pengambilan contoh tanah dan penyandraan profil … · horison, 4) penentuan alat yg digunakan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRATIKUM
PENGAMBILAN CONTOH TANAH DAN PENYANDRAAN
PROFIL TANAH
Oleh :
Golongan C/Kelompok 4A
1. Salman Alvarishi 161510501200
2. Dinda Agustin 161510501178
3. Riva Maya Sofiana 161510501233
LABORATURIUM PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup sangat bergantung pada tanah dan sebaliknya, tanah
pertanian yang baik ditentukan oleh ketrampilan manusia dalam mengolahnya. Tanah
terdiri dari partikel pecahan batuan yang sudah diubah oleh proses kimia dan
lingkungan berupa pelapukan dan erosi. Tanah juga merupakan suatu tubuh alam
yang tersusun menjadi horison-horison mineral dan bahan organik. Pembentukkan
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu contohnya adalah bahan induk.
Bahan induk pembentukkan tanah berbeda-beda, hal itu menyebabkan morfologi,
sifat-sifat, bahan, sifat kimia, komposisi dan ciri-ciri biologisnya membuat tanah
beragam.
Waktu juga mempengaruhi faktor pembentukkan tanah, yang dapat
menyebabkan tanah memiliki penampang melintang (profil) yang terdiri dari lapisan-
lapisan (horison) tertentu sesuai dengan pembentukannya dan juga karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Horison tanah dapat berfungsi
sebagai gambaran dari sifat-siat fisik, kimia dan biologi tanah yang berbeda, dan
secara morfologi dapat membendakan berdasarkan warna, tekstur atau kepadatan
tanah dalam lapisan. Lapisan tanah apabila dipotong secara vertikal maka akan
memperlihatkan tingkat dan karakteristik yang berbeda, hal tersebut dapat
memberikan keberagaman jenis tanah antar wilayah.
Setiap tanah dicirikan oleh susunan horison yang berbeda-berbeda. Horison
tanah mineral yang mengalami perkembangan lanjutan biasanya memiliki beberapa
horison yang dikelompokkan untuk menghindari erosi tanah. Solum terbagi menjadi
dua, yaitu lapisan atas dan bawah. Pada lapisan atas terdapat dua horison yaitu
horison O dan horison A, sedangkan lapisan bawah terdapat dua horison yaitu
horison B dan horison C. Umumnya, lapisan tanah atas hingga ke bawah terdiri atas
horison O, A, B, C dan R yang pada setiap lapisan memiliki sifat yg berbeda-beda.
3
Penetapan sifat fisik, kimia, dan biologi pada setiap lapisan tanah perlu
adanya proses pengambilan contoh tanah yang akan dianalisis di laboraturium.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik sesungguhnya tanah di lapangan.
Supaya pengambilan contoh tanah dapat mewakili sifat dan ciri tanah di lapangan,
maka diperlukan pertimbangan sebagai berikut: 1) berapa profil yg diperlukan untuk
pengambilan contoh tanah, 2) penentuan letak profil terlebih dahulu, secara acak
maupun grid, 3) pada saat pengambilan contoh tanah, mengambil dari masing-masing
horison, 4) penentuan alat yg digunakan untuk pengambilan contoh dengan
menggunakan pisau, bora atau ring. Berdasarkan hal tersebut, contoh tanah yang
diambil untuk di analisi dapat dibedakan menjadi: 1) contoh tanah utuh/tidak terusik
(untuk penetapan berat isi (bulk density), permebialitas dan pF), 2) contoh tanah
biasa/terusik (untuk penetapan sifat fisik tanah yang meliputi: kadar air, tekstur,
kerapatan partikel, konsistensi dan kapilaritas. Penetapan sifat kimia, misalnya: pH,
bahan organik dan kadar undur hara), 3) contoh tanah agregat utuh (untuk penetapan
struktur, stabilitas agregat dan berat volume dengan metode lilin).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukannya pengamatan profil tanah
dan pengambilan sampel tanah untuk dapat mengetahui karakteristik tanah, tekstur,
warna, pH dan kepadatan tanah dalam lapisan.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap sifat-sifat lapisan-lapisan
tanah dalam profil
2. Menentukan lokasi/lapisan tanah yang akan diambil untuk pengukuran/analisa sifat
fisik, kimia dan biologi tanah
3. Pengambilan contoh tanah
4. Mampu mengenali klasifikasi tanah-tanah di Indonesia serta karakteristiknya
4
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum sains tanah acara kedua dan ketiga tentang “Pengambilan Contoh
Tanah” dan “ Penyandraan Profil Tanah” dilaksanakan pada hari sabtu, 21 Oktober
2017 pukul 08.30 – 11.30 WIB di Agroteknopark Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Boardlist
