penerapan good governance
DESCRIPTION
yusranTRANSCRIPT
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE
DI DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
AGNES RIMBAWAN
NIM. 6661062433
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2012
Motto Hidup :
TIDAK ADA YANG BISA
MENGHENTIKAN LANGKAHKU UNTUK
MERAIH APA YANG KU INGINKAN DAN
KU PERJUANGKAN, KECUALI TUHAN...
Skripsi ini ku persembahkan untuk
kedua orang tua ku,
adik-adik ku,
dan teman-temanku seperjuanganku.
ABSTRAK
Agnes Rimbawan, Penerapan Good Governance di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Drs.
Hasuri Waseh S.E, M.Si, Pembimbing II Titi Stiawati S.Sos,M.Si.
Fokus penelitian ini adalah Penerapan Good Governance di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Pandeglang. Tujuan diterapkannya Good Governance Dalam
rangka menjamin terciptanya pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan
sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004, diperlukan program
pembinaan produk hukum daerah yang dapat menjadi media kontrol & akses
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota
termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Agus Dwiyanto, yang terdiri dari enam prinsip yaitu
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektif dan efisien, kepastian hukum, dan
responsif. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode studi
kasus dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
yang dilakukan oleh peneliti, dalam penerapan good governance di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang tidak berjalan secara maksimal. Hal ini
karena dalam proses pelaksanaannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance yang harus diterapkan seperti Tidak adanya partisipasi dari
masyarakat. Bentuk transparansi yang diberikan tidak dapat diterapkan dengan
efektif dan menyeluruh. Akuntabilitas yang diberikan kepada masyarakat masih
belum maksimal dari hasil kinerjanya. Kurangnya kualitas SDM pegawai yang
berpengaruh terhadap kinerja dasn pemberian pelayanan kepada masyarakat tidak
efektif dan efisien. Supremasi hukum yang diharapkan tidak berjalan dengan
efektif. Tidak responsifnya pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dan agar good governance bisa diterapkan dengan efektif maka perlu
dilakukan seperti membuka informasi seluas-luasnya kepada masyarakat
mengenai kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tidak melalui media internet saja, tapi dengan menggunakan media
lainnya. meningkatkan pengawasan pada setiap proses pelelangan terhadap
pemenangan tender dan dalam pelaksanaan pembangunan, Lebih meningkatkan
kualitas SDM pegawai Dinas Pekerjaan Umum.
Kata kunci: Penerapan, Good Governance
ABSTRACT
Agnes Rimbawan, The Application of Good Governance at the public work office
of Pandeglang regency. The Study Program Of Public Studi Administration, The
Faculty Of Social And Politics, Sultan Ageng Tirtayasa. The Supervisior I Drs.
Hasuri Waseh S.E, M.Si, The Supervision II Titi Stiawati S.Sos,M.Si.
The focus of this research is the applicatioan of good governance at the public
work office of Pandeglang regency. The purpose of good governance applicatioan
is to guarantee the creation of clean. Hones and transparent governance suitable
for the regulation number 32 the year of 2004 , it is riquired the program of the
program of local law product building which can be the controlling media and the
people’s access in caryying out the governance and the building of town included
to make believable or trusteeship governance. the theory wich is used in this
research is the theory of Agus Dwiyanto which consists of six principles, those are
participation, transparency, accountability, effective and efficient, certainty law
the responsive. The method which is used by the researcher in this study is the
method of case study with of the approach of qualitative. Based on the study result
and the data analysis which have been done by the researcher in the application
of good governance at the public office Pandeglang regency does not run
maximum. it is caused by the procces of implementation which is not suitable with
principles of good governance the should be applied seems like wihout people’s
participation. the from of tansparency which has been given to the people is less
maximum if it is compared with the work ethos. Less quality of the human
resources of the employees influences to the work ethos and the public servies is
not effective and efficient. The irresponsible employees in giving the services to
the public. And that good governance can be implemented effectively it needs to
be done as open information as possible to the public on the activities in the
implementation of development activities organized by the Public Works office.
Outreach to the community not only through internet media, but by using other
media. increased scrutiny on any auction process to award the tender and the
implementation of development, more to improve the quality of human resources
Public Works Offic.
Key word : Application, Good Governance
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada kata yang layak terucap selain mengucap
syukur kepada sang pencipta Allah Swt yang tiada henti memberikan segores tinta
semangat dan harapan, hingga akhirnya Skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan
sesuai dengan harapan. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda,
Ibunda, dan Adik-adikku yang selalu kubanggakan. Skripsi ini aku persembahkan
untuk
kalian yang sangat berarti dalam hidup ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
banyak memberikan pengajaran, bantuan, serta dukungan moril dan materil dalam
upaya
penyelesaian penelitian ini yang berjudul ”Penerapan Good Governance Di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang”. Untuk itu, peneliti sampaikan banyak
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
6. Rina Yulianti, S.I.P., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Drs. Hasuri Waseh. M.Si., Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan,
motivasi dan semangat bagi peneliti dalam setiap tahapan bimbingan yang telah
dilakukan selama ini
8. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II yang senantiasa selalu penuh
kesabaran memberikan bantuan, arahan, motivasi, semangat dan selalu
mendukung bagi peneliti dalam setiap tahapan bimbingan yang telah dilakukan
selama ini
9. Listyaningsih, S.Sos. M.Si., Dosen wali Akademik yang senantiasa memberikan
arahan, motivasi dan semangat bagi peneliti dalam setiap tahapan dalam
perkuliahan.
10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah membekali
peneliti dengan ilmu pengetahuan yang luar biasa selama perkuliahan.
11. Keluarga besarku yang begitu besar mendukung dan memotivasi peneliti untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
iii
12. Teman-taman seperjuanganku yang selalu setia menemani, di saat suka dan duka.
Selain itu, peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan
yang dimiliki, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak. Disisi lain, peneliti juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi
para pembaca.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, April 2012
Penulis
Agnes Rimbawan
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PERSYARATAN ORISIONALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .......... ............................................................................... i
DAFTAR ISI ......................... ............................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................... ............................................................... vii
DAFTAR TABEL ................... ............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi .... ...................................................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah............................................................................. 8
1.4 Perumusan Masalah ............................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian . ................................................................................ 9
v
1.6 Manfaat Penelitian . ................................................................................ 9
1.7 Sistematika Penulisan . ........................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 15
2.1.1. Pengertian Penerapan. ..................................................................... 16
2.1.2. Pemerintahan Yang Baik (Good Governance). .............................. 16
2.1.3. Prinsip-prinsip Good Governance. ................................................. 22
2.2. Kerangka Berfiki & Asumsi Dasar ...................................................... 24
2.2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................ 24
2.2.2 Asumsi Dasar .................................................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .............................................................................. 29
3.2. Instrumen Penelitian .......................................................................... 30
3.3. Informan Penelitian ........................................................................... 33
3.4. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34
3.5. Pengujian Validitas dan Realibitas Data ........................................... 37
3.6. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 38
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 40
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang. ..................................... 40
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang. ................................................................. 42
4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
vi
Kabupaten Pandeglang. .................................................................. 48
4.1.4 Visi Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ............ 56
4.1. Deskripsi Data .................................................................................... 58
4.2.1. Deskripsi Data Penelitian. ............................................................... 58
4.2.2. Data Informan. ................................................................................ 60
4.2.3. Penyajian Data. ................................................................................ 61
4.2.4. Partisipasi. ....................................................................................... 63
4.2.5. Transparansi. ................................................................................... 67
4.2.6. Akuntabilitas. .................................................................................. 70
4.2.7. Efektif dan Efisien. .......................................................................... 76
4.2.8. Kepastian Hukum. ........................................................................... 85
4.2.9. Responsif. ........................................................................................ 88
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 91
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 98
5.2. Saran ...................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Melakukan Penelitian
2. Memberchek
3. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2008
Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Pandeglang
4. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum
5. Data Pegawai Dinas Pekerjaan Umum
6. Foto Penelitian
7. Daftar Pertanyaan
8. Berita Acara Penelitian
9. Riwayat Hidup
viii
DAFTAR TABEL
3.5. Waktu Penelitian ................................................................................... 39
4.1.2. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ....... 43
4.1.3. Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang ......................................................................... 35
4.1.4. Jumlah Pegawai PNS dan NON PNS di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang ......................................................................... 45
4.1.5. Daftar Informan .................................................................................... 47
ix
DAFTAR GAMBAR
2.2.1 Gambar Kerangka
Berpikir . ........................................................................................... 26
3.4 Gambar Analisis data menurut Miles & Huberman......................................................
36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada umumnya, saat ini
dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan
mempengaruhi birokrasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu perubahan
lingkungan strategis dimaksud adalah penerapan paradigma Kepemerintahan yang
baik (Good Governance ) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang
seimbang antara pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip-prinsip yang
mendasarinya antara lain adalah transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Apabila
keseimbangan peran dari ketiga aktor tersebut dapat diterapkan, maka prinsip dasar
dari Good Governance tersebut dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait. Hal
ini juga memudahkan Instansi Pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan dan
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat.
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan hal yang paling
mengemuka dalam pengelola administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang
dilakukan oleh pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaran pemerintah yang
baik adalah sejalan dengan meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat di
samping adanya pengaruh globalisasi. Pola lama pemerintah tidak sesuai lagi
dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan itu
merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan
1
2
melakukan perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan
pemerintah yang baik.
Beberapa dekade terakhir, dalam konteks penyelenggaraan pemerintah baik
di level pusat maupun daerah angin perubahan secara deras menghembus untuk
menciptakan arus tata pemerintahan pada pelaksanaan konsep pemerintahan yang
baik atau dikenal dengan good governance dengan sembilan prinsipnya.
Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good
and services disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan
praktek terbaiknya disebut “ good governance “ (kepemerintahan yang baik). Agar
“good governance” dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka
dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah, private
sector dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi
yang baik dan integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan
demikian penerapan konsep good governance penyelenggaraan kekuasaan
pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.
Dalam rangka menjamin terciptanya pemerintahan yang bersih, jujur dan
transparan sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004, diperlukan
program pembinaan produk hukum daerah yang dapat menjadi media kontrol &
akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota
termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Hal ini diwujudkan melalui
kegiatan menyusun kerangka kebijakan penyelenggaraan pemerintah yang bersih
sesuai prinsip-prinsip good governance. Berdasarkan peraturan daerah kabupaten
3
pandeglang nomor 06 tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi dan
tata kerja perangkat daerah kabupaten pandeglang. Bagian keenam Dinas Pekerjaan
Umum (paragraf 1) Kedudukan pasal 39, menerangkan bahwa : Dinas Pekerjaan
Umum adalah merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten, dipimpin oleh
kepala dinas, yang bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah.
(paragraf 2) Tugas pasal 40, menerangkan bahwa : Dinas Pekerjaan Umum
mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang kebinamargaan,
pengairan dan keciptakaryaan.
Konsep pemerintahan yang baik tidak hanya terhenti hanya sebatas tradisi,
namun pada gilirannya kelak akan menjadi sebuah peradaban pemerintahan. hal ini
tentu tidak terlepas dari makna pemerintahan sebagai bentuk organisasi dengan
identitas dinamis dan selalu berubah, seiring dengan waktu yang akan terus menguji
dan membuktikan semakin rentannya umur peradaban itu sendiri. untuk
mewujudkan hal ini tidak saja mutlak peran dominan dari aparat pemerintahn saja,
namun ditemukan sinergis antara tiga komponen dari pemerintah yang baik itu
sendiri, yaitu pemetintah, swata dan masyarakat.
Kesadaran akan pentingnya kerjasama antara tiga komponen tersebut,
merupakan sebuah refleksi dari perubahan masalalu, dimana negara telah gagal
menciptakan sebuah ruang dialog, yang menyebabkan ruang komunikasi tertutup,
sehingga dalam penyelesaian setiap masalah dan kekerasan menjadi strategi politik
dalam mencapai suatu tujuan.
4
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Dalam
rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas, dan terukur, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Perlu
diperhatikan pula adanya mekanisme untuk meregulasi akutabilitas pada setiap
instansi pemerintah dan memperkuat peran dan kapasitas parlemen, serta
tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.
Konsep pemerintahan yang baik, dalam ruang yang ideal dan sangtatlah
mustahil untuk di implementasikan dalam suatu pemerintahan secara utuh, tidak
memandang apapun atau dimana pun negaranya. Karena memang tidak ada
parameter baku dari keberhasilan pemerintahan yang baik itu sendiri. hanya saja,
titik tekannya lebih kepada bagaimana nilai-nilai pemerintahan yang baik itu bisa
terus dikembangkan oleh pemerintah dan bukan saja untuk mencari kerangka
pertama atau sekedar menjadi proses berfikir dari pemerintah saja, namun dari itu
jauh lebih penting darai nilai-nilai pemerintahan yang baik akan mejadi tradisi dan
membudaya.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur
pemerintahan telah diadakan pendidikan, penataran/kursus yang menyangkut
masalah teknis dan administratif. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi
perkembangan volume tugas yang meningkat dengan pesat. Begitu pula dengan
penerapan good governance di pemerintahan Kabupaten Pandeglang yang juga
5
membutuhkan upaya peningkatan yang maksimal agar pemerintahan Kabupaten
Pandeglang terbentuk pemerintahan yang Good Governance.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dilapangan, ternyata masih
banyak permasalahan yang ada terkait dengan penerapan good governance yang
berdasarkan pada prinsip-prinsipnya, namun peneliti hanya memfokuskan
penelitian pada instansi pemerintah yakni Dinas Pekerjaan Umum Diantaranya
adalah :
1. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yang diberikan
kepada setiap Dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. seharunya
masyarakat ikut mengetahui setiap anggaran yang berasal dari APBD,
khususnya penggunaan anggaran Dinas Pekerjaan Umum dalam hal
pengerjaan proyek infrastruktur. (Hasil wawancara dengan Bpk. Dede dan
Ibu siti Nurul/warga).
2. Banyak permasalahan dikarenakan kurang responnya aparatur dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat, seperti seringnya para
kontraktor yang tidak segera di tanggapi ketika membutuhkan informasi
mengenai prosedur mengurus tagihan proyek. (Hasil wawancara dengan
Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang kontraktor (Bpk.
Ahmad Solehudin dari PT. Mustika Selat Sunda), bahwa terjadi pungutan
liar yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum terhadap pihak ke 3
(kontraktor) yang mengerjakan proyek, dimana terkadang dalam satu proses
6
pengajuan kontrak dinas meminta imbalan kepada pihak ke-3 (kontraktor)
jika kontrak tersebut ingin diproses cepat.
4. Adanya penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan tagihan yang
diajukan kontraktor yang sebenarnya dari segi kelengkapan kontrak proyek
diantaranya adalah (kuitansi pembayaran, surat perintah kerja, berita acara
pemeriksaan, berita acara serah terima, berita acara pembayaran, surat
keputusan, fakta integritas, invoice, surat setoran pajak, SPM, SPP, surat
pengantar, kartu kendali, profil perusahaan, jaminan pemeliharaan, profil
ijin perusahaan) belum sesuai atau lengkap, hal ini biasanya terjadi karena
adanya unsur kedekatan atau hubungan kekerabatan antara pihak ke-3
(kontraktor) dengan pegawai dinas yang mengurusi kontrak tagihan
tersebut, dan pada akhirnya kontrak yang semestinya tidak dapat diproses
karena dari segi kelengkapan belum memenuhi aturan, akhirnya tetap
diproses walaupun menyalahi aturan. (Hasil wawancara dengan Bpk.
Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).
5. Kontraktor harus menyerahkan sekitar 5% dari jumlah proyeknya yang
berhasil didapatkan, biasanya antara dinas dan pihak ke-3 (kontraktor)
terdapat kesepakatan dimana jika proyek tersebut berhasil, maka kontraktor
harus menyerahkan kurang lebih 5% dari jumlah tagihannya, padahal hal
tersebut menyalahi aturan dan tidak ada dasar hukumnya. (Hasil wawancara
dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat
Sunda).
7
Maka berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut di atas penulis
di dalam pembuatan penelitian ini tertarik untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang “Penerapan Good Governance
Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari uraian di atas mengenai Upaya Penerapan Good Governance Di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, dapat dilihat permasalahan yang terjadi
di dalamnya yaitu:
1. Adanya pungutan liar yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum terhadap
pihak ke 3 (kontraktor) yang mengerjakan proyek. (Hasil wawancara
dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat
Sunda).
2. Penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan kontraktor yang
sebenarnya dari segi kelengkapan kontrak proyek belum sesuai. (Hasil
wawancara dengan Bpk. Ahmad Solehudin atau Kontraktor dari PT.
Mustika Selat Sunda).
3. Kontraktor harus menyerahkan sekitar 5% dari jumlah proyeknya yang
berhasil didapatkan. (Hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad Solehudin
atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).
8
4. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan
kepada setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. (Hasil
wawancara dengan Bpk. Dede dan Ibu siti Nurul/warga).
5. Kurang responnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat (kontraktor). (Hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad
Solehudin atau Kontraktor dari PT. Mustika Selat Sunda).
1.3 Batasan Masalah
Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada Penerapan
Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang sangatlah
kompleks, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak dapat melakukan
eksplrolasi terhadap semua masalah pada Hal tersebut, Dalam hal ini peneliti
memfokuskan penelitiannya hanya pada Penerapan Good Governance dengan
melakukan kajian implementasi dan evaluasi.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
diketengahkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimakah Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang ?
2. Hambatan – hambatan apa saja yang ada dalam Proses Penerapan Good
Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang?
9
1.5 Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk,
mengkaji lebih dalam Tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Pandeglang. Bertujuan mengetahui Bagaimanakah Peningkatan
Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
dan apa saja hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses penerapan Good
Governance Di Dinas pekerjaan Umum tersebut.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi
pengajaran mengenai good governance khususnya mengenai
penerapan good governance serta dapat memberikan sumbangan pemikiran
guna melakukan pengembangan penerapan good governance.
b. Manfaat praktis
penelitian tentang Upaya Penerapan Good Governance Melalui Pendidikan
dan Pelatihan bagi Aparatur Pemerintahan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang adalah memberikan umpan balik (feedback) kepada
Pemerintah Daerah dan juga aparat-aparat terkait yang seharusnya
melakukan kinerja dengan baik. Juga memberikan gambaran kepada
masyarakat bahwa kualitas Pegawai Negeri Sipil akan sangat memberikan
dampak langsung bagi masyarakat terutama dalam hal pelayanan,juga
10
memberikan kesadaran akan pentingnya partisipasi atau peran aktif
masyarakat peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan skripsi yang
bertujuan untuk memudahkan jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
dari skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tersusun
atas sistematika sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang di teliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari
lingkup yang paling umum menukik ke masalah yang paling spesifik, yang
relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan permasalahan yang muncul atau yang ada
pada obyek yang diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi
pendahuluan ke obyek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai
sumber sehingga semua permasalahan dapat di identifikasi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah dan menghemat penelitian, maka peneliti membatasi dan
merumuskan masalah. Pembatasan masalah mencakup pembatasan lokus dan
fokus penelitian.
11
1.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan
berdasarkan desain penelitian. Perumusan masalah disusun dengan
memperhatikan maksud dan tujuan penelitian.
1.5 Tujuan penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin di capai dengan dilaksanakannya
penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan
penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis atau kegunaan terhadap dunia akademik dan
manfaat praktis. Sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
1.7 Sistematika Penulisan
Menjelaskan isi bab per bab dan menjelaskan urutan penulisan skripsi secara
keseluruhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan
dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas.
2.2 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori.
12
2.3 Asumsi Dasar
Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti, dan
akan diuji kebenarannya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang metode apa yang dipergunakan dalam
penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang utama adalah peneliti sendiri, namun
setelah fokus penelitian menjadi jelas, mungkin akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data
pada sumber data yang lebih luas, dan mempertajam serta melengkapi data hasil
pengamatan dan observasi.
3.3 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah pihak yang memberikan informasi berupa lisan
maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya dengan cara
wawancara dengan peneliti.
3.4 Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri.
13
3.5 Validitas Data
Uji validitas data menjelaskan cara untuk menguji keabsahan data penelitian.
3.6 Tempat dan Waktu
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang obyek penelitian yasng meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi dari populasi yang telah di tentukan serta hal lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah yang
menggunakan teknik analisis data yang relevan.
4.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang di ungkapkan secara singkat, jelas dan
mudah dipahami.
5.2 Saran
Berisi rekomendasi penelitian terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian
terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Penelitian,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Pendekatan Masalah dan Sistematika Penulisan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
LAMPIRAN
Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, tersusun secara
berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti, yang berhubungan dengan data
penelitian, dan tersusun secara berurutan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola
sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang
tepat untuk memperingan pekerjaan. Dalam penulisan skripsi dibutuhkan teori-teori
yang dapat mendukung dan dapat dijadikan sebagai landasan bagi pelaksanaan
praktek penelitian.
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa
istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti
menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori
dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya,
yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Pada
bagian ini dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian.
Teori-teori ini diambil dari buku literatur. Teori yang dibahas meliputi teori tentang
good governance dan prinsip-prinsip good governance. Pada bagian ini pula akan
disertakan asumsi dasar peneliti, dimana asumsi dasar tersebut merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti, dan akan diuji kebenarannya.
15
16
2.1.1 Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan
adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat
bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan
hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya.
2.1.2 Pemerintahan yang baik (good governance)
Pemerintahan yang baik (good governance) sering disebut pada berbagai
event dan pariwisata oleh berbagai kalangan, pengertian good governance bisa
berlainan antara satu dengan yang lain. ada sebagian kalangan mengartikan good
governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja lembaga suatu negara,
perusahaan, atau organisasi masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu. sebagian kalangan lain yang mengartikan good governance
sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan meniscayakan adanya civic
culture sebagai penopang sustanaibilitas demokrasi itu sendiri.
Menurut Hetifah Sj, Sumarto (2003 : 1) dalam bukunya Inovasi, Partisipasi,
dan Good Governance
“Governance di sini diartikan sebagai mekanisme , praktik , dan tata cara
pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah
publik. Dalam konsep Governance , pemerintah hanya menjadi
salah satu aktor dan tidak selalu menjadi faktor paling menentukan.
Implikasinya, peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa
pelayanan dan infrastuktur akan bergeser menjadi badan pendorong
terciptanya lingkungan yang mampu memfalisitasi pihak lain di komunitas
dan sektor swasta untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut”.
17
Masih banyak lagi pengertian good governance yang diberikan oleh
berbagai pihak. namun ringkasnya good governance diartikan sebagai pengelolaan
pemerintahan yang baik, kata “baik” disini dimaksudakan sebagai kaidah-kaidah
tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance.
Menurut Mardiasmo (2004 : 24) pengertian Governance :
“Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik”.
Dan menurut World Bank (1997 : 15) dalam bukunya world development
report menjelaskan good governance sebagai :
“the way state power is used in managing economic and social resources
for development of society”
Dalam hal ini, lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola
sumberdaya sosial dan ekonomi untuk kepentingan masyarakat.
Menurut United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan
good governance sebagai :
“the exercise of political, economic, and administrative authority to manage
a nation’s affair at all levels”.
Dalam hal ini UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,
administratif, dalam pengelolaan negara.
Menurut Gandung Ismanto Good Governance Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik Di Daerah (2005 : 3), Good Governance adalah :
“Good Governance secara istilah merujuk pada kultur dan stuktur
pemerintahan yang menjalankan kekuasaan didalam suatu negara, tidak
hanya menyangkut lembaga eksekutif, namun seluruh negara yang
menyangkut penyelenggaraan kehidupan bernegara”.
18
Menurut Effendi dalam bukunya The Power Good Corporate Governance (
2009 : 2 )
Good Corporate Governance secara singkat dapat diartikan sebagai
seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah ( valueadded ) bagi para pemangku kepentingan.
Menurut Widodo (2001 : 18) dalam bukunya Good Governance pada era
desentralisasi dan otonomi daerah :
Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara pemerintah
dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah
publik. Secara etimologis governance diartikan sebagai kepemerintahan
sehingga masih banyak orang beranggapan bahwa governance merupakan
sinonim dari govermant. jika dipahami lebih dalam maka governance dan
goverment memiliki pengertian dan pemahaman yang berbeda, kalau
goverment “mereka” sedangkan governance adalah “kita”.
Menurut Leach dan Percy-Smith dalam Widodo (2001 : 18) :
Goverment mengandung pengertian seolah hanya politisi dan
pemerintahanlah yang mengatur, memberikan sesuatu, memberikan
pelayanan, sementara sisa dari “kita” adalah penerima yang pasif.
Sementara Governance meleburkan perbedaan antara “pemerintah” dan
yang “diperintah” karena kita semua adalah proses governance.
Dalam proses Governance tidak selalu berjalan dengan apa yang diharapkan
oleh masyarakat dan ditujukan demi kepentingan serta kesejahteraan masyarakat.
Akan tetapi terdapat penyelewengan dana, penyalahgunaan wewenang, kurang
efektif dan efisiennya proses administrasi negara. Hal tersebut yang menyebabkan
terjadinya pemerintahan yang buruk. Untuk menciptakan adanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia sesuai dengan yang diamanatkan sesuai dengan
pancasila pada sila ke- 5, maka diperlukan adanya kesadaran dari seluruh aparat
pemerintah dan masyarakat untuk bersatu dan mewujudkan negara yang adil serta
sejahtera dalam menciptakan pemerintahan yang baik (good governance).
19
Arti good itu sendiri dalam Good Governance, menurut Lembaga
Administrasi Negara/LAN dalm Widodo (2001 : 6) mengandung dua pengertian :
1. Nilai yang yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan
nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian
tujuan nasional, kemandirian pembangunan berkelanjutan.
2. Aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaaan tugaasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Melihat dua aspek yang terdapat dalam pengertian good dalam good
governance tersebut maka menurut Lembaga Administrasi Negana/LAN dapat
disimpulkan bahwa good governance berorientasi pada ideal negara yang diarahkan
pada pencapaian tujuan nasional, dan pemerintahan berfungsi secara ideal yaitu
secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional.
Sebagaimana terdapat dalam pengertian Governance pada kata Good
governance tersebut Lembaga Administrasi Negara (2001 : 1) memiliki pengertian
bahwa governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyedian public goods and sevice
Tjokroamidjojo dalam Widodo (2001 : 34) Governance memiliki arti :
pemerintah menguasai, mengurus dan mengelola.
Untuk itu dibutuhkan adanya suatu penyelengaraan kepemerintahan yang
bertanggung jawab dalam memerintah masyarakat, mengelola pembangunan
masyarakat dan mengurus kepentingan masyarakat pula. sehingga terciptanya
pemerintahan yang baik sesuai dengan harapan masyarakat serta mampu
menjunjung tinggi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Good Governance Menurut OECD dan World Bank dalam Suhady dan
Fernanda (2005 : 49) memberikan pengertian yaitu :
20
“Penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggungjawab yang
sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
investasi alokasi yang langka, dan penghindaran korupsi baik secara politik
maupun adaministratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktifitas kewirausahaan”.
Dari beberapa pemaparan mengenai good governance diatas terdapat
beberapa unsur penting didalamnya dan saling berkesinambungan. Menurut UNDP
dalm Widodo (2001 : 20) menyebutkan bahwa terdapat tiga macam unsur yaitu :
1. Negara atau Pemerintah
Sektor negara adalah salah satu unsur governance yang didalamnya
termasuk lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik.
Institusi pemerintahan memiliki peran penting dalam melindungi
lingkungan, pemeliharaan ketentraman sosial, ketertiban dan keamanan,
stabilitas ekonnomi, memberikan layanan penyediaan publik dan
memberdayakan rakyat sehingga kesejahteraan rakyat rakyat dapat
terwujud.
2. Sektor Swata
Pasar dan sektor swasta jelas memberikan peran penting dalam
pembangunan pemerintah melalui pendekatan pasar. dengan pendekatan
pasar mampu meningkatkan pembangunan dalam bidang ekonomi dan
mampu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan
perusahaan itu sendiri.
3. Masyarakat
Terwujudnya pembangunan manusia yang berkelanjutan bukan hanya
tergantung pada negara yang mampu memerintah dengan baik maupun pada
sektor swata yang mampu menyediakan pekerjaan dan penghaasilan, akan
tetapi juga tergantung pada organisasi masyarakat yang berinteraksi
sosialdan politik yang memobilisasi berbagai kelompok di masyarakat untuk
terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi dan politik.
Dari unsur Governance tersebut diatas, maka dibutuhkan adanya hubungan
yang baik antara ketiga unsur tersebut demi terciptanya good governance. Selain
dari ketiga unsur unsur tersebut untuk menciptakan good governance dalam
pemerintahan, dibutuhkan pula adanya pelayanan prima bagi masyarakat atau
publik. karena dalam hal ini publik memiliki kedudukan yang tinggi dalam
21
memperoleh pelayanan dari pemerintah, dan masyarakat berhak memilih diantara
dua mana yang lebih baik dan berhak untuk memberikan pendapat atau keluhan
terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah. belum lagi dengan adanya budaya
patron client yang selama ini menjadi budaya yang melekat dalam pemerintahan,
sehingga menyebabkan buruknya sistem pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan kepada publik menjadi berkurang.
Berdasarkan teori atau menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam rangka mewujudkan good governance, maka diperlukannya keikut
sertaan dari seluruh aparat pemerintah maupun masyarakat serta adanya trasparansi
dan pertanggungjawaban dari pemerintah terhadap pelaksanaan penyelengaraan
kegiatan publik. Kedua aspek tersebut sebagai mana yang terdapat pada ciri good
governance yang kemudian dalam Peraturan Pemerintah No, 101 Tahun 2000
disebut sebagai prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.
2.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance
Menurut Suhady dan Fernanda (2005 : 56) ada delapan prinsip-prinsip good
governance yang diantaranya adalah :
1. Profesionalitas
2. Akuntabilitas
3. Transparansi
4. Pelayanan Prima
5. Demokrasi
6. Efisiensi
7. Efektifitas
8. Supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat
Selain dari beberapa prinsip yang telah dikemukakan diatas terkait dengan
good governance, terdapat pula karakteristik dalam good governance tersebut.
