penerapan model pembelajaran aptitude treatment interaction (ati)
DESCRIPTION
Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kebutuhan manusia di sepanjang hidupnya. Tanpa
pendidikan, manusia akan sulit berkembang dan menjadi terbelakang. Dengan
pendidikan, manusia dapat diarahkan menjadi lebih baik dan berkualitas.
Pendidikan akan terus dilakukan karena pendidikan tidak mengenal waktu
dan merupakan proses yang terus berjalan sepanjang hidup manusia.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu mutu
pendidikan. Salah satu subsistem yang paling menentukan dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah faktor guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan,
sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina, dan mengembangkan
kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral.
Guru harus mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik
dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan
yang diajarkannya dan terampil dalam hal mengajarkannya.
Proses pembelajaran yang diterapkan guru saat ini masih monoton,
dimana guru hanya mentransfer ilmunya tanpa mempertimbangkan aspek
intelegensi dan aspek kesiapan siswa, akibatnya siswa mengalami depresi
mental, seperti kebosanan, dan mengantuk. Disamping itu fenomena yang
sering diperlihatkan oleh siswa dapat melupakan suatu materi pelajaran
1
meskipun materi tersebut baru diajarkan. Sehingga untuk materi selanjutnya
sulit untuk dipahami, disamping itu siswa kurang mampu melibatkan diri
secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai
adalah menggunakan bermacam–macam model pembelajaran yang bervariasi
sehinggga dapat menarik minat belajar siswa. Guru tidak hanya cukup dengan
memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode
ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan
apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka duduk diam
mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat
mengurangi semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang
memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih
efektif melalui metode lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai berbagai
model pembelajaran pada pendidikan modern sekarang ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP
Negeri 07 Kota Bima, penulis mendapatkan informasi bahwa hasil belajar
matematika di SMP N 07 Kota Bima masih rendah. Selain itu, penulis juga
telah melakukan pengamatan terhadap beberapa kelas pada saat kegiatan
pembelajaran matematika, pada saat KBM berlangsung masih banyak siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan guru di depan, entah itu karena tidak
memahami apa yang disampaikan atau sudah mengerti apa yang disampaikan,
sehingga tidak heran jika hanya beberapa saja siswa yang mendengarkan.
2
Rata-rata siswa dalam kelas tersebut memliki daya serap yang berbeda, oleh
karenanya guru tidak bisa memberikan perlakuan yang sama terhadap setiap
siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti coba untuk
menerapkan model pembelajaran ATI, yang mana model pembelajaran ATI
ini akan memberikan perlakuan yang berbeda kepada masing-masing siswa
dengan melihat tingkat kemampuannya, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Hasil belajar siswa pada saat pemberian tugas masih tergolong rendah.
Beberapa kendala lain yang mengakibatkan hasil belajar matematika belum
mencapai taraf yang diharapkan adalah kurangnya motivasi untuk belajar
matematika.
Kendala lain adalah siswa cepat lupa materi yang diajarkan karena
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan serta seringnya
matematika dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk
dipahami konsep-konsepnya. Selain itu perlakuan yang diberikan oleh guru
kepada siswa tidak memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
siswa terebut, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda mulai dari tingkat tinggi, sedang dan rendah.
Beberapa kendala di atas timbul dikarenakan proses belajar yang
masih menyamakan perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran yang tidak
disesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa. Untuk mengakomodasi
perbedaan individual siswa dalam pembelajaran dalam rangka
mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar maka dikembangkanlah
model-model pembelajaran yang menekankan pada pentingnya penyesuaian
3
pembelajaran dengan perbedaan individual siswa. Salah satu dari model-
model tersebut adalah Aptitude Treatment Interaction (ATI) yaitu suatu
model pembelajaran yang menekankan pada penyesuaian pembelajaran
(treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk
melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI) Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi
Aljabar pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima Tahun
Pelajaran 2014 / 2015.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah berikut:
1. Pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan
dalam tiap proses pembelajarannya.
2. Seorang guru harus trampil menerapkan suatu metode pembelajaran pada
suatu materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Dalam pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model pembelajaran
dan tidak setiap model dalam pembelajaran kooperatif dapat diterapkan
pada setiap materi pelajaran matematika.
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan
Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi aljabar Pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima Tahun Pelajaran 2014 / 2015 ?”
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima dengan penggunaan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian ini, SMP Negeri 07 Kota Bima diharapkan
dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai
dengan kondisi lingkungan sendiri agar hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya
memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
5
3. Bagi Peserta Didik
Pembelajaran dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan menarik
mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
4. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan masukan bagi
semua pihak atau bagi peneliti selanjutnya yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam dunia pendidikan
matematika, sehingga dapat ditempuh suatu kebijakan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
F. Batasan Masalah
Pendataan yang diambil dalam penelitian ini terbatas pada hal-hal yang
ada hubungannya dengan peningkatan hasil belajar matematika karena
keterbatasan waktu dan supaya penelitian dapat dilakukan lebih mendalam.
Untuk itu peneliti memberi batasan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran ATI merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana hasil belajar siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima Tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Operasi Bentuk Aljabar merupakan materi ajar yang digunakan peneliti
untuk mengaplikasikan model pembelajaran ATI.
