penerapan model pembelajaran ... - digilib.uns.ac.id... · meningkatkan hasil belajar mata...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI
KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 8 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(PenelitianTindakanKelas)
SKRIPSI
Oleh:
DARNI
K7408190
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, April 2012
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. Wahyu Adi,M.Pd
NIP.19630520 098903 1 005
Pembimbing II
Drs.Ngadiman,M.Si
NIP. 19500121 198603 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : DARNI
NIM : K7408190
Jurusan/ Program studi : P.IPS/ Pendidikan Ekonomi-Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI
IPS I Sma Negeri 8 Surakarta Tahun 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang di kutip dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini jiplakan, saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, April 2012
Yang membuat pernyataan
Darni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd ..........................
Sekretaris : Nurhasan Hamidi , SE,M.Sc, Ak ...........................
Anggota I : Drs. Wahyu Adi,M.Pd ...........................
Anggota II : Drs. Ngadiman, M.Si ..............................
Disusun oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Darni. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IPS I Sma Negeri 8 Surakarta Tahun 2011/2012 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor; (2) meningkatkan keterampilan siswa; dan (3) meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran akuntansi bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri8Surakarta dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking stick.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012, mulai bulan Desember sampai dengan bulan April 2012. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Tes, Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara.Validitas data menggunakan Member Check, Triangulasi, Audit Trail, Expert Opinion, dan Key Respondents Review .Analisis data menggunakan analisis interaktif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan secara kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. Data penelitian ini menurut jenis dan sifatnya adalah data kualitatif, dan data menurut sumbernya yang dipakai pada penelitian ini adalah data ekstern. Data ekstern dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data penelitian ini adalah informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. Hasil yang diperoleh dianalisis secara interaktif berdasarkan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan. Prosedur penelitian meliputi dua siklus dengan masing-masing dua pertemuan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis,dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick mampu : (1) Meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dari 41% pada kondisi pratindakan menjadi 79% tindakan siklus I serta meningkat menjadi 97% pada siklus II; Hasil tersebut sudah mencapai target 80% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); (2) Meningkatkan keterampilan siswa meningkat pada kondisi pratindakan 47,82%, siklus I 79,31 % dan siklus II menjadi 86,02%; dan (3) Meningkatkan keaktifan siswa.Keaktifan siswa pada kondisi pratindakan 61,53%, siklus I 69,97 %, dan siklus II 86,02%.
Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif, tipe Talking Stick, hasil belajar akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Darni. APPLYING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TALKING STICK TO RESULT ACCOUNTING LEARNING FOR STUDENTS IN CLASS XI IPS I SMA NEGERI 8 SURAKARTA YEAR 2011/2012. (Class Action Research). Skripsi. Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, April, 2012.
The purpose of this research is to: (1) enhance student learning results seen from the aspect of cognitive, affective, and psikomotor; (2) improve the skills of the students; and (3) increase the liveliness of the students on the lesson for the students of Class XI accounting IPS 1` 8 SMA Negeri Surakarta by using models of cooperative learning type talking stick
This research was carried out in the school year 2011/2012, began in December and ended in April 2012. The collection of data on research using tests, observation, documentation, and interviews. The validity of the data using the technique of Member Check, Triangulation, Audit Trail, Expert Opinion, and Key Respondents Review. Data analysis using interactive analysis. Research procedures are interrelated spiral model.
This research uses a Class Action Research approach (PTK), which is done collaboratively. Class action research which is a form of investigation which are reflective, participatory, collaborative, and spiral,that has the purpose to make improvements to the system, working methods, processes, content, competencies, and situations. This research data according to kind and nature is qualitative data, and the data according to the source used in this research is the external data. External Data is divided into two primary data and secondary data. The data source of this research was the informant, places and events, and documents.The results obtained are analyzed interactively based on indicators defined achievement. Research procedure consists of two cycles with each of the two meetings with the four stages of the planning, implementation, observation, analysis and reflection.
Based on the results of the research can be inferred that by the application of cooperative learning model for type cooperative script able to: (1) Improve student learning outcomes. Results of student learning increased from 41% in pre survey conditions to be 79% action cycles I as well as increased to 97% in cycle II; Those results had been achieved the target of 80% of students achieving a Minimum Completeness Criterion (KKM; (2) improve the skills of the students improved on the conditions pre survey 47,82%, cycle I and cycle II 79,31% to 86,02%; and (3) Increase the liveliness of the students. The liveliness of the students on the conditions pre survey 61,53%, cycle I69,97%and cycle II 86,02%.
Keyword: cooperative learning model, type talking stick, result accounting learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“ Mintalah pertolongan kepada Alloh SWT dengan sabar dan sholat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’.”
(Q.S Al-Baqarah : 45)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah: 6)
“Jika sesuatu yang kamu kerjakan adalah pembelajaran Maka kerjakanlah semampu dan sekuatmu untuk mendapatkan pembelajaran dalam hidup ini”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa
sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis
kepada :
1. Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
banyak nikmat kepada penulis
2. Keluarga tercinta Bapak ibuku atas segala kasih
sayang dan pengorbannya baik materi maupun
dukungannya kepada Ananda
3. Adikku tersayang, Anang yang selalu memberi
semangat dan nasehat terbaiknya jika aku
mangalami kesusahan, Agung yang selalu ada
kelucuan setiap aku pulang yang selalu membuatku
tersenyum dan keponakanku yang cerewet Fitri,
Sukron.
4. Mas anton yang senantiasa tak jenuh memberi
pikiran dan nasehat-nasehat terbaiknya untuk
menjadi lebih maju ,menjadi lebih dewasa dalam
berfikir bertindak dan bertingkah laku.
5. Pak Agus yang telah mengajarkan arti kedewasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih
karunia, berkat dan hikmat dari-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis
untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi
ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak, Ibu dan Adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun
spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
4. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali
motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Drs.Ngadiman, M.Si selaku pembimbing II dan pembimbing akademis yang telah
memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.
6. Dra.A.D.Gayarti,M.Pd.,MM, selaku Kepala SMANegeri8 Surakarta, yang
telahmemberikanijinkepadapenulisuntukmengadakanpenelitiantindakankelas.
7. JokoTrisianto, S. Pd, selaku guru pamong yang memberikan bimbingan dan bantuan
dalam pelaksanaan penelitian ini, serta kepada seluruh guru, staf karyawan, dan siswa-
siswi XI IPS I yang membantu penulisan skripsi ini.
8. Prof.Dr. Sigit Santoso,M.Pd, selaku ketua penguji skripsi yang telah memberikan waktu
dan kesempatan dalam ujian skripsi dan memberikan nilai terbaik.
9. Nurhasan Hamidi,SE,M.Sc,Ak selaku sekertaris penguji skripsi yang telah menjalankan
dan menguji sesuai prosedur yang telah ditentukan
10. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku penguji I yang telah memberikan waktunya untuk
menguji.
11. Drs.Ngadiman, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan waktu dan kesempatan
untuk menguji dan memberikan nilai yang terbaik.
12. Tami, wina, tari, deffi,sita,iyum dkk, david, haryadi, arif, teman-teman PAK’08,dan
sahabat-sahabatku akuntansi ’08,Temen2 kost 34,atas keceriaan dan semangat kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Amin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, April 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Pendidikan dan mobilitas sosial mempunyai keterkaitan yang erat dimana
dengan adanya pendidikan maka akan menimbulkan suatu perkembangan di dalam
suatu masyarakat. Aunurrahman (2009: 3) mengatakan pemikiran-pemikiran yang
positif memberikan arahan bahwa sudah selayaknya dunia pendidikan diarahkan pada
upaya transformasi dan pengembangan prinsip-prinsip secara komprehensif dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Sumaatmadja (2002: 49) yang dikutip oleh Aunurrahman (2009: 12) bahwa
proses pendidikan melalui pelaksaan kegiatan pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang seluasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sense of
interest, sense of curiosity, sense of reality, dan sense of discovery dalam mempelajari
fakta untuk mencari kebenaran.
Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam
membentuk kepribadian siswa tersebut, Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama. Pada dasarnya, pendidikan
merupakan proses mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia dewasa yang
mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam
sekitar. Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan
manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu dari kebutuhan manusia dalam
rangka mempersiapkan generasi muda yang mampu menyesuaikan dan
mempertahankan diri terhadap tuntutan hidup dalam masyarakat modern. Dunia yang
berubah dengan cepatnya menuntut manusia dapat berfikir kritis bila ingin berhasil
dalam pendidikan, tidak hanya di dunia pendidikan tetapi juga di kehidupan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dijalani setelah menyelesaikan pendidikan formal.Pendidikan dikatakan berhasil jika
tercapai peningkatan kualitas pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan
bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education).
Persepsi umum masyarakat dalam dunia pendidikan bahwa tugas guru untuk
mengajar dan menyodori siswa dengan muatan informasi dan pengetahuan. Guru
dipandang sebagai orang yang “maha tahu” dan sumber segala informasi. Pembelajaran
dikelas saat ini masih berpusat pada guru dalam artian seluruh informasi disampaikan
oleh guru, sehingga sedikit kesempatan siswa untuk mengutarakan pendapat terhadap
materi yang dipelajari. Pembelajaran yang dilakukan dikelas guru tidak lagi sebagai
aktor tetapi siswa yang menjadi aktor yang berarti ilmu itu tidak harus guru yang
memberi tetapi juga siswa mamou mencari dan mengembangkannya. “Siswa memiliki
peran lebih dalam mencari, menggali, dan menemukan, apa yang mereka butuhkan,
sementara kebutuhan masing-masing mereka berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kemampuannya”. (Martinis Yamin, 2008:4).
Sekolah adalah agen sosial yang penting dalam rangka mentransferkan
kebudayaan kepada generasi muda. Sekolah bertanggung jawab dalam melayani,
mengorganisir dan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
diperlukan masyarakat. Proses sekolah lebih menitikberatkan pada hal-hal yang
bersifat akademis atau teoritis dari pada praktek yang berkenaan dengan pekerjaan
(dunia kerja).
Proses belajar mengajar sebaiknya bersumber pada pokok pemikiran yang
menyatakan bahwa pengetahuan itu ditemukan, dibentuk dan dikembangkan siswa.
Kemudian seorang guru yang berperan sebagai pengajar juga harus berusaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa disamping peran aktif siswa
dalam membangun pengetahuannya sendiri, namun selama ini siswa selalu
terkondisikan untuk menerima informasi apa adanya sehingga siswa cenderung pasif.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi pribadi antara siswa satu dengan
siswa lain, interaksi antara guru dengan siswa, serta interaksi antara siswa dengan
lingkungan sehingga siswa akan mampu menumbuhkan pengetahuan sesuai dengan
kemampuannya sekaligus dapat belajar hidup untuk bermasyarakat. Salah satu
indikator tercapainya tujuan pembelajaran adalah tinggi rendahnya hasil belajar yang
diraih siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, tinggi rendahnya hasil belajar
akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan siswa di masa depan.
