penerapan unsur warna pada interior museum dengan...
TRANSCRIPT
Penerapan Unsur Warna pada Interior Museum
dengan Objek Sejarah Perkembangan Islam di Jawa
Sheila Sjach Putri, Rinawati P. Handajani, Chairil B. Amiuza
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kawasan religi Ampel merupakan pangkal dari kegiatan wisata religi Wali Songo membutuhkan sarana
edukasi sebagai penengah dari aktivitas budaya, sejarah dan kepercayaan tersebut sesuai perkembangan
jaman dan pola pikir masyarakat. Sarana Edukasi dapat berfungsi maksimal jika dapat berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat. Komunikasi dan interaksi dalam sebuah ruang dapat dicapai maksimal
jika mampu membangkitkan emosi pengunjung dengan melibatkan panca indra manusia dengan
menciptakan susunan ruang yang mampu memberikan pengalaman tersendiri bagi manusia. Hal tersebut
direlisasikan dengan memberikan penekanan pada variabel-variabel ruang tertentu yang dapat
menciptakan berbagai pengalaman ruang sesuai objek yang diwadahi.
Mendesain sebuah ruang pamer yang memberi pengalaman ruang pertama dapat dilakukan dengan
mengkaji terlebih dahulu sejarah dan karakteristik tiap objek pamer kemudian disimpulkan menjadi kata
kunci yang merupakan ciri khas kuat tiap wali yang dikembangkan menjadi tema dan karakter tiap ruang
pamer. Tema dan karakter ruang kemudian dikaji dengan unsur desain interior yaitu garis, bentuk, tekstur,
warna, bahan dan pencahayaan yang juga mengacu pada prinsip interior meliputi skala dan titik berat.
Batasan kajian unsur dan prinsip interior tersebut didasarkan pada unsur dan prinsip pembentuk
pengalaman ruang.
Dari unsur dan prinsip desain interior pembentuk pengalaman ruang yang berbeda disesuaikan dengan
tema ruang, didapatkan bahwa unsur yang paling utama membentuk karakteristik ruang adalah warna
yang dihubungkan dengan pencahayaan. Warna merupakan unsur yang mudah ditangkap oleh indera
visual manusia dan unsur yang paling berpengaruh dalam psikologi manusia. Sehingga pengunjung akan
mudah menangkap makna ruang pertama melalui warna kemudian menuju ke bentuk dan elemen lainnya
dalam ruang.
Kata kunci : sarana edukasi, sejarah wali songo, interior, pengalaman ruang, warna
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
ruang
panca
berat ini
maka hal
dan hidup
dalam bidang
pola
P
peta
Songo wali Wali
85%
mampu yang
pengalaman
indra
menciptakan
Komunikasi rekreatif.
bertitik museum
tersebut
masyarakat
termasuk
dengan
pikir berbanding
perlu sendiri.
interaksi
maupun tersebut
umum, baik untuk
masyarakat. masyarakat, menjadi destinasi
menyuguhkan Indonesia
Hal banyaknya menggunakan
rancangan Indonesia
sejatinya diwujudkan
memiliki museum.
peziarah masyarakat sebagian
(rute) Sehingga
mengetahui selanjutnya.
pengunjung
keberadaan
memperkenalkan dengan
penduduk jumlah ajaran
dari penganut
merupakan Indonesia
dan lurus jaman.
susunan
memberikan
dan dalam sebuah ruang dapat
dalam perancangan
belajar Permasalahan
Sementara
tersebut
para dengan sebutan
dari
museum masih
terlihat museum
masih diagungkan hingga kini. Hal ini secara
nyata terlihat dari budaya masyarakat Jawa yang kental akan budaya ziarah
makam. Surabaya tepatnya
manusia
sejarah bangsanya
PENDAHULUAN ermasalahan utama museum di
negara dengan penduduk Muslim terbanyak di
adalah terlalu monoton,
yang terkesan eksklusif
dengan dan hanya sebagai ruang pamer.
adalah
Islam. Pendekatan dilakukan oleh wali
dan mengajarkan Agama Islam melalui akulturasi dan asimilasi kebudayaan
yang disesuaikan dengan adat istiadat tradisi bangsa Indonesia. Di pulau Jawa
dari yang
bangunan lama tanpa mengadakan perbaharuan sesuai jaman. Selain itu tidak semua museum di
fungsi rekreatif dalam pendekatannya pada
dikenal sisi belum
bagi publik secara
berekreasi.
mengakibatkan kurang maksimalnya
kawasan Ampel biasanya dijadikan pangkal dari kegiatan wisata religi Wali Songo dan
berakhir di kota Cirebon. Tidak semua
antara objek museum dan kelompok sasaran masyarakat tertentu terutama golongan muda yang sangat
edukasi
yang datang ke Ampel memiliki niat dan tujuan yang sama.