6
3. Siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima merupakan subjek peneltian
yang dipilih oleh peneliti guna untuk meneliti bagaimana penerapan model
pembelajaran ATI dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
G. Devinisi Operasional Variabel ( DOV ).
Supaya nantinya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam
penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang
terdapat didalam judul penelitian ini sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
Menurut Nurdin (2005: 37) secara subtantif dan teoritik “Aptitude
Treatment Interaction (ATI)” dapat diartikan sebagai suatu
konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang
efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan
siswa, yang selanjutnya atas dasar asumsinya bahwa optimalisasi prestasi
akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara
pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa. Menurut Al-Qardlawi
(2000: 58 dan 164), mengatakan bahwa guru yang professional adalah
yang memberikan ilmu dan memperhatikan kemampuan siswa sesuai
dengan perkembangan mereka dan menurut ukuran yang sesuai, dan bisa
dimanfaatkan sesuai dengan tuntutan zaman yang dihadapi anak didiknya.
Model pendekatan ATI sebagai sebuah pendekatan yang berusaha
mencari dan menemukan perlakuan–perlakuan (treatments) yang sesuai
dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan
yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat
7
kemampuannya.
Berdasarkan pemahaman yang diterapkan diatas bahwa proses
pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru dapat melihat perbedaan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dalam kelas, sehingga tidak
menimbulkan perbedaan pemahaman dan daya serapa antara masing-
masing siswa tersebut. Sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan melalui
penerapan model pembelajaran ATI.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh
seseorang, perubahan-perubahan tersebut diukur dan diniliai yang
kemudian diwujudkan dalam angka atau pertanyaan (Djamarah, 2003 :
34). Sedangkan menurut (Roestiyah 2011 : 125), Hasil belajar merupakan
kemampuan yang diraih oleh siswa dalam proses pembelajaran
berdasarkan hasil evaluasi yang merupakan konsepsi prilaku abstarak
didalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk.Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan relatif
tetap dalam prilaku individu. Perubahan prilaku sangat dipengaruhi oleh
kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga perlunya guru
memahami kondisi siswa tersebut, apabila ingin mendapat prestasi belajar
yang maksimal.
Berdasarkan pemahaman diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan yang dialami oleh siswa setelah melakukan
proses pembelajaran yang berdasarkan hasil evaluasi yang kemudian nanti
8
akan diwujudkan dalam angka atau pertanyaan. Hasil belajar juga akan
dipengaruhi oleh kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga
sangatperlu adanya seorang guru untuk memahami kondisi tersebut dalam
memperlakukan siswa setiap proses KBM, sehingga hasil belajar siswa
menjadi lebih baik.
3. Operasi Aljabar
Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam
penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum
diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti
banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap
minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyaknya
makanan ternak yang dibutuhkan dalam 3 hari, dapat dicari dengan
menggunakan aljabar. (Bukhari, 2005 : 56 ), Sedangkan menurut (Sukino,
2006 : 5) bentuk aljabar adalah penyelasian bentuk matematika dengan
menggunakan bentuk huruf-huruf dalam pengoprasiannya, yang mana
operasi aljabar terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian dan perpangkatan.
Berdasarkan pemahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
operasi aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya
menggunakan huruf-huruf untuk mewakili nilai yang belum diketahui
dengan melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
dan perpangkatan bentuk aljabar.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Belajar tidak asing lagi di telinga kita, bahkan belajar dapat ditemukan
dalam berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Proses belajar terjadi karena
adanya interaksi peserta didik dengan lingkunganya. Proses belajar juga
memerlukan metode yang tepat. Penggunaan metode belajar yang tepat
sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan metode belajar yang tepat
akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu dengan lebih muda dan
lebih cepat selesai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan.
Dengan demikian, siswa akan terhindar dari beban pikiran yang berat dalam
mempelajari suatu mata pelajaran. Belajar banyak diartikan dan didefenisikan
oleh para ahli dengan rumusan dan kalimat yang berbeda, namun pada
hakikatnya prinsip dan tujuannya sama.
Menurut morgan (Suprijono, 2009: 3) menyebutkan bahwa “Belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman”. Selanjutnya menurut Gagne (Dimiyati & Mudjiono, 2009: 10)
mengatakan bahwa “Belajar adalah seperangkat proses kognitf yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengelolaan informasi,
menjadi kapabilitas baru.”Sedangkan menurut (Slameto, 2003 : 3)
mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara
10
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.”
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2005 : 61). Selain itu
pembelajaran adalah sesuatu yang dibuat oleh siswa, bukan untuk siswa
dengan kata lain suatu pembelajaran akan berlangsung dengan adanya
kesiapan dan kematangan dari siswa itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar.
Para ahli mengatakan bahwa matematika memiliki beberapa definisi
sebagai berikut :
1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
4. Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Definisi matematika tersebut menegaskan bahwa Pembelajaran
matematika sangat diperlukan karena terkait dengan penanaman konsep pada
peserta didik. Peserta didik itu yang nantinya ikut andil dalam pengembangan
matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
11
Beberapa pendapat tentang Pembelajaran matematika yang dipaparkan
diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik, yang mana proses
pembelajaran itu tidak dibuat untuk siswa melainkan dibuat oileh siswa
tersebut, sehingga dalam pembelajaran matematika siswa akan mengetahui
pola dan hubungan antara hal-hal yang dialamai dengan apa yang dipelajari,
selain itu juga pembelajaran matematika akan menjadikan siswa lebih kreativ
dan memiliki imajinasi yang luas untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan matematika.
B. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh
seseorang, perubahan-perubahan tersebut diukur dan diniliai yang kemudian
diwujudkan dalam angka atau pertanyaan (Djamarah, 2003 : 34).
Ditambahkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Dalam
tujuan pembelajaran tersirat harapan bahwa setelah pelaksanaan proses
belajar mengajar, terjadi perubahan tingkah laku terhadap siswa yang
meliputi tiga element yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu
merupakan hasil belajar bagi siswa. Ranah kognitif yang dikembangkan
belum meliputi pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa
setelah mengikuti proses belajar matematika dalam kurun waktu tertentu. 12
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan
pelajaran, maka diperlukan suatu alat ukur berupa tes yang hasilnya
merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa yang dicapai dalam usaha
belajarnya. Dengan demikian hasil belajar matematika siswa yang
dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa dalam bidang studi
matematika selama mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika yang dimaksud adalah perubahan-perubahan yang dicapai oleh
seorang siswa setelah mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi tiga
element yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari
benda yang sebenarnya. Seperti globe adalah model dari bumi tempat kita
berpijak. Sedangkan pembelajaran yang menurut Driscoll (Slavin, 2008 :
179) didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan
oleh pengalaman. Menurut (Winataputra, 2006 : 140 ) menyatakan ”Model
pembelajaran adalah Kerangka Konseptual yang melukiskan prosedur
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-
mengajar”.13
Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari
adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena
siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan,
modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka
model pembelajaran juga harus tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan
tetapi harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa,
pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak
jenuh dengan proses belajar yang berlangsung. Joyce (Trianto, 2010: 22)
mengatakan bahwa model pembelajaran adalah:“suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.” Sedangkan Menurut (Aunurahman, 2009 : 146)
mengatakan bahwa Model pembelajaran adalah:“Perangkat rencana atau pola
yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang
melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.”
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perangkat pembelajaran yang melukiskan
pembelajaran di kelas yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
selain itu juga model pembelajaran juga diciptakan karena melihat tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda dan daya serap yang
14
berbeda, sehingga seorang pengajar memerlukan model-model yang tepat
untuk melakukan proses KBM.
D. Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
1. Pengertian Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
Aptitude Treatment Interaction (ATI) terdiri atas 3 kata, yaitu
aptitude Artinya kecerdasan atau kemampuan, treatment artinya perlakuan
dan interaction artinya interaksi.
Model pendekatan ATI sebagai sebuah pendekatan yang berusaha
mencari dan menemukan perlakuan–perlakuan (treatments) yang sesuai
dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan
yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat
kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh
siswa dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru didalam kelas. Dengan demikian semakin cocok dengan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dengan melihat perbedaan
kemampuan siswa maka semakin optimal hasil belajar yang dicapai.
Menurut ( Nurdin, 2005:39 ) menyatakan ”Model Pembelajaran
ATI (Aptitude Treatment Interaction) bertujuan untuk menciptakan dan
mengembangkan suatu model pembelajaaran yang betul-betul peduli dan
memperhatikan keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang
dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran
(treatment)”. Sejalan dengan pengertian di atas, Cronbach (Nurdin, 2005:
37-38) mengemukakan bahwa: “ATI didefenisikan sebagai sebuah model 15
pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-
perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu
perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang
berbeda tingkat kemampuannya”.
Dilihat dari pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan
Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah sebuah model pembelajaran
yang menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa,
sehingga model pembelajaran tersebut efektif digunakan untuk individu
tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Keberhasilan model pendekatan ATI mencapai tujuan dapat
dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian antara perlakuan-
perlakuan (treatment) yang telah diimplementasikan dalam
pembelajaran dengan kemampuan (aptitude) siswa.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI)
Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan sebuah model
pendekatan dalam pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk
menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka
mengoptimalkan hasil belajar (Nurdin, 2005: 41-42).
Aptitude Treatment Interaction (ATI) terdiri dari empat tahapan,
sebagai berikut (Nurdin, 2005: 42-43):
16
a. Treatment awal
Pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan
aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan dan
menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat
kemampuan dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan
masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan atau
kemampuan-kemampuan yang baru.
b. Pengelompokan siswa
Pengelompokan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing.
Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yang terdiri
dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Memberikan perlakuan (treatment)
Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing–masing
kelompok siswa (tinggi, ssedang, dan rendah) dalam bentuk proses
pembelajaran.
1) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude)
tinggi, perlakuan (treatment) yang diberikan adalah belajar
mandiri (self learning) dengan menggunakan modul plus yaitu
belajar secara mandiri melalui modul dan buku-buku teks yang
relevan dimana siswa belajar di perpustakaan. Untuk
Pembelajaran berlangsung dengan baik siswa diawasi oleh guru
matematika serta seorang teman peneliti. Pemilihan belajar
melalui modul didasari anggapan bahwa siswa akan belajar
17
lebih baik jika mereka dilakukan dengan cara sendiri yang
terfokus langsung pada penguasaan tujuan khusus atau seluruh
tujuan. Modul bisa berisi berbagai macam kegiatan belajar dan
dapat menggunakan berbagai media untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Melalui modul siswa dapat
mengembangkan dan meningkatkan potensinya sendiri. Menurut
(Suryosubroto, 2003:14) menyatakan bahwa ”Dengan
menggunakan sebagai suatu sistem penyampaian pengajaran
memungkinkan anak untuk belajar sendiri tanpa terlalu
bergantung pada guru dan siswa belajar sendiri sesuai dengan
kemampuannya”.
2) Bagi kelompok siswa berkemampuan sedang dan rendah
diberikan pembelajaran reguler (reguler teaching) dimana siswa
mengikuti pelajaran seperti biasa yaitu seperti kegiatan
pendahuluan yakni memberikan motivasi, menjelaskan tujuan
pembelajaran. Kegiatan inti yaitu menyajikan pelajaran dengan
menggunakan alat dan sumber belajar yang relevan, mengadakan
tanya jawab, latihan dan memberikan tugas. Kegiatan penutup
dengan menyimpulkan pelajaran serta memberi tindak lanjut.
3) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah
diberikan special treatment, yaitu berupa pembelajaran dalam
bentuk re-teaching atau tutorial. Perlakuan (treatment) diberikan
setelah kelompok ini bersama-sama kelompok sedang mengikuti
18
pelajaran secara reguler (reguler teaching) dengan tambahan
jam belajar berupa pembelajaran tutorial dimana kegiatan
pembelajaran meliputi mengulang pembelajaran yang telah
diberikan, membahas soal-soal, memberikan semangat dan
motivasi. Pembelajaran pada kelompok ini dilakukan diluar jam
belajar sekolah dalam bentuk mengajarkan kembali materi yang
diberikan pada pagi hari (bersama kelompok sedang) sehingga
siswa dapat lebih menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hal
ini dimaksudkan agar secara psikologis siswa berkemampuan
rendah tidak merasa diperlakukan sebagai siswa nomor dua di
kelas. Re-teaching dan tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus
(special treatment) untuk kelompok ini yang didasarkan pada
pertimbangan bahwa siswa berkemampuan rendah lambat dan
sulit dalam memahami dan menguasai bahan pelajaran.
d. Tes Prestasi (Achievement test)
Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan berbagai
perlakuan (treatment) yang diidentifikasi sebelumnya kemudian
dilakukan postes kepada ketiga kelompok siswa (tinggi, sedang, dan
rendah). Skor/nilai postes yang dicapai siswa pada akhir pembelajaran
akan dijadikan bahan analisis untuk mendapatkan tingkat keberhasilan
(efektifitas) pengembangan model pembelajaran ATI.
19
E. Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar
1. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, Suku Satu, Suku Dua dan Suku
Tiga.
Pada operasi penjumlahan dan pengurangan bagian yang dapat
dijumlahkan atau dikurangkan disebut suku. Berikut akan dibahas
sukubanyak atau polinom yang merupakan gabungan dari koofisien dan
variabel yang ditulis dalam bentuk aljabar. ( Sukino, 2006 : 2 )
i. Bentuk αx (dengan α ≠ 0 )
Bentuk ini dinamakan suku satu atau suku tunggal berderajat satu
dengan variabel x dan koofisien α
ii. Bentuk αx+b (dengan α ≠ 0¿
Bentuk ini dinamakan suku dua atau binom berderajat satu dengan satu
varibel. Dua buah suku yang berbeda adalah αx dan b
iii.Bentuk αx2 + bx+c ¿dengan α ≠ 0¿
Bentuk ini dinamakan sukubanyak (polinom) berderajat dua dengan
satu variabel. Bentuk ini secara khusus disebut suku tiga atautrinom
berderajat dua dengan satu variabel. Tiga buah suku yang berbeda, yaitu
; αx2, bx dan konstantac.
iv. Bentuk αx2y + bxy2 + c
20
Bentuk ini dinamakan suku banyak atau trinom berderajat dua dengan
dua variabel. Nama khusus bentuk ini adalah suku tiga atau trinom
berderajat dua dengan dua variabel. Tiga buah suku yang berbeda, yaitu
; αx2y, bxy2 dan c. ( Sukino, 2006 : 2 )
Contoh :
Sebutkan jenis sukubanyak berikut ini dan tulislah suku-suku yang
berbeda dalam sukubanyak tersebut.
1. 4x2 – 2 + 3x
2. 4x + 3
Jawab :
1. 4x2 – 2 + 3x disebut suku tiga atau trinom berderajat dua dengan
satu variabel. Tiga suku yang berbeda adalah 4x2, 3x dan -2
2. 4x + 3 disubut suku dua atau binom berderajat satu dengan satu
variabel. Dua suku yang berbeda adalah 2 dan 4x.
a. Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar
Operasi penjumlahan dan pengurangan dapat diselesaikan jika
memiliki suku yang sama atau sejenis. Operasi penjumlahan dan
pengurangan dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat-sifat berikut ini
:
1. Sifat Komutatif
21
a + b = b + a , dengan a dan b bilangan riil
2. Sifat Assosiatif
( a + b ) + c = a + ( b + c ) , dengan a, b dan c bilangan riil
3. Sifat Distributif
a ( b + c ) = ab + ac , dengan a, b dan c bilangan riil.
( Sukino, 2006 : 2 )
Contoh :
Sederhanakan bentuk sukubanyak berikut ini !
1. 6x + 5x
2. ( 7 + 2x ) – ( 4x – 3 )
3. 4x2 – 5x2 dan 2x + 2 – 7x
4. x2 + 7x dari 3x2 – 5x – 10
Jawab :
1. 6x + 5x = ( 6 + 5 )x ( sifat distributif)
= 11x
2. ( 7 + 2x ) – ( 4x – 3 ) = 7 + 2x – 4x – (-3)
= 7 + 2x – 4x + 3
= 10 + (2 – 4)x
= 10 – 2x
22
3. 4x2 – 5x2 + 2x + 2 – 7x = 4x2 – 5x2 + 2x – 7x + 2
= (4x2 – 5x2) + (2x – 7x) + 2
= (4 – 5 )x2 + (2 – 7)x + 2
= - x2 – 5x + 2
4. (3x2 – 5x – 10 ) – ( x2 + 7x – 6 ) = ( 3x2 – 5x – 10 ) – ( x2 + 7x – 6 )
= 3x2 – 5x – 10 – x2 + 7x + 6
= 3x2 – x2 – 5x - 7x – 10 + 6
= ( 3x2 – x2 )+ ( 5x - 7x ) + ( 10 + 6 )
= 2x2 – 12x - 4
b. Perkalian
Dalam operasi perkalian dapat diselesaikan dengan menggunakan
sifat distributif
1. Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Perkalian suku dua (ax + b) dengan skalar/ bilangan k dinyatakan
sebagai berikut:
k ( ax + b ) = kax + kb
contoh :
a. 2 ( 3x + 6) = 6x + 12
2. Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk aljabar
23
Perkalian bentuk aljabar suku dua (ax + b) dengan suku dua
(cx + d) diperoleh dengan cara sebagai berikut :
(ax + b) (cx +d) = ax (cx + d) + b (cx + d)
= ax (cx) + ax(d) + b (cx) + bd
= acx2 + (ad + bc)x + bd
Contoh :
jabarkanlah bentuk-bentuk berikut !