Menurut Sudjana (2006:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut
Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Bloom dalam W.S. Winkle (2005:274-279) membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,sintesis dan evaluasi
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan,
partisipasi, penilaian,organisasi dan pembentukan pola diri
3) Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks penyesuaian pola gerakan dan
kreativitas. Jadi, hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pengalaman yang diperolah siswa dalam proses belajar dimana siswa awalnya
tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Aunurrahman (2009: 143) penggunaan model pembelajaran yang
tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran,
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Karena itu melalui pemilihan model
pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan
metode pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan. Adapun
Huitt (2003: 4) yang dikutip oleh Aunurrahman (2009: 143) berpendapat keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting, akan
tetapi guru harus tetap dapat mengontrol aktivitas perilaku siswa di kelas (classroom
management activities), mencermati perbedaan-perbedaan antar siswa serta
karakteristik masing-masing individu.
Salah satu indikator keberhasilan secara mikro di tataran pembelajaran level
kelas adalah ketika seorang guru mampu membangun keaktifan belajar para
siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan keaktifan belajarnya, maka sesulit
apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang mereka ikuti akan dijalani
dengan menyenangkan. Salah satu cara untuk membangun motivasi belajar siswa
adalah dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan di kelas, salah satu
aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah model pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Surakarta merupakan salah satu
sekolah negeri yang memiliki siswa yang bervariasi, baik dalam penguasaan materi,
maupun kemampuan dalam menerima pelajaran. Kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran tersebut akan mempengaruhi hasil belajar dari masing-masing siswa. Salah
satu jurusan yang terdapat di sekolah ini adalah IPS yang tentunya sebagian besar
mata pelajaran yang diajarkan dan harus dikuasai oleh siswa adalah mata pelajaran
akuntansi. Akuntansi berkaitan erat dengan kemampuan berpikir,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menalar/menafsirkan dan kemampuan menganalisis suatu transaksi oleh seseorang.
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran akuntansi di kelas, terdapat
berbagai permasalahan yang terjadi, seperti: rendahnya hasil belajar akuntansi juga
dipengaruhi keaktifan siswa yang kurang dan ketelitian siswa dalam mengerjakan
soal. Ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak yang
tidak memperhatikan, tidak mau bertanya saat diberikan kesempatan bertanya, dan
banyaknya siswa yang salah saat mengerjakan soal. Kondisi belajar mengajar yang
belum sepenuhnya kondusif, menarik dan menyenangkan sehingga siswa kurang aktif
belajar akuntansi.
Model dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses
pembelajaran akuntansi selama ini kurang bervariasi sehingga belum mampu
membangkitkan minat siswa di dalam kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 8 Surakarta.
siswa kurang aktif di kelas, kurang fokus pada saat guru menyampaikan materi
pelajaran, siswa kurang teliti saat mengerjakan soal dan lebih banyak melakukan
aktivitas lain di luar aspek pembelajaran, seperti berbicara dengan teman satu meja,
berdandan maupun bercanda.
Dengan demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan penalaran dan
pengetahuan yang dimilikinya secara optimal. Tingkat kemajuan siswa yang rendah
ditunjukkan dengan nilai siswa yang masih kurang dan masih terdapat beberapa yang
mendapat nilai dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 70. Selain itu,
untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan pula partisipasi aktif
dari siswa dan media pembelajaran yang memadai untuk digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Dalam model pembelajaran ini, peneliti akan menerapkannya pada kelas XI
IPS 1 di SMA Negeri 8 Surakarta dengan jumlah siswa 29. Di kelas tersebut
merupakan salah satu kelas yang memiliki siswa yang bervariasi, baik dalam
penguasaan materi, maupun kemampuan dalam menerima pelajaran. Berdasarkan
pengamatan awal dapat diketahui dari hasil tugas di tambah ulangan harian dan mid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
semester adalah 44,82% atau 13 dari 29 siswa sudah memenuhi batas ketuntasan
yang ditentukan yaitu 70, dan sisanya 55,17% atau 16 siswa belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yaitu 70 tersebut. Itu artinya masih terdapat banyak siswa yang
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar dari masing-masing siswa.
Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir
tidak ada siswa yang bertanya walaupun siswa tersebut belum memahami materi yang
disampaikan guru di depan kelas sehingga siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Guru diharapkan mampu membangkitkan aktivitas belajar siswa
serta mampu membuat siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif adalah metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning)yang dapat mewujudkan kegiatan
belajar yang aktif yang berpusat pada siswa.
Menurut Slavin (2008:4) “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran yang mengharuskan para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran”. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu sehingga dapat menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang
diberikan oleh guru, tetapi lebih sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang
individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur
dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain
untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep
yang telah dipikirkan.
Menurut Isjoni (2009: 11-12), cooperative learning atau pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivisme. Faham konstruktivisme menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa untuk membangun sistem pengetahuan dalam diri sendiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pengalaman. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Salah satu model pembelajaran berkualitas yang mampu mendorong siswa
untuk aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick . Dalam proses
belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada
saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat
guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat
itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini
dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan
yang diajukan guru.
Diskusi banyak didominasi oleh salah seorang peserta didik yang telah
mempunyai skemata atau telah mempersiapkan diri dengan materi yang akan
dipelajari. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
membutuhkan persiapan matang. Pertama, peserta didik harus sudah memiliki
skemata atau pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari.
Kedua, peserta didik sudah harus mempunyai keterampilan bertanya. Pembelajaran
kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik tidak mempunyai kompetensi bertanya
jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan atau ide intersubjektif (antar
siswa) dalam rangka membangun pengetahuan. Pembelajaran kooperatif
membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik berupa pengetahuan awal
maupun kemampuan bertanya jawab.
Metode-metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif salah
satunya adalah metode Talking Stick. Hal ini dilakukan hingga semua siswa
berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick mendorong peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat, mengambil kajian dari kegiatan belajar.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan
SMA/SMK,selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Mata pelajaran akuntansi
merupakan mata pelajaran yang diperoleh siswa dikelas XI dan XII SMA jurusan
Ilmu Sosial (IS).
Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran pokok yang kapasitas
jam pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Dalam
pelajaran ini siswa diajarkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan informasi
keuangan sebagai bahan atau alat komunikasi dalam bisnis. Akuntansi juga
mengajarkan tentang kondisi keuangan yang berkaitan dengan posisi keuangan yang
tertuang dalam jumlah kekayaan, utang, dan modal dalam suatu perusahaan, baik
jasa, maupun dagang. Soemarso (1986:3), dalam bukunya yang berjudul Akuntansi
Suatu Pengantar menjelaskan pengertian akuntansi menurut AAA (American
Accounting Association) yaitu : “proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Pengertian akuntansi dapat disimpulkan dari segi konsep, merupakan suatu
disiplin ilmu yang menghasilkan informasi keuangan suatu unit organisasi untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan, sedang dari segi proses adalah proses
pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar
akuntansi. Untuk memperjelas akan dideskripsikan sebagai berikut:
1. Model kooperatif tipe Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Dengan demikian, pengalaman belajar siswa akan bertambah sehingga
mengoptimalkan potensi positif yang dimiliki siswa yang berdampak pada
peningkatan hasil pembelajaran akuntansi.
2. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu
diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hasil perubahan tingkah laku tersebut meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
3. Keaktifan belajar akuntansi dimana dapat dilihat dengan adanya siswa yang aktif
dalam bertanya dan mengerjakan tugas yang diberikan khususnya siswa kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 8 Surakarta.
Dari butir-butir yang terkandung pada alenia di atas, maka peneliti tertarik
untuk memilih judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1
Di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
“Apakah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 8
Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada peningkatan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA
Negeri 8 Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012 melalui model pembelajaran
kooperatif dengan tipe Talking Stick.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan
yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
pengetahuan dalam dunia pendidikan dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan memahami konsep mata pelajaran
akuntansi yang disampaikan oleh guru sehingga hasilnya akan memuaskan.
b. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru di dalam menentukan model mengajar yang tepat
sesuai dengan kemampuan tiap kelas pada mata pelajaran yang bersangkutan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dalam rangka peningkatan pemahaman konsep mata pelajaran akuntansi
sehingga mampu meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi positif pada sekolah dalam
rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti terima di bangku
kuliah khususnya yang berkaitan dengan akuntansi, serta untuk membekali
peneliti sebagai calon guru untuk menentukan model mengajar dan media
pembelajaran yang tepat.
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah wawasan
pengetahuan serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahanan, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dan mobilitas sosial mempunyai
keterkaitan yang erat dimana dengan adanya pendidikan maka akan
menimbulkan suatu perkembangan di dalam suatu masyarakat. Aunurrahman
(2009: 3) mengatakan pemikiran-pemikiran yang positif memberikan arahan
bahwa sudah selayaknya dunia pendidikan diarahkan pada upaya transformasi
dan pengembangan prinsip-prinsip secara komprehensif dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Sumaatmadja (2002: 49) yang dikutip oleh Aunurrahman (2009: 12) bahwa
proses pendidikan melalui kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan
yang seluasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sense of interest, sense
of curiosity, sense of reality, dan sense of discovery dalam mempelajari fakta
untuk mencari kebenaran.
Pendidikan adalah bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan
manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu dari kebutuhan manusia dalam
rangka mempersiapkan generasi muda yang mampu menyesuaikan dan
mempertahankan diri terhadap tuntutan hidup dalam masyarakat modern. Dunia
yang berubah dengan cepatnya menuntut manusia dapat berfikir kritis bila ingin
berhasil dalam pendidikan, tidak hanya di dunia pendidikan tetapi juga di
kehidupan yang dijalani setelah menyelesaikan pendidikan formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dari definisi di atas maka pendidikan bertujuan “untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab” (UUSPN/2003 Bab II Pasal 3)
b. Pengertian Belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari hari hampir tidak terlepas dari
kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun
didalam suatu kelompok tertentu. Dengan demikian kita, dapat di katakan tidak
ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari belajar, dan
itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu,
karena perubahan yang menuntut terjadinya belajar itu juga tidak pernah
berhenti.
Menurut Gage dalam Yamin (2004: 122) mendefinisikan “belajar sebagai
suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman”.
Menurut Chasiyah dkk (2009: 98) menyatakan “belajar dapat diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor)
untuk memperoleh respom yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan
secara efisien. Demikian juga dengan Harold Spear dalam Martinis Yamin
(2008:112) mendefinikan “belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran,
membaca, dan meniru”.W. Gulo (2002: 8) berpendapat bahwa:
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya,baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar- mengajar. James O. Whittaker dalam Aunurrahman (2009: 35) mengemukakan “
belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman“. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam berinteraksi dengan
lingkungan. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang
disadari atau disengaja. Dalam konteks ini seseorang dikatakan belajar
bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi
mengetahui. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun
tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi
aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku tersebut meliputi perubahan dimensi psikomototik dan perubahan
pada aspek afektif.
