pengalaman pengusaha nasional ekspansi ke daerah

Upload: muhammad-fajri

Post on 07-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Seluk beluk dunia bisnis di daerah

TRANSCRIPT

Pengalaman Pengusaha Nasional Ekspansi ke Daerah

Posted By admin On August 6, 2009 @ 12:00 am In Business UpdateKFC:Rajin Ekspansi ke Dati II

Tahun ini Kentucky Fried Chicken Indonesia genap berusia 30 tahun. Sejak 19 tahun yang lalu, KFC secara konsisten melebarkan jaringan gerainya ke daerah tingkat II (dati II). Alasannya, menurut Fabian Gelael, Chief Operating Officer PT Fastfood Indonesia Tbk., pemegang merek KFC, perusahaannya tak bisa hanya mengandalkan pemasukan dari kota-kota besar. Saat ini, rata-rata pendapatan per gerainya di dati II berkisar Rp 600-700 juta/bulan. Sementara penjualan per gerai di kota besar Rp 1,2-1,3 miliar/bulan.

Inilah penuturan Fabian Gelael soal ekspansi perusahaannya ke dati II:

Sejauh ini kami merasa pihak pemda sangat welcome dan membantu kami dalam berbagai hal, seperti urusan perizinan. Saat ini kami terus ekspansi ke dati II di berbagai provinsi di Indonesia. Cuma masih ada kendala utamanya, yakni listrik. Kalau di kota besar tidak ada masalah, tapi di beberapa dati II, minta ampun susahnya. Kami terpaksa menggunakan mesin diesel yang biayanya dua kali lipat (dibanding listrik). Contohnya di Belitung. Wah, profit kami sangat kecil, karena biaya operasionalnya sangat besar. Tapi kami tetap buka di sana karena sudah berkomitmen. Sekarang, jika infrastruktur suatu daerah tidak memungkinkan, kami lebih baik tidak buka (gerai) di sana.

Kendala lain meskipun tak sesulit listrik adalah logistik. Di pulau besar seperti Sumatera dan Jawa, logistik hampir bukan masalah. Namun, di daerah kepulauan seperti Kepulauan Belitung, faktor logistik masih sering menjadi kendala karena infrastruktur daerah masih kurang memadai. Contohnya, jadwal shipping kapal ke daerah tersebut jarang. Adapun mengenai pungutan liar, justru lebih banyak di kota besar.

Saran saya bagi pengusaha, perkuat dululah jangkar Anda di kota-kota besar, sebelum masuk ke daerah yang lebih kecil.

Lalu, agar sukses dalam hal pemasaran, perusahaan harus dapat memiliki standardisasi pelayanan. Tidak boleh ada perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Kemudian, upayakan ada iklan di berbagai media massa, diskon, dan pelatihan tenaga kerja agar memiliki kualitas pelayanan yang baik, dan membuat event pada momen-momen tertentu.

Di luar pemasaran, yang harus diperhatikan adalah masalah ketersediaan produk. Untuk itu, distribusi ke daerah harus selalu baik. Khusus untuk dati II yang letaknya cukup jauh dari tempat pemasok bahan baku, perlu disediakan gudang dengan kapasitas yang memadai bagi kebutuhan di gerai tersebut. Sistem penggudangan harus efisien dan efektif, jangan terlalu mahal, serta menyediakan gudang kering dan basah yang dilengkapi pendingin.

Terakhir yang juga sangat penting adalah soal quality control bagi seluruh unit kerja, mulai dari logistik, SDM, hingga produksi.______________

AKR Land Development:Serius Menggarap Manado dan Bali

Dari namanya, sudah bisa ditebak PT AKR Land Development (ALD) adalah perusahaan yang terkait dengan Grup Aneka Kimia Raya Corporindo (AKR). AKR sendiri dikenal sebagai kelompok usaha besar berbasis industri kimia yang dimiliki taipan Soegiarto Adikoesoemo. Saat ini ALD memiliki tabungan tanah (landbank) cukup besar yang memungkinkan Grup AKR mengembangkan investasinya di bisnis properti. Menurut Widijanto, Direktur ALD, total lahan yang dikuasai ALD mencapai 300 ha lebih di seluruh Indonesia. Di Jakarta sendiri ALD memiliki dua ha tanah dan telah membangun Wisma AKR di kawasan Kebon Jeruk. Di Bali, ALD memiliki Novotel Nusa Dua yang berada di atas lahan 5 ha, plus 12 ha di kawasan Ubud. Sementara di Manado, ALD sedang mendirikan kota mandiri Grand Kawanua International City (GKIC) seluas 180 ha.