Bagi para pengunjung yg memiliki niat melakukan perjalanan religi dari Jawa
Timur sampai Jawa Barat hendaknya
Perkembangan selera masyarakat perkembangan
Masyarakat selalu menuntut kekinian
perjalanan pada
pelaksanaan kegiatan kunjungan religi berikutnya para masyarakat memiliki
bekal dan angan-angan jelas tentang Wali Songo dengan harapan perjalanan
religi tersebut dapat dimaknai dengan benar oleh para peziarah dari berbagai
kalangan masyarakat. Sedangkan bagi
arsitektur.
hendaknya dapat berbaur dengan pola
pergerakan aktifitas para pengunjung di kawasan
wisata religi Ampel. Untuk memenuhi
perancangan arsitektur dalam hal ini desain sebuah
museum hendaknya menyesuaikan baik
wali songo dengan tujuan baru mengenal
walisongo dengan tidak melanjutkan perjalanan ke rute berikutnya mungkin
terkendala dengan waktu,tenaga, biaya untuk melanjutkan wisata religi hingga akhir terpaksa tidak bisa mendapatkan
edukasi wali songo dengan utuh dan pemaknaan yang benar. Maka untuk
memenuhi kedua kebutuhan tersebut
dari segi ruang luar (eksterior) maupun ruang dalam (interior). Kajian desain
pada pengolahan ruang dalam (interior)
sebagai wadah komunikasi, interaksi, edukasi yang kreatif (kekinian) dan
interaksi dicapai
maksimal jika mampu membangkitkan emosi pengunjung dengan melibatkan
dapat dalam
fungsi
diwadahi bangunan
edukasi
dengan
tersendiri bagi manusia. Hal tersebut direlisasikan dengan memberikan
dunia,
yang
dan yang
berupa
segala hal
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
Jati. Sunan
dan
Tahap A.
runtut secara hanya
yang desain
wali cerita
tahap.
(2005) Sari
tidak tanpa warna,
untuk biasa
suatu
warna
fisik
unsur Warna
dalam
unsur Warna mudah
sesuai
yang
sering
yang ruang
pada
Sedangkan Gunung
melalui peninggalannya
perancangan
berjalan
sebagai interior
interior konsep
unsur-unsur
ke dalam
pendekatan
metode
dengan terhadap
gagasan, (primer
perumusan pengumpulan
beberapa menjadi
interior Perancangan
dijelaskan
cahaya
menggerakkan
merupakan
interior
diterapkan banyak
dikenal
warna.
manusia
mengenai Pembelajaran
memiliki manusia
sebagai
dengan merupakan
dengan yang berbeda
dikesampingkan. kali karakter
pengalaman
pengalaman berbagai
penekanan
museum pengalaman ruang.
karakter pengalaman
transformasi perkembangan Islam di
ide/ data setelah
pada dengan metode transformasi
dan penting
ruang objek yang diwadahi. Karakter
itu analisa dan
yang tahap data-data
terdapat
dengan Psikologi
selanjutnya,
pengalaman
disajikan tahap dan dilanjutkan
variabel-variabel ruang tertentu yang dapat menciptakan
oleh secara psikologi
bahwa warna memberikan
sesuai pada
setiap objek juga dapat mempengaruhi
sesuatu yang fundamental dan sangat kuat pada pengalaman manusia.
ingin disajikan, akan tetapi saat ini karakter
Padahal
objek tersebut bisa menjadi tema untuk
memberikan
ingin tersebut.
Dari unsur dan prinsip desain
METODE PERANCANGAN
museum sejarah
perkembangan islam di Jawa ini terbagi
Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: tahap
sekunder),
tema ruang, didapatkan bahwa unsur yang
paling utama membentuk karakteristik ruang adalah warna yang dihubungkan
pencahayaan.
yang
ditangkap oleh indera visual manusia dan unsur yang paling berpengaruh
sintesa telah
terkumpul. Analisa dilakukan dengan
sejarah Jawa secara
deskripsi kualitatif untuk menggali alur
dalam penyebaran Islam beserta peninggalan-
psikologi (Arheim,2012).
manusia peninggalannya ditransformasikan
kemudian
yang berpengaruh pada kondisi psikologis
berbagai karakteristik energi yang berbeda –
beda apabila diaplikasikan pada tubuh.
pembentuk
ruang pada interior. Proses analisa dan sintesa dilakukan untuk menghasilkan
akan digunakan sebagai dasar dalam tahap
pengaruh warna terhadap perilaku, emosi dan
ini sebutan psikologi
dalam perancangan interior suatu ruangan.
Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan
bahwa penggunaan warna adalah fokus
yaitu tahap perancangan
media Proses tersebut tidak
dan berhenti pada tahapan akhir, melainkan
ada kemungkinan terjadi feedback pada
salah satu tahapan ke tahapan lainnya. Berikut merupakan variabel pada tiap
tahap perancangan yaitu :
faktor
penentu kesuksesan suatu proyek (1997 : 1).
