penerapan akuntansi persediaan berdasarkan sak … · penerapan akuntansi persediaan berdasarkan...
TRANSCRIPT
PENERAPAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BERDASARKAN
SAK EMKM TAHUN 2018 PADA UD. SELVIN
KECAMATAN GOMO
SKRIPSI MINOR
Disusun Oleh:
LISIANI HULU
NIM: 15100131014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NIAS SELATAN
TELUKDALAM
2019
PENERAPAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BERDASARKAN
SAK EMKM TAHUN 2018 PADA UD. SELVIN
KECAMATAN GOMO
SKRIPSI MINOR
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperole gelar Ahli Madya
Disusun Oleh:
LISIANI HULU
NIM: 15100131014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NIAS SELATAN
TELUKDALAM
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi minor yang berjudul “Penerapan
Akuntansi Persediaan Berdasarkan SAK EMKM Tahun 2018 Pada UD.
Selvin Kecamatan Gomo”. Skripsi Minor ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya pada Program Studi Akuntansi
di STIE Nias Selatan.
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini, penulis tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Hal ini dapat diatasi penulis berkat adanya
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak yohanes Dakhi, SE., M.M sebagai Ketua STIE Nias Selatan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi minor ini.
2. Bapak Samalua Waoma, SE., M.M, sebagai Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIE Nias Selatan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti
dan menulis skripsi minor ini.
3. Ibu Alwinda Manao, SE., M.M selaku wakil ketua II STIE Nias Selatan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi
minor ini.
4. Bapak Timotius Duha, SE., M.M selaku wakil ketua III STIE Nias Selatan
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi
minor ini.
ii
5. Bapak Reaksi Zagoto, SE., M.M selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Anskaria S Gohae, SE., M.M selaku sekertaris Program Studi Akuntansi yang
telah memberikan pelayanan Akademik kepada penulis dalam menyusun
skripsi minor ini dan sekaligus dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan
saran dalam menyelesaikan skripsi minor ini.
6. Bapak/ Ibu dosen yang telah mengajari, memberikan motivasi dan semangat
sehingga penulis dapat menyusun skripsi minor ini.
7. Orang Tua Penulis yang telah mendidik, mengarahkan, memotivasikan,
memberikan semangat, dukungan doa dan material sehingga penulis dapat
menyusun skripsi minor ini.
8. Seluruh teman-teman yang telah berpatisipasi dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi minor ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan yang Maha Kuasa berkenan
membalas semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi minor ini
membawa manfaat dan pengembangan ilmu.
Telukdalam, Maret 2019
Penulis
Lisiani Hulu
NPM.15100131014
iii
DAFTAR ISI
LembarPersetujuan ………………………………………………................... i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… iv
Daftar Tabel …………………………………………………………………… vii
Daftar Gambar ………………………………………………………………… viii
Daftar Lampiran ................................................................................................. ix
Abstrak ………………………………………………………………………… x
Abstract .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………………. 4
1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. 4
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 5
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN METODE ANALISIS …………. 7
2.1 Tinjauan Literatur ………………………………………………………… 7
2.1.1 Pengertian Entitas Mikro Kecil dan Menengah ................................ 7
iv
2.1.2 Pengertian Akuntansi....................................................................... 9
2.1.3 Persediaan ....................................................................................... 10
2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan .......................................................... 12
2.1.5 Perbedaan Sistem Pencatatan Periodik dan Perpetual ....................... 14
2.1.7 Metode Penilaian Persediaan ........................................................... 15
2.2 PenelitianTerdahulu ……………………………………………………… 19
2.3 Metode Analisis…………………………………………………………… 20
2.3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 20
2.3.2 Jenis Data ........................................................................................ 21
2.3.3 Teknik Analisis Data ....................................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………. 22
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………………. 22
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................. 22
3.1.2 Struktur Perusahaan UD. Selvin Kecamatan Gomo.......................... 23
3.1.3 Tugas Masing-Masing Bagian ......................................................... 23
3.2 Deskripsi Data Penelitian …………………………………………………. 24
3.2.1 Jenis-Jenis Persediaan ..................................................................... 24
3.3 Pembahasan ............................................................................................. 28
3.3.1 Metode Pencatatan Persediaan Sesuai SAK EMKM
Tahun 2018 ..................................................................................... 31
3.3.2 Penerapan Metode Penilaian Persediaan Sesuai SAK EMKM
Tahun 2018 ..................................................................................... 28
3.3.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ..... 32
v
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………….. 35
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 35
4.2 Saran ……………………………………………………………………….. 35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….... 39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Penyajian Laporan Laba Rugi …………………… 15
Tabel 2.2 PenelitianTerdahulu …………………………………………… 19
Tabel 3.1 Daftar Persediaan Barang Dagangan UD. Selvin Kecamatan
Gomo ......................................................................................... 24
Tabel 3.2 Data Pembelian Barang-Barang yang ada di UD. Selvin ............. 27
Tabel 3.3 Data Penjualan Barang-Barang yang ada di UD. Selvin .............. 27
Tabel 3.4 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang . 32
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1StrukturPerusahaan UD.Selvin ...................................................... 23
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pembelian Persediaan Barang Pada UD. Selvin
Lampiran 2. Data Penjualan Persediaan Barang Pada UD. Selvin
Lampiran 3. Riwayat Hidup
ix
ABSTRAK
PENERAPAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BERDASARKAN
SAK EMKM TAHUN 2018 PADA UD. SELVIN
KECAMATAN GOMO
Oleh:
Lisiani Hulu
NIM. 15100131014
DosenPembimbing:
Reaksi Zagoto, SE.,MM
Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang Penerapan Akuntansi
Persediaan Berdasarkan SAk EMKM Tahun 2018 Pada UD. Selvin kecamatan
Gomo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan akuntansi persediaan
berupa sistem pencatatan akuntansi persediaan, metode penilaian persediaan
berdasarkan SAk EMKM Tahun 2018. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan
dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data
yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami akuntansi persediaan yang
diterapkan oleh UD.Selvin Kecamatan Gomo. Hasil yang didapat menunjukan
bahwa: Sistem pencatatan persediaan pada UD. Selvin Kecamatan Gomo t idak
mengunakan system pencatatan persediaan sesuai dengan SAKEMKM Tahun
2018. Metode penilaian persediaan pada UD. Selvin Kecamatan Gomo tidak
mengunakan metode penilaian persediaan sesuai dengan SAKEMKM Tahun
2018. Perusahaan UD. Selvin Kecamatan Gomo sebaiknya, sistem pencatatan
persediaan, metode penilaian persediaan, Melaksanakan system pencatatan
persediaan barang dagangan dengan membuat kartu persediaandan laporan
keuangan yang dicatat baik secara manual maupun dengan menggunakan system
komputerisasi. Melakukan pemeriksaan terhadap pencatatan persediaan dengan
teliti untuk menghindari hal-hal yang tidak diingikan misalnya kecurangan,
kehilangan dan kadaluarsa dan gangguan lainnya.