3. Cangkul
4. Sekop kebun
5. Gunting
6. Pisau kikir
7. pH stick
8. Ring sampel
9. Palu besi
2.2.2 Bahan
1. Es batu
2. Air 1,5 liter
3. Kresek besar
2.3 Pelaksanaan Praktikum
2.3.1 Pengambilan Contoh Tanah
2.3.1.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh
1. Menentukan batas lapisan tanah pada dinding lubang profil tanah.
5
2. Meratakan dan memberishkan lapisan permukaan tanah di samping lubang profil
yang akan diambil contohnya.
3. Meletakkan ring sampel tegak lurus (secara vertikal) dengan bagian tajam
menghadap ke bawah pada lapisan tersebut, kemudian meletakkan balok kayu
diatasnya.
4. Menekan balok kayu menggunakan palu karet hingga ring sampel masuk ke dalam
tanah hingga batas lapisan.
5. Menggali tanah di sekeliling ring sampel dengan sekop.
6. Mencabut bor ring sampel dan mengeluarkan ring yang berisi tanah secara hari-
hati agar tanah dalam ring tidak rusak. Meratakan kedua sisi vertikal secara hati-
hati dengan pisau, hindari semaksimal mungkin melakukan tekanan terhadap tanah
dalam ring.
7. Membuang sisa lapisan pertama sampai batas lapusan kedua.
8. Meratakan, kemudian ambil contoh seperti diatas dan seterusnya, sehingga semua
contoh setiap lapisan dapat diambil.
9. Menutup ring dengan tutupnya dan memberi label/kode, menyimpan dalam kotak
ring sampel.
2.3.1.2 Pengambilan Contoh Tanah terusik dan Agregat Utuh.
1. Menggali tanah sampai kedalaman yang diinginkan.
2. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan bidang belah alami
(agregat utuh), memasukkan ke dalam plastik dan beri label/kode.
3. Menggunakan sisa-sisa contoh agregat sebagai contoh tanah terusik.
2.3.1.3 Pengangkutan dan Penyimpanan
1. Menyimpan contoh tanah di kotak ring sampel, meletakkan secara mendatar.
2. Menyimpan tanah di ruang lembab (Kelembapan relatif 90%) dan suhu 18°C
dengan variasi cukup kecil.
3. Mengirim tanah ke laboratorium atau tempat penyimpanan.
6
2.3.2 Penyandraan Profil Tanah
1. Membuat lubang prodil dengan ukuran panjang 1,5 m, lebar 1 m dan dalam 1,8 m.
penampang yang dicandra adalah penampang bagian utara atau selatan.
2. Menentukan batas-batas lapisan.
3. Menyesuaikan morfologi tanah dengan daftar isian blanko pengamatan.
4. Mengambil setiap lapisan contoh tanah sebanyak ± 1 kg dan memasukkannya ke
dalam kantong plastik yang telah diberi keterangan.
5. Menentukan tinggi di atas permukaan laut (dpl) dengan altimeter.
6. Mengukur kemiringan topografi dengan klinometer.
2.4 Variabel Pengamatan
1. Pengambilan contoh tanah
2. Deskripsi lingkungan
3. Deskripsi umum
4. Sketsa profil tanah dan horison penciri
2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
7
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
4.1.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh
No. Gambar Keterangan
1.
Hal yang pertama kali perlu
dilakukan dalam proses pengambilan
contoh tanah adalah membersihkan
tanah sampel dari tanaman yg berada
diatasnya dengan menggunakkan
cangkul. Sampel tanah yang akan
diambil berukuran 1x1 m.
2.
