penganggaran sektor publik

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebuah Negara tidak akan mampu untuk menjalankan roda pemerintahannya yang terdiri atas berbagai kegiatan dalam suatu periode tanpa adanya dana yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. Terlebih lagi sebuah negara tidak memiliki dana yang sepenuhnya merupakan miliknya pribadi karena sebagian besar dana pemerintah berasal dari masyarakat (misalkan dana dari pembayaran pajak oleh masyarakat), sehingga pemerintah hanya bertugas sebagai pengelola atas dana masyarakat tersebut demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan dana tersebut tercermin dari perencanaan penggunaan dana dalam kegiatan pemerintahan yang terdiri atas rincian penerimaan dan pengeluaran pemerintah selama satu periode yang kita sebut sebagai Anggaran Negara tapi pada masyarakat awan lebih dikenal dengan nama Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran penerimaan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara seksama bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif pendek namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni , 1. Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur pengeluaran dan Penganggaran Sektor Publik 2013| 1

Upload: suliastwina-permana

Post on 10-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: Penganggaran Sektor publik

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Pada dasarnya sebuah Negara tidak akan mampu untuk menjalankan roda

pemerintahannya yang terdiri atas berbagai kegiatan dalam suatu periode tanpa adanya dana

yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. Terlebih lagi sebuah negara tidak memiliki dana

yang sepenuhnya merupakan miliknya pribadi karena sebagian besar dana pemerintah berasal

dari masyarakat (misalkan dana dari pembayaran pajak oleh masyarakat), sehingga pemerintah

hanya bertugas sebagai pengelola atas dana masyarakat tersebut demi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan dana tersebut tercermin dari perencanaan penggunaan

dana dalam kegiatan pemerintahan yang terdiri atas rincian penerimaan dan pengeluaran

pemerintah selama satu periode yang kita sebut sebagai Anggaran Negara tapi pada masyarakat

awan lebih dikenal dengan nama Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).

Anggaran penerimaan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara seksama

bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu

yang relatif pendek namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni ,

1.      Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur

pengeluaran dan penerimaan Negara dalam rangka menbiayai pelaksanaan kegiatan

pemerintahan berupa pembangunan.

2.      Mencapai pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan penerimaan nasional.

3.      mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas pembangunan

secara umum.

Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara sederhana biasa pula

kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki

2(dua) sisi, yakni: (1) sisi penerimaan/pemasukan dan (2) pengeluaran/pemakaian.

Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian antara kedua sisi

tersebut, misalnya: sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada

ada/tidaknya perubahan upah/gaji.

Penganggaran Sektor Publik 2013| 1

Page 2: Penganggaran Sektor publik

Demikianpula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga banyak dipengaruhi

perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi. Jadi, anggaran penerimaan dan belanja

negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu struktural yang berperan sebagai tulang

punggung dalam menopang kehidupan negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan,

bahkan berlangsungnya perkembangan suatu negara untuk menjadi lebih baik.

Pada kesempatan kali ini, kami selaku kelompok penyaji akan memberikan sedikit

penjelasan mengenai apa saja sistem anggaran negara yang ada, siklus APBN, struktur dari

anggaran, struktur dan komponen APBN-RI, dan klasifikasi anggaran.

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis pada penulisan makalah pada

kesempatan kali ini antara lain :

1.      Mengetahui apa saja Sistem Anggaran Negara yang ada

2.      Mengetahui Siklus dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

3.      Dapat mengetahui Struktur Anggaran

4.      Mengetahui apa Struktur dan Komponen dalam APBN-RI

5.      Mengetahui tentang Klasifikasi Anggaran.

BAB IIPenganggaran Sektor Publik 2013| 2

Page 3: Penganggaran Sektor publik

PEMBAHASAN

Sebelum menginjak pada apa saja sistem anggaran yang ada, perlu kiranya kita

mengetahui apa pengertian dari Anggaran Negara terlebih dahulu. Menurut John F. Due (1975)

yang dikutip oleh Revrisond Baswir dalam bukunya yakni Akuntansi Pemerintahan Indonesia

memiliki pengertian sebagai berikut “Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang

perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa

depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa yang

lalu”. Selain dari beberapa fungsi dari anggaran negara yang telah disebutkan dalam latar

belakang diatas ada beberapa fungsi lain dari anggaran negara, yakni :

a) Anggaran negara berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara

untuk satu periode di masa yang akan datang.

