pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

12
Perilaku Kesehatan Suku Arfak Suku Arfak merupakan suku yang tinggal di Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat. Suku Arfak terdiri dari 4 sub suku yaitu suku Hatam, Moilei, Meihag, Sohug. Masing-masing sub suku tersebut memiliki kepala suku dan bahasa daerah yang berbeda. Suku Arfak diketahui sebagai suku asli yang mendiami Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak sehingga mereka memiliki pola hidup yang berkaitan erat dengan lingkungan alam di sekitarnya, terutama dalam hal pemanfaatan hasil hutan. Gambar 1.1 Masyarakat Suku Arfak

Upload: puput-diwingga

Post on 26-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Kesehatan Masyarakat, Perilaku Kesehatan Suku Arfak

TRANSCRIPT

Perilaku Kesehatan Suku Arfak

Suku Arfak merupakan suku yang tinggal di Kota Manokwari, Provinsi

Papua Barat. Suku Arfak terdiri dari 4 sub suku yaitu suku Hatam, Moilei,

Meihag, Sohug. Masing-masing sub suku tersebut memiliki kepala suku dan

bahasa daerah yang berbeda. Suku Arfak diketahui sebagai suku asli yang

mendiami Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak sehingga mereka memiliki

pola hidup yang berkaitan erat dengan lingkungan alam di sekitarnya, terutama

dalam hal pemanfaatan hasil hutan.

Gambar 1.1 Masyarakat Suku Arfak

Gambar 1.2 Rumah adat suku Arfak

Hutan merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi suku Arfak

karena dari sana mereka bisa mendapatkan banyak hal untuk memenhi kebutuhan

hidup sehari-hari antara lain bahan makanan, obat-obatan, bahan bangunan baik

itu untuk membangun rumah atau kandang. Disamping itu bagi suku Arfak hutan

juga memiliki nilai mistik. Sehinnga tidak heran jika kehidupan masyarakat suku

Arfak sebagian besar tergantung pada alam sekitarnya. Salah satu bentuk

ketergantungan tersebut adalah pemanfaatan tumbuhan yang dapat berfungsi

sebagai obat dan magis. Hal ini dapat kita lihat pada tumbuhan yang mereka ambil

dari lingkungan sekitar tempat tinggal atau hutan, diramu secara alamiah dan

digunakan sebagai obat-obatan tradisional dalam berbagai resep untuk mengobati

berbagai jenis penyakit.

Masyarakat suku Arfak tinggal di daerah yang bisa dikatakan memiliki

alam sekitar yang masih baik dan alami misalnya hutan yang masih hijau dan

menyimpan banyak tumbuhan alami yang tumbuh subur sehingga mereka dapat

memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan yang berguna dalam bidang kesehatan

masyarakat suku Arfak. Mungkin jika kita perhatikan hal ini sangat berbeda

dengan kondisi kita yang tinggal di daerah perkotaan, karena seperti yang kita

ketahui bahwa masyarakat di perkotaan tidak memiliki alam sekitar yang cukup

baik untuk menyimpan berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan dalam

bidang kesehatan. Oleh karena itu masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan

sangat bergantung pada obat buatan, berbeda dengan masyarakat suku Arfak yang

tinggal di daerah pedalaman sehingga mereka dapat bergantung pada berbagai

tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami bagi kesehatan.

Masyarakat suku Arfak sendiri biasanya menggunakan 59 jenis tumbuhan.

Dari ke-59 jenis tumbuhan tersebut, sebanyak 52 jenis sering dimanfaatkan

sebagai tumbuhan obat, sebanyak 5 jenis sebagai pestisida nabati dan 2 jenis

sebagai magis. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk ketiga

pemanfaatan tersebut adalah daun sebanyak 40 jenis, kemudian kulit sebanyak 20

jenis, akar sebanyak 8 jenis, umbi atau buah sebanyak 5 jenis. Jika kita perhatikan

dari hal tersebut, bagian daunlah yang sering digunakan dibandingkan bagian

tumbuhan yang lain. Sedangkan bagian tumbuhan yang jarang digunakan adalah

getah dan bagian batang, masing-masing sebanyak 4 jenis tumbuhan. Namun

demikian ada satu jenis tumbuhan yang seluruh bagiannya dapat digunakan yaitu

Erectites valerianifolia, yang berguna sebagai pestisida nabati.

Jika kita perhatikan masyarakat suku Arfak memang merupakan salah satu

suku yang memiliki dan menggunakan banyak tumbuhan alami sebagai obat

dalam bidang kesehatan mereka. Hal itu disebabkan karena alam di sekitar tempat

tinggal mereka menyimpan kekayaan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat

dan memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai obat baik itu dari bagian

daun, kulit, akar, umbi atau buah, getah, dan batang.

