pengaruh big-five personality, konformitas...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH BIG-FIVE PERSONALITY, KONFORMITAS,
DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU
PEMBELIAN IMPULSIF DALAM BERBELANJA
ONLINE PADA WANITA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Dewi Amelia
NIM: 11140700000025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Masa depan akan seperti berlian jika kita selalu berusaha mengasahnya dan
mempercantiknya dengan usaha.
Karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta, Papa &
Almh. Mama serta keluarga dan sahabat terkasih yang selalu menyemangati di
balik layar perjuangan saya.
-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Februari 2019
C) Dewi Amelia
D) Pengaruh Big-five Personality, Konformitas, dan Faktor Demografi terhadap
Perilaku Pembelian Impulsif dalam Berbelanja Online pada Wanita
E) xiii + 72 halaman + Lampiran
F) Perilaku pembelian impulsif diterapkan individu untuk membeli suatu jenis
produk dengan alasan di luar kebutuhannya, seperti untuk mengurangi suasana
hati yang tertekan, untuk mengekspresikan identitasnya, atau hanya untuk
bersenang-senang. Pembelian impulsif dapat disebabkan juga karena adanya
dorongan dari lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dampak dari
kemajuan teknologi saat ini, serta untuk membuktikan adanya pengaruh
personality big-five, konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian
impulsif berbelanja online pada wanita.
Populasi dalam penelitian ini merupakan wanita dari tingkat usia dan
pendapatan yang berbeda. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-
probability sampling dengan sampel sebanyak 228 responden. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data dengan skala model Likert untuk mengukur
keseluruhan variabel. Kuesioner yang digunakan adalah Skala Impulsive Buying
Tendency (IBT) untuk mengukur variabel perilaku pembelian impulsif, Skala Big-Five
Inventory (BFI) untuk mengukur variabel Big-Five Personality dan Conformity Scale
(CS) untuk mengukur variabel konformitas. Kuesioner disebarkan secara online yang
bersifat daring dengan menggunakan non-probability sampling technique, yakni
convenience sampling. Pengujian CFA (Confirmatory Factor Analysis) dilakukan
guna menguji validitas tiap-tiap item kuesioner, sedangkan analisis data untuk uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel Big-Five Personality, konformitas, dan demografi terhadap perilaku
pembelian impulsif dengan sumbangan nilai sebesar 12,2%. Secara rinci
dijelaskan bahwa dimensi yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
pembelian impulsif adalah Neuroticism, dan konformitas, sedangkan dimensi
lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan independent variabel lain
di luar penelitian ini yang didasarkan dengan penelitian sebelumnya, seperti,
persepsi (perception). Pengambilan sampel juga disarankan untuk dapat
membandingkan antara pria dan wanita. Temuan dari penelitian ini menyadarkan
banyak pihak untuk menghindari sifat boros yang dimulai dari diri sendiri, dan
juga tidak mudah untuk terpengaruh oleh dorongan kelompoknya untuk membeli
suatu barang. G) Daftar Bacaan: 56; buku: 5 + jurnal: 31 + skripsi & tesis: 16 + internet: 4.
-
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
B) July 2018
C) Dewi Amelia
D) Effect of Big Five Personality, Conformity, and Demographic Factors on
Impulsive Purchasing Behavior in Online Shopping for Women
E) xiii + 72 pages + Appendix
F) Impulsive buying behavior is applied by individuals to buy a type of product
for reasons other than their needs, such as to reduce a depressed mood, to express
their identity, or just to have fun. Impulsive purchases can also be caused by
encouragement from the environment. This research was conducted to measure
the impact of current technological advances, as well as to prove the influence of
big-five personality, conformity, and demographics on impulsive buying behavior
to shop online for women. The population in this study were women of different
age and income levels. Sampling uses a non-probability sampling technique with
a sample of 228 respondents.
This study uses a data collection instrument with a Likert scale model to
measure all variables. The questionnaire used was the Impulsive Buying
Tendency Scale (IBT) to measure the impulsive buying behavior variable, the Big-
Five Inventory Scale (BFI) to measure the variables Big-Five Personality and
Conformity Scale (CS) to measure conformity variables. Online questionnaires
were distributed using a non-probability sampling technique, namely convenience
sampling. CFA testing (Confirmatory Factor Analysis) was conducted to test the
validity of each questionnaire item, while data analysis for hypothesis testing in
this study used multiple regression analysis.
