pengadilan tinggi medan - pt-medan.go.id · tergugat i dan tergugat ii adalah perbuatan melawan...
TRANSCRIPT
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 1 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
P U T U S A N NOMOR: 273/PDT/2017/PT MDN
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara
Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara antara:
1. PT.PUPUK SUBUR MAKMUR, dalam hal ini diwakili oleh EDDY WIJAYA
selaku Direktur Utama berdasarkan Akta Notaris Nomor 10 tanggal
9 November 2004 yang dibuat dikantor Notaris H. Marwansyah
Nasution, SH Notaris di Medan. Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Direktur Utama PT PUPUK SUBUR MAKMUR yang
beralamat di Gading Riviera I Blok PF 22 No. 7 Rt/Rw 001/024,
Kel. Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam hal ini
bertindak melalui/diwakili oleh Kuasa Hukumnya sebagaimana
tersebut dalam Surat Kuasa Khusus tertanggal 3 Juni 2015, baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, masing-masing : 1).
DR. H. NUDIRMAN MUNIR, SH.MA.MH., 2). NUR ASYIAH, S.Sos,
MH., 3). KEMALA DEWI NUDIRMAN, SH.MH., dan 4). ANTONI
SUDARMA, S.H.,C.L.A., Para Advokat/Pengacara dan Penasehat
Hukum di Kantor NUDIRMAN MUNIR & ASSOCIATES, berkantor
di WIDJOYO CENTER Lt. 10 Jalan Jend. Sudirman Kav. 71
Jakarta, dan berdasarkan Surat Kuasa Penggugat tertanggal 7 Juli
2015 dan tanggal 21 Agustus 2015 maka alamat Kantor Kuasa
Hukum Penggugat berubah menjadi Taman Meruya Ilir Blok G 8,
No.16 Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat, untuk selanjutnya memilih domisili hukum di kantor kuasa
hukumnya tersebut diatas. Selanjutnya disebut sebagai:
pembanding semula sebagai Penggugat
M E L A W A N
1. PT. ASURANSI WAHANA TATA CABANG MEDAN, yang beralamat di jalan
Pemuda No. 9 Medan, Sumatera Utara.
Selanjutnya disebut sebagai
....TERBANDING......DAHULU..................................... TERGUGAT - I ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 2 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2. PT. SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD THG, yang beralamat di
Prince Centre Building 7th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta,
Selanjutnya disebut sebagai .TERBANDING ii dahulu TERGUGAT ii
3. PT. BANK MANDIRI CABANG MEDAN, yang beralamat di Jl. Imam Bonjol
No.7 Medan, Sumatera Utara.
Selanjutnya disebut sebagai …Turut terbanding dahulu Turut Tergugat
Pengadilan Tinggi tersebut :
Telah Membaca :
1. Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 273/PDT/
2017/PT.MDN. tanggal 8 September 2017 tentang Penunjukan
Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara
tersebut ditingkat banding ;
2. Berkas perkara Nomor : 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn tanggal 6 April
2016 dan surat - surat yang bersangkutan dengan perkara
tersebut ;
TENTANG DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatannya
tertanggal 25 Juni 2015 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Medan tanggal 25 Juni 2015 dengan nomor : 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn,
yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:
1. Bahwasanya berdasarkan Perjanjian Kredit Modal Kerja No. 97 tanggal
30 April 2003, Addendum Perjanjian Kredit Modal Kerja No 23 tanggal
2 Oktober 2003 dan Perjanjian Kredit investasi No. 24 tanggal 2 Oktober
2003 antara PENGGUGAT dan TURUT TERGUGAT (Bukti P-20, P-21, P-
22), maka TURUT TERGUGAT telah menunjuk TERGUGAT I (PT
ASURANSI WAHANA TATA) dengan Surat No. 1.Hb.MIB/Corn/266/2003
tanggal 29 April 2003 (BUkti P-16), sebagai asuransi rekanan TURUT
TERGUGAT untuk melakukan penutupan pertanggungan asuransi jaminan
utama dan jaminan tambahan secara sepihak. Terhadap perjanjian kredit
tersebut PENGGUGAT telah menjaminkan harta benda yang telah
dipertanggungkan berupa :
1.1 Bangunan komplek pabrik pupuk, senilai Rp. 3.890.000.000,-
1.2 Mesin-mesin peralatan senilai Rp. 28.789.115.000,-
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 3 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
1.3 Stok bahan baku, bahan pembantu, setengah jadi, dan barang jadi
pupuk, senilai Rp. 13.500.000.000,-
Sehingga total nilai dari pertanggungan seluruhnya adalah sebesar
Rp.46.179.115.000 (Bukti-P1, s/d Bukti P-6).
2. Bahwa untuk pertanggungan nilai sebesar Rp.46.179.115.000 tersebut
diatas (Bukti P-6), maka PENGGUGAT mempunya kewajiban untuk
membayar premi sebesar Rp. 53.537.355 (lima puluh tiga juta lima ratus tiga
puluh tujuh ribu tiga ratus lima puluh lima rupiah pertahun) dimana
PENGGUGAT telah membayar premi tahun pertama tersebut (Bukti-P7).
3. Bahwa pada tanggal 01 April 2004, sekitar pukul 01.30 WIB, sebelum masa
asuransi berakhir, telah terjadi kebakaran dipabrik PENGGUGAT Ruangan
Sablon PT Pupuk Subur Makmur di Jl. Tanggul No. 8 Medan, atas sebagian
bangunan, mesin sablon, sebagian bahan baku dan electronic control
system dari mesin granulator yang memproduksi pupuk NPK (Bukti P-9).
4. Bahwa kebakaran yang terjadi pada tanggal 01 April 2004 tersebut, telah
dilaporkan ke kantor polisi dan diperiksa oleh Laboratorium Forensik
(Labfor) Polri Cabang Medan untuk menyelidiki penyebab dari kebakaran
dan untuk mengetahui apakah ada unsur kesengajaan/rekayasa atau
memang terjadi sebagaimana adanya menurut ketentuan perasuransian.
Selanjutnya setelah penyelidikan selesai dilakukan, maka dibuatlah Berita
Acara Pemeriksaan Teknis Laboratoris Forensik No. LAB. :675/FKF/IV/2004
Tertanggal 12 April 2004 (Bukti P-8) yang menyatakan bahwa “Kebakaran
terjadi karena tersulutnya barang-barang yang mudah terbakar, bertemunya
uap tinner dengan panas yang ditimbulkan oleh reaksi eksoterm tersebut
menimbulkan kebakaran”.
5. Bahwa atas musibah kebakaran yang terjadi di pabrik PENGGUGAT
tersebut telah diajukan klaim pada TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA
TATA) untuk mendapatkan pembayaran ganti kerugian sesuai dengan
barang-barang yang rusak akibat terjadinya kebakaran dipabrik
PENGGUGAT yang menghabiskan sebagian bangunan, mesin sablon,
sebagian bahan baku dan electronic control system dari mesin granulator
yang memperoduksi pupuk NPK. (Bukti P-9).
6. Bahwa untuk keperluan penilaian kerugian atas kebakaran pabrik
PENGGUGAT kemudian TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHA TATA)
menunjuk TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD
THG.) sebagai Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) dengan surat
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 4 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) No : Ref. No.
017/CLF/IV/2004 Tanggal 6 April 2004. (Bukti P-10B). Bukti ini dapat juga
dilihat seperti yang tertulis pada halaman 52 Putusan PN Medan No.
58/Pdt.G/2006/PN.Mdn. (Bukti P-10A).
7. Bahwa selanjutnya PENGGUGAT menemukan bukti adanya Kepemilikan
Saham dan Susunan Komisaris & Direksi yang ternyata di dalamnya
terdapat orang-orang yang sama pada kedua perusahaan tersebut
(TERGUGAT I dan TERGUGAT II) atau disebut TERAFILIASI antara
TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan TERGUGAT II (PT
SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD THG), yaitu atas nama SOFJAN
WANANDI dan JUSUF WANANDI (Bukti P-24 dan P-25).
8. Berikut dibawah ini PENGGUGAT sampaikan nama pemegang
saham/pemilik perusahaan dan susunan Komisaris & Direksi dari kedua
perusahaan TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan
TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD THG) yang
terafiliasi tersebut, yaitu sebagai berikut :
A. TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA).
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per 31 Des 2005 Dan 2004 yang dimuat di
Harian KOMPAS halaman 26, tanggal 26 Mei 2006) (Bukti P-24)
Pemilik perusahaan :
- PT Pakarti Yoga
- Rudy Wanandi
- Ahli Waris Ny. S. Hartini
- Koperasi-Koperasi
Komisaris & Direksi :
Dewan komisaris :
- Komisaris Utama : Rudy Wanandi
- Wkl Komisaris Utama : Sofjan Wanandi
- Komisaris : A.R. Ramly
Jusuf Wanandi
S. Sudjaliah Soegiarso
Evi Elka Pangestu
Dewan Direksi
- Direktur Utama : Robert Jeremia
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 5 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
- Direktur : Eddy Chandra
Albert Wanandi
Wiryanto Suwignyo
M.Th. Ratnawati
B. TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD THG).
(Berdasarkan Salinan Berita Negara RI No. 2869/2000 halaman 17) (Bukti
P-25).
Pemilik perusahaan : Total berjumlah 4.000 saham
- Ina Sutioso ................................................ 640 Lembar Saham.
- Sofjan Wanandi ....................................... 320 Lembar Saham
- Jusuf Wanandi ........................................ 320 Lembar Saham
- DR. Biantoro Wanandi ............................. 120 Lembar Saham
- Leony Setiawati ........................................ 120 Lembar Saham
- Melati Mokoagow ..................................... 160 Lembar Saham
- Mary Elka Pangestu ................................. 320 Lem bar Saham
- John Philips Robert Baxster ..................... 2000 lembar saham
(Direktur Thomas Howell group International Limited, Inggris)
Komisaris & Direksi
Dewan Komisaris
- Komisaris Utama : Richard Solomon (Inggris)
- Komisaris : Ronald Sharp Elder (Inggris)
Ina Sutioso.
Dewan direksi :
- Direktur Utama : Guntoro Hendranata
- Direktur Teknik : John Edwin Seddon
- Direktur : Frans Nur Himawan
9. Bahwa Bukti P-24 dan P-25 sangat PENTING untuk membuktikan adanya
AFILIASI antara TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan
TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA CRAWFORD THG). Permasalahan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 6 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
AFILIASI ini akan PENGGUGAT uraikan secara terperinci dengan jelas
dalam uraian tersebut dibawah ini. Selain itu permasalahan AFILIASI antara
TERGUGAT I dan TERGUGAT II adalah Perbuatan Melawan Hukum yaitu
melanggar Pasal 13 ayat 2 UU No 2/1992, sehingga berdasarkan pasal
1365 KUH Perdata yaitu akibat Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan
TERGUGAT I dan TERGUGAT II telah mengakibatkan kerugian baik materiil
maupun immateriil kepada PENGGUGAT.
Hal ini disebabkan karena penunjukkan yang berbau keberpihakan
sebagaimana Bukti P-10B, maupun seperti yang terdapat pada halaman 42
Putusan PN Medan No. 58/Pdt.G/2006/PN.Mdn tanggal 14 Agustus 2004
(Bukti P-10A) yang mengakibatkan terjadinya selain keberpihakan juga
kongkalikong serta main mata diantara kedua perusahaan yang terafiliasi
tersebut. Undang-undang perasuransian melarang dengan tegas cara-cara
kongkalikong ini karena dikhawatirkan terjadinya keberpihakan (seperti
kasus gugatan ini), sehingga melarang dengan tegas sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang tentang Usaha
Perasuransian.
Tetapi kenyataannya materi tentang adanya AFILIASI di antara TERGUGAT
I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dan TERGUGAT II (PT SATRIA
DHARMA CRAWFORD THG) tersebut sengaja dikaburkan dan diabaikan
oleh berbagai pihak.
10. Bahwa TURUT TERGUGAT (PT BANK MANDIRI) pasti sudah mengetahui
prinsip dasar dan aturan UNDANG-UNDANG No. 2 Tahun 1992 tentang
USAHA PERASURANSIAN. Untuk menghindari Conflict of interest
seharusnya TURUT TERGUGAT (PT BANK MANDIRI) mencegah praktek
AFILIASI yang dilakukan TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA)
dengan TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA CRAWFORD THG) sebagai
penilai kerugian asuransi atas musibah kebakaran yang terjadi di pabrik
PENGGUGAT. Namun kenyataannya TURUT TERGUGAT (PT BANK
MANDIRI) tidak melakukan pencegahan dan sengaja membiarkan terjadinya
afiliasi tersebut.
11. Bahwa PENGGUGAT merasa dirugikan dengan ditunjuknya TERGUGAT II
sebagai perusahaan penilai, karena jelas, terang, dan terbukti secara hukum
bahwa TERGUGAT II (karena adanya keberpihakan/conflict of interst)
sebagaimana pasal 13 ayat 2 UU No 2/1992 hanya akan memberikan ganti
kerugian sebesar Rp. 324.271.095,- (SGD 75.000) tidak dapat
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 7 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
PENGGUGAT terima (Bukti P-14).
Hal ini terbukti dengan adanya konflik kepentingan antara TERGUGAT I dan
TERGUGAT II, sehingga terjadilah penilaian yang tidak masuk akal (berat
sebelah), kongkalikong, dan hengkipengki antara TERGUGAT I dan
TERGUGAT II. Keberpihakan yang terjadi diantara TERGUGAT I dan
TERGUGAT II sangat merugikan PENGGUGAT. Seharusnya TERGUGAT I
menunjuk perusahaan penilai yang lain (yang bukan afiliasi) sebagaimana
perintah undang-undang, sehingga tidak terjadi keberpihakan, main mata,
atau hengkipengki yang mengakibatkan kerugian yang luar biasa besarnya
kepada PENGGUGAT.
Jumlah ganti kerugian yang disampaikan TERGUGAT I dan TERGUGAT II
tersebut tidak dapat PENGGUGAT terima karena tidak sesuai dengan hasil
penilaian UBM INTERNATIONAL PTE.LTD Singapore sebesar
Rp.8.801.679.000,00 (SGD 1.692.630.00) yang merupakan pihak yang
mendesign dan membuat mesin granulator tersebut (Bukti P-18). Selain itu
ada perusahaan penilai lainnya yang lebih netral (dan juga merupakan
rekanan pada TURUT TERGUGAT/Bank Mandiri) yaitu PT GANDA MEGA
SERASI, Jakarta yang menilai sebesar Rp. 14.762.540.000,- (Bukti P-11).
12. Bahwasanya jumlah ganti rugi yang disampaikan TERGUGAT I dan
TERGUGAT II sebesar Rp. 324.271.095,- (SGD 75.000) tidak dapat
PENGGUGAT terima, karena perbaikan secara parsial tidak akan
menyelesaikan permasalahan mesin granulator tersebut (Bukti P-14). Hal ini
disebabkan perbaikan secara parsial tidak akan menyelesaikan masalah
dan akan terjadi berulang-ulang serta membutuhkan waktu yang lama.
Sedangkan rekomendasi dari PT. Ganda Mega Serasi dan UBM
INTERNATIONAL PTE.LTD sebagai pihak yang mendesign dan membuat
mesin granulator tersebut yang tentunya lebih ahli, profesional dan kridibel
serta sangat paham tentang permasalahan mesinnya (Bukti P-11 dan P-18)
menyatakan bahwa :
Electrical control system telah didesign dan diprogram sebagai suatu sistem
yang tidak dapat dipisahkan (Bukti P-18).
Artinya harus dilakukan pergantian electrical control system tersebut secara
keseluruhan sebagai satu kesatuan dan tidak boleh secara parsial sebagian-
sebagian agar mesin granulator yang rusak akibat kebakaran tersebut dapat
beroperasi dengan normal seperti sebelum kebakaran.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 8 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
TERGUGAT I dan TERGUGAT II mengakui telah terjadi kerusakan akibat
kebakaran pada mesin granulator (Bukti P-10), tetapi sayangnya
TERGUGAT I dan TERGUGAT II tidak mau mendengarkan pendapat dari
PT. Ganda Mega Serasi dan UBM INTERNATIONAL PTE.LTD yang jelas
menyatakan perbaikan secara parsial tidak akan menyelesaikan
permasalahan.
13. Bahwa resiko kerusakan mesin setelah dilakukan perbaikan parsial oleh
TERGUGAT I tersebut dapat terjadi kapan saja dan berulang-ulang dan
perbaikan kembali tentunya akan membutuhkan waktu lama. Hal ini
disebabkan harus menunggu kedatangan teknisi yang dikirim oleh
TERGUGAT I untuk mengecek dan menganalisa kerusakan, setelah itu
dipesan komponen mesin yang rusak tersebut yang belum tahu berapa lama
akan datang barangnya, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk
pemasangan dan uji coba untuk melihat apakah hasil perbaikan sudah
dapat beroperasi dengan baik atau tidak. Sehingga PENGGUGAT pasti
akan menderita kerugian yang sangat besar akibat tidak adanya produksi
pupuk (lost of production).
Tentu PENGGUGAT tidak bisa terima perbaikan secara parsial dari
TERGUGAT I yang sangat merugikan PENGGUGAT tersebut.
(Bukti P-10 Berita Acara Rapat Butir 6)
Bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan untuk melakukan perbaikan
mesin oleh TERGUGAT I maka akan semakin besar pula kerugian
PENGGUGAT.
14. Selain itu menurut pihak dari UBM INTERNATIONAL PTE.LTD bahwa
hanya menjual electrical control system dari mesin granulator yang
memproduksi pupuk NPK merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dipecah-pecah sebagai bagian yang parsial (Bukti-P10).
Selanjutnya PENGGUGAT sebagaimana uraian sebelumnya menolak
perbaikan secara parsial selain adanya penolakan dari pabrik pembuat
mesin (UBM INTERNATIONAL PTE.LTD), tetapi juga dengan lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan mesin tentu lama juga tidak ada
produksi pupuk. Hal ini akan mengakibatkan pelanggan PENGGUGAT lari
dan tidak mau berhubungan bisnis dengan PENGGUGAT lagi karena
PENGGUGAT tidak dapat mensuplai pupuk kepada pelanggan tepat pada
waktunya.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 9 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Pelanggan juga akan klaim denda karena pengiriman pupuk menjadi
terlambat kepada pelanggan karena dengan terjadinya keterlambatan jadwal
pemupukan akan mengakibatkan tanaman jadi rusak dan menurunkan
kualitas hasil panen serta kuantitas panen juga menurun dan pelanggan
pasti akan mengalami kerugian. Sehingga PENGGUGAT akan mengalami
kerugian besar dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan.
15. Bahwa ganti rugi yang tidak masuk akal yang diajukan oleh TERGUGAT I
berdasarkan penilaian TERGUGAT II (yang dicurigai adanya konflik
kepentingan atau keberpihakan/conflict of interst), telah mengakibatkan
PENGGUGAT tidak dapat menjalankan operasional dari perusahaan karena
peristiwa kebakaran tersebut dan tidak dibayarnya klaim asuransi
PENGGUGAT. Akibatnya perusahaan/pabrik PENGGUGAT tidak beroperasi
karena Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan TERGUGAT I dan
TERGUGAT II mengakibatkan kerugian yang secara terus menerus terjadi
sampai waktu yang akan datang.
Kerugian ini disebabkan mesin tidak bisa beroperasi lagi sehingga tidak akan
ada pupuk yang dapat diproduksi (lost of production), maka PENGGUGAT
menderita kerugian yang sangat besar karena tidak dapat melakukan
penjualan pupuk. Atas dasar itu terpenuhilah unsur Perbuatan Melawan
Hukum sebagai mana pasal 1365 KUH Perdata yaitu :
a. Unsur melawan hukum (bertentangan dengan pasal 13 ayat 2 UU No
2/1992)
b. Membawa kerugian kepada orang lain (PENGGUGAT) yang diakibatkan
penilaian dari TERGUGAT II, yaitu kerugian yang sangat besar
sebagaimana telah PENGGUGAT uraikan tersebut diatas.
Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata tersebut, mewajibkan TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT mengganti kerugian
PENGGUGAT.
16. Untuk lebih jelasnya bersama ini kami uraikan Perbuatan Melawan Hukum
yang dilakukan TERGUGAT I dan TERGUGAT II yaitu perbuatan yang
melanggar Pasal 13 ayat 2 UNDANG-UNDANG No 2 Tahun 1992 Tentang
USAHA PERASURANSIAN yang berbunyi sebagai berikut :
“Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi DILARANG melakukan penilaian
kerugian atas obyek asuransi yang diasuransikan kepada Perusahaan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 10 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Asuransi Kerugian yang merupakan AFILIASI dari Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi yang bersangkutan.”
(terlampir fotokopy).
Selanjutnya berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata yang mengatakan :
“Tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
Atas dasar bunyi pasal 1365 KUH Perdata tersebut, maka terang , jelas dan
terbukti secara hukum bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II telah
melakukan Perbuatan Melanggar Hukum yang membawa kerugian kepada
PENGGUGAT, karena itu mewajibkan TERGUGAT I dan TERGUGAT II
yang karena salahnya mengakibatkan kerugian bagi PENGGUGAT,
mengantikan kerugian PENGGUGAT tersebut.
17. Jelas, terang dan terbukti secara hukum bahwa TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT telah melakukan perbuatan
melawan hukum yaitu melanggar pasal 13 ayat (2) Undang-Undang No
2/1992 tentang USAHA PERASURANSIAN. Atas dasar perbuatan melawan
hukum tersebut PENGGUGAT sebagaimana pasal 1365 KUHPerdata
menuntut ganti kerugian baik materiil maupun immateriil, karena akibat
Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan TERGUGAT I bersama-sama
TERGUGAT II dan TURUT TERGUGAT tersebut membawa kerugian
kepada PENGGUGAT.
18. Kerugian yang terjadi adalah dalam bentuk kerugian materiil dan kerugian
imateriil. Kerugian materiil dan immateriil adalah sebagai berikut :
KERUGIAN MATERIIL :
a. Harga eletronic contorol system mesin Granulator
Rp. 8.801.679.000,00 (delapan milyar delapan ratus satu juta enam
ratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah). Jumlah ini adalah equivalensi
dari SGD SGD 1.692.630.00 (one million nintety two thousand six
hundred and thirty Singapore dollars only) pada waktu itu (Bukti P-18).
b. Kerugian yang timbul akibat kerusakan mesin, berdasarkan
audit/penelitian/perhitungan oleh Akuntan Publik Drs. Syahelmi
(merupakan rekanan Bank Mandiri) (Bukti P-19A dan P-19B):
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 11 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Tahun 2004 : Rp. 7.358.550.499.00 (BUkti P-19B)
Tahun 2005 : Rp. 19.819.752.612.00 (Bukti P-19A)
(terlampir).
c. Keuntungan yang seharusnya diterima Penggugat Pertahun (tahun 2004
dan tahun 2005) :
Keuntungan pabrik tahun 2003 berdasarkan audit/penelitian/perhitungan
oleh akuntan publik Drs. Syahelmi (merupakan rekanan Bank Mandiri),
dengan menggunakan 1 line mesin untuk 3 shift produksi
Rp.11.909.190.313,- (Bukti P-19C). Sedangkan pada tahun 2004 dan
seterusnya, pabrik menggunakan 2 line mesin masing-masing 2 shift
produksi.
Secara matematis untuk menghitung keuntungan pertahun yang
seharusnya diperoleh dengan menggunakan 2 line mesin dengan 2 shift
produksi (Bukti P-19A) adalah :
33,417.920.878.15.23
2313.190.909.11. RpxxRp
Maka, keuntungan yang seharusnya diperoleh pada :
Tahun 2004 = Rp. 15.878.920.417,33 (Bukti P-19D)
Tahun 2005 = Rp. 15.878.920.417,33 (Bukti P-19D)
Total kerugian Materiil yang dihitung sampai dengan tahun 2005 adalah:
Rp. 8.801.679.000.00 + Rp. 7.358.550.499 + Rp. 19.819.752.612 +
Rp.15.878.920.417,33 + Rp.15.878.920.417,33 = RP 67.737.822.945,66
Sehingga total kerugian materiil tahun 2006 s/d tahun 2015 (10 tahun)
adalah :
Rp.158.789.204.173,30 (10 th x Rp.15.878.920.417.,33) +
Rp.67.737.822.945,66
= Rp. 226.527.727.118,96
Dibulatkan menjadi = Rp. 226.527.727.119
KERUGIAN IMMATERIIL :
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 12 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Bahwa kerugian immaterial yang dialami oleh PENGGUGAT adalah, bahwa
karena kejadian itu telah mengakibatkan seluruh relasi bisnis PENGGUGAT
tidak mau lagi menjalankan bisnis dengan PENGGUGAT, karena mereka
menggangap bahwa PENGGUGAT tidak mampu lagi memenuhi komitmen-
komitmen bisnisnya, antara lain penyerahan pupuk tepat pada waktunya,
pembayaran bahan baku tepat pada waktunya, pembayaran biaya
operasional tepat pada waktunya, dan sebagainya. Hancurnya reputasi
PENGGUGAT tersebut sangat sulit untuk memperkirakan nilai tepatnya,
dimana bahkan hal itu telah merusakkan masa depan bisnis dari
PENGGUGAT, akan tetapi dengan menggunakan patokan kerugian materiil
sebagaimana disampaikan di atas, maka adalah adil jika kerugian
immaterial itu dihitung sebanyak 2 (dua) kali kerugian materiil yang sebesar
Rp. 226.527.727.119 (dua ratus dua puluh enam milyar lima ratus dua
puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh tujuh ribu seratus sembilan belas
rupiah), atau sama dengan :
Rp. 453.055.454.238 (empat ratus lima puluh tiga milyar lima puluh lima juta
empat ratus lima puluh empat ribu dua ratus tiga puluh delapan rupiah)
Dengan demikian, total kerugian material dan immaterial yang dialami oleh
PENGGUGAT adalah : Rp. 226.527.727.119 + Rp. 453.055.454.238
Rp. 679.583.181.357 (enam ratus tujuh puluh sembilan milyar lima ratus
delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh satu ribu tiga ratus lima puluh
tujuh rupiah)
19. Bahwa perhitungan kerugian yang dialami oleh PENGGUGAT tersebut
adalah sampai pada tahun 2015 saja, dan seandainya perkara ini belum
terselesaikan setelah tahun 2015, maka PENGGUGAT mohon agar
Pengadilan menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT untuk tetap membayar kerugian-kerugian yang dialami oleh
PENGGUGAT sejak tahun 2015 sampai seterusnya hingga TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT memenuhi kewajibannya
pada PENGGUGAT.
20. Bahwa karena gugatan ini berdasarkan bukti-bukti yang sah dan otentik,
yaitu dapat membuktikan mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang
dilakukan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT,
maka PENGGUGAT mohon agar Majelis Hakim menyatakan TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT telah melakukan Perbuatan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 13 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Melawan Hukum. Bahwa akibat Perbutan Melawan Hukum yang dilakukan
TERGUGAT I dan TERGUGAT II proses produksi pupuk menjadi tidak
berjalan. Hal ini dikarenakan TERGUGAT I dan TERGUGAT II melakukan
tidak mau mengganti mesin yang sangat menentukan dalam proses
produksi yaitu MESIN GRANULATOR, sehingga produksi pupuk menjadi
terhenti.
a. Bahwasannya UBM International Singapore sebagai pihak yang
mendesain dan membuat mesin granulator telah menyampaikan bahwa
mesin granulator tidak dapat diperbaiki secara parsial.Tetapi amat
disayangkan TERGUGAT I tidak perduli dan bersama-sama dengan
TERGUGAT II bersikeras ingin melakukan perbaikan secara parsial yang
akan berakibat terhentinya proses produksi. Dilain pihak UBM
International Singapore telah menegaskan “tidak dapat memberikan
rinciannya dan hanya menjual electrical control system tersebut dalam
satu kesatuan/one fully assembly unit. Juga alasannya karena hal
tersebut merupakan rahasia perusahaan atas design mesin dan
teknologi, dan dikhawatirkan akan terjadi penjiplakan/copy oleh pihak
lain” (Bukti P-10).
b. Bahwasanya yang disampaikan pihak UBM International Singapore
sesuai dengan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 31/2000 Tentang
Desain Industri dimana pihak UBM International Singapore secara hukum
mempunyai hak untuk menolak keinginan TERGUGAT I dan TERGUGAT
II karena merupakan rahasia perusahaan.
c. Bahwa dengan bersikerasnya TERGUGAT I dan TERGUGAT II yang
hanya ingin memperbaiki secara parsial, dimana kemungkinan hal
tersebut tidak akan terjadi, maka PENGGUGAT menduga telah terjadi
conflic of intrest (keberpihakan atau kongkalikong atau hengkipengki)
karena antara TERGUGAT I dan TERGUGAT II ternyata berafiliasi, hal
mana secara tegas dilarang oleh pasal 13 ayat 2 Undang-Undang
Perasuransian.
d. Bahwa akibat Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan TERGUGAT I
dan TERGUGAT II, maka proses produksi menjadi terhenti sehingga
PENGGUGAT tidak mungkin dapat membayar pinjaman atau kredit
sebagaimana yang ditetapkan didalam Perjanjian Kredit Modal Kerja No.
97 tanggal 30 April 2003, Addendum Perjanjian Kredit Modal Kerja No 23
tanggal 2 Oktober 2003 dan Perjanjian Kredit Investasi No. 24 tanggal 2
Oktober 2003, dimana PENGGUGAT telah menjaminkan harta benda
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 14 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
PENGGUGAT sebagaimana perjanjian kredit tersebut diatas. (Bukti P-20,
P-21, P-22)
e. Selanjutnya TURUT TERGUGAT telah mengajukan permohonan sita
eksekusi tertanggal 28 Oktober 2009 dan dilanjutkan dengan keluarnya
Surat Penetapan Pengadilan Negeri Medan No 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn
tanggal 15 Desember 2009 tentang eksekusi sita hak tanggungan. (Bukti
P-25A)
21. Bahwasanya akibat terhentinya proses produksi sejak 1 April 2004, karena
terjadinya kebakaran, sedangkan dilain pihak TERGUGAT I dan
TERGUGAT II tidak mau melaksanakan kewajibannya karena diduga
adanya pelanggaran pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Perasuransian. Atas
dasar itu terang, jelas dan terbukti secara hukum bahwa TERGUGAT I dan
TERGUGAT II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu dengan
melanggar pasal 1365 KUHPerdata.
Akibat terafiliasi tersebut sehingga terjadilah kongkalikong atau
hengkipengki antara TERGUGAT I dan TERGUGAT II dengan cara
melanggar pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Perasuransian jo pasal 1365
KUHPerdata, maka PENGGUGAT telah mengalami kerugian sejak 1 April
2004 sampai dengan tahun 2015. Kerugian tersebut dikarenakan
terhentinya proses produksi yang mengakibatkan kerugian sejumlah
Rp.226.527.727.119 (BUkti - P19A, P-19B dan P-19C).
Atas dasar perbuatan melawan hukum yang dilakukan TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT, maka PENGGUGAT menuntut
ganti kerugian baik materiil maupun imateriil sebagaimana uraian
PENGGUGAT tersebut diatas.
22. Bahwa untuk menjamin pelaksanaan putusan kelak, dan karena ada
kekhawatiran bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT akan mengasingkan harta bendanya karena tuntutan ganti rugi
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, maka
PENGGUGAT mohon agar kiranya Majelis Hakim Yang Terhormat dapat
meletakkan Sita Jaminan (Conservatoire Beslag) atas barang-barang tetap
dan barang-barang tidak tetap milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta
TURUT TERGUGAT yang terdiri dari :
a. Tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya yang terletak di Jalan
Pemuda Nomor 9 Medan, Sumatera Utara.
b. Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. H. R. Rasuna Said. C-4, Jakarta
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 15 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
c. Tanah dan bangunan yang terletak di Prince Centre Building 7th Floor Jl.
Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
d. Seluruh peralatan/inventaris kantor yang terdapat di dalam kantor/gedung
milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut di atas.
e. Seluruh saham TERGUGAT I dan TERGUGAT II
23. Bahwa karena gugatan ini didasarkan pada bukti-bukti yang otentik dan sah,
maka mohon kiranya agar Majelis Hakim menyatakan putusan dapat
dijalankan secara serta merta, meskipun ada Bantahan, Banding atau
Kasasi (Uitvoerbaar Bij Voorrad).
24. Bahwa biaya-biaya yang timbul dari Gugatan ini agar dibebankan secara
tanggung renteng pada para TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT;
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka jelas, terang dan terbukti
secara hukum bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum sehingga merugikan
PENGGUGAT. Atas dasar itu PENGGUGAT mohon agar Pengadilan Negeri
Medan memberikan Putusan sebagai berikut :
1) Menerima dan mengabulkan seluruh isi Gugatan;
2) Menyatakan bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
3) Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan atas harta
benda milik Para TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT, yaitu ;
- Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan
Pemuda Nomor 9 Medan, Sumatera Utara
- Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. H. R. Rasuna Said. C-4, Jakarta
- Tanah dan bangunan yang terleta Prince Centre Building 7th Floor Jl.
Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
- Seluruh peralatan/inventaris kantor yang terdapat di dalam kantor/gedung
milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut di atas
- Seluruh saham milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II
4) Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
secara tanggung-renteng untuk membayar kerugian PENGGUGAT baik
secara materiil maupun immaterial, dengan perincian sebagai berikut :
Kerugian Materiil sebesar :
Pembulatan menjadi : Rp. 226.527.727.119,- (dua ratus dua puluh enam
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 16 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
milyar lima ratus dua puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh tujuh ribu seratus
sembilan belas rupiah)
Kerugian Immateriil sebesar :
Pembulatan menjadi Rp. 453.055.454.238 (empat ratus lima puluh tiga
milyar lima puluh lima juta empat ratus lima puluh empat ribu dua ratus tiga
puluh delapan rupiah)
Total Kerugian sebesar :
Pembulatan menjadi Rp. 679.583.181.357,- (enam ratus tujuh puluh
sembilan milyar lima ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh
satu ribu tiga ratus lima puluh tujuh rupiah)
5) Memutuskan bahwa perhitungan kerugian materiil dan immaterial yang
harus dibayar oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT bukan saja kerugian yang terjadi sampai dengan tahun 2005
saja, juga menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT untuk tetap membayar kerugian-kerugian yang dialami oleh
PENGGUGAT dari tahun 2006 dan seterusnya sampai TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT melaksanakan isi putusan ini;
6) Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
secara tanggung renteng membayar biaya-biaya perkara.
Bahwa berdasarkan uraian-uraian hukum yang kami kemukakan di atas, maka
PENGGUGAT mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan berkenan
memberikan putusan sebagai berikut :
DALAM PROVISI ;
Mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan untuk segera memerintahkan
Juru Sita Pengadilan Negeri Medan untuk menghentikan proses sita jaminan
dan eksekusi sesuai dengan surat penetapan Pengadilan Negeri Medan No
64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 tentang eksekusi sita hak
tanggungan kepada PENGGUGAT hingga perkara a quo mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (Inkracht Van Gewisjde).
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan yang diajukan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
2. Menyatakan sah dan berharga surat bukti yang diajukan.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 17 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Menyatakan peletakan Sita REVINDIKATOIR BESLAG atas :
- Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan
Pemuda Nomor 9 Medan, Sumatera Utara
- Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. H. R. Rasuna Said. C-4, Jakarta
- Tanah dan bangunan yang terleta Prince Centre Building 7th Floor Jl.
Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
- Seluruh peralatan/inventaris kantor yang terdapat di dalam kantor/gedung
milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut di atas
- Seluruh saham milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II
Adalah sah dan berharga.
4. Menyatakan Perbuatan TERGUGAT I yang menunjuk perusahaan
TERGUGAT II sebagai perusahaan penilai adalah Perbuatan Melawan
Hukum.
5. Memerintahkan Juru Sita Pengadilan Negeri Medan, supaya TURUT
TERGUGAT untuk menghentikan proses sita jaminan dan eksekusi kepada
PENGGUGAT sebagaimana penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita
eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009, sampai
dengan perkara a quo mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht
Van Gewisjde).
6. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
untuk membayar kerugian materiil sebesar Rp 226.527.727.119,- dan
kerugian imateriil sebesar Rp 453.055.454.238,- jadi total yang harus
dibayar oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
adalah Rp. 679.583.181.357,- sekaligus dan tunai seketika setelah putusan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht Van Gewisjde).
7. Menyatakan putusan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada
banding dan verzet (Uit Voobar bij vooraad)
8. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini,
Apabila Ketua Pengadilan Negeri Medan berpendapat lain mohon putusan yang
seadil–adilnya (Ex aequo et bono).
Menimbang bahwa Terhadap Gugatan Pengugat para Tergugat telah
memberikan Jawaban sebagai berikut:
1. Bahwa perbuatan Tergugat I yang melakukan penunjukan terhadap
Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) telah masuk
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 18 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum oleh karena adanya hubungan
afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II sehingga telah mengakibatkan
kerugian bagi Penggugat baik materiil maupun immateriil sebagaimana
diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata;
2. Bahwa selain itu, penilaian nilai klaim untuk mesin granulator oleh Tergugat I
melalui Tergugat II dianggap keliru oleh Penggugat sehingga telah
mengakibatkan pula kerugian bagi Penggugat baik materiil maupun
immateriil sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata;
3. Bahwa perbuatan Turut Tergugat yang tidak melakukan pencegahan dan
sengaja membiarkan terjadinya afiliasi tersebut juga telah memenuhi
kualifikasi Pasal 1365 KUH Perdata;
Bahwa terhadap Gugatan Penggugat, dengan ini Tergugat I akan
mengajukan terlebih dahulu uraian tentang Asuransi sebagai suatu perjanjian
dan oleh karenanya mengikat bagi para pihak yang menjadi pihak dalam
perjanjian tersebut dan selanjutnya menguraikan tentang Eksepsi baru
kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan Jawaban atas Pokok Perkara,
dan Gugatan Rekonvensi. Adapun uraian-uraian tersebut sebagaimana
disampaikan di bawah ini:
1. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 Butir 1 UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian (undang-undang yang berlaku pada saat
Penggugat selaku Tertanggung dan Tergugat I selaku Penanggung
bersama Para Penanggung lainnya mengikatkan diri dalam Perjanjian
Asuransi yang disebut dengan ”Polis”) maupun Pasal 1 butir 1 UU No.40
Tahun 2014 tentang Perasuransian (undang-undang yang berlaku saat ini),
pada pokoknya Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung.
2. Selanjutnya, Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (”KUHD”)
telah mengharuskan pembuatan perjanjian pertanggungan asuransi itu
secara tertulis dalam suatu akta yang disebut ”Polis”.
3. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, Polis merupakan suatu perjanjian
khusus dimana oleh karena kedudukannya sebagai perjanjian, maka
ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata yang pada pokoknya menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang membuatnya, berlaku juga bagi Polis
Asuransi. Secara khusus, Pasal 257 KUHD telah menyatakan bahwa
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 19 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
“Perjanjian pertanggungan ada seketika setelah hal itu diadakan; hak mulai
saat itu, malahan sebelum Polis ditandatangani. dan kewajiban kedua belah
pihak dari penanggung dan dari tertanggung berjalan...”
4. Dalam perkara a-quo, ketidakpatuhan Penggugat selaku Tertanggung dalam
memenuhi hal-hal yang menjadi hak-hak maupun kewajiban-kewajibannya
sebagaimana tertuang dalam Polis Asuransi, telah mengakibatkan Tergugat
I selaku Penanggung menolak klaim pembayaran yang diajukan oleh
Penggugat dimana Penggugat selaku Tertanggung terbukti memiliki tujuan
untuk memperoleh keuntungan dari jaminan Polis Asuransi dengan cara
memperbesar jumlah kerugian yang diklaim secara sepihak oleh Penggugat
dan tanpa dasar.
Oleh karena itu, Perbuatan Penggugat selaku Tertanggung tersebut jelas
dan nyata bertentangan dengan Polis Asuransi yang turut disepakati oleh
Penggugat dan pada saat yang sama, bertentangan pula dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perasuransian.
Selanjutnya, Tergugat I dengan ini akan menyampaikan Eksepsi,
Jawaban dalam Pokok Perkara serta Gugatan Rekonvensi terhadap Penggugat
dalam konvensi, yang akan diuraikan sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI
1. Eksepsi Kompetensi Absolut; Pengadilan Negeri Medan Tidak
Berwenang Secara Absolut Memeriksa dan Mengadili Perkara A-quo
1.1. Bahwa dalam Gugatannya butir 1 halaman 1, Penggugat menyatakan
sebagai berikut :
“1. Bahwasanya berdasarkan Perjanjian Kredit Modal Kerja No. 97
tanggal 30 April 2003, Addendum Perjanjian Kredit Modal Kerja
No. 23 tanggal 2 Oktober 2003 dan Perjanjian Kredit Investasi
No. 24 tanggal 2 Oktober 2003 antara PENGGUGAT dan TURUT
TERGUGAT (BUKTI P-20, P-21, P-22), maka TURUT
TERGUGAT telah menunjuk TERGUGAT I (PT Asuransi Wahana
Tata) dengan Surat No.1 Hb.MIB/Corn/266/2003 tanggal 29 April
2003 (Bukti P-16), sebagai asuransi rekanan Turut Tergugat
untuk melakukan penutupan pertanggungan asuransi jaminan
utama dan jaminan tambahan secara sepihak. Terhadap
perjanjian kredit tersebut, PENGGUGAT telah menjaminkan harta
benda yang dipertanggungkan berupa :....”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 20 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
1.2. Bahwa pertama-tama, Tergugat I perlu menyampaikan bahwa dalam
melakukan pertanggungan asuransi tersebut, Penggugat secara
nyata-nyata telah sepakat dan bahkan turut menandatangani
Perjanjian Pertanggungan No.02-23-06003228 beserta lampiran-
lampirannya (“Polis Asuransi”) yang merupakan dasar perikatan
pertanggungan antara Penggugat dan Tergugat I sekaligus menjadi
dasar penujukan Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian
(Loss Adjuster) oleh Tergugat I yang menjadi pokok gugatan
Penggugat dimana Penggugat menganggap bahwa penunjukkan
tersebut telah masuk dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum
oleh karena adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat
II. Oleh karena itu, adalah tidak benar dan berdasar apabila
Penggugat menyatakan bahwa penutupan pertanggungan asuransi
jaminan utama dan jaminan tambahan pada Turut Tergugat dilakukan
secara sepihak;
1.3. Bahwa selanjutnya, oleh karena yang menjadi dasar penujukan
Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) oleh
Tergugat I yang menjadi pokok gugatan Penggugat adalah Perjanjian
Pertanggungan (in casu Polis Asuransi), maka penyelesaian
sengketa in casu gugatan a-quo haruslah merujuk pada klausul
penyelesaian sengketa yang diatur dalam Polis Asuransi tersebut.
1.4. Bahwa Pasal 21 Sub Bagian “Klausul Penyelesaian Sengketa
(ARBITRASE)” dan Sub Bagian “KLAUSUL PENEYELESAIAN
SENGKETA (PENGADILAN)” Polis Asuransi, telah jelas menentukan
bahwa Penggugat diberikan kebebasan untuk memilih salah satu dari
klausul penyelesaian sengketa tersebut di atas, yaitu apakah melalui
forum arbitrase ataupun pengadilan;
1.5. Bahwa namun demikian, Lampiran Polis Asuransi sebagai Perjanjian
Ikutan (accesoir) dari Polis Asuransi (perjanjian Pokok), telah pula
menyatakan bahwa jangka waktu pertanggungan berdasarkan Polis
Asuransi adalah mulai dari tanggal 1 Mei 2003 sampai dengan 1 Mei
2004. Dengan demikian, klausul penyelesaian sengketa melalui
pengadilan in casu Pengadilan Negeri Medan, demi hukum harus
dinyatakan telah berakhir pula sejak tanggal 1 Mei 2004 dengan
berakhirnya Polis Asuransi sebagai perjanjian pokok;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 21 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
1.6. Bahwa meskipun klausul penyelesaian sengketa melalui pengadilan
telah berakhir dengan berakhirnya Polis Asuransi tersebut, namun
klausul penyelesaian sengketa melalui arbitrase berdasarkan
Perjanjian Arbitrase haruslah dinyatakan tetap berlaku berdasarkan
Pasal 10 UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (“UU Arbitrase”) yang selengkapnya
menyatakan:
Pasal 10 UU Arbitrase
“Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh
berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.”
1.7. Bahwa oleh karena klausul penyelesaian sengketa melalui
pengadilan telah berakhir dan klausul penyelesaian sengketa yang
berlaku adalah melalui forum arbitrase, maka Pasal 3 dan Pasal 11
UU Arbitrase telah menentukan:
Pasal 3 UU Arbitrase
“Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para
pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.”
Pasal 11 UU Arbitrase
(1) Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para
pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda
pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan
Negeri.
(2) Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan
di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan
melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan
dalam Undang-undang ini.
1.8. Berdasarkan hal-hal tersebut, sudah seharusnyalah Pengadilan
Negeri Medan berdasarkan ketentuan UU Arbitrase dan berdasarkan
kewajiban hukumnya yang diatur dalam Pasal 134 HIR jo. Pasal 160
RBg, menyatakan bahwa secara absolut tidak berwenang untuk
memeriksa, mengadili dan memutuskan permasalahan a-quo.
Bahwa oleh karena itu berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas
sesuai dengan Pasal 134 HIR jo. Pasal 160 RBg, Para Tergugat mohon
agar Majelis Hakim memutuskan terlebih dahulu Eksepsi Kompetensi
Absolut ini dalam satu putusan sela, dengan amar putusan:
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 22 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
MENGADILI
Menerima Eksepsi Kompetensi Absolut yang diajukan oleh Tergugat I;
Menyatakan Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang memeriksa dan
mengadili gugatan dalam perkara a-quo;
Menghukum Penggugat membayar biaya perkara;
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan berpendapat lain, Tergugat I
dengan ini menyampaikan eksepsi lainnya di luar Eksepsi Komptensi Absolut di
atas dengan uraian sebagai berikut:
2. Ekspesi Kompetensi Relatif
2.1. Bahwa Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang secara relatif untuk
memeriksa dan mengadili perkara a-quo oleh karena tempat
kedudukan Tergugat I dan Tergugat II tidak termasuk di dalam wilayah
hukum Pengadilan Negeri Medan;
2.2. Dalam perkara a-quo, Penggugat mengajukan Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum terhadap Tergugat I dan Tergugat II melalui
Pengadilan Negeri Medan padahal Tergugat I dan Tergugat II tidak
berkedudukan hukum di wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan;
2.3. Bahwa sebagaimana dapat dilihat pada Anggaran Dasar Tergugat I,
Tergugat I tidak berkedudukan hukum di wilayah hukum Pengadilan
Negeri Medan. Pada Anggaran Dasar Tergugat I sebagaimana
tertuang dalam Akta Berita Acara Nomor 5 tahun 2008 yang telah
disetujui melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Repubik Indonesia Nomor: AHU-65597.AH.01.02.Tahun 2008 tentang
Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan dalam Pasal
1 ditegaskan bahwa:
1. Perseroan terbatas ini bernama: “PT. ASURANSI WAHANA TATA
(selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini cukup disingkat dengan
“Perseroan”), berkedudukan di dalam Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan
Setiabudi, Kelurahan Kuningan, setempat dikenal sebagai Gedung
Asuransi Wahana Tata, Jalan Hajjah Rangkayo Rasuna Said
Kaveling C4.