b) Karena sebelum anggaran negara dijalankan ia harus mendapatkan pengesahan terlebih

dahulu dari lembaga perwakilan rakyat, berarti anggaran negara juga berfungsi sebagai alat

pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih oleh pemerintah.

c) Anggaran negara juga berfungsi sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap

kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan yang telah dipilihnya.

2.1 Sistem Anggaran Negara

Pada setiap negara di dunia menggunakan sistem anggaran negara yang berbeda yang

mana akan menyebabkan perbedaan pada orientasi penekanannya, juga akan menyebabkan

perbedaan perlakuan akuntansinya. Meskipun demikian, dalam setiap sistem anggaran negara

memiliki tiga aspek sebagai berikut: aspek perencanaan, aspek pengelolaan dan pelaksanaan,

serta aspek pertanggungjawaban. Beberapa sistem anggaran yang telah dikenal oleh negara-

negara di dunia antara lain: sistem anggaran tradisional, sistem anggaran program (PPBS), sistem

anggaran dengan dasar nol (ZBB) serta sistem anggaran kinerja (performance budgeting system).

a) Sistem Anggaran Tradisional (line-item budgeting system) yang lebih dikenal dengan

sistem anggaran berdasarkan objek pengeluaran, titik berat perhatian pada segi Penganggaran Sektor Publik 2013| 3

Page 4: Penganggaran Sektor publik

pelaksanaan dan pengawasan atau lebih menekankan di segi administrasi saja, yang

meliputi: penyusunan anggaran, pengesahan oleh lembaga yang berwenang,

pembelanjaan, pembuatan laporan, dan pertanggungjawaban kas.

b) Sistem Anggaran Program, meliputi tahap-tahap berupa: perencanaan, penyusunan

program, penyusunan anggaran, pengendalian (pengawasan dan penilaian). Indonesia

mengarah ke sistem ini.

c) Sistem Anggaran dengan dasar nol, sistem anggaran yang mengasumsikan bahwa

kegiatan pada tahun anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada

kaitannya dengan anggaran yang lalu.

d) Sistem Anggaran Kinerja, dititikberatkan pada segi pengendalian anggaran. Sasaran

yang hendak dicapai harus dirumuskan terlebih dahulu dengan jelas, barulah jumlah

biaya yang ditetapkan. Adapun keterbatasan sistem ini, yaitu terbatasnya tenaga ahli

dalam bidang anggaran dan akuntansi yang dimiliki, kegiatan dan jasa umumnya tidak

dapat segera diukur (per unit output maupun biaya per unit), klasifikasi rekening

pemerintah berdasarkan anggaran bukan akuntansi biaya.

2.2 Siklus Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

Siklus APBN adalah masa atau jangka waktu saat anggaran disusun sampai dengan

laporan keuangan disahkan oleh undang-undang. Tahap – Tahap Siklus APBN: 1) Tahap

Penyusunan Rancangan APBN, 2) Tahap Penetapan APBN, 3) Tahap Pelaksanaan APBN, 4)

Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN, dan 5) Tahap Pertanggungjawaban APBN.

1. Tahap Penyusunan Rancangan APBN

Proses penyusunan RAPBN berlangsung dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli

tahun n-1. Misalnya RAPBN untuk tahun 2009 sudah mulai disusun bulan Januari sampai

dengan Juli 2008. Penyusunan RAPBN dimulai dengan dikeluarkannya surat edaran pagu

indikatif dan prioritas program dari Departemen Keuangan dan Bappenas. Penyusunan pagu

Penganggaran Sektor Publik 2013| 4

Page 5: Penganggaran Sektor publik

indikatif dan progam ini didasarkan pada arah rencana kerja pemerintah tahun bersangkutan yang

kemudian diberikan kepada masing-masing Kementrian Negara/Lembaga (K/L).

