penerapan peraga sistem transmisi dalam …lib.unnes.ac.id/30975/1/5202412086.pdf · problem based...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN PERAGA SISTEM TRANSMISI DALAM PENGAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENUNJANG KEEFEKTIFAN PENGAJARAN MERAWAT BERKALA TRANSMISI
SEPEDA MOTOR
SKRIPSI
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
oleh Anif Kurniawan
5202412086
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Penerapan Peraga Sistem Transmisi dalam Pengajaran Problem Based Learning Untuk Menunjang Keefektifan Pengajaran Merawat Berkala Transmisi Sepeda Motor telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada
tanggal 15 bulan Juni tahun 2017
Oleh
Nama : Anif Kurniawan
NIM : 5202412086
Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif, S1
Panitia:
Ketua Panitia Sekretaris
Rusiyanto, S.Pd ., M.T. Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., S.T., M.T.
NIP. 197403211999031002 NIP. 196901061994031003
Penguji Utama Penguji II/Pembimbing I Penguji III/Pembimbing II
Drs. Supraptono, M.Pd. Drs. Winarno DR, M.Pd. Drs. Suwahyo, M.Pd.
NIP. 195508091982031002 NIP. 195210021981031001 NIP. 195905111984031002
Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik UNNES
Dr. Nur Qudus, M.T.
NIP. 196911301994031001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Anif Kurniawan
NIM : 5202412086
Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif, S1
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Peraga Sistem
Transmisi dalam Pengajaran Problem Based Learning Untuk Menunjang
Keefektifan Pengajaran Merawat Berkala Transmisi Sepeda Motor” ini
merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan
saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, Juni 2017
Yang membuat pernyataan
Anif Kurniawan
NIM 5202412086
iv
ABSTRAK
Kurniawan, Anif. 2017. Penerapan Peraga Sistem Transmisi dalam Pengajaran
Problem Based Learning Untuk Menunjang Keefektifan Pengajaran Merawat
Berkala Transmisi Sepeda Motor. Skripsi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang. Drs. Winarno Dwi Rahardjo, M.Pd., dan Drs.
Suwahyo, M.Pd.
Kata kunci: penerapan, peraga, cutting engine, sistem transmisi, problem based learning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan peraga cutting engine sistem transmisi sepeda motor dan keefektifan pengajaran merawat berkala sistem
transmisi dengan pengajaran problem based learning. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experimental design dengan model non equivalent control group design.
Pengumpulan data menggunakan instrumen tes dan angket kelayakan
peraga serta indikator keefektifan pengajaran. Validasi kelayakan media
memperoleh hasil sebesar 85%, dan kelayakan materi memperoleh hasil sebesar
98,75%, dapat disimpulkan bahwa peraga “sangat layak”. Keefektifan pengajaran
memperoleh hasil 71,48% untuk kelas kontrol dan 89,42% untuk kelas eksperimen,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pengajaran problem based learning berbantu
peraga cutting engine lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah tanpa
menggunakan peraga. Hasil analisis pretest dan posttest menerangkan bahwa hasil
belajar kompetensi merawat berkala sistem transmisi mengalami kenaikan. Kelas
kontrol mengalami peningkatan sebesar 10,11 dan memiliki nilai gain sebesar
0,219. Kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 24,22 dan memiliki nilai
gain sebesar 0,513. Hasil uji t posttest menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil
belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Guru hendaknya dapat menerapkan pengajaran menggunakan alat peraga
dan memilih pengajaran yang tepat agar siswa lebih aktif dan tidak merasa bosan
dalam kegiatan pengajaran.
v
ABSTRACT
Kurniawan, Anif. 2017. Application of Props in the Transmission System Problem Based Learning to Support the Effectiveness of Instruction Caring for The Perodical Transmission of Motorcycles. Thesis Department Of Mechanical Engineering Faculty Of Engineering University Of Semarang. Drs. Winarno Dwi Rahardjo, M.Pd., dan Drs. Suwahyo, M.Pd.
Keywords: application, props, cutting engine, transmission system, problem based learning.
This research aims to find out the feasibility of the props cutting engine motorcycle transmission system and the effectiveness of instruction caring for periodical transmission system with problem based learning. This research uses the method quasi experimental design with a model non equivalent control group design.
Data collection using test reserved instruments and question form validate the feasibility of props as well as the question form the instruction effectiveness indicator. Validation of the feasibility of the media get results of 85% and the feasibility of the material results of 98.75%, It can be concluded that the Viewer "very worthy". Instruction effectiveness result 71.48% for controls and 89.42% for class experiments, It can be concluded that the use of problem based learning assisted props cutting engine more effective than the lecture method without the use of props. The results of the analysis pretest and posttest explains that the results of the instruction competence take care of periodically increase transmission system. The control class experienced an increase of 10.11 and have the value of the gain of 0.219. The experimental class experienced an increase of 24.22 and have the value of the gain of 0.513. The results of the test t posttest concludes that there is a significant learning results difference between the control and the experimental class.
Teachers should be able to apply instruction to use props and choosing the right instruction model in order to make students more active and don't feel tired in the instruction activities.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
nikmat, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Penerapan Peraga Sistem Transmisi dalam Pengajaran Problem Based
Learning Untuk Menunjang Keefektifan Pengajaran Merawat Berkala Transmisi
Sepeda Motor”. Skripsi ini ditulis dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
di antaranya:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
3. Rusiyanto, S.Pd., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., ST., M.T selaku Ketua Prodi Pendidikan Teknik
Otomotif Universitas Negeri Semarang.
vii
5. Drs. Winarno Dwi Rahardjo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Suwahyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak dan ibu, serta adik yang telah mendoakan, memotivasi dan
memberikan dukungan semangat dalam penyelesain skripsi ini, sehingga
mampu menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana.
8. Seluruh keluarga besar mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif 2012.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Namun demikian penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi membutuhkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi. Akhir kata semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis pada khususnya.
Semarang, Juni 2017
Penulis
Anif Kurniawan
NIM 5202412086
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Kajian Teori .................................................................................. 7
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................... 7
b. Media Peraga ......................................................................... 8
ix
c. Sistem Transmisi Sepeda Motor ........................................... 13
d. Pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL ............................ 21
e. Keefektifan Pengajaran ......................................................... 27
B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................... 31
C. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 32
D. Hipotesis ....................................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 35
A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 35
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 36
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 37
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................... 38
E. Validitas dan Realibilitas Instrumen ............................................ 42
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 48
A. Deskripsi Data .............................................................................. 48
B. Analisis Data ................................................................................ 56
C. Pembahasan .................................................................................. 65
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 69
A. Simpulan ....................................................................................... 69
B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian ............................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 74
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi Siswa SMK Negeri 3 Salatiga 36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda 38
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Instrumen Uji Kelayakan Ahli Media 39
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Angket Instrumen Uji Kelayakan Ahli Media 39
Tabel 3.5 Validator Ahli Media 40
Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Ahli Media 40
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Instrumen Uji Kelayakan Ahli Materi 40
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Angket Instrumen Uji Kelayakan Ahli Materi 40
Tabel 3.9 Validator Ahli Materi 40
Tabel 3.10 Hasil Uji Validasi Ahli Materi 40
Tabel 3.11 Kisi-kisi Angket Pencapaian Keefektifan Pengajaran 41
Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Angket Keefektifan Pengajaran 42
Tabel 3.13 Skala Presentase Kelayakan Media 44
Tabel 4.1 Hasil Data Validasi Angket Ahli Media 49
Tabel 4.2 Hasil Data Validasi Angket Ahli Materi 49
Tabel 4.3 Hasil Data Angket Keefetifan Pengajaran Kelas Kontrol 51
Tabel 4.4 Hasil Data Angket Keefetifan Pengajaran Kelas Eksperimen 51
Tabel 4.5 Data Hasil Pretest 55
Tabel 4.6 Data Hasil Posttest 55
Tabel 4.7 Uji Validitas Instrumen Test 56
xi
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Instrumen Test 57
Tabel 4.9 Data Hasil Uji Normalitas Pretest 58
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest 59
Tabel 4.11 Data Hasil Uji T Pretest 59
Tabel 4.12 Data Hasil Uji Normalitas Posttest 60
Tabel 4.13 Data Hasil Uji Homogenitas Posttest 61
Tabel 4.14 Data Hasil Uji T Posttest 61
Tabel 4.15 Data Peningkatan Hasil Belajar 62
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Potongan Lengkap 10
Gambar 2.2 Potongan Separuh 11
Gambar 2.3 Potongan Setempat 11
Gambar 2.4 Potongan Loncat 12
Gambar 2.5 Susunan Roda Gigi Transmisi 13
Gambar 2.6 Bagian-bagian Transmisi 14
Gambar 2.7 Susunan Roda Gigi 15
Gambar 2.8 Transmisi pada Posisi Netral 17
Gambar 2.9 Transmisi pada Kecepatan 1 17
Gambar 2.10 Tranmisi pada Kecepatan 2 18
Gambar 2.11 Transmisi pada Kecepatan 3 19
Gambar 2.12 Transmisi pada Kecepatan 4 19
Gambar 2.13 Transmisi pada Kecepatan 5 21
Gambar 2.14 Transmisi pada Posisi Netral 22
Gambar 3.1 Bentuk Nonequivalent Control Group Design 35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing 75
Lampiran 2. Persetujuan Proposal Skripsi 76
Lampiran 3. Persetujuan Seminar 77
Lampiran 4. Surat Tugas Penguji 78
Lampiran 5. Daftar Hadir Seminar Proposal 79
Lampiran 6. Berita Acara Proposal Skripsi 80
Lampiran 7. Pernyataan Selesai Skripsi 81
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian 82
Lampiran 9. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian 83
Lampiran 10. Instrument Test 84
Lampiran 11. Kunci Jawaban Instrumen Test 91
Lampiran 12. Angket Validasi Ahli Media 92
Lampiran 13. Angket Validasi Ahli Materi 97
Lampiran 14. Perhitungan Angket Ahli Media 102
Lampiran 15. Perhitungan Angket Ahli Materi 103
Lampiran 16. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Tes 104
Lampiran 17. Uji Validitas Instrumen Tes 105
Lampiran 18. Uji Reliabilitas Instrumen Tes 107
Lampiran 19. Daftar Nama Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 108
Lampiran 20. Perhitungan Angket Keefektifan Pengajaran 109
xiv
Lampiran 21. Hasil Pretest Kelas Kontrol Dan Eksperimen 111
Lampiran 22. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol 112
Lampiran 23. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen 113
Lampiran 24. Uji Homogenitas Data Pretest 114
Lampiran 25. Uji T Data Pretest 115
Lampiran 26. Hasil Posttest Kelas Kontrol Dan Eksperimen 116
Lampiran 27. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol 117
Lampiran 28. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 118
Lampiran 29. Uji Homogenitas Data Posttest 119
Lampiran 30. Uji T Data Posttest 120
Lampiran 31. Hasil Uji Gain 121
Lampiran 32. Hasil Hitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif 123
Lampiran 33. Silabus 125
Lampiran 34. RPP 128
Lampiran 35. Dokumentasi 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di
dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pengajaran yang berlangsung akibat
penyatuan materi, media, guru, siswa dan konteks belajar. Proses belajar mengajar
yang baik adalah proses belajar yang dapat mengena pada sasaran melalui kegiatan
yang sistematis. Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik sangat
diperlukan adanya keaktifan antara guru dan siswa. Proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan lancar bila direncanakan dengan rinci, memuat sejumlah
latihan dan tugas yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan juga akan
menciptakan kondisi atau lingkungan sehingga terjadi interaksi dalam mencapai
tujuan pengajaran. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan
penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, grafik, bagan,
peraga, dan lain-lain. Di samping itu, seorang guru juga harus memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, agar siswa lebih dituntut untuk lebih
aktif. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara
lain adalah tujuan, bahan, metode, dan peraga serta evaluasi.
Berdasarkan hasil observasi pada saat melakukan Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMK Negeri 3 Salatiga hasil pencapaian ketuntasan belajar
siswa pada mata pelajaran pemeliharaan mesin sepeda motor khususnya merawat
berkala sistem transmisi masih banyak siswa yang hasilnya di bawah KKM, karena
2
untuk memenuhi standar KKM siswa diharuskan di atas nilai 75. Dari 2 kelas
berjumlah 64 siswa, hanya 24 siswa yang mencapai nilai di atas KKM dan sisanya
masih di bawah KKM. Hal ini dikarenakan pada saat proses pengajaran masih
menggunakan metode ceramah dan menggunakan powerpoint yang bersifat abstrak
sehingga siswa lebih sulit untuk memahami dan mengerti tentang materi yang
disampaikan oleh guru. Dalam pelaksanaannya masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam pemahaman materi yang disampaikan oleh guru,
bahkan siswa berbicara sendiri, tidur dan tidak memperhatikan ketika guru sedang
mengajar. Selain itu juga belum adanya media pengajaran yang dapat menarik
minat siswa dalam proses pengajaran sehingga akan menemui kejenuhan karena
tidak ada hal yang baru dalam kegiatan belajaar mengajar tersebut. Seperti yang
diketahui hanya siswa yang duduk di bangku depan saja yang lebih berkonsentrasi
mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini pula yang menyebabkan proses
pengajaran kurang efektif karena kegiatan siswa kurang maksimal dalam
mempelajari materi sistem transmisi.
Menggunakan media yang cocok diharapkan dapat memperjelas informasi
yang disampaikan oleh guru, karena media dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sehingga terjadilah proses pengajaran yang sehat dan
menyenangkan. Penerapan peraga sebagai media pengajaran harus layak, menarik,
mudah dipahami dan dimengerti karena digunakan untuk menyampaikan informasi.
Penggunaan peraga sebagai media pengajaran pada saat praktek membantu guru
untuk mengerahkan maksud dan tujuan proses belajar, sehingga penggunaan peraga
sebagai media pengajaran yang diajarkan kepada siswa dapat mempermudah
3
memahami materi tentang sistem transmisi manual. Menurut Arsyad (dalam
Sutirman, 2013: 18) menyatakan bahwa “berdasarkan teori belajar terdapat
beberapa kondisi dan prinsip psikologis yang perlu diperhatian dalam memiih dan
memanfaatkan media pembelajaran, yaitu prinsip motivasi, perbedaan individual,
tujuan pembelajaran, organisasi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi,
umpan balik, penguatan, latian dan pengulangan, serta penerapan”. Peraga sistem
transmisi cutting engine adalah salah satu media yang dapat dimanfaatkan pada saat
proses pengajaran. Peraga ini dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan secara
jelas mengenai langkah-langkah mengidentifikasi, memperbaiki kerusakan dan
merawat berkala pada sistem transmisi sepeda motor.
Selain itu, ada juga hal yang membuat proses pengajaran kurang efektif, salah
satunya pengajaran yang kurang efektif menyebabkan hasil belajar siswa kurang
maksimal, misalnya pengajaran yang monoton dari waktu ke waktu. Guru yang
kurang bersahabat dengan siswa juga menyebabkan siswa merasa bosan dan
kurangnya minat belajar siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai
tenaga pengajar harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu
dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan
siswa secara efektif dalam proses pengajaran. Pengajaran problem based learning
bisa menjadi pengajaran yang bisa meningkatkan minat belajar siswa dan nantinya
juga bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Pengajaran ini bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
4
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian dengan judul “Penerapan
Peraga Sistem Transmisi dalam Pengajaran Problem Based Learning Untuk
Menunjang Keefektifan Pengajaran Merawat Berkala Transmisi Sepeda Motor”
perlu dilakukan pada siswa kelas XI TSM di SMK Negeri 3 Salatiga.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Belum adanya media pengajaran berupa peraga cutting engine di SMK Negeri
3 Salatiga.
2. Guru mata pelajaran pemelihaaan mesin sepeda motor masih menggunakan
metode ceramah dan media powerpoint yang masih bersifat abstrak, sehingga
siswa lebih sulit untuk memahami dan mengerti tentang materi yang
disampaikan oleh guru.
3. Kurangnya ketertarikan belajar karena banyak siswa yang berbicara sendiri,
tidur dan tidak memperhatikan ketika guru mengajar.
4. Hanya siswa yang duduk di bangku depan saja yang lebih berkonsentrasi
mendengarkan ceramah dari guru, hal ini pula yang menyebabkan proses
pengajaran kurang efektif karena kegiatan siswa kurang maksimal dalam
mempelajari materi sistem transmisi.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang
telah ditetapkan, maka peneliti perlu membatasi beberapa masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini yaitu:
1. Merancang kemudian membuat peraga dan menerapkan peraga sistem
transmisi cutting engine sebagai media pengajaran di kelas XI TSM.
2. Mengetahui keefektifan pengajaran dengan menggunakan peraga sistem
transmisi cutting engine dalam pengajaran problem based learning.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah kontribusi peraga sistem transmisi cutting engine dan pengajaran
problem based learning sebagai media pengajaran merawat berkala transmisi?
2. Adakah keefektifan pengajaran merawat berkala transmisi dengan
menggunakan peraga sistem transmisi cutting engine dalam pengajaran
problem based learning?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kontribusi peraga sistem transmisi cutting engine dan
pengajaran problem based learning sebagai media pengajaran merawat
berkala transmisi.
6
2. Untuk mengetahui keefektifan pengajaran merawat berkala transmisi dengan
menggunakan peraga sistem transmisi cutting engine dalam pengajaran
problem based learning.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti : untuk mengetahui keefektifan pengajaran merawat
berkala transmisi dengan menggunakan peraga sistem
transmisi cutting engine dalam pengajaran problem
based learning.
2. Bagi pembaca : menambah khasanah bacaan bagi pembaca tentang
sistem transmisi cutting engine serta proses belajarnya.
3. Bagi siswa : dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk
mempermudah siswa tentang materi sistem transmisi.
4. Bagi lembaga : sebagai masukan bagi lembaga dan pengajar tentang
penggunaan media peraga sistem transmisi cutting
engine sebagai media pendidikan dalam proses belajar
mengajar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Sadiman et al (1986: 2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti. Salah satu tanda seseorang
telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), ketrampilan
(psikomotor), dan nilai sikap (afektif)”.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya
(Arsyad, 2002: 1).
Pembelajaran (instruction) adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa
(Sadiman et al, 1986: 7). Dengan demikian, inti dari pengajaran adalah segala
upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didik.
8
Kegiatan pengajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar
pada para peserta didiknya.
2. Media Peraga
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2002: 3) menyatakan bahwa “media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan
sekolah merupakan media.”
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2002: 4) menyatakan bahwa
“media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain buku, tape recorder, kaset,
video camera, film, gambar bingkai, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.”
Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation disingkat
NEA) memiliki pengertian berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi
baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan,
ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
9
perhatian siswa sedemikian ruap sehingga proses belajar terjadi (Sadiman et al,
1984: 7).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa istilah media
pengajaran dengan alat peraga sering diartikan suatu hal yang sama. Baik media
pengajaran maupun alat peraga pengajaran digunakan untuk mengoptimalkan
proses dan hasil belajar siswa. Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan,
bahwa media peraga dapat menjadikan waktu lebih efektif dan ruang menjadi
lebih efisien. Sehingga siswa memiliki keleluasaan terhadap sumber belajar yang
akan memungkinkannya memahami suatu konsep secara tepat dan menyeluruh,
dengan media peraga siswa yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran
yang disampaikan.
Ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat peraga
pengajaran, yaitu: 1) Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat), 2)
Bentuk dan warnanya menarik, 3) Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit),
4) Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak, 5) Dapat menyajikan
(dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep sistem transmisi, 6) Sesuai
dengan konsep sistem transmisi, 7) Dapat menunjukkan konsep sistem transmisi
dengan jelas, 8) Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep
abstrak, 9) Alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba,
dipegang, dipindahkan, dan diutak-atik, dan lain-lain, 10) Bila mungkin dapat
berfaedah lipat (banyak) (Annisah, 2014: 4). Dengan adanya kriteria-kriteria
tersebut, diharapkan nantinya peraga yang dibuat layak digunakan dan peraga
yang digunakan menjadi lebih efektif di dalam pengajaran di kelas.
10
Cutting adalah pemangkasan atau pemotongan. Komponen-komponen yang
akan dipotong yaitu komponen-komponen yang ada pada sistem transmisi sepeda
motor. Teknik pemotongan ini mengadaptasi pada teknik penyajian potongan
pada gambar teknik.
a. Potongan Lengkap
Menurut Giesecke et al., 2001: 222 menyatakan bahwa “pandangan potongan
yang diperoleh dengan melewatkan bidang potong melalui bendanya disebut
potongan lengkap.” Teknik pemotongannya dilakukan pada garis sumbu benda
secara menyeluruh, sehinga membagi benda pada dua bagian, kanan dan kiri.
Gambar 2.1. Potongan Lengkap
(Giesecke et al, 2001: 223)
b. Potongan Separuh
Potongan separuh memiliki keunggulan dalam memaparkan bagian dalam
paruhan benda dan mempertahankan bagian luar paruhan lainnya. Oleh sebab itu,
kegunaannya terutama terbatas pada benda-benda simetris (Giesecke et al, 2001:
229). Teknik pemotongan dilakukan pada pertemuan dua bidang potong pada
tengah bagian benda tersebut. Pemotongan ini dilakukan pada ¼ bagian benda,
sehingga akan memperlihatkan bagian dalam benda yang akan dipotong dan
menyisakan ¾ bagian benda. Kegunaan terbesar potongan separuh ialah pada
Bidang Arsir PotonganBidang Potong
Garis Sumbu
Garis Benda
11
gambar rakitan, yang di sini sering diperlukan untuk menunjukkan konstruksi
dalam dan luar pada pandangan yang sama, tetapi tanpa pemberian ukuran
(Giesecke et al, 2001: 229).
Gambar 2.2. Potongan Separuh
(Giesecke et al, 2001: 230)
c. Potongan Setempat
Sering terjadi bahwa hanya pandangan potongan sebagian yang diperlukan
untuk memaparkan bentuk-bentuk dalamnya. Potongan demikian, yang dibatasi
oleh garis potong, disebut potongan setempat. Pada potongan lengkap atau
potongan separuh tidak diperlukan, dan potongan setempat yang kecil sudah
cukup untuk menjelaskan konstruksinya. Dalam hal ini, potongan dibatasi
sebagian oleh garis pemutus dan sebagian lagi oleh garis sumbu (Giesecke et al,
2001: 230).
12
Gambar 2.3. Potongan Setempat
(Giesecke et al, 2001: 230)
d. Potongan Loncat
Pada pemotongan melalui benda tak beraturan, sering kita ingin menunjukkan
fitur (feature) yang tidak terletak pada garis lurus dengan jalan “meloncatkan”
atau membengkokan bidang potongnya. Potongan demikian disebut potongan
loncat (Giesecke et al, 2001: 233). Teknik pemotongan dilakukan dengan cara
meloncatkan garis potong pada bagian-bagian yang akan dipotong, karena jika
menggunakan garis potong yang lurus, bagian-bagian yang memiliki tempat yang
tak beraturan, akan tidak terpotong dan tidak akan terlihat jelas, kontruksi
didalamnya. Lintasan pemotongan ditunjukkan oleh garis bidang potong pada
pandangan atas, dan potongan loncat yang dihasilkan ditunjukkan pada
pandangan depan (Giesecke et al, 2001: 234).
Garis Sumbu
Pandangan Atas Benda
Garis Arsir Potongan
13
Gambar 2.4. Potongan Loncat
(Giesecke et al, 2001: 233)
3. Sistem Transmisi Sepeda Motor
Sepeda motor memerlukan mesin yang dapat menghasilkan momen yang
tinggi di waktu start dan pada waktu jalan mendaki. Sebaliknya, pada jalan yang
rata, kendaraan tidak memerlukan momen yang besar untuk dapat mencapai
kecepatan yang tinggi. Lebih-lebih pada jalan menurun, sepeda motor dapat
mencapai kecepatan yang lebih tinggi karena adanya dorongan oleh gaya berat
kendaraan (Marsudi, 2008: 74).
Kerja mesin harus menghasilkan tenaga yang sesuai dengan keadaan jalan.
Agar kecepatan sepeda motor sesuai dengan keadaan jalan maka diperlukan
tingkatan perbandingan putaran mesin dengan perputaran roda belakang yang
sesuai dengan tingkat kecepatan. Alat untuk mengatur perubahan perbandingan
putaran mesin dengan perputaran roda belakang adalah transmisi (versneling)
Bidang Potong
Pandangan Samping Kanan Dalam Potongan
14
(Marsudi, 2008: 75). Susunan roda gigi transmisi tampak pada gambar 2.5 sedang
bagian-bagian transmisi ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.5. Susunan Roda Gigi Transmisi
(Marsudi, 2008: 75)
Gambar 2.6. Bagian-bagian Transmisi
(Marsudi, 2008: 75)
Sepeda motor sport 4-tak biasanya mempunyai transmisi 5 kecepatan yang
tersusun dari dua poros, yaitu poros utama (main shaft) dan poros lawan (counter
15
shaft). Poros utama dihubungkan dengan pusat kopling sedang poros lawan pada
ujung sebelah kiri dipasang roda gigi depan sepeda motor (Marsudi, 2008: 75).
Pada poros utama terdapat susunan roda gigi M1, M2, M3, M4 dan M5,
sedang pada poros lawan terdapat susunan roda gigi C1, C2, C3, C4 dan C5.
Setiap set roda gigi pada transmisi mempunyai perbandingan putaran tertentu.
Dengan memakai set-set roda gigi secara bergantian maka akan dapat diperoleh
tingkatan perbandingan putaran yang berbeda sesuai kebutuhan kecepatan sepeda
motor (Marsudi, 2008: 75).
Gambar 2.7. Susunan Roda Gigi
(Marsudi, 2008: 76)
a. Jenis-jenis roda gigi transmisi
Menurut Marsudi (2008: 76) ada 3 macam roda gigi transmisi, yaitu:
1) Roda gigi geser
Roda gigi geser (sliding gears) ini terikat oleh spie-spie pada porosnya
sehingga akan ikut berputar dengan putaran poros. Selain itu, posisi roda
gigi ini dapat bergeser mengikuti spie. Yang termasuk roda gigi geser
adalah roda gigi M2, M4, C3 dan C5.
16
2) Roda gigi tetap
Roda gigi tetap (fixed gears) dipasang mati pada poros sehingga ikut
berputar mengikuti putaran poros. Yang termasuk roda gigi tetap adalah
roda gigi M1.
3) Roda gigi bebas
Roda gigi bebas (idling gears) dapat berputar bebas pada poros tetapi
dengan posisi tetap, tidak dapat digeser-geser sepanjang poros. Yang
termasuk roda gigi bebas adalah roda gigi M3, M5, C1, C2 dan C4.
Pada kombinasi roda gigi, perbandingan roda gigi dimulai dengan
perbandingan yang terbesar, disebut putaran rendah (low). Sedangkan
perbandingan roda gigi di mana putaran mesin sama dengan perputaran poros
lawan disebut putaran tinggi (top). Apabila perbandingan kurang dari satu dan
apabila putaran poros lawan lebih cepat dari putaran mesin disebut over drive
(Marsudi, 2008: 77).
Seperti terlihat pada gambar 2.3, setiap roda gigi pada poros utama selalu
berhubungan dengan roda gigi pasangannya pada poros lawan sehingga
transmisi pada sepeda motor juga disebut constant mesh transmission (selalu
terikat) (Marsudi, 2008: 77).
Pada sisi gigi geser dan gigi bebas terdapat tonjolan-tonjolan penghubung
(dogs) yang letaknya berpasangan dengan tonjolan-tonjolan penghubung pada
roda gigi di sebelahnya. Cara mengoper transmisi jenis ini adalah dengan
menggeserkan roda gigi geser secara bergantian sampai salah satu roda gigi
17
menggabungkan diri dengan roda gigi di sebelahnya melalui tonjolan-tonjolan
penghubung (Marsudi, 2008: 77).
b. Cara kerja sistem transmisi
Menurut Marsudi (2008: 77) cara kerja transmisi terbagi atas tujuh posisi,
yaitu:
1) Posisi netral
Handel transmisi belum diinjak, semua roda gigi transmisi masih dalam
keadaan bebas sehingga putaran poros utama tidak diteruskan ke poros
lawan (Marsudi, 2008: 77).
Gambar 2.8. Transmisi pada Posisi Netral
(Marsudi, 2008: 77)
2) Kecepatan 1
Handel kopling ditarik, handel transmisi diinjak pada bagian depan satu
kali, sehingga roda gigi C3 didorong mengikuti arah panah sampai
tonjolan-tonjolan penghubungnya masuk ke dalam lubang-lubang di
dalam sisi roda gigi bebas C1, aliran perputaran dari poros utama ke roda
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi geser
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawanOutput
Input
18
gigi tetap M1, ke roda gigi bebas C1, ke roda gigi C3 dan ke poros lawan
(Marsudi, 2008: 78).
Gambar 2.9. Transmisi pada Kecepatan 1
(Marsudi, 2008: 78)
3) Kecepatan 2
Handel transmisi diinjak bagian belakangnya untuk yang pertama kali.
Roda gigi geser C3 dilepaskan dari roda gigi bebas C1. Roda gigi geser
C5 didorong mengikuti arah panah sampai bergabung dengan roda gigi
bebas C2. Aliran perputaran dari poros utama ke roda gigi tetap M2, ke
roda gigi bebas C2, ke roda gigi geser C5 dan ke poros lawan (Marsudi,
2008: 78).
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawan
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawanOutput
Input
Output
Input
19
Gambar 2.10. Transmisi pada Kecepatan 2
(Marsudi, 2008: 78)
4) Kecepatan 3
Handel transmisi diinjak bagian belakang untuk yang kedua kali, maka
roda gigi geser C5 dilepaskan dari roda gigi C2, roda gigi geser M4
didorong mengikuti arah panah sampai bergabung dengan roda gigi
bebas M3. Aliran perputaran dari poros utama ke roda gigi geser M4, ke
roda gigi bebas M3, ke roda gigi geser C3 dan ke poros lawan (Marsudi,
2008: 79).
Gambar 2.11. Transmisi pada Kecepatan 3
(Marsudi, 2008: 79)
5) Kecepatan 4
Handel transmisi diinjak di bagian belakang untuk ketiga kali, maka roda
gigi geser M4 dilepaskan dari roda gigi bebas M3, roda gigi geser C3
didorong mengikuti arah panah sampai bergabung dengan roda gigi
bebas C4. Aliran perputaran dari poros utama ke roda gigi geser M4, ke
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi geser
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawanOutput
Input
20
roda gigi bebas C4, ke roda gigi geser C3 dan ke poros lawan (Marsudi,
2008: 79).
Gambar 2.12. Transmisi pada Kecepatan 4
(Marsudi, 2008: 79)
6) Kecepatan 5
Handel transmisi diinjak bagian belakang untuk yang keempat kali, maka
roda gigi geser C3 dilepaskan dari roda gigi bebas C4. Roda gigi geser
M4 didorong mengikuti arah panah sampai bergabung dengan roda gigi
bebas M5. Aliran perputaran dari poros utama ke roda gigi geser M4, ke
roda gigi bebas M5, ke roda gigi geser C5 dan ke poros lawan (Marsudi,
2008: 80).
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi geser
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawan
Gigi geser
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi geser
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawan
Input
Output
Output
Input
21
Gambar 2.13. Transmisi pada Kecepatan 5
(Marsudi, 2008: 80)
7) Menetralkan
Handel transmisi diinjak bagian depannya lima kali, kemudian diinjak
bagian belakang satu kali maka roda gigi geser M4 dilepaskan dari roda
gigi bebas M5. Semua roda gigi dalam keadaan bebas maka perputaran
poros utama tidak dapat diteruskan ke poros lawan. Posisi roda gigi
transmisi kembali netral, di tandai dengan lampu netral berwarna hijau
(Marsudi, 2008: 80).
Gambar 2.14. Transmisi pada Posisi Netral
(Marsudi, 2008: 80)
4. Pengajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
a. Konsep Pengajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Pada hakikatnya program pengajaran tidak hanya bertujuan untuk
memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga
memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi”.
Pengajaran yang hanya mengarah kepada pemahaman mengenai apa dan
Gigi geser
Gigi geser
Gigi tetap
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi geser
Gigi geser
Gigi bebas
Gigi bebas
Gigi bebas
Poros utama
Poros lawan
Input
Output
22
bagaimana sesuatu terjadi tidak menciptakan daya kritis pada diri siswa dalam
rangka memecahkan suatu masalah. Kelemahan yang sering terjadi selama ini
salah satunya adalah banyak siswa yang ujiannya memperoleh nilai tinggi
bahkan sempurna, tetapi ketika dalam kehidupan nyata menghadapi suatu
masalah mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Banyak orang yang
sangat pandai menjelaskan suatu konsep, ciri-cirinya, proses kejadiannya, tetapi
tidak dapat memberikan solusi ketika sesuatu tersebut mengalami masalah
(Sutirman, 2013: 39).
Sudah saatnya para guru di sekolah, apalagi di sekolah kejuruan,
menerapkan dan mengembangkan pengajaran yang mampu mendorong
siswanya untuk dapat memahami tentang mengapa sesuatu terjadi dan
bagaimana mengatasi jika sesuatu itu bermasalah. Delisle mengemukakan
bahwa akar dari problem based learning berasal dari John Dewey yang
menganggap guru harus mengajar sesuai dengan naluri alami siswa untuk
mencipta dan menyelidiki (Sutirman, 2013: 39). Menurut Wena (dalam
Sutirman 2013: 39) menyatakan bahwa “pembelajaran pemecahan masalah
menjadi sangat penting untuk diajarkan”. Pembelajaran berbasis masalah
adalah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sismetik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam
kehidupan nyata (Sutirman, 2013: 39).
Beberapa definisi tentang Problem Based Learning:
1) Amir (dalam Sutirman, 2013: 39) menyatakan bahwa “pembelajaran
berbasis masalah juga dimaknai sebagai model pembelajaran yang
23
menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok
untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”.
2) Sanjaya (dalam Sutirman, 2013: 39) menyatakan bahwa “perkembangan
siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang
dihadapi”.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah,
menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat
untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut (Sutirman, 2013: 39).
b. Karakteristik Pengajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Pengajaran berbasis masalah memiliki ciri khusus yang berbeda dengan
pengajaran yang lain. Banyak pengajaran yang dikembangkan untuk membantu
mempermudah penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari dan mengatur
siswa agar terjadi proses kerja sama dalam belajar (Sutirman, 2013: 40).
Menurut Sanjaya (dalam Sutirman 2013: 40) menyebutkan beberapa
karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1) Sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran;
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah;
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir
ilmiah.
Menurut Amir (dalam Sutiran 2013: 40) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah memiliki karakteristik:
24
1) Masalah digunakan sebagai awal pengajaran;
2) Masalah yang digunakan merupakan masalah nyata;
3) Masalah yang dihadapi memerlukan tinjauan dari berbagai sudut
pandang;
4) Masalah menarik bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar baru;
5) Mengutamakan belajar mandiri;
6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi;
7) Bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah memiliki ciri-ciri:
1) Merupakan proses edukasi berpusat pada siswa;
2) Menggunakan prosedur ilmiah;
3) Memecahkan masalah yang menarik dan penting;
4) Memanfaatkan berbagai sumber belajar
5) Bersifat kooperatif dan kolaboratif
6) Guru sebagai fasilitator.
c. Strategi Pengajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Barret (dalam Sutirman 2013: 41) menyusun langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1) Siswa diberi permasalahan oleh guru berdasarkan pengalaman siswa;
2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil untuk:
a. Mengklarifikasi kasus atau masalah yang diberikan
b. Mendefinisikan masalah
25
c. Saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang dimiliki
d. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
e. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah
3) Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah
yang harus diselesaikan;
4) Siswa kembali kepada kelompok pengajaran berbasis masalah awal untuk
melakukan tukar informasi, pengajaran teman sejawat, dan bekerjasama
dalam menyelesaikan masalah;
5) Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh
kegiatan pengajaran.
Peran guru dalam melakasanakan pengajaran berbasis masalah harus
diperhatikan agar pengajaran dapat berjalan efektif. Menurut Barret (dalam
Sutirman 2013: 41) mengidentifikasi beberapa tindakan guru yang harus
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah,
yaitu:
1) Guru harus antusias dan meyakinkan
2) Tidak memberikan penjelasan saat siswa bekerja
3) Mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain
4) Mengarahkan siswa agar memahami permasalahan secara kelompok,
sebelum bekerja secara individu
5) Memberikan informasi mengenai sumber belajar yang dapat diakses oleh
siswa
26
6) Mengingatkan siswa mengenai hasil pengajaran yang akan dicapai
7) Menciptakan kondisi belajar yang mendukung untuk pengajaran
kelompok
8) Bersikap apa adanya, tidak dibuat-buat
d. Kelebihan Pengajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Menurut Sanjaya (dalam Sutirman 2013: 42) pengajaran problem based
learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;
2) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa;
3) Meningkatakan motivasi dan aktivitas pengajaran siswa;
4) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata;
5) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pengajaran yang mereka lakukan;
6) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,
bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja;
7) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa;
8) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru;
27
9) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata;
10) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
5. Keefektifan Pengajaran
Efektivitas pengajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama
adalah bahwa pengajaran ‘memudahkan murid belajar’ sesuatu yang
‘bermanfaat’, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup
serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Ciri kedua,
pengajaran efektif adalah bahwa ketrampilan diakui oleh mereka yang
berkompeten menilai, seperti guru-guru, pelatih guru-guru, pengawas, tutor dan
pemandu mata pelajaran atau murid sendiri (Dunne dan Wragg, 1996: 12).
Menurut Wotruba dan Wright (dalam Miarso, 2005: 536) menyatakan bahwa
ada tujuh indikator yang menunjukkan pengajaran yang efektif. Indikator itu
adalah:
a. Pengorganisasian kuliah dengan baik,
Pengorganisasian kuliah dengan baik tercermin dalam perumusan tujuan,
pemilihan bahan/ topik kuliah, kegiatan kelas, penugasan, dan penilaian.
Kesiapan dosen untuk mengajar dan penggunaan waktu kuliah dengan baik,
juga merupakan indikator pengorganisasian yang baik. Pelaksanaan kuliah
dengan baik, tentunya tidak dilakukan dengan banyak penyimpangan dari
rencana yang telah ditetapkan semula (Miarso, 2005: 537).
b. Komunikasi secara efektif,
28
Kecakapan memberi kuliah, termasuk pemakaian media dan alat
audiovisual atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa merupakan suatu
karakteristik pengajaran baik. Kemampuan komunikasi mencangkup
penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak
dengan contoh-contoh, kemampuan bicara yang baik, dan kemampuan
untuk mendengar. Komunikasi yang efektif itu penting di dalam kelas yang
besar, seminar, diskusi kelompok, bahkan dalam percakapan perorangan.
Tentu saja dalam berbagai situasi diperlukan keterampilan yang berbeda
(Miarso, 2005: 537).
c. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi kuliah,
Seorang dosen dituntut untuk mengetahui materi kuliahnya dengan baik,
agar dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis. Ia harus pula mampu
menghubungkan isi kuliahnya dengan apa yang telah diketahui mahasiswa,
mampu mengaitkan isi kuliahnya dengan perkembangan yang baru dalam
disiplin keilmuannya, dan mampu mengambil manfaat dari hasil penelitian
yang berkaitan. Antusiasme dosen dalam memberikan kuliah dapat
diketahui dengan baik oleh para mahasiswa, meskipun sering kali ukuran
mengenai hal ini sifatnya kabur dan berubah-ubah sesuai dengan suasana
hati para mahasiswa sendiri (Miarso, 2005: 538).
d. Sikap positif terhadap mahasiswa,
Beberapa dosen berpendapat bahwa bersikap positif terhadap mahasiswa
sama artinya dengan memanjakan mereka. Dosen seperti ini berpendapat
bahwa mahasiswa harus berusaha sendiri untuk memecahkan masalah yang
29
dihadapinya, karena hal ini sesuai dengan prinsip belajar mandiri. Bantuan
kepada para mahasiswa memang sebaiknya diberikan setelah usaha
merekan sendiri kurang berhasil. Bantuan itu tidak berarti memecahkan
masalah yang dihadapi mahasiswa, melainkan memberikan saran jalan
keluar, memberikan dorongan, membangkitkan motivasi, dan lain
sebagainya (Miarso, 2005: 539).
e. Pemberian ujian dan nilai yang adil,
Sejak dari permulaan kuliah, mahasiswa harus diberi tahu, berbagai macam
penilaian kuliah yang akan dilakukan, seperti misalnya tes formatif
makalah, proyek, ujian, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang semuanya
akan dihitung untuk menentukan nilai akhir (Miarso, 2005: 539).
f. Keluwesan dalam pendekatan pengajaran,
Pendekatan pengajaran yang dilakukan oleh dosen dengan bervariasi sering
kali merupakan petunjuk adanya gairah dalam mengajar. Berbagai
pendekatan mungkin dapat bermanfaat dalam mencapai berbagai tujuan,
atau dalam menanggapi latar belakang dan kemampuan mahasiswa.
Umpamanya, simulasi dan teknik permainan dapat beranfaat di dalam
mengajar analisa, sintesa, dan kemampuan pemikiran kritis. Media dapat
dipakai untuk menambah daya cerna kuliah, jadi memberikan keuntungan
kepada para mahasiswa. Dengan memberikan kesempatan waktu yang
berbda kepada para mahasiswa yang kemampuannya berbeda sudah berarti
adanya pendekatan yang luwes (Miarso, 2005: 540).
g. Hasil belajar mahasiswa yang baik.
30
Seberapa banyak dan apa yang dipelajari oleh mahasiswa di dalam suatu
kuliah adalah hasil dari berbagai faktor, yang tidak kesemuanya
berhubungan dengan dosen. Kemampuan dan motivasi mahasiswa
umpamanya, sangat berhubungan dengan apa yang dicapai mahasiswa.
Beberapa mahasiswa dapat belajar sendiri, tanpa harus mendapat pelajaran
terlebih dahulu. Oleh seab itu memisahkan hasil dari pengajaran dan proses
belajar merupakan sesuatu yang sangat sukar. Meskipun ada kesukaran,
adalah penting untuk mempertimbangkan usaha belajar mahasiswa pada
waktu menilai efektivitas pengajaran. Hasil belajar dapat dibedakan dalam
tiga ranah/ kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses untu
menentukan jenis dan jenjang tujuan, merupakan tugas yang tidak mudah.
Pedoman yang perlu dipegang adalah bahwa hasil belajar mahasiswa itu
harus sesuai dengan tujuan pengajaran (Miarso, 2005: 541).
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa keefektifan pengajaran adalah tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu pengajaran tertentu dan dibantu dengan peraga sebagai
pendukung dalam proses pengajaran sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
direncanakan. Penulis menggunakan tujuh indikator yang didapat dari pendapat
Wotruba dan Wright (dalam Miarso, 2005: 536), yaitu:
1. Pengorganisasian pengajaran dengan baik,
2. Komunikasi secara efektif,
3. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran,
4. Sikap positif terhadap siswa,
31
5. Pemberian ujian dan nilai yang adil,
6. Keluwesan dalam pendekatan pengajaran,
7. Hasil belajar siswa yang baik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Jamroh dan Dartu (2015) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa:
(1) berdasarkan hasil perhitungan analisis data dan sesuai rumusan pada hipotesis,
dapat diketahui hasil belajar siswa lebih baik menggunakan metode alat peraga
engine cutting; (2) hasil prestasi siswa dari prasiklus sampai siklus II banyak
mengalami kenaikan hasil prestasi belajar siswa pada perawatan dan perbaikan
mesin kelas X di SMK YPT Purworejo. Kemampuan siswa dalam pembelajaran
perawatan dan perbaikan mesin sebesar 68,03 dengan ketuntasan 36% kategori
sangat kurang. Setelah penelitian dilakukan menggunakan metode alat peraga,
kemampuan hasil belajar perawatan dan perbaikan mesin menjadi 76,32 atau
68,03% termasuk masih kategori cukup. Selanjutnya pada siklus II, kemampuan
siswa dalam pembelajaran perawatan dan perbaikan mesin meningkat lagi menjadi
84,34 atau 92,11% merupakan kategori sudah baik dan sudah mencapai nilai KKM
yang telah di tetapkan 75,00.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Sunyoto (2012) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa hasil penelitian yang sudah dilakukan
menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif hasil pretest dan posttest dari
kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan
32
engine cutting CVT stand menunjukkan peningkatan hasil belajar mahasiswa pada
kompetensi CVT (Continously Variable Transmission) dari awalnya rata-rata hasil
belajar hanya 59,17 menjadi 80,69 atau terjadi peningkatan sebesar 21,52 atau
meningkat 26,67%. Hasil analisis deskriptif juga menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kelompok kontrol,
peningkatan hasil belajar kompetensi CVT pada kelompok eksperimen lebih tinggi,
karena pada hasil post-test kelompok kontrol hanya terjadi peningkatan sebesar
16,95% saja, yaitu dari rata-rata pretest 58,80 menjadi rata-rata nilai post-test 70,80.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nugraha dan Wijaya (2015) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa hasil penelitian yang sudah dilakukan
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar materi hand tools dan power tools pada
kelompok eksperimen yang semua 59,31 menjadi 85,01 atau terjadi peningkatan
sebesar 43,33%, sedangkan pada kelompok kontrol yang semula memiliki rata-rata
sebesar 64,03 menjadi 74,92 atau terjadi peningkatan sebesar 17%. Hasil
penghitungan analisis data tersebut menunjukkan penerapan problem based
learning berbantuan education games dapat meningkatkan hasil belajar dalam
materi hand tools dan power tools.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Proses pengajaran ada kelas Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 3 Salatiga
pada kompetensi dasar merawat berkala transmisi hanya menggunakan metode
ceramah dan media powerpoint yang masih bersifat abstrak, sehingga siswa lebih
sulit untuk memahami dan mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru.
33
Hanya siswa yang duduk di bangku depan saja yang lebih berkonsentrasi
mendengarkan ceramah dari guru, hal ini pula yang menyebabkan proses
pengajaran kurang efektif karena kegiatan siswa kurang maksimal dalam
mempelajari materi sistem transmisi. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut perlu adanya media pengajaran yang dapat mendukung proses pengajaran
yang efektif untuk memperoleh keefektifan pengajaran yang maksimal.
Pengajaran problem based learning adalah pengajaran yang melakukan
pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah yaitu dengan diskusi kelompok. Selain itu, dengan dibantu
media peraga sistem transmisi cutting engine dapat meningkatkan keefektifan
pengajaran siswa, karena dalam peraga tersebut nantinya siswa dapat mengetahui
sistem transmisi bekerja dengan jelas, sehingga nantinya peraga tersebut dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Peraga tersebut membuat siswa merasa senang
dan nyaman dalam mengikuti proses pengajaran. Pelaksanaan pada pengajaran ini
nantinya guru menuntun siswa untuk menemukan masalah yang terkandung di
dalam peraga, setelah itu siswa menyelesaikan, menyimpulkan dan membagi
pengetahuan kepada seluruh siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir yang dijelaskan di atas, penerapan peraga
sistem transmisi cutting engine dalam pengajaran problem based learning ini
diharapkan dapat menunjang keefektifan pengajaran siswa dalam kompetensi dasar
merawat berkala transmisi. Peningkatan keefektifan pengajaran siswa dapat dilihat
dengan membandingkan rata-rata tes dan indikator keefektifan pengajaran setelah
dilakukan antara pengajaran yang menggunakan peraga sistem transmisi cutting
34
engine dalam pengajaran problem based learning dengan pengajaran yang selama
ini sudah dilaksanakan di SMK Negeri 3 Salatiga.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono 2016: 96). Karena bersifat sementara, maka jawaban
tersebut bisa benar dan bisa salah.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu, ada peningkatan keefektifan pengajaran
siswa pada kompetensi merawat berkala transmisi dengan menggunakan peraga
sistem transmisi cutting engine dalam pengajaran problem based learning.
Kurangnya hasil belajar siswa dan belum adanya
media peraga dalam proses pengajaran
Analisis permasalahan
Penerapan peraga sistem transmisi dalam pengajaran
problem based learning
Analisis perlakuan
Hasil dari perlakuan, keefektifan pengajaran
meningkat
69
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
disimpulkan bahwa:
1. Peraga sistem transmisi cutting engine dan pengajaran problem based learning
efektif digunakan sebagai media dan pengajaran dalam proses belajar
mengajar, hal ini dapat dilihat dari sumbangan efektif yang diperoleh sebesar
5,95% untuk peraga dan 94,04% untuk pengajaran problem based learning
pada kompetensi merawat berkala sistem transmisi sepeda motor. Peraga
memiliki persentase kelayakan media sebesar 85% dan kelayakan materi
sebesar 98,75% yang menunjukkan bahwa peraga masuk pada kategori sangat
layak pada segi media, dan sangat layak pada segi materi.
2. Penggunaan pengajaran problem based learning berbantu peraga cutting
engine lebih efektif daripada dengan menggunakan metode ceramah tanpa
berbantu peraga, hal ini bisa dilihat pada kelas eksperimen yang menggunakan
pengajaran problem based learning berbantu peraga cutting engine mempunyai
keefektifan sebesar 89,42% dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan peraga yang hanya
mempunyai keefektifan sebesar 71,48%. Ada peningkatan keefektifan
pengajaran dalam pengajaran problem based learning pada kompetensi
merawat berkala sistem transmisi sepeda motor. Kelas kontrol dari hasil rata-
70
rata pretest sebesar 53,78 pada rata-rata posttest meningkat menjadi 63,89 atau
mengalami peningkatan sebesar 10,11 dan memiliki gain score sebesar 0,219.
Sedangkan kelas eksperimen dari hasil rata-rata pretest sebesar 52,78 pada
rata-rata posttest meningkat menjadi 77 atau mengalami peningkatan sebesar
24,22 dan memiliki gain score sebesar 0,513. Kelas eksperimen yang
menerapakan peraga cutting engine sistem transmisi sepeda motor pada proses
pengajarannya mempunyai nilai rata-rata posttest yang lebih baik
dibandingkan kelas kontrol (77 > 63,89) dan nilai gain kelas eksperimen lebih
mendekati ke kategori tinggi (g>0,7).
B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian
Adapun saran yang hendak disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menerapkan pengajaran menggunakan peraga, karena
sudah terbukti bahwa pengajaran dengan peraga akan lebih efektif
dibandingkan pembelajaran menggunakan metode ceramah biasa tanpa peraga.
2. Penerapaan peraga cutting engine sistem transmisi sepeda motor tidak hanya
dilakukan dengan metode ceramah biasa, namun bisa dikombinasikan dengan
metode pembelajaran dengan metode atau model tertentu, seperti Problem
Based Learning (PBL).
3. Perlu adanya pengembangan peraga cutting engine sistem transmisi sepeda
motor tidak hanya sebatas menunjukkan bagian dari komponen-komponen
beserta fungsinya dan cara kerja dari sistem transmisi sepeda motor.
Pengembangan peraga cutting engine sistem transmisi sepeda motor bisa
71
dilakukan dengan menambahkan pemutar elektrik pada bagian poros engkol,
agar dapat diputar secara otomatis tidak menggunakan putaran engkol pemutar,
dan penyempurnaan rangka atau dudukan mesin supaya tampak seperti pada
kendaraan yang aslinya.
72
DAFTAR PUSTAKA
Annisah, S. 2014. Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Jurnal Tarbawiyah. Vol.
11, No. 1: 1-15.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aziz dan Cholik. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Berbasis
Komputer (Swish Max) Pada Materi Chasis Pokok Bahasan ABS (Anti Lock Brake System) Untuk Kelas XI SMK Jurusan Teknik Kendaraan Ringan.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. JPTM
Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 23-29.
Dunne, R. dan Wragg, T. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta:
Grasindo.
Fuada, S. 2015. Prosiding Seminar NasionalPendidikan “Inovasi Pembelajaran Untuk Pendidikan Berkemajuan” FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pengujian Validitas Alat Peraga Pembangkit Sinyal (Oscillator)
Untuk Pembelajaran Workshop Instrumentasi Industri. Available at
http://www.researchgate.net/publication/287998335_PENGUJIAN_VALID
ITAS_ALAT_PERAGA_PEMBANGKIT_SINYAL_OSCILATOR_UNTU
K_PEMBELAJARAN_WORKSHOP_INSTRUMENTASI_INDUSTRI
[accessed 5 Januari 2017].
Giesecke et al. 2001. Gambar Teknik (11th Ed.). Translated by Gussito dan Harahap.
Jakarta : Erlangga.
Hadi, S. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Hidayat, T. W., dan Sunyoto. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Materi CVTMenggunakan Engine Cutting CVT Stand Mata Kuliah Sepeda Motor Dan
Motor Kecil. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin. Vol. 12, No. 1: 44-48.
Jamroh, M. A., dan Dartu. 2015. Penerapan Metode Alat Peraga Engines Cutting
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan Dan Perbaikan Mesin Kelas X
Di Smk Ypt Purworejo. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhamadiyah Purworejo. Vol. 06, No. 02: 127-132.
Khumaedi, M. 2012. Reliabilitas Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin. Vol. 12, No. 1: 25-30.
73
Marsudi. 2008. Teknisi Otodidak Sepeda Motor Belajar Teknik dan Perawatan Kendaraan Ringan Mesin 4 Tak. Yogyakarta: ANDI.
Miarso ,Y. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Nugraha, B.M.S., dan Wijaya, M.B.R. 2015. Penerapan Model Problem Based
Learning Berbantuan Education Games Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X TKR Materi Hand Tools dan Power Tools. Journal Of Mechanical Engineering Education. Vol. 1, No. 1: 23-27.
Sadiman, A. S. et al. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta.
Susanto, J. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study Dengan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal of Primary Educational.JPE
1 (2) (2012). Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe
[accesed 5 September 2016].
Sutirman. 2013. Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.