penelitian tindakan kelas

84
BAB I PENDAHULUAN Penelitian tindakan kelas dewasa ini upaya untuk mengkaji dan mmenuntaskan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran. Proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik dapat diwujudkan secara sistematis. PTK menawarkan peluang sebagai strategi penggembangan kinerja, menempatkan pendidik dan tenga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan. Dengan demikian guru dapat berperan ganda yaitu sebagai praktisi, juga sekaligus sebagai peneliti pendidikan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh guru melalui penelitian ini, antara lain: 1. Guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran, dan guru reflektif dan kritis terhadap kegiatan di kelasnya. 2. Guru dapat meningkatan kinerjanya lebih profesional, karena akan selalu melakukan inovasi yang dilandasi dari hasil penelitian. 3. Guru dapat memperbaiki tahapan-tahapan pembelajaran, melalui kajian aktual yang muncul di kelasnya. 4. Guru tidak terganggu tugasnya, dalam melakukan penelitian. Penelitian terintegrasi dengan pembelajaran yang dilakukan dikelasnya. 1

Upload: misya-citraningrum

Post on 13-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metodologi tentang penelitian tindakan kelas atau PTK

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Tindakan Kelas

BAB IPENDAHULUAN

Penelitian tindakan kelas dewasa ini upaya untuk mengkaji dan

mmenuntaskan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran. Proses

pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik dapat

diwujudkan secara sistematis. PTK menawarkan peluang sebagai strategi

penggembangan kinerja, menempatkan pendidik dan tenga kependidikan lainnya

sebagai peneliti, sebagai agen perubahan. Dengan demikian guru dapat berperan

ganda yaitu sebagai praktisi, juga sekaligus sebagai peneliti pendidikan. Beberapa

keuntungan yang dapat diperoleh guru melalui penelitian ini, antara lain:

1. Guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran, dan guru

reflektif dan kritis terhadap kegiatan di kelasnya.

2. Guru dapat meningkatan kinerjanya lebih profesional, karena akan selalu

melakukan inovasi yang dilandasi dari hasil penelitian.

3. Guru dapat memperbaiki tahapan-tahapan pembelajaran, melalui kajian

aktual yang muncul di kelasnya.

4. Guru tidak terganggu tugasnya, dalam melakukan penelitian. Penelitian

terintegrasi dengan pembelajaran yang dilakukan dikelasnya.

5. Guru menjadi kreatif karena dituntut untuk melakukan inovasi.

Penerapan penelitian tindakan kelas oleh guru mempunyai makna yang sangat tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan wawasan dan implementasi model penelitian ini, sehingga memungkinkan membudaya pada komunitas guru.Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan istilah "penelitian tindakan". Menjelaskan asumsi yang mendasari penelitian tindakan Menjelaskan tujuan penelitian tindakan Menjelaskan empat tahapan yang termasuk dalam penelitian tindakan Menjelaskan beberapa keuntungan dari penelitian tindakan Menjelaskan beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian tindakan

dan penelitian kuantitatif dan kualitatif formal Menjelaskan perbedaan antara penelitian tindakan praktis dan partisipatif

1

Page 2: Penelitian Tindakan Kelas

Menyarankan beberapa cara lain metodologi penelitian yang dapat

digunakan dalam penelitian tindakan Menyebutkan beberapa ancaman terhadap validitas internal yang ada dalam

studi penelitian tindakan Menjelaskan jenis sampling yang digunakan dalam penelitian tindakan Menjelaskan mengapa studi penelitian tindakan lemah dalam validitas

eksternal Mengenali contoh penelitian tindakan ketika Anda melihat di dalam literatur

pendidikan

2

Page 3: Penelitian Tindakan Kelas

BAB II

PENELITIAN TINDAKAN

(ACTION RESEARCH)

Robert Jackson pada tahun kedua mengajar di sebuah sekolah dasar di

Sarasota, Florida. Baru-baru ini, ia merasa terganggu oleh sejumlah besar perilaku

mengganggu di kelas lima kelasnya.Anak laki-laki di kelas sangat merepotkan.

Butuh waktu yang lama untuk tetap ditempat duduk mereka setelah istirahat sore,

kesulitan menarik perhatian saat ia memberikan instruksi, dan sering memukul

pada siswa lain yang sepertinya tanpa alasan. Gadis-gadis di kelas sepertinya tidak

pernah berhenti bicara. Robert menjadi sangat prihatin, karena banyak waktu yang

berharga di kelas diambil olehnya sehingga upayanya gagal untuk menangani

masalah ini. Perhatian khusus adalah ia merasa murid-muridnya yang belajar

hanya sebagian kecil dari yang seharusnya didapat jika ia mampu

mempertahankan kelas lebih teratur.

Apa yang mungkin Robert lakukan dalam situasi ini? Tindakan penelitian,

subjek bab ini, adalah sebuah metodologi yang ideal yang mungkin dapat

digunakan.

A. Apa yang dimaksud Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan dilakukan oleh satu atau lebih individu atau kelompok

untuk tujuan pemecahan masalah atau mendapatkan informasi dalam rangka untuk

menginformasikan praktek lokal. Mereka yang terlibat dalam penelitian tindakan

umumnya ingin memecahkan beberapa jenis masalah sehari-hari, seperti cara

mengurangi absensi atau kejadian kontak fisik di antara siswa, memotivasi siswa

apatis, mencari cara dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan

pengajaran matematika, atau pembiayaan meningkat.

Ada berbagai jenis pertanyaan yang muncul penelitian tindakan di sekolah.

Misalnya, Apa jenis metode, paling cocok pada siswa yang bagaimana?

Bagaimana guru mendorong siswa untuk berpikir tentang masalah-masalah

penting? Bagaimana dengan isi, strategi pengajaran, kegiatan belajar menjadi

3

Page 4: Penelitian Tindakan Kelas

bervariasi untuk membantu siswa yang berbeda usia, jenis kelamin, etnis, serta

kemampuan belajar lebih efektif? Bagaimana materi pelajaran bisa disajikan

sehingga memaksimalkan pemahaman? Apa yang dapat guru dan administrator

lakukan untuk meningkatkan minat siswa di sekolah? Apa yang dapat dilakukan

oleh konselor ? Apa yang bisa dilakukan oleh profesional pendidikan lain?

Bagaimana orang tua dapat menjadi lebih terlibat?

Guru kelas, konselor, supervisor, dan administrator dapat membantu

menyediakan beberapa jawaban ini (dan lainnya) pertanyaan yang penting dengan

cara melakukan dalam penelitian tindakan. Studi tersebut, diambil secara

individual, yang sangat terbatasdalam generalisasi. Namun, jika beberapa guru di

sekolah yang berbeda dalam daerah yang sama, misalnya, adalah untuk

menyelidiki pertanyaan yang sama dalam kelas mereka (sehingga mereplikasi

penelitian rekan-rekan mereka), mereka bisa menciptakan ide-ide dasar yang bisa

bersifat umum terhadap kebijakan atau praktek .

Penelitian Tindakan kadangkala tidak memerlukan penguasaan yang

lengkap dari tipe utama dari riset kami telah diuraikan dalam bab-bab

sebelumnya. Langkah-langkah yang terlibat dalam penelitian action research

sebenarnya cukup sederhana. Hal penting diingat adalah bahwa studi semacam itu

berakar pada kepentingan dan kebutuhan praktisi.

B. Asumsi Dasar Penelitian Tindakan

1. Sejumlah asumsi mendasari penelitian tindakan.

Mereka yang melakukan penelitian tindakan berasumsi bahwa mereka

yang terlibat, baik sendiri atau dalam kelompok, adalah individu yang mampu

mengidentifikasi masalah yang perlu dipecahkan dan menentukan bagaimana

untuk tindaklanjut tentang pemecahan masalah mereka. Hal ini juga diasumsikan

bahwa mereka yang terlibat yang secara serius berkomitmen untuk meningkatkan

kinerja mereka dan mereka ingin terus menerus dan sistematis untuk

merefleksikan kinerja tersebut. Selanjutnya, diasumsikan bahwa guru dan orang

lain yang terlibat di sekolah ingin terlibat dalam sistematis penelitian untuk

mengidentifikasi masalah, menentukan prosedur investigasi, menentukan teknik

4

Page 5: Penelitian Tindakan Kelas

pengumpulan data, menganalisis dan menafsirkan data, dan mengembangkan

rencana tindakan untuk menangani masalah. Terakhir, diasumsikan bahwa mereka

berniat untuk melaksanakan penelitian memiliki wewenang untuk melakukan

prosedur yang diperlukan dan melaksanakan rekomendasi. Asumsi ini dijelaskan

sedikit lebih lanjut dan dicontohkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Dasar Asumsi mendasari Action Research

Asumsi Contoh

Guru dan profesional pendidikan

lainnya memiliki otoritas untuk

membuat keputusan.

Guru dan profesional pendidikan

lainnya ingin memperbaiki praktek

pengajarannya.

Guru dan profesional pendidikan

lainnya berkomitmen untuk

pengembangan profesional yang

berkelanjutan.

Guru dan profesional pendidikan

lainnya akan dan dapat terlibat

dalam penelitian yang sistematis.

Sebuah tim guru, setelah diskusi dengan

administrasi sekolah, memutuskan untuk

bertemu setiap minggu untuk merevisi

kurikulum matematika agar lebih relevan

kepada siswa yang pencapaian rendah.

Sekelompok guru memutuskan untuk

mengamati satu sama lain setiap minggu

dan kemudian mendiskusikan cara untuk

meningkatkan pengajaran mereka.

Seluruh staf administrasi, guru, konselor,

dan staf tatusaha sekolah dasar yang

berlangsung mundur untuk merencanakan

cara-cara meningkatkan kebijakan

kehadiran dan disiplin untuk sekolah.

Menindaklanjuti contoh yang terdaftar di

atas, staf memutuskan untuk

mengumpulkan data dengan meninjau

catatan kehadiran dari absen selama tahun

lalu, untuk mewawancarai sampel secara

acak dari peserta dan absen untuk

menentukan mengapa mereka berbeda,

untuk mengadakan serangkaian rapat

sekolah antara siswa kurang disiplin dan

pihak fakultas untuk mengidentifikasi

5

Page 6: Penelitian Tindakan Kelas

Asumsi Contoh

masalah mendiskusikan cara untuk

menyelesaikan masalah yang bertentangan,

dan mendirikan sistem mentoring di mana

siswa yang dipilih dapat berfungsi sebagai

konselor bagi siswa yang membutuhkan

bantuan pekerjaan yang mereka tugaskan.

C. Tipe Penelitian Tindakan

Mills telah mengidentifikasi dua jenis utama penelitian tindakan,

meskipun berbagai variasi dan mungkin kombinasi dari keduanya.

1. Penelitian Tindakan Praktis

Penelitian tindakan praktis adalah dimaksudkan untuk mengatasi masalah

spesifik dalam kelas tertentu pada sekolah, , atau masyarakat lainnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai pengaturan, seperti pendidikan,

pelayanan sosial, atau lokasi bisnis. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

praktik dalam jangka pendek serta untuk menginformasikan isu-isu yang lebih

besar. Hal ini dapat dilakukan oleh individu, tim, atau kelompok bahkan lebih

besar, asalkan fokusnya tetap jelas dan spesifik.

Untuk sukses maksimal, penelitian tindakan praktis harus menghasilkan

rencana tindakan yang idealnya akan diimplementasikan dan dievaluasi lebih

lanjut.

2. Penelitian Tindakan Partisipatif

Penelitian tindakan partisipatif, saat berbagi memfokuskan pada masalah

lokal yang spesifik dan menggunakan temuan untuk melaksanakan tindakan,

berbeda dengan penelitian tindakan praktis. Perbedaan pertama adalah bahwa ia

memiliki dua tujuan tambahan: untuk memberdayakan individu dan kelompok

untuk meningkatkan kehidupan mereka dan untuk membawa perubahan sosial di

beberapa tingkat di sekolah, komunitas, atau masyarakat. Dengan demikian,

6

Page 7: Penelitian Tindakan Kelas

dengan sengaja melibatkan sekelompok besar orang merepresentasikan beragam

pengalaman dan sudut pandang, yang semuanya difokuskan pada masalah yang

sama. Tujuannya adalah untuk memiliki keterlibatan secara intensif dari semua

pihak, yang berfungsi sebagai mitra yang sejajar (Gambar.1).