1. (2x + 5)(2x – 5) = (2x)2 - 52
= 4x - 25
2. – 3p2 ( 4p – 5q ) = (-3p2) ( 4p ) + ( -3p2) (–5q )
= - 12p3 + 15p2q
c. Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian Misal a5 x
a3 = a x a x a x a x a x a x a x a = a8 atau a 5 + 3 sehingga am x an
Sedangkan a5 x a3 = a xa x a x a x a
a x a x a = a2 atau a5-3
Sehingga am : an = am-n
am x an = am+n
am : an = am-n
24
Contoh :
Sedehanakanlah !
8 p5q4 p4 qr
=¿
8 p5q4 p4 qr
= 2 pr
jika suatu bilangan a dapat diubah menjadi a = p x q dengan a,p,q
bilangan bulat maka p dan q disebut faktor-faktor dari a. Hal ini juga
berlaku pada bentuk aljabar. Perhatikan uraian berikut:
2x2Z2 = 2(x2)(y)(Z2)
x3y2Z = (x3)(y2)(Z)
Faktor sekutu (faktor yang sama) dari 2x2yz2 dan x3y2z adalah x2, y, z,
sehingga diperoleh :
2 x2 yz2
x3 y2 z =
x2 yz (2 z)x2 yz (xy)
= 2 zxy
d. Perpangkatan
Operasi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang
dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku :
an = a x a x a x ...x a
sebanyak n faktor
25
Untuk menentukan perpangkatan pada bentuk aljabar suku dua,
membentuk segitiga pascal :
( a + b )0→ 1
( a + b )1→ 1 1
( a + b )2→ 1 2 1
( a + b )3 1 3 3 1
( a + b )4 ...................................dan seterusnya.
Pangkat dari a (unsur pertama) pada (a + b)n dimulai dari an
kemudian berkurang satu demi satu dan terakhir a1 pada suku ke-n.
Sebaliknya, pangkat dari b (unsur kedua) dimulai dengan b1 pada suku
ke-2 lalu bertambah satu demi satu dan terakhir bn pada suku ke-
(n + 1). (Sukino, 2006: 6-18).
perhatikan penjabaran berikut !
(a + b )2 = ( a + b )(a + b)
= a ( a + b ) + b ( a + b )
= a2 + ab + ab + b2
= a2 + 2ab + b2
Contoh
Sederhanakanlah !
26
a. ( a + 3 )2 = a2 + 2(a)(3) + 32
= a2 + 6a + 9
b. (4p – 3 )2 = (4p)2 + 2(4p)(-3) + (-3)2
= 16p2 – 24p + 9
F. Model Pembelajaran Aptitide Treatment Interaction (ATI) pada Materi
Operasi Aljabar
Model pembelajara Aptitide Treatment Interaction (ATI) adalah
model pembelajaran yang menekankan pada perlakuan sesuai dengan tingkat
kemampuan di miliki oleh siswa. Pembelajaran tentang operasi aljabar sangat
tepat untuk di aplikasikan kedalam model pembelajaran ATI. Treatment awal
yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pelajaran tentang operasi
aljabar, setelah beberapa materi yang diberikan oleh guru, maka guru akan
memberikan aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan
dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan
dan juga sekaligus mengetahui potensi masing-masing siswa dalam
menghadapi informasi atau kemampuan-kemampuan baru.
Operasi aljabar sebelumnya telah dipelajari pada kelas VII, namun di
kelas VIII akan dibahas secara luas tentang operasi aljabar, yaitu
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Maka model
pemelajaran ATI akan menjadikan siswa lebih paham lagi, berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada guru bidang studi matematika
27
bahwa masih banyak siswa yang kurang paham tentang Operasi bentuk
Aljabar, dikarenakan guru masih melakukan model pembelajaran yang
monoton dan guru masih memberikan perlakuan yang sama terhadap siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga tidak heran jika
ketuntasan hasil belajar siswa tidak seimbang.
Siswa yang berkemampuan tinggi akan disuruh untuk berlajar sendiri
materi Operasi Aljabar dengan meggunkan modul yang ada diperpustakaan,
sedangkan yang ada ddalam kelas hanya siswa yang bekemampuan sedang
dan rendah, karena operasi aljabar memerlukan pemahaman yang banyak,
maka guru akan melakukan bimbingan belajar.
Besar harapan yang ditanamkan oleh peneliti diterapkannya model
pembelajaran ATI ini, diantaranya siswa lebih memahami apa yang diajarkan
dan siswa bisa belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri, sehingga hasil
belajar yang baik bisa didapatkan.
