penerapan model pembelajaran problem solving untuk

58
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS Skripsi Oleh ANNISHA NOOR DIENNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: phungnga

Post on 10-Dec-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA

PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS

Skripsi

Oleh

ANNISHA NOOR DIENNA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA

PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS

Oleh

ANNISHA NOOR DIENNA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektifan, dan

ukuran pengaruh model problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpi-

kir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius. Penelitian ini menggunakan

one group pretest posttest design dengan menggunakan teknik cluster random

sampling diperoleh sampel kelas XI IPA5. Aspek kepraktisan ditentukan dari ke-

terlaksanaan RPP berdasarkan observasi guru dan kemenarikan model berdasar-

kan respon siswa. Aspek keefektifan ditentukan dari rata-rata n-Gain hasil

penguasaan konsep di awal dan akhir pembelajaran dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran. Ukuran pengaruh(r) ditentukan dari rata-rata nilai pretes dan

postes dengan nilai r dihitung menggunakan rumus cohen. Hasil penelitian me-

nunjukan bahwa model problem solving memiliki kepraktisan dan keefektivan

sangat tinggi serta memiliki ukuran pengaruh besar dalam meningkatkan kemam-

puan berpikir lancar siswa.

Kata kunci :kepraktisan, keefektivitasan, problem solving, ukuran pengaruh

Page 3: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA

PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS

Oleh

ANNISHA NOOR DIENNA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 4: penerapan model pembelajaran problem solving untuk
Page 5: penerapan model pembelajaran problem solving untuk
Page 6: penerapan model pembelajaran problem solving untuk
Page 7: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dilli pada tanggal 23 November 1994 sebagai putri pertama

dari dua bersaudara buah hati Ayah Muhammad Arifin dan Ibu Dwi Mawarni.

Penulis mengawali pendidikan formalnya di TK Aisiyah diselesaikan tahun 2000,

SD Negeri 02 Rama Gunawan tahun 2006, SMP Negeri 1 Seputih Raman tahun

2009, SMA Negeri 1 Kotagajah tahun 2012.

Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes

SNMPTN. Semasa kuliah penulis mendapat Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan

Peningkatan Prestasi Akademik. Tahun 2015 penulis mengikuti Program

Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Tematik di SMP Negeri 1 Bulok, Kec. Banjarmasin, Kab. Tanggamus.

Page 8: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat

yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, dengan ini

Kupersembahkan karya kecilku Kepada

Ayahanda dan Ibunda Tersayang,Perjuangan kalian.....Usaha kalian untuk memberikan segala yang terbaikdalam hidupkuTerimakasih atas Doa serta dukungannya..

Almameter Tercinta ku...

Page 9: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

MOTTO

“Apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh

perbuatan tanganmu sendiri.” (Asy-Syuura:30)

“ Apa saja bencana yang menimpamu maka dari (kesalahan)

dirimu sendiri.” (an-Nisaa:79)

“Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah berserta orang-orang sabar.”

(Al-Baqarah ayat 153)

Bermimpilah..

maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

camkanlah

yang terpenting adalah bukan seberapa besar mimpi kita

tetapi seberapa besar kita untuk mimpi itu

(andrea hirata)

dan

jika kita mampu untuk memimpikannya

yakinlah kita pasti sanggup untuk mewujudkannya

(walt disney)

Page 10: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

x

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Penerapan

Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Lancar Siswa Pada Materi asam Basa Arrhenius” sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar sarjana pendidikan.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,

terima kasih atas kesediaannya memberi bantuan yang telah diberikan di sela-

sela kesibukannya.

4. Ibu Ratu Beta Rudbiyani selaku Pembimbing I, terima kasih atas kesediaan-

nya memberi bimbingan dan motivasi, menjadi tempat berbagi cerita, dan

meminjami banyak buku

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku Pembimbing 2, terima kasih atas

kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi

Page 11: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

xi

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan

saran untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan dan

motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.

7. Bapak Stepanus Wasito, S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Seputih Raman,

atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih juga

atas bimbingan dan masukkannya, ibu Charisma Ganda Megasari,S.Si.

sebagai Guru Mitra terima kasih atas waktu yang diberikan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian. , dan bapak serta ibu dewan guru, staf TU

SMAN 1 Seputih Raman yang sudi menerima keberadaan penulis selama

penelitian.

8. Sahabat terbaik ku Diah, bubur Rizki, kak Ferdi, kak chan Izza,akashi Iqbal,

miss telat Izu, mamah meli, abang ari, kakek didi, keluarga dan saudari ku di

D22 mak irma, yendol yeni, singa siti, adek puput, ubay puji, grecong grace

terima kasih sering makan dan nonton bersamanya

9. Murid-murid kebanggaanku XI IPA 5 SMAN 1 Seputih Raman, “ Tetap

Semangat Belajarnya, Nak”

10. Kakak dan adik tingkatku angkatan, 2013, 2014, 2015.

Setiap karya pasti memiliki kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandar lampung, 13 Juli 2016Penulis,

Annisha Noor Dienna

Page 12: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

xiii

DAFTAR ISI

HalamanCover Luar ........................................................................................................ i

Lembar Pernyataan............................................................................................. ii

Abstrak ............................................................................................................... iii

Cover Dalam ...................................................................................................... iv

Lembar Peersetujuan.......................................................................................... v

Lembar Pengesahan ........................................................................................... vi

Riwayat Hidup ................................................................................................... vii

Persembahan ...................................................................................................... viii

Motto .................................................................................................................. ix

Sanwancana........................................................................................................ x

Daftar Isi............................................................................................................. xii

Daftar Tabel ....................................................................................................... xx

Daftar Gambar.................................................................................................... xxi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E. Ruang Lingkup .................................................................................... 8

Page 13: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

xiv

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................ 10

B. Pembelajaran Problem Solving ............................................................ 13

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ............................................................. 15

D. Kepraktisan .......................................................................................... 17

E. Efektivitas ............................................................................................ 18

F. Kerangka pemikiran............................................................................. 19

G. Hipotesis ............................................................................................. 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 22

A. Subyek penelitian ................................................................................ 22

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 22

C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 22

D. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 23

E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 25

F. Analisis Data ....................................................................................... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... ......... 37

A. Hasil Penelitian........... ..............................................................................37

B. Pembahasan............................................................................................ 47

V. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 66

A. Simpulan ................................................................................................ 66

B. Saran....................................................................................................... 66

Page 14: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

xv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

LAMPIRAN.......................................................................................................

