penerapan metodesix sigmadalam menganalisis ...repository.unj.ac.id/602/1/proposal skripsi six...
TRANSCRIPT
-
PENERAPAN METODESIX SIGMADALAM MENGANALISIS KINERJA
PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI
JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ
EMIRIO ALVY REZKY
5315107507
Skripsi Ini Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
-
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta
maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang yang telah tertulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta, Januari 2016
Emirio Alvy Rezky
5315107507
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI DENGAN JUDUL
PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM MENGANLISIS KINERJA
PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI
JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ
TELAH DISUSUN OLEH:
Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Aam Aminingsih Jumhur, ST., MT. ......................... ............... NIP. 197110162008122001
(Pembimbing I)
2. Ahmad Kholil, ST., MT. ......................... ............... NIP. 197908312005011001
(Pembimbing II)
Dewan Penguji :
3. Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd. ......................... ............... NIP. 196105211986021001
(Ketua)
4. Pratomo Setyadi, ST., MT. ......................... ............... NIP. 198102222006041001
(Sekretaris)
5. Lukman Arhami, S.Pd., MT. ......................... ............... NIP. 197901032005011003
(Dosen Ahli)
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin UNJ
Ahmad Kholil, ST., MT.
NIP. 197908312005011001
Tanggal Ujian : 26 Januari 2016
Tanggal Lulus : 26 Januari 2016
-
iii
ABSTRAK Emirio Alvy Rezky, Penerapan Metode Six Sigma Dalam Menganalisis Kinerja
Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ.
(2016)
Jakarta: Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.
Dosen selalu berusaha memberikan kinerja yang terbaik dalam
memuaskan mahasiswanya.Akan tetapi pada kenyataannya, masih terdapat
ketidakpuasan mahasiswa terhadap kinerja yang diberikan dosen. Tujuan
Penelitian(1) Mengukur level sigma kinerja pelayanan dosen dalam proses belajar
mengajar, (2) Memberikan usulan perbaikan kinerja pelayanan dalam upaya
meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen.Analisa data menggunakan
metode six sigma melalui tahap define, measure, analyze,dan improvement. hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab ketidakpuasan mahasiswa
terhadap kinerja pelayanan dosen yaitu dosen memenuhi jumlah tatap muka
minimal 14 minggu dalam satu semester, dosen selalu membantu dan
mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai, dosen datang tepat waktu pada saat
jam perkuliahan, proses pembelajaran yang diberikan dosen dapat dicontoh/ditiru
mahasiswa, dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan
ditunda/tidak berjalan sesuai jadwal, dosen memberikan koreksi, umpan balik dan
nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan mahasiswa, dosen menginformasikan
hasil ujian secara jelas dan transfaran. Berdasarkan Defect Per Milion
Opportunities (DPMO) dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta
perbaikan nilai mempunyai nilai DPMO tertinggi. Nilai DPMO yang paling tinggi
menunjukan bahwa prioritas perbaikan perlu ditunjukan pada dosen selalu
membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai.Namun terdapat
beberapa kelemahan atau keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tidak
melakukan atau menggunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Metode Six Sigma, Kepuasan Mahasiswa,
Standar Pelayanan Minimum (SPM)
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Sholawat serta salam penulis panjatkan kehadirat Nabi besar Muhammad
SAW atas risalah dan suri tauladannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Six SigmaDalam Menganalisis
Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan
Teknik Mesin UNJ”.
Proses pembuatan skripsi ini tidak akan mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Riyadi, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Jakarta.
2. Bapak Ahmad Kholil, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Mesin UNJ dan pembimbing II yang telah memberikan ide, saran,
dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Aam Amaningsih Jumhur, ST. MT, selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan ide, saran, motivasi dan tak pernah bosan untuk
membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sugeng Priyanto, M.Sc selaku Pembimbing Akademik
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Tajudin Abdullah dan Ibu Siti Rocmani
yang telah mendidik dan selalu memberikan dukungan baik berupa moril
maupun materil.
6. Rekan-rekanmahasiswa angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat
satu sama lain dalam mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan skripsi ini.
Jakarta, Januari 2016
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
LEMBARPERNYATAAN ...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 4
1.4 Perumusan Masalah .......................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
2.1.Landasan Teori................................................................................... 7
2.1.1. Pengertian Pendidikan ............................................................. 7
2.1.2. Tujuan Pendidikan ................................................................... 13
-
vi
2.1.3. Manajemen Pendidikan ............................................................ 17
2.1.4. Proses Belajar Mengajar .......................................................... 18
2.1.5. Kepuasan Pelanggan ................................................................ 28
2.1.6. Harapan Pelanggan .................................................................. 29
2.1.7. Fokus Proses Dan Perbaikan .................................................... 30
2.1.8. Pengertian Kinerja ................................................................... 31
2.1.9. Pengukuran Kinerja ................................................................. 37
2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja ................................ 39
2.1.11. Metode Six Sigma .................................................................. 41
2.1.12. Analisis Pareto ....................................................................... 51
2.1.13. Diagram Sebab Akibat ........................................................... 52
2.2.Kerangka Pemikiran........................................................................... 54
2.3.Hipotesis ............................................................................................ 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 56
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 56
3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 56
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 57
3.4 Instrumen Penelitan .......................................................................... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 58
BAB IVHASIL PENELITIAN ...................................................................... 64
4.1 Deskripsi Penelitan ........................................................................... 64
4.2 Data Hasil Penelitan ........................................................................... 65
-
vii
4.2.1.TahapDefine .............................................................................. 65
4.2.2.TahapMeasure........................................................................... 66
4.2.3.TahapAnalyze ............................................................................ 72
4.2.4.TahapImprove ........................................................................... 78
4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 79
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 81
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 81
5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 81
5.3 Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................... 85
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli ....................17
Tabel 2.2 Konversi Sigma Yang Disederhanakan .........................................41
Tabel 4.1 Koefisien Reliabilitas .....................................................................68
Tabel 4.2 Kapabilitas Proses ........................................................................70
Tabel 4.3 Rencana Tindakan Dengan Metode 5W-H....................................76
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Pareto ............................................................................71
Gambar 4.2 Diagram Sebab Akibat ................................................................72
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian Kepuasan ..................................86
Lampiran 2 Tabel r ..........................................................................................88
Lampiran 3 Nilai Rata-Rata Tingkat Kepuasan ..............................................89
Lampiran 4 Nilai Rata-Rata Tingkat Harapan ................................................90
Lampiran 5 Uji Validitas .................................................................................91
Lampiran 6 Penentuan Atribut Pertanyaan .....................................................92
Lampiran 7 Koefisien Validitas Berdasarkan Tiap Atribut.............................93
Lampiran 8 Kepuasan, Harapan, dan Gap Tiap Atribut .................................94
Lampiran 9 Pengukuran Baseline Kinerja Pada Tingkat Outcome
Berdasarkan Atribut .......................................................................... 95
Lampiran 10 SOP Evaluasi Perkuliahan ....................................................... 96
Lampiran 11 Diagram Alir Proses Evaluasi Perkuliahan............................... 98
Lampiran 12 SOP Ujian Remedial ................................................................ 99
Lampiran 13Diagram Alir ProsesUjian Remedial ........................................ 101
Lampiran 14 SOP Komplain Nilai .................................................................102
Lampiran 15 Diagram Alir Proses Komplain Nilai .......................................104
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini masyarakat mulai melihat bahwa pendidikan sebagai
salah satu investasi jangka panjang yang menguntungkan.Hal ini didorong
oleh pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan informasi.Untuk merespon
kebutuhan masyarakat inilah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang
menawarkan jasanya dalam berbagai jenjang pendidikan yang bertujuan untuk
menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya
wadah yang dapat dipandang sebagai alat untuk membangun SDM yang
bermutu tinggi adalah pendidikan.Kualitas pendidikan yang baik merupakan
salah satu faktor dalam meningkatkan kemajuan suatu Negara yaitu dengan
menciptakan regenerasi yang lebih berkompeten dalam membangun dan
mensejahterakan Negaranya.Oleh karena itu, banyak lembaga-lembaga
pendidikan yang bertujuan menciptakan SDM yang berkualitas dan
berwawasan tinggi.