KataKunci: Pencatatan, Penilaian, Persediaan,
x
ABSTRACT
APPLICATION OF ACCOUNTING INVENTORY BASED
2018 SAK EMKM IN UD. SELVIN
DISTRICT GOMO
By:
LisianiHulu
NIM. 15100131014
Supervisor:
Reaksi Zagoto, SE., MM
The scope of this study is about the Application of Accounting for
Inventories Based on EMKM in 2018 at UD. Selvin, sub-district of Gomo. The
purpose of this study was to apply inventory accounting in the form of inventory
accounting recording systems, inventory valuation methods based on SAK
EMKM in 2018. The data analysis method used was descriptive method that is to
know or describe the reality of the events studied so as to facilitate authors to
obtain objective data in order to know and understand inventory accounting
applied by UD. Selvin District of Gomo. The results obtained show that:
Inventory recording system at UD. Selvin Subdistrict Gomo does not use the
inventory recording system in accordance with the EMKM SAK in 2018.
Inventory valuation methods at UD.Selvin Subdistrict Gomo does not use the
inventory valuation method in accordance with the EMKM SAK in 2018.
UD.Selvin District of Gomo better, inventory recording system, inventory
valuation method, Carry out a system of recording merchandise inventory by
making inventory cards and financial statements that are recorded either manually
or by using a computerized system. Examine the inventory record carefully to
avoid things that are not desired for example cheating, loss and expiration and
other disturbances.
Keywords: Recording, Valuation, Inventory.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menjalankan kegiatan usaha dagang dan proses pencapaian
tujuannya, berusaha memanfaatkan semua sumber atau asset yang dimilikinya
sebaik mungkin. Salah satu aset usaha dagang dan berhubungan langsung untuk
memperoleh pendapatan adalah persediaan. Yang juga merupakan aktiva
lancar dimana informasinya sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan
oleh manajemen. Pengambilan keputusan yang baik tentang persediaan akan
mempertahankan kelangsungan usaha dan mendorong masyarakat sebagai
pelanggan agar tidak meninggalkan produk yang dipasarkan pada usaha
dagang tersebut.
Persediaan adalah harta ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha
dagang normal atau barang yang digunakan maupun dikomsumsi dalam
produk barang yang akan dijual.
Persediaan usaha dagang berbeda dengan persediaan usaha dagang
menufaktur. Pada usaha dagang persediaan hanya terdiri satu jenis
persediaan saja yaitu persediaan barang dagang, sedangkan pada usaha
dagang menufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi. Pada laporan neraca saldo usaha dagang persediaan adalah salah satu aktiva
2
lancar yang mempunyai nilai investasi terbesar, sehingga dari hal tersebut diatas
kita dapat mengetahui betapa pentingnya persediaan bagi usaha dagang.
Persediaan adalah salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi dan
memiliki oleh suatu usaha dagang didalam aktifitas perdagangan yang
diperlukan adalah persediaan tersebut, maka semua aktifitas operasional
perusahaan diprioritaskan pada usaha untuk melikuidasi persediaan tersebut
menjadi kas beserta keuntungan yang diperoleh dari harga jual persediaan.
Dengan sistem akuntasi yang baik, penilaian terhadap persediaan akan
menjadi suatu sarana untuk memberikan informasi yang dapat digunakan
dalam evaluasi usaha serta sebagai alat untuk pengendalian intern yang
baik. Usaha dagang dituntut untuk mampu menerapkan kebijakan akuntansi
usaha dagang dengan baik agar dapat memberikan informasi yang akurat
guna kelancaran aktifitas usaha dagang.
Karena itulah usaha dagang mengikuti standar akuntansi keuangan
(SAK) yaitu dimana membahas tentang akuntansi persediaan yang
merupakan pedoman atas perlakuan akuntansi untuk persediaan dan memuat
tentang standar pencatatan serta penilaian dan pelaporan atas persediaan.
SAK EMKM diterbitkan diberlakukan terhitung mulai 1 januari 2018. SAK
EMKM diharapkan dapat membantu usaha dagang dalam mengatasi
masalah akuntansi yang semakin luas dan kompleks seiring dengan
berkembangnya teknologi dan informasi. Usaha dagang selvin adalah sebuah
usaha dagang berskala kecil yang mempunyai aktifitas utama yang menjual
berbagai macam barang seperti bola lampu, perlengkapan rumah, alat
3
bangunan dan lain-lain. Usaha dagang ini menjual produk tanpa melakukan
perubahan pada produk tersebut dan membeli produk dari distributor produk
tersebut. Didalam aktifitasnya, usaha dagang ini melakukan penjualan tunai
kredit sebagai usaha dagang menarik pelanggan sebanyak mungkin.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada penelitian terhadap
penerapan akuntansi persediaan diterapkan oleh UD. Selvin kecamatan Gomo
yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan beras, pupuk,
gula, garam, minyak tanah dan lain sebagainya. Sesuai dengan aktifitas
perusahaan dagang, perusahaan ini membeli dan menjual kembali barang,
sehingga persediaan hanya tergolong kedalam persediaan barang dagangan saja.
Dari alur pembelian yang dilakukan UD. Selvin Kecamatan Gomo tidak
melakukan ketilitian dan pengawasan pada jumlah persediaan barang awal dan
persediaan akhir yang ada digudang, dengan hanya berpatokan pada jumlah
barang yang ada pada faktur pembelian saja. UD. Selvin Kecamatan Gomo tidak
mengkalkulasikan semua biaya yang terjadi pada saat pembelian persedian masuk
maupun persediaan keluar, hanya harga pembelian yang tercantum pada faktur
pembelian tanpa menambahkan biaya angkut dan biaya lainnya. Pencatatan
persediaan pada UD. Selvin Kecamatan Gomo tidak ada atau tidak dibuat,
disebabkan karena tidak paham dalam membuat pencatatan persediaan.
Berdasarkan paparan diatas maka penulis termotifasi untuk
menerapkan SAK EMKM di UD Selvin Kecamatan Gomo, dengan
mengangkat topik yaitu,’’ Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan Standar
4
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan menengah pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan, maka identifikasi
masalah yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah:
1. Tidak mengkalkulasikan semua biaya yang terjadi pada saat pembelian
barang baik persedian masuk maupun persediaan keluar.
2. Tidak adanya ketelitian dan pengawasan pada jumlah persediaan barang awal
dan persediaan akhir yang ada digudang.
3. Pencatatan persediaan pada UD. Selfi Kecamatan Gomo, tidak ada atau tidak
dibuat, disebabkan karena tidak paham dalam membuat pecatatan persediaan
berdasarkan SAK EMKM tahun 2018.
1. 3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba
merumuskan masalah, agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan
dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun perumusan masalah dalam
peneliti ini “Bagaimana Penerapan Akuntansi Persediaan di UD. SELVIN
Kecamatan Gomo sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro
Kecil Dan Menengah Tahun 2018?”.
1. 4 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah “Untuk Menerapkan Akuntansi Persediaan Berdasarkan Standar
5
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Dan Menengah Tahun 2018 di UD.
Selvin kecamatan gomo”.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
nantinya, antara lain adalah:
1. Bagi Peneliti : peneliti ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan peneliti mengenai penerapan akuntansi persediaan barang dagang
berdasarkan SAK EMKM 2018.
2. Bagi UD Selfi Kecamatan Gomo : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pencatatan dan
penilaian akuntansi persediaan barang dagang dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam menerapkan akuntansi persediaan barang dagang sesuai
dengan SAK EMKM 2018.
