penerapan think pair share dengan pendekatan somatis auditori visual intelektual (savi ... · 2017....
TRANSCRIPT
-
i
PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN
SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh :
Abdul Latif Nugraha
702011106
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
April 2016
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
-
1
PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN
SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK
1)Abdul Latif Nugraha 2) Mila Chrismawati Paseleng
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)[email protected])[email protected]
Abstract
Implementation of learning model with less innovative and innapropriate approach will
impact on the low level of student's involvement and learning result. The learning model which is
usually used at school is a conventional learning model in which the teacher as a lecturer and
students as listeners. By too much implementing this model, the students become less active to
participate in the learning. This research aims to improve the students' involvement and learning
result by using cooperative learning model of TPS (Think Pair Share) integrated with SAVI
(Somatic Visual Auditory Intellectual) approach. The SAVI-TPS learning enables the teacher acts
as a facilitator and the students work in small groups to complete the tasks assigned by the
teacher. This study used a Pre-Experimental Design One-Shot Case Study. The results show that
there are differences in students' learning involvement are taught using TPS SAVI learning model
of the conventional learning models. On average conventional learning involvement of students
27.97%, while the average of students involvement using TPS SAVI learning model are 72.02%
and 66.66%. Based on the analysis score of the students' involvement using TPS SAVI learning
model showed high criteria than the model usually used by teacher.
Keyword : Think Pair Share learning model, SAVI approach, students’ involvement.
Abstrak
Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan yang kurang variatif dan kurang tepat akan
berdampak pada keaktifan siswa yang rendah. Model pembelajaran yang biasa digunakan adalah
konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan metode
tersebut siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
berpendekatan SAVI. Penelitian ini menggunakan Pre-Experimental Design, bentuk desain
penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Hasil yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada
perbedaan keaktifan belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran TPS SAVI dari
pada model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional rata-rata keaktifan siswa
27,97%, pada model TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa 72,02% dan 66,66%, ada peningkatan
keaktifan pada pertemuan 1. Berdasarkan analisis skor keaktifan siswa model pembelajaran TPS
SAVI menunjukkan kriteria tinggi dari pada model yang biasa dilakukan guru.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair Share, Pendekatan SAVI, Keaktifan siswa
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
-
2
1. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran di kelas terdapat interaksi melibatkan antara guru
dan siswa dimana materi pelajaran merupakan perantara yang mengharuskan
siswa lebih aktif dari pendidik. Dalam hal ini terdapat masalah yang
mempengaruhi peserta didik terhadap proses tersebut. Pembelajaran konvensional
cenderung berfokus terhadap guru dikelas, yang pada umumnya guru didalam
kelas lebih mendominasi untuk memaparkan materi dari awal higga akhir.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi di SMK Negeri 1
Pablean kelas XI RPL 1, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.
Guru masih menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional. Proses dalam
kegiatan belajar respon, perhatian dan kedisiplinan siswa dalam belajar dikelas
rendah, sebab guru masih menggunakan model pembelajaran biasa yang hanya
fokus terhadap pemaparan materi berdasarkan buku LKS kemudian memberikan
tugas kepada siswa. Pembelajaran ini mengakibatkan guru menjadi pusat kegiatan
belajar, sehingga pembelajaran cenderung membosankan. Guru tidak
menggunakan pembelajaran yang bervariasi, sehingga pembelajaran menjadi
cenderung pasif. Siswa tidak dibiasakan secara sengaja untuk berpartisipasi dalam
seluruh rangkaian pembelajaran. Hasil belajar yang optimal hanya mungkin
dicapai apabila guru dan siswa melakukan keaktifan yang direncanakan secara
sengaja [1].
Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu pendekatan dan
metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pairs Share (TPS). Model
pembelajaran TPS ini memfasilitasi siswa bisa untuk bekerja berdua (Pair).
Keuntunngannya adalah siswa bisa sharing dengan teman lebih efektif jika pada
model lain siswa berkelompok, sharingnya terlalu luas. Sehingga kesempatan
untuk mencoba lebih sedikit. Apalagi jika ada siswa yang sifatnya mendominasi
kelompok maka akan ada siswa yang pasif dalam kelompok tersebut, dalam TPS
siswa bisa mengemukakan pendapat atau unjuk kerja dengan lebih efektif.