Untuk mencapai tujuan ini membutuhkan para pihak terkait, meskipun

mereka mungkin tidak semua terlibat di awal, menjadi aktif pada awal proses dan

bersama-sama merencanakan penelitian. Ini tidak hanya mengklarifikasi tujuan

tetapi juga menyetujui aspek-aspek lain, termasuk pengumpulan data dan analisis,

interpretasi data, dan menghasilkan tindakan. Untuk alasan ini, penelitian aksi

partisipatif sering disebut sebagai penelitian kolaboratif.Dalam bentuk murni,

penelitian aksi partisipatif adalah

Sebuah pendekatan kolaboratif untuk penelitian dengan melibatkan orang

dengan maksud untuk mengambil tindakan sistematis dalam upaya untuk

7

Gambar 1. Pemangku kepentingan (stakeholders)

Page 8: Penelitian Tindakan Kelas

menyelesaikan masalah tertentu. [Itu] mendorong konsensus, demokratis,

danstrategi-strategi partisipatif untuk mendorong orang untuk memeriksa

gambaran masalah yang mempengaruhi mereka. Selanjutnya, mendorong orang

untuk merumuskan laporan dan penjelasan situasinya, dan untuk mengembangkan

rencana yang dapat menyelesaikan masalah ini.

Kadang-kadang seorang peneliti terlatih mengidentifikasi sebuah masalah

dan membawa perhatian ke para pemangku kepentingan. Tapi itu sangat penting

bagi peneliti untuk menyadari bahwa masalah yang akan dipelajari harus menjadi

masalah yang penting bagi para pihak kepentingan, dan tidak hanya menarik bagi

peneliti. Peneliti dan para pihak kepentingan bersama-sama merumuskan masalah

penelitian (sering melalui tukar pendapat atau dengan melakukan kelompok-

kelompok fokus). Pendekatan ini kontras dengan penyelidikan secara tradisional,

di mana para peneliti merumuskan masalahnya sendiri (Gambar.2). Berg

menjelaskan peran peneliti yang terlatih sebagai berikut:

Secara formal, Peneliti yang dilatih berperan aktif bersama

komunitas atau kelompok yang diteliti, bukan di luar sebagai pengamat yang

8

Gambar 2. Peran para ahli dalam penelitian tindakan

Page 9: Penelitian Tindakan Kelas

objektif atau konsultan eksternal. Peneliti memberikan kontribusi keahliannya bila

diperlukan sebagai peserta dalam proses. Peneliti bekerja sama dengan praktisi

lokal maupun pihak terkait dalam kelompok atau komunitas. Peserta lain

memberikan kontribusi fisik dan / atau intelektual sumber daya untuk proses

penelitian. Peneliti adalah mitra dengan populasi penelitian, dengan demikian,

jenis penelitian yang jauh lebih memiliki muatan nilai daripada tugas dan usaha

yang tradisional.

D. Tingkat Partisipasi

Sebagian karena pengaruh dari penelitian aksi partisipatif, lebih banyak

perhatian telah diberikan dalam beberapa tahun terakhir dengan peran individu

yang berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian. Secara historis, dalam

sebagian besar pendidikan dan penelitian lainnya, subjek dalam penelitian ini

yang hanya memberikan data-oleh yang sedang diuji, diamati, diwawancarai, dan

sebagainya. Mereka menerima manfaat sedikit atau tidak ada manfaat selain

ucapan terima kasih (dan kadang-kadang bahkan tidak). Manfaat dari penelitian

ini diterima oleh peneliti dan (mungkin) untuk masyarakat secara keseluruhan.

Seperti penggunaan etika mengajukan pertanyaan bagi individu ,

meskipun mungkin tidak ada risiko, penipuan, atau masalah kerahasiaan yang

terlibat. Akibatnya, lebih banyak usaha telah ditujukan setidaknya

menginformasikan peserta dalam sebuah studi untuk tujuan penelitian. Hal ini

mungkin, Namun menjadi ancaman terhadap validitas internal studi atau validitas

data. Para peserta dalam beberapa kasus, dapat memberikan hasil penelitian dan,

mungkin diminta untuk meninjaunya. Jadi, pada kenyataannya, sebuah

serangkaian partisipasi (Gambar.3). Tingginya tingkat keterlibatan mungkin

membantu dalam pengembangan instrumen, pengumpulan data, dan analisis data;

berpartisipasi dalam penafsiran data; membuat rekomendasi untuk penelitian lebih

lanjut; berpartisipasi aktif dalam merancang studi; merumuskan masalah yang

menjadi perhatian, bahkan memulai upaya penelitian. Selain tingkat partisipasi,

sifat partisipasi bervariasi dengan minat dan latar belakang peserta. Akan sangat

luar biasa, misalnya, untuk siswa SD kelas tiga untuk berpartisipasi lebih.

9

Page 10: Penelitian Tindakan Kelas

Demikian pula, para pemangku kepentingan dalam penelitian tindakan partisipatif

mungkin tidak akan dilibatkan di semua tingkat.

Lakukan studi

Berpartisipasi dalam spesifikasi masalah

Berpartisipasi dalam merancang proyek

Berpartisipasi dalam penafsiran

Tinjauan temuan

Membantu pengumpulan data dan / atau analisis

Menerima temuan

Menjadi informasi tentang tujuan penelitian

Memberikan informasi

Gambar 3. Tingkat partisipasi dalam penelitian tindakan

E. Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan melibatkan empat tahap dasar: (1) mengidentifikasi

masalah atau pertanyaan penelitian, (2) memperoleh informasi yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, (3) menganalisis dan menafsirkan

informasi yang telah dikumpulkan, dan (4) mengembangkan sebuah rencana

tindakan. Mari kita bahas masing-masing tahap lebih terinci.

1. Identifikasi Pertanyaa Penelitian

Tahap pertama dalam penelitian tindakan adalah klarifikasi masalah

perhatian. Seorang individu atau kelompok perlu hati-hati memeriksa situasi dan

mengidentifikasi masalah. Penelitian tindakan paling tepat ketika guru atau orang

lain yang terlibat dalam pendidikan ingin membuat sesuatu yang lebih baik,

meningkatkan praktek mereka, berurusan dengan masalah yang merepotkan, atau

semacam memperbaiki yang tidak bekerja.

10

Page 11: Penelitian Tindakan Kelas

Suatu hal yang penting untuk diingat adalah bahwa untuk sebuah proyek

penelitian tindakan untuk menjadi sukses, maka harus dikendalikan. Jadi, skala

besar, masalah yang kompleks mungkin lebih baik diserahkan ke peneliti

profesional. Proyek penelitian tindakan adalah (biasanya) cukup sempit dalam

lingkup. Namun, jika sekelompok guru, siswa, administrator, dan sebagainya telah

memutuskan untuk bekerja sama pada beberapa jenis proyek jangka panjang,

penelitian bisa lebih luas.

Jadi, masalah seperti "Apa kemungkinan cara yang lebih baik untuk

mengajar bilangan pecahan?" Lebih cocok daripada "Apakah pembelajaran inkuiri

yang lebih tepat daripada pengajaran yang lebih tradisional?" perlu di ingat, yang

terakhir ini terlalu luas untuk resolusi yang mudah dengan satu kelas atau guru.

Kontroversi dalam Penelitian

Berapa banyak Peserta yang Terlibat dalam Penelitian?

Keterlibatan aktif subyek di semua aspek perencanaan dan melaksanakan

penelitian ini telah dianjurkan dengan alasan bahwa peserta tidak hanya memiliki

hak untuk mempengaruhi arah dan prosedur studi, tetapi juga bahwa mereka dapat

membuat kontribusi besar untuk upaya penelitian itu sendiri .

Pertanyaan telah diajukan, namun, seperti apakah partisipasi oleh individu dengan

latar belakang yang terbatas hanya dalam penelitian dapat mengakibatkan

kesalahan dan / atau bias dalam temuan dan mungkin akan ditumbangkan untuk

kepentingan politik, ada kekhawatiran tambahan yaitu peserta masyarakat sering

bisa dieksploitasi.

Sclove berpendapat bahwa kebijaksanaan seperti Nasional Science

termasuk anggota dewan harus orang awam sebagai cara untuk

mendemokratisasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan dukungan publik

untuk penelitian-seperti yang telah dilakukan selama bertahun-tahun di negara-

negara lain. Lainnya berpendapat bahwa keterlibatan aktif dari peserta dapat

menyebabkan perubahan sosial sebagai "anggota masyarakat menjadi mandiri

peneliti dan aktivis." |Bagaimanapun, melihat bahaya dalam n pencampuran

penelitiadan aktivisme. Stoecker telah mengeksplorasi tiga besar, dan

11

Page 12: Penelitian Tindakan Kelas

kontroversial, peran yang pakar akademis mungkin bermain di penelitian peserta:

inisiator, konsultan, dan kolaborator, masing-masing sesuai dengan kebutuhan

komunitas yang berbeda.

Bagaimana menurut anda ? Sampai sejauh mana seharusnya peserta dalam

penelitian memiliki otoritas dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian?

2. Pengumpulan Data yang Diperlukan

Setelah masalah telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah

memutuskan apa jenis data yang dibutuhkan dan bagaimana untuk

mengumpulkannya. Setiap metodologi yang kita miliki dijelaskan sebelumnya

dalam buku ini dapat digunakan (meskipun biasanya dalam bentuk yang agak

sederhana dan kurang canggih) dalam penelitian tindakan. Eksperimen, survei,

studi kausal komparatif, observasi, wawancara, analisis dokumen, etnografi-

semua metodologi memungkinkan dipertimbangkannya. (Kami akan menyajikan

beberapa contoh yang bisa digunakan kemudian dalam bab ini).

Guru dapat bersifat peserta aktif (misalnya, mengamati strategi komputer

yang digunakan oleh siswa saat mengarahkannya dalam penggunaan komputer)

atau non peserta (misalnya, mengamati bagaimana siswa berinteraksi antara satu

sama lain selama belajar di kelas). Apapun peran yang dipilih, itu adalah ide yang

baik untuk merekam sebanyak mungkin selama pengamatan. singkatnya, untuk

mengambil catatan lapangan yang menggambarkan apa yang dilihat dan didengar.

Selain mengamati, kedua dari kategori utama pengumpulan data adalah

mewawancarai siswa atau individu lain dari siapa informasi diinginkan. Data

dikumpulkan melalui pengamatan sering dengan pemberian pertanyaan-

pertanyaan untuk tindak lanjut melalui wawancara atau pemberian kuesioner.

Bahkan, pemberian kuesioner dan wawancara peserta dalam penelitian bisa

menjadi cara yang valid dan produktif untuk menilai akurasi dari pengamatan.

Seperti halnya aspek lain dari penelitian tindakan, wawancara saja cenderung

kurang formal dan sering kurang terstruktur daripada di studi penelitian lain.

Kategori ketiga pengumpulan data meliputi pemeriksaan dan analisis

dokumen. Metode ini barangkali yang paling tidak memakan waktu tiga dan yang

12

Page 13: Penelitian Tindakan Kelas

paling mudah untuk memulai. Catatan kehadiran, jam rapat fakultas, catatan

konselor, rekening koran sekolah, jurnal siswa, rencana pelajaran, catatan

administrasi, daftar skorsing, catatan penahanan, chart tempat duduk, foto-foto

kegiatan kelas dan sekolah, portofolio siswa -semuanya jumlah besar menjadi

pabrik peneliti tindakan.

Penelitian tindakan memungkinkan untuk penggunaan semua jenis

instrumen yang dibahas dalam Bab 7-kuesioner, jadwal wawancara, ceklist, skala

rating, skala sikap, dan sebagainya. Namun, seringkali para guru, administrator,

atau konselor yang terlibat (kadang-kadang bahkan mahasiswa) mengembangkan

instrumen-instrumen sendiri untuk membuatnya tepat. Dan mereka biasanya lebih

pendek, sederhana, dan sedikit formal daripada instrumen yang digunakan dalam

studi penelitian yang lebih tradisional.

Beberapa penelitian tindakan menggunakan lebih dari satu instrumen atau

bentuk lain dari triangulasi (lihat halaman 510-511). Jadi, meminta siswa untuk

menanggapi pertanyaan wawancara bisa dipersiapkan dengan cermat dilengkapi

dengan rekaman video, data yang diperoleh melalui penggunaan checklist

observasional bisa diperiksa terhadap rekaman audio diskusi kelas, dan

sebagainya. Apa metode –metode yang digunakan ditentukan, seperti halnya

dalam investigasi penelitian, oleh sifat pertanyaan penelitian.

Tindakan peneliti harus menghindari pengumpulan data yang hanya

anekdot-yaitu, hanya pendapat orang tentang bagaimana masalahnya bisa diatasi.

Meskipun data anekdot sering berharga, kami sangat percaya bahwa bukti yang

lebih substantif semacam (misalnya, rekaman rekaman, kaset video, pengamatan,

jawaban kuesioner tertulis, dan sebagainya) yang harus diperoleh.

3. Menganalisis dan Menafsirkan Informasi

Langkah ini berfokus pada analisis dan menginterpretasikan data yang

dikumpulkan pada langkah kedua. Setelah dikumpulkan dan diringkas, data harus

dianalisis sehingga peserta dapat memutuskan mengungkapkan data. Namun,

analisis data penelitian tindakan adalah kompleks biasanya jauh lebih sedikit dan

rinci daripada bentuk-bentuk lain dari penelitian.

13

Page 14: Penelitian Tindakan Kelas

Yang penting pada tahap ini adalah bahwa data akan diperiksa dalam

kaitannya dengan memecahkan pertanyaan penelitian atau masalah akan diteliti.

