pengaruh analisis kredit tehadap mpl.docx
TRANSCRIPT
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP
NOL PERFORMING LOAN
(STUDI PADA BANK JABAR BANTEN PERIODE 2009-2013)
Disusun oleh :
Nama : Puri Purnamayasa
Nim : 02110009
Prodi : Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN
( STIE INABA )
2013
I. Judul Usulan Penelitian : Analisis Kebijakan Pemberian Kredit Terhadap NPL
( Nol Performing Loan )Pada Bank Jabar Banten
II. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia perbankan yang telah terlihat semakin
kompleks, dengan berbagai produk dan sistem usaha dalam berbagai
keunggulan kompetitif. Keadaaan yang kompleks ini telah menciptakan
suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia perbankan, bukan hanya
persaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan lembaga
keuangan. Sektor perbankan menjadi salah satu factor yang memegang
peranan karena berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana melalui
penciptaan produk yang beraneka ragam untuk ditawarkan kepada
masyarakat yang ingin menggunakan jasa perbankan.
Penyediaan berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh perbankan saat ini
sangat diatur dengan regulasi yang sangat ketat dan hati – hati. Hal ini terjdi karena berkaitan
dengan banyak aspek yang penyangkut kepentingan perekonomian nasional serta nasabah
yang jumlahnya sangat banyak dengan karakter yang berbeda – beda. Mengingat hal tersebut
penyaluran kredit harus dilakukan melalui proses analisis untuk menyakinkan kriteria
pemberian kredit telah terpenuhi.
Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang
berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara
pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan
dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan
kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi
kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (dana
pihak ketiga) dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Dari
aktivitas bank tersebut tersalurlah berbagai produk bank sesuai dengan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Kredit merupakan aktiva produktif yang memberikan pendapatan
utama. Semakin besar tingkat atau proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan, maka semakin besar pula jumlah investasi kredit
yang dimiliki perusahaan. Dengan besarnya volume penjualan kredit
setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan
investasi yang lebih besar lagi. Adanya penjualan kredit yang dilakukan,
dapat mengurangi kemungkinan risiko seperti munculnya biaya
penambahan pegawai dan pengurusan administrasi. Saat semua masalah
ini bermunculan, secara langsung akan menghambat kelancaran
operasional yang harus dicapai perusahaan. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pemberian kredit perusahaan harus memperhatikan kriteria –
kriteria pemberian kredit didasarkan pada analisis 5 C ( character, capacity,
capital, collateral and condition ) dan 7p ( Personality, Party / segmen, Perpose, Prospect,
Payment dan Profitability ).
Pendapatan terbesar dalam bank yang dapat mempengaruhi modal
adalah pendapatan bunga dan penyaluran kredit. Karena dari peningkatan
penyaluran kredit maka perolehan pendapatan bunga meningkat,
meningkatnya perolehan pendapatan ini dapat menutupi seluruh beban
termasuk NPL. Setelah pendapatan dikurangi beban dan NPL baru didapat
laba dimana peningkatan laba ini akan mempengaruhi pertumbuhan
modal. Karena penyaluran kredit memberikan pemasukan yang sangat
besar maka masing-masing bank dalam membuat penyaluran kredit yang
berbeda-beda. Dengan tujuan menambah jumlah modal, walaupun ada
pendapatan bank yang diperoleh selain dari bunga misal : biaya
administrasi tabungan dan jasa transfer.
Tingginya NPL perbankan akan lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kredit, hal ini dikarenakan adanya potensi kredit yang tidak
tertagih, tingginya NPL akan meningkatkan premi risiko yang berdampak
pada tingginya suku bunga kredit, suku bunga kredit yang terlampau
tinggi akan mengurangi permintaan masyarakat akan kredit dan akan
mengurangi pencadangan yang sangat besar sehingga pada akhirnya
modal bank ikut terkikis. Batas maksimum persentase kredit bermasalah
pada setiap perbankan di Indonesia harus mengacu pada peraturan yang
di buat oleh Bank Indonesia tentang batas kewajaran tingkat non
performing loan yaitu sebesar 5%.