Warna memiliki kekuatan luar
secara
emosional. Studi tentang warna dimulai dengan interaksi antara cahaya dan
pertama
merupakan tahap menganalisa karakter setiap periodesasi sejarah wali songo
strategi analogic design. Pada tahap ini variabel
yang muncul adalah periodesasi sejarah
yaitu masa wali yang pertama, Maulana Malik Ibrahim hingga yang ke sembilan
dapat mengamati warna, bentuk atau ruang.
Tetapi apresiasi terhadap cahaya lebih penting dari pada secara fisik, seperti
sub variabelnya berupa peristiwa-peristiwa sejarah
pada tiap objek
ruang apa ruang pada
utama dalam desain
yang
yang pada setiap
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
pada masuk
kajian
berada studi Tapak
di hasil
Tahap C.
yang Songo
kajian dari
2.
dan
dan
dan
sub
sesuai
Tahap B.
dengan dihubungkan
Bentuk menyesuaikan
bangunan. memanjang
Sebelum
sedikit lingkungan
ini memperhatikan
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Ruang Luar (Eksterior)
dengan dikembangkan
analisis dua, dimana
perancangan
berasal
merupakan
unsur warna. Karena unsur
latarbelakang dengan Namun
perancangan Prinsip
dengan sub variabel berupa
dibatasi
perancangan prinsip
kemudian menonjol
beberapa Dari tersebut
sebelumnya memunculkan
perancangan prinsip
perancangan
periode
warna pembentuk
pada perancangan
melalui
sub peristiwa-peristiwa
analogi variabel sejarah
dengan pengalaman
sebagai dasar kajian.
sejarah peninggalannya.
peninggalan- pendekatan transformasi melalui strategi adopsi
kedua merupakan tahap analisis unsur dan
dan analogi.
dengan
tema. Tema berasal dari kajian sejarah perkembangan Islam di Jawa oleh Wali
Songo yang telah dianalisis di tahap
yang berupa
yang terdapat pada setiap periode sejarah dan
peninggalan-peninggalannya.
variabel disimpulkan menjadi satu yang paling
diturunkan menjadi sebuah tema. Dan terakhir
tema tersebut dikaji sesuai dengan unsur
interior. Variabel yang muncul pada tahap ini
unsur interior
pengalaman ruang yaitu :
prinsip pembentuk Gambar 1. Kerangka metode perancangan
perancangan interior
garis, bentuk, tekstur, warna, bahan, dan
pencahayaan.
interior dengan sub variabel berupa skala dan
titik berat.
dan permasalahan, kajian ini berfokus pada
variable
unsur
pengalaman ruang yang paling mudah ditangkap indera visual manusia dan
unsur yang paling berpengaruh dalam psikologi manusia.sehingga pada tahap
perancangan kedua, unsur warna dikaji lebih dalam sesuai tema dan karakter
sejarah perkembangan Islam di Jawa oleh Wali
dianalisa pertama melalui analogi.
pada
kawasan religi Ampel yang merupakan kawasan berkarakter. Sehingga dalam
banyak
sekitar
kajian Interior maka dilakukan kajian bentuk
bangunan dengan
bentuk tapak yang juga tidak beraturan. Terdiri dari dua kelompok massa yang
jembatan penghubung. Terbatasnya lahan hijau
pada kawasan menjadi pertimbangan untuk sebisa mungkin mempertahankan lahan terbuka hijau untuk itu konsep
bangunan panggung dengan luas lantai bawah lebih kecil daripada lantai atas
diterapkan pada desain.
ketiga merupakan tahap lanjutan dari tahap
tahap satu dan dua menjadi acuan konsep perancangan kemudian
dan
1. Unsur
ruang
pada tahap
yang
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
yang
linear
ini kajian
ruang
B.
pada
upaya masjid
hijau dan
Dan fokus
lantai dua dari lebih tidak
lebih yang bentuk
ini karena
terbuka
difungsikan koridor
menggunakan sirkulasi koridor
mengarahkan
merupakan
Sirkulasi
bangunan dengan kesesuaian
diterapkan kombinasi
masjid, bangunan islami desain sebagai
sebagai
putih,krem,coklat,
kawasan. sebagai
dengan berebut Tetapi
kontras berkesan perhatian.
bangunan
Tampilan menggunakan
masjid sebagai
bangunan dapat menjadi pendukung
wisata religi Ampel. Pengolahan fasade mengadopsi bentukan masjid
bangunan kontras
penyesuaian konsep dengan
dan maksud
bangunan utama kawasan, Warna yang digunakan pada fasade masjid adalah
biru. Konsep warna museum selaras dengan
kompatible.
Warna netral putih diterapkan sebagai dasar utama warna bangunan sedangkan coklat digunakan pada elemen bukaan.
