penerapan metode kooperatif tipe group investigation...
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
DENGAN MEDIA PLICKERS
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN BERBASIS OBYEK (PBO)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Oleh:
Aprila Tidar Naresta
Nim: 702011028
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Februari 2016
1
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
DENGAN MEDIA PLICKERS
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN BERBASIS OBYEK
(PBO)
1Aprila Tidar Naresta, 2Elizabeth Sri Lestari, S.Pd, M.LIS
Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)[email protected] , 2)[email protected]
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengukur pengaruh metode
kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan keaktifan siswa pada
mata pelajaran Pemrograman Berbasis Obyek ( PBO ). Media Plickers digunakan
untuk menunjang proses pembelajaran dan penilaian, Penelitian model Kemmis
dan Mc.Taggard ini terdiri dari 2 siklus dengan 2 pertemuan untuk masing –
masing siklus. Pengumpulan data menggunakan angket dan lembar pengamatan
keaktifan belajar siswa. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Group Investigation berbantuan media Plickers berpengaruh positif
terhadap keaktifan belajar siswa.
Kata Kunci : Keaktifan Belajar, Metode Kooperatif, group Investigation.
Abstract
This classroom action research aims to assess the effect of cooperative learning
model of Group Investigation to the students active involvement on subject of
Pemrograman Berbasis Obyek ( PBO ). Plickers was used as media to support the
process of learning and assessing. Based on research designed by Kemmis and
Mc.Taggard, it was carried out in 2 cycles, which was done on 2 meetings each.
Data was collected by using questionnaire and observation. The result shows that
applying cooperative learning model of Group Investigation supported by
Plickers media has positive effect on the students active involvement.
Keywords : activeness Learning , Cooperative method , group Investigation.
1 Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2
1. Pendahuluan
SMK Negeri 1 Tengaran memiliki jurusan Rekayasa Perangkat Lunak
(RPL) yaitu satu bidang profesi yang mendalami cara – cara pengembangan
perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi
pengembangan perangkat lunak dan menajemen kualitas [1], di mana jurusan
tersebut memerlukan laboratorium khusus dan perangkat komputer yang
memadai untuk menunjang proses pembelajaran produktif, tetapi pada
kenyataannya sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk
menunjang mata pelajaran tersebut. Pelajaran dilaksanakan di dalam kelas
bukan di laboratorium, materi yang diperoleh siswa hanya bersumber dari
guru, siswa tidak memiliki modul sendiri karena semua materi diperoleh dari
hasil mencatat dan ceramah oleh guru pada saat pembelajaran, sehingga
membuat cenderung bosan karena di kelas hanya beberapa siswa yang
memiliki laptop untuk menunjang praktek secara langsung. Pada saat
pelajaran siswa juga tidak banyak bertanya kepada guru mengenai materi yang
diterima, siswa cenderung pasif. Kemampuan siswa tidak merata, sehingga
tingkat penguasaan materi oleh siswa sangat beraneka ragam. Salah satunya
pada mata pelajaran yang diberikan pada kelas XI RPL yaitu mata pelajaran
Pemrograman Berbasis Obyek (PBO) yaitu paradigma pemrograman yang
berorientasikan kepada objek [2]. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
tingkat keaktifan belajar siswa kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran masih
rendah, ditunjukkan dengan lembar pengamatan keaktifan guru pada saat pra
siklus dari 34 siswa dalam kelas tersebut persentase siswa 26,94% masuk
dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan siswa kurang aktif dalam
melaksanakan proses kegiatan belajar di dalam kelas. Model pembelajaran
perlu dilakukan perubahan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
mata pelajaran PBO kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran. Model pembelajaran
yang dipilih untuk mencapai kemampuan-kemampuan yang akan dibentuk
guru adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasion karena
model pembelajaran ini bertujuan untuk mengarahkan kemampuan siswa
untuk menganalisis konsep-konsep pembelajaran dengan cara penyelidikan
secara mendalam melalui kerja kelompok. Selain itu, model kooperatif tipe
Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Agar proses belajar menjadi lebih menarik, guru menggunakan media
yang berbeda pada pengambilan nilai di akhir pelajaran melalui model Group
Investigation dengan memanfaatkan media pembelajaran Plickers. Diharapkan
dengan penggunaan media ini dapat merangsang keaktifan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung dalam kelas. Dengan demikian, siswa bisa
mengembangkan pemikirannya sendiri, mengeluarkan pendapat dan
menunjukan kreatifitas setiap individu siswa dalam model pembelajaran
Group Investigation. Di sinilah keaktifan siswa akan tumbuh dengan baik,
khususnya dalam materi konsep Class dan Obyek kelas XI RPL 2 SMK N 1
Tengaran.