Kesalahan dalam penyaluran dana lebih merugikan lagi jika tidak
diproses dengan baik. Hal itu dapat menyebabkan banyaknya jumlah
kredit yang macet. Jika hal ini dialami oleh bank maka tingkat
profitabilitas bank tersebut akan mengalami penurunan dan ini akan
berdampak pada citra perbankan itu sendiri dikalangan masyarakat.
Banyaknya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba
yang diperoleh. Namun, tidak berarti jumlah kredit yang disalurkan akan
memberikan laba yang besar pula, karena dalam penyaluran kredit
kemungkinan timbul risiko kredit bermasalah dan hal ini akan berdampak
pada tingkat Non Performing Loan perbankan. Untuk itulah perlu adanya
kebijakan pemberian kredit yang tepat dan efektif yang diterapkan
perbankan agar tingkat kredit bermasalah dapat berkurang.
Posisi dana yang dimiliki oleh Bank BJB lima tahun terakhir adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.1Posisi Dana Bank Jabar Banten
Tahun 2008 - 2012(Dalam Jutaan Rupiah)
Uraian 2012 2011 2010 2009 2008
Giro 14.828.83
0
11.168.24
1
7.610.327 8.272.288 7.405.205
Tabungan 9.050.286 6.270.783 4.876.716 3.802.574 3.139.323
Deposito 26.728.80
9
21.603.75
3
19.466.41
9
11.644.05
0
7.802.522
Jumlah 47.632.86
3
39.042.27
7
31.953.46
7
23.718.91
2
18.347.05
0
Sumber : Bank Jabar Banten Bandung
Berdasarkan data di atas, posisi dana Bank Jabar Banten selama lima tahun terakhir
terus mengalami peningkatan. Tahun 2012 posisi dana bank Bjb meningkat sebesar 29.62%
dari Tahun 2011. Begitu pun simpanan nasabah dalam bentuk tabungan sebesar Rp 9.050.286
juta atau meningkat sebesar Rp 2.779.503 juta atau 44,32% dibandingkan per 31 Desember
2011. Dan Per 31 Desember 2012, bank bjb dan anak perusahaan berhasil menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk deposito berjangka sebesar Rp 26.758.809 juta, meningkat sebesar
Rp 5.125.056 juta atau naik 23,72% dibandingkan per 31 Desember 2011 Rp 21.603.753 juta.
Dengan meningkatnya posisi dana yang dimilki oleh PT Bank tabungan Negara Cab.
Makassar maka hal ini kan berdampak pada jumlah kredit yang disalurkan kepada
masyarakat.
Berikut ini adalah realisasi kredit PT Bank Tabungan Cabang Makassar dari
tahun 2008 – 2012.
Tabel I.2
Realisasi Kredit yang diberikan Bank bjb dan anak perusahaanTahun 2008-2012
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Kredit yang di berikan - Gross
38.332.712 28.764.701 23.669.719 19.631.968 16.429.069
Dikurangi penyisihan kerugian
( 683.511) 541.344 (599.516) (408.433) (305.823)
Kredit yang diberikan -Bersih
37.649.201 28.223.357 23.070.203 19.223.535 16.123.246
Sumber : Bank Jabar Banten Bandung
Data di atas menunjukkan realisasi kredit bank bjb dari Tahun 2009-2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Posisi kredit yang diberikan bank bjb dan anak
perusahaan (Bersih) pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 37.649.201 juta yang
terdiri dari kredit yang diberikan – gross sebesar Rp 38.332.712 juta dan penyisihan kerugian
sebesar Rp 683.511 juta. Posisi kredit yang diberikan bank bjb dan anak perusahaan (Bersih)
per 31 Desember 2012 meningkat sebesar Rp 9.425.844 juta atau 33,40% dibandingkan per
31 Desember 2011 sebesar Rp 28.223.357 juta. Peningkatan kredit yang diberikan terutama
disebabkan oleh tetap tumbuhnya kredit konsumsi serta semakin fokusnya bank bjb dalam
menyalurkan Kredit Mikro Utama melalui jangkauan jaringan waroeng bjb yang terdapat di
kantor cabang, kantor cabang pembantu maupun lokasi strategis lainnya.