2. Perseroan dapat membuka cabang-cabang atau perwakilan di
tempat-tempat lain, baik di dalam maupun di luar Wilayah Republik
Indonesia sebagaimana yang ditetapkan oleh Direksi.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 23 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2.4. Tempat kediaman atau kedudukan perseroan terbatas diatur dalam
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut “UU Perseroan Terbatas“), yang
berbunyi sebagai berikut:
(1) Perseroan mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau
kabupaten dalam wilayah Republik Indonesia yang ditentukan
dalam anggaran dasar.
(2) Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.
Berdasarkan Pasal 17 UU Perseroan Terbatas, tempat kedudukan
perseroan adalah sesuai yang ditentukan dalam anggaran dasar, yang
sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.
Dengan fakta bahwa anggaran dasar Tergugat menyebutkan bahwa
Tergugat I berkedudukan di Jakarta Selatan, maka TERBUKTI bahwa
secara hukum kedudukan Tergugat I adalah di Jakarta Selatan;
2.5. Bahwa selain itu, sebagaimana dinyatakan dan diakui pula oleh
Penggugat dalam Gugatan halaman 1 bahwa Tergugat II
berkedudukan di Prince Centre Building 7th Floor Jl.Jend. Sudirman
Kav.3-4, Jakarta Pusat, maka TERBUKTI pula bahwa secara hukum
kedudukan Tergugat II adalah di Jakarta Pusat;
2.6. Bahkan lebih jauh, berdasarkan Anggaran Dasar Turut Tergugat
melalui Akta Perubahan Terakhir Atas Dasar Keputusan Pada Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa Tanggal 29 September 2003
dalam website Turut Tergugat, yaitu http://www.bankmandiri.co.id/
corporate01/ad-20030929r.pdf,Turut Tergugat pun tidak berkedudukan
di Medan dimana pada Pasal 1 Anggaran Dasar Turut Tergugat
tersebut menyatakan :
1. Perseroan terbatas ini bernama: “PERUSAHAAN PERSEROAN
(PERSERO) PT. BANK MANDIRI Tbk.“ disingkat “ PT. BANK
MANDIRI Tbk.“. (selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini cukup
disingkat dengan “Perseroan”), berkedudukan dan berkantor pusat
di Jakarta.
2. Perseroan dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat-
tempat lain, baik di dalam maupun di luar Wilayah Republik
Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi dengan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 24 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
persetujuan dari Komisaris serta dengan mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.7. Bahwa Pasal 118 ayat (2) H.I.R. jo. Pasal 142 ayat (2) RBg mengatur
bahwa “ Jika yang digugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak
tinggal di daerah hukum pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan
itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat salah seorang
tergugat yang dipilih oleh penggugat. Jika yang digugat itu adalah
seorang debitur utama dan seorang penanggungnya maka tanpa
mengurangi ketentuan pasal 6 ayat (2) "Reglemen Susunan
Kehakiman dan Kebijaksanaan mengadili di Indonesia", tuntutan
itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal debitur
utama atau salah Seorang debitur utama..” (Pasal 118 ayat (2))
”Dalam hal ada beberapa tergugat yang tempat tinggalnya tidak
terletak di dalam wilayah satu pengadilan negeri, maka gugatan
diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berada di wilayah satu
di antara para tergugat, menurut pilihan penggugat. Dalam hal para
tergugat berkedudukan sebagai debitur dan penanggungnya, maka
sepanjang tidak tunduk kepada ketentuan –ketentuan termuat dalam
ayat (2) pasal 6 Reglemen susunan kehakiman dan kebijaksanaan
mengadili di Indonesia. Gugatan diajukan kepada ketua pengadilan
negeri tempat tinggal orang yang berutang pokok (debitur pokok) atau
seorang diantara para debitur pokok” (Pasal 142 ayat (2) RBg)
2.8. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 118 HI.R. jo.142 ayat (2) RBg,
Retnowulan dalam bukunya “Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek” menerangkan bahwa gugatan harus diajukan secara tepat
kepada badan peradilan yang benar-benar berwenang untuk mengadili
perkara tersebut. Dalam perkara pada tingkat pertama yang termasuk
lingkup wewenang pengadilan negeri, gugatan harus diajukan kepada
ketua pengadilan negeri yang berwenang untuk mengadili perkara
tersebut (wewenang/kompetensi relatif) sebagaimana diatur dalam
Pasal 118 H.I.R. (vide Retnowulan Sutantio dan Iskandar
Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,
cetakan kesebelas, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 11);
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 118 H.I.R jo. Pasal 142 RBg.,
gugatan harus diajukan ke ketua pengadilan negeri di tempat
kediaman Tergugat I atau Tergugat II.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 25 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2.9. Bahwa oleh karena berdasarkan Anggaran Dasar Tergugat I maupun
Tergugat II, kedudukan hukum Tergugat I dan Tergugat II adalah di
Jakarta Selatan dan di Jakarta Pusat, bukan di Medan, maka
berdasarkan Pasal 118 ayat (1) dan (2) H.I.R. jo. Pasal 142 ayat (1)
dan (2) RBg., Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang secara relatif
untuk mengadili perkara a-quo. Dengan demikian Eksepsi Kompetensi
Relatif sangat beralasan untuk dikabulkan;
2.10. Bahwa ketentuan Pasal 125 ayat (2) HIR jo. Pasal 149 ayat (2) RBg
menyatakan: “ akan tetapi jika tergugat, di dalam surat jawabannya
yang tersebut pada pasal 121, mengemukakan perlawanan (exeptie)
bahwa pengadilan negeri tidak berkuasa mengadili perkaranya, maka
meskipun ia sendiri atau wakilnya tidak hadir, ketua pengadilan negeri
wajib memberi keputusan tentang perlawanan itu, sesudah
didengarnya penggugat dan hanya jika perlawanan itu tidak diterima,
maka ketua pengadilan negeri memutuskan tentang perkara itu;”
(Pasal 125 ayat (2) HIR)
“Bila Tergugat dalam surat jawabannya seperti yang dimaksud dalam
Pasal 145 mengajukan sanggahan tentang kewenangan pengadilan
negeri itu, maka pengadilan negeri, meskipun tergugat tidak hadir, dan
setelah mendengar penggugat harus mengambil keputusan tentang
sanggahan itu dan hanya jika sanggahan itu tidak dibenarkan,
mengambil putusan tentang pokok perkaranya” (Pasal 149 ayat (2)
RBg)
2.11. Dengan demikian, sudah seharusnyalah Pengadilan Negeri Medan
berdasarkan ketentuan Pasal 125 ayat (2) jo. Pasal 133 H.I.R. jo. Pasal
149 ayat (2) RBg jo. Pasal 159 RBg dalam satu putusan sela sebelum
memeriksa pokok perkara memutuskan menyatakan secara relatif tidak
berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara a-
quo dan menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Bahwa oleh karena itu berdasarkan alasan tersebut di atas, sesuai dengan
Pasal 125 ayat (2) jo. Pasal 133 H.I.R., jo. Pasal 149 ayat (2) RBg jo. Pasal
159 RBg Tergugat I mohon agar Majelis Hakim memutuskan terlebih dahulu
Eksepsi Kompetensi Relatif ini dalam satu putusan sela yang sekaligus
sebagai putusan akhir dengan amar putusan:
MENGADILI
Menerima Eksepsi Kompetensi Relatif yang diajukan oleh Tergugat I;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 26 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Menyatakan Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang memeriksa dan
mengadili gugatan a-quo;
Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima karena Pengadilan
Negeri Medan tidak berwenang;
Menghukum Penggugat membayar biaya perkara;
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan berpendapat lain, Tergugat I
dengan ini menyampaikan dalil-dalil eksepsi lainnya di luar Eksepsi Kompetensi
Relatif di atas dengan uraian sebagai berikut:
EKSEPSI-EKSEPSI LAINNYA
Bahwa segala sesuatu yang telah diuraikan dalam bagian Eksepsi Kompetensi
Absolut dan Eksepsi Kompetensi Relatif menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisah (mutatis mutandis) dengan bagian Eksepsi-Eksepsi lainnya di bawah
ini;
3. Eksepsi Gugatan Penggugat Kurang Pihak Tergugat (Exceptio Plurium Litis
Consortium); Penanggung dalam Perjanjian Asuransi BUKAN hanya
Tergugat I. Perusahaan Asuransi Lainnya sebagai Pihak yang Bersama-
sama dengan Tergugat I Menanggung Asuransi Sudah Seharusnya
Disertakan dalam Gugatan A-Quo
3.1. Bahwa apabila Majelis Hakim berpendapat bahwa Majelis Hakim
berwenang mengadili perkara a-quo, maka setidak-tidaknya gugatan
Penggugat harus dinyatakan kurang pihak karena perusahaan
asuransi lainnya sebagai pihak yang bersama-sama menanggung
asuransi sudah seharusnya disertakan dalam gugatan a-quo;
3.2. Bahwa sebagaimana diuraikan sebelumnya, permasalahan dalam
perkara a-quo adalah Penggugat menganggap bahwa perbuatan
Tergugat I yang melakukan penunjukan terhadap terhadap Tergugat II
selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) telah masuk
dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum oleh karena adanya
hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II sehingga telah
mengakibatkan kerugian bagi Penggugat baik materiil maupun
immateriil sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.
Adapun dasar penunjukan Tergugat II selaku Perusahaan Penilai
Kerugian (Loss Adjuster) oleh Tergugat I yang menjadi pokok gugatan
Penggugat adalah Polis Asuransi;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 27 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3.3. Bahwa dalam Lampiran Polis Asuransi, yaitu Klausula Ko-Asuransi,
telah dinyatakan bahwa :
“1. Polis ini merupakan polis Ko-Asuransi dengan para peserta Ko-
Asuransi serta sahamnya di bawah ini.
2. Peserta Ko-Asuransi, masing-masing untuk diri sendiri dan tidak
satu untuk lainnya, bertanggung jawab secara terpisah dan sendiri-
sendiri, hanya untuk jumlah atau bagian kerugian yang terjamin
oleh polis ini yang sebanding dengan kepesertaan masing-masing
peserta terhadap seluruh jumlah kewajiban peserta Ko-Asuransi
yang lainnya.
3. Setiap perjanjian atau keputusan yang dibuat antara Tertanggung
dengan PT Asuransi Wahana Tata yang berhubungan dengan
polis ini akan bersifat tetap dan mengikat terhadap peserta Ko-
Asuransi lainnya.
Polis Nomor : 02-23-06003228/01
1. PT Asuransi Wahana Tata (55 %)
2. PT Asuransi Staco Jasapratama (15%)
3. PT Asuransi Dharma Bangsa (15%)
4. PT Asuransi Ramayana (15%)”
3.4. Bahwa oleh karena itu, apabila Penggugat hendak
mempermasalahkan keputusan Tergugat I yang melakukan
penunjukan terhadap Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian
(Loss Adjuster), maka PT Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi
Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana seharusnya turut pula
diikutsertakan sebagai Tergugat dalam perkara a-quo oleh karena PT
Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT
Asuransi Ramayana juga bertanggung jawab sesuai dengan
prosentase penanggungannya sebagaimana butir 2 Klausula Ko-
Asuransi tersebut di atas ;
3.5. Walaupun dalam satu Putusan MA RI dinyatakan bahwa siapa-siapa
yang dicantumkan namanya dalam gugatan merupakan hak dari
Penggugat, namun demikian, apabila ditelaah lebih dalam, gugatan a-
quo - tidak bisa tidak - harus mengikutsertakan PT Asuransi Staco
Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi
Ramayana tersebut karena pihak-pihak ini akan terikat secara hukum
terhadap segala konsekuensi yuridis dikeluarkannya suatu keputusan
terkait polis tersebut oleh Tergugat I. Ketiadaan pihak-pihak ini,
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 28 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
sengaja tidak digugat oleh Penggugat untuk membuat kabur duduk
permasalahan yang sebenarnya dan justru menunjukkan bahwa
Penggugat menggugat Tergugat I dengan alasan yang mengada-ada
dan tanpa dasar hukum;
3.6. Bahwa lebih jauh, terkait perkara a-quo, sesungguhnya Mahkamah
Agung melalui Putusan MA No.664 PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012
jo. Putusan MA No.911 K/Pdt/2009 tanggal 19 Agustus 2009 jo.
Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal
11 September 2007 jo. Putusan PN Medan No.58/Pdt.G/2006 tanggal
14 Agustus 2006, dalam perkara dengan objek permasalahan yang
persis sama dengan perkara ini telah memberikan pertimbangan
diantaranya sebagai berikut :
Alinea Ketiga Halaman 63 Putusan PN Medan No.58/Pdt.G/2006
tanggal 14 Agustus 2006 yang telah dikuatkan melalui Putusan MA
No.664 PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911
K/Pdt/2009 tanggal 19 Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi
Medan No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007 :
“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan kami
tersebut di atas, maka Pengadilan Negeri berpendapat : oleh karena
tiga perusahaan asuransi lainnya yang bertindak sebagai penanggung
di dalam perkara ini tidak turut digugat, maka gugatan penggugat
dipandang kurang pihak dan oleh karenanya pula gugatan Penggugat
haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;”
Namun demikian, Penggugat dalam perkara a-quo juga tetap tidak
turut menggugat tiga perusahaan asuransi lainnya yaitu PT Asuransi
Staco Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi
Ramayana yang bertindak sebagai penanggung tersebut, meskipun
secara nyata-nyata menurut formalitas hukum acara perdata dan
berdasarkan putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan
hukum tetap dan mengikat bagi Penggugat, telah dinyatakan secara
tegas Penggugat dalam gugatannya harus mengikutsertakan tiga
perusahaan asuransi lainnya sebagai tergugat;
3.7. Bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI, yaitu
Putusan Mahkamah Agung Nomor 186/R/Pdt/1984 maupun Putusan
Mahkamah Agung Nomor 2438 K/Sip/1980 tanggal 22 Maret 1982
yang kaedahnya pada intinya menyatakan bahwa oleh karena pihak-
pihak yang seharusnya turut digugat tidak dijadikan Tergugat dalam
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 29 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
gugatan, maka gugatan menjadi cacat error in persona dalam bentuk
plurium litis consortium.
3.8. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka gugatan Penggugat yang
tidak mengikutsertakan 3 (tiga) perusahaan asuransi lainnya sebagai
Tergugat dalam perkara a-quo mengakibatkan gugatan a-quo menjadi
gugatan kurang pihak dan oleh karena itu sudah seharusnya
dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Eksepsi Ne Bis In Idem atau Res Judicata (Exceptie van Gewijsde Zaak)
4.1. Bahwa sebagaimana diuraikan dalam dalil Penggugat pada Gugatan
butir 11 s/d 14 halaman 4 dan 5, dalil-dalil yang dikemukakan persis
sama dengan materi pokok dari Putusan Yang telah berkekuatan
hukum tetap. Dalam Butir 8 s/d 10 halam 4 s/d 6 Putusan PN Medan
No.58/Pdt.G/2006 (selanjutnya telah dikuatkan melalui Putusan MA
No.664 PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911
K/Pdt/2009 tanggal 19 Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi
Medan No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007) jelas
menunjukkan bahwa pokok permasalah yang dipersoalkan oleh
penggugat adalah penilaian nilai klaim untuk mesin granulator oleh
Tergugat I melalui Tergugat II yang dianggap keliru oleh Penggugat.
4.2. Bahkan, apabila Majelis Hakim yang terhormat memperhatikan nilai
kerugian materiil berdasarkan Harga Electronic Control System Mesin
Granulator dalam gugatan penggugat maupun pada gugatan
sebelumnya yang telah diputusan dalam Putusan MA di atas, maka
dapat diketahui bahwa nilainya pun persis sama, yaitu sejumlah Rp
8.801.679.000.00 (Delapan milyar delapan ratus satu juta enam ratus
tujuh puluh sembilan ribu Rupiah) atau setara SGD 1.692.630.00 (One
million ninety two thousand six hundred and thirty Singapore dollars).
4.3. Bahwa Penggugat dalam uraian gugatannya yaitu angka 7 s/d 9
memberikan uraian terkait afiliasi dengan menunjuk pada Bukti P-24
dan Bukti P-25. lebih lanjut dijelaskan bahwa:
Penggugat dalam gugatannya halaman 2 menyatakan bahwa Bukti P-
24 adalah sebagai berikut:
“A. TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA)
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per 31 Des 2005 dan 2004 yang
dimuat di Harian KOMPAS halaman 26, tanggal 26 Mei 2006)
(Bukti P-24)”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 30 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Kemudian Penggugat kembali menjelaskan dalam halaman 3
gugatannya bahwa Bukti P-25 adalah sebagai berikut:
“B. TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD
THG)
(berdasarkan Salinan Berita Negara RI No. 2869/2000 halaman
17) (Bukti P-25)”;
Bahwa bukti P-24 dan bukti P-25 yang diuraikan Pengugat dalam
gugatannya tersebut adalah bukti-bukti yang persis sama dengan bukti
P-24 dan Bukti P-25 yang disebutkan dalam Putusan MA No.664
PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012, halaman 42 yang menyatakan:
“P – 24 : Foto Copy Laporan Keuangan Asuransi Wahana Tata per
31 Desember 2005 dan 2004 yang berisi susunan
organisasi perusahaan dimuat dalam harian Kompas,
halaman 26, tanggal 8 Mei 2006 (Ada Asli)”
“P-25 : Foto Copy Tambahan Berita Negara RI tanggal
17/12/1991No. 101 (Pernyataan Keputusan Rapat PT
Satria Dharma Pusaka nomor 1), dan Tambahan berita
Negara RI tanggal 6/6/2000 No. 45 (Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor: C2-27338 HT.01.04.Th.98) (Copy,
Asli pada instansi berwenang)
Bahwa berdasarkan hal tersebut bukti-bukti yang diajukan oleh
Penggugat untuk gugatan a-quo ini adalah bukti-bukti yang sama
dengan bukti-bukti perkara yang telah diputuskan dalam Putusan MA
No.664 PK/Pdt/2011.
4.4. Bahwa adapun amar Putusan MA No.664 PK/Pdt/2011 tanggal 23
April 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah :
MENGADILI
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon
Peninjauan Kembali : PT. ASURANSI WAHANA TATA tersebut.
Membatalkan putusan Mahkamah Agung No.911 K/Pdt/2009
tanggal 19 Agustus 2009.
MENGADILI KEMBALI
DALAM EKSEPSI
– Menerima Eksepsi dari Tergugat I dan Tergugat II di atas;
DALAM POKOK PERKARA
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 31 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
– Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijke Verklaard)
_ Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara yang
hingga saat ini dihitung sebesar Rp.199.000,- (seratus sembilan
puluh sembilan ribu rupiah).
4.5. Bahwa memang M. Yahya Harahap S.H. dalam bukunya “Hukum
Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian
dan Putusan Pengadilan” Cetakan Kedua, Juni 2005 yang diterbitkan
oleh Sinar Grafika, pada halaman 443 menyatakan bahwa terdapat
jenis putusan negatif yang tidak melekat padanya unsur ne bis in idem,
antara lain gugatan mengandung cacat formil mengenai pihak. Namun
demikian, mohon perhatian Majelis Hakim yang terhormat dimana
dalam Putusan MA yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut,
Penggugat mengajukan Gugatan Wanprestasi. Sementara dalam
perkara a-quo, Penggugat mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum sehingga hal-hal sebagaimana diuraikan di atas tidaklah
berlaku dalam perkara a-quo.
4.6. Oleh karena itu, apabila Penggugat hendak mengajukan gugatan
kepada Tergugat I berdasarkan Putusan MA yang telah berkekuatan
hukum tersebut, maka sesuai ketentuan hukum acara perdata,
Penggugat seharusnya kembali mengajukan gugatan wanprestasi
kepada Tergugat I dan mengikutsertakan pihak-pihak yang diharuskan
untuk turut digugat, yaitu PT Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi
Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana;
4.7. Bahwa tindakan Penggugat yang menguraikan kembali dalil-dalil
materi pokok putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam
gugatan ini telah melanggar asas ne bis in idem sebagaimana diatur
dalam :
1. Putusan MA RI No. 1149 K/Sip/1982 tertanggal 21 April 1983 yang
kaedah hukumnya menyatakan:
Terhadap suatu perkara, dihubungkan dengan perkara terdahulu,
yang telah diputuskan oleh Mahkamah Agung, berlaku asas ne bis
in idem, mengingat sasaran kedua perkara itu pada hakikatnya
adalah sama, yaitu pernyataan tidak sah jual beli tanah; pihak
pokoknya juga sama;
2. Putusan MA RI No. 1226 K/PDT/2001 tertanggal 20 Mei 2002 yang
kaedah hukumnya menyatakan:
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 32 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Meskipun kedudukan subjeknya berbeda, objeknya sama dengan
perkara yang telah diputus terdahulu dan sudah berkekuatan hukum
tetap, sehingga gugatan dinyatakan ne bis in idem.
4.8. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Gugatan Penggugat yang
membahas kembali materi atas putusan yang sudah berkekuatan
hukum tetap, telah melanggar asas ne bis in idem dan harus
dinyatakan tidak dapat diterima.
5. Eksepsi Gugatan Penggugat Prematur; Penggugat selaku Tertanggung
Belum Pernah Memberitahukan Pilihan Penyelesaian Sengketa kepada
Tergugat I selaku Penanggung
5.1. Bahwa sebagaimana diuraikan Tergugat I dalam bagian 1.1. di atas,
Penggugat secara nyata-nyata telah sepakat dan bahkan turut
menandatangani PolisAsuransi yang merupakan dasar perikatan
pertanggungan antara Penggugat dan Tergugat I sekaligus menjadi
dasar penujukan Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss
Adjuster) oleh Tergugat I yang menjadi pokok gugatan Penggugat
dimana Penggugat menganggap bahwa penunjukkan tersebut telah
masuk dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum oleh karena adanya
hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II;
5.2. Bahwa dalam Pasal 21 tentang Perselisihan pada Polis Asuransi
tersebut dinyatakan sebagai berikut :
“Apabila Timbul sengketa antara Penanggung dan Tertanggung sebagai
akibat penafsiran atau pelaksanaan dari Polis ini akan diselesaikan
melalui perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling lama 60
(enam puluh) hari sejak terjadi sengketa. Sengketa terjadi sejak
Tertanggung dan Penanggung menyatakan secara tertulis ketidak
sepakatan atas hal yang dipersengketakan. Apabila penyelesaian
sengketa melalui perdamaian atau musyawarah tidak dapat dicapai,
Penanggung memberikan kebebasan kepada Tertanggung untuk
memilih salah satu dari klausul penyelesaian sengketa sebagaimana
diatur berikut ini untuk menyelesaikan persengketaan tersebut dan
pilihan cara penyelesaian sengketa tersebut selanjutnya tidak dapat
dicabut atau dibatalkan. Tertanggung wajib untuk memberitahukan
pilihannya tersebut kepada Penanggung dengan surat tercatat,
telegram, telex, facsimile, E-mail atau dengan buku ekspedisi.”
5.3. Bahwa selanjutnya, Pasal 5 ayat (2.2) Polis Asuransi telah pula
mengatur landasan penujukan Tergugat II selaku Perusahaan Penilai
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 33 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Kerugian (Loss Adjuster) oleh Tergugat I yang menjadi pokok gugatan
Penggugat, dimana dinyatakan sebagai berikut :
“Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, Tertanggung wajib :
...
(2.2) memberikan bantuan sepenuhnya kepada Penanggung atau
wakilnya atau pihak lain yang ditunjuknya untuk melakukan
penelitian atas kerugian atau kerusakan yang terjadi;”
5.4. Bahwa oleh karena gugatan a-quo timbul sebagai akibat pelaksanaan
Polis Asuransi in casu penunjukan Tergugat II selaku Perusahaan
Penilai Kerugian (Loss Adjuster) oleh Tergugat I sebagaimana dimaksud
Pasal 5 ayat (2.2) Polis Asuransi di atas, maka Penggugat seharusnya
terlebih dahulu memberitahukan pilihan penyelesaian sengketa tersebut
kepada Penanggung melalui surat tercatat, telegram, telex, facsimile, E-
mail atau dengan buku ekspedisi sebagaimana ditentukan Pasal 21
Perjanjian Asuransi;
5.5. Bahwa oleh karena Penggugat tidak pernah memberitahukan pilihan
penyelesaian sengketa tersebut kepada Tergugat I selaku Penanggung,
maka Gugatan Penggugat merupakan suatu Gugatan yang Prematur
sehingga Gugatan tersebut haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
6. Eksepsi Gugatan Penggugat kabur (Obscuur Libel)
6.1. Penggugat Mengajukan 2 (Dua) Petitum yang Berbeda dalam 1 (Satu)
Gugatan
1) Bahwa apabila Majelis Hakim yang terhormat mencermati Gugatan
Penggugat secara keseluruhan, maka secara terang dan nyata
dapat ditemukan bahwa Penggugat mengajukan 2 (dua) petitum
yang berbeda dalam 1(satu) gugatan;
2) Adapun petitum pertama diuraikan oleh Penggugat pada halaman 9
dan 10 dengan mencantumkan 6 butir tuntutan. Namun demikian,
Penggugat kemudian mencantumkan kembali petitum kedua yang
berbeda dengan petitum pertama, yaitu pada halaman 10 dan 11
dimana petitum kedua tersebut terbagi dalam 2(dua) bagian, yaitu
bagian “Dalam Provisi” dan “Dalam Pokok Perkara”. Selanjutnya
Penggugat pada bagian “Dalam Pokok Perkara” menguraikan 8 butir
tuntutan yang juga berbeda dengan petitum pertama gugatan;
3) Bahwa perbuatan Penggugat yang mengajukan 2 (dua) petitum
yang berbeda menunjukkan bahwa gugatan a-quo merupakan suatu
gugatan yang dbuat dengan cara asal-asalan serta tanpa mengikuti
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 34 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
kaedah-kaedah pembuatan suatu gugatan berdasarkan hukum
acara perdata. Hal ini tentunya menyebabkan kerugian bagi
Tergugat I oleh karena Tergugat I mengalami kebingungan dalam
mengajukan bantahan maupun tanggapan atas dalih-dalih
Penggugat dalam gugatannya, utamanya tentang petitum
Penggugat dalam gugatannya;
4) Padahal menurut Pasal 8 Rv, pokok-pokok gugatan harus disertai
kesimpulan yang jelas dan tertentu (een duidelijk en bepaalde
conclusie). Lebih jauh, (i) Putusan MA No.492 K/Sip/1970 telah
menentukan bahwa petitum dinyatakan tidak jelas karena tidak
menyebut secara tegas apa yang dituntut; dan (ii) Putusan MA
No.582 K/Sip/1973 juga menentukan bahwa oleh karena petitum
gugatan tidak jelas, gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Dengan demikian, gugatan a-quo merupakan gugatan yang kabur
oleh karena petitum tidak jelas dan selanjutnya Gugatan dinyatakan
tidak dapat diterima.
6.2. Antara Posita Dan Petitum Gugatan Tidak Logis, Tidak Konsisten Dan
Saling Bertentangan
1) Bahwa selanjutnya, dalam uraian petitum gugatan butir 3 halaman
10, Penggugat memohon Majelis Hakim yang terhormat sebagai
berikut :
“Menyatakan peletakan Sita REVINDIKATOR BESLAG atas :....”
2) Bahwa namun demikian, dalam uraian positanya pada Butir 22
halaman 9 Gugatan, Penggugat menguraikan sebagai berikut :
“Bahwa untuk menjamin pelaksanaan putusan kelak, dan karena
ada kekhawatiran bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta
TURUT TERGUGAT akan mengasingkan harta bendanya karena
tuntutan ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1365
KUHPerdata, maka PENGGUGAT mohon kiranya Majelis Hakim
Yang Terhormat dapat meletakkan Sita Jaminan (Conservatoire
Beslag) atas barang-barang tetap.....”
3) Bahwa berdasarkan hal di atas, maka jelas bahwa Penggugat telah
menguraikan petitum yang nyata-nyata berbeda dengan posita
gugatannya dimana REVINDIKATOR BESLAG jelas berbeda
dengan Conservatoire Beslag;
4) Bahwa selain itu, Penggugat dengan itikad tidak baik telah pula
memohon kepada Majelis Hakim yang terhormat dalam petitumnya
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 35 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
halaman 9 pada bagian “Dalam Provisi” dan “Dalam Pokok Perkara”
butir 5 yang pada pokoknya agar Majelis Hakim yang terhormat
segera menghentikan proses sita jaminan dan eksekusi sesuai
dengan Surat Penetapan Pengadilan Negeri Medan
No.64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 tentang
Eksekusi sita Hak Tanggungan kepada Penggugat hingga perkara
a-quo mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
5) Bahwa permohonan tersebut muncul dalam petitum gugatan tanpa
adanya uraian sama sekali pada posita gugatan tentang bagaimana
Surat Penetapan tersebut keluar dan apakah ada hubungannya
dengan perkara a-quo. Tanpa bermaksud untuk berpraduga
terhadap Penggugat, Tergugat I dengan ini memohon kepada
Majelis Hakim yang Terhormat untuk mencermati adanya itikad
Penggugat untuk mengaitkan gugatan ini dengan Perjanjian Kredit
antara Penggugat dan Turut Tergugat sehingga pada akhirnya Turut
Tergugat tidak dapat menegakkan hak-hak keperdataannya
berdasarkan perjanjian kredit tersebut;
6) Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI yaitu
Putusan Mahkamah Agung No. 28 K/Sip/1973 terdapat kaidahnya
yang intinya menyatakan bahwa petitum yang bertentangan dengan
posita gugatan haruslah dinyatakan tidak dapat diterima, sehingga
gugatan a-quo haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
6.3. Penggugat Menuntut Penggabungan Tanggung Jawab Tergugat I,
Tergugat II Dan Turut Tergugat Dengan Cara Membayar Secara
Tanggung Renteng, Meskipun Ketiganya Memiliki Hubungan Hukum
Yang Berbeda Dengan Penggugat
1) Bahwa Penggugat dalam Butir 4 petitum pertama gugatannya
menyatakan sebagai berikut :
“Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT secara tanggung renteng untuk membayar kerugian
PENGGUGAT...”
Sementara itu, dalam Butir 6 petitum kedua gugatannya, Penggugat
menyatakan sebagai berikut :
“Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT untuk membayar ...”
2) Bahwa pada kenyataannya, Penggugat memiliki hubungan hukum
yang berbeda-beda dengan Tergugat I, Tergugat II dan Turut
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 36 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Tergugat. Penggugat memiliki hubungan hukum dengan Tergugat I
berdasarkan Polis Asuransi. Sementara itu, hubungan hukum antara
Penggugat dan Turut Tergugat timbul setelah adanya Perjanjian
Kredit antara Penggugat dan Turut Tergugat. Di sisi lain, Penggugat
justru tidak memiliki hubungan hukum dengan Tergugat II;
3) Bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) Rv, dinyatakan bahwa:
“pemberitahuan gugatan harus memuat upaya-upaya dan pokok
gugatan disertai kesimpulan yang jelas dan tertentu” atau dengan
kata lain surat gugat itu harus disusun secara sistematis dengan
unsur-unsur identitas para pihak, dalil-dalil konkrit tentang adanya
hubungan hukum yang merupakan dasar diajukannya suatu
gugatan dan petitum;
4) Bahwa sejalan dengan Pasal 8 ayat (3) Rv tersebut, asas dasar
utama yang penting dalam hukum acara perdata yang harus
dipenuhi dalam mengajukan gugatan adalah asas tiada gugatan
tanpa kepentingan hukum, point d’ interest point d’ action. Asas ini
menurut Prof Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. mengandung arti:
“bahwa suatu tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum
yang cukup, merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya
tuntutan hak itu oleh pengadilan guna diperiksa: point d’ interest
point d’ action”. (Hukum Acara Perdata Indonesia; Prof. Dr. Sudikno
Mertokusumo, S.H. halaman 49);
5) Bahwa namun demikian, Penggugat ternyata melakukan kekeliruan
dengan menggabungkan hubungan hukum yang berbeda ke dalam
satu gugatan. Bahkan Penggugat sendiri tidak memiliki hubungan
hukum dengan Tergugat II;
6) Bahwa dengan demikian, perbuatan Penggugat yang menuntut
penggabungan tanggung Jawab Tergugat I, Tergugat II Dan Turut
Tergugat dengan cara membayar secara tanggung renteng,
meskipun ketiganya memiliki hubungan hukum yang berbeda
dengan Penggugat merupakan hal yang keliru dan oleh karenanya
gugatan a-quo merupakan suatu gugatan yang kabur dan harus
dinyatakan tidak dapat diterima.
Berdasarkan uraian eksepsi-eksepsi di atas, Tergugat I mohon agar
Majelis Hakim perkara a-quo menyatakan dalam amar putusannya:
1. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 37 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Selanjutnya, Tergugat I sekaligus dengan ini menyampaikan jawaban dalam
pokok perkara sebagaimana diuraikan di bawah ini.
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat I menolak seluruh dalil-dalil gugatan yang diajukan oleh
Penggugat baik dalam Gugatan, kecuali yang dengan tegas dan tertulis
dinyatakan sebaliknya oleh Tergugat I;
2. Bahwa seluruh dalil-dalil yang telah diuraikan dalam bagian Eksepsi
secara mutatis mutandis menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah
dengan pokok perkara;
3. Bahwa Tergugat I menolak dalil-dalil gugatan Penggugat dengan alasan
sebagai berikut:
KRONOLOGIS PERKARA
Bahwa sebelum Tergugat I menguraikan dengan rinci penolakan atas
dalil-dalil Gugatan Penggugat, terlebih dahulu Tergugat akan menguraikan
kronologis perkara yang sebenarnya terjadi guna memberikan gambaran
sebenarnya jalannya perkara ini sehingga Majelis Hakim dapat memahami
duduk permasalahannya secara obyektif sebagai berikut;
1. Bahwa Penggugat sebagai Tertanggung telah mengadakan Perjanjian
Asuransi dengan para Penanggung, sebagaimana dituangkan dalam Polis
Asuransi, sebagai berikut :
Ikhtisar Pertanggungan – Polis Standar Kebakaran Indonesia, Nomor Polis :
02-23-06003228, nama Tertanggung : PT Pupuk Subur Makmur, jangka
waktu pertanggungan : dari tanggal 01 Mei 2003 sampai dengan 01 Mei
2004, dengan harga pertanggungan :
1.1.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.1.700.000.000,-;
1.1.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.13.000.000.000,-;
1.1.3.Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan Barang Jadi
Pupuk, sebesar 8.700.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.23.400.000.000,- (dua puluh tiga milyar
empat ratus juta Rupiah)
Kemudian, atas permintaan Penggugat, Polis tersebut telah diubah
beberapa kali, berturut-turut sebagaimana terlihat dalam:
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 38 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
1.1. Lampiran No.01 tanggal 09 Mei 2003, terlekat pada polis 02-23-
06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan harga
pertanggungan :
1.2.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.1.690.000.000,-;
1.2.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.12.985.000.000,-;
1.2.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan Barang
Jadi Pupuk, sebesar 8.500.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.23.175.000.000,- (dua puluh tiga
milyar seratus tujuh puluh lima juta Rupiah)
1.2. Lampiran No.02 tanggal 28 Oktober 2003, terlekat pada polis 02-23-
06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan harga
pertanggungan :
1.3.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.3.890.000.000,-;
1.3.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.12.985.000.000,-;
1.3.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan Barang
Jadi Pupuk, sebesar 13.500.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.30.375.000.000,- (tiga puluh milyar
tiga ratus tujuh puluh lima juta Rupiah)
1.3. Lampiran No.03 tanggal 09 Desember 2003, terlekat pada polis 02-23-
06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan harga
pertanggungan :
1.4.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.3.890.000.000,-;
1.4.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.28.789.115.000,-;
1.4.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan Barang
Jadi Pupuk, sebesar 13.500.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.46.179.115.000,- (empat puluh enam
milyar seratus tujuh puluh sembilan juta seratus lima belas ribu Rupiah)
2. Bahwa dalam Polis Asuransi tersebut di atas, Para Penanggung terdiri dari:
1. Tergugat I sebagai Leader dengan porsi pertanggungan sebesar 55 %;
2. PT Asuransi Staco Jasapratama sebagai Member/Anggota dengan porsi
pertanggungan sebesar 15%;
3. PT Asuransi Dharma Bangsa sebagai Member/Anggota dengan porsi
pertanggungan sebesar 15%; dan
4. PT Asuransi Ramayana sebagai Member/Anggota dengan porsi
pertanggungan sebesar 15%;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 39 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Bahwa pada tanggal 1 April 2004, yaitu 1 (satu) bulan sebelum habisnya
jangka waktu pertanggungan, telah terjadi kebakaran di Pabrik milik
Penggugat yang berlokasi di Jl.Tengkul/Jl.Seruai No.8, Medan Labuhan,
Sumatera Utara dimana sebab kebakaran tersebut adalah tersulutnya
barang-barang yang mudah terbakar (combustible material), bertemunya
uap tinner dengan panas yang ditimbulkan oleh reaksi eksoterm,
sebagaimana disebutkan pada butir VI.2. Berita Acara Pemeriksaan Teknis-
Laboratoris Forensik oleh Laboratorium Forensik POLRI Cabang Medan
tanggal 12 April 2004. Kebakaran tersebut menimbulkan kerusakan harta
benda dan kerugian bagi Penggugat, yaitu kerugian atau kerusakan
bangunan, mesin printing/sablon di ruang cetak, hydraulic hand forklift,
peralatan mesin/panel listrik untuk mesin granulator dan stock barang;
4. Bahwa dalam Pasal 5 ayat (2.2) Perjanjian Asuransi dinyatakan :
“Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, Tertanggung wajib :..
(2.2) memberikan bantuan sepenuhnya kepada Penanggung atau wakilnya
atau pihak lain yang ditunjuknya untuk melakukan penelitian atas kerugian
atau kerusakan yang terjadi;”
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Para Penanggung
menunjuk suatu Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster), yaitu PT
Satria Dharma Pusaka Crawford THG (Tergugat II). Selanjutnya, pada
tanggal 6 April 2004, Tergugat II telah melakukan penelitian atas kerugian
atau kerusakan yang terjadi di lokasi kebakaran.
5. Bahwa mengenai ganti rugi untuk pertanggungan Bangunan, Mesin
sablon/Cetak, Forklift dan Barang-Barang Stock telah tercapai kesepakatan
antara Para Penanggung dengan Penggugat sebagai Tertanggung, antara
lain sesuai dengan kesepakatan rapat tanggal 28 Mei 2004. Untuk itu, uang
ganti-ruginya telah dibayar oleh Tergugat I, PT Asuransi Staco Jasapratama,
PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana kepada Turut
Tergugat oleh karena dalam Polis Asuransi terdapat klausula bank (Banker’s
Clause), dimana pihak yang menerima ganti rugi dari Para Penanggung
adalah Turut Tergugat.
6. Bahwa permasalahan yang tersisa adalah ganti rugi kerusakan 2 (dua)
panel-panel listrik untuk mesin granulator. Mesin granulator tersebut
mempunyai 5 (lima) panel listrik dan 3 (tiga) panel listrik tidak rusak. Oleh
karena menyangkut 2 (dua) panel listrik tersebut adalah masalah teknis
mesin, maka Tergugat II sebagai Loss Adjuster yang ditunjuk berdasarkan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 40 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Polis Asuransi kemudian menunjuk BELFOR (Asia) Pte Ltd (“BELFOR”)
sebagai Technical Advisor untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti
kerusakan 2 (dua) panel listrik tersebut di Pabrik Penggugat;
7. Bahwa setelah ditunjuk oleh Tergugat II dengan persetujuan para
Penanggung, maka pada tanggal 28 April 2004, BELFOR melakukan
penelitian di di lokasi pabrik Penggugat dimana BELFOR sebagai Technical
Advisor telah menyampaikan laporannya tertanggal 3 Mei 2004 kepada
Tergugat II dan laporan tersebut yang dijadikan dasar oleh Tergugat II untuk
menghitung kerugian/kerusakan 2 (dua) panel listrik untuk mesin granulator
tersebut. Menurut laporan Tergugat II berdasarkan penelitian BELFOR
tanggal 3 Mei 2004, panel listrik tersebut dapat direkondisi ke keadaan
seperti sebelum kebakaran tanpa mengurangi fungsi, kehandalan dan umur
panel-panel listrik tersebut. Adapun untuk biaya perbaikan tersebut telah
dihitung Tergugat II berdasarkan penelitian BELFOR, yaitu sebesar SGD
44,234 + 5% GST yang kemudian dibulatkan menjadi SGD 55,000 (lima
puluh lima ribu dollar Singapore) dengan garansi atau jaminan selama 1
(satu) tahun;
8. Bahwa namun demikian, setelah melalui beberapa pertemuan, Penggugat
tidak dapat menerima hal tersebut dimana uraian tentang sikap maupun
alasan Penggugat dan Tergugat I terkait penolakan Penggugat tersebut
akan diuraikan lebih jauh dalam sanggahan Tergugat I atas dalil-dali
Penggugat di bawah ini.
9. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, Penggugat
sesungguhnya telah mengajukan gugatan wanprestasi kepada Tergugat I
dimana Mahkamah Agung melalui Putusan MA No. 664 PK/Pdt/2011
tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911 K/Pdt/2009 tanggal
19 Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan
No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007 jo. Putusan PN
Medan No.58/Pdt.G/2006 tanggal 14 Agustus 2006, dalam perkara dengan
objek permasalahan yang persis sama dengan perkara ini telah memberikan
pertimbangan diantaranya sebagai berikut :
Alinea Ketiga Halaman 63 Putusan PN Medan No.58/Pdt.G/2006 tanggal 14
Agustus 2006 yang telah dikuatkan melalui Putusan MA No.664
PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911 K/Pdt/2009
tanggal 19 Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan
No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007 :
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 41 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan kami tersebut di
atas, maka Pengadilan Negeri berpendapat : oleh karena tiga perusahaan
asuransi lainnya yang bertindak sebagai penanggung di dalam perkara ini
tidak turut digugat, maka gugatan penggugat dipandang kurang pihak dan
oleh karenanya pula gugatan Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat
diterima;”
10. Bahwa meskipun berdasarkan Putusan MA tersebut, Penggugat seharusnya
kembali mengajukan gugatan wanprestasi kepada Tergugat I dan
mengikutsertakan pihak-pihak yang diharuskan untuk turut digugat, yaitu PT
Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi
Ramayana, namun dalam perkara a-quo Penggugat justru mengajukan
gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Tergugat I tanpa
mengikutsertakan para penanggung lainnya tersebut.
1.1. Bahwa dalam Gugatannya butir 1 halaman 1, Penggugat menyatakan
sebagai berikut :
“1. Bahwasanya berdasarkan Perjanjian Kredit Modal Kerja No. 97
tanggal 30 April April 2003, Addendum Perjanjian Kredit Modal Kerja
No. 23 tanggal 2 Oktober 2003 dan Perjanjian Kredit Investasi No.
24 tanggal 2 Oktober Oktober 2003 antara PENGGUGAT dan
TURUT TERGUGAT (BUKTI P-20, P-21, P-22), maka TURUT
TERGUGAT telah menunjuk TERGUGAT I (PT Asuransi Wahana
Tata) dengan Surat No.1 Hb.MIB/Corn/266/2003 tanggal 29 April
2003 (Bukti P-16), sebagai asuransi rekanan Turut Tergugat untuk
melakukan penutupan pertanggungan asuransi jaminan utama dan
jaminan tambahan secara sepihak. Terhadap perjanjian kredit
tersebut, PENGGUGAT telah menjaminkan harta benda yang
dipertanggungkan berupa :....”
1.2. Bahwa pertama-tama, Tergugat I perlu menyampaikan bahwa dalam
melakukan pertanggungan asuransi tersebut, Penggugat secara nyata-
nyata telah sepakat dan bahkan turut menandatangani Polis No.02-23-
06003228 beserta lampiran-lampirannya (“Polis Asuransi”) yang
merupakan dasar perikatan pertanggungan antara Penggugat dan
Tergugat I sekaligus menjadi dasar penujukan Tergugat II selaku
Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) oleh Tergugat I yang
menjadi pokok gugatan Penggugat dimana Penggugat menganggap
bahwa penunjukkan tersebut telah masuk dalam kualifikasi perbuatan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 42 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
melawan hukum oleh karena adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I
dan Tergugat II . Oleh karena itu, adalah tidak benar dan berdasar
apabila Penggugat menyatakan bahwa penutupan pertanggungan
asuransi jaminan utama dan jaminan tambahan pada Turut Tergugat
dilakukan secara sepihak;
Bantahan atas dalil-dalil Gugatan Penggugat
1. PENUNJUKAN TERGUGAT I SELAKU PENANGGUNG OLEH TURUT
TERGUGAT TELAH DISETUJUI OLEH PENGGUGAT
1. Bahwa dalam Gugatannya angka 1 halaman 1, Penggugat menyatakan
sebagai berikut :
“1. Bahwasanya berdasarkan Perjanjian Kredit Modal Kerja No. 97
tanggal 30 April April 2003, Addendum Perjanjian Kredit Modal Kerja
No. 23 tanggal 2 Oktober 2003 dan Perjanjian Kredit Investasi No.
24 tanggal 2 Oktober Oktober 2003 antara PENGGUGAT dan
TURUT TERGUGAT (BUKTI P-20, P-21, P-22), maka TURUT
TERGUGAT telah menunjuk TERGUGAT I (PT Asuransi Wahana
Tata) dengan Surat No.1 Hb.MIB/Corn/266/2003 tanggal 29 April
2003 (Bukti P-16), sebagai asuransi rekanan Turut Tergugat untuk
melakukan penutupan pertanggungan asuransi jaminan utama dan
jaminan tambahan secara sepihak. Terhadap perjanjian kredit
tersebut, PENGGUGAT telah menjaminkan harta benda yang
dipertanggungkan berupa :....”
2. Bahwa Tergugat I perlu menyampaikan bahwa dalam melakukan
pertanggungan asuransi tersebut, Penggugat secara nyata-nyata telah
sepakat dan bahkan turut menandatangani Polis No.02-23-06003228
beserta lampiran-lampirannya (“Polis Asuransi”) yang merupakan tindak
lanjut dari Surat Turut Tergugat kepada Tergugat I tanggal 7 Mei 2003
No.1.Hb.MIB/Com/282/2003 perihal . Oleh karena itu, adalah tidak
benar dan berdasar apabila Penggugat menyatakan bahwa penutupan
pertanggungan asuransi jaminan utama dan jaminan tambahan pada
Turut Tergugat dilakukan secara sepihak. Oleh karena itu sudah
seharusnya dalil Gugatan angka 1 halaman 1 ditolak;
2. TERGUGAT I TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN AFILIASI DENGAN
TERGUGAT II DAN OLEH KARENANYA TIDAK MELANGGAR PASAL 13
AYAT (2) JO. PASAL 1 BUTIR 13 UU NO.2 TAHUN 1992 TENTANG
USAHA PERASURANSIAN
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 43 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Bahwa Penggugat dalam dalih gugatannya pada butir 7, 8, 9, 10 dan 11
halaman 2 s/d 4 yang pada pokoknya menyatakan bahwa Tergugat I
memiliki hubungan afiliasi dengan Tergugat II. Secara khusus, untuk
mendukung dalihnya, Tergugat I menyatakan sebagai berikut:
Butir 7 Halaman 2 Gugatan yang berbunyi sebagai berikut:
“…Bahwa selanjutnya, Penggugat menemukan bukti adanya
Kepemilikan Saham dan Susunan Komisaris & Direksi yang ternyata di
dalamnya terdapat orang-orang yang sama pada kedua perusahaan
tersebut (TERGUGAT I dan TERGUGAT II) atau disebut TERAFILIASI
antara TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan
TERGUGAT II (PT SATRIA SHARMA PUSAKA CRAWFORD THG),
yaitu atas nama SOFJAN WANANDI dan JUSUF WANANDI ( Bukti P-24
dan P-25).
