pengaruh aromaterapi terhadap tingkat … filearomaterapi mawar yang dikenal sebagai agen anti...
TRANSCRIPT
PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN
PADA IBU PERSALINAN KALA I
DI KAMAR BERSALIN RSU KAB. TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH
RAHMA DWI SYUKRINI
1112104000019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengam ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2016
Rahma Dwi Syukrini
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala
I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang
xvii + 97 halaman + 13 tabel + 4 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Persalinan akan menyebabkan gangguan psikologi berupa kecemasan yang dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah yang membawa oksigen ke rahim dan janin
sehingga dapat terjadi hal-hal yang merugikan bagi ibu dan janin. Salah satu cara
untuk menurunkan kecemasan adalah melalui pemberian aromaterapi khususnya
aromaterapi mawar yang dikenal sebagai agen anti ansietas. Penelitian kuantitatif ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada
ibu persalinan kala I di kamar bersalin RSU Kab Tangerang. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan quasi experimental dengan non equivalent control group
design. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan 30
responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden
kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan adalah
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data hasil penelitian dianalisis dengan uji
statistik yaitu uji Wilcoxon, t-test, dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh inhalasi aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala I kelompok intervensi dengan nilai (p=0,000) <0,05. Terdapat
perbedaan rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok kontrol (p=0,005) <0,05.
Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan yang bermakna antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000) <0,05 dimana rata-rata skor kecemasan
kelompok intervensi lebih kecil daripada kelompok kontrol yang berarti kelompok
intervensi mengalami penurunan tingkat kecemasan yang lebih baik daripada
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
perawat yang berada di rumah sakit atau tempat bersalin lainnya untuk
mempromosikan manfaat aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala I.
Kata Kunci: persalinan kala I, kecemasan, aromaterapi mawar
Daftar Bacaan: 102 (2000-2015)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING SCIENCE
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2016
Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019
The Effect of Aromatherapy on Anxiety Level during Mother’s First Stage of
Labor at Delivery Room Rsu Kab. Tangerang
xvii + 97 pages + 13 tables + 4 charts + 7 attachments
ABSTRACT
A labor would cause a psychological disorder that is anxiety that can cause a
decreased blood flow which carries oxygen to the uterus and fetus as well as resulting
in things which were harmful for the mother and fetus. One of the method to reduce
anxiety was by giving aromatherapy especially rose oil aromatherapy which known
as anti-anxiety agent. This study aimed to determine the effect of aromatherapy on
anxiety level during mother’s first stage of labor at delivery room RSU Kab.
Tangerang. This quantitative study was conducted using quasi-experimental with
non-equivalent control group design. The sampling technique was using an accidental
sampling with 30 respondents and those were divided into 15 respondents of control
and intervention group. The instrument to asses anxiety level for this study was the
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Datas were analyzed by statistical tests
which are Wilcoxon test, t-test, and Mann Whitney. The results represented there was
significant effect of rose oil aromatherapy inhalation on anxiety level during first
stage of labor in intervention group with a value (p=0,000) <0,05. There were the
differences between the mean score of anxiety level in control group with a value
(p=0,005) <0,05. There were the differences from the mean score of anxiety level
significantly between the intervention group and the control group with a value
(p=0,000) <0,05 in which the average score of intervention group less than the
control group which mean the intervention group experienced the decreased of
anxiety level that was better than the control group. The result of this research was
expected to be a consideration for nurse who is in hospital or other labor places to
promote the advantage of rose oil aromatherapy on anxiety level during mother’s first
stage of labor.
Keywords: first stage of labor, anxiety, rose aromatherapy
References: 102 (2000-2015)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keparawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh
Rahma Dwi Syukrini
1112104000019
Pembimbing I Pembimbing II
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An
NIP. 19780409 201101 2 014
Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat
NIP. 19801119 201101 2 006
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Rahma Dwi Syukrini
1112104000019
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Penguji III Penguji IV
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An
NIP. 19780409 201101 2 014 Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat
NIP. 19801119 201101 2 006
Karyadi, SKp., MKep., PhD
NIP. 19710903 200501 1 007 Jamaludin, SKp., M.Kep
NIP. 19680522 200801 1 007
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An
NIP. 19780409 201101 2 014 Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat
NIP. 19801119 201101 2 006
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Disusun oleh :
Rahma Dwi Syukrini
1112104000019
Jakarta, Juni 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp., MSc
NIP. 19790210 200501 2 002
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes
NIP. 19650808 198803 1 002
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rahma Dwi Syukrini
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 6 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Mirah Raya No 113 Villa Mutiara Sawah Baru Ciputat
Tangerang Selatan Banten 15413
HP : 081311422148
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu
Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SD Negeri 04 Pagi Jakarta 2000 – 2006
2. SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2009
3. SMA Negeri 29 Jakarta 2009 – 2012
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – Sekarang
ORGANISASI
1. Sekretaris II OSIS SMA Negeri 29 Jakarta 2010 – 2011
2. Anggota Department Kastrat dan Infokom HMPSIK UIN 2014 – 2015
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Berkat kuasa
dan kehendak Allah SWT, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
penelitian: Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan
Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.
Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses pembuatan skripsi ini pun peneliti
memperoleh banyak hal terutama dalam menambah pengetahuan peneliti yang
berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril
maupun materil, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kuasa, dan kehendak-Nya sehingga
proposal skripsi ini dapat tersusun.
2. Kedua orang tua saya, RN Rosyafrianto dan Yendra Nofrata yang telah
memberi dukungan baik doa, psikis, maupun materil.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Bapak Dr. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Ibu Ernawati S.Kep., M.Kep, S.KMB selaku Wakil Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep., MSc sebagai dosen pembimbing 1 saya
yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan
kepada saya.
8. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat sebagai dosen pembimbing 1
menggantikan Ibu Eni yang telah memberikan waktu untuk memberi
bimbingan dan masukan kepada saya.
9. Ibu Kustati Budi Lestari, M.Kep,Sp.Kep.An sebagai dosen pembimbing 2
saya yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan
kepada saya serta menjadi pembimbing terbaik saya yang memudahkan saya
dalam segala hal tentang penulisan skripsi ini.
10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan.
11. Segenap staf dan karyawan fakultas dan jurusan yang banyak membantu.
12. Seluruh teman-teman PSIK 2012 yang berjuang bersama dalam suka maupun
duka serta memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu-satu karena semua teman di PSIK 2012 ini
semuanya merupakan teman-teman terbaik yang saya miliki.
13. Seluruh kakak-kakak dan adik-adik PSIK yang memberikan dukungan selama
proses penulisan skripsi ini terutama adik dan kakak pohon saya yang telah
memberikan banyak dukungan.
14. Teman-teman semasa SD, SMP, dan SMA, dan teman-teman lainnya yang tak
lupa memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini. Terutama
sahabat SMP dan SMA yang seperti keluarga saya sendiri.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ...................................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN/GAMBAR ......................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
1. Tujuan Umum ............................................................................. 10
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 10
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
1. Bagi Institusi Pendidikan .................................................................. 11
2. Bagi Pelayanan Kesehatan ................................................................ 11
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................. 11
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 13
A. Konsep Kecemasan ................................................................................. 13
1. Definisi Kecemasan .................................................................... 13
2. Faktor Predisposisi ...................................................................... 14
3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas .................. 18
4. Tingkat Kecemasan ..................................................................... 19
xii
5. Terapi Kecemasan ....................................................................... 21
B. Konsep Persalinan ................................................................................... 24
1. Definisi Persalinan ...................................................................... 24
2. Tahapan Persalinan ..................................................................... 24
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ........................... 27
4. Faktor-Faktor Penyebab Dimulainya Persalinan ........................ 29
5. Kecemasan pada Persalinan Kala I ............................................. 30
6. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan ................ 32
C. Konsep Aromaterapi ............................................................................... 34
1. Definisi Aromaterapi ................................................................... 34
2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia ............................................... 35
3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia ........................ 36
4. Bahan-Bahan Pendukung Aromaterapi ....................................... 38
5. Bentuk-Bentuk Aromaterapi ....................................................... 39
6. Cara Penggunaan Aromaterapi ................................................... 41
7. Aromaterapi Mawar .................................................................... 43
D. Penelitian Terkait .................................................................................... 46
E. Kerangka Teori........................................................................................ 49
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 51
A. Kerangka Konsep .................................................................................... 51
B. Hipotesis .................................................................................................. 52
C. Definisi Operasional................................................................................ 53
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 55
A. Desain Penelitian ..................................................................................... 55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 56
1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 56
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 56
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 57
1. Populasi ....................................................................................... 57
2. Besar Sampel ............................................................................... 58
3. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 59
D. Instrumen Penelitian................................................................................ 59
E. Alur Penelitian ........................................................................................ 64
F. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 65
1. Prosedur Administratif ................................................................ 65
2. Prosedur Teknis ........................................................................... 65
G. Prosedur Pengolahan Data ...................................................................... 69
H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 71
I. Etika Penelitian ....................................................................................... 72
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 74
xiii
A. Analisis Univariat.................................................................................... 74
1. Karakteristik Responden ............................................................. 74
2. Tingkat Kecemasan Responden .................................................. 77
B. Analisis Bivariat ...................................................................................... 78
1. Uji Normalitas ............................................................................. 79
2. Transformasi Data Pretest Kelompok Kontrol ........................... 79
3. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada
Pretest dan Posttest ..................................................................... 80
4. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada
Pretest dan Posttest ..................................................................... 81
5. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol ...................................................................... 82
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 83
A. Pembahasan Hasil ................................................................................... 83
1. Tingkat Kecemasan Responden .................................................. 83
2. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan pada responden
kelompok kontrol ........................................................................ 87
3. Pengaruh Aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada responden
kelompok intervensi .................................................................... 90
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 94
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 94
A. Kesimpulan ............................................................................................. 95
B. Saran ........................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
AKB = Angka Kematian Bayi
AKI = Angka Kematian Ibu
MDG = Millenium Development Golds
ACTH = Adreno Corticotriphic Hormone
CAM = Complementary Alternative Medicine
RSU = Rumah Sakit Umum
HRS-A = Hamilton Rating Scale for Anxiety
VASA = Visual Analogous Scale Anxiety
PKI = Persalinan Kala I
HARS = Hamilton Anxiety Rating Scale
UIN = Universitas Islam Negeri
ASI = Air Susu Ibu
SPSS = Statistical Product and Service Solution
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menengah Atas
PT = Perguruan Tinggi
IRT = Ibu Rumah Tangga
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Tanaman Esensial .......................................................................... 36
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................. 53
Tabel 5.1 Usia ........................................................................................................... 74
Tabel 5.2 Pendidikan ................................................................................................. 75
Tabel 5.3 Pekerjaan ................................................................................................... 76
Tabel 5.4 Riwayat Pemeriksaan Kehamilan ............................................................. 76
Tabel 5.5 Riwayat Persalinan .................................................................................... 77
Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan Responden Kelompok (Pretest) ............................... 77
Tabel 5.7 Uji Normalitas Responden Kelompok Kontrol ......................................... 79
Tabel 5.8 Transformasi Data ..................................................................................... 80
Tabel 5.9 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada Pretest
dan Posttest ............................................................................................................... 80
Tabel 5.10 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada
Pretest dan Posttest ................................................................................................... 81
Tabel 5.11 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol .................................................................................................... 82
xvi
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Cemas .......................................................................... 49
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 51
Gambar 4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 55
Gambar 4.2 Alur Penelitian....................................................................................... 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan
2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
3. Lampiran 3 Izin Penelitian
4. Lampiran 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian
5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
6. Lampiran 6 Hasil Penelitian
7. Lampiran 7 Izin Pemakaian Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa persalinan merupakan salah satu tahapan yang mendebarkan
bagi setiap wanita (Kasdu, 2005). Bagi beberapa wanita yang akan
menghadapi persalinan, cerita tentang persalinan dan kelahiran ataupun
menghadiri kelahiran menggambarkan proses yang dapat menyebabkan rasa
sakit yang tak tertahankan dan perasaan takut kehilangan kendali. Akibat dari
ketakutan akan rasa sakit tersebut mengakibatkan mereka kehilangan
pandangan bahwa persalinan merupakan suatu hal yang normal dan alami
(Chopra, 2006).
Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran
keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan adanya
pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya frekuensi, durasi,
dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus (Rohani, 2011). Hasil Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 didapatkan bahwa proporsi kelahiran
berdasarkan metode persalinan normal di Indonesia sebanyak 89,2%
sedangkan di Provinsi Banten sebanyak 87,4% dan tercatat 21,4% persalinan
tersebut terjadi di Rumah Sakit Provinsi Banten.
Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I (pembukaan);
kala II (pengeluaran janin); kala III (pengeluaran plasenta); dan kala IV
(observasi) (Sulisetyawati dan Nugraheny, 2010). Pada persalinan kala I
2
terjadi perubahan psikologis pada seorang ibu yaitu adanya perasaan khawatir,
cemas, sedangkan pada persalinan kala II seorang ibu sudah dapat mengontrol
dirinya kembali, lelah, gelisah, pada kala III nyeri pada ibu mulai berkurang
dan adanya perasaan gelisah, lelah yang berlanjut, dan pada kala IV seorang
ibu akan melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, serta
mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya (Cunnigham, 2005).
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, seorang wanita akan
mengalami gangguan psikologi yaitu kecemasan. Kecemasan merupakan
reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang
(Yosep, 2007). Berdasarkan penelitian Simamora di Medan dari beberapa
rumah bersalin tahun 2008, lebih dari 50% ibu dalam masa persalinan
mengalami gangguan kecemasan dengan hasil penelitian yaitu pada ibu
primigravida mengalami kecemasan sedang sebesar 65,6% dan pada ibu
multigravida dengan kecemasan ringan 81,3%.
Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu terjadinya
kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
dukungan dari lingkungan sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu
yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang
berhubungan dengan gangguan kecemasan pada kala I adalah pengetahuan.
3
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan salah
satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu mengalami
kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan tentang persalinan dan
bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan
kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan melahirkan.
Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk
tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu
takut akan melukai bayinya. Faktor psikis dalam persalinan merupakan faktor
yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran
(Simpkin, 2005). Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan
yaitu terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, gastrointestinal,
saluran perkemihan dan kulit.
Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua
persalinan baik pada persalinan primigravida maupun multigravida. Dalam
sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu yang pernah melahirkan
mengatakan bahwa mereka mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
dalam hidupnya yaitu cemas pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon
adrenalin akibat stress yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit
mereka dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi
aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan
kontraksi rahim yang akan memperpanjang waktu persalinan. Hal ini
4
merupakan suatu kerugian bagi seorang ibu maupun janin yang berada dalam
rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Gangguan kecemasan memiliki beberapa efek dalam persalinan yaitu,
kadar katekolamin yang berlebihan pada kala I juga menyebabkan turunnya
kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang
tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya persalinan kala I
(Simpkin, 2005). Kecemasan merupakan salah satu penyebab terjadinya
partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan sumbangsih 5 %
terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKB) adalah 32/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup sedangkan target Millenium
Development Golds (MDG‟s) pada tahun 2015 untuk AKB adalah 23/1000
kelahiran hidup dan untuk AKI 102/100.000 kelahiran hidup (Kemkes RI,
2013). Sedangkan AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di kawasan
ASEAN (SDKI, 2012).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Kab
Tangerang pada tanggal 23-30 Desember 2015 dengan 11 responden
didapatkan ibu persalinan primigravida sebanyak 7 responden dan sebanyak 3
ibu mengalami kecemasan ringan, 3 ibu mengalami kecemasan sedang, dan 1
ibu mengalami kecemasan berat sedangkan pada ibu persalinan multigravida
sebanyak 4 responden didapatkan ibu yang mengalami kecemasan ringan 2
ibu, kecemasan sedang 1 ibu, dan kecemasan berat 1 ibu. Dilihat dari hasil
5
studi pendahuluan tersebut kedua ibu primi maupun multi dapat mengalami
kecemasan yang berat dikarenakan berbagai faktor penyebab kecemasan pada
ibu persalinan kala I.
Kecemasan dapat dikurangi dengan beberapa terapi penurun
kecemasan yaitu terapi farmakologi dan non-farmakologi. Benzodiazepine,
buspirone, dan antidepresan dapat menjadi terapi farmakologi untuk
menurunkan gangguan kecemasan yang biasanya kronik sedangkan terapi
non-farmakologi untuk menurunkan kecemasan yaitu terapi psikologis,
psikoterapi, kognitif-perilaku dan berorientasi insight yang meliputi relaksasi,
latihan pernapasan dan distraksi (Husny, 2009; Asmadi, 2008; Tomb et all,
2003).
Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan adalah dengan
pemberian aromaterapi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
melakukan inhalasi pada aromaterapi mampu menurunkan tingkat kecemasan
seseorang (Davis, 2005; Indrati, 2009). Aromaterapi merupakan tindakan
terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat
meningkatkan keadaan fisik dan psikologi seseorang agar menjadi lebih baik.
Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti
antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang
adrenal (Runiari, 2010; Ana, 2010).
Butje & Shattel (2008) juga menyebutkan bahwa inhalasi terhadap
minyak essensial dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan.
Efek positif pada sistem saraf pusat diberikan oleh molekul-molekul bau yang
6
terkandung dalam minyak essensial, efek positif tersebut menghambat
pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH) dimana hormon ini
adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada individu.
Aromaterapi terkenal dengan penggunaannnya dalam mengatasi stres (Varney
& Buckle, 2013), dan secara jelas, persalinan merupakan pengalaman stres
untuk hampir semua ibu. Oleh karenanya hal ini tidak mengejutkan jika
beberapa laporan saat ini menyarankan aromaterapi untuk menurunkan stres
pada kehamilan (Conrad, 2010; Tilllet & Ames, 2010).
Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah
mawar. Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dari
aromaterapi mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada mawar dikenal
sebagai agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kecemasan
sebesar 71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang
membutuhkan pembiusan lokal (Kheirkhah dkk, 2014).
Walaupun teknik pengobatan alternatif sudah diterima, tenaga
kesehatan jarang menggunakan CAM dikarenakan kurangnya penyelidikan
yang memadai (Liu, 2010). Merupakan hal yang penting untuk melakukan
penelitian klinis lebih lanjut mengenai pendekatan psikoterapeutik yang aman
dan efektif untuk mengurangi kecemasan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kala I, seorang
ibu dapat mengalami gangguan kecemasan dibandingkan kala II dimana
seorang ibu dapat mengontrol dirinya kembali, pada kala III seorang ibu juga
merasakan penurunan rasa nyeri dan perasaan lelah dibandingkan perasaan
7
cemas, selanjutnya kala IV seorang ibu akan berfokus pada tanggung jawab
barunya untuk mengasuh dan merawat bayi.
Gangguan kecemasan pada kala I dikarenakan beberapa faktor
penyebab yaitu rasa takut akan melahirkan, takut akan peningkatan nyeri,
takut akan kerusakan dan kelainan bentuk tubuh, takut akan melukai bayinya,
serta riwayat pemeriksaan kehamilan yang kurang memuaskan, kurangnya
pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan sosial serta
latar belakang psikososial seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Pada saat ibu
persalinan kala I mengalami gangguan kecemasan, tubuh akan memproduksi
hormon adrenalin yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
sehingga aliran darah ke rahim menurun dan hal ini dapat menurunkan
kontraksi, selain itu aliran darah yang menurun akan mempengaruhi suplai
oksigen ke janin.
Pendekatan penurunan kecemasan dengan aromaterapi mawar
dilakukan sedini mungkin karena jika tidak ditangani akan berakibat pada
perpanjangan waktu persalinan sehingga memperlambat kelancaran persalinan
ibu menuju kala II dan seterusnya. Hal ini merupakan alasan mengapa peneliti
memilih kecemasan pada ibu persalinan kala I daripada kala lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil area penelitian di RSU Kab.
Tangerang di Kota Tangerang karena berdasarkan data jumlah persalinan
spontan di RSU Kab. Tangerang didapatkan bahwa pada tahun 2014 jumlah
8
persalinan spontan di RSU Kab. Tangerang sebanyak 3381 ibu dengan rata-
rata jumlah persalinan spontan 282 ibu setiap bulannya.
Berdasarkan latar belakang di atas dan belum ditemukannya penelitian
yang berkaitan, maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian
mengenai pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala I di kamar bersalin dengan mengangkat judul “Pengaruh
Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di
Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.”
B. Perumusan Masalah
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami
gangguan psikologi yaitu kecemasan. Gangguan kecemasan pada ibu dalam
masa persalinan terjadi lebih dari 50% (Simpkin, 2005). Gangguan kecemasan
yang terjadi pada ibu persalinan dapat menyebabkan penurunan aliran darah
ke rahim, penurunan kontraksi rahim, penurunan aliran darah ke plasenta,
penurunan oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan
lamanya persalinan kala I. Hal tersebut diakibatkan oleh rasa cemas yang
mereka alami dapat meningkatkan pengeluaran hormon adrenalin yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengurangi aliran
darah yang membawa oksigen. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi ibu
maupun janin yang berada dalam rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Inhalasi pada aromaterapi merupakan salah satu cara untuk
menurunkan tingkat kecemasan seseorang. Molekul-molekul bau yang
9
terkandung dalam minyak essensial memberikan efek positif pada sistem saraf
pusat. Efek positif tersebut menghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic
Hormone (ACTH) dimana hormon ini adalah hormon yang mengakibatkan
terjadinya kecemasan pada individu (Davis, 2005; Indrati, 2009; Butje &
Shattel, 2008).
Aromaterapi mawar merupakan salah satu aromaterapi yang efektif
pada sistem saraf pusat dikarenakan bahan-bahan pada mawar oil yang
mengandung agen anti ansietas (Kheirkhah dkk, 2014). Penelitian mengenai
pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan
kala I belum ada padahal aromaterapi mawar merupakan aromaterapi yang
digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. Aromaterapi mawar juga
merupakan aromaterapi yang dianjurkan pada ibu persalinan. Dengan
demikian, masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari aromaterapi
terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di RSU Kab.
Tangerang.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat pendidikan,
riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan) ibu persalinan
kala I di RSU Kab. Tangerang.
2. Bagaimana tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di Kamar
Bersalin RSU Kab. Tangerang.
10
3. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pengamatan pada ibu persalinan kala I kelompok kontrol.
4. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah melakukan
inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I kelompok
intervensi.
5. Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU Kab.
Tangerang.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada
ibu persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat
pendidikan, riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan)
ibu persalinan kala I di RSU Kab. Tangerang.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di Kamar
Bersalin RSU Kab. Tangerang.
c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pengamatan pada ibu persalinan kala I kelompok kontrol.
11
d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
melakukan inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I
kelompok intervensi.
e. Mengetahui perbedaan skor tingkat kecemasan antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU
Kab. Tangerang.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan terkait penurunan tingkat kecemasan
khususnya terapi non-farmakologi pada ibu persalinan kala I dengan
aromaterapi mawar.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan membuat
intervensi keperawatan dalam upaya penurunan tingkat kecemasan yang
terdapat pada ibu persalinan kala I.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dasar bagi
pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh
aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I.
12
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan jiwa dan keperawatan
maternitas, khususnya untuk melihat variabel aromaterapi mawar terhadap
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain
penelitian quasi experimental dengan non equivalent control group design
yang tujuannya untuk melihat pengaruh aromaterapi mawar terhadap
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Sampel penelitian ini adalah
ibu persalinan kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang. Penelitian
dilakukan di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang pada bulan Maret
sampai April 2016.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak
menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif, rasa tidak
nyaman pada tubuh, dan gejala fisik (Katona, 2012). Menurut Juall
(2009) kecemasan merupakan perasaan yang ditimbulkan oleh
ancaman nonspesifik terhadap konsep diri seseorang yang menyangkut
kesehatan, aset, nilai, lingkungan, peran fungsi, pemenuhan
kebutuhan, pencapaian tujuan, hubungan personal, serta perasaan
aman.
Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan
tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat,
lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang, hingga banyak mereka yang melarikan
diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Said Az-
zahroni, 2005).
Pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan
14
menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering
kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan
menurut Stuart dan Sinden mengartikan kecemasan adalah suatu
perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak
memiliki subjek yang spesifik (Ni Komang, 2012).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2006) penyebab kecemasan dapat dipahami
melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud Freud
mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego
dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
kecemasan yang berat (Stuart, 2006).
Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu
15
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain
menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil
dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan
kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang
kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang
berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara
konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan
kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart, 2006).
Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart,
2006).
Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi
respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu:
a. Respon fisiologi
Gejala somatik/fisik (otot), meliputi: sakit dan nyeri otot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala
sensorik meliputi: tinnitus (telinga berdengung), penglihatan
kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-
16
tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),
meliputi: takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,
detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala pernafasan:
rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas
pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala
gastrointestinal meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat
badan. Gejala urogenital, meliputi: sering buang air kecil, tidak
dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa
haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi
dingin (frigid), ejakulasi dini.
Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang
mengalami kecemasan adalah (1) ketegangan motorik / alat gerak
seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,
gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget (2).
Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis)
seperti keringat berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin
ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering
buang air kecil, diare, muka merah / pucat, denyut nadi dan nafas
cepat (3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal –hal yang
17
akan datang seperti : cemas, takut, khawatir, membayangkan akan
datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan
berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi,
sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari, 2004).
b. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,
ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.
c. Respon kognitif
Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,
konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun,
kreatifitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan
kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas
balik, mimpi buruk.
d. Respon afektif
Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
Menurut Suliswati (2005) respons afektif klien akan
18
mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam
pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-tanda
vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan
tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang
menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi
pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil
membuat kontriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari
sistem gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan
glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot,
dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf
parasimpatik membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke
kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan
kembali respon simpatis.
Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan
fisiologis yang tidak nyaman. Untuk mengurangi perasaan tidak
nyaman ini, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan
tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau
mekanisme pertahanan. Perilaku adaptis dapat menjadi hal yang
19
positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar (Videbeck,
2008).
4. Tingkat Kecemasan
Menurut Dalami (2009) kecemasan dibagi menjadi empat
berdasarkan tingkatan atau rentang responnya, yaitu ansietas ringan
yang memiliki ciri-ciri lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada, ansietas sedang dengan ciri-ciri tingkat
lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun yang mengakibatkan
individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan
mengenyampingkan hal lain, sedangkan pada ansietas berat individu
akan mengalami lapangan persepsi yang sangat sempit sehingga
mengakibatkan individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja
dan mengabaikan hal lain, individu tidak mampu lagi berpikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain, dan tingkat ansietas terakhir yaitu panik, pada tingkatan
ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi walaupun telah diberikan
pengarahan.
Peplau dalam Ni Komang (2012) mengidentifikasi 4 tingkatan
kecemasan yaitu:
20
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,
waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu
mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,
hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: sering
nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah,
konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi
menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,
individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan
gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang,
berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas,
21
tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak
dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami
sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi,
hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.
Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh
perhatian terfokus pada dirinya.
4) Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari
tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian
5. Terapi Kecemasan
1. Terapi farmakologi
Obat masih menjadi pilihan utama terapi, tetapi gangguan itu
sendiri biasanya kronik, sehingga potensi terjadinya toleransi,
22
ketergantungan dan kekambuhan membatasi nilai obat ansiolitik
menjadi jangka pendek.
Benzodiazepine merupakan obat dengan mula kerja yang cepat,
tetapi toleransi dapat terjadi pada penggunaan kronik,
sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada reaksi putus
obat akut ketika obat dihentikan pada 30% kasus serta pada
10% penghentian kronik. Efek sampingnya meliputi sedasi dan
amnesia dan kemungkinan juga ansietas dan depresi: terdapat
potensi yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan
alkohol.
Buspirone – Walaupun ketergantungan belum pernah terjadi
pada pemakaian buspiron, banyak pasien meragukan
efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat. Untuk
ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat. Percobaan
terapi hingga delapan minggu dengan setidaknya 30 mg
buspiron setiap harinya, setelah peningkatan dosis secara
bertahap selama dua minggu pertama, sering menunjukan hasil
yang baik.
Antidepresan – Pasien yang sebelumnya mengonsumsi
benzodiazepine dapat tidak merasakan efek sedatif dan efek
ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, pada kasus
tersebut percobaan terapi dengan antidepresan selama enam
23
hingga delapan minggu dapat bermanfaat. Antidepresan
menimbulkan eksaserbasi-awal ansietas, yang dapat dicegah
dengan pemberian benzodiazepine selama tujuh hingga 10 hari
pertama dengan risiko ketergantungan yang lebih kecil.
Durasi yang diperlukan untuk terapi obat tidak pasti, dan
biasanya digunakan durasi yang sama dengan pengobatan depresi –
enam hingga sembilan bulan pada tahap awal.
2. Terapi Non-Farmakologi
a. Terapi Psikologis
Terapi-terapi ini dirancang untuk melatih keterampilan
dalam mengelola komponen kognitif dan somatik ansietas dan
sama efektifnya dengan terapi obat tetapi dengan efek samping
yang lebih sedikit. Terapi psikologis spesialistik mungkin tidak
praktis bagi beberapa pasien di layanan lini pertama, tetapi
konseling singkat dan teknik penyelesaian masalah secara
terstruktur efektif dan dapat dilakukan di praktek umum.
b. Psikoterapi
c. Terapi kognitif-perilaku
d. Terapi berorientasi insight
Manajemen ansietas (relaksasi, latihan pernapasan, distraksi)
(Husny, 2009; Asmadi, 2008; Tomb et all, 2003).
24
B. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran
keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan
adanya pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus.