3
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat
meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran Pemrograman Berbasis
Obyek materi konsep Class dan Obyek kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran?”
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang akan
dibahas, penulis memberi batasan masalah sesuai dengan kemampuan penulis
dan waktu yang tersedia. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan keaktifan
belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dengan memanfaatkan media Plickers untuk pengambilan nilai
di akhir pelajaran pada mata pelajaran Pemrograman Berbasis Obyek materi
Konsep Class dan Obyek kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran.
2. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi
Wahyuni, dalam jurnal berjudul “ Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada
Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan”. Dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation efektif
meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas XI MA Akhairaat
Kalangkangan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil pengujian hipotesis
statistik pada taraf nyata α = 0,05 [3].
Penelitian juga dilakukan oleh Lina Budi C,dkk yang berjudul
“Pengaruh Metode Pembelajaran Group Investigation dan Minat Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Stuktur Atom dan Sistem
Periodek Kelas XI SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian factorial. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh metode
pembelajaran terhadap siswa, dan pengaruh minat belajar terhadap prestasi
belajar siswa [4].
Penelitian lain juga dilakukan oleh K. Suartika dengan judul
“Pengaruh Model Belajar Kooperatif Tipe Group Investigtion (GI) Terhadap
Konsep Biologi dan Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”,
berdasarkan hasil pengujian ditarik suatu simpulan terdapat perbedaan
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa antara siswa
yang mengikuti pembelajaran Group Investigation dan siswa yang belajar
dengan model pembelajaran siklus belajar [5].
Penelitian-penelitian tersebut dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan, terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model
pembelajaran Group Investigation. Namun terdapat perbedaan yaitu
penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan, pada pelajaran
produktif serta meneliti keaktifan belajar siswa mata pelajaran PBO.
Penelitian yang dilakukan oleh ketiga sumber diatas tidak memanfaatkan
media plickers.com untuk menunjang penelitian.
4
Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur [6].
Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil
dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi
pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar. Slavin
mengemukakan “Cooperative Learning” adalah suatu model
pembelajaran yang mana sistem belajar dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang
siswa lebih semangat dalam belajar” [7].
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan
siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran. Sudjana dalam Mudrika mengemukakan bahwa
Group Investigation dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya
untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada
pengembangan proses pengkajian akademis[8]. Dengan model
pembelajaran seperti itu diharapkan siswa terlibat aktif, baik secara
individual maupun dalam kelompok belajar. Dengan adanya aktivitas
siswa di dalam kelas diharapkan tercipta proses pembelajaran yang
menyenangkan dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Model Group Investigation memiliki enam langkah pembelajaran menurut
Slavin yaitu [7]:
a. grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan
sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan).
b. planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana
mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya).
c. investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,
klarifikasi, mengumpulkan informasi dan menganalisis data ).
d. organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan
presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis).
e. presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan).
f. evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa
dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan
pada pencapaian pemahaman).
Keaktifan Belajar dapat diartikan keaktifan berasal dari kata
aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan
beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan
[10]. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu
berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
[11]. Menurut Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang
5
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya [12]. Pada prinsipnya belajar adalah
berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Paul B. Diedrich dalam
Oemar Hamalik membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara lain
Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing activities,
Drawing activities, Motor activities, Mental activities, dan Emotional
activities [13].
Dari daftar kegiatan yang sudah di golongkan oleh Paul D.
Dierich, indikator keaktifan dibagi menjadi 11 Indikator menurut Dimyati
dan Mudjiono, keaktifan sangat beraneka ragam bentuknya, mulai dari
kegiatan fisik yangmudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah
diamati.dapat dilihat dari tabel dibawah ini [14].