Butir 8 Halaman 2 dan 3 Gugatan yang berbunyi sebagai berikut:
“…Berikut di bawah ini PENGGUGAT sampaikan nama pemegang
saham/pemilik perusahaan dan susunan Komisaris & Direksi dari kedua
perusahaan TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan
TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA CRAWFORD THG)
yang terafiliasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
A. TERGUGAT I
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per 31 Desemebr 2005 dan 2004
yang dimuat di Harian KOMPAS halaman 26, tanggal 26 Mei 2006)
(Bukti P-24)
Pemilik perusahaan:
PT Pakarti Yoga
Rudy Wanandi
Ahli Waris Ny. S. Hartini
Koperasi-Koperasi
Komisaris & Direksi:
Dewan komisaris:
Komisaris Utama : Rudy Wanandi
Wkl Komisaris Utama : Sofjan Wanandi
Komisaris : A.R. Ramly
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 44 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Jusuf Wanandi
S. Sudjalilah Soegiarso
Evi Elka Pangestu
Dewan direksi
Direktur Utama : Robert Jeremia
Direktur : Eddy Chandra
Albert Wanandi
Wiryanto Suwignyo
M. Th. Ratnawati
B. TERGUGAT II
Pemilik perusahaan: Total berjumlah 4000 saham
Ina Sutioso……………………………………….. 640 lembar saham
Sofjan Wanand...…………………….…………… 320 lembar saham
Jusuf Wanandi…………………………………… 320 lembar saham
DR. Biantoro Wanandi………..………………… 120 lembar saham
Leony Setiawati………..……..………………….. 120 lembar saham
Melati Mokoagow……..……..………………….... 160 lembar saham
Mary Elka Pangestu….……..……………………. 320 lembar saham
John Philips Robert Baxter……………………… 2000 lembar saham
(Direktur Thomas Howell Group International Limited, Inggris)
Komisaris & Direksi:
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Richard Solomon (Inggris)
Komisaris : Ronald Sharp Elder (Inggris)
Ina Sutioso
Dewan Direksi
Direktur Utama : Guntoro Hendranata
Direktur Teknik : John Edwin Seddon
Direktur : Frans Nur Himawan.”
4. Bahwa pada kenyataannya, data dan fakta yang digunakan oleh
Penggugat adalah keliru dan tidak sesuai dengan fakta yang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 45 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
sesungguhnya. Untuk memudahkan Majelis Hakim, bersama ini kami
sampaikan bagan perbandingan pemegang saham, direksi dan
komisaris Tergugat I dan Tergugat II. Adapun susunan pemegang
saham, direksi dan komisaris Tergugat I pada saat dilakukannya
penunjukan Tergugat II selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss
Adjuster) didasarkan pada Akta tentang Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa PT Asuransi Wahana Tata Nomor 38
tahun 2003 tanggal 24 Juli 2003 yang telah disampaikan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Repubik Indonesia sebagaimana Surat
Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenhukham No.C-UM.02.01.2276
perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Pemegang Saham &
Direksi /Komisaris PT Asuransi Wahana Tata. Sementara itu, susunan
pemegang saham, direksi dan komisaris Tergugat II didasarkan pada
Akta No. 1 tanggal 5 Desember 2003 tentang Pernyataan Keputusan
Rapat PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG jo. Akta No. 12 tanggal
13 September 2002 tentang Pernyataan Keputusan Rapat PT Satria
Dharma Pusaka Crawford THG.
TERGUGAT I TERGUGAT II
PEMEGANG
SAHAM
1. PT Pakarti Yoga,
Sejumlah 72.812.000
saham (72,812 %)
2. Rudy Wanandi
Sejumlah 25.000.000
saham (25%)
3. Para Ahli Waris Ny.
Saroyini Hartini,
Sejumlah 1.188.000
saham (1.188 %)
4. Koperasi Karyawan
Asuransi Wahana
Tata.
Sejumlah 400.000
saham (0,4 %)
5. Koperasi Supir Taxi
1. Crawford THG Ltd.,
Sejumlah 2000 saham
(50%)
2. Sofjan Wanandi
Sejumlah 320 saham
(8%)
3. PT Ekamulia
Catrapratama.
Sejumlah 640 saham
(16%)
4. PT Pangestu Investa
Sejumlah 320 saham
(8%),
5. Jusuf Wanandi
Sejumlah 320 saham
(8%)
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 46 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Jakarta Raya (Kosti
Jaya)
Sejumlah 133.333
saham (0,133%)
6. Koperasi Pegawai
Departemen
Pertanian.
Sejumlah 133.333
saham (0,133%)
7. Koperasi Pedagang
Pasar Rawa Badak
(Kopas Rawa Badak)
Sejumlah 333.334
saham (0,333 %)
6. Ny. Leoni Setiawati
Sejumlah 120 saham
(3%)
7. Ny. Melati Mokoagow
Sejumlah 280 saham
(7%)
DIREKSI 1. Rudy Wanandi
2. Robert Jeremia
3. Eddy Chandra
4. Albertus Haryono
Wanandi
5. Ignatius Wiyanto
Suwignjo
6. Ratnawati
Pranandjaja
1. Guntoro Hendranata
2. Frans Nur Himawan.
KOMISARIS 1. Abdul Rachman
Ramly
2. Riantini Sutedja
3. Shinta Subekti
4. Siti Sudjaliah
Soegiarso
5. Evi Elka Pangestu
1. Richard Solomon
2. Ina Sutioso
7. Bahwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada saat kejadian, definisi
Afiliasi dalam Pasal 1 Butir 13 UU No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian (”UU Asuransi”) adalah sebagai berikut:
Pasal 1 butir 13
Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan satu
orang atau lebih, atau badan hukum lain, sedemikian rupa sehingga salah
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 47 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
satu dari mereka dapat mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan
orang yang lain atau badan hukum yang lain, atau sebaliknya dengan
memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan
pengelolaan perusahaan.
8. Bahwa pertama-tama, Tergugat I perlu menyampaikan bahwa berdasarkan
bagan di atas, terbukti bahwa dalih Penggugat Butir 7 Halaman 2 Gugatan
yang menyatakan bahwa “terdapat orang-orang yang sama pada kedua
perusahaan tersebut (TERGUGAT I dan TERGUGAT II) atau disebut
TERAFILIASI antara TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA)
dengan TERGUGAT II (PT SATRIA SHARMA PUSAKA CRAWFORD THG),
yaitu atas nama SOFJAN WANANDI dan JUSUF WANANDI” adalah dalih
yang mengada-ada dan keliru. Sofjan Wanandi dan Yusuf Wanandi
bukanlah pemegang saham, anggota dewan direksi atau anggota dewan
komisaris pada Tergugat I dan hanyalah merupakan pemegang saham pada
Tergugat II pada saat dilakukannya penunjukan Tergugat II selaku
Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster). Adapun dalih-dalih Penggugat
tersebut di atas hanyalah didasarkan pada kedudukan Sofjan Wanandi dan
Yusuf Wanandi pada Dewan Komisaris Tergugat I. Dengan demikian,
Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi tidaklah mungkin melakukan
perbuatan mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan Tergugat I.
9. Bahwa lebih jauh, apabila Majelis Hakim yang terhormat mencermati
ketentuan Pasal 1 butir 13 UU Asuransi, maka dapat disimpulkan beberapa
hal yang menjadi tolak ukur adanya hubungan afiliasi antara Perusahaan
Asuransi Kerugian dengan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, yaitu (i)
salah satu dari mereka dapat mempengaruhi pengelolaan atau
kebijaksanaan orang yang lain atau badan hukum yang lain, atau (ii) dengan
memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan
pengelolaan perusahaan;
10. Bahwa terkait tolak ukur yang pertama, yaitu mempengaruhi pengelolaan
atau kebijaksanaan orang yang lain atau badan hukum yang lain, maka
berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tergugat I tidaklah
mungkin mempengaruhi pengelolaan kebijaksanaan Tergugat II oleh karena
(i) Tergugat I bukanlah pemegang saham pada Tergugat II dan demikian
pula sebaliknya, Tergugat II bukanlah pemegang saham pada Tergugat I; (ii)
Bahkan, seandainyapun Penggugat berprasangka buruk dengan
mengaitkan adanya hubungan antara Sofjan Wanandi, Jusuf Wanandi dan
Rudy Wanandi, maka hal tersebutpun tidaklah serta menunjukkan adanya
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 48 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
ruang mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan perseroan oleh
karena kedudukan Sofjan Wanandi dan Yusuf Wanandi yang hanya memiliki
total 16 % (termasuk pada pemegang saham minoritas) dari total saham
keseluruhan pada Tergugat II; (iii) Lebih jauh, keduanya pun TIDAK
menjabat sebagai anggota dewan direksi yang berfungsi selaku pengurus
atau pengelola perseroan maupun dewan komisaris yang berfungsi sebagai
pengawas kebijakan direksi. Sebagai catatan, berdasarkan Pasal 100 ayat
(2) UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas telah ditentukan
bahwa Komisaris tidak dapat melakukan pengurusan perseroan terkecuali
jika ada keadaan tertentu yang mana hal tersebut harus berdasarkan
Anggaran Dasar atau keputusan RUPS dan hanya berlaku untuk jangka
waktu tertentu. Kutipan dari ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
“Berdasarkan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat
melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu”;
11. Bahwa terkait tolak ukur yang kedua, yaitu adanya kebersamaan
kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan perusahaan, maka
berdasarkan bagan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan Tergugat
I dan Tergugat II oleh karena pihak-pihak baik perseroan maupun pribadi
kodrati yang merupakan pemegang saham maupun anggota dewan direksi
keduanya adalah perseroan maupun pribadi kodrati yang berbeda;
12. Bahwa oleh karena itu, dengan bertitik tolak pada Pasal 13 ayat (2) jo. Pasal
1 Butir 13 UU Asuransi, maka dapat disimpulkan bahwa Tergugat I TIDAK
memiliki hubungan afiliasi dengan Tergugat II;
13. Bahwa sebagai tambahan, sebagaimana diuraikan dalam bagian kronologis
perkara, oleh karena hal terkait 2 (dua) panel listrik tersebut adalah masalah
teknis mesin, maka Tergugat II sebagai Loss Adjuster tidak serta merta
bertindak sebagai pihak yang melakukan penilaian dari segi teknis mesin,
tetapi justru menunjuk BELFOR sebagai Technical Advisor dan pihak ketiga
yang benar-benar independen untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti
kerusakan 2 (dua) panel listrik tersebut di Pabrik Penggugat;
14. Adapun BELFOR (Asia) Pte Ltd merupakan suatu anak perusahaan dari
BELFOR, Duisburg-Jerman, yang bergerak di bidang perbajaan, farmasi,
produk-produk bangunan, tekstil dan peralatan kamar cuci dan
pemulihan/perbaikan kerusakan-kerusakan. BELFOR selama hamper 30
(tiga puluh) tahun telah mempelopori pekerjaan pemulihan peralatan teknik
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 49 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
secara internasional dan telah mengerjakan dengan baik dan berhasil dalam
pemulihan/perbaikan 3.000.000 (tiga juta) printed circuit boards dan lebih
dari 100.000 (seratus ribu) panel listrik dan pemindah aliran listrik. Khusus
untuk BELFOR (Asia) Pte Ltd reputasinya adalah telah berhasil dengan baik
menangani lebih dari 1.000 kerusakan peralatan-peralatan, termasuk
peralatan semikonduktor untuk pabrik, peralatan telekomunikasi, mesin
produksi, generator listrik dan peralatan pembagian arus listrik dan mesin
pembuatan makanan, termasuk panel listrik untuk mesin pabrik.
11. Bahwa di samping itu, selain permasalahan ganti rugi kerusakan 2 (dua)
panel-panel listrik untuk mesin granulator yang tidak disetujui oleh
Penggugat, Penggugat justru telah menerima ganti rugi untuk
pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan Barang-Barang
Stock sesuai dengan kesepakatan rapat tanggal 28 Mei 2004. Selanjutnya,
uang ganti-ruginya telah dibayar oleh Tergugat I, PT Asuransi Staco
Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana
kepada Turut Tergugat oleh karena dalam Perjanjian Asuransi terdapat
klausula bank (Banker’s Clause), dimana pihak yang menerima ganti rugi
dari Para Penanggung adala Turut Tergugat.
Padahal Perusahaan Penilai Kerugian yang melakukan penilaian terhadap
(i) panel-panel listrik untuk mesin granulator yang tidak disetujui oleh
Penggugat dan terhadap (ii) Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan
Barang-Barang Stock, yang tidak disetujui Penggugat, adalah PIHAK YANG
SAMA, yaitu Tergugat II. Pertanyaannya, apabila Penggugat sejak awal
menganggap bahwa penunjukkan Tergugat II oleh Tergugat I adalah suatu
perbuatan melawan hukum, mengapa Penggugat sepakat dengan ganti rugi
untuk pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan Barang-
Barang Stock? Bahkan, Penggugat justru telah menerima pembayaran atas
pertanggungan tersebut.
12. Bahwa dengan demikian, perbuatan Penggugat yang sepakat dengan ganti
rugi untuk pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan
Barang-Barang Stock dan telah menerima pembayaran atas pertanggungan
tersebut, menunjukkan bahwa Penggugat secara diam-diam (stilzwijjen,
implied) mengakui bahwa tidak ada perbuatan melawan hukum oleh karena
adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II.
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Tergugat I tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Tergugat II oleh karena
(1) Unsur-unsur adanya hubungan afiliasi sesuai Pasal 13 ayat (2) jo. Pasal
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 50 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
1 Butir 13 UU Asuransi tidak terpenuhi, (2) Penilaian dari segi teknis mesin
tidak dilakukan oleh Tergugat II, tetapi pihak ketiga yang benar-benar
independen untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti kerusakan 2 (dua)
panel listrik tersebut di Pabrik Penggugat, yaitu BELFOR dan (3) Penggugat
sendiri sesungguhnya secara diam-diam (stilzwijjen, implied) mengakui
bahwa tidak ada perbuatan melawan hukum oleh karena adanya hubungan
afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II.
3. TERGUGAT I TELAH MELAKSANAKAN ISI PERJANJIAN ASURANSI
SESUAI YANG DIPERJANJIKAN; KERUGIAN YANG MUNCUL ADALAH
AKIBAT PERBUATAN PENGGUGAT SENDIRI DAN TIDAK ADA
HUBUNGANNYA DENGAN TERGUGAT I
13. Bahwa terkait dalih Penggugat pada butir 12 gugatan, Tergugat I
dengan ini kembali menegaskan bahwa BELFOR sebagai Technical
Adviser telah menyampaikan laporannya kepada Tergugat II dimana
laporan tersebutlah yang dijadikan dasar dan dimuat dalam Laporan
Tergugat II untuk menghitung kerugian atas kerusakan mesin
granulator;
14. Bahwa menurut penelitian teknik BELFOR yang disebutkan dalam
Laporan Tergugat II tanggal 3 Mei 2004, yang rusak adalah 2 (dua)
panel listrik mesin granulator (panel leleh pada bagian yang bisa leleh)
karena berada pada suhu tinggi pada udara yang berjarak beberapa
meter dari api kebakaran (tidak terbakar oleh api secara langsung).
Panel-panel tersebut DAPAT DIPERBAIKI/DIREKONDISIKAN KE
KEADAAN SEPERTI SEBELUM KEBAKARAN TANPA MENGURANGI
FUNGSI, KEANDALAN DAN UMUR PANEL-PANEL LISTRIK
TERSEBUT. Menyangkut kerusakan 2 (dua) panel listrik mesin
granulator tersebut, hasil penelitian yang tepat adalah hasil penelitian
teknik oleh BELFOR, bukan hasil audit dari PT Ganda Mega Serasi
sebagaimana didalilkan oleh Penggugat oleh karena bidang usaha PT
Ganda Mega Serasi hanya menghitung nilai saja, tidak mencakup
bidang teknik panel listrik untuk mesin produksi. Di samping itu, PT
Ganda Mega Serasi bukan merupakan Perusahaan Penilai Kerugian
(Loss Adjuster) di bidang asuransi dan penunjukannya dilakukan tanpa
dasar hukum;
15. Bahwa selanjutnya, terkait penentuan nilai klaim untuk mesin granulator
dimana menurut Penggugat didasarkan pada surat yang telah dikirimkan
oleh UBM International Pte Ltd (“UBM”)kepada Penggugat, maka hal
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 51 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
tersebut adalah tidak tepat, tidak berdasar dan sepatutnya
dikesampingkan, karena :
1) UBM bukanlah suatu Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster).
2) UBM adalah vendor atau supplier yang menjual mesin tersebut,
bukan pembuat design mesin tersebut yang tentunya berkeinginan
besar agar mesin-mesin yang dijualnya dibeli oleh Penggugat.
3) Penunjukan UBM tidak sesuai dengan ketentuan Polis Asuransi.
4) Terdapat konflik kepentingan (conflict of interests) apabila UBM
memberikan penilaian atas kerugian panel-panel listrik yang dapat
diklaim oleh Penggugat oleh karena UBM adalah suatu perusahaan
yang kegiatan bisnisnya menjual mesin granulator dan panel-panel
listrik tersebut sehingga mengginginkan barang dagangnya dibeli.
5) Lebih dari itu, UBM setelah mengadakan pemeriksaan di lokasi
kebakaran tanggal 9 April 2004, kemudian lantas mengajukan
penawaran harga (quotation) sebesar SGD 1,692.630.00 (satu juta
enam ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus tiga puluh Dollar
Singapore) atau ekuivalen dengan Rp 8.801.676.000,- (delapan
milyar delapan ratus satu juta enam ratus tujuh puluh enam Rupiah)
kepada Penggugat dengan tujuan Penggugat membeli 1 (satu) set
electronic control system of granulator machine for NPK compound
fertilizer (complete set) ditambah 1 (satu) lot electrical & wiring
system installation yang baru dari UBM. Padahal yang rusak hanya
2 (dua) panel listrik dari 5 (lima) panel listrik mesin granulator. Hal
yang aneh lagi adalah bahwa UBM tidak bersedia terus terang untuk
menjelaskan secara tertulis perincian dari penawarannya tersebut.
6) Dengan tidak bersedianya UBM untuk menjelaskan perincian
penawaran harga yang telah dikirimkan kepada Penggugat tersebut,
maka Penggugat tidak pernah menyerahkan laporan rinci dan atau
segala keterangan dan bukti lain yang wajar dan patut kepada
Tergugat I. Padahal Pasal 6 ayat (3) dan (4) Polis Asuransi telah
menentukan :
Pasal 6 Polis Asuransi
“Dalam hal Tertanggung menuntut ganti rugi berdasarkan Polis ini,
Tertanggung harus :
...
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 52 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
(3) menyerahkan laporan rinci dan selengkap mungkin tentang hal
ikhwal yang menurut pengetahuannya menyebabkan kerugian
atau kerusakan itu;
(4) memberikan segala keterangan dan bukti lain yang wajar dan
patut, yang diminta oleh Penanggung.”
Dengan demikian, dalih gugatan Penggugat pada butir 12 adalah tidak
benar, tidak tepat dan tidak berdasar sehingga harus dikesampingkan
atau ditolak;
16. Bahwa terhadap dalih Penggugat pada butir 13, 14 dan 15 gugatannya,
Tergugat I perlu menyampaikan bahwa dalam rapat tanggal 28 Mei yang
dihadiri Penggugat, Tergugat I bersama Penanggung lainnya serta Turut
Tergugat, Tergugat I bersama-sama dengan penanggung lainnya
menyatakan kesediannya untuk memberikan ganti rugi biaya
perbaikan/pemulihan/rekondisi panel-panel listrik menjadi SGD 44,243 +
5% GST yang kemudian dibulatkan menjadi SGD 55,000 (lima puluh
lima ribu Dollar Singapore) yang didasarkan pada perhitungan
Perusahaan Penilai Kerugian Tergugat II dan didukung hasil penelitian
teknik BELFOR. Terhadap hal tersebut, Penggugat pada mulanya
memberikan persetujuan. Akan tetapi, Penggugat menambahkan
permintaannya agar Tergugat I dan Para Penanggung lainnya menjamin
atas loss production dari Penggugat apabila mesin-mesin tersebut
mendadak rusak atau macet setelah perbaikan yang dimaksudkan.
17. Bahwa atas permintaan Penggugat tersebut, Tergugat I bersama Para
Penanggung lainnya menyatakan tidak setuju karena tidak ada produk
asuransi yang menjamin loss of production. Dengan itikad baik,
Tergugat I dan Para Penanggung lainnya menawarkan pemberian
garansi selama 1 (satu) tahun atas perbaikan yang akan dilakukan.
Tawaran tersebut adalah patut dan wajar oleh karena produsen panel
listrik tersebut sendiri juga tidak memberikan garansi atas produknya
untuk selamanya. Waktu garansi selama 1 (satu) tahun adalah lazim
untuk produk-produk yang dijual oleh produsen.
18. Bahwa secara khusus, terkait dengan dalih Penggugat pada butir 14
Gugatan, Tergugat I perlu memberikan tanggapan terkait dalih dimana
tidak dapat berproduksinya pabrik Penggugat yang menyebabkan
pelanggan Penggugat lari, secara tegas Tergugat I menolak dalih ini.
Tidak berproduksinya Penggugat disebabkan oleh peristiwa kebakaran
dan sikap Penggugat sendiri yang berlarut-larut mendiamkan serta tidak
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 53 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
bersedia agar 2 (dua) panel listrik tersebut diperbaiki dengan segera
atas dasar asumsi Penggugat yang tidak riil dan atau penyebab lainnya
dalam diri Penggugat sendiri sehingga menyebabkan berlarut-larutnya
penyelesaian klaim tersebut;
Oleh karena itu, dalih gugatan Penggugat pada butir 13, 14 dan 15
haruslah dikesampingkan atau ditolak;
19. Bahwa terkait dalih Perbuatan Melawan Hukum yang didalilkan
Penggugat pada butir 15, 16 dan 17, maka hal tersebut adalah tidak
terbukti sebagaimana Tergugat I telah uraikan sebelumnya sehingga
dalih tersebut juga sepatutnya diyatakan ditolak;
4. Penolakan atas Permohonan Ganti Kerugian
20. Bahwa terkait dalih Penggugat perihal kerugian materil pada Butir 18
Gugatan, maka Tergugat I menolak dalih tersebut atas dasar (i)
Tergugat I tidak melakukan perbuatan melawan hukum dan telah
melaksanakan segala kewajibannya berdasarkan Polis Asuransi, (ii)
Hubungan hukum antara Tergugat I dan Penggugat hanya sebatas Polis
Asuransi dimana pertanggungannya tidak mencakup kerugian materiil
tersebut, terlebih Penggugat tidak dapat membuktikan secara sah
bahwa ia mengalami kerugian/kerusakan sebagaimana Penggugat
dalilkan; (iii) Adanya kesalahan Penggugat sendiri sebagaimana
diuraikan pada bagian sebelumnya; (iv) Penggugat mempunyai tujuan
untuk memperoleh keuntungan dari jaminan Polis Asuransi dengan cara
memperbesar jumlah kerugian yang diklaim secara sepihak oleh
Penggugat dan tanpa dasar;
21. Bahwa selanjutnya, terkait dengan kerugian immateriil sebagaimana
didalilkan Penggugat pada Butir 18 dan 19 Gugatan, maka
penghitungan tersebut adalah penghitungan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, apalagi dengan mempertimbangkan bahwa
Tergugat I tidak melakukan perbuatan melawan hukum dan Penggugat
sendirilah yang melakukan kesalahan dalam meminta pembayaran
klaim kepada Tergugat I;
22. Bahwa lebih jauh, sehubungan dengan nilai kerugian materiil dan
immateril yang disampaikan oleh Penggugat pada butir 18 dan 19
tersebut, Tergugat I dengan ini akan merujuk pada prinsip asuransi yang
terkait penggantian klaim yang menyatakan bahwa penggantian klaim
adalah untuk mengembalikan kondisi objek pertanggungan kepada
keadaan sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan, sepanjang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 54 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
klaim tersebut terjamin dalam polis, atau dengan kata lain nilai
penggantian atas kerugian atau kerusakan adalah sesuai dengan nilai
benda/objek asuransi yang rusak sesuai dengan harga sesaat sebelum
terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, bukan mengganti
senilai harga pembelian atau pembuatan barang atau objek
pertanggungan. Hal ini sangat adil mengingat kerusakan barang/objek
pertanggungan yang ditutup oleh asuransi tidak selalu rusak total atau
hanya mengalami kerusakan sebagian dan juga barang/objek
pertanggungan tidak selalu dalam kondisi baru. Dalam hukum positif hal
tersebut kemudian diatur dalam Pasal 253 KUHD yang berbunyi:
“Suatu pertanggungan yang melebihi jumlah harga atau kepentingan
yang sesungguhnya, hanyalah sah sampai jumlah tersebut.
Apabila harga penuh sesuatu barang tidak dipergunakan, maka apabila
timbul kerugian, si penanggung hanyalah diwajibkan menggantinya
menurut imbangan dari pada bagian yang dipertanggungkan terhadap
bagian yang tidak dipertanggungkan.
23. Dengan demikian jelaslah bahwa penggantian klaim asuransi dilakukan
terhadap barang/objek asuransi yang secara riil mengalami kerusakan,
sehingga oleh karenanya tertanggung/Penggugat tidak dapat menuntut
lebih dari itu atau bahkan mengambil keuntungan dari klaim asuransi.
Pasal 12 Polis Asuransi secara tegas menyatakan bahwa taksiran
penggantian harga barang/objek pertanggungan tidak boleh ada unsur
laba/keuntungan sedikit pun, sedangkan Pasal 11 ayat Polis Asuransi
secara tegas menyatakan bahwa tertanggung yang bertujuan
memperoleh keuntungan dengan cara memperbesar jumlah kerugian
yang diderita tidak berhak memperoleh ganti rugi. Kutipan dari
ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 12 ayat (1) Perjanjian Asuransi
“Taksiran harga didasarkan atas harga sebenarnya dari harta benda
yang dipertanggungkan pada saat terjadinya kerugian atau kerusakan,
tanpa ditambah unsur laba sedikitpun”
Pasal 11 Perjanjian Asuransi
“Tertanggung yang bertujuan memperoleh keuntungan dari jaminan
Polis ini yang dengan sengaja :
(1) memperbesar jumlah kerugian yang diderita;
tidak berhak memperoleh ganti rugi.”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 55 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Dengan demikian, tindakan Tergugat I yang melakukan penolakan atas
klaim Penggugat dimana klaim tersebut bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari jaminan Polis Asuransi adalah tindakan yang sejalan
dengan ketentuan perundang-undangan dan Polis Asuransi antara
Penggugat dengan Tergugat I.
24. Bahwa kemudian, sehubungan dengan dalih Penggugat pada butir 20
huruf a dan b, Tergugat I dalam kesempatan ini kembali menyampaikan
bahwa dalih tersebut tidak berdasar oleh karena (i) UBM adalah vendor
atau supplier yang menjual mesin tersebut, bukan pembuat design
mesin dan bukan pula pihak yang ahli dalam memperbaiki mesin
tersebut. (ii) Penunjukan UBM tidak sesuai dengan ketentuan Perjanjian
Asuransi, (iii) Tergugat I tidak memiliki hubungan hukum dengan UBM;
dan (iv) Berdasarkan Pasal 6 ayat (3) dan (4) Polis Asuransi, Penggugat
wajib menyerahkan laporan rinci dan atau segala keterangan dan bukti
lain yang wajar dan patut kepada Tergugat I. Dengan demikian, dalih
tersebut adalah tidak berdasar dan harus ditolak;
25. Bahwa terkait dalih Perbuatan Melawan Hukum yang mengakibatkan
ketidakmampuan Penggugat melakukan pembayaran kepada Turut
Tergugat sebagaimana didalilkan Penggugat pada butir 20 huruf c, d
dan e, maka hal tersebut tidak ada kaitannya dengan Tergugat I oleh
karena Tergugat I tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum
sebagaimana Tergugat I telah uraikan sebelumnya sehingga dalih
tersebut juga sepatutnya diyatakan ditolak;
5. Penolakan terhadap Sita Jaminan
26. Bahwa dalam butir 22 halaman 9 Gugatannya, Penggugat memohon
kepada Majelis Hakim untuk meletakkan sita jaminan, meskipun
tuntutan tersebut tidak jelas dan tidak berdasar;
27. Sita jaminan terhadap barang milik debitur atau sita conservatoir dalam
hukum acara perdata merupakan tindakan yang dimintakan Penggugat
untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Dengan
diletakkan penyitaan pada suatu barang berarti bahwa barang itu
dibekukan dan tidak dapat dialihkan atau dijual.
28. Terhadap permohonan sita jaminan tersebut, maka Pertama, tidak ada
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I, Penggugat
tidak dapat menjelaskan uraian adanya unsur-unsur perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Tergugat I. Baik unsur kesalahan dan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 56 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
kerugian dan hubungan antara kedua unsur tersebut tidak terbukti ada
dalam diri Tergugat I. Oleh karena itu peletakan sita jaminan atas harta
kekayaan milik Tergugat I adalah tidak berdasar dan oleh karena itu
segala permohonan sita jaminan yang diajukan oleh Penggugat baik
saat ini maupun yang akan datang adalah tidak berdasar dan sudah
seharusnya ditolak;
29. Kedua, tanah dan bangunan milik Tergugat I tersebut adalah tempat
Tergugat I untuk menjalankan usaha atau mencari mata pencaharian
Tergugat I sehingga tidak dapat dikenakan penyitaan. Pasal 197 ayat (8)
H.I.R. menyatakan: “Penyitaan barang yang tidak tetap kepunyaan
orang yang berutang, termasuk juga dalam bilangan itu uang tunai dan
surat-surat yang berharga uang dapat juga dilakukan atas barang
berwujud, yang ada ditangan orang lain, akan tetapi tidak dapat
dijalankan atas hewan dan perkakas yang sungguh-sungguh
dipergunakan menjalankan pencaharian orang yang terhukum itu”.
Berdasarkan pasal tersebut, tanah dan bangunan, beserta seluruh
peralatan atau inventaris yang berada di dalamnya yang dipergunakan
Tergugat I untuk menjalankan pencahariannya, tidak dapat dikenakan
penyitaan;
30. Ketiga, tidak ada alasan bagi Penggugat untuk merasa khawatir bahwa
Tergugat I akan menggelapkan atau mengalihkan tanah dan bangunan
yang dimaksud sehingga tidak ada alasan untuk meletakkan sita
jaminan atas tanah dan bangunan tersebut. Berdasarkan Pasal 227
ayat (1) H.I.R., untuk mengajukan sita jaminan ini haruslah ada dugaan
yang beralasan bahwa seorang yang berhutang selama belum
dijatuhkan putusan oleh hakim atau selama putusan belum dijalankan
mencari akal untuk menggelapkan atau melarikan barangnya. Apabila
penggugat tidak mempunyai bukti kuat bahwa ada kekhawatiran bahwa
tergugat akan mengasingkan barang-barangnya, maka sita jaminan
tidak dilakukan. Syarat adanya dugaan ini tidak hanya sekedar
dicantumkan saja, akan tetapi merupakan suatu usaha untuk mencegah
penyalahgunaan agar tidak diadakan penyitaan secara serampangan,
yang akhirnya hanya merupakan tindakan yang sia-sia saja yang tidak
mengenai sasaran atau vexatoir (vide, Putusan Mahkamah Agung No.
121 K/Sip/1971 sebagaimana dikutip Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,
ibid., halaman 93).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 57 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
31. Dengan demikian, oleh karena tidak ada perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat I, kemudian tanah dan bangunan yang
dimaksud merupakan tempat mata pencaharian Tergugat I, serta tidak
ada bukti kuat bahwa Tergugat I akan menggelapkan atau mengalihkan
tanah dan bangunan tersebut, , maka permohonan untuk meletakkan
sita jaminan tersebut adalah keliru dan tidak berdasar sehingga sudah
seharusnya Pengadilan Negeri Medan menolak atau setidak-tidaknya
menyatakan permohonan dan gugatan a-quo tidak dapat diterima;
6. Penolakan terhadap Putusan Serta Merta
32. Bahwa Tuntutan dalam butir 23 halaman 9 Gugatan yang meminta agar
putusan dapat dijalankan lebih dahulu (Uitvoerbaar bij Voorraad)
tersebut haruslah ditolak dengan alasan:
(1) Tidak berdasar dan tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Pasal 180 HIR dan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
Indonesia No.3 tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000, tentang Putusan
Serta Merta (Uitvoerbaar bij Voorraad) dan Provisionil, karena:
a. Gugatan tidak didasarkan pada bukti surat autentik;
b. Gugatan bukan mengenai hutang piutang ;
c. Gugatan bukan tentang sewa menyewa tanah, rumah, gudang
dan lain-lain dimana hubungan sewa menyewa sudah
habis/lampau, atau penyewa terbukti melalaikan kewajibannya
sebagai penyewa yang beritikad baik;
d. Pokok gugatan bukan mengenai tuntutan pembagian harta
perkawinan (gono-gini);
e. Gugatan bukan merupakan tuntutan dasar putusan yang
berkekuatan tetap (in kracht ven gewijsde); dan
f. Pokok sengketa bukan mengenai hak kepemilikan (bezitsrecht).
(2) Adanya instruksi Ketua Mahkamah Agung tanggal 27 Maret 2007
yang disampaikan dalam acara pelantikan 5 Hakim Tinggi di
Mahkamah Agung dimana Ketua Mahkamah Agung melarang
pengadilan di Indonesia untuk mengabulkan putusan provisi
(www.komisiyudisial.go.id).
6. Penolakan terhadap Pembebanan Secara Tanggung Renteng
33. Bahwa terkait tuntutan Penggugat pada butir 24 gugatan, pada
kenyataannya, Penggugat memiliki hubungan hukum yang berbeda-
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 58 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
beda dengan Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat. Penggugat
memiliki hubungan hukum dengan Tergugat I berdasarkan Perjanjian
Asuransi. Sementara itu, hubungan hukum antara Penggugat dan Turut
Tergugat timbul setelah adanya Perjanjian Kredit antara Penggugat dan
Turut Tergugat. Di sisi lain, Penggugat justru tidak memiliki hubungan
hukum dengan Tergugat II;
34. Bahwa dengan demikian, tuntutan Penggugat dengan cara
penggabungan tanggung Jawab Tergugat I, Tergugat II Dan Turut
Tergugat yaitu membayar secara tanggung renteng, meskipun ketiganya
memiliki hubungan hukum yang berbeda dengan Penggugat merupakan
tuntutan yang keliru dan tidak berdasar sehingga harus dikesampingkan;
DALAM REKONVENSI
Bahwa sesuai dengan Pasal 132 (a) jo. Pasal 132 (b) HIR jo. Pasal 157 jo.
Pasal 158 RBg, dinyatakan bahwa Tergugat berhak untuk mengajukan gugat
balik (gugatan Rekonvensi) bersama-sama dengan Jawabannya. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini, Tergugat I selaku Penggugat Rekonvensi selanjutnya
disebut “Penggugat Rekonvensi” akan menggunakan haknya untuk mengajukan
Gugatan Rekonvensi terhadap Penggugat dalam Konvensi (selanjutnya disebut
sebagai “Tergugat Rekonvensi”);
Bahwa konkritnya Gugatan Rekonvensi ini diajukan oleh Penggugat
Rekonvensi oleh karena pengajuan Gugatan dalam konvensi oleh Tergugat
Rekonvensi adalah tidak berdasar dan Tergugat Rekonvensi secara nyata-nyata
telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan
kerugian bagi Penggugat Rekonvensi. Adapun alasan-alasan Gugatan
Rekonvensi lebih lengkap adalah sebagaimana disebutkan di bawah ini:
I. Bahwa segala sesuatu yang telah diuraikan dalam bagian Konvensi adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (mutatis mutandis) dengan
Gugatan Rekonvensi ini
II. Tentang Perbuatan Melawan Hukum oleh Tergugat Rekonvensi
1. Bahwa Tergugat Rekonvensi sebagai Tertanggung telah mengadakan
Perjanjian Asuransi dengan para Penanggung, sebagaimana dituangkan
dalam Polis Asuransi, sebagai berikut :
Ikhtisar Pertanggungan – Polis Standar Kebakaran Indonesia, Nomor
Polis : 02-23-06003228, nama Tertanggung : PT Pupuk Subur Makmur,
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 59 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
jangka waktu pertanggungan : dari tanggal 01 Mei 2003 sampai dengan
01 Mei 2004, dengan harga pertanggungan :
1.1.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.1.700.000.000,-;
1.1.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.13.000.000.000,-;
1.1.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan Barang
Jadi Pupuk, sebesar 8.700.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.23.400.000.000,- (dua puluh tiga milyar
empat ratus juta Rupiah)
Kemudian, atas permintaan Penggugat, Polis tersebut telah diubah
beberapa kali, berturut-turut sebagaimana terlihat dalam:
1.1. Lampiran No.01 tanggal 09 Mei 2003, terlekat pada polis 02-23-
06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan
harga pertanggungan :
1.2.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.1.690.000.000,-;
1.2.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.12.985.000.000,-;
1.2.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan
Barang Jadi Pupuk, sebesar 8.500.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.23.175.000.000,- (dua puluh tiga milyar
seratus tujuh puluh lima juta Rupiah)
1.2. Lampiran No.02 tanggal 28 Oktober 2003, terlekat pada polis 02-23-
06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan
harga pertanggungan :
1.3.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.3.890.000.000,-;
1.3.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.12.985.000.000,-;
1.3.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan
Barang Jadi Pupuk, sebesar 13.500.000.000,-;
Total pertanggungan sebesar Rp.30.375.000.000,- (tiga puluh milyar tiga
ratus tujuh puluh lima juta Rupiah)
1.3. Lampiran No.03 tanggal 09 Desember 2003, terlekat pada polis 02-
23-06003228, Tanggal Akhir Jangka Waktu : 01 Mei 2004, dengan
harga pertanggungan :
1.4.1. Bangunan Komplek Pabrik sebesar Rp.3.890.000.000,-;
1.4.2. Mesin-mesin/Peralatan, sebesar Rp.28.789.115.000,-;
1.4.3. Stock Bahan Baku, Bahan Pembantu, Setengah Jadi dan
Barang Jadi Pupuk, sebesar 13.500.000.000,-;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 60 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Total pertanggungan sebesar Rp.46.179.115.000,- (empat puluh
enam milyar seratus tujuh puluh sembilan juta seratus lima belas
ribu Rupiah)
2. Bahwa dalam Polis Asuransi tersebut di atas, Para Penanggung terdiri
dari :
1) Penggugat Rekonvensi sebagai Leader dengan porsi pertanggungan
sebesar 55 %;
2) PT Asuransi Staco Jasapratama sebagai Member/Anggota dengan
porsi pertanggungan sebesar 15%;
3) PT Asuransi Dharma Bangsa sebagai Member/Anggota dengan porsi
pertanggungan sebesar 15%; dan
4) PT Asuransi Ramayana sebagai Member/Anggota dengan porsi
pertanggungan sebesar 15%;
3. Bahwa pada tanggal 1 April 2004, yaitu 1 (satu) bulan sebelum habisnya
jangka waktu pertanggungan, telah terjadi kebakaran di Pabrik milik
Tergugat Rekonvensi yang berlokasi di Jl.Tengkul/Jl.Seruai No.8, Medan
Labuhan, Sumatera Utara dimana sebab kebakaran tersebut adalah
tersulutnya barang-barang yang mudah terbakar (combustible material),
bertemunya uap tinner dengan panas yang ditimbulkan oleh reaksi
eksoterm, sebagaimana disebutkan pada butir VI.2. Berita Acara
Pemeriksaan Teknis-Laboratoris Forensik oleh Laboratorium Forensik
POLRI Cabang Medan tanggal 12 April 2004. Kebakaran tersebut
menimbulkan kerusakan harta benda dan kerugian bagi Tergugat
Rekonvensi, yaitu kerugian atau kerusakan bangunan, mesin
printing/sablon di ruang cetak, hydraulic hand forklift, peralatan
mesin/panel listrik untuk mesin granulator dan stock barang;
4. Bahwa dalam Pasal 5 ayat (2.2) Polis Asuransi dinyatakan :
“Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, Tertanggung wajib :...
(2.2) memberikan bantuan sepenuhnya kepada Penanggung atau
wakilnya atau pihak lain yang ditunjuknya untuk melakukan penelitian
atas kerugian atau kerusakan yang terjadi;”
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Para Penanggung
menunjuk suatu Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster), yaitu PT
Satria Dharma Pusaka Crawford THG (”PT SDP”). Selanjutnya, pada
tanggal 6 April 2004, PT SDP telah melakukan penelitian atas kerugian
atau kerusakan yang terjadi di lokasi kebakaran.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 61 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
5. Bahwa mengenai ganti rugi untuk pertanggungan Bangunan, Mesin
sablon/Cetak, Forklift dan Barang-Barang Stock telah tercapai
kesepakatan antara Para Penanggung dengan Tergugat Rekonvensi
sebagai Tertanggung, antara lain sesuai dengan kesepakatan rapat
tanggal 28 Mei 2004. Untuk itu, uang ganti-ruginya telah dibayar oleh
Penggugat Rekonvensi, PT Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi
Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana kepada Bank Mandiri oleh
karena dalam Perjanjian Asuransi terdapat klausula bank (Banker’s
Clause), dimana pihak yang menerima ganti rugi dari Para Penanggung
adalah Bank Mandiri.
6. Bahwa permasalahan yang tersisa adalah ganti rugi kerusakan 2 (dua)
panel-panel listrik untuk mesin granulator. Mesin granulator tersebut
mempunyai 5 (lima) panel listrik dan 3 (tiga) panel listrik tidak rusak. Oleh
karena menyangkut 2 (dua) panel listrik tersebut adalah masalah teknis
mesin, maka PT SDP sebagai Loss Adjuster yang ditunjuk berdasarkan
Polis Asuransi kemudian menunjuk BELFOR (Asia) Pte Ltd (“BELFOR”)
sebagai Technical Advisor untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti
kerusakan 2 (dua) panel listrik tersebut di Pabrik Tergugat Rekonvensi;
7. Bahwa setelah ditunjuk oleh PT SDP dengan persetujuan para
Penanggung, maka pada tanggal 28 April 2004, BELFOR melakukan
penelitian di di lokasi pabrik Tergugat Rekonvensi dimana BELFOR
sebagai Technical Advisor telah menyampaikan laporannya tertanggal 3
Mei 2004 kepada PT SDP dan laporan tersebut yang dijadikan dasar
oleh PT SDP untuk menghitung kerugian/kerusakan 2 (dua) panel listrik
untuk mesin granulator tersebut. Menurut laporan PT SDP berdasarkan
penelitian BELFOR tanggal 3 Mei 2004, panel listrik tersebut dapat
direkondisi ke keadaan seperti sebelum kebakaran tanpa mengurangi
fungsi, kehandalan dan umur panel-panel listrik tersebut. Adapaun untuk
biaya perbaikan tersebut telah dihitung PT SDP berdasarkan penelitian
BELFOR, yaitu sebesar SGD 44,234 + 5% GST yang kemudian
dibulatkan menjadi SGD 55,000 (lima puluh lima ribu dollar Singapore)
dengan garansi atau jaminan selama 1 (satu) tahun;
8. Bahwa biaya perbaikan sebagaimana telah dihitung PT SDP
berdasarkan penelitian BELFOR tersebut ternyata sangat jauh berbeda
dengan klaim yang diajukan Tergugat Rekonvensi kepada Penggugat
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 62 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Rekonvensi. Tergugat Rekonvensi melalui suratnya kepada Penggugat
Rekonvensi tanggal 22 April 2004 telah mengajukan klaim diantaranya
kerugian kerusakan Mesin Granulator sebesar Rp.8.801.676.000,-
(delapan milyar delapan ratus satu juta enam ratus tujuh puluh enam
Rupiah) atau setara SGD 1.692.630.00 (One million ninety two thousand
six hundred and thirty Singapore dollars);
9. Bahwa meskipun dalam pertemuan pada tanggal 28 Mei 2004,
Penggugat Rekonvensi telah menyatakan bahwa klaim pembayaran
tersebut tidak dapat diterima oleh karena tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang asuransi maupun perjanjian asuransi,
namun Tergugat Rekonvensi tidak menerima dan tetap bersikukuh
untuk mengajukan klaim pembayaran dengan tujuan memperoleh
keuntungan dari jaminan Polis Asuransi;
10. Bahwa padahal tindakan Tergugat Rekonvensi tersebut adalah melawan
hukum, yaitu prinsip asuransi yang terkait penggantian klaim
sebagaimana diatur dalam Pasal 253 KUHD jo. Pasal 12 dan 11 Polis
Asuransi yang menyatakan bahwa penggantian klaim adalah untuk
mengembalikan kondisi objek pertanggungan kepada keadaan sesaat
sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan, sepanjang klaim tersebut
terjamin dalam polis, atau dengan kata lain nilai penggantian atas
kerugian atau kerusakan adalah sesuai dengan nilai benda/objek
asuransi yang rusak sesuai dengan harga sesaat sebelum terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, bukan mengganti senilai harga
pembelian atau pembuatan barang atau objek pertanggungan.
Pasal 253 KUHD:
“Suatu pertanggungan yang melebihi jumlah harga atau kepentingan
yang sesungguhnya, hanyalah sah sampai jumlah tersebut.
Apabila harga penuh sesuatu barang tidak dipergunakan, maka apabila
timbul kerugian, si penanggung hanyalah diwajibkan menggantinya
menurut imbangan dari pada bagian yang dipertanggungkan terhadap
bagian yang tidak dipertanggungkan.
…”
Pasal 12 ayat (1) Polis Asuransi
“Taksiran harga didasarkan atas harga sebenarnya dari harta benda
yang dipertanggungkan pada saat terjadinya kerugian atau kerusakan,
tanpa ditambah unsur laba sedikitpun”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 63 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Pasal 11 Polis Asuransi
“Tertanggung yang bertujuan memperoleh keuntungan dari jaminan
Polis ini yang dengan sengaja :
(1) memperbesar jumlah kerugian yang diderita;
tidak berhak memperoleh ganti rugi.”
Dengan demikian, Tergugat Rekonvensi seharusnya hanya mengajukan
klaim pembayaran atas kerugian kerusakan yang riil dan bukan
bertujuan mencari laba atau keuntungan dari pertanggungan asuransi
tersebut.
11. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada bagian konpensi, Tergugat
Rekonvensi justru mengajukan gugatan wanprestasi kepada Tergugat I
dimana Mahkamah Agung melalui Putusan MA No.664 PK/Pdt/2011
tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911 K/Pdt/2009 tanggal 19
Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan
No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007 jo. Putusan PN
Medan No.58/Pdt.G/2006 tanggal 14 Agustus 2006, telah memberikan
pertimbangan diantaranya sebagai berikut :
Alinea Ketiga Halaman 63 Putusan PN Medan No.58/Pdt.G/2006
tanggal 14 Agustus 2006 yang telah dikuatkan melalui Putusan MA
No.664 PK/Pdt/2011 tanggal 23 April 2012 jo. Putusan MA No.911
K/Pdt/2009 tanggal 19 Agustus 2009 jo. Putusan Pengadilan Tinggi
Medan No.214/Pdt/2007/PT.Mdn tanggal 11 September 2007 :
“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan kami
tersebut di atas, maka Pengadilan Negeri berpendapat : oleh karena tiga
perusahaan asuransi lainnya yang bertindak sebagai penanggung di
dalam perkara ini tidak turut digugat, maka gugatan penggugat
dipandang kurang pihak dan oleh karenanya pula gugatan Penggugat
haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;”
12. Bahwa meskipun berdasarkan Putusan MA tersebut, Tergugat
Rekonvensi seharusnya kembali mengajukan gugatan wanprestasi
kepada Penggugat Rekonvensi dan mengikutsertakan pihak-pihak yang
diharuskan untuk turut digugat, yaitu PT Asuransi Staco Jasapratama,
PT Asuransi Dharma Bangsa dan PT Asuransi Ramayana, namun
Tergugat Rekonvensi kembali melanjutkan usaha atau perbuatannya
untuk memperoleh laba atau keuntungan atau pertanggungan asuransi
tersebut dengan mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum yang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 64 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
tanpa dasar dan penuh spekulasi dengan cara melakukan
penyalahgunaan hukum acara perdata;
13. Bahwa gugatan yang menyesatkan dan tanpa dasar yang jelas dari
Tergugat Rekonvensi telah berdampak pada reputasi dan citra baik
Penggugat Rekonvensi sebagai perusahaan asuransi. Dengan adanya
gugatan tersebut Penggugat Rekonvensi dituduh melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yakni seolah-olah Penggugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara bekerja sama
dengan Perusahaan Penilai Kerugian, padahal Tergugat Rekonvensi
sesungguhnya menimpakan kesalahan dirinya sendiri secara
sewenang-wenang guna memperoleh ganti rugi atas perbuatan
Tergugat Rekonvensi sendiri. Padahal Tergugat Rekonvensi menyadari
dan pasti juga mengetahui bahwa hal itu tidak benar oleh karena
tindakan Penggugat Rekonvensi telah bersesuaian dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang asuransi serta Perjanjian itu sendiri;.
14. Bahwa perbuatan Tergugat Rekonvensi merupakan suatu bentuk
perbuatan melawan hukum oleh karena telah memenuhi unsur-unsur
perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan asas-asas hukum yang berlaku;
a. Pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan sebagai berikut:
“tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”
b. Menurut uraian dalam bukunya yang berjudul “Perbuatan Melawan
Hukum”, Prof. Dr. Rosa Agustina, S.H., M.H. menyebutkan unsur-
unsur perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365
KUHPerdata sebagai berikut:
harus ada perbuatan
perbuatan itu harus melawan hukum
ada kerugian
ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu
dengan kerugian
ada kesalahan
c. Perbuatan Tergugat Rekonvensi sebagaimana diuraikan di atas,
jelas telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum, yaitu:
– Harus ada perbuatan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 65 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Unsur ini terbukti dengan adanya perbuatan Tergugat
Rekonvensi, yaitu (i) mengajukan klaim pembayaran atas
kerugian kerusakan yang tidak riil dan bertujuan mencari laba
atau keuntungan dari pertanggungan asuransi, (ii) gugatan yang
menyesatkan dan tanpa dasar yang jelas dari Tergugat
Rekonvensi tersebut padahal diketahuinya hal itu tidak benar;
– Perbuatan itu harus melawan hukum
Unsur ini juga telah terbukti oleh karena (i) Tergugat Rekonvensi
mengajukan klaim pembayaran atas kerugian kerusakan yang
tidak riil dan bertujuan mencari laba atau keuntungan dari
pertanggungan asuransi Tergugat Rekonvensi, padahal hal
tersebut bertentangan dengan Pasal 253 KUHD jo. Pasal 11 dan
Pasal 12 Polis Asuransi dan (ii) Tergugat Rekonvensi telah
dengan sengaja dan itikad buruk mendalilkan bahwa seolah-
olah Penggugat Rekonvensi telah melakukan perbuatan
melawan hukum dan menimpakan kesalahan dirinya sendiri
secara sewenang-wenang guna memperoleh ganti rugi atas
perbuatan yang dilakukan Tergugat Rekonvensi. Padahal
Tergugat Rekonvensi menyadari dan pasti juga mengetahui
bahwa hal itu tidak benar oleh karena tindakan Penggugat
Rekonvensi telah bersesuaian dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang asuransi serta Polis Asuransi itu sendiri;
– Adanya kerugian
Unsur ini jelas terbukti dengan adanya kerugian materil dan
immateril yang diderita Penggugat Rekonvensi, yaitu:
Kerugian Materiil sebesar Rp. 1.432.390.392,- (satu milyar
empat ratus tiga puluh dua juta tiga ratus sembilan puluh ribu
tiga ratus sembilan puluh dua Rupiah);
serta Kerugian Immateriil sebesar Rp. 5.655.055.775,- (lima
milyar enam ratus lima puluh lima juta lima puluh lima ribu tujuh
ratus tujuh puluh lima Rupiah) yang rinciannya akan kami
uraikan di bawah;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 66 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
– Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum
itu dengan kerugian
Unsur ini terbukti oleh karena kerugian-kerugian yang diderita
oleh Penggugat Rekonvensi sebagaimana disebutkan di atas
adalah diakibatkan oleh rangkaian perbuatan melawan hukum
yang dilakukan Tergugat Rekonvensi terhadap Penggugat
Rekonvensi terkait (i) perbuatan mengajukan klaim pembayaran
atas kerugian kerusakan yang tidak riil dan bertujuan mencari
laba atau keuntungan dari pertanggungan asuransi dan (ii)
gugatan yang menyesatkan dan tanpa dasar yang jelas dari
Tergugat Rekonvensi dan berdampak pada reputasi dan citra
buruk Penggugat Rekonvensi sebagai Perusahaan Asuransi;
– Adanya kesalahan
Perbuatan Tergugat Rekonvensi yang melawan hukum
didasarkan atas adanya kesalahan yang dilakukan Tergugat
Rekonvensi, oleh karena Tergugat Rekonvensi mengetahui
persis bahwa tindakan yang dilakukannya adalah melawan
hukum, yang menimpakan kesalahan dirinya sendiri secara
sewenang-wenang guna memperoleh ganti rugi atas perbuatan
Tergugat Rekonvensi sendiri. Meskipun Tergugat Rekonvensi
menyadari dan pasti juga mengetahui bahwa hal itu tidak benar
oleh karena tindakan Penggugat Rekonvensi telah bersesuaian
dengan ketentuan perundang-undangan di bidang asuransi
serta Perjanjian Asuransi itu sendiri, Tergugat Rekonvensi tetap
melakukan gugatan yang menyesatkan dan tanpa dasar yang
jelas dari Tergugat Rekonvensi dan berdampak pada reputasi
dan citra baik Penggugat Rekonvensi selaku Perusahaan
Asuransi;
15. Bahwa oleh karenanya terbukti, tindakan dan perbuatan yang dilakukan
secara sadar oleh Tergugat Rekonvensi, yang telah dengan sengaja
dan itikad buruk (i) mengajukan klaim pembayaran atas kerugian
kerusakan yang tidak riil dan bertujuan mencari laba atau keuntungan
dari pertanggungan asuransi, (ii) gugatan yang menyesatkan dan tanpa
dasar yang jelas dari Tergugat Rekonvensi tersebut padahal
diketahuinya hal itu tidak benar, merupakan Perbuatan Melawan Hukum
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 67 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
(vide, Pasal 1365 KUHPerdata), yang telah mengakibatkan kerugian
bagi Penggugat, baik secara materiil maupun immateriil.
16. Bahwa lebih lanjut, gugatan yang diajukan oleh Tergugat Rekonvensi
terhadap Penggugat Rekonvensi jelas merupakan tindakan
penyalahgunaan Hukum Acara Perdata sebagai yang disebut P.A. Stein
dalam halaman 53 dari bukunya yang berjudul "Compendium van het
Burgerlijk Procesrecht”. cetakan ke-6, 1965, sebagai berikut:
“In het burgerlijk recht is het leerstuk van misbruik van recht bekend.
Misbruik van recht levert een tot schadevergoeding verplichtende
onrechtmatige daad op. Zoals men van een materieele bevoegdheid
(bijvoorbeeld eigenaarsbevoegdheid) misbruik kan maken, zo is ook
misbruik van een processuele bevoegdheid denkbaar, bijv. wanneer de
eiser een rechtsmiddel aanwendt dat niet de strekking heeft de rechter
over de zaak zelf te doen beslissen, doch alleen op gericht is de
wederpactij in de procedure nadeel toe te brengen":
Terjemahannya:
Dalam hukum perdata dikenal teori penyalahgunaan hak.
Penyalahgunaan hak menimbulkan perbuatan melawan hukum, yang
mewajibkan pembayaran ganti rugi. Sebagaimana kita dapat
menyalahgunakan suatu kewenangan materiil (misalnya kewenangan
seorang pemilik), demikian juga penyalahgunaan kewenangan beracara
mungkin dengan cara jika seorang penggugat menggunakan suatu
sarana hukum yang tidak dimaksudkan agar hakim memutuskan sendiri
perkara itu namun hanya dimaksudkan untuk merugikan pihak lawan
dalam prosedur itu";
17. Bahwa Gugatan Tergugat Rekonvensi terhadap Penggugat Rekonvensi
hanyalah sebatas gugatan coba-coba belaka yang tidak memiliki dasar
hukum apapun, karena Penggugat Konvensi mengetahui dengan jelas
bahwa tindakan Penggugat Rekonvensi telah bersesuaian dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang asuransi serta Polis Asuransi
itu sendiri;
I. Kerugian Penggugat Rekonvensi Akibat Tindakan Tergugat Rekonvensi
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 68 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
18. Bahwa Tergugat Rekonvensi secara sadar telah melakukan gugatan
yang menyesatkan dan tanpa dasar yang jelas dan berdampak pada
reputasi dan citra Penggugat Rekonvensi sebagai pemberi jasa
asuransi, yang seketika itu mengundang pandangan buruk dari
masyarakat khususnya pengguna jasa asuransi terhadap Penggugat
Rekonvensi, dalam lingkup bidang pemberian jasa asuransi;
19. Bahwa selain itu, perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi
telah menimbulkan dampak negatif bagi Penggugat Rekonvensi dan
disaat yang sama juga menderita kerugian baik materiil dan immateril.
Adapun rincian dari kerugian materiil dan imateriil adalah sebagai
berikut:
Kerugian Materiil
1. Kerugian karena harus mengeluarkan biaya untuk jasa hukum yang
disewa untuk mewakili Penggugat Rekonvensi dalam perkara di PN
Medan dengan nomor perkara No.58/Pdt.G/2006 sampai dengan
tingkat Peninjauan Kembali di MA dengan nomor perkara No.664
PK/Pdt/2011 sebesar Rp. 1.317.930.392,- (satu milyar tiga ratus
tujuh belas juta sembilan ratus tiga puluh ribu tiga ratus sembilan
puluh dua Rupiah) dan SGD 4.894 (empat ribu delapan ratus
sembilan puluh empat Dollar Singapura) yang akan kami buktikan
pada tahap pembuktian;
2. Kerugian karena harus mengeluarkan biaya untuk akomodasi dan
transportasi kuasa hukum Penggugat Rekonvensi untuk mewakili
Penggugat Rekonvensi dalam perkara a-quo sebesar:
a. Biaya akomodasi penginapan kuasa Pengugat Rekonvensi guna
mengikuti persidangan di Pengadilan Negeri Medan:
Kuasa Penggugat Rekonvensi yang menghadiri persidangan 2
(dua) orang. Penginapan disewa untuk 1 (satu) malam,
persidangan yang sudah berjalan sebanyak 4 (empat) kali
sampai dengan diajukannya jawaban ini. Harga hotel per malam
untuk 1 (satu) orang Rp. 800.000,-. Sehingga biaya akomodasi
adalah= 2 x 4 x Rp. 800.000 = Rp. 6.400.000,- (enam juta empat
ratus ribu Rupiah)
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 69 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
b. Biaya Transportasi (pesawat, taksi dan kereta api) kuasa
Penggugat Rekonvensi guna mengikuti persidangan di
Pengadilan Negeri Medan:
Kuasa Penggugat Rekonvensi yang menghadiri persidangan 2
(dua) orang. Tiket pesawat Garuda Indonesia (PP) Jakarta-
Medan-Jakarta @ Rp. 4.323.000,-. Ongkos taksi (PP) rumah-
Bandara Soekarno Hatta, Jakarta-rumah @ Rp.400.000,-.
Ongkos kereta api Bandara Kuala Namu-Kota Medan-Bandara
Kuala Namu @ Rp. 200.000,-. Persidangan yang sudah berjalan
sebanyak 4 (empat) kali sampai dengan diajukannya jawaban
ini. Sehingga biaya transportasi yang telah dikeluarkan = 2 x
(Rp. 4.323.000 + Rp 400.000,- + Rp 200.000,-) x 4 = Rp.
39.384.000 (tiga puluh sembilan juta tiga ratus delapan puluh
empat ribu Rupiah);
c. Biaya Akomodasi dan Transportasi untuk persidangan selanjutnya
yang sudah dapat dipastikan akan berlangsung adalah
diperkirakan paling sedikit 6 (enam) kali persidangan lagi,
sehingga biaya yang sudah dapat diperhitungkan akan
dikeluarkan adalah sebagai berikut:
c.1. biaya akomodasi adalah = 2 x 6 x Rp 800.000 =
Rp.9.600.000
c.2. biaya transportasi adalah = 2 x (Rp 4.323.000 +
Rp.400.000,- + Rp.200.000,-) x 6 = Rp. 59.076.000
Total (c.1 + c.2) Rp.68.676.000,- (enam puluh delapan juta
enam ratus tujuh puluh enam ribu Rupiah)
Total biaya-biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dan
transportasi kuasa Pemohon Rekonvensi (a + b + c) adalah
Rp.6.400.000,- + Rp.39.384.000 + Rp.68.676.000,- =
Rp.114.460.000,- (seratus empat belas juta empat ratus enam
puluh ribu Rupiah)
Total Kerugian materiil adalah sebesar Rp. 1.317.930.392,- +
Rp.114.460.000,- = Rp. 1.432.390.392,- (satu milyar empat ratus
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 70 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
tiga puluh dua juta tiga ratus sembilan puluh ribu tiga ratus sembilan
puluh dua Rupiah).
Kerugian Immateriil
Bahwa terkait gugatan yang diajukan oleh Tergugat Rekonvensi yang
tanpa dasar tersebut Penggugat Rekonvensi telah dirugikan secara
immateriil yaitu:
1) Menimbulkan ketidaknyamanan dan mengurangi potensi jasa
asuransi Penggugat Rekonvensi khususnya pada beberapa
karyawan yang pada akhirnya harus menghabiskan waktu
produktifnya untuk mengumpulkan bukti perbuatan melawan hukum
yang telah dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi, menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dan kesan yang ditimbulkan akibat dari
tindakan Tergugat Rekonvensi tersebut. Seluruh hal tersebut telah
menimbulkan kerugian waktu dan tenaga yang diderita Penggugat
Rekonvensi;
Dengan asumsi karyawan yang diperbantukan untuk menangani
perkara ini adalah 10 (sepuluh) orang, maka sampai dengan perkara
ini selesai (berkekuatan hukum tetap) sesuai dengan SEMA
Mahkamah Agung No. 2 tahun 2014 perkara selesai di tingkat
Pengadilan Negeri (5 bulan) di tingkat Pengadilan Tinggi (3 bulan)
dan di Mahkamah Agung (3 bulan) maka diperkirakan jumlah
kerugian imateriil:
10 xUMR x 11 bulan = 10 x Rp. 2.037.000 (UMR Medan) x 11 bulan
= Rp.224.070.000,-(dua ratus dua puluh empat
juta tujuh puluh ribu Rupiah)
2) Bahwa akibat Perbuatan Tergugat Rekonvensi, Penggugat
Rekonvensi telah mengalami kerugian imateriil oleh karena harus
mengeluarkan biaya-biaya, tenaga, dan waktu yang signifikan untuk
mengajukan upaya hukum berupa jawaban maupun gugatan
Rekonvensi ini, dimana seharusnya biaya-biaya tersebut tidak perlu
diderita Para Penggugat Rekonvensi apabila Tergugat Rekonvensi
tidak mengajukan gugatan yang menyesatkan dan tanpa dasar yang
jelas dan berdampak pada reputasi dan citra baik Penggugat
Rekonvensi, menimbulkan preseden buruk bagi reputasi Penggugat
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 71 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Rekonvensi, dan mengusik keberlangsungan usaha pemberian jasa
asuransi Penggugat Rekonvensi serta menimbulkan resiko/ potensi
kehilangan klien yang menimbulkan kerugian yang tentunya untuk
mengembalikan kepercayaan klien tersebut membutuhkan upaya-
upaya promosi yang setidaknya dilakukan melalui iklan dan
pembuatan materi-materi penjualan (marketing materials) yang
memerlukan biaya Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar Rupiah);
3) Bahwa kerugian yang diderita Penggugat Rekonvensi apabila
digunakan untuk membiayai investasi dalam bidang lain maka boleh
jadi akan memberikan keuntungan finansial maupun kebaikan yang
tidak ternilai harganya;.Dengan asumsi rate deposito tertinggi di
tahun 2015 adalah 9%
maka nilai kerugian sebesar Rp. 5.224.070.000,- jika dikalikan
dengan rate deposito pertahun sebesar 9% maka selama proses ini
(11 bulan), Penggugat Rekonvensi dirugikan sebesar
Rp.5.224.070.000 x 11/12 x 9% = Rp. 430.985.775 (empat ratus
tiga puluh juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu tujuh ratus
tujuh puluh lima Rupiah).
Total kerugian butir 1, 2 dan 3 ini keseluruhannya apabila dinilai
dengan uang setara dengan Rp. 5.655.055.775,- (lima milyar enam
ratus lima puluh lima juta lima puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh
lima Rupiah);
20. Bahwa dikarenakan Tergugat Rekonvensi telah mengajukan gugatan
tanpa dasar dan telah mengakibatkan kerugian terhadap Penggugat
Rekonvensi, maka sangat beralasan hukum apabila Tergugat
Rekonvensi juga dihukum untuk membuat iklan permohonan maaf
kepada Penggugat Rekonvensi melalui media massa skala nasional
yaitu di (i) harian Investor Daily, (ii) harian Kompas, (iii) harian Media
Indonesia, (iv) harian Bisnis Indonesia, dan (v) harian Jakarta Post serta
(vi) harian Indonesia Today, selama 3 (tiga) hari berturut-turut dengan
ukuran pemberitahuan setidak-tidaknya ½ (setengah) halaman;
I. Tentang Sita Jaminan
21. Bahwa agar Gugatan Rekonvensi ini tidak sia-sia dan karena
dikhawatirkan Tergugat Konvensi akan menghindar dari kewajibannya
menjalankan putusan dalam perkara ini atau mengalihkan harta
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 72 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
kekayaannya, mohon Pengadilan meletakkan Sita Jaminan atas harta
benda milik Tergugat Rekonvensi yang tepatnya akan disusulkan
dengan surat terpisah.
Maka, berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum yang diajukan oleh Penggugat Konpensi dalam perkara No.
341/Pdt.G/2015/PN.MDN adalah tidak berdasar dan harus ditolak untuk
seluruhnya. Dan pada kesempatan ini juga Tergugat I sekaligus Penggugat
Rekonvensi memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan
mengabulkan gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonvensi.
Oleh karena itu, Tergugat I dalam Konpensi dan Penggugat dalam Rekonvensi
memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan, yang memeriksa
perkara a-quo memberikan putusan dengan amar sebagai berikut:
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
1. Menerima Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I untuk seluruhnya;
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Atau;
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat membayar biaya perkara;
DALAM REKONVENSI
1. Menerima gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum terhadap Penggugat Rekonvensi;
3. Menghukum Tergugat Rekonvensi mengganti kerugian materiil sebesar
Rp. 1.432.390.392,- (satu milyar empat ratus tiga puluh dua juta tiga ratus
sembilan puluh ribu tiga ratus sembilan puluh dua Rupiah) serta kerugian
immateriil Rp. 5.655.055.775,- (lima milyar enam ratus lima puluh lima juta
lima puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh lima Rupiah);
4. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membuat iklan permohonan maaf
kepada Penggugat Rekonvensi melalui media massa skala nasional yaitu di
(i) harian Investor Daily, (ii) harian Kompas, (iii) harian Media Indonesia, (iv)
harian Bisnis Indonesia, dan (v) harian Jakarta Post serta (vi) harian
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 73 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Indonesia Today, selama 3 (tiga) hari berturut-turut dengan ukuran
pemberitahuan setidak-tidaknya ½ (setengah) halaman;
5. Meletakkan sita jaminan atas harta benda milik Tergugat Rekonvensi;
6. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara;
Atau, apabila Pengadilan Negeri Medan berpendapat lain mohon putusan yang
sesuai dengan ketentuan hukumnya.
Menimbang bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat-II, telah
menyampaikan jawaban tertanggal 07 Oktober 2015 yang pada pokoknya
berbunyi sebagai berikut :
1) Bahwasanya akibat peristiwa kebakaran, proses produksi Penggugat terhenti
sejak 1 April 2004, sedangkan di lain pihak menurut Penggugat, Tergugat I
dan Tergugat II tidak mau melaksanakan kewajibannya karena adanya
pelanggaran Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian (“Undang-Undang Perasuransian”). Penggugat
mendalilkan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan
hukum yaitu dengan melanggar Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPer”)
2) Penggugat mendalilkan, akibat terafiliasi tersebut terjadilah kongkalikong
atau hengkipengki antara Tergugat I dan Tergugat II dengan cara melanggar
Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Perasuransian jo. Pasal 1365
KUHPerdata, sehingga Penggugat telah mengalami kerugian sejak 1 April
2004 sampai dengan tahun 2015. Kerugian tersebut dikarenakan terhentinya
proses produksi;
3) Penggugat mendalilkan Tergugat I dan Tergugat II serta Turut Tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum dan Penggugat menuntut ganti
kerugian baik materiil maupun immateriil
Atas pokok gugatan sebagaimana disampaikan di atas, maka dapat diberikan
tanggapan-tanggapan atas gugatan tersebut, baik dalam Eksepsi maupun
dalam Pokok Perkara (menyangkut materi surat gugatan) sebagai berikut :
DALAM KONPENSI
II. DALAM EKSEPSI
1. Eksepsi Kompetensi Relatif
1. Bahwa Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang secara relatif untuk
memeriksa dan mengadili perkara a-quo oleh karena tempat
kedudukan Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat tidak termasuk
di dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 74 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2. Bahwa tempat kediaman atau kedudukan perseroan terbatas sesuai
ketentuan hukumnya diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut “UU
Perseroan Terbatas“), yang berbunyi sebagai berikut:
(3) Perseroan mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau
kabupaten dalam wilayah Republik Indonesia yang ditentukan
dalam anggaran dasar.
(4) Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.
Oleh karena itu, maka berdasarkan Pasal 17 UU Perseroan Terbatas,
tempat kedudukan perseroan yang sekaligus merupakan kantor pusat
Perseroan adalah sesuai yang ditentukan dalam anggaran dasar
perseroan tersebut.
3. Bahwa berdasarkan website Tergugat I yang beralamat di
http://www.aswata.co.id/ secara jelas dicantumkan bahwa alamat
Kantor Pusat Tergugat I adalah di Gedung Asuransi Wahana Tata,
Jalan H. R. Rasuna Said, Kavling C-4, Jakarta, secara tepatnya
Jakarta Selatan, sehingga dengan demikian maka telah terbukti
bahwa secara hukum kedudukan Tergugat I adalah di Jakarta
Selatan.
4. Bahwa sesuai dengan Anggaran Dasar Tergugat II yaitu Akta No. 04
tanggal 21 Desember 2007 tentang ”Pernyataan Keputusan Rapat PT
Satria Dharma Pusaka Crawford THG”, dalam Pasal 1 dinyatakan:
”1. Perseroan terbatas ini bernama ”PT SATRIA DHARMA PUSAKA
CRAWFORD THG”, (selanjutnya disebut ”Perseroan”), berkedudukan
di Kotamadya Jakarta Pusat.”
Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar Tergugat II tersebut telah jelas
terbukti bahwa Tergugat II berkedudukan sekaligus berkantor Pusat di
Kotamadya Jakarta Pusat, dengan demikian Tergugat II masuk dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bukan di Pengadilan
Negeri Medan.
5. Bahwa Penggugat dalam Gugatan a quo halaman 1 juga telah
mengakui bahwa Tergugat II berkedudukan di Prince Centre Building
7th Floor Jl.Jend. Sudirman Kav.3-4, Jakarta Pusat, maka telah
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 75 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
terbukti pula bahwa secara hukum kedudukan Tergugat II adalah di
Jakarta Pusat.
6. Bahwa Pasal 142 ayat (2) RBg. yang isinya tidak jauh berbeda
dengan Pasal 118 HIR telah mengatur bahwa:
”Dalam hal ada beberapa tergugat yang tempat tinggalnya tidak
terletak di dalam wilayah satu pengadilan negeri, maka gugatan
diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berada di wilayah satu
di antara para tergugat, menurut pilihan penggugat. Dalam hal para
tergugat berkedudukan sebagai debitur dan penanggungnya, maka
sepanjang tidak tunduk kepada ketentuan–ketentuan termuat dalam
ayat (2) pasal 6 Reglemen susunan kehakiman dan kebijaksanaan
mengadili di Indonesia. Gugatan diajukan kepada ketua pengadilan
negeri tempat tinggal orang yang berutang pokok (debitur pokok) atau
seorang diantara para debitur pokok” .
7. Bahwa Pasal 149 ayat (2) RBg menyatakan:
“Bila Tergugat dalam surat jawabannya seperti yang dimaksud dalam
Pasal 145 mengajukan sanggahan tentang kewenangan pengadilan
negeri itu, maka pengadilan negeri, meskipun tergugat tidak hadir, dan
setelah mendengar penggugat harus mengambil keputusan tentang
sanggahan itu dan hanya jika sanggahan itu tidak dibenarkan,
mengambil putusan tentang pokok perkaranya”
8. Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas, telah jelas bahwa
kedudukan hukum dan kantor pusat Tergugat I dan Tergugat II adalah
di DKI Jakarta, dimana masing- masing berada di Kotamadya Jakarta
Selatan dan Kotamadya Jakarta Pusat, bukan di Medan, dan oleh
karena itu berdasarkan Pasal 142 ayat (2) jo. 149 ayat (2) RBg.,
Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang secara relatif untuk
mengadili perkara a quo. Dengan demikian Eksepsi Kompetensi
Relatif sangat beralasan untuk dikabulkan.
9. Bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas, sesuai dengan Pasal 142
ayat (2) RBg jo. Pasal 149 ayat (2) RBg Tergugat II mohon agar
Majelis Hakim menerima Eksepsi Kompetensi Relatif yang diajukan
oleh Tergugat II dan menyatakan Gugatan a quo tidak dapat diterima
karena Pengadilan Negeri Medan tidak berwenang mengadili perkara
a quo.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 76 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2. Gugatan Penggugat Tidak Memiliki Kepentingan Hukum (Point D’interet
Point D’action)
1. Bahwa Pasal 8 ayat (3) RV, pada pokoknya menyatakan bahwa:
“pemberitahuan gugatan harus memuat upaya-upaya dan pokok
gugatan disertai kesimpulan yang jelas dan tertentu” atau dengan kata
lain surat gugat itu harus disusun secara sistematis dengan unsur-
unsur identitas para pihak, dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan
hukum yang merupakan dasar diajukannya suatu gugatan dan
petitum.
2. Bahwa terkait dengan pihak-pihak yang diajukan dalam gugatan,
hukum acara perdata mengenal asas tiada gugatan tanpa
kepentingan hukum, point d’ interet point d’ action. Asas ini menurut
Prof Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. mengandung arti: “bahwa suatu
tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup,
merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu
oleh pengadilan guna diperiksa: point d’ interet point d’ action”.
3. Bahwa Penggugat dalam gugatannya sama sekali tidak menguraikan
“kepentingan hukum” apa yang dimilikinya dalam perkara a quo
sehingga berhak mengajukan gugatan kepada Tergugat II;
4. Bahwa Penggugat dalam dalilnya pada Butir 6 halaman 2 Gugatan
menyatakan sebagai berikut:
”...untuk keperluan penilaian kerugian atas kebakaran pabrik
PENGGUGAT kemudian TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHA TATA)
menunjuk TERGUGAT II (PT SATRIA DHARMA PUSAKA
CRAWFORD THG.) sebagai Perusahaan Penilai Kerugian (Loss
Adjuster) ...”
5. Bahwa Penggugat dalam kutipan di atas telah dengan sendirinya
menyatakan dengan jelas bahwa kedudukan Tergugat II sebagai
Perusahaan Penilai Kerugian/Loss Adjuster berdasarkan Undang-
Undang Perasuransian, yang mana dalam Pasal 1 angka 11 Undang-
Undang Perasuransian, telah dinyatakan bahwa Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang
dipertanggungkan.
6. Bahwa dalam perkara a quo Penggugat dengan tanpa dasar yang
jelas menyatakan bahwa Tergugat I berafiliasi dengan Tergugat II.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 77 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Dalil ini diajukannya tanpa didasarkan bukti dan uraian dasar hukum
yang jelas dan hanya bersifat tuduhan semata.
7. Bahwa oleh karena itu, maka gugatan Penggugat dalam perkara a
quo tidak memiliki kepentingan hukum untuk menggugat Tergugat II.
8. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka gugatan
Penggugat yang tidak memiliki kepentingan hukum untuk menggugat
(point d’ interet point d’ action) harus dinyatakan tidak dapat diterima
(Niet Ontvankelijke Verklaard).
3. Gugatan Penggugat Kurang Pihak
1. Bahwa dalam Gugatan a quo para pihak yang dijadikan sebagai Para
Tergugat adalah PT Asuransi Wahana Tata cabang Medan sebagai
Tergugat I, PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG sebagai
Tergugat II, dan PT Bank Mandiri cabang Medan sebagai Turut
Tergugat.
2. Bahwa dalam perkara a quo, sebenarnya tidak dapat dipungkiri bahwa
duduk permasalahan adalah berkaitan langsung dengan Polis No. 02-
23-06003228 dimana Penggugat sebagai Tertanggung dan pihak
Penanggung terdiri dari Tergugat I, PT Asuransi Staco Jasapratama,
PT Asuransi Dharma Bangsa, PT Asuransi Ramayana Tbk., dengan
porsi pertanggungan masing-masing sebagai berikut:
Tergugat I sebesar 55%;
PT Asuransi Staco Jasapratama sebesar 15%;
PT Asuransi Dharma Bangsa sebesar 15%; dan
PT Asuransi Ramayana Tbk. sebesar 15%.
3. Bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai penilai kerugian/Loss
Adjuster sebenarnya Tergugat II tidak terkait dengan permasalahan
polis tersebut. Pertanggungan Polis Asuransi adalah antara
Penggugat selaku Tertanggung dengan Penanggung yang terdiri dari
Tergugat I, PT Asuransi Staco Jasapratama, PT Asuransi Dharma
Bangsa, dan PT Asuransi Ramayana Tbk. Tergugat II sebagai penilai
kerugian telah menyusun Preliminary Report tertanggal 19 Mei 2004
dan Interim Report tertanggal 22 Juni 2004. Dalam melaksanakan
tugasnya selaku penilai kerugian/Loss Adjuster Tergugat II juga
menggunakan jasa dari Belfor (Asia) Pte. Ltd., selaku Technical
Advisor yang melakukan pemeriksaan terhadap mesin granulator
yang didalilkan oleh Penggugat telah rusak akibat kebakaran yang
terjadi pada 1 April 2004 di pabrik milik Penggugat di Jl. Tengkul/Jl.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 78 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Seruai No. 8, Medan, Labuan, Sumatera Utara dan pihak Belfor (Asia)
Pte. Ltd., juga-lah yang membuat quotation biaya yang dibutuhkan
untuk memperbaiki mesih granulator tersebut.
4. Bahwa oleh karena dalam perkara a quo PT Asuransi Staco
Jasapratama, PT Asuransi Dharma Bangsa, PT Asuransi Ramayana
Tbk., dan Belfor (Asia) Pte. Ltd., sama sekali tidak diikutsertakan
dalam Gugatan a quo, maka secara nyata Gugatan a quo telah
kurang pihak karena dengan tidak diikutsertakannya para pihak
tersebut dapat membuat kabur duduk permasalahan yang
sebenarnya.
5. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka gugatan
Penggugat yang mengandung cacat formil berupa kurangnya pihak
yang digugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).
4. Gugatan Penggugat Kabur atau Tidak Jelas (Obscurum Libellum)
4.1. Gugatan Penggugat Kabur karena Dasar Hukum Penggugat dalam
Mengajukan Gugatan Tidak Berdasarkan Hukum
1. Bahwa Penggugat mendalilkan Gugatan a quo sebagai Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum karena menurut Penggugat,
Tergugat II telah melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-
Undang Perasuransian mengenai larangan melakukan penilaian
kerugian atas obyek asuransi yang diasuransikan kepada
perusahaan asuransi kerugian yang merupakan afiliasi dari
perusahaan penilai kerugian asuransi. Atas dasar perbuatan
melawan hukum tersebut Penggugat sebagaimana Pasal 1365
KUHPerdata menuntut ganti kerugian baik materil maupun
immaterial, sebagaimana berdasarkan dalil-dalil Penggugat
dalam Butir 9 Halaman 3 Gugatan, Butir 15 Halaman 5 Gugatan,
Butir 16 Halaman 6 Gugatan, Butir 17 Halaman 6 Gugatan, dan
Butir 21 Halaman 8 Gugatan.
2. Bahwa berdasarkan dalil-dalil Penggugat tersebut di atas,
Penggugat sama sekali tidak memberikan definisi dari “Afiliasi”
berdasarkan Undang-Undang Perasuransian, namun Penggugat
dengan sesuka hatinya menafsirkan afiliasi menurut
pemahamannya sendiri semata-mata berdasarkan adanya nama
yang sama.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 79 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Bahwa Gugatan Penggugat yang didasarkan pada penafsiran
Penggugat sendiri terkait definisi “Afiliasi” dan tidak mengacu
pada definisi afiliasi yang diatur dalam UU Perasuransian adalah
suatu gugatan yang tidak berdasar hukum Dan sudah
seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI
Reg. No.: 239/Sip/1968 dinyatakan bahwa:
“suatu gugatan yang tidak berdasarkan hukum harus dinyatakan
tidak dapat diterima”
5. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka
Gugatan a quo adalah kabur karena dasar hukum Penggugat
dalam mengajukan Gugatan tidak berdasarkan hukum sehingga
Gugatan a quo harus tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke
Verklaard).
4.2. Gugatan Penggugat Kabur karena Dalil dan Petitum Gugatan Tidak
Beralasan Hukum dan Tidak Konsisten
1. Bahwa dalil-dalil yang disampaikan oleh Penggugat dalam
Gugatan a quo memuat uraian yang tidak beralasan hukum yaitu
sebagai berikut:
Butir 21 halaman 8
“…di lain pihak TERGUGAT I dan TERGUGAT II tidak mau
melaksanakan kewajibannya karena adanya pelanggaran Pasal
13 ayat (2) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (“Undang-Undang Perasuransian”)…”
2. Bahwa Penggugat mendalilkan dalam Butir 21 halaman 8
Gugatannya bahwa Tergugat II “tidak mau melaksanakan
kewajibannya”, padahal Tergugat II dalam perkara a quo jelas-
jelas telah melaksanakan segala kewajibannya, yakni menilai
kerugian yang timbul dalam musibah kebakaran yang ditutup
oleh Polis Asuransi No. 02-23-06003228 dan menyusun
Preliminary Report tertanggal 19 Mei 2004 dan Interim Report
tertanggal 22 Juni 2004 terhadap kerugian yang timbul, bahkan
dalam penyusunan laporan-laporan tersebut, Tergugat II juga
telah meminta bantuan Belfor (Asia) Pte. Ltd., sebagai Technical
Advisor dalam melakukan pemeriksaan terhadap mesin
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 80 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
granulator milik Penggugat, dengan demikian, maka dalil gugatan
yang disampaikan oleh Penggugat adalah tidak beralasan
hukum.
3. Bahwa dalam dalil-dalil yang disampaikan oleh Penggugat dalam
Gugatan a quo memuat uraian yang tidak konsisten yaitu
sebagai berikut:
Butir 13 Halaman 5 Gugatan
“…Sehingga PENGGUGAT pasti akan menderita kerugian yang
sangat besar akibat tidak adanya produksi pupuk (lost of
production) … bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan
untuk melakukan perbaikian mesin oleh TERGUGAT I maka
akan semakin besar pula kerugian PENGGUGAT.”
Butir 14 Halaman 5 Gugatan
“…Pelanggan juga akan klaim denda karena pengiriman pupuk
menjadi terlambat kepada pelanggan karena dengan terjadinya
keterlambatan jadwal pemupukan akan mengakibatkan tanaman
jadi rusak dan menurunkan kualitas hasil panen serta kuantitas
panen juga menurun dan pelanggan pasti akan mengalami
kerugian. Sehingga PENGGUGAT akan mengalami kerugian
besar dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan.”
Butir 15 Halaman 5 Gugatan
“…Akibatnya perusahaan/pabrik PENGGUGAT tidak beroperasi
karena Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan TERGUGAT I
dan TERGUGAT II mengakibatkan kerugian yang secara terus
menerus terjadi sampai waktu yang akan datang. Kerugian ini
disebabkan mesin tidak bisa beroperasi lagi sehingga tidak akan
ada pupuk yang dapat diproduksi (lost of production), maka
PENGGUGAT menderita kerugian yang sangat besar karena
tidak dapat melakukan penjualan pupuk…”
4. Bahwa Penggugat dalam Gugatan a quo sebagaimana yang
terlihat dalam kutipan atas dalil-dalil Penggugat sendiri di atas,
telah mendalilkan “kerugian” yang menurut Penggugat telah
terjadi secara tidak konsisten, dalam Butir 13 Halaman 5
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 81 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Gugatan, Penggugat mendalilkan bahwa “Penggugat pasti akan
menderita kerugian yang sangat besar”, dalam Butir 14 Halaman
5 Gugatan, Penggugat mendalilkan bahwa “ Penggugat akan
mengalami kerugian besar dan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan”, sedangkan dalam Butir 16 Halaman
5 Gugatan, Penggugat mendalilkan bahwa “Penggugat
menderita kerugian yang sangat besar karena tidak dapat
melakukan penjualan pupuk”. Dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat sedemikian, jelas-jelas merupakan dalil yang tidak
konsisten, karena “kerugian” yang didalilkan oleh Penggugat
menjadi tidak jelas, apakah Penggugat baru akan menderita
kerugian atau kerugian telah terjadi.
5. Bahwa dalam Gugatan a quo terdapat inkonsistensi dan
kelalaian yang luar biasa, karena Penggugat telah memasukkan
2 (dua) versi Petitum masing masing di halaman 9 – 10 Gugatan
yang terdiri dari 6 butir dan Petitum di halaman 10 – 11 Gugatan
yang terdiri dari 8 butir. Untuk memudahkan Majelis Hakim yang
memeriksa perkara, kami mengutipkan 2 (dua) versi Petitum
berbeda yang diajukan Penggugat dalam Gugatan a quo sebagai
berikut:
Petitum Halaman 9-10 Gugatan Petitum Halaman 10-11 Gugatan
“…Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di
atas, maka jelas, terang, dan terbukti
secara hukum bahwa TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum sehingga merugikan
PENGGUGAT. Atas dasar itu Pengggat
mohon agar Pengadilan Negeri Medan
memberikan Putusan sebagai berikut:
1) Menerima dan mengabulkan
seluruh isi Gugatan;
“…Bahwa berdasarkan uraian-
uraian hukum yang kami
kemukakan di atas, maka
PENGGUGAT mohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri Medan
berkenan memberikan putusan
sebagai berikut:
Dalam Provisi:
Mohon kepada Ketua Pengadilan
Negeri Medan untuk segera
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 82 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2) Menyatakan bahwa TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum;
3) Menyatakan sah dan berharga sita
jaminan yang diletakkan atas harta
benda milik TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT, yaitu:
– Tanah dan bangunan yang
berdiri di atasnya yang terletak
di Jalan Pemuda Nomor 9
Medan, Sumatera Utara;
– Tanah dan bangunan yang
terletak di Jl. H.R. Rasuna Said,
C-4, Jakarta;
– Tanah dan bangunan yang
terletak di Prince centre Building
7th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.
3-4 Jakarta;
– Seluruh peralatan/inventaris
kantor yang terdapat di dalam
kantor/gedung milik TERGUGAT
I dan TERGUGAT II tersebut di
atas;
– Seluruh saham milik
TERGUGAT I dan TERGUGAT
II.
4) Menghukum TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT secara tanggung
renteng untuk membayar kerugian
PENGGUGAT baik secara materiil
maupun immaterial, dengan
perincian sebagai berikut:
Kerugian Materiil sebesar:
memerintahkan Juru Sita
Pengadilan Negeri Medan untuk
menghentikan proses sita jaminan
dan eksekusi sesuai dengan surat
penetapan Pengadilan Negeri
Medan No.
64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal
15 Desember 2009 tentang
eksekusi sita hak tanggungan
kepada PENGGUGAT hingga
perkara a quo mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (inkracht van
gewijsde).
Dalam Pokok Perkara:
1) Mengabulkan Gugatan yang
diajukan PENGGUGAT untuk
seluruhnya;
2) Menyatakan sah dan berharga
surat bukti yang diajukan.
3) Menyatakan peletakan Sita
Revindikatoir Beslag atas:
– Tanah dan bangunan yang
berdiri di atasnya yang
terletak di Jalan Pemuda
Nomor 9 Medan, Sumatera
Utara;
– Tanah dan bangunan yang
terletak di Jl. H.R. Rasuna
Said, C-4, Jakarta;
– Tanah dan bangunan yang
terletak di Prince centre
Building 7th Floor Jl. Jend.
Sudirman Kav. 3-4 Jakarta;
– Seluruh
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 83 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Pembulatan menjadi
Rp.226.527.727.119,-
Kerugian Immaterial sebesar:
Pembulatan menjadi
Rp.453.055.454.238
Total Kerugian sebesar:
Pembulatan menjadi
Rp.679.583.181.357,-
5) Memutuskan bahwa perhitungan
kerugian materiil dan immaterial
yang harus dibayar oleh
TERGUGAT I dan TERGUGAT II
serta TURUT TERGUGAT bukan
saja kerugian yang terjadi sampai
dengan tahun 2005 saja, juga
menghukum TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT untuk tetap membayar
kerugian-kerugian yang dialami
oleh PENGGUGAT dari tahun 2006
dan seterusnya sampai
TERGUGAT I dan TERGUGAT II
serta TURUT TERGUGAT
melaksanakan isi Putusan ini;
6) Menghukum TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT secara tanggung
renteng membayar biaya-biaya
perkara.”
peralatan/inventaris kantor
yang terdapat di dalam
kantor/gedung milik
TERGUGAT I dan
TERGUGAT II tersebut di
atas;
– Seluruh saham milik
TERGUGAT I dan
TERGUGAT II.
Adalah sah dan berharga.
4) Menyatakan perbuatan
TERGUGAT I yang menunjuk
perusahaan TERGUGAT II
sebagai perusahaan penilai
adalah Perbuatan Melawan
Hukum.
5) Memerintahkan Juru Sita
Pengadilan Negeri Medan,
supaya TURUT TERGUGAT
untuk menghentikan proses
sita jaminan dan eksekusi
kepada PENGGUGAT
sebagaimana penetapan
Pengadilan Negeri Medan atas
sita eksekusi No.
64/Eks/HT/2009/PN.Mdn
tanggal 15 Desember 2009,
sampai perkara a quo
mempunyai kekuatan hukum
yang tetap (inkracht van
gewijsde)
6) Menghukum TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta
TURUT TERGUGAT untuk
membayar Kerugian Materiil
sebesar Rp. 226.527.727.119,-
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 84 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
dan Kerugian Immaterial
sebesar Rp. 453.055.454.238,-
jadi total yang harus dibayar
oleh TERGUGAT I dan
TERGUGAT II serta TURUT
TERGUGAT adalah
Rp.679.583.181.357,-
sekaligus dan tunai seketika
setelah putusan mempunyai
kekuatan hukum tetap.
7) Menyatakan putusan dapat
dijalankan terlebih dahulu
meskipun ada banding dan
verzet (Uit Voobar Bij
Vooraad);
8) Menghukum TERGUGAT I
dan TERGUGAT II serta
TURUT TERGUGAT
membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini.”
6. Bahwa Penggugat juga keliru dalam merumuskan Petitumnya,
sebagaimana Butir 3 Petitum di Halaman 10 Gugatan a quo yang
memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan untuk
meletakan sita “Revindikatoir Beslag” terhadap:
– Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak
di Jalan Pemuda Nomor 9 Medan, Sumatera Utara;
– Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. H.R. Rasuna Said,
C-4, Jakarta;
– Tanah dan bangunan yang terletak di Prince centre Building
7th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta;
– Seluruh peralatan/inventaris kantor yang terdapat di dalam
kantor/gedung milik Tergugat I dan Tergugat II tersebut di
atas;
– Seluruh saham milik Tergugat I dan Tergugat II.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 85 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
7. Bahwa Revindicatoir Beslag berdasarkan Pasal 226 HIR / Pasal
260 RBG dan Pasal 714 RV berarti sebagai penyitaan yang
ditujukan kepada barang bergerak milik seseorang yang
mengajukan Gugatan itu sendiri, yang mana ia memiliki hak
menuntut kembali atau hak reklame atas barang tersebut.
Sementara itu, barang-barang yang dimintakan Penggugat dalam
perkara a quo untuk dikenakan Revindicatoir Beslag jelas-jelas
seluruhnya bukan merupakan barang Penggugat, dan juga tidak
seluruhnya merupakan barang bergerak, sehingga Petitum yang
dimohonkan oleh Penggugat terkait Revindikatoir Beslag adalah
petitum yang tidak beralasan hukum.
8. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka
Gugatan a quo adalah kabur karena dalil dan petitum Gugatan a
quo tidak beralasan hukum dan tidak konsisten sehingga
Gugatan a quo harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).
4.3. Gugatan Penggugat Kabur karena Ganti Kerugian Materil maupun
Immateril yang Dimohonkan Penggugat Tidak Beralasan Hukum
1. Bahwa Penggugat dalam point b mengenai “Kerugian Materil”
butir 19 Halaman 6 Gugatan a quo mendalilkan sebagai berikut:
“…Kerugian yang timbul akibat kerusakan mesin, berdasarkan
audit/penelitian/perhitungan oleh Akuntan Publik Drs. Syahelmi
(merupakan rekanan bank Mandiri) (Bukti P-19A dan P-19B):
Tahun 2004 : Rp. 7.358.550.499.00 (Bukti P-19B)
Tahun 2005 : Rp. 19.819.752.612.00 (Bukti P-19A)…”
2. Penggugat dalam point c mengenai “Kerugian Materil” butir 19
Halaman 6 Gugatan a quo mendalilkan sebagai berikut:
“…Keuntungan yang seharusnya diterima PENGGUGAT
Pertahun (tahun 2004 dan tahun 2005):
Keuntungan pabrik tahun 2003 berdasarkan
audit/penelitian/perhitungan oleh akuntan publik Drs. Syahelmi
(merupakan rekanan Bank Mandiri), dengan menggunakan 1 line
mesin untuk 3 shift produksi Rp. 11.909.190.313,- (Bukti P-19C).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 86 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
sedangkan pada tahun 2004 dan seterusnya, pabrik
menggunakan 2 line mesin masing-masing 2 shift produksi.
