangkan potensi peserta didik yang memiliki
kompetensi berstandar internasional, tetapi ada sebagian juga yang
bertujuan mencari keuntungan semata sehingga dijadikan ajang bisnis.
Masyarakat diminta harus jeli memperhatikan sekolah atau perguruan
tinggi yang benar-benar sudah melaksanakan pendidikan internasional,
misalnya dengan adanya legalitas internasional, visi dan misi berbasis
internasional, program kuliah atau kegiatan peserta didik berbasis
internasional.
Pada dasarnya sekolah-sekolah yang melaksnakan program
pendidikan bertaraf internasional biasanya mengadakan kerjasama
dengan negara-negara sahabat dan mendatangkan tenaga pengajar asing
dari negara-negara tetangga. Pada akhir tahun pelajaran atau akhir masa
sekolah, siswa sekolah RSBI akan diberi tes tambahan berupa tes khusus
siswa RSBI dari Direktorat Jendral Pendidikan.
Mencermati perkembangan pendidikan internasional, yakni sejak
awal RSBI dikritik sebagai model pendidikan yang mengusung gagasan
liberalisasi penyelenggaraan pendidikan hingga dianggap sebagai upaya
lepas tangan pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas. Implikasinya pendidikan menjadi mahal, karena celah sekolah
diberi kewenangan menghimpun dana dari masyarakat (wali siswa).
Dengan label internasional dan penggunaan bahasa Inggris serta adopsi
kurikulum dari negara lain, maka RSBI memiliki “dasar” untuk
menghimpun sumber dana dari wali siswa. Dalam praktiknya, RSBI
9
diberikan keleluasaan untuk melakukan pungutan kepada wali siswa dan
mengelolanya untuk menunjang operasional pendidikan.
Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi No 5/PUU-X/2012
yang membatalkan status RSBI menuai banyak pujian. Putusan itu sendiri
sebenarnya mengungkap banyak pertimbangan, yang tertuang dalam 205
halaman. Bahkan ada salah satu hakim konstitusi menyatakan Disenting
Opinion. Pendapat dan pandangan berbeda dari hakim konstitusi itu
sebenarnya banyak hal yang menarik dicermati. Pendapat berbeda itu di
antaranya menyangkut model pendidikan bagi siswa berpotensi, dan
bahwa kelemahan model RSBI masih bisa diperbaiki.
Beberapa kegagalan mendasar program SBI yang perlu dilakukan
evaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan, di antaranya: (1) program SBI
jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk,
(2) SBI adalah program yang salah model, Kemdiknas membuat panduan
model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi
justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing
school).
D. Konsep Sekolah Diplomasi
Pengertian diplomasi itu sendiri adalah urusan atau
penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara
yang lain.6 Indonesia merupakan negara yang memiliki hubungan
internasional dengan baik dengan negera-negara yang ada di dunia. Oleh
sebab itu, ada banyak organisasi internasional yang memiliki kantor di 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari http://kbbi.web.id/diplomasi, (Dikases 10
Januari 2017).
10
Indonesia seperti kantor ASEAN, PBB, kedutaan besar-kedutaan besar
negara sahabat, serta NGO internasional. Oleh sebab itu, pemerintah
membuat kebijakan untuk memperbolehkan pihak asing untuk mendirikan
sekolah bagi warga negaranya di Indonesia, yang diberi badan hukum
sekolah diplomasi.
Istilah sekolah diplomasi lebih lanjut diartikan sebagai sekolah yang
didirikan hanya untuk pendidikan warga negaranya yang berdiam di
Indonesia.7 Warga Indonesia tidak diperbolehkan untuk sekolah di sekolah
tersebut. Karena sekolah diplomasi tidak wajib menggunakan kurikulum di
Indonesia, bahkan berhak menerapkan 100% kurikulum yang ada di
negaranya masing-masing. Umumnya yang menempuh pendidikan disini
adalah anak-anak diplomat dan ekspatriat yang berniat tinggal di
Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan akan kembali ke negaranya.
Walaupun warga negara Indonesia tidak dizinkan sekolah di sekolah
diplomasi namun pemerintah memperbolehkan warga negara Indonesia
untuk bekeja di sekolah tersebut yaitu sebagai tenaga administrasi dan
keamanan (security), untuk guru tidak diperkenankan.
Mengingat banyaknya warga asing di Indonesia tentunya kondisi ini
akan berbanding lurus dengan perkembangan sekolah diplomasi yang
umumnya berada di sekitar Jakarta. Berikut ini adala contoh-contoh
sekolah diplomasi di Indonesia adalah International Korean School,
Jakarta Japanese School, German Internastional School, Jakarta Taipe
7Republika, diakses dari http://www. republika.co.id/ berita/koran/ didaktika /15/02/06/
njc8sf13-sekolah-diplomasi-boleh-gunakan-kurikulum-sendiri, (Diakses, 10 Januari 2017)
11
school dan masih banyak lagi sekolah diplomasi lainnya yang masih eksis
di Indonesia.