Berikut ini penuturan Widijanto mengenai proyek-proyek perusahaannya:

Kami merasa pemda sangat terbuka dalam menerima para pengusaha luar daerah yang ingin berinvestasi. Kami tidak mengalami pungutan liar, karena pemda sendiri tampaknya ingin membangun kotanya. Contohnya di Manado. Yang masih menjadi kendala, jarak tempuh distribusi bahan bangunan cukup jauh.

Yang pasti, supaya sukses dalam membangun bisnis di daerah dan memperoleh dukungan masyarakat setempat, perusahaan harus memperhatikan kepentingan masyarakat di sana. Contohnya, dalam hal pembebasan lahan, harus dilakukan secara bertahap, karena kepentingan pemilik lahan pun harus diperhatikan.

Adapun dari segi pemasaran, ALD melakukan kegiatan pemasaran yang tidak berbeda seperti perusahaan properti lainnya. Antara lain dengan memasang iklan di radio dan televisi, mendirikan konter di mal dan kantor pemasaran di lokasi proyek. Namun khusus di Manado, yang kami lihat paling penting adalah memanfaatkan word of mouth marketing (WOMM). Intinya, pelayanan yang baik dan kualitas produk yang nomor satu menjadi kunci keberhasilan WOMM di Manado.

Adapun properti kami di Bali berupa hotel dan kondotel. Sasaran pasarnya para ekspatriat sebesar 60%, dan sisanya masyarakat dalam negeri yang kebanyakan berasal dari luar Bali.

Rencana kami selanjutnya menyelesaikan tahap demi tahap pembangunan di tiap lokasi proyek. Di Manado, kami berencana membangun perumahan dengan harga di bawah Rp 1 miliar. Rencananya, setiap tahun kami akan membangun dua klaster perumahan dan satu klaster fasilitas seperti mal di GKIC. Adapun di Jakarta, kami berencana membangun empat menara apartemen dengan harga sekitar Rp 500 juta per unit.

____________________

Electronic Solution:Ekspansi ke DaerahTak Begitu Mulus

Usianya baru empat tahun, tetapi ES sudah memiliki barisan gerai dengan ukuran ribuan m2. Gerainya bisa dijumpai di Mega Bekasi Hypermall, Kelapa Gading Trade Centre, Plaza Semanggi, Puri Indah Mall, Poins Square (Lebak Bulus), Cibubur Junction, Pejaten Village, Emporium Mall Pluit, Plaza IBCC (Bandung), Panakkukang Mall (Makassar) dan SKA Mall (Pekanbaru). Keberhasilan anak perusahaan TT International Ltd. Singapore wholeseller elektronik dan pemegang beberapa merek besar elektronik di kawasan ASEAN ini tak lepas dari tangan dingin Dick Chandra, Direktur Pengelola ES, yang mantan Dirut Electronic City.

Berikut penuturan pria energik ini soal pengembangan gerai ES:

Ekspansi kami ke daerah, kami akui, tidak terlalu mulus. Dua gerai di Banjarmasin dan Surabaya terpaksa ditutup. Gerai ES di Banjarmasin ditutup karena tarif listrik yang sangat tinggi. Padahal ES membutuhkan pasokan listrik yang besar untuk mendisplai produknya, sehingga pengeluaran dan pemasukan tidak sebanding. Sementara gerai ES di Surabaya mengalami kesalahan teknis dalam pemilihan gedung. Penyebabnya, sebuah gerai ritel elektronik dibuka tepat di depan ES. Mereka memasang harga yang bisa ditawar, sedangkan di ES fixed price. Maka, ES kalah bersaing.