Warna hijau biru yang memberi kesan
pada museum ini juga digunakan
pada kolom, penerapan pada kolom ini selain
masjid sebagai ikon juga dimaksudkan agar
terdapat kesatuan warna antara eksterior Gambar 2. Pengolahan tata massa
Kompatible
bangunan sendiri.
interior bangunan
merupakan bangunan yang ditambahkan pada suatu
kawasan yang berkarakter kuat yang merupakan cagar budaya. Pertimbangan lain menggunakan kompatible kontras
adalah perbedaan fungsi bangunan yaitu berupa museum berbasis edukasi dan
rekreatif sehingga pengolahannya lebih sederhana. Selain itu dengan kompatible
kontras fasade bangunan museum tidak akan serupa yang dapat mengurangi
kesakralan masjid Ampel sebagai ikon kawasan dan juga tidak akan terlalu
sehingga penarik
tersebut kawasan
yang Ampel
adalah kemiringan atap dan bentuk kolom, sedangkan elemen arsitektural yang dikembangkan adalah motif dan
disederhanakan. Selain itu konsep ketinggian bangunan
dengan pertimbangan skyline bangunan tidak terlalu berbeda dengan masjid ampel
yang terakhir menjadi fokus kajian adalah
dengan
Gambar 3. Pengolahan warna pada tampilan bangunan
Pengolahan (Interior)
1. Sirkulasi
pamer museum dengan objek pamer pada
sejarah perkembangan Islan di Jawa yang
terikat urutan waktu. Sirkulasi utama dalam ruang menggunakan sirkulasi
pengunjung untuk dapat menikmati dengan runtut
objek yang disajikan
Sirkulasi
ke ruang, dengan pengolahan pada area
sebagai zona transisi dari ruang ke ruang.
Pengolahan koridor dilakukan dengan terbuka
memberikan
warna fasade
dan itu
Ruang Dalam
antar ruang
semi
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
berupa pamer objek
pamer objek
alami.
c.
berat
2D, slide Poto c.
media
media vitrin
faktor
dibuat
untuk diolah
pencahayaan menggunakan
Konsep
dengan
cahaya pengarah
masuknya
sirkulasi bersifat
dengan sehingga
dengan Plafond
pengarah ataupun
3. Pengolahan Elemen Ruang dalam
a. Lantai dengan perubahan material lantai yang telah disesuaikan dengan
hasil analisa tema ruang. Lantai tidak
replika peninggalannya.
difungsikan untuk
Namun dengan keamanan.
bangunan penyajiannya
koridor
pengunjung kesempatan
sekaligus
untuk istirahat secara visual dapat juga
memberikan hubungan visual antar ruang. Selain itu pada beberapa area
menampilakn informasi berupa data dan poto yang
ditampilkan secara digital.
mendukung pengalaman ruang suatu ruang pamer.
Gambar 7. Desain display 2D
Gambar 4. Sirkulasi ruang dalam banyak mempermainkan 2. Tata display ketinggian dengan pertimbangan Objek yang dipamerkan pada museum ini adalah sejarah disajikan berupa mini diorama dan miniatur
luasan ruang yang terbatas.
b. Dinding dengan pengolahan yang mengarahkan pengunjung pada titik
sehingga menggunakan
pertimbangan
ke ruang berikutnya. Pengolahan disesuaikan
dengan hasil analisa unsur interior vitrin
dengan bukaan fleksible agar dapat dilakukan perawatan secara berkala.
Berikut konsep desain vitrin pada ruang pamer.
a. Vitrin dengan satu sisi bukaan
tiap ruang.
permainan ketinggian plafon yang disesuaikan
pengunjung mengarahkan.
Bagian plafon tertinggi merupakan display diorama pendekatan para wali dan
barang-barang
sirkulasi
Bagian plafon lebih rendah merupakan area
pencahayaan buatan memberi kesan lebih fokus.
4. Konsep Cahaya
pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dan
cahaya buatan yang mengarah pada
Gambar 5. Desain vitrin diorama
b. Vitrin dengan bukaan di semua sisi, difungsikan untuk media display maket kawasan para wali melakukan
dakwahnya.
pencahayaan downlight. Pada area tertentu yang
uplight sebagai point of interest. Konsep
warna disesuaikan dengan tema dan karakter tiap ruang serta objek yang
diwadahi.
C. Pengolahan Interior Pembentuk Pengalaman Ruang
Materi pokok dalam proses
Gambar 6. Desain vitrin maket kawasan Penjabaran konsep dasar perancangan ini adalah sejarah pengenalan dan
Sirkulasi
antar ruang
Sirkulasi utama
terlau
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
berat
adalah ruang
pamer ruang Tema
1.
pada tetap
yang
yang
hal
yang
dapat desain
suatu
dalam ada yang tokoh
ruang,
setiap
Tema dan
dalam khas
hal dari
dari
wali yang
tetapi
tokoh
karena
juga perhatian
sebagai
tanaman arsitektural mengarah
Konsep
berpegang
borrowing, transformasi
merupakan
berbeda, karakter
sehingga
sehingga
menjadi diwujudkan
pengunjung sehingga
ruang memudahkan
berbeda
Perbedaan
sebagai inspirasi perancangan.