Pendekatan SAVI juga menuntut siswa mengoptimalkan panca indra yang
dimiliki.
SAVI berarti somatis (S) yang bermakna gerakan tubuh, auditori (A) yang
bermakna bahwa belajar harus berbicara dan mendengar, visual (V) yang berarti
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual (I) belajar dengan
memecahkan masalah. Pengertian ini menekankan bahwa pendekatan SAVI harus
memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa [2]. Namun, menurut
Wijayanti et al[3], pendekatan SAVI masih memiliki kekurangan yaitu kurang
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian tersebut sikap sosial
belum terlihat sehingga perlu dikemas dalam model pembelajaran kooperatif.
Dengan penerapan model pembelajaran TPS dengan Pendekatan SAVI
diharapkan bisa meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran
di kelas, sehingga siswa bisa mendalami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru sehingga akan menjadi suatu proses pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa yang nantinya bisa membuat peningkatan hasil belajar siswa.
-
3
2. Tinjauan Pustaka Hasil peneltian tentang STAD berpendekatan SAVI oleh Wijayanti at al di
SMP Negeri 14 Surakarta menunjukkan bahwa pengintegrasian antara pendekatan
SAVI dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa karena dalam pendekatan pembelajaran ini telah
mengembangkan panca indra siswa, intelektual dan keterampilan social secara
maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar ranah psikomotor dan afektif
[3].
Hasil penelitian kedua tentang model pembelajaran NHT berbasis SAVI
dilakukan Kusuma at al Tahun 2008 di SMA N 1 Wirosari menunjukkan bahwa
model pembelajaran NHT berbasis SAVI dapat meningkatkan hasil siswa dalam
pembelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi. Hasil belajar kognitif siswa siklus
I ke II meningkat 4% sedangkan siklus II ke III mengalami peningkatan 5,73%.
[4].
Hasil penelitian ketiga tentang model pembelajaran Think Pair Share telah
dilakukan oleh Istiandaru dalam penelitiannya dengan menggunakan E-Learning
Moodle terhadap hasil belajar dan kecemasan matematika siswa kelas XII IPS
SMA Negeri 1 Bae Kudus pada materi Logika Matematik oleh Istiandaru
menunjukkan bahwa hasil siswa yang diajar dengan menggunakan TPS lebih baik
dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional. [5].
TPS (Think Pair Share) adalah salah satu tipe model Cooperative
Learning yang dikembangkan oleh Frank Lyman [6]. Saad mengemukakan
bahwa terdapat lima prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menerapkan
Cooperative Learning, yaitu [7]:
(1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence), artinya masing-masing anggota kelompok harus merasa saling membutuhkan dalam
menyelesaikan tugas/masalah dari guru. Dalam pembelajaran TPS, prinsip
saling ketergantungan positif terjadi karena siswa saling membutuhkan satu
sama lain dalam pasangan-pasangan belajar. Tanpa kontribusidari kawan
(pasangannya) siswa tidak bisa belajar dengan optimal.
(2) Akuntabilitas individu (individual accountability), artinya setiap individu dalam anggota kelompok haruslah memiliki tanggung jawab dan mau
berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas guru demi kesuksesan
kelompok; Dalam pembelajaran TPS tanggung jawab dan keaktifan
dibutuhkan oleh individu dalam kelompok untuk belajar saling
mengemukakan pendapat yang nantinya dirangkum untuk kemdian di nilai
guru.
(3) Tatap muka (face to face interaction), artinya tempat duduk tiap anggota suatu kelompok diatur sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
dapat saling bertatap muka secara bebas; Dalam pembelajaran TPS Desain
tempat duduk berdua di dalam kelompok agar komunikasi lebih mudah
(4) Kemampuan komunikasi dalam kelompok (interpersonal and small group skills), yang artinya siswa hendaknya mampu berkomunikasi dalam kelompok
dengan saling percaya, frekuensi diskusi yang tinggi, mampu menerima
-
4
pendapat anggota lain dan menghindari konflik dengan menyelesaikan
perbedaan pendapat secara bijaksana; Dalam pembelajaran TPS siswa juga
belajar menghargai pendapat teman kelompok dalam berkomunikasi sehingga
perbedaan pendapat yang ada menambah pengetahuan dan diambil pendapat
yang paling lengkap.