Universitas Negeri Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan
Universitas Negeri yang berkomitmen untuk melahirkan alumni dan
alumnusnya yang berkualitas dengan kebijakan mutu yang bertekad untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam membangun masyarakat
Indonesia yang maju, demokratis, sejahtera, dan siap terap seperti yang tertera
di motto Universitas Negeri Jakarta yaitu Building Future Leadersyang berarti
-
2
mempersiapkan pemimpin masa depan. Dengan hal tersebutlah yang membuat
Universitas Negeri Jakarta ingin terus memberikan sarana dan prasarana yang
dapat membantu dan mempermudah mahasiswa dalam melakukan setiap
kegiatan yang dilakukannya untuk menjadikan lulusan yang berkualitas.
Universitas Negeri Jakarta khususnya pada Jurusan Teknik Mesin
memberikan para pengajar yang berwawasan tinggi dalam bidangnya masing-
masing yang dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang guru maupun menjadi seorang tenaga
pekerja. Proses pembelajaran yang diberikan dosen sangat membantu
mahasiswa menjadi regenerasi yang berkualitas dan dengan bantuan dan
bimbingannya mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi dalam
menjalankan proses jenjang pendidikan yang dihadapinya.
Akan tetapi semua tidak selalu berjalan dengan lancar,pasti ada
masalah yang dihadapi dosen dalam menghadapi mahasiswa dan masalah
yang dihadapi mahasiswa. Tidak semua pemikiran dapat sama atau sesuai,
pasti ada yang membuat berbeda dan kurang menerimanya. Contohnya pada
kinerja dosen, ada yang bisa menerima kinerjanya tersebut dan ada pula yang
kurang menerima kinerjanya.Semua itu wajar adanya karena seorang manusia
tidak ada yang sempurna, namun bila adanya saling kerjasama atau hubungan
yang baik alangkah lebih baik untuk mempemudah pekerjaan masing-masing
yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diingikan.
-
3
Oleh karena itu, saya ingin mencoba mencari tahu apakah
mahasiswa puas dengan kinerja yang diberikan dosen atau sebaliknya yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan mahasiswa atau konsumen
yang sudah diberikan. Cara yang dilakukan dalam melakukan pengukuran yaitu
adalah dengan cara menggunakan Metode Six Sigma.Seperti yang sudah kita
ketahui Metode SixSigmasendiri bertujuan untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam proses.Dalam tingkatan
Six Sigma kita dapat mengetahui kualitas kinerja atau pelayanan yang telah
diberikan dosen kepada mahasiswa salah satunya dapat menggunakan metode
Define, Measure, Analyze, Improvement, Control(DMAIC) dari Six Sigma
sebagai Problem Solving dalam melakukan perbaikan secara terus menerus dan
terus meningkatkan level sigma. Maka dengan alasan ini saya tertarik untuk
mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul :“Penerapan Metode
Six SigmaDalam Menganalisis Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses
Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ”.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Strategi apakah yang dilakukan dosen dalam memberikan kepuasan kinerja
kepada mahasiswanya?
2. Permasalahan apakah yang sering terjadi antara dosen dengan mahasiswa?
-
4
3. Bagaimana kinerja yang diberikan dosen pada saat proses perkuliahan
berlangsung?
4. Apakah adanya respon yang baik pada saat mahasiswa mengalami masalah
dalam perkuliahan?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan pembahasannya tidak semakin
meluas mengingat keterbatasan penulis mengenai hal materi, waktu, dana, dan
tenaga maka penulis melakukan pembatasan masalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk meneliti kinerja dosen di Jurusan
Teknik Mesin Gedung B.
2. Penelitian ini tidak memilih satu dosen melainkan semua dosen di Jurusan
Teknik Mesin Gedung B.
3. Hasil data yang didapat dari jawaban kuesioner hanya diisi oleh
mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin Gedung B angkatan 2011 sampai
2014.
4. Tahapan pada Metode Six Sigma ini hanya pada tahap Improve tidak ke
tahap selanjutnya yaitu tahap Control.
-
5
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:“Apakah penerapan Metode Six Sigmadapat
meningkatkan kinerjapelayanan dosen dalam Proses Belajar Mengajardi
Jurusan Teknik Mesin UNJ?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah-masalah yang sudah dirumuskan
sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengukurtingkat level sigmaterhadap kinerja pelayanan yang diberikan
dosen.
2. Memberikan usulan perbaikan kinerjaatau pelayanan dalam upaya
meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen (peningkatan level
sigma).
-
6
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB ini akan disajikan penjelasan dan pembahasan tentang masalah-
masalah yang ada didalam penelitian yang sedang dibahas atau dilakukan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada BAB ini akan disajikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang dibahas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada BAB ini akan disajikan secara sederhana langkah-langkah penelitian
yang akan dilakukan agar penelitian lebih terarah dan berjalan dengan baik.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini akan disajikan data yang sudah diolah, dianalisis atau informasi
hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Pada BAB ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah
dilakukan.
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Landasan Teori
2.1.1. PengertianPendidikan
Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh
berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap
kehidupan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik.Bagi masyarakat yang
kurang maju atau tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan
dibidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai
aspek kehidupan lainnya. Pembangunan pendidikan digunakan sebagai
wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi
kehidupan sistem sosial yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi
lebih baik.1 Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial
dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.2
Mendidik atau mengajar merupakan perbuatan teramat penting
dan bermartabat tinggi untuk membawa anak manusia pada tingkat
1Iskandar Agung, Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (ESD) Di Sekolah
(Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012), hal 37
2Uyoh Sadulloh, PengantarFilsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hal 55
-
8
manusiawi dan peradaban; khususnya pada zaman modern dengan segala
kompleksitasnya.Tanpa pendidikan anak tidak dapat mencapai martabat
kemanusiaan, tidak bisa menjadi pribadi utuh; juga tidak bisa menjadi
insan sosial dan abdi Tuhan Yang Maha Esa yang saleh.Sebab anak
manusia itu dilahirkan dalam keadaan serba kurang lengkap, dengan naluri
dan fungsi-fungsi jasmani-rokhani yang belum berkembang.
A. Macam-Macam Definisi
Di dalam membicarakan pengantar pendidikan yang bersifat
umum ini, langkah pertama yang harus kita perhatikan ialah
memperjelas pengertian tentang istilah pendidikan.
Masalah definisi yang jelas dari suatu terminologi ini merupakan
Conditio Sine Quanon agar suatu pembahasan atau uraian menjadi
jelas dan sistematis. Jadi definisi ini merupakan langkah pertama dari
cara berpikir yang gamblang; Definition Is The First Step Of Chear
Thingking. Tanpa definisi yang jelas suatu pembicaraan akan menjadi
simpang siur dan tidak tentu ujung pangkalnya, untuk mendapatkan
pengertian yang jelas tentang pengertian pendidikan, akan
dikemukakan beberapa pendapat sebagai berikut:
1). Prof. Drs. S. Brodjonegoro 1dalam usaha menerangkan
pengertian pendidikan, mengadakan analisa terhadap istilah-
istilah yang mengandung arti mendidik:
-
9
a. Pedagogik atau teori pendidikan berasal dari perkataan Pais
yang berarti anak dan Agogos yang berarti penuntun. Pada
Jaman Yunani Kuno, seorang yang pergi kesekolah diantar
oleh seorang yang disebut Gogos. Ia mengantar si anak,
membawakan alat-alatnya dan setelah sekolah ditutup, gogos
membawa anak pulang kerumah. Dalam lingkungan keluarga
gogos diberi tugas pula mengamat-amati si anak. Maka oleh
karena itu pedagogik berarti: Ilmu menuntun anak.
b. Opvoeding (bahasa Belanda) pada permulaannya berarti
“Membesarkan” dengan makanan, jadi membesarkan anak
dalam arti jasmaniah. Akan tetapi lambat laun “Tindakan
Membesarkan” ini dikenakan juga pada pertumbuhan rokhani
anak, jadi pertumbuhan pikiran, perasaan dan kemauan anak
dan pula pertumbuhan wataknya.Dalam arti yang luas,
Opvoeding berarti tindakan untuk membesankan anak dalam
arti Geestelyk (kebatinan, Jawa).
c. Panggualwentah (bahasa Jawa) berarti mengolah, jadi
mengobah kejiwaannya ialah mematangkan perasaanpikiran
kemauan dan watak sang anak (mengenai pemberian
pengetahuan dipergunakan istilah Onderwijs ataupengajaran).
d. Dalam bahasa Romawi (termasuk bahasa Inggris) adaistilah
“Educare” mengeluarkan dan menuntun.Istilah ini
-
10
menunjukkan tindakan untuk merealisasikan“Innerijk
Aanleg” atau potensi anak, yang dibawa waktudilahirkan di
dunia. Jadi educareberarti ”membangunkan”kekuatan
terpendam atau mengaktiveer kekuatan potensiil yang
dimiliki anak.
e. Erzichung (perkataan Jerman) hampir sama artinya dengan
educare, jadi mengeluarkan dan menuntun.Setelah
menjelaskan kelima istilah tersebut diatas selanjutnya S.