Gerai ES di Bandung terbilang berhasil. Selain kapasitas gedung memadai, lokasinya strategis, juga masyarakat Bandung tak asing dengan ES. Hingga akhir tahun ini, ES akan membuka tiga gerai baru satu di Bandung, dan dua di Jabodetabek. Tahun depan, ES menargetkan pembukaan 7 gerai, dua di Bandung dan lima di Jabodetabek. Kami memang fokus meraih pasar di Jabodetabek dulu karena pasarnya sangat potensial. Setelah itu, kami mulai lagi ekspansi ke daerah lain. Meskipun tidak sebesar di Bandung, gerai ES di Makassar dan Pekanbaru berjalan baik hingga saat ini.

Sepanjang pengalaman kami, pemda sangat membantu dari segi perizinan usaha, iklan, dan sebagainya. Namun, kendala terbesar adalah pasokan listrik. Kami sangat membutuhkan pasokan listrik yang besar. Bayangkan, listrik di salah satu daerah bisa mati setiap tiga atau empat jam sekali. Memang ada genset, tapi kalau mati-hidup, mati-hidup seperti itu tentu sangat tidak nyaman.

Kendala lain, pemahaman masyarakat yang menganggap harga barang elektronik di ES mahal. Masyarakat terbiasa belanja di pasar tradisional yang memungkinkan tawar-menawar. Nah, kami akan melakukan edukasi terus-menerus. Edukasi ini dilakukan dengan promo spesial di koran dan media lain, sehingga masyarakat tahu bahwa harga barang-barang ES sebenarnya murah.

_________________

Komet Konsorsium:Siap Kompromidan Negosiasi

Tak banyak orang yang mampu memasuki bisnis pembangunan dan penyewaan menara base tranceiver station (BTS) terpadu. Maklumlah, ini bisnis padat modal, karena untuk membangun menara setinggi 50 meter membutuhkan dana Rp 1 miliar, di luar biaya pengelolaan dan perawatan. Namun, Peters M. Simanjuntak, pendiri dan Presdir PT Komet Konsorsium, mampu melakukannya, dan eksis. Saat ini Komet telah membangun 300 menara telekomunikasi di Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Pekanbaru. Selain itu, Komet juga punya 500 tenant yang menyewa BTS-nya.

Berikut petikan wawancara dengan insinyur dari Institut Teknologi Bandung dan peraih MBA dari University of St. Thomas Houston, Texas, Amerika Serikat ini:

Saat ini bisnis rental menara BTS di Indonesia semakin menarik. Pasalnya, beberapa operator seluler fokus memperluas jaringan, sehingga mereka melepaskan kepemilikan menaranya dan memilih menyewa.

Untuk membangun menara BTS pada dasarnya penduduk dan pemda menerima. Namun, ada saja pihak yang menghambat dalam bentuk premanisme penguasaan lahan. Ketika dibawa ke jalur hukum hasilnya bisa lebih buruk. Istilahnya, melapor kehilangan ayam, eh kambing bisa ikut hilang. Karena itu, strategi kami adalah kompromi dan negosiasi. Sebab, proyek yang dibangun itu sudah terikat kontrak dengan para operator seluler, sehingga BTS harus beroperasi dengan normal.

Untuk perizinan, ada dua tipe karakter (orang-orang) pemda, yaitu yang murni mau membangun daerahnya, dan yang mau membangun dirinya secara pribadi. Ini tergantung pada pemimpinnya, karena jika tidak tegas ada saja anak buah yang mengambil keuntungan dari investor. Ada yang mengeruk keuntungan dengan slogan yang dipelesetkan apa yang bisa dipersulit, kalau bisa tidak dipermudah. Pungutan dalam bentuk legal inilah yang menghambat investasi di daerah.Ada beberapa daerah yang menerapkan proses layanan satu atap. Namun, semua itu tergantung pada pemimpinnya. Jika tidak terintegrasi dengan baik, setiap dinas yang mempunyai wewenang memberi izin akan bermain dengan para investor. Ada semacam sogokan agar proses perizinan lancar. Kami tidak mempermasalahkan jika itu bersifat sukarela sebagai wujud terima kasih. Namun hal ini sangat menyulitkan investor ketika proses perizinan belum keluar.

Di antara contoh daerah yang cukup mendukung iklim investasi, menurut pengalaman kami adalah Pekanbaru dan Batam.

_____________