3. Bagi STIE Nias Selatan : Peneliti ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
pertimbangan dan menambah wawasan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya
tentang penerapan akuntansi persediaan barang dagang berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar memudahkan dalam pemahaman materi atau isi Skripsi yang
disusun oleh penulis akan memberikan sistematika sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukan tentang latar belakang
masalah yang dihadapi oleh usaha dagang UD. Selvin,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
6
sistematika penulisan skripsi yang memberi gambaran tentang
tentang pembahasan Skripsi.
BAB II: Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini dibahas mengenai teori teori
yang berkenaan dengan masalah peneliti, yaitu Penerapan
akuntansi persediaan berdasarkan SAK EMKM Tahun 2018 di UD.
Selvin kecamatan gomo.
BAB III: Metode penelitian: dalam bab ini dibahas mengenai pendekatan
yang digunakan dalam melakukan penelitian, jenis dan sumber
data yang diperlukan dalam peneliti ini, prosedur pengumpulan
data serta teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis
data.
BAB IV: Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan
dan hasil pembahasan dan saran.
7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN METODE ANALISIS
2.1 Tinjauan Literatur
2.1.1 Pengertian Entitas Mikro Kecil Dan Menengah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang
sangat penting dalam perokonomian nasional, yang terlihat dari perkembangan
beberapa indikator seperti jumlah unit pelaku UMKM, tenaga kerja yang diserap
oleh UMKM terhadap produk Domestik Bruto (PDB) dan kontribusi UMKM
terhadap total ekspor non migas. Pengertiaan UMKM di indonesia sendiri
mempunyai defenisi yang berbeda beda yang mengacu pada kriteria lembaga atau
instansi peraturan perundang undangan .
Pengertiaan EMKM/ UMKM menurut undang- undang No 20 tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil dan menengah adalah:
1. Usaha Mikro adalah Usaha ekonomi produktif milik orang
perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang undang ini.
2. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasi, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang undag ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang undang ini.
8
Kriteria EMKM /UMKM Menurut Undang undang no.20 tahun 2008 yaitu :
1. Usaha Mikro.
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak RP.50.000.000 (Lima
Puluh Juta Rupiah).
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak RP. 300.000.000
(Tiga Ratus Juta Rupiah).
2. Usaha Kecil.
a. memiliki kekayaan bersih antara RP. 50.000.000 (Lima Puluh
Juta Rupiah)
b. memiliki hasil penjualan tahunan antara RP. 300.000.000 (Tiga
Ratus Juta Rupiah). Dan RP.2.500.000.000 (dua miliar lima ratus
juta rupiah).
3. Usaha Menengah.
a. Memiliki kekayaan bersih antara RP. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah). Dan RP. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).
b. Memiliki hasil penjualan tahunan antara RP. 2.500.000.000 (dua
miliar lima ratus juta rupiah). Dan RP. 50.000.000 (lima puluh
miliar rupiah).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) dapat diartikan sebagai usaha yang berdiri sendiri
atau perorangan yang memiliki jumlah karyawan maksimal 300 orang serta yang
bergantung pada uang sendiri dalam modal usahanya dan memiliki omzet
maksimal 10 miliar.
Standar akuntansi keuangan entitas mikro, kecil,dan menengah (EMKM)
adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan. Sebagaiman
didefinisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi defenisi dan kriteria usaha
mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang
undangan yang berlaku diIndonesia. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntansi Indonesia (DSAK IAI) menyadari pentingnya peran usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) dalam memajukan perekonomian bangsa.
9
2.1.2. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan jasa dalam
menyediakan informasi transaksi dalam perusahaan. Berdasarkan pihak- pihak
yang berkepentingan dalam usaha mengambil keputusan, informasi sebagai hasil
dari akuntansi dibutuhkan oleh banyak pihak. Akuntansi merupakan seni
pencatatan pengklasifikasian dengan cara yang sepatuhnya dan dalam satuan uang
atas transaksi yang mempunyai sifat keuangan serta pengiterprestasian hasil
pencatatan tersebut.
Menurut Hery (2013:6) akuntansi adalah sistem informasi yang
memberikan laporan kepada para pengguna informasi yang memberikan laporan
kepada paran pengguna informasi akuntansi atau kepada pihak pihak yang
memiliki kepentingan terhadap hasil kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
Akuntansin juga sering dikatakan sebagai bahasa bisnis, dimana bahasa bisnis
diinformasikan melalui laporan akuntansi.
Menurut Sadeli (2000:2) akuntansi adalah proses mengidentifikasikan ,
mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan
mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai infotmasi tersebut. Akuntansi
harus mengetahui lingkungan sosial ekonomi disekitarnya. Tanpa pengetahuaan
tersebut, mereka tidak akan dapat membuat informasi yang relevan.
Menurut Suryana(2011:1) manyatakan bahwa proses mengidentifikasi,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang mengunakan
informasi itu. Hal ini menegaskan bahwa data yang telah diproses menjadi
informasi ekonomi akan bermanfaat untuk bahan dasar untuk pengambilan
10
keputusan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan
proses yang meliputi pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisis keuangan dari perusahaan tersebut.
2.1.3 Persediaan
Persediaan merupakan salah satu istilah yang menunjukan barang yang
dimiliki oleh suatu usaha dagang yang tergantung pada jenis usaha masing
masing. persediaan yaitu barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada masa periode yang akan datang. Pada setiap usaha dagang, baik usaha
kecil, menengah, maupun usaha besar persediaan sangat penting bagi
kelangsungan hidup usaha tersebut. Perusahaan harus dapat memperkirakan
jumlah persediaan yang dimiliki, persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak
boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi
biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Jika persediaan dijual,
maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban pada periode dimana pendapatan
diakui.
Istilah ‘‘persediaan’’ didefinisikan berdasarkan SAK EMKM tahun 2016
adalah sebagai aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberiaan jasa.
Menurut Baridwan (2004:149) Pengertiaan persediaan barang dagang yaitu
barang barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk
11
memproduksi barang barang yang akan dijual. Dalam perusahaan dagang barang-
barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali disebut persediaan barang
dagang.
Menurut Warfield dkk (2001:444 ) menyatakan bahwa persediaan adalah
pos pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam opersi bisnis normal atau barang
yang akan digunakan atau dikomsumsi dalam memproduksi barang yang akan
dijual.
Menurut Soemarso (2008:411) menyatakan bahwa Persediaan adalah
barang barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Persediaan pada
umumnya, meliputi jenis barang yang cukup banyak yang merupakan bagian yang
cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Persediaan barang dagang pada
umumnya dinilai pada harga perolehanya.
Dari beberapa defenisi diatas maka penulis menyimpulkan persediaan
sebagai keseluruhan barang yang dibeli dari pemasok ,disimpan dalam gudang
dan dijual kepada konsumen. persediaan barang dalam perusahaan dagang tidak
mengalami proses pengelolaan barang, perlakuaan persediaan dalam perusahaan
dagang hanya dibeli , disimpan dan dijual.
Menurut Horngren (2007:312) terdapat beberapa prinsip akuntansi yang
dapat memepengaruhi persediaan. seperti konsisten, pengungkapan, dan
materialitas, akuntansi yaitu:
1. Prinsip konsisten
Prinsip konsistensi (consistency principle) menyatakan bahwa
perusahaan harus menggunakan metode akuntansi yang sama dari
periode keperiode.