Brodjonegoro merumuskan pengertian pendidikan sebagai
berikut: ”Pendidikan/mendidik adalah tuntunan kepada
manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat
memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat:
Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan mulai lahir
sampai tercapainyakedewasaan, dalam arti jasmaniah dan Fokhaniah.
2). Ki Hadjar Dewantoro mengemukakan pengertian pendidikan
sebagai berikut:”Menurut pengertian umum, berdasarkan apa
yang kita saksikan dalam semua macam pendidikan, maka
teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya
pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agarmereka sebagai manusia dan sebagai
-
11
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Didalam tulisan lainKi Hadjar Dewantoro merumuskan
pengertian pendidikan yang walaupun redaksinya agak berbeda tapi
mempunyai hakekat yang sama dengan pengertian tersebut di atas,
yaitu “pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan
budi pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-
anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan
alamnya dan masyarakatnya.
3). Drs. D. Marimba seorang penulis filsafat pendidikan Islam,
menjelaskan pengertian sebagai berikut:“Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rokhani si pendidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama”.
Jadi dalam pendidikan terdapat unsur-unsur:
a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau
pertolongan) dan dilakukan secara sadar.
b. Ada pendidik atau bimbingan atau penolong.
c. Ada yang dididik atau si terdidik.
d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.
e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
-
12
4). Berdasarkan pendapat M. J. Langeveld, Prof. Idrak Jassin M.A.
mengemukakan:“Mendidik adalah memberi pertolongan secara
sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa)
dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti
dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala
tindakannya menurut pilihannya sendiri”.
5). Selanjutnya seorang ahli filsafat pendidikan yang bernama F.H.
Phenix berpendapat:”Education Is The Process Wherby Persons
Intentionally Guide The Development Of Persons” dari definisi ini
dikemukakan unsur sebagai berikut;“A Human Interprise; A
Process; Development; By Persons; Intentional”.
6). Menulis filsafat pendidikan yang lain yang bernama Kil. Patrick
mengemukakan bahwa :”By Education We Mean The Comulative
Effect Of All The Successine Learning Experiences One
Undergoes".
7). John Deway seorang ahli pendidik bangsa Amerika
mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :"Etymologically, The
Word Education Means Just A Process Of Leading Or Bringing
Up. When We Have The Outcome Of The Process In Mind, We
Speak Of Education As Shaping, Forming, Molding Activity That
A Shaping Into The Standard Form Of Social Activity”.
-
13
8). Crow and Crow di dalam bukunya “Introduction To Education”
mengemukakan sebagai berikut :”The Term Education May He
Interpreted To Connote The Process Through Which Experience
Or Informatie Is Gained, Or It May Be Used To Indicate The
Result Of Such Training Or The Product Of The Learning
Process. Using Either Connotation Of The Term, Education
Implies Experiences, Insight And Adjusment On The Part Of The
Learher As He Is Stimulated Toward Growth And Development”.
9). Dari Dictionary Of Education, tertulis bahwa:”Education Is The
Social Process By Which People Are Subjected To The Influence
Of A Selected And Countrolled Environment (Especially That Of
The Scholl) So That TheyMay Obtain Social Conpetences And
Development”.3
Dari pendapat-pendapat ahliyang telah disampaikan diatas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses bimbingan
dalam mencerdaskan bangsa.
2.1.2. Tujuan Pendidikan
Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka masalah
pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan.
3 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 1
-
14
1. Pengertian Tujuan Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan Sebagai Arah Pendidikan
Tujuan itu menenjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan
arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi
sekarang kesituasi berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah
ini, tidak ditekankan pada masalah kejurusan mana garis yang telah
memberi arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan pada soal garis
manakah yang harus kita ambil dalam melaksanakan usaha
tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan
“sekarang” dan “disini” misalnya guru yang bertujuan membentuk
anak didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari
usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat
mengembangkan kecerdasan.
b. Tujuan Sebagai Titik Akhir
Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik
tolaknya, juga dapat dipandang dari segi titik akhir yang akan
dicapainya, disini perhatian pada hal yang akan dicapai atau dituju
yang terletak pada jangkauan masa datang, dan bukan pada situasi
sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam situasi tadi.
Misalnya seorang Pendidik yang bertujuan agar anak
didiknya menjadi manusia susila, maka tekanannyadi sini ialah
-
15
gambaran tentang pribadi susila yang menjadi idam-idamannya
tadi.
c. Hubungan Antara Dasar Dan Tujuan Pendidikan
Untuk lebih memahami tujuan pcndidikan akan ditinjau
hubungan antara dasar dan tujuan pendidikan. Jika tujuan
merupakan titik akhir dari usaha makadasar ini merupakan titik
tolaknya dalam arti bahwadasar tadi merupakan fondamen yang
menjadi alas permulaan setiap usaha.Sehingga antara dasar dan
tujuan terbentanglah garis yang menunjukkan arah bergeraknya
usaha tersebut, serta dasar dan tujuanpendidikan merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan.Misalnya dasar dan tujuan
pendidikan kita dasarnya ialah Pancasila dan tujuannya ialah
terbentuknya manusia Pancasilais sejati.Jadi dasar pendidikan kita
bertitik tolak pada pandangan hidup kita yaitu Pancasila dan
bertitik akhir pada tujuan yaitu terbentuknya pribadi Pancasilais
sejati. Antara dasar dan tujuan tersebut terbentanglah garis yang
menunjukan usaha-usaha dalam pendidikan kita, misal: usaha
menyusun kurikulum yang baik, memilih metode yang tepat,
mendirikan persekolahan atau lembaga pendidikan yang dapat
memenuhi kebutuhan, membentuk kader-kader pendidik yang baik
dan lain-lain.
-
16
2. Dasar/Tujuan Psikologis, Sosial Dan Filosofis Dari Pendidikan
Dalam memahami dasar dan tujuan pendidikan, kita dapat
memandang dari segi psychologis yaitu berdasarkan pada keadaan atau
sifat-sifat kejiwaan individu, dalam hal ini padagogik mendapat banyak
membantu psikologis, juga kita dapat memandang dari segi sosial yaitu
berdasarkan keadaan masyarakat, disini sosiologi banyak membantu
paedagogiek, sedangkan tujuan yang berdasarkan hakekat segala
menghasilkan dasar dan tujuan pendidikan yang bersifat filosofis, disini
filsafat memberikan sumbangan besar kepada paedagogiek.
a. Dasar/Tujuan Sosial
Semua usaha pendidikan harus didasarkan pada kenyataan
yang terdapat di dalam masyarakat (realitet sosial) dan bertujuan
untuk mewujudkan realitet tadi.Misalnya didalam masyarakat yang
sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realitet
sosial ini haruskita jadikan dasar pendidikan, sedangkantujuan
pendidikan ialah pembentukan kader-kader pembangun.Demikian
pula dalam masyarakat pertanian, peternakan, perindustrian dan
lain-lain.
b. Dasar/Tujuan Psikologis
Pendidikan harus berdasarkan pada kenyataan yang
terdapat pada individu, meskipun dasar sosial menuntutagar
pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini
-
17
tidak berrarti bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau
mengorbankan sifat-sifat individual ini.Beberapa contoh tentang
sifat-sifat individual yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan
titik tolak dalam usaha.4
2.1.3. Manajemen Pendidikan
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan
dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.Sehingga
diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan
pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Tabel2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli:
PAKAR PENGERTIAN
Tony Bush (1986-2003) Manajemen pendidikan adalah bidang studi dan
praktik terkait dengan operasi organisasi pendidikan.