Sementara data perkembangan Non Performing Loan pada Bank bjb Bandung pada
Tahun 2008-2012 :
Tabel 1.3Perkembangan NPL
PT Bank bjb BandungTahun 2009-2012
Uraian Tahun
2012 2011 2010 2009 2008NPL – Gross 791.773 350.683 439.540 369.701 369.701Rasio NPL - Gross
2, 07 % 1,21 % 1, 86 % 1, 96 % 1,96%
NPL – Netto 187.072 117.935 68.642 145.683 145.683
Rasio NPL – Netto
0,50% 0,41% 0,29% 0,77% 0,77 %
Dari data penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tahun 2008-20012
terjadi penurunan dan kenaikan NPL. Tahun 2008 dan 2009 NPL bank bjb yaitu 0,77% hal
ini tentu dibawah batas maksimum tingkat NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dan
berkat prinsip kehati-hatian dan kebijakan dari Bank bjb terkait dengan pemberian kredit dan
penyelesaian kredit bermasalah sehingga pada tahun 2010 terjadi penurunan yang drastis.
Namun, pada tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 0,12%. Dan pada tahun 2012 terjadi
kenaikan NPL yaitu 0,50% tetapi kenaikan ini masih dalam dibawah dari standar tingkas
NPL yang ditetapkan oleh BI.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian tentang kebijakan pemberian kredit pada
Bank Jabang Banten dengan judul penelitian: “Analisis Kebijakan Pemberian
Kredit terhadap Non Performing Loan pada Bank Jabar Banten”
III. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi
masalah pokok dalam penelitian ini, adalah
1. Bagaimana Pelaksanaan analisis kredit di Bank Jabar Banten ?
2. Bagaimana keadaan Non Performing Loan di bank Jabar Banten ?
3. Sejauh manakan pengaruhi analisis kebijakan pemberian kredit terhadap Non Performing
Loan di Bank Jabar Banten ?
IV. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan data serta
informasi mengenai pelaksanaan analisis kredit dan NPL. Selanjutnya diolah dianalisis
kemudian diinterprestasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Adapun Tujuan dan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana plaksanaan analisis kredit di Bank Jabar Banten
2. Untuk mengetahui Non Performing Loan yang terjadi pada Bank Jabar Banten.
3. Untuk mengetahui sejauh manakan pengaruh analisis kebijakan pemberian kredit
mempengaruhi Non Performing Loan pada Bank Jabar Banten
V. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat dipergunakan dan
memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Melatih ketajaman analisis dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan
terhadap kondisi riil dilapangan yang terkait dengan disiplin ilmu manajemen.
2. Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan dapat
dijadikan bahan masukan baik langsung maupun tidak langsung bagi pimpinan
perusahaan atau bank dalam rangka pengambilan langkah-langkah kebijakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan tingkat likuiditas pada masa sekarang dan
yang akan datang.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan, Khusus rekan mahasiswa dan masyarakat atau
pembaca untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
VI. Kerangka Pemikiran
Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan
debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib
melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur
dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit.
Menurut Undang – undang No 10/1998 ( pasal 21 ayat 11 ) menyatakan bahwa : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Menurut Kasmir (2010:72) mengemukakan bahwa : “Kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali”.
“Menurut Rivai (2005:97) ketentuan kebijakan kredit perlu ditetapkan agar setiap
bank memiliki dan menerapkan kebijakan kredit yang baik”.
Hal ini disebabkan kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko. Salah satu
upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah didasarkan pada prinsip yang
sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan yang sehat. Dengan adanya kebijakan pemberian
kredit yang diterapkan akan menjadi tolak ukur terhadap penyaluran kredit kepada
masyarakat. Selain itu, kebijakan perkreditan diterapkan untuk mengatasi kemungkinan risiko
kredit yang bermasalah dan memperoleh tingkat Non Performing Loan yang rendah di masa
yang akan datang.
Menurut Kasmir (2010 : 92) Salah satu kebijakan pemberian kredit yang harus ada
pada setiap bank yaitu prinsip kebijakan dalam pemberian kredit yang didasarkan pada
analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition tetapi bukan hanya
prinsip 5C itu saja tetapi bisa juga menggunakan prinsip 7p dimana prinsip ini lebih luas.
Adapun penjelasan singkat dari ketujuh prinsip kebijakan pemberian kredit (7P) tersebut
adalah sebagai berikut :
“1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun
masa lalunya. Personality hampir sama dengan Character dari 5C.
2) Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
3) Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang pakah menguntungkan atau
tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau
dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur akan semakin baik jika salah satu usahanya merugi
akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6) Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability
diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.
7) Protection
perlindungan jmainan, ansuransi, setiap kredit yang dibiayai, Bank harus mempunyai
jaminan dari debiturnya yaitu kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan, guna kepastian
perlunasan hutangnya, kalau penerima kredit tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan bisa
berupa jaminan pribadi atau jaminan kebendaan.
Kebijakan ini perlu dalam suatu bank karena hal ini akan berdampak pada seluruh
aspek pada suatu bank. Kebijakan ini diterapkan untuk mengatasi kemungkinan risiko kredit
yang bermasalah dan memperoleh tingkat Nol Performing Loan yang rendah di masa yang
akan datang.
Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan
menentukan tingkat kolektibilitasnya. Kolektibilitas dapat diartikan sebagai keadaan
pembayaran kembali pokok, angsuran pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat
kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman
lainnya. Sedangkan tingkat kolektibilitas kredit menurut BI dapat dibedakan menjadi empat
tingkat, yaitu apakah lancar, kurang lancar, dalam perhatian khusus, atau diragukan.
Pembedaan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya suatu kerugian yang
diakibatkan oleh adanya kredit yang tidak terbayarkan atau kredit bermasalah.
NPL adalah rasio yang membandingkan antara total kredit bermasalah terhadap total
kredit yang disalurkan dalam bentuk persentase.
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh
debitur (Darmawan, 2004).
Non Performing Loan adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikannya, pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat, sulit untuk memperoleh
pelunasan, bahkan tidak dapat ditagih.
“NPL ini dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
baik akibat faktor kesengajaan yang dilakukan oleh debitur maupun factor
ketidaksengajaan yang berasal dari faktor luar (Meydianawathi, 2006)”.
NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar
pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus
menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut
terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya
NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.
Non Performing Loan (NPL) dapat diketahui dengan membandingkan jumlah
pengembalian dana dari nasabah dengan jumlah dana yang disalurkan oleh bank kepada
nasabah. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk
menyalurkan kredit karena bank harus membentuk cadangan penghapusan (piutang tak
tertagih) dana atau modal bank yang besar.
Pengelolaan kredit bermasalah (non performing loan) menjadi sangat
penting karena hal ini berdampak pada kinerja perusahaan. NPL ini
menunjukkan seberapa besar kolektibilitas bank dalam mengumpulkan
kembali kredit yang telah disalurkannya.
Untuk mempermudah dalam pembahasan pada bab – bab selanjutnya, maka penulis
sajikan skema atau alur yang menjadi pembahasan, adapaun kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar : Bagan Paradigma Penelitian
6.2 Hipotesi Penelitian
Berdasarkan pada uraian kerangka pemikiran di atas, maka akan dirumuskan suatu
hipotesis penelitian yang menyatakan “Diduga bahwa Analisis Kebijakan Pemberian
Kredit pada Bank BJB memiliki pengaruh yang signifikakan terhadap Non Performing
Loan”
Kebijakan Pemberian Kredit Bank Jabar Banten (
X )
X 1 Personality
X 2 Party
X3 Perpose
X4 Prospect
X5 Payment
X6 Profitability
X7 Protection
Nol Performing Loan
( Y )
Kurang lancar
Dalam Perhatian khusus
Diragukan
VII. Metode Penelitian
7.1 Metode Penelitian Yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mempergunakan
metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang memberikan gambaran atau
lukisan secara sistemitik, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta, serta hubungan dengan
fenomena secara variabel yang kemudian dianalisis hubungan diantara keduanya sehingga
pada akhirnya akan di ambil kesimpulan.
7.2 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu :
1. Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah Analisis kebijakan pemberian
kredit (Variabel X) .
2. Variabel yang dipengaruhi adalah Nol Performing Loan (Variabel Y).
Untuk mempermudah pembahasan, variabel yang menjadi objek penelitian penulis
jabarkan kedalam tabel berikut :
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Ukur
Analisis
kebijakan
pemberian
Kredit
( Variabel X )
NPL
( Variabel Y )
Menurut Kasmir (2010:72)
mengemukakan bahwa : “Kredit
berasal dari kata credere yang
artinya adalah kepercayaan,
maksudnya adalah apabila
seseorang memperoleh kredit
maka berarti mereka memperoleh
kepercayaan kepada seseorang
bahwa uang yang dipinjamkan
pasti kembali”.
Non Performing Loan (NPL)
merupakan rasio yang
dipergunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam meng-
cover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur
(Darmawan, 2004).
Personality
Party
Perpose
Prospect
Payment
Profitability
Protection
Kurang lancar
Dalam Perhatian khusus
Diragukan
O
R
D
I
N
A
L
R
A
S
I
O
7.3 Jenis dan Sumber Data
Guna mendukung penulisan, maka jenis data yang digunakan sebagai berikut :
1. Data Kuantitatif
Data yang dapat dihitung atau data berupa angka-angka, dalam hal ini data yang
merupakan laporan keuanagan Bank Jabar Banten cabang Soreang
2. Data Kualitatif
Data yang bersifat kualitatif, atau non angka antara lain, perkembangan
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan aktivitas perusahaan
Sedangkan sumber data dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Data Primer
Jenis data yang digunakan dari kegiatan-kegiatan penelitian lapangan yang
dilakukan melalui obervasi langsung di Bank bjb Cabang Soreang dan sebagai
hasil wawancara langsung pada perusahaan dan pihak-pihak lainnya yang
mengetahui tentang informasi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Jenis data ini diperoleh dari penelitian kepustakaan sebagai hasil membaca
referensi hasil-hasil penelitian sebelumnya, serta dokumen-dokumen perusahaan
yang relevan dengan masalah yang dikaji dalam kegiatan penelitian ini.
7.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah melalui:
1. Kuesioner, merupakan pengajuan pertanyaan dalam hal ini yang berhubungan
dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang
mempunyai makna dalam menguji hipotesis.
2. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan Tanya Jawab dengan
pihak – pikah yang dianggap memiliki informasi yang diperlukan. Dalam
penellitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak yang dapat membantu
dalam kegiatan pengumpulan data
3. Dokumentasi
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan
objek yang diteliti
7.5 Teknik Penarikan Sampel
Penelitian dilakukan pada Bank Jabar Banten Bandung sehingga yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah pegawai dari bank bjb Bandung, dimana populasinya
adalah sebesar 30 sampel. Menurut Arikunto dalam Ating Somantri (2005:69) bahwa :
“Subjek yang kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua.”Oleh karena itu, penarikan
sampel dilakukan secara sensus, yaitu seluruh populasi penelitian dijadikan sampel.
7.6 Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk dapat menentukan bahwa suatu data terjamin dan dapat dipercaya, maka
diperlukan pengujian terhadap kuesioner agar didapat data yang valid dan reliabel.
7.6.1 Pengujian Validitas
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. (Mudrajad Kuncoro, 2003:151). Untuk
mengetahui valid atau tidaknya dari item kuesioner digunakan metode koefisien korelasi
Product Moment Pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh
masing-masing responden (Y) dengan masing-masing item (X) dengan rumus (Sugiyono,
2004:275) berikut :
r=n∑ XY−∑ X∑ Y
√{n∑ X 2−(∑ X ) ¿ 2 } {n∑Y 2−(∑ Y )2 }n = Jumlah sampel
Y = Jumlah skor dari masing-masing responden.
X = Skor per item pertanyaan
Kemudian dibandingkan, jika hasil uji validitas koesioner X dan Y menunjukkan semua item
memiliki r-hitung lebih besar dari r-tabel (kritis) antara 0,30-0,40 (Sugiyono, 2003:114) maka
dinyatakan valid.
7.6.2 Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu
skor (skala pengukuran), (Mudrajad Kuncoro, 2003:154). Teknik perhitungan reliabilitas atas
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan persamaan Spearman
Brown dengan teknik Split Half Method (Sugiono, 2003:278). Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Item variabel dibagi menjadi dua, kolom 1 kolom pertanyaan ganjil, kolom 2 kolom
pertanyaan genap.
2. Tiap-tiap kolom dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi 2 kolom, total kolom ganjil
dan total kolom genap.
