penegakan diagnosis tonsilitis kronis pada wanita usia 27 tahun

2
Abstrak Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila palatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Kata Kunci : tonsilitis, diagnosis Kasus Ny.S, usia 27 tahun, datang ke poliklinik penyakit THT RSUD Tidar Magelang dengan keluhan sulit bernafas terutama saat tidur dan sulit menelan sejak ±1 minggu SMRS. Menurut keterangan pasien, sebelumnya pasien batuk dan pilek. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya demam. Sebelumnya pasien sudah berobat ke Puskesmas tetapi keluhan pasien tidak membaik, justru memberat hingga akhirnya pasien berobat ke poliklinik THT RSUD Tidar Magelang. Riwayat penyakit dahulu pasien sering mengalami keluhan serupa sejak kecil. Pasien sering batuk pilek disertai demam. Pasien biasa berobat di Puskesmas saat sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 84 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,3o C, pemeriksaan inspeksi tonsil dextra dan sinistra ditemukan edema dengan pembesaran tonsil derajat T4, tampak kripta melebar dengan detritus disertai dengan hiperemi pada faring. Diagnosis Tonsilitis Kronis Terapi a. Medikamentosa : R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV 3 dd I R/ Paracetamol tab mg 500 No. XV 3 dd I k.p (demam) Diberikan sebelum pasien menjalani operasi tonsilektomi b. Operatif : c. Tonsilektomi Diskusi Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan. Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut : T1 = batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula T2 = batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior- uvula T3 = batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula T4 = batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula atau lebih. Diagnosis 1. Anamnesa Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang- kadang ada demam dan nyeri pada leher. 2. Pemeriksaan Fisik Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat

Upload: bayu-agustinus

Post on 28-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: Penegakan Diagnosis Tonsilitis Kronis Pada Wanita Usia 27 Tahun

Abstrak Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila palatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Kata Kunci : tonsilitis, diagnosis Kasus Ny.S, usia 27 tahun, datang ke poliklinik penyakit THT RSUD Tidar Magelang dengan keluhan sulit bernafas terutama saat tidur dan sulit menelan sejak ±1 minggu SMRS. Menurut keterangan pasien, sebelumnya pasien batuk dan pilek. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya demam. Sebelumnya pasien sudah berobat ke Puskesmas tetapi keluhan pasien tidak membaik, justru memberat hingga akhirnya pasien berobat ke poliklinik THT RSUD Tidar Magelang. Riwayat penyakit dahulu pasien sering mengalami keluhan serupa sejak kecil. Pasien sering batuk pilek disertai demam. Pasien biasa berobat di Puskesmas saat sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 84 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,3o C, pemeriksaan inspeksi tonsil dextra dan sinistra ditemukan edema dengan pembesaran tonsil derajat T4, tampak kripta melebar dengan detritus disertai dengan hiperemi pada faring. Diagnosis Tonsilitis Kronis Terapi a. Medikamentosa : R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV ∫ 3 dd I R/ Paracetamol tab mg 500 No. XV ∫ 3 dd I k.p (demam) Diberikan sebelum pasien menjalani operasi tonsilektomi b. Operatif : c. Tonsilektomi Diskusi Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan. Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut : T1 = batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula T2 = batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula T3 = batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula T4 = batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula atau lebih. Diagnosis 1. Anamnesa Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher. 2. Pemeriksaan Fisik Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta. 3. Pemeriksaan Penunjang Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.