Berkenaan dengan penelitian tindakan partisipatif, Stringer menunjukkan

sejumlah pertanyaan yang dapat memberikan sebuah prosedur membimbing untuk

menganalisis data yang dikumpulkan.

Pertanyaan pertama, mengapa, menetapkan fokus umum untuk

penyelidikan, mengingatkan semua orang apa tujuan penelitian awalnya. Sisanya

pertanyaan-apa, bagaimana, siapa, dimana, dan kapan-memungkinkan para

peserta untuk mengidentifikasi pengaruh yang terkait. Tujuannya adalah untuk

lebih memahami data dalam konteks latar atau situasi. Apa dan bagaimana

pertanyaan membantu untuk menetapkan masalah dan isu-isu: Apa masalah yang

mengganggu pada orang? Bagaimana masalah mengganggu pada kehidupan

orang-orang atau kelompok? Siapa, di mana, dan kapan pertanyaan fokus pada

tindakan spesifik, peristiwa, dan kegiatan yang berhubungan dengan masalah atau

isu yang dihadapi. Tujuan di sini adalah bukan untuk membuat pertimbangan

kualitas penelitian peserta tentang elemen- elemen ini, melainkan adalah untuk

menilai data dan memperjelas informasi yang telah dikumpulkan. Proses ini

menyediakan sarana bagi peserta untuk merefleksikan hal-hal yang mereka

memiliki sendiri untuk didiskusikan (diambil dalam data) atau yang disebutkan

peserta lain.

Ketika menganalisis dan menafsirkan data yang dikumpulkan dalam

penelitian tindakan partisipatif, yang penting bahwa para peserta mencoba untuk

mencerminkan persepsi dari semua pihak terkait yang terlibat dalam penelitian.

Oleh karena itu, mereka harus bekerja sama untuk membuat deskripsi untuk

mengungkapkan data. Selanjutnya, peserta harus melakukan segala upaya untuk

menjaga semua pihak terkait informasi tentang apa yang terjadi selama tahap

pengumpulan data dan untuk memberikan kesempatan bagi semua yang terjadi

selama tahap pengumpulan data dan memberikan kesempatan bagi setiap orang

yang terlibat untuk membaca laporan tentang apa yang terjadi karena mereka

dipersiapkan (tidak hanya setelah penelitian selesai). Hal ini memungkinkan

14

Page 15: Penelitian Tindakan Kelas

semua pihak terkait untuk memberikan masukan mereka terus menerus untuk

kemajuan studi berlangsung (Gambar.4).

Gambar 4. Peserta pada Penelitian Tindakan

4. Mengembangkan suatu Rencana Tindakan

Untuk memenuhi tujuan dari studi penelitian tindakan memerlukan

pembuatan sebuah rencana untuk mengimplementasikan perubahan berdasarkan

hasil temuan. Meskipun diharapkan bahwa dokumen formal disiapkan, tidak

penting, apa yang penting adalah bahwa penelitian, setidaknya, menunjukkan arah

yang jelas untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah asli atau kekhawatiran.

F. Persamaan dan Perbedaan Antara Penelitian Tindakan, Kuantitatif

Formal dan penelitian kualitatif

Penelitian tindakan berbeda dalam banyak hal dari penelitian kualitatif dan

kualitatif formal, tetapi juga memiliki sejumlah kesamaan. Persamaan dan

perbedaa ini diperlihatkan pada Tabel 24.2.

Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Antara Penelitian Tindakan dan

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Formal

Penelitian Tindakan Penelitian Formal

Penemuan sistematis. Penemuan sistematis.

15

Page 16: Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Penelitian Formal

Tujuannya adalah untuk

memecahkan masalah yang menjadi

pertimbangan setempat.

Diperlukan pelatihan formal untuk

melakukan penelitian. Maksudnya

adalah untuk mengidentifikasikan

dan mengoreksi masalah-masalah

yang menjadi pusat perhatian.

Dilaksanakan oleh guru atau profesi

pendidikan setempat lainnya.

Menggunakan instrumen utama yang

dikembangkan oleh guru.

Kurang kuat.

Biasanya berbasis nilai.

Sampel-sampel yang dipilih sudah

ada.

Pendapat yang selektif dari peneliti

seringkali berdasarkan data

Kemampuan digeneralisasi sangat

terbatas.

Tujuannya adalah untuk

mengembangkan dan mengujikan

teori-teori dan menghasilkan

pengetahuan yang dapat

digeneralisasi untuk memperluas

populasi.

Diperlukan pelatihan yang cukup

untuk melakukan penelitin.

Maksudnya adalah untuk

menyelidiki isu-isu yang lebih besar.

Dilaksanakan oleh peneliti yang

tidak biasanya terlibat dalam situasi

setempat.

Menggunakan instrumen utama

yang dikembangkan oleh ahli.

Lebih kuat.

Seringkali netral terhadap nilai.

Sampel-sampel acak (jika mungkin)

lebih dipilih.

Pendapat yang selektif dari peneliti

tidak pernah berdasarkan data.

Kemampuan digeneralisasi

seringkali tepat.

16

Page 17: Penelitian Tindakan Kelas

G. Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Tindakan

Masalah-masalah penelitian tindakan hampir selalu memfokuskan pada

kelompok orang-orang tertentu (kelas dari seorang guru, beberapa klien dari

konselor) dan dan oleh karena itu sampel dan populasinya adalah identik.

H. Validitas Internal Dalam Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan harus memperhatikan validitas internal seperti yang

dijelaskan dalam Bab 9, meskipun dalam derajat yang berbeda. Kesulitan utama

dalam penelitian ini adalah ketidakjelasan pengumpulan data, karena pengumpul

data sangat menyadari maksud penelitian. Dia harus berhati-hati terhadap hasil

atau tanggapan yang tidak dia inginkan. Pelaksanaan dan dampak dari sikap juga

merupakan hal-hal yang mempengaruhi hasil penelitian selain dari pelaksana dan

pengumpul data.

I. Penelitian

Tindakan dan Validitas Eksternal

Seperti halnya penelitian eksperimen subjek tunggal, pada umumnya

penelitian tindakan memiliki validitas eksternal yang lemah. Seseorang dapat

merekomendasikan keefektifan penggunaan metode praktikum hanya dalam satu

kelas! Dengan demikian, penelitian tindakan menunjukkan keefektifan metode

tertentu, yang mengungkap sikap-sikap tertentu, atau yang mendorong perubahan

tertentu yang dapat digeneralisasikan kepada individu, setting atau situasi yang

lain.

J. Keuntungan dari Penelitian Tindakan

Ada sedikitnya lima keuntungan dari melakukan penelitian tindakan.

Pertama, penelitian ini dapat dilakukan oleh beberapa semua profesional, dalam

beberapa jenis sekolah, pada beberapa tingkat kelas, untuk menyelidiki beberapa

jenis masalah. Penelitian ini dapat dilakukan oleh guru perorangan dalam

kelasnya, oleh kepala sekolah atau konselor, atau oleh administrator sekolah pada

level wilayah.

17

Page 18: Penelitian Tindakan Kelas

Kedua, penelitian tindakan dapat meningkatkan praktek pendidikan,

dimana dapat membantu guru, konselor, dan administrator menjadi profesional

yang lebih kompeten. Dengan melakukan sendiri penelitian tindakan, guru dan

profesional pendidikan lainnya tidak hanya dapat meningkatkan skill-skill

mereka, namun mereka dapat juga meningkatkan kemampuan mereka untuk

membaca, menafsirkan, dan mengkritik pemelitian yang lebih formal ketika tepat.

Ketiga, ketika para guru atau profesional lainnya mendesain dan

melaksanakan penelitian tindakan mereka sendiri, maka mereka dapat

mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktekan keahlian

mereka. Ini dapat menuntun mereka pada laporan-laporan penelitian formal

mengenai praktek-praktek yang sama dengan pemahaman yang lebih besar

mengenai bagaimana hasil-hasil studi ini mungkin berlaku pada situasi-situasi

mereka sendiri.

Keempat, penelitian tindakan dapat membantu para guru untuk

mengidentifikasikan masalah dan isu secara sistematis. Belajar bagaimana untuk

melakukan penelitian tindakan mengharuskan orang-orang untuk untuk

mendefinisikan masalah secara tepat, mengidentifikasikan dan mencobakan cara-

cara alternatif untuk menghadapi masalah, mengevaluasi cara-cara tersebut, dan

berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan rekan-rekan mereka.

Kelima, penelitian tindakan dapat membangun komunitas kecil orang-

orang yang berorientasi pada penelitian dalam sekolah itu sendiri. Penelitian

tindakan ketika secara sistematis dilakukan, dapat melibatkan beberapa orang

untuk bekerjasama memecahkan soal atau isu yang menjadi pertimbangan kedua

belah pihak.

Contoh penting Penelitian Tindakan

Pada awal tahun 1990-an, ketika pembangkit listrik yang baru untuk

Bendungan Bonneville itu akan dibangun di pusat kota Bonneville Utara, WA,

470 warga menghadapi penggusuran, relokasi, dan kemungkinan meninggalkan

kota mereka. Warga berkumpul di sekitar tujuan relokasi sebagai sebuah kota

yang merupakan tempat tinggal mereka. Untuk melakukannya, mereka harus

18

Page 19: Penelitian Tindakan Kelas

bertentangan dengan US Army Corps of Engineers. Dengan bantuan dosen dan

mahasiswa di University of Washington dan Evergreen State College, sekelompok

warga melakukan penelitian untuk menginformasikan secara detail tentang aset

dan karakteristik kota mereka serta rincian rencana masyarakat dan proses politik.

Siswa tinggal dan bekerja di kota tersebut karena mereka mengumpulkan data

melalui dokumen, diskusi informal, dan lokakarya disertai dengan umpan balik

dan diskusi dengan semua sektor masyarakat. Dewan kota memberikan dukungan

keuangan dan logistik. Warga menjadi semakin terlibat dalam memberikan

informasi dan dalam aksi politik. Pada akhirnya, mereka tidak hanya mencapai

tujuan mereka tetapi berhasil memiliki desain kota “baru” mereka menggantikan

yang diusulkan oleh Corps of Engineers .*

K. Beberapa Contoh Hipotetis dari Penelitian Tindakan Praktis

Hampir semua metodologi yang diuraikan dalam bab-bab lain dalam buku

ini dapat diadaptasi (dalam bentuk yang kurang formal dan canggih) oleh para

guru dan profesional pendidikan lainnya di sekolah-sekolah untuk menyelidiki

masalah dan pertanyaan yang menarik. Walaupun kita menggunakan setting

berbasis sekolah pada contoh-contoh di bawah ini, dibutuhkan sedikit imajinasi

untuk membuat konsep bagaimana penelitian tindakan dapat digunakan di tempat

lain (misalnya, lembaga kesehatan mental, organisasi sukarela, lembaga layanan

masyarakat). Kami sekarang menyajikan beberapa contoh yang bisa dilakukan.

1. Menyelidiki Pengajaran Konsep-Konsep Sains Dengan Cara

Eksperimen Kelompok-Perbandingan

Ms Gonzales, seorang guru kelas lima, tertarik pada pertanyaan berikut

ini:

Apakah penggunaan drama dapat meningkatkan pemahaman siswa-siswa

kelas lima mengenai konsep-konsep sain dasar?

Bagaimana Ms Gonzales berproses?

Walaupun tidak dapat diselidiki dalam sejumlah cara, pertanyaan ini

menuntun pada eksperimen kelompok-perbandingan (lihat Bab 13). Ms Gonzales

19

Page 20: Penelitian Tindakan Kelas

dapat dengan acak menunjuk para siswa ke kelas-kelas dimana beberapa guru

menggunakan drama dan beberapa guru tida menggunakannya. Dia dapat

membandingkan efek-efek dari metode yang bertentangan tersebut dengan

mengujikan siswa-siswa dalam kelas-kelas tersebut pada interval-interval khusus

dengan instrumen yang didesain untuk mengukur pemahaman konseptual. Skor

rata-rata dari kelas-kelas yang berbeda pada tes akan memberikan beberapa

gagasan kepada Ms Gonzales mengenai efektifitas metode-metode yang sedang

dibandingkan.

Tentu saja, Ms Gonzales ingin sebanyak mungkin mengontrol penunjukan

siswa-siswa kepada kelompok perlakuan yang beragam. Di kebanyakan sekolah,

penunjukan acak siswa-siswa kepada kelompok perlakuan (kelas) akan menjadi

sangat sulit untuk dilakukan. Namun, jika ini terjadi, perbandingan masih akan

mungkin dengan menggunakan desain kuas eksperimen.

Kita akan mempertimbangkan bahwa kelas-kelas mungkin berbeda

menyangkut variabel-variabel penting yang dapat mempengaruhi hasil dari studi.

Jika Ms Gonzales adalah pengumpul data, maka dia secara tidak sengaja condong

pada satu kelompok ketika dia memberikan instrumen.