Tabel Indikator keaktifan
No Indikator Keaktifan Indikator menurut
Paul D. Deirich
1 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Emotional activities
2 Kerjasama dalam kelompok. Motor activities
3 Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam
kelompok ahli Oral activities
4 Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam
kelompok asal Oral activities
5 Memberikan kesempatan berpendapat kepada teman
dalamkelompok. Listening activities
6 Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat. Listening activities
7 Memberi gagasan yang cemerlang. Oral activities
8 Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang. Writing activities
and Visual activities
9 Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain. Mental activities
10 Memanfaatkan potensi anggota kelompok. Motor activities and
Visual activities
11 Saling membantu dan menyelesaikan masalah. Oral activities
6
Plickers adalah aplikasi yang dapat dipergunakan dalam dunia
pendidikan. Karena plickers menyediakan system untuk mengelola kuis untuk
tes , ulangan atau evaluasi dan dapat langsung dilihat hasilnya. Model
menjawab soal dikemas secara berbeda karena memanfaatkan jaringan
internet dan smartphone. Siswa diberikan kartu untuk menjawab pertanyaan
yang ditampilkan. Media plickers dapat di akses secara gratis di alamat
www.plickers.com [15].
3. Metode Penelitian
PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian
yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh
guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa
permasalahan dalam tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan
seorang peneliti. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari
yang dihadapi oleh guru. PTK termasuk penelitian dengan pendekatan
kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan dapat berupa data, kuantitatif
dan data kualitataif [16].
Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis. Model
ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart pada tahun
1998. Dalam penelitian menggunakan empat komponen penelitian tindakan,
yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah berikutnya.
Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart
Sumber: Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2010: 21) [17]
7
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur
untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang
kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan
rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Perencanaan disusun oleh peneliti dan guru mata pelajaran
Pemrograman berbasis Obyek (PBO). Perancanaan yang disusun
berupa perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perangkat
pembelajaran tersebut adalah:
1. Peneliti dan guru menyusun RPP materi Konsep Class dan
Obyek.
2. Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari
Lembar soal tes pilihan ganda yang di aplikasikan pada
media plickers di akhir siklus.
Lembar observasi keaktifan siswa untuk guru selama
pertemuan tatap muka.
Angket yang berhubungan dengan keaktifan belajar yang di
isi siswa.
b. Tindakan
Rancangan model pada tahap tindakan ini sudah disusun dan
skenario pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di dalam
kelas. Dalam pelaksanaan setiap satu siklus dilakukan dalam dua
kali pertemuan.
8
Rancangan model Tindakan
Kegiatan Diskripsi langkah GI
Kegiatan
Awal
a. Peneliti (Guru) memberikan salam, berdoa dan
melakukan kegiatan presensi.
b. Menyiapkan siswa untuk mengikuti KBM mengajar.
c. Guru menyampaikan KD, tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dalam pembelajaran, dan skenario
pembelajaran yang akan di laksanakan.
Kegiatan
Inti
I. Eksplorasi
a. Guru mengintruksikan siswa untuk membentu
kelompok 4 – 5 orang, siswa di bebaskan untuk
menentukan sendiri kelompoknya. Kelompok merupakan
kelompok tetap selama pembelajaran.
1. grouping
b. Guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran
kooperatif dengan model group investigation (GI). (1)
semua siswa diharapkan untuk berkumpul di kelompoknya
masing-masing yang telah di bagi, (2) semua siswa
membaca materi yang telah dibagikan dan menentukan
topik yang dipilih, (3) siswa mendiskusikan materi dengan
teman satu kelompok kemudian mengumpulkan informasi
mengenai topic atau materi yang di bahas dalam kelompok,
(4) setiap siswa berhak mengeluarkan pendapat dalam
forumnya masing-masing sesuai materi diskusinya, (5)
siswa yang paham memberikan penjelasan dengan teman
yang lain dalam satu kelompoknya, (6) apabila diskusi tiap
kelompok sudah selesai harap di presentasikan di depan
kelas tiap kelompok dan kelompok lain berhak
memberikan sanggahan,tanggapan ataupun pertanyaan
sesuai dengan materi yang di bahas.
