pengaruh attitudes toward behavior, subjective...
TRANSCRIPT
PENGARUH ATTITUDES TOWARD BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORMS,
PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, SELF EFFICACY DAN
LATAR BELAKANG PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP
INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Aulia Amriana S.
NIM : 1111070000093
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juni 2015
C) Aulia Amriana S.
D) Pengaruh Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral
Control, Self Efficacy & Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap Intensi
Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E) xiv + halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel attitudes toward
behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy & latar
belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Sampel
berjumlah 230 Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diambil dengan
teknik probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur yang terdiri dari
Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ), Occupational Status Choice
Attitude Index, Linan & Chen (2009), General Self Efficacy (GSE). Uji validitas
alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data
menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan attitudes
toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy &
latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 41.1%. Hasil uji hipotesis
minor menunjukan lima variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan antara
lain, attitudes toward behavior-autonomy & authority, attitudes toward
behavior-self realization & participation, attitudes toward behavior-perceived
confidence, subjective norms dan perceived behavioral control. Sementara
attitudes toward behavior (economic opportunity & challenge, security &
workload, avoid responsibility, social environment & career), self efficacy (level,
strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Penulis berharap
implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada
penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan lebih memperhatikan alat ukur yang
digunakan dalam mengukur sebuah variabel. Lalu, untuk penelitian selanjutnya
dapat meniliti variabel perilaku berwirausaha agar semakin terlihat jelas minat
berwirausaha pada mahasiswa.
Bahan bacaan: 29; buku: 3 + jurnal: 18 + artikel: 4 + skripsi: 4
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) June 2015
C) Aulia Amriana S.
D) Influence Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral
Control, Self Efficacy and Employment Background of Parents of Intention
Student Entrepreneurship at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E) xiv + page + attachment
F) This study aims to determine the effect of variable attitudes toward behavior,
subjective norms, perceived behavioral control, self-efficacy and employment
background of parents on student entrepreneurship intentions. The total sample
was 230 students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta which were taken with
probability sampling techniques. The researcher modify scales consists of
Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ), Occupational Status Index
Attitude Choice, Linan and Chen (2009), General Self Efficacy (GSE). This
study examined the validity of measurement tools by using confirmatory factor
analysis (CFA) technique, while data analysis used regression analysis
techniques.
The results showed that there was a significant influence attitudes toward
behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self-efficacy and
employment background of parents to the intention towards entrepreneurship
students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta at 41.1%. Minor hypothesis test
results showed five variables that have significant influence among others,
attitudes toward behavior-autonomy and authority, attitudes toward behavior-self
realization and participation, attitudes toward behavior-perceived confidence,
subjective norms, and perceived behavioral control. While attitudes toward
behavior (economic opportunity and challenge, security and workload, avoid
responsibility, social environment and career), self-efficacy (level, strength,
generality) and employment background of parents do not have a significant
effect on entrepreneurial intentions. The researcher hopes the implications of the
findings of this study can be reviewed and developed in subsequent studies.
Giving more attention to measuring instruments used in measuring a variable, for
instance. Further research can review variable entrepreneurial behavior so that
entrepreneurship interest can be apparently seen in students.
Reading: 29; books: 3 + journals: 18 + article: 4 + thesis: 4
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat segala kekuasaan dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari
kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta pengikutnya.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya.
2. Ikhwan Lutfi, M.Psi yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran serta ide
dalam proses penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas waktu yang diberikan
kepada penulis.
3. Desi Yustari Muchtar, M.Psi selaku penguji I.
4. Liany Luzvinda, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi pada penulis selama masa pekuliahan.
5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan bagi
penulis dalam proses administrasi.
viii
6. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan motivasi, dukungan (baik
moral maupun materiil) serta doa tulus yang tidak pernah berhenti kepada penulis.
Adik perempuan penulis yang selalu memberikan semangat untuk penulis.
7. Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti
dengan menjadi responden penelitian.
8. Mahasiswa/i Fakultas Psikologi angkatan 2011 khususnya kelas C yang telah
menemani penulis selama empat tahun menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas cinta, kasih sayang, persahabatan,
dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi
ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa
saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, 3 Juni 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1-13
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7
1.2.1 Pembatasan masalah .................................................................. 7
1.2.2 Perumusan masalah .................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
1.3.1 Tujuan penelitian ....................................................................... 10
1.3.2 Manfaat penelitian ..................................................................... 11
1.4 Sistematika Penelitian ......................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 14-39
2.1 Intensi Berwirausaha ........................................................................... 14
2.1.1 Definisi intensi berwirausaha ..................................................... 14
2.1.2 Teori planned behavior .............................................................. 15
2.1.3 Dimensi intensi .......................................................................... 18
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha .......... 18
2.1.5 Pengukuran intensi berwirausaha ............................................... 22
2.2 Attitudes Toward Behavior ................................................................. 23
2.2.1 Definisi attitudes toward behavior ............................................ 23
2.2.2 Dimensi attitudes toward behavior ............................................ 23
2.2.3 Pengukuran attitudes toward behavior ...................................... 25
2.3 Subjective Norms ................................................................................ 26
2.3.1 Definisi subjective norms ........................................................... 26
2.3.2 Dimensi subjective norms .......................................................... 27
2.3.3 Pengukuran subjective norms .................................................... 27
2.4 Perceived Behavioral Control ............................................................ 28
2.4.1 Definisi perceived behavioral control ....................................... 28
2.4.2 Dimensi perceived behavioral control ....................................... 29
2.4.3 Pengukuran perceived behavioral control ................................. 30
x
2.5 Self Efficacy ........................................................................................ 31
2.5.1 Definisi self efficacy ................................................................... 31
2.5.2 Dimensi self efficacy .................................................................. 32
2.5.3 Pengukuran self efficacy ............................................................. 32
2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................... 33
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 38
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 40-57
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 40
3.1.1 Populasi ...................................................................................... 40
3.1.2 Sampel ....................................................................................... 40
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 40
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...................... 41
3.2.1 Identifikasi variabel ................................................................... 41
3.2.2 Definisi operasional variabel ..................................................... 42
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 44
3.3.1 Skala intensi berwirausaha ......................................................... 45
3.3.2 Skala attitudes toward behavior ................................................ 45
3.3.3 Skala subjective norms ............................................................... 46
3.3.4 Skala perceived behavioral control ........................................... 47
3.3.5 Skala self efficacy ....................................................................... 47
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................ 48
3.4.1 Uji validitas alat ukur intensi berwirausaha ............................... 50
3.4.2 Uji validitas alat ukur attitudes toward behavior ...................... 51
3.4.3 Uji validitas alat ukur subjective norms ..................................... 51
3.4.4 Uji validitas alat ukur perceived behavioral control ................. 52
3.4.5 Uji validitas alat ukur self efficacy ............................................. 53
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 53
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 56
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 58-74
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................... 58
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................... 60
4.2.1 Kategorisasi intensi berwirausaha .............................................. 61
4.2.2 Kategorisasi attitude toward behavior ....................................... 61
4.2.3 Kategorisasi subjective norms .................................................... 62
4.2.4 Kategorisasi perceived behavioral control ................................ 63
4.2.5 Kategorisasi self efficacy ............................................................ 63
4.3 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 64
4.3.1 Pengujian hipotesis mayor ......................................................... 64
4.3.2 Uji hipotesis minor ..................................................................... 66
4.4 Analisis Proporsi Varians Masing-Masing Independen Variabel ....... 71
xi
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................ 75-82
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 75
5.2 Diskusi ................................................................................................ 75
5.3 Saran ................................................................................................... 81
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................. 81
5.3.2 Saran Praktis .............................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
LAMPIRAN ......................................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Intensi Berwirausaha .................................................... 45
Tabel 3.2 Blue Print Skala Attitudes Toward Behavior ........................................... 46
Tabel 3.3 Blue Print Skala Subjective Norms .......................................................... 47
Tabel 3.4 Blue Print Skala Perceived Behavioral Control ...................................... 47
Tabel 3.5 Blue Print Skala Self Efficacy .................................................................. 48
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item untuk Intensi Berwirausaha ..................................... 50
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item untuk Attitudes Toward Behavior ........................... 51
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item untuk Subjective Norms .......................................... 52
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item untuk Perceived Behavioral Control ...................... 52
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item untuk Self Efficacy ................................................ 53
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas .................................. 58
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas ................................. 59
Tabel 4.3 Hasil Statistika Deskriptif ........................................................................ 60
Tabel 4.4 Rumus Kategorisasi ................................................................................. 61
Tabel 4.5 Kategorisasi Intensi Berwirausaha ........................................................... 61
Tabel 4.6 Kategorisasi Attitude Toward Behavior ................................................... 62
Tabel 4.7 Kategorisasi Subjective Norms ................................................................ 62
Tabel 4.8 Kategorisasi Perceived Behavioral Control ............................................ 63
Tabel 4.9 Kategorisasi Self Efficacy ........................................................................ 63
Tabel 4.10 Tabel R Square ....................................................................................... 64
Tabel 4.11 Anova ..................................................................................................... 65
Tabel 4.12 Koefisien ................................................................................................ 66
Tabel 4.13 Koefisien Self Efficacy secara utuh ........................................................ 71
Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel ..... 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Theory planned behavior (Ajzen, 2005) .............................................. 17
Gambar 2.2 Pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived
behavioral control, self efficacy & latar belakang pekerjaan orang tua terhadap
intensi berwirausaha ................................................................................................. 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Skala ........................................................................................................ 86
2. Lampiran Hasil Lisrell .............................................................................................. 90
3. Lampiran Uji Hasil Hipotesis ................................................................................... 109
4. Lampiran Surat Izin Penelitian ................................................................................. 113
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang ini, mahasiswa yang baru lulus tidak hanya terbebani dengan
proses pencarian pekerjaan yang sesuai dengan jurusan pendidikannya tetapi juga
dihadapkan pada permasalahan ketersediaan lapangan pekerjaan itu sendiri. Hal ini
dikarenakan semakin lama jumlah individu yang mencari kerja semakin bertambah,
serta adanya kesempatan bagi warga negara asing untuk mencari pekerjaan di
Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, para pemimpin negara ASEAN memutuskan untuk mempercepat
pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015.
Dampak dari adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebenarnya tidak
selalu negatif. Program ini juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian
negara. Diberlakukannya pasar bebas dapat mempermudah masyarakat untuk
melakukan ekspor dan impor. Proses ekspor suatu negara perlu ditingkatkan apabila
suatu negara ingin maju. Hal ini bisa diwujudkan jika produksi negara berjumlah
banyak dan memiliki kualitas yang baik. Produksi negara sangat berkaitan dengan
2
jumlah wirausaha yang ada di negara itu sendiri, sehingga ini berarti peluang untuk
menjadi seorang wirausaha justru lebih terbuka.
Adanya program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengakibatkan semakin
ketatnya persaingan lulusan Indonesia dalam mencari pekerjaan di Indonesia
khususnya, serta di Asia secara umum. Kemampuan diri sangatlah berpengaruh pada
proses persaingan dengan para job seeker (orang yang sedang mencari kerja) lain dari
berbagai latar belakang budaya, daerah, serta pendidikan. Bagi individu yang
memang memiliki kompetensi handal dalam suatu bidang tentunya hal ini tidak akan
terlalu bermasalah, tetapi bagi individu dengan kompetensi standar adanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini bisa menyulitkan untuk mendapatkan
pekerjaan.
Beberapa tahun belakangan, makin banyak mahasiswa yang baru menyelesaikan
studi sarjana strata-1 nya justru menjadi pengangguran. Menurut data dari Badan
Pusat Statistik, sampai pada bulan Agustus tahun 2014, terdapat 7,25 juta
pengangguran di Indonesia. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
terakhir pada bulan Agustus 2014 juga menunjukkan bahwa jumlah pengangguran
yang berasal dari lulusan diploma I, II, III/Akademi sebanyak 193.517 serta 495.143
dari lulusan universitas.
Gurbuz dan Aykol (2008) mengatakan bahwa wirausaha penting untuk
pembangunan ekonomi negara. Hal ini karena bidang kewirausahaan dapat menjadi
solusi untuk mengatasi masalah pengangguran dan pembangunan ekonomi. Daerah
yang memiliki banyak wirausaha dapat membantu menghasilkan kekayaan,
3
pekerjaan, serta penerimaan pajak industri dan negara secara keseluruhan
(Angriawan, Conners, Furdek, & Ruth, 2012). Dengan kata lain, adanya wirausaha
dapat membantu perekonomian negara. Oleh karena itu, mahasiswa perlu untuk
melihat peluang lain selain mencari suatu pekerjaan. Mahasiswa justru dapat
menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri dengan menjadi seorang wirausaha.
Terciptanya lapangan pekerjaan baru tentunya akan mengurangi jumlah
pengangguran dan dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Syarifuddin Hasan, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011)
mengatakan Indonesia masih kekurangan wirausaha jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia. Pernyataan ini diperkuat oleh Wakil Ketua Umum Kadin
Bidang Corporate Social Responsibility, Suryani Motik (2014) juga mengatakan
Indonesia minimal memerlukan 2% atau sekitar 4,8 juta wirausahawan untuk
mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi. Data-data di atas menunjukan bahwa
negara Indonesia masih membutuhkan banyak wirausaha.
Untuk menguatkan data-data diatas, peneliti melakukan survei pendahuluan
kepada 25 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 11 Februari 2015.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pernah berwirausaha.
Mahasiswa menyadari pentingnya berwirausaha dalam kehidupan ini. Namun,
mahasiswa yang ingin berwirausaha setelah lulus kuliah justru hanya sebagian kecil.
Sementara alasan mahasiswa melakukan aktivitas wirausaha semasa kuliah
bermacam-macam, antara lain alasan ekonomi, ingin mandiri, ingin menambah
pengalaman, memiliki motivasi berwirausaha dan merasa memiliki kesempatan.
4
Kecenderungan individu untuk menjadi seorang wirausaha dapat disebut dengan
intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha adalah keinginan yang ada pada diri
individu untuk melakukan kegiatan kewirausahaan (Gurbuz & Aykol, 2008). Intensi
berwirausaha juga telah diidentifikasi sebagai salah satu kunci yang diperlukan untuk
memacu adanya wirausaha, dimana individu berani mengambil keputusan untuk
mengeksploitasi peluang dan menciptakan usaha baru (Angriawan, et.al., 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada individu ada
bermacam-macam. Faktor tersebut antara lain, attitudes toward behavior, subjective
norm, dan perceived behavioral control (Angriawan, et.al., 2012; Gurbuz & Aykol
2008), kepribadian (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe, 2012; Osiri, Kungu, &
Prieto, 2012), kreativitas (Schmidt, Soper, & Bernaciak, 2012), kepemimpinan
(Jensen & Luthans, 2006), self-efficacy (Sugiarto, 2013; Handayani, 2013;
Woroningrum, 2014), latar belakang pekerjaan orang tua (Bhandari, 2012; Schoon &
Duckworth, 2012) serta latar belakang pendidikan (Cunningham & Lischeron, 1991).
Dalam penelitian ini, faktor yang menjadi independent variable adalah attitudes
toward behavior, subjective norm, perceived behavioral control, self efficacy dan
latar belakang pekerjaan orang tua. Hal ini berdasarkan pada saran penelitian
Angriawan, et.al. (2012) supaya menggunakan model lengkap dari teori planned
behavior dalam mengukur intensi berwirausaha. Penelitian dengan model lengkap
teori planned behavior pernah dilakukan di Turki (Gurbuz & Aykol 2008). Akan
tetapi, Turki dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki kebudayaan yang
berbeda sehingga hasil penelitiannya belum tentu sama. Pemilihan IV ini juga
5
berdasarkan hasil survey pendahuluan yang menyatakan bahwa alasan terbesar
mahasiswa melakukan aktifitas kewirausahaan yaitu karena ingin meningkatkan
ekonomi dan kemandirian.
Berdasarkan teori planned behavior yang berdimensikan attitudes toward
behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control dijelaskan bahwa ketiga
dimensi tersebut merupakan prediktor yang positif dan signifikan dari intensi
berwirausaha (Angriawan, et.al., 2012). Ajzen (2005) mengatakan attitudes toward
behavior merupakan keyakinan tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu.
Sementara subjective norms adalah keyakinan bahwa pihak tertentu menyetujui atau
menolak suatu perilaku (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) menambahkan perceived
behavioral control dianggap sebagai keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-
faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku.
Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008) menyebutkan attitudes toward
self-employment yang merupakan istilah lain variabel attitudes toward behavior
dalam berwirausaha. Variabel ini mengukur bagaimana sikap individu terhadap
pekerjaan yang dikembangkannya sendiri. Dimensi yang diukur antara lain, autonomy
and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid
responsibility, self-realization and participation, social environment and career, dan
perceived confidence.
Penelitian di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah tentang independent
variable yang mempengaruhi intensi berwirausaha belum menghasilkan data yang
konsisten. Ditemukan bahwa self efficacy memiliki pengaruh yang tinggi pada intensi
6
berwirausaha (Sugiarto, 2013; Woroningrum, 2014) dan sebaliknya memiliki
pengaruh yang rendah pada intensi berwirausaha (Handayani, 2013; Ahmad, 2014).
Dimensi yang diukur dari self efficacy sendiri yaitu level, strength dan generality.
Bandura (1977) dalam Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan self efficacy sebagai
evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah
tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan.
Bhandari (2012) menunjukkan bahwa latar belakang pekerjaan orang tua
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha pada seseorang.
Penelitian Schoon dan Duckworth (2012) justru menemukan bahwa terdapat
perbedaan faktor pengaruh antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam
mengambil langkah berwirausaha. Anak laki-laki yang ayahnya menjadi seorang
wirausaha memiliki kemungkinan lebih besar menjadi seorang wirausaha pada masa
dewasanya, sementara pada anak perempuan lebih ditentukan oleh sumberdaya
ekonomi yang ia miliki.
Dari uraian data diatas, akhirnya peneliti memilih untuk melakukan penelitian
tentang intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal
ini karena pentingnya menumbuhkan keinginan berwirausaha di kalangan mahasiswa.
Mahasiswa merupakan salah satu generasi penerus bangsa yang akan menentukan
maju tidaknya perekonomian suatu negara.
Faktor-faktor yang akan digunakan sebagai prediktor dari intensi berwirausaha
sendiri antara lain attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral
control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua. Dimana attitudes toward
7
behavior memiliki dimensi antara lain, autonomy and authority, economic
opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-
realization and participation, social environment and career, dan perceived
confidence. Self efficacy memiliki dimensi antara lain level, strength dan generality.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Attitudes Toward
Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Self Efficacy dan Latar
Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Dalam menulis sebuah karya ilmiah sangat diperlukan adanya pembatasan masalah.
Hal ini berguna untuk membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak menyimpang
dari tujuan penelitian itu sendiri. Adapun konsep-konsep yang berkaitan dengan
objek penelitian “Pengaruh Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived
Behavioral Control, Self Efficacy dan Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap
Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” dibatasi
pada :
1. Intensi berwirausaha adalah kecenderungan mahasiswa untuk menjadi seorang
wirausaha dalam kehidupannya (Gurbuz & Aykol, 2008).
2. Attitudes toward behavior adalah keyakinan tentang konsekuensi dari hasil
perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Attitudes toward behavior pada penelitian ini
terdiri dari tujuh dimensi, yaitu autonomy and authority, economic opportunity
8
and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-realization and
participation, social environment and career, dan perceived confidence.
3. Subjective norms adalah keyakinan individu tentang persetujuan pihak tertentu
terhadap suatu perilaku, termasuk pula referen sosial yang turut menyumbangkan
pendapat (Ajzen, 2005).
4. Perceived behavioral control adalah keyakinan individu tentang adanya faktor-
faktor yang memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku (Ajzen, 2005).
5. Self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan
(Bandura, 1977). Self efficacy pada penelitian ini terdiri atas dimensi level,
strength dan generality.
6. Latar belakang pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua responden,
baik ayah maupun ibu. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
kategori, yaitu wirausaha dan non-wirausaha.
7. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang tercatat aktif
kuliah strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.2 Perumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective
norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan
orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha?
9
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan autonomy and authority terhadap intensi
berwirausaha?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan economic opportunity and challenge
terhadap intensi berwirausaha?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan security and workload terhadap intensi
berwirausaha?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan avoid responsibility terhadap intensi
berwirausaha?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-realization and participation terhadap
intensi berwirausaha?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan social environment and career terhadap
intensi berwirausaha?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan perceived confidence terhadap intensi
berwirausaha?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan subjective norms terhadap intensi
berwirausaha?
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap
intensi berwirausaha?
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan level terhadap intensi berwirausaha?
12. Apakah ada pengaruh yang signifikan strength terhadap intensi berwirausaha?
13. Apakah ada pengaruh yang signifikan generality terhadap intensi berwirausaha?
10
14. Apakah ada pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap
intensi berwirausaha?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah :
1. Untuk melihat pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms,
perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang
tua terhadap intensi berwirausaha.
2. Untuk melihat pengaruh autonomy and authority terhadap intensi
berwirausaha.
3. Untuk melihat pengaruh economic opportunity and challenge terhadap intensi
berwirausaha.
4. Untuk melihat pengaruh security and workload terhadap intensi berwirausaha.
5. Untuk melihat pengaruh avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha.
6. Untuk melihat pengaruh self-realization and participation terhadap intensi
berwirausaha.
7. Untuk melihat pengaruh social environment and career terhadap intensi
berwirausaha.
8. Untuk melihat pengaruh perceived confidence terhadap intensi berwirausaha.
9. Untuk melihat pengaruh subjective norms terhadap intensi berwirausaha.
10. Untuk melihat pengaruh perceived behavioral control terhadap intensi
berwirausaha.
11
11. Untuk melihat pengaruh level terhadap intensi berwirausaha.
12. Untuk melihat pengaruh strength terhadap intensi berwirausaha.
13. Untuk melihat pengaruh generality terhadap intensi berwirausaha.
14. Untuk melihat pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua
terhadap intensi berwirausaha.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dalam diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai seberapa
besar pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral
control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi
berwirausaha. Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan Psikologi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lanjutan
terutama yang berkaitan dengan intensi berwirausaha beserta faktor yang
mempengaruhinya.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi mahasiswa tentang keinginan untuk
berwirausaha. Bagaimana peluang wirausaha itu terbuka lebar untuk setiap
mahasiswa di berbagai jurusan dengan tetap memanfaatkan ilmu yang telah
12
dipelajari. Misalnya, seseorang yang sudah menjadi psikolog dapat membuka biro
konsultan psikologi.
b. Diharapkan dapat memberi masukan bagi institusi pendidikan, khususnya
Universitas tentang bagaimana meningkatkan keinginan berwirausaha pada
mahasiswa. Misalnya, pihak Universitas dapat meningkatkan self efficacy para
mahasiswanya dengan melakukan pelatihan kewirausahaan sehingga kemampuan
mahasiswa bertambah dan kepercayaan diri untuk berwirausaha juga meningkat.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada sistematika penulisan American
Psychology Association (APA) style. Untuk memudahkan penulisan penelitian ini,
penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumasan dan pembatasan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Berisi tentang definisi intensi, definisi wirausaha, definisi intensi berwirausaha,
faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha, pengukuran intensi
berwirausaha , teori planned behavior, attitudes toward behavior, dimensi attitudes
toward behavior, pengukuran attitudes toward behavior, subjective norms,
pengukuran subjective norms, perceived behavioral control, pengukuran perceived
behavioral control, self efficacy, dimensi self efficacy, pengukuran self efficacy,
kerangka berpikir dan hipotesa penelitian.
13
BAB III : Metode Penelitian
Berisi tentang populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian
dan definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk,
teknik analisis data serta prosedur penelitian.
BAB IV : Hasil Penelitian
Berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, analisis deskriptif, kategorisasi
skor serta uji hipotesis.
BAB V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Berisi kesimpulan, diskusi serta saran.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang terkait dengan variabel penelitian, baik
variabel terikat maupun variabel bebas. Bab ini terdiri dari tujuh sub bab. Dimulai
sub bab pertama yang menjelaskan intensi berwirausaha, attitudes toward behavior,
subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy, hingga kerangka
berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Intensi Berwirausaha
2.1.1 Definisi intensi wirausaha
Intensi adalah indikasi seberapa kuat keinginan individu untuk mencoba atau berapa
banyak usaha yang direncanakan untuk menampilkan perilaku. Intensi (dan perilaku)
adalah fungsi dari tiga faktor penentu dasar, yaitu satu bersifat pribadi, lalu
mencerminkan pengaruh sosial, dan ketiga berkaitan dengan isu-isu kontrol. Ketiga
faktor tersebut diterjemahkan menjadi attitudes toward the behavior, subjective
norms dan perceptions of behavioral control (Ajzen, 2005).
Byham (2000) mengatakan bahwa wirausaha dapat didefinisikan sebagai individu
yang berani untuk mengambil resiko dengan perhitungan untuk memanfaatkan tren
yang sedang berkembang. Wirausaha merupakan individu yang dapat melihat batas-
batasan organisasi untuk tumbuhnya peluang baru (misalnya, kemitraan, teknologi
baru atau aplikasi, dll). Wirausaha merupakan individu yang mampu mengubah
ancaman dari pesaing, kebijakan pemerintah, dan teknologi baru menjadi sebuah
15
peluang bisnis (Byham, 2000). Wirausaha merupakan orang yang mampu berinovasi,
mempromosikan produk, meningkatkan kualitas layanan, melakukan kompetisi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Hisrich, Fox, & Grant, 2007).
Keputusan untuk memulai sebuah usaha diasumsikan telah melalui perencanaan
dalam beberapa waktu dan didukung oleh adanya intensi. Sehingga, intensi untuk
menjadi seorang wirausaha diasumsikan sebagai prediksi yang menentukan pilihan
individu dalam mengambil langkah memulai usaha pribadinya (Davidsson, 1995).
Gurbuz dan Aykol (2008) menyatakan bahwa “Entrepreneurial intention is one’s
willingness in undertaking entrepreneurial activity, or in other words become self
employed”. Dari definisi yang dikemukakan menunjukkan bahwa intensi untuk
menjadi seorang wirausaha merupakan pendorong bagi individu dalam mengambil
aktifitas kewirausahaan. Intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada pada
diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan.
Berdasarkan definisi intensi berwirausaha diatas, peneliti memilih untuk
menggunakan definisi intensi berwirausaha menurut Gurbuz dan Aykol (2008). Hal
ini karena dijelaskan bahwa intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada
pada diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan. Definisi tersebut sejalan
dengan tujuan peneliti untuk mengetahui intensi mahasiswa dalam menjadi seorang
wirausaha dengan berlandaskan pada teori planned behavior.
2.1.2 Teori planned behavior
Teori planned behavior bertujuan untuk menjelaskan bagaimana intensi dapat
memprediksikan perilaku yang sesungguhnya (Gurbuz & Aykol 2008). Teori ini
16
sering digunakan untuk menjelaskan dan memprediksikan mengapa individu
melakukan tindakan dalam beberapa cara. Teori ini mengusulkan tiga alasan
munculnya intensi. Alasan pertama, yaitu penilaian dari perilaku, yang merupakan
sejauh mana individu memiliki sikap yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan terhadap perilaku. Alasan kedua adalah norma subjektif, yang
merupakan tekanan sosial untuk melakukan perilaku. Sedangkan kesulitan yang
dirasakan untuk melakukan perilaku disebut dirasakan kontrol perilaku merupakan
alasan yang ketiga (Ajzen, 1991 dalam Gurbuz & Aykol 2008).
Ajzen (2005) mengatakan theory planned behavior didasarkan pada asumsi
bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka
mempertimbangkan informasi yang tersedia dan secara implisit atau eksplisit
mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka. Teori ini mendalilkan bahwa
intensi individu untuk melakukan (atau tidak melakukan) perilaku adalah penentu
yang paling utama dari tindakan itu sendiri. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepentingan relatif dari attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived
behavioral control dirasakan bergantung pada intensi yang diselidiki. Untuk beberapa
hal, intensi untuk mempertimbangan sikap dianggap lebih penting dari sekedar
pertimbangan normatif, walaupun dalam bentuk intensi yang lain pertimbangan
normatif lebih dibutuhkan.
Teori perilaku yang direncanakan tidak berhubungan langsung dengan jumlah
kontrol yang sebenarnya dimiliki individu dalam situasi tertentu. Sedangkan intensi
mencerminkan kesediaan individu untuk mencoba melakukan perilaku tertentu,
17
kontrol yang dirasakan cenderung hanya untuk mempertimbangkan beberapa kendala
realistis yang mungkin ada. Apabila persepsi kontrol perilaku berjalan cukup baik,
maka mereka akan memberikan informasi yang berguna atas intensi yang hendak
diungkapkan.
Gambar 2.1 Theory planned behavior (Ajzen, 2005)
Gambar 2.1 menunjukkan dua fitur penting dari teori perilaku yang direncanakan.
Pertama, teori ini mengasumsikan bahwa perceived behavioral control memiliki
implikasi motivasi untuk intensi. Orang-orang yang percaya bahwa mereka tidak
memiliki sumber daya maupun peluang untuk melakukan suatu perilaku tertentu,
tidak mungkin akan membentuk intensi perilaku yang kuat untuk terlibat di
dalamnya. Hal ini walaupun mereka menahan sikap favoritnya dan keyakinannya
bahwa faktor lain juga penting untuk suksesnya perilaku mereka.
Kedua, intervensi dapat diarahkan pada satu atau lebih dari perilaku penentu
teoritis: attitudes toward behavior, subjective norm, atau perceived behavioral
control. Perubahan faktor-faktor tersebut menghasilkan perubahan perilaku dan
intensi untuk memberikan kontrol yang memadai atas perilaku. Dengan kata lain,
intensi memiliki tiga faktor penentu yaitu attitudes toward behavior, subjective norm,
Perceived BehavioralControl
Subjective Norms
Attitudes Toward Behavior
Attitudinal beliefs
Normative Beliefs
Power of Control Beliefs
Intention Behaviour
18
atau perceived behavioral control. Intensi inilah yang nantinya akan berkembang
menjadi sebuah perilaku.
2.1.3 Dimensi intensi
Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan dimensi-dimensi intensi, antara lain :
2.1.3.1 Perilaku (behavior). Dimensi ini merupakan dimensi tentang perilaku
spesifik yang nantinya akan diwujudkan.
2.1.3.2 Sasaran (target). Dimensi ini merupakan dimensi tentang objek yang menjadi
sasaran perilaku. Objek tersebut terbagi menjadi tiga yaitu orang atau objek
tertentu (particular object), sekelompok orang atau objek (a class of object)
dan orang atau objek pada umumnya (any object).
2.1.3.3 Situasi (situation). Dimensi ini merupakan dimensi tentang situasi atau
tempat yang mendukung untuk melakukan suatu perilaku (bagaimana dan
dimana perilaku akan diwujudkan).
2.1.3.4 Waktu (time). Dimensi ini merupakan dimensi tentang waktu terjadinya
perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode ataupun tidak
terbatas.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada individu ada bermacam-
macam. Hal ini bisa diketahui dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh
banyak tokoh baik di dalam maupun di luar negeri. Faktor tersebut antara lain :
2.1.4.1 Attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral
control. Gurbuz dan Aykol (2008) melakukan penelitian di Turki dengan 324
19
mahasiswa sebagai responden. Dalam penelitiannya digunakan teori planned
behavior sebagai landasan. Adapun hal-hal yang dianggap sebagai pendorong
sesesorang untuk menjadi seorang wirausaha, antara lain memiliki orang tua
seorang wirausaha, jenis kelamin, subjective norm, perceived behavioral
control, sikap, kondisi lingkungan yang mendukung dan dukungan akademik
Menurut Angriawan, Conners, Furdek, dan Ruth (2012) attitudes toward
behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control merupakan
faktor yang memiliki pengaruh positif terhadap intensi individu untuk menjadi
seorang wirausaha. Berdasarkan penelitian empiris mereka, perceived
behavioral control merupakan faktor yang paling berpengaruh. Hal ini diikuti
dengan variable attitudes toward behavior dan subjective norm.
2.1.4.2 Kepribadian. Kepribadian proaktif cenderung untuk menjadi seorang
wirausaha (Osiri, Kungu, & Prieto, 2012). Kepribadian proaktif menjadikan
individu belajar lebih mandiri karena ada kemauan dari dalam dirinya. Hal ini
menjadi kontribusi tersendiri untuk mendorong intensi individu menjadi
seorang wirausaha. (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe, 2012).