1. Silabus Pembelajaran ............................................................................. 72

2. RPP......................................................................................................... 79

3. LKS Arrhenius ....................................................................................... 95

4. LKS pH, pOH, pKw ...................................................................................................................... 101

5. Lembar Penilaian Keterlaksanaan.......................................................... 114

6. Angket Respon Siswa ............................................................................ 116

7. Lembar Penilaian Kemampuan Guru..................................................... 118

8. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .................................................... 121

9. Uji Validitas dan Reliabilitas SPSS ....................................................... 122

10. Uji Validitas dan Reliabilitas Excel ....................................................... 124

11. Kisi-Kisi Pretes/Postes ........................................................................... 128

12. Soal Pretes/Postes .................................................................................. 146

13. Kunci Jawaban Soal Postes.................................................................... 151

14. Hasil Pretes/Postes ................................................................................. 156

15. Uji Normalitas dan Homogenitas........................................................... 158

16. Uji t-pair dan Effect Size ........................................................................ 160

Page 15: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Ciri Keterampilan Berpikir Kreatif ................................................ 19

Tabel 2 Desain penelitian ............................................................................ 23

Tabel 3 Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ..................................................... 29

Tabel 4 Pengolahan Jumlah Skor................................................................. 30

Tabel 5 Kriteria n-Gain Siswa ..................................................................... 33

Tabel 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ........................................ 38

Tabel 7 Hasil Persen Besarnya Perubahan Setiap Aspek dan Pertemuan.... 42

Tabel 8 Hasil Analisis Penguasaan Konsep................................................. 45

Page 16: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Alur Penelitian .......................................................................... 25

Gambar 2 Keterlaksanaan RPP................................................................... 39

Gambar 3 Kemenarikan model dari respon siswa ...................................... 40

Gambar 4 Hasil analisis data aktivitas siswa............................................... 41

Gambar 5 Hasil analisis data kemampuan guru ......................................... 43

Gambar 6 Rata-rata nilai kemampuan berpikir lancar siswa....................... 44

Page 17: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Concise Dictionary of Science & Computers mendefinisikan kimia sebagai

cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian

tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan

fenomena lain yang menyertai perubahan materi. Konten ilmu kimia yang berupa

konsep, hukum, teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses

menggunakan sikap ilmiah. Ketiga aspek kimia ini perlu dipandang sama pen-

tingnya, sebab tidak ada pengetahuan kimia tanpa proses yang menggunakan pi-

kiran dan sikap ilmiah yang dilakukan kimiawan (Tim Pengembang Ilmu Pendi-

dikan FIP-UPI, 2007).

Fenomena kimia yang terjadi di kehidupan sehari-hari banyak yang dapat kita

amati, misalnya pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam,

pemanfaatan senyawa basa (antasida) dalam mengobati sakit maag, dan lain seba-

gainya. Pemberian fenomena alam akan melatih siswa untuk memiliki keteram-

pilan dalam hal mengamati. Pemberian fenomena ini diharapkan dapat menum-

buhkan rasa ingin tahu yang tinggi saat proses pembelajaran berlangsung, sehing-

ga siswa berani dan lancar untuk mengajukan pertanyaan serta lancar meng-

ungkapkan gagasan kepada orang lain.

Page 18: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

2

Faktanya pembelajaran kimia di beberapa sekolah hanya terpusat pada guru atau

yang sering disebut dengan teacher centered learning. Guru menyampaikan

materi dengan metode ceramah kemudian siswa dituntut untuk mencatat semua

penjelasan yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk menghafal rumus, teori,

dan semua konsep yang ada di buku paket tanpa diberi pemahaman yang menda-

lam mengenai materi yang diajarkan. Guru tidak pernah meminta siswa untuk

mengamati fenomena di sekitar kehidupan sehari-hari kemudian mengkaitkannya

dengan materi yang akan dibahas.

Berdasarkan hasil observasi di dua SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Lam-

pung Tengah, penulis menemukan bahwa guru-guru dalam mengajarkan materi

kimia menggunakan metode ceramah. Guru hanya meminta siswa untuk men-

dengarkan materi yang disampaikan kemudian mencatat semua materi yang telah

diberikan. Siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan soal dari LKS dan

buku paket. Cara belajar siswa sebelum ulangan hanya menghafal materi yang

telah disampaikan. Presentasi siswa hanya sesekali saja dilakukan dan itu pun

hanya satu kelompok yang mempresentasikannya. Kegiatan presentasi yang dila-

kukan tidak menampilkan hasil diskusi berupa pemecahan suatu masalah melain-

kan mencatat materi yang semuanya sudah tersedia di buku paket. Kegiatan de-

monstrasi atau eksperimen dilakukan hanya sesekali saja pada materi tertentu

seperti larutan elektrolit dan non elektrolit. Guru hanya menilai siswa memahami

konsep kimia atau tidak dari hasil ujian tertulis.

Duron, dkk. (2006) mengatakan bahwa pembelajaran kimia yang dibahas dengan

cara metode ceramah akan menempatkan siswa kedalam posisi yang pasif, maka

Page 19: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

3

sebagian besar pemikiran berasal dari guru dan tidak mengajak siswa untuk ikut

aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah meng-

akibatkan siswa kurang dapat membangun dan menumbuhkan konsep itu sendiri.

Dari fakta tersebut, sudah seharusnya seorang guru melakukan inovasi dalam

proses pembelajaran dimana siswa dapat diikutsertakan secara aktif saat pembe-

lajaran. Inovasi tersebut dapat dilakukan dengan mengubah cara pembelajaran

dari metode ceramah ke model pembelajaran yang mencakup ilmu kimia sebagai

proses, produk dan sikap. Salah satu model pembelajaran yang mengikutsertakan

siswa secara aktif adalah model pembelajaran problem solving. Model pembela-

jaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu

meningkatkan keaktifan siswa karena siswa didorong untuk mengutarakan gaga-

san-gagasan yang bervariasi dalam hal memecahkan masalah.