Kekuatan kontraksi uterus yang muncul diawali dengan kekuatan yang
kecil, dan terus meningkat mencapai puncaknya yaitu pembukaan
serviks yang sudah lengkap. Pembukaan serviks yang lengkap
merupakan pembukaan yang siap untuk rahim ibu mengeluarkan janin
(Rohani dkk, 2011).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditanndai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2004).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
2. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I
(pembukaan); kala II (pengeluaran janin); kala III (pengeluaran
25
plasenta); dan kala IV (observasi) (Sulisetyawati dan Nugraheny,
2010).
Menurut Dipta (2010) tahapan persalinan meliputi 4 fase/kala:
i. Kala I: Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks
membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses
membukanya serviks dibagi atas 2 fase:
a) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm
b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam
waktu 2 jam, pembukaan 3cm tadi menjadi 4cm dan fase
dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap 10cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1cm
tiap jam dan multigravida 2cm tiap jam. Menurut Rohani dkk
(2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah
berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan
membuka.
26
ii. Kala II: Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala
ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
Menurut Wiknjosastro (2008) gejala dan tanda kala II
persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya
c) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
d) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
iii. Kala III: Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut:
a) Uterus mulai membentuk bundar
b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
iv. Kala IV: Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1
jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
27
perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya perdarahan.
Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV
mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering
terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Rohani dkk (2011) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan yaitu:
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diagfragma, aksi dari ligament.
28
Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah his,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Menurut Sulistyawati dan Nugraheni (2010) tanda-tanda
masuk dalam persalinan adalah terjadinya his karakter persalinan
dari his persalinan yaitu:
1) Pengeluaran cairan
2) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
3) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan
makin besar
4) Terjadi perubahan pada serviks
5) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan, maka kekurangannya
6) Pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan
pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
29
pembukaan yang menyebabkan selaput lendir yang terdapat
pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
4. Faktor-faktor Penyebab Dimulainya Persalinan
1. Faktor hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormon esterogen dan progesteron. Dimana progesteron bekerja
sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan
hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin
merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang
kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan
menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi.
2. Faktor syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka
akan menekan dan menggesek ganglion sevikalis yang akan
merangsang timbulnya kontraksi uterus.
3. Faktor kekuatan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan
penurunan produk hormone progesterone dan estrogen.
30
4. Faktor nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
5. Faktor partus
Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria (Prawirohardjo, 2007).
5. Kecemasan pada Persalinan Kala I
Pada persalinan kala I terjadi pembukaan serviks sampai
pembukaan lengkap 10cm sehingga terjadi perubahan psikologis pada
seorang ibu sewaktu fase laten, seorang ibu dalam persalinan kala I
akan merasa khawatir, cemas, tetapi masih dapat berkomunikasi dan
diberikan arahan sebelum persalinan berlangsung. Sedangkan pada
persalinan kala II, seorang ibu sudah dapat mengontrol dirinya
kembali, merasakan nyeri selama kontraksi, merasa lelah dan gelisah.
Pada persalinan kala III, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan
plasenta seorang ibu akan merasa gelisah dan lelah. Selanjutnya pada
persalinan kala IV dengan segera seorang ibu akan melepaskan
tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dan mendapat tanggung
jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya (Cunnigham, 2005).
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami
gangguan psikologi yaitu kecemasan. Kecemasan merupakan reaksi
31
fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang (Yosep, 2007). Gangguan kecemasan memiliki beberapa
efek dalam persalinan yaitu, kadar katekolamin yang berlebihan pada
kala I menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya
kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen
yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya
persalinan kala I (Simpkin, 2005).
Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada
semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun
multigravida. Dalam sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu
yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidupnya yaitu cemas
pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon adrenalin akibat stress
yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit mereka dapat
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran
darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan
kontraksi rahim yang akan memperpanjang waktu persalinan. Hal ini
merupakan suatu kerugian bagi ibu maupun janin yang berada dalam
rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung ibu hamil, tentu
dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu hamil sering
mengalami kecemasan dan stres, maka detak jantung akan semakin
32
meningkat. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi
gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di
dalam rahim (Novitasari, 2013). Menurut Kemenkes RI (2013)
kecemasan pada persalinan kala I merupakan salah satu penyebab
terjadinya partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan
sumbangsih 5 % terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia.
6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan
Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu
terjadinya kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan,
keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, kurangnya
pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan
sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu yang bersangkutan,
seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang berhubungan
dengan gangguan kecemasan pada kala I adalah pengetahuan.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan
salah satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu
mengalami kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan
tentang persalinan dan bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan
kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan
melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau
33
kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun
seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya. Faktor psikis
dalam persalinan merupakan faktor yang sangat penting
mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran (Simpkin, 2005).
Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan yaitu
terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular,
gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit.
Dalam penelitian Novitasari (2013) menyatakan terdapat faktor
yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu pengalaman negatif masa
lalu. Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada
masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa
mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian
yang sama dan juga tidak menyenangkan, hal tersebut merupakan
pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan.
Pada ibu yang pernah mengalami kehamilan sebelumnya
(multigravida), mungkin mengalami kecemasan disebabkan oleh
pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya pada
proses persalinan pertama, misal: kesakitan, komplikasi, pendarahan,
atau proses persalinan yang tidak lancar. Sedangkan yang terjadi pada
primigravida, kecemasan terjadi karena kehamilan yang dialaminya
merupakan pengalaman yang pertama kali dan ketidaktauan menjadi
faktor penunjang terjadinya kecemasan. Selain itu informasi negatif
34
tentang persalinan seperti televisi maupun film yang sering
menampilkan adegan melahirkan yang begitu menegangkan dan
menakutkan, bahkan saat bertanya dengan orang tua-kerabat dan
teman tentang seputar pengalaman melahirkan yang tidak
menyenangkan (Novitasari, 2013).
C. Konsep Aromaterapi
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi seseorang agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial
memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,
diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal. (Runiari,
2010; Ana, 2010)
Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini, perhatian
yang diberikan kepada penggunaan Complementary and Alternative
Medicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan mengalami
peningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM yang
banyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapan
minyak ke dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangi
gejala fisik dan emosional (Price, 2007).
35
2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia
Pengobatan tradisional di Indonesia kebanyakan mendapat
pengaruh dari Ayuverdic dan pengobatan China. Pengobatan tersebut
bisa berpengaruh dan berkembang di Indonesia dikarenakan pengaruh
agama Hindu yang tiba di Indonesia pada sekitar abad 400 SM.
Pemimpin agama Hindu yang memperkenalkan pengobatan
Ayuverdic, dimana pengobatan yang dilakukan menggunakan minyak
yang berasal dari tanaman. Agama Budha juga memberikan pengaruh
terhadap masuknya aromaterapi di Indonesia, ketika ada biksu Budha
yang mengajarkan pengobatan tradisional China. Kemudian, pada
masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit di Jawa Tengah, salah satu
Raja, ada yang mempersunting wanita cantik yang merupakan
keturunan bangsa China. Dari situlah, seni penyembuhan akupuntur
dan refleksiologi diperkenalkan.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1450 SM, akibat
kedatangan umat Muslim, membuat penduduk Hindu berpindah ke
dataran Bali, dengan membawa pengetahuan pengobatan yang dimiliki
selama di Jawa Tengah. Sejarah tersebutlah yang menyebabkan
pengobatan dan refleksiologi yang terdapat di Jawa Tengah dan Bali
menjadi hampir serupa dan historikal itu pula yang menyebabkan
banyaknya produk aromaterapi yang berasal dari Bali dan Jawa
Tengah – Jogjakarta (Rafika, 2013).
36
3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia
Minyak esensial adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman
dan merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifatnya
minyak esensial adalah mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, kayu kulit,
rimpang, bahkan seluruh bagian tanaman.
Tanaman yang menghasilkan minyak esensial berjumlah 150-
200 spesies tanaman, yang termasuk tanaman family Pinaceae,
Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbeliferaceae.Khusus di Indonesia, dikenal sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak esensial, namun baru sebagian dari tanaman tersebut
yang digunakan sebagai sumber minyak esensial secara komersil
berikut merupakan daftar tanaman esensial penghasil minyak yang
berkembang di Indonesia (Rafika, 2013):
Tabel 2.1
Daftar Tanaman Esensial
No Tanaman Nama Lain Sumber Minyak
1. Adas Foenicullum vulqare Buah dan biji
2. Akar wangi Vetiveria Zizanoides Akar
3. Anis Clausena anisata Buah dan biji
4. Bangle Zinqiber purpureum Roxb. Akar
5. Cempaka Michelia champaca Cempaka
6. Cendana Santalum album Kayu teras
7. Cengkeh Syzyqium aromaticum Bunga
8. Eucalyptus Eucalyptus sp. Daun
9. Gaharu Aquilaria sp. Kayu
37
T
a
b
e
l
2
.
10. Gandapura Gaultheria sp. Daun dan ganggang
11. Jahe Zinqiber officinale Akar
12. Jaringau Acarus calamus
13. Jeruk purut Citrus hystrix Buah
14. Kapulaga Amomum cardamomum Buah dan biji
15. Kayu manis Cinnamomum cassia Batang
16. Kayu putih Melaleuca leucadendron LI Daun
17. Kemangi Basil oil Daun
18. Kemukus Piper cubeba L Buah
19. Kenangan Canagium odoratum Bunga
20. Kencur Caempreria galangal Akar
21. Ketumbar Coriandrum sativum Buah dan biji
22. Klausena Clausena anisata Biji
23. Kunyit Curcuma domestica Akar
24. Lada Piper niqrum L Buah dan biji
25. Lawang
26. Lengkuas hutan Alpina malacensis oil Akar
27. Manis Cinnamomum Daun
28. Massoi Criptocaria massoia Batang
29. Mawar Rosa sp. Bunga
30. Melati Jasminum sambac Bunga
31. Mentha Mentha arvensis Daun
32. Nilam Pogostemon cablin Daun
33. Pala Myristica fragrans Houtt Biji dan Fuli
34. Palmarosa Cymbopogon martini Daun
35. Pinus Pinus merkusii Getah
36. Rosemari Rosmarinus officinale Bunga
37. Sedap malam Polianthes tuberose Bunga
38. Selasih mekah Ocimum gratissimum Bunga
39. Seledri Avium graveolens L Daun dan batang
40. Sereh dapur Andropogon citrates Daun
41. Sereh wangi Cymbopogon citrates Daun
42. Sirih Piper bitle Daun dan batang
43. Sarawung pohon Backhousia citriodora Daun
44. Temulawak Curcuma xanthorizza Akar
45. Ylang-ylang Canangium odoratum Bunga
38
4. Bahan – Bahan Pendukung Aromaterapi
Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan Aromaterapi:
- Minyak Atsiri
Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi uap atau
ekspresi (minyak jeruk). Namun istilah ini juga kadang digunakan
untuk menggambarkan minyak wangi yang diekstrak dari tanaman
yang menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu minyak atsiri juga
dikenal dengan istilah essential oil.
- Absolutes
Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halus
melalui fluida superkritis pelarut atau naik mutlak. Digunakan
juga untuk menggambarkan minyak yang diekstrak dari mentega
harum, beton, dan pomades enfleurage menggunakan etanol.
- Pembawa Minyak
Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair dan
biasanya minyak ini dapat digunakan pada kulit (Almond manis).
- Distilat Herbal atau Hydrosols
Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air mawar).
Banyak aromaterapi yang menggunakan sulingan herbal dan
biasanya mereka dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat dan
juga sebagai perawatan kulit. Sulingan herbal biasanya berupa
chamomile, mawar dan lemon balm.
39
- Infus
Ekstrak air dengan berbagai tanaman (misalnya infuse chamomile).
- Phytocendes
Merupakan berbagai senyawa organik yang mudah menguap dari
tanaman yang membunuh mikroba.
- Penguap (Voltiazed) Herbal Baku
Biasanya memiliki kandungan senyawa yang lebih tinggi dari
senyawa tanaman dengan konten berbasis kering, hancur dan
dipanaskan untuk mengekstrak dan menghirup uap minyak
aromatik dalam modalitas penghirupan langsung (Rafika, 2013).
5. Bentuk-Bentuk Aromaterapi
- Minyak Essensial Aromaterapi
Berbentuk cairan atau minyak. Penggunaanya bermacam – macam,
pada umumnya digunakan dengan cara dipanaskan pada tungku.
Namun bisa juga jika dioleskan pada kain atau pada saluran udara.
- Dupa Aromaterapi
Awalnya hanya digunakan untuk acara keagamaan tertentu, namun
seiring dengan perkembangan jaman, dupa pun kini sudah menjadi
bagian dari salah satu bentuk aromaterapi. Bentuknya padat dan
berasap jika dibakar, biasanya digunakan untuk ruangan
berkukuran besar atau pada ruangan terbuka. Jenis dupa
aromaterapi ini, terdiri dari tiga jenis, yaitu dupa aroma terapi
40
panjang, dupa aromaterapi pendek dan dupa aromaterapi berbentuk
kerucut.
- Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin yang digunakan
untuk pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan
untuk memanaskan tungku aromaterapi tindak memiliki wangi
aroma, karena hanya berfungsi untuk memanaskan tungku yang
berisi essential oil. Sedangkan lilin aromaterapi akan
mengeluarkan wangi aromaterapi jika dibakar.
- Minyak Pijat Aromaterapi
Bentuk ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk aromaterapi
yang lain, hanya saja cara penggunaannya yang berbeda, karena ini
digunakan untuk minyak pijat .
- Garam Aromaterapi
Fungsi dari garam aromaterapi dipercaya dapat mengeluarkan
toksin atau racun yang ada dalam tubuh. Biasanya digunakan
dengan cara merendam bagian tubuh tertentu seperti kaki, untuk
mengurangi rasa lelah.
- Sabun Aromaterapi
Bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangi
aromaterapi, namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi juga
memiliki berbagai kandungan atau ekstrak dari tumbuh –
tumbuhan yang dibenamkan dalam sabun ini, sehingga sabun ini
41
juga baik untuk kesehatan tubuh, seperti menghaluskan kulit dan
menjauhkan dari serangga (Rafika, 2013).
6. Cara Penggunaan Aromaterapi
- Inhalasi
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan
metode aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga
merupakan metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar
tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewat
paru – paru di alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi
sama dengan metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah
merangsang olfactory pada setiap kali bernafas dan tidak akan
mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang
berbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang tercium
akan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis konsumen.
Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan inhalasi
tidak langsung. Inhalasi langsung diperlakukan secara invidual,
sedangkan inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama –
sama dalam satu ruangan. Menurt Walls (2009) aromaterapi
inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai,
atau lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang
sedikit pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna untuk
minyak esensial relaksasi dan penenang.
42
- Pijat
Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan,
daya penyembuhan yang terkandung dalam minyak essensial bisa
menembus melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, kemudian
akan mempengaruhi jaringan internal dan organ – organ tubuh.