2.1.4.3 Kreativitas. Kreativitas menjadi keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh
seorang wirausaha (Schmidt, Soper, & Bernaciak, 2012). Kreativitas itu
sendiri terdiri atas berpikir konvergen dan berpikir divergen. Dari keahlian
inilah dapat dihasilkan wirausaha-wirausaha baru.
2.1.4.4 Kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam berwirausaha mendukung
seorang wirausaha mencapai kesuksesannya (Jensen & Luthans, 2006).
20
Kepemimpinan ini akan berpengaruh pada bagaimana nantinya seorang
wirausaha menyikapi usaha yang ia rintis, karena terdapat perbedaan antara
managing dan leading. Sehingga intensi menjadi seorang wirausaha juga
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang ada dalam diri individu.
2.1.4.5 Self efficacy. Zhao, Seibert, dan Hills (2005) melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dalam intensi mahasiswa
untuk menjadi seorang wirausaha. Ia menggunakan 265 sampel mahasiswa
bisnis administrasi yang berasal dari lima universitas yang berbeda. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa efek pembelajaran dari kursus
berwirausaha, pengalaman berwirausaha dan keberanian untuk mengambil
risiko dalam intensi berwirausaha dimediasi oleh entrepreneurial self-efficacy.
Dalam penelitian Linan dan Chen (2009) menyebutkan bahwa konsep
perceived behavioral control sekilas mirip dengan self efficacy Bandura
(1997) dalam Linan dan Chen (2009). Namun terdapat perbedaan antara
perceived behavioral control dan self efficacy, yaitu perceived behavioral
control tidak hanya perasaan mampu namun juga persepsi tentang mengontrol
sebuah perilaku (Linan dan Chen, 2009). Tetapi kedua hal tersebut dianggap
memiliki pengaruh terhadap intensi individu untuk menjadi wirausaha.
2.1.4.6 Latar belakang pekerjaan orang tua. Intensi untuk menjadi seorang
wirausaha dikaitkan dengan latar belakang pekerjaan orang tua individu
(Bhandari, 2012). Anak laki-laki yang memiliki ayah seorang wirausaha
memiliki kemungkinan akan menjadi wirausaha pada masa dewasanya,
21
sementara pada anak perempuan lebih ditentukan oleh sumberdaya ekonomi
(Schoon, & Duckworth, 2012). Sehingga latar belakang pekerjaan orang tua
dapat mempengaruhi intensi individu untuk menjadi seorang wirausaha.
2.1.4.7 Latar belakang pendidikan. Sikap dasar individu dalam memahami fungsi
dan proses dalam berwirausaha dipengaruhi oleh lembaga pendidikannya
(Cunningham & Lischeron, 1991). Mendeskripsikan mengenai enam jenis
sekolah atau lembaga yang berkaitan dengan bagaimana memahami proses
berwirausaha. Setiap sekolah memiliki pandangan yang unik dalam
mengilustrasikan fungsi dan proses berwirausaha. Keenam jenis sekolah atau
lembaga yang dimaksud antara lain, Great Person School, Psychological
Characteristics School, Classical School, Management School, Leadership
School, dan Intrapreneurship School. Setiap lembaga memiliki fokus yang
berbeda. Great Person School fokus pada individu yang memang telah
memiliki bakat menjadi seorang wirausaha sejak lahir. Psychological
Characteristics School fokus pada nilai-nilai unik, sikap dan kebutuhan yang
mendorong individu menjadi wirausaha. Classical School fokus pada
karakteristik wirausaha, yaitu memiliki sikap berinovasi. Management School
fokus pada individu yang memahami perekonomian, mengorganisasi dan
berani menerima resiko. Leadership School fokus terhadap kemampuan
individu untuk memimpin. Serta yang terakhir, Intrapreneurship School fokus
terhadap kemampuan individu dalam organisasi yang kompleks, bagaimana
22
mengembangkan unit independen untuk membuat, menjual dan
meningkatkan pelayanan.
2.1.5 Pengukuran intensi berwirausaha
Pengukuran intensi berwirausaha pernah dilakukan oleh beberapa tokoh dalam
penelitian sebelumnya. Davidsson (1995) membuat skala pengukuran untuk intensi
berwirausaha. Skala ini terdiri dari tiga item dan memakai skala Likert mulai 1
(sangat tidak setuju) hingga 6 (sangat setuju). Nilai Alpha Cronbach pada
keseluruhan skala ini yaitu 0,84.
Terdapat skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang didapat dari
mengembangkan sumber teoritis dan empiris dari aplikasi teori planned behavior
untuk menjadi seorang wirausaha. Skala ini terdiri dari enam item dan memakai tipe
skala Likert (Linan & Chen, 2009). Nilai Alpha Cronbach pada keseluruhan skala ini
yaitu 0,943. Sedangkan nilai Alpha Cronbach pada masing-masing item berkisar
antara 0, 654 sampai 0, 914.
Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention
Questionnaire) yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Hal ini karena skala
EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) dikembangkan melalui teori planned
behavior. Dimana teori tersebut merupakan landasan yang dipakai peneliti untuk
melakukan penelitian ini.
23
2.2 Attitudes Toward Behavior
2.2.1 Definisi attitudes toward behavior
Ajzen (2005) mengatakan attitudes toward behavior merupakan keyakinan yang
diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu, atau beberapa atribut lainnya
seperti biaya yang dikeluarkan dengan melakukan sebuah perilaku. Individu percaya
bahwa melakukan perilaku tertentu akan menyebabkan hasil yang sebagian besar
akan menampilkan sikap yang menguntungkan, sementara orang yang percaya bahwa
melakukan perilaku tertentu akan memberikan hasil yang negatif akan menampilkan
sikap yang tidak menguntungkan.
Linan dan Chen (2009) menjelaskan bahwa sikap merupakan tingkah laku
individu untuk mempertahankan nilai diri yang positif atau negatif. Dalam praktiknya
tidak hanya afeksi yang diperhatikan tetapi juga evaluasi. Sehingga individu
bertingkah laku sesuai nilai yang ia miliki dalam dirinya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti memutuskan untuk menggunakan
definisi menurut Ajzen (2005). Attitudes toward behavior merupakan keyakinan yang
diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu. Hal ini menunjang tujuan
peneliti untuk mengetahui pengaruh attitudes toward behavior terhadap intensi
berwirausaha.
2.2.2 Dimensi attitudes toward behavior
Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008) menyebutkan dimensi dari attitude
toward self-employment yang merupakan istilah lain attitudes toward behavior dalam
berwirausaha. Dimensi yang diukur antara lain:
24
2.2.2.1 Autonomy and authority. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan
dengan otoritas individu. Dimana individu mampu untuk menjadi pemimpin
bagi dirinya sendiri serta dapat menentukan keputusannya sendiri secara
independen.
2.2.2.2 Economic opportunity and challenge. Dimensi ini merupakan dimensi yang
berkaitan dengan bagaimana individu berani mengambil tantangan dalam
pekerjaannya. Individu bisa termotivasi oleh pekerjaannya dan merasa
memiliki kesempatan untuk memiliki ekonomi yang baik.
2.2.2.3 Security and workload. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan
dengan tingkat kepercayaan individu terhadap pekerjaannya, dimana individu
merasa aman dengan pekerjaannya. Dimensi ini juga melihat apakah individu
menyukai pekerjaan yang stabil dengan jam kerja yang pasti atau tidak.
2.2.2.4 Avoid responsibility. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan
kemauan individu untuk bertanggung jawab dan berkomitmen. Dimensi ini
melihat apakah individu hanya bersedia melakukan pekerjaan yang mudah
atau justru bersedia melalui pekerjaan yang rumit.
2.2.2.5 Self-realization and participation. Dimensi ini merupakan dimensi yang
berkaitan dengan kreativitas individu untuk membuat sesuatu yang baru atau
justru hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada. Dimensi ini juga melihat
apakah individu bersedia ikut terlibat dalam seluruh proses pekerjaan atau
tidak.
25
2.2.2.6 Social environment and career. Dimensi ini merupakan dimensi yang
berkaitan dengan partisipasi individu dalam lingkungan sosial. Dimensi ini
juga melihat apakah individu menjadi bagian dari lingkungan sosial dan
mendapatkan promosi untuk mendapat kesempatan dalam jenjang karirnya.
2.2.2.7 Perceived confidence. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan
kepercayaan diri individu akan kesuksesannya dalam membangun sebuah
usaha. Dimensi ini melihat apakah individu yakin bahwa dirinya memiliki
kemampuan sebagai wirausaha atau tidak.
2.2.3 Pengukuran attitudes toward behavior
Terdapat skala Occupational Status Choice Attitude Index untuk mengukur attitudes
toward behavior. Pengukuran ini dilakukan oleh Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan
Aykol (2008). Skala ini memiliki 34 item yang mengukur tujuh dimensi attitudes
toward behavior. Nilai Alpha Cronbach pada skala ini berkisar antara 0,526 hingga 0,
913.
Angriawan, et.al., (2012) melakukan pengukuran terhadap attitudes toward
behavior. Digunakan empat item yang didapatkan dari modifikasi item yang dibuat
oleh Linan dan Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala
Likert, dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju).
Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala Occupational Status Choice Attitude
Index. Alasannya karena skala ini mengukur attitudes toward behavior dengan
membaginya sesuai dimensi-dimensinya. Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang
ingin melakukan penelitian dengan mengacu pada teori planned behavior secara utuh.
26
2.3 Subjective Norms
2.3.1 Definisi subjective norms
Subjective norms merupakan fungsi dari keyakinan, yaitu keyakinan individu bahwa
individu atau kelompok tertentu menyetujui atau menolak untuk melakukan perilaku;
atau bahwa referen sosial sendiri terlibat atau tidak terlibat di dalamnya (Ajzen,
2005). Referen sosial termasuk orang tua individu, pasangan, teman dekat, maupun
rekan kerja. Individu yang percaya bahwa kebanyakan referen tersebut berkaitan,
maka akan memotivasi mereka untuk patuh dan memiliki pikiran bahwa mereka
harus melakukan perilaku sesuai dengan tekanan sosialnya.
Subjective norms merupakan persepsi sosial untuk menunjang atau justru
menekan perilaku berwirausaha (Linan & Chen 2009). Hal ini mengacu pada
“reference people” individu yang akan turut menentukan pilihan untuk menjadi
wirausaha atau tidak. Reference People itu sendiri dapat berasal dari keluarga, teman
maupun lingkungan sekitar individu.
Subjective norms merupakan persepsi individu tentang pentingnya persetujuan
atau ketidaksetujuan anggota keluarga atau teman atas keputusan mereka untuk
melakukan suatu tingkah laku (Angriawan, et.al., 2012). Subjective norms ini
berhubungan dengan pikiran individu terhadap penilaian serta persetujuan keluarga
maupun temannya apabila ia memilih suatu keputusan dalam hidupnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti memutuskan untuk menggunakan
definisi menurut Ajzen (2005). Karena subjective norms berarti keyakinan individu
bahwa individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk
27
melakukan sebuah perilaku; atau bahwa referen sosial sendiri terlibat atau tidak
terlibat di dalamnya. Hal ini menunjang tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh
subjective norms terhadap intensi berwirausaha.
2.3.2 Dimensi subjective norms
Subjective norms terdiri atas dua komponen, yaitu:
2.3.2.1 Normative belief. Normative belief fokus pada kemungkinan mengenai
pentingnya referensi dan persetnjuan dari individu atau kelompok dalam
memunculkan perilaku. Belief ini meyangkut harapan normatif dari pihak lain
(Fishbein dan Ajzen 1975).
2.3.2.2 Motivation to comply. Orang yang memiliki normative belief akan memiliki
motivasi untuk memunculkan perilaku yang disetujui oleh referensi sosial
mereka, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut menekankan peran persepsi
mereka atas tekanan sosial untuk memunculkan sebuah perilaku (Fishbein dan
Ajzen 1975).
2.3.3 Pengukuran subjective norms
Armitage dan Conner (2001) pernah melakukan pengukuran terhadap subjective
norms. Terdapat enam kategori didalamnya. Namun dari seluruh item yang
dikonstruk, terdapat 32 item yang merupakan multiple item. Sementara 52 item
lainnya adalah single item. Multiple item yang digunakan untuk mengukur subjective
norms memiliki korelasi yang signifikan dengan intensi. Nilai korelasi pada skala ini
yaitu 0,50.
28
Angriawan, et.al., (2012) pernah melakukan pengukuran terhadap subjective
norms. Digunakan tiga item yang didapatkan dari item yang dibuat oleh Linan dan
Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala Likert, dimana poin
1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju).
Peneliti memilih menggunakan skala subjective norms yang dikonstruk oleh
Linan dan Chen (2009). Hal ini karena itemnya tunggal dan sudah berbentuk
pernyataan. Selain itu, skala ini juga mengacu pada teori planned behavior.
2.4 Perceived Behavioral Control
2.4.1 Definisi perceived behavioral control
Perceived behavioral control didefinisikan sebagai persepsi individu tentang
kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku tertentu (Armitage & Conner
2001). Dengan kata lain, individu dapat diharapkan untuk terlibat dalam suatu
perilaku ketika mereka percaya bahwa perilaku mereka dapat diterima (Armitage,
et.al., 2001). Teori ini menunjukkan bahwa individu akan menjadi pengusaha jika dia
memiliki niat dan merasa mampu mengontrol perilakunya.
Perceived behavioral control merupakan fungsi dari keyakinan tentang ada atau
tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku
(Ajzen, 2005). Perceived behavioral control didasarkan pada pengalaman masa lalu
dengan perilaku, informasi tentang perilaku, atau dengan mengamati pengalaman
kenalan maupun teman-teman, serta faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi
kesulitan yang dirasakan untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
29
Perceived behavioral control didefinisikan sebagai persepsi atas mudah atau
sulitnya menjadi seorang wirausaha. Konsep ini sekilas mirip dengan self efficacy
Bandura (1997) dalam Linan dan Chen (2009). Terdapat perbedaan antara perceived
behavioral control dan self efficacy, yaitu perceived behavioral control tidak hanya
perasaan mampu namun juga persepsi tentang mengontrol sebuah perilaku (Linan &
Chen, 2009).
Peneliti memutuskan untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005). Hal ini
karena dalam definisi ini, perceived behavioral control merupakan fungsi dari
keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau
menghambat kinerja perilaku. Sehingga mendukung peneliti yang ingin meneliti
tentang faktor yang mendukung atau menghambat individu dalam mengambil
langkah berwirausaha.
2.4.2 Dimensi perceived behavioral control
Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan dimensi-dimensi perceived behavioral
control, antara lain :
2.4.2.1 Control Belief. Dimensi ini berdasarkan atas pengalaman masa lalu terhadap
perilaku tertentu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh informasi orang lain
mengenai perilaku, pengalaman kenalan atau teman seta faktor lain yang
mengembangkan atau mengurangi kesulitan yang dipersepsikan atas
pemunculan perilaku.
2.4.2.2 Perceived Power. Dimensi ini tentang kendali yang aktual dari seseorang atas
suatu perilaku. Setiap control belief dilipatgandakan oleh perceived power
30
dari faktor kendali tertentu untuk memfasilitasi atau menghambat pemunculan
perilaku. Perceived power sendiri berhubungan dengan rasa percaya diri dari
individu untuk menghadapi faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau
menghalangi pemunculan perilaku.
2.4.3 Pengukuran perceived behavioral control
Pengukuran mengenai perceived behavioral control pernah dilakukan oleh Kolvereid
(1996) dan Autio, et.al., (2001) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Partisipan diminta
untuk meranking pernyataaan yang disediakan peneliti dengan menggunakan skala.
Dimulai dari “strongly disagree” untuk poin=satu sampai dengan “strongly agree”
untuk nilai poin=enam. Skala ini memiliki nilai Alpha Cronbach antara 0, 811 sampai
0, 833.
Angriawan, et.al., (2012) melakukan pengukuran terhadap perceived behavioral
control. Digunakan enam item yang didapatkan dari modifikasi item yang dibuat oleh
Linan dan Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala Likert,
dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju).
Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala perceived behavioral control
yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Hal ini karena skala ini dikembangkan
melalui teori planned behavior. Dimana teori tersebut merupakan landasan yang
dipakai peneliti untuk melakukan penelitian ini.
31
2.5 Self Efficacy
2.5.1 Definisi self efficacy
Boyd dan Vozikis (1994) mengatakan self efficacy adalah sebuah konstruk yang
berguna untuk menjelaskan proses dinamis dari evaluasi dan pilihan dalam
pengembangan niat kewirausahaan dan selanjutnya menjadi keputusan untuk terlibat
dalam perilaku kewirausahaan. Integrasi self efficacy menyediakan tambahan
wawasan tentang proses kognitif dimana niat kewirausahaan yang baik
dikembangkan dan dilakukan melalui perilaku tertentu.