Berdasarkan pagu indikatif dan prioritas program K/L menyusun Rencana Kerja K/L

(RKK/L) yang dibuat berdasarkan rencana strategis (renstra) masing-masing K/L. Pada bulan

Mei sampai dengan bulan Agustus DPR dan pemerintah membahas pokok-pokok kebijakan

fiskal dan rencana kerja pemerintah yang kemudian disusun pagu sementara tahun anggaran

yang datang oleh Departemen Keuangan (Depkeu).

Tahap berikutnya berdasarkan dokumen surat edaran (SE) bersama pagu indikatif yang

dikeluarkan Depkeu dan Bappenas, prioritas program K/L dan SE pagu sementara dari Depkeu,

K/L membuat Rencana Kerja Anggaran K/L (RKA-KL). Selanjutnya K/L membahas konsistensi

dengan prioritas anggaran dari RKA-KL yang telah dibuat bersama Depkeu dan membahas

konsistensi dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bersama Bappenas.

Setelah RKA-KL dibahas bersama Depkeu, semua RKA-K/L dihimpun menjadi satu

untuk dijadikan lampiran RAPBN yang selanjutnya disampaikan kepada Presiden untuk

dibacakan pada sidang paripurna DPR yang biasanya diadakan pada tanggal 16 Agustus. Sehari

sebelum perayaan hari kemerdekaan.

Dalam penyusunan APBN ada tiga pendekatan yang digunakan berdasarkan UU No. 17

Tahun 2003 dan selanjutnya dijabarkan dalam PP No. 21 Tahun 2004 yaitu :

A. Unified Budget

Dalam pendekatan ini tidak dikenal pemisahan anggaran dalam bentuk anggaran rutin

dan anggaran pembangunan belanja dalam APBN secara ekonomi diklasifikasikan dalam

delapan klasifikasi sesuai dengan Government Finance Statistics (GFS) tahun 2001. Delapan

klasifikasi itu adalah:

a) Belanja Pegawai : Dialokasikan antara lain untuk membayar gaji, honorarium, lembur

dan vakasi PNS baik yang berada didalam negeri maupun di luar negeri;

b) Belanja Barang: Dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan, dan

perjalanan dinas yang mendukung Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tiap-tiap K/L;

Penganggaran Sektor Publik 2013| 5

Page 6: Penganggaran Sektor publik

c) Belanja Modal: Dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya menambah

modal atau aset pemerintah.

d) Bunga: Dialokasikan untuk pembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang

(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung

berdasarkan porsi pinjaman (Loan);

e) Subsidi: Dialokasikan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun swasta yang

memproduksi, menjual, mengimpor ataupun mengekspor barang dan jasa untuk

memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga harga jualnya terjangkau masyarakat.

f) Bantuan Sosial: Dialokasikan untuk melindungi masyarakat dari gangguan-gangguan

sosial semisal terjadi bencana alam, kerusuhan maupun wabah.

g) Hibah: Dialokasikan bila ada negara sahabat memerlukan suntikan dana untuk

menanggulangi bencana, krisis nasional ataupun diberikan kepada lembaga internasional

untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan sosial lainnya.

h) Belanja Lain-lain: Dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat yang tidak tertampung

didalam tujuh klasifikasi belanja diatas.

B. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).

Suatu metode pendekatan anggaran terhadap pengambilan suatu kebijakan dalam

prespektif lebih dari satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan implikasi biaya dari

kebijakan bersangkutan dengan tahun anggaran sebelumnya. KPJM merupakan proyeksi

pengeluaraan selama beberapa tahun kedepan, proyeksi pengeluaran mencerminkan dampak

kebijakan yang dilaksanakan pada tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya.

C. Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Base Budgeting)

Penganggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai pengalokasian dana untuk mencapai

tujuan secara terprogram atau untuk mencapai suatu indikator pengkuran kerja, efisiensi, dan

Penganggaran Sektor Publik 2013| 6

Page 7: Penganggaran Sektor publik

produktifitas. Tujuan utama Penganggaran Berbasis Kinerja adalah akuntabilitas. Kinerja dan

data yang terdapat dalam PBK mendorong pejabat publik untuk bertanggungjawab terhadap

kuliatas layananan, efisiensi, biaya dan efektifitas program yang dijalankan.

2. Tahap Penetapan APBN

Jangka waktu pengesahannya terhitung sejak nota keuangan dibacakan presiden (16

Agustus) sampai dengan bulan Oktober (dua bulan sebelum APBN dilaksanakan). Jika DPR

setuju dengan RUU APBN maka RUU tersebut disahkan menjadi UU APBN. Akan tetapi bila

DPR tidak menyetujui RUU APBN dari Pemerintah maka Pemerintah menjalankan APBN tahun

anggaran yang lalu (pasal 23 ayat 1 UUD 1945). Agar mempunyai sifat yang mengikat maka UU

APBN diundangkan dalam Lembaran Negara dan penjelasannya dalam tambahan Lembaran

Negara. UU APBN mempunyai sifat :

a. Formal (hukum): bahwa anggaran tersebut membatasi ruang gerak pemerintah, maksudnya

adalah segala tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara harus sesuai dengan jumlah

pagu yang telah ditetapkan (tidak boleh melampuai batas pagu yang ada).

b. Material (keuangan): bahwa anggaran tersebut bagi pemerintah merupakan rencana keuangan

yang perlu disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan dengan mengadakan

pergeseran anggaran.

c. Menggambarkan kebijakan pemerintah dalam menentukan hak dan kewajiban dalam masa

anggaran yang bersangkutan.

3. Tahap Pelaksanaan APBN

Setelah RUU APBN disahkan menjadi UU APBN kemudian Presiden menetapkan

Peraturan Presiden tentang Rincian APBN atau Pedoman Pelaksanaan APBN. Perpres ini berisi

tentang hal-hal yang belum dirinci dalam UU APBN seperti alokasi anggaran untuk kantor

pusat/daerah K/L, pembayaran gaji, dana perimbangan dan alokasi subsidi.

a. Pelaksanaan Anggaran Penerimaan Negara:

1. Penerimaan anggaran adalah penerimaan Departemen yang terjadi di dalam negeri dan

luar negeri;

Penganggaran Sektor Publik 2013| 7

Page 8: Penganggaran Sektor publik

2. Departeman tidak diperkenankan untuk mendakan pungutan yang tidak mencakup dalam

anggaran;

3. Departemen menetapkan kebijakan jenis dan besarnya pungutan dengan persetujuan

Menteri Keuangan.

Instansi yang terlibat

1. Penerimaan pajak, bea masuk, bea keluar, dan penerimaan cukai oleh Departemen

Keuangan;

2. Penerimaan non pajak oleh departemen yang mempunyai sumber penerimaan, dengan

menunjuk bendahara penerimaan.

b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara didasarkan pada prinsip:

1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan;

2. Efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan serta fungsi

setiap Departemen ataupun Lembaga Pemerintah Non Departemen;

3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan.

Pedoman Pokok yang harus diperhatikan dalam mengelola APBN:

1. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang mempunyai akibat bagi negara apabila

tidak tersedia dana dalam anggaran belanja negara serta tidak sesui dengan tujuan

pengeluaran negara;

2. Pengeluaran anggaran belanja negara harus didasarkan pada Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA)/Dokumen sejenis lainnya -contohnya adalah SKPA- serta berdasarkan

Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau tanda bukti

pembayaran lainnya yang sah.

4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN

Yang berkepentingan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran

adalah Menkeu. Pengawasan anggaran dapat dikelompokkan berdasar : 1) Asal: intern

dan ekstern, 2) Waktu: preventif dan represif, 3) Bukti: dekat dan Jauh, dan 4)

Penganggaran Sektor Publik 2013| 8

Page 9: Penganggaran Sektor publik

Keabsahan: kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) dan kebenaran material

mengenai maksud tujuan (dochmatihgeid)

a. Pengawasan Intern adalah alat pengawasan dari pimpinan organisasi yang

bersangkutan untuk mengawasi apakah keigatan telah dilaksanakan sesuai dengan

kebijakan yang ditentukan. Pengawasan Intern dilaksanakan oleh: 1. BPKP (Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan); 2. Inspektorat Jenderal Departemen; 3.