Secara matematis untuk menghitung keuntungan pertahun yang
seharusnya diperoleh dengan menggunakan 2 line mesin dengan
2 shift produksi (Bukti P-19A) adalah: Rp. 11.909.190.313 x 2/ 3
x 2= Rp. 15. 878.920.417,33.
Maka, keuntungan yang seharusnya diperoleh pada:
Tahun 2004 = Rp. 15.878.920.417,33 (Bukti P-19D)
Tahun 2005 = Rp. 15.878.920.417,33 (Bukti P-19D)
Total kerugian Materil yang dihitung sampai dengan tahun 2005
adalah : Rp. 8.801.679.000.00 + Rp. 7.358.550.499 +
Rp. 19.819.752.612 + Rp. 15.878.920.417,33 +
Rp.15.878.920.417,33 = Rp. 67.737.822.945,66
Sehingga total kerugian materiil tahun 2006 s/d tahun 2015 (10
tahun) adalah: Rp. 158.789.204.173,30 (10 tahun x Rp.
15.878.920.417,33) + Rp. 67.737.822.945,66 = Rp.
226.527.727.118,96 dibulatkan menjadi = Rp.
226.527.727.119.”
3. Bahwa dalil yang dikemukakan Penggugat sebagai “Kerugian
Materil” sebenarnya adalah perkiraan ”keuntungan yang
seharusnya diperoleh”. Perkiraan keuntungan yang seharusnya
diperoleh tidaklah sama dengan kerugian materiil sebagaimana
diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata
mensyaratkan adanya kerugian yang benar-benar terjadi/dialami,
bukan yang diharapkan terjadi. Dengan demikian dalil kerugian
tersebut sama sekali tidak berdasar karena selain tidak merinci,
Penggugat juga tidak mampu membuktikan adanya kerugian
nyata/riil yang dideritanya. “Kerugian Materiil” yang didalilkan
Penggugat adalah perhitungan “secara matematis” oleh Akuntan
Publik Drs. Syahelmi mengenai Perkiraan Kerugian dan
Keuntungan Penggugat untuk tahun 2004 dan 2005 bukan
kerugian nyata/kerugian riil. Perhitungan “secara matematis”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 87 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
mengenai perkiraan kerugian dan keuntungan jelas-jelas tidak
dapat ditafsirkan sebagai perhitungan “Kerugian Materiil”.
4. Bahwa Penggugat dalam dalil mengenai “Kerugian Immateril”
butir 19 Halaman 7 Gugatan a quo mendalilkan sebagai berikut:
“…Bahwa kerugian immaterial yang dialami oleh PENGGUGAT
adalah, bahwa karena kejadian itu telah mengakibatkan seluruh
relasi bisnis PENGGUGAT tidak mau lagi menjalankan bisnis
dengan PENGGUGAT, karena mereka menganggap bahwa
PENGGUGAT tidak mampu lagi memenuhi komitmen bisnisnya,
antara lain penyerahan pupuk tepat pada waktunya, pembayaran
bahan baku tepat pada waktunya, dan sebagainya. Hancurnya
reputasi PENGGUGAT tersebut sangat sulit untuk
memperkirakan nilai tepatnya, dimana bahkan hal itu telah
merusakkan masa depan bisnis dari PENGGUGAT, akan tetapi
dengan menggunakan patokan kerugian materiil sebagaimana
disampaikan di atas, maka adalah adil jika kerugian immaterial
itu dihitung sebanyak 2 kali kerugian materiil yang sebesar Rp.
226.527.727.119 (dua ratus dua puluh enam milyar lima ratus
dua puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh tujuh ribu seratus
sembilan belas rupiah), atau sama dengan:
Rp. 453.055.454.238 (empat ratus lima puluh tiga milyar lima
puluh lima juta empat ratus lima puluh empat ribu dua ratus tiga
puluh delapan rupiah)…”
5. Bahwa nilai ganti “Kerugian Immaterial” yang didalilkan oleh
Penggugat dalam Gugatan a quo dengan mendasarkan kepada
2 kali “Kerugian Material” yang sebenarnya bukan kerugian nyata
yang dideritanya melainkan hanya perhitungan “secara
matematis” oleh Akuntan Publik Drs. Syahelmi sebagaimana
telah kami uraikan di atas. Dengan demikian kerugian immaterial
ini juga tidak berdasar dan sudah seharusnya ditolak .
6. Bahwa Putusan Mahkamah Agung No 492 K/SIP/1970 memuat
kaidah hukum sebagai berikut:
“… Tuntutan berupa ganti kerugian sejumlah uang tertentu tanpa
perincian kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar
tuntutan itu, harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena
tuntutan tersebut tidak jelas tidak sempurna”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 88 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
7. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka
Gugatan a quo adalah kabur karena ganti kerugian Materil
maupun Immateril yang dimohonkan oleh Penggugat tidak
beralasan hukum sehingga Gugatan a quo harus dinyatakan
tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard).
5. Gugatan Penggugat Diduga Telah Diajukan dengan Itikad Buruk (Kwader
Trouw)
1. Bahwa Gugatan a quo diduga telah diajukan dengan itikad buruk
(Kwader Trouw) karena kegiatan penilaian kerugian asuransi oleh
Tergugat II telah selesai dilakukan pada tahun 2004, sebagaimana yang
dapat dibuktikan berdasarkan Preliminary Report tanggal 19 Mei 2004
dan Interim Report tanggal 22 Juni 2004. Akan tetapi Gugatan a quo
baru diajukan ke Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 25 Juni tahun
2015, yang mana hal tersebut berarti bahwa setelah lewat jangka waktu
10 tahun pasca pekerjaan penilaian kerugian asuransi oleh Tergugat II
selesai dilakukan, barulah Gugatan mengenai dugaan adanya “Afiliasi”
antara Tergugat I sebagai Penanggung Asuransi dengan Tergugat II
sebagai Penilai Kerugian diajukan oleh Penggugat ke Pengadilan. Hal
sedemikian jelas menimbulkan dugaan adanya itikad buruk pada diri
Penggugat karena sebenarnya Gugatan dengan pokok permasalahan
Klaim terhadap Polis Asuransi No.02-23-06003228 telah pernah
diajukan oleh Penggugat dan bahkan telah diputuskan di tingkat
Peninjauan Kembali melalui Putusan Mahkamah Agung No. 664
PK/Pdt/2011. Dengan demikian, maka patut diduga bahwa Penggugat
dalam mengajukan Gugatan ini memiliki itikad buruk.
2. Bahwa Penggugat juga “menyisipkan” Permohonan Provisi dan Petitum
yang tidak relevan dengan Pokok Gugatan a quo, sebagaimana terlihat
dalam Provisi dan Butir 5 Petitum Gugatan a quo yang memohon
kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan sebagai berikut:
Dalam Provisi Gugatan
“Mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan untuk segera
memerintahkan Juru Sita Pengadilan Negeri Medan untuk
menghentikan proses sita jaminan dan eksekusi sesuai dengan surat
penetapan Pengadilan Negeri Medan No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn
tanggal 15 Desember 2009 tentang eksekusi sita hak tanggungan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 89 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
kepada PENGGUGAT hingga perkara a quo mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (inkracht van gewijsde)”
Butir 5 Petitum Gugatan
“Memerintahkan Juru Sita Pengadilan Negeri Medan, supaya TURUT
TERGUGAT untuk menghentikan proses sita jaminan dan eksekusi
kepada PENGGUGAT sebagaimana penetapan Pengadilan Negeri
Medan atas sita eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15
Desember 2009, sampai perkara a quo mempunyai kekuatan hukum
yang tetap (inkracht van gewijsde).
3. Bahwa dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam Permohonan Provisi
dan Butir 5 Petitum Gugatan a quo patut diduga merupakan bentuk dari
itikad buruk Penggugat, karena Penggugat dalam perkara a quo jelas-
jelas mendasarkan gugatannya pada Perbuatan Melawan Hukum pada
Tergugat I dan Tergugat II. Akan tetapi dalam Permohonan Provisi dan
Butir 5 Petitum Gugatan a quo, Penggugat “menyisipkan” permohonan
mengenai penangguhan Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita
eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009,
walaupun sudah jelas bahwa Penunjukan Penilai Kerugian Asuransi
dalam perkara a quo dan perkara Eksekusi terhadap jaminan dalam
Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita eksekusi No.
64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 merupakan 2
pokok permasalahan yang berbeda. Oleh karena itu, Permohonan
Provisi dan Butir 5 Petitum Gugatan a quo adalah tidak relevan dengan
pokok Gugatan a quo.
4. Bahwa Permohonan Provisi dan Butir 5 Petitum Gugatan a quo yang
tidak relevan dengan pokok Gugatan a quo yang notabene didalilkan
oleh Penggugat sebagai Perbuatan Melawan Hukum telah
menimbulkan dugaan adanya itikad buruk Penggugat dalam Gugatan a
quo.
5. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Gugatan a
quo diduga telah diajukan dengan Itikad buruk (Kwader Trouw)
sehingga Gugatan a quo harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 90 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Tergugat II mohon agar Majelis
Hakim perkara a-quo menyatakan dalam amar putusannya:
1. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Namun, apabila Majelis Hakim yang Terhormat berpendapat lain dan
menetapkan akan meneruskan memeriksa seluruh keberatan (eksepsi)
bersama-sama dengan pokok perkara, Tergugat II sekaligus dengan ini
menyampaikan bantahan atas pokok perkara sebagaimana diuraikan dibawah
ini.
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil gugatan yang diajukan oleh
Penggugat dalam gugatannya, kecuali yang dengan tegas dan tertulis
dinyatakan diakui oleh Tergugat II;
2. Bahwa seluruh dalil yang telah diuraikan dalam bagian Eksepsi haruslah
dianggap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah dengan pokok
perkara;
3. Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat dengan
alasan sebagai berikut:
1. KRONOLOGI PERKARA
1.1. Bahwa pada tanggal 6 April 2004, Tergugat II mendapatkan Surat
No. 017/CLF/IV/2004 dari Tergugat I yang memberitahukan bahwa
pada 1 April 2004 telah terjadi kebakaran di pabrik milik Penggugat
di Jl. Tengkul/Jl. Seruai No. 8, Medan, Labuan, Sumatera Utara
yang menjadi objek pertanggungan yang ditutup oleh Polis No. 02-
23-06003228 antara Penggugat selaku Tertanggung dan Tergugat I
selaku Penanggung, Oleh karena itu pihak Tergugat I dalam
suratnya meminta kepada Tergugat II sebagai penilai kerugian/loss
adjuster.
1.2. Bahwa berdasarkan Surat No. 017/CLF/IV/2004 tertanggal 6 April
2004, Tergugat II kemudian melakukan koordinasi dengan Kantor
Cabang Tergugat I di Medan dan pada hari Rabu tanggal 7 April
2004, Tergugat II mengutus personelnya untuk melakukan
pemeriksaan lapangan (site survey) dalam rangka penilaian
kerugian asuransi di lokasi pabrik Penggugat yang mengalami
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 91 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
kebakaran di di Jl. Tengkul/Jl. Seruai No. 8, Medan, Labuan,
Sumatera Utara.
1.3. Bahwa Tergugat II telah melakukan pemeriksaan lapangan (site
survey) yang pada tanggal 7 April 2004,
1.4. Bahwa berdasarkan pemeriksaan lapangan (site survey) yang
dilakukan pada tanggal 7 April 2004 oleh personel Tergugat II,
ditemukan skala kerusakan sebagai berikut pada pabrik Penggugat:
Bangunan
Ruang cetak pada bangunan pabrik rusak akibat kebakaran,
kolom beton dan panel dinding rusak dan retak, langit-langit
kayu hancur, kolom besi bangunan pabrik yang berada di dekat
ruang cetak menjadi bengkok, serta rangka baja atap dan panel
atap dari seng juga rusak. Perlengkapan dan fitting ruang cetak
keseluruhannya rusak sehingga ruang cetak harus dibangun
ulang, sementara bagian bangunan pabrik yang lain dapat
diperbaiki.
Mesin
Mesin cetak dalam ruang cetak dan forklift tangan hidrolik rusak
karena panas dari kebakaran telah mempengaruhi 2 panel listrik
dari mesin granulator yang dipasang 20 Meter dari ruang cetak.
Selama pemeriksaan lapangan (site survey), personel Tergugat
II menemukan kerusakan akibat panas pada control
temperature, kabel tray plastik, dan bagian plastik dan
komponen elektronik seperti kontaktor, relays, timers, dan
sekring.
Stock / Barang Persediaan
Kerusakan pada stock/barang persediaan Penggugat dalam
bentuk kemasan plastik, pupuk, asam fosfat, cat, dan pelarut
sangat luas. Keseluruhan stock yang disimpan di ruang cetak
dan bersebelahan dengan ruang cetak terbakar dan telah
mencair atau hancur.
1.5. Bahwa pada tanggal 9 April 2004, pihak UBM International Pte Ltd.,
Singapore selaku vendor mesin granulator milik Penggugat
melakukan pemeriksaan lapangan dan selanjutnya mengeluarkan
quotation kepada Tertanggung untk dilakukan penggantian
keseluruhan sistem control elektronik dari mesin granulator dan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 92 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
instalasi kabel senilai SGD 1,692,630, yang mana menurut Tergugat
II quotation yang sedemikian adalah berlebihan (overstated).
1.6. Bahwa dalam rangka untuk menilai kerusakan terhadap mesin
granulator Penggugat, pada tanggal 23 April 2004 Tergugat II
menghubungi Belfor (Asia) Pte Ltd., untuk melakukan pemeriksaan
terhadap mesin granulator Penggugat. Belfor (Asia) Pte Ltd.,
bertindak selaku Technical Advisor Tergugat II dalam penilaian
kerugian yang timbul akibat kerusakan mesin granulator Penggugat.
Adapun Belfor (Asia) Pte Ltd., adalah perusahaan internasional
yang bergerak di bidang perbajaan, farmasi, produk bangunan,
tekstil, dan pemulihan/perbaikan kerusakan serta merupakan
pelopor di bidang pemulihan peralatan teknik secara internasional.
Bisnis inti dari Belfor adalah di bidang disaster recovery atau
pemulihan pasca bencana yang termasuk dekontaminasi, pemulihan
seluruh jenis mesin, peralatan, dan restorasi serta rekonstruksi
fasilitas. Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Belfor adalah
perusahaan penyedia jasa disaster recovery yang paling kapabel di
dunia.
1.7. Bahwa pada 28 April 2004, Bapak Guido Gavio, personel dari Belfor
(Asia) Pte Ltd., melakukan pemeriksaan di pabrik Penggugat, dan
berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pihak Belfor (Asia) Pte
Ltd., menyusun Laporan No. 23-000277 tertanggal 3 Mei 2004 yang
pada intinya menyatakan bahwa 2 panel listrik dari mesin granulator
milik Penggugat dapat dipulihkan ke keadaan pra-insiden tanpa
kehilangan fungsi, raliabilitas, atau jangka usia operasional. Belfor
(Asia) Pte Ltd., kemudian membuat quotation yang menyatakan
bahwa biaya pemlihan berjumlah SGD 44,243 + 5% Government
Service Tax (“GST”).
1.8. Bahwa pada 19 Mei 2004, Tergugat II menyampaikan Preliminary
Report dengan No. Referensi JK00404003/39F (”Preliminary
Report”) kepada Tergugat I selaku Penanggung;
1.9. Bahwa pada 22 Juni 2004, Tergugat II menyampaikan Interim
Report No. 1 dengan No. Referensi JK00404003/39F (”Interim
Report”) kepada Tergugat I selaku Penanggung berdasarkan
faksimili permintaan Interim Report dari Tergugat I pada tanggal 17
Juni 2004, yang pada intinya menyatakan bahwa Tergugat II telah
melakukan loss adjustment / penilaian kerugian, dalam proses
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 93 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
penyusunan Interim Report, Tergugat II juga telah berusaha
mengakomodir keberatan Penggugat yang diajukan khusus
terhadap komponen pertanggungan terhadap mesin, yaitu dengan
memberikan usulan kepada Tergugat I agar didapatkan Pendapat
Kedua / Second Opinion mengenai kerusakan panel listrik mesin
granulator dari perusahaan pembuat panel listrik local yang
terkemuka.
1.10. Bahwa Interim Report tertanggal 22 Juni 2004 memberikan
rekomendasi berupa pembayaran pertanggungan Polis No. 02-23-
06003228 sebesar Rp. 1.930.389.564 dengan perincian sebagai
berikut:
Payment on Account No. 1
Building / Bangunan Rp. 182.691.154
Machinery / Mesin 143.640.000
Stock / Barang Persediaan 1.604.058.410
Total Rp. 1.930.389.564
1.11. Bahwa pekerjaan Tergugat II dalam melakukan penilaian kerugian
terhadap objek pertanggungan dalam klaim Polis Asuransi No. 02-23-
06003228 telah selesai sejak diselesaikannya Preliminary Report
tertanggal 19 Mei 2004 dan Interim Report tertanggal 22 Juni 2004.
Setelah pekerjaan tersebut, selesai, Tergugat II tidak lagi melakukan
penilaian kerugian dalam rangka klaim Polis Asuransi No. 02-23-
06003228;
1.12. Bahwa tiba-tiba pada 25 Juni 2015, Penggugat mengajukan Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum dengan dasar dugaan adanya “afiliasi”
terhadap Tergugat I, Tergugat II, dan Turut Tergugat setelah 10 tahun
sejak selesai dilaksanakannya pekerjaan penilaian kerugian asuransi
terhadap Klaim Penggugat berdasarkan Polis Asuransi No. 02-23-
06003228 oleh Tergugat II pada tahun 2004 dengan mendaftarkan
Gugatan a quo di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 94 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas terlihat dengan jelas bahwa dalam
perkara a quo Tergugat II telah menjalankan kewajibannya sebagai penilai
kerugian Asuransi/Loss Adjuster dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
ketentuan norma dan hukum yang berlaku. Tidak ada satupun perbuatan
melawan hukum yang dilakukan Tergugat II dalam pelaksanaan pekerjaan
tersebut, dalam hal ini Tergugat II menduga bahwa Penggugat memiliki itikad
tidak baik/buruk karena baru mengajukan gugatan setelah 10 tahun sejak
pekerjaan penilaian kerugian asuransi oleh Tergugat II selesai dilaksanakan.
2. BANTAHAN ATAS DALIL-DALIL GUGATAN PENGGUGAT
1. Bahwa setelah menguraikan Kronologi Perkara, sekarang Tergugat II
akan menyampaikan bantahan atas dalil-dalil Penggugat yang telah
menuduh Tergugat II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum.
2. Bahwa Tergugat II menolak dalil Angka 1 sampai Angka 24 Gugatan
Penggugat karena dalil-dalil tersebut tidak menjelaskan fakta yang
sebenarnya sehingga Majelis Hakim yang terhormat akan mendapatkan
informasi yang keliru (misleading) tentang duduk permasalahan yang
sebenarnya. Bahwa informasi yang benar adalah sebagaimana telah
diuraikan dalam Kronologi Perkara Jawaban Tergugat II yang telah
dikemukakan di atas. Oleh karena itu, Tergugat II mohon agar Majelis
Hakim mengesampingkan dan menolak dalil Angka 1 sampai Angka 24
Gugatan Penggugat.
Tentang Tergugat II Tidak Terafiliasi dengan Tergugat I
3. Bahwa Tergugat II secara tegas menolak dalil Penggugat butir 6 – 11,
butir 15 – 17, dan butir 20 – 21 yang pada intinya menyatakan bahwa
Tergugat II sebagai “terafiliasi” dengan Tergugat I karena berdasarkan
Laporan Keuangan Tergugat I Periode 31 Desember 2005 dan 2004
serta Salinan Berita Negara RI No. 2869/2000, terdapat nama yang sama
dalam susunan Anggota Dewan Komisaris Tergugat I dengan Pemegang
Saham Tergugat II pada periode Klaim Polis Asuransi No. 02-23-
06003228 dengan jangka waktu Penanggungan dari 1 Mei 2003 hingga 1
Mei 2004 oleh Penggugat, yakni Bapak Sofjan Wanandi yang duduk
sebagai Wakil Komisaris Utama di susunan Dewan Komisaris Tergugat I
dan merupakan pemegang saham sebesar 320 lembar saham dari 4000
saham Tergugat II serta Bapak Jusuf Wanandi yang duduk sebagai
Anggota Dewan Komisaris Tergugat I dan merupakan pemegang saham
sebesar 320 lembar saham dari 4000 saham Tergugat II, oleh karena itu
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 95 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
menurut Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum karena melanggar Pasal 13 ayat (2) Undang-
Undang Perasuransian jo. Pasal 1365 KUHPerdata
4. Bahwa Tergugat II secara khusus menolak dalil Penggugat dalam Butir 7
Gugatan a quo yang berbunyi sebagai berikut:
“…Bahwa selanjutnya, Penggugat menemukan bukti adanya
Kepemilikan Saham dan Susunan Komisaris & Direksi yang ternyata di
dalamnya terdapat orang-orang yang sama padakedua perusahaan
tersebut (TERGUGAT I dan TERGUGAT II) atau disebut TERAFILIASI
antara TERGUGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dengan
TERGUGAT II (PT SATRIA SHARMA PUSAKA CRAWFORD THG),
yaitu atas nama SOFJAN WANANDI dan JUSUF WANANDI ( Bukti P-24
dan P-25).”
5. Bahwa dalam Gugatan a quo , Penggugat sama sekali tidak
mencantumkan definisi dari “Afiliasi” berdasarkan Undang-Undang
Perasuransian, padahal Gugatan a quo didalilkan oleh Penggugat
sebagai Gugatan Perbuatan Melawan Hukum terkait “Afiliasi” dalam
usaha perasuransian dan Undang-Undang Perasuransian dalam Pasal 1
angka 13 telah dengan jelas mendefinisikan “Afiliasi” dalam usaha
perasuransian. Tentu saja hal demikian sangat janggal dan tidak dapat
diterima akal sehat, karena hal tersebut berarti bahwa Gugatan a quo
telah diajukan tanpa menggunakan dasar hukum melainkan dengan
menggunakan dasar interpretasi/tafsiran sendiri terhadap hukum sesuai
kepentingan Penggugat.
6. Bahwa Undang-Undang Perasuransian dalam Pasal 1 angka 13 telah
mendefinisikan Afiliasi sebagai berikut:
”Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan
satu orang atau lebih, atau badan hukum lain, sedemikian rupa, sehingga
salah satu dari mereka dapat mempengaruhi pengelolaan atau
kebijaksanaan dari orang lain atau badan hukum yang lain, atau
sebaliknya, dengan memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan
saham atau kebersamaan pengelolaan perusahaan.”
7. Bahwa berdasarkan definisi terhadap afiliasi berdasarkan Undang-
Undang Perasuransian tersebut, dipahami bahwa “Afiliasi” dalam usaha
perasuransian terjadi tatkala terdapat hubungan sedemikian rupa antara
suatu pihak dan pihak lainnya sehingga salah satu dari mereka dapat
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 96 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan dari orang lain atau
badan hukum yang lain, atau sebaliknya dengan memanfaatkan adanya
kebersamaan kepemilikan saham ataupun kebersamaan pengelolaan
perusahaan.
8. Bahwa Penggugat dalam Butir 8 Gugatan a quo mendalilkan mengenai
susunan pemilik perusahaan serta Komisaris dan Direksi Tergugat I dan
Tergugat II berdasarkan susunan pemilik perusahaan serta Komisaris
dan Direksi berdasarkan Laporan Keuangan Tergugat I per 31 Desember
2005 dan 2004 dan Salinan Berita Negara RI No. 2869/2000 sebagai
berikut:
A. TERGUGAT I
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per 31 Desember 2005 dan 2004
yang dimuat di Harian KOMPAS halaman 26, tanggal 26 Mei 2006)
(Bukti P-24)
Pemilik perusahaan:
PT Pakarti Yoga
Rudy Wanandi
Ahli Waris Ny. S. Hartini
Koperasi-Koperasi
Komisaris & Direksi:
Dewan komisaris:
Komisaris Utama : Rudy Wanandi
Wkl Komisaris Utama : Sofjan Wanandi
Komisaris : A.R. Ramly
Jusuf Wanandi
S. Sudjalilah Soegiarso
Evi Elka Pangestu
Dewan direksi
Direktur Utama : Robert Jeremia
Direktur : Eddy Chandra
Albert Wanandi
Wiryanto Suwignyo
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 97 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
M. Th. Ratnawati
B. TERGUGAT II
(Berdasarkan Salinan Berita Negara RI No. 2869/2000 halaman 17)
(Bukti P-25)
Pemilik perusahaan: Total berjumlah 4000 saham
Ina Sutioso…………………………….. 640 lembar saham
Sofjan Wanandi………………………. 320 lembar saham
Jusuf Wanandi………………………... 320 lembar saham
DR. Biantoro Wanandi………………. 120 lembar saham
Leony Setiawati………..…………….. 120 lembar saham
Melati Mokoagow……..……………… 160 lembar saham
Mary Elka Pangestu….………………. 320 lembar saham
John Philips Robert Baxter………….. 2000 lembar saham
(Direktur Thomas Howell Group International Limited,
Inggris)
Komisaris & Direksi:
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Richard Solomon (Inggris)
Komisaris : Ronald Sharp Elder (Inggris)
Ina Sutioso
Dewan Direksi
Direktur Utama : Guntoro Hendranata
Direktur Teknik : John Edwin Seddon
Direktur : Frans Nur Himawan.”
9. Bahwa Tergugat II mensomir Penggugat untuk membuktikan dalilnya
terkait adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II
berdasarkan ketentuan mengenai afiliasi yang disebutkan dalam UU
Perasuransian (UU No. 2 Tahun 1992) sebagaimana diwajibkan oleh
Pasal 1865 KUHPerdata.
10. Bahwa dalil Penggugat dalam Butir 8 Gugatan a quo sepanjang
mengenai Susunan Pemegang Saham Tergugat II adalah tidak benar,
karena berdasarkan Akta No. 1 tanggal 5 Desember 2003 tentang
Pernyataan Keputusan Rapat PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 98 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
jo. Akta No. 12 tanggal 13 September 2002 tentang Pernyataan
Keputusan Rapat PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG, susunan
pemegang saham Tergugat II adalah:
Crawford THG Ltd., sebanyak 2000 saham, Bapak Sofjan Wanandi
sebanyak 320 saham, PT Ekamulia Catrapratama sebanyak 640 saham,
PT Pangestu Investa sebanyak 320 saham, Bapak Jusuf Wanandi
sebanyak 320 saham, Nyonya Leoni Setiawati sebanyak 120 saham, dan
Nyonya Melati Mokoagow sebanyak 280 saham.
11. Bahwa Akta tentang Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa PT Asuransi Wahana Tata Nomor 38 tahun 2003 tanggal 24 Juli
2003 dan Akta No. 1 tanggal 5 Desember 2003 tentang Pernyataan
Keputusan Rapat PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG serta Akta
No. 12 tanggal 13 September 2002 tentang Pernyataan Keputusan Rapat
PT Satria Dharma Pusaka Crawford THG mencantumkan bahwa pada
saat penunjukan Tergugat II sebagai Loss Adjuster, susunan pemegang
saham, direksi dan komisaris Tergugat I dan Tergugat II adalah sebagai
berikut:
Pemegang Saham : A. Tergugat I : 1. PT Pakarti Yoga, Sejumlah
72.812.000 saham (72,812 %), 2. Rudy
Wanandi, Sejumlah 25.000.000 saham
(25%), 3. Para Ahli Waris Ny. Saroyini
Hartini,Sejumlah 1.188.000 saham
(1.188 %), 4.Koperasi Karyawan
Asuransi Wahana Tata, Sejumlah
400.000 saham (0,4 %), 5. Koperasi
Supir Taxi Jakarta Raya (Kosti Jaya),
Sejumlah 133.333 saham (0,133%),
6.Koperasi Pegawai Departemen
Pertanian Sejumlah 133.333 saham
(0,133%), 7.Koperasi Pedagang Pasar
Rawa Badak (Kopas Rawa Badak)
Sejumlah 333.334 saham (0,333 %)
B. Tergugat II : 1. Crawford THG Ltd., Sejumlah 2000
saham (50%), 2. Sofjan Wanandi
Sejumlah 320 saham (8%), 3. PT
Ekamulia Catrapratama Sejumlah 640
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 99 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
saham (16%), 4. PT Pangestu Investa
Sejumlah 320 saham (8%), 5. Jusuf
Wanandi Sejumlah 320 saham (8%), 6.
Ny. Leoni Setiawati Sejumlah 120 saham
(3%), 7. Ny. Melati Mokoagow Sejumlah
280 saham (7%)
Direksi : A. Tergugat I : 1. Rudy Wanandi, 2. Robert Jeremia, 3.
Eddy Chandra, 4. Albertus Haryono
Wanandi, 5. Ignatius Wiyanto Suwignjo,
6. Ratnawati Pranandjaja
B. Tergugat II : 1. Guntoro Hendranata, 2. Frans Nur
Himawan
Komisaris : A. Tergugat I : 1. Abdul Rachman Ramly, 2. Riantini
Sutedja, 3. Shinta Subekti, 4. Siti
Sudjaliah Soegiarso, 5. Evi Elka
Pangestu.
B. Tergugat II : 1. Richard John Martin, 2. Ina Sutioso
12. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan bahwa terdapat nama Bapak
Sofjan Wanandi dan Bapak Jusuf Wanandi selaku komisaris Tergugat I
saat penunjukan Tergugat II selaku Loss Adjuster adalah tidak benar.
Kalaupun benar –quod-non- terdapat nama Bapak Sofjan Wanandi atau
Bapak Jusuf Wanandi selaku komisaris di Tergugat I, berdasarkan
Undang-Undang Perasuransian, hal tersebut tidak serta merta berarti
bahwa Tergugat II dan Tergugat I adalah terafiliasi, karena Undang-
Undang Perasuransian dalam Pasal 1 angka 13 telah mendefinisikan
“Afiliasi” dan oleh karena itu untuk menentukan apakah suatu pihak
dalam Perasuransian terafiliasi dengan pihak lainnya, dasar hukum yang
harus digunakan adalah definisi “Afiliasi” dalam Pasal 1 angka 13
Undang-Undang Perasuransian tersebut.
Mengenai Unsur Hubungan Sedemikian Rupa antara Suatu Pihak dan
Pihak Lainnya sehingga Salah Satu dari Mereka Dapat Mempengaruhi
Pengelolaan atau Kebijaksanaan dari Orang Lain atau Badan Hukum yang
Lain, atau Sebaliknya
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 100 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
13. Bahwa kalaupun benar –quod-non- kedudukan Bapak Sofjan Wanandi
dan Bapak Jusuf Wanandi dalam susunan Dewan Komisaris Tergugat I
dimana pada kenyataannya kedudukan keduanya pada saat penunjukan
Tergugat II sebagai Loss Adjuster adalah hanya sebagai pemegang
saham Tergugat II, bukan sebagai anggota Dewan Komisaris Tergugat I,
maka hal tersebut tidak dapat serta merta ditafsirkan bahwa Tergugat II
adalah “Terafiliasi” dengan Tergugat I, karena kedudukan tersebut tidak
memenuhi unsur “hubungan sedemikian rupa antara suatu pihak dan
pihak lainnya sehingga salah satu dari mereka dapat mempengaruhi
pengelolaan atau kebijaksanaan dari orang lain atau badan hukum yang
lain, atau sebaliknya”, secara jelas masing-masing Tergugat II dan
Tergugat I tidak akan dapat saling mempengaruhi pengelolaan dan
kebijaksanaan satu sama lain, karena pada saat penunjukan Tergugat II
sebagai loss adjuster Tergugat I dan Tergugat II memiliki Susunan
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi masing-masing yang berbeda dan
bertanggung-jawab terhadap pengelolaan perusahaan masing-masing.
Berdasarkan UU Perseroan Terbatas kedudukan Komisaris bukanlah
selaku pengurus yang menjalankan/mengelola perusahaan.
14. Bahwa Dalil Penggugat yang disampaikan dalam Butir 8 Halaman 2 – 3 di
Gugatan a quo juga menyesatkan dengan menyertakan susunan
kepemilikan perusahaan serta Dewan Komisaris dan Dewan Direksi
Tergugat I, periode 31 Desember 2005 dan 31 Desember 2004, yang
mana pokok perkara dalam Gugatan a quo menurut Penggugat sendiri
terjadi pada tahun 2004, seharusnya Penggugat menggunakan akta
notaris yang berisi susunan pemegang saham, direksi dan komisaris
Tergugat pada saat penunjukan Tergugat II sebagai Loss Adjuster.
Mengenai Unsur Kebersamaan Kepemilikan Saham Ataupun Kebersamaan
Pengelolaan Perusahaan
15. Bahwa kalaupun benar –quod non- kedudukan Bapak Sofjan Wanandi
dan Bapak Jusuf Wanandi dalam susunan Dewan Komisaris Tergugat I
dan pemegang saham Tergugat II tidak dapat serta merta ditafsirkan
bahwa Tergugat II adalah “Terafiliasi” dengan Tergugat I, karena
kedudukan tersebut tidak memenuhi unsur “kebersamaan kepemilikan
saham ataupun kebersamaan pengelolaan perusahaan” dalam definisi
“Afiliasi” menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Perasuransian.
Apalagi, faktanya, pada saat penunjukan Tergugat II selaku Loss
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 101 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Adjuster, kedua pribadi tersebut tidak memiliki saham di Tergugat II dan
Tergugat I sekaligus, melainkan hanya di Tergugat II saja dengan
kepemilikan minoritas, dimana berdasarkan Akta No. 1 tanggal 5
Desember 2003 tentang Pernyataan Keputusan Rapat PT Satria Dharma
Pusaka Crawford THG masih ada pemegang saham lainnya dalam
susunan Pemegang Saham Tergugat II, yaitu Crawford THG Ltd.,
sebanyak 2000 saham, PT Ekamulia Catrapratama sebanyak 640 saham,
PT Pangestu Investa sebanyak 320 saham, Nyonya Leoni Setiawati
sebanyak 120 saham, dan Nyonya Melati Mokoagow sebanyak 280
saham;
16. Bahwa kedua pribadi tersebut juga tidak duduk sebagai Pengelola
Perusahaan baik pada Tergugat II dan Tergugat I. Bapak Sofyan
Wanandi dan Bapak Jusuf Wanandi tidak duduk dalam Dewan Direksi
Tergugat I maupun Tergugat II. Dengan demikian unsur Kebersamaan
Kepemilikan Saham Ataupun Kebersamaan Pengelolaan Perusahaan
juga tidak terpenuhi.
17. Bahwa dengan demikian, maka dalil Penggugat bahwa Tergugat II dan
Tergugat I telah melanggar Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang
Perasuransian tidak terbukti dan sama sekali tidak berdasar hukum, dan
oleh karenanya sudah seharusnya dalil-dalil yang dikemukakan
Penggugat dalam Butir 7 dan 8 Gugatan a quo ditolak;
Tentang Tergugat II Telah Melaksanakan Kewajibannya sebagai Penilai
Kerugian Asuransi dalam Klaim Penggugat terhadap Polis Asuransi No. 02-
23-06003228 dengan Jangka Waktu Penanggungan dari 1 Mei 2003 hingga
1 Mei 2004 dengan Independen, Itikad Baik, dan Bertanggung Jawab hingga
Pekerjaan Penilaian Kerugian Selesai Dilaksanakan
18. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak Dalil Penggugat dalam
Gugatan a quo yang telah menyatakan bahwa Tergugat II telah membuat
penilaian kerugian yang tidak masuk akal (berat sebelah) serta
keberpihakan, kongkalikong, dan hengkipengki dengan Tergugat I dalam
melakukan penilaian kerugian terhadap Klaim Penggugat dalam Polis
Asuransi No. 02-23-06003228 dengan jangka waktu Penanggungan dari
1 Mei 2003 hingga 1 Mei 2004, yakni sebagai berikut:
Butir 9 Halaman 4 Gugatan
“…Hal ini disebabkan karena penunjukan yang berbau
keberpihakan…Tetapi kenyataannya materi tentang adanya AFILIASI di
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 102 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
antara TERGuGAT I (PT ASURANSI WAHANA TATA) dan TERGUGAT
II ( PT SATRIA DHARMA CRAWFORD THG) tersebut sengaja
dikaburkan dan diabaikan oleh berbagai pihak.”
Butir 11 Halaman 4 Gugatan
“…Bahwa PENGGUGAT merasa dirugikan dengan ditunjuknya
TERGUGAT II sebagai perusahaan penilai, karena jelas, terang, dan
terbukti secara hukum bahwa TERGUGAT II (karena adanya
keberpihakan/conflict of interest) sebagaimana pasal 13 ayat (2) UU No.
2/1992 hanya akan memberikan ganti kerugian sebesar Rp.
324.271.095,- (SGD 75.000) tidak dapat PENGGUGAT terima (Bukti P-
14).
Hal ini terbukti dengan adanya konflik kepentingan antara TERGUGAT I
dan TERGUGAT II, sehingga terjadilah penilaian yang tidak masuk akal
(berat sebelah), kongkalikong, dan hengkipengki antara TERGUGAT I
dan TERGUGAT II. Keberpihakan yang terjadi diantara TERGUGAT I dan
TERGUGAT II sangat merugikan PENGGUGAT...”
Butir 15 Halaman 5 Gugatan
“…Bahwa ganti rugi yang tidak masuk akal yang diajukan oleh
TERGUGAT I berdasarkan penilaian TERGUGAT II (yang dicurigai
adanya konflik kepentingan atau keberpihakan/conflict of interest), telah
mengakibatkan PENGGUGAT tidak dapat menjalankan operasional dari
perusahaan karena peristiwa kebakaran tersebut dan tidak dibayarnya
klaim asuransi Penggugat…”
19. Bahwa sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Kronologi Perkara di
atas, Tergugat II telah melaksanakan kewajibannya sebagai Penilai
Kerugian Asuransi dalam Klaim Penggugat terhadap Polis Asuransi No.
02-23-06003228 dengan Independen, Itikad Baik, dan Bertanggung-
jawab. Pelaksanaan penilaian kerugian oleh Tergugat II dalam objek
pertanggungan Polis Asuransi No. 02-23-06003228
pasca terjadinya kebakaran di pabrik Penggugat pada 1 April 2004,
adalah karena Tergugat I selaku Penanggung menunjuk Tergugat II
melalui Surat No. 017/CLF/IV/2004 tanggal 6 April 2004.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 103 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
20. Bahwa berdasarkan Surat No. 017/CLF/IV/2004 tertanggal 6 April 2004,
Tergugat II mengutus personelnya untuk melakukan pemeriksaan
lapangan (site survey) dalam rangka penilaian kerugian di lokasi pabrik
Penggugat yang mengalami kebakaran pada tanggal 7 April 2004.
21. Terkait penilaian kerugian mesin, Tergugat II kemudian menunjuk Belfor
(Asia) Pte Ltd., sebagai Technical Advisor untuk melakukan pemeriksaan
dan meneliti kerusakan mesin granulator karena Tergugat II berpendapat
bahwa pemeriksaan terhadap mesin granulator adalah permasalahan
teknis mesin sehingga akan lebih baik apabila diserahkan
pemeriksaannya kepada pihak yang lebih kompeten.
22. Bahwa personel dari Belfor (Asia) Pte Ltd., Bapak Guido Gavio kemudian
melakukan pemeriksaan terhadap mesin granulator di pabrik Penggugat
pada tanggal 28 April 2004 yang dituangkan ke dalam Laporan No. 23-
000277 tertanggal 3 Mei 2004 dengan hasil bahwa kerusakan pada
sistem kontrol elektronik mesin granulator milik Penggugat adalah dapat
diperbaiki dan direkondisi ke keadaan seperti semua sebelum kebakaran
tanpa mengurangi fungsi, kehandalan, dan umur panel-panel listrik
tersebut dengan biaya perbaikian sebesar SGD 44,243 + 5% GST.
Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh personel Tergugat II di lokasi
kebakaran di pabrik Penggugat dan juga hasil pemeriksaan terhadap
mesin granulator oleh personel dari Belfor (Asia) Pte Ltd.;
23. Tergugat II menyusun Preliminary Report tertanggal 19 Mei 2004 yang
merupakan penilaian awal terhadap kerugian atas Bangunan, Mesin, dan
Stock/Barang Persediaan milik Penggugat yang terbakar;
24. Tergugat II dalam kedudukannya sebagai Penilai Kerugian Asuransi
membuat Interim Report tertanggal 22 Juni 2004. Tergugat II mengetahui
bahwa Penggugat selaku Tertanggung belakangan tidak setuju dengan
Hasil Pemeriksaan oleh personel Belfor (Asia) Pte Ltd., dan bersikeras
agar keseluruhan sistem kontrol mesin granulator diganti. Permasalahan
ini berusaha diakomodir oleh Tergugat II selaku Penilai Kerugian
Asuransi dengan mengusulkan agar didapatkan Pendapat Kedua /
Second Opinion mengenai kerusakan panel listrik mesin granulator dari
perusahaan pembuat panel listrik lokal yang terkemuka.
25. Bahwa dalam melakukan penilaian kerugian asuransi dalam Polis
Asuransi No. 02-23-06003228, Tergugat II telah mematuhi keseluruhan
ketentuan yang terdapat dalam Kode Etik, Kode Perilaku, dan Pedoman
Kerja Asosiasi Adjuster Asuransi Indonesia tertanggal 23 Desember 1996
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 104 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab,
independensi dan professional serta bertindak dengan penuh itikad baik.
Hal ini terbukti dari tindakan Tergugat II yang menunjuk pihak Belfor
(Asia) Pte Ltd., sebagai Technical Advisor dengan pertimbangan bahwa
Belfor (Asia) Pte Ltd., adalah perusahaan yang netral dan memiliki rekam
jejak yang baik dalam bidang pemulihan/perbaikan kerusakan dan
merupakan pelopor di bidangnya. Penunjukan Belfor (Asia) Pte Ltd., oleh
Tergugat II juga merupakan bentuk itikad baik guna memperoleh
penilaian yang obyektif dan terpercaya.atas kerusakan mesin granulator
Penggugat;
26. Bahwa terhadap penolakan dari Penggugat akan hasil pemeriksaan dan
quotation biaya perbaikian dari Belfor (Asia) Pte Ltd., sebagai Technical
Advisor yang ditunjuk oleh Tergugat II dalam memeriksa dan menilai
kerusakan mesin granulator yang hanya sebesar SGD 44,243 + 5% GST
, Tergugat II bahkan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
mengusulkan dalam Interim Report tertanggal 22 Juni 2004 agar
didapatkan Pendapat Kedua / Second Opinion mengenai kerusakan
panel listrik mesin granulator dari perusahaan pembuat panel listrik lokal
yang terkemuka.
27. Bahwa sebagaimana yang telah diuraikan dalam dalil-dalil di atas, maka
secara jelas dan nyata Tergugat II telah melaksanakan kewajibannya
Tergugat II telah mematuhi keseluruhan ketentuan yang terdapat dalam
Kode Etik, Kode Perilaku, dan Pedoman Kerja Asosiasi Adjuster Asuransi
Indonesia tertanggal 23 Desember 1996 dan senantiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, independensi dan professional
serta bertindak dengan penuh itikad baik karena Tergugat II telah
mematuhi seluruh ketentuan Kode Etik, Kode Perilaku, dan Pedoman
Kerja Asosiasi Adjuster Asuransi Indonesia tertanggal 23 Desember 1996
dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab,
independensi dan profesional dalam melaksanakan pekerjaannya
sebagai penilai kerugian asuransi hingga pekerjaan tersebut selesai
dilaksanakan.
Tentang Itikad Buruk Penggugat dalam Gugatan A Quo yang Berusaha
Mengaburkan Fakta mengenai Pertanggungan Polis Asuransi No. 02-23-
06003228
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 105 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
28. Bahwa Tergugat II secara tegas membantah dalil Penggugat dalam Butir
11 Halaman 4 dan Butir 12 Halaman 4 Gugatan a quo yang menyatakan
bahwa Tergugat II hanya akan memberikan ganti rugi sebesar Rp.
324.271.095,- terhadap kerugian Penggugat dalam kebakaran 1 April
2004, sebagai berikut:
Butir 11 Halaman 4 Gugatan
“…Bahwa PENGGUGAT merasa dirugikan dengan ditunjuknya
TERGUGAT II sebagai perusahaan penilai, karena jelas, terang, dan
terbukti secara hukum bahwa TERGUGAT II (karena adanya
keberpihakan/conflict of interest) sebagaimana pasal 13 ayat (2) UU No.
2/1992 hanya akan memberikan ganti kerugian sebesar Rp.324.271.095,-
(SGD 75.000) tidak dapat PENGGUGAT terima (Bukti P-14).
Butir 12 Halaman 4 Gugatan
“…Bahwasanya jumlah rugi yang disampaikan TERGUGAT I dan
TERGUGAT II sebesar Rp. 324.271.095,- (SGD 75.000) tidak dapat
PENGGUGAT terima, karena perbaikian secara parsial tidak akan
menyelesaikan permasalahan mesin granulator tersebut…”
29. Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat dalam Butir 11 Halaman
4 dan Butir 12 Halaman 4 Gugatan a quo tersebut di atas adalah dalil
yang menyesatkan, tidak benar, dan diajukan dengan itikad buruk karena
secara jelas berdasarkan Interim Report / Laporan Sementara tertanggal
22 Juni 2004 Tergugat II telah merekomendasikan pembayaran terhadap
Klaim Polis Asuransi No. 02-23-06003228 adalah sebesar
Rp.1.930.389.564 dengan ketentuan sebagai berikut:
Payment on Account No. 1
Building / Bangunan Rp. 182.691.154
Machinery / Mesin 143.640.000
Stock / Barang Persediaan 1.604.058.410
Total Rp. 1.930.389.564
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 106 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
30. Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat dalam Gugatan a quo
mengesankan seolah-olah terhadap musibah kebakaran yang diderita
oleh Penggugat, Tergugat II selaku Perusahaan Penilaian Kerugian
Asuransi hanya merekomendasikan pembayaran sebesar
Rp.324.271.095,- (SGD 75.000) terhadap keseluruhan Klaim dari
Penggugat, hal tersebut jelas-jelas sangat menyesatkan karena faktanya
Tergugat II merekomendasikan pertanggungan sebesar
Rp.1.930.389.564 terhadap Klaim Penggugat atas Polis Asuransi No. 02-
23-06003228 .
31. Bahwa apabila benar -quod-non- Tergugat II terafiliasi dengan Tergugat I
dan membuat penilaian yang berpihak, kongkalikong, main mata, atau
hengkipengki, maka sudah tentu hasil penilaian Tergugat II tidak akan
seobyektif yang telah diberikan selama ini. Tergugat II tidak perlu
menunjuk ahli yang independen untuk memberikan penilaian terkait
mesin dan tentunya tidak akan perlu mengusulkan agar ditunjuk second
opinion dari perusahaan yang lain.
32. Bahwa dengan adanya upaya dari Penggugat dalam Gugatan a quo yang
mendalilkan bahwa Tergugat II hanya merekomendasikan pertanggungan
sebesar Rp. 324.271.095,- (SGD 75.000) terhadap keseluruhan Klaim
dari Penggugat adalah wujud nyata dari itikad buruk Penggugat yang
jelas-jelas hendak mengaburkan fakta mengenai Pertanggungan Polis
Asuransi No. 02-23-06003228 yang berdasarkan penilaian oleh Tergugat
II dalam Interim Report tertanggal 22 Juni 2004 adalah sebesar Rp.
1.930.389.564.