Istilah self efficacy berasal dari teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dan
mengacu pada keyakinan individu tentang kemampuannya untuk melakukan tugas
yang diberikan. Menurut Bandura (1977) dalam Baron dan Byrne (2000), self efficacy
adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self efficacy membuat
penilaian tentang kemampuan individu untuk melaksanakan sebuah tugas dalam hal
yang spesifik. Self efficacy cenderung konsisten sepanjang waktu, tetapi bukan
berarti tidak bisa berubah.
Peneliti menggunakan definisi menurut Bandura (1977). Hal ini karena self
efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk
melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Sehingga
mendukung peneliti yang ingin meneliti tentang pengaruh self efficacy terhadap
intensi individu dalam berwirausaha.
32
2.5.2 Dimensi self efficacy
Bandura (1997) dalam Zimmerman (2000) membagi self efficacy menjadi tiga
dimensi. Setiap dimensi memiliki implikasi yang penting terhadap performa individu.
Dimensi dari self efficacy yaitu :
2.5.2.1 Level. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan tingkat
kesulitan tugas. Tugas tersebut berpengaruh pada individu, dimana individu
merasa mampu atau tidak dalam menyelesaikan tugas tersebut. Sehingga
individu memiliki keyakinan terhadap kemampuannya terhadap tingkat
kesulitan tugas yang ia hadapi.
2.5.2.2 Strength. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan tingkat
kekuatan dari keyakinan individu tentang kemampuan dirinya. Hal ini diukur
dengan jumlah kepastian individu tentang tugas yang diberikan. Sejauh mana
besar dan kekuatan keyakinan digeneralisasikan dalam tugas dan situasi yang
dialami.
2.5.2.3 Generality. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan keyakinan
individu tentang kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Dimana
keyakinan tersebut berkaitan pada kepastian dalam keberhasilan melakukan
tingkat kesulitan tugas tertentu. Sehingga individu dapat yakin pada
kemampuannya dalam banyak bidang.
2.5.3 Pengukuran self efficacy
Pengukuran mengenai self efficacy pernah dilakukan oleh Zhao, Seibert, dan Hills
(2005). Partisipan diminta untuk meranking pernyataaan yang disediakan peneliti
33
dengan menggunakan skala. Dimulai dari “no confidence” untuk poin=satu sampai
dengan “complete confidence” untuk nilai poin=lima. Nilai alpha Cronbach pada
skala ini sebesar 0,78.
Terdapat skala General Self Efficacy (GSE) untuk mengukur self efficacy, Imam
(2007). Digunakan tujuh belas item yang diukur dengan lima poin skala Likert,
dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Nilai Alpha Cronbach dari
skala ini sebesar 0,85.
Peneliti memilih menggunakan skala self efficacy yang dikonstruk oleh Imam
(2007). Hal ini karena skala GSE menggambarkan self efficacy individu secara
umum.
2.6 Kerangka Berpikir
Attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control
merupakan prediktor yang positif dan signifikan dari intensi berwirausaha
(Angriawan, et.al., 2012). Attitudes toward behavior merupakan keyakinan individu
tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Attitudes toward
behavior memiliki tujuh aspek di dalamnya antara lain autonomy and authority,
economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility,
self-realization and participation, social environment and career, dan perceived
confidence (Kolvereid, 1996 dalam Gurbuz dan Aykol, 2008). Asumsinya adalah,
jika individu memiliki attitudes toward behavior yang tinggi maka kemungkinan
intensi berwirausahanya juga akan tinggi sebaliknya jika nilai attitudes toward
behavior individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil.
34
Autonomy and authority berkaitan dengan otoritas individu, dimana individu
mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri serta dapat menentukan keputusan
secara independen. Apabila individu memiliki autonomy and authority yang tinggi,
maka dapat dikatakan bahwa ia siap untuk berwirausaha. Hal ini karena dalam
berwirausaha sangat dibutuhkan sikap kepemimpinan dan kemampuan mengambil
keputusan.
Economic opportunity and challenge berkaitan dengan keyakinan individu
tentang kesempatan memiliki ekonomi yang lebih baik dengan keberaniannya
mengambil tantangan dalam pekerjaannya. Individu dengan economic opportunity
and challenge yang tinggi akan lebih berani mengambil langkah berwirausaha. Hal
ini karena ia ingin memiliki ekonomi yang lebih baik.
Security and workload berkaitan dengan tingkat kepercayaan individu terhadap
pekerjaannya, dimana individu merasa aman dengan pekerjaannya. Apabila individu
memiliki nilai security and workload yang tinggi pada sikap berwirausaha, maka
kemungkinannya untuk mengambil langkah berwirausaha dalam kehidupannya akan
lebih tinggi.
Avoid responsibility berkaitan dengan kemauan individu untuk bertanggung
jawab dan berkomitmen. Nilai-nilai ini tentu penting ketika individu memutuskan
untuk berwirausaha. Berhasil tidaknya sebuah usaha sangatlah ditentukan oleh
komitmen individu dalam menjalankan usahanya tersebut. Avoid responsibility yang
tinggi akan membuat intensi berwirausaha individu menjadi tinggi pula.
35
Self-realization and participation berkaitan dengan kemampuan individu untuk
membuat sesuatu yang baru dan partisipasinya dalam melakukan sebuah pekerjaan.
Dalam kegiatan berwirausaha sangat diperlukan pengembangan usaha dan partisipasi
aktif pemilik di dalamnya. Hal inilah yang akan menentukan keberhasilan usaha yang
dilakukan oleh individu.
Social environment and career berkaitan dengan partisipasi individu dalam
lingkungan sosial dan jenjang karir yang ingin diraih. Apabila individu memiliki
social environment and career yang tinggi, kemungkinan intensi berwirausahanya
juga akan tinggi. Hal ini karena kegiatan berwirausaha mengharuskan individu untuk
banyak bersosialisasi dengan lingkungan.
Perceived confidence berkaitan dengan kepercayaan diri individu akan
kesuksesannya dalam membangun sebuah usaha. Perceived confidence yang tinggi
dalam diri individu akan meningkatkan intensi berwirausahanya. Apabila individu
yakin dan percaya ia akan sukses menjalankan sebuah usaha, maka ia akan lebih
cepat pula dalam mengambil langkah berwirausaha.
Subjective norm merupakan keyakinan individu bahwa individu atau kelompok
tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan perilaku (Ajzen, 2005).
Subjective norm berpengaruh terhadap intensi berwirausaha karena individu yang
berwirausaha akan mempertimbangkan bagaimana lingkungan di sekitarnya menilai
tindakannya itu. Misalnya, individu mempertimbangkan persetujuan orang tuanya
ketika hendak berwirausaha. Asumsinya adalah, jika individu memiliki subjective
norm yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi
36
sebaliknya jika nilai subjective norm individu rendah, maka kemungkinan intensi
berwirausahanya pun mengecil.
Perceived behavioral control merupakan fungsi dari keyakinan tentang ada atau
tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku
(Ajzen, 2005). Hal ini berpengaruh terhadap intensi berwirausaha karena individu
dengan perceived behavioral control tinggi akan yakin bahwa kegiatan
berwirausahanya mampu mendapatkan faktor-faktor pendukung yang dapat
memfasilitasi usahanya. Asumsinya adalah, jika individu memiliki perceived
behavioral control yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan
tinggi sebaliknya jika nilai perceived behavioral control individu rendah, maka
kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil.
Faktor lain yang turut mempengaruhi intensi berwirausaha adalah self efficacy.
Self efficacy merupakan evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Bandura,
1977 dalam Baron & Byrne, 2000). Self efficacy memiliki dimensi antara lain,
level,strength dan generality. Asumsinya adalah, jika individu memiliki self efficacy
yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi sebaliknya
jika nilai self efficacy individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya
pun mengecil.
Level berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. Tugas dalam penelitian ini yaitu
tugas berwirausaha. Apabila individu yakin bahwa tugas-tugas yang ada dalam
37
berwirausaha akan mampu ia selesaikan maka kemungkinannya untuk berwirausaha
tentu akan lebih besar.
Strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu tentang
kemampuan dirinya. Individu yang yakin bahwa dirinya mampu untuk melalui setiap
masalah yang menghadang dalam berwirausaha akan lebih mudah untuk mengambil
langkah berwirausaha.
Generality berkaitan dengan keyakinan individu tentang kemampuannya untuk
berhasil menyelesaikan tugas dalam tingkat kesulitan tertentu. Generality yang tinggi
akan mendorong seseorang untuk berwirausaha karena kegiatan berwirausaha sangat
berkaitan dengan keberhasilan individu menyelesaikan tugas berwirausahanya.
Intensi untuk menjadi seorang wirausaha dikaitkan dengan latar belakang
pekerjaan orang tua individu. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa individu
yang memiliki orang tua sebagai wirausaha memiliki intensi berwirausaha yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki orang tua sebagai
wirausaha. Hal ini karena individu dengan orang tua yang berwirausaha menjadi
memiliki role model seorang wirausaha dalam kehidupannya, sehingga ia dapat
memperlajari cara-cara berwirausaha melalui orang tuanya sendiri.
Dengan demikian, kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu :
38
Attitudes Toward Behavior
Self Efficacy
Gambar 2.2 Pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived
behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap
intensi berwirausaha
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain :
H1 : Ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective norms,
perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang
tua terhadap intensi berwirausaha.
Subjective Norms
Perceived Behavioral Control
INTENSI
BERWIRAUSAHA
Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua
Strength
Generality
Level
Perceived confidence
Social environment and career
Self-realization and participation
Avoid responsibility
Security and workload
Economic opportunity and challenge
Autonomy and authority
39
H2 : Ada pengaruh yang signifikan autonomy and authority terhadap intensi
berwirausaha.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan economic opportunity and challenge terhadap
intensi berwirausaha.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan security and workload terhadap intensi
berwirausaha.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan avoid responsibility terhadap intensi
berwirausaha.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan self-realization and participation terhadap
intensi berwirausaha.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan social environment and career terhadap intensi
berwirausaha.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan perceived confidence terhadap intensi
berwirausaha.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan subjective norms terhadap intensi berwirausaha.
H10 : Ada pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi
berwirausaha.
H11 : Ada pengaruh yang signifikan level terhadap intensi berwirausaha.
H12 : Ada pengaruh yang signifikan strength terhadap intensi berwirausaha.
H13 : Ada pengaruh yang signifikan generality terhadap intensi berwirausaha.
H14 : Ada pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap
intensi berwirausaha.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas metode penelitian. Terdiri dari populasi, sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrument
pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisa data dan prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mahasiswa yang termasuk populasi yaitu mahasiswa yang terdaftar aktif pada tahun
ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 23.099 mahasiswa
(Akademik Pusat UIN per Tiga November 2014).
3.1.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur
tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi. Pada penelitian ini, yang
dijadikan sampel adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 230
responden.
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Peneliti menentukan jumlah sampel dengan mengambil proporsi 1% dari tiap Fakultas
yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik yang digunakan untuk
pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat probability sampling, yaitu dengan
41
proporsional. Proporsi sampel dari tiap Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yaitu :
1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan = 1%×5.031 = 50,31(51) responden
2. Fakultas Adab dan Humaniora = 1%×2.169 = 21,69(22) responden
3. Fakultas Ushuluddin = 1%×1.506 = 15,06(16) responden
4. Fakultas Syariah dan Hukum = 1%×2.637 = 26,37(27) responden
5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi = 1%×2.218 = 22,18(23) responden
6. Fakultas Dirasat Islamiyah = 1%×440 = 4,4(5) responden
7. Fakultas Psikologi = 1%× 893 = 8,93(9) responden
8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis = 1%×2.101 = 21,01(22) responden
9. Fakultas Sains dan Teknologi = 1%×2.568 = 25,68(26) responden
10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan = 1%×1.588 = 15,88(16) responden
11. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik = 1%×1.259 = 12,59(13) responden
Jumlah sampel = 230 responden
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Identifikasi variabel
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Dependent variable
Pada penelitian ini, variabel yang diteliti dan menjadi dependent variable adalah
intensi berwirausaha.
42
b. Independent variable
Pada penelitian ini, variabel yang termasuk dalam independent variable adalah :
1. Attitudes toward behavior yang terdiri dari :
a. Autonomy and authority
b. Economic opportunity and challenge
c. Security and workload
d. Avoid responsibility
e. Self realization dan participation
f. Social environment and career
g. Perceived confidence
2. Subjective norms
3. Perceived behavioral control
4. Self efficacy, yang terdiri dari :
a. Level
b. Strength
c. Generality
5. Latar belakang pekerjaan orang tua
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan DV dan IV, selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional
dari variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan
definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :
43
3.2.2.1 Intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada
pada diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan. Intensi
berwirausaha diketahui dari skor yang diperoleh melalui pengukuran dengan
menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang
dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Skala EIQ (Entrepreneurial Intention
Questionnaire) terdiri dari enam item.
3.2.2.2 Attitudes toward behavior. Attitudes toward behavior merupakan keyakinan
yang diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu. Attitudes toward
behavior diukur dengan skala Occupational Status Choice Attitude Index oleh
Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Skala Occupational Status
Choice Attitude Index mengukur tujuh dimensi, yaitu autonomy and authority,
economic opportunity and challenge, security and workload, avoid
responsibility, self-realization dan participation, social environment and
career, perceived confidence. Jumlah item dalam skala ini yaitu 34 item.
3.2.2.3 Subjective norms. Subjective norms berarti keyakinan individu bahwa individu
atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan
sebuah perilaku. Subjective norms ini diukur menggunakan skala yang
dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Jumlah item pada skala tersebut ada
tiga item.
3.2.2.4 Perceived behavioral control. Perceived behavioral control dianggap sebagai
fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang
memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Perceived behavioral control
44
ini diukur dengan menggunakan skala perceived behavioral control yang
dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Jumlah item pada skala tersebut ada
enam item.
3.2.2.5 Self efficacy. Self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau
mengatasi hambatan. Self efficacy terdiri atas tiga dimensi, yaitu level,
strength, dan generality. Self efficacy diukur dengan menggunakan GSE yang
memiliki item sebanyak 17 item.
3.2.2.6 Latar belakang pekerjaan orang tua. Latar belakang pekerjaan orang tua
dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dua kategori, yaitu orang tua yang
berprofesi sebagai wirausaha dan orang tua yang tidak berprofesi sebagai
wirausaha. Orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah/ibu.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Skala
pengukuran terdiri atas pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negative
(unfavorable). Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari beberapa kategori
skala yang disediakan. Bagian pertama terdiri atas informed consent dan identitas
partisipan (termasuk di dalamnya latar belakang pekerjaan orang tua partisipan).
Bagian kedua dari instrumen ini berisi skala mengenai intensi berwirausaha. Bagian
ketiga instrumen merupakan serangkaian penyataan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi intensi berwirausaha, terdiri atas skala skala Occupational Status
Choice Attitude Index untuk mengukur attitudes toward behavior, skala yang
45
dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009) untuk mengukur subjective norms dan
perceived behavioral control, serta skala GSE untuk mengukur self efficacy.
3.3.1 Skala intensi berwirausaha
Skala intensi berwirausaha yang digunakan untuk mengukur kecenderungan individu
dalam melakukan tindakan wirausaha dilihat menggunakan skala EIQ
(Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang dikonstruk oleh Linan dan Chen
(2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala EIQ (Entrepreneurial Intention
Questionnaire) tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari intensi
berwirausaha. Skala ini terdiri atas 35 item favorable. Adapun blue print skala EIQ
(Entrepreneurial Intention Questionnaire) dijelaskan pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Blue Print Skala Intensi Berwirausaha
Indikator Item
Favorable Jumlah
Bersedia melakukan hal apapun yang dapat mendukung individu
untuk menjadi seorang wirausaha.
1,2,3,
4,5,6
6
Jumlah 6 6
3.3.2 Skala attitudes toward behavior
Skala attitudes toward behavior yang digunakan untuk mengukur keyakinan yang
diakses oleh individu tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu dilihat
menggunakan skala Occupational Status Choice Attitude Index yang dikonstruk oleh
Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Tanggapan untuk setiap item dari
skala Occupational Status Choice Attitude Index tersebut dijumlahkan untuk membuat
skor keseluruhan dari attitudes toward behavior. Skala ini terdiri atas 35 item
46
favorable dan unfavorable Adapun blue print skala Occupational Status Choice
Attitude Index dijelaskan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Attitudes Toward Behavior
Dimensi Indikator Item
Jumlah Fav Unfav
Autonomy and authority
Individu memiliki otoritas untuk
mengambil keputusan bagi
dirinya sendiri.