Bawasda Propinsi; 4. Bawasda Kabupaten/Kota.

b. Pengawasan Ekstern dilaksanakan oleh masyarakat atau organisasi yang

berkepentingan dengan lembaga atau organisasi yang diawasi. Aparat pengawas ekstern

adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Kewenangan BPK dalam melakukan

pemeriksaan anggaran meliputi:

1. Pemeriksaan Keuangan: adalah pemeriksaan keuagan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) maupun Laporan Keuagan Pemerintah Daerah (LKPD).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan opini tentang tingkat kewajaran

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan Kinerja: adalah pemeriksaan atas aspek dan efisiensi serta efektifitas

yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen. Secara khusus pemeriksaan ini

bertujuan untuk: Bagi Legislatif mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi

perhatian lembaga legislatif dan bagi eksekutif bertujuan agar kegiatan yang dibiayai

dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis, efisien dan efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk

dalam pemeriksaan ini ada pemeriksaan investigatif.

c. Pengawasan Preventif, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kesalahan atau

penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, biasanya berbentuk prosedur yang harus

ditempuh. Untuk keuangan negara yang menjadi objek pengawasan adalah: 1) UU

APBN, 2) Keppres Pelaksanaan APBN, 3) DIPA, 4) Limit penyimpangan uang bagi

Penganggaran Sektor Publik 2013| 9

Page 10: Penganggaran Sektor publik

bendaharawan, 5) Larangan pembayaran oleh bank kepada bendaharawan atas saldo

bendaharawan bersangkutan pada bank tersebut.

d. Pengawasan Represif, dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dengan apa

yang seharusnya terjadi.

e. Pengawasan Dari Jauh (Pengawasan Pasif). Pengujian dan penelitian terhadap Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) beserta bukti pendukung. Pemeriksaan ini hanya meninjau

dari segi formalnya tanapa diteliti segi materialnya.

f. Pengawasan Dari Dekat (Pengawasan Aktif). Pengawasan di tempat kejadian transaksi

secara langsung terhadap pelaksanaan administrasi sebagai bukti kelengkapan SPJ yang

telah dikirimkan.

g. Pemeriksaan Kebenaran Formal Menurut Hak. Dilakukan terhadap transaksi yang

mengakibatkan pembayaran atau tagihan kepada negara, dengan memperhatikan jangka

waktu, dasar hukum, dan keabsahan dokumen.

h. Pemeriksaan Kebenaran Material Mengenai Maksud dan Tujuan Pengeluaran.

Dilakukan untuk menghindari pemborosan dengan memperhatikan kebutuhan barang dan

dana yang dianggarkan.

5. Tahap Pertanggungjawaban APBN

Selambat-lambatnya 6 bulan setelah anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU

tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan Keuangan yang

telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan Keuangan meliputi : a. Laporan

realisasi APBN, b. Neraca, c. Laporan Arus Kas, dan d. Catatan atas Laporan Keuangan yang

dilampiri dengan Laporan Keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

2.3 Struktur Anggaran

Penganggaran Sektor Publik 2013| 10

Page 11: Penganggaran Sektor publik

Struktur anggaran mencerminkan pengelompokkan komponen-komponen anggaran

berdasarkan suatu kerangka tertentu. Disamping mencerminkan system penganggaran,

pengelompokkan komponen-komponen anggaran berdasarkan suatu kerangka tertentu ini sangat

penting artiya dalam memudahkan proses pengelolaan anggaran. Berdasarkan strukturnya ini,

maka anggaran dapat dibedakan menjadi : anggaran terpilah (the devided budget), dan anggaran

komprehensif (the comprehensive budget).

