penerapan model pembelajaran quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan lembar kerja siswa...
DESCRIPTION
modelTRANSCRIPT
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHINGDENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA
SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARMATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR PADA SISWA
KELAS X SEMESTER I SMA N 1KARANGANYAR DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
NUR ALINA RAKHMAWATI
06310168
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAMIKIP PGRI SEMARANG
2011
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHINGDENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA
SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARSISWA PADAMATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR
KELAS X SEMESTER I SMA N 1 KARANGANYARDEMAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NUR ALINA RAKHMAWATI
06310168
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAMIKIP PGRI SEMARANG
2011
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II Mahasiswa IKIP PGRI
Semarang:
Nama : Nur Alina Rakhmawati
NPM : 06310468
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi :
Penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi
berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I
SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa
tersebut telah selesai dan siap diujikan.
Semarang,2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Intan Indiati,M.Pd Drs. Rasiman,M.Pd
NIP.19104291986032002 NIP.195602181986031001
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Penerapan Model Quantum Teaching dengan Metode
Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pokok Bentuk Pangkat dan Akar pada Kelas X
Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2010/2011ditulis
oleh Nur Alina Rakhmawati telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang
pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 26 Februari 2011
Ketua Sekretaris
Ary Susatyo Nugroho, S.si., Msi. Drs. Rasiman, M.Pd.
NIP.196908261994031002 NIP. 195602181986031001
Penguji Tanda Tangan
1. Dra. Intan Indiati, M.Pd (..)
NIP. 196104291986032002
2. Drs. Rasiman, M.Pd (..)
NIP. 195602181986031001
3. Puji Rahayu, M.Pd (.................)
NIP. 088401208
-
iv
MOTTO
Dengan ilmu hidup itu menjadi mudah, dengan dzikir hidup itu menjadi indah,
dengan agama hidup itu menjadi terarah, dengan tali silahturahmi hidupmenjadi
bergairah.
Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta maupun berpangkat
tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu mensyukuri nikmat-Nya sekecil
apapun.
Sejauh mana keinginan, kesungguhan dan kesabaranmu, maka sejarah akan
menuliskannya. Kemenangan tidak akan diberikan secara Cuma-Cuma,
kemenangan hanya bisa diraih dengan kesungguhan dan pengorbanan (Dr. Aidh
Al-Qarni).
Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah suatu
urusan dengan sungguh-sungguh hanya kepada Allah-lah kamu berharap (QS.
Annar : 6-8)
Tiadalah suatu kebahagian bagi orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut
ilmu selain Allah SWT akan memudahkan jalannya ke surga. (Hr.Thabrani dari
Aisyah)(Hadist).
-
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas selesainya penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Ibuku ( Hj. Urip ) dan Bapakku ( H. Mochtar ), terimakasih doa tiada hentinya,
kasih saying tiada habisnya, semangat dan pengorbanan tiada taranya. I will
always love you.
Kakak Kakakku, adikku ( Intan ), dan ponakan - ponakanku serta keluarga
besarku yang selalu memperhatikanku dan memberikan motivasi, terima kasih atas
segalanya.
Kasihku, terima kasih buat segala semangat dan perhatiannya.
Teman-teman Kelas D angkatan 2006/2007, terima kasih buat semangat
perjuangannya dan kerjasamanya.
Saudara-Saudaraku di mana pun kalian berada, terima kasih buat doa, motivasi,
dan partisipasinya hingga terselesainya skripsi ini.
Almamaterku tercinta
-
vi
ABSTRAKSI
Nur Alina Rakhmawati. Penerapan model quantum teaching dengan metodediskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajarsiswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I SMA N 1Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang : FakultasPendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, Agustus2010.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan Bapak Sigit Riantoyang merupakan guru matematika dari SMA N 1 Karanganyar Demak, bahwa hasilbelajar untuk materi bentuk pangkat dan akar belum memuaskan karena belummencapai KKM. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah melaluimodel pembelajaran quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan LembarKerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokokbentuk pangkat dan akar siswa kelas X Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahunpelajaran 2010/2011?
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru matematika kelas X SMA N1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011, dengan kelas X-3 sebagai kelas ujicoba dan kelas X-4 sebagai kelas penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh meningkatnya kinerja guru dalam prosespembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 62,5% meningkat menjadi 79,17%.Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah memenuhi indikator keberhasilandengan meningkatnya dari siklus I yang semula mencapai 61,88% menjadi 75,13%pada siklus II.
Hasil pengamatan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran quantumteaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) ditunjukkandengan angket yang terdiri dari 20 item memperoleh prosentase 76,9% yang artinyatanggapan siswa sangat setuju sekali. Hasil tes evaluasi siklus I belum tercapai karenabelum sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan. Siswa yang mendapatnilai 65 atau tuntas belajar ada 29 siswa sedangkan yang tidak tuntas belajar ada 11siswa dengan skor rata-rata 70,25 dan prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar72,5%. Sedangkan hasil tes evaluasi siklus II bahwa siswa yang mendapat nilai 65atau tuntas belajar ada 34 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 6 siswa dengan skorrata-rata 73,63 prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar 85% sehingga sudahmemenuhi indikator keberhasilan.
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model quantumteaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapatmeningkatkan hasil belajar materi pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas XSemester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas ini saran yang dapat disampaikan adalahbahwa guru mata pelajaran harus kreatif dan bersemangat dalam menyampaikanpelajaran, supaya siswa bisa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan dapat mendorong para praktisi dibidangpendidikan supaya selalu berkarya dan membangun pendidikan kearah yang lebih baiklagi.
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah untuk Allah swt, karena berkat Rahmat dan
KaruniaNya penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul Penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
bentuk pangkat dan akar kelas X Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun
pelajaran 2010/2011
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pendidikan matematika di Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetehuan
Alam pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik
Indonesia (IKIP PGRI SEMARANG).
Dalam skripsi ini telah banyak hal yang penulis terima, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Muhdi, SH,M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si selaku Dekan Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
dan Pembimbing II yang selalu membantu dan membimbing serta
mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Intan Indiati, M.Pd selaku Pembimbing I yang selalu membantu dan
membimbing serta mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMA N 1 Karanganyar Demak.
6. Siswa Kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak.
7. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan dalam
penyusunan skripsi ini.
-
viii
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengakui bahwa dengan
keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta literatur pendukung yang penulis
gunakan. Maka, tentunya skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semarang, Februari 2011
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................... v
ABSTRAKSI ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................... 6
C. Permasalahan ......................................................................... 8
D. Pemecahan Masalah .............................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian 10
F. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 13
A. Pengertian Belajar ................................................................. 13
B. Prinsip-Prinsip Belajar ........................................................... 14
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar .......................... 15
D. Pembelajaran Matematika.. 22
E. Quantum Teaching ................................................................ 23
F. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching ... 25
G. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching ...... 27
H. Diskusi ... 29
-
x
I. Lembar Kerja Siswa (LKS) .... 33
J. Uraian Materi Tentang Bentuk Pangkat dan Akar ..... 45
K. Kerangka Berpikir ...... 41
L. Hipotesis Tindakan 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Subyek Penelitian ................................................................... 43
B. Faktor Penelitian .................................................................... 43
C. Rencana Tindakan .................................................................. 44
D. Data dan Cara Pengumpulan Data ......................................... 49
E. Instrumen Data ...................................................................... . 49
F. Analisis Data .......................................................................... 55
G. Indikator Keberhasilan ........................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 58A. Persiapan Penelitian .. 58