Penolakan terhadap Sita Jaminan dan Putusan Serta Merta
33. Bahwa dalam Butir 20 Halaman 8 Gugatannya, Penggugat mendalilkan
bahwa gugatan ini didasarkan pada bukti-bukti yang otentik dan sah,
maka sehingga didalilkan bahwa Putusan atas Gugatan a quo dapat
dijalankan secara serta merta, meskipun ada bantahan, banding, atau
Kasasi (Uitvoerbaar Bij Vooraad). Dalil ini amat sangat menyesatkan
Majelis Hakim perkara a-quo, karena dalam perkara ini tidak ada bukti-
bukti yang otentik dan sah yang dapat membuktikan bahwa Tergugat II
telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Penggugat seluruhnya tidak berdasar hukum dan
mengada-ada serta dengan itikad tidak baik menuduh Tergugat II telah
memberikan penilaian kerugian asuransi yang berat sebelah terhadap
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 107 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Klaim Penggugat karena Tergugat II sebenarnya ”terafiliasi” dengan
Tergugat I, walaupun pada kenyataannya Tergugat II telah melaksanakan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan ketentuan
norma dan hukum yang berlaku.
34. Bahwa dalam Butir 23 dan Butir 7 Petitum Gugatan a quo yang meminta
agar putusan dapat dijalankan lebih dahulu (Uitvoerbaar bij Voorraad)
tersebut haruslah ditolak dengan alasan tidak berdasar dan tidak
memenuhi syarat yang ditentukan oleh Pasal 180 HIR dan Surat Edaran
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3 tahun 2000 tanggal 21 Juli
2000, tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij Voorraad) dan
Provisionil, karena:
a. Gugatan tidak didasarkan pada bukti surat autentik;
b. Gugatan bukan mengenai hutang piutang;
c. Gugatan bukan tentang sewa menyewa tanah, rumah, gudang dan
lain-lain dimana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau
penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai penyewa yang
beritikad baik;
d. Pokok gugatan bukan mengenai tuntutan pembagian harta
perkawinan (gono-gini);
e. Gugatan bukan merupakan tuntutan dasar putusan yang berkekuatan
tetap (in kracht ven gewijsde); dan
f. Pokok sengketa bukan mengenai hak kepemilikan (bezitsrecht).
35. Bahwa oleh karena tuntutan putusan serta merta tersebut tidak berdasar
dan tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur peraturan
perundang-undangan yang berlaku maka sudah seharusnya apabila
Majelis Hakim yang terhormat menolak tuntutan putusan serta merta
yang diajukan oleh Penggugat..,
DALAM REKONPENSI
Bahwa sesuai dengan Pasal 132 (a) jo. Pasal 132 (b) HIR jo. Pasal 157 RBg,
dinyatakan bahwa Tergugat berhak untuk mengajukan gugat balik (gugatan
rekonpensi) bersama-sama dengan Jawabannya. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, Tergugat II dalam Konpensi, yaitu PT. Satria Dharma Pusaka
Crawford THG (selanjutnya disebut sebagai “Penggugat Rekonpensi”) akan
menggunakan haknya untuk mengajukan Gugatan Rekonpensi terhadap
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 108 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Penggugat dalam Konpensi (selanjutnya disebut sebagai “Tergugat
Rekonpensi”);
Bahwa Gugatan Rekonpensi ini diajukan oleh Penggugat Rekonpensi oleh
karena pengajuan Gugatan dalam konpensi oleh Tergugat Rekonpensi adalah
tidak berdasar dan mengakibatkan kerugian bagi Penggugat Rekonpensi.
Adapun alasan-alasan Gugatan Rekonpensi lebih lengkap adalah sebagiamana
disebutkan di bawah ini:
I. Bahwa hal-hal yang diuraikan dalam Konpensi adalah satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dengan Gugatan Rekonpensi ini.
II. Perbuatan Melawan Hukum Tergugat Rekonpensi.
1. Bahwa pada 25 Juni 2015, Tergugat Rekonpensi mengajukan Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum dengan Nomor Register
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn ke Pengadilan Negeri Medan, dimana dalam
Gugatan tersebut, Penggugat Rekonpensi didudukkan sebagai Tergugat
II dan dituduh “Terafiliasi” dengan Tergugat I dalam Konpensi.
2. Bahwa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a quo
diajukan karena menurut Tergugat Rekonpensi, Penggugat Rekonpensi
dan Tergugat I dalam Konpensi telah melanggar ketentuan Pasal 13 ayat
(2) Undang-Undang Perasuransian mengenai larangan melakukan
penilaian kerugian atas obyek asuransi yang diasuransikan kepada
perusahaan asuransi kerugian yang merupakan afiliasi dari perusahaan
penilai kerugian asuransi. Atas dasar perbuatan melawan hukum tersebut
Tergugat Rekonpensi sebagaimana Pasal 1365 KUHPerdata menuntut
ganti kerugian baik materil maupun immaterial.
3. Bahwa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a quo yang
diajukan oleh Tergugat Rekonpensi pada 25 Juni 2015 ternyata diajukan
dengan pokok permasalahan berupa hasil penilaian kerugian asuransi
yang dilaksanakan oleh Penggugat Rekonpensi terhadap objek
pertanggungan dalam Klaim Tergugat Rekonpensi atas Polis Asuransi
No. 02-23-06003228 pada tahun 2004. Dengan kata lain, Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a quo diajukan oleh Tergugat
Rekonpensi 10 tahun setelah selesainya pekerjaan penilaian kerugian
asuransi atas objek pertanggungan asuransi oleh Penggugat
Rekonpensi.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 109 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
4. Bahwa Tergugat Rekonpensi dalam Gugatannya berkali-kali menyatakan
(menuduh) bahwa Penggugat Rekonpensi adalah “Terafiliasi” dengan
Tergugat I dalam Konpensi dengan tanpa dasar hukum yang jelas karena
dalil-dalil yang disampaikan oleh Tergugat Rekonpensi dalam
Gugatannya sama sekali tidak memasukkan definisi dari “Afiliasi” menurut
pasal 1 angka 13 Undang-Undang Perasuransian yang telah
mendefinisikan “Afiliasi” dengan jelas. Dalil-dalil tidak berdasar yang
bersifat menuduh tersebut dapat dicermati dalam Butir 7, 8, 9, 10, 11, 15,
16, 17, dan 21 Gugatan Perbuatan Melawan Hukum tanggal 25 Juni 2015
oleh Tergugat Rekonpensi.
5. Bahwa selain menyatakan (menuduh) bahwa Penggugat Rekonpensi
adalah “Terafiliasi” dengan Tergugat I dalam Konpensi dengan tanpa
dasar hukum yang jelas dalam gugatannya, Tergugat Rekonpensi juga
berulang-kali merendahkan Penggugat Rekonpensi selaku Penilai
Kerugian Asuransi dengan menyatakan bahwa Penggugat Rekonpensi
telah melakukan keberpihakan, kongkalikong, main-mata, dan
hengkipengki dalam pelaksanaan pekerjaan penilaian kerugian asuransi /
Loss Adjustment terhadap objek asuransi dalam Polis Asuransi No. 02-
23-06003228, sebagaimana dapat dicermati dalam Butir 9, 11, 20, dan 21
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum tanggal 25 Juni 2015 oleh Tergugat
Rekonpensi.
6. Bahwa Tuduhan Tergugat Rekonpensi bahwa Penggugat Rekonpensi
“Terafiliasi” dengan Tergugat I dalam Konpensi dan melakukan
keberpihakan, kongkalikong, main-mata, dan hengkipengki dalam
pelaksanaan pekerjaan penilaian kerugian asuransi / Loss Adjustment
terhadap objek asuransi dalam Polis Asuransi No. 02-23-06003228
dalam Gugatan Perbuatan Melawan Hukum tanggal 25 Juni 2015 telah
merusak reputasi Penggugat Rekonpensi dan amat sangat mengganggu
aktivitas Penggugat Rekonpensi sebagai perusahaan penilai kerugian
asuransi yang independen, profesional, dan kredibel di bidangnya.
7. Bahwa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum tanggal 25 Juni 2015 adalah
gugatan yang tidak berdasar dan tidak berkepentingan hukum karena
selain alasan yang telah diuraikan di atas, penilaian kerugian asuransi /
Loss Adjustment terhadap objek asuransi dalam Polis Asuransi No. 02-
23-06003228 yang telah selesai dilaksanakan oleh Penggugat
Rekonpensi pada tahun 2004 sama sekali tidak ada hubungannya
dengan “kerugian” yang didalilkan Tergugat Rekonpensi, karena
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 110 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Penggugat Rekonpensi telah melaksanakan kewajibannya sebagai
Penilai Kerugian Asuransi / Loss Adjuster dengan independen,
professional, dan penuh tanggung jawab dan pekerjaan penilaian
kerugian asuransi telah selesai dilaksanakan oleh Penggugat Rekonpensi
dengan baik.
8. Bahwa Tergugat Rekonpensi ternyata “menyisipkan” permohonan
mengenai penangguhan Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita
eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 dalam
Permohonan Provisi dan Butir 5 Petitum Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum tanggal 25 Juni 2015 walaupun sudah jelas bahwa Penilaian
Kerugian Asuransi oleh “Afiliasi” yang didalilkan oleh Tergugat
Rekonpensi sebagai pokok perkara Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
tanggal 25 Juni 2015 dan Eksekusi terhadap barang jaminan dalam
Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita eksekusi No.
64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 merupakan 2 hal
yang berbeda.
9. Bahwa perbuatan Tergugat Rekonpensi “menyisipkan” permohonan
mengenai penangguhan Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas sita
eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009 dalam
Permohonan Provisi dan Butir 5 Petitum Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum tanggal 25 Juni 2015 adalah bentuk nyata dari itikad buruk dari
Tergugat Rekonpensi yang hendak menghindar dari kewajibannya
sebagai tereksekusi dalam Penetapan Pengadilan Negeri Medan atas
sita eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009.
Perbuatan Tergugat Rekonpensi adalah perbuatan yang sangat beritikad
buruk, tidak patut, dan tidak pantas.
10. Bahwa perbuatan Tergugat Rekonpensi yang diuraikan di atas
merupakan bentuk perbuatan melawan hukum oleh karena perbuatan
tersebut telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang telah mengatur
sebagai berikut:
“tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”
11. Bahwa oleh karenanya terbukti, tindakan dan perbuatan yang dilakukan
oleh Tergugat Rekonpensi yang telah dengan sengaja dan beritikad
buruk mengajukan gugatan yang menyesatkan dan tanpa dasar telah
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 111 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
merusak reputasi dan citra baik Penggugat Rekonpensi dan mengganggu
aktivitas Penggugat Rekonpensi sebagai Perusahaan Penilai Kerugian
Asuransi yang Independen, Profesional, dan Kredibel sehingga perbuatan
Tergugat Rekonpensi tersebut adalah Perbuatan Melawan Hukum karena
telah mengakibatkan kerugian materiil maupun immaterial terhadap
Penggugat Rekonpensi.
III. Kerugian Penggugat Rekonpensi Akibat Tindakan Tergugat Rekonpensi
1. Bahwa Tergugat Rekonpensi telah mengajukan gugatan yang
menyesatkan dan tanpa dasar yang jelas dan berdampak pada reputasi
dan citra Penggugat Rekonpensi serta mengganggu kelancaran aktivitas
Penggugat Rekonpensi sebagai penilai kerugian asuransi yang
independen, profesional, dan kredibel.
2. Bahwa selain itu, perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat Rekonpensi
telah menimbulkan dampak negatif bagi Penggugat Rekonpensi dan di
saat yang sama juga menderita kerugian baik materiil dan immateril.
Adapun rincian dari kerugian materiil dan imateriil adalah sebagai berikut:
1. Kerugian Materiil
Kerugian terkait dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan
Penggugat Rekonpensi bagi kuasa hukumnya untuk mendampingi
Penggugat Rekonpensi dalam proses pemeriksaan perkara No.
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn di Pengadilan Negeri Medan, yaitu berupa:
Kerugian karena harus mengeluarkan biaya penginapan dan biaya
perjalanan kuasa hukum Penggugat Rekonvensi yang berdomisili di
Medan untuk mewakili Penggugat Rekonvensi dalam perkara a-quo
guna berkoordinasi dengan kantor pusat di Jakarta dalam
mempersiapkan dokumen-dokumen persidangan dalam perkara a-
quo sbb:
a. Biaya/Ongkos penginapan/hotel kuasa Pengugat Rekonvensi guna
Rapat persiapan persidangan, mengumpulkan dokumen-dokumen
guna membuat jawaban dan gugatan rekonpensi di Jakarta:
Kuasa Penggugat Rekonvensi yang hadir ke Jakarta 1 (satu)
orang. Penginapan disewa untuk 1 (satu) malam. Rapat-rapat di
Jakarta sudah berjalan sebanyak 4 (empat) kali sampai dengan
diajukannya jawaban ini. Harga hotel permalam untuk 1 (satu)
orang Rp. 900.000,-. Sehingga biaya penginapan/hotel adalah = 1
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 112 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
x 4 x Rp 900.000 = Rp 3.600.000,- (tiga juta enam ratus ribu
Rupiah)
b. Biaya/ongkos Perjalanan (pesawat, taksi, kereta api) kuasa
Penggugat Rekonvensi guna menghadiri rapat-rapat di Jakarta :
Kuasa Penggugat Rekonvensi yang hadir 1 (satu) orang. Tiket
pesawat Garuda Indonesia (PP) Rp 4.323.000,-. Ongkos taksi (pp)
bandara Jakarta-lokasi rapat Rp 500.000,-. Tiket kereta api (pp)
kualanamu-medan Rp. 200.000,-. Rapat yang sudah
diselenggarakan sebanyak 4 (empat) kali sampai dengan
diajukannya jawaban ini. Sehingga biaya/ongkos perjalanan yang
telah dikeluarkan = (Rp 4.323.000 + Rp 500.000,- + Rp 200.000,)
x 4 = Rp 20.092.000 (Dua puluh juta sembilan puluh dua ribu
Rupiah);
c. Biaya penginapan dan biaya perjalanan untuk rapat-rapat
persiapan selanjutnya yang sudah dapat dipastikan akan
berlangsung adalah diperkirakan paling sedikit 5 (lima) kali rapat
lagi, sehingga biaya yang sudah dapat diperhitungkan akan
dikeluarkan adalah sebagai berikut:
c.1 . biaya penginapan adalah = 5 x Rp 900.000 = Rp 4.500.000,-
c.2 biaya perjalanan adalah = (Rp 4.323.000 + Rp 500.000,- +
Rp.200.000,-) x 5 = Rp 25.115.000
Total (c.1 + c.2) Rp 29.615.000,- (dua puluh sembilan juta
enam ratus lima belas ribu Rupiah)
Total biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya penginapan dan biaya
perjalanan kuasa Pemohon Rekonvensi (a+b+c) adalah
Rp.3.600.000,- + Rp.20.092.000,- + Rp.29.615.000,- =
Rp.53.307.000,- (lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh ribu Rupiah)
Total Kerugian materiil yang diderita oleh Penggugat Rekonpensi
adalah sebesar Rp 53.307.000,- (lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh
ribu Rupiah)
2. Kerugian Imateriil
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 113 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Bahwa terkait gugatan yang diajukan oleh Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonpensi yang tanpa dasar tersebut Penggugat
Rekonpensi telah dirugikan secara imateriil yaitu:
a. Menimbulkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan
karena Gugatan mengada-ada yang telah diajukan Penggugat
Konpensi telah menimbulkan kerugian reputasi, waktu, dan
tenaga serta sumber daya manusia dan financial Penggugat
Rekonpensi.
b. Bahwa akibat Perbuatan Tergugat Rekonpensi, Penggugat
Rekonpensi telah dan akan mengalami kerugian materiil dan
imateriil oleh karena harus mengeluarkan biaya-biaya, tenaga,
dan waktu yang signifikan untuk mengajukan upaya hukum.
c. Bahwa Penggugat Rekonpensi telah mengalami rusaknya
reputasi dan citra perusahaan sebagai penilai kerugian asuransi
yang independen, professional, dan kredibel;
Bahwa untuk menentukan total kerugian immaterial Penggugat
Rekonpensi dalam perkara a quo yang tidak dapat dinilai secara
matematis, maka adalah pantas apabila kerugian immaterial
Penggugat Rekonpensi sebesar Rp 2.000.000.000 (dua milyar
rupiah),-
IV. Tentang Sita Jaminan
Bahwa agar Gugatan Rekonpensi ini tidak sia-sia dan karena dikhawatirkan
Tergugat Konpensi akan menghindar dari kewajibannya menjalankan
putusan dalam perkara ini atau mengalihkan harta kekayaannya, mohon
Pengadilan meletakkan Sita Jaminan (Conservatoire beslag) atas harta
benda milik Tergugat Rekonpensi yang terdiri dari;
1. Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan Dr.
F. L. Tobing No. 20 B, Medan, Sumatera Utara.
2. Seluruh mesin/peralatan, dan inventaris yang terdapat di tanah dan
bangunan milik Tergugat Rekonpensi.
3. Seluruh aset dan saham milik Tergugat Rekonpensi.
Maka, berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum yang diajukan oleh Penggugat Konpensi dalam perkara No.
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn adalah tidak berdasar dan harus ditolak untuk
seluruhnya. Dan pada kesempatan ini juga Tergugat II memohon agar Majelis
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 114 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Hakim Pengadilan Negeri Medan mengabulkan Gugatan Rekonpensi yang
diajukan oleh Penggugat Rekonpensi. Oleh karena itu Tergugat II dalam
Konpensi dan Penggugat dalam Rekonpensi memohon agar Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa perkara a-quo memberikan putusan
sebagai berikut:
DALAM KONPENSI
DALAM EKSEPSI
1. Menerima Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat II untuk seluruhnya;
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Atau;
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
DALAM REKONPENSI
1. Menerima gugatan Para Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat Rekonpensi telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum terhadap Penggugat Rekonpensi;
3. Menghukum Tergugat Rekonpensi mengganti kerugian materil sebesar Rp
53.307.000,- (lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh ribu Rupiah) serta kerugian
immaterial sebesar Rp 2.000.000.000,-(dua milyar Rupiah); sehingga total
tuntutan ganti kerugian materil dan immaterial yang diajukan oleh
Penggugat Rekonpensi terhadap Tergugat Rekonpensi adalah sebesar Rp
2.053.307.000,- (dua milyar lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh ribu Rupiah);
4. Meletakkan sita jaminan atas harta benda milik Tergugat Rekonpensi yang
terdiri dari;
1. Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan Dr.
F. L. Tobing No. 20 B, Medan, Sumatera Utara.
2. Seluruh mesin/peralatan, dan inventaris yang terdapat di tanah dan
bangunan milik Tergugat Rekonpensi.
3. Seluruh aset dan saham milik Tergugat Rekonpensi.
5. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya perkara.
Atau, apabila Pengadilan Negeri berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 115 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Menimbang bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Turut Tergugat,
telah menyampaikan jawaban tertanggal 07 Oktober 2015 yang pada pokoknya
berbunyi sebagai berikut:
I. JAWABAN TERHADAP MATERI GUGATAN DARI PENGGUGAT
A. DALAM PROVISI
Bahwa Penggugat Telah Melakukan Cidera Janji Atas Perjanjian Kredit
Yang Telah Disepakati Sehingga Permintaan Penangguhan Lelang
Eksekusi Sama Sekali Tidak Beralasan Hukum.
B. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Gugatan yang Diajukan Penggugat Kurang Pihak.
2. Bahwa Dasar Hukum yang Digunakan oleh Penggugat Dalam
Mendalilkan Para Tergugat dan Turut Tergugat Melawan Hukum
Adalah Salah dan Keliru.
3. Bahwa Gugatan Penggugat Error in Persona Karena Penggugat Keliru
Untuk Menjadikan Turut Tergugat Sebagai Pihak Dalam Perkara Aquo.
4. Bahwa Petitum Butir 5 Gugatan Penggugat Tidak Didukung Dengan
Posita Yang Jelas Sehingga Sudah Seharusnya Untuk Ditolak.
C. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Penggugat Telah Menyepakati dan Menyetujui Untuk Menunjuk
Tergugat I Sebagai Perusahaan Penutupan Pertanggungan Asuransi.
2. Bahwa Hubungan Afiliasi Antara Tergugat I Dengan Tergugat II Tidak
Memenuhi Unsur “Afiliasi” Dalam UU No. 2 Tahun 1992 Sehingga
Tidak Melanggar Ketentuan Yang Berlaku.
3. Tuntutan Ganti Rugi Yang Diajukan Oleh Penggugat Tidak Berdasar
Secara Hukum Sehingga Harus Ditolak.
II. PETITUM
Adapun Jawaban Turut Tergugat terkait dengan gugatan yang diajukan oleh
Penggugat, dapat kami uraikan sebagai berikut :
I. JAWABAN TERHADAP MATERI GUGATAN DARI PENGGUGAT
A. DALAM PROVISI
Bahwa Penggugat Telah Melakukan Cidera Janji Atas Perjanjian Kredit
Yang Telah Disepakati Sehingga Permintaan Penangguhan Lelang
Eksekusi Sama Sekali Tidak Beralasan Hukum
1. Bahwa permohonan Penggugat yang menuntut penghentian proses
sita jaminan dan eksekusi agunan harus ditolak karena Turut
Tergugat selaku pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 116 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
agunan yang diserahkan oleh Penggugat dan mengambil hasilnya
untuk pelunasan fasilitas kredit Penggugat. Mengingat agunan telah
diikat sempurna dengan hak tanggungan, maka pelaksanaan lelang
agunan oleh Turut Tergugat memiliki dasar hukum yang jelas dan
tegas sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah sebagai berikut :
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
2. Bahwa Penggugat selaku debitur telah jelas melakukan cidera janji
terhadap Perjanjian Kredit dan Addendum Perjanjian Kredit yang
telah disepakati dengan tidak melakukan pembayaran angsuran
kredit, sehingga tindakan untuk mengeksekusi agunan adalah dapat
dibenarkan, dan tuntutan penangguhan lelang tersebut sama sekali
tidak beralasan hukum, hal ini sesuai dengan ketentuan Buku II
Mahkamah Agung tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Administrasi Pengadilan halaman 149 yang dengan tegas
menyatakan “bahwa suatu pelelangan yang telah dilaksanakan
sesuai peraturan yang berlaku tidak dapat dibatalkan.”
B. DALAM EKSEPSI
B.1. Bahwa Gugatan Yang Diajukan Penggugat Kurang Pihak
1. Bahwa sesuai dengan polis asuransi Nomor 02-23-06003228,
yang bertindak selaku penanggung/asuradur atas barang –
barang agunan (termasuk mesin granulator) adalah sindikasi
dari beberapa perusahaan asuransi dengan perincian sebagai
berikut :
a. PT Asuransi Wahana Tata sebagai Leader sebesar 55%;
b. PT Asuransi Staco Jasapratama sebagai anggota sebesar
15%;
c. PT Asuransi Dharma Bangsa sebagai anggota sebesar 15%;
d. PT Asuransi Ramayana sebagai anggota sebesar 15%.
2. Bahwa setiap perusahaan asuransi yang merupakan anggota
dari sindikasi tersebut memiliki kewajiban – kewajiban untuk
membayar klaim (tuntutan ganti rugi) dari setiap resiko yang
muncul (termasuk resiko kebakaran) atas barang yang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 117 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
diasuransikan (termasuk mesin granulator) sesuai dengan
besarnya “share” yang dimiliki.
3. Bahwa seharusnya Penggugat juga mengajukan gugatan dalam
pekara a quo kepada perusahaan asuransi yang menjadi
anggota sindikasi yang juga berkewajiban untuk membayar
setiap klaim ganti rugi kepada Penggugat selaku tertanggung.
4. Bahwa apabila Penggugat tidak memasukkan anggota sindikasi
perusahaan asuransi lainnya dalam gugatan dimaksud, maka
seolah – olah yang menjadi penanggung hanyalah Tergugat I
padahal fakta hukumnya masih terdapat beberapa perusahaan
asuransi lainnya yang sejak awal terlibat dalam penerimaan
premi asuransi pertanggungan barang – barang agunan
Penggugat sampai dengan proses negosiasi pembayaran klaim
asuransi kepada Penggugat.
5. Bahwa dengan demikian mengingat Penggugat tidak
memasukkan anggota sindikasi lainnya dalam gugatan perkara
aquo, maka sangatlah beralasan apabila Turut Tergugat mohon
agar Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan
yang memeriksa perkara aquo, menyatakan gugatan Penggugat
tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard) karena
gugatan telah kurang pihak.
B.2. Bahwa Dasar Hukum Yang Digunakan Oleh Penggugat Dalam
Mendalikan Para Tergugat Dan Turut Tergugat Melawan Hukum
Adalah Salah Dan Keliru.
1. Bahwa dalam perkara aquo, Penggugat mendalilkan adanya
afiliasi antara Tergugat I (perusahaan asuransi) dengan
Tergugat II (perusahaan penilai kerugian/loss adjuster) sehingga
melanggar Pasal 13 ayat (2) UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian (“UU No. 2 Tahun 1992”), yang pada
intinya melarang adanya lembaga afiliasi antara perusahaan
asuransi dengan perusahaan penilai kerugian/loss adjuster.
2. Bahwa pada saat gugatan aquo didaftarkan di Pengadilan
Negeri Medan, terdapat fakta UU No. 2 Tahun 1992 yang
digunakan oleh Penggugat sebagai dasar hukum dalam
gugatannya telah dicabut dan diganti dengan UU No. 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian (“UU No. 40 Tahun 2014”).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 118 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Bahwa ketentuan mengenai larangan afiliasi antara perusahaan
asuransi dengan perusahaan penilai kerugian, sebagaimana
yang didalilkan oleh Penggugat tersebut, sudah dihapus dan
diatur kembali dalam Pasal 30 UU No. 40 Tahun 2014 yang
pada intinya hanya mengatur perusahaan pialang
asuransi/reasuransi tidak diperbolehkan untuk menempatkan
penutupan asuransi kepada perusahaan asuransi yang
terafiliasi, dan tidak mengatur lagi larangan afiliasi antara
perusahaan asuransi dengan perusahaan penilai kerugian/loss
adjuster, sehingga dengan demikian telah jelas bahwa
Penggugat telah keliru menggunakan dasar hukum dalam
gugatannya. Oleh karena itu sangat beralasan hukum apabila
Turut Tergugat mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim
agar gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard).
B.3. Bahwa Gugatan Penggugat Error in Persona Karena Penggugat
Keliru Untuk Menjadikan Turut Tergugat Sebagai Pihak Dalam
Perkara Aquo
1. Bahwa perkara aquo merupakan perkara antara Penggugat
dengan Tergugat I mengenai permasalahan pembayaran klaim
asuransi, yang diatur dalam perjanjian pertanggungan (asuransi)
antara Penggugat dengan Tergugat I.
2. Dalam hal ini, Turut Tergugat bukan merupakan pihak dalam
perjanjian asuransi dan hubungan hukum antara Turut Tergugat
dan Penggugat adalah sebagai kreditur dan debitur terkait
dengan pemberian fasilitas kredit berdasarkan Perjanjian Kredit
yang telah disepakati oleh Penggugat dan Turut Tergugat, yang
merupakan hubungan hukum yang tersendiri dan terpisah
dengan permasalahan yang terjadi, sehingga Turut Tergugat
sama sekali tidak mempunyai hubungan/keterkaitan dengan
perkara aquo, sehingga keberadaan Turut Tergugat dalam
perkara aquo tidak relevan.
3. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka jelas Penggugat tidak
mempunyai kapasitas dan tidak relevan untuk menggugat dan
menuntut ganti rugi kepada Turut Tergugat, karena Turut
Tergugat tidak memiliki hubungan hukum dan keterkaitan
apapun dalam perkara aquo. Oleh karena itu sangat beralasan
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 119 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
hukum apabila Turut Tergugat mohon kepada Yang Terhormat
Majelis Hakim agar gugatan Penggugat tidak dapat diterima
(Niet Ontvankelijk Verklaard).
B.4. Bahwa Petitum Butir 5 Gugatan Penggugat Tidak Didukung
Dengan Posita Yang Jelas Sehingga Sudah Seharusnya Untuk
Ditolak.
1. Dalam petitum butir 5, Penggugat meminta agar Juru Sita
Pengadilan Negeri Medan untuk menghentikan proses sita
jaminan dan eksekusi agunan atas dasar penetapan Pengadilan
Negeri Medan atas sita eksekusi No. 64/Eks/HT/2009/PN.Mdn.
tanggal 15 Desember 2009. Akan tetapi, Penggugat tidak
memberikan penjelasan yang cukup dalam posita terkait dengan
petitum aquo mengenai apa relevansi permasalahan klaim
asuransi dengan proses sita jaminan dan eksekusi agunan,
sehingga telah jelas bahwa petitum yang tidak didukung dengan
posita yang jelas harus ditolak. Hal ini sesuai dengan
Yurisprudensi Putusan Mahkamah yang tercantum dalam buku
M. Ali Boediarto, SH., Kompilasi Kaidah Hukum Putusan
Mahkamah Agung (Hukum Acara Perdata Masa Setengah
Abad), Jakarta, Swara Justitia, 2005, halaman 48-49, sebagai
berikut :
Putusan Mahkamah Agung No. 1854 K/Pdt/1984 tanggal 30 Juli
1987, sebagai berikut :�
– ”Dalam putusan kasasi, Mahkamah Agung telah
membatalkan putusan judex facti yang dinilainya telah salah
menerapkan hukum. Selanjutnya memeriksa dan mengadili
sendiri kasus ini dengan memberi putusan dengan diktum :
menolak gugatan Penggugat seluruhnya.
– Putusan Mahkamah Agung ini didasari pertimbangan hukum
yang intinya :
Bahwa putusan judex facti yang menyatakan bahwa tanah
sengketa adalah kepunyaan Penggugat, ternyata putusan
tersebut tidak dilandasi oleh pertimbangan hukum yang
sempurna (onvoldoende gemotiveerd).
Bahwa disamping itu, dalam petitum gugatan butir ke-2
yang mohon pada hakim agar tanah sengketa dinyatakan
sebagai kepunyaan Penggugat,...ternyata petitum tidak
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 120 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
didukung oleh,...baik alasan berdasar keadaan fakta,
maupun oleh alasan berdasar hukum yang diuraikan dalam
fundamentum petendinya gugatan.
Bahwa berdasar atas pertimbangan ini, Mahkamah Agung
memberikan putusan seperti diterangkan diatas tadi.”
2. Berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa petitum
butir 5 aquo harus ditolak karena tidak didukung dengan posita
yang jelas. Oleh karena itu sangat beralasan hukum apabila
Turut Tergugat mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim
agar gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard).
C. DALAM POKOK PERKARA
Bahwa setiap dan segala dalil yang telah disampaikan oleh Turut
Tergugat dalam bagian eksepsi tersebut di atas, maka Turut Tergugat
mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim agar dapat termasuk
pula sebagai dalil dalam pokok perkara ini.
C.1. Bahwa Penggugat Telah Menyepakati Dan Menyetujui Untuk
Menunjuk Tergugat I Sebagai Perusahaan Penutupan
Pertanggungan Asuransi.
1. Bahwa Turut Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil dari
Penggugat yang menyatakan bahwa Turut Tergugat mempunyai
kewajiban hukum karena Turut Tergugat telah
merekomendasikan Tergugat I sebagai pihak penanggung
dalam perjanjian tersebut.
2. Bahwa pemberian rekomendasi secara tertulis mengenai
penunjukan Tergugat I sebagai penanggung dalam penutupan
asuransi barang agunan Penggugat sepenuhnya merupakan
persetujuan dari Penggugat sendiri yang telah disepakati
sebelumnya, sehingga penunjukan Tergugat I sebagai
perusahaan asuransi dalam pemberian fasilitas kredit dimaksud
merupakan tindak lanjut dari kesepakatan dimaksud.
3. Bahwa sebelum dibuatnya surat penunjukkan Tergugat I selaku
asuradur dalam menutup asuransi atas barang agunan milik
Penggugat, terlebih dahulu Turut Tergugat telah membicarakan
mengenai penutupan asuransi dengan Penggugat dimana saat
itu Penggugat menyepakati untuk menunjuk Tergugat I selaku
asuradur dalam menutup asuransi barang agunan Penggugat.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 121 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
4. Bahwa atas permintaan Penggugat, selanjutnya Turut Tergugat
membuat surat penunjukan penutupan asuransi barang agunan
milik Penggugat termasuk mesin granulator dimana dalam
penutupan tersebut Tergugat I bertindak selaku asuradur.
5. Bahwa dengan demikian penunjukan Tergugat I selaku asuradur
telah disetujui sepenuhnya oleh Penggugat karena terbukti pada
saat penerbitan polis asuransi Nomor 02-23-06003228,
Penggugat tidak pernah mengajukan keberatan mengenai
penunjukan Tergugat I selaku asuradur kepada Turut Tergugat.
6. Bahwa Penggugat tidak memiliki itikad baik dalam perkara aquo
karena penunjukkan Tergugat I selaku asuradur baru
dipermasalahkan setelah Penggugat menghadapi masalah klaim
pembayaran asuransi, padahal masalah pembayaran asuransi
tersebut penyebabnya tidak bersumber dari penunjukan
Tergugat I sebagai asuradur, melainkan sepenuhnya merupakan
masalah internal antara Penggugat dengan Tergugat I
khususnya mengenai masalah besarnya jumlah klaim
pembayaran asuransi yang berbeda jumlahnya, sehingga tidak
dapat dikait-kaitkan dengan penunjukan Tergugat I aquo.
7. Bahwa Tergugat I adalah termasuk salah satu rekanan Turut
Tergugat dalam menutup asuransi, sehingga penunjukan
Tergugat I sebagai asuradur dalam perjanjian asuransi
dimaksud telah sesuai dengan persyaratan banker’s clause
sebagaimana diatur dalam syarat – syarat umum perjanjian
kredit, akta perjanjian kredit investasi dan kredit modal kerja,
surat pemberitahuan persetujuan kredit investasi dan kredit
modal kerja yang telah ditandatangani oleh Penggugat dengan
Turut Tergugat.
8. Bahwa meskipun Tergugat I merupakan rekanan Turut
Tergugat, namun hal demikian bukan berarti Turut Tergugat
memberikan jaminan pembayaran klaim asuransi oleh Tergugat
I karena hal tersebut merupakan kewajiban dan business
authority sepenuhnya dari Tergugat I, di luar kontrol Turut
Tergugat sehingga dalam hal ini Turut Tergugat tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban apabila Tergugat I tidak dapat
membayar klaim asuransi sebagaimana yang dituntut oleh
Penggugat.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 122 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
9. Bahwa demikian halnya dalil Penggugat yang menyatakan agar
Turut Tergugat ikut bertanggung jawab atas penunjukkan
Tergugat II selaku penilai kerugian/loss adjuster merupakan dalil
yang keliru dan mengada-ada, karena pada dasarnya Turut
Tergugat tidak mengetahui dan tidak ikut campur dalam
perusahaan asuransi terkait dengan penunjukan pihak yang
menjadi penilai kerugian (loss adjuster). Untuk proses
penunjukan perusahaan penilai kerugian (Tergugat II)
merupakan hak dan kewenangan sepenuhnya dari Tergugat I.
10. Berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa penunjukan
Tergugat I sebagai penanggung penutupan asuransi didasarkan
pada persetujuan sepenuhnya dari Penggugat, sehingga sangat
tidak tepat dan keliru bila Penggugat menyampaikan keberatan
setelah mendapatkan masalah pembayaran klaim, dimana hal
tersebut bukan merupakan kewajiban dan tanggungjawab dari
Turut Tergugat. Oleh karena itu tidak dapat dibantah lagi bahwa
seluruh dalil dan posita Penggugat tidak beralasan hukum
sehingga konsekuensi yuridisnya adalah petitum gugatan dalam
perkara aquo harus ditolak untuk seluruhnya.
C.2. Bahwa Hubungan Afiliasi Antara Tergugat I Dengan Tergugat II
Tidak Memenuhi Unsur “Afiliasi” Dalam UU No. 2 Tahun 1992
Sehingga Tidak Melanggar Ketentuan Yang Berlaku.
1. Bahwa Turut Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil
Penggugat yang menyatakan bahwa adanya afiliasi antara
Tergugat I dengan Tergugat II adalah perbuatan melawan
hukum yaitu melanggar Pasal 13 ayat (2) UU No. 2 Tahun 1992,
sebagaimana diuraikan dalam butir 9 Gugatan Penggugat
halaman 3-4.
2. Definisi Afiliasi diuraikan dalam Pasal 1 angka 13 UU No. 2
Tahun 1992, sebagai berikut :
“Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum
dengan satu orang atau lebih, atau badan hukum lain,
sedemikian rupa sehingga salah satu dari mereka dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan orang yang lain
atau badan hukum yang lain, atau sebaliknya memanfaatkan
adanya kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan
pengelolaan perusahaan.”
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 123 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara para pihak dapat dikatakan sebagai “Afiliasi”
bila terdapat kemampuan untuk saling mempengaruhi kebijakan
pengelolaan perusahaan. Dalam gugatannya, Penggugat
mendalilkan bahwa terdapat afiliasi antara Tergugat I dengan
Tergugat II melalui kepemilikan saham dan Dewan Komisaris,
yaitu atas nama Sofjan Wanandi dan Jusuf Wanandi, sebagai
berikut :
a. Tergugat I
Dewan Komisaris:
– Komisaris Utama : Rudy Wanandi
– Wakil Komisaris Utama : Sofjan Wanandi
– Komisaris : A.R. Ramly
Jusuf Wanandi
S. Sudjaliah Soegiarso
Evi Elka Pangestu
b. Tergugat II
Pemegang Saham :
– Ina Sutioso : 640 saham
– Sofjan Wanandi : 320 saham
– Jusuf Wanandi : 320 saham
– Dr. Biantoro Wanandi : 120 saham
– Leony Setiawati : 120 saham
– Melati Mokoagow : 160 saham
– Mary Elka Pangestu : 320 saham
– John Philips Robert Baxster : 2000 saham
(Direktur Thomas Howell Group International Limited, Inggris)
4. Apabila dilihat dalam susunan di atas, maka meskipun Sofjan
Wanandi dan Jusuf Wanandi mempunyai kedudukan rangkap
dalam Tergugat I dan Tergugat II, namun posisi tersebut bukan
merupakan posisi yang dapat menentukan kebijakan
pengelolaan perusahaan. Kedudukannya sebagai Anggota
Dewan Komisaris hanya berfungsi sebagai pengawas
perusahaan (vide Pasal 108 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas), sedangkan dalam kepemilikan saham
Sofjan Wanandi dan Jusuf Wanandi hanya sebagai pemegang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 124 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
saham Tergugat II sebesar 16% (bukan sebagai pemegang
saham mayoritas), yang notabene sangat sulit untuk
menentukan pengambilan keputusan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Oleh karena itu, adanya pihak yang
sama pada Tergugat I dan Tergugat II tidak memenuhi unsur
”Afiliasi” yang disyaratkan dalam UU No. 2 Tahun 1992, karena
pihak yang bersangkutan tidak dapat saling mempengaruhi
kebijakan pengelolaan Tergugat I dan Tergugat II.
5. Selain itu, pada saat gugatan aquo didaftarkan di Pengadilan
Negeri Medan, terdapat fakta bahwa UU No. 2 Tahun 1992 yang
digunakan oleh Penggugat sebagai dasar hukum dalam
gugatannya telah dicabut dan diganti dengan UU No. 40 Tahun
2014, sehingga dalil Penggugat tersebut menjadi keliru dan tidak
berdasar hukum.
6. Bahwa ketentuan mengenai larangan afiliasi antara Tergugat I
dengan Tergugat II, sebagaimana yang didalilkan oleh
Penggugat tersebut, sudah dihapus dan diatur lagi dalam Pasal
30 UU No. 40 Tahun 2014 dengan ketentuan dimana
perusahaan pialang asuransi/reasuransi tidak diperbolehkan
untuk menempatkan penutupan asuransi kepada perusahaan
asuransi yang terafiliasi, sehingga telah jelas bahwa adanya
afiliasi antara Tergugat I dengan Tergugat II menjadi tidak
melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
7. Bahwa bunyi Pasal 30 UU No. 40 Tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
“(1) Perusahaan pialang asuransi dilarang menempatkan
penutupan asuransi atau penutupan asuransi syariah pada
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah
yang merupakan Afiliasi dari Pialang Ausuransi atau
perusahaan pialang asuransi yang bersangkutan.
(2) Perusahaan pialang reasuransi dilarang menempatkan
penutupan asuransi atau penutupan reasuransi syariah
pada perusahaan reasuransi atau perusahaan reasuransi
syariah yang merupakan Afiliasi dari Pialang Reasuransi
atau perusahaan pialang reasuransi yang bersangkutan.
(3) Perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang
asuransi bertanggung jawab atas tindakan Pialang Asuransi
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 125 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
dan Pialang Reasuransi yang memberikan rekomendasi
kepada Pemegang Polis terkait penutupan asuransi atau
penutup.
8. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa
hubungan afiliasi antara Tergugat I dengan Tergugat II tidak
memenuhi unsur “Afiliasi” dalam UU No. 2 Tahun 1992, karena
para pihak yang bersangkutan tidak dapat saling mempengaruhi
kebijakan pengelolaan pada Tergugat I dan Tergugat II. Selain
itu, ketentuan dalam UU No. 2 Tahun 1992 yang digunakan oleh
Penggugat sebagai dasar hukum dalam gugatannya sudah
dicabut dan diganti dengan UU No. 40 Tahun 2014, sehingga
menjadi sangat tidak relevan dan tidak berdasar hukum bila
Penggugat mengajukan gugatannya pada saat ini. Oleh karena
itu tidak dapat dibantah lagi bahwa seluruh dalil dan posita
Penggugat tidak beralasan hukum sehingga konsekuensi
yuridisnya adalah petitum gugatan dalam perkara aquo harus
ditolak untuk seluruhnya.
C.3. Tuntutan Ganti Rugi Yang Diajukan Oleh Penggugat Tidak
Berdasar Secara Hukum Sehingga Harus Ditolak.
1. Bahwa Turut Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil dari
Penggugat yang menuntut ganti rugi kepada Para Tergugat dan
Turut Tergugat secara materiil dan immateriil, yaitu masing-
masing sebesar Rp.226.527.727.119,- dan
Rp.453.055.454.238,- dengan alasan adanya perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II,
sebagaimana yang diuraikan dalam butir 18 Gugatan Penggugat
halaman 6-7.
2. Bahwa tuntutan Penggugat yang meminta agar Turut Tergugat
ikut bertanggung jawab atas penunjukkan Tergugat II adalah
tuntutan yang keliru, karena pada dasarnya Turut Tergugat tidak
mengetahui dan tidak ikut campur dalam penunjukkan
perusahaan penilai kerugian (loss adjuster). Untuk proses
penunjukkan loss adjuster (Tergugat II) merupakan hak dan
kewenangan sepenuhnya dari Tergugat I, sehingga sangat tidak
tepat bila tuntutan ganti rugi aquo juga ditujukan kepada Turut
Tergugat.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 126 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Selain itu besaran nilai ganti rugi yang dimintakan oleh
Penggugat tersebut terlalu mengada-ada dan tidak jelas.
Penggugat mendalilkan telah mengalami kerugian materiil dan
immateriil, masing-masing sebesar Rp. 226.527.727.119,- dan
Rp. 453.055.454.238,- karena akibat penunjukkan Tergugat II
oleh Tergugat I yang melanggar ketentuan UU No. 2 Tahun
1992. Hal ini sangat tidak masuk akal karena Turut Tergugat
tidak pernah mengetahui dan tidak ikut campur dalam
penunjukkan perusahaan penilai kerugian (loss adjuster),
sehingga nilai ganti rugi tersebut tidak jelas dasarnya dan
metodologi perhitungannya. Tuntutan ganti rugi yang tidak
dijelaskan dan dibuktikan secara terperinci oleh Penggugat telah
ditolak oleh Mahkamah Agung, sebagaimana tercantum dalam
buku M. Ali Boediarto, SH., Kompilasi Kaidah Hukum Putusan
Mahkamah Agung (Hukum Acara Perdata Masa Setengah
Abad), Jakarta, Swara Justitia, 2005, halaman 29, 38 dan 155,
sebagai berikut :
a. Putusan Mahkamah Agung No. 598 K/Sip/1971 tanggal 18
Desember 1971, sebagai berikut :
”Penggugat mengajukan gugatan perdata yang menuntut
agar Tergugat dihukum membayar ganti kerugian kepada
Penggugat. Dalam persidangan Pengadilan ternyata
Penggugat tidak dapat membuktikan secara rinci adanya dan
besarnya kerugian yang diderita oleh Penggugat. Karena
tidak berhasil membuktikannya, maka Hakim menolak
tuntutan pembayaran ganti rugi yang diajukan oleh
Penggugat tersebut.”
b. Putusan Mahkamah Agung No. 459 K/Sip/1975 tanggal 18
September 1975, sebagai berikut :
”Hakim baru dapat mengabulkan tuntutan ganti rugi tersebut,
bilamana Penggugat dapat membuktikan secara terperinci
adanya kerugian dan berapa besarnya kerugian tersebut.
Pertimbangan Judex Facti ini dibenarkan oleh Putusan
Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi.”
c. Putusan Mahkamah Agung No. 011 K/N/HaKI/2002 tanggal
30 September 2002, sebagai berikut :
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 127 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
”Petitum/Tuntutan ”ganti rugi uang” yang diajukan Penggugat
dalam Surat gugatannya, sesuai dengan ”Jurisprudensi
tetap”, bahwa Penggugat tersebut wajib memberikan bukti-
bukti yang konkrit dan terperinci tentang adanya kerugian
materiil yang dideritanya tersebut. Tidak boleh hanya
berdasar perkiraan saja. Tanpa pembuktian tersebut, maka
Hakim harus menolak tuntutan ganti rugi materiil tersebut.”
4. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa
tuntutan ganti rugi materiil dan immaterill yang diajukan oleh
Penggugat kepada Turut Tergugat, yaitu masing-masing
sebesar Rp. 226.527.727.119,- (satu miliar lima ratus tujuh
puluh dua juta rupiah) dan Rp. 453.055.454.238,- tidak
beralasan hukum dan mengada-ada karena tidak didasarkan
pada perhitungan yang jelas. Oleh karena itu tidak dapat
dibantah lagi bahwa seluruh dalil dan posita Penggugat tidak
beralasan hukum sehingga konsekuensi yuridisnya adalah
petitum gugatan dalam perkara aquo harus ditolak untuk
seluruhnya.
II. PETITUM
Berdasarkan uraian penjelasan sebagaimana tersebut di atas, maka dengan
ini Turut Tergugat mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Medan yang mengadili perkara aquo agar memutuskan :
DALAM PROVISI
– Menolak tuntutan provisi Penggugat.
DALAM EKSEPSI
1. Menyatakan menerima Eksepsi Turut Tergugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard).
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.
Namun apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan
berpendapat lain, maka kami mohon agar dapat memutuskan Perkara a quo
dengan seadil-adilnya (ex aequo et bono).