1,2,3,
4,5,6
- 6
Economic opportunity and
challenge
Individu berani mengambil
tantangan dalam pekerjaannya.
7,8,9,10,
11,12,
13,14
- 8
Security and workload
Individu merasa yakin dengan
pekerjaan yang dijalaninya.
15,17,19 16,18 5
Avoid responsibility
Sejauh mana individu mampu
berkomitmen dan bertanggung
jawab.
23
20,21,
22
4
Self realization and
participation
Sejauh mana individu
berpartisipasi dalam membuat
sesuatu.
24,25,
26,27
- 4
Social environment and
career
Sejauh mana individu
berpartisipasi dalam lingkungan
sosial.
28,29,
30,31
- 4
Perceived confidence
Keyakinan individu terhadap
kemampuannya.
32,33,34 35 4
Jumlah 29 6 35
3.3.3 Skala subjective norms
Skala subjective norms yang digunakan untuk mengukur keyakinan individu bahwa
individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan
sebuah perilaku dilihat menggunakan skala subjective norms yang dikonstruk oleh
Linan dan Chen (2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala subjective norms
tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari subjective norms. Skala ini
terdiri atas 4 item favorable. Adapun blue print skala subjective norms dijelaskan pada
tabel 3.3 berikut ini:
47
Tabel 3.3
Blue Print Skala Subjective Norms
Indikator Item
Jumlah Fav Unfav
Keyakinan individu bahwa individu lain atau kelompok akan
menyetujui untuk melakukan sebuah perilaku.
1,2,3 4 4
Jumlah 3 1 4
3.3.4 Skala perceived behavioral control
Skala perceived behavioral control yang digunakan untuk mengukur fungsi dari
keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau
menghambat kinerja perilaku dilihat menggunakan skala perceived behavioral control
yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala
perceived behavioral control tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan
dari perceived behavioral control. Skala ini terdiri atas 6 item favorable. Adapun blue
print skala perceived behavioral control dijelaskan pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Blue Print Skala Perceived Behavioral Control
Indikator Item
Jumlah Favorable
Keyakinan individu akan faktor-faktor yang akan mendukung kinerja
perilakunya.
1,2,3,4,5,6 6
Jumlah 6 6
3.3.5 Skala self efficacy
Skala self efficacy yang digunakan untuk mengukur evaluasi individu terhadap
kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau
mengatasi hambatan dilihat menggunakan skala General Self Efficacy (GSE).
Tanggapan untuk setiap item dari skala self efficacy tersebut dijumlahkan untuk
membuat skor keseluruhan dari self efficacy. Skala ini terdiri atas 17 item favorable
48
dan unfavorable. Adapun blue print skala self efficacy dijelaskan pada tabel 3.5
berikut ini:
Tabel 3.5
Blue Print Skala Self Efficacy
Dimensi Indikator Item
Jumlah Fav Unfav
Level Tingkat kesulitan tugas yang diyakini individu akan
tercapai.
1,3 2,4,5 5
Strength Tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya
untuk mencapai kesuksesan.
8,9,1
3
6,7,10,
11,12
8
Generality Keyakinan individu akan kemampuannya dalam
berbagai situasi.
15 14,16,
17
4
Jumlah 6 11 17
3.4 Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk
intsrumen tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis)
untuk pengujian validtitas instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2012) adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan secara
operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes
hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks
korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
49
empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ – matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan Ʃ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test
tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat
item, yang bersifat positif (favorable).
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor skor
ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari kesalahan
pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang
diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh
dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian,
untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif (Z-score) maka
peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score dengan rumusnya yaitu
(Umar, 2011):
50
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan diharapkan seluruh
skor merupakan bilangan positif. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah
menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis regresi.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL.
3.4.1 Uji validitas alat ukur intensi berwirausaha
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur intensi
berwirausaha bersifat unidimensional atau tidak. Untuk melihat signifikan tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur diujikan hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan
dan sebaliknya, hasilnya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item untuk Intensi Berwirausaha No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.76 0.06 12.64 √
2 0.84 0.06 14.76 √
3 0.78 0.06 13.30 √
4 0.84 0.09 9.74 √
5 0.71 0.06 11.34 √
6 0.54 0.07 8.17 √
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua koefisien
bermuatan positif. Artinya keenam item dalam alat ukur intensi berwirausaha terbukti
signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut sertakan dalam analisis uji
hipotesis.
51
3.4.2 Uji validitas alat ukur attitudes toward behavior
Peneliti menguji unidimensionalitas skala attitudes toward behavior yang terdiri dari
35 item. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item untuk Attitudes Toward Behavior No Koefisien Nilai t Signifikan No Koefisien Nilai t Signifikan
1 0.78 13.18 √ 19 0.32 4.33 √
2 0.82 14.09 √ 20 0.30 3.48 √
3 0.68 10.74 √ 21 0.69 4.77 √
4 0.79 13.45 √ 22 1.02 5.07 √
5 0.50 7.40 √ 23 -0.18 -2.38 X
6 0.69 11.30 √ 24 0.65 7.10 √
7 0.61 8.87 √ 25 0.82 7.90 √
8 0.72 9.39 √ 26 0.39 5.11 √
9 0.79 11.66 √ 27 0.42 4.66 √
10 0.57 8.16 √ 28 0.78 13.30 √
11 0.63 9.26 √ 29 0.83 13.51 √
12 0.39 5.31 √ 30 0.73 12.23 √
13 0.40 5.61 √ 31 0.82 13.32 √
14 0.40 5.66 √ 32 0.75 12.76 √
15 0.69 6.99 √ 33 0.91 16.57 √
16 -0.71 -7.57 X 34 0.85 15.14 √
17 0.25 3.42 √ 35 0.50 7.48 √
18 -0.65 -6.61 X
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan tidak
signifikan. Item yang signifikan tidak akan di drop dan diikut sertakan dalam analisis
uji hipotesis. Sementara item nomor 16, 18 dan 23 terbukti tidak signifikan dan harus
di drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur attitudes toward behavior
terdapat 32 item yang signifikan dan 3 item yang tidak signifikan.
3.4.3 Uji validitas alat ukur subjective norms
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada dalam alat ukur subjective norms
bersifat unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut
ini:
52
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item untuk Subjective Norms No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.82 0.06 14.46 √
2 0.89 0.05 16.43 √
3 0.88 0.0.5 16.15 √
4 0.32 0.07 4.55 √
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya keempat item dalam alat ukur subjective norms
terbukti signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut sertakan dalam analisis
uji hipotesis.
3.4.4 Uji validitas alat ukur perceived behavioral control
Peneliti menguji apakah keenam item yang ada dalam alat ukur perceived behavioral
control bersifat unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item untuk Perceived Behavioral Control No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.50 0.07 7.15 √
2 0.74 0.06 12.14 √
3 0.83 0.06 14.18 √
4 0.70 0.06 11.30 √
5 0.66 0.06 10.40 √
6 0.74 0.06 12.13 √
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya keenam item dalam alat ukur perceived
behavioral control terbukti signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut
sertakan dalam analisis uji hipotesis.
53
3.4.5 Uji validitas alat ukur self efficacy
Peneliti menguji apakah 17 item yang ada dalam alat ukur self efficacy bersifat
unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item untuk Self Efficacy No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.96 0.05 19.90 √
2 -0.12 0.04 -2.81 X
3 1.75 0.39 4.48 √
4 -0.01 0.04 -0.36 X
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
0.25
0.72
0.71
0.14
0.29
0.64
0.79
0.74
0.52
0.75
0.27
0.78
0.64
0.06
0.07
0.06
0.07
0.07
0.06
0.06
0.06
0.07
0.07
0.08
0.07
0.07
4.07
11.11
11.20
2.05
4.10
10.27
12.80
12.13
7.91
10.81
3.43
11.18
9.32
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan tidak
signifikan. Item yang signifikan tidak akan di drop dan diikut sertakan dalam analisis
uji hipotesis. Sementara item nomor 2, 4 dan terbukti tidak signifikan dan harus di
drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur self efficacy terdapat 15 item yang
signifikan dan dua item yang tidak signifikan.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable, peneliti
akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda merupakan metode
54
statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara DV dengan lebih
dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+ b11X11+ b12X12+
b13X13+ b14X14+e
Keterangan :
Y = intensi berwirausaha
a = intersep atau konstan
b = koefisien regresi
X1 = autonomy and authority
X2 = economic opportunity and challenge
X3 = security and workload
X4 = avoid responsibility
X5 = self realization and participation
X6 = social environment and career
X7 = perceived confidence
X8 = subjective norms
X9 = perceived behavioral control
X10 = level
X11 = strength
X12 = generality
X13 = latar belakang pekerjaan orang tua
e = error
Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis sebagai berikut.
1. R2
(koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda
antara attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self
efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha.
Besarnya intensi berwirausaha yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah
55
disebutkan sebelumnya, ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R
2
menunjukkan variasi oleh perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel
independen (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi varians dari
attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self
efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua. Untuk mendapat nilai R2 digunakan
rumus sebagai berikut:
R2
=
2. Uji F
Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau
tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus
:
F =
⁄
( ) ( )
K adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang dilakukan nantinya,
dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh terhadap DV.
3. Uji t
Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh karena itu, sebelum
didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai standar error estimate dari b
(koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SS. Setelah
56
didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi)
dengan Sb itu sendiri. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
R2
=
dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini akan
diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
3.6 Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
- Perumusan masalah yang diteliti.
- Menentukan variabel yang diteliti.
- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat mengenai
variabel penelitian.
- Menentukan subjek penelitian.
- Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat berupa skala model
Likert yang terdiri dari skala intensi berwirausaha, skala attitudes toward
behavior, subjective norms, perceived behavioral control dan self efficacy.
2. Tahap pelaksanaan
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden
untuk mengisi skala dalam penelitian.
- Melaksanakan pengambilan data.
57
3. Tahap pengolahan data
- Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel data.
- Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis.
- Membuat kesimpulan.
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek penelitian, hasil
analisis deskriptif dan terakhir hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang berjumlah
230 orang. Gambaran subjek penelitian dijelaskan berdasarkan fakultas, jenis kelamin,
semester, pengalaman wirausaha, tinggal bersama dan pekerjaan orang tua. Gambaran
subjek penelitian berdasarkan fakultasnya dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas Fakultas Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 11 40 51 22.17%
Adab dan Humaniora 13 9 22 9.57%
Ushuluddin 12 4 16 6.96%
Syariah dan Hukum 17 10 27 11.74%
Dakwah dan Ilmu Komunikasi 16 7 23 10%
Dirasat Islamiyah 5 0 5 2.17%
Psikologi 3 6 9 3.91%
Ekonomi dan Bisnis 15 7 22 9.57%
Sains dan Teknologi 17 9 26 11.30%
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2 14 16 6.96%
Ilmu Sosial dan Politik 1 12 13 5.65%
Total 112 118 230 100%
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa subjek penelitian perempuan jumlahnya lebih
banyak daripada laki-laki yaitu 118 orang atau 51.30% sedangkan subjek penelitian
laki-laki berjumlah 112 orang atau 48.70%.
59
Berdasarkan tabel 4.1 fakultas yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi 11 macam, yaitu Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebanyak 51
(22.17%)orang, Adab dan Humaniora sebanyak 22 (9.57%)orang, Ushuluddin
sebanyak 16 (6.96%)orang, Syariah dan Hukum sebanyak 27 (11.74%)orang, Dakwah
dan Ilmu Komunikasi sebanyak 23 (10%)orang, Dirasat Islamiyah sebanyak 5
(2.17%)orang, Psikologi sebanyak 9 (3.91%)orang, Ekonomi dan Bisnis sebanyak 22
(9.57%)orang, Sains dan Teknologi sebanyak 26 (11.30%)orang, Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan sebanyak 16 (6.96%)orang dan Ilmu Sosial dan Politik sebanyak 13
(5.65%)orang.
Subjek penelitian dalam penelitian ini juga dijelaskan berdasarkan semester,
pengalaman wirausaha, tinggal bersama dan pekerjaan orang tuanya. Adapun
penjelasannya terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Semester
Semester
Pengalaman Wirausaha Tinggal Bersama Pekerjaan Orang Tua
Ada Tidak Ada Orang
Tua Kost Wirausaha
Non-
wirausaha Dua 34(14.8%) 32(13.9%) 42(18.3%) 24(10.4%) 44(19.2%) 22(9.6%)
Empat 18(7.8%) 46(20%) 31(13.5%) 33(14.35%) 30(13.05%) 34(14.7%)
Enam 12(5.2%) 17(7.4%) 19(8.3%) 10(4.35%) 10(4.35%) 19(8.3%)
Delapan 35(15.2%) 28(12.2%) 42(18.3%) 21(9.1%) 17(7.4%) 46(20%)
Sepuluh 6(2.6%) 2(0.9%) 7(3%) 1(0.4%) 3(1.3%) 5(2.1%)
Total 105(45.65
%)
125(54.35
%)
141(61.3%) 89(38.7%) 104(45.21
%)
126(54.79%)
Berdasarkan tabel 4.2 pengalaman berwirausaha subjek penelitian dalam penelitian
ini terdiri dari pernah berwirausaha sebanyak 105 (45.65%) orang dan tidak pernah
berwirausaha sebanyak 125 (54.35%)orang. Subjek penelitian dalam penelitian ini
lebih banyak yang tinggal bersama orang tua yaitu sebanyak 141 (61.30%) orang dan
60
kost sebanyak 89 (38.70%) orang. Sementara jenis pekerjaan orang tua dari subjek
penelitian dalam penelitian ini terdiri dari wirausaha sebanyak 104 (45.21%) orang
dan non-wirausaha sebanyak 126 (54.79 %) orang.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji statistika deskriptif dari sampel yang
berjumlah 230 orang. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui nilai minimum dan
maksimum dari tiap variabel yang diteliti. Tabel 4.3 juga menunjukkan nilai mean dan
standar deviasi dari masing-masing variabel.
Tabel 4.3
Hasil Statistika Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INTENSI BERWIRAUSAHA 230 12.12 67.22 50.0000 9.07245
Autonomy Authority 230 18.92 68.30 50.0000 9.08359
Economic Opportunity Challenge 230 30.50 66.15 50.0000 8.80873
Security Workload 230 26.23 62.40 50.0000 8.33478
Avoid Responsibility 230 17.06 59.87 50.0000 8.93442
Self Realization Participation 230 16.73 68.38 50.0000 8.19783
Social Environment Career 230 26.71 65.97 50.0000 8.86135
Perceived Confidence 230 27.82 65.56 50.0000 9.18121
Subjective Norms 230 15.84 64.32 50.0000 9.21383
Perceived Behavioral Control 230 23.35 71.05 50.0000 9.16699
Level 230 22.76 62.78 50.0000 7.17825
Strength 230 20.95 66.41 50.0000 9.09817
Generality 230 21.92 63.53 50.0000 8.51022
Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua 230 .00 1.00 .6435 .48002
Valid N (listwise) 230
Pada penelitian ini, peneliti membagi klasifikasi intensi berwirausaha, attitudes
toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity and challenge,
security and workload, avoid responsibility, self realization and participation, social
environment and career, perceived confidence), subjective norms, perceived
behavioral control dan self efficacy (level, strength, generality) menjadi dua skor,
61
yaitu skor rendah dan tinggi. Kategorisasi didapat berdasarkan rumus pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4
Rumus Kategorisasi Kategorisasi Rumus
Rendah X<M
Tinggi X>M
Adapun kategorisasi skor masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
4.2.1 Kategorisasi intensi berwirausaha
Kategorisasi skor intensi berwirausaha akan dijelaskan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kategorisasi Intensi Berwirausaha Rendah Tinggi Total
Frequency 121 109 230
Presentase 52.6% 47.4% 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat
bahwa subjek penelitian dengan skor intensi berwirausaha rendah sebanyak 121
subjek penelitian (52.6%), sedangkan subjek penelitian dengan skor intensi
berwirausaha tinggi sebanyak 109 subjek penelitian (47.4%).