The results showed a significant difference from a variable Big-Five
Personality, conformity, and the demographics of impulsive buying behavior with
a value contribution of 12.2%. In detail, it is explained that the dimensions that
significantly influence impulsive buying behavior are Neuroticism and conformity,
while the other dimensions do not significantly influence impulsive buying
behavior. Suggestions for further research are to use other independent variables
outside of this study which are based on previous research, such as perception.
Sampling is also recommended to be able to compare between men and women.
The findings of this study made many people to realize and aware of avoiding the
wastefulness that starts from themselves, and also not easily affected by the group
to buy an item.
G) Reading List: 56; books: 5 + journal: 31 + thesist: 16 + internet: 4.
-
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia, rahmat, hidayah dan kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Big-five Personality,
Konformitas, dan Faktor Demografi terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
dalam Berbelanja Online pada Wanita.” Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan
seluruh umat yang senantiasa mencintainya.
Proses yang telah penulis lalui untuk terwujudnya skripsi ini tidak lepas
dari bantuan, bimbingan, arahan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada
penulis dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Drs. Akhmad Baidun., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih penulis ucapkan atas kesabaran, arahan, bimbingan, dan juga dukungan
dari segi waktu dan tenaga yang diberikan selama proses pembuatan skripsi
ini. Banyak hal yang penulis dapatkan selama proses bimbingan berlangsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Bapak Ikhwan Lutfi., M.Psi selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan dan juga masukan yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis terus termotivasi untuk meningkatkan nilai di setiap
semesternya selama perkuliahan.
4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang
akademis maupun non-akademis.
5. Responden yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini, penulis ucapkan terima kasih telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner
sehingga penulis mendapat informasi dengan sangat baik.
6. Kedua orang tua yang sangat penulis banggakan, cintai, dan hormati teruntuk papa dan almarhumah mama. Terima kasih doa mama selama hidup, dan
permohonan maaf penulis untuk mama yang belum sempat memberi
kebahagiaan dan juga kesempatan untuk melihat penulis hingga lulus. Terima
kasih teruntuk papa yang selalu mendukung dengan banyak cara yang
dilakukan agar penulis terus semangat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
selalu mendukung di saat suka maupun duka, di saat penulis lelah mama dan
papa tidak pernah merasa lelah untuk terus memberi semangat. Terima kasih
telah menjadi kekuatan dan inspirasi penulis untuk tetap semangat dan kuat
menjalani kehidupan dan juga menyelesaikan skripsi ini.
-
ix
7. Keluarga penulis yang selalu mensupport dalam keadaan suka dan duka, saat penulis merasa down keluarga selalu ada di belakang penulis untuk membantu
bangkit kembali. Terimakasih untuk kakakku Mba Sasa yang telah membantu,
dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
untuk Mas Prana, Mas Bagus, dan keluarga H. Tachmid yang telah memberi
semangat serta memfasilitasi penulis dengan kebahagiaan tidak terbatas.
8. Mahasiswa/i Psikologi UIN Jakarta angkatan 2014 yang selalu memberi semangat, motivasi, dan inspirasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih untuk Mu’ammar, Berliana, Zahra, Salsa, Yani, Cece, Hafla,
Ifa, Nia, Teh Fitri, Akhlis, Dani, Ziah, Taufan, Tini dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih telah membantu
penulis dalam banyak hal untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, terima kasih atas bantuan, kebaikan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga
selalu dalam lindungan dan rahmat Allah, dan kebaikan yang telah diberikan
dibalas dengan kebaikan yang akan Allah SWT berikan dengan sebaik-
baiknya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan sangat diharapkan demi perbaikan dalam penelitian di masa
mendatang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua kalangan baik orang
tua, mahasiswa/i, pekerja, maupun masyarakat umum.
Jakarta, 16 Februari 2019
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1-10
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 7
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................... 7
1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 9
1.3.2.2 Manfaat Praktis ............................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 10-27 2.1 Perilaku Pembelian Impulsif ................................................................ 10
2.1.1 Pengertian Perilaku Pembelian Impulsif .................................... 10
2.1.2 Dimensi-Dimensi Perilaku Pembelian Impulsif ......................... 12
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Impulsif ............................................................................................... 12
2.1.4 Pengukuran Perilaku Pembelian Impulsif ................................... 14
2.2 Big-Five Personality ............................................................................ 15
2.2.1 Pengertian Big-Five Personality ................................................ 15
2.2.2 Dimensi-Dimensi Big-Five Personality ..................................... 16
2.2.3 Pengukuran Big-Five Personality .............................................. 17
2.3 Konformitas ......................................................................................... 18
2.3.1 Pengertian Konformitas ............................................................. 18
2.3.2 Indikator Konformitas ................................................................ 19
2.3.3 Pengukuran Konformitas ............................................................ 19
2.4 Faktor Demografi ................................................................................... 20
2.4.1 Usia ............................................................................................. 20
2.4.2 Pendapatan .................................................................................. 21
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................ 21
2.6 Hipotesis .............................................................................................. 27
-
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 28-46 3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 28
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 29
3.3 Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 31
3.3.1 Alat Ukur Perilaku Pembelian Impulsif ..................................... 32
3.3.2 Alat Ukur Big-Five Personality ............................................... 32
3.3.3 Alat Ukur Konformitas ............................................................. 33
3.3.4 Alat Ukur Usia ........................................................................... 34
3.3.5 Alat Ukur Pendapatan ................................................................ 34
3.4 Uji Validitas Konstruk ......................................................................... 35
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Perilaku Pembelian Impulsif ................. 37
3.4.2 Uji Validitas Konstuk Big-Five Personality .............................. 38
3.4.2.1 Uji Validitas Alat Ukur Extraversion .............................. 38
3.4.2.2 Uji Validitas Alat Agreeableness .................................... 39
3.4.2.3 Uji Validitas Alat Ukur Conscientiousness .................... 40
3.4.2.4 Uji Validitas Alat Ukur Neuroticism ............................... 41
3.4.2.5 Uji Validitas Alat Ukur Openness ................................... 42
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Konformitas .......................................... 43
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 47-57 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................... 47
4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 48
4.3 Kategorisasi Skor ................................................................................. 49
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................ 50
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ................................................................. 58-65
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 58
5.2 Diskusi ................................................................................................. 58
5.3 Saran .................................................................................................... 63
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................. 63
5.3.2 Saran Praktis .............................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66-70
LAMPIRAN ............................................................................................................. 71-82
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Likert............................................................................. 31
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Pembelian Impulsif ......................................... 32
Tabel 3.3 Blue Print Skala Big-Five Personality ...................................................... 33
Tabel 3.4 Blue Print Skala Konformitas .................................................................... 33
Tabel 3.4 Blue Print Skala Usia ................................................................................. 34
Tabel 3.4 Blue Print Skala Pendapatan ...................................................................... 35
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif ................................................... 37
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Extraverison .............................................................. 38
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Agreeableness ........................................................... 39
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Conscientiousness ..................................................... 40
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Neuroticism ............................................................... 41
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Openness ................................................................. 42
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Konformitas ............................................................ 43
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................... 47
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 48
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor ....................................................................................... 49
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................................ 49
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .............................................................. 51
Tabel 4.6 Anova ......................................................................................................... 51
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ....................................................................................... 52
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians untuk masing-masing independent
variable ...................................................................................................................... 56
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ....................................................................... 26
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................ 71
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ....................................................................... 77
Lampiran 3 Output Regresi ........................................................................................ 81
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Individu masa kini memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan pembelian
yang semakin luas. Kesempatan didapatkan individu melalui akses yang beragam
terhadap produk dan jasa serta meningkatnya kemudahan dalam melakukan
pembelian. Internet memiliki karakteristik efisiensi dan beragam informasi
sehingga individu dapat melakukan perbandingan harga serta informasi suatu
produk (Qibtiyah, 2013).
Semakin tingginya penetrasi smartphone dan internet di Indonesia
berakibat semakin banyak individu yang terhubung dengan informasi dan sosial
media. Individu semakin menyukai visualisasi dibandingkan dengan narasi yang
terlalu panjang. Individu kini juga menjadi seorang agregator informasi seperti
mengumpulkan berbagai informasi terkait pembelian seperti harga, review, dan
rating product (Ali, 2017).
Kegiatan berbelanja merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu, dan
setiap individu mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda. Individu
merencanakan pengeluaran uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai
dengan apa yang dibutuhkan dan berapa banyak uang yang akan dikeluarkan.
Bagi individu, berbelanja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
namun belanja juga menjadi suatu kegiatan untuk memenuhi keinginan
(Nurmayasari, 2014). Perilaku belanja pada individu merupakan suatu proses
terjadinya aktivitas pada fungsi kognitif individu yang pada akhirnya individu
akan memutuskan untuk membeli suatu produk (Purnama, 2015).
-
2
Berbelanja merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh wanita. Hal
ini dikarenakan wanita memang suka berbelanja baik untuk kebutuhan pribadi
maupun tidak. CEO Shopee, Chris Feng mengatakan bahwa alasan wanita lebih
suka belanja dibandingkan pria dikarenakan kebutuhan wanita yang cukup
banyak, dan dikarenakan wanita ingin menunjang penampilannya (Anggraeni,
2017). Selaras dengan hal itu pembelian lebih cenderung dilakukan oleh wanita,
hal ini dibuktikan karena wanita berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial.
Berbeda dengan laki-laki yang berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan
barang (Nurmayasari, 2014). Pernyataan ini juga disetujui dengan penelitian yang
dilakukan pada konsumen di Amerika, bahwa wanita cenderung lebih sering
untuk menjadi pembeli (Purnama, 2015).
Tekait dengan pembelian secara online, CNN Indonesia melansir bahwa
“belanja online individu Indonesia mencapai Rp.75 triliun disepanjang tahun
lalu.” (Nababan, 2017). Fenomena berbelanja online melahirkan fenomena
lainnya pada individu Indonesia yaitu fenomena “Flash Sale”. Fenomena ini
dijelaskan Nathania Christy selaku Head of Global Insight Network
TrendWatching bahwa “Flash sale merupakan buah dari persaingan sengit antar
e-commerce di tanah air”. “Flash sale memang menawarkan harga cenderung
lebih murah dibanding kondisi normal, ini dilakukan untuk mendapatkan porsi
kue (keuntungan) yang lebih besar di Indonesia” (Rosyadi, 2018).
Fenomena flash sale merupakan “urusan yang tentu tidak bisa dipisahkan
dari persediaan produk yang memadai”. Minat pengguna internet yang besar
terhadap momen diskon akan membuat permintaan barang melonjak drastis”
-
3
(Melisa, 2018). Awalnya belanja online (online shop) membentuk perilaku
konsumen untuk berbelanja secara rasional, namun faktanya tidak semua
konsumen berbelanja dengan rasional dan logis. Seringkali konsumen berbelanja
dengan tidak terencana atau tanpa niat melakukan pembelian (impulsive buying).
Hampir 60% pembeli online adalah impulsif dan 40% pembelian secara
online dihasilkan melalui impulsive buying (Fihartini, 2015). Berbelanja online
menjadi bidang yang menarik untuk dibahas karena menawarkan konteks untuk
mempelajari perilaku impulsif pada individu. Hal ini dijelaskan seperti
menyediakan pasokan tanpa akhir, dan jam buka tanpa batas. Berbelanja online
mendukung individu dengan pilihan harga dan perbandingan produk yang tak ada
habisnya (Sunsdrom, et al 2013).
Fenomena pembelian impulsif telah dipelajari secara luas lebih dari 60
tahun terakhir. Fenomena ini dipelajari di berbagai negara terutama negara maju
dan beberapa penelitian dilakukan di negara berkembang, dan terbelakang.
Pembelian impulsif merupakan cara terkait dengan individu yang mudah dalam
membeli sesuatu (Awan, 2015). Pada pembelian impulsif, individu memiliki
perasaan yang kuat dan positif terhadap suatu produk yang harus dibeli, hingga
akhirnya memutuskan untuk membelinya (Diba, 2014).
Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa wanita cenderung melakukan
pembelian impulsif untuk memanjakan diri (Lucas, et al 2014). Wanita membeli
tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan bertindak berdasarkan sesuatu yang tiba-tiba
dan harus dipenuhi (Purnama, 2015). Konsumen wanita memainkan peranan
penting dalam individu saat ini (Kaur, 2015). Terkait dengan hal berbelanja secara
-
4
online, wanita memiliki persentase pembelian yang lebih tinggi secara impulsif
ketika menjelajah internet (Crafts, 2012).
Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti akses ke toko
yang mudah, barang yang dijual lebih banyak, dan adanya kegiatan promosi
seperti dikon. Pengaruh lainnya dapat dikaitkan dengan lingkungan belanja, ciri
pribadi individu, karakteristik produk, dimensi demografi, dan sosial budaya yang
beragam. Faktor lainnya juga dapat berupa suasana hati individu, dan evaluasi
normatif individu (Unsalan, 2016).