Model pembelajaran problem solving sangat diperlukan dalam proses pembela-

jaran di kelas karena dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif

(Djamarah dan Zain, 2002). Model pembelajaran problem solving dimulai dengan

adanya pemberian masalah. Melalui pemberian masalah, siswa akan terlatih

untuk memiliki sikap ulet, kritis, kreatif, dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam

memecahkan masalah. Kegiatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan

berdiskusi dan bekerja sama dengan teman-temanya. Kemudian siswa akan men-

cari data atau informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Siswa dilatih berpikir kreatif dalam membuat suatu hipoteis atau jawaban

sementara yang kemudian akan dibuktikan kebenarannya melalui observasi,

eksperimen, tugas, diskusi. Model pembelajaran melatih siswa untuk membuat

Page 20: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

4

suatu kesimpulan dari suatu konsep, hukum, dalil maupun teori dari hasil pene-

muan mereka.

Kemampuan berpikir kreatif selalu berhubungan dengan kegiatan mengevaluasi

dan mengeksplorasi yang memerlukan suatu stimulus (berupa masalah), respon

(langkah dari kegiatan probem solving), dan mental (Ackoff & Vergara, 1981).

Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa untuk

dapat memecahkan suatu masalah secara terampil. Pembelajaran sains yang beru-

pa penjelasan terjadinya fenomena alam disekitar kehidupan sehari-hari sangat

memerlukan kemampuan berpikir kreatif (Shaheen, 2010).

Mumford (2012) mengatakan bahwa berpikir divergen (disebut berpikir kreatif)

ialah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan infor-

masi yang telah diberikan, melalui penekanan pada keragaman kesesuaian dan

ketepatan (Beaty & Silvilia, 2012). Keterampilan berpikir kreatif merupakan ke-

terampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kreatif dibangun dari be-

berapa faktor, yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes, dan orisinil (Nusbaum &

Silvilia, 2010). Pengembangan kreativitas dapat dilakukan guru dengan cara me-

latihkan kemampuan yang terdapat pada keterampilan berpikir kreatif. Salah satu

indikator kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir lancar. Ke-

mampuan berpikir lancar yaitu mempunyai ciri-ciri yaitu: mengajukan banyak

pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak

gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya,

bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain, serta dengan

Page 21: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

5

cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi (Munandar,

2008).

Beberapa penelitian terdahulu mengemukakan bahwa model pembelajaran prob-

lem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Penelitian Rusda

dan Azizah (2012) pada proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kela-

rutan yang melatih siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, penelitian Husin (2014) pada

efektivitas model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kemampuan

berpikir evaluatif siswa pada materi asam-basa, dan penelitian Arfiyani dkk,

(2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving

yang dilengkapi macromedia flash dapat meningkatkan kreativitas siswa pada

materi hidrokarbon

Materi teori asam basa merupakan salah satu materi kimia kelas XI SMA dengan

kompetensi dasar 3.10 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam

basa dan/atau pH larutan. Kata “menganalisis” di sini menunjukan perlunya

suatu pemikiran yang lancar dalam mengajukan dan menjawab banyak pertanya-

an untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Berdasarkan uraian diatas, upaya

yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa khusus-

nya pada materi pokok teori asam basa Arrhenius yaitu dengan dilaksanakannya

penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Siswa pada Materi Asam Basa

Arrhenius”.

Page 22: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah pada

penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kepraktisan penerapan model pembelajaran problem solving

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius?

2. Bagaimana keefektivan penerapan model pembelajaran problem solving dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius?

3. Bagaimana ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Mendeskripsikan kepraktisan penerapan model pembelajaran problem solving

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius .

2. Mendeskripsikan keefektivitasan penerapan model pembelajaran problem

solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi

asam basa Arrhenius .

Page 23: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

7

3. Mendeskripsikan ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem

solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi

asam basa Arrhenius.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Melalui penerapan model pembelajaran problem solving dapat memberikan

pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia, sehingga

siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah khususnya pada

materi larutan Asam Basa Arrhenius.

2. Bagi Guru dan calon Guru

Guru dan calon guru memperoleh pengalaman model pembelajaran yang

efektif pada materi kimia khususnya materi asam-basa.

3. Sekolah

Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran merupa-

kan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

Page 24: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran problem solving dalam penelitian ini merupakan model

pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah.

Langkah-langkah model pembelajaran problem solving (Djamarah dan Zain,

2002) yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data

atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut;

(3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebe-

naran jawaban sementara tersebut; (5) Menarik kesimpulan.

2. Kepraktisan suatu model pembelajaran diukur berdasarkan keterlaksanaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lembar observasi) dan kemenarikan

model pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Nieveen, 1999).

3. Keefektifan model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan kemam-

puan guru dalam mengelola pembelajaran (lembar observasi), aktivitas siswa

(lembar observasi), dan hasil penguasaan konsep di akhir pembelajaran (n-

Gain rata-rata) (Nieveen, 2007:94).

4. Kemampuan berpikir lancar mempunyai ciri-ciri yaitu: mengajukan banyak

pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak

gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapan gagasan-gagaannya,

bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain, serta dengan

cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi

(Munandar, 2008).

Page 25: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

9

5. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah teori asam-basa Arrhenius,

konsep pH dan pOH

6. Effect size merupakan ukuran besarnya pengaruh model pembelajaran problem

solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi

asam basa Arrhenius dengan mengunakan rumus indeks Cohen`s.

Page 26: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu falsafah ilmu yang mengajarkan mengenai pem-

belajaran bermakna, yaitu menjelaskan sifat dasar dari suatu pengetahuan dan

bagaimana proses seseorang mempelajari suatu pengetahuan. Dalam teori ini

seorang guru hanya sebagai fasilisator yang mendukung siswa untuk merumuskan

suatu ide, mengemukakan pendapat, memberi kesemapatan siswa untuk bertanya,

dan membuat kesimpulan (Ciot, 2009). Dasar dari kontruktivisme adalah siswa

aktif untuk mengkontruksi pengetahuan mereka baik secara individu maupun ber-

sama teman kelompoknya. Siswa tidak hanya merekam informasi tetapi mem-

bangun struktur pengetahuan. Tugas seorang guru adalah membantu untuk me-

mulai diskusi, memberi kesempatan siswa untuk mengekspos pengetahuannya,

menyampaikan ide atau gagasan mereka, dan menilai pemahaman mereka

(Lunenburg, 2011:4).