Minyak essesnsial berbahaya jika dipergunakan langsung ke kulit,
maka dalam penggunaanya harus dilarutkan dulu dengan minyak
dasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu
lainnya. Minyak lavender, ialah salah satu minyak yang terkenal
sebagai minyak pijat yang dapat memberikan relaksasi. Terapi
aroma yang digunakan dengan cara pijat ini merupakan cara yang
sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh,
memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dalam
penggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial yang
ditambahkan dengan 1 ml minyak pijat.
- Kompress
Penggunaan melalui proses kompress membutuhkan sedikit
minyak aromaterapi. Kompress hangat dengan minyak aromaterapi
dapat digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri
perut. Kompress dingin yang mengandung minyak lavender
digunakan pada bagian perineum saat persalinan.
43
- Berendam
Cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara menambahkan
tetesan minyak essensial ke dalam air hangat yang digunakan
untuk berendam. Dengan cara ini efek minyak essensial akan
membuat perasaan (secara psikologis dan fisik) menjadi
lebihrileks, serta dapat menghilangkan nyeri dan pegal,
memberikan efek kesehatan (Rafika, 2013).
7. Aromaterapi Mawar
Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi
adalah mawar. Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua
bahan dari aromaterapi mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol,
pada mawar dikenal sebagai agen anti ansietas. Menggunakan mawar
oil mengurangi kecemasan sebesar 71% dalam persalinan dan hanya
14% dari mereka yang membutuhkan pembiusan lokal (Kheirkhah
dkk, 2014)
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri
bunga mawar diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,
eugenol, feniletil, alhohol, farnesol, nonil, dan aldehida (Rubkahwati,
Purnobasuki, Isnaeni, dan Utami, 2013). Pada saat aroma terapi
minyak esensial bunga mawar dihirup, molekul yang mudah menguap
akan membawa unsur aromatic yang terkandung didalamnya seperti
geraniol dan linalol kepuncak hidung dimana silia-silia muncul dari
44
sel-sel reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada rambut-
rambut tersebut, suatu pesan elektro kimia akan ditranmisikan melalui
saluran olfaktori ke dalam system limbik. Hal ini akan merangsang
memori dan respon emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai
regulator memunculkan pesan yang harus disampaikan ke otak. Pesan
yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa
elektrokimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rilek serta dapat
memperlancar aliraan darah (Koensomardiyah, 2009).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan
inhalasi pada aromaterapi mampu menurunkan tingkat kecemasan
seseorang (Davis, 2005; Indrati, 2009). Butje & Shattel (2008) juga
menyebutkan bahwa inhalasi terhadap minyak essensial dapat
meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan. Efek positif
pada sistem saraf pusat diberikan oleh molekul-molekul bau yang
terkandung dalam minyak essensial, efek positif tersebut menghambat
pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH) dimana hormon
ini adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada
individu.
Dampak positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat
kecemasan disebabkan karena aromaterapi diberikan secara langsung
(inhalasi). Mekanisme melalui penciuman jauh lebih cepat dibanding
rute yang lain dalam penanggulangan problem emosional seperti stress
dan kecemasan, termasuk sakit kepala, karena hidung/penciuman
45
mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas
merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh aromaterapi.
Hidung sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya
memodifikasi suhu dan kelembaban udara yang masuk. Saraf otak
(cranial) pertama betanggung jawab terhadap indera pembau dan
menyampaikan pada sel-sel reseptor. Ketika aromaterapi dihirup,
molekul yang mudah menguap dari minyak tersebut dibawa oleh udara
ke “atap” hidung dimana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel
reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-rambut
tersebut, suatu pesan elektro kimia akan ditransmisikan melalui bola
dan olfactory ke dalam sistem limbic. Hal ini akan merangsang
memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay
dan regulator, memunculkan pesan-pesan ke bagian otak serta bagian
tubuh yang lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi
tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang
menyebabkan euporia, relaks atau sedative. Sistem limbik ini terutama
digunakan untuk sistem ekspresi emosi (Koensoemardiyah, 2009).
Aromaterapi terkenal dengan penggunaannnya dalam
mengatasi stress (Varney & Buckle, 2013), dan secara jelas, persalinan
merupakan pengalaman stress untuk hampir semua ibu. Oleh
karenanya hal ini tidak mengejutkan jika beberapa laporan saat ini
menyarankan aromaterapi untuk menurunkan stress pada kehamilan
(Conrad, 2010; Tilllet & Ames, 2010).
46
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arwani, Iis Sriningsih, dan Rodhi Hartono
(2013) dengan judul pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat
kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu
Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimental semua denga rancangan penelitian yang peneliti gunakan
adalah pretest-posttest without control group design. Pada penelitian ini
besar sampel seluruhnya adalah 40 orang. Pengambilan data awal tingkat
kecemasan dilakukan 2 jam sebelum operasi. Kemudian responden
diberikan aromaterapi dengan cara meneteskan 5 tetes aromaterapi
(lavender oil) pada masker untuk dipakaikan selama 15 menit. Peneliti
kemudian melakukan pengukuran kedua (post test) tingkat kecemasan
yakni 1 jam sebelum operasi untuk dilakukan pengolahan dan analisis
data. Dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi terhadap
tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS
Tugu Semarang (p<0.05)
2. Penelitian yang dilakukan oleh Masoomeh Kheirkhah, Nassimeh Setayesh
Vali Pour, Leila Nisani, dan Hamid Haghani (2014) dengan judul
membandingkan efek aromaterapi dengan mawar oils dan warm foot bath
pada kecemasan persalinan kala I wanita primigravida. Penelitian uji
klinis ini dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis pada 120 ibu
primigravida yang secara acak dijadikan 3 kelompok. Kelompok pertama
47
yang diberikan intervensi menerima 10 menit inhalasi dan warm foot bath
dengan minyak mawar. Kelompok intervensi kedua menerima 10 menit
warm water footbath. Kedua intervensi diberikan pada kedua fase aktif
dan transisi. Kelompok kontrol, menerima perawatan rutin dalam
persalinan. Kecemasan dikaji dengan Visual Analogue Scale (VASA)
pada fase aktif dan transisi sebelum dan setelah intervensi. Skor
kecemasan kelompok intervensi pada fase aktif setelah intervensi secara
signifikan lebih rendah dari kelompok kontrol (P<0.001). Skor kecemasan
sebelum dan setelah kelompok intervensi pada fase transisi secara
signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol (P<0.001).
Kesimpulan. Menggunakan aromaterapi dan footbath menurunkan
kecemasan pada fase aktif wanita primigravida.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Shingo Ueki, Kazuteru Niinomi, Yuko
Takashima, Ryoko Kimura, Kazuyo Komai, Kiyotaka Murakami, dan
Chieko Fujiwara (2014) dengan judul keefektifan aromaterapi dalam
menurunkan kecemasan ibu dengan anak yang sedang terpasang infus di
klinik pediatric. Penelitian ini menggunakan disain uji klinis yang
terkontrol. Terdapat 60 sampel dalam kelompok aromaterapi dan 61 dalam
kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan karakteristik demografi
yang cukup seimbang. Menggunakan analisa variasi, peneliti
mendemostrasikan perbedaan yang signifikan dalam 2 faktor interaksi
diantara kelompok kontrol dan aromaterapi. Hasil dari penelitian ini yaitu
48
tingkat kecemasan ibu dalam kelompok aromaterapi secara signifikan
lebih rendah daripada kelompok kontrol.
49
E. Kerangka Teori
Faktor pesipitasi:
- Sifat: persalinan yang
mengakibatkan perubahan
bentuk tubuh
- Asal: pengalaman masa lalu
- Waktu dan jumlah: tidak dapat
diprediksi
(Stuart, 2007)
Faktor predisposisi
- Biologis: nyeri persalinan,
riwayat komplikasi
- Psikologis: takut akan
kelainan bentuk tubuh, takut
melukai bayi, pengalaman
masa lalu
- Sosiokultura: pengetahuan,
dukungan, sosial ekonomi
(Aryasatiani, 2005; Simpkin,
2005; Novitasari, 2013)
Penilaian terhadap kecemasan:
- Kognitif
- Afektif
- Fisiologi
- Perilaku
- Sosial
(Stuart dan Laraia, 2005)
Sumber Koping
- Kemampuan
- Teknik pertahanan
- Dukungan sosial
- Dukungan spiritual
- Kesehatan fisik
(Stuart dan Laraia, 2005;
Stuart, 2006)
Rentang respon
kecemasan:
- tidak ada
kecemasan
- kecemasan ringan
- kecemasan sedang
- kecemasan berat
- kecemasan panik
(Ni Komang, 2012)
Persalinan
kala I
Terapi
Aromaterapi Relaksasi
Kognitif-
perilaku
Non Farmakologis Farmakologis
Berorient
asi
insight
Psikoterapi Psikologis
Gambar 2.1
Kerangka Teori Cemas modifikasi dari teori Stuart (2007), Stuart dan Laraia (2005),
Stuart (2006), Ni Komang (2012), Husny (2009), Asmadi (2008), dan Tomb et all
(2003).
51
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable, yaitu:
1. Variabel utama adalah aromaterapi
2. Variabel tergantung adalah kecemasan pada ibu persalinan kala I yang
diukur dengan kuesioner tingkat kecemasan dalam menghadapi
persalinan
3. Variabel yang hanya berhubungan dengan variabel tingkat kecemasan
yaitu keadaan fisik ibu, tingkat pendidikan, riwayat persalinan, riwayat
komplikasi pada pemeriksaan kehamilan dan sosial ekonomi.
Keterangan :
Variabel utama
Variabel tergantung
Variabel berpotensi perancu yang dikontrol
Aromaterapi Kecemasan pada ibu
persalinan Kala I
- Keadaan fisik ibu (usia)
- Tingkat pendidikan
- Riwayat persalinan
- Riwayat komplikasi pada
pemeriksaan kehamilan
- Sosial ekonomi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
52
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi
apakah aromaterapi berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala I. Variabel-variabel yang hanya berhubungan dengan variabel
kecemasan pada ibu persalinan kala I akan dilakukan proses kontrol dengan
tujuan untuk meminimalisir pengaruh variabel tersebut terhadap hasil
pengukuran tingkat kecemasan setelah dilakukan pemberian aromaterapi
selama penelitian berlangsung.
B. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan
duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012), maka hipotesis penelitian ini adalah:
Hipotesis negatif (H0): Tidak terdapat pengaruh aromaterapi terhadap tingkat
kecemasan pada ibu persalinan kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Hipotesis positif (Ha): Terdapat pengaruh aromaterapi terhadap tingkat
kecemasan pada ibu persalinan kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
53
C. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Umur Usia responden pada
ulang tahunnya yang
terakhir
Kuesioner
demografi
Kuesioner data
demografi
Usia:
- ≤20 tahun
- 21-35 tahun
- >35 tahun
Interval
Pendidikan Jenjang pendidikan
formal tertinggi yang
pernah diikuti oleh
responden
Kuesioner
demografi
Kuesioner data
demografi
Tingkat pendidikan:
SD, SMP, SMA, Perguruan
Tinggi
Ordinal
Riwayat
persalinan
Riwayat persalinan yang
pernah dijalani
responden
Kuesioner
demografi
Kuesioner data
demografi
Kehamilan:
- 1
- > 1
Nominal
Riwayat
komplikasi
pada
pemeriksaan
kehamilan
Hasil riwayat
komplikasi pada
pemeriksaan kehamilan
yang dimiliki responden
Kuesioner
demografi
Kuesioner data
demografi
Komplikasi pada
pemeriksaan kehamilan:
- Ya
- Tidak
Nominal
Pekerjaan Pekerjaan yang saat ini
dimiliki responden
Kuesioner
demografi
Kuesioner data
demografi
Pekerjaan:
- Ibu rumah tangga
- Pegawai swasta
- Pegawai negeri
- Wiraswasta
- Lainnya
Nominal
Tabel 3.1 Definisi Operasional
53
54
Dependen
Tingkat
kecemasan Keadaan emosi yang
tidak menyenangkan,
melibatkan rasa takut
yang subjektif, rasa
tidak nyaman pada
tubuh, dan gejala fisik
Menghitung
jumlah skor
dari hasil
kuesioner
Kuesioner HARS
1. Tidak ada kecemasan:
<14
2. Kecemasan ringan: 14-20
3. Kecemasan sedang: 21-27
4. Kecemasan berat: 28-41
5. Panik: 42-56
Interval
Independen
Aromaterapi Tindakan terapeutik
dengan menggunakan
minyak essensial yang
bermanfaat
meningkatkan keadaan
fisik dan psikologi
seseorang agar
menjadi lebih baik
Observasi Menggunakan
lembar observasi
berisi tata cara
penggunaan
aromaterapi
Diberikan aromaterapi
mawar sesuai dengan
petunjuk penggunaan
aromaterapi
-
Tabel 3.1 Definisi Operasional
54
55
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental, tujuan
penelitian ini untuk memperkirakan kondisi eksperimen murni dalam keadaan
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. Selain itu penelitian dengan quasi experimental design
bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi mengapa
suatu peristiwa terjadi atau keduanya (Wasis, 2008; Danim, 2003).
Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan Non Equivalent
Control Group yang menggunakan dua kelompok subjek penelitian, yaitu satu
kelompok diberi perlakuan dan satu kelompok yang tidak diberi perlakuan,
keduanya diberikan kuesioner sebanyak 2 kali. Kuesioner sebelum
eksperimen (O1 dan O3) disebut pretest dan kuesioner setelah eksperimen (O2
dan O4) disebut posttest. Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan
kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Gambar 4.1 Desain Penelitian
O1
O3 O4
O2 Pemberian aromaterapi mawar
Tanpa pemberian aromaterapi mawar
56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSU Kab. Tangerang. Pemilihan RSU
Kab. Tangerang sebagai lokasi penelitian adalah karena didapatkan
bahwa pada tahun 2014 jumlah persalinan spontan di RSU Kab.
Tangerang sebanyak 3381 ibu dengan rata-rata jumlah persalinan spontan
282 ibu setiap bulannya. Selain itu di RSU tersebut belum pernah
dilakukan penelitian mengenai pengaruh aromaterapi mawar terhadap
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I.
Ruangan yang digunakan adalah ruangan kamar bersalin lebih
spesifiknya ruangan PK1 karena pada ruangan ini terdapat ibu persalinan
kala I setiap harinya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016.
Kontrak waktu penelitian dengan Kepala Direktur RSU Kab. Tangerang
akan dilakukan pada awal bulan Maret 2016. Observasi tempat penelitian
telah dilakukan saat studi pendahuluan pada tanggal 23-30 Desember
2015. Skrining (data pretest), intervensi aromaterapi mawar, dan
pengukuran posttest subjek dilakukan pada minggu ke-4 bulan Maret 2016
sampai minggu ke-3 bulan April 2016 sampai jumlah subjek mencapai
besar sampel yang telah ditentukan.