Made Pidarta (1988;4) Aktivitas memadukan sumber pendidikan agar
terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya.
H.A.R Tilaar (2006) Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang
mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana
pendidikan serta kegiatan implementasinya.
Hasbullah (2006) Manajemen pendidikan adalah merupakan suatu
proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan
pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan
pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk
mencapai tujuannya, oleh karena itu manajemen
pendidikan juga merupakan usaha untuk melakukan
pengelolaan sistem pendidikan.
4 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 41
-
18
Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan
Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan
sebagai berikut:
1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan
mekanisme kerja.
2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya dengan
sifat-sifat dan kemampuannya.
4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.
5. Relativitas nilai-nilai.5
2.1.4. Proses Belajar Mengajar
1. Proses Belajar Mengajar
Walaupun masalah belajar-mengajar itu sudah ada sejak
manusia lahir di dunia ini, tetapi selalu saja menarik untuk
dipersoalkan. Sebab proses belajar-mengajar itu berkembang terus,
seperti juga masyarakat berkembang pula. Maka wajarlah bila setiap
saat, ada peninjauan untuk membahas bagaimana perkembangan
proses belajar-mengajar itu. Dengan mengetahui perkembangan proses
belajar-mengajar itu para Guru dan Dosen akan beruntung karena
dapat ikut menerapkan kepada murid maupun mahasiswa. Dan
5Muhamad Rohman, Sofan Amri, Manajemen Pendidikan: Analisis dan Solusi Terhadap Kinerja
Manajemen Kelas Strategi PengajaranYang Efektif (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), hal 4
-
19
memang dengan perkembangan tekbologi modern, semua bisa
berubah, termasuk proses belajar-mengajar. Tetapi teknologi modern
itu dapat membantu para Pengajar melaksanakan tugasnya.
Namun bagaimanapun pesatnya sarana pengajaran, para Guru
dan Dosen masih diperlukan juga. Mereka harus selalu “siap” karena
apapun yang terjadi dalam masalah pengajaran, kembalinya kepada
para Pengajar juga. Dan selama masih ada proses belajar-mengajar,
yang berarti masih ada Pelajar dan Pengajar, peranan sang Pengajar itu
masih tetap penting pula.6
2. Frofil Seorang Pengajar
Guru adalah pendidik porfesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, kimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab
6A. Ahmadi, Pendidikan Dari Masa Ke Masa (Bandung: Armico, 1987), hal 107
-
20
atas pelaksanaan tugas profesionalan; (6) memperoleh penghasilan
yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam tugas keprofesionalan; (9) memiliki organisasi profesi yang
mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
keprofesionalan guru.7
Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai wewenang
mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar.Sebagai
tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan profesional
dalam bidang pembelajaran.8
Dari berbagai literatur disebutkan bahwa profil pengajar dituntut
untuk berperan “serba bisa”, antara lain meliputi peran:
a. Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar)
yang diberikan kepada siswanya.
b. Mempunyai keahlian dalam memberikan pengajaran.
c. Mampu memberikan motivasi kepada siswa.
7Suyanto, Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualitas Guru Di Era
Global (Jakarta: Esensi, 2013), hal 54
8Ibid., hal 1
-
21
d. Mampu bertindak sebagai manajer dikelas(kadang-kadang juga di
kantor dimana ia bekerja).
e. Mampu bertindak sebagai pemimpin.
f. Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan,
g. Mempunyai keahlian sebagai “ahli lingkungan” dalam arti bahwa
bila di lingkungan dimana pengajar tersebut bekerja dirasakan
terjadi situasi yang kurang menyenangkan atau bila dikelas
dimana ia mengajar terjadi situasi yang kurang mendukung proses
belajar mengajar, makapengajar harus pulamampu mengubahnya;
h. Mampu sebagai figur yang berwatak ing-ngarso-sung-tulodo, ing-
madyo-mbangun karso Ian tut-wuri-handayani (didepan pengajar
mampu berperan sebagai figur teladan atau panutan, di tengah ia
dituntut untuk mampu sebagai penggerak inisiatif dan di belakang
ia harus mampu melaksanakan dengan baik),
i. Mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol dalam arti
bahwa siswa tetap aktifmengikuti pengajaran dengan baik
(misalnya siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh, atau
menganggu siswa yang sedang belajar).
j. Mampu membuat atau memeberikan humor agar siswa yang
belajar tidak merasa bosan mengikuti pengajaran, disamping juga
dimaksudkan agar topik bahan ajar yang diberikan dapat diterima
dengan baik. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana
-
22
“hangat” atau “akrab” dan mampu mendorong siswa untuk
melakukan motivasi agar siswa senang dan dapat menyerap bahan
ajar dengan baik.
k. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa atau dari taman
sejawatnya dengan maksud agar proses belajar mengajar dapat
terus ditingkatkan secara keseluruhan.
l. Mau menerapkan hasil-hasil penelitiannya didalam bahan ajar
yang diberikan, dimaksudkan agar kualitas bahan ajar terus
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
m. Mampu melaksanakanInstructional Design (ID) terbaru (atau
paling tidak ID yang dipakai sekarang adalah lebih baik dari ID
yang ia gunakan sebelumnya). Dengan memlihara atau
menggunakan ID yang terus diperbaiki (up-to-date), maka proses
belajar mengajar akan menjadi Iebih baik lagi.
Sebagai bahan perbandingan dapat dituliskan disini berbagai
pandangan dari ahli-ahli pendidikan tentang profil seorang pengajar.
Hamachek dalam bukunya Characteristics Of Good Teachers And
Implications ForTeacher Educators (I969), memberikan karakteristik
profil seorang pengajar yang baik, yaitu:
a. Dalam memberikan bahan ajar, ia harus dapat fleksibel, tidak
kaku pada bahan ajar yang ia berikan. Misalnya ada contoh
-
23
tambahan, membandingkan dengan pendapat ahli yang lain
diberikan dengan menggunakan model intruksi bervariasi.
b. Dapat menerima pendapat atau usul siswa yang belajar, apakah
itu pendapat yang bemar atau yang salah.
c. Mampu menunjukan kepribadian yang baik (tidak acak-acakan).
d. Bersedia melakukan penelitian tentang ilmu pengetahuan yang
diajarkan, kemudian hasil penelitian dipakai sebagai bagiandari
bahan ajar. Dengan cara seperti ini, maka isi bahan ajar selalu
baru (up-to-date);
e. Mempunyai keterampilan atau cara yang spesifik dalam membuat
pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mendorong motivasi siswa.
Bila motivasi ini terjadi, maka penyampaian bahan ajar menjadi
menarik dan siswa menjadi lebih berpartisipasidalam mengikuti
pengajaran,
f. Menguasai ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan
Pengajar harus siap dengan bahan ajar yang diberikan, diatur
sistematis sesuai dengan satuan acara pengajaran atau
perkuliahanyang telah ditetapkan,
g. Menyiapkan bahan evaluasi (bahan ujian) secara jelas dan
menerangkan kriteria yang dipakai di dalam melakukan evaluasi,
-
24
h. Meluangkan waktu untuk membantu siswa yang belajar, bilayang
bersangkutan mendapatkan kesulitan d1 dalam memahamiisi
bahan ajar yang diberikan,
i. Mempunyai sikap yang menarik dan ramah. Misalnya tersenyum
(dan bukan cepat marah), memberikan komentar yang baik,
membuat gerakan-gerakan cara mengajar yang fleksibel(tidak
duduk saja), dan sebagainya,
j. Menggunakan cara tanya-jawab.
Dalam pada itu Hildebrand dan Wilson (1973) melakukan
penelitian dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada
mahasiswa untuk rnengidentifikasi pengajar yang “baik” dan yang
“tidak baik” menurut pendapat mahasiswa. Banyak sekali kriteria
yang diusulkan oleh mahasiswa, namun 75% terbanyak dari pendapat
mahasiswa (misalnya, kriteria pengajar yang baik) adalah sebagai
berikut:
a. Bila ia memberikan bahan ajar, maka pendapatnya perlu
dibandingkan dengan pendapat ahli yang lain, yang maksudnya
untuk memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswanya.
b. Bahan ajar yang diberikan disertai dengan memberikan contoh-
contoh yang konkret yang didasarkan pada hasil penelitian-
penelitian terbaru.
c. Mempunyai cara penyampaian bahan ajar yang baik
-
25
d. Mampu menerangkan persoalan dengan jelas; sehingga
penyelesaian terhadap persoalan (problem dari isi bahan ajar)
tidak kabur dan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa.
e. Mampu menyampaikan topik yang sulit tetapi mudah dimengerti
oleh siswa,
f. Menyenangi pekerjaannya, sehingga ia merasa “kerasan” atau
“betah” (senang) dalam melakukan pekerjaannya. Dengan
menyenangi pekerjaannya sebagai pengajar, maka ia tidak merasa
ada beban dalam melakukan perkerjaan tersebut;
g. Mempunyai sifat yang dinamis dan intusiatik. Dikatakan
“dinamis” kalau ia mampu mendorong siswa menyenangi bahan
ajar siswa menyenangi bahan ajar yang ia berikan, dan dikatakan
intusiasti dalam artian bahwa ia harus menyenangi pekerjaannya,
dapat mendorong siswa untuk tidak cepat bosan, dan mampu
memberikan motivasi,
h. Dapat memberikan bahan ajar dengan cara yang mudah diterima
oleh sebagian besar siswa,
i. Mengundang siswa untuk bertanya dari bahan ajar yang diberikan
dan sekaligus menjawabnya secara jelas serta dapat dimengerti
oleh siswa,
j. Cepat mengetahui apakah siswanya menyenangi bahan ajar yang
diberikan. Bila ia mengetahui bahwa siswa tidak atau kurang
-
26
tertarik mengikuti pelajaran, maka ia harus cepat mengubah
strategi mengajar, agar siswa menyenangi mengikuti pengajaran
dengan baik,
k. Ia (pengajar) harus mengetahui kemajuan dari bahan ajar yang
diberikan. Jangan sampai ia bertanya kepada siswanya,“Kuliah
yang lalu sampai apa?” atau “Kita sekarang harus membicarakan
apa?”. “Sekarang sudah kuliah yang keberapa?” dan pertanyaan
sejenisnya yang memberikan kesan kalau pengajar tidak
mengetahui secara persis kemajuan pengajaran yang ia lakukan.
l. Selipkan humor di dalam memberikan bahan ajar, agar siswa
tidak merasa cepat bosan.
Apa yang didefinisikan oleh Hamachek(1969), Hildebrand dan
Wilson (1973), tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda dengan
kejadian sehari-hari yang sering ditemui di dalam praktek.Masalahnya
hanya terletak pada kemauan dan kemampuan seseorang pengajar
untuk memperbaiki cara pengajaran yang dilakukannya. Dalam pada
itu,Shackelford dan Henak (1990), dalam bukunya “Readings To Help
You Enhance Student Learning”, memberikan 10 kriteria dalam
upayanya mendefinisikan ciri-ciri mengajar yang efektif, yaitu:
a. Mempunyai intusiastik (enthusiasm),
b. Mempunyai keterampilan berkomunikasi,
-
27
c. Dapat menjelaskan persoalan atau topik secara jelas dan tidak
berbelit-belit,
d. Menguasai bahan ajar yang diberikan kepada siswanya,
e. Mampu membuat suasana menjadi hidup dalam arti siswa tertarik
dan berpikir serius tentang topik yang diberikan,
f. Fleksibel dalam arti tidak kaku. Misalnya bila ada siswa yang
bertanya pada topik yang tidak relevan dari topik yang dibahas,
pengajar masih memberikan respon, walaupun secara singkat saja,
g. Memberikan bahan ajar terorganisasi secara rapi sesuai dengan
silabus dan satuan acara pengajaran yang telah ditetapkan,
h. Adil dalam memberikan nilai, dalam arti bahwa cara evaluasi
yang dipakai, diinformasikan kepada siswa terlebih dahulu, begitu
pula persyaratan lain dalam mengikuti pelajaran perlu dijelaskan
sebelumnya agar siswa mengetahui secara pasti bagaimana cara
evaluasi yang dilakukan oleh dosen (pengajar),
i. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa, dalam arti
bahwa umpan balik tersebut dapat dipakai untuk memperbaiki
cara pengajaran atau dipakai untuk memperbaiki isi bahan ajar
atau juga dapat dipakai untuk perbaikan proses belajar mengajar
secara keseluruhan,
-
28
j. Akrab dengan situasi di kelas, agar siswa tidak merasa segan,
takut, bosan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.9
2.1.5. Kepuasan Pelanggan
Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak.
Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun
kompleks dan rumit.Dalam hal ini peranan setiap individu
dalamserviceencounter sangatlah penting dan berpengaruh terhadap
kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan
pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahami pula sebab-sebab
kepuasan.Pelanggan tidak cuma lebih banyak kecewa pada jasa daripada
barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh.Salah satu alasannya adalah
karena mereka juga ikut terlibat dalam proses penciptaan jasa. Bila saran
dari suatu perusahaan konsultan menyebabkan semakin buruknya kinerja
perusahaan kliennya, tidak bisa kita langsung meletakkan segala kesalahan
pada pihak konsultan. Mungkin saja itu dikarenakan kliennya tidak
menyampaikan atau memberitahukan dengan jelas dan lengkap segala
aspek perusahaannya yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan
dan hasil pencapaian.
Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan
pelanggan. Day menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau
9Soekartawi, Meningkatkan Efektivitas Mengajar (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal 33
-
29
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma
kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Engel, et al. mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan evaluasi pumabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-
kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan pelanggan.10
2.1.6. Harapan Pelanggan
Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa
faktor, diantaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman
dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para
pesaing.Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan harapan seseorang
biasa-biasa saja atau sangat kompleks.
Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan
pelanggan.Diantara beberapa faktor penyebab tersebut ada yang bisa
dikendalikan oleh para penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa
bertanggung jawab untuk meminimumkanmiskomunikasi dan
misinterpretasi yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara
merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal ini
penyedia jasa harus mengambil inisiatif agar ia dapat memahami dengan
10
FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 146
-
30
jelas instruksi dari klien dan klien mengerti benar apa yang akan
diberikan.11
2.1.7. Fokus Proses dan Perbaikan
Proses adalah serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk
mencapai beberapa hasil. Proses merupakan hal yang paling dasar dari Six
Sigma, karena proses adalah cara bagaimana sebuah pekerjaan
menghasilkan nilai bagi pelanggan, maka dari itu dalam Six Sigma
kapabilitas proses sangat dijaga dalam suatu organisasi.
Perbaikan (Improvement) baik dalam arti perubahan secara
perlahan-lahan, dalam bentuk kecil dan bertahap, serta yang bersifat
terobosan, maupun perbaikan yang besar dan cepat. Perbaikan ini bisa
berupa bentuk-bentuk dibawah ini:
1. Meningkatkan nilai untuk pelanggan melalui produk dan jasa yang
baru dan lebih baik.
2. Mengurangi kesalahan, cacat, limbah, serta biaya-biaya lain yang
terkait.
3. Meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan semua jenis
sumberdaya.
4. Memperbaiki respon dan masa siklus kinerja proses seperti
menanggapi keluhan atau peluncuran produk baru.
11
FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 150
-
31
Maka dari itu, waktu respon, kualitas dan tujuan produktivitas
harus dipertimbangkan secara bersamaan. Fokus pada proses mendukung
upaya perbaikan secara terus menerus dengan cara memahami sinergi ini
dan mengenali sumber masalah yang sebenarnya. Perbaikan besaran
terhadap waktu respon memerlukan penyederhanaan proses kerja yang
signifikan dan sering kali mendorong perbaikan simultan dalam kualitas
produktivitas.12
2.1.8. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang
dihasilkan selama satu periode waktu.13
Pengertian Kinerja atau performance merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi
yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.Kinerja
dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan
oleh organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang
ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja
12
Amin Syukron, Muhammad Kholil, Six Sigma: Quality For Business Improvement (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013), hal 10
13Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 2
-
32
organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur
keberhasilannya.
Sebenarnya, karyawan bisa saja mengetahui seberapa besar
kinerja mereka melalui penilaian informal, seperti komentar atau penilaian
yang baik atau buruk dari atasan, mitra kerja, bahkan bawahan, tetapi
seharusnya penilaian kinerja juga harus diukur melalui penilaian formal
dan terstruktur (terukur). Namun, apabila penilaian kinerja tersebut
mengacu pada pengukuran formal yang berkelanjutan, maka penilaian
justru lebih lengkap dan detail karena sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, standar kerja, perilaku, dan hasil kerja bahkan termasuk tingkat
absensi karyawan yang dapat dinilai.
Pada awalnya, penggunaan penilaian kinerja telah dikenal dan
mulai dikembangkan sejak 40 tahun terakhir ini.Secara formal, praktek
penilaian kinerja telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada awal abad
ke-3 masehi, ahli filsafat dari Cina yang bernama Sin Yu, ia mengkritik
dan menilai yang disampaikan kepada dinasti Wei, mengatakan bahwa
penilaian kerajaan dari Nine Grades jarang menilai orang (anggota
kerajaan) berdasarkan dari biasanya, tetapi selalu menilai berdasarkan rasa
suka dan tidak suka kepada raja saja. Oleh karenanya, sampai sekarang
penilaian kinerja bagi yang dinilai atau karyawan selalu beropini pro dan
kontra untuk yang mendapatkan penilaian buruk atau tidak baik.Pada awal
tahun 1950-an, penilaian kinerja praktis secara perlahan hanya dapat
-
33
diterapkan dan diterima pada sejumlah organisasi.Sebelumnya, penilaian
kinerja hanya digunakan sebagai basis dan acuan pembuatan keputusan
bidang administrasi saja semata-mata seperti promosi, kenaikan gaji,
hukuman (punisment). Kemudian, makin lama terus berkembang mulai
dekade tahun 1960-an sampai dengan 1970-an, penilaian kinerja sudah
mulai banyak diterima dan digunakan sebagai pengembangan sumber daya
manusia yang di banyak organisasi dan perusahaan modern.
Arti kinerja berasal dari kata job performance dan disebut juga
action performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
telah dicapai oleh seseorang karyawan. Banyak sekali definisi atau
pengertian dari kinerja yang dikatakan oleh para ahli, namun semuanya
mempunyai beberapa kesamaan arti dan makna dari kinerja tersebut.
Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement)mempunyai
pengertian suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap
tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan organisasi. Menurut Oxford Dictionary, kinerja
(performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau
melakukan fungsi organisasi. Sebenarnya kinerja merupakan suatu
konstruk, dimana banyak para ahli yang masih memiliki sudut pandang
yang berbeda dalam mendefinisikan kinerja tersebut. Seperti yang
dikatakan oleh Robbins, mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi
interaksi antara kemampuan atau ability (A)motivasi danmotivation(M)
-
34
kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O), artinya
kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Sedangkan kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary
berasal dari kata... “to perform”dengan beberapa entries yaitu:(1)
melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry of a execute), (2)
memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to
dischange of fulfil as vow),(3) melaksanakan atau meyempurnakan
tanggung jawab (to execute or complate an understaking), (4) melakukan
sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is
exspected of a person machine).
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri,
melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan
tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh
keterampilan,kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya,
menurut model patnerlawyer kinerja individu pada dasarnya dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Harapan mengenai imbalan
2. Dorongan
3. Kemampuan
4. Kebutuhan
5. Persepsi terhadap tugas
-
35
6. Imbalan internal
7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas,maka
kesimpulan pengertian atau definisi kinerja atau performancedapat
disimpulkan sebagai berikut: hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara
kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan kewenangan dan tugas
tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa
aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja sebagai
berikut:
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan
menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai
dengan tujuan, visi dan misinya.
2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada
penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja
mengacu pada pengukuran kinerja langsung yang berbentuk
keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja
kunci (key performance indicator).
-
36
3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis
hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan
membandingkan tingkat pencapaian tujuan, dan sasaran organisasi.
4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan
pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau
hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut
dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.14
2.1.9. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja pada dasarnya telah diterapkan di hampir
seluruh perusahaan di dunia.Namun demikian, pengukuran kinerja tersebut
sering kali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan
untuk menindaklanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Hasil dari
pengukuran kinerja pada hakikatnya hanya memberikan pandangan bahwa
terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saai ini dengan target yang
diharapkan. Tetapi tidak memberikan arahan mengapa perbadaan itu
terjadi dari, lebih jauh lagi, tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan
tersebut.15
Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat di deviasi dari rencana yang
14
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 95
15Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja: Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya
Saing Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 192
-
37
telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu
yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan
yang diharapkan.
Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan
untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran
kinerja.Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang
nyata dan terukur. Apabila kinerja tidak dapat diukur, tidak dapat dikelola.
Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu diketahui seperti apa kinerja saat
ini. Apabila deviasi kinerja dapat diukur, dapat diperbaiki.
Pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang
penting dan relevan.Untuk itu, perlu jelas tentang apa yang dikatakan
penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa yang harus
digunakan . Hal-hal yang diukur tergantung pada apa yang dianggap
penting oleh stakeholder dan pelanggan.Pengukuran mengatur keterkaitan
antara strategi berorientasi pelanggan dan tujuan dengan tindakan.
Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:
1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah
terpenuhi;
2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan
3. Mengusahakan jarak bagi orang yang memonitor kinerja;
-
38
4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang
perlu prioritas perhatian;
5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas;
6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya
7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.
Oleh karena itu, orang yang melakukan pengukuran kinerja
perlu memenuhi persyaratan diantaranya: (1) dalam posisi mengamati
perilaku dan kinerja yang menjadi kepentingan individu;(2) mampu
memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja; (3) mempunyai
pemahaman tentang format suara skala dan instrumennya;(4) untuk
melakukan pekerjaan rating secara sadar.16
a. Dasar ukuran kinerja
Ukuran kinerja pada saat yang sama dapat pula merupakan
sasaran organisasi. Ukuran ini memberikan pengukuran yang jujur
tentang progres atau prestasi individu dan tim.Ukuran kinerja akan
memberikan dasar untuk umpan balik yang terbaik.
Thor mengemukakan adanya tiga dasar pengembangan ukuran
kinerja sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas organisasi, yaitu
sebagai berikut:
16
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 229
-
39
1. Apa yang diukur semata-mata ditentukan oleh apa yang
dipertimbangkan penting oleh pelanggan.
2. Kebutuhan pelanggan diterjemahkan menjadi prioritas strategis
dan rencana strategis mengindikasikan apa yang harus diukur.
3. Memberikan perbaikan kepada tim dengan mengukur hasil dari
prioritas strategis, mengukur kontribusi untuk perbaikan lebih
lanjut dengan mengusahakan motivasi tim, dan informasi tentang
apa yang berjalan dan tidak berjalan.
Dengan demikian, tujuan ukuran kinerja adalah untuk
memberikan bukti apakah hasil yang diinginkan telah dicapai atau
belum dan apakah muatan yang terdapat bekerja memproduksi hasil
tersebut. Namun, fokus dan isi ukuran kinerja bervariasi diantaranya
sebagai pekerjaan.17
2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja
Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh
langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.
Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:
a. Mengidentifikasikan masalah melalui data dan informasi yang
dikumpulkan terus menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.
17
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 232
-
40
b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan.
c. Memperhatikan masalah yang ada.
2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa
informasi, antara lain:
a. Mengidentifikasikan masalah setepat mungkin.
b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan
mempertimbangkan:Harga yang harus dibayar bila tidak ada
kegiatan dan Harga yang dibayar bila ada campur tangan dan
penghematan yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan
kinerja.
3. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab
kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang
berhubungan dengan pegawai itu sendiri.
4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab
kekurangan tersebut.
5. Melakukan rencana tindakan tersebut.
6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau
belum.
7. Mulai dari awal, apabila perlu.18
18
A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM (Bandung: Refika Aditama, 2012),
hal 22
-
41
2.1.11. MetodeSix Sigma
Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian
atau peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru
dalam bidang kualitas.Six Sigma merupakan sistema manajemen mutu
yang selalu berorientasi pada costumer satisfaction dengan suatu
pengukuran target Sigma Quality Level.
Six Sigma merupakan sebush sistem yang komprehensif dan
flekdibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses
bisnis.Six Sigma dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan
analisis statistik dan perhatian yang cermat untuk mengelola,
memperbaiki, dan menanmkan kembali proses bisnis.
Six Sigma yang berarti enam sigma, dimana sigma itu sendiri
memiliki pengertian distribusi penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean)
suatu proses. Tentu saja dalam hal ini, Six Sigma mempunyai tujuan
untuk memperkecil variasi sehingga akan diperoleh tingkat kualitas yang
lebih baik yaitu mendekati ke arah sempurna (zero defect) atau
memperoleh semua output dalam spesifikasi pelanggan. Upaya
mengurangi variasi secara terus-menerus merupakan hal yang sangat
-
42
penting mengingat pelanggan akan melihat/merasakan produk pada
tingkat variasi produk, bukan rata-rata produk.19
Untuk mengetahui nilai sigma dapat diketahui melalui tabel dibawah ini:
Tabel 2.2Konversi Sigma Yang Disederhanakan.20
Hasil DPMO Sigma
30,9% 690.000 1
69,2% 308.000 2
93,3% 66.800 3
99,4% 6.210 4
99,98% 320 5
99,9997% 3,4 6
a. Metodelogi DMAIC
Salah satu pelajaran pertama seorang analisis kualitas yang
menjalani pelatihan untuk meraih sabuk hijau adalah lima tahap
metodologi DMAIC.
1. Perumusan (define) Setelah sebuah proyek Six Sigma dipilih, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan masalah.
Aktivitas ini sangat berbeda dari pemilihan proyek.Pemilihan proyek
adalah aktivitas yang dilakukan untuk merespon gejala suatu
permasalahan yang kemudian membuahkan sebuah kesepakatan proyek
dimana otoritas dan tanggung jawab diberikan kepada tim SixSigma. 19
Haryo Santoso, “Meningkatkan Kualitas Layanan Industri Jasa Melalui Pendekatan Integrasi
Metoda Serqual-Six Sigma Atau Serqual-QFD”, Jurnal Undip Vol, 1, No. 1, Januari 2006, hal 94
20Petrus Wisnubroto, Theo Anggoro, “Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Dengan Metode Six
Sigma Pada Hotel Malioboro In Yogyakarta”, Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012, hal 119
-
43
Garis besar masalah biasanya dideskripsikan di dalam kesepakatan
proyek, tetapi seringkali tidak terlalu jelas. Untuk analisis lebih lanjut,
masalah tersebut harus dijelaskan dengan istilah operasional yang
sangat spesifik.Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memiliki
sejarah produksi motor listrik yang tidak memuaskan, sehingga
mengadakan proyekSix Sigma untuk memperbaiki keadaan motor.
Setelah mempelajari datagaransi dan perbaikan lapangan, diduga bahwa
sebagian besar masalah berasal dari ausnya sikat, dan lebih spesifik lagi
yaitu masalah pada kekerasan sikat. Dengan demikian, masalah ini bisa
didefinisikan sebagai “pengurangan variabilitas kekerasan.” Proses
penyempitan definisi masalah ini terkadang juga disebut penentuan
cakupan proyek(project scoping).
Pernyataan masalah yang baik juga harus mengidentifikasi
pelanggan dan CTQ yang memiliki pengaruh terbesar pada kinerja
produk atau jasa, menggambarkan tingkat kinerja saat itu atau sifat
kesalahan ataupun keluhan pelanggan, mengidentifikasi metrik kinerja
yang bersangkutan, menentukan tolok ukur standar kualitas terbaik,
menghitung implikasi biaya atau pendapatan proyek tersebut, serta
mengukur tingkat kinerja yang diharapkan dari usaha Six Sigma yang
berhasil.Fase perumusan juga harus menjawab isu-isu manajemen
proyek seperti apa saja yang harus dilakukan, oleh siapa, dan kapan.
-
44
2. Pengukuran(measure) Fase proses DMAIC ini berfokus pada
bagaimana cara mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ.
Ini membutuhkan pemahaman akan hubungan sebab akibat antara
kinerja proses dan nilai pelanggan.Metodologi Six Sigma menggunakan
istilah fungsi dalam ilmu matematika untuk menggambarkan hubungan
ini:
Y = f (X)
Di mana Y mewakili seperangkat variabel respon yang penting
atau CTQ dan Q mewakili seperangkat variabel input penting yang
memengaruhi Y.Misalnya, Y dapat mewakili waktu pengiriman tas dari
sebuah pesawat ke tempat penanganan bagasi serta jumlah tas yang
hilang. X juga bisa melibatkan jumlah petugas yang menangani bagasi,
jumlah truk lama, waktu pengiriman truk, keakuratan pemindahan kode
batang (bar code), dan lain-lain.Pendekatan ini membantu
mengkomunikasikan faktor-faktor yang terpenting yang dapat
dikendalikan atau diubah untuk memperbaiki CTQ. Pendekatan ini juga
membantu mendefinisikan eksperimen yang harus dilakukan untuk
memberikan kepastian bagaimana cara variabel input mempengaruhi
variabel respon.Pendekatan ini juga memberikan landasan bagi fase
pengendalian dengan cara menemukan faktor-faktor yang
membutuhkan pengawasan dan pengendalian.
-
45
Setelah hubungan sebab akibat ditemukan, prosedur untuk
menemukan bukti mengumpulkan data yang dapat diandalkan,
observasi, dan mendengarkan dengan baik harus dibuat dan
dilaksanakan.Data dari proses serta aktifitas yang sudah ada seringkali
menyediakan informasi yang penting,sama halnya dengan masukan dari
supervisor,pekerja, pelanggan, dan karyawan perbaikan lapangan.
Pengumpulan data tidak boleh dilakukan secara serampangan
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus di tanyakan antara lain:
a. Pertanyaanapa saja yang harus kita jawab?
b. Data jenis apa yang kita butuhkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut?
c. Dimana kita dapat menemukan data tersebut?
d. Tempat siapa yang dapat menyediakan data tersebut?
e. Bagaimana kita dapat mengumpulkan data dengan usaha yang
minimal dan sedikit kemungkinan melakukan kesalahan?
3. Analisis(analyze)Kekurangan utama yang ditemui pada kebanyakan
pendekatan pemecahan masalah adalah kurangnya penekanan pada
analisis yang tajam. Yang amat sering terjadi adalah kita melompat
langsung kepada suatu solusi tertentu tanpa sepenuhnya memahami
suatu masalah serta mengidentifikasi sumbernya, atau “akar
-
46
permasalahannya,” dari masalah.Fase Analisis dari DMAICberfokus
pada pertanyaan mengapa cacat,kesalahan, atau variasi yang berlebihan
terjadi.
Setelah variabel yang dicurigai terkumpul dan diukur, dilakukan
eksperimen untuk memverifikasi hubungan yang telah dihipotesiskan
sebelumnya, yaitu apakah faktor X benar-benar mempengaruhi
Y?.Eksperimen ini seringkali dilaksanakan dengan cara
memformulasikan beberapa hipotesis untuk menyelidiki data yang
dikumpulkan atau melakukan percobaan yang lain, sehingga dapat
disimpulkan secara beralasan serta dapat didukung secara statistik
sebagai akar dari permasalahan yang sebenarnya. Cara berpikir secara
statistik dan analisis memainkan peran yang amat penting yang pada
fase ini.Ini merupakan salah satu alasan mengapa statistik menjadi salah
satu bagian yang utama dari pelatihan dan Six Sigma (pada saat yang
bersamaan, tidak terlalu ditekankan pada kebanyakan kurikulum teknik
maupun bisnis).
4. Peningkatan (improve)Setelah akar permasalahan dapat dipahami,maka
analisis atau tim yang menangani harus mengumpulkan ide untuk
menghilangkan atau memecahkan masalah serta memperbaiki kinerja
pengukuran variabel X sehingga memperbaiki CTQ.Fase pengumpulan
ide ini merupakan aktivitas yang amat membutuhkan kreativitas, karena
kebanyakan solusi tidak secara gamblang dapat terlihat. Salah satu
-
47
kesulitan dari tugas ini adalah insting spontan untuk menilai idesebelum
sepenuhnya mengevaluasinya.Kebanyakan orang memiliki
kekhawatiran untuk mengajukan ide yang “bodoh” atau takut terlihat
bodoh. Padahal ide-ide yang pada awalnya tampak bodoh mungkin saja
menjadi awal solusi kreatif dan berguna. Orang-orang yang
bertanggung jawab memecahkan masalah harus belajar untuk tidak
cepat menilai dan mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan
ide sebanyak mungkin pada tahap proses ini,apakah ide tersebut dapat
segera diterapkan maupun tidak.
Setelah seperangkat ide diajukan, ide tersebut perlu dievaluasi
dan ide yang paling menjanjikan dipilih. Proses ini termasuk
menginformasikan bahwa solusi yang diajukan akansecara positif
mempengaruhi variabel proses utama dan CTQ, dan mengidentifikasi
maksimum kisaran variabel yang dapat diterima.
Penyelesaian masalah sering diikuti dengan perubahan teknis
atau organisasional. Sering kali beberapa model keputusan atau
penilaian digunakan untuk menilai solusi yang memungkinkan
dibandingkan kriteria yang penting seperti biaya, waktu, potensi
peningkatan kualitas, sumberdaya yang dibutuhkan, pengaruh pada
supervisor dan karyawan, hal yang merintangi implementasi seperti
keengganan untuk berubah atau budaya organisasional. Untuk
mengimplementasikan solusi secara efektif, tanggung jawab harus
-
48
diberikan pada orang 1atau kelompok yang akan mengikuti hal apa
yang harus dilakukan, di mana,kapan, dan bagaimana hal tersebut
dilakukan.
5. Pengendalian (control) Fase pengendalian berfokus pada bagaimana
menjaga perbaikan agar terus berlangsung, termasuk menempatkan
perangkat pada tempatnya untuk meyakinkan agar variabel utama tetap
berada dalam wilayah maksimal yang dapat diterima dalam proses yang
sedang dimodifikasi. Perbaikan ini bisa saja termasuk menentukan
standar prosedur baru, mengadakan pelatihan untuk karyawan, serta
mencanangkan sistem pengendalian untuk meyakinkan agar perbaikan
tidak lekang oleh waktu. Bentuk pengendalian bisa sederhana daftar
periksa (checklist) atau pemeriksaan berkala untuk meyakinkan bahwa
prosedur yang benar telah diikuti, atau penerapan diagram pengendalian
proses statistik untuk memonitor kinerja cara pengukuran yang
terpenting.21
b. Critical To Quality (CTQ)adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk
diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-
praktek yang berdampak langsugn pada kepuasan pelanggan.22
21
Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal 48
22Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 6
-
49
c. Defects Per Million Opportunities (DPMO) adalah ukuran kegagalan
dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukan
kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas Six
Sigma motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan
sebesar 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi,
tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produksi CTQ (critical-to-
quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO).
Misalnya, bila pencucian sebuah karpet rumah tangga yang berukuran
1500-square-foot dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 4-sigma
yang memiliki target 6.210 DPMO, maka akan terdapat sekitar 9,3 square
foot dari area karpet itu yang tidak tercuci bersih (6.210/1.000.000 x 1.500
= 9,3). Selanjutnya untuk karpet berukuran sama itu apabila pencuciannya
dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 6-sigma yang memiliki target
3,4 DPMO, maka hampir seluruh area karpet akan tercuci bersih, karena
kemungkinan kegagalan hanya: 3,4/1.000.000 x 1.500 = 0,005 square foot
yang tidak tercuci bersih ( hampir mustahil menemukan kegagalan dalam
proses pencucian karpet itu). Pemahaman terhadap DPMO ini sangat
penting dalam pengukuran keberhasilan aplikasi program peningkatan
kualitas Six Sigma.23
23
Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 7
-
50
d. Mengembangkan rencana pengumpulan data
Tahap berikut setelah penetapan atau pemilitan karakteristik
kualitas kunci dalam proyek Six Sigma adalah dalam menetapkan rencana
untuk pengumpulan data. Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas
dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: pada tingkat proses (process
level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome level).
1) Pengukuran pada tingkat proses adalah mengukur setiap langkah atau
aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan
oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan dan mempengaruhi
karakteristik kualitas output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran
pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur
setiap langkah dalam proses, dan menggunakan ukuran-ukuran ini
untuk mengendalikan dan meningkatkan proses operasional serta
memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu
diproduksi atau diserahkan kepada pelanggan. Beberapa contoh
pengukuran pada tingkat proses yang mendeskripsikan kualitas
adalah: lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya
panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konfirmasi
terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, cycle time, lama waktu
belajar mahasiswa untuk persiapan menghadapi suatu ujian, dan lain-
lain.
-
51
2) Pengukuran pada tingkat output adalah mengukur karakteristik
kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan
terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang diingkan pelanggan.
Beberapa contoh pengukuran pada tingkat output adalah banyaknya
unit produk yang ditetapkan (banyak produk cacat), diameter dari
produk yang dihasilkan, nilai mahasiswa ketika menempuh suatu
ujian, dan lain-lain.
3) Pengukuran pada tingkat outcome adalah mengukur bagaimana
baiknya suatu produk (barang dan jasa) itu memenuhi kebutuhan
spesifik dan ekspektasi rasional dari pelanggan, jadi mengukur tingkat
kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk (barang dan jasa)
yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat
tertinggi dalam pengukuran kinreja kualitas. Beberapa contoh tingkat
pengukuran pada tingkat outcome adalah: banyaknya keluhan
pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh
pelanggan, tingkat kepuasan penggan, dan lain-lain.24
2.1.12. Analisis Pareto
Joseph juran pernah menyebutkan bahwa sebagian besar
permasalahan kualitas hanya berasal dari beberapa penyebab. Ia
menyebut teknik ini Analisis Pareto(pareto analysis) yang berasal dari
24
Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 100
-
52
nama Vilfredo Pareto (1848-1923), seorang ekonom Italia yang
mengamati bahwa 85 persen kekayaan di Milan dimiliki oleh hanya 15
persen dari penduduknya.Sebagai contoh, dalam sebuah analisis
mengenai 200 jenis kegagalan mesin mobil di lapangan, hanya 5 yang
menjadi penyebab sepertiga dari semua kegagalan, sementara 25 menjadi
penyebab dari dua pertiga kegagalan. Analisis Pareto membantu untuk
memisahkan “beberapa faktor yang penting” dengan “banyak yang tidak
penting” dan memberikan arahan untuk pemilihan proyek perbaikan.
Distribusi Pareto (Pareto Distribution) adalah salah satu jenis
distribusi dimana sifat-sifat yang diobservasi diurutkan dari yang
frekuensinya terbesar hingga terkecil.Pareto Diagram (Pareto Diagram)
adalah histogram data yang mengurutkan data dari yang frekuensinya
terbesar hingga terkecil.Analisis Pareto seringkali digunakan untuk
menganalisis data yang dikumpulkan dilembar pemeriksaan.25
2.1.13. Diagram Sebab Akibat
Variasi dalam output proses dapat terjadi karena berbagai
penyebab yang telah kita catat sebelumnya. Suatu diagram sebab akibat
(cause-andeffect diagram) adalah metode grafik sederhana untuk
membuathipotesis mengenai rantai penyebab dan akibat serta untuk
25
Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal87
-
53
menyaring potensi penyebab dan mengorganisasikan hubungan antar
variabel.
Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab akibat di
Jepang, sehingga diagram ini juga disebut diagram Ishikawa. Karena
strukturnya, diagram ini juga disebut sebagai diagram tulang
ikan.Struktur umum diagram sebab akibat. Pada akhir garis horizontal,
sebuah permasalahan dituliskan.Setiap cabang yang menunjuk ke ranting
untuk mewakili suatu kemungkinan penyebab.Cabang-cabang yang
menunjuk ke sebab-sebab merupakan kontributor tersebut. Diagram sebab
akibat disusun dalam suatu atmosfer brainstorming. Semua orang dapat
terlibat dan merasa bahwa mereka adalah bagian yang penting dari proses
pemecahan masalah.Biasanya kelompok-kelompok kecil yang diambil
dari wilayah operasi atau manajemen bekerja dengan seorang fasilitator
terlatih dan berpengalaman.Fasilitator tersebut bertugas memandu
perhatian kepada diskusi mengenai masalah yang dibicarakan dan sebab-
sebabnya, bukan pada pendapat.
Sebagai teknik kelompok, metode sebab akibat membutuhkan
interaksi yang signifikan antara anggota kelompok.Fasilitator yang
mendengarkan para peserta dengan hati-hati dapat mencatat ide-ide yang
penting.Suatu kelompok dapat bekerja lebih efektif dengan cara
memikirkan masalah tersebut