B. Pelaksanaan Penelitian .. 69
C. Pembahasan 79
BAB V PENUTUP 83
A. Simpulan . 83
B. Saran 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nama Kelas X-4 ( Kelas Penelitian ).
2. Daftar Nama Kelas X-3 ( Kelas Uji Coba ).
3. Daftar Nama Kelompok Kelas Penelitian.
4. Soal Tes Uji Coba Siklus I.
5. Soal Tes Uji Coba Siklus I I.
6. Uji Validitas Siklus I.
7. Analisis Validitas Butir Soal Siklus I.
8. Uji Reliabilitas Siklus I.
9. Analisis Reliabilitas Soal Siklus I.
10. Analisis Taraf Kesukaran Siklus I.
11. Analisis Daya Pembeda Siklus I.
12. Rekapitulasi Soal Siklus I.
13. Uji Validitas Siklus II.
14. Analisis Validitas Butir Soal Siklus II.
15. Uji Reliabilitas Siklus II.
16. Analisis Reliabilitas Soal Siklus II.
17. Analisis Taraf Kesukaran Siklus II.
18. Analisis Daya Pembeda Siklus II.
19. Rekapitulasi Soal Siklus II.
20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1) Siklus I.
21. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) Siklus I.
22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2) Siklus I.
23. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2 ).
24. Kisi Kisi Soal Tes Evaluasi Siklus I.
25. Soal Tes Siklus I.
26. Kunci Jawaban Tes Siklus I.
27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 (RPP 3) Siklus II.
28. Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) Siklus II.
29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 (RPP 4) Siklus II.
30. Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4 ).
-
xii
31. Kisi Kisi Soal Tes Evaluasi Siklus II.
32. Soal Tes Siklus II.
33. Kunci Jawaban Tes Siklus II.
34. Analisis Hasil Tes Siklus I.
35. Analisis Hasil Tes Siklus II.
36. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I.
37. Analisis Kinerja Guru Siklus I.
38. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II.
39. Analisis Kinerja Guru Siklus II.
40. Angket Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Metode Diskusi
Berbantuan LKS.
41. Analisis Hasil Angket.
-
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk ciptaan-Nya
yang lain, diantaranya adalah bahwa manusia dikaruniai akal. Kelebihan akal
ini mendorong manusia untuk berpikir, mampu memahami baik dan buruk,
benar dan salah sehingga manusia mempunyai derajat yang tinggi. Selain itu
juga mampu mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
untuk dapat melakukan perbuatan yang selaras dengan lingkungan serta
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pendidikan formal maupun nonformal adalah sarana penting untuk
mengembangkan kerangka berpikir bagi manusia sehingga memperoleh
kesuksesan. Hal ini disebabkan karena pendidikan berpengaruh dan berperan
langsung terhadap perkembangan keseluruhan aspek kehidupan manusia.
Pendidikan yang sekedar berorientasi pada materi akan menghasilkan peserta
didik yang hanya berorientasi pada hasil akhir yang berupa angka, sementara
segi pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh dangkal, sehingga siswa
hanya memiliki pemahaman yang bersifat verbal.
Matematika sebagai salah satu pelajaran dalam pendidikan dikenal
sebagai pelajaran yang tidak terlalu mudah dipahami dan diikuti oleh siswa.
Bahkan sebagian siswa merasa takut dengan pelajaran matematika, sehingga
mempelajari saja tidak senang apalagi memahami dan menguasainya.
-
2
Berdasarkan informasi dari guru matematika SMA N 1 Karanganyar
Demak, prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika kelas X SMA N 1
Karanganyar Demak tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa
masih banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal terutama
yang berhubungan dengan materi bentuk pangkat dan akar. Pada tahun lalu
sebesar 50% dari 40 siswa memperoleh nilai ulangan matematika materi
bentuk pangkat dan akar rata-rata di bawah 6,0. Hasil belajar tersebut belum
mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu sebesar 6,1.
Dengan adanya alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi guru
memahami karakteristik materi, siswa dan metodologi pembelajaran dalam
proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model
pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih
variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan
dan implementarinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
siswa. Dengan begitu pandangan siswa tentang matematika sebagai pelajaran
yang sulit dan menakutkan terbantahkan. Selain itu dengan pemahaman
konsep yang jelas akan membantu siswa untuk lebih semangat mengikuti
pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga pada akhirnya siswa mampu
mengungkapkan kembali konsep-konsep yang telah diterimanya.
Quantum taching merupakan metode pengajaran yang memiliki asas
utama bawalah mereka ke dalam dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka. Maksud dari asas ini menunjukkan bahwa langkah pertama yang
harus dilakukan oleh seorang guru dalam memulai proses pembelajaran adalah
-
3
memasuki dunia siswa, caranya dengan mengkaitkan materi pelajaran yang
akan diberikan dengan sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata
mereka. Setelah kaitan terbentuk barulah guru memberikan pemahaman
kepada siswa tentang materi yang diajarkan.
Penyajian materi dalam model quantum teaching ini terdiri dari 6
langkah, yang dikenal dengan TANDUR yaitu: 1) penumbuhan minat siswa,
2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, 3)
penyampaian materi dengan multimetode, 4) adanya demonstrasi oleh guru
dengan siswa, 5) pengulangan oleh siswa bahwa mereka benar-benar tahu, dan
6) penghargaan terhadap siswa (DePorter, 2000).
Teknik pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching meliputi 1)
pengkondisian awal, pada tahap ini guru menjelaskan kepada siswa tentang
model quantum teaching yang akan diterapkan, 2) penyusunan rencana
pembelajaran, 3) penerapan model quantum teaching dalam penyajian materi
pelajaran, 4) evaluasi, pada penelitian kali ini data-data yang akan dievaluasi
adalah prestasi belajar siswa (aspek kognitif) melalui tes tertulis dan aktifitas
siswa melalui lembar observasi.
Model quantum teaching diharapkan dapat menciptakan siswa-siswa
yang tak hanya memiliki keterampilan akademis, tetapi juga memiliki
keterampilan hidup, sebuah keterampilan penting yang penggunaannya tidak
dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas melainkan oleh langit, udara, laut,
dan bumi. Inti metode pengajaran ini adalah bagaimana seorang guru dapat
menyatakan karakter anak-anak yang berbeda-beda, agar dapat memiliki peran
-
4
dan membawa sukses dalam belajar, artinya guru seolah-olah sedang
memimpin konser saat sedang berada di ruang kelas. Guru dapat memahami
bahwa setiap murid memiliki karakter masing-masing sebagaimana alat-alat
musik, seperti seruling dan gitar yang memiliki suara berbeda tetapi dapat
menyebabkan suara yang merdu apabila dibunyikan secara bersama-sama.
Model quantum teaching dapat ditunjang dengan metode diskusi
dalam pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk saling mendengar,
berpendapat, dan bekerja sama. Menurut Suryosubroto (1997), dalam Trianto
(2007) diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu
masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah.
Dari pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai
arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa dan bagaimana
memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar siswa maupun komunikasi
guru dengan siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru
dapat membantu siswa mnganalisis proses berpikir mereka.
Agar diskusi dapat berjalan dengan lancar dan kondusif pada saat
pembelajaran, diperlukan suatu lembar kerja yang dibuat oleh guru yang
sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar
mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar mereka atau dikenal dengan
-
5
Lembar Kerja Siswa (LKS) (http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-
bahan-ajar).