2. Prinsip pengungkapan (disclosere principle)
Menyatakan perusahaan harus melaporkan informasi yang cukup
12
kepada pihak luar agar bisa membuat keputusan yang bijak
mengenai perusahaan.
3. Konsep Materialitas (materialiti concept)
Menyatakan bahwa perusahaan harus menjalankan akuntansi yang
benar secara ketat hanya untuk pos- pos yang signifikasi.
Dari beberapa defenisi diatas maka penulis menyimpulkan persediaan
sebagai keseluruhan barang yang dibeli dari pemasok ,disimpan dalam gudang
dan dijual kepada konsumen. persediaan barang dalam perusahaan dagang tidak
mengalami proses pengelolaan barang, perlakuaan persediaan dalam perusahaan
dagang hanya dibeli , disimpan dan dijual.
Menurut SAK EMKM (2018:21) bahwa entitas mengakui persediaan
ketika diperoleh, sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan persediaan
mencakup seluruh biaya pembeliaan, biaya konversi dan biaya lainnya.
2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang up to date merupakan hal
yang sangat penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang jika pesanan mereka
tidak sesuai dengan model, kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Oleh karena
itu, perusahaan harus selalu memonitor tingkat persediaan secara seksama dan
mengatasi biaya pembiayaan akibat penimbunan persediaan. Perusahaan
menggunakan satu dari dua jenis sistem pencatatan persediaan.
Terdapat dua sistem pencatatan persediaan yang digunakan menurut
Reeve (2009:348) yaitu:
1. Metode Biaya Persediaan dalam Sistem Persediaan Perpetual
Dalam sistem perpetual,seluruh kenaikan dan penurunan dalam
persediaan dicatat dengan cara yang sama dengan pencatatan
kenaikan dan penurunan dalam kas. Akun persediaan pada awal
periode akuntansi menunjukkan persediaan tersedia pada tanggal
tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan dan
13
menkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal terjadinya
penjualan, Harga pokok penjualan dicatat dengan mendebit
harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.
2. Metode Biaya Persediaan Dalam Sistem Periodik (fisik)
Dalam sistem periodik, hanya pendapatan yang dicatat setiap
kali terjadi penjualan. Tidak ayat jurnal yang dibuatpada saat
penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan. Pada akhir
periode akuntansi, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk
menghitungbiaya persediaan dan harga pokok penjualan.
Metode pencatatan persediaan menurut Kieso (2008:404) menyatakan
bahwa dalam pencatatan persediaan ada dua metode pencatatan, perusahaan
menggunakan salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap
aktual yaitu sistem perpetual atau sistem periodik.
a. Sistem Perpetual
Sistem persediaan perpertual (perpetual inventory system) secara
terus-menerus melacak perubahan akun persediaan. Yaitu, semua
pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara
langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. Karakteristik
akuntansi dari sistem persediaan perpertual adalah :
1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau Pembelian
bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan
ke pembelian
2. Biaya teransportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan
harga, serta diskon pembelian didebet ke persediaan dan
bukan ke akun terpisah.
3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan
dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan
mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung
oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan
individual.
b. Sistem Periodik Menurut sistem persediaan periodik (periodic inventory system),
kuantitas persediaan di tangan ditentukan, seperti yang tersirat
oleh namanya, secara periodik. semua pembelian persediaan
selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun
pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi
ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode
untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual
selama periode berjalan.
14
Perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan metode
pencatatan persediaan fisik menurut Baridwan (2011:129), adalah sebagai berikut:
a. Metode Perpetual
1. Tidak terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian,
potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian.
2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian
dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan
persediaan barang dagang.
3. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan
harga pokok penjualan.
4. Lebih sesuai digunakan oleh grosir, agen khusus atau
distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagang-
kan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok
penjuala setiap terjadi penjualan secara tepat.
b. Metode Periodik/fisik
1. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan
pembelian, dan biaya angkut pembelian.
2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian,
dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-
masing.
3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan
harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada
akhir periode secara agregat.
4. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang
mempunyai banyak macam persediaan dagang dan sulit
untuk dilakukan untuk penentuan harga pokok setiap terjadi
penjualan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam sistem
biaya persediaan dalam sistem persediaan perpetual, pencatatan persediaan
dilakukan secara terus-menerus, sehingga harga pokok penjualan dan jumlah
persediaan dapat setiap saat diketahui. Sedangkan dalam metode biaya persediaan
dalam sistem persediaan periodik (fisik), pencatatan persediaan tidak dilakukan
secara terus-menerus, perhitungan fisik persediaan dan perhitungan harga pokok
penjualan dilakukan setiap akhir periode akuntansi.
2.1.5 Perbedaan Sistem Pencatatan Periodik dan Perpetual
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan
15
untuk mencatat pembelian persediaan. Pada sistem pencatatan periodik pembelian
persediaan dilakukan dengan mendebit akun pembelian sehingga pada akhir
periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang
dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Tabel 2.1
Perbandingan penyajian laporan laba rugi
Sistem Periodik Sistem Perpetual
Penjualan xxx
Retur Penjualan (xxx)
Pot. Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
Harga Pokok Penjualan :
Pers. Barang (awal) xxx
Pembelian xxx
Ongkos Angkut (xxx)
Pot. Pembelian (xxx)
Barang tersedia dijual xxx
Pers. Barang (akhir) (xxx)
HPP (xxx)
Laba Kotor xxx
Penjualan xxx
Retur Penjualan (xxx)
Pot. Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
HPP (xxx)
Laba Kotor
xxx Sumber: Kieso (2007:287)
2.2.6 Metode Penilaian Persediaan
Pencatatan nilai persediaan barang yang dikeluarkan menentukan harga
pokok penjualan dan persediaan akhir. Menurut Baridwan (2011:158-175), untuk
menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan terdapat sepuluh
cara yaitu:
1. Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu disiapkan
tiap- tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk
masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri,
sehingga masing-masing harga pokok dapat diketahui. Harga
pokok penjualan terdiri dari harga pokok harga pokok barang-
16
barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir.
2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/FIFO
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan
terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang
maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang
paling dahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir
dibebani harga pokok terakhir.
3. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi
atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan
harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah
harga perolehan dengan kuantitasnya.
4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)/LIFO
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani
dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul yang
masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga
pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. 5. Persediaan Besi/Minuman
Dalam metode ini dipakai anggapan bahwa perusahaan
memerlukan suatu jumlah persediaan minimum (besi) untuk
menjaga kontunuitas usahanya. Persediaan minimum (besi) ini
dianggap sebagai suatu elemen yang selalu tetap, sehingga dinilai
dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan
minimum (besi) biasanya diambil dari pengalaman yang lalu
dimana harga pokok itu nilainya rendah. Pada akhir periode
jumlah barang yang ada digudang dihitung. Jumlah persediaan
besi dinilai dengan harga pokok yang tetap sedangkan selisih
antara jumlah barang yang ada dengan persediaan besi dinilai
dengan harga pada saat tersebut (bisa dengan metode MTKP,
rata-rata tertimbang atau metode lainnya).