57
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua ibu persalinan kala I.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua ibu persalinan
kala I di RSU Kab. Tangerang yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Ibu persalinan normal (spontan) kala I
b) Ibu bersedia menjadi responden
c) Ibu yang mengalami kecemasan
d) Ibu tidak sedang mengonsumsi obat cemas
e) Ibu yang tidak menderita keterbatasan fisik dan gangguan
pendengaran
Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Ibu yang sudah memasuki kala II selama penelitian
b) Ibu yang mengalami penyakit komplikasi pada persalinan kala I
c) Ibu persalinan vakum, forsep, dan Caesar
d) Ibu yang didampingi oleh suami/keluarga
58
2. Besar Sampel
Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji
hipotesis beda proporsi :
√ √
Keterangan :
: Standar normal deviasi untuk α (5% atau 0,05 dapat dilihat
dari tabel distribusi z)
: Standar normal deviasi untuk β (10% atau 0,01 dapat dilihat
dari tabel distribusi z)
P₁ : Proporsi yang digunakan peneliti adalah 80% = 0,8
P₂ : Proporsi yang digunakan peneliti adalah 20% = 0,2
P : Proporsi gabungan [ ½ (P₁+P₂) ]
P₁-P₂ : Perbedaan proporsi yang dianggap bermakna (effect size)
√ √
Maka besar sampel untuk penelitian 15 orang untuk kelompok kontrol
dan 15 orang untuk kelompok intervensi.
59
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik Non Random Sampling dengan Accidental Sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks
penelitian (termasuk menjadi kelompok intervensi dan/ kelompok kontrol)
(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini, 15 ibu pertama yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi akan dijadikan kelompok kontrol sedangkan
15 ibu selanjutnya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan
dijadikan kelompok intervensi.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah
kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan
mengacu pada kerang konsep yang telah dibuat. Instrumen penelitian terdiri
dari 2 bagian, yaitu:
1. Data personal responden
Nama, usia, pendidikan terakhir, riwayat pemeriksaan kehamilan, riwayat
persalinan dan pekerjaan
2. Kuesioner pengukur tingkat kecemasan/Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS)
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut Hamilton Anxiety Rating Scale
60
(HARS). Kuesioner HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya gejala pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut kuesioner HARS terdapat 14 gejala yang nampak
pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi
diberi tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe)
(Damarwati, 2012).
Kuesioner HARS telah banyak digunakan pada berbagai penelitian
terkait tingkat kecemasan; hubungan tingkat kecemasan pada pasien
multigravida dalam persalinan normal dengan lama persalinan di RSD dr.
Soebandi Kabupaten Jember (Moesthafa, 2014), pengaruh terapi warna
hijau terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III
(Murhayani, Jaji, dan Sijabat, 2014), dan hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara di ruang angsoka
III RSUP Sanglah Denpasar (Nurpeni, 2014).
Format asli dari kuesioner HARS dalam bahasa inggris, bentuk
terjemahan dalam Bahasa Indonesia diambil dari buku Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Karya Nursalam
(2008).
Menurut Videbeck (2008) skala HARS merupakan kusioner skala
kecemasan yang terdiri dari 14 pernyataan yaitu tentang suasana hati,
ketegangan, ketakutan, insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot, sensori
somatic, gejala kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala sistem
gastrointestinal, gejala sistem genitourinaria, gejala otonom dan perilaku.
61
Masing-masing gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4 yang
artinya:
Nilai 0 : tidak ada gejala yang muncul
Nilai 1 : gejala ringan (hanya 1 gejala yang muncul)
Nilai 2 : gejala sedang (sebagian gejala yang muncul)
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari sebagian gejala yang muncul)
Nilai 4 : gejala panik (seluruh gejala muncul)
Masing-masing nilai dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan
sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu:
1) Tidak ada kecemasan (<14)
2) Kecemasan ringan (14-20)
3) Kecemasan sedang (21-27)
4) Kecemasan berat (28-41)
5) Kecemasan berat sekali/panik (42-56) (Damarwati, 2012).
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
karena skala HARS sudah terstandar secara internasional (Norman, 2005).
Kuesioner HARS dikembangkan oleh Dr. M. Hamilton tahun 1959.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, para peneliti tidak
melakukan uji validitas dan reabilitas karena instrumen ini sudah baku
62
(Baladewa, 2010). Nursalam (2008) juga telah melakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner HARS. Hasil dari penelitiannya didapatkan korelasi
dengan HARS (rhitung = 0,57-0,84) dan (rtabel = 0,349). Hasil koefisien
reliabilitas dianggap reliabel jika r > 0,40. Hal ini menunjukkan bahwa
kuesioner HARS cukup valid dan reliabel.
Izin penggunaan resmi kuesioner ini peneliti peroleh dari Library of
Scales (Outcometracker.org).
3. Aromaterapi Mawar
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga mawar
diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil,
alkohol, farnesol, nonil, dan aldehida (Rubkahwati, Purnobasuki, Isnaeni,
dan Utami, 2013). Pada penelitian Ueki et all (2014) aromaterapi dapat
digunakan dengan cara penggunaan diffuser. Aromaterapi sebanyak 3
tetes dan dicampurkan dengan 40ml air dimasukkan ke dalam diffuser
yang akan dinyalakan selama kurang lebih 15 menit.
4. Diffuser
Instrument ini memproduksi 1.7 –MHz gelombang ultrasound ke udara
dengan minyak esensial. Diffuser dapat digunakan secara aman karena
prosedur tanpa pembakarannya dan bentuknya yang kecil (L 80 x P
159mm).
63
5. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat karakteristik responden yang
berisi kode responden, nama (inisial), usia, dan kesesuaian prosedur
penggunaan aromaterapi.
64
E. Alur Penelitian
Gambar 4.2
Alur Penelitian
Prosedur teknis
Reponden terpilih
(n=30)
Informed consent dan
etika penelitian
Ukur
kecemasan
(pretest)
Kelompok
intervensi (n=15)
Kelompok
kontrol (n=15)
Pemberian leaflet
tentang aromaterapi
terhadap kecemasan
Pemberian
aromaterapi
mawar
Ukur kecemasan
(posttest) Ukur kecemasan
(posttest)
Hasil Hasil Analisis
data
Prosedur Administratif
Informed consent dan
etika penelitian
Ukur
kecemasan
(pretest)
65
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Prosedur Administratif
a. Mendapatkan surat ijin penelitian dari Bidang Akademik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Komite Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
d. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Kepala Direktur RSU
Kab. Tangerang
2. Prosedur Teknis.
a. Kelompok Kontrol
1) Memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Caranya yaitu dengan menanyakan apakah ibu sedang
menghadapi persalinan kala I yaitu pembukaan 1-10cm. Kemudian
peneliti memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi dengan wawancara.
2) Membagi 15 responden pertama sebagai kelompok kontrol, dan 15
responden selanjutnya sebagai kelompok intervensi.
3) Menjelaskan kepada responden kelompok kontrol sesuai dengan
etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Peneliti
66
menjelaskan tujuan penelitian, alasan dipilihnya pasien persalinan
kala I, prosedur penelitian, manfaat, resiko potensial, kompensasi,
dan penjagaan rahasia. Kemudian peneliti meminta persetujuan
kepada pasien persalinan kala I untuk dilakukan pemilahan dan
jika bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar tanda
tangan pada kolom yang tersedia.
4) Mengukur kecemasan responden kelompok kontrol (pretest).
Pengukuran kecemasan sebelum diberikan reward dilakukan
dengan kuesioner HARS. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti
mendampingi setiap responden persalinan kala I satu per satu dan
menjelaskan setiap pertanyaan yang ada di kuesioner agar
memudahkan pasien dalam memahami dan menjawabnya. Jika
pada saat pengisian kuesioner responden mengalami nyeri, maka
pengisian kuesioner akan dilanjutkan pada saat responden merasa
lebih baik sehingga responden tidak akan merasa terbebani. Waktu
pengisian kuesioner kurang lebih selama 10 sampai 30 menit untuk
setiap responden. Hasil kegiatan ini dijadikan sebagai data pretest
dan untuk penilaian lebih lanjut pada responden kelompok kontrol.
5) Memberikan reward berupa leaflet yang berisi informasi tentang
“ASI Eksklusif” selama kurang lebih 15 menit hingga pengukuran
tingkat kecemasan selanjutnya (posttest).
6) Mengukur kecemasan responden kelompok kontrol (posttest).
Pengukuran kecemasan sesudah diberikan reward dilakukan
67
dengan kuesioner HARS. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti
mendampingi setiap responden persalinan kala I satu per satu dan
menjelaskan setiap pertanyaan yang ada di kuesioner agar
memudahkan pasien dalam memahami dan menjawabnya. Jika
pada saat pengisian kuesioner responden mengalami nyeri, maka
pengisian kuesioner akan dilanjutkan pada saat responden merasa
lebih baik sehingga responden tidak akan merasa terbebani. Waktu
pengisian kuesioner kurang lebih selama 10 sampai 30 menit untuk
setiap responden. Hasil kegiatan ini dijadikan sebagai data posttest
dan untuk penilaian lebih lanjut pada responden kelompok kontrol.
7) Mengumpulkan hasil data dan untuk selanjutnya diolah dan
dianalisa
b. Kelompok Intervensi
1) Menjelaskan kepada responden kelompok intervensi sesuai dengan
etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian, alasan dipilihnya pasien persalinan
kala I, prosedur penelitian, manfaat, resiko potensial, kompensasi,
dan penjagaan rahasia. Kemudian peneliti meminta persetujuan
kepada pasien persalinan kala I untuk dilakukan pemilahan dan
jika bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar tanda
tangan pada kolom yang tersedia.
2) Mengukur kecemasan responden kelompok intervensi (pretest).
Pengukuran kecemasan sebelum diberikan aromaterapi mawar
68
dilakukan dengan kuesioner HARS. Pada saat pengisian kuesioner,
peneliti mendampingi setiap responden persalinan kala I satu per
satu dan menjelaskan setiap pertanyaan yang ada di kuesioner agar
memudahkan pasien dalam memahami dan menjawabnya. Jika
pada saat pengisian kuesioner responden mengalami nyeri, maka
pengisian kuesioner akan dilanjutkan pada saat responden merasa
lebih baik sehingga responden tidak akan merasa terbebani. Waktu
pengisian kuesioner kurang lebih selama 10 sampai 30 menit untuk
setiap responden. Hasil kegiatan ini dijadikan sebagai data pretest
dan untuk penilaian lebih lanjut pada responden kelompok
intervensi.
3) Memberikan aromaterapi mawar kepada responden kelompok
intervensi dengan cara penggunaan diffuser. Aromaterapi sebanyak
3 tetes dan dicampurkan dengan 40ml air dimasukkan ke dalam
diffuser yang akan dinyalakan selama kurang lebih 15 menit. Bila
responden mengalami hal yang tidak diinginkan, maka pemberian
aromaterapi akan dihentikan saat itu juga, dan peneliti akan
melaporkan hal tersebut kepada tenaga medis bersangkutan
sehingga responden akan di tindak lanjuti.
4) Mengukur kecemasan responden kelompok intervensi (posttest).
Pengukuran kecemasan sesudah diberikan aromaterapi mawar
dilakukan dengan kuesioner HARS. Pada saat pengisian kuesioner,
peneliti mendampingi setiap responden persalinan kala I satu per
69
satu dan menjelaskan setiap pertanyaan yang ada di kuesioner agar
memudahkan pasien dalam memahami dan menjawabnya. Jika
pada saat pengisian kuesioner responden mengalami nyeri, maka
pengisian kuesioner akan dilanjutkan pada saat responden merasa
lebih baik sehingga responden tidak akan merasa terbebani. Waktu
pengisian kuesioner kurang lebih selama 10 sampai 30 menit untuk
setiap responden. Hasil kegiatan ini dijadikan sebagai data posttest
dan untuk penilaian lebih lanjut pada responden kelompok
intervensi.
5) Mengumpulkan hasil data dan untuk selanjutnya diolah dan
dianalisa.
G. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data
(Notoatmodjo, 2012):
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner tersebut.
70
2. Coding
Melakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau
pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
Pada lembar kuesioner, peneliti akan memberikan pengkodean sesuai
dengan urutan responden sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan data. Untuk kelompok kontrol diberi koding A, dan
kelompok intervensi diberi koding B. Untuk responden pertama diberi
koding 1, responden kedua diberi koding 2, dan seterusnya. Untuk
kuesioner pretest diberi koding a, dan kuesioner posttest diberi koding b.
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” computer berupa SPSS for Window. Dalam proses ini juga
dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila
tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data saja.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
71
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Teknik analisis statistik univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk dari
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Nilai mean atau rata-rata,
median dan standar deviasi digunakan untuk data numerik. Dalam analisis
univariat pada umumnya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Distribusi frekuensi responden berdasarkan: umur,
tingkat pendidikan, riwayat persalinan, riwayat pemeriksaan kehamilan,
pekerjaan, dan tingkat kecemasan tiap kelompok (Notoatmodjo, 2012).
2. Teknik analisis statistik bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis
bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini
akan menjelaskan perbedaan mean skor tingkat kecemasan sebelum
pemberian aromaterapi mawar dan sesudah pemberian aromaterapi mawar
pada ibu persalinan kala I di RSU Kab. Tangerang.
Penelitian ini disebut berpasangan jika kedua kelompok sampel
yang dibandingkan mempunyai subyek yang sama. Dengan kata lain
disebut dependen bila responden diukur dua kali/diteliti dua kali, atau
penelitian pre dan post. Analisis untuk komparatif numerik berpasangan 2
72
kelompok adalah uji t berpasangan bila sebaran data normal. Bila sebaran
data tidak normal, uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan,
2009).
I. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak
hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008):
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Peneliti menjelaskan kepada
responden sesuai dengan etika penelitian dan memberikan informed
consent. Peneliti meminta persetujuan kepada pasien persalinan kala I
untuk dilakukan pemilahan dan jika bersedia maka diminta untuk
menandatangani lembar tanda tangan pada kolom yang tersedia. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut
73
antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data
yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain.
2. Anomity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
74
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang pada tanggal 24
Maret sampai 21 April 2016. Jumlah responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
sebanyak 30 orang yang peneliti bagi menjadi kelompok A sebagai kelompok kontrol
dan kelompok B sebagai kelompok intervensi, dan masing-masing kelompok
berjumlah 15 orang. Kelompok A diteliti dari tanggal 24 Maret sampai 5 April 2016
sedangkan kelompok B diteliti dari tanggal 11 sampai 21 April 2016.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Pertanyaan pertama pada penelitian ini adalah bagaimana karakteristik
responden (usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat pemeriksaan kehamilan
dan riwayat persalinan), berikut hasil penelitian untuk karakteristik
responden:
a. Usia
Pada penelitian ini menggunakan semua usia responden.