Ms Gonzales harus berusaha untuk mengontrol semua variabel tak

berhubungan (tingkat kemampuan siswa, usia, waktu instruksional, karakteristik

guru, dst) yang mungkin mempengaruhi hasil yang diselidiki. Beberapa prosedur

kontrol digambarkan pada bab 9: mengajar selama periode waktu yang sama,

menggunakan guru-guru berpengalaman yang sama untuk kedua metode,

mencocokan siswa-siswa berdasarkan kemampuan dan gender, menyuruh orang

lain untuk memberikan instrumen, dst.

Ms Gonzales mungkin memutuskan untuk menggunakan metode kausal-

komparatif jika beberapa kelas telah diajarkan oleh guru-guru dengan

menggunakan pendekatan drama.

20

Page 21: Penelitian Tindakan Kelas

2. Mempelajari Efek-Efek Waktu Istirahat Terhadap Prilaku

Mengganggu Dari Siswa Dengan Eksperimen Subjek-Tunggal

Ms Wong, seorang guru kelas tiga, menemukan kelasnya terganggu oleh

seorang siswa yang tampaknya tidak bisa diam. Dengan perasaan tertekan, dia

bertanya pada dirinya sendiri apakah yang dapat dilakukannya untuk mengontrol

siswa tersebut dan bertanya-tanya apakah beberapa jenis aktifitas waktu istirahat

mungkin bekerja. Dia bertanya berdasarkan hal ini:

Akankah periode singkat perpindahan dari kelas mengurangi frekuensi

prilaku mengganggu dari siswa in?

Apakah yang mungkin dilakukan Ms Wong untuk memperoleh jawabahn

terhadap pertanyaan ini?

Jenis pertanyaan ini dapat dijawab dengan desain A-B-A-B subjek-tunggal

(lihat Bab 4). Pertama, Ms Wong perlu membuat baseline dari prilaku

mengganggu siswanya. Oleh karena itu, dia harus mengamati siswa tersebut

secara cermat selama periode beberapa hari, dengan memetakan frekuensi dari

prilaku mengganggu. Ketika dia telah mengenali pola yang stabil dalam prilaku

siswa, dia dapat mengenalkan perlakuan ini, dalam hal ini, waktu istirahat, atau

menempatkan siswa diluar kelas untuk periode waktu yang singkat, selama

beberapa hari dan mengamati frekuensi dari prilaku mengganggu setelah periode

perlakuan. Dia kemudian mengulangi lingkaran ini. Idealnya, prilaku

mengganggu dari siswa akan berkurang dan Ms Wong tidak lagi perlu

menggunakan periode waktu istirahat terhadap siswa tersebut.

Masalah utama untuk Ms Wong adalah ketidakmampuan utuk mengamati

dan memetakan prilaku siswa selama periode waktu istirahat sementara masih

mengajar siswa-siswa lainnya dalam kelasnya. Dia juga mungkin kesulitan untuk

memastikan apakah perlakuan itu (waktu istirahat) bekerja seperti yang

diinginkan. Kedua masalah tersebut akan berkurang jika dia memiliki seorang

guru lainnya untuk membantunya dalam masalah-masalah ini.

21

Page 22: Penelitian Tindakan Kelas

3. Menentukan Apa Yang Disukai Oleh Siswa Mengenai Sekolah

Melalui Metode Survey

Mr. Abraham, seorang konselor bimbingan sekolah menengah, tidak

tertarik untuk membandingkan metode-metode instruksional. Dia tertarik pada

bagaimana perasaan siswa-siswa mengenai sekolah secara umum. Dia

mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Apakah yang disukai oleh para siswa mengenai kelas-kelas mereka? Apa

yang tidak mereka sukai? Mengapa?

Apakah jenis-jenis mata pelajaran yang paling mereka sukai dan paling

tidak mereka sukai?

Bagaimana perasaan siswa dari usia, jenis kelamin dan etnis yang berbeda-

beda di sekolah kita?

Apa yang dapat dilakukan Mr. Abramson untuk memperoleh beberapa jawaban?

Jenis-jenis pertanyaan ini dapat dijawab paling baik dengan survey yang

mengukur sikap-sikap siswa terhadap kelas mereka. Mr. Abramson akan perlu

untuk menyiapkan kuisioner, mengambil waktu untuk memastikan bahwa

pertanyaan-pertanyaan diarahkan untuk informasi yang ingin diperolehnya.

Selanjutnya, dia harus menyuruh beberapa anggota pengajar lainnya untuk

memeriksa pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mengidentifikasikan beberapa

darinya yang mereka rasakan akan membingungkan atau ambigu.

Ada dua kesulitan yang terlibat dalam survey seperti itu. Pertama, Mr.

Abramson harus memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan itu jelas dan tidak

membingungkan. Dia dapat mencapai hal ini dengan menggunakan pertanyaan

objektif atau tertutup, dengan memastikan bahwa semuanya berkaitan dengan

topik yang diselidiki, dan kemudian lebih jauh meniadakan keambiguan dengan

mengujikan konsep kuesioner terhadap kelompok kecil siswa. Kedua, Mr.

Abramson harus memastikan bahwa cukup kuesioner diisi dan dikembalikan

sehingga dia dapat membuat analisa yang bermakna. Dia dapat meningkatkan

angka pengembalian dengan memberikan kuesioner kepada siswa-siswa untuk

diisi ketika mereka semua berada di satu tempat. Ketika dia mengumpulkan

22

Page 23: Penelitian Tindakan Kelas

kuesioner yang lengkap, dia harus menjumlahkan respon-respon tersebut dan

melihat apa yang didapatkannya.

Keuntungan besar dari penelitian kuesioner adalah memiliki potensi untuk

memberikan banyak informasi dari sejumlah besar orang. Jika lebih banyak detil

mengenai pertanyaan-pertanyaan tertentu diinginkan, maka Mr. Abramson dapat

juga melakukan wawancara personal dengan para siswa. Keuntungannya disini

adalah dia dapat mengajukan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertentu yang

menarik atau memiliki nilai yang dalam.

Salah satu masalah disini adalah bahwa beberapa siswa mungkin tidak

memahami pertanyaan, atau mereka mungkin tidak mengembalikan kuesioner

mereka. Mr. Abramson memiliki keuntungan daripada banyak peneliti survey

lainnya karena dia kemungkinan dapat memastikan angka tinggi pengembalian

dengan memberikan kuesioner ini secara langsung kepada para siswa dalam kelas

mereka. Dia harus cermat untuk memberikan petunjuk-petunjuk yang

memfasilitasi jawaban yang jujur dan serius dan memastikan kerahasiaan dari

responden. Walaupun sulit, dia harus juga mencoba memperoleh data berdasarkan

reliabilitas dan validitas.

4. Pemeriksaan Bias Dalam Antologi Bahasa Inggris Melalui Metode

Analisis Isi

Ms. Hallowitz, guru bahasa Inggris kelas delapan, khawatir mengenai

ketepatan dari gambar atau konsep yang disajikan kepada siswa dalam antologi

literatur mereka. Dia mengajukan pertanyaan- pertanyaan berikut.

Apakah materi yang disajikan pada antologi sastra di daerah kami dalam

penyampaiannya tidak jelas? Jika demikian, bagaimana?

Apa yang mungkin dilakukan Ms. Hallowitz untuk mendapatkan jawaban?

Untuk menyelidiki pertanyaan ini, digunakan metode analisis isi (lihat

Bab 21). Ms. Hallowitz memutuskan untuk melihat terutama pada gambar-gambar

pahlawan yang disajikan pada antologi literatur yang digunakan di daerahnya.

Pertama, dia perlu memilih sampel dari antologi yang akan dianalisis, yaitu untuk

menentukan teks yang akan dia teliti. (Dia membatasi dirinya hanya untuk teks

23

Page 24: Penelitian Tindakan Kelas

yang ada dan digunakan di daerah tersebut.) Kemudian dia perlu memikirkan

kategori tertentu yang ingin dia teliti. Mari kita asumsikan dia memutuskan untuk

menganalisis karakteristik fisik, emosi, sosial, dan mental dari para pahlawan

yang telah dipresentasikan. Kemudian dia memecah kategori-kategori tersebut ke

dalam bagian yang lebih kecil seperti yang ditunjukkan tabel di bawah ini.

Fisik Emosional Sosial Mental

Berat Ramah Etnisitas Bijaksana

Tinggi Penyendiri Pakaian Menyenangkan

Umur Benci Pekerjaan Cerdas

Tipe

Badan

Tidak

terlibat

Status Manusia super

. . . .

. . . .

. . . .

Ms. Hallowitz dapat menyiapkan lembar pengodeaan untuk menjumlahkan

data dalam setiap kategori yang diidentifikasikannya dalam setiap antologi yang

dipelajarinya. Dia dapat juga membandingkan kategori-kategori.

Keuntungan utama dari analisa isi adalah bahwa bentuknya yang tidak

menonjol. Ms. Hallowitz dapat “mengamati” tanpa dirinya menjadi teramati,

karena isi yang sedang dianalisa tidak dipengaruhi oleh keberadaannya. Informasi

yang dianggap sulit untuk diperoleh melalui observasi langsung atau cara-cara

lainnya dapat diperoleh melalui analisa isi yang digambarkan diatas.

Keuntungan kedua adalah bahwa analisa isi cukup mudah untuk

direplikasi. Terakhir, informasi yang diperoleh melalui analisa isi dapat menjadi

sangat membantu dalam merencanakan instruksi lebih jauh.

Masalah utama Ms. Hallowitz terletak pada ketidakmampuannya untuk

menspesifikasikan secara jelas kategori-kategori yang akan sesuai dengan

pertanyaan-pertanyaannya.

24

Page 25: Penelitian Tindakan Kelas

5. Memprediksikan Tipe Siswa Yang Memiliki Kesulitan Mempelajari

Aljabar Dengan Metode Korelasi

Mari kita beralih ke matematika untuk contoh berikutnya. Mr.

Thompson, seorang guru aljabar, terganggu oleh fakta bahwa beberapa siswanya

memiliki kesulitan mempelajari aljabar sementara siswa lainnya mempelajarinya

dengan mudah. Akibatnya, dia bertanya:

Bagaimana saya dapat memprediksikan tipe individu yang cenderung

memiliki kesulitan mempelajari aljabar?

Apakah yang mungkin dilakukan Mr. Thompson untuk menyelidiki pertanyaan

ini?

Jika Mr. Thomson dapat membuat prediksi-prediksi yang cukup akurat

menyangkut hal ini, maka dia dapat menyarankan beberapa ukuran korektif yang

dapat digunakan oleh dirinya dan guru lain untuk membantu siswa sehingga

sejumlah besar “pembenci matematika” tidak diproduksi. Dalam hal ini, analisa

korelasi akan menjadi tepat (lihat Bab 15). Mr. Thomson dapat menggunakan

beragam ukuran untuk mengumpulkan jenis-jenis data yang berbeda mengenai

siswa-siswanya.

Informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat membantu Mr.

Thomson untuk memprediksikan secara lebih akurat siswa-siswa manakah yang

akan memiliki kesulitan-kesulitan belajar dalam aljabar dan harus memberikan

beberapa teknik untuk membantu siswa belajar.

Masalah utama dari Mr. Thomson kemungkinan adalah memperoleh

ukuran-ukuran yang memadai pada variabel yang berbeda-beda yang ingin

dipelajarinya. Beberapa informasi harus tersedia dari catatan sekolah; variabel-

variabel lainnya kemungkinan akan membutuhkan instrumentasi khusus.

Tentu saja Mr. Thomson memiliki cara yang reliabel dan valid untuk

mengukur kemampuan dalam aljabar. Dia harus juga menghindari data yang

tidak lengkap (misalnya skor-skor yang hilang untuk beberapa siswa pada beberaa

ukuran).

25

Page 26: Penelitian Tindakan Kelas

6. Membandingkan Dua Cara Mengajar Kimia Dengan Menggunakan

Metode Kausal-Komparatif

Ms. Perea, seorang guru kimia tahun pertama, tertarik untuk menemukan

apakah para siswa dalam kelas-kelas terdahulu lebih berprestasi dan merasa lebih

baik dengan kimia ketika mereka diajarkan oleh seorang guru yang menggunakan

materi-materi “sain inquiry”. Dia mengajukan pertanyaan berikut ini:

Bagaimana prestasi siswa-siswa yang telah diajarkan dengan metode sain

inquiry ketika dibandingkan dengan prestasi siswa-siswa yang telah

diajarkan dengan metode tradisional?

Apakah yang mungkin dilakukan Ms. Perea untuk memperoleh beberapa jawaban

atas pertanyaannya?

Jika pertanyaan-pertanyaan ini akan diselidiki secara eksperimen, maka

dua kelompok siswa akan harus terbentuk dan kemudian setiap kelompok

diajarkan secara berbeda oleh guru-guru yang terlibat. Pencapaian dan sikap dari

dua kelompok kemudian dapat dibandingkan dengan satu atau lebih alat asesmen.