2.3.1Anggaran Terpilah

Dalam anggaran terpilah, komponen anggaran dipisahkan secara tajam menjadi anggaran

rutin dan anggaran pembangunan. Yang dijadikan sebagai criteria dalam melakukan pemilahan

itu adalah :

a) Jangka waktu pelaksanaan kegiatan. Barang dan jasa yang diperoleh dan dikonsumsi di

dalam satu periode akuntansi atau satu tahun anggaran, diklasifikasikan sebagai anggaran

rutin.

b) Kemungkinan suatu kegiatan untukmendatangkan penerimaan Negara. Dalam hal ini

juga diharapkan proyek tersebut dapat dibiayai baik seluruhnya atau sebagian dari proyek

itu sendiri. Kriteria ini sangat berguna apabila dihubungkan dengan pendanaan suatu

kegiatan dengan pinjaman luar negeri. Walaupun terhadap pinjaman luar negeri ini kita

harus membayar bunga, namun beban tersebut akan lebih murah bila hasil pinjaman

tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang menghasilkan penerimaan

Negara di kemudian hari.

c) Jumlah uang yang digunakan. Merupakan hal yang wajar untuk memasukkan suatu

kegiatan yang biayanya melampaui suatu jumlah tertentu ke dalam anggaran

pembangunan.

2.3.2 Anggaran Komprehensif

Anggaran komprehensif adalah suatu anggaran tunggal yang mencakup aktifitas

pemerintah secara keseluruhan. Dalam anggaran komprehensif ini, alokasi sumber dana dapat

dilakukan secara lebih rasional yaitu dengan cara mengevaluasi sumber dana dan penggunaannya

secara menyeluruh. Beberapa kekurangan anggaran komprehensif :

1. Anggaran tambahan dan perubahan yang biasanya digunakan untuk mendukung

pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlihat pada waktu penyusunan anggaran

Penganggaran Sektor Publik 2013| 11

Page 12: Penganggaran Sektor publik

komprehensif, menyediakan peluang untuk mengalokasikan sejumlah dana guna

membiayai perubahan-perubahan kebijaksanaan yang belum mendapat persetujuan

dari legislatif.

2. Negara berkembang dengan system federal, transksi dari pemerintah daerah sukar

sekali dimasukkan ke dalam suatu anggaran nasional. Sehingga anggaran untuk

pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam konsolidasinya ke dalam anggaran

nasional.

3. Kemungkinan terjadinya anggaran yang berulang (repetitive budgeting).

2.4 Struktur dan Komponen APBN-RI

Struktur APBN-RI dengan mudah dapat dikelompokkan sebagai struktur anggaran

terpilah. Komponen APBN terbagi atas anggaran rutin dan anggaran pembangunan, baik

pada sisi penerimaan, maupun pada sisi pengeluaran.

2.4.1 Anggaran Penerimaan

Unsur-unsur penerimaan Negara dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar

sebagai berikut: (a) penerimaan dalam negeri; dan (b) penerimaan luar negeri.

Penerimaan dalam negeri dapat berupa penerimaan bumi dan gas alam (migas) dan

penerimaan diluar minyak bumi dan gas alam (nonmigas), sedangkan penerimaan luar

negeri dapat berupa bantuan program dan bantuan proyek.

Yang disebut bantuan program adalah penerimaan Negara dalam bentuk pinjman atau

utang luar negeri yang diterima berupa uang. Sedangkan yang dimaksud dengan bantuan

proyek adalah penerimaan Negara dalam bentuk pinjaman atau utang luar negeri yang

diterima berupa barang dan jasa.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran penerimaan

pada dasarnya dapat dirinci kedalam lima unsur penerimaan utama sebagai berikut :

a. Penerimaan minyak bumi dan gas alam

b. Penerimaan pajak

c. Penerimaan bukan pajak

d. Bantuan program

Penganggaran Sektor Publik 2013| 12

Page 13: Penganggaran Sektor publik

e. Bantuan proyek

2.4.2 Anggaran Pengeluaran

Anggaran pengeluaran dalam garis besarnya juga juga dikelompokkan kedalam dua

kelompok utama yaitu: (a) pengeluaran rutin; (b) pengeluaran pembangunan.