6. Biaya Standar (Standard Cost)
Dalam perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya
standar, persediaan barang dinilai dengan biaya standar, yaitu
biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan
dimuka, yaitu sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan
baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Apabila
terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi
dengan biaya standarnya, pebedaan-perbedaan itu akan dicatat
sebagai selisih. Karena persediaan barang dinilai dengan
biaya standar maka dalam harga pokok penjualan tidak
temasuk kerugian-kerugian yang timbul karena pemborosan-
pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa. Biaya standar yang
ditetapkan akan terus digunakan apabila tidak ada perubahan
harga maupun metode produksi. Apabila ternyata ada perubahan
maka biaya standar harus direvisi dan disesuaikan dengan
17
keadaan yang baru.
7. Biaya Rata-rata sederhana (Simple Average)
Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan
menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya.
Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka
metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili
seluruh persediaan.
8. Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price)
Dalam hal ini persediaan barang yang ada pada akhir periode
dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa
mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi
jumlah yang dibeli terakhir.
9. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint
costs) kepada masing-masing produk yang dihasilkan/dibeli.
Masalah alokasi ini dapat timbul dalam usaha dagang maupun
perusahaan manufaktur. Dalam perrusahaan dagang apabila
dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul
masalah berapakan harga pokok masing-masing barang tersebut.
Pembagian biaya bersama ini dilakukan berdasarkan nilai
penjualan ralatif dari masing-masing barang tersebut.
10. Metode Biaya Variabel (Direct Costing)
Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang
dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi
yang variabel yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya
produksi tidak langsung variabel. Biaya produksi tidak langsung
yang tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam periode yang
bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan. Metode ini
berguna bagi pimpinan perusahaan untuk merencanakan dan
mengawasi biaya-biayanya. Agar metode ini dapat digunakan
rekening-rekening biaya harus dipisahkan menjadi biaya variabel
dan tetap. Karena yang dimasukan dalam perhitungan harga
pokok produksi hanya biaya-biaya yang variabel, metode ini tidak
diterima sebagai prinsif akuntansi yang lazim. Oleh karena itu
jika digunakan metode biaya variabel maka pada akhir periode
harus diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok
penjualan.
Dalam situasi tertentu persediaan tidak dinilai menurut harga perolehan
yang sesungguhnya, melainkan dengan harga yang ditaksir. Kebutuhan untuk
menaksir persedian umumnya timbul dalam perusahaan yang menggunakan
sistem pencatatan fisik, karena tidak tersedia catatan persediaan yang terinci.
18
Ada tiga macam metode Menurut Kartikahadi (2012:335) tentang
Penilaian persediaan dan harga pokok penjualan berdasarkan biaya pembelian
yaitu:
1. Identifikasi khusus (Specific Indentification)
Metode identifikasi khusus lazimnya diaplikasikan untuk
perdagangan atau perusahaan dagang yang khusus atau unik dan
lazimnya bernilai tinggi. Misalnya barang antic, gaun pengantin
yang dirancang khusus, bangunan rumah, kapling tanah menurut
lokasi dan ukuran, dan lain- lain.
2. Rata-rata (Average)
Dalam metode rata-rata atau metode rata-rata tertimbang
(weighted average) biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan
awal dan pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual,
untuk mendapatkan biaya rata-rata per unit. Apabila perusahaan
menggunakan metode pencatatan periodik, maka biaya rata-rata
per unit hanya akan dihitung di akhir periode saja. Sedangkan
dalam metode pencatatan perpetual, setiap kali dilakukan
pembelian maka akan dihitung biaya rata-rata per unit yang baru.
Untuk metode pencatatan perpetual arus biaya rata-rata dikenal
dengan nama metode biaya rata-rata bergerak (moving average
method).
3. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out-FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode
ini terletak pada nilai persediaan yang dilaporkan di laporan
keuangan (neraca). Karena barang yang dibeli pertama
diasumsikan dijual pertama kali dan barang yang dilaporkan
sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga perolehan yang
terakhir sehingga dalam keadaan perputaran persediaan normal,
nilai persediaan di neraca mendekati nilai sekarang dari
persediaan.
Penggunaan metode penilaian persediaan dalam menentukan harga pokok
penjualan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Masing-masing metode penilaian yang diuraikan di atas, akan menghasilkan nilai
harga pokok penjualan dan persediaan akhir yang berbeda. Jadi, penggunaan
metode penilaian persediaan tersebut berpengaruh langsung pada laporan
19
keuangan, yaitu laporan laba rugi dan neraca. Dalam standar akuntansi keuangan,
metode penilaian masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out-LIFO) tidak
diperkenankan lagi dipakai. Oleh karena itu, dalam laporan ini tidak membahas
mengenai metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out-LIFO).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi acuan peneliti dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian
terdahulu sebagai referensi dalam perbandingan pada penelitian penulis.
Ada beberapa penelitian terdahulu berupa hasil penelitian terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis, yaitu: (lihat tabel:2.2)
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Jacqueline
Y. S.
Wuwungan
2017 Penerapan
Akuntansi
Persediaan
Barang
Dagangan
Berdasarkan
SAK EMKM
tahun 2018
pada pada
Apotik Uno
Medika
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persediaan akuntansi
telah sesuai dengan standar
akuntansi berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018, dengan
sistem pecatatan periodik,
metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif.
2 Jilma Dewi
Ayu
Ningtyas
2018 Analisis
Penerapan
Akuntansi
Persediaan
Barang
Dagangan
Berdasarkan
SAK EMKM
tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persediaan akuntansi
telah sesuai dengan standar
akuntansi berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018, dengan
sistem pecatatan periodik,
metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO. Jenis penelitian ini
20
(Study Kasus di
UMKM
Bintang Malam
Pekalongan)
adalah deskriptif kualitatif.
3 Tatik 2018 Analisis
Penerapan
Akuntansi
persediaan
berdasarkan
IAI dalam SAK
EMKM tahun
2018 (Studi
Kasus Pada
UMKM XYZ
Yogyakarta)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persediaan akuntansi
telah sesuai dengan standar
akuntansi berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018, dengan
sistem pecatatan periodik,
metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif
4 Ni Kadek
Dewi
Astriani
2017 Analisis
Akuntansi
persediaan berdasarkan
SAK EMKM
tahun 2018 pada Usaha Kopi
Luwak di Desa
Demulih Keca-
matan Susut Kabupaten
Bangli
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persediaan akuntansi
telah sesuai dengan standar
akuntansi berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018, dengan
sistem pecatatan periodik,
metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif
5 Ketut Ari Warsadi
2017 Penerapan Akuntansi
persediaan
berdasarkan
SAK EMKM Tahun 2018 pada
PT. Mama Jaya
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persediaan akuntansi
telah sesuai dengan standar
akuntansi berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018, dengan
sistem pecatatan periodik,
metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif
Sumber: Diambil dari berbagai sumber skripsi minor terdahulu
2.3 Metode Analisis
2.3.1 Jenis penelitian
Dalam Penilitian ini, Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif; dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
21
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami sistem akuntansi persediaan yang diterapkan
oleh UD. Selvin Kecamatan Gomo.
2.3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Datar primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian.
Dalam hal ini adalah UD. Selvin Kecamatan Gomo. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan pihak perusahaan (pemilik usaha).