c. Dari awal guru memberi tugas merangkum untuk
didiskusikan oleh masing-masing kelompok, pada waktu
diskusi guru berkeliling sambil memanatau pekerjaan
kelompok dan membantu jika ada kelompok yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya
9
I.Elaborasi
a. Siswa mendengarkan jika ada arahan dari guru. 2. planning
b. siswa membagi tugas dengan teman kelompok dengan
topik yang sudah di pilih.
c. Siswa dengan panduan guru saling membantu teman
dalam kelompoknya mempelajari topik yang dipilih
3.investigation
d. Siswa merangkum topik yang dipelajari dalam
kelompok dan menyiapka prsentasi untuk di bagikan ke
teman satu kelas.
4. organizing
II.Konfirmasi
a. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama
kelompoknya di depan kelas.
5. presenting
b. Siswa mendengarkan penjelasan dari kelompok lain
mengenai hasil tugas kelompok.
6. evaluating
c. Kelompok yang tidak persentasi menyimak dan
memberikan pertanyaan atau sanggahan.
d. Hasil diskusi siswa tiap kelompok di kumpulkan untuk
di koreksi oleh guru.
Kegiatan
penutup
a. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
b. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang proses
pebelajaran yang telah berlangsung.
c. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan saat proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Observer menilai hasil
tindakan sesuai format observasi yang telah disiapkan. Observasi
dilakukan oleh guru mata pelajaran yang mengamati peneliti saat
melakukan pembelajaran dalam kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran
pada mata pelajaran PBO.
10
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui apakah
sudah sesuai skenario yang direncanakan atau tidak sesuai sama
sekali. Hasil refleksi ini akan digunakan untuk menentukan skenario
untuk siklus berikutnya. Jika hasil dari refleksi masih di bawah
kriteria yang telah di tentukan, maka skenario pembelajaran akan
diteruskan, dimodifikasi atau bahkan diubah keseluruhan.
2. Siklus Kedua
Hasil refleksi pada siklus pertama menentukan langkah selanjutnya
untuk siklus kedua. Jika pada siklus pertama sudah memenuhi kriteria
yang diinginkan, maka siklus kedua diterapkan hanya untuk pemantapan
pada siklus pertama. Tetapi, jika pada siklus pertama kriteria belum
terpenuhi, maka dilakukan siklus kedua sesuai dengan perbaikan dari
tahapan kerja siklus pertama. Jika pada siklus kedua masih belum dapat
memenuhi kriteria, maka dilakukan siklus ketiga. Siklus akan berhenti
jika kriteria yang diinginkan sudah terpenuhi. Kriteria yang diinginkan
yaitu keaktifan belajar siswa yang sangat tinggi dalam mata pelajaran
Pemrograman berbasis Obyek, khususnya materi Konsep Class dan
Obyek kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran.
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Tengaran. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL 2 SMK N 1 Tengaran yang
terdiri dari 34 siswa. Kelas XI RPL 2 digunakan untuk penelitian karena
berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang telah dilakukan masih
terdapat masalah di dalamnya, yaitu keaktifan belajar siswa yang masih
kurang dalam proses pembelajaran dibanding kelas lainnya.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan
pemberian angket keaktifan kepada siswa. Observasi digunakan untuk
mengamati keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran sebelum
dan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation, pemberian angket digunakan untuk mengukur keaktifan
belajar siswa setelah pembelajaran selesai.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi, lembar angket, wawancara, dan tes. Lembar observasi
digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa saat menerapkan
model pembelajaran Group Investigation. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan tes obyektif atau pilihan ganda. Tes
dilaksanakan pada pertemuan kedua setiap akhir siklus. Tes dilakukan
untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa. Tes dikemas dengan model
berbeda, yaitu memanfaatkan media Plickers.