pengenalan
menonjol didapat
Berangkat
tersebut sejarah
memiliki tiap sendiri-sendiri
ada terlibat.
banyak sembilan
merupakan
hidup (roof
ke meggunakan
sesuatu menjadi bentuk desain
yang dikarenakan latar
akan baik
pada untuk
terjalin antara
elemen Sebelum
landasan dalam
perjalanan panjang
perkembangan Islam di Jawa oleh Wali Songo. Jika dijelaskan secara
rinci menyeluruh, sejarah perjuangan
komunikasi
ruang pengunjung di dalamnya.
suatu dengan
yang
Walaupun sebenarnya ke sembilan wali tersebut memiliki keterkaitan
hubungan keluarga atau pendidikan
Setiap periode ruang memiliki
itu belakang alur cerita
yang berbeda. Oleh karena itu sejarah
abstrak
riil (nyata) pun membutuhkan proses
cara berbeda-beda
dalam pengenalan dan pendekatan Islam ke masyarakat. Berangkat dari
hal tersebut , maka alur perjalanan
proses
desain yang berpijak pada substansi dari luar bidang arsitektur dengan
interpretasi mengenai fungsi arsitektur.
dikelompokkan berdasarkan periode waktu.
Ruang Ibrahim
Maulana
masing- masing sejarah pada setiap periode tiap wali di atas maka tersusunlah
suatu karakter dan kata kunci yang
yang dilakukan tiap wali yang menjadi ciri
Maulana Malik Ibrahim adalah segar tenang didapat dari karakter Maulana Malik
Ibrahim yang sabar dan kata kunci dari gambaran umum Maulana Malik
Ibrahim yang melakukan pendekatan
dan pendekatan Islam di masyarakat.
pemikiran melakukan
Islam utama pada masyarakat lewat jalur sosial bercocok tanam.
Berikut adalah pengembangan desain
dari tema dan kata kunci yang telah
karakter pada tiap wali memunculkan tema
yang berbeda pula. Tema pada setiap ruang telah ditentukan sesuai dengan
hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya. Pembagian tema ruang
dianalisa sebelumnya : a. Konsep Ruang
interior lansekap yang sekaligus digunakan
menggunakan
sebagai garden).
bertujuan
pengunjung dalam memaknai suatu
tidak akan bingung dengan alur cerita tiap
sejarah
perkembangan Islam oleh wali songo. Penyajian objek koleksi diatur dan dikelompokkan sedemikian rupa dan
berdasarkan ruang tiap wali.
Tema ruang yang ada akan
pengarah
berupa tanaman pada elemen interior
ruang pada dinding. Menggunakan dominasi unsur garis lurus horisontal
pada dinding memberi kesan tenang. b. Konsep Warna
Warna yang digunakan adalah warna utama analogus hijau kuning -hijau -
hijau biru memberi kesan tenang dan
desain
yang berdasar pada karakter dan kata kunci yang dikaji ke setiap unsur
segar. Warna hijau didapat dari warna tanaman sebagai elemen pembentuk
pengalaman ruang. warna tambahan
ditangkap dengan baik oleh indera pengunjung
coklat berkesan tenang dan abu-abu intensitas rendah sebagai penurun
melalui analisis persepsi mereka kontras.
Wali Songo ini yang
alur cerita
yang
dan
Pamer Malik
titik berat
titik
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
tema
musik adalah
dan sangat
tema hasil Dari
agung. kesan
terang ke gelap
ruang
dari
tema
Islam
ruang Islami
bonang
pendekatan
merubah
keras masyarakat
formal dijauhi
didapat Dinamis dinamis.
analisa
3. Sunan Bonang.
geometris (motif) pola-pola
memberi
dengan
Konsep rendah
tema pengalaman
maksudnya pendidik
analisa Dari Ampel
2. Ruang Pamer Sunan Ampel
cara
lebih
untuk memberikan pengalaman ruang bagi
pengunjung. Pengolahan
tema formal
tenang pada menjadi menghadapi menggunakan
elemen
yang sebelumnya:
a. Konsep ruang
pengolahan
memperkuat geometris Islami.
yang sebelumnya:
b. Konsep Warna
Konsep warna menggunakan warna hijau yang melambangkan Islam dan
warna abu-abu yang memberi kesan formal (pendidikan) dengan skema monokromatis.
Gambar 8. Aplikasi unsur warna pada ruang Maulana Malik Ibrahim
adalah
merupakan turunan dari kata kunci
sunan Ampel melakukan pendekatan Islam
di masyarakat lewat jalur pendidikan dengan sistem pesantren.