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut
sudah diolah dan terdokumentasi diperusahan seperti sejarah singkat
perusahaan, struktur perusahaan, laporan keuangan berupa laporan laba rugi
maupun neraca perusahaan serta kelengkapan lainnya.
2.3.3 Teknik analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari objek penelitian, peneliti
menggunakan berbagai metode antara lain:
1. Pencatatan HPP dengan menggunakan metode, yang diatur dalam standar
akuntasi keuangan Entisitas Mikreo Kecil dan Menengah (EMKM) antara lain.
a. Metode periodik
2. Penggunaan persediaan yang diatur dalam standar akuntasi keuangan Entisitas
Mikreo Kecil dan Menengah (EMKM) antara lain.
a. Metode FIFO
b. Metode Average (rata-rata tertimbang)
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
UD. Selvin Kecamatan Gomo didirikan pada tanggal 14 Juli Tahun 2015
yang berada di Desa Siforoasi Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan.
Nomor Daftar Perusahaan :02.24.20.5600151 Nama pemilik perusahaan Bapak
Atozomasi Tafonao. Usaha dagang ini dijalankan oleh anggota keluarga UD.
Selvin Kecamatan Gomo merupakan usaha dagang yang mempuyai aktifitas
utama menjual barang jadi seperti barang alat bagunan dan barang pecah belah.
Awal berdirinya UD.Selvin ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor
seperti keinginan untuk mendapatkan keuntungan, memenuhi kebutuhan
konsumen dan memanfatkan peluang usaha yang ada disekitar lokasi UD.Selvin
ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis usaha yang
didirikan.
23
3.1.2 Struktur Perusahaan (UD. Selvin kecamatan Gomo)
Gambar3.1 :
STRUKTUR PERUSAHAAN UD. SELVIN
KECAMATAN GOMO
Sumber : UD. Selvin Kecamatan Gomo
3.1.3 Tugas Masing-Masing Bagian
Bagian tugas dalam sebuah perusahaan sangat penting dalam mencapai
suatu tujuan. Tugas dari masing-masing bagian sebagai berikut:
1. Pemilik usaha/ pimpinan
Bertugas untuk mengatur operasional perusahaan dan mengatur strategi
perusahaan serta sebagai penanggung pemilik perusahaan.
2. Kasir
Bertugas untuk bertanggungjawab dengan masalah keuangan seperti hasil
pendapatan dari penjualan barang, pengeluaran dari pembelian barang, gaji,
pegawai, serta membuat laporan keuangan.
BAGIAN
PENJUALANAN
PEMILIK USAHA
(PIMPINAN)
BAGIAN KASIR
24
3. Bagian penjualan
Bertugas mengatur produk yang dijual oleh perusahaan dan mempunyai
loyalitas yang tinggi supaya mencapai target yang maksimal dalam penjualan
barang demi kemajuan perusahaan.
3.2 Deskripsi Data Penelitian
3.2.1 Jenis-jenispersedian
Jenis persediaan yang ada pada UD.Selvin Kecamatan Gomo yaitu
persediaan barang jadi yaitu barang yang siap dipakai yang bias langsung
dikonsumsi atau dapat dimanfaatkan secara langsung. Ada pun jenis-jenis
persediaan tersebut lihat tabel : 3.2.
Tabel 3.1
Daftar Persediaan Barang
UD. Selvin Kecamatan Gomo
Tanggal Jenis Barang
Jumlah
Unit Harga Per/ unit Total Harga
januari
01-Jan Persediaan awal
Besi 10 x10 2
1.240.000 Rp 2.480.000
Seng Biasa 5
1.020.000 Rp 5.100.000
Tripleks 10
120.000 Rp 1.200.000
semen Padang 20
70.000 Rp 1.400.000
Gergaji 12
60.000 Rp 720.000
Cat minyak 20
70.000 Rp 1.400.000
Bola lampu 15
35.000 Rp 525.000
Mesin 12
550.000 Rp 6.600.000
Closet 5
130.000 Rp 650.000
Bascom 25
40.000 Rp 1.000.000
25
Ember 24 20.000 Rp 480.000
Beras 15
300.000 Rp 4.500.000
Pupuk 15
230.000 Rp 3.450.000
Paku 20
13.000 Rp 260.000
Total 200 Rp 29.765.000
Februari
30- feb Besi 12x 12 10
2.880.000 28.800.000
Besi 6x 9 10
580.000 Rp 5.800.000
Seng putih 20
70.000 Rp 1.400.000
Paralon/ pipa 50
65.000 Rp 3.250.000
Tripleks 50
120.000 Rp 6.000.000
Tripleks Omega 50
55.000 Rp 2.750.000
Dedak 20
230.000 Rp 4.600.000
April
10-Apr Semen putih 10
290.000 Rp 2.900.000
Paku 2D 20
15.000 Rp 300.000
Palu 24
35.000 Rp 840.000
Cat Vinotex 12
280.000 Rp 3.360.000
Bola lampu 40
35.000 Rp 1.400.000
Cromosom 12
75.000 Rp 900.000
Rhoundra 12
40.000 Rp 480.000
Juli
05-Jul Closet 10
135.000 Rp 1.350.000
Pupuk 20
230.000 Rp 4.600.000
Beras 20
275.000 Rp 5.500.000
Semen 12 70.000 Rp 840.000
26
Gergaji 10
60.000 Rp 600.000
Dedak 40
230.000 Rp 9.200.000
Oktober
05-Okt Besi 6x 9 6
580.000 Rp 3.480.000
Besi 10x 10 6
1.250.000 Rp 7.500.000
Cromosom 12
75.000 Rp 900.000
Rhoundra 12
40.000 Rp 480.000
Semen Padang 20
70.000 Rp 1.400.000
Desember
15-Des Beras 24
275.000 Rp 6.600.000
Bascom 24
40.000 Rp 960.000
Cat Vinotex 6
280.000 Rp 1.680.000
Cat Minyak 12
70.000 Rp 840.000
Ember 12
20.000 Rp 240.000
Pupuk 12
230.000 Rp 2.760.000
Total 598
Rp 135.025.000
Jumlah 798 Rp 164.790.000
Sumber: UD. Selvin Kecamatan Gomo
27
Tabel 3.2
Data Pembelian
Barang- barang yang ada di UD. Selvin
Tanggal Jenis barang Unit Total Harga
01 jan Persediaan Awal 200 29.765.000
30 Feb Pembelian 210 46.150.000
01 April Pembelian 104 10.180.000
05 juli Pembelian 112 22.090.000
05 oktobert Pembelian 56 13.760.000
15 Des Pembelian 90 13.080.000
Jumlah Total 774 Rp.135.025.000
Sumber: UD. SelvinKecamatanGomo
Tabel 3.3
Data Penjualan
Barang barang yang ada di UD. Selvin
Tanggal Keterangan Unit Total Harga
01 Feb Penjualan 54 15.071.000
01 Mar Penjualan 34 10.274.000
01 April Penjualan 22 3.020.000
01 Mei Penjualan 112 1.970.000
01 Juni Penjualan 39 4.220.000
01 Juli Penjualan 36 7.010.000
01 Ags Penjualan 32 4.300.000
01 Sep Penjualan 40 5.105.000
28
01 Okt Penjualan 23 3.665.000
01 Nov Penjualan 24 3.910.000
01 Des Penjualan 71 11.250.000
Jumlah Total 497 Rp.87.626.000
Sumber: UD. Selvin Kecamatan Gomo
3.3 Pembahasan
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah penerapan pencatatan
persediaan, dimana metode ini berfungsi untuk dapat mengetahui bagaimana
sistem pencatatan dalam perusahaan tersebut. Dengan berpedoman pada halalam
26-30 menunjukan tentang persediaan yang ada pada perusahaan tersebut mulai
dari persediaan yang sudah terjual, persediaan akhir dan pembelian yang
dilakukan perusahaan itu, dimana jumlah persedian itu semua sebagai berikut:
Persediaan awal : Rp 29.765.000
Pembelian Persediaan : Rp 135.025.000
Persediaan yang terjual: Rp 87.626.000
Persediaan akhir : RP 74.706.000
Dari Pernyataan diatas maka dapat diterapkan sistem pencatatanya sebagai
berikut:
1. Metode Pencatatan persediaan Barang ( metode periodikl)
Metode fisik atau biasa disebut metode periodik yaitu metode
pengelolaan persediaan, dimana arus keluar masuknya tidak dicatat secara rinci
sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus
melakukan penghitungan barang yang ada (sisa) pada akhir periodik
29
Persediaan Awal 29.765.000
Pembelian 135.025.000
Total 164.790.000
Persediaan Akhir 74.706.000
H.P.P 90.084.000
Sistem pencatatan persediaan barang dalam persediaan yang pertama
dibeli akan dijual lebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproses kemudian, serta harga pokok penjualan dicatat
saat transaksi penjualan. Akun persediaan barang dagang dalam sistem akun
periodik digunakan untuk mencatat persediaan diawal periode dan pembelian
yang dilakukan selama periode dan penjualan persediaan selama akhir periode.