Berkaitan dengan masalah tersebut, maka diadakan penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas ini difokuskan dalam penerapan model
quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok bentuk pangkat
dan akar siswa kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak. Dimana dalam materi
pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas X belum mencapai hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul : Penerapan model quantum teaching dengan metode
diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pokok bentuk pangkat dan akar pada kelas X
Semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Secara
garis besar alasan pemilihan judul adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alternatif pemecahan pada asumsi negatif tentang matematika
sebagai mata pelajaran sulit yang membawa dampak rendahnya kualitas
pendidikan matematika terutama pada materi bentuk pangkat dan akar.
2. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa SMA N 1 Karanganyar
Demak tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar.
-
6
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah ini dimaksudkan agar tidak tejradi salah penafsiran
terhadap judul skripsi. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan yang berkaitan
dengan judul skripsi adalah sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan berarti pemasangan, pengenaan, perihal mempraktikan
(KBBI, 1991).
2. Quantum Teaching
Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah
dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (Bobbi DePorter, 2000).
3. Diskusi
Mnurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007). diskusi adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergantung dalam satu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran
atas suatu masalah.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembar kerja yang dibuat
oleh guru yang sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu
-
7
proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
(http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-bahan-ajar).
5. Meningkatkan
Menaikkan mutu (kualitas maupun kuantitas) (KBBI, 1991).
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana,2006).
Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
kelas X SMA N 1 Karanganyar Demak dalam memecahkan masalah pada
materi bentuk pangkat dan akar setelah diterapkannya model quantum
teachig dengan metode diskusi berbantuan LKS.
7. Bentuk Pangkat dan Akar
Bentuk pangkat dan akar merupakan materi kelas X SMA & MA.
Bentuk pangkat disebut juga eksponen, sedangkan bentuk akar adalah
bilangan-bilangan dibawah tanda akar yang apabila ditarik akarnya tidak
dapat menghasilkan bilangan rasional.
Yang dimaksud dengan penerapan model quantum teaching dengan
metode diskusi berbantuan LKS dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang mengharapkan hasil pembelajaran lebih menyenangkan
dan menggairahkan semangat belajar siswa dan guru. Hasil pembelajaran yang
dimaksud dalam penelitian ini ditunjukkan dengan:
1. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah materi
pokok bentuk pangkat dan akar.
-
8
2. Meningkatnya keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika.
C. Permasalahan
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas maka
dapat diidentifikasi permasalahan yaitu apakah melalui model quantum
teaching dengan metode diskusi berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok bentuk pangkat dan
akar siswa kelas X semester I SMA N 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran
2010/2011.
D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas
dengan penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi ini
dirancang dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari:
1. Tahapan Perencanaan
Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK seperti
membuat skenario pembelajaran, berupa rencana pembelajaran (RP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktifitas siswa, dan lembar
pengamatan aktifitas guru dalam KBM serta pengadaan alat dalam
implementasi berkaitan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif solusi
dalam rangka perbaikan pemecahan masalah.
-
9
2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan yaitu tahap pelaksanaan scenario pembelajaran
berupa rencana pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
aktifitas siswa, dan lembar pengamatan aktifitas guru dalam KBM yang
telah disiapkan pada tahap perencanaan.
3. Tahap Observasi
Uraian pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai kolabolator,
yaitu tentang observasi kegiatan siswa dalam kelompok dan observasi guru
dalam KBM. Dalam tahap pengamatan dapat dilakukan penafsiran data
mengenai proses dan produk dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang
direncanakan.
4. Tahap Refleksi
Uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang
akan digelar, personal yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi
tindakan pada siklus berikutnya.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa
penerapan model quantum teaching dengan metode diskusi berbantuan
Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
-
10
pada materi pokok bentuk pangkat dan akar siswa kelas X semester I
SMAN 1 Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
informasi bagi guru, siswa, sekolah, dan juga peneliti dalam rangka
membantu keberhasilan peserta didik khususnya materi pokok bentuk
pangkat dan akar.
a. Bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman materi pelajaran bagi siswa.
2. Meningkatkan daya ingat siswa.
3. Meningkatkan motivasi belajar matematika.
4. Menumbuhkan sikap untuk berani berpendapat, mendengar
pendapat dan bekerjasama.
b. Bagi Guru
1. Sebagai metode alternatif bagi guru dalam mengajarkan standar
kompetensi bentuk pangkat dan akar atau standar kompetensi yang
lain sesuai dengan indikatornya.
2. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses
pembelajaran.
3. Meningkatkan kreatifitas guru.
4. Membantu siswa untuk menganalisis proses berpikir mereka.
-
11
c. Bagi Peneliti
1. Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga
akan diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang konsep matematika.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Bagian awal skripsi tentang halaman judul, halaman pengesahan,
motto dan persembahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, dan daftar
lampiran.
Bagian inti terdiri dari pendahuluan, landasan teori dan hipotesis,
rencana penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan rincian-
rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang, permasalahan, cara
pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori berisi tentang: pembahasan tentang pengertian
belajar, prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,
pembelajaran matematika, quantum teaching, prinsip-prinsip quantum
teaching, kerangka rencana pembelajaran quantum teaching, diskusi, Lembar
Kerja Siswa (LKS), uraian materi tentang bentuk pangkat dan akar, kerangka
berfikir dan hipotesis tindakan.
-
12
Bab III Metode Penelitian berisi tentang: subjek penelitian, faktor
penelitian, rencana tindakan, data dan cara pengumpulan data, instrument
penelitian, analisis data dan indikator keberhasilan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang: tahap
persiapan siklus I dan siklus II dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V Penutup berisi tentang: simpulan dan saran. Bagian akhir skripsi
berisi daftar pustaka yang memberikan informasi tentang buku sumber dan
literature yang digunakan serta lampiran-lampiran.
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. Tentang belajar
oleh para ahli psikologi dan pendidikan.
1. Menurut W.S. Winkel (Darsono, 2000) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan dan berbekas.
2. Menurut Slameto (2001) Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
3. Menurut Hamalik (2001) Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah
atau prosedur yang ditempuh.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.
Siswa dapat dikatakan belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan sebelum belajar.
-
14
B. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam melengkapi pengertian dan pemahaman mengenai makna
belajar, perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2001), prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai
berikut:
1. Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubunagn saling
mempengaruhi senantiasa secara dinamis antara siswa dengan
lingkungannya.
2. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa, karena
bertujuan akan menuntun dalam belajar.
3. Belajar paling efektif bila disadari motivasi dan hambatan, karena itu
siswa harus sanggup mengatasi secara cepat.
4. Dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan, karena itu siswa
harus sanggup mengatasi secara cepat.
5. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari buku
pelajaran.
6. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berfikir kritis, lebih baik dari
pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
7. Cara yang efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja
kelompok asal masalah tersebut telah disadari bersama.
-
15
8. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
memperoleh pengertian-pengertian.
9. Belajar memerlukan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat
dikuasai.
10. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan dan hasil.
11. Belajar berhasil apabila belajar telah sanggup mentransfer atau
menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
Dari prinsip belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
belajar harus mempunyai tujuan yang jelas, didasari motivasi dalam dirinya,
sehingga siswa melakukan secara aktif belajarnya. Dengan demikian siswa
mampu menerapkan ilmunya dalam praktek sehari-hari.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2001) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor
ekstern .