4.2.2 Kategorisasi attitudes toward behavior
Kategorisasi skor attitudes toward behavior akan dijelaskan pada tabel 4.6 sebagai
berikut :
62
Tabel 4.6
Kategorisasi Attitudes Toward Behavior
Dimensi Negatif
(Persentase)
Positif
(Persentase)
Total
(Persentase)
Autonomy and authority 125 (54.4%) 105 (45.6%) 230 (100.0%)
Economic opportunity and challenge 116 (50.4%) 114 (49.6%) 230 (100.0%)
Security and workload 96 (41.7%) 134 (58.3%) 230 (100.0%)
Avoid responsibility 122 (53.0%) 108 (47.0%) 230 (100.0%)
Self realization and participation 158 (68.7%) 72 (31.3%) 230 (100.0%)
Social environment and career 146 (63.5%) 84 (36.5%) 230 (100.0%)
Perceived confidence 151 (65.6%) 79 (34.4%) 230 (100.0%)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian,
terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor attitudes toward behavior negatif
tertinggi terdapat pada dimensi self realization and participation dengan nilai 158
(68.7%). Sementara skor attitudes toward behavior negatif terendah terdapat pada
dimensi security and workload dengan nilai 96 (41.7%).
Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian,
terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor attitudes toward behavior positif
tertinggi terdapat pada dimensi security and workload dengan nilai 134 (58.3%).
Sementara skor attitudes toward behavior positif terendah terdapat pada dimensi self
realization and participation dengan nilai 72 (31.3%).
4.2.3 Kategorisasi subjective norms
Kategorisasi skor subjective norms akan dijelaskan pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Kategorisasi Subjective Norms Rendah Tinggi Total
Frequency 151 79 230
Persentase 65.6% 34.4% 100%
63
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian,
terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor subjective norms rendah sebanyak 151
subjek penelitian (65.6%), sedangkan subjek penelitian dengan skor subjective norms
tinggi sebanyak 79 subjek penelitian (34.4%).
4.2.4 Kategorisasi perceived behavioral control
Kategorisasi skor perceived behavioral control akan dijelaskan pada tabel 4.8 sebagai
berikut :
Tabel 4.8
Kategorisasi Perceived Behavioral Control Rendah Tinggi Total
Frequency 111 119 230
Persentase 48.3% 51.7% 100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian,
terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor perceived behavioral control rendah
sebanyak 111 subjek penelitian (48.3%), sedangkan subjek penelitian dengan skor
perceived behavioral control tinggi sebanyak 119 subjek penelitian (51.7%).
4.2.5 Kategorisasi self efficacy
Kategorisasi skor self efficacy akan dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9
Kategorisasi Self Efficacy Dimensi Rendah (Persentase) Tinggi (Persentase) Total (Persentase)
Level 117 (50.8%) 113 (49.2%) 230 (100.0%)
Strength 125 (54.3%) 105 (45.7%) 230 (100.0%)
Generality 128 (55.7%) 102 (44.3%) 230 (100.0%)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat
bahwa subjek penelitian dengan skor self efficacy rendah terbanyak terdapat pada
64
dimensi generality dengan nilai 128 (55.7%). Sementara skor self efficacy rendah
terkecil terdapat pada dimensi level dengan nilai 117 (50.8%).
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian,
terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor self efficacy tinggi terbanyak terdapat
pada dimensi level dengan nilai 113 (49.2%). Sementara skor self efficacy tinggi
terkecil terdapat pada dimensi generality dengan nilai 102 (44.3%).
4.3 Hasil Uji Hipotesis
4.3.1 Pengujian hipotesis mayor
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 18.
Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat,
yaitu besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang
dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh signifikan
terhadap DV dan signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10
Tabel R Square Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .641a .411 .375 7.17226
a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua, Generality, Security Workload,
Subjective Norms, Economic Opportunity Challenge, Avoid Responsibility, Self Realization
Participation, Level, Social Environment Career, Perceived Behavioral Control, Perceived
Confidence, Autonomy Authority, Strength
65
Berdasarkan tabel 4.10 dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.411
atau 41.1%. Artinya proporsi varians dari intensi berwirausaha yang dijelaskan oleh
attitudes toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity and
challenge, security and workload, avoid responsibility, self realization and
participation, social environment and career, perceived confidence), subjective norms,
perceived behavioral control, self efficacy (level, strength, generality) dan latar
belakang pekerjaan orang tua dalam penelitian adalah sebesar 41.1% sedangkan
58.9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independen variabel
terhadap intensi berwirausaha. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 7737.535 13 595.195 11.570 .000a
Residual 11111.324 216 51.441
Total 18848.859 229
a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua, Generality, Security Workload,
Subjective Norms, Economic Opportunity Challenge, Avoid Responsibility, Self Realization
Participation, Level, Social Environment Career, Perceived Behavioral Control, Perceived
Confidence, Autonomy Authority, Strength
b. Dependent Variable: INTENSI BERWIRAUSAHA
Jika dilihat dari kolom ke enam dari kiri (.Sig) pada tabel 4.11 dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05). Maka hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel terhadap dependen
variabel, yaitu intensi berwirausaha ditolak. Artinya adalah ada pengaruh yang
signifikan attitudes toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity
and challenge, security and workload, avoid responsibility, self realization and
66
participation, social environment and career, perceived confidence), subjective norms,
perceived behavioral control, self efficacy (level, strength, generality) dan latar
belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha.
4.3.2 Uji hipotesis minor
Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor. Hasilnya
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.12
Koefisien
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficient Sig.
B Beta
(Constant) 13.103 .023
Autonomy and Authority .346 .347 .000
Economic Opportunity and Challenge -.029 -.028 .681
Security and Workload .068 .062 .252
Avoid Responsibility .052 .051 .404
Self Realization and Participation -.217 -.196 .003
Social Environment and Career -.120 -.117 .079
Perceived Confidence .205 .207 .004
Subjective Norms .135 .137 .020
Perceived Behavioral Control .214 .216 .003
Level -.017 -.013 .842
Strength .033 .033 .661
Generality .083 .077 .320
Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua -1.124 -.059 .266
a. Dependen Variabel : INTENSI BERWIRAUSAHA
Berdasarkan pada tabel 4.12, dapat disimpulkan persamaan regresinya sebagai berikut:
Intensi berwirausaha = 13.103 + 0.346 Autonomy and Authority* - 0.029 Economic
Opportunity and Challenge + 0.068 Security and Workload + 0.052 Avoid
Responsibility - 0.217 Self Realization and Participation* - 0.120 Social Environment
and Career + 0.205 Perceived Confidence* + 0.135 Subjective Norms* + 0.214
Perceived Behavioral Control * - 0. 017 Level + 0.033 Strength + 0.083 Generality -
1.124 Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua
67
Keterangan :
Tanda (*) = Variabel Signifikan
Begitu juga dengan hasil uji hipotesis minor dapat dilihat berdasarkan tabel 4.12,
rinciannya yaitu sebagai berikut :
1. Variabel attitudes toward behavior-autonomy and authority memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.000 dengan arah koefisien yang positif. Karena nilai
sig.<0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior-
autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai attitudes toward behavior-
autonomy and authority seseorang maka intensi berwirausaha akan semakin tinggi
pula.
2. Variabel attitudes toward behavior-economic opportunity and challenge memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.681. Karena nilai sig.>0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan attitudes toward behavior-economic opportunity and
challenge terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Variabel attitudes toward behavior-security and workload memiliki nilai
signifikansi .>0.05 yaitu sebesar 0.252. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nihil (H0) diterima. Jadi, diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
68
attitudes toward behavior-security and workload terhadap intensi berwirausaha
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Variabel attitudes toward behavior-avoid responsibility memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.404. Nilai sig.> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0)
diterima. Oleh karena itu tidak terdapat pengaruh signifikan attitudes toward
behavior-avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Variabel attitudes toward behavior-self realization and participation memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.003 dengan arah koefisien yang negatif. Karena nilai
sig.< 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-self
realization and participation terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Nilai koefisien regresi pada variabel ini juga bernilai negatif.
Artinya semakin tinggi nilai attitudes toward behavior-self realization and
participation seseorang maka intensi berwirausaha justru akan semakin rendah,
begitu pula sebaliknya.
6. Variabel attitudes toward behavior-social environment and career memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.079. Karena nilai sig.> 0.05 maka hipotesis nihil (H0)
diterima. Jadi, disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan attitudes
toward behavior-social environment and career terhadap intensi berwirausaha
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
69
7. Variabel attitudes toward behavior-perceived confidence memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.004 dengan arah koefisien yang positif. Karena nilai sig.<
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-perceived
confidence terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai attitudes toward behavior-perceived
confidence seseorang maka intensi berwirausaha akan semakin tinggi pula.
8. Variabel subjective norms memiliki nilai signifikansi sebesar 0.020 dengan arah
koefisien yang positif. Karena nilai sig.< 0.05 maka hipotesis nihil (H0) ditolak.
Dengan demikian diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan subjective norms
terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Artinya, semakin tinggi nilai subjective norms seseorang maka intensi
berwirausaha akan semakin tinggi pula.
9. Variabel perceived behavioral control memiliki nilai signifikansi .< 0.05, yaitu
sebesar 0.003 dengan arah koefisien yang positif. Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, disimpulkan terdapat pengaruh signifikan
perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai perceived behavioral control
seseorang maka intensi berwirausaha orang akan semakin tinggi pula.
10. Variabel self efficacy-level memiliki nilai signifikansi sebesar 0.842. Karena sig.>
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat
70
dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan self efficacy-level terhadap
intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Variabel self efficacy- strength memiliki nilai signifikansi .>0.05, yaitu sebesar
0.661. Hipotesis nihil (H0) diterima sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan self efficacy- strength terhadap intensi berwirausaha
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Variabel self efficacy-generality memiliki nilai signifikansi sebesar 0.320. Karena
sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan self efficacy- generality
terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Variabel latar belakang pekerjaan orang tua memiliki nilai signifikansi sebesar
0.266. Karena sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0)
diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan latar
belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Peneliti juga melakukan uji hipotesis dengan menjadikan self efficacy sebagai
sebuah variabel yang utuh tanpa dibagi per dimensi level, strength maupun generality.
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil apabila self efficacy
diolah menjadi satu kesatuan utuh atau diolah per dimensi level, strength maupun
generality. Namun hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
hasil untuk self efficacy, baik diolah per dimensi level, strength maupun generality
71
maupun diolah secara utuh. Self efficacy tetap saja tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap intensi berwirausaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.13.
Tabel 4.13
Koefisien Self Efficacy secara utuh
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficient Sig.
B Beta
(Constant) 13.405 .014
Autonomy and Authority .351 .351 .000
Economic Opportunity and Challenge -.030 -.029 .661
Security and Workload .070 .064 .236
Avoid Responsibility .055 .054 .366
Self Realization and Participation -.212 -.192 .004
Social Environment and Career -.122 -.119 .072
Perceived Confidence .204 .206 .004
Subjective Norms .133 .136 .020
Perceived Behavioral Control .213 .215 .003
Self Efficacy .085 .088 .142
Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua -1.144 -.061 .255
a. Dependen Variabel : INTENSI BERWIRAUSAHA
4.4 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independen Variabel
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat signifikan tidaknya penambahan
(incremented) proporsi varian dari tiap independent variable. Independent variable
tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel 4.14 akan dipaparkan besarnya
proporsi varians pada intensi berwirausaha. Tabel 4.14 akan menjelaskan seberapa
banyak sumbangan setiap independen variabel yang digunakan dalam penelitian
memberikan pengaruh terhadap dependen variabel intensi berwirausaha.
72
Tabel 4.14
Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel No. Independent Variable R
2 Sumbangan
1 Autonomy and authority 0.280 28 %
2 Economic opportunity and challenge 0.280 0 %
3 Security and workload 0.287 0.7 %
4 Avoid Responsibility 0.291 0.4 %
5 Self realization and participation 0.297 0.6 %
6 Social environment and career 0.297 0 %
7 Perceived Confidence 0.356 5.9 %
8 Subjective Norms 0.376 2 %
9 Perceived Behavioral Control 0.401 2.5 %
10 Level 0.401 0 %
11 Strength 0.404 0.3 %
12 Generality 0.407 0.3 %
13 Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua 0.411 0.4 %
Total 41.1 %
Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Sumbangan variabel autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha
sebesar 28%. Artinya, variabel autonomy and authority memberikan pengaruh
bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
2. Variabel economic opportunity and challenge memberikan sumbangan terhadap
intensi berwirausaha sebesar 0%. Hal ini berarti variabel economic opportunity
and challenge tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya
intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
3. Variabel security and workload memberikan sumbangan terhadap intensi
berwirausaha sebesar 0.7%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel security
and workload memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya
intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
73
4. Sumbangan variabel avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha sebesar
0.4%. Ini berarti variabel avoid responsibility memberikan sedikit sumbangan atau
pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
5. Sumbangan variabel self realization and participation terhadap intensi
berwirausaha sebesar 0.6%. Hal ini berarti variabel self realization and
participation memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya
intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
6. Variabel social environment and career memberikan sumbangan terhadap intensi
berwirausaha sebesar 0%. Hal ini berarti variabel social environment and career
tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi
berwirausaha dalam diri seseorang.
7. Variabel perceived confidence memberikan sumbangan terhadap intensi
berwirausaha sebesar 5.9%. Hal ini berarti variabel perceived confidence
memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha
dalam diri seseorang.
8. Variabel subjective norms memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha
sebesar 0.2%. Hal ini menunjukkan variabel subjective norms memberikan
sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri
seseorang.
9. Variabel perceived behavioral control memberikan sumbangan terhadap intensi
berwirausaha sebesar 2.5%. Ini berarti variabel perceived behavioral control
74
memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha
dalam diri seseorang.
10. Sumbangan variabel level terhadap intensi berwirausaha sebesar 0%. Hal ini
berarti variabel level tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi
bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
11. Sumbangan variabel strength terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.3%. Ini
berarti variabel strength memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi
bervariasinya intensi berwirausaha sebesar 0.3% dalam diri seseorang.
12. Sumbangan variabel generality terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.3%. Hal
ini berarti variabel generality memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh
sebesar 0.3% bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
13. Variabel latar belakang pekerjaan orang tua memberikan sumbangan terhadap
intensi berwirausaha sebesar 0.4%. Hal ini menunjukkan variabel latar belakang
pekerjaan orang tua memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya
intensi berwirausaha dalam diri seseorang.
Dengan demikian, sumbangan atau pengaruh varians terbesar berasal dari variabel
autonomy and authority. Dilanjutkan dengan variabel perceived confidence, perceived
behavioral control, subjective norms, security and workload, self realization and
participation, avoid responsibility, latar belakang pekerjaan orang tua, strength dan
generality. Sementara variabel economic opportunity and challenge, social
environment and career dan level tidak memberikan sumbangan sama sekali.
75
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Adapun
penjelasannya sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple
regression, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self
efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi
berwirausaha.
Berdasarkan uji hipotesis minor, terdapat lima variabel yang memiliki pengaruh
yang signifikan antara lain, attitudes toward behavior-autonomy and authority,
attitudes toward behavior-self realization and participation, attitudes toward
behavior-perceived confidence, subjective norms dan perceived behavioral control.
Sementara attitudes toward behavior (economic opportunity and challenge, security
and workload, avoid responsibility, social environment and career), self efficacy
(level, strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi intensi
berwirausaha. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari
76
13 independen variable yang diteliti terdapat lima variabel yang mempengaruhi
intensi berwirausaha secara signifikan. Kelima variabel tersebut antara lain autonomy
and authority, self realization and participation, perceived confidence, subjective
norms dan perceived behavioral control.
Autonomy and authority mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, Conners, Furdek,
dan Ruth (2012). Apabila individu sudah memiliki nilai autonomy and authority yang
tinggi maka ia sudah siap untuk memulai wirausaha. Hal ini karena sikap otoritas yang
dimiliki dapat membantu individu dalam proses kepemimpinannya ketika melakukan
kegiatan berwirausaha. Hasil ini juga sesuai dengan survey pendahuluan yang
dilakukan bahwa kemandirian menjadi alasan yang kuat bagi individu untuk
berwirausaha.
Self realization and participation mempengaruhi intensi berwirausaha secara
signifikan. Dimensi ini melihat kreativitas yang ada dalam diri individu dan
bagaimana individu berpartisipasi dalam proses pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol
(2008). Kemampuan kreativitas yang ada dalam diri individu akan membantunya
ketika menjalankan sebuah usaha. Kreativitas dapat menjadikan sebuah usaha menjadi
lebih menarik dari sebelumnya.