Yang dimaksud dengan pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang ditujukan untuk

membiayai kegiatan sehari-hari pemerintah. Pengeluaran rutin secara terinci dapat

dikelompokkan kedalam lima unsur pengeluaran sebagai berikut :

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang

c. Subsidi daerah otonom

d. Bunga/cicilan utang

e. Pengeluaran rutin lainnya

Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran

pemerintah yang bersifat investasi, dan ditujukan untuk melaksanakan tugas pemerintah

sebagai salah satu pelaku pembangunan. Bentuk dari pengeluaran pembangunan ini dapat

berupa proyek fisik seperti pembangunan jalan, serta proyek non fisik seperti pendidikan.

2.5 Klasifikasi Anggaran

Klasifikasi anggaran terutama ditujukan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :

a) Untuk memudhkan proses perumusan sasaran program-program yang hendak dilakukan

b) Untuk memudahkan proses formulasi penerimaan dan pengeluaran secara kuantitatif

c) Untuk memudahkan pelaksanaan anggaran

d) Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan

anggaran

e) Untuk memudahkan pelaksanaan analisa ekonomi

f) Untuk memudahkan pemeriksaan terhadap realisasi anggaran

g) Untuk memudahkan pelaksanaan evaluasi terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang telah

digariskan

Penganggaran Sektor Publik 2013| 13

Page 14: Penganggaran Sektor publik

Sedangkan bentuk pengklasifikasiannya dalam garis besarnya dapat dibedakan

berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut :

2.5.1 Klasifikasi Organik dan Objek

Klasifikasi organic dan objek sebenarnya merupakan dua bentuk pengklasifikasian

anggaran yang berbeda. Dalam klasifikasi organic, anggaran dikelompok-kelompokkan

berdasarkan departemen atau lembaga Negara. Kemudian sebagai kelanjutan dari

klasifikasi organic, setiap pengguna uang mengklasifikasikan pengeluarannya sesuai

dengan objek atau jenis pengeluaran seperti: gaji, biaya perjalanan, pembelian alat dan

bahan, dll.

Tujuannya adalah untuk menyeragamkan standar pengawasan dan

pertanggungjawaban pada berbagai tingkat manajemen. Beberapa kelemahan jika

klasifikasi ini digunakan tanpa disertai dengan metode klasifikasi lainnya :

a. Klasifikasi jenis ini hanya menekankan perhatiannya pada pengeluaran secara

individual, tapi mengabaikan pelaksanaan program secara keseluruhan.

b. Seringkali sangat sulit membuat klasifikasi yang benar-benar tepat bagi semua

unit organisasi.

2.5.2 Klasifikasi Fungsional

Klasifikasi fungsional biasanya digunakan untuk menunjukkan tujuan umum yang

hendak dicapai oleh pengeluaran pemerintah. Dengan klasifikasi fungsional ini, maka

cakrawala pengalokasian dan pengkajian keputusan yang berkaitan dengan anggaran

diharapkan dapat diperluas.

Penerapan klasifikasi fungsional mendukung performance-based budgeting dengan

memberikan evaluasi kinerjanya. Tidak seperti klasifikasi sektoral yang cenderung

mengalokasikan kepada sector tertentu, klasifikasi fungsional lebih menekankan fungsi yang

dilakukan pemerintah sehingga stakeholder dapat mengukur tingkat keberhasilan

pemerintah. Klasifikasi fungsi dan subfungsi hanya akan digunakan sebagai alat analisis,

sedangkan anggaran pengeluarannya disiapkan berdasarkan program-program yang telah

diajukan oleh tiap Kementrian Negara/ Lembaga.