Berikut ini adalah frekuensi berdasarkan usia responden:
Tabel 5.1
Usia
Usia Jumlah Persentase
<20 Tahun
20 – 35 Tahun
>35 Tahun
Total
1
25
4
30
3.3
83.3
13.3
100.0
75
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia
20-35 tahun dengan jumlah 25 orang (83,3%) sedangkan <20 tahun
hanya 1 orang (3,3%) dan >35 tahun hanya 4 orang (13,3%).
b. Pendidikan
Pada penelitian ini menggunakan semua jenjang pendidikan
responden. Berikut ini adalah frekuensi berdasarkan pendidikan
responden:
Tabel 5.2
Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
SD
SMP
SMA
PT
Total
12
5
11
2
30
40.0
16.7
36.7
6.7
100.0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jenjang pendidikan responden
terbanyak yaitu jenjang SD dengan jumlah 12 orang (40%), sedangkan
jenjang pendidikan tersedikit yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang
(6,7%).
c. Pekerjaan
Pada penelitian ini menggunakan semua karakteristik
pekerjaan responden. Berikut ini adalah frekuensi berdasarkan
pekerjaan responden:
76
Tabel 5.3
Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Pegawai Swasta
IRT
Total
6
24
30
20.0
80.0
100.0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pekerjaan terbanyak responden
adalah Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 24 orang (80%).
d. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Berikut ini adalah frekuensi berdasarkan riwayat pemeriksaan
kehamilan responden:
Tabel 5.4
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Riwayat Pemeriksaan
Kehamilan Jumlah Persentase
Ada Komplikasi
Tidak ada Komplikasi
Total
1
29
30
3.3
96.7
100.0
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan riwayat pemeriksaan kehamilan adalah responden
terbanyak merupakan responden tanpa komplikasi selama kehamilan
sebanyak 29 orang (96,7%).
e. Riwayat Persalinan
Pada penelitian ini menggunakan semua karakteristik riwayat
persalinan responden. Berikut ini adalah frekuensi berdasarkan
riwayat persalinan responden:
77
Tabel 5.5
Riwayat Persalinan
Persalinan Ke- Jumlah Persentase
1
>1
Total
14
16
30
46.7
53.3
100.0
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden terbanyak
merupakan responden dengan multigravida yaitu persalinan lebih dari
1 kali dengan jumlah 16 orang (53,3%), sedangkan responden dengan
primigravida yaitu persalinan pertama dengan jumlah 14 orang
(46,7%). Hal ini menunjukkan terdapat hasil yang hampir seimbang
antara responden persalinan pertama dengan responden persalinan
lebih dari 1.
2. Tingkat Kecemasan Responden
Pertanyaan kedua pada penelitian ini yaitu bagaimana gambaran
tingkat kecemasan pada responden. Pengukuran tingkat kecemasan ini
menggunakan kuesioner HARS, berikut ini hasilnya:
Tabel 5.6
Tingkat Kecemasan Responden Kelompok (pretest)
Kontrol Intervensi
Tingkat
Kecemasan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Ringan
Sedang
Berat
Total
7
4
4
15
46.7
26.7
26.7
100.0
4
7
4
15
26.7
46.7
26.7
100.0
78
Tabel 5.6 menunjukkan data dari gambaran tingkat kecemasan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tingkat kecemasan responden
kelompok kontrol pada pengukuran pretest yaitu responden yang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 7 orang (46,7%), kecemasan
sedang 4 orang (26,7%), dan kecemasan berat 4 orang (26,7%).
Sedangkan tingkat kecemasan responden kelompok intervensi pada
pengukuran pretest yaitu responden yang mengalami kecemasan ringan
sebanyak 4 orang (26,7%), kecemasan sedang 7 orang (46,7%), dan
kecemasan berat 4 orang (26,7).
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah
terdapat perbedaan skor tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan
pada responden kelompok kontrol, perbedaan skor tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah pengamatan pada responden kelompok intervensi, dan
perbedaan skor tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Analisis untuk komparatif numerik berpasangan 2 kelompok
adalah uji t berpasangan bila sebaran data normal. Bila sebaran data tidak
normal, uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2009).
79
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu terhadap data yang ada. Hasil uji normalitas yang didapatkan yaitu:
Tabel 5.7
Uji Normalitas Responden Kelompok Kontrol
Variabel N
Saphiro Wilk
Df Sig
Skorpre kontrol
Skorpre
intervensi
15
15
15
15
0,01
0,059
Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro-Wilk karena jumlah
responden ≤50 orang (Dahlan, 2012). Hasil uji normalitas diperoleh nilai
untuk kelompok kontrol sebelum diamati adalah 0,01 sedangkan kelompok
intervensi sebelum diberikan intervensi adalah 0,059. Hal ini menunjukkan
bahwa data pretest pada kelompok kontrol tidak berdistribusi normal
(p<0,05) sehingga dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Sedangkan
data pretest pada kelompok intervensi berdistribusi normal (p>0,05)
sehingga pengujian hipotesis dapat menggunakan uji t berpasangan (Paired
t-test).
2. Transformasi Data Pretest Kelompok Kontrol
Transformasi data dilakukan untuk menormalkan distribusi data yang
tidak normal. Berikut hasil transformasi data pada kelompok kontrol:
80
Tabel 5.8
Transformasi Data
Variabel N
Saphiro Wilk
Df Sig
Skorpre kontrol 15 15 0,008
Hasil transformasi data pretest pada kelompok kontrol adalah 0,008
menunjukkan bahwa hasil transformasi tidak berdistribusi normal,
sehingga pengujian hipotesis menggunakan uji alternatif dari uji t
berpasangan yaitu uji Wilcoxon (non parametrik).
3. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada
Pretest dan Posttest
Pertanyaan ketiga pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan
skor tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok
kontrol. Analisis yang digunakan adalah uji Wilcoxon.
Tabel 5.9
Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol
pada Pretest dan Posttest
N Median Minimum-
maksimum p
Pretest
Posttest
15
15
25
17
14-30
10-27
0,005
Tabel di atas menunjukkan rerata skor tingkat kecemasan kelompok
kontrol dengan analisis uji Wilcoxon yaitu didapatkan nilai significancy
81
0,005 (p<0,05) dengan demikian disimpulkan “terdapat perbedaan tingkat
kecemasan antara sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok
kontrol.”
4. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi
pada Pretest dan Posttest
Pertanyaan keempat pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan
skor tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi mawar
pada kelompok intervensi. Analisis yang digunakan adalah uji t
berpasangan.
Tabel 5.10
Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi
pada Pretest dan Posttest
N Mean
Standar
Deviasi Mean
Standar
Deviasi IK95%
p
Pretest
Postest
15
15
23,27
13,07
4,92
3,9
10,2 4,246 7,849-
12,551
0,000
Tabel di atas menunjukkan rerata skor tingkat kecemasan kelompok
intervensi dengan analisis uji t berpasangan yaitu didapatkan nilai
significancy 0,000 (p<0,05), dengan demikian disimpulkan “terdapat
perbedaan tingkat kecemasan bermakna antara sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi mawar pada kelompok intervensi.”
82
5. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Berikut ini adalah perbedaan rerata skor tingkat kecemasan kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol dan mengidentifikasi kemaknaan
perbedaannya. Analisis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney
sekaligus menjawab pertanyaan kelima.
Tabel 5.11
Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol
N Mean p
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
15
15
9
22
0,000
Tabel di atas menunjukkan rerata skor tingkat kecemasan kelompok
intervensi dan kelompok kontrol pada pengukuran selisih pretest dan
posttest dengan analisis uji Mann-Whitney yaitu didapatkan nilai
signifikansi 0,000 (p<0,05), dengan demikian disimpulkan “terdapat
perbedaan tingkat kecemasan bermakna antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol”. Pada nilai rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan
kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kontrol yang berarti
kelompok intervensi mengalami tingkat kecemasan yang lebih baik
daripada kelompok kontrol.
83
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh aromaterapi
terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di kamar bersalin RSU
Kab.Tangerang. Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang telah didapatkan akan
dibandingkan dengan teori atau hasil penelitian terkait. Keterbatasan penelitian akan
dibahas dengan membandingkan proses pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan
dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai.
A. Pembahasan Hasil
1. Tingkat Kecemasan Responden
Persalinan merupakan salah satu bagian dari daur kehidupan
seorang wanita yang harus dijalani. Hal tersebut merupakan stressor
bagi wanita akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya.
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap perubahan yang terjadi
dan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang tidak senang
atau tidak nyaman. Hal ini disebabkan oleh adanya dugaan terhadap
bahaya atau frustasi yang mengancam, membahayakan rasa aman,
keseimbangan atau kehidupan seorang individu atau kelompok
sosialnya. Sering kali kecemasan tersebut menyertai kehamilan dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan. Penyebabnya yaitu rasa
84
nyeri pada waktu persalinan yang menjadi pembahasan utama dalam
pembicaraan mengenai kehamilan dan persalinan (Detiana, 2010).
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa responden mengalami
berbagai tingkat kecemasan pada saat persalinan kala I, baik kelompok
kontrol maupun kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol
sebanyak 46,7% ibu mengalami kecemasan ringan, 26,7% mengalami
kecemasan sedang, dan 26,7% mengalami kecemasan berat,
sedangkan pada kelompok intervensi sebanyak 26,7% mengalami
kecemasan ringan, 46,7% mengalami kecemasan sedang dan 26,7%
mengalami kecemasan berat. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sembiring (2010) menunjukkan bahwa ibu persalinan kala I
mengalami kecemasan dengan berbagai tingkatan kecemasan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pada penelitian Sembiring (2010) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan pada ibu persalinan kala I didapatkan hasil
bahwa ibu persalinan kala I mengalami berbagai tingkatan kecemasan
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor nyeri, keadaan
fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan
lingkungan sosial, dan pendidikan, sedangkan beberapa variabel faktor
yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan adalah
keadaan fisik dan pendidikan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Nurkhairani (2010); Gultom (2014); A Gofur (2012); DID
85
Sulistyowati (2009); RD Sunarno (2013); P Prismania (2013); dan NA
Triwijaya (2014) yang menyatakan bahwa ibu mengalami kecemasan
saat menghadapi persalinan kala I dengan berbagai tingkat kecemasan.
Menurut Videbeck (2008) pada umumnya bila seseorang
mengalami kecemasan akan mengakibatkan berbagai perubahan, baik
fisik maupun psikis. Respon saraf utama terhadap rangsangan stress
yaitu aktifnya sistem saraf simpatis generalisata dan sekaligus
mengaktifkan pengeluaran hormon epinefrin dari medulla adrenal
yang lebih kuat. Epinefrin bersama norepinefrin dapat menyebabkan
dilatasi saluran pernafasan, meningkatkan denyut nadi, mengurangi
aktifitas pencernaan dan menghambat pengosongan kandung kemih
(Sherwood, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Rinawati (2009) menunjukkan
terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada
persalinan kala I yaitu nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan
kehamilan, pengetahuan, dan pendamping persalinan. Nyeri dapat
mengakibatkan ketegangan (stress) yang mengakibatkan pelepasan
katekolamin sehingga mengurangi aliran darah ke uterus sehingga
uterus akan kekurangan suplai oksigen. Uterus yang kekurangan
oksigen akan menurunkan kontraksi uterus tersebut, sehingga akan
memperlambat proses persalinan. Rohani, et all (2011) menyebutkan
bahwa perasaan kecemasan dan sikap seorang ibu dalam melahirkan
sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
86
perbedaan struktur sosial, budaya, agama, kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan, pengalaman masa lalu, pendampingan
keluarga, dan lingkungan.
Keadaan fisik ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
kecemasan pada persalinan kala I. Kehamilan yang terjadi pada usia
<20 tahun dan >35 tahun akan menimbulkan masalah (Anggarani,
2013). Dalam penelitian Rinawati (2009) juga disebutkan pengetahuan
yang rendah dapat mengakibatkan seseorang mudah mengalami
kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan
yang dapat menimbulkan kecemasan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya informasi yang diperoleh. Akibat yang dapat terjadi bila
ibu tidak dapat mengetahui proses persalinan kala I, ibu akan merasa
cemas dan gelisah. Bila ibu telah memiliki pengetahuan mengenai hal
tersebut, maka ibu akan lebih percaya diri menghadapi persalinan
(Hawari, 2006).
Persalinan pada ibu primipara akan mengalami proses lebih
lama daripada proses persalinan ibu multipara sehingga primipara
mengalami nyeri persalinan lebih lama pula. Hal tersebut dapat
menyebabkan primipara merasa lebih letih, persepsi nyeri meningkat
dan rasa takut lebih parah yang dapat meningkatkan intensitas nyeri
(Widyastuti, 2012). Ibu multipara juga mengalami kecemasan yang
diakibatkan oleh masalah pada kelahiran yang terjadi sebelumnya
seperti bila ibu mengalami masalah dalam mendapatkan keturunan
87
maka ibu akan menjadi sangat cemas tentang apakah ibu mampu
mempertahankan kehamilannya kali ini, ibu yang pernah mengalami
keguguran akan terus-menerus ketakutan sampai usia kehamilannya
melewati tanggal dimana mereka kehilangan bayi sebelumnya, serta
ibu yang pernah melahirkan seorang bayi yang kemudian meninggal
atau mengalami kelainan (Nolan, 2003).
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu persalinan
kala I mengalami tingkat kecemasan yang berbeda-beda yang
disebabkan oleh aktifnya sistem saraf simpatis generalisata dan
sekaligus mengaktifkan pengeluaran hormon adrenalin. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nyeri, keadaan fisik, riwayat
pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial,
dan pendidikan.
2. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan pada
responden kelompok kontrol
Hasil analisa uji statistik pada skor tingkat kecemasan sebelum
dan sesudah pengamatan pada responden kelompok kontrol
menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum
dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol dengan (nilai p
0,005) atau (p<0,05). Dalam proses pengamatan, responden diberikan
reward berupa leaflet yang berisi informasi tentang “ASI Eksklusif”
selama kurang lebih 15 menit. Selain itu, responden juga diberikan
88
sedikit penjelasan tentang leaflet yang diberikan sehingga responden
dapat mengerti dengan apa yang diberikan peneliti. Selama penjelasan
tersebut, responden beberapa kali menceritakan hal-hal terkait
persalinannya sehingga responden merasa terdampingi oleh peneliti.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menurunkan skor
tingkat kecemasan responden kelompok kontrol, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mukhoirotin (2011) mengenai
pengaruh pendampingan suami terhadap kecemasan ibu pada proses
persalinan kala I didapatkan hasil bahwa pendampingan suami sangat
dibutuhkan ibu pada proses persalinan kala I karena dengan
pendampingan suami yang maksimal dapat menurunkan kecemasan
dengan nilai (p=0,02). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh
AM Diponegoro (2012); dan P Prismania (2013) yang menyatakan
bahwa pendamping persalinan dapat menurunkan kecemasan saat
menghadapi persalinan kala I. Pada penelitian ini, responden
kelompok kontrol didampingi oleh peneliti selama proses penelitian.