(5) Evaluasi proses kelompok (group processing), yang artinya guru selalu memantau dan menilai kinerja kelompok dan hasil kerja kelompok.
Guru memantau kerja kelompok agar mendapat hasil yang baik dan nantinya
guru memberi nilai berdasarkan arahan yang diberikan.
Dalam model pembelajaran ini, siswa berpasangan dengan teman
sekelasnya ketika guru menyampaikan pelajaran. Guru memberikan serangkaian
pertanyaan di kelas untuk dipikirkan oleh siswa, kemudian siswa berdiskusi dan
membandingkan jawaban mereka dan selanjutnya sepakat dengan jawaban
bersama, lalu guru membimbing seluruh siswa untuk berbagi hasil diskusi dengan
seluruh siswa di kelas tersebut [6]. Langkah umum penerapan TPS adalah sebagai
berikut: (1) Guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat atau berlima
dan memberikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan, kepada semua
kelompok; (2) Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas/masalah
tersebut sendiri (Think); (3) Peserta didik berpasangan dengan satu rekan dalam
kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya (Pair); (4) Kedua pasangan
bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai
kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya (Share) kepada kelompok
berempat. Dalam penelitian ini, langkah-langkah penerapan TPS mengacu pada
Sosialisasi KTSP yaitu sebagai berikut [9] : (1) Guru menyampaikan inti materi
dan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Siswa diminta untuk berpikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru (fase Think). (3) Siswa diminta
berpasangan dengan temannya (dua orang per kelompok) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing -masing (fase Pair). (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi,
tiap kelompok memaparkan hasil diskusinya (fase Share). (5) Guru mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkap oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. (6) Siswa menarik kesimpulan
dengan arahan guru [13]
SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) adalah cara belajar yang
menggabungkan antara gerakan fisik, dengan aktivitas Intelektual dan
penggunaan semua indra untuk memberikan pengaruh yang besar pada
pembelajaran [3]. SAVI terdiri dari beberapa unsur yaitu : (a) Somatis yaitu belajar
dengan bergerak dan berbuat. Belajar Somatis berarti belajar dengan indra peraba,
kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan mengguna-kan serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar. Siswa dalam belajar database yang dibuat, menggunakan fisinya
yaitu tangan untuk mengetik kode database yang dicontohkan. (b) Auditori yaitu
belajar dengan berbicara dan mendengar. pembelajaran yang memanfaatkan
telinga dan suara kita. Siswa belajar dengan memanfaatkan indera
pendengarannya untuk menerima informasi dari video tutorial yang mengeluarkan
suara penjelasan. (c) Visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
Pembelajaran dengan Visual mencakup dalam melihat, menciptakan dan meng-
integrasikan segala macam citra. Siswa bekajar dengan melihat video tutorial
-
5
yang diputar oleh guru dengan proyektor dengan membuatnya kedalam komputer
sendiri. (d) Intelektual yaitu belajar dengan me-mecahkan masalah dan merenung.
kata “intek-lektual” menunjukkan tentang pola pikir pembelajar saat mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pe-ngalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari peng-alaman tersebut.
Siswa menggunakan intelektualnya untuk memecahkan masalah dalam
pembuatan database menggunakan MS. Access. Supaya pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal, maka keempat unsur tersebut harus ada, karena satu
dengan yang lainnya saling terpadu dan semuanya digunakan secara simultan [2].
Pembelajaran KKPI merupakan kemampuan minimal yang harus
diberikan kepada Insan Indonesia (siswa SLTA atau sedarajat) agar mampu
meggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi.