Ring sampel diletakkan diatas tanah
dan dipukul secara perlahan dan
konstan menggunakan palu besi,
hingga ring sampel rata dengan
tanah. Selanjutnya, membuat
lingkaran di luar ring sampel dengan
diameter 2 kali lebih besar dan
menggali sedalam 30 cm supaya
tanah dapat terambil.
8
3.
Menggambil ring sampel tanah
dengan menggunakkan sekop atau
pisau. Ring yang sudah diambil
kemudian dibersihkan dari tanah
yang menggumpal pada bagian
atas/bawah ring hingga rata dengan
permukaan ring serta dari akar
tanaman yg berada diatas permukaan
ring. Setelah itu, ring sampel ditutup
dan memberikan label pada ring.
4.1.2 Pengambilan Contoh Tanah Terusik
No. Gambar Keterangan
1. Pengukuran kedalaman sampel
profil tanah menggunakan alat
pengukur dan didapatkan
kedalaman profil tanah yaitu
sedalam 86 cm.
9
2. Lapisan atau horizon pertama pada
sampel profil tanah adalah horizon
A1 dengan kedalaman 0-36 cm.
3. Sebelum diambil sampel contoh
tanah A1 untuk diuji, maka sampel
tanah harus dibersihkan terlebih
dahulu dari gulma dan lapisan
paling depan dibersihkan supaya
mendapatkan sampel tanah asli
yang belum terkontaminasi oleh
cahaya maupun mineral-mineral
yang berada di udara.
10
4.
Pengambilan horizon A1 untuk
digunakan sebagai sampel.
4.1.3 Pencandraan Profil Tanah
DAERAH/LOKASI
Nama : C/4
Desa : Tegalboto
Kecamatan : Sumbersari
Kabupaten : Jember
Hari/Tanggal : Sabtu / 21 Oktober
2017
Posisi :113°42’56.62” BT
08°09’40.82” LS
Tinggi Tempat : 113 Mdpl
Arah Hadap : Barat
Kecepatan Angin : 1 m/s
Curah Hujan Tahunan : 1870, 97
mm/th
1. DESKRIPSI LINGKUNGAN
No. Deskripsi Keterangan
1 Cuaca Berawan sebagian
2 Kemiringan/Slope Datar
3 Batuan permukaan Tidak berbatu
4 Banjir Sangat jarang
5 Tutupan lahan Rumput
6 Penggunaan lahan Lain-lain
11
7
Erosi
Bentuk Tidak ada
Tingkat Tidak ada
8 Landform/fisiografi lahan Vulkanik
2. DESKRIPSI UMUM
No. Deskripsi Lapisan 1 Lapisan
2
Lapisan
3
Lapisan
4
1. Kedalaman Efektif 0-36 cm 36-56 cm 56-69 cm 69-86 cm
2. Kejelasan Lapisan Baur Jelas
Tegas Sangat
tegas
3. Tekstur Tanah Clay loam Sandy
clay
loam
Loamy
sand
Loamy
sand
4. Struktur
Tipe
Sub
angular
blocky
Sub
angular
blocky
Angular
blocky
Angular
blocky
Ukuran Fine Medium Kasar Sangat
kasar
Kekerasan - - - -
5. Konsistensi
Basah Lekat Agak
lekat
Agak
lekat
Tidak
lekat
Lembab Teguh Teguh Teguh Teguh
Kering Lunak Lunak Keras Keras
6. Warna 7,5 YR
2,5/2
10 YR
3/2
10 YR
3/2 2,5 Y 4/1
7. Kemasaman pH H2O 7 7 6 7
pH KCl
8. Bahan Organik ++ + 0 0
9. Kadar Kapur 0 0 0 0
12
3. Sketsa Profil Tanah dan Horison Penciri
Sketsa Horison Penciri/Keterangan
Tanah merupakan tanah antropik ( tanah
hasil olahan manusia) karena terdapat
beberapa sisa-sisa bangunan.