28
Hasil belajar Matematika rendah
Guru:Pengajaran yang monotonMendominasi pembelajaranMemberikan perlakuan yang sama terhadap siswa
Peserta didik:Kurang terlibat dalam proses pembelajaranKurang memperhatikantidak memahami apa yang diajarkan
Penggunaan penerapan pembembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
Kegiatan pembelajaran Matematika
Hasil belajar Matematika yang diharapkan
G. Kerangka Berpikir
29
Dunia pendidikan tidak jauh dari kegiatan belajar mengajar yang
dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, efisien, inovatif, bermakna
dan ditunjang oleh sumber daya. Suatu kegiatan belajar-mengajar dikatakan
berhasil jika pesrta didik menunjukan tingkat penguasaan dan peningkatan
hasil belajar yang tinggi. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pengajar
bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar-mengajar
sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap
mata pelajaran khususnya bidang studi Matematika.
Upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran matematika yang
dilakukan tidak semulus sebagaimana yang direncanakan. Misalnya, antara
peserta didik itu sendiri, sikap individualnya sangat tinggi sehingga
memunculkan persaingan-persaingan yang membawa dampak negatif bagi
kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencari
dan menerapkan alternatif pembelajaran Matematika yang relevan dengan
karakter peserta didik. Pembaharuan pembelajaran Matematika di sekolah
dapat ditempuh dengan mengacu kepada prioritas model dan strategi
pembelajaran yang diterapkan. Salah satu strategi pembelajaran tersebut
adalah pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) melalui kegiatan
PTK. Dalam penerapan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),
peserta dapat mengetahui tentang kemampuan mereka sendiri. Dengan begitu
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar dapat
diatasi. Selain itu dengan diterapkannya model pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) maka guru bisa lebih teliti dalam memberikan
30
treatment pada siswa, sehingga pada saat proses pembelajaran guru tidak
memberikan perlakuan yang sama antara siswa yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
H. Model Penelitian Tindakan Kelas Yang Dipakai
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model spiral
yang di gagas oleh Kemmis dan Taggart, yang mana dalam alur penelitian
yang digunakan menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang
dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan
penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam
pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang
menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan
dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri
siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya
kepada siswa? Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan
diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk
menjawab pertanyaan sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan
apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak
pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa
dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga
membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.
31
Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak
menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak
mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya,
perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi
pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi
bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua
hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat
pengaruhnya terhadap perilaku siswa.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan
jenis Kualitatif, Pendekatan penelitian jenis Kualitatif ini dikatakan pula
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah.
Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah yakni obyek yang
berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam menentukan
Instrumen peneliti harus mampu bertanya, menganalisa dan memotret situasi
sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
dilapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori
(Sugiono, 2006 :8).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaki mutu praktek pembelajaran di kelas (Kunandar, 2011 :
45). Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
33
terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan
pengembangan profesinya.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada materi Operasi Aljabar dengan menerapkan
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Jadi dalam penelitian
tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk
menyelesaikan masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adalah suatu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action
Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat
didalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan
terdapatnya beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Secara garis
besar pelaksanaan tindakan ini dilakukan minimal dua siklus yang setiap
siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Ruang Lingkup Penelitian34
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di SMP N 07 Kota Bima yang
berlokasi di Gindi kelurahan Jatiwangi Kecematan Asakota Kota Bima
Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Subjek penelitian
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima Semester 1
Tahun Pelajaran 2014/2015.
4. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitiannya adalah penerapan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau disingkat
dengan PTK. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:58), penelitian tindakan
kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Menurut (Suharsimi Arikunto,
2007:73), PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya
terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan reflleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus antara
siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan,
35
dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan perbaikan dari siklus
I. Secara terperinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada skema/alur penelitian di bawah ini.
Gambar 3.1 Alur PTK, Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2006:93)
Dari masing-masing siklus tersebut, dilakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah
1. Planning (Perencanaan)
Tahap perencanaan akan dilakukan melalui tahap beikut ini :
36
a. Mensosialisasikan pada guru matematika kelas VIII A SMP N 07 Kota
Bima mengenai model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI).
b. Menyusun daftar nama siswa kedalam tiga kelompok yaitu tinggi,
sedang dan tinggi.
c. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
d. Menyiapkan skenario pembelajaran.
e. Menyiapkan lembar observasi.
f. Menyiapkan soal tes hasil belajar
2. Action (Pelaksanaan Tindakan)
Pada tahap ini semua rencana pembelajaran mulai dilaksanakan.
Mulai dari menyampaikan tujuan pembelajaran memotivasi siswa dalam
manghadapi mata pelajaran yang akan dihadapi yaitu materi operasi
bentuk aljabar. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah
mengelompokkan siswa kedalam tiga golongan yaitu tinggi, sedang dan
rendah, kelompok siswa yang masuk dalam kategori tinggi, akan
dibiarkan untuk belajar sendiri (self Learning) tepatnya kelompok siswa
ini akan disuruh untuk belajar diperpustakaan, siswa yang termasuk dalam
kategori sedang dan rendah akan mengikuti pelajaran seperti biasa, namun
siswa yang berkategori rendah akan diberikan pelajaran tambahan diluar
jam pelajaran sekolah.
37
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan merupakan suatu kegiatan mengamati jalannya
pelaksanaan tindakan untuk mengetahui efek tindakan pembelajaran
dengan metode ATI. Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap
kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas
belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Evaluasi
hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus dengan memberi tes
dalam bentuk essay.
4. Reflection (Refleksi)
Refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang akan dilakukan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi
terhadap perencanaan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kinerja pada penelitian berikutnya dan jika pada sklus
pertama terjadi kegagalan, akan dilanjutkan pada siklus ke dua. Jika sudah
tercapai maka penelitian dihentikan dan selanjutnya dibuat laporan.
D. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang berasal dari
hasil wawancara, tes tertulis dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara akan dilakukan oleh peneliti terhadap narasumber yaitu
terdiri dari, kepala sekolah, guru matematika dan siswa, hasil wawancara
ini nanti akan dijadikan latar belakang masalah dan alasan mengapa
38
peneliti ingin menerapkan model pembelajaran ATI di SMP N 07 Kota
Bima.
2. Tes Tulis
tes tulis akan dilakukan setelah akhir pelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran ATI dengan melalui siklus pembelajaran, yakni pada
tahap refleksi, tes tulis ini akan menjawab rumusan masalah pada
penelitian, dan menjadi data bagi peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berisi perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS
dan analisis ulangan harian, untuk mengetahui bagaimana hasil belajar
siswa SMP N 07 Kota Bima setelah diterapkannya model pembelajaran
ATI.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder dan data primer, data primer adalah data yang diambil dari sumber
aslinya. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Sekolah
Peneliti mewawancarai kepala sekolah mengenai keadaan guru dan
bagaimana hasil belajar matematika siswa SMP N 07 Kota Bima tahun-
tahun sebelumnya.
2. Guru Matematika
Peneliti mewawancarai guru matematika mengenai bagaimana hasil
belajar matematika siswa kelas VIII A, dan model apa saja yang sudah
39
diterapkan sebelumnya untuk memotivasi siswa, serta bagaimana rata-rata
kemampuan siswa kelas VIII A.
3. Siswa
Peneliti mewawancarai tentang bagaimana model pembelajaran yang di
ajarkan oleh guru matematika, apakah mereka mengerti tentang apa yang
di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran sebelumnya.
Data sekunder berasal dari sumber kedua, seperti data hasil belajar
siswa dengan menggunakan model ATI. Yang menjadi data sekunder dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun posedur pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dalam istilah sederhana adalah proses
peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat
relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi
pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku
anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Pengamatan
dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Dalam
melakukan observasi peneliti mencatat kejadian yang
terjadi di SMP N 07 Kota Bima yang berkaitan dengan hasil
belajar matematika.
2. Wawancara
40
Pengumpulan data yang kedua adalah wawancara,
peneliti melakukan wawancara dengan narasumber
dengan beberapa pertanyaan yaitu mengenai bagaimana
hasil penerapan model pembelajaran yang telah diterapkan
sebelumnya, peneliti mewawancara guru matematika
untuk menanyakan bagaimana hasil belajar matematika
siswa SMP N 07 Kota Bima khususnya kelas VIII A.
3. Tes Tulis
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),
maka peneliti memberikan tes tertulis yang berisi soal-soal
mengenai operasi aljabar. Tes tetulis ini nanti akan
dijadikan laporan tentang bagaimana hasil belajar siswa
SMP N 07 Kota Bima, kelas VIII A.
4. Dokumnetasi
Berbagai macam dokumen yang akan digunakan
peneliti untuk memberikan laporan hasil penelitian yang
dilakukannya, yaitu berupa dokumen arsip seperti : RPP,
Silabus, Analisis Hasil ulangan harian siswa dan foto pada
saat kegiatan KBM.
Berdasarkan prosedur pengumpulan data di atas maka
peneliti mengumpulkan :
41
a. Data mengenai hasil belajar siswa akan dikumpulkan dengan
menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.
b. Data mengenai kondisi kegiatan belajar mengajar dan perubahan sikap
siswa dikumpulkan melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung.
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan peneliti. Penelitian ini menggunakan 4 instrumen, yakni:
pedoman observasi, tes (seperangkat soal), wawancara dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM), digunakan beberapa indikator aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi. Adapun indikator aktivitas belajar siswa adalah
sebagai berikut: Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, Antusiasme
siswa dalam mengisi/menjawab soal, Interaksi siswa dengan guru,
Interaksi siswa dengan siswa, Aktivitas belajar siswa melalui penerepan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan Partisipasi
siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.
2. Tes Hasil Belajar
42
Untuk mengetahui data hasil belajar siswa digunakan instrumen
berupa tes tulis, jenis soal tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay.
Ini dibuat guna mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI).
3. Wawancara
Saat peneliti akan melakukan penelitian, peneliti akan
melemparkan beberapa petanyaan kepada narasumber yang terdiri dari :
a. Guru
b. Siswa
4. Dokumentasi.
Instrument pengumpulan data selanjutnya adalah dokumentasi.
Dokumentasi ini berisikan RPP, LKS, tes ulangan harian dan foto pada
saat kegiatan KBM, yang akan menjadi data bagi peneliti dalam
mengetahui bagaimana hasil belajar matematika materi operasi aljabar
dengan menggunakan model pembelajaran ATI.
G. Teknik Analisis Data
Data yang di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Statistik deskriptif berkenaan dengan deskripsi data misalnya dari
menghitung rata-rata dan varian dari data mentah, mendeskripsikan
43
menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih mudah
dibaca dan lebih bermakna.
Statistik deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat
digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan baik secara numerik
(misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam
bentuk table dan grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data
tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.