Perubahan pada aspek psikomotorik merupakan perubahan- perubahan
yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek
motorik. Sedangkan untuk aspek afektif yaitu perubahan pada emosional
seseorang, misalnya sopan santun, mampu bersikap jujur, terbuka, menyayangi
sesama teman, dan sebagainya.
c. Ciri-ciri Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri. Menurut Wragg dalam Aunurrahman (2009:35)
menyimpulkan ciri-ciri umum belajar dari sejumlah definisi dan pandangan dari
para ahli sebagai berikut:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting karena semua komponen yang dalam sistem pembelajaran dilaksanakan
atas dasar pencapaian tujuan belajar. Tujuan belajar akan tercapai bila bahan
pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan
peranan memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/ prasarana
yang tersedia memadai.
e. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip-prinsip yang terkait dalam proses
belajar. Belajar itu sangat kompleks. Belajar membawa sesuatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan,
melainkan juga dalam bentuk kecapaian, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, pencapaian diri, pendeknya mengenai segala aspek
organisme atau seseorang (S. Nasution dalam Gino dkk (2000: 51-52). Prinsip
belajar menunjukan kepada hal-hal penting yang dilakukan oleh guru agar terjadi
proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang
diharapkan, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Agus Supriyono (2009: 4)
bahwa prinsip-prinsip belajar meliputi 3 hal yaitu pertama, prinsip belajar adalah
perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang didasari.
2. Kontinu dan berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4. Positif dan berakumulasi.
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6. Bertujuan terarah.
7. Mencangkup keseluruhan potensi kemannusiaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena di dorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik
yang dinamis, konstruktif, dan organis. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal pokok penting yang harus
dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga
memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para
siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat
membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan
pembelajaran. Sementara bagi siswa, prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu
tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
2. Hakikat Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti: cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan
(Purwadarminta dalam Gino dkk (2000: 30). Menurut Suherman dalam Asep
Jihad (2009: 11) “Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi
antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka
perubahan sikap.”
Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. (Usman dalam Jihad (2009 : 12)
Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang
mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Dengan
demikian, pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa),
mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari
dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam
kegiatan belajar-mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan
sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan belajar yang
optimal.
Gordon dalam Aunurrahman (2009: 4) mengatakan bahwa guru hanya
bertanggungjawab menyampaikan materi pelajaran pada bidang studinya saja.
Guru memegang peran strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Karenanya
dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak cukup hanya berbekal
pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu
memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang mendukung terwujudnya
pengembangan potensi-potensi peserta didik.
b. Pengertian Model Pembelajaran
Guru dalam kegiatan belajar mengajar, pasti mempunyai strategi yang
menarik dalam mengajar agar tujuan pengajaran tercapai dan siswa dapat belajar
secara aktif dan efisien. Salah satu strategi yang harus dimiliki adalah mampu
menerapkan pembelajaran yang menarik bagi siswa karena tujuan jangka panjang
kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara
optimal agar dapat belajar lebih mudah dan efektif dimasa yang akan datang.
Pencapaian hal tersebut perlu suatu kerangka konseptual mengenai suatu model
pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut
Winatapura dalam Sugiyanto (2008:3), menyatakan bahwa model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Mills dalam Isjoni (2009: 45) berpendapat “Model adalah representasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok
orang mencoba berdasarkan model itu”. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran menurut Isjoni (2009: 46) dapat
didefinisikan sebagai “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar”.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
setting kelompok-kelompok kecil dan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya (Slavin, 2008:4). Menurut
Slavin dalam bukunya Solihati dan Raharjo (2007: 4) mengatakan bahwa
“Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen.
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin dalam bukunya Etin Solihati dan Raharjo (2007: 4)
menyatakan bahwa “Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok
atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada
struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative. Aplikasinya di dalam
pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini mengetengahkan realita
kehidupan masyarakat yang dialami oleh siswa dalam kesehariannya, dalam
bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan di kelas.
Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar
bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi, dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar siswa dengan
mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran di
dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif ini juga merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata masyarakat sehingga dengan
bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Selain itu dengan
melaksanakan model pembelajaran kooperatif akan mendorong peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui
selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam
menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi
pelajaran yang dihadapi.
b. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam menggunakan model belajar cooperative learning di dalam kelas,
ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
guru. Guru dengan kedudukannya sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran
dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa konsep dasar
yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan cooperative learning.
Menurut Lungdren dalam Isjoni (2010:13-14) Unsur-unsur dasar dalam
cooperative learning sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagai tanggung jawab di antara anggota
kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpegaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Menurut Slavin
(2008: 8) “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaburatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang anggotanya 4–6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Sunal dan
Hans yang dikutip dari Isjoni (2009: 15) mengemukakan “Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja
sama selama proses pembelajaran”.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2006: 31) mengatakan bahwa ”tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan.
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif maka guru perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri demi mencapai tujuan kelompok. Dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru terjadi saling ketergantungan
antar anggota kelompok.
2. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda. Hal ini bertujuan
agar anggota kelompok bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
tersebut. Selain itu setiap anggota kelompok mendapatkan peranan sendiri-
sendiri dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut.
3. Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Setiap anggota kelompok perlu diberikan
kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam
kegiatan tatap muka dan berdiskusi.
4. Komunikasi antar anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Peserta didik harus dibekali dengan berbagai keterampilan untuk
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok akan tercapai apabila para
anggotanya saling mendengarkan dan saling mengutarakan pendapat.
Komunikasi antar anggota ini bertujuan untuk mengkoordinasikan kegiatan
peserta didik dalam mencapai tujuan.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama
antar anggota, agar pada proses pembelajaran selanjutrnya bisa bekerja sama
dengan lebih baik.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. dalam
Isjoni (2009: 39), yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Hasil belajar akademik siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari individu
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Penerimaan terhadap
perbedaan individu dalam kelompok dilakukan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sama satu sama lain dalam berbagai latar
belakang kondisi.
c) Pengembangan ketrampilan sosial
pengembangan ketrampilan sosial mengajarkan pada siswa bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai
warga masyarakat, bangsa dan negara dalam mengatasi masalah-masalah
sosial yang semakin kompleks, serta mampu dalam menghadapi persaingan
global untuk memenangkan persaingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran ini bukan satu-satunya model pembelajaran yang terbaik karena di
samping kelebihan adapula kelemahan yang terdapat dalam model pembelajaran
ini, diantaranya:
Tabel 1. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan Kelemahan 1. Meningkatkan harga diri tiap
individu. 2. Penerimaan terhadap individu yang
lebih besar. 3. Konflik antar pribadi berkurang. 4. Sikap apatis berkurang. 5. Pemahaman yang lebih mendalam. 6. Retensi atau penyimpanan lebih
lama. 7. Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi. 8. Model pembelajaran kooperatif
dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi.
9. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).
10. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif.
11. Menambah motivasi dan percaya diri.
12. Menambah rasa senang berada di sekolah.
13. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.
2. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder jika ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai.
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok menyebabkan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena anggota kelompok tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan keseluruhan pekerjaan tersebut
( Sumber: http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2011/07/kelebihan-model-
pembelajaran-kooperatif.html )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Tipe Talking Stick
a. Pengertian metode talking stick
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick
sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas
berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang
diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai
mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang
memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan
hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Model pembelajaran innovatif yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
dengan talking stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Pembelajarann dengan talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai
materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan membaca dan
mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk melakukan
aktivitas ini.
Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat tersebut
diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru, demikian seterusnya.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap
seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama siswa
merumuskan kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Langkah-Langkah Penerapan Talking Stick
Dalam suatu metode tentunya terdapat Langkah-langkah yang harus
dilaksanakan tidak terkecuali metode Talking stick yang penerapannya dapat
dilakukan sebagai berikut:
1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang
2) Guru menyiapkan sebuah tongkat atau bisa juga diganti dengan bola.
3) Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
7) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya
tidak bisa menjawab pertanyaan.
8) Guru memberikan kesimpulan.
9) Guru melakukan evaluasi/ penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
10) Guru menutup pembelajaran.
c. Kelebihan dan Kelemahan Talking Stick
Talking Stick dimaksudkan dalam proses belajar mengajar di kelas
berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang
diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam metode ini terdapat kelebihan dan kelemahan antara lain:
Kelebihan :
1) Menguji kesiapan siswa
2) Melatih siswa memahami materi dengan cepat
3) Agar lebih giat belajar
4) Kondisi belajar yang menyenangkan
Kelemahan
1) Membuat senam jantung
2) Waktu yang lama dan bertele-tele, siswa yang belum belajar dan belum siap
menjawab pertanyaan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
menjawab akan memperlambat proses pembelajarannya.
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yang
saling berkaitan yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)
belajar mengajar dan hasil belajar. Menurut Sudjana (1989: 2) hubungan ketiga
unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan instruksional
(a) (c)
Pengalaman belajar (b) evaluasi
(proses belajar mengajar)
Gambar1. Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar
Dari bagan yang digambarkan di atas dapat kita pahami bahwa kegiatan
pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar yang disusun oleh
guru mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dirumuskan hendaknya didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan,
sehingga antara kegiatan pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan memiliki arah
yang sama.
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh
mana tujuan telah tercapai. Karena itu di dalam menyusun evaluasi hendaknya
memperhatikan secara seksama rumusan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dan harus dapat mengukur sejauh mana proses pembelajaran telah
dilaksanakan.
b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran
dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh karena itu, penilaian
hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang
dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya
(pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian
berfungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran.
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya.
c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Secara umum penilaian bertujuan melihat sejauh mana suatu program
atau suatu kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagaimana
telah disebutkan di atas, sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari
penilaian hasil belajar adalah untuk:
1) Mendeskripsikan kecakapan hasil belajar para siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau
mata pelajaran yang ditempuhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,
dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni
seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta
strategi pelaksanaanya.
4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
d. Aspek-Aspek dalam Hasil Belajar
Agar supaya penilaian belajar benar mencapai sasaran yaitu untuk
mengetahui perubahan afektif dan keberhasilan siswa dalam belajar maka
Menurut Suprijono (2009: 5) “Hasil belajar merupakan pola-polaperbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.” Menurut
pemikiran Gagne dalam bukunya Suprijono (2009:5), hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2) Kemampuan inteleksual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitif sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima dan menolakobjek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Bloom dalam Winkle (1978:274-279) membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: (a) Pengetahuan (b) Pemahaman (c) Penerapan (d) Analisis (e) Sintesis (f) Evaluasi
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: (a) Penerimaan. (b) Partisipasi (c) Penilaian (d) Organisasi (e) Pembentukan pola diri
3) Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) Persepsi (b) Kesiapan (c) Gerakan terbimbing (d) Gerakan yang terbiasa (e) Gerakan kompleks (f) Penyesuaian pola gerakan (g) Kreativitas Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu
diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perubahan perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal. Setiap proses
belajar mempengaruhi perubahan perilaku domain tertentu pada diri siswa,
tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil perubahan tingkah laku tersebut meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
e. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu
penilaian tes dan penilaian non tes.
a. Tes
Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 66) merupakan “tes
penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang
diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa”. Tes diujikan setelah siswa
memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Macam-macam tes
menurut Purwanto (2009: 67) yang dikutip dari Gronlund dan Linn (1990: 12-
13) yaitu:
1) Tes formatif
Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses
belajar-mengajar.