Menurut Jacquline Brooks dan Martin Brooks (2005) terdapat 5 asas ilmu dari

kontruktivisme yaitu :

1. Menghadapakan siswa kepada problem yang saling berkaitan

2. Membuat struktur pembelajaran lewat konsep pokok

3. Mendorong dan menghargai muculnya pandangan/ide dalam diri siswa

4. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan kemauan siswa

5. Selalu menilai kemajuan peserta didik melalui konteks pembelajaran

Page 27: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

11

Proses pembelajaran yang terjadi menurut pandangan konstruktivisme yaitu me-

nekankan pada kualitas dari keaktifan pembelajar dalam menginterpretasikan dan

membangun pengetahuannya. Setiap individu menyusun pengalamannya dengan

jalan menciptakan struktur mental dan menerapkannya dalam pembelajaran.

Suatu proses aktif terjadi dimana individu berinteraksi dengan lingkungaanya dan

mentransformasinya ke dalam pikiran dengan bantuan struktur kognitif yang telah

ada didalam pikirannya tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ber-

kaitan dengan pembelajaran konstruktivis yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran

yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3)

menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran

dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Cobb, 1994:15)

Menurut Naylor dan Keogh (Ultanir, 2012:196) proses pembelajaran bermakna

yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya pelajar dapat mengkontruksi pemaha-

man dan ide dari pengetahuan yang ada. Selanjutnya Bodner (1986:15) mengata-

kan bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran pembelajar didasarkan atas

struktur-struktur kognitif atau skema yang telah ada sebelumnya, memberi basis

teoritis untuk membedakan antara belajar bermakna dan belajar hafalan. Belajar

secara bermakna, individu-individu harus memilih untuk menghubungkan penge-

tahuan baru dengan konsep-konsep yang relevan dan proporsi-proporsi yang telah

merkea ketahui. Dalam belajar hafalan, pengetahuan baru mungkin dapat dikua-

sai secara lebih sederhana dengan jalan mengingat kata demi kata secara harfiah

dan arbitrer untuk digabungkan ke dalam struktur pengetahuan yang berinteraksi

dengan apa yang sudah ada sebelumnya.

Page 28: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

12

Davis dan Maher (Ultanir, 2012:196) mengatakan bahwa seorang pelajar harus

mempunyai seperangkat konsep dan pengetahuan sehingga mereka dapat meng-

konstruksi pengetahuaannya sendiri secara individu maupun kolektif untuk

menyelesaikan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari Menurut John Dewey

(Ultanir, 2012:200) pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada.

Hubungan pengetahuan dan kenyataan merupakan hasil dari suatu kontruksi

kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Dalam Kolb dan Kolb (2008),

John Dewey mengatakan bahwa pembelajaran terbaik itu dilihat dari prosesnya

bukan hanya dari hasilnya.

Teori konstruktivisme lahir dari ide Glaserfeld, Piaget dan Vygotsky. Ketiga

tokoh ini dikenal sebagai pendiri trial kontruktivisme. Kontruktivisme Ernst Von

Glaserfeld dikenal sebagai kontruktivisme radikal, konstruktivisme Jean Piaget

dikenal sebagai kontruktivisme personal yang menekankan pada perkembangan

kognitif anak sedangkan konstruktivisme Vygotsky dikenal sebagai teori pembe-

lajaran sosial yang menekankan pada perkembangan sosial anak (Lieu & Chen,

2010:63)

Shaffer (1996: 274-275) mengatakan bahwa konstruktivisme Vygotskian meman-

dang bahwa pengetahuan dikontruksi secara kolaboratif antar individual dan

keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap indivdu. Dua prinsip penting yang

diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1) mengenai fungsi dan pentingnya baha-

sa dalam komunikasi sosial yang dimulai pada proses pencanderaan terhadap

tanda sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zone of

proximal development merupakan daerah antar tingkat perkembangan atau

Page 29: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

13

kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dam tingkat perkem-bangan

potensial atau kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang

dewasa. Menurut Vygostsky (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa suatu konsep

tidak bisa dibangun tanpa melakukan suatu interaksi sosial. Vygotsky (Kolb dan

Kolb 2008:47) dalam teori pembelajaran sosial, pembelajaran merupakan interak-

si antara manusia dengan lingkungan sosial yang dikontruksi dari pengalaman

masing-masing individu di lingkungan sosialnya.

Selanjutnya Zinchenko (Lieu & Chen, 2010:64) mengatakan bahwa “Pada proses

pembe-lajaran, Vygotsky menekankan praktik, berbicara, dan fokus pada proses

berpikir siswa. Pembelajaran harus mengkontruksi siswa untuk aktif berinteraksi

dengan masing-masing individu dan aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitar-

nya.

Menurut Von Glasselferd (Ultanir, 2012) pengetahuan tidak diterima secara pasif

melainkan dibangun dari akar pengetahuannya. Kontruktivisme fokus pada

pengetahuan sebagai produk dan proses. Dan tugas seorang guru yaitu memberi-

kan kesempatan kepada pelajar untuk mengkontruksi pengetahuannya. Von

Glasselferd (Ernest, 2010:40) mengatakan bahwa pembangunan struktur kognitif

siswa bertujuan agar siswa dapat memecahkan suatu masalah.

B. Pembelajaran Problem Solving

Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang menggunakan

model problem solving. Pehkonen, dkk. (2013) problem adalah suatu keadaan

ketika seorang siswa harus mengkombinasikan informasi atau pengetahuan baru

Page 30: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

14

yang diterimanya dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya untuk mene-

mukan suatu cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Problem solving

adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah

baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran

siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran problem solving sangat diperlukan dalam proses pembela-

jaran di kelas karena dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif

(Djamarah dan Zain, 2002). Menurut Montessori (Bunang,2000) pembelajaran

problem solving akan membuat individu lebih kreatif. Selain itu, Problem solving

akan meningkatkan daya intelektual dalam memecahkan permasalahan yang sulit

karena siswa diberi kesempatan untuk berekspolarasi dengan mengkombinasikan

pengetahuan yang telah dimilikinya (declarative, procedural, conditional)

(Capriora, 2015:1860). Langkah-langkah model pembelajaran problem solving

(Djamarah dan Zain, 2002) yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan;

(2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masa-

lah tersebut; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Meng-

uji kebenaran jawaban sementara tersebut; (5) Menarik kesimpulan.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan

Zain (2002:91) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebihrelevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakanpara siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswasecara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa

Page 31: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

15

banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagaisegi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan danketerampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran ini seringmemerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambilwaktu pelajaran lain

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerimainformasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkanpermasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukanberbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif selalu berhubungan dengan kegiatan mengevaluasi

dan mengeksplorasi yang memerlukan suatu stimulus (berupa masalah), respon

(langkah dari kegiatan probem solving), dan mental (Ackoff & Vergara, 1981).

Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa untuk

dapat memecahkan suatu masalah secara terampil. Pembelajaran sains yang beru-

pa penjelasan terjadinya fenomena alam disekitar kehidupan sehari-hari sangat

memerlukan kemampuan berpikir kreatif (Shaheen, 2010).

Berpikir divergen (disebut berpikir kreatif) ialah memberikan bermacam-macam

kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang telah diberikan, melalui pene-

kanan pada keragaman kesesuaian dan ketepatan. Makin banyak kemungkinan

jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang.

Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan masalahnya (Beaty &

Silvilia, 2012).

Page 32: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

16

Willliams (Munandar, 2008) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan ber-

pikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam

Tabel 1 di bawah ini.

Pengertian PerilakuBerpikir Lancar (Fluency)

1. Mencetuskan banyak gagasan,jawaban, penyelesaian masalahatau jawaban.

2. Memberikan banyak cara atausaran untuk melakukan berbagaihal.

3. Selalu memikirkan lebih dari satujawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan.b. Menjawab dengan sejumlah jawaban

jika ada.c. Mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah.d. Lancar mengungkapkan gagasan-

gagasannya.e. Bekerja lebih cepat dan melakukan

lebih banyak dari orang lain.f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan

dan kelemahan dari suatu objek atausituasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban,atau pertanyaan yang bervariasi.

2. Dapat melihat suatu masalah darisudut pandang yang berbeda.

3. Mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda.

4. Mampu mengubah cara pendekat-an atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macampenafsiran terhadap suatu gambar,cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asasdengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanyamemikirkan bermacam-macam carauntuk menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality)

1. Mampu melahirkan ungkapan yangbaru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang taklazim untuk mengungkapkan diri.

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim daribagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atauhal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lamadan berusaha memikirkan cara-carayang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari padayang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration)

1. Mampu memperkaya dan mengem-bangkan suatu gagasan atauproduk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasanatau situasi sehingga menjadi lebihmenarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalamterhadap jawaban atau pemecahanmasalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkayagagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna,dan detail-detail (bagian-bagian)terhadap gambaranya sendiri ataugambar orang lain.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)1. Menentukan kebenaran suatu

pertanyaan atau kebenaran suatupenyelesaian masalah

a. Memberi pertimbangan atas dasarsudut pandang sendiri.

Page 33: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

17

Pengertian PerilakuLanjutan indikator keterampilan berpikir lancar

Pengertian Perilaku2. Mampu mengambil keputusan terhadap

situasi terbuka.3. Tidak hanya mencetuskan gagasan

tetapi juga melaksana-kannya.

b. Mencetuskan pandangan sendirimengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapatdipertanggung jawabkan.

d. Menentukan pendapat dan berta-hanterhadapnya.

D. Kepraktisan

Nieveen (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelaja-

ran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian

pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlang-

sung. Suatu model pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan tinggi,

bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat keterlaksa-

naan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk ke

dalam kategori tinggi. Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran

dapat ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keter-

laksanaan prinsip reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia.

Pengukurannya melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembe-

lajaran diukur dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (obser-

vasi) dengan sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaitu

rendah sekali, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Tingkat keterlaksanaan ini

akan diujikan pada saat penerapan pembelajaran di kelas.

Page 34: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

18

E. Efektivitas

Nieveen (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa keefektifan model pembelajaran

sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dika-

takan efektif bila proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dalam meng-

organisasi dan menemukan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan,

dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen. Indi-

kator keefektivan meliputi:

1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar.

2. Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru atau dosen.

3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.

4. Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-

kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan menurut

Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila seku-rang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalampeningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswaapabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yangsignifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran(gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat danmotivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untukbelajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswabelajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008) menyatakan bahwa suatu pembelaja-

ran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan

Page 35: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

19

penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan

pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh karena itu,

dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses

pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat

juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk

mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik

dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya

maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Ada beberapa ciri pembelajaran

efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melaluimengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan danperbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasar-kankesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalampelajaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta

didik dalam menganalisis informasi.5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berpikir.6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan

dan gaya pembelajaran guru.

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan, kepraktisan, besarnya

ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving untuk mening-

katkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi teori asam basa Arrhenius.

Tahap awal model pembelajaran problem solving adalah ada masalah yang jelas

untuk dipecahkan. Pada tahap ini, siswa diberikan masalah berupa penentuan

larutan yang bersifat asam dan basa. Siswa akan menemukan permasalahan, se-

Page 36: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

20

hingga dalam diri siswa muncul rasa ingin tahu dan gagasan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Tahap selanjutnya ialah mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan permasalahan tesebut. Siswa dituntut aktif mencari informasi dalam

proses penyelesaian masalah. Langkah selanjutnya ialah siswa menetapkan

jawaban sementara dari permasalahan. Siswa diarahkan untuk mengemukakan

jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan dengan bimbingan guru.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan jawaban

sementara. Siswa memberikan penjelasan secara bebas menurut pandangan sen-

diri berdasarkan pengetahuan awal dan informasi yang dikumpulkan sebelumnya.

Tahap selanjutnya adalah menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Pada

tahap ini, siswa diminta merancang dan melakukan percobaan tentang asam-basa.

Dalam merancang percobaan, siswa diminta menyusun prosedur percobaan dan

menentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan. Pada tahap ini,

siswa dapat mencetuskan gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat melak-

sanakannya dengan benar. Setelah itu, siswa melakukan percobaan dan mencatat

hasil percobaan dengan cara mereka masing-masing. Siswa dapat menggali dan

mengumpulkan informasi melalui merancang dan melakukan percobaan untuk

menguji kebenaran jawaban sementara,. Dari kegiatan tersebut terkumpul

sejumlah informasi yang menjadi dasar untuki kegiatan berikutnya yaitu menarik

kesimpulan.