22
Menurut UNDP sebagaimana yang telah dikutip oleh Lembaga Administrasi
Negara (2000 : 7) mengajukan karakteristik good governance yaitu :
1. Participation, Keterlibatan masyarakat dalam pembutan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu
3. Tranparancy, dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat
diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder
5. Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang luas.
6. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and effectiveness, pengelolaan sumberdaya publik dilakukan
secaraberdayaguna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
8. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang
dilakukan.
9. Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan harus dapat memiliki visi
jauh ke depan.
Sementara itu menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya Mewujudkan Good
Governance Melalui Pelayanan Publik (2008 : 79 ) menyatakan bahwa good
governance memiliki enam prinsip sebagai berikut ;
1. Partisipasi
2. Transparansi
3. Akuntabel
4. Efektif dan efesien
5. Kepastian hukum
6. Responsif
Adapun pemaparan dari enam prinsip good governance menurut Agus
Dwiyanto diatas adalah sebagai berikut :
23
1. Partisipasi :
Warga memiliki hak ( dan mempergunakannya ) untuk menyampaikan
pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebajikan publik , baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Transparansi :
Penyediaan informasi tentang pemerintah(an) bagi publik yang di
jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.
3. Akuntabel :
Petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para warga.
4. Efektif dan efesien :
Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya
antara lain:pelayanan mudah,cepat,tepat dan murah.
5. Kepastian hukum :
Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian,hak asasi
manusia di lindungi,sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
6. Responsif :
Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat.
Dari berbagai prinsip di atas dapat di simpulkan bahwa sistem administrasi
good governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan dan institusi di luar
pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik. Dengan demikian,
dalam penyelesaian masalah dan kepentingan publik selalu melibatkan multi-
stakebolders dan berbagai lembaga yang terkait dengan masalah dan kepentingan
publik itu. stakebolders dalam tata pemerintahan (good governance) tersebut
memiliki kedudukan yang setara dan hanya di ikat oleh suatu jaringan dan prosedur
24
yang serngaja di ciptakan untuk memfasilitasi mereka dalam perumusan,
pelaksanaan, monitoring dan juga evaluasi kebijakan.
2.2 Kerangka Berpikir dan Asumsi Dasar
2.2.1 Kerangka Berpikir
Penelitian tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang ini menggunakan teori Agus Dwiyanto (2008 : 79 ) yang
menyatakan bahwa good governance memiliki enam prinsip yang harus diterapkan
untuk mencapai good governance, yang diantaranya adalah :
1. Partisipasi :
Warga memiliki hak dan mempergunakannya untuk menyampaikan
pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebajikan publik , baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Transparansi :
Penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik yang di
jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.
3. Akuntabel :
petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para warga.
4. Efektif dan efesien :
Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya
antara lain:pelayanan mudah,cepat,tepat dan murah.
5. Kepastian hukum :
Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian,hak asasi
manusia di lindungi,sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
6. Responsif :
Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat.
25
Dengan mengacunya pada 6
prinsip-prinsip tersebut maka
penerapan good governance di
Dinas PU akan berjalan dengan
baik
Prinsip-Prinsip Good governance
Agus Dwiyanto (2008 : 79)
1. Partisipasi
2. Transparansi
3. Akuntabel
4. Efektif dan efesien
5. Kepastian hukum
6. Responsif
Masalah
1. Terjadi pungutan liar yang dilakukan Dinas PU terhadap pihak ke 3 yang
mengerjakan proyek
2. Adanya Penyalahgunaan Wewenang untuk Meloloskan Kontraktor
3. Kontraktor harus Menyerahkan 5% dari jumlah proyek yang berhasil
4. Tidak transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan
kepada setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan.
5. Kurang responnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat (kontraktor).
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman prinsip-prinsip
didalamnya. Dari prinsip-prinsip ini akan didapat tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik buruknya pemerintahan bisa dinilai ia telah bersinggungan
dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Dan kerangka berfikir
peneliti dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut ini :
Kerangka Berfikir
Gambar 2.2.1
26
2.3 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas,
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka
peneliti berasumsi bahwa penelitian Penerapan Good Governance Di
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang dalam realitasnya
ternyata dapat dikatakan masih belum berhasil. Bila kita lihat dari
permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,
permasalahan yang timbul terhadap penerapan good governance di dinas
pekerjaan umum Kabupaten Pandeglang seperti terjadi pungutan liar yang
dilakukan dinas PU terhadap pihak ke 3 (kontraktor) yang mengerjakan
proyek, adanya penyalahgunaan wewenang untuk meloloskan kontraktor,
kontraktor harus menyerahkan 5% dari jumlah proyek yang berhasil, Tidak
transparannya pemerintah dalam penetapan anggaran yg diberikan kepada
setiap dinas dan penggunaan anggaran yang diberikan. Kurang responnya
aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat (kontraktor).
Permasalahan tersebut pun kemudian dikaji dengan cara
membandingkan permasalahan tersebut dengan teori yang digunakan, guna
mengetahui apakah masalah yang muncul memang benar-benar sebagai
masalah yang bertentangan secara prosedural dan teori, kemudian setelah
diketahui masalah yang bertentangan dengan teori dan prosedur. Peneliti
mencoba mengkaji kembali masalah tersebut untuk kemudian dicarikan
solusi yang tepat untuk menghilangkan masalah tersebut. Setelah masalah
tersebut mendapatkan solusi diharapkan penerapan good governance bisa
berjalan dengan baik, sehingga memberikan feedback yang baik dalam
27
peningkatan mobilisasi organisasi. Tentunya kinerja yang dihasilkan
diharapkan akan sesuai dengan prosedur dan teori.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian di perlukan sebagai frame dalam
melakukan research, analisa data, dan penyajian data sehingga terintegrasi dalam
satu garis pemikiran dan tidak bias. Beberapa tipe penelitian antara lain penelitian
deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Di samping itu ada beberapa jenis penelitian
antara lain penelitian survei, eksperimen, grounded research, kombinasi
pendekatan kualitatif dan kuntitatif dan analisa data sekunder (Singarimbun dan
Effendi : 1999:13).
Metode penelitian menurut Sugiyono adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2008:3). Kirk dan Miller
dalam Moeloeng, ( 2001 : 3) menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”
Metode penlitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002:136). Untuk mengetahui
sejauhmana Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam
penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif.
28
29
Selanjutnya pendekatan kualitatif menurut Bagdon dan Taylor dalam
Moleong (2002:3) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati. Dalam
pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat dan gambar
untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan
mendeskripsikan variabel yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti, dalam
hal ini adalah masalah Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang.
3.2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tentang Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Pandeglang yang menjadi instrumen utama penelitian adalah
peneliti sendiri. Menurut irawan, dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Irawan, Prasetya. (2006 : 17 )
Sedangkan menurut Moleong pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan
data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Moleong,
Lexy J. (2005 : Hal. 19) Lain halnya dengan pendapat Bogdan & Taylor dalam
Furchan, (1992: 33), menurutnya:
”Sebagai peneliti kualitatif, tugas peneliti adalah menembus pengertian akal
sehat (commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan. Apa
yang kelihatannya keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika
anda, mungkin menurut subyek anda tidak demikian. Dan, kendati anda
tidak harus sependapat dengan pandangan subyek terhadap dunia ini, anda
dapat mengetahui, menerima dan menyajikan pandangan mereka itu
sebaimana mestinya”.
30
Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder.
Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta. Sedangkan data-data
sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto.
Adapun alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri
dari; panduan wawancara, alat perekam (tape recorder), buku catatan dan kamera
digital.
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari
beberapa teknik, yaitu :
a. Wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) dan yang diwawancarai
(interviewee). Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept
interview). Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak
terstruktur. Jika dalam wawancara terstrukur, pewancaraannya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maka wawancara tak
terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon, yaitu
cara ini lebih bebas iramanya. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu,
tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan
tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.
31
Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini disusun
bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok yang
akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara
berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami
dan mendalam seperti yang diharapkan dalam penelitian kualitatif. Poin-poin pokok
tersebut terdiri dari:
1. Bagaimana penerapan good governance
2. Penyalahgunaan prosedur
3. Hambatan yang berhubungan dengan penerapan good governance
b. Observasi
Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan menurut
Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Moleong, (2005:126). Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang
digunakan adalah observasi berperanserta (observation participant).
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan teknik
observasi/pengamatan, diantaranya;
Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Kedua,
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku
dan kejadian sebagimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga,
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti,
jangan-jangan pada data yang didapatnya ada yang bias. Kelima,
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,
32
karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks
sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi
lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan
dalam sebuah penelitian. Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap bahan
tertulis ataupun film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik Moleong, (2005:126). Selanjutnya studi dokumentasi
dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang
diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa
prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto
ataupun dokumen elektronik (rekaman).
3.3. Informan Penelitian
Dalam penelitian mengenai Penerapan Good Governance Di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang. Penentuan informannya menggunakan
teknik Purposive, yaitu merupakan metode penetapan Informan dengan
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan. Suliyanto (2005 : 103 ).
33
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah :
1. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum
2. Kepala Seksi Pengawasan Jasa Kontruksi Dinas Pekerjaan Umum
3. Staf Dinas Pekerjaan Umum
4. Kontraktor
5. Masyarakat
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam menganalisis selama di lapangan peneliti menggunakan model Miles dan
Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai jenuh atau
tidak ada lagi pertanyaan.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
34
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar
kategori dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut
3. Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan)
Pemeriksaan keabsahan data yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk itu teknik triangulasi
yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik triangulasi
sumber.
Triangulasi sumber menurut paton dalam moleong (2005:330) berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal
tersebut dapat dicapai dengan cara :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
35
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
( 1992:15), yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas
dalam analisis data dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.4
Analisis data menurut Miles & Huberman
Sumber : Sugiyono
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan
melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu
tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan
sesudah pengumpulan data.
Data
Collecting
Data
Reduction
Data
Display
Verification
36
3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Terdapat dua macam
validitas penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan dengan derajat akurasi
desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan validitas eksternal yang berkenaan
dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada
populasi di mana sampel tersebut diambil.
Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan
yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif
reliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang
melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang
sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social
situation) bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat
konsisten dan berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya,
pada penelitian ini dilakukan dengan satu cara, yaitu triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga
jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik
37
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi.
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang Yang berlokasi di Jalan Graha Pancasila No.2 Pandeglang. Kode Pos
42213. Yang akan diawali pada bulan Agustus tahun 2011 s/d bulan April 2012
sebagian tergambar pada tabel 3.6 berikut :
38
Tabel 3.6
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sept
‘11
Okt
‘11
Nov
‘11
Des
‘11
Jan
‘12
Feb
’12
Mar
’12
Apr
’12
1.
Pengajuan
Judul Skripsi
2.
Pengumpulan
Data
3.
Penyusunan
Proposal
4.
Bimbingan dan
Perbaikan
Proposal
5.
Seminar
Proposal
6. Revisi Proposal
7.
Observasi dan
Wawancara
8. Analisis Data
9.
Penyusunan
Hasil Penelitian
10. Sidang Skripsi
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
1. Kondisi Geoerafis
Kabupaten Pandeglang merupakan Kabupaten di Provinsi Banten yang
berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak
di antara 60 21’-7010’ Lintang Selatan dan 102048’-106011’ Bujur Timur dengan
luasa wilayah sebesar 274.689,91 hektar atau 2.747 Km2, Secara wilayah
administratif Pandeglang terbagi dalam 31 kecamatan yang meliputi 13 kelurahan
dan 322 desa. Kabupaten Pandeglang termasuk dari salah satu dari 6
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2003 tentang pembentukan Provinsi Banten dengan cakupan wilayah
sebagai berikut : Kabupaten Serang, Kabupaten Tanggerang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Cilegon dan Kota Tanggerang. Sedangkan
batas-batas administratif Kabupaten Pandeglang yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Serang, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah
selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Lebak.
39
40
2. Pemerintahan
Diberlakukannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
terdapat peluang dan tantangan yang sangat besar dengan diberikannya tantangan
untuk mengatur kepentingan masyarakat di daerahnya sendiri.
Hal yang paling mendasar dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
:
Pertama : DPR adalah sebagai Badan Legisltif Daerah dan Pemerintah
Daerah adalah sebagai Badan Eksekutif Daerah.
Kedua : Pemerintahan Daerah terdiri dari Kepala Daerah beserta Perangkat
Daerah lainnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, Penyelenggaraan Pemerintah, hubungan
kerja/koordinasi baik intern dinas, unsur pimpinan daerah, orgnisasi sosial politik
dan kemasyarakatan, serta dengan tokoh-tokoh masyarakat, dan sesuai kewenangan
daerah Pandeglang telah mengeluarkan sejumlah Perda tentang Pembentukan dan
susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang.
Dalam pembinaan kemasyarakatan yang meliputi khidupan beragama,
pembangunan dan kehidupan sosial, pembinaan pendidikan, kebudayaan, generasi
muda, olah raga, dan lembaga swadaya masyarakat terus diupayakan untuk menuju
masyarakat yang sejahtera.
41
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
Gambar 4.1.2
Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang terletak di Jalan Graha
Pancasila.
(Sumber : Penelitian 2012)
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang terletak di jalan Graha
Pancasila No.2. Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana
pemerintah kabupaten, dipimpin oleh kepala dinas, yang bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dan Dinas Pekerjaan Umum
mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang
kebinamargaan, pengairan dan keciptakaryaan.
42
Tabel 4.1.2
Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
No Nama Jabatan Jumlah
1 Drs. H. Enan Tosin Kepala Dinas 1
2 Drs. Ade Surahman, M.Si Sekertaris 1
3 Maryati Kepala Sub bagian
Umum dan
Kepegawaian
1
4 Muhadi, S, STP Kepala Sub
Bagian Keuangan
1
5 Andri Pramono. S.ST Kepala Sub
Bagian Evaluasi
Perencanaan &
evaluasi
1
6 Wahyudi, SE. MM Kebid Pengairan 1
7 Amin Fitri Laksa, ST Kasi
Pembangunan &
Peningkatan
1
8 Hasim, SE Kasi Operasi dan
Pemeliharan
1
9 Ir. H. Syarif Hidayat Kepala Bidang
Bina Marga
1
10 Dana Mulyana, ST Kasi Rehabilitasi
& Pemeliharaan
Jalan & Jembatan
1
11 Herdiantoro, BE Kasi
Pembangunan
Jalan & Jembatan
1
12 H. Mubagyo, ST, M.Si Kebid Perkim 1
13 Sobri Kasi Perumahan &
Jalan Lingkungan
1
14 Beni Leo Hartawan, ST Kasi Air Bersih,
Sanitasi &
Drainase
1
43
15 Sehadi, SE Kebid Tata
Bangunan
1
16 Mulyadi Kepala Seksi
Penataan
Bangunan Gedung
1
17 Oom Nurkomah Plt Seksi
Pengawasan Jasa
Kontruksi
1
18 Nana Mulyana, SE Kepala UPT
Workshop
1
19 Mauludinnusi, SE Kasubag TU. UPT
Workshop
1
20 Harun Kepala UPT Wil. I 1
21 Agus Gustiarno, SE Kasubag TU 1
22 Buhari Kepala UPT Wil.
II
1
23 Hikmatullah Kepala UPT Wil.
III
1
24 Ahmad Rifa’i Kepala UPT Wil.
IV
1
25 Madsupi Salkawinata, SE Kasubag TU.
UPT. Wil IV
1
26 Muslim, S.Sos Kepala UPT Wil.
V
1
27 Kasmani Kepala UPT Wil.
VI
1
28 TB. Junaedi Kepala UPT Wil.
VII
1
29 - Staf/pegawai 254
Jumlah 282
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011
44
Berdasarkan tabel 4.1.2 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang tahun 2011, jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang berjumlah 282.