Berikut pengembangan desain dari dianalisa
Konsep pada ruang Ampel mengacu pada konsep vertikalitas yang diambil
dari
meninggi mengarah ke titik berat. Tidak hanya dari rendah ke tinggi
dihadirkan
Gambar 9. Aplikasi unsur warna pada ruang Ampel
ruang pamer sunan Bonang adalah tenang
dari karakter sunan Bonang yang pada awalnya
membuatnya
kemudian beradaptasi menyesuaikan
berdakwahnya
dinding dengan penggunaan garis vertikal
selain memberi kesan formal juga
Untuk menambah kesan Islami ditambahkan
yang
disusun vertikal. Pada elemen plafon dan lantai menggunakan pola-pola
suasana
dalam masyarakat
jalur musik. Kata kunci Sunan Bonang
yang diapikasikan pada elemen dinding. Berikut pengembangan desain dari
dianalisa
hasil
telah
formal Islami.
ruang juga
diri
telah
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
dan coklat
yang Warna
warna
tema
sunan ruang tema
pada dan
Islam
namun
tinggi pada
unsur berat
digunakan
Menggunakan pengunjung.
aplikasi
analisa
gotong solidaritas,
dengan berbeda Namun,
4. Sunan Drajat Pendekatan
untuk
kesan pada dinding
menghadirkan menggunakan
Sebagai Bonang.
intensitas kasar
abu-abu tekstur
Penempatan diagonal.
tetap tenang
yang warna
pada sehingga memberi
warna sebagai
hijau unsur
dianalisa
bertitikberat
a. Konsep Ruang
Konsep ruang dinamis didapat dari pengolahan dinding dan pengolahan
pada masyarakat yang dilakukan sunan
menggunakan Drajat adalah lewat jalur pendidikan.
titik
ruang ada pada replika susunan alat musik bonang yang dapat dimainkan oleh pengunjung.
b. Konsep Warna
Konsep warna menggunakan warna
sunan
Ampel, pendidikan yang diajarkan sunan Drajat merupakan pendidikan informal
royong kebersamaan. Sehingga dari hasil
dengan lantai
menggambarkan sifat keras sunan
Drajat adalah akrab merupakan turunan dari
solidaritas
gambaran penyesuaian diri dengan tekstur yang
lebih halus. Kemudian penggunaan warna jingga sebagai kesan dinamis
kebersamaan.
Berikut pengembangan desain dari
yang sebelumnya:
a. Konsep ruang
Ruang pengola
dengan
sekaligus
pengikat, Dan warna coklat tekstur pada plafon memberi kesan tenang dan akrab (lebih menekan).
elemen interior
pengaruh lebih hangat, akrab pada
unsur bentuk beraturan yang saling terkait disusun membentuk garis horisontal
memperkuat kesan akrab. b. Konsep Warna
untuk memberi kesan akrab adalah warna
hangat seperti skema warna analogus
kuning jingga-jingga-jingga dominasi kuning jingga.
hijau peneduh warna panas.
sebagai
Gambar 10. Aplikasi unsur warna pada ruang Bonang
plafon yang
yang
kata kunci dan
telah
dibuat rendah
han
merah
biru
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
warna
yang digital
Giri
ruang tema
dan unsur dari
tiap yang warna
dan
Islam ajaran
di sifat
nusantara,
digambarkan
Wilayah
khatulistiwa
memberi
nusantara Dinding
diambil Indonesia. pergerakan
keberhasilan
hingga
6. Sunan Giri
Konsep
cat Penambahan warna
mewakili
lengkung simbol
diagonal sebagai
perpaduan Menggambarkan
harmonisasi. menjadi
Maksudnya
budaya
paksaan
dengan
diperkenalkan
memasukan
sarana pendekatannya
toleransinya
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus dikenal dengan
jamrut dengan
hijau dan biru. Konsep
dari melakuka
tanpa
diterima masyarakat
dari yang
dikombinasikan
Giri seluruh
Gambar 11. Aplikasi unsur warna pada ruang Drajat
masyarakat. Kebudayaan hindu dan Jawa yang
digunakan
pada masyarakat dengan tetap menghargai
budaya hindu dan jawa kemudian
yang disesuaikan dengan budaya setempat.
Sehingga pada saat itu Islam dapat Gambar 12. Aplikasi unsur warna pada ruang Kudus
dan baik.
Sehingga konsep tema ruang pamer sunan Kudus ini adalah anekaragam,
harmonisasi. latarbelakang
beranekaragam
Berikut pengembangan desain dari tema yang
telah dianalisa sebelumnya a. Konsep Ruang
hindu dan Islam Menggunakan unsur garis
vertikal keagungan
diaplikasikan pada elemen interior (dinding). b. Konsep Warna
Warna yang digunakan merupakan
Giri
adalah keanekaragaman dan dinamis. Tema ruang keanekaragaman didapat
menyebar pelosok
Dinamis
yang
pendekatan dalam segala bidang baik dari jalur pendidikan, pemerintahan
dan kesenian.
a. Konsep ruang
merupakan dinding dengan layar peta indonesia
informasi penyebaran Islam oleh sunan Giri di
Indonesia.
b. Konsep Warna
unsur
arsitektur yang ada. Arsitektur hindu diwakili dengan warna abu-abu di dapat dari unsur bebatuan . Arsitektur
jawa diwakili dengan warna coklat di dapat dari unsur kayu. Dan arsitektur
Islam diwakili warna hijau di dapat
tanaman. putih sebagai
penurun kontras diantara ketiga unsur warna tersebut.
dinamis diwujudkan dengan warna jingga. Sehingga skema warna yang
digunakan komplementer terbelah.
saat itu masih kental
dari Islam
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
agar air,
ruang tema
8.
Warna
maka
titik
ruang
kuat dan
elemen sebagai sendu
analogus
Berikut tembang.
Sunan Muria Konsep
digunakan yang
menggunakan
berat. membentuk
sebagai wayang
konsep Sehingga
karakter menjadi
7. Sunan Kalijaga
Konsep tema ruang sunan Kalijaga adalah tenang, akrab. a. Konsep Ruang
Pendekatan seni yang paling dikenal
Dimana tekstur yang memberi kesan ruang
background tekstur halus.
b. Konsep Warna
seperti coklat
hijau biru dominasi
Gambar 14. Aplikasi unsur warna pada ruang Kalijaga
Gambar 13. Aplikasi unsur warna pada ruang Giri
adalah tenang dari kata kunci berlaut dan
sunan Kalijaga adalah pagelaran wayang.
pamer kalijaga menghadirkan Siluet wayang
siluet kasar
lebih akrab. Namun karena tema utama
ruang adalah tenang maka pada sisi lain menggunakan tekstur halus, Hal
ini juga dikarenakan Objek pamer sunan kalijaga memiliki tekstur kasar
sehingga agar tidak timpang tindih meggunakan
akrab warna hangat yaitu
kuning jingga, untuk mengimbangi kesan tenang digunakan warna hijau
dan coklat dan untuk menurunkan kontras digunakan warna putih.
pengembangan desain dari tema yang telah dianalisa
sebelumnya: a. Konsep ruang
Konsep ruang menggunakan elemen
air sebagai titik berat. Tema tenang diwujudkan dengan garis horisontal
dominan dan permainan unsur garis lengkung menggambarkan seni dan
laut (ombak) diterapkan pada plafon dan lantai. b. Konsep warna
Konsep warna yang digunakan adalah kuning-hijau-hijau
hijau biru
tidak dikombinasikan dengan warna netral
dan putih yang juga memberi kesan tenang.
Gambar 15. Aplikasi unsur warna pada
ruang Muria
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
dan Tema
dahulu
objek
semua pada juga
itu
yang
studi objek
Dalam
merah. warna
warna
pada ruang
jiwa
ruang tema
juga mengacu pada prinsip
karakter
sejarah terlebih
dengan Museum
KESIMPULAN DAN SARAN
muncul
pengikat harmonisasi antar
keterkaitan,
ini, karakter tiap objek pamer berbeda namun antara satu dengan lainnya
coklat
keagungan
berfungsi
lambang merupakan
Konsep
vertikal efek
Pengaplikasian
Konsep formal, tegas
ruang. Simpulan hasil desain warna pengikat
yang muncul di semua ruang adalah hijau-kuning yang merupakan warna Islami sesuai dengan tema museum.
untuk
warna
garis memberi
Dikombinasikan
memberi kerajaan
sebagai
sebagai
prinsip
9. Sunan Gunung Jati
adalah didapat dari kajian
sejarah gunung jati yang memiliki
diupayakan memberikan pengalaman ruang yang berbeda pada setiap ruang
mempertimbangkan
kedudukan unsur
kepemimpinan
pendekatannya di masyarakat. a. Konsep ruang
ruang
sehingga muncul warna pengikat. Warna pengikat tidak muncul antar ruang satu dengan berikutnya tetapi
dinding
meninggi memberi kesan kekuatan. Pengalaman ruang yang dihadirkan pada ruang pamer gunung jati ini
kekontrasan dengan
Berikut tabel penerapan unsur warna b. Konsep warna pada ruang pamer museum.
menggambarkan keagungan, kekuasaan digambarkan
dengan warna utama merah yang juga
keberanian. Tema tegas disini digabarkan dengan
kekontrasan sehingga dipilih warna pendukung yaitu warna hijau yang
merupakan komplementer dari warna
dengan suasana
sekaligus meninggikan
Gambar 17. Hasil Keterkaitan warna
kekontrasan.
A. KESIMPULAN
Pada perancangan ruang pamer
pamer Perkembangan Islam di Jawa oleh Wali
songo ini disimpulkan bahwa dalam mendesain sebuah ruang pamer yang
memberi pengalaman ruang pertama dilakukan dengan mengkaji
dan karakteristik tiap objek pamer (wali)
kemudian disimpulkan menjadi kata kunci yang merupakan ciri khas kuat tiap wali yang dikembangkan menjadi
Gambar 16. Aplikasi unsur warna pada
ruang Gunung Jati tema dan karakter tiap ruang pamer.
ruang kemudian dikaji dengan unsur desain
memiliki penerapan
diterapkan
unsur
pada elemen arsitektur
interior yaitu garis, bentuk, tekstur, warna, bahan dan pencahayaan yang
interior meliputi skala dan titik berat. Batasan
interior
dalam
adalah warna.
unsur
namun tetap
warna
dapat
kajian unsur dan
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
warna unsur 4.
ruang
2.
yang hal Ada
serta skala dan berat titik
alami
warna
beton,
warna
dapat
yang ruang
yang
dapat yang
ke
dalam
unsur Warna mudah
tempat namun
dengan
Museum
Indonesia seluruh museum di
museum disampaikan. Perancangan
Penerapan
(putih.kuning intensitas terang,
dapat
menggunakan
Harmonisasi
hendaknya
beberapa
material memberi
dari dapat
bebatuan, kayu, bambu,
pengalaman pada pembentuk
Pengikat berbeda.
perubahan merasakan
dirasakan
berbeda tema-tema
menjadi
menuju kemudian
manusia. psikologi
dengan merupakan
tidak
penyimpanan
atau mepengaruhi
cahaya redup)
warna
maupun antar ruang
diatas
pengalaman ruang yang lebih
sejarah
dikembangkan
yang intensitas warna instensitas
suatu
dapat dengan menggunakan skema
didasari objek pamer.
mungkin mendukung
dengan
tersebut didasarkan pada unsur dan prinsip pembentuk pengalaman ruang.
Dari unsur dan prinsip desain interior pembentuk pengalaman ruang
yang berbeda disesuaikan dengan tema ruang, didapatkan bahwa unsur yang paling utama membentuk karakteristik ruang adalah warna yang dihubungkan
B. SARAN
dapat diperhatikan dalam penerapan unsur warna pada elemen interior pembentuk
ruang yaitu:
1. Penetapan penerapan unsur warna dengan
pencahayaan.
yang
ditangkap oleh indera visual manusia dan unsur yang paling berpengaruh
ruang dicapai
warna sebagai acuan. Tidak sekedar mengacu
Sehingga pengunjung akan mudah menangkap
makna ruang pertama melalui warna
pada skema warna, harmonisasi antar
dicapai warna pengikat
bentuk elemen lainnya dalam ruang.
muncul pada setiap ruang.
3. Penerapan unsur warna hendaknya Warna juga merupakan unsur memperhatikan hue (hitam,putih) dan
pengikat harmonisasi antar ruang pamer dengan
sehingga terjadi irama perubahan pengalaman
warna yang mempengaruhi makna yang ditangkap
pengunjung. Sehingga pengunjung dengan runtut
terasa perjalanan sejarahnya, tidak terlalu
kontras dan kaget sehingga merasa ada pada waktu dan cerita sejarah yang
visual.
dengan material alami hendaknya disesuaikan
juga dengan karakteristik objek pamer,
kontras, sesuai dengan makna yang
dari
ruang ke ruang lain dapat menggunakan skema warna.
Unsur warna yang diterapkan
dengan penerapan unsur warna pada elemen
interior pembentuk pengalaman ruang
ruang tidak hanya didapat dari bahan cat,
namun juga bisa menggunakan soft material berupa aneka tanaman, unsur
air, kain. Dan hard material berupa
ini diperlukan terutama bagi museum-
yang kurang mendapat perhatian baik dari
pemerintah maupun dari masyarakat. sekedar
dan kaca. Penerapan unsur warna dengan menggunakan
selayaknya
metode desain semacam ini diharapkan menarik pengunjung
bisa dirasakan secara visual mempengaruhi
banyak lagi untuk mengunjungi dan memahami sejarah dan pesan objek
secara sentuhan karena mengandung tekstur.
yang dipamerkan.
dan
satu dikaji
kajian
yang
atau
ingin
dapat lebih
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
dalam
2005. Ruang Jurnal
Sari,
unsur
Desain
dan Prinsip-prinsip
Bahrul. Akram,
DAFTAR PUSTAKA
1997. Usaha-usaha Inovasi Tata Pameran di Museum.
Ching, Francis D.K. Corky Binggeli. 2011. Edisi Kedua : Desain Interior dengan Illustrasi. Jakarta : PT.Indeks
Laksmiwati, Triandi. 2012. Unsur-
Dasar Desain Interior. Malang : Bargie Media
Pile, John. 1997. Color in Interior Design.
Sriti Implementasi
Mayang. Pengalaman
Interior.
Dimensi Interior volume 3 nomor 2. Universitas Kristen Petra. Desember 2005.
Sheila Sjach Putri - 0810650082
Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya
ARTIKEL ILMIAH
PENERAPAN UNSUR WARNA PADA INTERIOR MUSEUM DENGAN OBJEK SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
SHEILA SJACH PUTRI
0810650082-65
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2013
Sheila Sjach Putri - 0810650082 Jurusan Arsitektur - Universitas Brawijaya