2) Tes sumatif
Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui
penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam
satuan waktu tertentu seperti semester.
3) Tes diagnostik
Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang
mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.
4) Tes penempatan
Tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang
diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai
dengan minat dan bakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Non Tes
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:
1) Pengamatan
2) Skala sikap
3) Angket
4) Catatan harian
5) Daftar cek
Purwanto (2009: 69)
Dalam penelitian ini untuk menilai ranah afektif siswa dilakukan dengan
menggunakan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, aspek yang dinilai
adalah keaktifan dan kecepatan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan talking
stick, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, dan kemandirian siswa dalam
mengerjakan soal evaluasi.
Untuk pengukuran ranah kognitifnya peneliti melakukan tes tertulis kepada
siswa dengan memberikan tes tertulis diakhir siklus. Pada evaluasi di akhir siklus I
yaitu dengan memberi tes bentuk esai. Pada tes esai setiap soal mendapatkan skor
berbeda-beda tergantung dari tingkat kesulitannya, siswa yang mengerjakan secara
tepat akan mendapatkan skor maksimal dan untuk jawaban yang salah akan mendapat
keringanan dengan skor 2. Begitu juga dengan siklus 2.
Untuk menilai ranah psikomotoriknya dilakukan pengamatan dengan cermat
dan objektif, serta menggunakan pedoman pengamatan yang berisi aspek yang
diamati dan bobot masing-masing. Pengamatan yang dilakukan untuk memberi nilai
pada ranah psikomotorik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu
mulai dari pemberian materi sampai dengan dilakukan evaluasi akhir (post test) pada
setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 2. Penskoran Tes Kognitif dan Tes Psikomotorik
No. NIS NAMA
PESERTA DIDIK
ASPEK YANG DIUKUR
1 2 3 4
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
Keterangan: Aspek yang diukur
1. : Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
2. : Ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal
3. : Ketuntasan hasil belajar (standar nilai KKM 70)
Standar pengukuran :
1) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
a. √ : Aktif (menunjukkan perhatian, bertanggung jawab, berpartisipasi,
kerja sama, mengajukan pertanyaan dan pendapat dalam diskusi
kelompok)
b. − : Kurang atau tidak pernah menunjukkan perhatian, bertanggung
jawab, berpartisipasi, sama, mengajukan pertanyaan dan pendapat
dalam diskusi kelompok
2) Ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal
a. √ : Teliti dan tepat dalam menyelesaikan soal
b. − : Kurang teliti dan kurang tepat dalam menyelesaikan soal
3) Ketuntasan hasil belajar (standar nilai KKM 70)
a. √ : Hasil belajar tuntas ( ≥ 70)
b. − : Hasil belajar belum tuntas ( <70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6. Pembelajaran Akuntansi
a. Pengertian mata pelajaran akuntansi
Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang diperoleh siswa
dikelas XI dan XII SMA jurusan Ilmu Sosial (IS). Mata pelajaran akuntansi
merupakan mata pelajaran pokok yang kapasitas jam pelajaran lebih banyak
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran ini siswa diajarkan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan informasi keuangan sebagai bahan atau
alat komunikasi dalam bisnis. Akuntansi juga mengajarkan tentang kondisi
keuangan yang berkaitan dengan posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah
kekayaan, utang, dan modal dalam suatu perusahaan, baik jasa, maupun dagang.
Soemarso (2004:3), menjelaskan pengertian akuntansi menurut AAA
(American Accounting Association) yaitu : “…proses mengidentifikasi,
mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut”. Pendapat lain dikemukakan oleh beberapa ahli seperti yang
dikutip oleh Akhmad Widodo (2006:3) yaitu :
1. Akuntansi pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menghasilkan suatu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan dan untuk mengendalikan organisasi. (Akuntansi Keuangan PPPA, DEPDIKBUD)
2. Akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi Perusahaan), pemerintah (Akuntansi Pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi Publik). (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2003)
3. Suatu proses pengidentifikasian atau pengkajian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi dalam membuat pendapat-pendapat dan keputusan-keputusan. (terjemahan bebas definisi akuntansi “A Statemant basic accounting theory”, American Accounting Accociation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4. Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data, terutama yang bersifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam pemilihan alternatif suatu keadaan. (terjemahan bebas definisi akuntansi dari : American Institute of Certified Public Accountant)
Pengertian akuntansi dapat disimpulkan dari segi konsep, merupakan suatu
disiplin ilmu yang menghasilkan informasi keuangan suatu unit organisasi untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan, sedang dari segi proses adalah proses
pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan.
b. Tujuan utama akuntansi
Tujuannya adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan
ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang
dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan
keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. Untuk menghasilkan
informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan,
penggolongan, penganalisaan dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan
keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi tersebut
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan mengukur data yang relevan untuk suatu keputusan
yang dibuat.
2. Memproses data yang bersangkutan kemudian menyusun laporan.
3. Mengkomunikasikan laporan kepada pemakai.
(Soemarsono, 1986 :6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penelitian tindakan kelas ini didukung adanya penelitian yang terdahulu
diantaranya sebagai berikut:
1. Nani Fajarwati. 2010.Dalam skripsinya yang berjudul ”Penerapan Model
Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning Tipe Times Games Tournament
(TGT) Dan Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI
AK 2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan Di SMK Negeri 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010”. Hal ini terbukti dengan peningkatan pada rata-rata
kelas dan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada setiap siklus. Rata-rata kelas
sebelum diterapkan65,35 dengan ketuntasan 52,78%. Siklus I rata-rata kelas
menjadi 71,83 dengan ketuntasan meningkat menjadi 72,22%, siklus II rata-rata
kelas menjadi 79,39 dengan ketuntasan 86,11%.
2. Hardyna Usi Velawati 2009 . Dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling Dan Talking Stick Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Eksperimen
Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 6 Purwodadi Tahun Ajaran 2010/2011)” Hal
ini dapat terbukti dari rata-rata hasil pra-tindakan 66,1 atau 72% diatas KKM,
pada siklus I menjadi 69,5 atau 86% diatas KKM. Pada siklus II menjadi 73,4
atau 90% diatas KKM, dan pada siklus III rata-rata 80 atau 100% diatas KKM.
3. Irfatul Aini. 2010. Dalam skripsinya yang berjudul“Penerapan Pembelajara
Inovatif Melalui Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Di SMPN 1 Singosari”. Berdasarkan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1
singosari Malang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata tes matematika
semester I sebelum diterapkan adalah 51, setelah diterapkan menjadi 74,44.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan di atas adalah sama-
sama menerapkan model pembelajaran inovatif model cooperatif learning tipe
Talking Stick yang dapat membangkitkan minat dan belajar siswa dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang relevan diatas adalah dalam penelitian ini
peneliti hanya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
berdasarkan hasil belajar siswa pada pembelajaran akuntansi.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran untuk dapat memberikan
jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berpikir ini
digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik, didasarkan pada kajian
teori dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: tujuan pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha
Esa dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor internal maupun eksternal. Hasil observasi menunjukkan beberapa
permasalahan yaitu: 1) model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar belum bervariasi, masih didominasi oleh guru sehingga siswa
cenderung bosan . 2) siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses belajar
mengajar yang ditandai siswa jarang bertanya pada guru, 3) hasil belajar yang tidak
optimal, ditandai nilai rata-rata untuk mata pelajaran akuntansi rendah.
Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran dengan meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa terhadap mata
pelajaran akuntansi. Salah satu cara yang dapat ditempuh dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Langkah-langkahnya adalah :
1) pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima orang. 2) pemberian tugas yang dikerjakan oleh
kelompok, yaitu masing-masing kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan bersama-
sama dengan anggotanya, 3) presentasi, yaitu setelah kelompok tersebut selesai dalam
mengerjakan tugas kelompok, lalu tongkat diputar secara acak dimana tongkat itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berhenti maka kelompok tersebut yang maju untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. 4) kuis, setelah melakukan presentasi, siswa diberikan soal untuk
dikerjakan secara individu.
Dari penggunaan teknik pembelajaran tersebut diharapkan dapat
menghasilkan keluaran (output) siswa yang memiliki hasil belajar dan keaktifan
siswa yang meningkat. Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu: maka
dapat digambarkan skema kerangka berfikir sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Talking Stick Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 8
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”
Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir
Perencanaan Pembelajaran
TARGET PEMBELAJARAN 1. Penguasaan materi/
konsep 2. Sikap dan keterampilan
sosial
HASIL KERJA KELOMPOK
Pemberian Hadiah dan Kritik Siswa
Talking Stick (tongkat yang berbicara)
Belajar Kolaboratif
PEMBENTUKAN KELOMPOK DAN PENGARAHAN/ PENGONDISIAN SISWA UNTUK BEKERJA SAMA
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM KELOMPOK BELAJAR Pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam suasana belajar berkelompok
CATATAN OBSERVASI GURU MENGENAI KERJA SISWA
PROSES KERJA KELOMPOK
PENYAJIAN/ UNJUK KERJA SISWA/ KELOMPOK SISWA
DEBRIEFING Refleksi dan Internalisasi
PROSSES PENGAJARAN/ PROSES PEMBELAJARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian,yang masih harus diuji kebenarannya sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka dan
penelitian yang relevan serta kerangka berfikir maka hipotesis yang peneliti ajukan
adalah: “Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil
belajar akuntansi kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Setting dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XI IPS 1
SMA Negeri 8 Surakarta sebanyak 29 siswa. Berdasarkan observasi awaldari 29
siswa tersebut 17 siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi mata pelajaran
akuntansi sehingga memperoleh nilai kurang dari KKM dan 12 siswa mendapatkan
nilai yang lebih dari KKM. KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Akuntansi
adalah 70. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian
dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe cooperative Talking Stick dalam pembelajaran
akuntansi.
Hasil dari survey bertujuan untuk mengumpulkan data dengan cara
pengamatan/observasi, dan tes. Hasil pengamatan berupa catatan lapangan
pratindakan, daftar nilai, dan dokumentasi dari survey awal meliputi foto kegiatan
belajar mengajar dikelas XI IPS 1.
Hasil dari observasi awal sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Guru
Pada saat proses pembelajaran akuntansi berlangsung guru belum dapat
membangkitkan minat siswa, guru masih monoton dan kurang menarik sehingga
siswa kurang berminat dan kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi.
Siswa terlihat bosan dan jenuh terhadap pelajaran akuntansi serta kurang
memperhatikan pelajaran dengan seksama.
2. Ditinjau dari Model pembelajaran
Model pembelajaran konvensional dengan ceramah monoton menyebabkan
siswa kurang aktif dan cenderung membosankan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran akuntansi.
Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran akuntansi, hal ini dapat dilihat
dari siswa yang cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi, mereka memilih diam meskipun
sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang
dibahas,sebagian siswa juga masih malu dan takut untuk mengerjakan soal di
depan kelas. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan aktif mengungkapkan
pendapatnya dan bertanya disaat mereka mengalami kesulitan, sehingga
komunikasi timbal balik dalam pembelajaran mutlak diperlukan
b. Kurang telitinya siswa dalam mengerjakan soal.
Siswa masih kurang teliti dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
ini dikarenakan siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru sehingga masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal.
c. Hasil belajar siswa kurang maksimal.
Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian
awal menunjukkan bahwa sebanyak 12 siswa atau 41,37% telah memenuhi
KKM sedangkan sebanyak 17 siswa atau 58,62% belum memenuhi KKM,
dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mata pelajaran
akuntansi belum optimal.
Hasil pengamatan pada kondisi awal yang berupa: daftar hadir, daftar nilai
siswa dari data milik guru mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 1, dan tes sebagai
bahan menyusun rencana tindakan siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan (3)
observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi tindakan.
a. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus pertama melalui pembelajaran
kooperatif dengan tipe talking stick adalah :
1) Perencanaan Tindakan Siklus 1
Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus pertama dilaksanakan pada
hari Jumat, 18 Januari 2012. Guru bersama peneliti mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Disesuaikan
dengan jadwal kelas yang akan diteliti yaitu di kelas XI IPS 1 yang
menjadwalkan pada hari Senin dan Jumat untuk mata pelajaran akuntansi.
Hari Senin pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 45 menit yaitu satu
jam pelajaran sedangkan untuk hari Jumat proses pembelajaran dilakukan
selama 90 menit yaitu 2 jam pelajaran. Kemudian telah disepakati bahwa
pelaksanaan penelitian untuk siklus pertama akan selama 3 kali pertemuan,
yakni pada tanggal 20, 23, dan 27 Januari 2012.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus pertama meliputi kegiatan
sebagai berikut: peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran
akuntansi pada kompetensi membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan
jasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, dengan
skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama (90 menit)
(1) Guru mengucapkan salam pembuka kemudian mengabsen kehadiran
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(2) Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru terlebih dahulu melakukan apersepsi tentang materi posting
atau buku besar.
(4) Guru memberi penjelasan mengenai metode pembelajaran yang akan
digunakan untuk pertemuan saat itu disertai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran.
(5) Setelah guru selesai memberi pengarahan dan penjelasan kemudian
dilanjutkan dengan mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang.
(6) Guru membagikan materi dan tugas yang sama kepada setiap
anggota kelompok, masing-masing siswa mendapat lembaran materi
dan tugas yang sama.
(7) Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk membaca
dan mempelajari materi yang sudah diberikan dan
mendiskusikannya bersama dengan kelompoknya masing-masing
selama 20 menit.
(8) Dari sini akan terlihat keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok.
(9) Guru mengawasi dan membimbing setiap kelompok yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi maupun menyelesaikan
masalah atas soal- soal latihan yang diberikan yaitu sejumlah 7
transaksi dan dua pertanyaan untuk buku besar.
(10) Selesai berdiskusi dan mengerjakan soal latihan tersebut guru
mempersilahkan siswa untuk menutup buku dan mengumpulkan
tugas sebagai latihan.
(11) Guru menjelaskan kembali alur pembelajaran talking stick ini
kemudian memberikan tongkat sebagai media tanya jawab kepada
salah satu kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(12) Selama waktu yang tersisa guru melakukan tanya jawab kepada
setiap kelompok, selesai menjawab satu pertanyaan guru
memberikan penegasan dan pembahasan, selanjutnya tongkat digilir
sesuai pilihan kelompok pertama yang mendapatkan tongkat dan
dilanjutkan pembahasan, digilir lagi sampai semua kelompok
mendapat giliran yang sama.
(13) Guru memberikan penegasan dan kesimpulan dari kegiatan
tersebut.
b) Pertemuan kedua (45 menit)
(1) Guru mengucapkan salam pembuka dan dilanjutkan dengan presensi
siswa.
(2) Guru melakukan kilas balik penjelasan mengenai materi sebelumnya
dan mengulangi penjelasan kembali mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick.
(3) Guru menyampaikan rencana kegiatan untuk pembelajaran pada
pertemuan itu dan meminta siswa duduk di kelompoknya masing-
masing untuk melanjutkan tanya jawab dan pembahasan secara
keseluruhan.
(4) Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi
kembali sembari mengingat dan memahami materi kemarin selama 5
menit.
(5) Selesai berdiskusi, guru meminta siswa menutup kembali buku
mereka.
(6) Guru menjelaskan kembali alur pembelajaran talking stick ini
kemudian melanjutkan tanya jawab kemarin kepada kelompok
terakhir yang menerima tongkat dan bergiliran ke kelompok lain
sampai pertanyaan habis dijawab dan dibahas bersama dengan guru.
(7) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(8) Guru memberikan kesimpulan dan penegasan selama proses diskusi
berlangsung.
c) Pertemuan ketiga ( 90 menit )
(1) Salam pembuka dilanjutkan presensi siswa.
(2) Menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas.
(3) Meminta siswa duduk pada posisi yang benar dan tertib untuk
mempersiapkan diri dalam mengerjakan tes evaluasi.
(4) Guru membagikan soal tes evaluasi kepada para siswa dan meminta
siswa untuk mengerjakan secara tertib dan jujur tidak saling bekerja
sama.
(5) Guru mengawasi saat proses pengerjaan tes supaya hasil pekerjaan
siswa merupakan hasil kemampuannya sendiri. Setelah selesai
jawaban dikumpulkan oleh guru.
(6) Guru membahas soal-soal tes sehingga para siswa mengetahui letak
kesalahannya.
(7) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi akuntansi kompetensi dasar ikhtisar siklus akuntansi perusahaan
jasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
(8) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes.
Instrumen tes ini dilihat dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir
siklus I).
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pertama dilaksanakan selama 3 kali pertemuan,
seperti yang telah disepakati dan direncanakan, yaitu hari jumat 21 Januari,
Senin 23 januari, dan Jumatnya lagi tanggal 27 Januari di ruang kelas XI IPS
1. Pertemuan dilaksanakan sesuai jadwal siswa, hari Senin satu kali
pelajaran selama 45 menit dan hari Jumat dua kali pelajaran selama 90 menit
sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Materi pada pelaksanaan tindakan pertama ini adalah Ikhtisar Siklus
akuntansi perusahaan jasa untuk membuat pengakunan atau
pemindahbukuan. Pada pertemuan pertama, guru terlebih dahulu
mengadakan apersepsi kemudian membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang setiap kelompoknya, selanjutnya
siswa diminta untuk belajar kelompok bersama dengan kelompoknya dan
membahas soal-soal latihan yang terlampir setelah peserta siap kemudian
siswa diminta menutup buku dan mengumpulkan tugas untuk soal-soal
latihan yang dikerjakan barulah siswa diberi pertanyaan berdasarkan model
pembelajaran kooperatif talking stick yaitu kelompok yang diberikan tongkat
harus menjawab pertanyaan berdasarkan soal-soal latihan yang sudah dibahas
sebelumnya.
Kemudian kelompok yang sudah mendapat giliran menjawab
pertanyaan akan menunjuk orang lain di kelompok yang berbeda, kemudian
diberikan lagi ke kelompok lain yang belum mendapat giliran dengan
menunjuk secara acak orang yang akan menjawab dan seterusnya.
Kelompok yang mendapat giliran memegang tongkat harus menjawab
pertanyaan jika anggota kelompok yang mendapat tongkat tidak bisa maka
akan dibantu anggota kelompoknya yang lain.
Pada pertemuan kedua, kegiatan yang sama dilakukan seperti
pertemuan pertama dengan materi dan pembahasan yang sama. Jadi pada
pertemuan ini akan melanjutkan sesi tanya jawab dari pertanyaan yang
belum terjawab dan lebih banyak siswa yang mempersiapkan dan mendapat
giliran menjawab pertanyaan. Pada pertemuan ketiga, diisi dengan evaluasi
belajar siswa dari siklus pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Urutan pelaksanaan tindakan siklus pertama tersebut adalah sebagai
berikut :
(1) Pertemuan Pertama
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran/presensi
siswa. Pada pertemuan itu siswa yang tidak hadir tanpa keterangan yaitu
Kalveryanto Danang Setyawan. Guru terlebih dahulu melakukan apersepsi,
setelah itu guru melanjutkan dengan menjelaskan model pembelajaran
kooperatif talking stick yang akan dilaksanakan pada pertemuan itu dan
menjelaskan langkah- langkah pelaksanaannya serta tujuan dilaksanakan
model pembelajaran tersebut. Guru menyampaikan indikator-indikator apa
saja yang akan dinilai dalam proses pembelajaran tersebut.
Pada pertemuan ini guru melaksanakan model pembelajaran
kooperatif talking stick ini dengan terlebih dahulu membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang pada setiap
kelompoknya. Sebelumnya guru sudah mempersiapkan materi dan lembar
soal latihan untuk proses tanya jawab kemudian setiap kelompok bersama-
sama mempelajari dan membahas materi maupun soal-soal latihan untuk
menghadapi sesi tanya jawab selama 20 menit. Guru mengamati jalannya
diskusi setiap kelompok dan membantu kelompok yang kesulitan. Setelah
selesai diskusi kelompok dilanjutkan dengan sesi pertanyaan berdasarkan
model kooperatif talking stick yang menggunakan tongkat sebagai media
untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan terdiri dari 7 transaksi untuk jurnal
umum, 5 kali pencatatan untuk buku besar , dan 14 akun yang terdapat
buku besar.
(2) Pertemuan kedua
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam
pembuka, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran/presensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
siswa. Guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif dan setelah
kelas tenang, guru melanjutkan dengan mengkilas balik materi yang telah
dibahas pada pertemuan sebelumnya kemudian guru minta siswa untuk
duduk pada posisi kelompoknya masing-masing. Guru memberi kesempatan
siswa 5 menit untuk berdiskusi dan menyegarkan ingatan mereka mengenai
materi lalu sembari menjelaskan kembali model pembelajaran kooperatif
talking stick yang akan dilaksanakan sekarang kemudian akan dilanjutkan
dengan sesi pertanyaan yang belum tuntas pada pertemuan yang lalu.
Setelah selesai berdiskusi selama 5 menit untuk mempersingkat
waktu karena jam pelajaran yang disediakan pada pertemuan ini hanya 45
menit maka guru melanjutkan ke sesi pertanyaan yang terpotong pada
pertemuan yang lalu yaitu pada buku besar. Pada kesempatan ini yang
berhak menunjuk anggota kelompok dan membawa tongkat terakhir.