Langkah terakhir dalam pembelajaran ini adalah menarik kesimpulan. Pada tahap

ini melatihkan indikator keterampilan berpikir lancar, yaitu dapat mengkomuni-

Page 37: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

21

kasikan hasil percobaan dengan gagasan mereka secara lancar. Ketika meng-

komunikasikan hasil percobaan, siswa diminta memberikan tanggapan dengan

sopan terhadap data-data yang dikumpulkan temannya.

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan ber-

bagai kemampuan siswa, diantaranya menentukan kebenaran suatu pertanyaan

atau penyelesaian masalah, mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbu-

ka, dan tidak hanya mencetuskan gagasan. Kemampuan-kemampuan ini meru-

pakan aspek-aspek yang ada dalam kemampuan berpikir lancar. Dengan kata lain,

pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan kemampuan berpikir lancar

siswa .

G. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran Problem Solving praktis dalam meningkatkan kemampu-

an berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius

2. Model pembelajaran Problem Solving efektif dalam meningkatkan kemampu-

an berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius

3. Model pembelajaran Problem Solving memiliki ukuran pengaruh yang besar

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius

Page 38: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Populasi penelitian ini seluruh kelas XI yang ada di SMAN 1 Seputih Raman.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 5 dengan jumlah

siswa yaitu 30 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Sampel diambil secara acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga

mendapatkan satu kelas penelitian sebagai sampel.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa

data hasil tes sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan hasil tes setelah pe-

nerapan pembelajaran (postes).

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group

Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain penelitian ini melihat per-

bedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti. Penelitian ini dilakukan

dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari satu kelas untuk

diobservasi.

Page 39: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

23

Tabel 2 Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan PostesX IPA O1 X O2

Keterangan:

O1: Kelas yang diberi penerapan diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problemsolving

O2 : Kelas yang diberi penerapan diberi postes

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Tahap Pra penelitian

Prosedur pra penelitian sebagai berikut

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah,

b. Mengadakan observasi dan ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal, dan sarana prasarana di

sekolah.

c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian,

d. Menyiapkan dan membuat perangkat pembelajaran (Silabus, LKS, dan RPP)

serta instrumen soal pretes, soal postes, lembar observasi penilaian, dan

Page 40: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

24

lembar pengamatan aktivitas yang digunakan selama proses pembelajaran di

kelas

e. Validasi instrumen

2. Tahap Penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada satu kelas sebagai sampel

yang diambil secara acak. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Solving. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretes

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi teori asam basa

Arrhenius dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Melakukan postes

3. Tahap akhir

a. Analisis data.

b. Penulisan pembahasan dan simpulan.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

Gambar di bawah ini:

Page 41: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

25

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen

nontes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir lancar. Instrumen

Pembahasan dan Kesimpulan

Analisis Data

Postes pada kelas penerapan Kelasdengan pembelajaran menggunakanmodel problem solving

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajardi kelas yang menggunakan modelproblem solving

Pretes pada kelas penerapan Kelasdengan pembelajaran menggunakanmodel problem solving

Validasi Instrumen

Pembuatan perangkat dan instrumen

Penentuan kelas sebagai sampel

Observasi Pendahuluan

Surat izin penelitian

Tahap PraPenelitian

TahapPenelitian

TahapAkhir

Page 42: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

26

nontes terdiri atas angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan RPP,

Lembar observasi penilaian kemampuan guru, dan lembar pengmaatan aktivitas

siswa. Berikut merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan.

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan penerapan model

pembelajaran Problem Solving pada materi teori asam basa Arrhenius

berjumlah 1 buah LKS teori asam basa Arrhenius dan 1 buah LKS konsep pH

dan pOH

2. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes yang masing-masing

terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan dalam

bentuk uraian. Soal pretes pada penelitian ini adalah materi teori asam basa

Arrhenius yang terdiri dari 13 butir soal pilihan jamak, dan 8 butir soal uraian.

Soal postes pada penelitian ini hampir sama dengan soal pretes terdiri dari 13

butir soal pilihan jamak, dan 8 butir soal uraian.

3. Lembar observasi keterlakasanaan penerapan model pembelajaran Problem

Solving disusun dengan memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh

Sunyono (2014a).

4. Angket respon siswa yang bertujuan untuk mengumpulkan data respon siswa

terhadap kemenarikan model pembelajaran problem solving (kegiatan dan

komponen pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran kimia).

5. Lembar observasi penilaian kemampuan guru yang bertujuan untuk mengukur

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kimia di kelas dengan meng-

gunakan penerapan model pembelajaran Problem Solving. Melalui lembar

observasi ini, peneliti akan mendapatkan informasi tambahan tentang keku-

rangan-kekurangan apa saja yang telah dilakukan oleh peneliti selama proses

Page 43: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

27

pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving. Pengamatan

terhadap aktivitas guru dilakukan oleh observer guru kimia di sekolah terse-

but. Lembar observer ini di susun dengan memodifikasi angket yang dikem-

bangkan oleh Sunyono (2014a).

6. Lembar pengamatan aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengamati aktivitas

siswa dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi ini disusun dengan memodifikasi instrumen yang dikembangkan

oleh Sunyono (2014a).

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kepraktis-

an, analisis data keefektivan penguasaan konsep, dan analisis ukuran pengaruh.

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes

Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrument yang

digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan

mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak

digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil

uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang di-

Page 44: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

28

kemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan

SPSS Statistic 17.0 dan software Microsofft Office Excel.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan

instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat

evaluasi dikatakan reliable jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat

dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat

reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 17.0. Kriteria derajat

reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:

0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi

0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang

0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel

2. Analisis data kepraktisan

Analisis data kepraktisan meliputi analisis data keterlaksanaan model dan analisis

data kemenarikan model.

a. Analisis data keterlaksanaan model

Analisis data keterlaksanaan model (melalui keterlaksanaan RPP) dilakukan se-

cara deskriptif dengan mengolah data hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan

model Problem Solving (lembar observasi yang dinilai observer). Analisis data

Page 45: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

29

keterlaksanaan model diukur melalui penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang

memuat unsur-unsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran,

sistem sosial, dan prinsip reaksi. Langkah-langkah dalam menganalisis data

keterlaksanaan model sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:

% Ji = (∑Ji / N) x 100% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek

pengamatan pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh

pengamat pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2) Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan

dari dua orang pengamat

3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sebagaimana Tabel 2 (Ratumanan dalam Sunyono,

2012a).

Tabel 3. Kritera Tingkat Keterlaksanaan (Sunyono, 2012 a)

Persentase Kriteria80,1% - 100,0 % Sangat Tinggi60,1% - 80,0% Tinggi40,1% - 60,0% Sedang20,1% - 40,0% Rendah

0,0% - 20,0% Sangat Rendah

Page 46: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

30

b. Analisis data kemenarikan model pembelajaran

Analisis data kemenarikan model pembelajaran ditinjau dari respon siswa

terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Solving dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengolah jumlah skor jawaban responden

Angket respon siswa yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 13 per-

nyataan positif dan 13 pernyataan negatif. Komponen sikap dalam pernyataan

ini mencakup kognisi (berkenaan dengan pengetahuam seseorang tentang objek

atau stimulus yang dihadapinya), afeksi (berkenaan dengan perasaan dalam

menanggapi objek tersebut), konasi berkenaan dengan kecenderuungan berbuat

terhadap objek tersebut). Pernyataan di angket ini mencakup mengenai pem-

belajaran menggunakan model Problem Solving, cara guru mengajar, cara guru

merespon jawaban, isi LKS, materi kimia, dan minat siswa mengikuti

pembelajaran.

Tabel 4 Pengolahan jumlah skor

Respon Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan NegatifSetuju (S) 1 x jumlah responden 0 x jumlah respondenTidak setuju (TS) 0 x jumlah responden 1 x jumlah responden

2). Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

%Xin =∑

X 100% (Sudjana, 2004)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban respon siswa pada kemanarikan model

Problem Solving

∑S = Jumlah Skor jawabanSmaks = Skor maksimum yang diharapkan

Page 47: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

31

3). Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana

Tabel 3 di atas.

3. Analisis data keefektifan model pembelajaran Problem Solving

Ukuran keefektifan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, dan kemampuan penguasaan konsep.

a. Analisis deskriptif aktivitas siswa

Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan

lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:

% Pa = x100%

Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas

Fa = Frekuensi total aktivitas siswa yang muncul setiap aspek

Fb = Frekuensi total maksimum aktivitas siswa setiap aspek

2) Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak

relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-

ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga

persentase sebagaimana Tabel 3.

3) Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan

persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.

Page 48: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

32

b. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

Analisis data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan

dengan cara sama dengan data keterlaksanaan RPP yaitu:

1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus:

% Ji = (∑Ji / N) x 100% (Sudjana, 2004)

Keterangan :

%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada

pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2) Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek

pengamatan dari dua orang pengamat.

3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru

sebagaimana Tabel 3.

c. Analisis data penguasaan konsep

Penguasaan konsep kimia merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan

konsep, prinsip, dan teori kimia ke dalam situasi yang konkrit pada pemecahan

masalah dan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes penguasaan

konsep (pretes dan postes). Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui

skor n-Gain tiap siswa yang dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Hake (Sunyono 2014,a)

Page 49: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

33

− = % postes − %pretes100 −% pretesKriteria n-Gainnya ditampilkan dalam Tabel 5, sebagai berikut:

Nilai n-Gain Kriteria

> 0,7 Tinggi

0,3 < gain < 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

4) Analisis Ukuran Pengaruh (effect size)

Untuk menganalisis besarnya ukuran pengaruh pembelajaran dengan model

Problem Solving sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan

uji t-student. Uji effect size dilakukan dengan menggunakan rumus Cohen`s.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari

populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas:

H0 : kedua sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Untuk menguji normalitas data sampel dapat digunakan uji Chi-Kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2005) dengan

Page 50: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

34

rumus: Z= dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata

sampel kemudian mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal

dengan menggunakantabel.

6) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana

χ2=∑(fo-fe)2

fo

Keterangan : = uji Chi- kuadrat

fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan

7) Kriteria pengujian terima Ho jika χ2hitung ≤ χ2

tabel dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2005)

b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai

rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji homogenitas :

Ho : data penelitian mempunyai varians yang tidak homogen

H1 : data penelitian mempunyai varians yang homogen.

Untuk uji homogenitas digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecilVarian ter

terbesarVariansF

Keterangan : F = Kesamaan dua varians dengan Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak

Ho hanya jika F hitung F ½ (1,2)

c. Uji t

Uji-t dilakukan terhadap perbedaan rerata n-gain antara postest dan pretes pada

model pembelajaran problem solving. Pada penelitian ini menggunakan uji

Page 51: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

35

paired t – test atau uji t observasi berpasangan karena menggunakan skala data

interval dan merupakan data statistika parametrik. sLangkah-langkah mengujinya

sebagai berikut

thitung=B

sB√nsB

2 =n ∑Bi2-(∑Bi)2

n(n-1)

dan B =∑ Bi

n(Sudjana,2005 : 242)

Keterangan:

Bi = Selisih nilai postest dengan nilai pretest pada masing-masing siswa/individu

n = Jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran problem solving

SB = Simpangan baku

Uji hipotesisnya pada taraf kepercayaan (α) 5% dan dk = (n-1) dengan kriteria

Jika –t1-1/2α tabel < t < + t1-1/2α maka H0 diterima dan H1 ditolak,

Dengan H0 = nilai pretest tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan)

H1 = nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan)

d. Effect size

Pada penelitian ini menggunakan uji Paired t – test atau uji t observasi berpa-

sangan , maka untuk menentukan besarnya ukuran pengaruh model pembelajaran

problem solving pada materi Asam Basa Arhenius menggunakan rumus Cohen`s:

d = M1−M2

s12−s2

2

2

dan r = d

d2 +4

Keterangan

d = Indeks Cohen`s

Page 52: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

36

M1 = Mean Postes

M2 = Mean Pretes

S1 = Simpangan baku postes

S2 = Simpangan baku pretes

r = Effect Size- coeffiecent

(Cohens, 1962)

Kriteria:

r ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil)

0,15 < r ≤ 0,40; efek kecil

0,40 < r ≤ 0,75; efek sedang

0,75 < r ≤ 1,10; efek besar

r > 1,10; efek sangat besar

(Dincer, 2015)

Page 53: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

66

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai

penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam basa

Arrhenius, dapat disimpulkan:

1. Model pembelajaran problem solving memiliki kepraktisan yang sangat tinggi

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius

2. Model pembelajaran problem solving memiliki keefektivan yang sangat tinggi

dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius

3. Ukuran pengaruh (effect size) model pembelajaran problem solving untuk

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa

Arrhenius memiliki efek besar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan penerapan

model pembelajaran problem solving perlu memperhatikan pengelolan waktu

Page 54: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

67

pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran yang

dilaksanakan maksimal.

Page 55: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

68

DAFTAR PUSTAKA

Ackoff, R., & Vergara, E., 1981. Creativity in Problem Solvingand Planning : aReview. Journal of Operational Research North-Holland PublishingCompany European, 7(1): 1-13.

Arfiyani, A. Y., Haryono, H., Mulyani, B. 2014. Penerapan ModelPembelajaran Problem Solving Dilengkapi Macromedia Flash UntukMeningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar pada Materi HidrokarbonSiswa Kelas X-5 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal Pendidikan Kimia. FKIP UNS. Surakarta

Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Beaty R. E and Silvilia, P. J. 2012. Why Do Ideas Get More Creative AcrossTime? An Executive Interpretation of the Serial Order Effect in DivergentThinking Task. American Journal of Psychological Association Universityof Nort Carolina at Greensboro, 6(4), 309-319.

Brooks, J.G., & Brooks, M. 2005. In search of understanding : The case forconstructivist clasrooms. Association for Supervision and CuriculumDevelopment. Alexandaria.

Bunnag, D. 2000. Clasroom Adaptation : A Case of study of a Montessori School.Journal Issue in Early Childhood Educationn : Curiculum, TeacherEducation & Dissemination of Information.

Bodner, G.J. 1986. Contructivism : A Theory of Knowledge. Journal of ChemicalEducation. 63, 788-873.

Caprioara, D. 2015. Problem Solving- Purpose a Means of Learning Mathematicsin School .Romania Journal of Social and Behavioral Science University ofOvidius Constanta, 191, 1859-1864.

Ciot, M. G. 2009. A Constructivist Approach to Educational Action`s Structure.Bulletin UASVM Horticulture, 66(2). Electronic ISSN 1843-5394.Romania: University of Agricultural Science and Veterinary Medicine

Cohen, J. 1962. The Satatistical Power ofAbnormal-Social PsychologicalResearch. Journal of Abnormal and Social Psychology. 65(3), 145-153.

Djamarah, S.B, dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.Jakarta.

Page 56: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

69

Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’Achievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish ScienceEducation, 12 (1): 99-118.

Duron, R., Limbach, B., & Waugh,W. 2006. Critical Thinking Framework for anyDiscipline. International Journal of Teaching and Learning HigherEducation, 17(2): 160-166

Ernest, P. 2010. Reflections on Theories of Learning. Journal Theories ofMathematics Education University of Exeter UK.

Fraenkel, J. R, dkk. 2012. How To Design And Evaluate Research In Education.Mc Graw Hiil. Amerika Serikat.

Husin, A. U.2014. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving DalamMeningkatkan Kemampuan Berpikir Evaluatif Siswa Pada Materi Asam-basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah Edisi 2. Jakarta: University Press

Mumford, M. D., Medeiros, K. E., & Partlow, P. J. 2012. Creative Thinking:Processes, Strategies an Knowledge. Journal of Creative Behaviour, 46 (1):30-47.

Kolb, A. Y & Kolb, D. A. 2008. Experiental Learning Theory: A Dynamic,Holistic Approach to Management Learning education and Development.Paper of Armstrong Mangement Learning Education and Development, 42-68.

Liu, C. C & Chen I. J. 2010. Evolution of Constructivism. Journal ofContemporary Issue In Education Research Journal In Taiwan University, 3(4), 63-66.

Lunenburg, F. C. 2011. Critical Thinking and Constructivism Techniques forImproving Student Achievement. Journal National Forum of TeacherEducation Journal in Sam Houston State University, 21(3), 1-9.

Munandar, S. C. U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. RinekaCipta. Jakarta.

Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, JanVander, “Design Approaches and Tools in Education and Training”.Kluwer Academic Publisher. Dordrect.

Nieveen, N. 2007. Formative Evaluation in Educational Design Research.Dalam Plomp T & Nieveen, N (Eds.). An Intruction to Educational.Natherland: SLO.

Page 57: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

70

Nusbaum, E. C &Silvia, P. J. 2010. Are Intelligence and Creativity Really soDifferent? Fluid Intelligence, Executive Processes, and Strategy Use inDivergent Thinking. Journal Intelligence a Multidisclipinary byDepertements Psychology University North Carolina at GreensboroUnited States, 39 (2011), 36-45.

Pehkonen, E., Naveri, L., & Laine, A. 2013. On Teaching Problem Solving inSchool Matematics. Journal of Centre for Educational Policy Studies, 3(4):9-23.

Rusda, Q.L.L., Azizah, U. 2012. Implementation of Problem Solving Model ToTrain Students Creative Thinking Skill. Unesa Jurnal of ChemicalEducation. FMIPA Unesa. Surabaya.

Shaffer, D. R & Kipp, K. 2007. Developmental Psychology Childhood andAdolesence. USA : Thomson Higher Education.

Shaheen, R. 2010. Creativity an Education. Journal of School EducationUniversity of Birmingham UK, 1(3): 166-169.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. 2004. Penilaian HAsil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung

Sugiyono, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R& D. Alfabeta. Bandung.

Sunyono, 2012a. Analisis Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasidalam Membangun Model Mental Stoikiometri Mahasiswa. Laporan HasilPenelitian Hibah Disertasi Doktor_2012. Lembaga Penelitian UniversitasNegeri Surabaya. Surabaya.

Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

__________ , 2014a. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasidalam Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia DasarMahasiswa. (Disertasi). Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.Surabaya

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi PendidikanBagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach:Constructivist Learning In Dewey, Piaget, And Montessori. InternationalJournal Of Instruction In Mersin University, Volume 5 No 2, 195-212.

Page 58: penerapan model pembelajaran problem solving untuk

71

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. RinekaKarya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektivitas-pembelajaran/.diakses pada 25 maret 2016.