Perceived confidence mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan.
Dimensi ini melihat sejauh mana individu merasa percaya diri akan kesuksesannya
dalam membangun sebuah usaha. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
77
oleh Angriawan, et.al. (2012). Apabila individu sudah yakin akan sukses dalam
membangun usaha maka ia akan lebih cepat memulai kegiatan berwirausahanya.
Keyakinannya inilah yang akan mendorong intensi berwirausaha dalam diri individu.
Subjective norms mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz
dan Aykol (2008). Dalam mengambil langkah berwirausaha individu akan
mempertimbangkan persetujuan orang-orang di sekelilingnya. Apabila individu
mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya maka intensinya untuk
berwirausaha akan semakin besar.
Perceived behavioral control mempengaruhi intensi berwirausaha secara
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al.
(2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Apabila individu mempersepsikan bahwa ia
mudah mendapatkan faktor-faktor yang memfasilitasinya sebagai seorang wirausaha
maka intensinya untuk berwirausaha akan menjadi tinggi.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak terbukti memiliki
pengaruh terhadap intensi berwirausaha. Hal ini terkadang menjadi bertentangan
dengan penelitian sebelumnya dan survey pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun
variabel yang tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha antara
lain economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility,
social environment and career, level, strength, generality dan latar belakang pekerjaan
orang tua.
78
Economic opportunity and challenge tidak terbukti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap intensi berwirausaha. Artinya, intensi berwirausaha dalam diri
individu tidak ditentukan oleh faktor ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan
berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan,
et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008) yang mengatakan bahwa economic
opportunity and challenge mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa. Hasil
survey pendahuluan pun menyatakan bahwa faktor ekonomi akan menjadi alasan kuat
mahasiswa dalam berwirausaha. Namun, perbedaan yang terjadi bisa saja disebabkan
karena mahasiswa yang menjadi responden penelitian tidak menganggap bahwa
profesi berwirausaha merupakan cara untuk mendapat perekonomian yang lebih baik.
Security and workload tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
intensi berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Hasil ini bisa saja dipengaruhi
oleh faktor budaya Indonesia yang masih beranggapan bahwa bekerja pada pihak lain
(PNS, Pegawai Swasta) lebih meyakinkan karena memiliki penghasilan pasti setiap
bulannya dibandingkan berwirausaha dengan penghasilan yang tidak sama tiap
bulannya.
Avoid responsibility tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
intensi berwirausaha. Tanggung jawab dan komitmen dalam diri individu belum cukup
untuk mendorong intensi berwirausaha dikarenakan sikap tersebut belum tentu
dimiliki oleh setiap individu secara kuat. Hasil ini bertentangan dengan penelitian
79
yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) yang menyatakan bahwa avoid
responsibility mempengaruhi intensi berwirausaha secara keseluruhan.
Social environment and career tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap intensi berwirausaha. Partisipasi individu dalam lingkungan sosial belum
mampu mendorong individu untuk memilih berwirausaha dalam kehidupannya. Hal
ini menunjukkan bahwa lingkungan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum cukup
mendukung mahasiswa untuk tertarik dengan kegiatan kewirausahaan. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) yang
menyatakan bahwa avoid responsibility mempengaruhi intensi berwirausaha secara
keseluruhan.
Self efficacy tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi
berwirausaha, baik secara satu kesatuan variabel maupun dipisah per dimensi (level,
strength, generality). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zhao, Seibert dan Hills (2005). Penelitian tentang self efficacy terhadap intensi
berwirausaha di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah juga menunjukkan bahwa
self efficacy memiliki pengaruh yang tinggi pada intensi berwirausaha (Sugiarto, 2013;
Woroningrum, 2014) dan sebaliknya memiliki pengaruh yang rendah pada intensi
berwirausaha (Handayani, 2013; Ahmad, 2014).
Perbedaan hasil penelitian tentang variabel self efficacy ini dapat disebabkan oleh
banyak hal. Misalnya responden penelitian maupun lokasi penelitian. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan responden mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasilnya menjadi berbeda dengan penelitian yang menggunakan responden hanya
80
mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saja (Sugiarto, 2013;
Handayani, 2013), siswa-siswi SMK (Ahmad, 2014) serta pada Pegawai Pra
Purnabhakti Kementrian Kelautan dan Perikanan (Woroningrum, 2014). Perbedaan ini
menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan memang mempengaruhi intensi
berwirausaha dalam diri individu (Cunningham & Lischeron, 1991). Kondisi individu
pun dapat mempengaruhi intensi berwirausaha. Mahasiswa masih memiliki banyak
kesempatan dalam memilih pekerjaan, sementara pada Pegawai Pra Purnabhakti
wirausaha merupakan profesi yang paling memungkinkan untuk dijalankan.
Self efficacy berasal dari teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dan mengacu
pada keyakinan individu tentang kemampuannya untuk melakukan tugas yang
diberikan. Keyakinan menyelesaikan tugas yang terdapat dalam self efficacy belum
tentu berkaitan dengan tugas dalam berwirausaha. Hal ini dikarenakan tugas dalam
berwirausaha memerlukan penyelesaian dari individu langsung, sementara tugas lain
bisa saja berasal dari atasannya. Jika hal tersebut terjadi berarti individu hanya sekedar
menyelesaikan tugas yang ia peroleh, bukan menyelesaikan tugas dalam kegiatan
berwirausahanya.
Latar belakang pekerjaan orang tua tidak terbukti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap intensi berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan beberapa
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan (Gurbuz dan Aykol, 2008; Bhandari,
2012; Schoon dan Duckworth, 2012). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa latar belakang pekerjaan orang tua tidak cukup untuk menjadi alasan
yang kuat bagi individu untuk mengambil langkah sebagai seorang wirausaha. Hal ini
81
karena intensi berwirausaha dalam diri individu lebih ditentukan oleh nilai-nilai
internal yang ada dalam dirinya.
5.3 Saran
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam
penelitian yang telah dilakukan. Namun peneliti berharap hal tersebut dapat menjadi
bahan pembelajaran dan bahan evaluasi bagi peneliti sendiri maupun peneliti di masa
mendatang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti membagi dua
saran, yaitu saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan variabel lain di
luar penelitian ini, misalnya kepribadian (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe,
2012; Osiri, Kungu, & Prieto, 2012), kreativitas (Schmidt, Soper, & Bernaciak,
2012), kepemimpinan (Jensen & Luthans, 2006), serta latar belakang pendidikan
(Cunningham & Lischeron, 1991). Dapat pula melihat faktor budaya yang ada
dalam masyarakat Indonesia, karena selama ini masih banyak masyarakat yang
belum menganggap wirausaha sebagai profesi yang menjanjikan.
2. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti lebih memperhatikan responden
dalam mengisi kuesioner yang diberikan. Apakah responden mengisi secara benar
atau terburu-buru. Selain itu melihat kemungkinan responden menjawab secara
kuesioner secara asal atau sudah melalui pemahaman terlebih dahulu.
82
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, maka dapat
dibuat program pelatihan kemandirian dan kepemimpinan untuk meningkatkan
autonomy and authority dalam diri mahasiswa. Program ini dapat direalisasikan
melalui pihak BEM atau DEMA yang ada dalam Fakultas.
2. Untuk menambah kepercayaan diri mahasiwa tentang kemampuannya
berwirausaha, maka dapat membuat sebuah acara yang mampu menampung minat
berwirausaha mahasiswa. Misalnya, mengadakan bazar kampus secara berkala
dengan anggota bazar adalah mahasiswa itu sendiri. Hal ini bermanfaat untuk
meningkatkan perceived confidence dan perceived behavioral control yang ada
dalam diri mahasiswa karena mahasiswa diberi kesempatan untuk membuktikan
kemampuan yang ada dalam dirinya. Mahasiswa juga dapat merasakan dukungan
dari referen sosialnya dan meningkatkan subjective norms dalam dirinya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. (2014). Pengaruh kebutuhan dan kemampuan diri serta gender terhadap
intensi berwirausaha. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior. Inggris: Open University Press.
Angriawan, A., Conners, S.E., Furdek, J., & Ruth, D. (2012). An empirical
examination of entrepreneurial intent in the equine industry. Alliance Academies
International Conference, 18(1), 1-14
Armitage, J.C., & Conner, M. (2001). Efficacy of the theory of planned behaviour: A
Meta-Analytic Review. Journal of Social Psychology, 40, 471-499
Bhandari, N.C. (2012). Relationship between student’s gender, their own employment,
their parent’s employment, and the student’s intention for entrepreneurship.
Journal of Entrepreneurship Education, 15, 133-144
Boyd, N.G., & Vozikis, G.S. (1994). The influence of self-efficacy on the
development of entrepreneurial intentions and actions. Entrepreneurship Theory
and Practice, (94), 63-77
Byham, W.C. (2000). Entrepreneurship: a personal story. The Psychologist-Manager
Journal, 4(1), 19-26
Byrne, D., & Baron, R.A. (2003). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga
Cunningham, J.B., & Lischeron, J. (1991). Defining entrepreneurship. Journal of
Small Business Management, 29(1), 45
Davidsson, P. (1995). Determinants of entrepreneurial intentions. Jönköping
International Business School (JIBS), 9, 23-24
Fishbein, M., & Ajzen, L. (1975). Belief, attitude, intention and behaviour: An
introduction to theory and research. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley
Publishing Company.
Gurbuz, G., & Aykol, S. (2008). Entrepreneurial intention of young educated public in
turkey. Journal of Global Strategic Management, 4, 47-56
Handayani, D. (2013). Pengaruh self efficacy dan dukungan sosial terhadap intensi
berwirausaha. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
84
Hisrich, R., Fox, J.L., & Grant, S. (2007). A call to action for psychology.
Entrepreneurship Research and Practice, 62(6), 575-589
Imam, S.S. (2007). Sherer et al. general self-efficacy scale: dimensionality, internal
consistency, and temporal stability. Department of Psychology-International
Islamic University Malaysia
Jensen, S.M., & Luthans, F. (2006). Relationship between entrepreneurs'
psychological capital and their authentic leadership. Journal of Managerial Issues,
18(2), 254-273
Linan, F., & Chen, Y.W. (2009). Development and cross-cultural application of a
specific instrument to measure entrepreneurial intentions. Entrepreneurship
Theory and Practice, 1042-2587
Osiri, J.K., Kungu K., & Prieto, L.C. (2012). Relationships between personality
constructs and entrepreneurial intentions. Alliance Academies International
Conference, 18(1), 93-94
Rhoade, C., Doerr, A., Erickson, A., & Wolfe, K. (2012). Leadership among nascent
entrepreneur. Alliance Academies International Conference, 18(1), 43-46
Schmidt, J.J., Soper, J.C., & Bernaciak, J. (2012). Creativity in the entrepreneurship
program: a survey of directors of award winning programs. Alliance Academies
International Conference, 18(1), 51-54
Schoon, I., & Duckworth, K. (2012). Who becomes an entrepreneur? early life
experiences as predictors of entrepreneurship. Developmental Psychology, 48(6),
1719-1726
Sugiarto, A. (2013). Pengaruh self efficacy, locus of control dan risk taking behavior
terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi uin jakarta.
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan Ajar Fakultas Psikologi UIN
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Woroningrum, R. (2014). Pengaruh self efficacy, loc dan faktor demografis terhadap
intensi berwirausaha pegawai pra purnabhakti kementerian kelautan dan
perikanan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Zhao, H., Seibert, S.E., & Hills, G.E. (2005). The mediating role of self-efficacy in the
development of entrepreneurial intentions. Journal of Applied Psychology, 90 (6),
1265–1272
85
Zimmerman, B.J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Contemporary
Educational Psychology, 25, 82–91
Web :
Data pengangguran. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06
¬ab=5
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06
¬ab=4
Jumlah wirausaha indonesia masih rendah. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/27/14344960/Jumlah.Wirausaha.I
ndonesia.Masih.Rendah
Kadin dorong pertumbuhan wirausaha melalui CSR. Diunduh tanggal 29 oktober
2014 dari http://ekbis.sindonews.com/read/869559/34/kadin-dorong-pertumbuhan-
wirausaha-melalui-csr
Indonesia tanah airku-ASEAN dunia usahaku. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=category&layout
=blog&id=87&Itemid=139
86
1. Lampiran Skala
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Selamat Pagi/ Siang/ Sore
Saya Aulia Amriana S. mahasiswi Semester 8 dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya ingin melakukan penelitian tentang Intensi Berwirausaha sebagai bagian dari persyaratan untuk
mencapai gelar sarjana Psikologi. Saya berharap teman-teman bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Semua informasi yang teman-teman berikan terjamin kerahasiannya. Saya mohon teman-
teman untuk mengisi informed consent di bawah sebagai tanda persetujuan teman-teman untuk menjadi
responden penelitian saya.
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini,
nama/inisial :
jenis kelamin (pilih salah satu) :
1. Laki-laki
2. Perempuan
fakultas (pilih salah satu) :
1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Fakultas Adab dan Humaniora
3. Fakultas Ushuluddin 4. Fakultas Syariah dan Hukum
5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Fakultas Dirasat Islamiyah
7. Fakultas Psikologi 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
9. Fakultas Sains dan Teknologi 10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
11. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
semester (pilih salah satu) :
1. 2 2. 4 3. 6 4. 8 5. 10
pekerjaan orang tua (pilih salah satu) :
1. Wirausaha
2. Non-wirausaha
pengalaman berwirausaha (pilih salah satu) :
1. Tidak ada
2. Ada, yaitu
tinggal bersama (pilih salah satu) :
1. Orang Tua
2. Kost
Ciputat, 2015
Tanda Tangan
87
Instruksi :
Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan diri Anda.
Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Setuju (S) sampai Tidak Setuju (TS) pada
tiap-tiap pernyataan. Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada SATU pilihan
jawaban. Cara menjawabnya yaitu dengan memberikan tanda √ pada pilihan jawaban
yang paling menggambarkan diri Anda.
Keterangan pilihan jawaban :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Skala 1
No. Item STS TS S SS
1 Saya siap melakukan apapun untuk menjadi seorang
wirausaha.
2 Tujuan utama saya adalah menjadi seorang wirausaha.
3 Saya akan melakukan segala upaya untuk memulai dan
menjalankan usaha saya sendiri.
4 Saya memutuskan untuk memulai sebuah usaha di masa
depan.
5 Saya memiliki pikiran yang serius untuk memulai sebuah
usaha.
6 Saya memiliki niat yang kuat untuk memulai sebuah usaha
suatu saat nanti.
Skala 2
No. Item STS TS S SS
1 Saya memiliki kekuatan untuk membuat keputusan dalam
usaha saya.
2 Saya memiliki kekuasaan terhadap usaha saya.
3 Saya mampu memilih tugas pribadi saya.
4 Saya mampu menjadi pemimpin dalam usaha yang saya
bangun.
5 Saya mampu bersikap mandiri dalam menjalankan usaha
saya.
6 Saya memiliki kebebasan dalam menjalankan usaha saya.
7 Saya ingin memiliki pekerjaan yang menantang.
8 Saya ingin memiliki pekerjaan yang sesuai dengan minat
saya.
9 Saya ingin memiliki pekerjaan yang memotivasi.
10 Saya ingin menerima kompensasi berdasarkan prestasi yang
88
saya buat.
11 Saya ingin memiliki pekerjaan yang menarik.
12 Saya menjaga sebagian besar hasil usaha saya.
13 Saya mampu melihat kesempatan ekonomi yang ada.
14 Saya mampu merealisasikan diri saya.
15 Saya menyukai pekerjaan yang stabil.
16 Saya menyukai pekerjaan yang terjamin keamanannya.
17 Saya tidak menyukai pekerjaan yang menghabiskan waktu
berjam-jam.
18 Saya menyukai pekerjaan yang memiliki jam kerja pasti.
19 Saya tidak menyukai pekerjaan yang penuh dengan stressor.
20 Saya tidak mengambil terlalu banyak tanggung jawab.
21 Saya menghindari tanggung jawab.
22 Saya menghindari komitmen.
23 Saya menyukai pekerjaan yang tidak rumit.
24 Saya mampu menciptakan sesuatu.
25 Saya mengambil manfaat dari kebutuhan kreativitas yang
saya miliki.
26 Saya mengerjakan pekerjaan mulai dari a sampai z secara
berurutan.