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 128 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan Repliknya tertanggal
28 Oktober 2015, sedang Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat telah
mengajukan Dupliknya, masing-masing tertanggal 11 November 2015;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya, Penggugat
mengajukan bukti surat berupa :
1. Fotocopy Polis Standar Kebakaran Indonesia, sesuai dengan aslinya, diberi
tanda ……….…………..…………...………………………………...……. P - 1 ;
2. Fotocopy Polis No.02-23-06003228 yang diterbitkan oleh PT. Asuransi
Wahana Tata Cabang Medan, sesuai dengan aslinya, diberi tanda … P - 2 ;
3. Fotocopy terlekat : Klausula Ko-Asuransi oleh PT. Asuransi Wahana Tata di
Medan tanggal 09 Mei 2003, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …... P - 3 ;
4. Fotocopy Ikhtisar pertanggungan Polis Standar Kebakaran Indonesia No
Polis : 02-23-06003228, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………. P - 4 ;
5. Fotocopy Polis No. 02-23-06002328, dibuat oleh PT. Asuransi Wahana Tata
di Medan tanggal 7 Mei 2003, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …. P - 5;
6. Fotocopy Kalusula Ko-Asuransi Polis 02-23-06003228/01, sesuai dengan
aslinya, diberi tanda ………………………………………………………. P - 6 ;
7. Fotocopy dari fotocopy Bukti pembayaran premi Asuransi dari Penggugat,
Tidak ada aslinya, diberi tanda ……..………...……….………………… P - 7 ;
8. Fotocopy dari fotocoy Berita Acara Pemeriksaan Teknis Laboratoris
Forensik No. Lab. 675/FKF/IV/2004, Tidak ada aslinya, diberi tanda .. P - 8 ;
9. Fotocopy dari fotocoy Surat laporan kerugian / klaim asuransi atas
kebakaran pabrik Penggugat kepada PT.Asuransi Wahana Tata, Tidak ada
aslinya, diberi tanda …………………………………………...………….. P - 9 ;
10. Fotocopy dari fotocoy Berita Acara Rapat tertanggal 28 Mei 2004
membahas klaim asuransi, Tidak ada aslinya, diberi tanda ………… P - 10 ;
11. Fotocopy dari fotocoy Surat PT.Asuransi Wahana Tata tertanggal 6 April
2004, Tidak ada aslinya, diberi tanda ……………………...………. P – 10-A ;
12. Fotocopy Surat PT.Asuransi Wahana Tata tertanggal 2 April 2004, sesuai
dengan aslinya, diberi tanda ………………………...……………… P – 10-B ;
13. Fotocopy Laporan penilaian aset dan mesin PT. Pupuk Subur Makmur,
sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………………………..………… P – 11 ;
14. Fotocopy Invoice pembelian mesin granulator dan perlengkapan dari UBM
Internasional, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………………..… P – 12 ;
15. Fotocopy Pembayaran sebagian atas klaim kebakaran dari PT. Asuransi
Wahana Tata, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …………...……. P – 13 ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 129 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
16. Fotocopy Surat PT.Asuransi Wahana Tata untuk memberikan ganti rugi
tambahan, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …………..………… P – 14 ;
17. Fotocopy Surat peringatan Bank Mandiri No.TRI.CRT/DEP-II.661G/2005
tertanggal 13 Oktober 2005, sesuai dengan aslinya, diberi tanda … P – 15 ;
18. Fotocopy Surat Bank Mandiri No.1.Hb.MIB/Com/266/2003 tertanggal
29 April 2003, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………...……….. P – 16 ;
19. Fotocopy Rekening Koran bukti pembayaran bunga dan denda kepada Bank
Mandiri sekama 5 (lima) bulan berturut-turut setelah terjadinya kebakaran
pabrik, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ……………. P – 17 ;
20. Fotocopy Surat UBM Internasional No.0928-9/04 tertanggal 27 September
2004, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …………………………… P – 18 ;
21. Fotocopy Kerugian yang dialami Penggugat berdasarkan Laporan Laba
Rugi Per 31 Desember 2005, sesuai dengan aslinya, diberi tanda P – 19-A ;
22. Fotocopy Laba Tahun Berjalan Per 31 Desember 2014, sesuai dengan
aslinya, diberi tanda ……………………….…………………....……. P – 19-B ;
23. Fotocopy Laporan Laba Ditahun Per 31 Desember 2004 dengan hanya
menggunakan 1 line mesin untuk 3 shift produksi, sesuai dengan aslinya,
diberi tanda ………………………...…………………………………. P – 19-C ;
24. Fotocopy Penjelasan rincian perhitungan keuntungan yang seharusnya
Penggugat terima dengan menggunakan 2 line mesin dengan 2 shift
produksi sehingga keuntungan yang seharusnya diperoleh pada tahun 2004,
sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………………………… P – 19-D ;
25. Fotocopy Salinan Akta No. 97 dibuat di Notaris Alina Hanum, SH Notaris di
Medan tertanggal 30 April 2003 tentang perjanjian Kredit Modal Kerja,
sesuai dengan aslinya, diberi tanda …………………….……………. P – 20 ;
26. Fotocopy Salinan akta No.23 dibuat di Notaris Alina Hanum, SH Notaris di
Medan tertanggal 2 Oktober 2003, sesuai dengan aslinya, diberi tanda
………………………………………………………………………………. P – 21;
27. Fotocopy Salinan Akta No. 24 dibuat di Notaris alina Hanum, SH, Notaris di
Medan tertanggal 2 Oktober 2003, sesuai dengan aslinya, diberi tanda
……………………………………………………………………..… Bukti P – 22 ;
28. Fotocopy dari fotocopy Undang-undang RI No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, Tidak ada aslinya, diberi tanda …….……………...... P – 23 ;
29. Fotocopy Kompas 8 Mei 2006, Laporan Keuangan 1 Januari 2004 s/d 31
Desember 2004 dan 1 Januari 2005 s/d 31 Desember 2005 PT. Asuransi
Wahana Tata, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………….......…. P – 24 ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 130 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
30. Fotocopy Kompas 7 Mei 2009, Laporan Keuangan 1 Januari 2007 s/d 31
Desember 2007 dan 1 Januari 2008 s/d 31 Desember 2008 PT. Asuransi
Wahana Tata, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …………........ P – 24-A ;
31. Fotocopy dari fotocopy Berita Acara No.5 tertanggal 8 Mei 2008 dibuat di
Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya,SH, Tidak ada aslinya, diberi tanda
………………………………………………………………………….... P – 24-B ;
32. Fotocopy dari fotocopy Berita Negara RI No.2869 Tahun 2000 PT. Satria
Dharma Pusaka Crawford Thg, Tidak ada aslinya, diberi tanda ….... P – 25 ;
33. Fotocopy Penetapan Pengadilan Negeri Medan,
No.64/Eks/HT/2009/PN.Mdn, tentang Eksepsi Sita Hak Tanggungan tanggal
15 Desember 2009, sesuai dengan aslinya, diberi tanda …….….. P – 25-A ;
34. Fotocopy dari fotocopy Tanda Terima dari Pemohon Kasasi (Eddy Wijaya)
No.018/19.Eks.09/TS&P tertanggal 19 Oktober 2009, Tidak ada aslinya,
diberi tanda ……………………………………….………….…...….. P – 25-B ;
35. Fotocopy Penetapan Lelang dari Pengadilan Lubuk Pakam
No.01/Eks/2010/64/Eks/HT/2009/PN.Mdn/PN.LP tertanggal 23 Juni 2010,
sesuai dengan aslinya, diberi tanda ……………………..……...….. P – 25-C ;
36. Fotocopy dari fotocopy Risalah Lelang No.484/2010, tanggal 20 Agustus
2010, Tidak ada aslinya, diberi tanda ……………..…….……...….. P – 25-D ;
37. Fotocopy Tanda Terima Surat Penundaan Pelelangan Tanggal 13
Nopember 2013, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ....…..…..P – 25-E ;
38. Fotocopy dari fotocopy Tanda terima dan Surat Nudirman Munir &
Associates No.25/NMA/VIII/2015, Tidak ada aslinya, diberi tanda P – 25-F ;
39. Fotocopy dari fotocopy Surat Penetapan Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri
Medan No.64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 29 April 2010, Tidak ada
aslinya, diberi tanda …………………….………………………..….. P – 25-G ;
40. Fotocopy dari fotocopy Surat Bank Mandiri 2011, tertanggal 01 Agustus
2011 No.RCR.MDN/216/2011, Tidak ada aslinya, diberi tanda …..P – 25-H ;
41. Fotocopy Surat PT. Gandamega Serasi No.016/GDS/SK-Dir/PSM/II/06
tertanggal 9 Februari 2006, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ….. P – 26 ;
42. Fotocopy dari fotocopy Jawaban Tergugat I pada Perkara
No.58/Pdt.G/2006/PN.Mdn, tertanggal 11 Mei 2006, Tidak ada aslinya,
diberi tanda ……………………………………………………………. P – 27 ;
43. Fotocopy dari fotocopy Duplik Tergugat I pada Perkara
No.58/Pdt.G/2006/PN.Mdn, tertanggal 22 Juni 2006, Tidak ada aslinya,
diberi tanda ………………….... ……………………………………….P – 28 ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 131 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
44. Fotocopy dari fotocopy Akta Bukti Tergugat I pada Pekara
No.58/Pdt.G/2006/PN.Mdn, tertanggal 13 Juli 2006, Tidak ada aslinya, diberi
tanda …………….…………………..…………………………….. P – 29 ;
45. Fotocopy dari fotocopy Anggaran Dasar PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
Tidak ada aslinya, diberi tanda …………………………………..…….. P – 30 ;
46. Fotocopy dari fotocopy Putusan Mahkamah Agung No.911K/Pdt/2009,
tanggal 19 Agustus 2009, Tidak ada aslinya, diberi tanda ………….. P – 31 ;
47. Fotocopy Putusan PK Mahkamah Agung No.664 Pk/pdt/2011 tanggal
23 April 2012, sesuai dengan aslinya, diberi tanda ………………….. P – 32 ;
48. Fotocopy Surat Pengadilan Negeri Medan
No.W2.U1/6340/Pdt.04.10/IV/2013 (PK) tertanggal 03 April 2013, sesuai
dengan aslinya, diberi tanda …………………………………...…...….. P – 33 ;
49. Fotocopy Surat Pengadilan Negeri Medan
No.W2.U1/1602/Pdt.04/10/II/2014, tertanggal 03 Februari 2014, sesuai
dengan aslinya, diberi tanda ………………………………………….... P – 34 ;
50. Fotocopy Akta Pendirian Perseroan Terbatas No.30 tertanggal 10 April 2002
dibuat di Notaris Alina Hanum, SH Notaris di Medan, sesuai dengan aslinya,
diberi tanda ………………………............................…………..………. P – 35 ;
51. Fotocopy Berita Acara Rapat No.10 tertanggal 9 Nopember 2004 yang
dibuat di Notaris H. Marwansyah Nasution, SH Notaris di Medan, sesuai
dengan aslinya, diberi tanda ………………………...………………… P – 36 ;
Menimbang, bahwa bukti bukti surat tersebut telah diberi meterai
secukupnya dan telah dilegalisir serta telah dicocokkan dengan aslinya
dipersidangan, ternyata sesuai dengan aslinya, kecuali bukti P – 7, 8, 9, 10, 10-
A, 23, 24-B, 25, 25-B, 25-D, 25-F, 25-G, 25-H, 27, 28, 29, 30 dan 31, tidak dapat
memperlihatkan aslinya dipersidangan;
Menimbang, bahwa selain bukti-bukti surat tersebut diatas Penggugat juga
telah menghadapkan 1 (satu) orang saksi Ahli, dibawah sumpah memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Saksi ahli : Prof. Dr. SUNARMI.
– Bahwa saksi ahli tidak kenal pada Penggugat dan Tergugat I, Tergugat II
serta Turut Tergugat.
– Bahwa saksi pada saat ini adalah guru besar pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 132 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
– Bahwa perbedaan Perbuatan Melawan Hukum dengan Wanprestasi yaitu
Perbuatan Melawan Hukum bertentangan dengan hak dan kewajiban
hukum menurut Undang-undang sedangkan Wanprestasi bersumber dari
perjanjian;
– Bahwa Wanprestasi adalah pelanggaran terhadap suatu kewajiban yang
oleh para pihak disepakati secara sukarela.
– Bahwa Perbuatan Melawan Hukum adalah mencakup tindakan
melanggar kewajiban yang ditentukan oleh hukum dan dalam hal ini
Perbuatan Melawan Hukum ini sangat luas pengertiannya dan tidak sama
dengan Wanprestasi.
– Bahwa Perusahaan Afiliasi adalah suatu perusahaan yang secara efektif
dalam perusahaan lain atau tergabung dengan beberapa perusahaan
yang lain karena kepemilikan atau pengurus yang sama.
– Bahwa Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Afiliasi
adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan satu
orang atau lebih merupakan salah satu dari mereka yang dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan orang lain atau sebaliknya
dengan memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan saham atau
kebersamaan pengelolaan perusahaan.
– Bahwa Afiliasi adalah hubungan keluarga perkawinan dan keturunan,
adanya hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris
dan hubungan antara 2 (dua) perusahaan, hubungan antara perusahaan
dengan pihak langsung maupun tidak langsung, dan hubungan antara
pemegang saham dengan perusahaan.
– Bahwa pemegang saham kecil (bukan pengurus) dapat menentukan
kebijakan perusahaan tetapi tergantung personalianya atau orangnya.
– Bahwa pasal 1365 KUHPerdata ada mempunyai syarat-syarat untuk
menentukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu : 1.Adanya perbuatan
yang dimaksud bersifat positif maupun yang bersifat Negatif, yang artinya
setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat, 2. Perbuatan itu harus
melawan hukum, 3. Ada kerugian, 4. Ada hubungan sebab akibat antara
Perbuatan Melawan Hukum dengan kerugian, 5. Ada kesalahan.
– Bahwa Perbuatan Melawan Hukum ada mengenai tanggung gugatan
dalam Pasal 1367 KHUperdata dalam hal ini setahu saksi setiap orang
tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya sendiri, tetapi kerugian disebabkan karena perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 133 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
– Bahwa dalam Wanprestasi, Kreditor dapat menuntut pembatalan
perjanjian atau pemenuhan perjanjian tanpa ganti rugi.
– Bahwa ada 4 (empat) alasan pembenar dalam Perbuatan Melawan
Hukum yaitu Keadaan memaksa, pembelaan darurat atau terpaksa,
melaksanakan ketentuan Undang-undang dan melaksanakan perintah
atasan yang berwenang.
– Bahwa pengertian Asuransi adalah adanya suatu Perjanjian yang dibuat
antara satu perusahaan dengan yang ditanggung.
– Bahwa jika terjadi klaim dan salah satu member mengalami defaul, hal ini
bisa merugikan tertanggung karena tertanggung hanya mempunyai
hubungan kontrak dengan satu penanggung saja, maka tertanggung tidak
bisa melakukan tuntutan kepada member yang default.
– Bahwa adanya kesepakatan konsensus diantara dua belah pihak maka
melahirkan kontrak pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dan menentukan
perjanjian yang dibuat secara sah menurut Undang-undang yaitu janji
yang mengikat para pihak, dengan demikian apabila salah satu debitur
tidak dapat melaksanakan kewajibannya atau wanprestasi maka gugatan
hanya terhadap pihak yang tidak memenuhi kewajibannya.
– Bahwa dalam Wanprestasi, kreditor tidak hanya dapat menuntut ganti
rugi semata, sedangkan Perbutan Melawan Hukum tuntutan ganti rugi
merupakan suatu hal yang utama.
– Bahwa Koasuransi adalah untuk asuransi bersama sedangkan
Reasuransi adalah asuransi kembali/ulang.
– Bahwa munculnya koasuransi adalah karena Perusahaan Asuransi tidak
bisa menanggung resiko dengan sendirinya, karena resiko ini demikian
besar sehingga tidak dapat ditanggung sendiri oleh satu perusahaan
asuransi saja, sehingga perusahaan asuransi memerlukan dukungan dari
perusahaan Asuransi lainnya.
– Bahwa Koasuransi ada 2 (dua) macam yaitu Koasuransi yang dilakukan
oleh beberapa perusahaan asuransi dengan menggunakan 1 polis dan
koasuransi yang dilakukan dengan menggunakan polisnya masing-
masing untuk sebesar bagian yang ditutupnya, dalam hal ini dikenal
dengan penutupan koasuransi secara polis jalan bersama
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Pengadilan
Negeri Medan telah menjatuhkan putusan tanggal 6 April 2016 Nomor
341/PDT.G/2015/PN.Mdn yang amarnya sebagai berikut ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 134 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
DALAM KONVENSI
DALAM PROVISI
- Menolak tuntutan provisi Penggugat.
DALAM EKSEPSI
- Menolak seluruh eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat.
DALAM POKOK PERKARA
- Menolak seluruh gugatan Penggugat.
DALAM REKONVENSI
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat I Konvensi.
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat II Konvensi.
DALAM KONVENSI DALAM REKONVENSI
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp.1.449.000,- (satu juta empat ratus empat puluh sembilan ribu
rupiah),-;
Menimbang, bahwa berdasarkan Akta Permohonan Banding Nomor
60/2016 tanggal 19 April 2016 yang dibuat SUGENG WAHYUDI,SH.MM
Panitera Pengadilan Negeri Medan yang menerangkan bahwa Kuasa Hukum
Penggugat telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri
Medan Nomor 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn tanggal 6 April 2016 dan telah
diberitahukan kepada Terbanding I semula Tergugat I pada tanggal 26 April
2016 dan Kepada Terbanbanding II semula Terguggat II pada tanggal 26 April
2016 sekarang Turut Terbanding semula turut terguggat pada tanggal 25 April
2016
Menimbang,bahwa Pembanding semula Penggugat telah mengajukan
Memori Banding tanggal 27 Desember 2017 dan diterima di Pengadilan Tinggi
Medan tanggal 27 Desember 2017 telah diberitahu kepada terbanding I semula
Tergugat I pada tanggal 5 Januari 2017 Kepada Terbanding II semula Tergugat
II tanggal 6 Januari 2017 dan Kepada turut Terbanding semula Turut Tergugat
pada tanggal 5 Januari 2017
Menimbang,bahwa terhadap memori banding tersebut Terbanding
semula Penggugat telah mengajukan Kontra Memori Banding pada tanggal 10
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 135 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Agustus 2016 dan diterima di Pengadilan Tinggi Medan tangga 10 Agustus
2016
Menimbang, bahwa Membaca Relaas pemberitahuan untuk melihat,
membaca, memeriksa dan mempelajari berkas perkara banding, yang dibuat
dan ditanda tangani oleh Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri medan yang
menerangkan bahwa dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari telah
diberi kesempatan kepada kedua belah pihak berperkara untuk mempelajari
berkas perkara perdata Nomor : 341/Pdt.G/2016/PN.Mdn pada tanggal 2 Mei
2016 dan 27 April 2016 kepada kedua belah pihak yang berperkara sebelum
berkas perkara tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Medan ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Kuasa
Hukum PEMBANDING / PENGGUGAT tersebut telah diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara serta syarat - syarat yang ditentukan dalam
Undang - Undang, oleh karena itu permohonan banding tersebut secara
Formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa terhadap memori banding dari Kuasa Hukum
Pembanding semula penggugat tertanggal 27 Desember 2016 pada pokoknya
agar Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan membatalkan putusan Pengadilan
tingkat pertama seraya mengadili sendiri dengan amar putusan mengabulkan
gugatan semula para Tergugat untuk seluruhnya dengan alasan –alasan pada
pokoknya sebagai berikut :
Dalam Konvensi
Dalam Provisi:
- Menolak tuntutan provisi Penggugat;
Dalam Eksepsi:
- Menolak seluruh eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak seluruh gugatan Penggugat;
Dalam Rekonvensi:
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat I Konvensi;
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat II Konvensi;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 136 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
biaya perkara sebesar Rp.1.449.000,-.(Satu juta empat ratus empat puluh
Sembilan rupiah)
- Bahwa atas putusan Pengadilan Negri Medan No.341/Pdt.G/2015/PN.Mdn
tanggal 06 April 2016 tersebut Penggugat /Pembanding keberatan dan untuk
itu pada hari selasa tanggal 19 April 2017 , Penggugat menyatakan banding,
dengan nomor akta banding 60/2016
- Bahwa oleh karena Permohanan Banding beserta Memori Banding ini
diajukna masih dalam tenggang waktu dan sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang yang berlaku, mkaka memori badning ini formal dapat diterima untuk
dipertimbangkan pada tingkat banding.
- Bahwa Pembanding merasa sangat keberatan terhadap putusan Pengadilan
Negeri Medan no.341/Pdt.G/2016/PN.Mdn tanggal 06 April 2016 yang
dimohon banding ini sebenarnya adalah putusan yang dipertimbangan
hukumnya sangat dangkal,tidak mencerminkan rasa keadilan,karena dari
fakta yang terungkap dipersidangan ternyata putusan yang disbanding ini
sangat menarik dan berat sebelah oleh karena itu putusan yang dimohonkan
banding ini tidak dapat dipertimbangkan nlagi pada tingkat banding harus
dibatalkan
- Bahwa karena Judes factie Pengadilan Negeri Medan dalam Pertimbangan
hukum putusannya telah salah dan keliru membuat pertimbanagan hukum
dan bertentangan dengan fakta yang terungkap dipersidangan dan untuk itu
Tergugat I Pembanding mengemukakakan alas an-alasan sebagai berikut:
DALAM POKOK PERKARA
Bahwa Pembanding sangat keberatan terhadap putusan hukum
Pengadilan Negeri Medan Nomor 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn tanggal 06 APRIL
2016 yang mana dalam pertimbangannya pada halaman 202 paragraf
pertama menyatakan bahwa “Menimbang atas permohoanan sita jaminan
(concervatoir beslag) dari Penggugat Tersebut, Majelis Hakim tidak
mengeluarkan penetapan Sita Jaminan dengan dasar bahwa setelah Majelis
Hakim membaca dan mencermati permohan sita jaminan dari Penggugat
dibuat tidak memenuhi seluruh syarat-syarat penyitaan”,Bahwa Majelis Hakim
telah keliru dalam pertimbangannya, dikarenakan Penggugat/Pembanding
telah benar dan telah memenuhi syarat-syarat dimaksud;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 137 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Bahwa Penggugat/Pembanding dalam Gugatannya jelas meminta sita
jaminan berupa:
a. Tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya yang terletak di Jalan
Pemuda No. 9 Medan, Sumatera Utara;
b. Tanah dan bangunan yang terletak di H.R. Rasuna Said C-4, Jakarta;
c. Tanah dan bangunan yang terletak di Prince Centre Buliding 7th Floor Jl.
Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
- Sehingga tidak ada alas an bagi Majelis Hakim pada tingkat pertama untuk
menolak permohanan sita jaminan Penggugat/Pembanding yang dimohonkan
pada Petitum angka 3 (tiga) gugatan Penggugat/Pembanding, maka sudah
sepantasnyalah Majelis Hakim Tingkat Banding untuk menerima Gugatan
Penggugat/Pembanding pada petitum angka 3 (tiga)
- Bahwa Penggugat/Pembanding merasa keberatan dan merasa tidak adanya
keadilan yang diberikan Majelis Hakim dalam Tingkat Pertama, yang mana
Majelis Hakim pada Tingkat Pertama telah mengambil suatu Pertimbanagan
yang salah dan keliru dan serta salah pula putusannya.Bahwa Pembanding
sangat keberatan atas menimbang Majelis
Hakim pada tingkat pertama pada halaman 219 yang menyatakan
“Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,
maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa petitum angka 4 (empat) dari
gugatan II/Terbanding II (PT Satria Dharma Pusaka Crowford
Thg).Keseluruhan bukti ini diperkuat bukti P-24 dan P24A yamg menyakan
secara jelas dan terang dan terbukti secara hukum bahwa telah terjadiafiliasi
antara Tergugat I/Terbanding I dan Terguagt II/Terbanding II .Bahwasanya
oleh karena Majelis Hakim pada tingkat pertama yang menjadi alas an utama
untuk menolak gugatan Penggugat/Pembanding adalah tidak adanya bukti
hukum tealh Pengugat/Pembanding atasi dengan pengesahan pembuktian
dari Kementerian Hukum dan HAM Cq Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum;
- Bahwa dengan penjelsan tersebut diatas telah terbukti diantara Tergugat
I/Terbanding I dengan Tergugat II/Terbanding II terjadi afiliasi (Bukti P-24,P-
24 A,P-24 B dan P-25) yang secara terang jelas dan nata telah terbukti
terjadunya afiliasi antara Tergugat I dengan Tergugat II yang nerupakan
Perbuatan Melawan hukum, dimana Tergugat I membuktikan bahwa Sofyan
Wanandi dan Yusuf bertindak sebagai Wakil Komisaris Umum dan Komisaris
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 138 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
sedangkan Rudi Wanandi sebagai Komisaris Utama, sedangkan dilain pihak
Tergugat II juga terbukti Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi adalah
Pemegang 640 lembar saham Tergugat II, dan Bintaro Wanandi 120 lembar
saham.Terang, jelas dan terbukti secara hukum Sofyan Wanndi dan Yusuf
Wanandi terafisiali baik sebagai Tergugat I maupun Tergugat II;
- Bahwa bukti P-25 yang diajukan Penggugat/Pembanding terang jelas dan
terbukti secara hukum telah terjadi afiliasi yang dilarang berdasarkan Pasal 13
ayat 2 undang-undang RI nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian;
- Bahwa dalam hal ini.Bukti Pengguat/Pembanding sampaikan kepada Yang
Mulia Majelis HAKIM Tinggi yang akan menyidangkan perkara ini, kiranya
dapat benar benar memberikan keadilan kepada Penggugat/Pembanding
yang jelas-jelas telah menderita kerugian yang cukup besar,bukannya
mendapatkan keadilan,justru Penggugat merasa di zolimi atas puitusan judex
factie;
- Bahwa Penggugat/Pembanding sangat keberatan, dan dalam hal ini Majelis
Hakim Tingkat Pertama telah salah dan keliru dalam hal mangambil
pertimbanagan yang mana menyatakan pada halaman 219 putusan judex
factie paragraph kedua ;Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut
diatsas Majelis Hakim berpendapat bahwa bukti-bukti surat yang diajukan
oleh Tergugat II yang duihubungkan dengan pendapat saksi ahli beranama
BUDI SETIA MAHARESI (Ketua Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi
Idonesia), telah dapat membuktikan bantahannya yaitu tidak ada hubungan
afiliasi antara Tergugat I dengan Tergugat II’’.
- Bahwa pertimbanagn tersebut diatas jelas salah besar, jelas keliru, jelas
sangat tidak adil,jelas sanagat memihak, dan sangat terang dan jelas tidak
mencerminkan nilai-nilai keadilan, karena alat bukti yang diajuakan oleh
Tergugat I/Terbanding I dengan Tergugat II,Terbanding II,namun suatu
keanehan yang luar biasa saat Majelis Hakim Tingkat Pertama menyatakan
tidak ada hubungan afiliasi antara Tergugat I/Terbanding I dengan Tergugat
II/Terbanding II.Bukannkah Majelis Hakim Tingkat Pertama sendiri yang
menyatakan bahwa benar Gugatan di ajukanj Penggugat/PembaNDING
ADALAH Gugatan perbuatan Melawan Hukum , dan benar tentang melanggar
Undang-undang RI nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha pengasuransian,
berdasarkan ketentuan pasal 13 ayat 2 undang-undang nomor 2 tahun 1992,
namun mengapa alat bukti Penggugat/Pembanding yakni P-23, P-24, P-24 A,
P-24 B, P-25 sama sekali tidak dipertimbangkan oleh Majelis hakim , yang
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 139 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
mana seharusnya Majelis Hakim tingkat Pertama dapat melihat adanya afiliasi
pada lat bukti yang dimaksud;.
- Bahwa Majelis Hakim tinkat pertama tidak meneliti dengan seksama seluruh
alat alat bukti yang diajukan oleh Penggugat/Pembanding, karena afiliasi
dimaksud jelas terlihat pada lat bukti P-24, P24A, P-24 B, P-25;
- Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah memutusakn perkara aqua telah
keliru dan tidak tepat, dikarenakan telah terliat dengan terang dan jelas bahwa
Tergugat II telah menerangkan dalam jawabannya pada poin 11 yang mana
Tergugat II juga telah menerangakan dengan jelas sebagaimana Bukti TII-2
dean Bukti TII-3 dan telah menuliskan dengan jelas susunan kepengurusan
dan Terbanding I Terbanding II, yang mana dapat dengan jelas dilihat adanya
hubungan afiliasi antara Terbanding I dengan Terbanding II sudah tidak bisa
dipungkiri lagi, karena jelas nama Sofyan Wanandi dan Jusuf Wanandi ada
pada dua perusahaan dimaksud yaitu perusahaan Pertanggungan Asuransi
dan Perusahaan Penilai Asuransi, yaitu antara Terbanding –I dengan
Terbanding II.Jadi jelas adanya afiliasi,sehingga atas putusan Judex Factie
Pembanding sangat keberatan dan untuk itu Majelis Hakim yang akan
memeriksa perkara ini nantinya dapat membatalkan Putusan Pengadilan
Tingkat Pertama dimaksud;
- Bahwa oleh karena telah jelas dan terang Putusan Judex Factie tidak bisa
diterima oleh Pembanding/Penggugat, karna telah jelas dan tegas bahwa
gugatan Penggugat/Pembanding telah berdasarkan bukti yang cukup dan
menyakinkan serta gugatannya dapat dipertanggungjawabkan, maka sangat
adil dan layak menurut hukum apabila Majelis Hakim Yang Mulia untuk
menerima Gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;
Bahwa berdasarkan dalih-dalih dan alsan-alasan serta argumentasi hukum dan
fakta juridis yeng telah Pembanding sampaikan, Mohon kiranya Ketua
Pengadilan Tinggi Medan berkenan menerima permohonan banding dari
Pembanding dan selanjutnya menjatuhkan putusan hukum atas perkara
dimohonkan banding sebagai berikut:
MENGADILI
1. Menerima Banding dan Mengabulkan permohonan banding dari
Pembanding untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn tanggal 06 April 2016;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 140 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3. Membabankan Biaya Perkara yang timbul baik dalam tingkat pertama
maupun tingkat banding kepada Terbanding I,Terbanding II dan Turut
Terbanding;
MENGADILI SENDIRI
1. Mengabulkan gugatan yang diajukan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga surat bukti yang diajukan;
3. Menyatakan peletakan sita KONSERVATOIR BESLAG atas;
- Tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya yang terletak di Jalan
Pemuda No. 9 Medan, Sumatera Utara;
- Tanah dan bangunan yang terletak di H.R. Rasuna Said C-4, Jakarta;
- Tanah dan bangunan yang terletak di Prince Centre Buliding 7th Floor Jl.
Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
- Seluruh peralatan/inventaris kantor yang terdapat didalam kantor/gedung
milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut diatas;
- Seluruh saham milik TERGUGAT I dan TERGUGAT II adalah sah adan
Berharga
4. Menyatakan perbuata TERGUGAT I yang menunjuk perusahaan
TERGUGAT II sebagai perusahaan penilai adalah Perbuatan Melawan
Hukum
5. Memerintahkan Juru Sita Pengadilan Negeri Medan, supaya TURUT
TERGUGAT untuk menghentikan proses sita jaminan dan eksekusi
kepada PENGGUGAT sebgaimana penetapan Pengadilan Negeri Medan
atas sita eksjusi No.64/Eks/HT/2009/PN.Mdn tanggal 15 Desember 2009,
sampai dengan perkara a qua mempunyai kekuatan hokum yang tetap (
Inkcraht Van Gewisjde )
6. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
untuk membayar kerugian materil sebesar Rp. 226.527.727.119,- dan
kerugian immaterial sebesar Rp. 453.055.454.238,- jadi total yang harus
dibayar oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
adalah Rp. 679.583.181.357,- sekaligus dan tunai seketika setelah
mempunyai kekuatan hokum tetap ( Inkracht Van Gewisjde )
7. Menyatakan putusan dapat dijalankan meskipun adanaya (verzat Uit
Voorbar Bij Voorat)
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 141 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
8. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II serta TURUT TERGUGAT
membayar biaya perkra yang timbul dalam perkara ini;
Menimbang,bahwa terhadap memori banding dan kontra memori banding
yang diajukan kedua belah pihak tersebut Pengadilan Tinggi berpendapat
sebagai berikut; Konta memori terbanding I/tergugat I yaitu:
DALAM KONVENSI
DALAM PROVISI
- Menolak tuntutan provisi Penggugat;
DALAM EKSEPSI
- Menolak seluruh eksepsi Tergugat I, Tergugat II, dan Turut Tergugat;
DALAM POKOK PERKARA
- Menolak seluruh gugatan Penggugat;
DALAM REKONVENSI
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat I Konvensi;
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat II Konvensi;
Dalam Konvensi dan Rekonvensi
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi membayar
biaya perkara sebesar Rp. 1.449.000,- (Satu Juta Empat Ratus Empat
Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
Bahwa sebelum memberikan tanggapan atas dalil-dalil Pembanding,
Terbanding I dengan ini tetap pada dalil-dalilnya sebagaimana telah dinyatakan
dalam persidangan tingkat pertama, yaitu dalam Eksepsi dan Jawaban, Duplik,
maupun Kesimpulan yang semua itu didukung oleh fakta yang tidak dapat
dibantah lagi berdasarkan bukti surat maupun keterangan saksi dan ahli di
bawah sumpah yang diajukan Terbanding I. Oleh karena itu melalui Kontra
Memori Banding ini, Terbanding I menyatakan bahwa seluruh dokumen
persidangan yang diajukan beserta bukti surat dan keterangan saksi maupun
ahli tersumpah yang diajukan di persidangan tingkat pertama adalah merupakan
satu kesatuan dan tidak terpisahkan dari Kontra Memori Banding ini.
Bahwa selain itu, Terbanding I juga tetap pada dalil-dalil dalam Kontra
Banding Terbanding I sebagaimana telah disampaikan kepada Majelis Hakim
yang Terhormat melalui Kepaniteraan PN Medan tertanggal 30 Agustus 2016,
dan bahwa dalil-dalil dalam Kontra Banding Terbanding I tersebut adalah
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Kontra Memori Banding
Terbanding I ini.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 142 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Selanjutnya, Terbanding I dengan ini memberikan tanggapan-
tanggapan satu per-satu terhadap dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Pembanding dalam Memori Bandingnya sebagai berikut:
1. MAJELIS HAKIM PENGADILAN NEGERI MEDAN TELAH TEPAT
MENYATAKAN BAHWA PERMOHONAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR
BESLAG) YANG DIAJUKAN PEMBANDING PATUT DAN LAYAK DITOLAK
OLEH KARENA (I) PEMBANDING TIDAK PERNAH MENYEBUTKAN
URAIAN SECARA LENGKAP TENTANG IDENTITAS BENDA ATAU
BARANG YANG DIMOHONKAN UNTUK DISITA, (II) TIDAK ADA
PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH
TERBANDING I, (III) TANAH DAN BANGUNAN YANG DIMAKSUD
MERUPAKAN TEMPAT MATA PENCAHARIAN TERBANDING I, SERTA
(IV) TIDAK ADA BUKTI KUAT BAHWA TERBANDING I AKAN
MENGGELAPKAN ATAU MENGALIHKAN TANAH DAN BANGUNAN
TERSEBUT
1.1. Dalam Memori Banding hal. 4, Pembanding menyatakan keberatan
dengan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat pertama yang menolak
permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) yang diajukan oleh
Pembanding dengan menyatakan hal-hal sebagai berikut:
“…Bahwa Penggugat/Pembanding dalam Gugatannya jelas telah
meminta sita jaminan berupa:
a. Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di
Jalan Pemuda Nomor Medan;Sumatera Utara;
b. Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. H.R. Rasuna Said C-
4 jakarta;
c. Tanah dan bangunan yang terletak di Prince Center Building
7th Jl. Jend. Sudirman Jakarta
…Sehingga tidak ada alasan bagi Majelis Hakim pada tingkat pertama
untuk menolak permohonan sita jaminan Penggugat/Pembanding…”
1.2. Bahwa adapun pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama terkait hal
tersebut adalah sebagai berikut :
“…Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan
mencermati permohonan sita jaminan (Conservatoir Beslag) dari
penggugat dibuat tidak memenuhi seluruh syarat-syarat penyitaan yaitu:
- Tidak dibenarkan menyebut secara umum.
Artinya Permintaan Sita dengan menyebut secara umum tanpa
menyebut satu per satu barang apa yang hendak disita adalah
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 143 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
permohonan sita yang tidak terang, sebab tidak diketahui persis apa
saja harta kekayaan tergugat, sehingga tidak jelas barang apa dan
barang mana yang hendak disita.
- Permohonan Sita menyebut Rinci Identitas yang melekat pada
barang.
Selain dirinci dan disebut satu per satu barang milik tergugat yang
hendak disita, rincian itu harus dibarengi dengan penyebutan
identitas barang secara lengkap meliputi:
a. jenis atau bentuk barang.
b. Letak dan batas-batasnya serta ukurannya dnegan ketentuan,
jika tanah yang bersertifikat, cukup menyebut nomor sertifikat
hak yang tercantum di dalamnyha.
c. nama pemiliknya.
d. Taksiran harga.
e. jika mengenai rekening, disebut nomor rekeningnya,
pemiliknya, dan bank tempat rekening berada maupun
jumlahnya,
f. jika saham, disebut nama pemegangnya, jumlahnya, dan
tempatnya terdaftar.
Permintaan sita yang tidak menyebut secara jelas identitasnya,
dianggap merupakan permintaan yang kabur obyeknya, sehingga
tidak mungkin diletakkan sita.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa petitum angka 3 (tiga)
gugatan Penggugat patut dan layak ditolak…”
(vide, Alinea 1, 2, dan 3 Halaman 202 dan Alinea 1 Halaman 203
Putusan No. 341/PDT.G/2015/PN.MDN tertanggal 6 April 2016)
1.3. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama di atas adalah
tepat oleh karena sejak permohonan sita jaminan diajukan sampai
dengan pengajuan Memori Banding, Pembanding tidak pernah
menyebutkan uraian secara lengkap tentang identitas benda atau
barang yang dimohonkan untuk disita;
1.4. Bahwa selain itu, permohonan sita jaminan tersebut sangat beralasan
untuk ditolak dengan alasan sebagaimana diuraikan di bawah ini;
1.5. Pertama, tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
Terbanding I, dimana Pembanding tidak dapat menjelaskan uraian
adanya unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 144 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Terbanding I. Baik unsur kesalahan dan kerugian dan hubungan antara
kedua unsur tersebut tidak terbukti ada dalam diri Terbanding I. Oleh
karena itu, peletakan sita jaminan atas harta kekayaan milik Terbanding
I adalah tidak berdasar dan oleh karena itu segala permohonan sita
jaminan yang diajukan oleh Pembanding, baik saat ini maupun yang
akan datang adalah tidak berdasar dan sudah seharusnya ditolak;
1.6. Kedua, tanah dan bangunan milik Terbanding I tersebut adalah tempat
Terbanding I untuk menjalankan usaha atau mencari mata pencaharian
Terbanding I sehingga tidak dapat dikenakan penyitaan. Terkait hal
tersebut, Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung No. 206
K/Sip/1955 tanggal 19 Januari 1957 telah menentukan bahwa “…
penyitaan conservatoir tidak diperkenankan atas alat-alat yang
diperlukan oleh tersita untuk melakukan perusahaannya (i.c. telah disita
sebuah truk yang diperlukan untuk menjalankan usaha perdagangan).
Orang yang mohon dan mendapatkan izin sita conservatoir yang
membiarkan disitanya alat yang diperlukan untuk menjalankan
perusahaan, dapat dianggap telah berbuat melawan hukum.”
Berdasarkan hal tersebut tersebut, tanah dan bangunan, beserta
seluruh peralatan atau inventaris yang berada di dalamnya yang
dipergunakan Terbanding I untuk menjalankan pencahariannya, tidak
dapat dikenakan penyitaan;
1.7. Ketiga, tidak ada alasan bagi Pembanding untuk merasa khawatir
bahwa Terbanding I akan menggelapkan atau mengalihkan tanah dan
bangunan yang dimaksud oleh karena tanah dan bangunan tersebut
adalah tempat Terbanding I untuk menjalankan usaha atau mencari
mata pencaharian Terbanding I sehingga memang tidak ada alasan
untuk meletakkan sita jaminan atas tanah dan bangunan tersebut.
Berdasarkan Pasal 261 ayat (1) RBg, terdapat beberapa persyaratan
yang harus terpenuhi untuk dilakukan penyitaan, yaitu adanya dugaan
yang berdasar bahwa seorang debitur berusaha untuk menggelapkan
atau memindahkan barang- barang bergeraknya atau yang tetap, agar
dapat dihindarkan jatuh ke tangan kreditur. Syarat adanya dugaan ini
tidak hanya sekedar dicantumkan saja, akan tetapi merupakan suatu
usaha untuk mencegah penyalahgunaan agar tidak diadakan penyitaan
secara serampangan, yang akhirnya hanya merupakan tindakan yang
sia-sia saja yang tidak mengenai sasaran atau vexatoir (vide, Putusan
Mahkamah Agung No. 121 K/Sip/1971 sebagaimana dikutip Prof. Dr.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 145 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Sudikno Mertokusumo dalam buku “Hukum Acara Perdata Indonesia” ,
halaman 93).
1.8. Dengan demikian, oleh karena (i) Pembanding tidak pernah
menyebutkan uraian secara lengkap tentang identitas benda atau
barang yang dimohonkan untuk disita, (ii) tidak ada perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Terbanding I, kemudian (iii) tanah dan
bangunan yang dimaksud merupakan tempat mata pencaharian
Terbanding I, serta (iv) tidak ada bukti kuat bahwa Terbanding I akan
menggelapkan atau mengalihkan tanah dan bangunan tersebut, maka
permohonan untuk meletakkan sita jaminan tersebut adalah keliru dan
tidak berdasar sehingga sudah seharusnya Majelis Hakim Tingkat
Banding menolak atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan a-quo
tidak dapat diterima;
2. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN TELAH TEPAT
MEMPERTIMBANGKAN BAHWA TERBANDING I TERBUKTI TIDAK
MEMILIKI HUBUNGAN AFILIASI DENGAN TERBANDING II DAN OLEH
KARENANYA TIDAK MELANGGAR PASAL 13 AYAT (2) JO. PASAL 1
BUTIR 13 UU NO.2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN
2.1. Bahwa selanjutnya, Pembanding dalam Memori Banding hal 4 s/d 7
pada pokoknya menyatakan keberatan dengan pertimbangan Majelis
Hakim Tingkat Pertama dengan menyatakan adanya hubungan afiliasi
antara Terbanding I dan Terbanding II. Lebih jauh, Pembanding bahkan
menyatakan bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak
mempertimbangkan Bukti P-24 dan Bukti P-25;
2.2. Bahwa pertama-tama, apabila Pembanding memiliki waktu dan
keinginan untuk membaca Putusan No. 341/PDT.G/2015/PN.MDN
tertanggal 6 April 2016, maka Pembanding pasti akan menemukan
bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama sesungguhnya telah
mempertimbangkan Bukti P-24 dan Bukti P-25. Dalam putusan
tersebut, Majelis Hakim Tingkat Pertama justru telah
mempertimbangkan bukti-bukti Pembanding tersebut secara seksama
dimana bukti-bukti tersebut memang jelas dan nyata tidak dapat
membuktikan adanya hubungan afiliasi antara Terbanding I dan
Terbanding II, yaitu sebagai berikut :
Alinea 6 Halaman 213 Putusan No. 341/PDT.G/2015/PN.MDN
tertanggal 6 April 2016
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 146 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
“…Bukti surat bertanda P-23 (T I – 27/TII – 17) … tidak dapat
membuktikan adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dengan
Tergugat, bukti dimaksud hanya sekedar menguraikan definisi dari
afiliasi menurut Undang-Undang.”
Alinea 7 Halaman 213 Putusan No. 341/PDT.G/2015/PN.MDN
tertanggal 6 April 2016
“…Bukti surat bertanda P-24 dan P-24A…tidak dapat membuktikan
adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dengan Tergugat, bukti
dimaksud hanya sekedar berita Koran tentang Pemilik Perusahaan dan
susunan Komisaris & Direksi. Sebagai bukti bahwa Sofyan Wanandi
dan Jusuf Wanandi bertindak sebagai Wakil Komisaris Utama dan
Komisaris, sedangkan Rudy Wanandi sebagai Komisaris Utama pada
tahun 2004 dan 2005, pada tahun 2007 dan 2008. Bukti surat mana
tidak menyebut adanya hubungan afiliasi antara Tergugat I dan
Tergugat II.”
Alinea 1 Halaman 214 Putusan No. 341/PDT.G/2015/PN.MDN
tertanggal 6 April 2016
“…Bukti surat bertanda P-24B … tidak dapat membuktikan adanya
hubungan afiliasi antara Tergugat I dan Tergugat II, bukti dimaksud
hanya menyangkut perubahan Anggaran Dasar PT Asuransi Wahana
Tata. Bukti surat mana tidak menyebut adanya hubungan afiliasi antara
Tergugat I dan Tergugat II.”
Oleh karena itu, dalih Pembanding bahwa Majelis Hakim Tingkat
Pertama tidak mempertimbangkan Bukti P-24 dan P-25 adalah jelas
dalih yang dibuat-buat dan mengada-ada dengan tujuan untuk sekedar
mencari alasan permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding;
2.3. Bahwa terkait dalih Pembanding tentang adanya hubungan afiliasi
antara Terbanding I dan Terbanding II dengan mendasarkan pada Bukti
P-24 dan P-25, maka dengan ini Terbanding I menolak dalih tersebut
oleh karena pada kenyataannya, data dan fakta yang digunakan oleh
Pembanding adalah keliru dan tidak sesuai dengan fakta yang
sesungguhnya. Dalam kesempatan ini Terbanding I kembali
menyampaikan kepada Majelis Hakim Tingkat Banding yang terhormat
bahwa penunjukan Terbanding II selaku Perusahaan Penilai Kerugian
(Loss Adjuster) oleh Terbanding I, yang menjadi pokok gugatan
Pembanding, dilakukan pada bulan April 2004 atau dilakukan sebelum
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 147 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
atau di luar periode laporan keuangan yang dipermasalahkan (Bukti P-
24 dan Bukti P-25). Pembanding seharusnya merujuk pada susunan
pemegang saham, direksi dan komisaris Terbanding I dan Terbanding II
pada saat dilakukannya penunjukan Terbanding II selaku Perusahaan
Penilai Kerugian (Loss Adjuster), yaitu pada bulan April 2004, BUKAN
merujuk pada susunan pemegang saham, direksi dan komisaris
Terbanding I per tanggal 31 Desember 2004 dan 31 Desember 2005
sebagaimana Bukti P-24 dan P-25 yang jelas berbeda dengan susunan
pemegang saham, direksi dan komisaris Terbanding I per tanggal 2
April 2004 sebagaimana Bukti TI-23 s/d TI-26;
2.4. Bahwa apabila perkara a-quo adalah gugatan perbuatan melawan
hukum terkait perbuatan dan atau berada dalam cakupan periode
Laporan Keuangan mulai tanggal 31 Desember 2004 sampai dengan 31
Desember 2005, maka Terbanding I dapat memahami dalih
Pembanding di atas. Namun demikian, oleh karena pokok gugatan
dalam perkara a-quo adalah penujukan Terbanding II selaku
Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster) oleh Terbanding I yang
dilakukan pada bulan April 2004 maka dalih tersebut melalui Bukti P-24
dan P-25 yang diajukan Pembanding justru tidak masuk akal dan
mengada-ada;
2.5. Bahwa berdasarkan Bukti TI-23 s/d TI-26, susunan pemegang saham,
direksi dan komisaris Terbanding I pada saat dilakukannya penunjukan
Terbanding II selaku Perusahaan Penilai Kerugian (Loss Adjuster)
adalah sebagai berikut :
TERBANDING I TERBANDING II
PEMEGANG
SAHAM
8. PT Pakarti Yoga,
Sejumlah 72.812.000
saham (72,812 %)
9. Rudy Wanandi
Sejumlah 25.000.000
saham (25%)
10. Para Ahli Waris Ny.
Saroyini Hartini,
Sejumlah 1.188.000
saham (1.188 %)
11. Koperasi Karyawan
8. Crawford THG Ltd.,
Sejumlah 2000 saham
(50%)
9. Sofjan Wanandi Sejumlah
320 saham (8%)
10. PT Ekamulia
Catrapratama Sejumlah
640 saham (16%)
11. PT Pangestu Investa
Sejumlah 320 saham (8%),
12. Jusuf Wanandi
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 148 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Asuransi Wahana Tata
Sejumlah 400.000
saham (0,4 %)
12. Koperasi Supir Taxi
Jakarta Raya (Kosti
Jaya)
Sejumlah 133.333
saham (0,133%)
13. Koperasi Pegawai
Departemen Pertanian
Sejumlah 133.333
saham (0,133%)
14. Koperasi Pedagang
Pasar Rawa Badak
(Kopas Rawa Badak)
Sejumlah 333.334
saham (0,333 %)
Sejumlah 320 saham (8%)
13. Ny. Leoni Setiawati
Sejumlah 120 saham (3%)
14. Ny. Melati Mokoagow
Sejumlah 280 saham (7%)
DIREKSI 15. Rudy Wanandi
16. Robert Jeremia
17. Eddy Chandra
18. Albertus Haryono
Wanandi
19. Ignatius Wiyanto
Suwignjo
20. Ratnawati
Pranandjaja
3. Guntoro Hendranata
4. Frans Nur Himawan.
KOMISARIS 6. Abdul Rachman Ramly
7. Riantini Sutedja
8. Shinta Subekti
9. Siti Sudjaliah Soegiarso
10. Evi Elka Pangestu
3. Richard Solomon
4. Ina Sutioso
2.6. Bahwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada saat kejadian,
definisi Afiliasi dalam Pasal 1 Butir 13 UU No.2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian (”UU Asuransi”) adalah sebagai berikut:
Pasal 1 butir 13
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 149 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan
satu orang atau lebih, atau badan hukum lain, sedemikian rupa
sehingga salah satu dari mereka dapat mempengaruhi pengelolaan
atau kebijaksanaan orang yang lain atau badan hukum yang lain, atau
sebaliknya dengan memanfaatkan adanya kebersamaan kepemilikan
saham atau kebersamaan pengelolaan perusahaan.