Setelah selesai menjawab pertanyaan guru memberikan penegasan
dan penjelasan dari jawaban masing-masing siswa, guru memberikan
kesempatan bertanya sebelum dilaksanakannya evaluasi atas pembahasan
atas materi mengenai Ikhtisar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa tentang
bagaimana membuat posting atau buku besar. Guru kemudian menutup
pertemuan tersebut dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama
pembelajaran dan kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan siswa selama
dua pertemuan kemudian guru kembali mengingatkan para siswa untuk
mempelajari kembali materi di rumah karena pada pertemuan berikutnya
akan diadakan kuis untuk siklus 1. Dan di akhir pertemuan guru menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
(3) Pertemuan ketiga
Guru membuka pertemuan ketiga didahului dengan salam
pembuka dan dilanjutkan dengan memeriksa presensi siswa. Instrumen
evaluasi berupa soal uraian tipe A dan B transaksi tentang posting. Guru
meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengerjakan tes evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Siswa diminta duduk pada tempatnya masing-masing dengan rapi dan
tertib. Guru dibantu oleh peneliti membagikan soal tes.
Guru dan peneliti bersama-sama mengawasi jalannya tes dan
meminta siswa untuk tidak saling bekerja sama dengan teman yang lain.
Waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tes tersebut selama 90 menit.
Setelah waktu tes dinyatakan telah habis, guru dibantu peneliti
mengumpulkan lembar jawaban saat itu juga. Kemudian guru membahas
soal tes supaya diketahui letak permasalahan-permasalahan yang dialami
siswa sehingga dapat diperbaiki pada pertemuan atau siklus selanjutnya.
Guru menutup pembelajaran saat itu dengan salam penutup.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran akuntansi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick di
kelas XI IPS 1. Peneliti mengambil posisi di dalam kelas agar peneliti
dapat secara jelas melihat (mengamati) proses belajar mengajar
akuntansi pada hari itu. Pada pertemuan pertama yaitu hari Jumat 21
Januari 2012, guru menyampaikan apersepsi dan penjelasan model
pembelajaran kooperatif talking stick serta mempraktekkan model
pembalajaran tersebut dengan materi yang telah tersedia kemudian
melakukan tanya jawab seperti langkah- langkah yang telah dijelaskan
dalam model pembelajaran kooperatif talking stick. Pada pertemuan
kedua Senin 23 Januari 2012, guru melanjutkan prosesi tanya jawab
yang belum selesai pada pertemuan pertama dan disertai penjelasan
kembali mengenai langkah-langkah model pembelajaran ini
sebelumnya.
Pertemuan yang ketiga Sabtu 27 Januari 2012, digunakan guru
dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus I agar hasil
belajar dari siklus I dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran akuntansi materi
Ikhtisar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa mengenai posting dan
Neraca Saldo setelah dengan menggunakan model pembelajaran
koopertif talking stick sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan
tindakan I.
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan proses belajar mengajar
akuntansi materi posting, diperoleh gambaran tentang pencapaian hasil belajar
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu:
1) Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok selama kegiatan kerja kelompok
berlangsung sebesar 10 siswa atau 34,48%, cukup aktif 13 siswa atau
44,82%, sedangkan 31.03% atau 9 siswa lainnya kurang kompak dan
tidak saling membantu dalam kelompok. Hal ini dikarenakan siswa yang
merasa tidak bisa mengerjakan tidak mau ikut berdiskusi karena
kurangnya motivasi belajar dalam diri mereka.
2) Siswa yang dapat mengerjakan tugas dari guru dengan tepat dan teliti
sebesar 79,17%, atau 23 siswa, sedangkan 20,86% masih ada yang tidak
lengkap dan belum bisa mengerjakan soal dengan sempurna.
3) Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir siklus I dapat diidentifikasi bahwa
siswa yang sudah mampu mengerjakan soal buku besar dan mendapatkan
nilai sangat memuaskan yaitu 81-100 sebanyak 6 siswa atau 20,69%,
memuaskan sebanyak 17 siswa atau 58,62%, sedangkan 24.14% siswa
lainnya belum sempurna dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal
ini disebabkan mereka kurang teliti dalam mengerjakan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari penjelasan diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4 . Penilaian hasil belajar siklus I
No Aspek yang dinilai
Siklus I Jumlah %
1 Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok 1.Aktif 10 34,48 2.Cukup Aktif 13 44,82 3.Kurang aktif 9 31,03 Jumlah 29 100%
2 Keteletian dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal
1.Teliti dan tepat 23 79,31 2. Kurang teliti dan tepat 6 20,69 Jumlah 29 100%
3 Ketuntasan hasil belajar (KKM 70) 1 .80 - 100 ( Sangat memuaskan) 6 20,69 2. 70 -79 ( Memuaskan) 17 58,62 3. < 70 (Kurang) 6 20,69 Jumlah 29 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 3.Grafik Penelitian Siklus I
18
19
20
21
22
23
SIKLUS I
20
23 23
Grafik Penelitian Siklus I
Keaktifan Siswa DalamDiskusi Kelompok
Ketelitian dan KetepatanSiswa Dalam MenyelesaikanSoal
Ketuntasan Hasil Belajar(Standar Nilai KKM 70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Beberapa kelemahan guru dalam siklus I ini adalah:
(a) Dalam pembagian kelompok guru bersikap kurang tegas sehingga
pembagiannya diserahkan kepada siswanya sendiri.
(b) Guru kurang dapat mengkondisikan siswa lebih tertib dan lancar
dalam proses pembelajaran berlangsung.
(c) Kurangnya motivasi dari guru dalam memulai pembelajaran dan
perhatian guru yang hanya berpusat kepada sebagian murid saja.
2) Beberapa kelemahan dari siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu
sebagai berikut:
(a) Masih ada siswa yang mengeluh masalah pembagian kelompok dan
ada juga siswa yang belum mendapat kelompok karena malas
mencari kelompok.
(b) Siswa yang tidak memperhatikan cenderung malah mengganggu
teman-temannya.
(c) Masih ada siswa yang acuh terhadap pelajaran dan metode baru
yang diterapkan oleh guru.
(d) Kurangnya antusias siswa karena kurang paham mengenai langkah-
langkah pelaksanaan model pembelajaran ini.
(e) Kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok terhadap materi
dan tugasnya untuk dibahas secara kelompok, beberapa dari
anggota kelompok ada yang masih menggantungkan jawaban dari
temannya yang lebih pintar dan tidak berusaha memahami sendiri
bahan materi yang diberikan.
(f) Ada beberapa kelompok yang bersikap pasif dan tidak mengerjakan
tugasnya dengan baik dan lengkap dan tidak menghiraukan
peringatan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(g) Dilihat berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, nilai tertinggi
adalah 92 nilai terendah adalah 15 dan nilai rata-rata kelas yaitu
79,31%,. Siswa yang sudah mencapai standar nilai 70 ke atas
sebanyak 20 siswa dari 29 siswa, jumlah tersebut sudah dapat
menunjukkan peningkatan bila dibandingkan sebelumnya, dengan
ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 48,27%. Hasil tersebut
belum dapat mencapai target yang ditetapkan yaitu 80% sehingga
diperlukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi yang
dapat dilakukan adalah :
1) Guru berusaha untuk lebih memperhatikan siswa yang pasif dan
bersikap tegas terhadap siswa yang kurang perhatian dalam
melaksanakan tugas kelompoknya.
2) Guru harus bisa mengatur siswa dan bersikap tegas agar siswa tidak
meremehkan perintah guru dan fokus dalam pembelajaran yang
berlangsung di kelas.
3) Guru harus memperhatikan seluruh siswa dan mempertanyakan siswa
yang tidak aktif dalam kegiatan kelompok maupun di kelas.
b. Siklus II
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus kedua melalui model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah Kegiatan perencanaan
tindakan pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 28 Januari 2012.
Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Disesuaikan dengan jadwal kelas yang akan
diteliti yaitu di kelas XI IPS 1 yang menjadwalkan pada hari Senin dan
Jumat untuk mata pelajaran akuntansi.
Hari Senin pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 45 menit yaitu
satu jam pelajaran sedangkan untuk hari Jumat proses pembelajaran dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
selama 90 menit yaitu 2 jam pelajaran. Kemudian telah disepakati bahwa
pelaksanaan penelitian untuk siklus pertama akan selama 2 kali pertemuan,
yakni pada tanggal 30 Januari dan 03 Februari 2012.
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Hasil siklus I pertemuan I dan II menunjukan bahwa hasil belajar siswa
meningkat. Hal yang masih perlu diperbaiki dalam siklus I adalah sebagai
berikut:
(a) Guru belum dapat menguasai kondisi pembelajaran dengan baik, sehingga
masih ada beberapa siswa yang terlihat belum menunjukkan keaktifan
dalam proses pembelajaran.
(b) Siswa belum dapat fokus dalam proses pembelajaran, sehingga pemahaman
terhadap materi masih kurang.
(c) Siswa pada saat mengerjakan soal evaluasi masih ada yang bertanya teman.
Siswa kurang percaya dengan kemampuanya sendiri.
Hasil analisis data yang diperoleh dari observasi, dan daftar nilai
siswa maka dibutuhkan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut sebagai
berikut:
1. Tindakan siklus II pertemuan I (tanggal 30 Januari 2012)
a) Guru merancang konsep pembelajaran cooperative script dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan beberapa perbaikan
agar proses pembelajaran berjalan lebih baik dari siklus I.
b) Guru mempersiapkan soal post test yang akan dilakukan pada akhir
pembelajaran siklus II.
2. Tindakan siklus II pertemuan II (tanggal 03 Februari 2012)
Tindakan siklus II pertemuan II direncanakan untuk evaluasi siklus II
materi jurnal penyesuaian. Instrument evaluasi berupa kertas kerja dan dan
jurnal penutup yang telah dikerjakan pada siklus I serta lembar kerja buku
besar dan kolom neraca saldo setelah penutupan, setelah itu dibuat jurnal
penyesuaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2) Pelaksanaan Tindakan Silkus II
Pelaksanaan tindakan kedua dilaksanakan selama 2 kali pertemuan,
seperti yang telah disepakati dan direncanakan, yaitu hari Senin 30 Januari dan
03 Februari 2012 di ruang kelas XI IPS 1. Pertemuan dilaksanakan sesuai
jadwal siswa, hari Senin satu kali pelajaran selama 45 menit dan hari Sabtu dua
kali pelajaran selama 90 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Materi pada pelaksanaan tindakan kedua ini adalah Ikhtisar siklus
akuntansi perusahaan jasa untuk membuat jurnal penyesuaian. Pada pertemuan
pertama, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi kemudian membagi siswa
menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang setiap
kelompoknya pembagiannya sama seperti pada siklus I, selanjutnya siswa
diminta untuk belajar kelompok bersama dengan kelompoknya dan membahas
soal-soal latihan yang terlampir setelah peserta siap barulah siswa harus
menutup buku dan mengumpulkan tugas untuk soal-soal latihan yang
dikerjakan barulah siswa diberi pertanyaan berdasarkan model pembelajaran
kooperatif talking stick yaitu kelompok yang diberikan tongkat harus
menjawab pertanyaan berdasarkan soal-soal latihan yang sudah dibahas
sebelumnya. Kemudian kelompok yang sudah mendapat giliran menjawab
pertanyaan akan menunjuk orang lain di kelompok yang berbeda, kemudian
diberikan lagi ke kelompok lain yang belum mendapat giliran dengan menunjuk
secara acak orang yang akan menjawab dan seterusnya.
Kelompok yang mendapat giliran memegang tongkat harus menjawab
pertanyaan jika anggota kelompok yang mendapat tongkat tidak bisa maka
akan dibantu anggota kelompoknya yang lain. Pada pertemuan kedua, diisi
dengan evaluasi belajar siswa dari siklus kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Urutan pelaksanaan tindakan siklus kedua tersebut adalah sebagai
berikut :
(1) Pertemuan Pertama
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam pembuka,
kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran/presensi siswa.Siswa yang
tidak hadir Berlian Yoga Irawan dan Neri Budiarto Mia di karenakan sakit,Ido
Sinambela Roberto alfa.Guru terlebih dahulu melakukan apersepsi, setelah itu
guru melanjutkan dengan menjelaskan model pembelajaran kooperatif talking
stick yang akan dilaksanakan pada pertemuan itu dan menjelaskan langkah-
langkah pelaksanaannya serta tujuan dilaksanakan model pembelajaran tersebut.
Guru menyampaikan indikator-indikator apa saja yang akan dinilai dalam
proses pembelajaran tersebut.
Pada pertemuan ini guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif
talking stick ini dengan terlebih dahulu membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang pada setiap kelompoknya.
Sebelumnya guru sudah mempersiapkan materi dan lembar soal latihan untuk
proses tanya jawab kemudian setiap kelompok bersama-sama mempelajari
dan membahas materi maupun soal-soal latihan untuk menghadapi sesi tanya
jawab selama 15 menit.
Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok dan membantu
kelompok yang kesulitan. Setelah selesai diskusi kelompok dilanjutkan dengan
sesi pertanyaan berdasarkan model kooperatif talking stick yang
menggunakan tongkat sebagai media untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan
terdiri dari 5 transaksi untuk Jurnal Penyesuaiannya, Pertanyaan akan dijawab
di papan tulis dan oleh guru akan dibuatkan format untuk Jurnal Penyesuaian.
jadi siswa hanya mencatat jawaban yang pas sesuai urutan transaksi.
Pada sesi pertanyaan setiap satu pertanyaan yang telah berhasil
dijawab guru memberikan penegasan dan penjelasan.Guru kemudian menutup
pertemuan tersebut dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pembelajaran dan kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan siswa
kemudian guru kembali mengingatkan para siswa untuk mempelajari kembali
materi di rumah karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan kuis untuk
siklus II. Dan di akhir pertemuan guru menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
(2) Pertemuan Kedua
Guru membuka pertemuan kedua didahului dengan salam pembuka
dan dilanjutkan dengan memeriksa presensi siswa. Guru meminta siswa untuk
mempersiapkan diri mengerjakan tes evaluasi. Siswa diminta duduk pada
tempatnya masing-masing dengan rapi dan tertib. Guru dibantu oleh peneliti
membagikan soal tes. Guru dan peneliti bersama-sama mengawasi jalannya
tes dan meminta siswa untuk tidak saling bekerja sama dengan teman yang
lain. Waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tes tersebut selama 90 menit.
Setelah waktu tes dinyatakan telah habis, guru dibantu peneliti
mengumpulkan lembar jawaban saat itu juga. Kemudian guru membahas soal
tes supaya diketahui letak permasalahan-permasalahan yang dialami siswa
sehingga dapat diperbaiki pada pertemuan atau siklus selanjutnya. Guru
menutup pembelajaran saat itu dengan salam penutup.
3) Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan mengguna-
kan pedekatan pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick di kelas XI IPS
1.Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilaksanakan pada Selasa, 30 Januari
2012 pukul 06.30-07.15 WIB. Pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Gurumelakukan apersepsi dengan mengucap salam, berdoa, dan
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Siswa yang tidak hadir Berlian Yoga
Irawan dan Neri Budiarto Mia di karenakan sakit,Ido Sinambela Roberto alfa.
Guru mengondisikan siswa agar suasana kondusif. Proses pembelajaran siklus
II kemudian diobservasi untuk mengetahui bagaimana jalannya proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran dan apakah ada peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II
bila dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan observasi penelitian pada siklus II siswa lebih aktif dalam
pembelajaran, semua siswa telah bekerja sama dan berbagi dengan pasangan
kelompoknya dengan baik. Masing – masing siswa berani mengemukakan
pendapatnya dan mengikuti proses pembelajaran secara maksimal. Hal ini
tidak lepas dari peran serta guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa
untuk aktif berdiskusi dan memotivasi siswa dalam belajar diperoleh
gambaran tentang pencapaian hasil belajar selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, yaitu sebagai berikut:
(a) Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok selama kegiatan kerja
kelompok berlangsung sebesar 10 siswa atau 34,48%, cukup aktif
sebanyak 13 siswa atau 44,82% sedangkan 20,07 % lainnya kurang
kompak dan tidak saling membantu dalam kelompok. Hal ini disebabkan
karena siswa yang merasa tidak bisa mengerjakan tidak mau ikut
berdiskusi karena kurangnya motivasi dalam diri mereka.
(b) Siswa yang dapat mengerjakan tugas dari guru dengan tepat dan teliti
sebesar 86,20%, sedangkan 13,08% yang lainnya masih ada yang tidak
lengkap dan belum bisa mengerjakan soal dengan sempurna.
(c) Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir siklus II dapat diidentifikasi bahwa
siswa yang sudah mampu mengerjakan soal Jurnal Pembalik dan
mendapatkan nilai 70 ke atas sebesar 96,55%, sedangkan 0,03% siswa
lainnya belum sempurna dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal
ini disebabkan mereka masih kesulitan dalam memahami materi dan
kurang teliti dalam pengerjaan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Berdasarkan uraian diatas dapat di buat tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5. Penilaian hasil belajar siklus II
No Aspek yang dinilai Siklus II
Jumlah % 1 Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok 1.Aktif 11 37,93 2.Cukup Aktif 14 48,27 3.Kurang aktif 4 13,79 Jumlah 29 100%
2 Keteletian dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal
1.Teliti dan tepat 25 86,02 2. Kurang teliti dan tepat 4 13,08 Jumlah 29 100%
3 Ketuntasan hasil belajar (KKM 70) 1 .80 - 100 ( Sangat memuaskan) 10 34,48
2. 70 -79 ( Memuaskan) 18 62,08 3. < 70 (Kurang) 1 3,44 Jumlah 29 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Gambar 4.Grafik Penelitian Siklus II
23
24
25
26
27
28
SIKLUS II
25 25
28
Grafik Penelitian Siklus II
Keaktifan Siswa DalamDiskusi Kelompok
Ketelitian dan KetepatanSiswa Dalam MenyelesaikanSoal
Ketuntasan Hasil Belajar(Standar Nilai KKM 70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
(d) Analisis dan Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II pertemuan I dan pertemuan II dapat
diperoleh data bahwa siklus II mengalami peningkatan hasil belajar yang
signifikandi kelas XI IPS 1. Kelemahan pada siklus I sudah dapat diatasi
pada siklus II. Guru sudah bisa menguasai kondisi pembelajaran dengan baik
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick,
sehingga siswa merasa senang dan tertarik mengikuti pelajaran. Siswa sudah
mulai fokus dalam pembelajaran, sehingga pemahaman terhadap materi
maksimal. Guru juga telah memberi pemahaman yang mantap kepada siswa
agar siswa yakin dengan kemampuan mereka sehingga siswa tidak bertanya
kepada teman yang lain saat evaluasi.
Pembelajaran akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick pada siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan nilai
hasil belajar apabila dibandingkan dengan nilai pre test dan nilai pos test
siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain:
a) Guru telah melakukan pembelajaran dengan metode Talking Stick
dengan baik sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran dan
memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa, oleh sebab itu hasil
belajar siswa dapat meningkat.
b) Siswa telah fokus aktif belajar dan termotivasi mengikuti pembelajaran
dengan metode Talking Stick secara optimal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti bersama guru sepakat
bahwa penelitian telah selesai dan berakhir pada siklus II, sebab pada siklus II semua
siswa atau 96,56% siswa telah mencapai ketuntasan belajar akuntansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
C. Perbandingan Hasil Antar Siklus
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick memiliki tujuan
yaitu untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 8
Surakarta. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil
pengamatan yang sudah dilakukan hasil belajar yang diperoleh dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada pelajaran akuntansi dapat
dilihat pada tabel dan penjelasannya sebagai berikut ini:
Tabel 6: Perbandingan hasil belajar silkus I dan II
No Aspek yang dinilai Siklus I Siklus II
Keterangan Jumlah % Jumlah %
1 Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
1.Aktif 10 34,48 11 37,93 Naik 2.Cukup Aktif 13 44,82 14 48,27 Naik 3.Kurang aktif 9 31,03 4 13,79 Turun Jumlah 29 100% 29 100% 2 Keteletian dan ketepatan
siswa dalam mengerjakan soal
1.Teliti dan tepat 23 79,31 25 86,02 Naik 2. Kurang teliti dan tepat 6 20,69 4 13,08 Naik Jumlah 29 100% 29 100% Turun 3 Ketuntasan hasil belajar
(KKM 70) 1 .80 - 100 ( Sangat
memuaskan) 6 20,69 10 34,48 Naik 2. 70 -79 ( Memuaskan) 17 58,62 18 62,08 Naik 3. < 70 (Kurang) 6 20,69 1 3,44 Turun Jumlah 29 100% 29 100%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick mengalami peningkatan setiap pelaksanaanya, terlihat
terjadi kenaikan prosentase penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick dari segi keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dari yang tadinya di siklus I
memperoleh 79,31% menjadi 86.02% di siklus II, ini artinya prosentase penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dilakukan mengalami peningkatan
sebesar 17,23%, sedangkan dari segi ketelitian dan ketepatan siswa dalam
mengerjakan soal juga mengalami kenaikkan prosentase penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dari yang tadinya di siklus I memperoleh
79,31% menjadi 86,02% di siklus II, maka prosentase penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick juga mengalami kenaikkan sebesar 6,71%. Dari
ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami kenaikan dari 79,31% menjadi 96,56%
disilkus II, maka prosentase penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick mengalami kenakian sebesar 17,25%.
Perbandingan hasil belajar akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
Gambar 5.Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
SIKLUS
20
25 23
25 22
28 Keaktifan Siswa DalamDiskusi Kelompok Siklus I
Keaktifan Siswa DalamDiskusi Kelompok Siklus II
Ketelitian dan KetepatanSiswa Dalam MenyelesaikanSoal Siklus IKetelitian dan KetepatanSiswa Dalam MenyelesaikanSoal Siklus IIKetuntasan Hasil BelajarSiklus I
Ketuntasan Hasil BelajarSiklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
D) Pembahasan
Sebelum melaksanakan siklus pertama, peneliti melakukan survei awal
untuk mengetahui kondisi yang ada di SMA Negeri 8 Surakarta. Dari hasil survei ini,
peneliti menemukan bahwa hasil belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 8 Surakarta masih belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan
diskusi dengan guru kelas dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
Guru kelas dibantu peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus pertama. Materi pada pelaksanaan tindakan
siklus I ini adalah Ikhtisar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa mengenai buku besar
dan neraca saldo. Setelah menerima apersepsi dari guru, siswa diminta untuk
mempelajari materi ini dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
Siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri
dari 4 sampai 5 orang setiap kelompok. Setelah itu, guru membagi materi Ikhtisar
Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa mengenai buku besar dan Neraca Saldo.