Tabel 4.1.3
Tingkat pendidikan pegawai Dinas Pekerjaan Umum
KabupatenPandeglang
NO Tingkat
Pendidikan
Jumlah
1 S-2 3
2 S-1 32
3 D.IV 1
4 D.III 7
5 SMA 75
6 SMK 32
7 STM 64
8 ST 8
9 PAKET C 30
10 SMP 20
11 MTS 11
12 SD 29
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011
45
Berdasarkan tabel 4.1.3 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang tahun 2011, Tingkat pendidikan pegawai di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang diantaranya adalah tingkat
pendidikan pegawai S2 berjumlah 3 orang pegawai, tingkat pendidikan
pegawai setara S1 berjumlah 32 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai
D.IV berjumlah 1 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai D.III berjumlah
7 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai SMA berjumlah 75 orang
pegawai, tingkat pendidikan pegawai SMK berjumlah 32 orang pegawai,
tingkat pendidikan pegawai STM berjumlah 64 orang pegawai, tingkat
pendidikan pegawai ST berjumlah 8 orang pegawai, tingkat pendidikan
pegawai PAKET C berjumlah 30 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai
SMP berjumlah 20 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai MTS berjumlah
11 orang pegawai, tingkat pendidikan pegawai SD berjumlah 29 orang
pegawai.
46
Tabel 4.1.4
Jumlah pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang
PNS dan yang NON PNS
No Pegawai PNS/NON PNS Jumlah
1 PNS 193
2 TKK 30
3 TKS 89
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang 2011
Berdasarkan tabel 4.1.4 diatas dari sumber data Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang tahun 2011, Jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang yang PNS dan NON PNS diantaranya adalah jumlah
pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang PNS berjumlah
193 orang pegawai, jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang yang masih TKK (Tenaga Kerja Kontrak) berjumlah 30 orang pegawai,
jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang masih TKS
(Tenaga Kerja Sukarela) berjumlah 89 orang pegawai.
47
1.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum.
2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekertaris yang terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Bagian Kepegawaian.
b. Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
d. Sub Dinas Bina Program, terdiri dari :
1. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari :
1. Bidang Bina Marga terdiri dari :
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan.
b. Seksi Rehabilitasi dan Peningkatan Jalan dan Jembatan.
2. Bidang Pengairan terdiri dari :
a. Seksi Operasi dan Pemeliharaan
b. Seksi Pembangunan dan Peningkatan
3. Bidang Tata Bangunan terdiri dari :
a. Seksi Pengawasan Gedung
b. Seksi Pengawasan dan Jasa Konstruksi
4. Bidang Perumahan dan Permukiman terdiri dari :
a. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan
b. Seksi Air Bersih, Sanitase dan Drainase
48
4. Unit Pelaksana Teknis Dinas.
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah
daerah di bidang Kebinamargaan, Pengairan Tata Banguna,Perumahan dan
Pemukiman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Pekerjaan
Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud berdasarkan peraturan
daerah kabupaten pandeglang nomor 06 tahun 2008 tentang pembentukan, susunan
organisasi dan tata kerja perangkat daerah kabupaten pandeglang yang dimaksud
pada ayat (2), menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan perencanaan bidang kebinamargaan, pengairan, tata
bangunan, perumahan dan pemukiman.
2. Perumusan kebijakan teknis bidang kebinamargaan, pengairan, tata
bangunan, perumahan dan pemukiman.
3. Pelaksanaan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang
kebinamargaan, pengairan, tata bangunan, perumahan dan pemukiman.
4. Pembinaan, koordinasi, pengadialan dan pasilitasi pelaksaaan kegiatan
bidang kebinamargaan, pengairan, tata bangunan, perumahan dan
pemukiman.
5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas pekerjaan umum
6. Peminaan terhadap unit pelaksaan teknis dinas pekerjaan umum
7. Pelaksaan tugas lain yang di berikan oleh bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
49
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum. Sekretariat dalam
melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan.
2. Penyelenggaraan pengelolaan administrasi perkantoran, administrasi
keuangan dan administrasi kepegawaian.
3. Penyelenggaraan urusan umum dan perlengkapan, keprotokolan dan
hubungan masyarakat.
4. Penyelenggaraan ketatalaksaan, kearsipan dan perpustakaan.
5. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengadilan, evaluasi dan pelaporan
pelaksaaan kegiatan unit kerja.
6. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang kepala sub
bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris dinas
pekerjaan umum. Dalam melaksanakan fungsinya Sub bagian Umum dan
Kepegawaian adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana kegiatan urusan umum dan pengelolaan administrasi
kepegawaian
2. Penyelengaraan urusan umum dan pengelolaan administraasi kepegawaian.
3. Pelaksaan pengawasan dan evaluasi kegiatan urusan umum dan pengelolaan
administrasi kepegawaian.
Rincian tugas sub bagian umum dan kepegawaian adalah sebagai berikut :
50
1. melaksanakan urusan keprotokolan, hubungan masyarakat , penyiapan
rapat-rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan dinas.
2. melaksanakann pengelolaan kearsiapan dan perpustakaan dinas.
3. melaksanakan urusan rumah tangga , ketertiban , keamanan dan kebersihan
di lingkungan kerja.
4. melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas, peralatan dan
perlengkapan kantor dan aset lainnya .
5. melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana dan
prasarana di lingkungan dinas.
6. melaksanakan pengurusan pengadaan , penyimpanan , pendistribusian dan
inventarias barang-barang inventaris.
7. melaksanakan pengelolaan administari perkantoran.
8. melaksanakan pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan dan pemeliharaan
data dan kartu kepegawaian di lingkungan dinas.
9. melaksanakan penyiapan dan pengusulan pegawai yang akan pensiun, serta
pemberian penghargaan.
10. melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, daftar penilaian
pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan
peningkataan kesejahteraan pegawai.
11. melaksanakan penyiapan pegawai untuk mengikuti pendidikan/pelatihan
kepemimpinan, teknis dan fungsional.
12. melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian
dinas.
51
13. melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin
pegawai.
14. melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga teknis
dan fungsional.
15. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subbagian umum
dan kepegawaian.
16. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Subbagian yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum. Dan
mepunyai tugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan pembendaharaan, Verivikasi dan pembukuan
keuangan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung.
2. Melaksanakan penyusunan realisasi keuangan.
3. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan semesteran.
4. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan akhir tahun
5. Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan dalam pengelolaan
keuangan.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
52
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang
Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab Kepada Sekretaris
Dinas Pekerjaan Umum. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan adalah
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penyusunan kegiatan program dan kegiatan dinas.
2. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta dokumen
pelaksanaan anggaran.
3. Pelaksanaan penyusunan pelaporan kegiatan dinas.
4. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan perencanaan.
Rincian tugas Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis dinas.
2. Mengumpulkan bahan-bahan dalam penyusunan program dan kegiatan
dinas.
3. Melaksanakan pengolahan data dalam penyusunan program tahunan dinas.
4. Mengompilasi hasil penyusunan rencana kerja dan anggaran dari masing-masing
unit kerja.
5. Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran masing-masing unit kerja.
6. menyusun laporan pencapaian kinerja dari ikhtisar realisasi kinerja dinas.
7. Melaksanakan pengawasan evaluasi dan melaporkan kegiatan perencanaan.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
53
Bidang Bina Marga dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada dinas pekerjaan umum. Bidang Bina Marga
mempunyai tugas pokok melaksanakan dan merumuskan kebijakan teknis survey,
investigasi dan desain bina marga, pembangunan prasarana jalan dan pemeliharaan
prasarana jalan dan jembatan. Bidang Bina Marga terdiri dari :
1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada kepala bidang bina marga. Seksi Pembangunan Peningkatan
Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan
teknis pembangunan jalan.
2. Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang berada dibawah dan bertangggungjawab
kepada kepala bidang bina maraga. Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan
teknis rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan.
Bidang Pengairan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepala kepal dinas pekerjaan umum. Bidang
Pengairan mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis survey,
investigasi dan desain pengairan, pembangunan sarana pra sarana pengairan dan
rehabilitasi prasarana pengairan. Bidang Pengairan terdiri dari :
1. Seksi Operasi dan Pemeliharaan dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang
54
pengairan. Seksi Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan kebijakan teknis operasi dan pemeliharaan prasarana
pengairan.
2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang
pengairan. Seksi Pembangunan dan Peningkatan mempunyai tugas
pokok melaksanakan kebijakan teknis pembangunan dan peningkatan
prasarana pengairan.
Bidang Tata Bangunan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum. Bidang Tata
Bangunan mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis survey,
investigasi dan desain tata bangunan, pembangunan gedung, pengawasan dan jasa
konstruksi. Bidang Tata Bangunan terdiri dari :
1. Seksi Banguanan Gedung dipimpinoleh seorang kepala seksi yang
berada dibwah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang tata
bangunan. Seksi Bangunan gedung mempunyai tugas pokok
melaksanakan kebijakan teknis pembangunan gedung.
2. Seksi Pengawasan Jasa Konstruksi dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang tata
bangunan. Seksi Pengawasan Jasa Konstruksi mempunyai tugas pokok
melaksanakan kebijakan taeknis dan jasa konstruksi.
Bidang Perumahan dan Pemukiman dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas pekerjaan umum.
55
Bidang Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas pokok merumuskan dan
meleaksanaan kebijakan teknis penataan perumahaan dan jalan lingkungan, air
bersih, sanitasi dan derainase. Bidang Perumahan dan Pemukiman terdiri dari :
1. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan dipimpin seorang kepala seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala Bidang
Perumahan dan Permukiman. Seksi Perumahan dan Jalan Lingkungan
mempunyai tugas pokok merumuskan dan meleaksanaan kebijakan
teknis penataan lingkungan, perumahan dan jalan lingkungan.
2. Seksi Air Bersih, Sanitasi dan Drainase dipimpin seorang kepala seksi
yang berada dibwah dan bertanggungjawab kepada kepala Bidang
Perumahan dan Permukiman. Seksi Air Bersih, Sanitasi dan Drainase
mempunyai tugas pokok merumuskan dan meleaksanaan kebijakan
teknis pengolahan air bersih, sanitasi dan drainase.
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang :
Visi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang merupakan perangkat daerah
yang berusaha mendukung visi Kabupaten. Dengan menetapkan visi Dinas
Pekerjaan Umum sebagai cara pandang dalam menentukan kebijakan guna
tercapainya visi Kabupaten harus ada dukungan dari semua Stakeholder yang ada di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum.
Dalam usaha mencapai visi Kabupaten diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas, koordinasi yang baik antara perangkat daerah dan sistem administrasi
yang tertib. Untuk itu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang menetapkan
56
visi sementara menunggu visi kabupaten Pandeglang. Visi Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang 2010-2015 yaitu “Tersedianya Lingkungan Pemukiman,
Sarana dan Prasarana Wilayah yang kondusif, efektif dan efisien, menunjang Visi
Kabupaten Pandeglang pada Tahun 2010-2015”.
Misi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, selanjutnya Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang memiliki misi sebagai berikut :
1. Membangun, memelihara lingkungan pemukiman yang sehat, serasi dan
seimbang.
2. Membangun dan memelihara jalan, jembatan dan sarana irigasi antar
kecamatan dan lingkungan pedesaan, termasuk sentra-sentra produksi
pertanian dan kawasan wisata.
3. Membantu pemerintah desa dalam pembangunan pemukiman , sarana dan
prasarana pedesaan.
4. Pengelolaan limbah/persampahan dan pemeliharaan pertamanan.
4.2. Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian mengenai
Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang. Data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan
penjelasan yang peneliti dapatkan melalui proses wawancara dan observasi
langsung. Dalam penelitian ini, kata-kata dan penjelasan para informan yang
57
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat dalam
catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan selama proses
wawancara berlangsung.
Selain data berupa kata-kata dan penjelasan dr informan, dalam
penelitian ini juga peneliti menggunakan data-data dari dokumentasi, studi
pustaka dan juga dokumentasi yang sengaja peneliti ambil sendiri melalui
pengamatan langsung. Dokumentasi tersebut bermacam-macam bentuknya,
diantaranya adalah Profil Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, Draf
Kebijakan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 14 Tahun 2018 tentang Rincian
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang.
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan
berperanserta adalah berupa catatan lapangan peneliti dan foto tempat penelitian
dan Aktivitas wawancara peneliti beserta Informan. Alasan peneliti
menggunakan data berupa foto adalah karena foto dapat menghasilkan data
deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan
menganalisis obyek yang sedang diteliti melalui segi-segi subyektif.
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
berdasarkan teknik analisis data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama
penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan
melalui observasi, wawancara, narasi, dan studi dokumentasi dilakukan reduksi
untuk dapat mencari tema dan polanya serta diberi kode-kode pada aspek
tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
58
pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan katagorisasi. Dalam
menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode yaitu:
1. Kode Q1-Q7 menandakan daftar urut pertanyaan.
2. Kode I1 – I6 menandakan daftar urut informan.
3. Kode S1 – S5 menandakan status informan.
Setelah memberi kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan
katagorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian di
lapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Mengingat
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan
jawaban penelitian.
4.2.2 Data Informan
Seperti yang telah peneliti kemukakan di bab tiga, bahwa dalam
penelitian mengenai Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang. Dalam pemilihan informan penelitiannya, peneliti
menggunakan teknik Purposive. Adapun informan-informan yang peneliti
tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam
kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti
teliti.
59
Informan dalam penelitian ini adalah semua pihak yang Peneliti
anggap mengetahui seluk-beluk masalah yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang. Adapun yang terlibat dan menjadi objek dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1.5
Daftar Informan
No
Kode
Informan
Pembagian Kode
Masing-Masing
Informan
Status Informan
1 1
1
Ibu Maryati Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian
Dinas Pekerjaan Umum
2 1
2
Bpk Oom Nurkomar
Kepala Seksi Pengawasan dan
Jasa Kontruksi
Dinas Pekerjaan Umum
3 1
3
Retna
Staf di Dinas Pekerjaan
Umum
4 1
4 Bpk Ahmad Sholehudin
Kontraktor PT.Mustika Selat
Sunda
5 1
5
(1
5-1
)
Pak dede
Warga
(1
5-2
)
Pa Alam
Warga
(1
5-3
)
Ibu Siti
Warga
Sumber : Penelitian Tahun 2012
4.2.3 Penyajian Data
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.