Pembelajaran KKPI di SMK dilihat dari kompetensi dasar yang ada di silabus
keterampilan komputer dan pengelolaan informasi(KKPI), siswa diharapkan
memiliki pengetahuan (kognitif), hasil (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
dan perilaku (afektif), dalam menggunakan teknologi dengan baik dan benar.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251/C/KEP/MN/2008,
tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Mata pelajaran
KKPI ada untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi
pesatnya perkembangan teknologi. Di SMK jurusan RPL siswa mempelajari
teknik pembuatan database, pembuatan web, dan penggunaan software[10].
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental, Intelektual dan emosional untuk memperoleh
hasil berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa
di dalam kelas [8]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar
aktif. Dengan belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa
memperoleh hasil dan penguasan materi. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa indikator keaktifan, yaitu: (a) Turut
serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (b) Terlibat dalam pemecahan
masalah, (c) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya, (d) Berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (e) Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk guru, (f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya, (g) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis,
(h) Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen.
Penelitian ini berdesain “One Shot Case Study” yaitu dengan desain terdapat suatu
kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya [12]. Adapun
pola desain penelitian ini sebagai berikut :
O X
-
6
Keterangan :
X = treatment yang diberikan (variabel independen)
0 = Observasi (variabel dependen)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N
1 Pabelan. Sampel yang digunakan adalah XI RPL 1 dengan jumlah siswa
sebanyak 21 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling
dikarenakan peneliti mengambil satu kelas eksperimen dengan cara mengambil
secara acak dari kelas-kelas yang ada di SMK N 1 Pabelan [12].
Tabel 1 Tahap Penelitian No Tahap Penelitian Keterangan
1 Tahap persiapan - Wawancara - Observasi - Studi Literatur - Menentukan populasi dan sample - Menyiapkan materi
2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan (treatment)
- Mengamati prilaku siswa dengan check list
3 Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil check list
Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
Tahap Persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama meliputi
observasi awal yang dilakukan untuk melakukan studi pendahuluan melalui
pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian yang akan
dilakukan. Studi litelatur dilakukan untuk memperoleh teori – teori mengenai
permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian
sebagai objek dalam penerapan metode Think Pair Share berpendekatan Somatis
Auditori Visual Intelektual. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk diterapkan dikelas XI RPL 1, dibuat sesuai dengan alur pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) berpendekatan SAVI. Dalam proses
pembelajaran dengan metode TPS (Think Pair Share) berpendekatan SAVI,
kegiatan inti pembelajaran lebih banyak untuk berdiskusi berdua bersama teman
sebangkunya. Siswa diajarkan aktif dalam belajar dengan mencari dan mengolah
materi dengan memanfaatkan internet yang ada disekolah. Siswa juga belajar
bersosialisasi dan juga belajar bekerja sama dengan baik. Pada sesi pertanyaan, di
sini siswa diajarkan bertanggung jawab pada tugas yang sudah diberikan, karena
guru akan memberikan permasalahan kepada setiap kelompok siswa. Yang
terakhir adalah sesi presentasi, siswa akan belajar bagaimana menyampaikan
informasi dengan baik dan benar.
-
7
Tahap kedua, Sebelum melaksanakan tindakan, siswa kelas XI RPL 1
diberikan penjelasan model pembelajaran Think Pair Share berpendekatan
Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga dilakukan observasi
keaktivan siswa dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan guru dikelas.
Treatment, setelah kelas XI RPL 1 diberikan pembelajaran dengan model
konvensional. Maka pada tahap ini adalah melakukan treatment. Treatment
dikelas XI RPL 1 menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga siswa di
observasi keaktifan belajarnya oleh observer untuk mengetahui besar keaktifan
siswa belajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Kegiatan selama diberi
perlakuan digambarkan pada tabel desain pembelajaran dibawah ini :
Tabel 2 Disain pembelajaran TPS berpendekatan SAVI
Kegiatan Indikator Bentuk
Guru Siswa Keaktifan Instrumen
Tahap 1
Pendahuluan
Guru
menyampaikan
kopetensi yang harus dicapai
siswa
Siswa menyimak
dan memperhatikan
guru menyampaikan
kopetensi yang
harus di capai
siswa
Turut serta
dalam
melaksanakan tugas
belajarnya
Lembar
Observasi
Tahap 2
Think
Guru mengajukan
suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan
pelajaran mengoperasikan
software aplikasi
basis data materi Pengenalan
Software aplikasi
dan menu-menu software basis
data
Siswa
memperhatikan, memikirkan
jawaban
pertanyaan yang diberikan oleh guru
mengenai materi
aplikasi basis data
Terlibat dalam
pemecahan masalah
Lembar
Observasi
Pendekatan Somatis
Guru mempersilahkan
siswa pegang
mouse dan mengklik menu
yang ada pada
aplikasi basis data
Siswa menggunakan
komputer dengan
mempraktekkan klik menu yang ada
pada aplikasi basis
data
Bertanya kepada siswa
lain atau
kepada guru
Lembar Observasi
Pendekatan
Auditori
Guru menjelaskan
menu yang ada
pada aplikasi basis data
Siswa menerima
informasi yang
disampaikan guru dengan sarana
auditori
Berusaha
mencari
berbagai informasi
yang
diperlukan untuk
memecahkan
masalah
Lembar
Observasi
Pendekatan
Visual
Guru
menunjukkan
menu-menu yang terdapat pada
aplikasi basis data
dengan LCD
Siswa dengan
mudah belajar
menu-menu yang terdapat pada
aplikasi basis data
dengan melihat
Bertanya
kepada siswa
lain atau kepada guru
Lembar
Observasi
-
8
Proyektor presentasi, contoh
yang diberikan guru lewat LCD
Proyektor
Pendekatan Intelektual
Guru memberikan pertanyaan
mengenai
kegunaan menu aplikasi basis data
Siswa memikirkan kegunaan menu-
menu yang ada
pada aplikasi basis data dan mencoba
memecahkan
masalah tersebut
Turut serta dalam
melaksanakan
tugas belajarnya
Lembar Observasi
Tahap 3
Pair
Guru meminta
siswa untuk
berpasangan 1
kelompok 2 orang
Siswa membentuk
1 kelompok 2
orang
Melaksanakan
diskusi
kelompok
Lembar
Observasi
Somatis Guru membagi
nama database
kemudian meminta siswa
untuk
berpasangan mencoba praktek
membuat database
tersebut
Siswa mencoba
praktek bersama
teman kelompoknya
membuat database
Menilai
kemampuan
dirinya dan hasil-hasil
yang
diperolehnya
Lembar
Observasi
Auditori Guru memutar
video tutorial
aplikasi basis data dengan alat bantu
LCD Proyektor
dan Speaker aktive, kemudian
menyuruh siswa
untuk mendengarkan
tahapan dari video
tutorial.
Siswa
mendengarkan
video tutorial aplikasi basis data
yang diputar guru
Melatih diri
dalam
memecahkan masalah atau
soal yang
sejenis
Lembar
Observasi
Visual Guru
menampilkan
video tutorial aplikasi basis data
dengan alat bantu
LCD Proyektor
Siswa dengan
indera
penglihatannya, melihat video
tutorial aplikasi
basis data yang diputar oleh guru
Kesempatan
menggunakan
atau menempatkan
apa yang
diperolehnya dalam
menyelesaikan
tugas atau persoalan
yang
dihadapimya
Lembar
Observasi
Intelektual Guru membagikan
nama database
yang akan dibuat
kepada setiap
kelompok siswa
Siswa dengan
intelektual yang
dimilikinya
mencoba membuat
database yang
diberikan oleh guru bersama
pasangannya
Bertanya
kepada siswa
lain atau
kepada guru
Lembar
Observasi
Tahap Akhir Share
Guru memilih pasangan siswa
untuk
berpresentasi kedepan kelas
dalam membuat database.