Guru kemudian memberi kesempatan masing-masing anggota kelompok
untuk membahas materi dan latihan soal yang akan dikerjakan. Selesai pembahasan
maka akan diadakan tanya jawab dengan menggunakan perantara tongkat, yang
memegang tongkat akan mendapat pertanyaan dari guru.
Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa di dalam kelompok,
siswa yang juga sebagai anggota kelompok tersebut harus menjawab pertanyaan jika
tidak bisa menjawab akan dilemparkan pada temannya yang satu kelompok
dengannya yang akan menjawab. Setelah selesai tongkat tersebut akan diberikan
kepada kelompok lain dan seterusnya sampai seluruh kelompok mendapat giliran
yang sama. Terakhir diadakan tes evaluasi untuk mengukur capaian konsep siswa
pada siklus I. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada siklus pertama masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kurang aktif dan ada yang belum berperan dalam kelompoknya dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi sehingga ada yang belum jelas mengenai materi yang
disampaikan temannya, serta kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok
terhadap bagian materinya masing-masing sehingga ada siswa yang tidak mau
mengajar teman-temannya dalam satu kelompok. Karena itu, peneliti mencari solusi
dan menyusun rencana pembelajaran siklus kedua untuk mengatasi kekurangan dan
kelemahan dalam pembelajaran akuntansi pada siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II adalah Ikhtisar Siklus Akuntansi
Perusahaan Jasa mengenai Jurnal Penyesuaian. Pada saat peneliti melakukan
wawancara dengan siswa, siswa merasa cukup tertarik dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick, siswa menjadi aktif,
siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar, siswa juga merasa tidak segan
bertanya dengan teman ataupun guru, dan temanya juga tidak segan mengajari teman
sekelompoknya yang belum paham.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar akuntansi
pada siklus II, keaktifan dan hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Siswa
yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dan
lebih merespon apersepsi guru. Meskipun begitu, masih diperlukan juga motivasi dari
guru dan pendekatan dari guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar
akuntansi. Namun, kekurangan tersebut dirasa dapat dilakukan guru. Oleh sebab itu
masalah yang dihadapi pada pembelajaran akuntansi kompetensi dasar Ikhtisar Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa sudah dapat teratasi dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang secara langsung mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa sehingga berakibat pada meningkatnya
keaktifan dan hasil pembelajaran akuntansi. Selain itu, peneliti juga dapat
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang dilakukan dalam dua siklus telah
terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam tiga ranah yaitu ranah
afektif, ranah psikomotorik dan ranah kognitif, dan peningkatan hasil belajar tersebut
akan dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan Hasil Belajar Aspek Penilaian
Hasil Belajar Indikator
Ketercapaian Siklus I Siklus II
Prosentase Peningkatan
Ranah Afektif 80% 79,31% 86.02% 6,71% Ranah Psikomotorik 75% 79,31% 86.02% 6,71% Ranah Kognitif 80% 79,31% 96,56% 17,25%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini dapat dilihat dari indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Siswa terlihat antusias pada saat awal akan mengikuti kegiatan belajar mengajar
dan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2) Siswa terlihat bersemangat dalam berperan mengajar teman sekelompoknya.
3) Siswa merasa mendapatkan tanggung jawab, karena dituntut untuk dapat
membuat teman di dalam kelompoknya paham dengan materi Ikhtisar Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa.
4) Siswa sudah mampu menguasai konsep materi akuntansi dengan kompetensi
dasar Ikhtisar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.
5) Nilai tes yang telah diberikan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai
siklus II yang mana itu menunjukkan adanya usaha siswa berusaha lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan : “ Model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar
akuntansi kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012” dapat
diterima. Artinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 8
Surakarta.
Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru, hal ini bisa
dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar
siswa dari 79,31 % (pada siklus I) menjadi 96,65% (pada siklus II), sedangkan aspek
dalam ketelitian dan ketepatan menyelesaikan soal pada siklus pertamater dapat 23
siswa (79,31%), pada siklus kedua terdapat 25 siswa (86,20%). Siswa menjadi lebih
menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas
bersama. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa yang menunjukkan
keaktifan mereka dalam diskusi kelompok sebanyak 23 siswa (79,31%) pada siklus
pertama sedangkan pada siklus kedua sebanyak 25 siswa (86,20%).
1. Kondisi-kondisi tersebut di atas, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Guru sudah berusaha untuk mengelola kelas dengan baik, hal tersebut
terefleksi dari :
1) Kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk ikut aktif terlibat
dalam proses pembelajaran yang berlangsung
2) Posisi guru yang tidak hanya terpaku di kelas bagian depan tetapi sudah
mampu berotasi sehingga dapat memantau siswa yang berada di bagian
belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3) Guru sudah dapat meningkatkan minat dan semangat siswa untuk aktif
dalam kegiatan belajar mengajar maupun pada saat kegiatan kerja
kelompok
4) Guru sudah dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
materi yang diajarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
kegiatan belajar mengajar melalui model pembelajaran kooperatif
talking stick.
b. Guru menyadari pentingnya melakukan suatu evaluasi terhadap proses
pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik,
dan tidak terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.
2. Kendala yang ada di SMA Negeri 8 Surakarta
Kurang memadainya sarana prasarana dalam kelas seperti: belum adanya
LCD untuk menampilkan Power point yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran,rusaknya karet penghapus dan belum ada penggaris yang tetap,
sehingga masih saling pinjam meminjam dikelas yang lain. Selain itu belum ada
kipas angin didalam kelas sehingga siswa pada kepanasan dan siswa lebih cenderung
berkipas-kipas dengan buku sehingga tidak bisa konsentrasi ke pelajaran dan kelas
menjadi tidak kondusif.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang kemudian dikaji maka dapat
diimplikasikan menjadi dua baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis yaitu:
1. Implikasi Teoretis
Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dilihat dari segi keaktifan siswa melalui aktivitas positif dalam proses
belajar mengajar dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan
model kooperatif tipe talking stick menekankan pada keaktifan siswa secara penuh,
baik fisik maupun mental sehingga mendorong untuk selalu aktif dalam belajar
melalui proses kerja sama dan tanggung jawab dalam kerja kelompok. Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
penelitian ini mendukung teori yang di kemukanan oleh Slavin (2003) “ Cooperative
learning adalah Model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara kolaboratif dengan
struktur yang heterogen, pendapat ini didukung teori yang dikemukakan Isjoni bahwa
pembelajaran dengan metode talking stick dapat mendorong peserta didik untuk
mengemukakan pendapat, perserta didik diberi kesempatan untuk bertanya yang akan
memperjelas materi yang diajarkan oleh guru.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitaian sebelumnya yang
dilakukan oleh: Nani Fajarwati (2010), dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran
Pemaduan Cooperatif Learning Tipe Times Games Tournament (TGT) Dan Talking
Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Pada Mata Pelajaran
Akuntansi Keuangan Di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
Simpulan dari pnelitian ini bahwa Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan
Cooperatif Learning Tipe Times Games Tournament (TGT) Dan Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi kelas XI AK 2. Hal ini terbukti dengan
peningkatan pada rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada setiap
siklus. Rata-rata kelas sebelum diterapkan65,35 dengan ketuntasan 52,78%. Siklus I
rata-rata kelas menjadi 71,83 dengan ketuntasan meningkat menjadi 72,22%, siklus II
rata-rata kelas menjadi 79,39 dengan ketuntasan 86,11%.
Hardyna Usi Velawati(2009),yang berjudul “Implementasi Pembelajaran
Kooperatif TipeSnowball Drilling Dan Talking Stick Terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa(Eksperimen Pada SiswaKelas Viii
Smp Negeri 6 Purwodadi Tahun Ajaran 2010/2011)”.Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model kooperatif tipe talking stickdapat meningkatkan pestasi belajar
siswa kelas Viii SMP Negeri 6 Purwodadi.Hal ini dapat terbukti dari rata-rata hasil
pra-tindakan 66,1 atau 72% diatas KKM, pada siklus I menjadi 69,5 atau 86% diatas
KKM. Pada siklus II menjadi 73,4 atau 90% diatas KKM, dan pada siklus III rata-rata
80 atau 100% diatas KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar
akuntansi siswa pada kompetensi dasar Ikhtisar Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.
Siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa
juga terlihat lebih aktif dalamkegiatan diskusi. Disamping itu siswa juga merasa
senang dengan adanya diskusi saat pembelajaran sehingga tidak mudah bosan dalam
mengikuti pembelajaran akuntansi. Hasil belajar siswa yang tercermin dari hasil
evaluasi juga mengalamipeningkatan.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal dalam
pembelajaran akuntansi, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, minat, dan kondisi lingkungan yang ada.
Penilaian juga harus dilakukan secara berkala danberkesinambungan, melalui hasil
belajar siswa, keaktifan dan partisipasi siswaselama proses belajar mengajar
berlangsung. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat menjadi salah
satu pertimbangan bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas yang khususnya dari implikasi paktis,
maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Melihat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada guru
akuntansi dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stickdan model – model sejenisnya untuk meningkatkan hasil belajar
akuntansi siswa atau pendekatan inovatif lainnya.
b. Diharapkan guru untuk terus mengembangkan minat serta semangat siswa
selama proses pembelajaran kooperatif tipe talking stick berlangsung agar
siswa dapat menemukan dan mengembangkan sendiri konsep dari materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
akan dipelajari serta siswa ditekankan agar mampu memahami materi
pelajaran dengan baik.
c. Meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas sehingga dapat tercipta
situasi kondusif yang mendukung proses pembelajaran.
d. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, guru
mampu bersikap tegas mengenai pembagian tugas untuk siswa sehingga
pembegian merata agar diskusi dapat berjalansecara optimal.
e. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, guru
hendaknya mengoptimalkan kegiatan belajar siswa saat berdiskusi dengan
memberikan pengarahan dan melakukan pengawasan terhadap siswa.
f. Guru hendaknya selalu mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran
kooperatif tipe talking stick yang telah berlangsung dalam upaya memperbaiki
kualitas pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick,
dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,efektif dan
menyenangkan.
b. Siswa harus lebihmeningkatkan kedisiplinan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
c. Siswa hendaknya memperhatikan dan tidak gaduh saat guru menerangkan.
3. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan penyempurnaan
dalam berbagai hal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan optimal.
b. Peneliti sebagai calon guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran
yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4. Bagi Sekolah
a. Perlu adanya bimbingan atau training kepada guru tentang model-model
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b. Sekolah perlu membuka diri dengan lembaga pendidikan maupun instansi lain
untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
c. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat menunjang kelancaran kegiatan
belajar mengajar.