1. Transaksi pembelian
- ketika terjadi pembelian
- ketika terjadi penjualan
Kas
87.626.000
Penjualan 87.626.000
2. Metode Penilaian Barang
Menurut SAK EMKM (2018:57) menerapkan metode penentuan dan
pencatatan harga pokok penjualan yang diatur berdasarkan standar akuntansi
keuangan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam menerapkan sistem
penilaian dan pencatatan harga pokok penjualan akan diterapkan dengan berbagai
metode, metode yang digunakan yaitu metode masuk pertama keluar pertama
(FIFO) dan rata- rata tertimbang atau metode periodik yang digunakan untuk
Pembelian 135.025.000
kas
135.025.000
30
mencatat hal- hal yang berkaitan dengan persediaan dalam usaha dagang dimana
persediaan arus keluar masuknya barang tidak dicatat secara rinci sehingga untuk
mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan
perhitungan barang yang ada (sisa) pada akhir periode atau dicatat dan dihitung
hanya pada awal dan akhir periode akuntansi saja, untuk menentukan harga
pokok penjualan. Harga pokok penjualan adalah harga beli atau total beban
produksi dari sejumlah barang yang telah laku terjual pada suatu periode tertentu.
Metode periodik ini dipakai oleh usaha dagang yang frekuensi transaksinya
tinggi, untuk usaha dagang ini lebih cocok memakai metode perhitungan periodik
karena jenis persediaan barangnya terlalu banyak dan dihitung hanya pada awal
dan akhir periode saja. sedangkan metode perpetual hanya dipakai untuk
mencatat persediaan dimana persediaan barang dicatat dan dihitung secara detail
baik pada waktu dibeli maupun diwaktu dijual, metode ini lebih cocok untuk
usaha dangang yang memiliki frekuensi transaksi yang tidak terlalu tinggi tetepi
nilai transaksinya besar.
1). Metode Penentun Dan Pencatatan Harga Pokok Penjualan
- Penentuan Harga Pokok Penjualan dengan metode periodiK:
- Fifo (first in first out)
Persediaan Awal 29.765.000
Pembelian 135.025.000
Total 164.790.000
Persediaan Akhir 74.706.000
HPP 90.084.000
31
- Jurnal Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan 90.048.000
persediaan 90.048.000
keterangan :
Harga pokok penjualan diatas, menerangkan bahwa nilai persediaan awal barang
dagang yang tertera diatas merupakan persediaan yang tersedia diawal periode
pada perusahaan, sedangkan nilai dari pembelian diatas merupakan keseluruhan
pembelian barang dagang. Sedangkan nilai dari persediaan akhir merupakan
persediaan barang yang tersedia diakhir periode, oleh karena itu nilai dari harga
pokok penjualan adalah hasil dari total persediaan awal dan pembelian dikurangi
dengan persediaan akhir.
2). Metode Penentuan Dan Pencatatan Harga Pokok Penjualan
- Average Rata- Rata
Total barang = 974unit
Total harga = 164.790.000
Jika Rata- rata = 164.790.000
974
= 16.918.8
Maka persediaan akhir Rata- rata
= 450 unit x 16.918.8
= 76.134.600
Maka Harga Pokok Penjualannya :
Persediaan Awal 29.765.000
Pembelian 135.025.000
Total 164.790.000
Persediaan Akhir 76.134.600
HPP 88.655.400
32
- Jurnal Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan 88.655.400
persediaan 88.655.400
- Keterangan
Dalam metode ini barang yang akan dikeluarkan / dijual maupun barang yang
tersisa dinilai berdasarkan harga rata-rata sehingga barang yang tersisa pada akhir
periodik barang yang memiliki nilai rata-rata. Metode rata-rata tertimbang nilai
persediaan akhir adalah nilai pembelian rata-rata. Apa bila diatas diperbandingkan
akan tampak bahwa nilai persediaan dan harga pokok penjualan yang dihasilkan
berbeda. Oleh karena itu metode rata- rata tidak berubah dan nilai persediaan dan
harga pokok penjualannya akan terletak diantara metode masuk pertama keluar
pertama.
3.3.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Tabel 3.4
Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No PenelitianTerdahulu PenelitianSekarang
1 Jacqueline Y. S. Wuwungan.
(2017) yang berjudul Penerapan
Akuntansi Persediaan Barang
Dagangan Berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018 pada Apotik
Uno Medika. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sistem
persediaan, metode penilaian dan
penyajian laporan keuangan telah
sesuai dengan SAK dalam EMKM
Tahun 2018.
Sistem Pencatatan persediaan,
metode Penilaian persediaan dan
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo, tidak dilakukan
atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan IAI dalam SAK dalam
EMKM Tahun 2018.
2 Jilma Dewi Ayu Ningtyas. (2018)
yang berjudul Analisis Penerapan
Akuntansi Persediaan Barang
Dagangan Berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018(Study Kasus
Sistem Pencatatan persediaan,
metode Penilaian persediaan dan
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo, tidak dilakukan
33
di UMKM Bintang Malam
Pekalongan). Hasil penelitian
menunjukan bahwa penerap
anakuntansi persediaan UMKM
Bintang Malam Pekalongan telah
sesuai berdasarkan SAK EMKM
tahun 2018
atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan SAK EMKM Tahun 2018.