Untuk mengujikan pertanyaan ini dengan menggunakan desain kausal-

komparatif (lihat Bab 16), Ms. Perea harus menemukan sekelompok siswa yang

telah diekspos pada materi-materi sain inquiry kemudian membandingkan

pencapaian mereka dengan pencapaian kelompok lainnya yang diajarkan dengan

teks standar. Apakah dua kelompok ini berbeda-beda dalam pencapaian dan sikap

mereka terhadap kimia? Seandainya ya. Dapatkah Ms. Perea kemudian

menyimpulkan dengan rasa percaya diri bahwa perbedaaan dalam materi

menghasilkan perbedaan dalam pencapaian atau sikap? Sejauh dia dapat

mengesampingkan penjelasan-penjelasan alternatif tersebut, dia dapat memiliki

keyakinan bahwa materi-materi inqury setidaknya adalah salah satu faktor yang

menyebabkan perbedaan antar kelompok.

Masalah-masalah utama dari Ms. Perea adalah memperoleh ukuran yang

baik untuk pencapaian dan mengontrol variabel-variabel tak berhubungan.

Mengontrol variabel tak berhubungan kemungkinan akan menjadi sulit, karena

Ms. Perea perlu memiliki akses untuk kelas-kelas sebelumnya agar dapat

memperoleh informasi yang relevan (seperti kemampuan siswa dan pengalaman

26

Page 27: Penelitian Tindakan Kelas

guru). Dia mungkin melokasikan kelas-kelas yang sesama mungkin menyangkut

variabel-variabel tak berhubungan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil.

Kecuali jika Ms. Perea memiliki alasan untuk ingin mempelajari kelas-

kelas sebelumnya, dia mungkin disarankan untuk membandingkan metode-

metode yang sedang digunakannya sekarang ini. Dia mungkin dapat

menggunakan pendekatan kuasi eksperimen. Jika tidak, pendekatan kausal-

komparifnya akan memungkinkan kontrol yang lebih mudah terhadap variabel-

variabel tak berhubungan jika kelas-kelas baru digunakan.

7. Meneliti Cara Mengajar Guru Musik Melalui Sebuah Study Etnografi

Mr. Adam, seorang kepala kurikulum di sebuah sekolah dasar, tertarik

untuk mengetahui lebih banyak tentang bagaimana guru-guru musik di sekolah

tersebut mengajarkan mata pelajaran mereka. Dia bertanya:

Apakah yang dilakukan oleh guru-guru musik kita dalam rutinitas sehari-

hari mereka? Dalam jenis-jenis aktifitas apakah mereka terlibat?

Apakah aturan-aturan eksplisit dan implisit dari permainan dalam kelas-

kelas musik yang tampaknya membantu atau menghambat proses

pembelajaran?

Apakah yang dapat dilakukan oleh Mr. Adam untuk mendapatkan beberapa

jawaban?

Mr. Adam dapat memilih untuk melakukan etnografi (lihat Bab 21). Dia

dapat mencoba untuk mendokumentasikan atau menggambarkan aktifitas-aktifitas

yang masuk dalam kelas-kelas guru musik dalam rutinitas mereka sehari-hari.

Idealnya, Mr. Adam harus memfokuskan hanya pada satu kelas dan berencana

untuk mengamati guru dan siswa dalam kelas tersebut seregular mungkin. Dia

harus berusaha untuk menggambarkan sepenuh mungkin apa yang dilihatnya

sedang berlangsung.

Data yang akan dikumpulkan mungkin termasuk wawancara dengan guru

dan siswa, deskripsi-deskripsi detil rutinitas kelas, rekaman audio mengenai

konferensi guru-siswa, rekaman video diskusi kelas, contoh-contoh dari rencana

27

Page 28: Penelitian Tindakan Kelas

pelajaran guru dan kerja siswa, dan flowchart yang mengilustrasikan arah dan

frekuensi jenis-jenis tertentu komentar.

Penelitian etnografi cocok dengan studi detil mengenai orang-orang dan

juga kelas. Terkadang banyak yang dapat dipelajari dari hanya mempelajari satu

orang saja. Misalnya, beberapa siswa belajar bagaimana untuk memainkan

instrumen musik dengan sangat mudah. Untuk mengetahui hal ini, Mr. Adams

mungkin mengamat dan mewawancarai salah seorang siswa secara reguler untuk

melihat apakah ada pola-pola regularitas yang dapat diperhatikan dalam prilaku

siswa. Guru dan konselor, dan juga siswa, mungkin diwawancarai secara

mendalam. Mr. Adams juga dapat melakukan serangkaian observasi yang sama

dan wawancara terhadap seorang siswa yang menganggap bahwa belajar

bagaimana untuk memainkan instrumen itu sangatlah sulit, untuk melihat

perbedaan-perbedaan apakah yang dapat diidentifikasikan. Seperti dalam studi

kelas keseluruhan, sebanyak mungkin informasi (gaya belajar, sikap terhadap

musik, pendekatan untuk mata pelajaran, prilaku dalam kelas) akan dikumpulkan.

Harapan disin adalah bahwa dengan mempelajari seorang individu, maka

pengetahuan dapat diperoleh yang akan membantu guru dengan siswa-siswa yang

sama di masa yang akan datang.

Salah satu kesulitan dalam melakukan studi etnografi adalah bahwa sedikit

saran dapat diberikan sebelumnya. Kesalahan utama adalah memungkinkan

pandangan-pandangan personal untuk mempengaruhi informasi yang diperoleh

dan penafsirannya.

Mr. Adams dapat memilih untuk menggunakan sistem observasi yang

lebih terstruktur dan wawancara terstruktur. Ini akan mengurangi subjektifitas

dari datanya, tetapi mungkin juga mengurangi apa yang dilaporkannya. Kita

yakin bahwa studi etnograf harus dilakukan hanya dibawah bimbingan seseorang

dengan pelatihan dan pengalaman dalam menggunakan metodologi ini

28

Page 29: Penelitian Tindakan Kelas

L. Salah Satu Contoh Penelitian Tindakan

Pada bagian ini kami ingin menampilkan salah satu contoh nyata

bagaimana salah satu jenis penelitian yang paling sulit dilakukan di sekolah

(kuasi-eksperimen) dapat dilakukan dalam konteks aktivitas sekolah yang sedang

berlangsung. Penelitian ini dilakukan oleh salah satu mahasiswa kami, Darlene

DeMaria dalam kelas siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar negeri di dekat

San Francisco, California. Ms. DeMaria berhipotesis bahwa siswa laki- laki

berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah dasar yang menerima program

pelatihan relaksasi secara sistematik akan menunjukkan penurunan perilaku tidak

mengerjakan tugas yang lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang tidak

menerima program latihan.

Mengadaptasi dari instrumen yang ada, Ms. DeMaria memilih 25 item

(perilaku) dari 60 item yang sebelumnya dirancang untuk menilai menurunnya

perhatian. 25 item yang dipilih adalah yang paling berhubungan dengan perilaku

tidak mengerjakan tugas (off-task behavior). Masing-masing item bernilai 0

sampai 4 berdasarkan observasi pada siswa, dengan nilai 0 mengindikasikan

bahwa perilaku tersebut tidak dapat diamati (tidak dilakukan siswa), dan nilai 4

mengindikasikan bahwa perilaku tersebut sering dilakukan oleh siswa sehingga

mengganggu kegiatan belajar.

Tiga minggu setelah sekolah dimulai, Ms. DeMaria dan asisten

independennya mengisi skala rating untuk 18 siswa. Nilainya menjadi dasar untuk

menilai perbaikan dan pencocokan dua kelompok sebelum diberi perlakuan.

Karena siswa ditugaskan ke "ruang sumber daya" (dimana Ms. DeMaria

mengajar) sekitar satu jam perhari dalam jadwal mereka untuk dua sampai empat

kelompok yang telah diatur sebelumnya, maka pemberian tugas secara acak

tidaklah mungkin. Bagaimanapun, memungkinan untuk mengelompokkan para

siswa berdasarkan tingkat kemampuan dan sikap tidak mengerjakan tugas. Kelas

ini meliputi para siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Para siswa tersebut dipilih

untuk menjadi anggota kelompok eksperimen, yang menerima program relaksasi

setiap hari selama empat minggu (Tahap I), setelah itu Ms. DeMaria dan asisten

independennya menilai 18 siswa. Perbandingan kelompok pada saat ini

29

Page 30: Penelitian Tindakan Kelas

berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis pertama. Selanjutnya, program

relaksasi dilanjutkan untuk kelompok eksperimen yang sesungguhnya dan dimulai

untuk kelompok kontrol selama empat minggu berikutnya (Tahap II), yang

memungkinkan penambahan kelompok pembanding untuk menyelesaikan

pertanyaan- pertanyaan etika di luar dari satu kelompok yang tidak memiliki

pengalaman menguntungkan. Di akhir tahapan ini, semua siswa dinilai kembali

oleh Ms. DeMaria dan asistennya. Rancangan percobaan yang ditunjukkan pada

Gambar 5 di bawah ini.

Tahap I Tahap II

Kelompok I O M X1 O X1 O

Kelompok II O M O X1 O

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah fase I, kelompok

eksperimen menunjukkan kemunduran (lebih banyak perilaku tidak mengerjakan

tugas – bertentangan dengan hipotesis), sedangkan kelas pembanding

menunjukkan perubahan yang sedikit. Pada akhir fase II, nilai pada kedua

kelompok ini kurang lebih sama seperti pada akhir fase I. Analisis lebih lanjut

dari berbagai sub kelompok (masing-masing diperintahkan selama periode waktu

yang berbeda) menunjukkan sedikit perubahan pada kelompok yang hanya

menerima empat minggu pelatihan. Dari tiga sub kelompok yang menerima

delapan minggu pelatihan, dua menunjukkan penurunan substansial dalam

perilaku tidak mengerjakan tugas dan satu menunjukkan peningkatan yang berarti.

Penjelasan untuk keduanya tampak jelas. Salah seorang siswa yang ditempatkan

di ruang sumber daya program sesaat sebelum dimulainya pelatihan relaksasi

berdampak semakin mengganggu pada anggota lain dari sub kelompoknya,

pengaruh ini menunjukan bahwa pelatihan itu tidak cukup kuat untuk mengatasi

masalah tersebut.

30

Gambar 5. Desain eksperimen pada penelitian DeMaria

Page 31: Penelitian Tindakan Kelas

Studi ini menunjukkan bagaimana penelitian untuk pertanyaan-

pertannyaan penting dapat dilakukan di situasi sekolah yang nyata dan dapat

bermanfaat, meskipun sifatnya sementara, implikasi untuk praktis.

Seperti penelitian lainnya, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.

Pertama kesepakatan antara Ms. DeMaria dan asistennya mengenai penilaian

pretest tidaklah cukup, diperlukan diskusi dan rekonsiliasi lebih lanjut untuk

membahas mengenai perbedaan tersebut, sehingga masing-masing skor pretest

rentangnya tidak terlalu jauh berbeda. Bagaimanapun, kesepakatan untuk skor

postest hasilnya memuaskan (nilai r di atas 0,80).

Keterbatasan yang kedua adalah bahwa hasil pretest kelompok

pembanding (kelompok kontrol) tidak dapat langsung dibandingkan dengan tepat,

karena kelompok pembanding memiliki lebih banyak siswa yang jumlahnya

sangat mencolok. Meskipun kedua kelompok tersebut menunjukan prilaku tidak

mengerjakan tugas secara keseluruhan, perbedaan ini sama halnya dengan

perbedaan- perbedaan tidak terkontrol dalam krakteristik subjek, hal ini secara

konseptual bisa menjelaskan perbedaan hasil untuk kedua kelompok. Selanjutnya,

fakta bahwa pelaksana (Ms. DeMaria) sebagai salah satu penilai bisa sangat

mempengaruhi nilai (rating). Berdasarkan fakta bahwa pada tahap II skor untuk

kelompok eksperimen asli sebenarnya lebih tinggi (bertentangan dengan

hipotesisnya) dari pada Tahap 1. Bukti reliabilitas skor tes ulang tidak dapat

diperoleh selama waktu yang tersedia untuk penelitian. Bukti untuk validitas

terletak pada kesepakatan antara penilai independen. Generalisasi di luar

kelompok ini secara jelas tidak dibenarkan. Analisis subkelompok, meskipun

memberikan penjelasan yang jelas semuanya tidak terlepas dari fakta, dan masih

saja hasilnya bersifat sangat tentatif.

Walaupun dengan adanya keterbatasan ini, penelitian ini menyarankan

bahwa program relaksasi mungkin memiliki nilai setidaknya untuk beberapa

siswa jika dilakukan cukup lama. Satu atau lebih guru lain sebaiknya terdorong

untuk meniru studi ini. Keuntungan tambahan adalah bahwa penelitian

diklarifikasi, untuk guru, dinamika dari setiap subkelompok di kelasnya.

31

Page 32: Penelitian Tindakan Kelas

Guru kelas dan profesional lain dapat (dan sebaiknnya, kita dapat

berpendapat) melakukan penelitian seperti yang telah kita ringkas. Seperti

disebutkan sebelumnya, ada banyak hal dalam bidang pendidikan ini yang masih

sangat sedikit kita ketahui. Banyak pertanyaan yang masih tidak terjawab; masih

membutuhkan sangat banyak informasi. Guru- guru kelas, para konselor, dan para

administrator dapat membantu menyediakan informasi ini. Kami harap Anda akan

menjadi salah satu dari mereka yang melakukan hal tersebut.

M. Sebuah Contoh Publikasi Penelitian Tindakan

Untuk menutup bab ini, kami menampilkan contoh publikasi penelitian

tindakan, disertai kritikan tentang kekuatan dan kelemahan. Sebagaimana kami

pun melakukan kritikan pada jenis-jenis penelitian lainnya, kami menggunakan

konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya pada bagian awal dalam

melakukan analisis.

Laporan Penelitian

Sumber: Journal of Research in Childhood Education,14, no.2 (2000): 232-238.

Apa yang dimaksud dengan “Berpikir sebelum Saya Bertindak”?:Resolusi Konflik dengan Pilihan-PilihanLonisa BrowningBarbara DavisVirginia RestaSouthwest Texas State University, San Marcos

AbstrakSebanyak 20 siswa kelas satu berpartisipasi dalam

penelitian tindakan ini selama 8 minggu. Siswa berpartisipasi dalam pertemuan kelas (class meeting) dimana mereka mendiskusikan solusi untuk memecahankan masalah, secara khusus membentuk suatu resolusi konflik.”Roda pilihan”(wheel choice) menyediakan beberapa pilihan solusi untuk siswa yang meliputi 1)meminta maaf, 2)katakan pada yang lainnya untuk berhenti, 3) pergi/tinggalkan, 4) memberikan pesan “saya”. Data dikumpulkan melalui 1)survey siswa sebelum dan sesudah, 2) jurnal siswa pemecahan konflik, 3) lembar tally dari perilaku, 4)

32

Page 33: Penelitian Tindakan Kelas

catatan pengamatan, 5) jurnal refleksi guru. Survey sebelum dan sesudah mengindikasikan bahwa siswa mengalami perkembangan positif dalam strategi pemecaha masalah. Jurnal pemecahan masalah siswa memperlihatkan bahwa siswa mampu untuk menuliskan bentuk positif dari pemecahan masalah setelah memikirkan tentang masalah tersebut. Analisa dari lembar tally menunjukkan bahwa agresi fisik dan verbal menurun dari minggu pertama (22 kejadian) sampai minggu ke-8 (4 kejadian) penelitian. Jurnal refleksi guru dan catatan pengamatan juga mendokumentasikan bahwa siswa menggunakan “roda pilihan” saat diberi kesempatan dan waktu untuk memikirkan masalah.

“Berhenti menertawaiku” teriak Michael (semua nama adalah

samaran) sambil mendorong teman sekelasnya dengan penuh

tenaga ke papan buletin. Dahinya dipenuhi lipatan garis, matanya

membelalak, dan mulutnya menjadi satu garis. Michael

mengepalkan tangan dan badannya yang kuat ditunjukan padaku

(penulis kesatu) bahwa ia sedang tidak ingin untuk membicarakan

masalahnya. Selama tahun pertama saya mengajar kelas 1, saya

dihadapkan dengan masalah seperti ini setiap hari. Siswa-siswa

saya kelihatannya tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan

untuk mengatasi masalah dengan kawan sebayanya dengan baik.

Seperti Michael, reaksi pertamanya selalu memukul,

mendorong,dan atau berteriak.

Sebagai seorang guru, saya ingin membimbing siswa-

siswa saya untuk mengatasi konflik yang sering terjadi.

Kebanyakan siswa-siswa saya melakukan serangan verbal dan

fisik pada lingkungan tetangganya dan rumah, sehingga mereka

menggunakan model tersebut sebagai solusi dari permasalahan

mereka. Oleh karena itu, membantu siswa dengan belajar metode

yang positif dalam penyelesaian masalah menjadi fokus dalam

penelitian tindakan yang saya lakukan dikelas saya selama tahun

pertama mengajar.

33

Hanya verbal

Page 34: Penelitian Tindakan Kelas

Para siswa di kelas satu ini tinggal di lingkungan dimana

kekerasan, baik dalam geng dan rumah tangga, adalah hal yang

biasa. Umumnya siswa berasal dari keluarga dengan pendapatan

yang rendah, kaum minoritas. Banyak dari mereka tinggal

dirumah multi keluarga (multi-family homes). Mereka biasa

berpindah dari rumah ke rumah. Anak-anak ini bertindak seperti

apa yang mereka lihat di lingkungannya (contoh, memukul,

berteriak, berkelahi). Setiap minggu, saya harus melaporkan

beberapa data kepada petugas tentang anak-anak yang

menyelesaikan masalahnya dengan serangan fisik atau kata-kata.

Pertanyaan penelitian yang saya kembangkan untuk

memfokuskan penyelidikan ini adalah “ akankah serangan secara

fisik dan verbal dari siswa dapat menyelesaikan masalah dengan

cara konstruktif jika disediakan contoh solusi alternatif pro-

sosial?” saya ingin siswa-siswa saya untuk 1) mengurangi

penggunaan serangan fisik dan verbal dalam menyelesaikan

masalah, 2) meningkatkan penggunaan solusi positif, 3) mampu

mengungkapkan masalah, perasaan mereka, dan satu solusi

membangun. Pada akhirnya, saya ingin para siswa dapat

mempersiapkan diri untuk lingkungan yang lebih luas dengan

belajar dan menggunakan bentuk gagasan membangun dalam

memanajemen masalah.

Beberapa peneliti telah meneliti efek perilaku pro-sosial

keterampilan sosial pada anak-anak kecil. Anak-anak sangat

egosentris (mereka melihat dunia dari sudut pandang mereka).

Mereka berfokus pada aspek situasi yang penting bagi mereka

(Bailey, 1994). Orang-orang dewasa berperan penting dalam

membantu anak-anak mengembangkan sikap dan perilaku pro-

sosial mereka. Anak-anak hidup dari apa yang mereka pelajari

(Nelsen, Lott, & Glenn, 1997; Wittmer & Honig, 1994). Alasan

utama anak-anak berkelahi adalah karena orang-orang dewasa

34

Deskripsi sample

Pertanyaan penelitian

Tujuan

Penelitia sebelumnya

Page 35: Penelitian Tindakan Kelas

dalam hidup mereka tidak mengajarkan mereka pilihan lain untuk

menyelesaikan masalah (Nelsen, Duffy, Escobar, Ortolano, &

Owen-Sohocki, 1996). Orang dewasa perlu mengajarkan anak-

anak mengekspresikan perasaan mereka dan memahami perasaan

orang lain. Anak-anak juga perlu kemampuan berpikir melalui

masalah sedikit demi sedikit dan mengembangkan solusi

alternatif. Jika guru perlu waktu untuk mendorong, memfasilitasi,

dan mengajarkan perilaku pro-sosial, interaksi anak-anak pro-

sosial meningkat dan serangan berkurang (Wittmer&honig,1994).

Bailey (1994) menyatakan bahwa anak-anak perlu untuk

mengambil tanggung jawab untuk pemecahan masalah, yang

menyelesaikan masalah yang terjadi pada mereka sesekali waktu.

Siswa mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah

dengan menemukan ide pemecahan yang dapat dilakukan

(Bailey,1994; sloane 1994). Para siswa menjadi pemecah masalah

yang aktif ketika guru meluangkan waktu untuk melatih siswa

dalam pemecahan masalah dan memberi mereka kesempatan

untuk mempraktekan kemampuan

tersebut(Nellson,lott,glenn,1997). Ketika keterlibatan guru tidak

diperlukan, siswa seharusnya mampu mengikuti langkah

pemecahan masalah, yaitu 1) mendefinisikan masalah, 2)

membuat solusi-solusi, 3) mencari kesepakatan, 4) melaksanakan

solusi, 5) mengevaluasi apakah masalah terselesaikan atau tidak

(Sloane,1998). Menggunakan langkah pemecahan masalah ini dan

mengambil tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan dapat

membantu siswa untuk belajar mendengarkan, memahami sudut

pandang lain, mengenali masalah, dan mencari solusi alternatif

(Bailey,1994).

Pertemuan kelas, seperti yang didefinisikan oleh Nelsen,

Lott, and Glenn dalam Positive Discipline in the Classroom

(1997), menyediakan waktu (misalnya 20 sampai 30 menint)

35

Peneliltian sebelumnya

Peneliltian sebelumnya

Peneliltian sebelumnya

Page 36: Penelitian Tindakan Kelas

selama hari sekolah ketika siswa membentuk lingkaran untuk

berdiskusi tentang beberapa isu dan masalah di kelas. Pertemuan

kelas menyediakan suatu peluang bagi siswa untuk berlatih

menggunakan kemampuan pro-sosial dengan membuat keputusan

dan penyelesaian masalah bersama. Mereka juga membantu siswa

mengembangkan nilai-nilai rasa dan rasa memiliki dengan

membolehkan mereka berbagi perhatian, keingintahuan, rasa

frustasi, dan perayaan. Melalui pertemuan kelas, siswa mampu

mengekspresikan perhatiannya dan memecahkan masalah dalam

suatu lingkungan yang tanpa ancaman. Dengan pengembangan

solusi yang berkaitan, penuh hormat, dan masuk akal, siswa

belajar suatu kemampuan yang membuat mereka mampu

menyelesaikan masalah. Tujuan dari pertemuan kelas ini adalah

membantu siswa mempelajari kemampuan yang dapat mereka

gunakan setiap hari sepanjang hidupnya (Mcewan, Gathercoal,

Donahuee, Greenfield & Strangio, 1998; Nelson,Lott, & Glenn,

19979).

Metode dan Prosedur

Proyek penelitian tindakan ini dilakukan di kelas satu

sekolah dasar yang terletak di daerah barat daya Amerika Serikat.

Sebanyak 95% dari siswa di kampus pra TK ini sampai kelas lima

mewakili populasi minoritas, mayoritas berasal dari latar belakang

sosial ekonomi rendah. Kelas satu yang saya ajar terdiri dari 20

orang siswa (12 orang laki-laki dan 8 orang perempuan).

Seperempat bagian dari kelas adalah African American, sekitar

tiga-perempat Hispanik, dan satu anak adalah Kaukasian. Proyek

delapan minggu ini dilakukan selama semester kedua tahun ajaran

sekolah.

Pada awal tahun ajaran sekolah, saya memperkenalkan

format pertemuan kelas yang dituliskan oleh Nelsen dkk. (1997).

36

Sample

Metode

Peneliltian sebelumnya

Page 37: Penelitian Tindakan Kelas

Format ini terdiri dari 1) siswa membentuk lingkaran, 2)

memberikan pujian dan apresiasi, 3) menindaklanjuti solusi

sebelumnya, 4) membahas agenda (misalnya, berbagi masalah /

keprihatinan, solusi pemecahan masalah), dan 5) membahas

rencana berkutnya (misalnya, kunjungan lapangan, pesta, proyek).

Salah satu aspek dari prosedur Nelsen's "Disiplin positif"

bahwa saya memperkenalkan kepada siswa saya tentang

penggunaan "roda pilihan" (lihat Gambar 2....). "Roda pilihan"

menyediakan beberapa alternatif pilihan untuk memecahkan

ketidaksepakatan. Beberapa strategi pada "roda pilihan" meliputi

1) meminta maaf, 2) memberitahu orang untuk berhenti, 3)

pergi/tinggalkan, dan 4) memberi pesan"Aku". Setiap langkah dari

"roda pilihan" diperkenalkan melalui bermain peran (oleh peneliti

sendiri dan para siswa) dan diskusi. Sebuah poster besar "roda

pilihan", termasuk gambar yang menggambarkan strategi

pemecahan masalah (untuk membantu pembaca secara tiba-tiba),

digantung di pintu kelas sebagai rujukan untuk anak-anak setiap

kali konflik muncul. Dengan menerapkan "roda pilihan," saya

berharap untuk melibatkan para siswa saya dalam bentuk resolusi

konflik yang positif dengan memberikan pilihan sebagai solusi.

Pengumpulan Data

Baik data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan selama penelitian

ini. Sedangkan data yang dikumpulkan pada semua kelas, saya

targetkan lima siswa untuk mengamati lebih dekat selama proyek.

Siswa-siswa ini dipilih karena saya telah mengamati bahwa

mereka mengalami kesulitan dengan pemecahan masalah

sepanjang semester pertama. Reaksi pertama mereka di masa

konflik adalah mengeluarkan tindakan, baik secara fisik atau

secara lisan (misalnya, memukul, mendorong, berkelahi, berteriak,

atau mengadu). Sebagai sasaran penelitian saya, saya berharap

37

Purposif subsample

Page 38: Penelitian Tindakan Kelas

menemukan bahwa, selama masa kemarahan, kelima siswa

tersebut akan mengubah perilaku negatif mereka menjadi

konstruktif pemecahkan masalah.