11
Hasil observasi siswa dan guru didapat dari hasil perolehan yang
diisi pada lembar observasi dihitung dengan rumus yang mengacu Sudjana
[18] :
[18]
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang keaktifan siswa,
maka data kuantitatif ini diubah menjadi data kualitatif dengan
mengelompokkan atas 4 kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan
rendah, hal ini mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto [19]. Adapun
kriteria persentase tersebut yaitu :
1) Persentase antara 76% - 100% dikatakan sangat tinggi;
2) Persentase antara 56% - 75% dikatakan tinggi;
3) Persentase antara 40% - 55 % dikatakan sedang;
4) Persentase antara 0 – 40 % dikatakan rendah.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dalam pra penelitian atau pra siklus adalah pembelajaran yang
dilakukan masih menggunakan metode satu arah. Saat pembelajaran guru
hanya membaca materi yang ada di buku pegangan guru (e-book) dan siswa
mencatat apa yang diucapkan oleh guru. Sehingga hanya beberapa siswa saja
yang mencatat dan yang lainnya asik mengobrol dengan teman-temannya dan
juga ada yang mencatat tetapi tidak lengkap sehingga pembelajaran kurang
dapat berjalan dengan baik. Dari hasil pra siklus, maka peneliti dan guru mata
pelajaran sepakat untuk melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan
dilakukan menggunakan kelas XI RPL 2 dengan menggunakan metode
Kooperatif tipe Group Investigation dalam upaya meningkatkan keaktifan
belajar siswa pada materi konsep class dan obyek mata pelajaran PBO kelas
XI RPL 2 SMK Negeri 1 Tengaran.
Penelitian pada siklus 1 berlangsung dua kali pertemuan yaitu tanggal 16
Oktober 2015 dan 23 Oktober 2015 sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati. Tahap pertama dari penelitian siklus 1 adalah perencanaan
penelitian. Tahap perencanaan berfungsi sebagai memperjelas langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam siklus 1. Peneliti berperan sebagai pengajar (guru)
dan guru sebagai observer yang tugasnya mengamati keaktifan belajar dari
hasil peneliti mengajar. Tahap ini dilaksanakan juga untuk menyiapkan
beberapa instrumen penelitian yang dibutuhkan guna kelancaran penelitian.
Instrumen yang dipersiapkan oleh peneliti antara lain: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar observasi keaktifan siswa, tugas kelompok dan
soal ulangan individu.
12
Pada pertemuan guru (peneliti) masih banyak ikut andil dalam proses
kegiatan pembagian kelompok , dan mengarahkan topik. Hal ini wajar terjadi
karena bagi siswa model pembelajaran ini baru diterima. Guru masih banyak
mengarahkan dan berkeliling membantu siswa dalam kelompok – kelompok
yang masih kurang paham dengan skenario pembelajaran. Namun kegiatan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat, tetapi waktu
sedikit terbuang untuk pengarahan siswa, sehingga penerapan pembelajaran
dengan RPP yang dibuat masih kurang maksimal dilaksanakan dalam
pertemuan pertama. Dengan melihat kendala yang terjadi guru sebelum
penutupan pelajaran memanfaatkan waktu evaluasi untuk memberikan
gambaran kepada siswa tentang desain pembelajaran minggu depan serta
materi yang akan dibahas.
Pada pertemuan kedua, siswa sudah secara mandiri membentuk
kelompok dan langsung mengerjakan intruksi guru tanpa banyak tanya, hanya
beberapa siswa yang masih kurang paham, akan tetapi teman satu kelompok
memberikan penjelasan kepada teman – teman yang kurang paham. Namun
sedikit terbuang waktu saat melaksanakan pengambilan nilai di akhir siklus
pertama, karena siswa menggunakan media plickers dalam pengambilan nilai
dan model menjawab juga baru. Tetapi siswa sangat antusias setelah mengerti
dan paham bagaimana prosesnya.
Pada siklus kedua pertemuan ketiga hasil pengamatan dilihat saat
kegiatan belajar berlangsung siswa tanpa intruksi langsung membentuk
kelompok dan secara mandiri meminta materi yang akan di diskusikan pada
hari itu. Maka waktu pembelajaran sudah berjalan maksimal. Dan berjalan
sesuai RPP yang telah dibuat dan sangat kondusif. Pada saat persentasi siswa
sudah secara mandiri maju kedepan sesuai urutan topik yang dibahasa tanpa
menunggu arahan guru.