Siswa maju kedepan kelas
untuk berbagi
informasi yang telah didapatnya
melalui belajar kelompok, untuk
kemudian berbagi
kepada seluruh siswa
Terlibat dalam pemecahan
masalah
Lembar Observasi
-
9
Somatis Guru meminta
siswa untuk maju kedepan untuk
berpresentasi dan
guru memimpin presentasi siswa
yang maju
kedepan kelas
Siswa
menggunakan komputer
berpresentasi
mengenai aplikasi basis data access
2007
Turut serta
dalam melaksanakan
tugas
belajarnya
Lembar
Observasi
Auditori Guru mengawasi
apa yang di
presentasikan oleh siswa
Siswa dengan
sarana auditori
mencoba menjelaskan apa
yang sudah mereka
buat
Terlibat dalam
pemecahan
masalah
Lembar
Observasi
Visual Guru membantu
membenarkan
pembuatan database yang
dibuat siswa
Siswa
mempergunakan
sarana visual yaitu LCD Proyektor
untuk
menampilkan proses pembuatan
database dengan
aplikasi basis data access 2007
Turut serta
dalam
melaksanakan tugas
belajarnya
Lembar
Observasi
Intelektual Guru
mempersilahkan siswa lain untuk
bertanya kepada siswa yang
berpresentasi
Siswa memecahkan
masalah/pertanyaan yang diberikan oleh
siswa yang bertanya
Terlibat dalam
pemecahan masalah
Lembar
Observasi
Tekik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
: metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk
mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas digunakan
indicator keaktifan siswa dikelas : (1) Turut serta dalam melakukan tugas
belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah (3) Bertanya kepada siswa
lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya (4) Berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (5)
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk gur, (6) Menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam
memecahkan masalah atau soal yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan atau
menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya. Wawancara digunakan untuk mengetahui
pembelajaran yang berlangsung dari guru dan siswa. Dokumentasi digunakan
untuk mengambil data seperti silabus, RPP, daftar hadir siswa dan lembar
observasi keaktifan siswa.
Data hasil observasi keaktifan siswa dianalisis untuk mengetahui keaktifan
siswa yang berpedoman pada 8 indikator keaktifan siswa. Persentase diperoleh
dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa
besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Analisis dihitung
menggunakan rumus [13] :
P = x 100%
-
10
Keterangan:
P : angka prosentase
F : frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
Tabel 3 Penilaian Keaktifan [14] Kriteria Keaktifan
Rentang Skor (%) Kriteria
80,1% - 100%
60,1% - 80%
40,01% - 60%
20,01% - 40%
0 – 19%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
4. Hasil Pembahasan Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Think Pair Share
berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual dimulai dengan memberikan
penjelasan kepada siswa mengenai model pembelajaran TPS SAVI. Pengenalan
TPS model pembelajaran dengan memecahkan masalah, berkelompok dan
berbagi. Pendekatan SAVI, siswa mengenal bagaimana cara belajar yang
memaksimal indera yang dimiliki.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dikelas XI RPL 1
SMK Negeri 1 Pabelan dapat diketahui bahwa selama proses belajar mengajar
KKPI siswa mengalami kesulitan dalam pengimputan data kedalam Microsoft
Access. Siswa menjadi aktif untuk memecahkan cara pengimputan database
setelah adanya pembelajaran Think Pair Share berpendekatan Somatis Auditori
Visual Intelektual. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa bersama teman
sebangkunya menyelesaikan tugas database yang diberikan. Pembelajaran TPS ini
membuat siswa belajar mengutarakan pendapatnya kepada semua siswa di depan
kelas.
Pendekatan SAVI digunakan memaksimalkan indera dalam belajar dengan
tahap Somatis, siswa mengimputkan data dengan indera perabanya. Auditori,
mendengarkan penjelasan video tutorial. Visual, siswa melihat ke LCD Proyektor
cara pembuatan dan pengimputan database. Intelektual, memecahkan masalah
dalam pengimputan database yang eror. Penerapan strategi pembelajaran Think
Pair Share berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual meningkatkan
keaktifan siswa dari pada pembelajaran konvensional. Fakta tersebut
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada materi database
menggunakan Acces 2007. Perhitungan untuk mengetahui aktifitas siswa pada
saat pembelajaran mengacu pada indikator keaktifan siswa yang telah di tetapkan.