Ordo : Entisol
Subordo : Athens
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penyandraan Profil Tanah
Menurut Hartanto (2007) profil merupakan suatu penampang melintang
(vertikal) tanah yang terdiri dari beberapa lapisan tanah(solum)serta lapisan bahan
induk. Profil menunjukkan keadaan permukaan lahan yang membtuhkan pretasi
horizon sebagai pedogenesis atau lapisan yang belum mengalami pembentukan
tanah. Proses pembentukan tanah dimulai dari bahan induk sampai menjadi
lapisan tanah. Perkembangan tanah dari batuan induk yang padat kemudian
menjadi lapisan tanah bawah yang agak lunak, selanjutnya berangsur-
A1
0-36 cm
A2
36-56 cm
C1
56-69 cm
C2
69-86 cm
Rock
13
angsurmenjadi lapisan tanh bawah dan lapisan tanah atas (subsoil dan topsoil)
dengan jangka waktu bertahun-tahun hingga ratusan bahkan ribuan taun. Batuan
induk mengalami perubahan menjadi tanah karena mengalami proses
penghancuran atau yang disebut dengan proses pelapukan baik secara kimia,
fisika maupun biologi. Pelapukan terjadi karena dipengaruhi oleh iklim, bahan
induk, vegetasi, relief, waktu serta manusia maupun organisme lain (Aak, 1983).
Profil tanah terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda-beda, dilihat dari
ketebalan, warna, susunan dan lain sebagainya. Lapisan yang bermacam-macam
bentuknya disebut horizon. Horizon memiliki batassejajar terhadap permukaan
tanah yang dapat dibedakan secara visual. Lapisan horizon tanah berdasarkan
urutan susunannya terdiri dari horizon O. horizon A, horizon E, horizon B,
horizon C dan horizon R. Horizon O merupakan lapisan yang didominasi dengan
bahan organik (daun, ranting, akar, dan sebagainya) mengalami dekomposisi
menjadi bahan organik. Horizon A merupakan lapisan yang mengalami
pencampuran (akumulasi humikasi) antar bahan organik dengan bahan mineral
serta humus, memiliki warna gelap. Horizon E merupakan lapisan yang
kehilangan lempung silikat, besi, almunium, atau kombinasinya dan tersisa hanya
akumulasi debu dan pasir, sehingga terjadi kehilangan sebagian atau keseluruhan
struktur asli batuan. Horizon B merupakan lapisan yang terbentuk dibawah
horizon A,E atau O serta terakumulasi oleh clay dan oksidasi Fe dan Al hasil
penccian lapisan atasnya (zona aluvial alterasi. Horizon C merupakan horizon
yang mengalami pelapukan sebagian bahan induk. Horizon R merupakan lapisan
yang terdiri dari bahan padu belum terombak (Sutanto, 2005).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tanah yang telah digali
merupakan jenis tanah dengan lapisan horizon A dan C yaitu horizon A1, A2, C1
dan C2, dengan kedalaman efektif masing- masing lapisan yang berbeda. Menurut
Satriawan dan Zahrul, (2014) kedalaman efektif merupakan kemampuan
kedalaman tanah dimana pertumbuhan akar tanaman tidak dapat menembus
kedalaman tersebut. Kedalam tanah pada lapisan A1 yaitu 0- 21 cm yang artinya
memiliki kedalaman tanah yang sangat dangkal. Kemudian pada lapisan A2
kedalamn tanah yaitu 22-39 cm yang berarti memiliki kedalam efektif dangkal.
14
Lapisan C1 memiliki kedalaman tanah 40-58 cm yang berarti memiliki
kedalaman efektif sedang dan pada lapisan C2 kedalaman tanah berkisar antara
59- 71 cm yang berarti memilki kedalaman efektif dalam. Perbedan antar lapisan
atau kejelasan masing-masing lapisaan berbeda-beda, lapisan 1 dan lapisan 2
perbedaannya tidak terlihat atau baur, lapisan 2 dan lapisan 3 perbedaannya
terlihat jelas, lapisan 3 dan lapisan 4 perbedaannya kurang jelas atau baur dan
pada lapisan 4 terlihat sangat tegas.
Tanah yang ada pada lapisan tersebut memiiki tekstur yang berbeda-beda
setiap lapisannya. Menurut Hartanto (2007) tekstur tanah merupakan gumpalan
kecil dalam bentuk butir-butiran yang melekat satu sama lain pada tanah. Tekstur
tanah pada lapisan 1 bertekstur lempung berliat (clay loam) agak kasar dan lekat,
agak keras dapat dibuat pita yang bergumpal dan liat, lapisan 2 bertekstur
lempung liat berpasir (sandy clay loam) sedikit agak kasar serta terdapat pasir,
lapisan 3 berstekstur lempung berpasir (loamy sand) tekstur agak kasar,
membentuk bola kukuh meleka, pasir dapat dirasakan, lapisan 4 berstuktur
lempung berpasir (loamy sand) sama seperti lapisan ke 3.