Sedangkan pada siklus kedua pertemuan keempat keaktifan siswa lebih
tinggi pada saat presentasi dilaksanakan, siswa lebih antusias dan aktif
memberikan tanggapan dan pertanyaan. Dan siswa sangat antusias saat ada
ulangan yang dikemas dengan memanfaatkan media plickers siswa merasa
ingin segera mengerjakan. Karena siswa merasa ada sesuatu yang berbeda dan
sangat menyenangkan, siswa lebih senang menerima ulangan / tes yang
diberikan kepada guru tanpa mengeluh. Hal ini menunjukkan bahwa
berbantuan media plickers menambah keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran.
13
Berdasarkan proses selama penelitian di dapatkan hasil sebagai berikut :
Nilai Keaktifan Siswa - Observer Guru
NO Indikator Keaktifan Pra Siklus SIKLUS 1 SIKLUS 2
siklus 1
pertemuan
1
siklus 1
pertemuan
2
siklus 2
pertemuan
3
siklus 2
pertemuan
4
1 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru. 63 74 89 112 123
2 Kerjasama dalam kelompok. 34 68 102 106 118
3 Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam
kelompok asal
34 50 85 95 101
4 Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
dalam kelompok ahli
34 47 87 93 104
5 Memberikan kesempatan berpendapat kepada teman
dalam kelompok.
34 52 87 91 100
6 Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat. 34 68 91 108 126
7 Memberi gagasan yang cemerlang. / pendapat 34 46 79 90 98
8 Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang
matang.
34 52 86 108 116
9 Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang
lain.
34 52 74 107 117
10 Memanfaatkan potensi anggota kelompok. 34 51 79 113 120
11 Saling membantu dan menyelesaikan masalah. 34 68 80 110 117
Jumlah 403 628 939 1133 1240
Rata - Rata 26.94% 41.98% 62.77% 75.74% 82.89%
rendah sedang tinggi tinggi sangat
tinggi
Rata – Rata Tiap Siklus 52.37% 79.31%
Tabel Skor Lembar Pengamatan Guru Terhadap Keaktifan Belajar siswa
14
Gambar 4.1 Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Keaktifan Belajar siswa
Grafik di atas menunjukkan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa
dari pra siklus hingga siklus 2. Keaktifan belajar siswa pada pra siklus sebesar
26,94% dengan kriteria “Rendah”, siklus 1 pertemuan 1 sebesar 41,99%
dengan kriteria “Sedang”, siklus 1 pertemuan 2 sebesar 62,77% dengan kriteria
“Tinggi”, siklus 2 pertemuan 1 sebesar 75,74% dengan kriteria “Tinggi”, dan
pada siklus 2 pertemuan 2 sebesar 82,89% dengan kriteria “Sangat Tinggi”.
Peningkatan keaktifan belajar siswa naik sangat tinggi disini dapat dilihat ada
perubahan peningkatan dalam keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar di mata pelajaran PBO juga pada rata – rata nilai siswa yang sudah
mencapai batas tuntas yaitu 82%.
Hasil dari siklus 1 kuesioner rata-rata keaktifan belajar siswa kelas XI
RPL 2 adalah 55,41% dengan kriteria Sedang. Sedangkan hasil dari siklus 2
berdasarkan kuesioner rata-rata keaktifan belajar siswa kelas XI RPL 2sebesar
81,24 % dengan kriteria Sangat Tinggi.
Gambar 4.2 Diagram Angket Keaktifan Belajar siswa kelas XI RPL 2
26,94%
41,96%
62,77%
75,74%
82,89%
81,24 %
55,41 %
15
Diagram tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa meningkat dari
siklus 1 hingga siklus 2 dan sudah memenuhi nilai maksimal. Berdasarkan
diagram di atas, maka rumusan masalah pada bab I telah terjawab, bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran GI, keaktifan siswa kelas XIRPL 2
SMK Negeri Tengaran meningkat dalam mata pelajaran PBO materi Konsep
Class dan Obyek, dengan ditunjukkna grafik pengamatan guru dan angket
tersebut.
5. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil penelitian, hasil
analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
Penerapan model pembelajaran Group Investigation pada kelas XI RPL 2
dengan Penelitian Tindakan Kelas berhasil meningkatkan keaktifan belajar
siswa. Ditunjukkan dari peningkatan hasil observasi kegiatan pembelajaran
pertemuan satu sampai empat. Siswa lebih antusias mengikuti pelajaran
karena mendapat model pembelajaran yang baru yang awalnya model
pembelajaran satu arah. Kegiatan siswa dalam kelas lebih kondusif karena
siswa lebih banyak berdiskusi untuk memahami materi yang akan di tularkan
pada teman kelompok lain, saat tanya jawab berlangsung siswa aktif
memberikan pertanyaan ataupun sanggahan, antusias siswa ditunjukkan juga
pada saat melaksanakan tes dengan model yang berbeda. Hal tersebut
menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation berbantuan media Plickers berpengaruh positif terhadap
keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
6. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti merekomendasikan
beberapa hal untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran antara lain:
1. Model pembelajaran merupakan bentuk variasi di dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Diperlukan adanya pengembangan metode
pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa bosan dengan model
pembelajaran konvensional. Salah satu contoh adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation. Model pembelajaran ini dapat
digunakan di dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa dengan menuntut siswa untuk belajar secara mandiri berdasarkan
arahan guru.
2. Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu yang dapat
digunakan di dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan tujuan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dan juga kemandirian siswa di dalam
belajar, maka dari itu sebaiknya media pembelajaran dapat digunakan
untuk setiap materi produktif RPL maupun mata pelajaran yang lain. Salah
satu media yang dapat digunakan adalah plickers untuk mengemas
pengambilan nilai dengan cara yang lebih menyenangkan.
16
3. Selain metode dan media pembelajaran, di dalam melaksanakan
pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik komponen pendukungnya,
seperti rencana pelaksanaan pembelajaran yang sistematis agar
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan
perencanaan yang telah ditentukan, serta jelas apa yang akan dilakukan.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat melaksanakan penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran yang lain yang lebih beragam dengan
dipadukan dengan media yang mendukung, serta media yang digunakan
bisa disesuaikan dengan perkembangan yang ada atau media yang dinilai
akan digemari oleh siswa agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan
baik.
7. Daftar Pustaka
[1] Wikipedia, “Rekayasa perangkat lunak,” Wikipedia. [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_perangkat_lunak. [Accessed: 20-
Nov-2015].
[2] Amel Komalasari, “Pengertian OOP/PBO,” 2014. [Online]. Available:
http://conaxe.com/v1/page-545-pengertian-ooppbo.html. [Accessed: 11-
Oct-2015].
[3] D. Wahyuni and F. Muslimin, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas
XI MA Alkhairaat Kalangkangan,” vol. 2, no. 1, pp. 33–37.
[4] C. L. Budi, Y. Sri, and R. Tri, “Pengaruh Metode Pembelajran Groupn
Investigasi ( GI ) dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik Kelas XI SMAN 6 Surakarta,”
vol. 2, no. 3, pp. 10–18, 2013.
[5] G. A. S. K. Suartika, I B. Arnyana, “Pengaruh Model pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Pemahaman Konsep
Biologi Dan keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA,” e-Journal Progr.
Pascasarj. Univ. Pendidik. Ganesha, vol. 3, p. 12, 2013.
[6] A. Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
[7] Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung,
2008.
[8] Mudrika, “Penerapan Model Investigasi kelompok untuk Meningkatkan
kemampuan Pemecahan masalah Matematik Siswa SMP,” Skripsi Jur.
Pendidik. Mat. UPI, 2007.
[9] S. Robert E., Cooperative learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media, 2008.
17
[10] Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,”
Jakarta: Difa, 2009, p. 36.
[11] A. Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2001.
[12] Slameto, Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013.
[13] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta, 2001.
[14] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, 2009.
[15] “Plickers.” [Online]. Available: www.plickers.com. [Accessed: 10-Dec-
2015].
[16] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
[17] Kusumah Wijaya dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas, 2nd ed. Jakarta: PT Indeks, 20110.
[18] Sudjana N., Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja
Rodaskarya, 2005.
[19] Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.