Penerapan Good Governance dalam penelitian ini dilihat berdasarkan prinsip-prinsip
yang harus diterapkan untuk mencapai good governance menurut Agus
Dwiyanto (2008 :79) yang meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :
60
1. Partisipasi yaitu warga memiliki hak dan mempergunakannya untuk
menyampaikan pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebijakan
publik , baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Transparansi yaitu penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik
yang di jaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat.
3. Akuntabel yaitu petanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para
warga.
4. Efektif dan efesien yaitu terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab. Indikatornya antara lain adalah pelayanan mudah,
cepat, tepat dan murah.
5. Kepastian hukum yaitu Hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa
pengecualian, hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
6. Responsif adalah pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi
masyarakat.
Penerapan Good Governance pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang dapat diketahui berjalan dengan baik berdasarkan tujuh prinsip good
governance yang telah disebutkan. Urutan prinsip good governance diurutkan
berdasarkan prioritas yang peneliti rasa semestinya diutamakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang. Masing-masing prinsip tersebut diuraikan
berdasarkan indikator-indikator untuk mempermudah dan memahami aspek-aspek
yang diteliti.
61
4.2.4 Partisipasi
Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembutan keputusan
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi, mengawasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi adalah salah satu prinsip dari good governance, agar good governance
bisa diterapkan dan berjalan. seperti halnya yang terjadi di kantor Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Pandeglang ini, partisipasi masyarakat yang ikut serta dalam
penilaian kinerja pegawai dinas pekerjaan umum tersebut.
Foto wawancara dengan Ibu Maryati Kepala Sub bagian Umum & Kepegawaian
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bentuk partisipasi masyarakat
dalam penilaian kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum adalah ikut mengawasi
kegiatan dan kinerja yang dilakukan pegawai, biasanya dalam proses pembangunan
baik jalan, gedung, permukiman, pengairan, dan bentuk pembangunan lainnya yang
dilaksanakan dinas PU ini. masyarakat pun bisa melakukan pengaduan langsung
pada dinas PU ini, apabila ada pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
62
Umum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat atau
pembangunan yang dulu telah rusak bisa masyarakat adukan kepada Dinas
Pekerjaan Umum untuk bisa diperbaiki, karena tanpa adanya bantuan dan
partisipasi langsung dari masyarakat, pembangunan tidak akan berjalan dengan baik
dan tidak akan sesuai dengan apa yang masyarakat harapkan, Seperti yang
disampaikan oleh 1
1 :
“Biasanya bentuk partisipasi masyarakat terhadap pembangunan
yang dilakukan Dinas PU yaitu berupa pengaduan saja, biasanya
yang ikut berpartisipasi diantaranya adalah wartawan, LSM,
mahasiswa dan masyarakat umum lainnya. Selain itu kami disini juga
sudah tentu melibatkan stakeholder dalam semua aktivitas
perencanaan pembangunan”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Namun keterlibatan masyarakat terhadap proses pembangunan yang
diakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang dalam hal ini hanya
sebatas bentuk pengaduan saja, dengan kata lain masyarakat terlibat ketika proses
pembangunan tersebut sudah berjalan bahkan sudah rampung namun pada tahap
proses pengawasan berjalannya pembangunan masyarakat tidak ikut berpartisipasi
sehingga bentuk pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat bisa dikategorikan
terlambat. Seperti yang telah dikemukakan oleh I
5-1 :
“ Kami warga tidak pernah diikut sertakan dalam semua bentuk
kegiatan alur proyek yang dilaksanakan PU, warga hanya tau ketika
proyek tersebut telah berjalan dan diselesaikan”.
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)
63
Dikatakan demikian karena kemungkinan besar bentuk pembangunan yang
dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum tidak sesuai dengan harapan masyarakat
dikarenakan yang terlibat dari mulai proses perencanaan hingga rampungnya suatu
pembangunan masyarakat tidak diikut sertakan, seharusnya tahap pertisipasi disini
keterlibatan masyarakat pada proses pembangunan sudah dilakukan dari tahap
perencanaan hingga selesainnya proses pembangunan, seperti yang dikemukakan
oleh I
5-3
:
“Wah saya kurang paham dengan alur-alur seperti itu, saya hanya
tau pembangunannya ada, yang saya tau bentuk partisipasi saya
dengan menikmati pembangunannya saja”.
(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)
Nampak jelas bahwasannya memang partisipasi yang dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum hanya pada stakeholder tertentu yang dianggap ikut andil dalam
proyek pekerjaan, justru warga yang seharusnya menjadi subjek dilakukannya
pembangunan tidak diikutsertakan. Adapun bentuk-bentuk pengaduan yang ingin
masyarakat sampaikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dikatakan terlambat dan sia-
sia, karena masyarakat tidak pernah mengetahui kegiatan dan proses pembangunan
yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Tidak adanya koordinasi, informasi
dan kerjasama dari Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat menimbulkan tidak
adanya partisipasi langsung dari masyarakat. Koordinasi, informasi dan kerjasama
dalam kegiatan dan proses pembangunan hanya melibatkan stakeholder dan pihak-
pihak yang terkait yang mempunyai kepentingan dalam proses pembangunan saja
yang diikut sertakan. Dengan kata lain Dinas Pekerjaan Umum telah mengabaikan
partisipasi dari masyarakat yang mempunyai peran penting dalam proses
perencanaan hingga rampungnya suatu proses pembangunan. Dimana Dinas
64
Pekerjaan Umum hanya memberikan hasil dari pekerjaan dan pembangunan yang
dilakukan untuk digunakan dan digunakan oleh masyarakat. tanpa adanya
koordinasi, pengaduan dan pendapat langsung dari masyarakat. Seperti yang telah
dikemukakan oleh I
5-1 :
“Kami sebenarnya kurang mengetahui informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dinas PU , dan kami sebenarnya ingin
mengajukan usulan kepada Dinas PU, tapi kami gak tau mau bilang ke
siapa? kapan pembangunannya? kami tidak tahu. sedangkan banyak sekali
pembangunan jalan, gedung atau fasilitas umum yang harusnya bisa
segera diselesaikan atau diperbaiki oleh Dinas PU”.
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, bisa dilihat masyarakat
kurang mengetahui informasi mengenai kegiatan pembangunan yang dilakukan
Dinas Pekerjaan Umum karena dalam setiap kegiatannya dan suatu proses
pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum tidak pernah melibatkan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Masyarakat ingin sekali ikut andil dan
berpartisipasi dalam kegiatan atau pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan
Umum, serta banyak sekali usulan-usulan dan pengaduan dari masyarakat karena
masyarakat pun ingin agar setiap pembangunan yang dilakukan dinas Pekerjaan
Umum bisa berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat
serta bisa dirasakan langsung dan bermanfaat untuk kepentingan umum.
Namun pada penerapannya proses pembangunan dalam hal ini penilaian
terhadap partisipasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
kurang berjalan dengan efektif, dikarenakan ada salah satu unsur partisipasi yang
tidak diterapkan yaitu masyarakat yang tidak terlibat proses partisipasi dari awal
perencanaan pembangunan hingga rampungnya pembangunan. Dan masyarakat
65
pun tidak berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan
pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam
bentuk materil.
4.2.5 Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau. Keterbukaan dalam melakukan segala kegiatan organisasi
dapat berupa keterbukaan informasi dn komunikasi.
Bentuk transparansi yang dilakukan oleh dinas PU ini terhadap masyarakat
dalam kinerja dan kegiatan di lakukan biasanya dalam proses pembangunan, salah
satunya adalah dengan sering mengundang masyarakat setelah proses pengadaan
barang jasa berjalan, ada juga wartawan dan LSM yang ikut proses tersebut. dan
pihak Dinas Pekerjaan Umum juga memberikan informasi langsung mengenai
pembangunan yang dilakukan untuk masyarakat melalui media WEBSITE,
(www.pandeglang.co.id/humas) itu website yang dipakai bila masyarakat ingin
mengetahui tentang proses pembangunan yang dilakukan, seperti yang disampaikan
oleh I
2
:
“ Kami memiliki satu situs resmi yang dapat digunakan masyarakat
untuk melihat dan mengikuti semua perkembangan aktivitas Dinas
Pekerjaan Umum termasuk proses berjalannya satu proyek
pembangunan”.
(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)
66
Bentuk transparasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum memang cukup
baik namun ada beberapa hal yang nampaknya harus diperhatikan guna tercapainya
bentuk transparasi yang akuntabel dan menyeluruh, maksud dari akuntabel disini
seluruh aktivitas yang dipubliksikan kepada masyarakat harus dapat
dipertanggungjawabkan, dimana dalam perjalanan penerapan transparasi akan ada
beberapa kendala yang muncul dari perbedaan pemahaman dan cara pandang
masarakat terhadap satu proses pembangunan yang akan dilaksanakan.
Karena hal itu, jika memang Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
kemudian menggunakan sistem internet untuk penerapan transparasi kepada
masyarakat, didalamnnya juga diharapkan sebelum penerapan sistem internet
tersebut diadakan terlebih dahulu sosialisasi kepada seluruh masyarakat bagaimana
cara mengakses sistem tersebut juga seharusnya ada satu pelayanan on-line untuk
semua bentuk pengaduan masyarakat khusus untuk semua proses transparasi yang
dilakukan, sehingga sitem yang sudah bagus tersebut akan lebih efektif, seperti
yang diungkapkan oleh I
5-2
:
“ Saya tidak mengetahui bahwa memang PU punya situs internet
untuk masyarakat agar dapat mengakses seluruh kegiatan yang
dilakukan PU, sebelumnya tidak ada pemberitahuan pada masyarakat
juga sosialisasi. Saya pribadi merasa kebijakan tersebut percuma,
karena saya tidak mengerti internet”.
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Alam. Pandeglang. 17.00 WIB)
Disisi lain ternyata masih terdapat kendala mengenai sistem yang diterapkan
guna tercapainya transparasi yang diberikan Dinas Pekerjaan Umum terhadap
masyarakat, yakni kebijakkan tersebut ternyata tidak menyeluruh maksudnya
masyarakat banyak yang tidak dapat mengakses internet dikarenakan tidak
67
mengerti bagaimana cara pengoprasiannya, sehingga hanya orang-orang tertentu
saja yang dapat mengakses internet dengan situs yang sudah tersedia guna
mengetahui proses transparasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum, seperti
yang dikemukakan oleh I
1
:
“Kami mengakui bahwa kebijakan yang kami terapkan mengenai
situs resmi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang yang
harus dilakukan melalui media internet belum efektif, dikarenakan
banyak masyarakat Pandelang tidak mengerti internet”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Pemerintah daerah dalam hal ini mempunyai peran yang sejajar dengan
Dinas Pekerjaan Umum, karena ketertinggalan masyarakat Pandeglang terhadap
teknologi khususnya internet merupakan tanggung jawab kedua belah pihak yang
apabila ini dibiarkan maka Sumber Daya Manusia Pandeglang akan jauh tertinggal
dan semua bentuk informasi yang di berikan untuk masyarakat melalui media
internet tidak akan efektif tersalurkan kepada masyarakat khususnya masyarakat
Pandeglang, seperti yang terjadi pada permasalahan transparasi via internet Dinas
Pekerjaan Umum yang tidak dapat di akses oleh sekelompok masyarakat
dikarenakan ketidak pahaman akan internet. Seperti yang telah dikemukakan oleh
I
5-3
:
“ Saya hanya ingin pemerintah memaparkan semua uang yang digunakan
untuk pembangunan”.
(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)
Keinginan masyarakat terhadap bentuk transparansi yang diberikan
Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat tidak dirasakan secara
menyeluruh atau tidak semua masyarakat mengetahui setiap kegiatan yang
68
dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat pun tidak mengetahui
anggaran yang dikeluarkan Dinas Pekerjaan Umum untuk setiap kegiatan
dan proses pembangunan, karena Dinas Pekerjaan Umum hanya
memberitahukan setiap kegiatan dan berapa anggaran yang digunakan untuk
suatu pembangunan tersebut melalui media internet, sedangkan masyarakat
yang tidak tahu cara pengoprasiannya tidak dapat merasakan langsung
bentuk transparansi yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada
masyarakat. Dan bentuk transparansi yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan
Umum pun tidak berjalan dengan efektif.
4.2.6 Akuntabilitas
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban merupakan sebuah kewajiban untuk
memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusannya agar
dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana
diketemukan adanya penyalahgunaan kewenangan. Akuntabilitas atau pertanggung
jawaban yang dilakukan dinas Pekerjaan Umum ini terhadap permasalahan yang
timbul terutama dalam hasil kinerja adalah Dinas Pekerjaan Umum selalu berusaha
sekuat tenaga dalam kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk masyarakat
tentunya Dinas Pekerjaan Umum juga ingin good governance itu bisa diterapkan.
Dinas Pekerjaan Umum akan mempertanggung jawabkan setiap pembangunan atau
hasil dari kinerja yang dinilai kurang baik dan tidak sesuai seperti apa yang
diharapkan oleh masyarakat.
Semuanya itu tergantung dari anggaran atau dana yang diberikan oleh
pemerintah untuk proses pembangunan yang dilakukan, sedangkan anggaran yang
69
ada sangat minim dan terkadang kekurangan dalam proses pembangunan, sehingga
proses pembangunan pun jadi terhambat, seperti yang dikemukakan oleh 1
1
:
“ Banyak juga LSM dan wartawan yang datang untuk
mempertanyakan bagaimana kinerja kami dan bagaimana kami harus
mempertanggung jawabkan hasil kinerja dari kami dan bagai mana
cara penentuan pemerintah pusat memberikan anggaran pembangunn
untuk satu wilayah”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Berbicara mengenai bentuk pertanggung jawaban satu pembangunan yang
dilakukan khususnya oleh Dinas Pekerjaan umum nampaknya masih belum
maksimal karena berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara menunjukan
Dinas Pekerjaan Umum masih belum memberikan pertanggungjawabannya dengan
baik terutama pada masyarakat langsung, bisa dibuktikan dengan kondisi jalan dan
bangunan yang baru beberapa bulan dibangun sudah mengalami kerusakan dan
tidak langsung di perbaiki dengan alasan kontrak ada tenggang waktu
dilaksanakannya pemeliharaan kontruksi.
Foto kondisi jalan kabupaten pandeglang
(8 Februari 2012, Jalan kabupaten pandeglang. 13.00 WIB)
70
Bila kita perhatikan lebih detil sebenarnya bentuk pembangunan yang
dilakukanpun bila kita nilai dari segi kualitas tidak memenuhi standar kelayakan
satu kontruksi, dimana satu kontruksi yang seharusnya bisa bertahan bertahun-tahun
justru dalam waktu beberapa bulan sudah mengalami kerusakan. Seperti
yang telah dikemukakan oleh 1
5-2
:
“Yang kami harapkan yaitu jika terjadi kerusakan, Dinas PU segera
memperbaikinya, jangan dibiarkan berlarut-larut dan tidak harus
menunggu lama untuk segera diperbaiki”.