27 Saya berpartisipasi dalam seluruh proses pekerjaan.
28 Saya berpartisipasi dalam lingkungan sosial.
29 Saya menjadi anggota sebuah komunitas sosial.
30 Saya memiliki kesempatan untuk memajukan potensi saya.
31 Saya mampu mempromosikan diri saya.
32 Saya yakin bahwa saya akan berhasil jika saya mulai
menjalankan usaha saya sendiri.
33 Saya memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil
sebagai seorang wirausaha.
34 Saya memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses
sebagai seorang wirausaha.
35 Saya tidak yakin akan berhasil dalam menjalankan usaha saya
sendiri.
Skala 3
No. Item STS TS S SS
1 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha,
keluarga dekat saya akan menyetujuinya.
2 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha,
teman-teman saya akan menyetujuinya.
3 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha,
kolega (rekan bisnis) saya akan menyetujuinya.
4 Orang-orang terdekat saya tidak menyetujui jika saya
membuat sebuah usaha.
89
Skala 4
No. Item STS TS S SS
1 Memulai suatu usaha dan tetap menjaganya merupakan hal
yang mudah bagi saya.
2 Saya siap untuk memulai sebuah usaha secara konsisten.
3 Saya dapat mengendalikan proses pembuatan usaha baru.
4 Saya mengetahui hal-hal detail yang diperlukan untuk
memulai sebuah usaha.
5 Saya mengetahui bagaimana mengembangkan sebuah proyek
kewirausahaan.
6 Jika saya mencoba memulai sebuah usaha, saya akan
memiliki kemungkinan yang tinggi untuk berhasil.
Skala 5
No. Item STS TS S SS
1 Ketika saya membuat rencana, saya yakin bisa membuat
rencana tersebut berjalan.
2 Salah satu masalah saya adalah bahwa saya tidak bisa turun
sendiri untuk mengerjakan apa yang seharusnya saya
kerjakan.
3 Jika saya tidak bisa melakukan suatu pekerjaan maka saya
akan terus mencoba sampai saya bisa.
4 Ketika saya menetapkan tujuan yang penting untuk diri
sendiri, saya jarang mencapai tujuan saya itu.
5 Saya menyerah pada suatu hal sebelum saya
menyelesaikannya.
6 Saya menghindari menghadapi kesulitan.
7 Jika sesuatu terlihat terlalu rumit maka saya tidak akan
mencobanya.
8 Ketika ada hal yang tidak menyenangkan untuk dilakukan
saya tetap akan menyelesaikannya.
9 Ketika saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang baru
maka saya akan segera melakukannya.
10 Ketika mencoba mempelajari sesuatu yang baru, saya akan
segera menyerah jika saya mengalami kegagalan di awal.
11 Ketika masalah tak terduga terjadi, saya tidak mampu
menangani masalah dengan baik.
12 Saya tidak akan mencoba mempelajari hal-hal baru yang
terlihat sulit bagi saya.
13 Kegagalan membuat saya berusaha lebih keras.
14 Saya merasa tidak yakin tentang kemampuan saya untuk
melakukan sesuatu.
15 Saya seorang yang mandiri.
16 Saya mudah menyerah.
17 Saya tampaknya tidak mampu menangani sebagian besar
masalah yang muncul dalam kehidupan saya.
90
2. Lampiran Hasil Lisrell
2.1 Output CFA Intensi Berwirausaha
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA DA NI=6 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=IB.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK IB FR LX 1 1 - LX 6 1 FR TD 6 5 TD 4 1 TD 4 2 TD 4 3 TD 5 1 TD 6 4 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 1.19 (P = 0.76) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.19 (P = 0.76) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 4.00)
91
Minimum Fit Function Value = 0.0052 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.017) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.076) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.88 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.17 ; 0.19) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.19 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 947.86 Independence AIC = 959.86 Model AIC = 37.19 Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 986.49 Model CAIC = 117.07 Saturated CAIC = 135.20 Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.20 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = 2189.44 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0088 Standardized RMR = 0.0088 Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.99 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.14
a. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Autonomy&Authority
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=6 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=ATB-1.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-1 FR LX 1 1 - LX 6 1 FR TD 6 5 TD 5 4 TD 3 2 PD OU SS TV MI
92
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 6 Minimum Fit Function Chi-Square = 8.54 (P = 0.20) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 8.75 (P = 0.19) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 2.75 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 14.85) Minimum Fit Function Value = 0.037 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.012 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.065) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.045 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.49 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.16 ; 0.22) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.54 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 1027.42 Independence AIC = 1039.42 Model AIC = 38.75 Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 1066.05 Model CAIC = 105.32 Saturated CAIC = 135.20
93
Normed Fit Index (NFI) = 0.99 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.40 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.98 Critical N (CN) = 451.59 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.020 Standardized RMR = 0.020 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.28
b. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Economic Opportunity&Challenge
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=8 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=ATB-2.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-2 FR LX 1 1 - LX 8 1 FR TD 8 7 TD 3 2 TD 7 6 TD 8 6 TD 6 5 TD 6 2 TD 5 4 TD 2 1 PD OU SS TV MI
94
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 12 Minimum Fit Function Chi-Square = 16.29 (P = 0.18) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 16.10 (P = 0.19) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 4.10 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 18.74) Minimum Fit Function Value = 0.071 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.018 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.082) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.039 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.083) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.61 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.28 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.26 ; 0.34) ECVI for Saturated Model = 0.31 ECVI for Independence Model = 4.40 Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 992.32 Independence AIC = 1008.32 Model AIC = 64.10 Saturated AIC = 72.00 Independence CAIC = 1043.83 Model CAIC = 170.61 Saturated CAIC = 231.77 Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.42 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.96 Critical N (CN) = 369.66 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.030 Standardized RMR = 0.030 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33
c. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Security&Workload
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR
DA NI=5 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
95
PM SY FI=ATB-3.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ATB-3
FR LX 1 1 - LX 5 1
FR TD 5 3 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 3.73 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 3.69 (P = 0.30) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.69 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 9.93) Minimum Fit Function Value = 0.016 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0030 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.043) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.032 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.52 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.12 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.16) ECVI for Saturated Model = 0.13 ECVI for Independence Model = 0.96 Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 208.84
96
Independence AIC = 218.84 Model AIC = 27.69 Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 241.03 Model CAIC = 80.95 Saturated CAIC = 96.57 Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.29 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.94 Critical N (CN) = 697.22 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.024 Standardized RMR = 0.024 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
d. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Avoid Responsibility
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR
DA NI=4 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=ATB-4.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ATB-4
FR LX 1 1 - LX 4 1
FR TD 4 1 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
97
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 0 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00)
The Model is Saturated, the Fit is Perfect !
e. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Self Realization & Participation
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR
DA NI=4 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=ATB-5.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ATB-5
FR LX 1 1 - LX 4 1
FR TD 4 3 TD 4 2
PD
OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 0 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00)
The Model is Saturated, the Fit is Perfect !
98
f. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Social Environment & Career
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR
DA NI=4 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=ATB-6.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ATB-6
FR LX 1 1 - LX 4 1
FR TD 4 2
PD
OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 1.12 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.11 (P = 0.29) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.11 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 7.28) Minimum Fit Function Value = 0.0049 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.00049 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.032) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.022 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.18) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.42
99
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.083 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.11) ECVI for Saturated Model = 0.087 ECVI for Independence Model = 2.13 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 480.25 Independence AIC = 488.25 Model AIC = 19.11 Saturated AIC = 20.00 Independence CAIC = 506.01 Model CAIC = 59.06 Saturated CAIC = 64.38 Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = 1363.64 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.011 Standardized RMR = 0.011 Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.100
g. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Perceived Confidence
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR
DA NI=4 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=ATB-7.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ATB-7
FR LX 1 1 - LX 4 1
FR TD 4 3
PD
OU SS TV MI
100
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.092 (P = 0.76) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.092 (P = 0.76) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 3.22) Minimum Fit Function Value = 0.00040 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.014) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.82 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.083 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.097) ECVI for Saturated Model = 0.087 ECVI for Independence Model = 1.96 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 441.77 Independence AIC = 449.77 Model AIC = 18.09 Saturated AIC = 20.00 Independence CAIC = 467.52 Model CAIC = 58.03 Saturated CAIC = 64.38 Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 1.00
101
Critical N (CN) = 16520.21 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0034 Standardized RMR = 0.0034 Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 1.00 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.100
h. Output CFA Subjective Norms
UJI VALIDITAS KONSTRUK SUBJECTIVE NORMS DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=SN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SN FR LX 1 1 - LX 4 1 FR TD 4 3 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.35 (P = 0.55) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.35 (P = 0.55) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 4.90) Minimum Fit Function Value = 0.0015
102
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.021) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.15) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.65 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.083 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.10) ECVI for Saturated Model = 0.087 ECVI for Independence Model = 1.87 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 421.13 Independence AIC = 429.13 Model AIC = 18.35 Saturated AIC = 20.00 Independence CAIC = 446.89 Model CAIC = 58.29 Saturated CAIC = 64.38 Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = 4329.19 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0063 Standardized RMR = 0.0063 Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.99 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.100
i. Output CFA Perceived Behavioral Control
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL
DA NI=6 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=PBC.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PBC
FR LX 1 1 - LX 6 1
FR TD 5 4 TD 6 5 TD 6 1 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
103
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 5 Minimum Fit Function Chi-Square = 6.22 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 6.42 (P = 0.27) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1.42 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.21) Minimum Fit Function Value = 0.027 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0062 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.053) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.035 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.56 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.16 ; 0.21) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.23 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 957.65 Independence AIC = 969.65 Model AIC = 38.42 Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 996.28 Model CAIC = 109.42 Saturated CAIC = 135.20 Normed Fit Index (NFI) = 0.99 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00
104
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.33 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.98 Critical N (CN) = 556.65 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.018 Standardized RMR = 0.018 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.24
j. Output CFA Self Efficacy-Level
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY
DA NI=5 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=SE-1.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SE-1
FR LX 1 1 - LX 5 1
VA 0.07 TD 1 1
FI TD 1 1
FR TD 3 1 TD 5 4 TD 4 2
PD
OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 5.44 (P = 0.14)
105
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 5.47 (P = 0.14) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 2.47 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 13.23) Minimum Fit Function Value = 0.024 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.011 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.058) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.060 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.33 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.13 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.18) ECVI for Saturated Model = 0.13 ECVI for Independence Model = 0.64 Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 137.21 Independence AIC = 147.21 Model AIC = 29.47 Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 169.40 Model CAIC = 82.73 Saturated CAIC = 96.57 Normed Fit Index (NFI) = 0.96 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.29 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.87 Critical N (CN) = 478.61 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.044 Standardized RMR = 0.044 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
k. Output CFA Self Efficacy-Strength
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY
DA NI=8 NO=230 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
PM SY FI=SE-2.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SE-2
106
FR LX 1 1 - LX 8 1
FR TD 2 1 TD 8 4 TD 8 7 TD 6 1 TD 4 3 TD 8 3 TD 7 2 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 12 Minimum Fit Function Chi-Square = 12.96 (P = 0.37) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.55 (P = 0.40) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.55 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 13.32) Minimum Fit Function Value = 0.057 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0024 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.058) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.014 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.070) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.81 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.26 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.26 ; 0.32) ECVI for Saturated Model = 0.31 ECVI for Independence Model = 4.34 Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 977.77 Independence AIC = 993.77 Model AIC = 60.55
107
Saturated AIC = 72.00 Independence CAIC = 1029.28 Model CAIC = 167.07 Saturated CAIC = 231.77 Normed Fit Index (NFI) = 0.99 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.42 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.97 Critical N (CN) = 464.30 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.024 Standardized RMR = 0.024 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33
2.13 Output CFA Self Efficacy-Generality
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=SE-3.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE-3 FR LX 1 1 - LX 4 1 FR TD 3 2 PD OU SS TV MI
108
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.11 (P = 0.74) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.11 (P = 0.74) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 3.40) Minimum Fit Function Value = 0.00047 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.015) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.80 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.083 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.098) ECVI for Saturated Model = 0.087 ECVI for Independence Model = 1.04 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 230.60 Independence AIC = 238.60 Model AIC = 18.11 Saturated AIC = 20.00 Independence CAIC = 256.35 Model CAIC = 58.05 Saturated CAIC = 64.38 Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.02 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 1.00 Critical N (CN) = 14004.27 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.0047 Standardized RMR = 0.0047 Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 1.00 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.100
109
3. Lampiran Uji Hasil Hipotesis
Model Summary
Model R R Square
Adjuste
d R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .641a .411 .375 7.17226
a. Predictors: (Constant), LatarBelakang_PekerjaanOrangTua,
Generality, Security_Workload, Subjective_Norms,
EconomicOpportunity_Challenge, Avoid_Responsibility,
SelfRealization_Participation, Level,
SocialEnvironment_Career, Perceived_Behavioral_Control,
Perceived_Confidence, Autonomy_Authority, Strength
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7737.535 13 595.195 11.570 .000a
Residual 11111.324 216 51.441
Total 18848.859 229
a. Predictors: (Constant), LatarBelakang_PekerjaanOrangTua, Generality, Security_Workload,
Subjective_Norms, EconomicOpportunity_Challenge, Avoid_Responsibility,
SelfRealization_Participation, Level, SocialEnvironment_Career,
Perceived_Behavioral_Control, Perceived_Confidence, Autonomy_Authority, Strength
b. Dependent Variable: INTENSI_BERWIRAUSAHA
110
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.103 5.732 2.286 .023
Autonomy_Authority .346 .073 .347 4.739 .000
EconomicOpportunity_Ch
allenge
-.029 .070 -.028 -.412 .681
Security_Workload .068 .059 .062 1.149 .252
Avoid_Responsibility .052 .062 .051 .836 .404
SelfRealization_Participat
ion
-.217 .073 -.196 -2.958 .003
SocialEnvironment_Caree
r
-.120 .068 -.117 -1.763 .079
Perceived_Confidence .205 .071 .207 2.874 .004
Subjective_Norms .135 .057 .137 2.352 .020
Perceived_Behavioral_Co
ntrol
.214 .073 .216 2.953 .003
Level -.017 .085 -.013 -.200 .842
Strength .033 .076 .033 .439 .661
Generality .083 .083 .077 .996 .320
LatarBelakang_Pekerjaan
OrangTua
-1.124 1.008 -.059 -1.115 .266
a. Dependent Variable: INTENSI_BERWIRAUSAHA
Hasil Regresi Sumbangan Varians Tiap Variabel
Model Summary
Model
R R
Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
dimen
1 .530a .280 .277 7.71310 .280 88.830 1 228 .000
2 .530b .280 .274 7.72990 .000 .010 1 227 .919
3 .536c .287 .277 7.71202 .007 2.054 1 226 .153
4 .539d .291 .278 7.70698 .004 1.296 1 225 .256
5 .545e .297 .282 7.68946 .006 2.026 1 224 .156
111
sion0
6 .545f .297 .279 7.70600 .000 .039 1 223 .843
7 .596g .356 .335 7.39714 .059 20.011 1 222 .000
a. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority b. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge c. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge, Security_Workload d. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge, Security_Workload, Avoid_Responsibility e. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation f. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, SocialEnvironment_Career g. Predictors: (Constant), Autonomy_Authority, EconomicOpportunity_Challenge, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, SocialEnvironment_Career, Perceived_Confidence
112
Model Summary
Model
R R
Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
dimension0
1 .596a .356 .335 7.39714 .356 17.496 7 222 .000
2 .613b .376 .354 7.29347 .020 7.356 1 221 .007
3 .633c .401 .376 7.16667 .025 8.889 1 220 .003
4 .634d .401 .374 7.17779 .000 .319 1 219 .573
5 .636e .404 .374 7.17568 .003 1.129 1 218 .289
6 .638f .407 .374 7.17628 .003 .963 1 217 .327
7 .641g .411 .375 7.17226 .004 1.244 1 216 .266
a. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority b. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms c. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms, Perceived_Behavioral_Control d. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms, Perceived_Behavioral_Control, Level e. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms, Perceived_Behavioral_Control, Level, Strength f. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms, Perceived_Behavioral_Control, Level, Strength, Generality g. Predictors: (Constant), Perceived_Confidence, Security_Workload, Avoid_Responsibility, SelfRealization_Participation, EconomicOpportunity_Challenge, SocialEnvironment_Career, Autonomy_Authority, Subjective_Norms, Perceived_Behavioral_Control, Level, Strength, Generality, LatarBelakang_PekerjaanOrangTua