1. Faktor Intern
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang
berasal dari siswa yang sedang belajar.
-
16
Faktor ini meliputi:
a. Faktor Jasmani
(1) Faktor Kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara
selalu menindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
(2) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal
ini terjadi, hendaknya anak belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.
b. Faktor Psikologi
(1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui /
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena
-
17
belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor
yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu
faktor diantara faktor yang lain.
(2) Perhatian
Perhatian menurut Gozali dalam Slameto (2001) adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada
suatu objek (benda/hal) atau sekelompok obyek.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jika terdapat
siswa yang kurang berminat dalam belajar, maka dilakukan dengan
cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta
kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.
(4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2001)
adalah: the capacity to learn. Dengan kata lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
(5) Motif
Motif yang kuat sangat perlu dalam belajar untuk dapat
membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya
-
18
latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang
memperkuat.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi. Jika dalam belajar siswa sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.
-
19
2. Faktor Ekstern
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang
berasal dari luar siswa.
Faktor ini meliputi antara lain:
a. Faktor Keluarga
(1) Cara Orang Tua Mendidik
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Oleh karena itu cara orangtua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
(2) Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orangtua dengan anaknya. Hubungan yang baik adalah hubungan
yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai bimbingan dan
bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.
(3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada
dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, karena dengan
suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah
tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
-
20
(4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar
dapat terpengaruhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
(5) Pengertian Orang Tua
Jika anak mengalami lemah semangat, orangtua wajib
memberi pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah.
(6) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada
anak kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat
anak untuk belajar.
b. Faktor Sekolah
(1) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di
dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus
diusahakan seefisien dan seefektif mungkin.
-
21
(2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian belajar adalah
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu.
(3) Relasi Guru dan Siswa
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa menyebabkan
proses belajar mengajar kurang lancar dan siswa merasa jenuh dari
guru, sehingga menyebabkan siswa segan berpartisipasi secara
aktif dalam belajar.
(4) Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, maka diharapkan
jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di
rumah karena anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan
yang lain.
c. Faktor Masyarakat
(1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya.
(2) Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga belajarnya sebaliknya mass media yang
-
22
jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa dan belajarnya, maka
siswa perlu mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup
bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik.
(3) Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan
pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua
dan pendidik harus cukup bijaksana.
(4) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan
berpengaruh jelek kepada anak yang berada di lingkungan sekitar,
maka perlu lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh
yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan
sebaik-baiknya.
D. Pembelajaran Matematika
Matematika berkenaan dengan konsep atau ide-ide yang abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Herman Hudoyo, 2005).
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik
yang di dalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik
-
23
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam
mempelajari matematika.
Beberapa karakteristik matematika adalah sebagai berikut.
1. Memiliki objek kajian yang abstrak.
2. Bertumpu pada kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan.
6. Konsisten terhadap sistemnya.
E. Quantum Teaching
Pembelajaran adalah sebuah integrasi yang bernilai pendidikan. Di
dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak
didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas.
Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan
(motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan model
pembelajaran yang kurang tepat. Disinilah kehadiran model pembelajaran
menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian
metode atau model pembelajaran justru akan mempersulit bagi guru dalam
pencapaian tujuan pengajaran. Karena itu, metode atau model adalah suatu
cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran.
-
24
Dalam penelitian tindakan kelas penulis mengambil model
pembelajaran quantum teaching. Model pembelajaran quantum teaching
dimulai dari super camp sebuah program untuk remaja yang dibuka tahun
1982 yang digagas oleh Bobbi DePorter. Super Camp merupakan sebuah
program percepatan quantum teaching Bawalah dunia mereka ke dunia kita,
antarkanlah dunia kita ke dunia mereka.
Maksud dari azas di atas adalah guru harus membangun jembatan
autentik untuk memasuki kehidupan murid. Dengan memasuki dunia murid
berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga murid dengan sukarela,
antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.
Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya
(Bobbi DePorter, 2000). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk
belajar efektif yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
cahaya atau kesuksesan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam pembelajaran quantum teaching, siswa yang merupakan
komuniatas belajar atau masyarakat mini agar supaya dalam belajar dapat
optimal, terjadi umpan balik, tempat siswa mengalami kegembiraan dan
kepuasaan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh maka perlu
mengorkestrasi kesuksesan melalui konteks.
Konteks menata panggung dalam pembelajaran quantum teaching
mempunyai empat aspek :
-
25
1. Suasana
Dalam suasana kelas anda mencakup bahasa yang anda pilih, cara
menjalin rasa simpati terhadap siswa dan sikap kita terhadap sekolah serta
belajar. Suasana pembelajaran penuh kegembiraan. Hindari suasana
Matematika kaku, dingin, dan menyeramkan.
2. Landasan
Landasan adalah kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan,
kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi kita dan siswa
sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar Matematika.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah cara kita atau sekolah menata ruang kelas,
pencahayaan, warna, pengarutan meja dan kursi, tanaman, hiasan kelas,
musik dan semua hal yang dapat mendukung proses belajar Matematika.
4. Rancangan
Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang
bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki
proses tukar menukar informasi. Dalam arti informasi awal yang diperoleh
siswa dalam mengenal konsep dan penjelasan pelajaran dari guru tentang
konsep yang bersangkutan.
-
26
F. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam quantum teaching menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan yang dapat memaksimalkan proses
belajar siswa. Menurut Bobbi DePorter (2000) prinsip tersebut terdiri dari lima
macam yaitu:
1. Segalanya Berbicara
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa sesuatu di ruang kelas
berbicara, mulai dari lingkungan kelas, bahasa tubuh guru (tersenyum,
bahu tegak dan lain-lain).
2. Segalanya Bertujuan
Prinsip ini mengandung arti bahwa segala upaya guru dalam
mengubah kelas mempunyai tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal
untuk mencapai prestasi tertinggi. Bagi seorang guru, haruslah
membangun gairah di sekitar tujuan itu, menyampaikan materi
pembelajaran dengan kasih sayang dengan keyakinan dan kemampuan
siswa.
3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks,
yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar
paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
-
27
4. Akui Setiap Usaha
Setiap usaha mengandung resiko, termasuk belajar. Apabila
seorang belajar berarti dia telah melangkah keluar dari kenyamanan pada
saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka apapun hasilnya nanti.
5. Jika Layak di Pelajari Maka Layak di Hargai
Melalui penghargaan, siswa akan merasa diakui atas penyelesaian,
partisipasi dan keterampilan serta ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Penghargaan yang diberikan dapat berupa tepuk tangan, pujian melalui
kata-kata bagus, baik dan stimulus bonus berupa nilai, dan lain-lain.
G. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka rancangan pembelajarn Quantum Teaching dikenal dengan
istilah TANDUR (DePorter, 2000) :
1. Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan Apakah manfaat bagiku
(AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar". Dalam hal ini guru
memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar, yaitu dengan
memberikan contoh penggunaan bentuk pangkat dan akar dalam
kehidupan sehari-hari. Misalkan, menghitung luas sebidang tanah.
2. Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua siswa. Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan praktek
-
28
langsung dalam menyelesaikan masalah. Hal ini siswa dibimbing dengan
diberikan LKS untuk mengalami sendiri, menciptakan konsep bentuk
pangkat dan akar.
3. Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.
Dengan melakukan diskusi maka siswa benar-benar bisa mengerti unsur-
unsur yang ada dalam bentuk pangkat dan akar. Misalnya tentang definisi
maupun tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan akar.
4. Demontrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka
tahu. Siswa diberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga siswa bisa menunjukkan
dan menyampaikan kemampuannya telah di dapat, dialami sendiri oleh
siswa. Dengan mendemontrasikan siswa akan mendapatkan kesan yang
sangat berharga sehingga terpatri dalam hati.
5. Ulangi
Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan Aku
bahwa aku memang tahu ini. Mengulang materi pembelajaran akan
menguatkan koreksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu dari materi yang
telah dialami siswa secara langsung, sehingga siswa akan selalu teringat
dari materi bentuk pangkat dan akar yang telah dialaminya.
-
29
6. Rayakan
Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Setelah siswa secara langsung bisa
menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa saling memuji
antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk tangan merupakan
penghormatan atas usaha dan kesuksesaan mereka.
H. Diskusi
1. Pengertian
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang
suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto, 1997 dalam
Trianto, 2007).
Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti situasi dimana guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat
secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang
ditujukan untuk membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif lebih
tinggi (Atends, 1997 dalam Trianto, 2007).
Menurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007) bahwa diskusi
oleh guru digunakan apabila hendak:
a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa.
-
30
b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan
kemampuan masing-masing.
c. Memperoleh umpan balik daripada siswa tentang tujuan yang telah
dirumuskan apakah telah tercapai.
d. Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat
berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
e. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
f. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang dilihat baik dari pengalaman sendiri maupun dari
pelajaran sekolah.
g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru
mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa
dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar
siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga diskusi
menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa
menganalisis proses berpikir mereka.
Dalam hal peran guru dalam KBM dapat dilihat dari aktivitas yang
dilakukan oleh guru dalam mengajar selama KBM. Dalam penelitian ini
aktivitas-aktivitas tersebut seperti dalam bentuk Tabel 1 berikut.
-
31
Tabel 1
Langkah-langkah Guna Menyelenggarakan Diskusi
Tahapan Kegiatan Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
mengatur setting
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menyiapkan
siswa untuk berpartisipasi.
Tahap 2
Mengarahkan diskusi
Guru mengarahkan fokus
diskusi dengan menguraikan
aturan-aturan dasar,
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan awal, menyajikan
situasi yang tidak dapat segera
dijelaskan, atau
menyampaikan isi diskusi.
Tahap 3
Menyelenggarakan diskusi
Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau
mengungkapkan makna
diskusi yang telah
diselenggarakan kepada siswa.
Tahap 4
Mengakhiri diskusi
Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau
mengungkapkan makna
-
32
diskusi yang telah
diselenggarakan kepada siswa.
Tahap 5
Melakukan tanya jawab singkat
tentang proses diskusi itu
Guru menyuruh para siswa
untuk memeriksa proses
diskusi dan berpikir siswa.
2. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Diskusi
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang menyangkut
diskusi sangat penting. Lingkungan untuk pelaksanaan diskusi ditandai
dengan proses keterbukaan peran aktif siswa. Lingkungan juga
membutuhkan perhatian untuk menggunakan bentuk ruangan diskusi.
Guru dapat mengatur tempat duduk yang bervariasi dan memusatkan
perhatian untuk diskusi tertentu, tergantung pada kondisi kelas dan tujuan
belajar. Pendekatan pengajaran ini membutuhkan berbagai tingkat
pengaturan diri siswa dan mengontrol siswa (Atends, 1997; disandur
Tjokrodiharjo: 2003 dalam Trianto, 2007).
3. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Diskusi
Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan
mempunyai keuntungan dan kelemahan, demikian juga dengan diskusi.
Menurut Suryosubroto (1997) dalam Trianto (2007) keuntungan dan
kelemahan diskusi antara lain:
-
33
a. Keuntungan Diskusi
(1) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM.
(2) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan
bahan pelajarannya masing-masing.
(3) Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir
dan sikap ilmiah.
(4) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan
akan (kemampuan) diri sendiri.
(5) Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembang sikap sosial
dan sikap demokratis para siswa.
b. Kelemahan Diskusi
(1) Jalannya diskusi dapat dikuasi (didominasi) oleh beberapa siswa
yang menonjol.
(2) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.
(3) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk
membatasi pokok masalah.
-
34
I. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembar kerja yang dibuat oleh
guru yang sengaja dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses
belajar mengajar untuk prestasi belajar mereka.
(http://www.scribc.com/acc/6461437,11-an-bahan-ajar).
Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
1. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh
peserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disajikan.
3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan
secara lisan.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar
LKS.
2. Menentukan judul-judul LKS.
-
35
3. Penulisan LKS.
a. Rumusan KD LKS diturunkan dari buku pedoman khusus
pengembangan silabus.
b. Menentukan alat penilaian.
c. Menyusun materi.
Ada dua macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan
dalam pembelajaran di sekolah:
1. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur
Lembar Kerja Siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi
sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik
yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran.
2. Lembar Kerja Siswa Berstruktur
Lembar Kerja Siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan
tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam
satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali
tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sarana pembelajaran.
J. Uraian Materi Tentang Bentuk Pangkat dan Akar
BENTUK PANGKAT
1. Pangkat Bulat Positif
a. Pengertian pangkat bulat positif
Seringkali kita temukan suatu bilangan yang merupakan hasil
perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri secara beruntun.
-
36
Misalnya,
3 x 3 x 3 ditulis sebagai 33 di baca tiga pangkat tiga.
4 x 4 x 4 x 4 x 4 ditulis sebagai 45 dibaca empat pangkat lima
5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 ditulis sebagai 57 di baca lima pangkat tujuh.
Jadi, pangkat bulat positif adalah perkalian berganda dengan
faktor-faktor yang sama. Operasinya disebut perpangkatan, notasinya
disebut notasi ekiponen. Bulangan 34 merupakan bilangan berpangkat,
dengan 3 merupakan bilangan pokok dan 4 merupakan pangkat.
DEFINISI
b. Sifat-sifat bilangan dengan pangkat bulat positif
Operasi aijabar pada bilangan berpangkar dengan pangkat bilangan
positif, mempunyai sifat-sifat Ichusus. Berikur ni sifat-sifat bilangan
berpangkat dengan pangkat bulat positif.
-
37
SIFAT
Contoh 1
Tuliskan dalam bentuk pangkat paling sederhana!
Jawab :
2. Pangkat Bulat Negatif Dan Nol
a.Pangkat bulat negatif
Contoh 2
Perhatikan bahwa 26464 : aaaa
26
4 11
aaaaaaaaa
aaaa
a
a
-
38
Jadi,2
2 1
aa
Dari contoh di atas dapat kita definisikan bilangan berpangkat bulat
negatif sebagai berikut :
DEFINISI
b.Pangkat nol
Jika m , n bilangan bulat positif dan ,nm maka 0aa nm
Untuk menentukan nilai dari bilangan pangkat nol, perhatikan uraian
berikut!
nmaa 0
m
m
a
a
= 1
Sehingga dapat kita definisikan bilangan berpangkat nol sebagai berikut.
DEFINISI
Untuk setiap Ra dan 0a berlaku 10 a
-
39
BENTUK AKAR
1. Pengertian Bilangan Rasionat dan Irasional
DEFINISI
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai
bentuk pembagianb
adengan a dan b bilangan bulat dan 0b
Misalnya,
DEFINISI
Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan
sebagai bentuk pembagianb
adengan a dan b bilangan bulat dan 0b
2. Pengertian Bentuk Akar
DEFINISI
Bentuk akar adalah bitangan-bilangan di bawah tanda akar yang
apabila ditarik akarnya tidak dapat menghasilkan bilangan rasional.
Contoh 3
Tunjukkan manakah yang merupakan bentuk akar!
-
40
Jawab :
a. (bukan bentuk akar) c. (bukan bentuk akar)
b. (bentuk akar) d. (bentuk akar)
3. Operasi Aljabar Pada Bentuk Akar
a. Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar
SIFAT
Contoh 4
Sederhanakan penjumlahan dan pengurangan bentuk akar berikut!
Jawab :
b. Perkalian bentuk akar
Untuk perkalian benruk akar, beriaku sifat berikut.
SIFAT
Contoh 5
Sederhanakanlah perkalian bentuk akar berikut!
-
41
Jawab :
a. 6264122122
b. 335335553535
1528315155
4. Merasionalkan bentuk penyebut suatu pecahan
a. Pecahan yang berbentukb
a
Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukb
a, dilakukan
dengan cara mengalikan pecahan tersebut denganb
b.
b. Pecahan yang berbentukcb
a
Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukcb
a
, dilakukan
dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengancb
cb
.
c. Pecahan yang berbentukcb
a
Untuk merasionalkan pecahan yang berbentukcb
a
,
dilakukan dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan
cb
cb
.
-
42
Contoh 6
Rasionalkan bentuk pecahan berrikut!
a. b. c.
Jawab :
K. Kerangka Berpikir
Belajar Matematika merupakan proses untuk mengerti serta memahami
hubungan simbol-simbol yang diterjemahkan dari keadaan serta mampu
menjabarkan konsep yang dihasilkan dari situasi nyata dalam pengajaran
Matematika berdasarkan pada perkembangan intelektual.
Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif
agar pembelajaran matematika lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh
semangat dan gairah, agar siswa lebih punya motivasi untul lebih giat belajar.
Model pembelajaran yang sesuai adalah quantum teaching, dengan
menerapkan metode diskusi sebagai penunjangnya.
-
43
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat kreatif dan menyenangkan
sebagaimana dituntut dalam pembelajaran quantum teaching, maka siswa akan
merasa mudah mempelajari matematika karena belajar matematika itu
menyenangkan sehingga pada akhirnya kemampuan belajar anak akan
meningkat dan nilai pelajaran matematika akan mencapai ketuntasan serta
dengan diterapkannya metode diskusi siswa dapat saling menghargai
pendapat, berani berpendapat dan bekerja sama dalam memecahkan suatu
permasalahan.
L. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang
akan diajukan adalah model quantum teaching dengan metode diskusi
berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi pokok bentuk pangkat dan
akar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X semester I
SMA N 1 Karanganyar Demak tahun palajaran 2010/2011.
-
43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Karanganyar Demak. Adapun
subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X-4 , dengan jumlah siswa
44 siswa terdiri dari 16 siswa putra dan 24 siswa putri
B. Faktor Penelitian
Untuk menjawab permasalahan di atas, maka beberapa faktor yang
akan dialami adalah sebagai berikut:
1. Faktor Siswa
(a) Hasil belajar siswa X SMA N 1 Karanganyar Demak dalam
menyelesaikan soal-soal uraian pada materi bentuk pangkat dan akar.
(b) Keaktifan siswa X SMA N 1 Karanganyar Demak meliputi
kemampuan dalam bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,
mendiskusikan soal dan mengemukakan pendapat dalam proses
pembelajaran quantum teaching dengan metode diskus.
2. Faktor Guru
Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
quantum teaching dengan metode diskusi.
-
44
C. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan
skema sebagai berikut:
Siklus Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
(1) Guru dan peneliti secara kolaboratif mengidentifikasi masalah.
(2) Guru dan peneliti menentukan materi yang akan diajarkan yaitu
tentang bentuk pangkat.
(3) Merencanakan pembuatan rencana pembelajaran sebagai pedoman
dalam kegiatan belajar mengajar.
(4) Menyusun lembar kerja siswa dan lembar observasi aktivitas siswa,
lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran quantum teaching
dengan metode diskusi.
Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi
Refleksi
-
45
(5) Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
(6) Merancang soal uji kompetensi sebagai sarana untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang
disampaikan.
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Tumbuhkan
Guru menumbuhkan minat siswa akan materi bentuk pangkat
sehingga siswa mengetahui manfaat dalam kehidupannya.
(2) Alami
Siswa dibimbing dengan diberikan LKS untuk mengalami sendiri,
menciptakan konsep bentuk pangkat dan siswa mendapat pengalaman
dengan cara berdiskusi dalam kelompok belajar.
(3) Namai
Tahap ini siswa dapat mendapatkan konsep dari bentuk pangkat.
(4) Demonstrasikan
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mengerjakan hasil LKS di depan kelas dengan cara
mendemonstrasikan / menjelaskan hasil diskusi.
(5) Ulangi
Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang bentuk pangkat.
(6) Rayakan
Rayakanlah bila siswa dapat mengerjakan latihan soal dengan
memberikan tepuk tangan, sehingga siswa akan lebih bersemangat
-
46
dalam pembelajaran.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator, sebagai
berikut :
1) Observasi terhadap siswa
a) Peneliti mengamati komunikasi antar siswa dalam pembelajaran.
b) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa.
c) Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam diskusi untuk
menyelesaikan soal.
2) Observasi terhadap guru
Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran quantum
teaching dengan metode diskusi.
d. Refleksi
Setelah tindakan dan observasi dilaksanakan maka hasil observasi
dan evaluasi dinalisis untuk pedoman dilaksanakannya siklus II.
Siklus II
Perencanaan, pelaksanaan, atau tindakan, pengamatan dan refleksi
siklus II ditentukan oleh hasil refleksi I. Selanjutnya peneliti merencanakan
tindakan pembelajaran dikelas pada siklus II.
a. Perencanaan
(1) Guru dan peneliti secara kolaboratif mengidentifikasi masalah.
(2) Guru dan peneliti menentukan materi yang akan diajarkan yaitu
tentang bentuk akar.
-
47
(3) Merencanakan pembuatan rencana pembelajaran sebagai pedoman
dalam kegiatan belajar mengajar.
(4) Menyusun lembar kerja siswa dan lembar observasi aktivitas siswa,
lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran quantum teaching
dengan metode diskusi.
(5) Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
(6) Merancang soal uji kompetensi sebagai sarana untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang
disampaikan.
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Tumbuhkan
Guru menumbuhkan minat siswa akan materi bentuk akar sehingga
siswa mengetahui manfaat dalam kehidupannya.
(2) Alami
Siswa dibimbing dengan diberikan LKS untuk mengalami sendiri,
menciptakan konsep bentuk akar dan siswa mendapat pengalaman
dengan cara berdiskusi dalam kelompok belajar.
(3) Namai
Tahap ini siswa dapat mendapatkan konsep dari bentuk akar.
(4) Demonstrasikan
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mengerjakan hasil LKS di depan kelas dengan cara
mendemonstrasikan / menjelaskan hasil diskusi.
-
48
(5) Ulangi
Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang bentuk akar.
(6) Rayakan
Rayakanlah bila siswa dapat mengerjakan latihan soal dengan
memberikan tepuk tangan, sehingga siswa akan lebih bersemangat
dalam pembelajaran.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator, sebagai
berikut :
1) Observasi terhadap siswa
a) Peneliti mengamati komunikasi antar siswa dalam pembelajaran.
b) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa.
c) Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal.
2) Observasi terhadap guru
Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran quantum
teaching dengan metode diskusi.
d. Refleksi
Menganalisis data yang telah diperoleh dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pelajaran dan diharapkan akan mencapai hasil
maksimal untuk menentukan kesimpulan dari hasil penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan.
-
49
D. Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah guru dan siswa kelas
X SMA N 1 Karanganyar Demak.
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif yang terdiri dari :
a. Data kuantitatif : data hasil evaluasi.
b. Data kualitatif : data tentang keaktifan siswa diambil dari lembar
observasi dan data tentang pelaksanaan pembelajaran guru.
3. Cara Pengambilan Data
a. Data kemampuan siswa diambil dari hasil evaluasi.
b. Data tentang keaktifan siswa diambil dari lembar observasi.
c. Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru diambil dari lembar
observasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini meliputi :
1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes yang dilaksanakan siswa kelas X-4 SMA N 1 Karanganyar
-
50
Demak setelah mengikuti pembelajaran quantum teaching dengan metode
diskusi pada materi pokok bentuk pangkat dan akar.
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk subyektif
(soal uraian). Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi sub
pokok bahasan tersebut selesai. Tes digunakan untuk mengambil data hasil
belajar siswa dengan pokok bahasan bentuk pangkat dan akar.
2. Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa
pada mata pelajaran matematika materi pokok bentuk pangkat dan akar.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
aktifitas siswa pada saat pembelajaran matematika model quantum
teaching dengan metode diskusi berbantuan LKS.
Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan tes hasil belajar
pada materi pokok bentuk pangkat dan akar.
a. Pembatasan materi yang akan diujikan, yaitu materi pokok bentuk
pangkat dan akar.
b. Menentukan alokasi waktu.
c. Menentukan bentuk tes.
d. Membuat kisi-kisi soal dengan mencantumkan ruang lingkup bahan
pelajaran dan tujuan pelajaran.
e. Membuat perangkat tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
-
51
f. Mengujicobakan instrument tes pada kelas X-3 SMA N 1 Karanganyar
Demak.
g. Menganalisis hasil uji coba instrument tes untuk mengetahui taraf
kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitas instrument.
h. Validitas
Validitas atau keahlian adalah suatu ukuran tingkat kevaliditan
atau kesahihan suatu instrument. Jadi suatu instrument (soal) dikatakan
valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2003). Rumus yang digunakan untuk menghitung
validitas tes secara empiris adalah rumus korelasi product moment
sebagai berikut :
2222 YYNXXNYXXYN
rxy
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi tiap item
N : jumlah siswa yang diteliti
X : jumlah skor item
Y : jumlah skor total
X2 : jumlah kuadrat skor item
Y2 : jumlah kuadrat skor total
XY : jumlah perkalian skor item dan skor total
-
52
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product
moment dengan taraf signifikan 5%. Jika di dalam perhitungan didapat
rxy > rtabel, maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2003).
i. Reliabilitas
Analisis reliablitias tes pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
2
2
11 11 t
i
n
nr
(Arikunto, 2003)
Rumus varians total
nn
yy
i
22
2
Dengan :
r11 = reliabilitas yang dicari
n = jumlah butir soal
i2 = varians skor total
t2 = varians skor butir
y2 = jumlah skor total kuadrat
(y)2 = kuadrat dari jumlah skor
Kriteria penjumlahan reabilitas yaitu setelah didapat harga
r11 dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel. Jika thit >
rtabel maka tes yang diuji reliabel.
Tolak ukur untuk mengintrepretasikan tingkat reliabilitas
0,00 r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 r11 < 0,40 reliabilitas rendah
-
53
0,40 r11 < 0,60 reliabilitas cukup
0,60 r11 < 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
j. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal
tersebut mudah/sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Teknik perhitungannya adalah dengan
berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada di bawah
batas lulus (
-
54
hasil yang diperoleh peserta didik dapat menggambarkan prestasi yang
sesungguhnya.
k. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda untuk tes
yang berbentuk uraian menggunakan rumor uji t.
1
2
2
2
1
ii
LH
nn
xx
MMt
Keterangan :
t : Uji t
MH : Mean kelompok atas
ML : Mean kelompok bawah
x12 : Jumlah deviasi skor kelompok atas
x12 : Jumlah deviasi skor kelompok bawah
Ni : Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah
(27% x N)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel, dengan taraf
signifikan 5% dan dk = n1 + n2 2. Jika thitung > ttabel maka daya
pembeda soal tersebut signifikan.
-
55
F. Analisis Data
1. Data Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar, maka dilakukan analisis pada instrument lembar
observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase.
Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :
%100(%)Pr xmaksimalskorJumlah
diperolehyangskorJumlahosentase
2. Data Mengenai Hasil Belajar Siswa
a. Menghitung Nilai Rata-Rata
Untuk menghitung nilai rata-rata hasil evaluasi digunakan rumus:
n
xx
Keterangan :
x = Rata-rata nilai
x = Jumlah seluruh nilai
n = Jumlah siswa
(Sudjana, 2006)
b. Menghitung Ketuntasan Belajar
1). Ketuntasan Belajar Individu
Data diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan
masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar individual
menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan.
-
56
100xmaksimalskorjumlah
siswatiapskorjumlahIndividuBelajarKetuntasan
2). Ketuntasan Belajar Klasikal
Data diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan
masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan
analisis deskriptif persentase dengan perhitungan.
100xsiswaseluruhjumlah
belajartuntasyangsiswajumlahKlasikalBelajarKetuntasan
3. Data Kinerja Guru
Untuk mengetahui data pengelolaan guru dalam pembelajaran
dapat dilihat melalui lembar observasi dengan menggunakan teknik
deskriptif melalui prosentase.
Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :
100(%)Pr xsiswaseluruhjumlah
belajartuntasyangsiswajumlahosentase
Kriteria penafsiran variable penelitian ini dilakukan :
>75% = kemampuan guru mengajar baik
65% - 75% = kemampuan guru mengajar cukup
-
57
ratanya 70 dan 70% dari jumlah seluruh siswa kelas tersebut dapat
mencapai ketuntasan belajar.
2. Keaktifan dan kerja sama dalam mengikuti proses belajar mengajar dari
lembar 60% dari jumlah seluruh kelas mencapai hasil yang baik.
3. Guru dikatakan berhasil menerapkan model pembelajaran jika pelaksanaan
pembelajaran minimal dalam kategori baik yaitu menncapai nilai min 76%
dari ketuntasan belajar siswa.
-
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas X-4 semester I SMA Negeri 1
Karanganyar Demak tahun pelajaran 2010/2011. Sebelum penelitian terlebih dulu
peneliti melakukan persiapan agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal.
Beberapa persiapan yang dilakukan peneliti sebelum mengadakan penelitian
adalah:
1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui
wawancara dengan guru bidang studi matematika.
2. Peneliti meminta persetujuan dari kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar
Demak untuk mengadakan penelitian.
3. Menentukan kelas X-4 yang dipilih sebagai subjek penelitian dan kelas X-3
sebagai kelas uji coba berdasarkan pertimbangan dari guru kelas.
4. Mencatat jumlah dan daftar nama siswa kelas X-4 (lampiran 1) dan siswa
kelas X-3 (lampiran 2) SMA Negeri 1 Karanganyar Demak.
Pelaksanaan uji coba dilakukan pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1
Karanganyar Demak yang berjumlah 40 siswa. Uji coba siklus I dilaksanakan
pada tanggal 16 Agustus 2010, sedangkan uji coba soal instrumen siklus II
dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2010.
-
59
a. Analisis Hasil Uji Coba Soal Instrumen
1) Siklus I
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian siklus I, soal
instrumen diuji cobakan di kelas uji coba. Agar instrumen memiliki syarat-
syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik.
1. Validitas
Validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya soal. Suatu
soal dapat dikatakan valid apabila soal tersebut mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas digunakan rumus
korelasi product moment, sebagai berikut:
2222 )()())((
YYNXXN
YXXYNrXY
Contoh perhitungan butir soal nomor 1 :
5266
40
XY
N
1156
181
Y
X
34076
829
2
2
Y
X
1336336
32761
2
2
Y
X
Data dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment :
-
60
4301,0
1838,3264
1404
10654896
1404
)26704)(399(
1404
13363361363040)(3276133160(
209236210640
1336336)34076)(40(32761)829)(40(
)1156)(181()5266)(40(
XY
XY
XY
XY
XY
XY
r
r
r
r
r
r
Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,4301. Untuk harga kritik dari
r product moment, dengan = 5% dan N =40 maka diperoleh rtabel =
0,312 sehingga harga rXY > rtabel atau 0,4301 > 0,312. maka soal nomor 1
dinyatakan valid.
Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal
dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal,
maka didapatkan semua soal yaitu 8 butir soal valid. Perhitungan
validitas dapat dilihat pada lampiran 6 dan hasil analisis validitas butir
soal dapat dilihat pada lampiran 7.
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sebuah
tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek,
kemudian diberikan lagi pada subjek lain di lain waktu hasilnya relatif
-
61
sama atau tetap.
Untuk mencari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus
alpha, yaitu :
2
2
11 11 t
i
n
nr
dengan
Kriteria penafsiran reliabilitas:
Jika 0,00 r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah
Jika 0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah
Jika 0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup
Jika 0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi
Jika 0,80 r11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
Dari analisis reliabilitas pada lampiran 9 terletak pada selang 0,40
r11 < 0,60 sehingga didapat 0,40 0,56 < 0,60 maka tes yang diuji
cobakan kategori reliabilitasnya cukup. Perhitungan reliabilitas dapat
dilihat pada lampiran 8 dan hasil analisis reliabilitas butir soal dapat
dilihat pada lampiran 9.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai
NN
)Y(Y
22
2
t
-
62
(kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang pandai
dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar daya
pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik. Digunakan rumus :
)1(
2
2
2
1
ii nn
XX
MLMHt
ni diambil dari 27% jumlah siswa, yaitu sebagi berikut :
118,1040100
27 xni
Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1 yaitu :
MH = 4,82 ML = 4,27 n = 11
Data di atas dimasukkan ke dalam rumus :
75,22,0
55,0
04,0
55,0
110
82,3
55,0
)111(11
18,264,1
27,482,4
)1(
22
21
t
nn
XX
MLMHt
Dari tabel distribusi t, untuk = 5% dk = (11-1)+(11-1) = 20 diperoleh
ttabel = 1,68 karena thitung > ttabel sehingga didapat 2,75 > 1,68 maka daya
pembeda soal nomor 1 dinyatakan signifikan.
18,2
1,6422
21
X
X
-
63
Dengan perhitungan seperti contoh di atas, maka daya pembeda
semua soal siklus 1 adalah signifikan. Analisis daya pembeda dapat
dilihat pada lampiran 11.
4. Tingkat Kesukaran
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran
butir soal nomor 1 adalah sebagai berikut :
Diketahui :
F = 0
N = 40
Maka P =
Dengan tolak ukur :
Jika : butir soal mudah
Jika : butir soal sedang
Jika : butir soal sukar
Hasil 0% dikonsultasikan dengan tolak ukur yang ada, karena
harga P terletak pada selang 0% P 27% sehingga didapat 0% 0%
27, maka soal nomor 1 termasuk soal dengan tingkat kesukaran
mudah.
Dengan cara perhitungan yang sama seperti contoh di atas,
maka dapat dikategorikan soal mudah adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5,
6, dan 8. Soal yang dikategorikan sedang adalah soal nomor 7.
%0%10040
0%100 xx
N
F
%27%0 P
%73%28 P
%100%74 P
-
64
Analisis tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 10.
Berdasakan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran maka instrumen penelitian siklus I berupa tes uraian
digunakan semua yaitu 8 soal dapat dilihat pada lampian 12.
2) Siklus II
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian sikus II, soal
instrumen diuji cobakan di kelas uji coba. Agar instrumen memiliki
syarat-syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik.
1. Validitas
Validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya soal. Suatu
soal dapat dikatakan valid apabila soal tersebut mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas digunakan rumus
korelasi product moment, sebagai berikut:
2222 )()())((
YYNXXN
YXXYNrXY
Contoh perhitungan butir soal nomor 1 :
5740
40
XY
N
1235
185
Y
X
38611
871
2
2
Y
X 1525225
34225
2
2
Y
X
Data dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment :
2222 )()())((
YYNXXN
YXXYNrXY
-
65
41,0
62,3437
1404
11817225
1404
)19215)(615(
1125
15252251544440)(3422534840(
228475229600
1525225)38611)(40(34225)871)(40(
)1235)(185()5740)(40(
XY
XY
XY
XY
XY
XY
r
r
r
r
r
r
Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,41. Untuk harga kritik
dari r product moment, dengan = 5% dan N =40 maka diperoleh
rtabel = 0,312 sehingga harga rXY > rtabel atau 0,41 > 0,312. maka soal
nomor 1 dinyatakan valid.
Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal
dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir
soal, maka didapatkan semua soal yaitu 8 butir soal valid. perhitungan
validitas dapat dilihat pada lampiran 13 dan hasil analisis validitas
butir soal dapat dilihat pada lampiran 14.
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek,
kemudian diberikan lagi pada subjek lain dilain waktu hasilnya relatif
-
66
sama atau tetap.
Untuk mencari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus
alpha, yaitu :
2
2
11 11 t
i
n
nr
dengan
Kriteria penafsiran reliabilitas:
Jika 0,00 r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah
Jika 0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah
Jika 0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup
Jika 0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi
Jika 0,80 r11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
Dari analisis reliabilitas pada lampiran 16 diperoleh r11 terletak
pada selang 0,40 r11 < 0,60 sehingga didapat 0,40 0,54 < 0,60
maka tes yang diuji cobakan kategori reliabilitasnya cukup.
Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 15 dan Hasil
Analisis reliabilitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 16.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang
pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang
NN
)Y(Y
22
2
t
-
67
pandai dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar
daya pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik.
Digunakan rumus :
)1(
2
2
2
1
ii nn
XX
MLMHt
ni diambil dari 27% jumlah siswa, yaitu sebagi berikut :
118,1040100
27 xni
Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1 yaitu :
MH = 4,91 ML = 4,45 n = 11
Data di atas dimasukkan ke dalam rumus :
1,222.0
46,0
05,0
46,0
110
64,5
46,0
)111(11
73,491,0
45,491,4
)1(
22
21
t
nn
XX
MLMHt
Dari tabel distribusi t, untuk =