2.7. Bahwa pertama-tama, Terbanding I perlu menyampaikan bahwa
berdasarkan Bukti TI-23 s/d TI-26 di atas, terbukti bahwa dalih
Pembanding dalam Butir 7 Halaman 2 Gugatan maupun Memori
Banding yang menyatakan bahwa “terdapat orang-orang yang sama
pada kedua perusahaan tersebut (TERBANDING I dan TERBANDING
II) atau disebut TERAFILIASI antara TERBANDING I (PT ASURANSI
WAHANA TATA) dengan TERBANDING II (PT SATRIA SHARMA
PUSAKA CRAWFORD THG), yaitu atas nama SOFJAN WANANDI dan
JUSUF WANANDI” terbukti merupakan dalih yang mengada-ada dan
keliru. Sofjan Wanandi dan Yusuf Wanandi bukanlah pemegang saham,
anggota dewan direksi atau anggota dewan komisaris pada Terbanding
I dan hanyalah merupakan pemegang saham pada Terbanding II pada
saat dilakukannya penunjukan Terbanding II selaku Perusahaan Penilai
Kerugian (Loss Adjuster). Adapun dalih-dalih Pembanding tersebut di
atas hanyalah didasarkan pada kedudukan Sofjan Wanandi dan Yusuf
Wanandi pada Dewan Komisaris Terbanding I.Dengan demikian,
Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi tidaklah mungkin melakukan
perbuatan mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan terbanding I;
2.8. Bahwa lebih jauh, berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 13 UU Asuransi
serta keterangan lisan maupun tertulis Ahli Prof. Dr. Mariam Darus, SH.,
FCBArb dan Ahli Hukum Asuransi Frans Lamury di depan persidangan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi tolak ukur adanya
hubungan afiliasi antara Perusahaan Asuransi Kerugian dengan
Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, yaitu (i) salah satu dari mereka
dapat mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan orang yang lain
atau badan hukum yang lain, atau (ii) dengan memanfaatkan adanya
kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan
perusahaan;
2.9. Bahwa terkait tolak ukur yang pertama, yaitu mempengaruhi
pengelolaan atau kebijaksanaan orang yang lain atau badan hukum
yang lain, maka berdasarkan Bukti TI-23 s/d TI-26 di atas, terbukti
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 150 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
bahwa Terbanding I tidaklah mungkin mempengaruhi pengelolaan
kebijaksanaan Terbanding II oleh karena (i) Terbanding I bukanlah
pemegang saham pada Terbanding II dan demikian pula sebaliknya,
Terbanding II bukanlah pemegang saham pada Terbanding I; (ii)
Bahkan, seandainyapun Pembanding berprasangka buruk dengan
mengaitkan adanya hubungan keluarga antara Sofjan Wanandi, Jusuf
Wanandi dan Rudy Wanandi, maka hal tersebutpun tidaklah serta
menunjukkan adanya ruang mempengaruhi pengelolaan atau
kebijaksanaan perseroan oleh karena terbukti kedudukan Sofjan
Wanandi dan Yusuf Wanandi yang hanya memiliki total 16 % (termasuk
pada pemegang saham minoritas) dari total saham keseluruhan pada
Terbanding II. Terkait hal tersebut, Ahli Hukum Asuransi Frans Lamury
telah menegaskan bahwa kesamaan nama keluarga tidak cukup untuk
membuktikan adanya afiliasi oleh karena orang yang mempunyai
kepemilikan (saham) atau kepentingan yang lebih besarlah, yang dapat
mempengaruhi pihak lain; (iii) Lebih jauh, terbukti bahwa keduanya pun
TIDAK menjabat sebagai anggota dewan direksi yang berfungsi selaku
pengurus atau pengelola perseroan maupun dewan komisaris yang
berfungsi sebagai pengawas kebijakan direksi. Sebagai catatan,
berdasarkan Pasal 100 ayat (2) UU No.1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas telah ditentukan bahwa Komisaris tidak dapat
melakukan pengurusan perseroan terkecuali jika ada keadaan tertentu
yang mana hal tersebut harus berdasarkan Anggaran Dasar atau
keputusan RUPS dan hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu.
Kutipan dari ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: “Berdasarkan
Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat melakukan
tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu”;
2.10. Bahwa terkait tolak ukur yang kedua, yaitu adanya kebersamaan
kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan perusahaan, maka
berdasarkan bagan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kebersamaan kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan
Terbanding I dan Terbanding II oleh karena pihak-pihak baik perseroan
maupun pribadi kodrati yang merupakan pemegang saham maupun
anggota dewan direksi keduanya adalah perseroan maupun pribadi
kodrati yang berbeda;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 151 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2.11. Bahwa oleh karena itu, dengan bertitik tolak pada Pasal 13 ayat (2) jo.
Pasal 1 Butir 13 UU Asuransi dan Bukti TI-23 s/d TI-26 serta
keterangan lisan maupun tertulis Ahli Prof. Dr. Mariam Darus, SH.,
FCBArb dan Ahli Hukum Asuransi Frans Lamury di depan persidangan,
maka dapat disimpulkan bahwa Terbanding I TIDAK memiliki hubungan
afiliasi dengan Terbanding II;
2.12. Bahwa sebagai tambahan, berdasarkan keterangan saksi Guido Gavio
dan Saksi Ferri Iriandi di depan persidangan tingkat pertama, oleh
karena hal terkait 2 (dua) panel listrik tersebut adalah masalah teknis
mesin dan listrik, maka Terbanding II sebagai Loss Adjuster tidak serta
merta bertindak sebagai pihak yang melakukan penilaian dari segi
teknis mesin dan listrik, tetapi justru menunjuk BELFOR sebagai
Technical Advisor dan pihak ketiga yang benar-benar independen untuk
melakukan pemeriksaan dan meneliti kerusakan 2 (dua) panel listrik
tersebut di Pabrik Pembanding;
2.13. Bahwa sebagaimana diterangkan oleh Saksi Guido Gavio serta Bukti
TI-28, BELFOR (Asia) Pte Ltd merupakan suatu anak perusahaan dari
BELFOR, Duisburg-Jerman, yang bergerak di bidang perbajaan,
farmasi, produk-produk bangunan, tekstil dan peralatan kamar cuci dan
pemulihan/perbaikan kerusakan-kerusakan. BELFOR selama hampir 30
(tiga puluh) tahun telah mempelopori pekerjaan pemulihan peralatan
teknik secara internasional dan telah mengerjakan dengan baik dan
berhasil dalam pemulihan/perbaikan 3.000.000 (tiga juta) printed circuit
boards dan lebih dari 100.000 (seratus ribu) panel listrik dan pemindah
aliran listrik. Khusus untuk BELFOR (Asia) Pte Ltd reputasinya adalah
telah berhasil dengan baik menangani lebih dari 1.000 kerusakan
peralatan-peralatan, termasuk peralatan semikonduktor untuk pabrik,
peralatan telekomunikasi, mesin produksi, generator listrik dan
peralatan pembagian arus listrik dan mesin pembuatan makanan,
termasuk panel listrik untuk mesin pabrik;
2.14. Bahwa apalagi, berdasarkan keterangan saksi Guido Gavio dan saksi
Ferri Iriandi, dalam membuat laporan penilaian kerugian yang disiapkan
oleh saksi Ferri Iriandi maupun laporan hasil penilaian Belfor
sebagaimana Bukti TI-31, tidak pernah ada intimidasi atau arahan
dalam membuat laporan tersebut. Belfor adalah perusahaan yang
memiliki reputasi, dan saksi Guido Gavio maupun saksi Ferri Iriandi
melaporkan apa yang saksi lihat;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 152 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2.15. Bahwa berdasarkan Bukti TI-31 dimana di dalamnya termuat Laporan
Belfor tanggal 3 Mei 2004, dapat diketahui bahwa menurut penelitian
teknik BELFOR bagian yang mengalami kerusakan adalah 2 (dua)
panel listrik mesin granulator (panel leleh pada bagian yang bisa leleh)
karena berada pada suhu tinggi pada udara yang berjarak beberapa
meter dari api kebakaran (tidak terbakar oleh api secara langsung).
Panel-panel tersebut DAPAT DIPERBAIKI/DIREKONDISIKAN KE
KEADAAN SEPERTI SEBELUM KEBAKARAN TANPA MENGURANGI
FUNGSI, KEANDALAN DAN UMUR PANEL-PANEL LISTRIK
TERSEBUT. Dalam hal demikian, maka Terbanding I, berdasarkan
Pasal 11 jo. Pasal 12 Polis Asuransi serta keterangan ahli Prof. Dr.
Mariam Darus, SH., FCBArb dan ahli Hukum Asuransi Frans Lamury,
hanya melakukan pertanggungan atas klaim asuransi Pembanding
terhadap objek asuransi yang secara riil mengalami kerusakan, yaitu 2
(dua) panel listrik mesin granulator. Oleh karenanya, pengajuan klaim
atas objek pertanggungan asuransi oleh Pembanding selaku
Tertanggung dengan memperbesar jumlah kerugian adalah tindakan
yang sama sekali tidak dapat dibenarkan;
2.16. Bahwa di samping itu, selain permasalahan ganti rugi kerusakan 2 (dua)
panel-panel listrik untuk mesin granulator yang tidak disetujui oleh
Pembanding, Pembanding justru terbukti telah menerima ganti rugi
untuk pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan
Barang-Barang Stock sesuai dengan kesepakatan rapat tanggal 28 Mei
2004 sebagaimana Bukti TI-29 jo. Bukti TI-7 s/d TI-10. Padahal
Perusahaan Penilai Kerugian yang melakukan penilaian terhadap (i)
panel-panel listrik untuk mesin granulator yang tidak disetujui oleh
Pembanding dan terhadap (ii) Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift
dan Barang-Barang Stock, yang tidak disetujui Pembanding, terbukti
adalah PIHAK YANG SAMA, yaitu Terbanding II. Pertanyaannya,
apabila Pembanding sejak awal menganggap bahwa penunjukkan
Terbanding II oleh Terbanding I adalah suatu perbuatan melawan
hukum, mengapa Pembanding sepakat dengan ganti rugi untuk
pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan Barang-
Barang Stock? Bahkan, Pembanding justru telah menerima
pembayaran atas pertanggungan tersebut.
2.17. Bahwa dengan demikian, perbuatan Pembanding yang sepakat dengan
ganti rugi untuk pertanggungan Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 153 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
dan Barang-Barang Stock dan telah menerima pembayaran atas
pertanggungan tersebut, menunjukkan bahwa Pembanding secara
diam-diam (stilzwijjen, implied) telah mengakui bahwa tidak ada
perbuatan melawan hukum oleh karena adanya hubungan afiliasi antara
Terbanding I dan Terbanding II;
2.18. Bahwa selain itu pula, berdasarkan Bukti TI-43, terbukti bahwa sejak
Terbanding I melakukan usaha asuransi sampai dengan saat ini dimana
usaha perasuransian telah berada di bawah Otoritas Jasa Keuangan
(”OJK”), Terbanding I tidak pernah melanggar ketentuan UU
Perasuransian apalagi terkait dalil-dalil gugatan yang dituduhkan oleh
Pembanding. Melalui bukti a-quo, OJK sebagai lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, serta
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
dan pemeriksaan terhadap usaha perasuransian sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan, telah menegaskan bahwa berdasarkan UU
Perasuransian, baik UU No.2 Tahun 1992 maupun UU No.40 Tahun
2014, tidak ada hubungan afiliasi antara Terbanding I dengan
Terbanding II sebagaimana didalihkan Pembanding.
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, maka terbukti bahwa
Terbanding I tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Terbanding II oleh
karena (i) Unsur-unsur adanya hubungan afiliasi sesuai Pasal 13 ayat (2) jo.
Pasal 1 Butir 13 UU Asuransi tidak terpenuhi, (ii) Penilaian dari segi teknis
mesin dan listrik tidak dilakukan oleh Terbanding II, tetapi pihak ketiga yang
benar-benar independen untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti
kerusakan 2 (dua) panel listrik tersebut di Pabrik Pembanding, yaitu
BELFOR; (iii) Pembanding sendiri sesungguhnya secara diam-diam
(stilzwijjen, implied) mengakui bahwa tidak ada perbuatan melawan hukum
oleh karena adanya hubungan afiliasi antara Terbanding I dan Terbanding II,
dan (iv) OJK telah menegaskan bahwa berdasarkan UU Perasuransian, baik
UU No.2 Tahun 1992 maupun UU No.40 Tahun 2014, tidak ada hubungan
afiliasi antara Terbanding I dengan Terbanding II sebagaimana didalihkan
Pembanding;
3. PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM PENGADILAN NEGERI MEDAN YANG
MENYATAKAN KERUGIAN PEMBANDING TIDAK TERBUKTI ADALAH
TEPAT DAN BERDASARKAN FAKTA-FAKTA YANG TERBUKTI DI DEPAN
PERSIDANGAN
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 154 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3.1. Bahwa kemudian, Pembanding dalam Memori Banding hal. 5 alinea
ketiga menguraikan dalil-dalilnya seolah-olah Pembanding telah
mederita kerugian yang cukup besar dan tidak mendapatkan keadilan
dalam perkara a-quo;
3.2. Bahwa pada Memori Banding tersebut, Pembanding sebenarnya tidak
menguraikan berapa besar kerugiannya. Namun demikian, dengan
merujuk pada Butir 18 Gugatan Pembanding pada tingkat pertama,
maka Terbanding I menolak dalih tersebut atas dasar (i) Terbanding I
tidak melakukan perbuatan melawan hukum dan telah melaksanakan
segala kewajibannya berdasarkan Polis Asuransi, (ii) Hubungan hukum
antara Terbanding I dan Pembanding hanya sebatas Polis Asuransi
dimana pertanggungannya tidak mencakup kerugian materiil tersebut,
terlebih Pembanding tidak dapat membuktikan secara sah bahwa ia
mengalami kerugian/kerusakan sebagaimana Pembanding dalilkan; (iii)
Adanya kesalahan Pembanding sendiri; (iv) Pembanding mempunyai
tujuan untuk memperoleh keuntungan dari jaminan Polis Asuransi
dengan cara memperbesar jumlah kerugian yang diklaim secara
sepihak oleh Pembanding dan tanpa dasar;
3.3. Bahwa secara khusus, terkait dalih Kerugian Materiil dalam Butir 18.a
halaman 6 Gugatan, Terbanding I menolak dalih tersebut oleh karena
berdasarkan keterangan saksi Guido Gavio dan saksi Ferri Iriandi serta
Bukti TI-31 terbukti bahwa ganti rugi biaya
perbaikan/pemulihan/rekondisi 2 (dua) panel listrik pada mesin
granulator hanyalah sebesar SGD 44,243 + 5% GST yang kemudian
dibulatkan menjadi SGD 55,000 (lima puluh lima ribu Dollar Singapore)
atau sekitar + Rp.300 Juta (kurs pada saat itu) yang didasarkan pada
perhitungan Perusahaan Penilai Kerugian Terbanding II dan didukung
hasil penelitian teknik BELFOR. Dalam hal demikian, maka Terbanding
I, berdasarkan Pasal 11 jo. Pasal 12 Polis Asuransi serta keterangan
ahli Prof. Dr. Mariam Darus, SH., FCBArb dan ahli Hukum Asuransi
Frans Lamury, hanya melakukan pertanggungan atas klaim asuransi
Pembanding terhadap objek asuransi yang secara riil mengalami
kerusakan, yaitu 2 (dua) panel listrik mesin granulator. Oleh karenanya,
pengajuan klaim atas objek pertanggungan asuransi oleh Pembanding
selaku Tertanggung dengan memperbesar jumlah kerugian adalah
tindakan yang sama sekali tidak dapat dibenarkan;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 155 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
3.4. Bahwa apalagi, dalam pemeriksaan setempat, Pembanding sendiri tidak
mau menunjukkan panel-panel listrik tersebut sehingga semakin
meneguhkan dalil Terbanding I bahwa harga 2 (dua) panel listrik
sebagaimana Kerugian Materiil dalam Butir 18.a halaman 6 Gugatan
adalah mengada-ada dan oleh karenanya harus ditolak;
3.5. Bahwa selanjutnya, terkait dalih Kerugian Materiil dalam Butir 18.b
halaman 6 Gugatan, Terbanding I menolak dalih tersebut. Pertama-
tama, Terbanding I dengan ini menyatakan bahwa tidak jelas mesin apa
yang dimaksud oleh Pembanding telah mengalami kerusakan sehingga
Pembanding mengalami kerugian. Apabila yang dimaksud oleh
Pembanding adalah mesin granulator, maka berdasarkan keterangan
saksi Guido Gavio dan Ferri Iriandi serta dihubungkan dengan TI-31,
Mesin Granulator tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali
sehingga Terbanding I tidak memiliki kewajiban untuk melakukan
pertanggungan atas mesin tersebut. Sementara itu, apabila yang
dimaksud oleh Pembanding adalah Mesin sablon atau mesin cetak,
maka berdasarkan Bukti T-29 jo. Bukti TI-7 s/d TI-10, Pembanding
justru telah menerima ganti rugi untuk Bangunan, Mesin sablon/Cetak,
Forklift dan Barang-Barang Stock sesuai dengan kesepakatan rapat
tanggal 28 Mei 2004 (vide, TI-34) senilai total Rp.1.930.389.564,-.;
3.6. Bahwa lebih jauh, dalam pemeriksaan setempat, Pembanding justru
tidak mau menunjukkan panel listrik maupun mesin granulator tersebut
dengan alasan pintu pabrik Pembanding telah berkarat. Padahal,
apabila Pembanding benar-benar ingin mencari kebenaran sejati atau
kebenaran materiil dalam perkara a-quo, Pembanding seharusnya
mempersiapkan pabrik tersebut dan memperlihatkan panel listrik
maupun mesin granulator ataupun mesin lainnya tersebut agar dapat
dibuktikan apakah mesin-mesin tersebut memang benar-benar rusak
atau tidak sebagaimana didalihkan Pembanding dalam gugatannya;
3.7. Bahwa oleh karena itu, terbukti bahwa Kerugian Materiil dalam Butir
18.b halaman 6 Gugatan adalah juga mengada-ada sehingga harus
ditolak;
3.8. Bahwa terkait dalih Kerugian Materiil dalam Butir 18.c halaman 7
Gugatan, Terbanding I juga menolak dalih tersebut. Sebagaimana
terbukti dalam pemeriksaan setempat, Pembanding menunjukkan
bangunan gedung pabrik yang tidak terawat akibat kebakaran beserta
pabrik Pembanding yang tidak berjalan lagi. Pada kenyataannya,
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 156 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
berdasarkan Bukti T-29 jo. Bukti TI-7 s/d TI-10, Pembanding justru telah
menerima ganti rugi untuk Bangunan, Mesin sablon/Cetak, Forklift dan
Barang-Barang Stock senilai total Rp.1.930.389.564,-. Pertanyaannya,
dengan nilai penggantian yang telah dibayarkan tersebut, mengapa
Pembanding justru tidak menggunakannya untuk memperbaiki dan
merawat gedung pabrik Pembanding? Apabila Pembanding jujur,
Pembandinglah yang menyebabkan Pabrik Pembanding tidak berjalan
lagi dan gedung pabrik tersebut tidak terawat;
3.9. Bahwa lebih jauh, tidak berproduksinya Pembanding terbukti
disebabkan oleh peristiwa kebakaran dan sikap Pembanding sendiri
yang berlarut-larut mendiamkan serta tidak bersedia agar 2 (dua) panel
listrik tersebut diperbaiki dengan segera atas dasar asumsi Pembanding
yang tidak riil dan atau penyebab lainnya dalam diri Pembanding sendiri
sehingga menyebabkan berlarut-larutnya penyelesaian klaim tersebut;
3.10. Bahwa dengan demikian, terbukti bahwa Kerugian Materiil dalam Butir
18.c halaman 7 Gugatan adalah tidak berdasar dan oleh karenya harus
ditolak;
3.11. Bahwa selanjutnya, terkait dengan kerugian immateriil sebagaimana
didalilkan Pembanding pada Butir 18 dan 19 Gugatan, maka terbukti
bahwa penghitungan tersebut adalah penghitungan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, apalagi dengan mempertimbangkan bahwa
Terbanding I tidak melakukan perbuatan melawan hukum dan
Pembanding sendirilah yang memiliki itikad buruk dalam meminta
pembayaran klaim kepada Terbanding I, sebagaimana telah diuraikan di
atas;
Bahwa selanjutnya, oleh karena UU No. 20 Tahun 1947 tentang
Peradilan Ulangan telah mengatur bahwa pemeriksaan di tingkat banding oleh
Pengadilan Tinggi meliputi pemeriksaan ulangan terhadap fakta maupun hukum
dari suatu perkara yang telah diperiksa dan diputus di tingkat Pengadilan Negeri.
Oleh karena itu, dalam hal Majelis Hakim Tingkat Banding yang terhormat tidak
sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama dan
mengadili sendiri perkara a-quo, maka Terbanding I dalam kesempatan ini
hendak menyatakan hal-hal sebagai berikut :
1. Eksepsi-Eksepsi di luar Eksepsi Kompetensi Absolut dan Eksepsi
Kompetensi Relatif yang diajukan oleh Terbanding I seluruhnya terbukti yaitu
(1) Eksepsi Gugatan Pembanding Kurang Pihak (Exceptio Plurium Litis
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 157 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Consortium); (2) Eksepsi Ne Bis In Idem atau Res Judicata (Exceptie van
Gewijsde Zaak); (3) Eksepsi Gugatan Pembanding Prematur; dan (4)
Eksepsi Gugatan Pembanding kabur (Obscuur Libel)). Eksepsi-Eksepsi
Terbanding I seluruhnya terbukti berdasarkan yurisprudensi tetap MA dan
keterangan Ahli-ahli Prof. Mariam Darus, Bapak Frans Lamury (ahli dari
Asosiasi Asuransi Indonesia), Bapak Budi Maharesa (Ahli dari Asosiasi
Penilai Kerugian Asuransi/Loss Adjuster yang dihadirkan oleh Terbanding II),
di dalam persidangan yang pada pokoknya menyatakan:
1.1. Gugatan PMH berbeda dengan gugatan wanprestasi.
1.2. Bahwa untuk membuktikan adanya Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
harus dibuktikan unsur-unsur PMH tersebut dan harus ada hubungan
kausalitas antara perbuatan dan kerugian. Kerugian akibat kesalahan
Pembanding sendiri tidak dapat ditimpakan pada pihak yang tidak
berbuat (Terbanding I).
1.3. Berdasarkan bukti berupa putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
diketahui bahwa perkara ini sudah pernah diperiksa dan dinyatakan tidak
dapat diterima melalui putusan PK No. 664 PK/Pdt/2011 dimana dalam
pertimbangannya dinyatakan bahwa gugatan tersebut kurang pihak
karena tidak mengikutsertakan ko- asuransi.
1.4. Tidak diikut sertakannya ko-asuransi dalam perkara a-quo
mengakibatkan gugatan Pembanding meskipun didasarkan atas PMH
menjadi kurang pihak. Karena dalil-dalil PMH yang dikemukakannya
bermuara pada permintaan ganti kerugian pembayaran klaim asuransi
dimana ko-asuransi adalah juga berkedudukan sebagai penanggung
asuransi bersama-sama dengan Terbanding I.
1.5. Bahwa berdasarkan Pasal 15 jo. Pasal 21 Polis Asuransi diperoleh fakta
bahwa sampai saat ini perselisihan mengenai berapa nilai klaim khusus
untuk panel listrik mesin granulator yang harus dibayar belum terdapat
kesepakatan, namun Pembanding langsung mengajukan gugatan
padahal Pembanding tidak pernah memberitahukan kepada Terbanding
I pilihan penyelesaian sengketa yang ada, dengan demikian terbukti
bahwa gugatan ini prematur dan sekaligus memperlihatkan itikad buruk
dari Pembanding yang tidak mematuhi isi dari Polis Asuransi.
1.6. Gugatan Pembanding adalah gugatan yang kabur karena didalamnya
terdapat 2 (dua) petitum yang berbeda dalam 1 (satu) gugatan serta
antara posita dan petitum gugatan tidak logis, tidak konsisten dan saling
bertentangan.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 158 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Berdasarkan terbuktinya seluruh dalil-dalil Eksepsi Terbanding I, maka
gugatan perkara a-quo sudah seharusnya ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima;
2. Terkait Pokok Perkara, berdasarkan bukti-bukti surat yang diajukan dan
berdasarkan keterangan saksi fakta dan ahli-ahli yang diajukan oleh
Terbanding I/Penggugat Rekonvensi, yaitu (1) Mr. Guido saksi fakta yang
melakukan pemeriksaan mesin granulator terkait kerusakan panel listrik; (2)
Prof. Dr. Mariam Darus (3) Bapak Frans Lamury (ahli dari Asosiasi Asuransi
Indonesia) beserta saksi dan ahli yang diajukan oleh Terbanding II (Bapak
Ferry dan Bapak Budi Maharesi selaku ahli dari Asosiasi Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi) terbukti bahwa:
2.1. Tidak ada perbuatan PMH dalam diri Terbanding I, dikarenakan tidak
terbukti adanya dugaan ”hengky pengky” terkait afiliasi sebagaimana
yang didalilkan oleh Pembanding;
2.2. Terbukti bahwa Pembanding mengajukan klaim yang tidak berdasar
terkait kerusakan 2 (dua) panel listrik mesin granulator. Panel listrik yang
terkena dampak panas hanya 2 (dua) panel listrik dari 5 (lima) panel
listrik yang ada dan harga penggantian 2 panel listrik dengan yang baru
hanya sebesar SGD 44,234 + 5% GST yang dibulatkan menjadi SGD
55,000 (lima puluh lima ribu Dollar Singapura) jauh dari yang dimintakan
oleh Penggugat sebesar Rp 8.801.676.000,- (untuk nilai 5 panel listrik).
Ketika dimintakan konfirmasinya terkait rincian harga sehingga muncul
nilai +Rp 8 Milyar, UBM Internasional tidak bersedia memberikan
penjelasan lebih lanjut meskipun telah disepakati untuk bertemu tanggal
27 Juli 2004 di Medan (vide, Bukti T I- 21).
2.3. Terbukti dalam persidangan berdasarkan keterangan 2 (dua) saksi fakta
yang melakukan pemeriksaan atas mesin granulator tersebut yaitu
Bapak Ferry dan Mr. Guido (Belfor Asia Pte. Ltd) bahwa mesin
granulator tersebut tidak bermerek, tidak ada merek UBM Internasional
dalam mesin tersebut yang artinya mesin tersebut adalah mesin rakitan.
2.4. Terbukti dalam persidangan setempat bahwa Pembanding tidak dapat
menunjukkan mesin dan letak tempat pabrik yang terbakar, hal ini patut
diduga guna menutupi fakta yang telah terungkap di persidangan bahwa
mesin tersebut tidak bermerek UBM Internasional dan bahwa mesin
tersebut adalah mesin rakitan dan tidak mungkin berharga sebesar Rp 8
Milyar.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 159 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2.5. Terbukti dalam persidangan bahwa Pembanding tidak mampu
menghadirkan bukti-bukti sebaliknya guna membuktikan dalilnya bahwa
mesin granulator itu adalah buatan UBM Internasional dimana
Pembanding tidak bisa menghadirkan pihak dari UBM Internasional
untuk mempertahankan dalilnya. Sebaliknya dalil Terbanding I terbukti
bahwa mesin tersebut adalah mesin rakitan. Pihak Belfor Asia Pte. Ltd
menyatakan mesin tersebut adalah mesin biasa dan mampu
melakukannya jika diminta, bahkan pihak Belfor Asia Pte. Ltd
menyatakan dalam persidangan bahwa dalam waktu + 3 (Tiga) minggu
dapat mengganti panel listrik tersebut dengan yang baru dan
mengembalikan fungsi mesin tersebut seperti sediakala jika diminta. Hal
ini dikarenakan komponen-komponen panel listrik tersebut mudah
diperoleh dimana saja bahkan di Medan maupun Jakarta.
3. Terbukti gugatan konvensi adalah semata-mata diajukan Penggugat
Konvensi tanpa dasar yang dengan menggunakan mekanisme ketentuan
hukum acara, yaitu Pengadilan tidak bisa menolak satu perkara perdata
didaftarkan di pengadilan, meskipun diketahuinya dengan pasti bahwa yang
melakukan perbuatan yang merugikan tersebut tidak lain adalah
Pembanding/Tergugat Rekonvensi sendiri yang menolak penilaian loss
adjuster bahkan tetap menolak penilaian konsultan dari Belfor Asia Pte. Ltd
yang dihadirkan untuk menilai kerugian atas panel listrik mesin granulator
tersebut. Tindakan Pembanding/Tergugat Rekonvensi tersebut terbukti telah
merugikan Terbanding I/Penggugat Rekonvensi.
4. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Maka, berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa Pembanding tidak dapat
membuktikan dalil-dalil Gugatan dan sebaliknya, Terbanding I dapat
membuktikan bahwa tidak ada Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan
oleh Terbanding I dan tidak ada pula kerugian dalam perkara a-quo.
Demikian juga halnya dengan Gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh
Penggugat Rekonvensi, Penggugat Rekonvensi dapat membuktikan bahwa
gugatan rekonvensi ini beralasan hukum dan terbukti kebenarannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Terbanding I memohon agar
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan memberikan putusan dengan amar
putusan sebagai berikut:
1. Menolak Memori Banding Pembanding yang diajukan oleh
Pembanding/Dahulu Penggugat untuk seluruhnya;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 160 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan No.
341/Pdt.G/2015/PN.MDN;
3. Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara;
Atau, dalam hal Majelis Hakim Tingkat Banding mengadili sendiri, mohon
untuk menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut :
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
4. Menerima Eksepsi yang diajukan oleh Terbanding I untuk seluruhnya;
5. Menyatakan gugatan Pembanding tidak dapat diterima;
6. Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara;
Atau;
DALAM POKOK PERKARA
3. Menolak gugatan Pembanding untuk seluruhnya;
4. Menghukum Pembanding membayar biaya perkara;
DALAM REKONVENSI
7. Menerima gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
8. Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum terhadap Penggugat Rekonvensi;
9. Menghukum Tergugat Rekonvensi mengganti kerugian materiil sebesar
Rp. 333.171.600,- (tiga ratus tiga puluh tiga juta seratus tujuh puluh satu
ribu enam ratus rupiah) serta kerugian immateriil sebesar Rp.
5.655.055.775,- (lima milyar enam ratus lima puluh lima juta lima puluh
lima ribu tujuh ratus tujuh puluh lima rupiah);
10. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membuat iklan permohonan maaf
kepada Penggugat Rekonvensi melalui media massa skala nasional yaitu
di (i) harian Investor Daily, (ii) harian Kompas, (iii) harian Media Indonesia,
(iv) harian Bisnis Indonesia, dan (v) harian Jakarta Post serta (vi) harian
Indonesia Today, selama 3 (tiga) hari berturut-turut dengan ukuran
pemberitahuan setidak-tidaknya ½ (setengah) halaman;
11. Meletakkan sita jaminan atas harta benda milik Tergugat Rekonvensi;
12. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara;
Menimbang,bahwa terhadap memori banding dan kontra memori banding
yang diajukan kedua belah pihak tersebut Pengadilan Tinggi berpendapat
sebagai berikut; Konta memori Pembanding II/Penggugat II yaitu:
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 161 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Terbanding II dengan ini memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Medan yang memeriksa perkara a quo memberikan putusan dengan amar
sebagai berikut:
1. Menolak Permohonan Banding yang diajukan oleh Pembanding/Dahulu
Pembanding untuk seluruhnya;
2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan dalam Perkara No.
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn;
3. Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara;
Atau, dalam hal Majelis Hakim Tingkat Banding mengadili sendiri perkara a quo,
kami mohon untuk menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut :
DALAM KONPENSI
DALAM EKSEPSI
1. Menerima Eksepsi yang diajukan oleh Terbanding II untuk seluruhnya;
2. Menyatakan gugatan Pembanding tidak dapat diterima;
3. Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara;
Atau;
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Pembanding untuk seluruhnya;
2. Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara
DALAM REKONPENSI
13. Menerima gugatan Para Pembanding Rekonpensi untuk seluruhnya;
14. Menyatakan Terbanding Rekonpensi telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum terhadap Pembanding Rekonpensi;
15. Menghukum Terbanding Rekonpensi mengganti kerugian materil sebesar Rp
53.307.000,- (lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh ribu Rupiah) serta kerugian
immaterial sebesar Rp 2.000.000.000,-(dua milyar Rupiah); sehingga total
tuntutan ganti kerugian materil dan immaterial yang diajukan oleh
Pembanding Rekonpensi terhadap Terbanding Rekonpensi adalah sebesar
Rp 2.053.307.000,- (dua milyar lima puluh tiga juta tiga ratus tujuh ribu
Rupiah);
16. Meletakkan sita jaminan atas harta benda milik Terbanding Rekonpensi yang
terdiri dari;
4. Tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan Dr.
F. L. Tobing No. 20 B, Medan, Sumatera Utara.
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 162 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
5. Seluruh mesin/peralatan, dan inventaris yang terdapat di tanah dan
bangunan milik Terbanding Rekonpensi.
6. Seluruh aset dan saham milik Terbanding Rekonpensi.
17. Menghukum Terbanding Rekonpensi untuk membayar biaya perkara.
Menimbang,bahwa terhadap memori banding dan kontra memori banding
yang diajukan kedua belah pihak tersebut Pengadilan Tinggi berpendapat
sebagai berikut; Kontra memori banding Turut Terbanding dahulu Turut
Tergugat Dalam Konvensi
Dalam Provisi:
- Menolak tuntutan provisi Penggugat;
Dalam Eksepsi:
- Menolak seluruh eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak seluruh gugatan Penggugat;
Dalam Rekonvensi:
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat I Konvensi;
- Menolak seluruh gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat II Konvensi;
Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.1.449.000,-.
Bahwa Reglemen Indonesia Yang Dibaharui S.1941 No.44 (RBg/ HIR)
tidak mengatur jangka waktu penyerahan Memori Banding dan Kontra Memori
Banding sehingga pengajuan Kontra Memori Banding ini oleh Turut Terbanding
semula Turut Tergugat telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga
Kontra Memori Banding ini menurut hukum harus diterima.
Bahwa dalil Pembanding dahulu Penggugat dalam Memori Banding hanya
bersifat pengulangan dari gugatan oleh karenanya Turut Terbanding semula
Turut Tergugat menyatakan tetap pada dalil-dalil jawaban Turut Terbanding
semula Turut Tergugat pada tingkat Pengadilan Negeri secara keseluruhan.
Dan oleh karenanya Turut Terbanding dahulu Turut Tergugat menolak dalil-dalil
Pembanding dahulu Penggugat sebagaimana tertuang dalam Memori Banding
sejauh menyangkut dan ditujukan kepada Turut Terbanding dahulu Turut
Tergugat dengan alasan-alasan sebagai berikut :
DALAM POKOK PERKARA
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 163 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Bahwa Turut Terbanding dahulu Turut Tergugat juga menolak Memori
Banding Pembanding dahulu Penggugat mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Dalil Pembanding dahulu Penggugat yang menyatakan bahwa Majelis
Hakim Tingkat Pertama telah mengambil suatu pertimbangan yang
salah dan keliru terkait dengan permohonan penetapan sita jaminan dari
Penggugat
1) Bahwa didalam Memori Bandingnya Pembanding dahulu Penggugat
menyatakan bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah salah
dalam memberikan pertimbangan hukum terkait permohonan
penetapan sita jaminan terhadap asset sebagai berikut:
- Tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya yang terletak di Jalan
Pemuda No. 9 Medan, Sumatera Utara;
- Tanah dan bangunan yang terletak di H.R. Rasuna Said C-4,
Jakarta;
- Tanah dan bangunan yang terletak di Prince Centre Buliding 7th
Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 3-4 Jakarta
Pembanding dahulu Penggugat tidak menjelaskan dalam Memori
Banding mengenai kepemilikan masing-masing asset tersebut.
Demikian halnya dalam gugatan, asset yang dimohonkan sita
tersebut tidak dipilah mana yang milik Terbanding I dahulu Tergugat
I, Terbanding II dahulu Tergugat II maupun Turut Terbanding dahulu
Turut Tergugat.
2) Bahwa terkait permohonan tersebut, Majelis Hakim Tingkat Pertama
menyatakan menolak mengeluarkan penetapan sita jaminan
terhadap obyek yang dimaksud dengan pertimbangan permohonan
sita jaminan yang diajukan oleh Pembanding dahulu Penggugat tidak
memenuhi seluruh syarat-syarat penyitaan karena permintaan sita
tersebut hanya menyebut obyek secara umum tanpa menyebut satu
persatu barang apa yang hendak disita sehingga tidak jelas barang
apa dan barang mana yang hendak disita. Pembanding dahulu
Penggugat juga tidak menyebut secara jelas dan rinci identitas yang
melekat pada obyeknya sehingga tidak mungkin diletakkan sita.
3) Bahwa karena pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama sudah
sangat tepat, maka dalil Pembanding dahulu Penggugat dalam
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 164 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Memori Bandingnya bahwa penetapan sita jaminan terhadap objek
tersebut adalah sah haruslah ditolak.
4) Bahwa disamping itu dapat kami sampaikan bahwa Turut Terbanding
dahulu Turut Tergugat merupakan perusahaan/badan usaha milik
Negara yang asset-assetnya merupakan bagian dari kekayaan
Negara yang tidak pada tempatnya terhadap asset Turut Tergugat
dilakukan penyitaan.
b. Turut Terbanding dahulu Turut Tergugat menolak dalil Pembanding
dahulu Penggugat yang menyatakan bahwa bukti yang diberikan oleh
Pembanding dahulu Penggugat menyatakan secara jelas, terang dan
terbukti secara hukum bahwa telah terjadi afiliasi antara Terbanding I
dahulu Tergugat I dan Terbanding II dahulu Tergugat II
1) Bahwa didalam Memori Bandingnya, Pembanding dahulu
Penggugat menyatakan bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah
salah dalam mengambil pertimbangan karena menurut Pembanding
dahulu Penggugat berdasarkan bukti yang diserahkan ke hadapan
persidangan telah terbukti terjadinya afiliasi diantara Terbanding I
dahulu Tergugat I dan Terbanding II dahulu Tergugat II dimana
Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi merupakan Komisaris
Terbanding I dahulu Tergugat I dan pemegang saham Terbanding II
dahulu Tergugat II yang mana hal tersebut merupakan perbuatan
melawan hukum.
2) Bahwa Turut Terbanding dahulu Turut Tergugat tetap dalam
pendirian dan menolak dengan tegas dalil-dalil Penggugat yang
menyatakan bahwa adanya afiliasi antara Tergugat I dengan
Tergugat II adalah perbuatan melawan hukum yaitu melanggar
Pasal 13 ayat (2) UU No. 2 Tahun 1992, sebagaimana diuraikan
dalam butir 9 Gugatan Penggugat halaman 3-4.
3) Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-undang No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara para pihak dapat dikatakan sebagai “Afiliasi” bila
terdapat kemampuan untuk saling mempengaruhi kebijakan
pengelolaan perusahaan. Sehingga meskipun terdapat afiliasi antara
Terbanding I dahulu Tergugat I dengan Terbanding II dahulu
Tergugat II melalui kepemilikan saham dan Dewan Komisaris, yaitu
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 165 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
atas nama Sdr. Sofjan Wanandi dan Sdr. Jusuf Wanandi, namun
posisi tersebut bukan merupakan posisi yang dapat menentukan dan
mempengaruhi kebijakan pengelolaan perusahaan. Kedudukan Sdr.
Sofjan Wanandi dan Sdr. Jusuf Wanandi sebagai Anggota dewan
Komisaris Terbanding I dahulu Tergugat I hanya berfungsi sebagai
pengawas perusahaan (sesuai Pasal 108 Undang-undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), sedangkan sebagai
pemegang saham, Sdr. Sofjan Wanandi dan Sdr. Jusuf Wanandi
hanya sebagai pemegang saham Terbanding II dahulu Tergugat II
sebesar 16% (bukan sebagai pemegang saham mayoritas), yang
notabene sangat sulit untuk menentukan dan mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Oleh karena itu, adanya pihak yang sama pada Terbanding
I dahulu Tergugat I dan Terbanding II dahulu Tergugat II tidak
memenuhi unsur ”Afiliasi” yang disyaratkan dalam UU No. 2 Tahun
1992, karena pihak yang bersangkutan tidak dapat saling
mempengaruhi kebijakan pengelolaan Terbanding I dahulu Tergugat
I dan Terbanding II dahulu Tergugat II.
4) Bahwa karena pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama sudah
sangat tepat, maka dalil Pembanding dahulu Penggugat dalam
Memori Bandingnya bahwa terdapat hubungan afiliasi antara
Terbanding I dahulu Tergugat I dan Terbanding II dahulu Tergugat II
haruslah ditolak karena tidak terbukti.
5) Karena tidak terbukti adanya hubungan afiliasi yang dapat
mempengaruhi maka dalil perbuatan melawan hukum Terbanding I
dahulu Tergugat I, Terbanding II dahulu Tergugat II dan Turut
Terbanding dahulu Turut Tergugat dengan sendirinya tidak terbukti
sehingga sudah seharusnya gugatan Pembanding dahulu
Penggugat dinyatakan ditolak untuk seluruhnya.
Maka berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas Turut
Terbanding dahulu Turut Tergugat mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Sumatera Utara yang memeriksa dan mengadili perkara ini di tingkat
Banding berkenan untuk kembali memutus perkara ini sesuai kewenangannya
dan menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan No.341/Pdt.G/2015/ PN.
Mdn. tanggal 6 April 2016;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 166 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Menolak gugatan Pembanding dahulu Penggugat sepanjang ditujukan
kepada Turut Terbanding dahulu Turut Tergugat;
Menghukum Pembanding dahulu Penggugat untuk membayar biaya perkara.
Menimbang, bahwa setelah memeriksa dan meneliti dengan seksama
berkas perkara beserta surat – surat yang berhubungan dengan itu serta
berikut salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 06 April
2016 Nomor : 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn. yang dimohonkan banding tersebut,
serta Memori Banding, bahwa dalil Pembanding sebagaimana dikemukan
dalam Memori Banding tidak dapat melemahkan atau membatalkan putusan
maka Memori Banding Kuasa Hukum pembanding/Penggugat harus
dikesampingkan sehingga oleh karenanya Majelis Hakim Tingkat Banding
dapat membenarkan dan menerima pertimbangan hukum Majelis Hakim
Tingkat Pertama tersebut karena telah dipertimbangkan secara tepat dan
benar, oleh karena itu pertimbangan tersebut diambil alih dan dijadikan
pertimbangan sendiri oleh Majelis Hakim Tingkat Banding didalam memutus
perkara ini ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka
Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 06 April 2016 Nomor :
341/Pdt.G/2015/PN.Mdn. haruslah dikuatkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding/ Penggugat hekekatnya
berada pada pihak yang kalah, maka kepadanya patut dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang besarnya
sebagaimana tercantum di dalam amar putusan ini ;
Mengingat Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan yang
berkaitan dengan perkara ini;
M E N G A D I L I
- Menerima Permohonan Banding dari Kuasa Hukum Pembanding
semula Pengggugat
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 06 April 2016
Nomor : 341/Pdt.G/2015/PN.Mdn yang dimohonkan banding tersebut ;
- Menghukum semula Penggugat / sekarang Pembanding untuk
membayar ongkos perkara pada kedua tingkat peradilan yang dalam
tingkat banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
PENG
ADIL
AN T
INGGI M
EDAN
Hal. 167 dari 167 Halaman Putusan Perkara Nomor 273/PDT/2017/PT.MDN
Demikianlah , diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Medan, pada hari Senin tanggal 12 Desember
2017 oleh Kami YANSEN PASARIBU SH. Sebagai Hakim Ketua, ADI
SUTRISNO SH.MH dan NUR HAKIM.SH.MH. masing – masing sebagai
Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara
tersebut dalam pemeriksaan tingkat banding berdasarkan Penetapan Ketua
Pengadilan Tinggi Medan tanggl 8 SEPTEMBER 2017 Putusan mana
telah diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin
tanggal 8 Januari 2018 oleh Hakim Ketua tersebut dengan dihadiri
oleh : Hakim - Hakim Anggota tersebut serta dibantu ILHAM PURBA,SH.MH.
Panitera Pengganti Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri oleh kedua belah
pihak berperkara maupun Kuasanya ;
Hakim Anggota, Hakim Ketua
ttd ttd
1. ADI SUTRISNO,SH,MH YANSEN PASARIBU,SH
ttd
2. NUR HAKIM,SH,MH
Panitera Pengganti,
ttd
ILHAM PURBA,SH,MH
Ongkos - Ongkos :
1. M e t e r a i ................................................................... Rp. 6.000.-
2. R e d a k s i ...................................................................Rp. 5.000.-
3. Pemberkasan ………………………………………………Rp. 139.000,-
_____________________________________________________
J u m l a h ……………………………………… Rp. 150.000,-
(Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah)