penetapan kadar protein dengan metode kjeldahl new
DESCRIPTION
Metode KjeldahlTRANSCRIPT
![Page 1: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/1.jpg)
PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL
I. Tujuan Percobaan
Dapat melakukan analisa kadar protein dalam suatu bahan pangan
Dapat mengetahui kadar protein dalam bahan
II. Dasar Teori
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh., karena zat ini di
samping berfungsi sebagai bahan baker dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun
dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsure-unsur
C,H,O dan N yang tidak di miliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung
pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga. Sebagai zat pembangun protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan
baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan
terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan droteinlah yang membenuk jaringan janin
dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang di
rombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada.
Protein dapat juga di gunakan untuk bahan baker apabila keperluan energi tunbuh tidak
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh baik
langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh.
Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah, yaitu dengan
menimbulkan tekanan osmotic koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan ke dalam
pembuluh darah. Sifat atmosfer protein yang yapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat
mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam sel jaringan, bertindak sebagai bahan
membrane sel, dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin, serta
membentuk protwin yang inert seperti rambut dan kuku. Di samping itu protein yang bekerja
sebagai enzim, bertindak sebagai plasma (albumin), membentuk antibody, membentuk
komplek dengan molekul lain, serta dapat bertindak sebagai bagian sel yang bergerak.
1
![Page 2: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/2.jpg)
Kekurangan protein dalam waktu lama dapat menggaggu berbagai proses dalam tubuh dan
menurunnkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Fungsi protein adalah:
a) sebagai bahan bakar atau energi karena mengandungkarbon, maka dapat digunakan
oleh tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar manakala keperluan tubuh akan
energi tidak diterpenuhi oleh lemak dan karbohidrat;
b) Sebagai zat pengatur yaitu mengatur berbagai proses tubuh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai bahan pembentuk zat-zat yang mengatur berbagai
proses tubuh;
c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel yang rusak maupun
yang tidak rusak. Kebutuhan protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur.
Siklus protein --> Di dalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein, artinya protein di
pecah menjadi komponen-komponen yang ebih kecil yaitu adam amino dan atau peptide.
Terjadi juga suatu sintesis protein baru untuk mengganti yang lama. Praktis tidak ada
sebuah molekul protein pun yang di sintesis untuk di pakai seumur hidup. Semuanya akan
di pecah dan di ganti dengan yang baru dengan laju yang berbeda tergantung jenis dan
keperluanya dalam tubuh. Waktu yang di perlukan untuk mengganti separuh dari sejumlah
kelompok protein tertentu dengan protein baru di sebut half life atau waktu paruh jangka
hidup protein.
Asam amino --> Bila suatu protein di hidrolisis dengan asam, alkali, atau enzim, akan di
hasilkan campuran asam-asam amino. Sebuah asam amino terdiri dari sebuah gugus amino,
sebuah gugus karboksil, sebuah atom hydrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah
atom C yang di kenal sebagai karbon a, serta gugus R merupakan rantai cabang. Semua
asam amino berkonfigurasi a dan mempunyai konfigurasi L kecuali glisin yang tidak
memupunyai atom C asimetrik. Hanya asam amino L yang merupakan komponen protein.
Karena itu penulisan isomer optic jarang dilakukan, dan bila tidak ada tanda apa-apa, maka
yang di maksud adalah asam amino L.
Pemurnian protein --> Pemurnian protein merupakan tahap yang harus di lakukan untuk
mempelajari sifat dan fugsi protein. Sejumlah besar protein lebih dari seribu, telah berhasil
di isolasi dalam bentuk yang murni.Kini protein yang dapat dipisahkan dari molekul-
molekul kecil dengan cara dialysis melalui selaput semi permeable. Molekul-molekul
2
![Page 3: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/3.jpg)
dengan BM lebih besar dari 15.000 tertahan dalam kantung dialysis, sedang molekul-
molekul dengan ukuran lebih kecil dan juga ion-ion akan melewati pori-pori selaput semi
permeable tersebut keluar dari kantung dialysis.
PENENTUAN KADAR PROTEIN
1. METODE KJELDAHL
Metode Kjeldahl dikembangkan pada taun 1883 oleh pembuat bir bernama Johann
Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga melepaskan nitrogen yang
dapat ditentukan kadarnya dengan teknik titrasi yang sesuai. Jumlah protein yang ada
kemudian dihitung dari kadar nitrogen dalam sampel.
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi.
Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan
modifikasi untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat.
Metode ini masih merupakan metode standart untuk penentuan kadar protein.
Karena metode Kjeldahl tidak menghitung kadar protein secara langsung, diperlukan
faktor konversi (F) untuk menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen. Faktor
konversi 6,25 (setara dengan 0,16 g nitrogen per gram protein) digunakan untuk
banyak jenis makanan, namun angka ini hanya nilai rata-rata, tiap protein mempunyai
faktor
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4
3
![Page 4: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/4.jpg)
dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan
penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga
destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-
kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena
zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi
tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak
terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang
besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya
akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan.
Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung
destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan
berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30
detik bila menggunakan indikator PP.
%N = × N. NaOH × 14,008 × 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida
0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
larutan dari biru menjadi merah muda.
%N = × N.HCl × 14,008 × 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu
faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N
yang menyusun protein dalam suatu bahan
Keuntungan dan Kerugian
4
![Page 5: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/5.jpg)
a. Keuntungan :
Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih
merupakan metode standar dibanding metode lain.
Sifatnya yang universal, presisi tinggi dan reprodusibilitas baik membuat
metode ini banyak digunakan untuk penetapan kadar protein.
b. kerugian
Metode ini tidak memberikan pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak
semua nitrogen dalam makanan bersumber dari protein.
Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena susunan
residu asam amino yang berbeda.
Penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya, demikian juga beberapa
katalis
Teknik ini membutuhkan waktu lama.
III. Alat
Pemanas Kjeldahl yang dihubungkan dengan pengisap uap aspirator
Labu Kjeldahl
Alat distilasi
Erlenmeyer
Buret 50ml
Neraca analitik
Kertas timbang
Gelas kimia
Labu Ukur
IV. Bahan
Sampel : Tepung Terigu Segitiga Biru 1g
Pereaksi : - Asam Sulfat (H2SO4)
- Kalium Sulfat (K2SO4)
- Raksa Oksida (HgO)
- Larutan Natrium Hidroksida-Natrium Tiosulfat (NaOH-Na2S2O3)
- Larutan Asam Borat (H3BO3) jenuh
5
![Page 6: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/6.jpg)
- Larutan Asam Klorida (HCl) 0.02N
- Larutan Indikator metal merah
- Indikator metil blue
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang sample sebanyak 1 gram lalu memindahkannya kedalam labu kjeldahl.
2. Menambahkan 1,9±0,1gr K2SO4, 40±10mg HgO, dan 12,0±0,1ml H2SO4, serta 20 ml
H2O.
3. Menambahkan beberapa butir batu didih, lalu memanaskannya sampai mendidih
selama 15 menit dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan.
Melakukan percobaan dilemari asam menggunakan alat destruksi dengan unit
penghisapan uap.
4. Mendinginkan campuran, lalu menambahkan sejumlah air sekitar 30ml (sambil
membilas labu Kjeldahl).
5. Memindahkan isi tabung kedalam alat distilasi. Mencuci dan membilas labu 5-6 kali
dengan 1-2ml air lalu dipindahkan dalam labu distilasi.
6. Meletakkan erlenmeyer yang berisi 5ml larutan H3BO3 dan 2 tetes indicator di bawah
condenser. Ujung tabung condenser harus terendam dalam larutan H3BO3.
7. Menambahkan 8-10ml larutan NaOH-Na2S2O3, kemudian melakukan distilasi sampai
tertampung kira-kira 15ml distilat dalam Erlenmeyer.
8. Membilas tabung condenser dengan air dan menampung bilasannya dalam
Erlenmeyer yang sama.
9. Mengencerkan isi Erlenmeyer sampai kira-kira 50ml, kemudian dititrasi dengan HCl
0,02N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu.
10.Melakukan langkah yang sama untuk blanko.
Faktor Konversi Kadar Protein Berbagai Macam Bahan
6
![Page 7: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/7.jpg)
No
.
Bahan Faktor Konversi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bir, sirup, biji-bijian, ragi, makanan ternak,
buahan, the, anggur dan tepung jagung.
Beras
Roti, gandum, macaroni, bakmi
Kacang tanah
Kedelai
Kenari
Susu dan produk susu
6, 25
5,95
5,70
5,46
5,71
5,18
6,28
VI. Data Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. a). Sampel1 gr tepung + 1,9 gr K2SO4 + 40 mg HgO + 12ml H2SO4
b). Blanko1 ml H2O + 1,9 gr K2SO4 + 40 mg HgO + 12ml H2SO4
Larutan berwarna orange kehitaman
Larutan berwarna orange
2. Sampel dan blanko masing-masing dipanaskan dalam labu Kjeldahl dengan alat destruksi hingga mendidih.
Pada menit ke-13 muncul asap putih pada labu kjeldahl yang berisi sampel maupun blanko, namun asap pada labu berisi sampel lebih tebal dibandingkan asap pada labu berisi blanko.
3. Sampel dan blanko didinginkan dan ditambahkan kemudian air secara perlahan
Sampel berwarna hitam dan terdapat endapan yang tidak larut, sedangkan larutan blanko berwarna jingga bening.
4. Menambahkan NaOH-Na2S2O3 ke dalam labu bundar yang berisi sample atau blanko dan merendam ujung kondensor dengan H3BO3
Larutan sample yang terdapat dalam labu yang telah ditambah NaOH-Na2S2O3 berwarna hitam dan blanko tetap berwarna jingga bening.
7
![Page 8: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/8.jpg)
5. Melakukan distilasi dengan suhu operasi 120-150C
Distilat yang diambil untuk sampel dan blanko adalah 3-4 tetes distilat.
6. Mengencerkan destilat sampai 50 ml lalu distilat dititrasi dengan HCl 0,02 N
Volume titran pada sample = 8 mlVolume titran pada blanko = 4,1 mlPerubahan warna yang terjadi yaitu berwarna putih keruh.
VII.Perhitungan
7.1. Pembuatan Larutan HCl 0,02 N
N1=ρ ×% ×1000
BM
N1=1,18
grml
× 0,37 ×1000
36,5grek
N1=11,96ekL
N1 . V1 = N2. V2
11,96 N . V1 = 0,02 N. 100 ml V1 = 0,167 ml
7.2. Perhitungan Kadar Protein pada Sampel (Tepung Terigu Cakra Kembar)
% N=(ml HCl sampel−ml HClblanko )× N HCl ×14,008
mg sampel×100 %
% N=(8 ml−4,1 ml ) ×0,02
mgrekmL
×14,008 mg /mgrek
1000 mg×100 %
% N=0,1093 %
% protein = % N x factor konversi= 0,1093 % x 5,70
= 0,62301 % ( % protein dalam 1 gr )
Secara teori, kadar protein dalam tepung terigu cakra kembar adalah 13,1% per 100 gr sampel, maka:
% kesala h an= teori−praktekteori
×100 %
8
![Page 9: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/9.jpg)
¿(13,1−0,62301 ) %
13,1%×100%
¿95,24 %
VIII. Analisis Percobaan
Praktikum ini bertujuan agar dapat melakukan analisa kadar protein dalam suatu
bahan pangan serta dapat mengetahui kadar protein dalam bahan pangan tersebut. Pada
praktikum ini digunakan 1 gram sampel tepung terigu dan metode yang digunakan yaitu
metode Kjeldahl. Prinsip dari metode Kjeldahl ialah penentuan jumlah nitrogen yang
dikandung oleh suatu bahan dengan cara mendegradasi protein dalam bahan dengan
menggunakan H2SO4 pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai ammonia.
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh., karena zat
ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung
unsure-unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat.
Pada metode Kjeldahl ini, ada 3 proses yang terjadi, yaitu destruksi, distilasi, dan
titrasi. Destruksi merupakan proses pengubahan N protein menjadi ammonium sulfat.
Proses ini berlangsung selama sampel yang ditambah dengan katalisator direaksikan
dengan H2SO4 pekat dan dididihkan di atas pemanas labu Kjeldahl. Penambahan asam
sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari S yang berada di dalam protein
terurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Setelah penambahan asam sulfat larutan
menjadi keruh. Asam sulfat pekat berfungsi untuk mendestruksi protein menjadi unsur-
unsurnya, sedangkan katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dan
menaikkan titik didih asam sulfat. Unsur N yang dihasilkan akan dipakai untuk
menentukan kadar protein. Katalis yang digunakan terdiri dari campuran K2SO4 dan HgO.
Blanko berfungsi sebagai faktor koreksi dari adanya senyawa nitrogen yang berasal dari
reagensia yang digunakan. Tiap 1 gram K2SO4 menaikkan titik didih 30C.
Dari proses ini semua ikatan N dalam bahan pangan akan menjadi ammonium
sulfat (NH4SO4) kecuali ikatan N=N; NO; dan NO2. Ammoniak dalam asam sulfat terdapat
dalam bentuk ammonium sulfat. Pada tahap ini juga menghasilkan CO2, H2O, dan SO2
yang terbentuk adalah hasil reduksi dari sebagian asam sulfat dan menguap. Reaksi yang
terjadi selama destruksi:
9
![Page 10: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/10.jpg)
HgO + H2SO4 → HgSO4 + H2O
2HgSO4 → Hg2SO4 + SO2 +2On
Hg2SO4 + 2H2SO4 → 2HgSO4 + 2H2O + SO2
(CHON) + On + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
Dalam proses distilasi, larutan sample dan blanko yang telah dingin ditambahkan
air untuk melarutkan sample hasil destruksi dan blanko, serta untuk membilas dinding
labu agar tidak ada protein yang tersisa dalam labu. Pada dasarnya tujuan distilasi adalah
memisahkan zat yang diinginkan, yaitu dengan memecah ammonium sulfat manjadi
ammonia (NH3) dengan tambahan NaOH-Na2S2O3 .5H2O. Fungsi NaOH disini adalah
untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan
asam. Amonia yang dihasilkan dari pemecahan ammonium sulfat akan diuapkan
kemudian ditangkapoleh larutan asam borat (H3BO3). Karena sifat amonia yang mudah
sekali menguap, maka selang tetesan kondensasi diletakkan tercelup dalam larutan asam
borat, sehingga ketika amonia telah terkondesasi langsung ditangkap oleh larutan asam
borat tidak menguap lagi. Mekanisme yang terjadi pada proses distilasi adalah:
(NH4)2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + 2 NH4OH
2 NH4OH → 2 NH3 + 2H2O
4 NH3 + 2 H3BO3 → 2(NH4)2BO3 + H2
Tahap terakhir adalah tahap titrasi, diamana dilakukan titrasi pada sample dan
blanko dengan menggunakan larutan HCl 0,02N. Hasil dari titrasi ini akan dimasukkan
dalam suatu persamaan dan dihasilkan kadar N (dalam %). Kadar nitrogen yang
dihasilkan akan dikalikan dengan suatu faktor konversi, sehingga akan diproleh kadar
protein. Pada praktikum ini jumlah titran yang digunakan untuk menitrasi sampel adalah
8 ml sedangkan blanko 4,1 ml. Sehingga diperoleh kadar N dalam sampel adalah
0,1093%, jadi kadar protein dalam sampel setelah dikali faktor konversi adalah
0,62301%. Secara teori kadar protein dalam tepung adalah 13,1 % sehingga %kesalahan
sebesar 95,24%. % kesalahan yang besar ini dikarenakan metode ini tidak memberikan
pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam makanan
bersumber dari protein.
10
![Page 11: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/11.jpg)
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisa protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan metode kjeldahl
2. Metode kjeldahl terdiri dari 3 proses yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi
3. Kadar protein secara teori 13,1 %
Kadar protein secara praktik 0,62301%
%kesalahan 95,24%
X. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.2013. “Petunjuk Praktikum Teknik Pengolahan Pangan” ,Politeknik Negeri `
Sriwijaya Palembang.
Rohmah, Siti Lia Yulia. 2013. Penentuan Kadar Protein Metode Kjeldahl (online).
(http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/02/kadar-penentuan-kadar-protein-
metode.html)
11
![Page 12: Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Kjeldahl New](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082323/55cf8e27550346703b8f23bd/html5/thumbnails/12.jpg)
GAMBAR ALAT
Seperangkat alat distilasi kjeldahl
12