Menurut Utoyo, ( 2007) struktur tanah merupakan penggambaran struktur
atau agregasi gumpl tanah menjadi bentuk-bentuk tertentu. Struktur berhubungan
dengan kegemburan, keremahan tanah. Berdasarkan tipe kelasnya struktur tanah
dibagi menjadi beberpa struktur diantaranya yaitu lempeng (platy), berupa
gumpalan tanah menyerupai lempengan pipih atau bentuk keping.Tiang prismatik,
yaitu bentuk agregat bentuk ujung rusuknya bersegi. Tiang kolumner, yaitu bagian
agregat yang bagian ujungnya membulat.. Gumpal bersudut, yaitu bentuk
agregatrusuknya bersegi tajam dan gumpalan rusuknya bersegi tumpul. Sferoid
(polyeder kersal), yaitu bentuk remah gembur dan berporus. Tidak berstruktur,
yaitu bentuk butir tunggal dan pejal (masif), berdasarkan pengamatan sampel
profil tanah, tipe struktur pada lapisan 1 adalah sub angular blocky atau
bergumpal membulat, tipe struktur lapisan 2 sub angular sama seperti lapisan 1,
tipe struktur lapisan 3 yaitu angular blocky atau gumpal bersudut, serta tipe
lapisan 4 yang termasuk angular blocky sama seperti lapisan 3 (Arifin dkk.,
2016).
15
Konsistensi tanah merupakan daya kohesi dan adesi partikel-partikel
tanah. Tanah pada lapisan 1 lekat dengan kelembaban teguh serta lunak,
konsistensi pada lapisan 2 agak lekat, teguh dan lunak, konsistensi pada lapisan 3
agak lekat, teguh dan keras, dan konsistensi pada lapisan 4 tidak lekat, teguh dan
keras. Kemasaman tanah merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah. Kondisi keasaaman tanah pada lapisan 1, 2, 3 dan 4 netral.
Kondisi pH yang netral sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertani.
Kemudian terdapat salah satu sifat fisik tanah yang dapat dilihat yaitu warna.
Warna pada tanah biasanya digunakan untuk membedakan tingkat kesuburan.
Lapisan satu pada contoh profil memiliki warna yang sangat coklat yang berarti
mengandung banyak bahan organiknya, lapisan 2 berwarna coklat gelap keabuan
menandakan kandungan bahan organiknya sedang, lapisan 3 berwarna agak terang
dengan ukuran warna 10 YR 3/2, dan lapisan berwana agak gelap dengan ukuran
warna 2,5 YR 4/1 (Utoyo, 2007).
Berdasarkan klasifikasinya, tanah pada lahan tempat praktikum merupakan
jenis tanah antropogenik termasuk dalam ordo Entisol dan sub ordo Orthens.
Menurut Noor (2014) entisol yaitu tergolong tanah yang masih baru terbentuk,
perkembangan horizonnya belum terlihat jelas. Tanah jenis ini banayak dijumpai
pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir dan beberapa horizon
diatas lapisan batuan dasar. Lahan yang berada pada daerah Desa Tegal Boto,
Kecamatan Sumber Sari Kabupaten Jember ini termasuk lahan Antropogenik,
yaitu lahan yang digunakan untuk tujuan kepentingan manusia sebagai wujud
bentukan darinya (Baja, 2012).
3.2.2 Pengambilan Contoh Tanah
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka
daratan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja dalam masa yang sangat panjang serta mempunya morfologi dan
organisasi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan
hidup bagi hewan dan manusia. Komponen tanah (mineral, organik, air, dan
udara) tersusun antara yang satu dengan yang satu dengan yang lain membentuk
tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih
16
sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam-
macam jenis tanah yang terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang
berbeda (Susanto, 2009).
Tanah perlu dilakukan pengambilan contoh untuk dianalisis guna untuk
tujuan pengambilan contoh, variabilitas tanah, serta ketelitian yang diperlukan.