Pada bagian berikut ini, saya akan menjelaskan beberapa

metode pengumpulan data, meliputi 1) survei pra dan post siswa,

2) jurnal resolusi konflik siswa, 3) lembar tally perilaku, 4) catatan

pengamatan, dan 5) jurnal reflektif guru.

Survei Siswa. Survei dikumpulkan untuk menentukan

bagaimana siswa menilai strategi pemecahan masalah mereka

sendiri (lihat contoh B). Saya membacakan pertanyaan-pertanyaan

survei kepada para siswa dan meminta mereka untuk melingkari

jawaban yang mereka rasa tepat. Untuk pertanyaan 3 dan 4, para

siswa menggambar dan kemudian diminta tanggapannya kepada

saya. Survei tersebut diadministrasikan pada awal dan akhir

penelitian untuk menentukan kemajuan siswa dalam

mengembangkan keterampilan dalam resolusi konflik.

38

Roda Pilihan

Contoh A

Reliabilitas?Validitas?

Kognitif, bukan perilaku

Page 39: Penelitian Tindakan Kelas

Jurnal Resolusi Konflik. Data juga dikumpulkan dari

jurnal resolusi konflik siswa. Setelah konflik, siswa menulis

tentang apa yang terjadi di jurnal mereka. Mereka membahas tiga

pertanyaan berikut dalam jurnal mereka: 1) Apa masalahnya? 2)

Bagaimana Anda mengatasinya? dan 3) Apakah cara lain untuk

mengatasinya? Tujuan dari jurnal adalah untuk membantu siswa

mengingat apa yang terjadi sehingga mereka bisa

mendiskusikannya dengan saya nanti.

Lembar turus (Tally sheets). Lembar turus (tally) perilaku

digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa yang

ditargetkan berapa kali melakukan serangan fisik dan verbal. Saya

juga menggunakan lembar tally untuk mencatat seberapa sering

para siswa menggunakan "roda pilihan" untuk memecahkan

masalah. Dengan memberikan turus pada masing-masing, saya

menulis huruf pertama dari nama siswa dan apa yang dia lakukan.

Pada akhir setiap minggu, saya menjumlahkan tanda turusnya.

Catatan observasi. Selama pertemuan kelas, saya terus

mencatat pengamatan di notebook agenda. Setelah "roda pilihan"

diperkenalkan sebagai strategi konflik resolusi, saya menganalisis

catatan agenda pertemuan kelas setiap minggu selama proyek ini

untuk melihat apakah siswa menggunakan strategi untuk

memecahkan konflik sebagai sebuah kelompok. Catatan agenda

termasuk masalah atau kepedulian individu anak dan daftar dari

solusi siswa dikembangkan bersama selama pertemuan kelas.

Dalam analisis saya, saya melihat apakah jenis resolusi siswa

yang disarankan adalah perubahan dari langkah-langkah hukuman

- seperti "pergi ke DIL" (dalam penangguhan sekolah), "membawa

mereka ke kepala sekolah," "pergi keluar, "atau" menandai

pakaian mereka menjadi merah "(pada warna kelas disipliner -

perubahan bagan) - solusi yang lebih positif.

39

Cek kemugkinan validitas

Recall of behavior

Pengukuran perilaku

Hanya bukti perilaku kognitif

Page 40: Penelitian Tindakan Kelas

Jurnal Guru. Saya juga menyimpan jurnal reflektif guru

selama proyek ini, di mana, setiap minggu, saya menulis tentang

kejadian-kejadian di kelas saya. Pertanyaan-pertanyaan berikut

yang dibahas: Apakah siswa memiliki banyak konflik? Apakah

mereka menggunakan "roda pilihan"? Apakah ada siswa tertentu

yang mengalami kesulitan lebih dari yang lain? Selama saya

menyimpan jurnal ini, saya mencari tren perilaku siswa dan antara

saran resolusi konflik yang mereka pilih untuk digunakan.

Sampel B Survei Siswa

Nama: Tanggal:1. Ketika Anda marah pada teman Anda ...

a. memukul teman Andab. membentak teman Andac. memberitahu secara dewasad. memberitahu teman Anda bagaimana perasaan Anda

2. Ketika saya sedang bertengkar, saya menyelesaikannya sendiria. yab. tidak

3. Gambarlah sebuah gambar suatu waktu ketik Anda sedang bertengkar dengan seorang teman. (Guru akan menulis tanggapan siswa).

4. Gambrlah sebuah gambar bagaimana Anda memecahkan masalah itu. (Guru akan menulis tanggapan siswa).

Analisis Data dan Temuan

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7, analisis lembar

penghitungan menunjukkan bahwa kejadian serangan fisik dan

verbal menurun dari minggu pertama sampai kedelapan penelitian.

Pada awal penelitian, serangan verbal adalah metode yang paling

sering digunakan untuk menyelesaikan konflik. Jumlah kejadian

serangan verbal dicatat selama satu minggu adalah 22,

dibandingkan dengan hanya 4 kejadian selama delapan minggu.

Serangan fisik menurun tiga minggu pertama, tetapi kemudian

meningkat secara dramatis selama empat minggu (dari 4 kali

40

Target subsampel

Hasil untuk verbal; lebih sedikit dari fisik

Page 41: Penelitian Tindakan Kelas

sampai 8 kali). Setelah melihat kenaikan ini, saya menganalisa

nama pada lembar penghitungan untuk melihat siswa

menyelesaikan konflik dengan cara ini. Siswa yang sama telah

menggunakan strategi ini untuk semua delapan konflik. Walaupun

berfluktuasi, jumlah tindakan serangan secara fisik tidak turun dari

awal sampai akhir penelitian.

Sementara jumlah kejadian serangan fisik dan verbal

mengalami penurunan pada akhir penelitian, lembar penghitungan

tidak menunjukkan bahwa siswa menggunakan strategi dari

"Putaran pilihan'selama konflik memanas. Yang paling sering

menggunakan strategi"Putaran pilihan" terjadi pada minggu kedua,

setelah strategi diperkenalkan. Setelah itu, penggunaan strategi

meningkat dan mulai muncul lagi pada akhir penelitian. Temuan ini

menunjukkan bahwa siswa perlu diingatkan untuk merujuk pada

"Putaran pilihan" ketika konflik muncul.

Hasil perbandingan survei sebelum dan sesudah

menunjukkan bahwa siswa saya mengembangkan keterampilan

untuk menggunakan strategi yang lebih positif untuk memecahkan

konflik. Mayoritas tanggapan pada pra-survei menunjukkan bahwa

reaksi pertama siswa saat konflik adalah bertindak karena marah

dan bukan berhenti dan berpikir tentang masalah tersebut. Pasca-

survei, bagaimanapun, menyarankan bahwa sekali siswa diberi

kesempatan untuk menganalisis situasi dan berpikir tentang cara

mengatasinya, mereka mampu menghasilkan alternatif yang lebih

positif. Sebagai contoh, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7,

ketika Karen konflik dengan Lisa, reaksi awalnya adalah

menertawakan dan mendorongnya. Karen kemudian berpikir

tentang masalah ini dan memecahkan perselisihan dengan cara

yang lebih produktif. Tindakan ini menunjukkan bahwa Karen

mampu menggunakan apa yang ia pelajari dari "Putaran pilihan,"

seperti dari pertemuan kelas.

41

Hasil untuk verbal; lebih sedikit dari fisik

Interpretasi

f = ?

f = ?

Tidak jelas pada Gambar 7

Mengingat kembali perilaku

Page 42: Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 6. Jenis Strategi Resolusi Konflik yang Digunakan oleh Siswa (N-5)

42

Minggu ke

wa

Verbal

Putaran pilihan

Judul salah; lembar tally mencatat serangan, bukan strategi

Page 43: Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 7. Pasca Survey KarenJurnal resolusi konflik yang digunakan untuk memandu

siswa berpikir tentang masalah dan solusi yang mereka pilih untuk

digunakan. Melalui jurnal, saya bisa melihat apa jenis strategi

resolusi konflik sedang digunakan (misalnya, jika siswa mampu

memikirkan alternatif pilihan untuk pengelolaan konflik). Saya

juga dapat melihat dimana siswa memiliki kesulitan yang besar

ketika konflik muncul. Catatan jurnal mencerminkan bahwa siswa

mampu menulis bentuk positif dari resolusi konflik setelah berpikir

tentang masalah tersebut. Solusi ini biasanya didasarkan pada

pilihan dari "Putaran pilihan ."...

Saya menganalisa isi jurnal reflektif saya dan catatan

observasi dengan memberi kode warna pola respon. Saya sedang

mencari tren dalam jenis resolusi konflik yang digunakan. Saya

juga ingin melihat siswa berhasil menggunakan "Putaran pilihan"

dan dimana siswa membutuhkan bantuan lebih lanjut. Jurnal saya

adalah kaleidoskop warna. Entri pertama hanya menunjukkan

serangan fisik dan verbal. "Putaran pilihan" digunakan setidaknya

43

“Dan mennggunakan?”

Oleh siapa?

Page 44: Penelitian Tindakan Kelas

sekali sehari selama satu atau dua hari. Pada pertengahan proyek,

saya telah mencatat bahwa poster "Putaran pilihan" telah digunakan

lebih banyak oleh siswa, terutama selama pertemuan kelas. Sebagai

contoh, solusi siswa saya mulai menunjukkan selama pertemuan

kelas meliputi 1) memberitahu orang untuk berhenti, 2)

mengatakan kepadanya bagaimana perasaan Anda, 3)

meninggalkan, dan 4) mengabaikannya. Siswa saya juga belajar

bagaimana meminta orang lain untuk membantu (misalnya,

konselor, guru, siswa lain) jika salah satu solusi ini tidak berhasil.

Diberi kesempatan untuk membahas masalah dan mengembangkan

solusi secara kelompok membantu siswa muda saya menjadi

pemecah masalah yang lebih efektif. Melalui jurnal saya, saya

menemukan bahwa siswa saya mampu menggunakan "Putaran

pilihan" ketika diberi kesempatan dan waktu untuk berpikir tentang

masalah ini.

Berdasarkan catatan dalam jurnal reflektif saya dan data

pengamatan, saya memilih satu sasaran siswa yang tampaknya

mengalami kesulitan lebih besar dari orang lain saat menyelesaikan

konflik. tanggapan awal Michael adalah memukul, mendorong,

atau berteriak "berhenti!" Saya mencatat observasi pada Michael

saat ia berinteraksi dengan orang lain di kelas untuk melihat ketika

ia mengalami kesulitan yang besar. Dari warna-pengkodean

serangan fisik dan verbal dan dengan membandingkan konflik

dalam catatan observasi dan jurnal siswa, saya melihat bahwa

Michael jelas mengalami kesulitan lebih besar dengan konflik

ketika ia secara individual asyik dengan kegiatannya dan seorang

anak mengganggunya. Sebagai contoh, suatu hari sementara

Michael sedang membaca, Tim bertemu dia. Reaksi awal Michael

adalah memukul Tim pada lengan dan berteriak, "Kamu yang

melakukan itu!". Dia kemudian kembali bekerja, hampir tidak

menyadari perasaan Tim. Yang saya perhatikan dari catatan saya

44

Rincian yang bagus

Apakah mereka melakukannya?

Contoh yang baik

Perilaku atau kognitif

Page 45: Penelitian Tindakan Kelas

adalah bahwa ketika Michael punya waktu untuk

mempertimbangkan pilihan resolusi konflik, ia akan membuat

pilihan yang positif. Hal ini terlihat jelas dalam jurnal resolusi

konflik, di mana ia menulis "Putaran pilihan" solusi untuk semua

masalahnya.

Kesimpulan

Melalui penelitiannya, saya belajar bahwa siswa perlu waktu dan

latihan untuk mengubah kebiasaan pengelolaan konflik negatif.

Sementara reaksi pertama mereka mungkin menggunakan serangan

fisik atau verbal, bila diberikan model yang tepat dan waktu untuk

berpikir tentang solusi alternatif, bahkan anak-anak bisa belajar

untuk menjadi pemecah masalah yang efektif.

Anak-anak kecil umumnya ingin meniru orang dewasa di

lingkungan mereka. Anak-anak memainkan peran apa yang mereka

amati sebagai model dalam melakukan hidup mereka. Kelas saya

berasal dari latar belakang kekerasan yang menggunakan bentuk

negatif dari resolusi konflik. Saya tidak bisa menggunakan

lingkungan siswa atau model peran yang negatif, tapi saya bisa

mengajarkan mereka cara yang lebih baik menangani kemarahan,

frustrasi, dan perbedaan pendapat.