Sumber: Diolah penulis Tahun 2018
Dari uraian persamaan dari penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
yang dilaksanakan pada UD. Selvin Kecamatan Gomo tidak memiliki persamaan
3 Tatik. (2018) dengan judul
Analisis Penerapan Akuntansi
persediaan berdasarkan IAI dalam
SAK EMKM tahun 2018 (Studi
Kasus Pada UMKM XYZ
Yogyakarta) menunjukan bahwa
penerapan akuntansi persediaan
pada UMKM XYZ Yogyakarta
sesuai dengan SAK EMKM tahun
2016.
Sistem Pencatatan persediaan,
metode Penilaian persediaan dan
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo, tidak dilakukan
atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan SAK EMKM Tahun 2018.
4 Ni Kadek DewiAstriani (2017)
dengan judul Analisis Akuntansi
persediaan berdasarkan SAK
EMKM tahun 2018 pada Usaha
Kopi Luwak di Desa Demulih
Keca-matan Susut Kabupaten
Bangli, hasil penelitian
menunjukan bahwa penerapan
akuntansi persediaan pada Usaha
Kopi Luwak di Desa Demulih
Kecamatan Susut Kabupaten
Bangli telah sesuai berdasarkan
SAK EMKM tahun 2018.
Sistem Pencatatan persediaan,
metode Penilaian persediaan dan
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo, tidak dilakukan
atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan SAK EMKM Tahun 2018.
5 Ketut Ari Warsadi (2017)
Penerapan Akuntansi persediaan
berdasarkan SAK EMKM Tahun
2016 pada PT. Mama Jaya, hasil
penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan sitem akuntansi
persediaan pada UKM Mama Jaya
telah sesuai dengan sistem
akuntasi berdasarkanSAK
EMKM tahun 2018
Sistem Pencatatan persediaan,
metode Penilaian persediaan dan
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan pada UD. Selvin
Kecamatan Gomo, tidak dilakukan
atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan SAK EMKM Tahun 2018
34
dalam system akuntansi persediaan, metode penilaian persedian dan penyajian
laporan keuangan, pada UD. Selvin Kecamatan Gomo dilihat dari system
pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan dan penyajian persediaan
dalam laporan keuangan dalam system akuntansi persediaan berdasarkan SAK
EMKM Tahun 2018.
35
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan uraian penelitian maka dapat diambil kesimpulan
sehubungan tentang akuntansi persediaan khususnya tentang sistem pencatatan
persediaan barang dagangan pada UD. Selvin Kecamatan Gomo.
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dari penelitian ini
sesuai dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. UD. Selvin Kecamatan Gomo dalam sistem pencatatan persediaannya
serta penilaiannya belum sesuai dengan sistem pencatatan yang ada
pada SAK EMKM Tahun 2018, karena kurangnya pemahaman akan sistem
tersebut.
2. UD. Selvin Kecamatan Gomo, karena sistem pencatatan dan penilaian
yang tidak digunakan sesuai dengan yang berlaku umum maka pendapatan
pun tidak diketahui tidak pasti.
4.2 Saran
Dari hasil kesimpulan di atas maka peneliti menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Perusahaan “UD. Selvin Kecamatan Gomo” sebaiknya, menerapkan sistem
pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan berdasarkan SAK EMKM
Tahun 2018 agar Harga pokok dan persediaan barang dagangan akhir terukur
berdasarkan aturan yang berlaku maupun bagi usaha mikro.
2. Perusahaan “UD. Selvin Kecamatan Gomo” sebaiknya, Melaksanakan sistem
pencatatan persediaan barang dagangan dengan teliti, agar persediaan barang
36
akhir bisa diketahui dan dicatat baik secara manual maupun dengan
menggunakan sistem komputerisasi.
3. Perusahaan “UD. Selvin Kecamatan Gomo” sebaiknya, Melakukan
pemeriksaan terhadap pencatatan persediaan dengan teliti untuk menghindari
hal-hal yang tidak diingikan misalnya kecurangan, kehilangan dan kadaluarsa
dan gangguan lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
.
Astriani, Ni Kadek Dewi. 2017. Analisis Akuntansi persediaan berdasarkan IAI
dalam SAK EMKM tahun 2016 pada Usaha Kopi Luwak di Desa Demulih
Keca-matan Susut Kabupaten Bangli. Jurnal Emba Vol. 2 No. 2
http://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4715/4238.
Diakses tanggal 21 Oktober. Hal. 1236-1246.
Baridwan. 2011. Accounting Theory. E disi Kelima. Salemba Empat, Jakarta.
Hery, 2013. Akuntansi Keuangan Menengah 1, Edisi 1, Cetakan Pertama, PT.
Bumi Aksara, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2018, Standar Akuntansi Keuangan Entensitas
Mikro, Kecil dan Menengah : Jakarta.
Kieso, Donald. E, Weigandt dan J, Warfield. 2008. Intermediate Accounting. Edisi
Kesepuluh. PT. Indeks, Jakarta.
Kartikahadi, Martani, Dwi.Veronica, Sylvia, NPS. Wardhani, Ratna. Farahmita,
dan Tanujaya, Edward. 2012, Akuntansi Keuangan Menengah berbasib
PSAK, Buku 1,salemba empat, Jakarta.
Kasmir. 2008, Akuntansi Pengantar 2, Ganbika, Yogyakarta.
Manurung. P, 2011. Pengantar Akuntansi. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Yokyakarta: Salemba Empat
Ningtyas, Jilma Dewi Ayu. 2018. Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan
Barang Dagangan Berdasarkan IAI dalam SAK EMKM tahun 2016
(Study Kasus di UMKM Bintang Malam Pekalongan). Jurnal EMBA.
ISSN 2303-1174 No.2. Vol.2. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi. http://ejournal.
unsrat.ac.id/index.php/emba /article/view/4715/4238.Tanggal akses 18
Oktober 2017.Hal. 1285-1303.
Reeve, James R., Warren, dkk. 2009. Pengantar Akuntansi- Adaptasi Indonesia
Buku1. Salemba Empat, Jakarta Selatan. Erlangga, Jakarta.
Soemarso, S.R. 2008. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi IV. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: Erlangga.
38
STIE Nias Selatan . 2017, Pedoman Penulisan Skripsi Minor, Telukdalam.
SAK EMKM. 2016. Jakarta. IAI.
Tatik. 2018. Analisis Penerapan Akuntansi persediaan berdasarkan IAI dalam
SAK EMKM tahun 2016. Jurnal Emba. Vol. 1 No. 4
http://ejournal.unsrat.ac.id/index. php/emba/article/view/3349/2899.
Diakses tanggal 14 Maret 2017. Hal. 1697-1705.
UMKM. 2008. Undang-uandang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Jakarta.
Warsadi, Ketut Ari. 2018. Penerapan Akuntansi persediaan berdasarkan SAK
EMKM Tahun 2016 pada PT. Mama Jaya. Jurnal EMBA. ISSN 2303-
1174 No.2. Vol.2. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi. http://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/emba
/article/view/4715/4238.Tanggal akses 01 September. Hal. 1299-1309.
Wuwungan, Jacqueline Y. S. 2017. Penerapan Akuntansi Persediaan Barang
Dagangan Berdasarkan SAK EMKM tahun 2018 pada pada Apotik Uno
Medika. Jurnal Emba Vol. 2 No. 2 http://ejournal.
unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4715/4238. Diakses tanggal 14
Oktober 2019. Hal. 1298-1304.