Damayanti (2014) mengemukakan bahwa ibu pada masa
persalinan kala I fase laten pada umumnya ingin berbicara, perlu
ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak
mata. Sedangkan pada ibu pada masa persalinan kala I fase aktif
menjadi lebih serius dan ibu menginginkan seseorang untuk
89
mendampinginya karena rasa takut akan ketidakmampuannya
beradaptasi dengan kontraksi.
Menurut Musbikin (2007) pendamping persalinan merupakan
faktor pendukung dalam lancarnya persalinan dikarenakan efek
persepsi seorang ibu yang dapat berbeda dengan orang yang
mendukungnya. Dalam banyak penelitian, kehadiran suami dapat
memberi dukungan kepada istri dalam membantu proses persalinan
karena hal tersebut dapat membuat istri lebih tenang. Faktor psikis
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam lancar
tidaknya proses persalinan. Kehadiran suami atau keluarga dalam
kamar bersalin akan membawa ketentraman bagi ibu yang akan
melahirkan, suami juga dapat memainkan peranan aktif dalam
memberi dukungan fisik dan dorongan mental kepada istrinya
(Rohmah, 2010).
Hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa kelompok kontrol
mengalami penurunan tingkat kecemasan yang disebabkan oleh
berbagai faktor salah satunya pendamping persalinan. Pendamping
persalinan dalam penelitian ini yaitu peneliti yang selama proses
penelitian mendampingi ibu persalinan kala I yang memiliki keinginan
untuk berbicara, dan ditemani
90
3. Pengaruh Aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada
responden kelompok intervensi
Intervensi pada penelitian ini menggunakan aromaterapi
mawar yang diberikan kepada ibu persalinan kala I. Hasil analisa uji
statistik pada skor tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian
aromaterapi mawar pada responden kelompok intervensi menunjukkan
terdapat perbedaan tingkat kecemasan bermakna antara sebelum dan
sesudah diberikan aromaterapi mawar pada kelompok intervensi
dengan (nilai p 0,000) atau (p<0,05). Hal tersebut juga menunjukkan
terdapat hasil angka signifikansi lebih rendah pada hasil uji statistik
kelompok intervensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kheirkhah et al (2014) yang menyatakan pemberian aromaterapi
secara inhalasi khususnya mawar oils dapat menurunkan kecemasan
pada ibu persalinan kala I.
Penelitian yang dilakukan Kheirkhah et all (2013) membahas
efek dari aromaterapi dengan essential damask rose oil terhadap
kecemasan persalinan kala I fase aktif pada ibu primigravida.
Kecemasan dikasi dengan Visual Analogous Scale Anxiety (VASA)
pada fase aktif dan transisi sebelum dan setelah intervensi. Pada
kelompok intervensi menunjukkan penurunan tingkat kecemasan
daripada kelompok kontrol (p<0,001). Menurut penelitian Kheirkhah
dapat disimpulkan bahwa essential damask rose oil pada fase aktif ibu
persalinan kala I primigravida dapat menurunkan tingkat kecemasan.
91
Kheirkhah et all (2014) juga meneliti tentang pengaruh
aromaterapi mawar oils dan warm foot bath pada kecemasan
persalinan kala I. Kedua intervensi diberikan pada kedua fase aktif dan
transisi. Kecemasan dikaji dengan Visual Analogous Scale Anxiety
(VASA) pada fase aktif dan transisi sebelum dan setelah
intervensi.Skor kecemasan kelompok intervensi pada fase aktif setelah
intervensi secara signifikan lebih rendah dari kelompok kontrol
(P<0.001). Skor kecemasan sebelum dan setelah kelompok intervensi
pada fase transisi secara signifikan lebih rendah daripada kelompok
kontrol (P<0.001).
Cemas merupakan bagian dari respon emosional, dimana
cemas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Dimana ansietas dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Seorang
individu yang mengalami kecemasan secara langsung dapat
mengekspresikan kecemasannya melalui respon yang fisiologis
(Stuart, 2006), sedangkan menurut Nevid (2005) kecemasan
merupakan suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangasangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi.
92
Menurut Jaelani (2009) manfaat dari aromaterapi yaitu
menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada jasmani, pikiran dan
rohani, menciptakan suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari
perasaan cemas dan gelisah.Sedangkan menurut Hariana (2009)
mawar memiliki beberapa efek farmakologis yaitu melancarkan
sirkulasi darah, anti radang, menghilangkan bengkak, dan menetralisir
racun. Minyak esensial yang digunakan untuk aromaterapi dapat
mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang
berhubungan dengan indra penciuman. Respon ini dapat merangsang
peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmitter)
yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis seperti emosi,
perasaan, pikiran dan keinginan (Jaelani, 2009).
Selain itu menurut Mackinnon (2004, dalam Riana, 2015)
manfaat aromaterapi selain meningkatkan keadaan fisik dan
psikologis, aromaterapi dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf
dan otot-otot yang tegang. Oleh karena itu salah satu cara relaksasi
yang digunakan untuk menurunkan kecemasan ialah dengan
pemberian aromaterapi.
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi
kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf.
Relaksasi dapat meningkatkan kesehatan secara umum dengan
memperlancar proses metabolisme tubuh, menurunkan tingkat
agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak stress,
93
meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi
lebih matang, mempermudah dalam mengendalikan diri, mengurangi
stress secara keseluruhan, dan meningkatkan kesejahteraan. Respon
relaksasi ini yang membuat ibu persalinan kala I mengalami
penurunan skor tingkat kecemasan sehingga memperlancar proses
persalinan (Riana, 2015).
Peneliti menyimpulkan bahwa kelompok intervensi mengalami
penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan aromaterapi mawar
selama 15 menit. Penelitian ini juga menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna antara selisih tingkat kecemasan kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dimana kelompok intervensi mengalami penurunan
tingkat kecemasan yang lebih baik daripada kelompok kontrol. Hal ini
disebabkan aromaterapi mawar dapat mempengaruhi aktivitas fungsi
kerja otak melalui sistem saraf dan dapat meningkatkan produksi masa
penghantar saraf otak yang dapat memulihkan kondisi psikis seperti
emosi, perasaan, pikiran dan keinginan, selain itu aromaterapi mawar
juga dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang
tegang.
94
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
belum dapat dipenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini. Berbagai
kekurangan tersebut terdapat pada isi penelitian ini yaitu:
1. Houthrone effect; subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang
menjadi responden penelitian sehingga dapat mempengaruhi respon
saat diteliti.
2. Proses pengamatan yang berlebihan pada kelompok kontrol, sehingga
mempengaruhi hasil skor tingkat kecemasan sesudah pengamatan pada
kelompok kontrol.
95
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
dan dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 20-35 tahun yaitu
83,3%, jenjang pendidikan terbanyak yaitu SD dengan persentase 40%,
pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah tangga dengan persentase
80%, riwayat pemeriksaan kehamilan responden yaitu tidak ada
komplikasi sebanyak 96,7%, dan riwayat persalinan responden terbanyak
yaitu lebih dari 1 sebanyak 53,3%.
2. Gambaran tingkat kecemasan yang dialami responden saat menghadapi
persalinan kala I tidak merata dimana responden kelompok kontrol paling
banyak merasakan kecemasan ringan yaitu sebanyak 46,7%, sedangkan
responden kelompok intervensi paling banyak merasakan kecemasan
sedang sebanyak 46,7%.
3. Skor tingkat kecemasan kelompok kontrol pada pengukuran pretest lebih
tinggi daripada pengukuran posttest, yang berarti terdapat penurunan skor
tingkat kecemasan pada kelompok kontrol.
96
4. Skor tingkat kecemasan kelompok intervensi pada pengukuran pretest
lebih tinggi daripada pengukuran posttest, yang berarti terdapat penurunan
skor tingkat kecemasan yang bermakna pada kelompok intervensi.
5. Terdapat perbedaan skor tingkat kecemasan yang bermakna pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi, dimana pada nilai rata-rata
(mean) skor tingkat kecemasan kelompok intervensi lebih rendah daripada
kelompok kontrol yang berarti kelompok intervensi mengalami tingkat
kecemasan yang lebih baik daripada kelompok kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat
diajukan antara lain:
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi perawat dan tenaga kesehatan lain khususnya
yang berada dipelayanan baik rumah sakit maupun tempat bersalin lainnya
untuk mempromosikan manfaat aromaterapi mawar pada ibu persalinan
kala I. Dari hasil penelitian ini, aromaterapi mawar dapat dimasukkan ke
dalam intervensi sebagai salah satu cara yang diterapkan dalam
menurunkan kecemasan ibu persalinan kala I.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini disarankan kepada
institusi pendidikan agar dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk
97
memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan
khususnya keperawatan komplementer tentang terapi alternatif pada ibu
persalinan kala I dan pengaruhnya terhadap tingkat kecemasan ibu
persalinan kala I.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan perhitungan
waktu seberapa lama pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat
kecemasan pada ibu persalinan kala I.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan responden lebih
besar dari penelitian ini, sehingga hasil yang didapat lebih akurat dan
dapat dijadikan bahan referensi yang baku.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, J. D. “Massage and Other CAM In Pregnancy.” International Journal of
Childbirth Education, 2012.
Ana, Soumy. Trimester Pertama Kehamilan Anda: Fase-Fase Paling Mendebarkan.
Yogyakarta: Buku Biru, 2010.
Anggarani, Deri Rizki. Kupas Tuntas Seputar Kehamilan. Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka, 2013.
Arief Hariana. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya, 2009.
Aryasatiani. “Menjaga Wanita Takut Menghadapi Persalinan Normal.” Artikel
diaskes pada 2005 dari http://www.dinkes.diy.org
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Atsushi Imagawa, et all. “Peppermint Oil Solution is Useful as an Antispasmodic
Drug for Esophagogastroduodenoscopy, Especially for Elderly Patients
Springer Science.” Business Media, 2012.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kemenkes RI, Measure DHS. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia. Calverton, Marylan, USA, 2012.
Baladewa, P. “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Hernia setelah
Pemberian Informed Consent pada Tindakan General Anestesi dan Regional
Anestesi di RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang”. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 2010.
Bobak,I.M., Lowdermik,D.L., & Jensen,M.D. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC, 2005.
Buckle, J. “Literature Review: Should Nursing Take Aromatherapy More Seriously?”
British Journal of Nursing, 2007.
Burns, E., Zobbi, V., Panzeri, D., Oskrochi, R., & Regalia, A. “Aromatherapy in
Childbirth: A Pilot Randomized Controlled Trial.” BJOG An International
Journal of Obstetrics and Gynaecology, 2007.
Burns, Nancy, & Grove K Susan. The Practice Of Nursing Research Conduct,
Critique And Utilization. USA: Elsevier, 2005.
Butje, A.B. & Shattell, M. “Healing Scents: An overview of Clinical Aromatherapy
for Emotional Distress.” Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health
Services, 2008
Cahyani Widyastuti, Anggorowati, & Rista Apriana. “Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Persalinan Kala I dengan Kecemasan Persalinan Kala I pada Ibu
Bersalin Di RSIA Bahagia Semarang.” Perawat RSIA Bahagia Semarang,
Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak PS Ilmu Keperawatan FK
UNDIP, Prodi Keperawatan STIKES Widya Husada, 2012.
Chopra, Deepak. Magical Beginnings: Panduang Holistik Kehamilan dan Kelahiran.
Bandung: Kaifa, 2006.
Cunningham, Mc.d. Obstetri William, 21st Ed. Jakarta: EGC, 2005.
Conrad, P. “Aromatic Childbirth: Developing a Clinical Aromatherapy Maternity
Program.” Beginnings, 2010.
Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan, Seri Evidence Based Medicine 2, 3rd
Ed. Jakarta: Salemba Medika, 2010.
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan: Deskriptif
Bivariat Dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS.
Seri Evidence Based Medicine 1, 5th
ed. Jakarta: Salemba Medika, 2012.
Dalami, Ermawati. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Msalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media, 2009.
Damarwati, Tiningsih. “Gambaran Tingkat Kecemasan Orang Tua dari Bayi yang
Dirawat di Ruang NICU RSUP Fatmawati Jakarta.” Fakultas Ilmu
Keperawatan UI, Depok, 2012.
Damayanti, Ika Putri, dkk. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir. 1st Ed. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC, 2003.
Danuatmaja & Meilasari. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa
Swara, 2004.
David A, Tomb et all. Buku Saku Psikiatri. 6th
Ed. Jakarta: EGC, 2003.
Davis. C., Cooke. M., Holzhauser. K., Jones. M, & Finucane. J. “The Effect of
Aromatherapy Massage with Music on The Street and Anxiety Levels of
Emergency Nurses.” Australian Emergency Nursing Journal, 2005.
Detiana, Prilia. Hamil Aman dan Nyaman di Atas Usia 30 Tahun. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2010.
Dhany, A. “Essential Oils and Massage In Intrapartum Care.” The Practising
Midwife, 2008.
Dipta, Thessianne Prahara. “Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Partus Tak Maju
Rawat Inap Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009.” Universitas
Sumatera Utara, 2010.
Donna Walls. “Herbs and Natural Therapies for Pregnancy, Birth and
Breastfeeding.” International Journal of Childbirth Education, June 2009.
Ernst E & Pittler M. “Efficacy of Ginger For Nausea and Vomiting: A Systematic
Review of Randomized Clinical Trials.” Br J Anaesth, 2000.
Faas, A., Resino, C., & Moya, P. “Neonatal Responsiveness to The Odor of Amniotic
Fluid.” Archives in Argent Pediatrics, 2011.
Hawari, D. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta: FKUI, 2004.
Hawari, D. Psikiatri Manajemen Stres,Cemas & Depresi. Jakarta: FK UI, 2006.
Henderson, et all. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC, 2005.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
Hill, Robin. “What sample size is “enough” in internet survey research”. IPTC: An
Electronic Journal For The 21st Century, 1998.
Husny, Muttaqin. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC, 2009.
Jaelani. Aromaterapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2009.
Kasdu, Dini. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara, 2005.
Kasjono, Heru Subaris, & Yasril. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan, 1st
Ed. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Kemkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI,
2013.
Kheirkhah M, et all. “Effect of Aromatherapy with Essential Damask Rose Oil on
Anxiety of The Active Phase of Labor Nulliparous Women.” Journal of
Urmia Nursing & Midwifery Faculty, 2013.
Koensoemardiyah. A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan.
1st Ed. Yogyakarta: Andi, 2009.
Koensomardiyah. Minyak Atsiri Vol.07. Jakarta: Trubus Info Kit, 2009.
Lily, Y. “Perubahan dan Adaptasi Psikologis Dalam Kehamilan.” Diperoleh tanggal
31 Mei 2009 dan http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-
program/study-program-ofmidwife-practices-d3/asuhan/perubahandan-
adaptasi-psikologis-dalam-kehamilan, 2007.
Liu YH, Chang MY, & Chen CH. “Effects of Music Therapy On Labour Pain and
Anxiety In Taiwanese First-Time Mothers.” J Clin Nurs. 2010.
Lua PL, & Zakaria NS. “A Brief Review of Current Scientific Evidence Involving
Aromatherapy Use for Nausea and Vomiting.” J Altern Complement Med,
2012.
Maddocks-Jennings, W., & Wilkinson, J. “Aromatherapy Practice In Nursing:
Literature Review.” Journal of Advanced Nursing, 2004.
Mander. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC, 2003.
Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, 2007.
Masahiko Inamori, et all. “Effects Of Peppermint Oil On Gastric Emptying: A
Crossover Study Using A Continuous Real-Time 13C Breath Test (Breathid
System).” J Gastroenterol Early, 2007.
Masoomeh Kheirkhah, Nassimeh Setayesh Vali Pour, Leila Nisani, & Hamid Haghani.
“Comparing the Effects of Aromatherapy With Rose Oils and Warm Foot
Bath on Anxiety in the First Stage of Labor in Nulliparous Women.”
Department of Midwifery, School of Nursing and Midwifery, Iran University
of Medical Sciences, Tehran, IR Iran, August 2014.
Merianti, Ira. “Pengaruh Terapi Bermain dengan Musik terhadap Tingkat Kecemasan
Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Di Ruang Rawat
Inap Anak Lantai 1 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.” UPN Veteran, Jakarta,
2012.
Mukhoirotin. “Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Kecemasan Ibu Pada Proses
Persalinan Kala I (Fase Laten-Fase Aktif)”.Universitas Pesantren Tinggi
Darul „Ulum, 2011.
Musbikin. Persiapan Menghadapai Persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007.
Ni Komang, Ratih. “Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Koping Siswa SMUN
16 Dalam Menghadapi Ujian Nasional.” Skripsi S1 Fakultas Keperawatan,
Universitas Indonesia Depok, 2012.
Nolan, M. Kehamilan & Melahirkan. Jakarta: Arcan, 2003.
Norman, Matthew. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S). Atlanta: Psychiatric
Associates of Atlanta, LLC, 2005.
Notoatmodjo. Ilmu kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2012.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 2nd
Ed.
Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Octhaviany, Riana. “Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di
Rumah.” Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2015.
Poerwadi, Rina. Aromaterapi Sahabat Calon Ibu. Jakarta: Dian Rakyat, 2006.
Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2007.
Price S, Price L. Aromatherapy for Health Professionals. 3rd
Ed. Philadelphia:
Churchill Livingstone: Elsevier, 2007.
Rafika, Renatta. “Perancangan Ulang Kemasan "Viko Aromaterapi.” Desain
Komunikasi Visual BINA NUSANTARA University, 2013.
Reagan S. “Quease Ease Aromatherapy For Treatment Of PONV.” Presentation at
the the American Association of Critical-Care Nurses Conference, Accessed
in 2009 retrieved fromhttp://www.nursinglibrary.org/vhl/handle/10755/15716
2
Rohani. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Rohmah, Nikmatur. Pendidikan Prenatal Upaya Promosi Kesehatan Bagi Ibu Hamil.
Jakarta: Gramata, 2010.
Rubkahwati, et all. Profil Minyak Atsiri Mahkota Bunga Mawar (Rosa Hybrida L.)
Surabaya: Kultivar Lokal, 2013.
Runiari, Nengah. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum:
Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2010.
Said Az-zahroni, Musfir. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Saifuddin. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006.
Santoso, Singgih. Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010.
Sembiring, Rinawati. “Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kecemasan Pada Ibu
Bersalin Primigravida Kala I Di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
Tahun 2009.” Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2009.
Shah, Y. R., Sen, D. J., Patel, R. N., Patel, J. S., Patel, A. D., & Prajapati, P. M.
“Aromatherapy: The Doctor Of Natural Harmony Of Body & Mind.”
International Journal of Drug Development & Research, 2011.
Shingo Uekia, Kazuteru Niinomia, Yuko Takashima, Ryoko Kimura, Kazuyo
Komaib, Kiyotaka Murakami, Chieko Fujiwara. “Effectiveness Of
Aromatherapy Indecreasing Maternal Anxiety For A Sick Childundergoing
Infusion In A Pediatric Clinic.” Complementary Therapies in Medicine, 30
September 2014.
Schaal, B., Marlier, L., & Soussignan, R. “Human Fetuses Learn Odors From Their
Pregnant Mother‟s Diet.” Chemical Senses, 2000.
Simanjuntak, Lasma Junanti Evelina Fitriany. “Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu
Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam
Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar.” Skripsi S1 Fakultas
Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, 2012.
Simanjuntak, Leli Faucin Maharani. “Efektivitas Aromaterapi Lavender
Menggunakan Tungku Pemanas dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Kala I
Persalinan.” Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2010.
Simpkin, P. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC, 2005.
Siti Chalimah, Wagiyo, & Elisa. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Persalinan Kala I di Rumah Bersalin
Mardi Rahayu Semarang.” Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang, 2013.
Solomons, S. “Using Aromatherapy Massage to Increase Shared Attention
Behaviours in Children with Autistic Spectrum Disorders and Severe
Learning Difficulties.” British Journal of Special Education, 2005.
Steflitsch W & Steflitsch M. “Clinical Aromatherapy.” J Mens Health, 2008
Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa, 5th
ed. Jakarta: EGC, 2006.
Subagyo, Pagestu & Djarwanto. Statistika Induktif, 5th
Ed. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2009
Sulisetyawati, A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika,
2010.
Suliswati, dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC, 2005.
Tillett, J., & Ames, D. “The Uses of Aromatherapy In Women‟s Health.” Journal of
Perinatal and Neonatal Nursing, 2010.
Trias Novitasari. “Keefektifan Konseling Kelompok Pra-Persalinan untuk
Mengurangi Tingkat Kecemasan primigravida Menghadapi Persalinan.”
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2013.
Varney, E., & Buckle, J. “Effect of Inhaled Essential Oils on Mental Exhaustion and
Moderate Burnout: A Small Pilot Study.” Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 2013.
Varney, et al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 4th
ed. Jakarta: EGC, 2007.
Vermetten, E., Schmahl, C., Southwick, S., & Bremner, J. “Positron Tomographic
Emission Study of Olfactory Induced Emotional Recall in Veterans With and
Without Combat-Related Stress Disorder.” Psychopharmacology Bulletin,
2007.
Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC, 2008.
Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC, 2008.
Watt, Gillian and Janca, Aleksandar. “Aromatherapy in Nursing and Mental Health
Care.” Journal of Contemporary Nurse, 2008.
White B. “Ginger: an overview.” Am Fam Physician, 2007.
Wiknjosastro, G. H. Buku Acuan Persalinan Normal. 5th
ed. Jakarta: JNP-KR, 2008.
Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama, 2007.
Lampiran 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian
2016
Maret (Minggu ke-) April (Minggu ke-)
1 2 3 4 1 2 3 4
Kontrak
Skrining (pretest)
Intervensi aromaterapi mawar
Pengukuran posttest
Lampiran 5
INFORMED CONSENT
Kepada Yth. Tangerang, Februari 2016
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahma Dwi Syukrini
NIM : 1112104000019
Alamat : Jl Mirah Raya No 113 Villa Mutiara, Sawah Baru, Ciputat,
Tangerang Selatan
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan judul
penelitian “Pengaruh Aromaterapi Mawar terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu
Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.”
Penelitian ini memberikan manfaat langsung kepada responden, yaitu dapat
menurunkan tingkat kecemasan melalui tindakan yang diberikan peneliti. Penelitian
ini tidak akan merugikan responden. Saya selaku peneliti akan merahasiakan identitas
dan jawaban saudara sebagai responden dalam penelitian ini. Bersama surat ini saya
melampirkan lembar persetujuan menjadi responden. Saudara dipersilahkan
menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi
responden penelitian.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
Lanjutan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden
penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Rahma Dwi Syukrini
NIM : 1112104000019
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan dari penelitian ini.
Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas
yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon fisiologis dan emosional yang tidak nyaman atau berakibat
negatif pada saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Tangerang, Februari 2016
( )
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu:
Bagian A berkaitan dengan data demografi responden yang terdiri dari 6
pernyataan dan bentuk pengisiannya dalam bentuk pilihan dan bentuk isian.
Bagian B yang berkaitan dengan karakteristik tingkat kecemasan yang terdiri
dari 14 pernyataan dalam bentuk pilihan.
2. Seluruh pernyataan harus di isi dan dijawab sesuai dengan keadaan Anda.
3. Bacalah terlebih dahulu setiap petunjuk cara menjawab pernyataan yang ada.
KUESIONER PENELITIAN
KODE RESPONDEN
(Di isi oleh peneliti)
Identitas Responden
A. Data Demografi
1. Umur : < 20 Tahun 20-35 Tahun > 35 Tahun
2. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan : Peg. Swasta
Pegawai Negeri
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Lainnya, sebutkan…………….
4. Riwayat pemeriksaan kehamilan: Ada komplikasi
Tidak ada komplikasi
5. Persalinan ke : 1
> 1
6. Tanggal pengisian : …….......………......
B. Skala Kecemasan Hamilton (HAM-A)
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia
dibawah ini sesuai dengan gejala-gejala yang anda alami.
Keterangan:
0 : Tidak ada gejala
1 : Ada gejala ringan
2 : Ada gejala sedang
3 : Ada gejala berat
4 : Ada gejala sangat berat
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang tingkat kecemasan
menggunakan Skala Kecemasan Hamilton (HAM-A):
No Gejala Kecemasan
Keterangan
0 1 2 3 4
1. Perasaan cemas
Firasat buruk/Takut akan pikiran sendiri/Mudah
tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang/Lesu/Tidak bisa istirahat
nyenyak/Mudah terkejut/Mudah
menangis/Gemetar/Gelisah
3. Ketakutan
Takut pada Gelap/Pada orang asing/Ditinggal
sendiri/Pada kerumunan banyak orang
4. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur/Terbangun malam
hari/Tidak tidur nyenyak/Mimpi buruk/Mimpi
menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Susah untuk konsentrasi/Sering bingung/Daya
ingat buruk
6. Perasaan depresi
Hilangnya minat/Berkurangnya kesukaan pada
hobi/Merasa sedih/Bangun dini hari/Perasaan
berubah-ubah sepanjang hari
7. Gejala somatik/fisik (otot)
Sakit dan nyeri otot/Kaku/Kedutan otot/Gigi
menggerutuk/Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
Tinitus (telinga berdengung)/Muka merah atau
pucat/Merasa lemas/Penglihatan kabur/Perasaan
ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah)
Takikardi (denyut jantung cepat)/Berdebar-
debar/Nyeri dada/Denyut nadi mengeras/Rasa
lemah seperti mau pingsan/Detak jantung hilang
sekejap
10. Gejala respiratori (pernafasan)
Rasa tertekan di dada/Perasaan tercekik/Sering
menarik nafas/Nafas pendek/sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)
Sulit menelan/Perut melilit/Berat badan
menurun/Nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan/Perasaan terbakar di perut/Rasa penuh
atau kembung/Mual/Muntah/Susah BAB
(konstipasi)
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
Sering BAK, tidak dapat menahan BAK/Menjadi
dingin (frigid)
13. Gejala autonom
Mulut kering/Muka merah/Mudah
berkeringat/Kepala pusing/Kepala terasa
berat/Kepala terasa sakit/Bulu-bulu berdiri
sendiri
14. Tingkah laku (Sikap)
Gelisah/Tidak tenang/Gemetar/Kening
mengkerut/Muka tegang/Otot
tegang/mengeras/Nafas pendek dan cepat/Muka
merah
Total skor
Lampiran 6
Usia
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <20 TAHUN 1 3.3 3.3 3.3
20-35 TAHUN 25 83.3 83.3 86.7
>35 TAHUN 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pendidikan
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 12 40.0 40.0 40.0
SMP 5 16.7 16.7 56.7
SMA 11 36.7 36.7 93.3
PT 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pekerjaan
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PEGAWAI SWASTA 6 20.0 20.0 20.0
IRT 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
riw_pem_keh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ADA KOMPLIKASI 1 3.3 3.3 3.3
TIDAK ADA KOMPLIKASI 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Riwayat Persalinan
persalinan_ke
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 14 46.7 46.7 46.7
>1 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tingkat Kecemasan Responden
Kelompok Intervensi
Statistics
kategori pretest
N Valid 15
Missing 0
Mean 3.00
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .756
Minimum 2
Maximum 4
kategori pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ringan 4 26.7 26.7 26.7
Sedang 7 46.7 46.7 73.3
Berat 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Kelompok kontrol
Statistics
kategori pretest
N Valid 15
Missing 0
Mean 2.80
Median 3.00
Mode 2
Std. Deviation .862
Minimum 2
Maximum 4
kategori pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ringan 7 46.7 46.7 46.7
Sedang 4 26.7 26.7 73.3
Berat 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Uji Normalitas
Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skorpre 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
skorpre Mean 21.87 1.630
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.37
Upper Bound 25.36
5% Trimmed Mean 21.85
Median 25.00
Variance 39.838
Std. Deviation 6.312
Minimum 14
Maximum 30
Range 16
Interquartile Range 13
Skewness -.124 .580
Kurtosis -1.989 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skorpre .224 15 .042 .833 15 .010
a. Lilliefors Significance Correction
Transformasi Data Kelompok Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tran_skorpre 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Tran_skorpre Mean 1.32 .034
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.25
Upper Bound 1.39
5% Trimmed Mean 1.32
Median 1.40
Variance .017
Std. Deviation .132
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness -.229 .580
Kurtosis -1.969 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tran_skorpre .252 15 .011 .825 15 .008
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Kelompok Intervensi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skorpre 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
skorpre Mean 23.27 1.270
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 20.54
Upper Bound 25.99
5% Trimmed Mean 23.35
Median 23.00
Variance 24.210
Std. Deviation 4.920
Minimum 16
Maximum 29
Range 13
Interquartile Range 10
Skewness -.193 .580
Kurtosis -1.490 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skorpre .177 15 .200* .886 15 .059
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
skorpost - skorpre Negative Ranks 11a 7.73 85.00
Positive Ranks 2b 3.00 6.00
Ties 2c
Total 15
a. skorpost < skorpre
b. skorpost > skorpre
c. skorpost = skorpre
Test Statisticsa
skorpost -
skorpre
Z -2.782b
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Uji t berpasangan kelompok intervensi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 skorpre 23.27 15 4.920 1.270
skorpost 13.07 15 3.900 1.007
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 skorpre & skorpost 15 .557 .031
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 skorpre -
skorpost 10.200 4.246 1.096 7.849 12.551 9.304 14 .000
Uji Mann-Whitney kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Ranks
Intervensi N Mean Rank Sum of Ranks
selisih_intervensi_kont Intervensi 15 9.00 135.00
Kontrol 15 22.00 330.00
Total 30
Test Statisticsa
selisih_interven
si_kont
Mann-Whitney U 15.000
Wilcoxon W 135.000
Z -4.057
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
a. Grouping Variable: Intervensi
b. Not corrected for ties.