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Alam. Pandeglang. 17.00 WIB)
Namun bentuk pertangungjawaban yang seharusnya dilakukan pihak Dinas
Pekerjaan Umum mempunyai alasan dapat dilakukan sesuai perjanjian yang tertera
pada kontrak yakni enem bulan setelah proses pembangunan selesai, seperti yang
disampaikan oleh I
4
:
“Kami selaku para kontraktor hanya bekerja sesuai dengan
prosedur dan perjanjian kontrak yang telah disepakati antara kami
dan pihak Dinas Pekerjaan Umum, jika memang ada kerusakan
dalam proyek yang kami lakukan, ya itu diluar tanguung jawab kami,
kan sebelumnya ada tim uji kelayakan ketika proyek tersebut selesai
harusnya jika memang tidak layak ya..itu langsung disampaikan
pada kami, ini kan engga.. hasil penilaian mereka proyek kami
layak-layak saja, jadi apabila ada kerusakan yang tidak sesuai
dengan daya tahan satu bangunan, anda bisa menilai sendiri siapa
yang patut disalahkan”.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Dalam kontrak memang dikatakan demikian, namun ternyata bentuk
pertanggungjawaban terhadap satu kontruksi yang mengalami kerusakan bukan
perbaikan secara total namun hanya sebatas pemeliharaan (retensi), disini
menunjukan bahwa kualitas pemeliharaan tidak akan sebaik kualitas perbaikan,
71
karena pemeliharaan hanya perawatan yang tidak dilakukan secara utuh, dengan
kata lain bukan mengalami perbaikan. Seperti yang dikemukakan oleh I
2
:
”Bentuk akuntabilitas kami dalam pelaksanaan pembangunan yaitu dengan
cara pemeliharaan secara berkala agar pembangunan tersebut memiliki
kapsitas jangka panjang.”
(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)
Adanya tim uji kelayakan satu kontruksi seharusnya dapat memberikan
pertanggungjawaban secara materil kepada masyarakat bahwa memang
pembangunan yang dilakukan dari segi kelayakan memang patut diberikan
penilaian layak, bukan justru sebaliknya. Nampak jelas bahwa memang stakeholder
yang terlibat dalam proses pembangunan satu kontruksi tidak memberikan
pertanggungjawaban yang baik terhadap TUPOKSI-nya masing-masing, dirasakan
terdapat kejanggalan dalam alur perjanjian dan pengawasan yang dilakukan, seperti
yang disampaikan oleh I
4 :
“Sebenarnya klo bapa ingin tau, semenjak proses penandatanganan
kontrak mulai dari PPTK(Panitia Pelaksana Teknis Kegiatan),
Bendahara, Kepala Dinas dll, kami slalu dimintai uang biar prosesnya
cepat.. selain itu pas proses pelaksanaan proyek pada uji kelayakan
kami juga dimintai sejumlah uang alasan mereka agar proyek ini bias
berjalan lancar, mau tidak mau semua itu harus kami ikuti karena
kami tidak mau urusan dan pekerjaan kami terhambat”.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Aktivitas seperti yang telah diungkapkan dari hasil wawancara diatas
menunjukan bentuk penyalahgunaan prosedur yang dilakukan Dinas Pekerjaan
Umum, namun ketika dilakukan penelitian lebih dalam ternyata memang aktivitas
seperti ini telah terbiasa dan menjadi keharusan dan bahkan bisa dikatakan satu
prosedur dari tahapan pelaksanaan proyek juga diungkapkan oleh I
4
:
72
“Jadi memang kemarin sempat dipermasalahkan juga saat pilkada
tahun 2011, ada dari salah seorang calon yang tidak terpilih ada yang
menyinggung tentang bentuk pungutan liar terhadap proyek yang
dilakukan oleh kontraktor, memang tidak dapat dipungkiri dilapangan
pungutan liar itu ada atau sering disebut (setoran proyek), yang bukan
hanya di provinsi banten atau kabupaten pandeglang saja, di provinsi-provinsi atau
daerah-daerah lain juga sama bentuk pungutan (setoran
proyek) itu ada. tapi banyak pariatif persentase yang harus disetorkan
oleh pemborong atau kontraktor tersebut yang diserahkan ke dinas atau
pihak pemimpin yang terkait dengan proyek tersebut. terkecuali ada
tender yang benar-benar langsung atau real, itu tidak dikenakan pajak
atau pungutan-pungutan liar yang dilakukan”.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Kedekatan atau kekerabatan dengan kepala dinas atau kedekatan dengan
pemimpin wilayah tersebut misalnya bupati, walikota atau gubernur dan pihak-pihak
terkait dengan proyek tersebut juga menjadi keterlibatan dalam pemenangan
satu tender, misalkan seorang kontraktor tersebut sebelumnya mempunyai
kedekatan dengan pimpinan wilayah tersebut maka pimpinan wilayah tersebut akan
meminta kepada kepala dinas agar proyek yang diinginkan oleh kontraktor tesebut
bisa di loloskan meskipun PT atau CV yang dari segi kelengkapan kontrak proyek
atau administrasinya belum sesuai atau belum lengkap tapi karena adanya
pembicaraan dari pemimpin wilayah tersebut dengan kepala dinas dan adanya
persentasi dari pembagian hasil bila proyeknya tersebut berhasil, tentunya dengan
perjanjian-perjanjian yang dibuat sebelum proyek itu berjalan.
Nampak sebenarnya permasalahan yang terjadi pada tahapan pelaksanaan
pembangunan satu proyek baik dari penyusunan kontrak hingga tahap pelaksanaan
sedari awal sudah terjadi kecurangan sehingga berakibat pada hasil pembangunan
yang tidak maksimal, bila dijabarkan proses praktek kecurangan tersebut bisa
diketahui sebagai berikut seperti yang disampaikan I
4
:
73
1. Pada proses lelang untuk pemenangan satu tender proyek satu cv harus
mampu membayarkan sejumlah uang kepada dinas agar proyek
tersebut di berikan, dan dalam lelang tersebut terlibat beberapa cv
yang kemudian pihak yang memberikan bayaran tertinggi itulah yang
mendapatkan tender proyek tersebut.
2. Kemudian tahap penyusunan kontrak dimana kontraktor diharuskan
membayar uang pembuatan kontrak sebesar Rp.500.000 ,-. Dan pada
tahap penandatanganan kontrak setiap tanda tangan kami diharuskan
membayar sejumlah uang sesuai dengan jabatannya.
3. Selanjutnya pada proses berjalannya kontrak untuk dicairkan, kami
biasannya dimintai uang oleh dinas PU untuk diberikan pada instansi
lain yang satu jalur mengurusi kontrak dengan alasan agar kontrak
tersebut segera cair.
4. Pada proses pelaksanaan pekerjaan kami pula dimintai sejumlah uang
oleh TIM pemeriksa kelayakan bangunan.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Alur perjalanan penyalahgunaan prosedur dinas dan pihak ke-3 (kontraktor)
yang akhirnya akan berdampak pada hasil dari pembangunan itu sendiri,
dikarenakan kontraktor merasa sudah banyak uang yang harus dikeluarkan dalam
proses pelaksanaan proyek, sehingga mereka mencari keuntungan dengan cara
mengurangi bahan baku yang digunakan dalam pembangunan sehingga
menghasilkan pembangunan yang tidak berkualitas dan tidak layak sama sekali.
Seperti yang dikemukakan oleh 1
5-1 :
“Kami tidak tahu hubungan antara Dinas PU dengan kontraktor dan apa
yang terjadi dalam proses pembangunan tersebut, yang kami inginkan
hanya pembangunan yang dilakukan bisa layak dan berguna untuk kami,
begitu juga pembangunannya bisa bertahan lama dan tidak cepat rusak...
untuk itu kami berharap agar dinas PU, pemerintah dan pihak-pihak yang
terkait dalam proses pembangunan tersebut bisa bertanggungjawab dengan
apa yang mereka kerjakan”.
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)
Dari alur penyalahgunaan prosedur Dinas Pekerjaan Umum dan pihak ke-3
(kontraktor), yang terkena dampaknya adalah masyarakat karena pembangunan
74
yang dilakukan dan yang seharusnya bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan umum dalam jangka waktu yang panjang pada kenyataannya tidak
dapat terealisasikan karena kualitas dari hasil pembangunannya itu sendiri tidak
maksimal sehingga akuntabilitas yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum
kepada masyarakat pun tidak berjalan dengan baik dan maksimal.
4.2.7. Efektif dan Efisien
Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya antara lain
adalah pelayanan mudah, cepat, tepat dan murah. Cara yang dilakukan agar dinas
PU ini untuk menciptakan kondisi kinerja yang efektif dan efisien guna
terwujudnya good governance adalah adanya pelatihan-pelatihan khusus terutama
untuk pegawai dan pimpinan yang diantaranya adalah untuk pimpinan (pelatihan
manajemen kepemimpinan), untuk bagian keuangan (pelatihan pengelolaan
keuangan), untuk yang lainnya juga (sertifikasi barang jasa), dan untuk pegawai
lainnya ada pengarahan-pengarahan langsung dari atasan agar kinerja pegawai bisa
berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tidak luput
juga dari kenyamanan yang dirasakan oleh pegawai dalam kinerjanya. Kekompakan
dan kerjasama juga membawa pengaruh yang besar terhadap ke efektipan dan ke
efisienan kinerja yang kami lakukan seperti yang telah diungkapkan oleh I
1 :
“Pelatihan-pelatihan kami berikan pada pegawai agar mereka
mendapatkan kemampuan dan prilaku yang professional dalam
bekerja, namum memang entah terdapat kekurangan atau apa dalam
pelatihan tersebut, karena walaupun pelatihan tersebut diberikan
namun tetap saja masih ada pegawai yang tidak efektif dalam
bekerja”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
75
Hambatannya dalam proses penerapan good governance dalam hal efektif
dan efisien di Dinas Pekerjaan Umum ini, salah satunya adalah karakter pegawai
dimana setiap pegawai mempunyai karakter-karakter yang berbeda, terkadang
ketika diberikan pengarahan-pengarahan, memang bisa mereka dengarkan namun
mungkin karena keterbatasan pegawai yang terkadang tidak bisa menerapkannya
atau mengimplementasikannya, karena karakter-karakter pegawai berbeda-beda.
Keterbatasan atau kualitas SDM dimana setiap pegawai yang sudah melaksanakan
pelatihan-pelatihan belum sepenuhnya menerapkan apa yang sudah dipelajarinya
saat pelatihan. Kurangnya kerjasama, terkadang pegawai lebih sibuk dengan
pekerjaan mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya
membantu pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya. Seperti yang
dikemukakan oleh I
1 :
“Pendidikan dan pelatihan penting karena disadari bahwa pengembangan
diri pribadi merupakan proses ulang individu. karena dengan pelatihan-pelatihan
pegawai bisa tahu bagaimana pekerjaan yang mereka kerjakan
itu bisa berjalan dengan efektif & efisien atau tidak.. Tentunya pelatihan
pun harus yang sesuai harapan yang dibutuhkan oleh pegawai untuk
mencapai kualitas kinerjanya”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Pendidikan dan latihan harus berorientasi pada hasil, dengan kata lain,
apakah pelatihan tersebut sesuai dengan harapan yang menciptakan tenaga kerja
yang dibutuhkan, untuk menjawab setiap pelatihan yang dilakukan diperlukan
program latihan dengan kebutuhan tenaga kerja. Mengembangkan kriteria hasil
dari pelatihan dan demi meraih yang lebih baik, diperlukan evaluasi sehinga
diketahui program latihan apakah sudah efektif atau tidak. Pendidikan dan latihan
76
adalah salah satu pembinaan terhadap pegawai disamping adanya upaya yang lain.
Pendidikan dan latihan merupakan proses belajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya. Seperti yang
dikemukakan oleh I
1
:
Tujuan diadakanya pendidikan dan latihan pada umumnya dalam rangka
pembinaan terhadap tenaga kerja atau pegawai adalah :
a. meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada
organisasi dan masyarakat.
b. Meningkatkan mutu dan kemampuan, serta keterampilan baik dalam
melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinanya.
c. Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja dan kepekaan dalam
melaksanakan tugas.
d. Melatih dan meningkatkan kerja dalam perencanaan.
e. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Agar kinerja mencapai sasaran yang ditetapkan, maka latihan harus
mencakup sebuah pengalaman belajar, harus merupakan sebuah kegiatan
organisasional yang direncanakan dan dirancang sebagai jawaban atas
kebutuhan organisasi yang spesifik. Idealnya sebuah latihan harus dirancang
agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan pada saat yang bersamaan
memenuhi kebutuhan individu pegawai. Disamping itu Teladan pimpinan
sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan dan kinerja pegawai yang
efektif dan efisien, karena pimpinan dijadiakan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,
jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang
baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang
77
baik atau kurang disiplin, para bawahan pun akan kurang disiplin. Seperti yang
dikemukakan oleh I3
:
“Pimpinan atau atasan harus memberikan contoh yang baik kepada
bawahan, khususnya mengenai disiplin.. karena salah satu faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan pegawai adalah kedisiplinan atasannya”.
(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)
Seorang pemimpin akan secara langsung mempengaruhi prilaku
bawahannya, karena secara tidak langsung sosok seorang pemimpin akan
selalu menjadi perhatian bawahannya, mulai dari sikapnya terhadap bawahan,
sikapnya terhadap sesama teman kerja, sikapnya terhadap pimpinannya yang
lain khususnya sikapnya mengenai kedisiplinan. Walaupun semua sikap
tersebut tidak diajarkan secara langsung oleh seorang pimpinan namun prilaku
seorang pimpinan di lingkungan satu instansi akan secara langsung menjadi
contoh bagi bawahannya.seperti yang diungkapkan oleh I
1
:
“Meningkatkan kualitas disiplin pegawai tidak hanya didapatkan dari
pendidikan dan pelatihan saja, ada satu hal yang amat sangat
mempengaruhi disiplinnya seorang pegawai yakni sikap teladan
seorang pimpinan, mengapa demikian karena pegawai akan secara
langsung mengambil contoh dari prilaku seorang pimpinan”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Ketidak disiplinannya pegawai nampaknya sudah menjadi hal yang
biasa dan dapat menjadi maklum dengan alasan yang berbagai macam, ini
sudah tentu menjadi sebuah permasalahan yang kompleks apalagi bila terus
didiamkan akan menjadi satu budaya dan hal kebiasaan. Teladan seorang
pimpinan akan secara langsung berpengaruh terhadap disiplin pegawai serta
efektif dan efisiennya kinerja pegawai, dikatakan demikian karena pegawai
78
akan lebih condong memperhatikan sikap dan prilaku pimpinan yang
kemudian akan diadopsi oleh mereka, akan lebih efektif memberikan
penerapan disiplin secara praktek dibandingkan penerapan disiplin secara teori
yang pegawai dapat dari pelatihan-pelatihan disiplin. Tidak mengatakan
bahwa pelatihan mengenai disiplin kurang efektif namun pegawai akan lebih
cepat menyerap aktifitas seorang pimpinan yang kemudian dijadikan aktifitas
pegawai itu sendiri dikehidupan sehari-hari dikantor.