3. Korelasikan skor total kolom 1 dan skor total kolom 2, dengan rumus (Sugiyono,
2004:275) berikut :
r=n∑ XY−∑ X∑ Y
√{n∑ X 2−(∑ X ) ¿ 2 } {n∑Y 2−(∑ Y )2 }n = Jumlah sampel
Y = Jumlah skor pertanyaan genap..
X = Jumlah skor pertanyaan ganjil.
Kemudian hasil uji reliabilitas yang menunjukkan semua variabel X dan Y memiliki r-hitung
lebih besar dari r-tabel (kritis) antara 0,30-0,40 (Sugiyono, 2003:114) maka kuesioner yang
disusun untuk variabel-variabel tersebut reliabel.
7.7 Rancangan Analisis Data
Analisis data dari hasil penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Untuk variabel Analisis Kredit (variabel X) dengan pemberian nilai terhadap kuesioner
yang disebarkan kepada responden dengan memberikan bobot skala Likert. Pada
penelitian ini penulis menggunakan skala likert yang berurutan pada setiap variabel yang
berbeda dengan skala sebagai berikut :
1 = Tidak baik
2 = Kurang baik
3 = Cukup baik
4 = Baik
5 = Sangat baik
Data ini berskala ordinal, selanjutnya pemberian nilai atas jawaban pertanyaan setiap
variabel penelitian.
2. Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua yaitu perkembangan Nol Performing
Loan menggunakan rumus perkembangan sebagai berikut :
Y=Y n−Y n−1
Y n−1
x 100%
Dimana :
Y n = Merupakan jumlah tahun n
Y n−1 = Merupakan jumlah n-1
Selanjutnya langkah-langkah untuk menjawab identifikasi masalah yang telah
ditetapkan adalah :
1. Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama yaitu pelaksanaan Analisis Kredit
( X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7) penulis menggunakan analisis deskriptif dengan menentukan
kategori interval terhadap hasil tabulasi kuesioner.
a. Untuk seluruh pertanyaan :
{( Skor Tertinggi ) x (∑ Pertanyaan ) x (∑ n)}−{ (Skor Terendah ) x (∑ Pertanyaan ) x (∑ n )}∑ Kriteria
(5x 29 x30 )−(1 x 29 x 30 )5
=696
b. Untuk setiap pertanyaan :
(5x 1x 30 )− (1 x1 x30 )5
=24
Interpretasi hasil perhitungan kategori menjadi sebagai berikut :
a. Untuk seluruh pertanyaan :
870 - 1566 = Tidak baik
1567 - 2263 = Kurang baik
2264 - 2960 = Cukup baik
2961 - 3657 = Baik
3658 - 4354 = Sangat baik
b. Untuk setiap pertanyaan :
30 - 54 = Tidak baik
55 - 109 = Kurang baik
110 - 164 = Cukup baik
165 - 219 = Baik
220 - 274 = Sangat baik
2. Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua yaitu NPL, penulis menggunakan
analisis perkembangan dengan rumus menurut Sugiyono (2004:189) sebagai berikut :
Perkembangan Y =(Y n )−(Y n−1 )
Y n−1
x 100%
Kemudian rumus di atas penulis terjemahkan ke dalam variabel sebagai berikut :
( Hasil Perkembangan Tahun Ke_n )− ( Hasil Perkembangan Tahun Ke_n−1)Hasil Perkembangan Tahun Ke_n−1
X 100%
3. Untuk menjawab identifikasi masalah yang ketiga, pengaruh Analisis kredit terhadap
NPL, penulis menggunakan analisis varian (anova). Namun sebelumnya, karena data
pada penelitian ini berskala ordinal sedangkan analisis varian (anova) sekurang-
kurangnya berskala interval, sehingga perlu merubah skala ordinal menjadi interval
dengan menggunakan Succesive Interval Method dengan rumus sebagai berikut :
Scale Value= (Density At Lower Limit )−( Density At Upper Limit )( Area Below Upper Limit )−( Area Below Under LImit )
VIII. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten Bandung . Adapun waktu penelitian ini
berlangsung selama 3 bulan yang telah dimulai dari sejak Novenber 2013 dan berakhir bulan
Januari 2013 Adapun rencana penelitian sebagai berikut :
No Keterangan
Jadwal Kegiatan
Nov-13 Des-13 Jan-14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
2 Penyusunan UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengelolaan data
5 Penulisan Skripsi
6 Sidang Skripsi