Meskipun siswa saya awalnya tidak menyelesaikan

konflik dengan cara yang produktif, saya tahu mereka mengerti

peran pemecahan masalah sebagai suatu kelompok. Pada akhir

tahun, saya bertanya kepada siswa mengapa kita memecahkan

masalah sebagai sebuah kelompok selama pertemuan kelas.

Keberhasilan dari proyek penelitian tindakan saya menjadi jelas

ketika Lisa berkata, "Ketika kita menyelesaikan masalah bersama-

sama kami memiliki lebih dari satu ide. Jika salah satu tidak

bekerja, kami memiliki lebih untuk mencoba Kalau kita mencoba

untuk menyelesaikan masalah dengan diri kita sendiri,. Tidak akan

45

Kebiasaan perilaku atau kebiasaan kkognitif?

Kognitif, bukan perirlaku

Page 46: Penelitian Tindakan Kelas

hanya satu hal yang harus dilakukan. " Dengan menerapkan

pertemuan kelas dan "Putaran pilihan," siswa saya diberi sumber

tambahan untuk membantu mereka dalam mengembangkan

keterampilan sosial yang konstruktif.

Saya percaya siswa saya berada di jalan untuk menjadi

pemecah masalah yang sukses, baik di sekolah dan di luar. Yang

paling penting, mereka perlu terus diberi kesempatan berlatih

menggunakan strategi pemecahan masalah konstruktif dalam

lingkungan yang mendukung untuk lebih mengembangkan

keterampilan berpikir sebelum mereka bertindak.

ReferensiBailey, B (1994). There's gotta be a better way: Discipline that works. Oviedo,

FL: Loving Guidance.McEwan,B., Gathercoal,P., Donahue, M., Greenfield, L., & Strangio, A.M. (1998,

April). Empowering students to take control of their own decisions: The synthesis of judicious discipline, class meetings, and issues of resiliency. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA.

Nelsen,J., Duffy, R., Escobar, L., Ortolano, K., & Owen-Sohocki,D. (1996). Positive discipline: A teacher's A-Z guide. Rocklin, CA: Prima Publishing and Communications.

Nelsen, J., & Lott, L. (1997). Positive discipline in the classroom: Teacher's guide. Orem, UT: Empowering People Books, Tapes, & Videos.

Nelsen, J., Lott, L., & Glemm, H.S. (1997). Positive discipline in the classroom. Rocklin, CA: Prima Publishing.

Sloane, M.W. (1998). Scoring conflict-resolution goals. Kappa Delta Pi Record, 35: 21-23

Wittmer, D. S., & Honig, A. S. (1994). Encouraging positive attitudes and behavior in young children. Young Children, 49: 4-12.

46

Kami setuju

Page 47: Penelitian Tindakan Kelas

N. ANALISIS PENELITIAN

1. Tujuan / Justifikasi

Tujuannya dinyatakan dalam paragraf keempat dalam hal perubahan yang

diinginkan dari perilaku kelas saat ini, dan mungkin kelas yang akan datang:

"Akhirnya, saya ingin anak-anak siap untuk menjadi siap bagian masyarakat yang

besar dengan belajar dan menggunakan bentuk-bentuk konstruktif manajemen

konflik. " Ini adalah contoh yang bertujuan sangat baik dalam penelitian tindakan.

Penilaian Ekstensif disediakan, termasuk masalah yang ada dan penelitian yang

bersangkutan.

2. Definisi

Definisi tidak tersedia. Meskipun istilah kunci mungkin tampak jelas dan

agak diperjelas oleh contoh, kita berpikir definisi serangan fisik dan verbal, solusi

yang positif, solusi konstruktif, dan konflik akan membantu.

3. Penelitian Sebelumnya

Banyak referensi yang relevan disediakan, baik sebagai latar belakang dan

intervensi tertentu. Hal ini tidak jelas apakah mereka komprehensif atau

representatif, tapi ini mengurangi masalah dalam penelitian tindakan.

4. Hipotesa

Sebuah Hipotesis searah jelas tersirat, yaitu, bahwa siswa, setelah

intervensi, akan menunjukkan penurunan seranganfisik dan verbal, akan lebih

mampu memverbalisasi konflik dan perasaan, dan menerapkan solusi yang lebih

konstruktif untuk konflik.

5. Sampel

Seperti yang diharapkan dalam penelitian tindakan, penulis tidak

memberikan indikasi yang bermaksud untuk menggeneralisasi sampel di luar

mereka, dalam hal ini sampel populasi. Jika generalisasi dimaksudkan, mereka

47

Page 48: Penelitian Tindakan Kelas

adalah contoh yang nyaman. Sampel 20 siswa kelas pertama adalah dijelaskan

dalam hal gender, etnis, lokasi umum, dan status sosial ekonomi. Lima dari ini,

terpilih sebagai yang paling membutuhkan bantuan, membuktikan data pada

serangan.

6. Instrumentasi

Kelima instrumen, secara umum, cukup dijelaskan. Kita harus

mengasumsikan bahwa respon yang diminta dalam survei dilakukan secara

individual. Reliabilitas dan validitas tidak dibahas, keduanya adalah bagian

penting dalam penelitian tindakan seperti pada penelitian jenis lain. Meskipun

membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha, lebih memungkinkan untuk

melakukan survei siswa dua kali uji coba pra dan pasca, dengan selang waktu

beberapa hari. Sebuah sistem penilaian yang dengan mudah bisa saja

dikembangkan berdasarkan frekuensi dan digunakan untuk memeriksa keandalan.

Demikian pula, perbandingan penyilangan waktu, kita berpikir, telah dibuat

dengan entri jurnal resolusi konflik, lembar penghitungan, catatan observasi, dan,

mungkin entri guru, jurnal. cek validitas bisa terdiri dari perbandingan di seluruh

instrumen (oleh perorangan atau kelompok) pada item umum seperti "penggunaan

serangan untuk memecahkan masalah."

7. Prosedur / Validitas Internal

Prosedur secara umum dijelaskan dengan baik dan termasuk referensi

secara detail lebih lanjut tentang intervensi. Kami pikir pembaca cukup diberikan

secara detail yang memungkinkan replikasi, jika diinginkan. Sebuah bagian dari

intervensi, pertemuan kelas, dimulai pada awal tahun ajaran, fokus pada resolusi

konflik, termasuk penggunaan "Putaran pilihan," dilakukan selama delapan

minggu selama semester kedua. Hal ini tersirat bahwa dilaksanakannya selama 20

sampai 30 menit (seharian?). Penelitian ini menggunakan satu-kelompok pertest -

Desain eksperimen posttest. Karena itu, mengikuti hampir semua ancaman

terhadap validitas internal yang kita bahas pada Bab 9. Artinya, karakteristik

subjek (yang tidak ditangani oleh pretest, seperti tingkat kemampuan, komposisi

48

Page 49: Penelitian Tindakan Kelas

keluarga, dan kontak langsung dengan penyalahgunaan), lokasi, bias peneliti,

sejarah, pematangan, sikap subyek, dan pelaksanaan semua penjelasan alternatif

yang mungkin dihasilkan . Dapat dikatakan bahwa karena tujuan utama adalah

untuk mempengaruhi para siswa dalam penelitian ini, tidak masalah apakah

intervensi itu sendiri atau mungkin keterampilan guru dalam bekerja dengan anak-

anak bertanggung jawab untuk perubahan yang positif. Itu tidak masalah,

bagaimanapun dalam menilai intervensi.

8. Analisis Data

Prosedur deskriptif yang digunakan, termasuk grafik batang, sesuai

(meskipun judul untuk grafik tidak benar). Skor didasarkan pada frekuensi

kemunculan untuk setiap grafik individu dan selanjutnya akan memberikan

informasi lebih lanjut. Frekuensi, daripada istilah-istilah seperti mayoritas dan

meruncing, seharusnya sudah dilaporkan lebih sering sepanjang terutama

perbandingan pre / post. Contoh-contoh memberikan kegunaan klarifikasi.

9. Hasil / Diskusi / Interpretasi

Walaupun hasil dan interpretasi bercampur, perbedaannya adalah, kita

berpikir, biasanya jelas. Hasil tertulis, pada umumnya, didukung oleh data,

meskipun lebih detail, seperti disebutkan di atas, telah memperkuat penelitian.

Pembahasan pada Gambar 2 tidak konsisten dengan Gambar itu sendiri. Hasil dan

interpretasi mereka tampak sesuai dengan satu perkecualian, perbedaan antara

alat-alat kognitif dan perilaku tidak konsisten dipertahankan. Perilaku "serangan

verbal" jelas menurun untuk lima siswa yang ditargetkan; serangan fisik tidak,

mungkin sebagian besar karena salah satu siswa (Michael). Untuk kelas secara

keseluruhan, sejauh mana "jurnal guru" hasilnya mencerminkan perilaku

sebenarnya resolusi konflik tidak jelas. Survei siswa, jurnal-resolusi konflik, dan

catatan observasi tampaknya berkaitan terutama untuk menggunakan individu

atau kelompok intelektual alat, yang berbeda dari perilaku yang sebenarnya.

Kami pikir studi ini adalah contoh yang baik dari penelitian tindakan.

Tampak jelas bahwa guru dan kelas memanfaatkan melakukan studi. Ada bukti

49

Page 50: Penelitian Tindakan Kelas

bahwa siswa belajar isi intervensi, kurang menggunakannya. Replikasi dari studi

oleh guru-guru lain dalam lokasi yang sama atau di tempat lain akan berharga bagi

mereka, kita berpikir, dan, jika digabungkan, akan berguna dalam mengevaluasi

intervensi.

50

Page 51: Penelitian Tindakan Kelas

BAB IIIKESIMPULAN

Sifat Penelitian Tindakan Penelitian tindakan dilakukan oleh admnistrator, guru, atau pendidikan lain

yang profesional untuk memecahkan masalah di tingkat lokal Masing-masing dari metode khusus penelitian dapat digunakan dalam studi

penelitian tindakan, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Memberikan pertanyaan penelitian mungkin sering dilakukan dengan

beberapa metode. Beberapa metode yang lebih tepat untuk pertanyaan penelitian tertentu dan /

atau pengaturan daripada metode lain.

Asumsi Penelitian Tindakan yang Mendasari Beberapa asumsi mendasari studi penelitian tindakan. Ini adalah bahwa

peserta memiliki wewenang untuk membuat keputusan, ingin meningkatkan

praktek mereka, berkomitmen untuk pengembangan profesional

berkelanjutan, dan akan terlibat dalam penyelidikan yang sistematis.

Jenis Penelitian Tindakan Penelitian tindakan praktis ditujukan sebagai masalah lokal yang spesifik. Partisipatif penelitian tindakan, sementara terfokus pada menangani masalah

lokal yang spesifik, upaya untuk memberdayakan peserta atau membawa

perubahan sosial. Tingkat Partisipasi dalam Penelitian Tindakan Partisipasi dapat berkisar dari memberikan informasi tentang keterlibatan

yang semakin lebih besar dalam berbagai aspek penelitian.

Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Ada empat langkah dalam penelitian tindakan: mengidentifikasi pertanyaan

penelitian atau masalah, mengumpulkan data yang diperlukan, menganalisis

dan menafsirkan data dan berbagi hasil dengan para peserta, dan

mengembangkan rencana tindakan.

51

Page 52: Penelitian Tindakan Kelas

Dalam penelitian partisipatif, setiap usaha dilakukan untuk melibatkan semua

orang yang memiliki kepentingan dalam hasil penelitian - para pemangku

kepentingan.

Keuntungan Penelitian Tindakan Setidaknya ada lima keuntungan untuk penelitian tindakan. Hal ini dapat

dilakukan terhadap siapa saja, di setiap jenis sekolah atau lembaga lainnya,

untuk menyelidiki hampir semua jenis masalah atau isu. Hal ini dapat

membantu meningkatkan praktik pendidikan. Hal ini dapat membantu

pendidikan dan profesional lainnya untuk meningkatkan keterampilan

mereka. Hal ini dapat membantu mereka belajar untuk mengidentifikasi

masalah secara sistematis, dan dapat membangun sebuah komunitas kecil

individu yang berorientasi penelitian di tingkat lokal. Penelitian Tindakan memiliki kesamaan dan perbedaan yang baik dari

penelitian kuantitatif dan kualitatif formal.

Sampling Dalam Penelitian Tindakan Penelitian Tindakan adalah yang paling mungkin untuk memilih sampel

purposive

Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian Tindakan Penelitian tindakan mempelajari terutama dari kemungkinan bias

pengumpulan data, pelaksanaan, dan ancaman sikap. Kebanyakan orang dapat

dikendalikan ke tingkat yang memadai.

Validitas Eksternal dan Penelitian Tindakan Studi Penelitian Tindakan lemah dalam validitas eksternal. Oleh karena itu

mereplikasinya penting dalam studi ini.

52

Page 53: Penelitian Tindakan Kelas

DAFTAR PUSTAKA

Wallen & Fraenkel. 200 . How to Design and Evaluate Research in Education. Seventh Edition. Mc.Graw Hill International Edition. Singapore.

53