Berikut ini adalah dasar hukum yang mengatur sekolah diplomasi adalah
sebagai berikut:
1. PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan8
2. Kepmendikbud Nomor: 0184/O/1975
3. SKB Menteri Luar Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
Menteri Keuangan Nomor:
SP/817/PD/XI/75, 060/O/1975, KEP-354a/MK/II/4/1975 (tidak berlaku
untuk sekolah internasional)
E. Pendidikan Internasional dengan Sistem Sekolah Pendidikan
Bersama
Setelah ditetapkannya PP 17/2010 dan Permendiknas 18/2009:
“Sekolah Internasional menjadi satuan pendidikan bersama, yakni satuan
pendidikan hasil kerjasama antara lembaga pendidikan asing yang
terakreditasi atau diakui di negaranya dan satuan pendidikan di Indonesia
yang terakreditasi A.9 dengan kata lain pendidikan internasional dengan
sistem pendidikan bersama adalah sekolah yang memenuhi standar
pendidikan nasional ditambah dengan penguatan, pengayaan, perluasan,
pendalaman, pengadaptasian bahkan pengadopsioan sebagian atau
8 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
9 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diakses dari dikdas. kemdiknas.
go.id/docs/dok_34.pdf, (Dikses 08 Januari 2017).
12
seluruh komponen standar pendidikan asing yang secara internasional
terbukti mutunya.
Sebelum penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, sekolah
tersebut harus sudah memenuhi 8 standar nasional pendidikan yang
meliputi: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar
pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan pendidikan, standar penilaian
pendidikan.
Selain harus memnuhi standar nasional pendidikan di Indonesia,
sekolah internasional juga dituntut untuk memenuhi standar pendidikan
internasional yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Peserta Didik
a. Peserta didik pada satuan pendidikan bersama terdiri dari warga
negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) yang
memenuhisyarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Penerimaan peserta didik diatur oleh satuan pendidikan bersama.
2. Pendidik
a. Pendidik pada satuan pendidikan bersama memenuhi standar
pendidik yang diperkaya dengan standar pendidik satuan
pendidikan negara asing.
b. Jumlah pendidik warga negara Indonesia pada satuan pendidikan
bersama paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
13
c. Seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
d. Untuk Sekolah Dasar (SD) dan yang sederajat, jumlah pendidik
yang berpendidikan S2/S3 sesuai bidang studi yang diampu dari
perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi adalah paling
sedikit 10% (sepuluh persen).
e. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat,
jumlah pendidik yang berpendidikan S2/S3 sesuai bidang studi
yang diampu dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi adalah paling sedikit 20% (dua puluh persen).
f. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)
g. Yang sederajat, jumlah pendidik yang berpendidikan S2/S3 sesuai
bidang studi yang diampu dari perguruan tinggi yang program
studinya terakreditasi adalah paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
3. Tenaga Kependidikan
a. Tenaga kependidikan sekurang-kurangnya meliputi pimpinan
satuan pendidikan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan
tenaga keamanan.
b. Tenaga kependidikan pada satuan pendidikan bersama memenuhi
Standar Tenaga Kependidikan yang diperkaya dengan standar
tenaga kependidikan satuan pendidikan negara asing.
14
c. Jumlah tenaga kependidikan selain pimpinan satuan pendidikan
adalah 80% (delapan puluh persen) warga negara Indonesia.
d. Pimpinan satuan pendidikan bervisi internasional dan mampu
membangun jejaring internasional.
4. Sistem Pendidikan
a. Program studi atau satuan pendidikan yang diselenggarakan
bersama dapat menggunakan sistem pendidikan yang berlaku di
negara lain.
b. Penggunaan sistem pendidikan negara lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memperoleh izin dari Menteri.
c. Dalam hal penggunaan sistem pendidikan negara lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan disiplin ilmu
agama, Menteri memberikan izin setelah memperoleh
pertimbangan dari Menteri Agama.
5. Kurikulum
a. Kurikulum disusun berdasarkan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar isi dan
standar kompetensi lulusan negara asing.
b. Kurikulum untuk SMA/MA, SMK disusun dalam sistem kredit
semester.
c. Kurikulum yang diberlakukan bagi peserta didik warga negara
Indonesia wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
15
d. SPB dapat menggunakan sistem pendidikan yang berlaku di
negara lain (PP 17/2010).
e. Penggunaan sistem pendidikan negara lain wajib memperoleh izin
menteri (PP 17/2010).
6. Proses pembelajaran
a. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan bersama memenuhi
Standar Proses yang diperkaya dengan model proses
pembelajaran satuan pendidikan negara asing.
b. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan
bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti
luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa enterprenuer, jiwa
patriot, dan jiwa inovator.
c. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran dilakukan
dengan berbasis TIK.
d. Pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan,
bahasa Indonesia wajib menggunakan bahasa pengantar bahasa
Indonesia.
e. Pembelajaran mata pelajaran matematika, kelompok sains, dan
kelompok kejuruan menggunakan bahasa Inggris.
f. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) untuk sekolah dasar atau yang sederajat
yang menerima peserta didik WNI dimulai pada kelas 4.