Penganggaran Sektor Publik 2013| 14

Page 15: Penganggaran Sektor publik

Seperti disebutkan di atas, penerapan klasifikasi fungsi oleh pemerintah mengacu pada

GFS yang diperkenalkan oleh IMF seperti yang disebutkan dalam manual GFS dimana

fungsi pemerintahan di breakdown ke dalam 10 fungsi (COFOG). Namun dalam

pelaksanaan di Indonesia, pemerintah hanya mengadopsinya menjadi 11 fungsi dan 79

subfungsi, (lihat lampiran B). Fungsi-fungsi tersebut antara lain: pelayanan umum,

pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas

umum, kesehatan, pariwisata, budaya agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

2.5.3 Klasifikasi Ekonomi

Dalam klasifikasi ekonomi ini, anggaran diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga

menyajikan informasi yang berguna bagi proses pengambilan keputusan ekonomi. Hal-hal

yang perlu diketahui oleh pemerintah dalam mengelola perekonomian misalnya adalah:

perbandingan alokasi anggaran untuk belanja konsumsi dan untuk pengadaan sarana yang

bersifat meningkatkan produksi, dampak anggaran terhadap penerimaan, dampak anggaran

terhadap penyediaan lapangan kerja, dan lain sebagainya.

2.5.4 Klasifikasi Berdasarkan Program

Dibandingkan dengan klasifikasi yang lain, klasifikasi berdasarkan program ini lebih

memusatkan perhatiannya terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Yang dimaksud dengan

program dalam hal ini adalah serangkaian kegiatan yang dimulai sejak penyiapan barang dan

jasa secara intern, sampai dengan penyerahannya kepada pihak ekstern.

2.5.5 Klasifikasi Terpadu

Dalam perkembangnnya, klasifikasi anggaran Indonesia secara berangsur-angsur

dilengkapi dengan klasifikasi berdasarkan fungsi dan berdasarkan karakteristik ekonomi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini Indonesia menganut klasifikasi terpadu.

Klasifikasi yang dianjurkan untuk digunakan dalam kode anggaran pengeluaran APBN-

RI adalah sebagai berikut :

0 0 00 00 00 00 00 0 00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Bidang, terdiri dari: (1) Umum, (2) Sosial, (3) Ekonomi, (4) Hankam, dan (5) Lain-

lain.

Penganggaran Sektor Publik 2013| 15

Page 16: Penganggaran Sektor publik

2. Sektor.

3. Program.

4. Proyek untuk anggaran pembangunan, dan Kegiatan untuk anggaran rutin.

5. Bagian.

6. Unit organisasi.

7. Lokasi atau propinsi.

8. Jenis pengeluaran.

9. Perincian Jenis Pengeluaran.

Penganggaran Sektor Publik 2013| 16

Page 17: Penganggaran Sektor publik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut John F.Due (1975), Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang

perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode

di masa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi

di masa yang lalu. Dimana anggaran negara berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah,

sebagai alat pengawas bagi masyarakat, baik bagi kebijaksanaan yang dipilih maupun

realisasi dari kebijaksanaan tersebut.

Sistem anggaran negara terdiri atas: sistem anggaran tradisional, sistem anggaran

program, sistem anggaran dengan dasar nol, serta sistem anggaran kinerja. Siklus APBN

terdiri atas lima tahap, yakni: tahap penyusunan APBN, tahap penetapan APBN, tahap

pelaksanaan APBN, tahap pengawasan APBN, dan tahap pertanggungjawaban APBN.

Struktur anggaran negara terbagi atas: anggaran terpisah dan anggaran

komprehensif. Kemudian pada struktur dan komponen APBN-RI, secara mudah dapat

terbagi atas anggaran rutin dan anggaran pembangunan, baik dari segi penerimaan

maupun dari segi pengeluaran.

Anggaran dapat diklasifikasikan menjadi lima, yakni:klasifikasi organic dan

objek, klasifikasi fungsional, klasifikasi ekonomi, klasifikasi berdasarkan program, serta

klasifikasi terpadu.

3.2 Saran

Bagi para pengguna makalah, makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna,

untuk itu penulis berharap kedepannya agar makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi

dengan menambahkan informasi-informasi pendukung terkait materi ini, sehingga

makalah ini dapat digunakan sebagai referensi maupun panduan dalam pembelajaran

terkait dengan materi yang sama untuk tahun-tahun mendatang.

Penganggaran Sektor Publik 2013| 17