1. Analisis data aktivitas belajar siswa
Setiap indikator perilaku siswa pada penelitian ini, akan diberikan
skor berdasarkan pedoman berikut :
Menentukan skor aktivitas siswa yang diperoleh siswa dan cara
menghitung skornya sebagai berikut :
a. Skor 5 diberikan jika 81% - 100% (20 – 24 siswa) melakukan
deskriptor yang dimaksud.
b. Skor 4 diberikan jika 61 % - 80% (15 – 19 siswa) melakukan
deskriptor yang dimaksud.
c. Skor 3 diberikan jika 41% - 60% (10 – 14 siswa) melakukan
deskriptor yang dimaksud.
d. Skor 2 diberikan jika 21% - 40% (5 – 9 siswa) melakukan
deskriptor yang dimaksud.
e. Skor 1 diberikan jika 0% - 20% (0 – 4 siswa) melakukan deskriptor
yang dimaksud
44
Skor maksimal ideal (SM) merupakan skor tertinggi aktivitas siswa
yang dapat dilihat apabila semua deskriptor yang diamati nampak yaitu skor
5. Untuk menilai kategori aktivitas siswa, ditentukan terlebih dahulu MI dan
SDI. Cara menentukan MI dan SDI sebagai sebagai berikut :
MI =
( SkorMax+SkorMin)2
SDI =
13 MI
Keterangan :
MI = Mean ideal
SDI = Standar Deviasi ideal
Tabel 3.1 : Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa
Interval Kategori
AS ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif
MI + 0,5 SDI ≤ AS < MI + 1,5 SDI
Aktif
MI − 0,5 SDI ≤ AS < MI + 0,5 SDI
Cukup Aktif
MI − 1,5 SDI ≤ AS < MI − 0,5 SDI
Kurang Aktif
AS < MI − 1,5 SDI Sangat Kurang Aktif
(Nurkencana dalam Zubaedah, 2009)
Keterangan : AS = Aktivitas Siswa
45
2. Analisa data aktivitas guru
Data aktivitas guru selama pembelajaran pada penelitian ini,
dianalisis dengan cara sebagai berikut:
Menentukan skor aktivitas yang diperoleh guru dan cara penskorannya
berdasarkan aturan sebagai berikut :
a. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor nampak
b. Skor 3 diberikan jika 3 deskriptor yang nampak
c. Skor 2 diberikan jika 2 deskriptor yang nampak
d. Skor 1 diberikan jika 1 deskriptor yang nampak
e. Skor 0 diberikan jika tidak ada deskriptor yang nampak
Skor maksimal ideal (SMI) merupakan skor tertinggi aktivitas
guru yang dapat dilihat apabila semua deskriptor yang diamati
nampak yaitu skor 4. Untuk melihat kategori aktivitas guru,
ditentukan terlebih dahulu MI dan SDI. Cara menentukan MI dan SDI
sebagai sebagai berikut:
MI =
( SkorMax+SkorMin)2
SDI =
13 MI
Keterangan :
MI = Mean ideal
46
SDI = Standar Deviasi ideal
Tabel 3.1 : Pedoman skor standar aktivitas mengajar guru
Interval Kategori
AG ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif
MI + 0,5 SDI ≤ AG < MI + 1,5 SDI
Aktif
MI − 0,5 SDI ≤ AG < MI + 0,5 SDI
Cukup Aktif
MI − 1,5 SDI ≤ AG < MI − 0,5 SDI
Kurang Aktif
AG < MI − 1,5 SDI Sangat Kurang Aktif
(Nurkencana dalam Zubaedah, 2009)
Keterangan : AG = Aktivitas Guru
Untuk mengetahui aktivitas dalam pembelajaran maka data hasil
observasi yang berupa skor diolah dengan rumus (Nurkancana, 2009)
p = ΣXi
Keterangan :
P : skor rata-rata
∑X : jumlah skor aktivitas belajar seluruhnya
I : banyaknya item
3. Analisis Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis
secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan menentukan rata-rata nilai
47
hasil tes. Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas digunakan rumus
sebagai berikut (Nasution dalam Zubaedah, 2009 : 35) :
R =
∑ X
N
Dimana :
R = Nilai rata-rata kelas
Σ x = Jumlah nilai yang diperoleh siswa
N = Jumlah seluruh siswa
Sedangkan ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan rumus
sebagai berikut:
KB = ❑n
x100 % .......................................................(3.7)
Dimana:
KB = Ketuntasan belajar (klaksikal)
ni = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ¿ 60
n = Banyaknya siswa
Berdasarkan kurikulum, ketuntasan tercapai jika KB ¿ 75%.
(Nurkencana dalam Lukman 2007: 62)
48
H. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi :
a. Tahapan Persiapan
1) Pengajuan judul
2) Konsultasi proposal ke dosen pembimbing
3) Melakukan kajian pustaka yang sesuai dengan judul proposal
4) Menyusun metode penelitian
5) Mengurus surat-surat perizinan
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika
2) Mensosialisasikan model pembelajaran Aptitude treatment Interaction
(ATI).
3) Menerapkan model pembelajaran ATI di kelas VIII A
4) Memberikan tes berupa pertanyaan bentuk essay untuk mengetahui
bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model embelajaran
ATI.
c. Tahapan Penyelesaian
1) Menyusun kerangka laporan
49
2) Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi pada
dosen pembimbing
3) Ujian pertanggung jawaban
4) Penggandaan dan penyampaian laporan hasil penelitian kepada pihak
yang berwenang.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa dikatakan meningkat apabila skor aktivitas belajar siswa
minimal berkategori aktif.
2. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat, apabila terjadi peningkatan nilai
rata-rata skor hasil belajar setelah dilakukan proses pembelajaran melalui
metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah mencapai ketuntasan
klasikal, yaitu minimal 85% dari jumlah siswa dikelas VIII A SMP
Negeri 07 Kota Bima mendapatkan ≥ 75.
50