16
7. Penilaian
a. Penilaian pada satuan pendidikan bersama menerapkan Standar
Penilaian yang diperkaya dengan model penilaian satuan
pendidikan negara asing.
b. Satuan pendidikan bersama wajib menyelenggarakan Ujian
Nasional bagi peserta didik WNI (PP 17/2010).
8. Sarana dan Prasarana
a. Sarana dan prasarana pada satuan pendidikan bersama memenuhi
Standar Sarana dan Prasarana yang diperkaya dengan standar
sarana dan prasarana satuan pendidikan negara asing.
b. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran
berbasis TIK.
c. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan
akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
d. Sarana dan prasarana dilengkapi dengan ruang multi media dan
klinik sesuai dengan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.
9. Pengelolaan
Pengelolaan pada satuan pendidikan bersama meliputi:
a. Memenuhi Standar Pengelolaan yang diperkaya dengan model
pengelolaan satuan pendidikan negara asing.
b. Memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan
ISO 14000 paling lama 3 (tiga) tahun penyelenggaraan satuan
pendidikan berjalan.
17
c. Menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah unggul dari
negara anggota OECD dan/atau negara lain yang mempunyai
keunggulan dalam bidang pendidikan.
d. Menerapkan prinsip kesetaraan gender dan multi-kultural dalam
segala aspek pengelolaan sekolah.
e. Mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih
prestasi tingkat internasional.
10. Pembiayaan
a. Pembiayaan pada satuan pendidikan bersama memenuhi standar
pembiayaan yang merupakan perpaduan antara ketentuan
pendanaan pendidikan bertaraf Internasional dan standar
pembiayaan satuan pendidikan negara asing.
b. Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai target
yang ditetapkan.
18
BAB III
KESIMPULAN
Keinginan pemerintah untuk menjadikan sekolah di Indonesia
berkelas internasional tercermin dari adanya kebijakan dengan
memetakan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) pada tahun
sejak tahun 2006 sebagai embrio Sekolah bertaraf Internasional. Namun
kebijakan ini tidak terlepas dari pro dan kontra dari massyarakat
Indonesia. Akhirnya pada tahun 2012 Sekolah Rintisan Bertaraf
Internasional resmi dihapus. Namun demikian pendidikan, eksistensi
daripada sekolah internasional tetap ada di Indonesia, hanya dibatasi saja
menjadi dua jenis, yaitu sekolah diplomasi dan sekolah pendidikan
bersama.
Pendidikan internasional sangat penting kedudukannya di
Indonesia. Selain untuk mengakomodir warga asing yang mempunyai
hubungan diplomatik dengan Indonesia, pendidikan internasional juga
bisa merangkul warga Indonesia yang mempunyai tingkat ekonomi lebih
dan menginginkan fasilitas pendidikan yang lebih baik daripada sekolah
umum lainnya. Untuk warga negera Indonesia, sekolah internasional yang
bisa mereka jalani hanya sekolah yang berlabel sekolah pendidikan
bersama yaitu sekolah yang menerapakan perpaduan kurikulum
Indonesia dan kurikulum asing yang bermutu.
Era globalisasi tidak bisa dipungkiri pentingnya peranan sekolah
internasional. Salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan adalah kebijakan
bahasa yang ada di sekolah internasional itu sendiri. umumnya sekolah
19
internasional menggunakan bahasa Inggris selain bahasa PBB yang
diakui seperit bahasa mandarin, arab, prancis, rusia dan spanyol. Selain
bahasa, tentunya sarana dan prasarana sekolah internasional lebih
unggul untuk mendukung kemajuan akademik siswa.
Khusus untuk sekolah pendidikan bersama, yang mana siswa
berasal dari beberapa negara, tentunya juga akan mengajarkan kepada
siswa tentang diversity skala internasional dan pengetahuan umum
lainnya. Namun demikian keunggulan sekolah diplomasi juga tidak kalah
pentingnya, dimana siswa akan menjaga nasionalisme meraka di negara
lain. Indonesia pun demikian, ada banyak sekolah Indonseia yang masih
eksis di luar negeri umumnya mereka adalah anak dari diplomat dan
tenaga kerja Indonesia. Contohnya sekolah Indonesia di
Netherland,Bangkok, Kuala lumpur, jepang dan negera-negara lainnya
yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ihzandy, Edo. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Global.
Zandy19.wordpress.com (Diakses, 5 Februari 2017).
Jones, Elspeth dan Sally Brown. Internasionalising Higher Education.
London: Routledge Tailor and Francis Group, 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dari http://kbbi.web.id/diplomasi.
(Dikases 10 Januari 2017).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diakses dari dikdas. kemdiknas.
go.id/docs/dok_34.pdf. (Dikses 08 Januari 2017).
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
Republika, dari http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika /15/02/06/
njc8sf 13- sekolah-diplomasi-boleh-gunakan-kurikulum- sendiri.
(Diakses, 10 Januari 2017).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
https://myjkt. com /2015/01/15/ daftar-50-sekolah-dasar- internasional-
terbaik- the-best-elementary-school-di-jakarta (Diakses, 5
Februari 2017).