Berdasarkan hal tersebut contoh tanah yang diambil dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Contoh tanah utuh/tidak terusik,
2. Contoh tanah biasa/terusik, dan
3. Contoh tanah agregat utuh.
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak harus menunggu
saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan setelah pemupukan. Keadaan
tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup
untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya
diambil pada kondisi basah. Pengambilan contoh tanah utuh/tidak terusik biasanya
sering dipakai untuk sampel analisa karena letak tanah utuh berada pada
permukaan tanah sehingga mudah untuk diakses.Pengambilan contoh tanah
utuh/tidak terusik menggunakan ring sampel yang kemudian nanti disimpan dan
digunakan untuk analisi data. Pengambilan sampel tanah utuh/tidak terusik harus
diperhatikan tanah yang akan diambil sampel harus benar-benar bersih dari
rumput dan akar sehingga dalam menganalisis lebih mudah.
17
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Profil tanah di lahan Agroteknopark Universitas Jember merupakan tanah yang
termasuk ke dalam ordo entisol dengan sub ordo orthens.
2. Pengambilan contoh tanah digunakan untuk mengetahui karakteristik tanah
4.2 Saran
Pada pratikum kali ini sudah dapat menjelaskan tentang bagaimana materi
serta pelaksanaa pratikum yang sesuai dengan tata cara pratikum.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
Arifin, Mahfud, R. Hudaya, R. Devnita, A. Sandrawati, M. A. Solichin,,
R. Harryanto, dan G. Herdiansyah. 2016. Identifikasi Taksa Tanah di Situs
Megalitik Gunung Padang Kabupaten Cianjur. Soilrens, 14(2): 38-43.
Baja, Sumbangan. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan
Wilayah. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Hartono. 2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: Deepublish.
Satriawan, Halus dan Z. Fuady. 2014. Teknologi Konservasi Tanah dan Air,
Yogyakarta: Deepublis.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Utoyo, Bambang. 207. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT Setia
Purna Inves.
19
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pembersihan permukaan
tanah
Gambar 2. Proses peletakan ring sampel
tanah ke dalam tanah menggunakan palu
Gambar 3. Proses penggalian lubang
di daerah sekitar ring sampel dan
pengambilan ring di dalam tanah
Gambar 4. Proses pembersihan
sampel tanah dari akar tanaman
20
Gambar 5. Proses perataan sampel tanah
yang berada di dalam ring
Gambar 7. Pengukuran
kedalaman profil tanah
Gambar 8. Pengambilan sampel
contoh tanah pada profil tanah yang
akan digunakan untuk penyandraan
profil tanah
Gambar 6. Proses pelabelan
sampel tanah di dakam ring
21
Gambar 10. Menganalisa struktur tipe
tanah dengan membuat bulatan
Gambar 11. Menganalisa struktur
tipe tanah dengan membuat bentuk
cacing
Gambar 9. Proses pelabelan pada sampel
tanah yang akan di uji
Gambar 11. Menganalisa struktur tipe
tanah dengan menyatukan kedua ujung
22
Gambar 12. Menganalisa struktur
ukuran dari tanah hasil analisa
struktur tipe
Gambar 14. Menganalisa tingkat
kemasaman tanah dengan
menggunakan larutan H2O dengan
tabel pH
Gambar 15. Menganalisa warna
tanah dengan menggunakan buku
Colour Chart
Gambar 13. Proses uji organik pada
tanah sampel dengan menggunakan
H2O2
23
LITERATUR
Satriawan, Halus dan Z. Fuady. 2014. Teknologi Konservasi Tanah dan Air,
Yogyakarta: Deepublis.
Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: Deepublish
24
Hartono. 2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
25
Utoyo, Bambang. 207. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT Setia
Purna Inves.
26
Baja, Sumbangan. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan
Wilayah. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Arifin, Mahfud, R. Hudaya, R. Devnita, A. Sandrawati, M. A. Solichin,,
R. Harryanto, dan G. Herdiansyah. 2016. Identifikasi Taksa Tanah di Situs
Megalitik Gunung Padang Kabupaten Cianjur. Soilrens, 14(2): 38-43.
27
Aak. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.