Tabel 4 Persentase hasil observasi keaktifan kelas XI RPL 1
No Indikator Keaktifan Pra Eks
Pertemuan
1
Pertemuan
2
-
11
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pada indikator 1 turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya pada pertemuan pra eksperimen sampai 2
mendapatkan hasil persentase yang sama atau tetap yaitu sebesar 100%. Hal
tersebut dikarenakan selurus siswa XI RPL 1 hadir dan mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI
terjadi peningkatan persentase pada indikator 2 yaitu terlibat dalam pemecahan
masalah, pada pertemuan pra eksperimen 14,28% meningkat menjadi 52,38%
pada pertemuan 1, peningkatan ini terjadi dikarenakan siswa terlibat aktif dalam
pemecahan masalah dengan memanfaatkan fasilitas internet sekolah, siswa dapat
mengeksplor pengetahuan lebih banyak. Pada saat penggunaan internet di
hentikan, siswa menggunakan fasilitas buku cetak dan LKS menjadikan
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah menjadi menurun 4,77% pada
pertemuan 2. Peningkatan persentase juga terjadi pada indikator 3 yaitu bertanya
kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya, pada pra eksperimen sebesar 19,04% terjadi peningkatan menjadi
76,19% pada pertemuan 1 dikarenakan siswa aktif bertanya kepada teman yang
berpresentasi kedepan kelas, ketika waktu bertanya dibatasi kepada teman yang
berpresentasi menjadikan penurunan keaktifan menjadi 71,42% pada pertemuan 2.
Hal ini menjadikan Penggunaan metode pembelajaran TPS berpendekatan SAVI
juga membantu peningkatan presentase pada Indikator 4, berusaha mencari
1 Turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya 100,00% 100,00% 100%
2 Terlibat dalam pemecahan
masalah 14,28% 52,38% 47,61%
3
Bertanya kepada siswa lain atau
kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang
dihadapinya
19,04% 76,19% 71,42%
4 Berusaha mencari berbagai
informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
19,04% 28,57% 23,80%
5 Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk guru 0% 100% 100%
6 Menilai kemampuan dirinya dan
hasil-hasil yang diperolehnya 28,57% 76,19 66,66%
7 Melatih diri dalam memecahkan
masalah atau soal yang sejenis 33,33% 61,90% 52,38%
8
Kesempatan menggunakan atau
menempatkan apa yang telah
diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya
9,5% 80,95% 71,42%
Rata-rata Keaktifan Siswa 27,97% 72,02% 66,66%
-
12
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang sebelumnya
hanya mendapatkan persentase sebesar 19,04% pada pra-eksperimen, mengalami
peningkatan sebesar 9,53% menjadi 28,57% pada pertemuan 1, ketika ada siswa
yang hanya duduk diam menunggu informasi dari temannya sedangkan siswa lain
sibuk mencari informasi dengan menggunakan fasilitas internet sekolah, keaktifan
siswa menurun menjadi 23,80% pada pertemuan 2. Pembelajaran TPS
berpendekatan SAVI merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan proses
dan tahapan yang dilakukan dapat membuat siswa aktif mencari berbagai
informasi tambahan dalam membuat database menggunakan internet sekolah
untuk memecahkan masalah.
Pada indikator 5, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru terjadi peningkatan 100% pada pertemuan 1, karena treatment sudah
meminta siswa untuk berdiskusi 2 orang siswa 1 kelompok. Pada indikator 6,
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, mengalami
peningkatan menjadi 76,19% pada pertemuan 1, dikarenakan siswa dapat
menyelesaikan tugas database yang diberikan dengan benar. Ketika siswa tidak
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, terjadi penurunan keaktifan
menjadi 66,66% pada pertemuan 2. Indikator 7, melatih diri dalam memecahkan
masalah atau soal yang sejenis, pada pertemuan pra eksperimen persentase sebesar
33,33% mengalami peningkatan menjadi 61,90% pada pertemuan 1 dikarenakan
siswa aktif berlatih mencoba soal database lain yang diberikan guru. Ketika siswa
merasa cukup paham dalam database sehingga tidak melakukan latihan membuat
database baru terjadi penurunan keaktifan menjadi 52,38% pada pertemuan 2.
Sedangkan pada indikator 8, kesempatan menggunakan atau menempatkan apa
yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya, pada pertemuan 1 mendapatkan persentase sebesar 80,95%
meningkat dari sebelumnya yang hanya mendapatkan persentase sebesar 9,5%.
Peningkatan ini terjadi karena siswa aktif mencari informasi, menyelesaikan
masalah yang didapatkan dengan media internet sekolah. Ketika siswa tidak
menyelesaikan masalah database yang didapat terjadi penurunan keaktifan
menjadi 71,42% pada pertemuan 2. Berdasarkan perhitungan dari tabel diatas
keaktifan belajar siswa dari pra eksperimen sampai pertemuan 2 yang
mendapatkan rata-rata persentase indikator keaktifan siswa dari sebesar 27,97%
meningkat sebesar 41,36% setelah pemberian treatment menjadi 72,02%
mengalami penurunan rata-rata menjadi 66,66% pada pertemuan 2 dikarenakan
sarana yang mengalami gangguan waktu proses pembelajaran berlangsung.
Dilihat dari rentang skor pertemuan pra-eksperimen dengan model konvensional
kriteria yang didapat adalah rendah. Pada pertemua 1 dan 2 kriteria keaktifan
siswa yang didapat adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share pendekatan SAVI dapat membantu meningkatkan
keaktifan siswa pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi di kelas XI RPL 1 SMK Negeri 1 Pabelan dari pada model
pembelajaran konvensional.
-
13
5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian eksperimen kelas yang telah dilakukan
menggunakan strategi pembelajaran TPS berpendekatan SAVI kelas XI RPL 1
SMK Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang dapat disimpulkan ada peningkatan
keaktifan siswa pada pertemuan 1, ada perbedaan keaktifan siswa dari pertemuan
pra-eksperimen sampai pertemuan ke 2, keaktifan siswa dalam pelajaran KKPI
pada pra-eksperimen dengan model pembelajaran konvensional rata-rata 27,97%,
pada pertemuan 1 dengan model pembelajaran TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa
72,02%, pada pertemuan ke 2 rata-rata keaktifan siswa 66,66%. Penerapan TPS
SAVI dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan
memanfaatkan media internet sekolah. Kriteria keaktifan siswa yang didapat pada
pra-eksperimen adalah rendah, sedangkan pada pertemuan ke 1 dan 2 dengan
model TPS berpendekatan SAVI kriteria keaktifan siswa tinggi. Ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI lebih baik dari pada model
pembelajaran biasa atau konvensional yang di lakukan guru disekolah.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan penelitian
selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang lebih baik dengan memperbaiki
beberapa kekurangan yang ada. Bagi siswa hendaknya lebih banyak mencoba
mempraktekkan pembuatan database menggunakan Acces 2007. Bagi guru dapat
mengaplikasikan model pembelajaran TPS SAVI dalam pelajaran KKPI sebagai
alternativ karena model ini memaksimalkan indera yang dimiliki siswa dalam
belajar.
-
14
6. Daftar Pustaka [1] Moch. Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL Smk Negeri 1 Magelang
[2] Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, Panduan
Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan.
Bandung : Kaifa
[3] Wijayanti at al. PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP
HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14
SURAKARTA.
[4] Kusuma at al. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI
[5] Istiandaru, Afit. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair
Share Dengan Menggunakan E-Learning Moodle Terhadap Hasil Belajar
Dan Kecemasan Matematika Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae
Kudus Pada Materi Pokok Logika Matematik. Semarang : UNNES
[6] Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning – Mempraktikkan
Cooprerative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
[7] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools :
Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.
[8] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools :
Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.
[9] Depdiknas. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika (SMP/MTs). Jakarta:
Depdiknas.
-
15
Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory, research and
practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media
[10] Hislop, G. W. 2009. Software Engineering Education: Past, Present,
and Future. Hellis, H.C., Demurjian, S.A., & Naveda, J.F. (Eds.). Software
Engineering: Effective Teaching and Learning Approaches and Practices
(1-14). USA: IGI Global.
[11] Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
[12] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
[13]Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
[14] Mardiyanti, (2012). Penerapan Metode Eksperimen Secara Kerja Kelompok pada Pembelajaran IPA dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas IV SD Negeri Ledok 05 Kecamatan
Argomulyo Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas kristen satya wacana