Teladan seorang pimpinan yang baik akan memberikan dampak yang
baik pula terhadap sikap pegawai dan juga kinerja mereka, faktor
kedisiplinnan juga dapat diperoleh bukan hanya dari pelatihan-pelatihan
kedisiplinan saja namun dapat diperoleh dari sosok seorang pemimpin yang
mempunyai karkter disiplin, karena lebih efektif mengadopsi sifat disiplin dari
mencontoh secara langsung penerapan disiplin tersebut dibandingkan dengan
didapat dari pelatihan yang kebanyakan hanya teori saja.
Balas jasa atau gaji dan kesejahtraan ikut mempengaruhi kedisiplinan
pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai
terhadap organisasi/pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan baik pula. Seperti yang terjadi
apabila seorang pemimpin mempunyai sifat tidak baik pada pegawai atau pelit
akan berdampak pada kinerja pegawai, seperti yang diungkapkan oleh I
3
:
“Waaah.. klo pimpinannya pelit, mungkin saya pribadi menjadi malas
bekerja..hehehe, tp alhamdulillah pimpinan disini tidak ada yang pelit,
yg penting kita bekerja dengan baik..”.
(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)
79
Pemimpin yang mempunyai sifat baik pada pegawai dan tidak pelit
akan mempengaruhi stabilitas kehidupan perekonomian pegawai, jika gaji
yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan hidup pegawai atau ternyata
tidak mencukupi, akan berdampak pada kehidupan pegawai yang juga
mempengaruhi kinerjanya juga disiplin, maka dari itu balas jasa terhadap
kinerja seorang pegawai sangat penting dan berpengaruh terhadap tingkat
disiplin pegawai.
Banyak hal yang bisa diberikan kepada pegawai agar mereka
mempunyai kedisiplinan yang tinggi, tinggal bagaimana stakeholder
menerapkan cara-cara tersebut agar menjadi efektif dan memang benar-benar
diterapkan oleh pegawai, karena berawal dari disiplin semua aspek pekerjaan
maupun tujan satu instansi akan berjalan dengan baik. Disamping itu
kerjasama dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan dan suatu hal yang
harus membudaya dalam setiap diri staf atau pegawai. Dengan kerjasama,
pekerjaan menjadi cepat selesai karena bisa berbagi tugas dengan teman kerja
yang lain. Kerjasama yang baik tidak bisa dilepaskan dari hubungan yang baik
pula antara sesama staf. Seperti salah satu permasalahan keefektifan dan
keefisienan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini adalah
kurangnya kerjasama, karena terkadang pegawai lebih sibuk dengan pekerjaan
mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya membantu
pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya.
Seperti yang dikatakan oleh I3
:
“Kadang-kadang saya suka dibantu teman kerja saya, tapi jika sedang sibuk-sibuknya..
ya saya selesaikan pekerjaan saya senndiri.”
80
(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)
Kesibukan antar pegawai yang terkadang melupakan waktu untuk
salaing membantu sesama teman kerjanya merupakan hal yang sering terjadi
didalam suatu organisasi, karena mereka masing-masing mempunyai
tanggungjawab dari pekerjaannya yang harus segera dikerjakan dan
diselesaikan. Karena itu kerjasama dan saling membantu antar sesama
pegawai pun menjadi berkurang.
Selain itu Dinas Pekerjaan Umum juga memberikan sanksi apabila terdapat
pegawai yang tidak disiplin dan bekerja tidak memberikan kinerja yang efektif,
maka sanksi yang bisa dikenakan terhadap permasalahan yang muncul dalam
kinerja. Seperti yang telah dikemukakan oleh I
2 :
“Bila ada pegawai yang tidak disiplin, kami akan memberikan sanksi
kepada pegawai yang melanggar tersebut. Sanksinya biasanya lebih
mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil”.
(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)
Sanksi tersebut juga sebagai solusi dari Dinas Pekerjaan Umum selain dari
pelatihan-pelatihan yang dilakukan agar kinerja yang diberikan para pegawai
efektif dan efisien. Sehingga good governance di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang dapat diterapkan. Selain itu perlu adanya teguran/evaluasi
yang lebih intensif terhadap pegawai yang melakukan kekeliruan, pelanggaran, atau
penyimpangan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan. Hal ini diperlukan untuk
mendorong tanggung jawab pegawai terhadap tugas yang dibebankan kepadanya,
sehingga dapat meningkatkan kefektifan dan keefisienan kerja pegawai, yang
81
akhirnya juga berimbas pada peningkatan kinerja pegawai. Seperti yang telah
dikemukakan oleh I
2
:
“Sebelum kita melakukan tindakan hukuman ringan, sedang dan berat.
Maka kita sosialisasikan dulu peraturan tersebut (PP No. 53 Tahun 2010)
kepada teman-teman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini”.
(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)
Sosialisasi PP No. 53 Tahun 2010 yang telah dilakukan ini berkaitan dengan
penjelasan setiap isi dari peraturan tersebut, mengenai kewajiban dan larangan
PNS. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini kepada kepala Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Pandeglang dapat menginformasikan kepada seluruh
bawahannya agar makna dan pesan-pesan yang ada di dalamnya dapat
tersampaikan dengan baik. Sehingga para PNS yang ada di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pandeglang dapat mengetahui dan menjalankan kewajiban dan larangan
PNS.
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai
akan berkurang. Berat atau ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus
ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara
jelas kepada semua pegawai.
82
4.2.8. Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara
normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keraguan dan logis dalam artian ia
menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian
aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.
Seperti di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, hukum itu ada bagi
setiap pegawai atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan Dinas Pekerjaan
Umum. Hukum dan sanksi akan diberikan kepada yang melanggar dan tidak
mengikuti prosedur. Seperti yang telah dikemukakan oleh I
1
:
“Yang pasti hukum itu ada, baik untuk pegawai kami maupun pihak-pihak
yang terkait dengan kegiatan kami (kontraktor). Yang melakukan
pelanggaran dan tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan itu akan
ada sanskinya”.
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Dan yang telah dikemukakan oleh I2
:
“Mengenai hukum dan sanksi yang berlaku utuk setiap pegawai atau
kontraktor yang melakukan pelanggaran dan tidak sesuai dengan prosedur.
Kami lebih mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa. Dan untuk kontraktor
yang tidak mengikuti prosedur atau melakukan pelanggaran, biasanya
sanksi yang diberikan adalah tidak mendapatkan proyek pembangunan,
tidak dapat dicairkannya anggaran, dan kontrak proyek pun akan
dibatalkan”.
(8 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 14.00 WIB)
83
Menurut hasil wawancara diatas, Dinas Pekerjaan Umum memberikan
kepastian hukum terhadap yang melakukan pelanggaran dan yang tidak mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacunya pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /Jasa dan
sanksi-sanksi yang diberlakukan Dinas Pekerjaan Umum mempunyai harapan agar
setiap permasalahan-permasalahan agar bisa menjadi solusi untuk setiap
permasalahan-permasalahan yang terjadi di Pekerjaan Umum.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan. berlaku bagi siapapun tanpa pengecualian, hak asasi
manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, seperti yang telh disampaikn oleh 14 :
“Hukum yang berlaku di Indonesia sudah seharusnya ditegakan, khususnya
dalam hal kecurangan yang terdapat dalam proses pemenangan tender dan
pelaksanaan satu pembangunan pada Dinas Pekerjaan Umum, jika
memang terbukti bersalah hukum lah yang betindak”
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Dan seperti harapan yang dikemukakan oleh 1
5-1 :
“Yang pasti jika diketahui ada pelanggaran harus di proses secara hukum
dan tidak pandang siapa yang akan dihukum bila memang bersalah”
(10 Februari 2012, Rumah kediaman pak Dede. 16.30 WIB)
Keinginan masyarakat dan pihak yang terkait dengan permasalahan yang
timbul di Dinas Pekerjaan Umum, baik dalam proses pembangunan atau pun bentuk
kecurangan yang terjadi berharap hukum itu bisa ditegakkan secara jelas dan tidak
menimbulkan keraguan. Jika diketahui ada pelanggaran harus di proses secara
84
hukum dan tidak pandang siapa yang akan dihukum bila memang bersalah harus
dihukum.
Namun pada penerapannya, pelanggaran- pelanggaran dan penyalahgunaan
prosedur serta masalah-masalah yang timbul di Dinas Pekerjaan Umum masih
terjadi. Seperti yang telah diungkapkan oleh I4
:
“Memang ada hukum dan sanski bagi yang melakukan pelanggaran dalam
proses pemenangan tender dan pelaksanaan pembangunan di Dinas
Pekerjaan Umum, tapi pada kenyataannya.. Bentuk kecurangan dan
penyalahgunaan prosedur itu memang susah dihilangkan”.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa memang
Dinas Pekerjaan Umum sudah menerapkan sanski dan hukum yang berlaku bagi
setiap yang melakukan pelanggaran dan tidak mengikuti prosedur. Namun pada
pelaksanaannya, sanski dan hukum tersebut tidak berjalan dengan efektif. Seperti
yang telah diumgkapkan oleh I
4
:
“Kalau hukum dan sanski tersebut bisa diterapkan, mungkin tidak akan ada
lagi bentuk kecurangan dalam masalah kontrak proyek yang terjadi.. Dan
mungkin kontraktor-kontraktor pun takut bila tidak mengikuti prosedur.
Dan saya pribadi ingin agar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
Dinas PU bisa dibuktikan secara hukum, agar saya bisa enak
melaporkannya.”
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
Aspek hukum merupakan unsur terpenting untuk mengatasi semua
permasalahan yang ada, seperti yang terjadi pada Dinas Pekerjaan Umum
permasalahan-permasalahan yang terjadi hanya bisa diselesaikan dengan hukum
yang dijalankan secara adil dan efktif, maka dari itu dalam hal ini tingkat kesadaran
dan penegakan hukum harus ditingkatkan, agar tidak adanya lagi pelanggaran-
85
pelanggaran serta niat untuk melanggar prosedur yang telah ditetapkan dan untuk
kepentingan bersama/publik. Agar hukum bisa berjalan dengan efektif serta
kepastian hukum pun bisa dirasakan dan berlaku bagi siapapun tanpa pengecualian,
hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
4.2.9. Responsif
Pekanya para pengelola intansi publik terhadap aspirasi masyarakat sangat
berpengaruh besar agar dapat terciptanya good governance. Tingkat responsif dari
pegawai dinas PU ini dalam penerapan good governance tidak luput dari
kerjasama langsung dari dan dengan masyarakat serta stakeholder. Agar bisa
diterapkannya good governance di dinas PU ini diharapkan adanya kerjasama
langsung dengan masyarakat. Dengan adanya pengaduan-pengaduan dari
masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dapat
menjadi motivasi agar kami tercipta satu kesadaran untuk memperbaiki dan
memberikan yang terbaik untuk masyarakat. karena itu adalah bentuk responsif
dari seorang pelayan publik, jadi semua kinerja yang dilakukan hanya untuk
kepentingan publik/masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh 1
1 :
“Kami selalu menyambut hangat masyarakat apablia masyarakat ingin
melakukan pengaduan langsung pada dinas PU ini, apabila ada
pembangunan yang dilakukan oleh kami tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat atau pembangunan yang dulu telah rusak bisa
masyarakat adukan kepada kami untuk bisa kami perbaiki.”
(6 Februari 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 09.00 WIB)
Namun pada penerapannya masyarakat tidak merasakan hal itu, karena
terkadang setiap pegawai yang sedang bekerja sangat sibuk dengan pekerjaan yang
86
mereka kerjakan, sehingga masyarakatpun yang datang ke kantor Dinas Pekerjaan
Umum untuk minta dilayani tidak segera direspon oleh pegawai, karena mereka
terkadang sibuk dengan pekerjaan dan kegiatannya. Seperti yang telah di
kemukakan oleh I
5-3
:
“Saya terkadang menunggu lama kalau datang ke kantor PU, karena
pegawainya banyak yang sibuk, kalau jam setelah istirahat pegawainya
pada sepi dikantornya. kecuali kalau ada saudara atau teman saya yang
bekerja di kantor PU itu pasti saya langsung disambut.”
(15 Februari 2012, Rumah kediaman bu siti. 14.00 WIB)
Hal tersebut yang telah diungkapkan dari hasil wawancara menunujukan
bahwa bentuk responsif di Dinas Pekerjaan Umum masih belum maksimal dan
berjalan dengan baik seperti halnya pada salah satu prinsip good governance yaitu
responsif. Masyarakat merasa petugas dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang datang untuk minta dilayani, seringkali petugas kurang
menanggapi masyarakat dan memberikan pelayanan seringkali tidak menentu
karena kondisi dan situasi di Dinas Pekerjaan Umum. Seperti yang dikemukakan
oleh I
3
:
“Yaah, sebenarnya bukan Cuma di Dinas ini saja, semua dinas juga kalau
udah jam istirahat biasanya para pegawai suka ijin atau pada pulang.
Jujur yah karena :
1. Kalau udah jam istirahat atau siang, suasananya bikin males.
2. Kalau yang lagi banyak kerjaan, biasanya pekerjaannya suka
dibawa kerumahdan di selesaikan di rumah, sehingga
kantorpun kalau siang suka sepi..
Dan kalau saya pribadi sih, kalau ada masyarakat datang ke kantor Dinas
Pekerjaan Umum ini, tergantung pekerjaan saya juga, kalau saya lagi
banyak pekerjaan, ya saya hanya sekedar menyapa dan kembali pada
pekerjaan saya lagi. Kondisi juga memang berpengaruh karena kalau siang
kan kondisinya udah mulai lelah”.
87
(10 april 2012, Kantor Dinas PU Kabupaten Pandeglang. 11.00 WIB)
Dari hasil observasi dilapangan memang suasana dan kondisi juga sangat
berpengaruh terhadap pemberian pelayanan atau merespon kedatangan masyarakat.
yang menjadi faktor penyebabnya adalah : kondisi dan situasi, dimana petugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat tergantung dari waktu pelayanan.
Biasanya pagi hari keramahan berupa senyuman dan sambutan biasanya sangat
mudah ditemui, namun mulai siang keramahan tersebut mulai turun. karena
stamina petugas dalam melaksanakan pekerjaannya melayani masyarakat mulai
berkurang. Dan sering pegawai yang banyak pekerjaan yang harus dikerjakan tapi
dibawa ke rumah. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap respon dari
pegawai Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat yang datang ke kantor di siang
hari atau jam setelah istirahat.
Adanya unsur kedekatan atau kekerabatan di Dinas Pekerjaan Umum sangat
berpengaruh besar terhadap para pengunjung atau masyarakat yang datang ke
kantor PU tersebut, karena pegawai lebih cenderung menghargai kerabat, keluarga
atau orang yang dikenalnya dari pada masyarakat umum yang tidak pegawai kenal
dan datang hanya untuk minta dilayani. Bentuk responsif dari Dinas Pekerjaan
Umum juga dikatakan kurang cukup baik terutama respon terhadap kontraktor
yang ingin mengetahui informasi mengenai prosedur mengurus tagihan proyek.