Beberapa cara pengambilan tumbuhan obat yang dilakukan oleh suku

Arfak antara lain adalah dipetik, dipatah, dicabut, dikikis atau dikupas. Mereka

melakukan pemetikan pada tumbuhan yang memiliki daun, sedangkan pada pohon

yang tinggi, daun diambil dengan cara dipanjat. Dipatah, biasanya untuk

pengambilan daun disertai tangkai (diambil bersama-sama), hal ini lebih banyak

digunakan pada tumbuhan pestisida nabati, namun secara umum cara ini jarang

dilakukan karena daun yang ada bisa langsung dipetik. Suku Arfak melakukan

pencabutan pada tumbuhan yang memiliki tipe gulma atau mudah dibawa yaitu

dengan mencabut seluruh bagian tanaman. Dikikis atau dikupas, cara ini biasanya

mereka lakukan pada kulit batang pohon, tumbuhan yang dikikis biasanya diambil

getahnya, selain itu getah kambium juga biasa diambil dengan cara mengupas.

Suku Arfak juga memiliki cara tersendiri dalam mengolah tanaman obat.

Ada 2 cara membuat ramuan yang diketahui oleh masyarakat suku Arfak yaitu

tanpa diramu ( tumbuhan dimanfaatkan secara langsung) dan yang kedua adalah

dengan diramu (tumbuhan tidak dimanfaatkan secara langsung).

Tanpa diramu, cara ini merupakan pemanfaatan secara langsung bagian-

bagian tumbuhan, tanpa proses peramuan (tanpa diolah terlebih dahulu). Bagian

tanaman yang diambil dari alam baik itu berupa akar, daun, batang, dan kulit

langsung digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Misalnya cara ini

biasanya digunakan untuk jenis Nothofagus pullei sp. Sebagai pestisida alami,

yang secara langsung daun maupun batang disebarkan di tanah.

Yang kedua adalah dengan cara diramu. Pada bentuk tunggal, meramunya

dilakukan dengan cara ditumbuk terlebih dahulu kemudian diambil getahnya dan

diletakkan pada bagian yang sakit atau bisa juga dengan diseduh dan langsung

diminum. Pada bentuk majemuk (ada campuran), cara ini dilakukan dengan

menambahkan campuran tertentu ke dalam ramuan yang dibuat, dengan harapan

akan memberikan efek penyembuhan yang lebih manjur atau berkhasiat tinggi.

Jumlah paling besar adalah pemanfaatan jenis sebagai obat untuk

menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang jenis dan tata cara

penggunaannya mereka ketahui secara turun temurun dari generasi ke generasi

dan tercatat sebagai salah satu pengetahuan tradisional. Pemanfaatan jenis

tumbuhan sebagai pestisida nabati, dimanfaatkan untuk membasmi hama-penyakit

tanaman pertanian mereka. Bau yang dihasilkan dari ramuan yang dibuat sangat

menyengat, sehingga tikus atau hama tidak berani untuk mendekati tanaman

pertanian mereka. Penggunaan jenis tumbuhan untuk keperluan magis digunakan

sebagai obat swanggi. Berkaitan dengan hal ini beberapa jenis tumbuhan dapat

digunakan untuk menyembuhkan penyakit, membangkitkan orang yang sudah

mati, maupun untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, penggunaan

untuk keperluan jahat seperti membunuh orang dari jarak jauh.

Manfaat dari tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Arfak

sangat beragam dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik

penyakit dalam maupun penyakit luar, dan ada juga jenis yang dapat mengobati

kedua macam penyakit tersebut. Secara kuantitatif, terdapat 36 jenis tumbuhan

yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dalam seperti Paspalum

conjugatum digunakan untuk mengobati TBC dan Amylotheca digunakan untuk

mengobati kanker. Terdapat 13 jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit

luar misalnya seperti Dichroa cyanitis (Mayanji) untuk mengobati kadas.

Terdapat 3 jenis tumbuhan sebagai obat penyakit dalam dan luar seperti Medinila

pachyhylla (hauera) digunakan untuk mengobati muntaber dan borok. Di daerah

ini Rumput Kebar atau Biophitum petersianum klotzsch sebagai obat penyubur

wanita dan kayu akway atau Drymis anthon sebagai pemulih stamina tumbuh

subur (pada pria) dan pengatur jarak kelahiran (pada wanita).

Gambar 1.3. Amylotheca

Gambar 1.4. Kayu akway

Penggunaan kayu akway dapat dilakukan dengan merebus langsung

batangnya atau bisa juga dengan mengikis kulit batang kemudian dicampur

dengan air satu gelas kemudian direbus, dosisnya 2 sendok makan diminum

seminggu 2 kali. Biasanya mereka juga merebus batangnya dan diminum selagi

masih hangat. Untuk stamina baik diminum sekali dalam 2 hari, tetapi jika untuk

penyembuhan bisa diminum 3 kali sehari. Selain itu mereka juga menggunakan

kayu akway dalam kehidupan sehari-hari untuk mengobati sakit pada persendian

(reumatik), sebagai obat kulit alami (baik untuk kudis), KB alami (digunakan

untuk mengatur jarak kelahiran), bisa juga untuk mengurangi nyeri haid, asma,

TBC, Bronchitis, Penumonia serta ampuh mengobati demam yang disebabkan

malaria.

Terdapat juga tumbuhan Sesbou yang memiliki bermacam-macam manfaat

yang baik untuk kesehatan kita. Sesuai dengan penjelasannya, akar atau umbi dari

tanaman ini bisa membunuh cacing yang mendiami perut manusia terutama pada

anak-anak. Sebelum digunakan, tanaman sesbou tersebut perlu dibersihkan

terlebih dahulu dengan air bersih. Setelah itu umbi atau akarnya diambil lalu

ditumbuk atau diparut hingga halus. Jus yang dihasilkan kemudian dicampur

dengan air hangat. Tidak semua extrak sesbou diminum. Untuk anak-anak, jumlah

yang direkomendasikan hanyalah satu sendok teh. Jumlah itu sudah cukup untuk

membunuh cacing yang mendiami perut mereka. Daun tanaman sesbou tersebut

digunakan juga oleh masyarakat suku Arfak untuk mempercepat keluarnya nanah

dari bisul. Cara penggunaannya dengan menutup daerah yang terserang bisul

dengan daun sesbou. Dalam beberapa hari saja, nanah akan keluar dan luka yang

ditimbulkannya akan cepat mengering.

Memang jika kita perhatikan, suku Arfak sendiri masih menggunakan cara

yang bisa dikatakan cukup sederhana baik itu dalam pengambilan tumbuhan obat

maupun dalam mengolah tanaman obat. Hal itu mungkin berbeda jika kita

bandingkan dengan cara mengolah tanaman obat pada daerah perkotaan, dimana

di daerah perkotaan cara dalam mengolah obat sudah bisa dibilang lebih modern

dengan memakai berbagai macam campuran dalam meramu obat dan juga

memakai alat yang cukup canggih dalam mengolah dan memproduksi obat dalam

jumlah yang banyak. Akan tetapi jika kita melihat dari sudut pandang yang lain

dari hal itu, maka kita akan dapat memahami mengapa suku Arfak masih

menggunakan cara yang sederhana dalam mengolah tanaman obat. Suku Arfak

sendiri memang memiliki tempat tinggal di daerah pedalaman sehingga mereka

hanya memiliki beberapa alat sederhana yang dapat digunakan dalam mengolah

obat, disamping itu bagi mereka mungkin cara alami dalam mengolah tumbuhan

sebagai obat akan memberikan manfaat yang lebih alami untuk kesehatan

sehingga tidak perlu khawatir terhadap efek samping negatif seperti ketika kita

menggunakan obat buatan. Hal itu disebabkan karena mungkin kita sekarang

banyak yang memiliki pemikiran bahwa mengolah tumbuhan obat dengan cara

yang alami tidak akan memberikan hasil dalam waktu yang singkat bagi kesehatan

kita, tidak seperti obat buatan yang akan memberikan hasil yang relatif lebih

cepat.

Memang kita tidak bisa menyalahkan masyarakat sekarang karena banyak

dari mereka yang memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin masyarakat sekarang

juga banyak yang memiliki pemikiran bahwa jika mengkonsumsi tumbuhan obat

yang diolah secara alami maka mereka harus mengkonsumsi obat itu secara

teratur dan dalam jangka waktu yang cukup panjang, karena bagi mereka jika

tidak mengkonsumsi obat alami secara teratur dan dalam jangka waktu yang

cukup panjang maka manfaat positif bagi kesehatan mereka tidak akan terlihat.

Sehingga mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi obat buatan yang diolah

dengan berbagai macam ramuan yang kompleks dan dibuat dengan alat yang lebih

modern, karena mereka berfikir hal itu lebih praktis dan efisien.

Sebenarnya jika kita bisa memahami dan mengerti mengapa masyarakat

suku Arfak masih menggunakan cara yang alami dan sederhana dalam mengolah

tumbuhan mereka, maka kita dapat menemukan bahwa bagi mereka tumbuhan

obat yang diolah secara alami dan sederhana mampu memberikan manfaat positif

yang lebih baik dan konsisten bagi kesehatan meskipun mungkin tidak secepat

obat buatan. Tumbuhan obat yang diolah dengan cara alami dan sederhana juga

tidak akan memberikan efek samping negatif jika kita gunakan dalam jangka

waktu yang cukup panjang, berbeda dengan obat buatan yang kebanyakan

memiliki efek samping negatif jika digunakan dalam jangka waktu yang cukup

panjang.

Oleh karena itu tidak heran jika sekarang mulai ada masyarakat yang

mengubah pola hidup mereka menjadi pola hidup yang sehat yaitu dengan

mengkonsumsi tumbuhan obat yang diolah secara alami dan sederhana.

Daftar Pustaka

Handayani Nur Hayati Dwi.2014.Etnofarmakologi Papua

http://images.detik.com/customthumb/2010/12/10/1026/detik_g_%284%29.JPG?

w=600

http://tabloidjubi.com/wp-content/uploads/2015/02/Rumah-Tradisional-Kaki-

Seribu.jpg

https://c1.staticflickr.com/3/2327/2074885372_4a1fef2700_b.jpg

http://mybonnie.co//wp-content/uploads/2015/03/kayu-akway.jpg?

agen=mybonnie