Seperti yang telah dikemukakan oleh I4
:
“Biasanya sih Dinas itu melihat dulu siapa yang berkunjung dan
berkepentingan datang ke kantor itu kalau mau melayani atau menanggapi
kami.
(7 Februari 2012, Kantor PT.Mustika Selat Sunda. 16.30 WIB)
88
Menurut hasil wawancara dengan informan, bentuk pelayanan dinas PU bila
pada jam siang atau setelah istirahat sering sepi dan keramahan pegawai
menyambut dan melayani masyarakat yang datang ke kantor sangat berbeda.
Berdasarkan observasi dilapangan permasalahan tersebut terjadi karena tidak
adanya petugas khusus yang menangani masyarakat, bahkan bagian informasi pun
tidak berjalan sesuai fungsinya, apabila bagian informasi bisa berjalan sesuai
dengan fungsinya maka bagian informasi akan dapat diberdayakan untuk
melaksanakan permasalahan masyarakat termasuk menyambut, menjawab,
melayani dan menanggapi pengaduan dari masyarakat. Dan bentuk pelayanan
terhadap masyarakat yang datang siang atau setelah jam istirahat itu dikarenakan
stamina atau semangat pegawai dalam melaksanakan tugasnya melayani
masyarakat berkurang, hal ini dikarenakan suasana yang kurang nyaman karena
rasa lelah yang dirasakan oleh pegawai setelah mengerjakan pekerjaannya.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan kegiatan
interpretasi hasil penelitian, interpretasi hasil penelitian merupakan penapsiran
terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data dengan teori dan konsep para
ahli sehingga bisa mengembangkan teori atau bahkan menemukan teori baru serta
mendeskripsikan dari hasil data dan fakta dilapangan. Peneliti dalam hal ini
menghubungkan temuan hasil penelitian dilapangan dengan dasar operasional yang
telah ditetapkan sejak awal, dalam hal ini adalah teori prinsip good governance
yang diperkenalkan oleh Agus Dwiyanto.
89
Ada enam prinsip yang harus diterapkan agar good governance tersebut
bisa efektif dalam suatu organisasi, yaitu Partisipasi, Transparansi,
Akuntabilitas, Efektif dan Efisien, Kepastian Hukum dan Responsif . Adapun
temuan yang didapatkan dalam penelitian mengenai Penerapan Good Governance
Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:
Pertama, mengenai partisipasi, bentuk partisipasi masyarakat dalam
penilaian kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum adalah ikut mengawasi kegiatan
dan kinerja yang dilakukan pegawai, biasanya dalam proses pembangunan baik
jalan, gedung, permukiman, pengairan, dan bentuk pembangunan lainnya yang
dilaksanakan dinas Pekerjaan Umum ini. masyarakat pun bisa melakukan
pengaduan langsung pada dinas PU ini, apabila ada pembangunan yang dilakukan
oleh Dinas Pekerjaan Umum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat atau pembangunan yang dulu telah rusak bisa masyarakat adukan
kepada Dinas Pekerjaan Umum untuk bisa diperbaiki. Namun karena kurangnya
komunikasi dan informasi kepada masyarakat sehingga tidak semua masyarakat
bisa mengikuti kegiatan pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan
melakukan pengaduan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum.
Kedua, mengenai transparansi, Bentuk transparansi yang dilakukan oleh
dinas Pekerjaan Umum ini terhadap masyarakat dalam kinerja dan kegiatan di
lakukan biasanya dalam proses pembangunan, salah satunya adalah dengan sering
mengundang masyarakat setelah proses pengadaan barang jasa berjalan, ada juga
wartawan dan LSM yang ikut proses tersebut. dan pihak Dinas Pekerjaan Umum
juga memberikan informasi langsung mengenai pembangunan yan g dilakukan
untuk masyarakat melalui media WEBSITE, Namun karena kurangnya sosialisasi
90
yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat mengenai situs resmi
yang digunakan yang didalamnya terdapat informasi mengenai bentuk dan jenis
kegiatan yang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum ini, maka sistem yang baik ini
tidak berjalan secara menyeluruh, karena hanya sebagian masyarakat saja yang
yang mengetahui sistem ini.
Ketiga, mengenai akuntabilitas, bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan
Dinas Pekerjaan Umum ini terhadap masyarakat adalah Dinas Pekerjaan Umum
selalu berusaha sekuat tenaga dalam kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk
masyarakat tentunya Dinas Pekerjaan Umum juga ingin good governance itu bisa
diterapkan. Namun semuanya itu tergantung dari anggaran atau dana yang
diberikan oleh pemerintah untuk proses pembangunan yang dilakukan, sedangkan
anggaran yang ada sangat minim dan terkadang kekurangan dalam proses
pembangunan, sehingga proses pembangunan pun jadi terhambat. Adapun bentuk
penyalahgunaan prosedur antara Dinas Pekerjaan Umum dengan pihak ke-3
(kontraktor) itu terjadi karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya mengikuti
prosedur dan penerapan sanksi dan hukum yang berlaku.
Keempat, mengenai efektif dan efisien, Cara yang dilakukan agar dinas PU
ini untuk menciptakan kondisi kinerja yang efektif dan efisien guna terwujudnya
good governance adalah adanya pelatihan-pelatihan khusus terutama untuk
pegawai dan pimpinan yang diantaranya adalah untuk pimpinan ada (pelatihan
manajemen kepemimpinan), untuk bagian keuangan ada (pelatihan pengelolaan
keuangan), untuk yang lainnya juga ada (sertifikasi barang jasa), dan untuk
pegawai lainnya ada pengarahan-pengarahan langsung dari atasan agar kinerja
pegawai bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah
91
ditetapkan. Tidak luput juga dari kenyamanan yang dirasakan oleh pegawai dalam
kinerjanya. Kekompakan dan kerjasama juga membawa pengaruh yang besar
terhadap ke efektipan dan ke efisienan kinerja. Namun pada penerapannya terdapat
beberapa hambatan yang terjadi diantaranya adalah perbedaan karakter pegawai
dimana setiap pegawai mempunyai karakter-karakter yang berbeda, terkadang
ketika mengikuti pelatihan memang bisa dipelajari, namun pada penerapan dan
pelaksanaannya terkadang sulit untuk bisa diterapkan, karena karakter-karakter
pegawai berbeda-beda. Keterbatasan atau kualitas SDM dimana setiap pegawai
yang sudah melaksanakan pelatihan-pelatihan belum sepenuhnya menerapkan apa
yang sudah dipelajarinya saat pelatihan.
Kerjasama dalam sebuah organisasi adalah suatu hal yang harus
membudaya dalam setiap diri staf atau pegawai. Dengan kerjasama, pekerjaan
menjadi cepat selesai karena bisa berbagi tugas dengan teman kerja yang lain.
Namun pada kenyataannya ada saja diantara pengurus yang tidak sejalan dengan
pengurus lainnya hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pelaksananaan
organisasi. Kurangnya kerjasama, terkadang pegawai lebih sibuk dengan pekerjaan
mereka masing-masing sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya membantu
pegawai-pegawai lainnya atau teman kerjanya.
Teladan seorang pimpinan yang baik akan memberikan dampak yang
baik pula terhadap sikap pegawai dan juga kinerja mereka, faktor
kedisiplinnan juga dapat diperoleh bukan hanya dari pelatihan-pelatihan
kedisiplinan saja namun dapat diperoleh dari sosok seorang pemimpin yang
mempunyai karkter disiplin, karena lebih efektif mengadopsi sifat disiplin dari
mencontoh secara langsung penerapan disiplin tersebut dibandingkan dengan
92
didapat dari pelatihan yang kebanyakan hanya teori saja. Dan itu salah satu
pendukung terwujudnya kinerja pegawai yang efektif dan efisien di Dinas
Pekerjaan Umum ini. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini
mempunyai sosok pemimpin yang baik dan teladan dalam lingkungan
kerjanya dan banyak memberikan contoh yang baik pada pegawai di Dinas
Pekerjaan Umum ini.
Kelima, mengenai kepastian hukum, yaitu hukum diberlakukan bagi
siapapun tanpa pengecualian, hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap
memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Seperti di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, hukum itu ada bagi setiap pegawai
atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum.
Hukum dan sanksi akan diberikan kepada yang melanggar dan tidak mengikuti
prosedur.
Mengenai hukum dan sanksi yang berlaku utuk setiap pegawai atau
kontraktor yang melakukan pelanggaran dan tidak sesuai dengan prosedur. Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang lebih mengacu pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang /Jasa. Dan untuk kontraktor yang tidak mengikuti prosedur atau
melakukan pelanggaran, biasanya sanksi yang diberikan adalah tidak mendapatkan
proyek pembangunan, tidak dapat dicairkannya anggaran, dan kontrak proyek pun
akan dibatalkan.
93
Namun tidak pada penerapannya penyalahgunaan prosedur dan pelanggaran
sulit untuk dihilangkan, maka dari itu dalam hal ini tingkat kesadaran dan
penegakan hukum harus ditingkatkan, agar tidak adanya lagi pelanggaran-pelanggaran
serta niat untuk melanggar prosedur yang telah ditetapkan dan untuk
kepentingan bersama/publik.
Keenam, mengenai responsif, pekanya para pengelola intansi publik
terhadap aspirasi masyarakat sangat berpengaruh besar agar dapat terciptanya good
governance. Tingkat responsif dari pegawai dinas PU ini dalam penerapan good
governance tidak luput dari kerjasama langsung dari dan dengan masyarakat serta
stakeholder. Agar bisa diterapkannya good governance di dinas PU ini diharapkan
adanya kerjasama langsung dengan masyarakat. Dengan adanya pengaduan-
pengaduan dari masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan Dinas Pekerjaan
Umum dapat menjadi motivasi agar kami tercipta satu kesadaran untuk
memperbaiki dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
Namun pada penerapannya masyarakat tidak sepenuhnya merasakan hal itu,
karena terkadang setiap pegawai yang sedang bekerja sangat sibuk dengan
pekerjaan yang mereka kerjakan, sehingga masyarakatpun yang datang ke kantor
Dinas Pekerjaan Umum untuk meminta dilayani dan ingin melakukan pengaduan
tidak segera direspon oleh pegawai, karena mereka terkadang sibuk dengan
pekerjaan dan kegiatannya yang harus mereka kerjakan. Selain itu suasana dan
kondisi juga memberikan pengaruh terhadap respon pegawai dalam memberikan
pelayanan. Dari hasil observasi dilapangan memang suasana dan kondisi juga
sangat berpengaruh terhadap pemberian pelayanan atau merespon kedatangan
masyarakat. yang menjadi faktor penyebabnya adalah dimana petugas memberikan
94
pelayanan kepada masyarakat tergantung dari waktu pelayanan, biasanya pagi hari
keramahan berupa senyuman dan sambutan biasanya sangat mudah ditemui, namun
mulai siang keramahan tersebut mulai turun. karena stamina petugas dalam
melaksanakan pekerjaannya melayani masyarakat mulai berkurang. Maka dari itu
masyarakat pun harus bias memahami kondisi dan suasana para pegawai Dinas
Pekerjaan Umum bila ingin melakukan pengaduan agar bias terjalin komunikasi
yang baik dalam menerima pengaduan dan melakukan pengaduan.
95
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Good governance diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik,
tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance. Penelitian tentang
Penerapan good governance di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang ini
menggunakan teori Agus Dwiyanto (2008 : 79 ).
Adapun kesimpulan yang berhasil didapatkan dari hasil penelitian bahwa
Penerapan Good Governance Di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang
dalam realitasnya ternyata dapat dikatakan masih belum berhasil. Dikarenakan
permasalahan dan hambatan yang timbul terhadap penerapan good governance di
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang seperti kurangnya informasi
mengenai bentuk kegiatan dan pelaksanaan pembangunan yang diberikan Dinas
Pekerjaan Umum kepada masyarakat, kurangnya sosialisasi tentang cara
mengetahui jenis kegiatan dan pelaksanaan pembangunan yang Dinas Pekerjaan
Umum berikan kepada masyarakat melalui media internet, pekerjaan yang
dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dengan kontraktor yang tidak sesuai dengan
prosedur, kurangnya kualitas SDM pegawai Dinas Pekerjaan Umum, lemahnya
supremasi hukum dan tingkat kesadaran akan pelanggaran dan penyalahgunaan
prosedur, serta kurangnya peran bagian humas Dinas Pekerjaan Umum dalam
melayani dan menangani pengaduan dari masyarakat.
95
96
5.2. Saran
Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam Penerapan Good
Governance di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang perlu di sarankan
seperti membuka informasi seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai kegiatan
dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang diselenggarakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tidak hanya melalui media internet saja, tapi dengan menggunakan media lainnya,
misalnya media cetak atau dengan menggunakan papan pengumuman/baliho,
meningkatkan pengawasan pada setiap proses pelelangan terhadap pemenangan
tender dan dalam pelaksanaan pembangunan, memberikan pendidikan dan
pelatihan kepada setiap pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pandeglang, menuntut adanya kesadaran dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan
kontraktor dalam setiap kegiatan pelaksanaan pembangunan serta memaksimalkan
fungsi bagian humas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang.
97
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Agus Dwiyanto 2008. Good Governance dan Otonomi Daerah. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Agus Dwiyanto 2001. Menguat Peluang dan Tantangan Administrasi.
Yogyakarta : Yeremias T. Keban.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Furchan, 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandung Ismanto 2005. Membangun Good Governance Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik Di Daerah . Fisip, Untirta.
Hetifah Sj. Sumarto 2009. Partisipasi, Inovasi dan Good Governance. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Muh. Arief Effendi 2009. The Power Of Good Corporate Governance. Jakarta :
Salemba Empat.
Irawan, Prasetya. 2006. Metode Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta, Grasindo.
Moeloeng, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Singgarimbun, M., Efendi S, 1989, Metode Penelitian Survei. Jakarta, LP3S
Sugiyono, 2008, “Metode Penelitian Pendidikan” , Bandung, Alfabeta.
Suhadi Idup dan Desi Fernanda. 2005, Dasar-dasar Good Govrnance. Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
98
Widodo Joko. 2003, Good Governance pada Era Desentralisasi dan Otonomi
Daerah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
World Bank 1997. world development report. Whasington.
Dokumen
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2008 tentang
pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah
kabupaten pandeglang.
Sumber lain
Caswa B.S. 2006. Pandeglang 132 tahun (upaya pembangunan menuju berkah).
Pandeglang : Bagian Humas Setda Pemkab Pandeglang.
www. Google.com/Tentang Good Governance. Diakses tgl 25 Oktober 2011. Jam
13:25
www.Google.com/ Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)/Pengertian Penerapan.
Diakses tgl 11 Januari 2012. Jam 20:30
99
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : AGNES RIMBAWAN
Nomor Induk Mahasiswa : 062433
Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 26 Agustus 1988
Agama : Islam
Alamat Rumah : Kp. Cadasari Curug, Rt/Rw 02/01, Desa Ciinjuk,
Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.
Pendidikan
1994 – 2000 : SDN Ciinjuk 1 , Cadasari
2000 – 2003 : SMP Negri 1 Karang Tanjung
2003 – 2006 : SMAN 6 Pandeglang
2006 : Tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.