Faktor yang berkontribusi dalam pembelian impulsif dapat berupa ciri
kepribadian (personality trait) individu seperti pengendalian diri. Faktor variabel
demografi, faktor situasional seperti inkonsistensi waktu, dan efek konformitas
juga menjadi faktor penentu dalam pembelian impulsif (Wu-Chung Wu, 2010).
Penelitian terdahulu menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif
secara online yang dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal seperti pendekatan psikologis dan faktor eksternal seperti faktor
situasional, produk, dan situs web (Ling, 2015).
Penelitian ini memfokuskan faktor yang mempengaruhi perilaku
pembelian impulsif kepada faktor internal yaitu kepribadian (personality trait).
Setiap individu memiliki pola kepribadian dan perilakunya sendiri yang berbeda
dalam setiap arti. Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian
(Mathai, 2014). Dampak yang luar biasa pada kepribadian individu memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain dan kecenderungan tingkat perilaku
impulsif pada individu juga berbeda (Ruswanti, 2016). Kepribadian masing-
-
5
masing individu memiliki sebagian efek pada perilaku individu, yang akan
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif individu (Verplanken, 2001).
Faktor berikutnya merupakan faktor situasional berupa konformitas.
Konformitas merupakan perilaku individu yang melihat anggota kelompoknya
cenderung memberi imbalan secara spontan, hedonis, dan menganggap pembelian
impulsif merupakan suatu cara pembelian yang diinginkan. Ketika individu
melakukan pembelian dengan rekannya, individu mungkin ingin mendapatkan
identitas kelompok dan memenuhi harapan kelompoknya. Hal ini yang
menyebabkan individu bersikap dan berpikir dengan cara yang menyerupai
anggota kelompok lainnya (Wu-Chung Wu, 2010).
Konformitas menggambarkan kemungkinan individu melakukan
pembelian impulsif tergantung pada kecenderungan pembelian impulsif dan
kerentanan terhadap pengaruh interpersonal. Kebutuhan individu mengidentifikasi
dan meningkatkan citra individu di mata individu lainnya melalui akuisisi dan
penggunaan produk dan merek. Mengamati, mencari informasi, dan
menyesuaikan dengan harapan orang lain (Côté-Hamel, 2012).
Terkait dengan pembelian impulsif pada wanita, konformitas telah
memberikan lebih banyak arti pada pembelian wanita. Dampak yang disebabkan
oleh konformitas kelompok kepada individu telah dilaporkan dalam banyak
penelitian bahwa teman dan kenalan efektif dalam proses pembuatan keputusan.
Kehadiran individu lain bersama dengan pelanggan lain dalam pembelian dapat
memiliki dampak besar pada final pembelian (Kazempour, 2017).
-
6
Faktor demografi dalam penelitian ini berupa usia, dijelaskan bahwa
perilaku pembelian impulsif terutama secara online antara usia muda dan usia tua
berbeda. Kelompok usia muda lebih cenderung membeli secara impulsif daripada
kelompok usia tua. Kelompok usia muda lebih terpengaruh pada rangsangan
eksternal seperti banyak menghabiskan waktu dalam berbelanja online. Kelompok
usia tua lebih tidak terpengaruh oleh rangsangan eksternal dalam melakukan
pembelian online secara impulsif (Ling, 2015). Usia berbanding terbalik dengan
pembelian impulsif, individu yang muda dan kaya lebih mungkin untuk terhubung
dalam pembelian impulsif (Awan, 2015).
Faktor demografi berikutnya pendapatan, bahwa konsumen yang memiliki
pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan dengan konsumen
yang memiliki pendapata rendah (Widhyanto, 2016). Penelitian terdahulu lainnya
menjelaskan jika terjadi kenaikan pendapatan pada individu, menyebabkan
individu menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah perilaku
impulsive buying (Setiawan, 2014). Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi
pendapatan bulanan individu sebanyak 5% mempengaruhi impulsif (Rana, 2012).
Usia dalam penelitian ini juga menjadi faktor demografi yang mempengaruhi
perilaku pembelian impulsif (Ling, 2015).
Berdasarkan beberapa data di atas, penelitian ini memfokuskan untuk
mengukur pengaruh variabel kepribadian (personality traits), konformitas dan
demografi (usia, dan pendapatan) terhadap perilaku pembelian impulsif.
Penelitian ini penting untuk terus dilakukan terkait dengan perilaku pembelian
-
7
impulsif secara online yang dihubungkan dengan fenomena dan data yang ada di
individu.
1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan terarah, maka perlu adanya suatu batasan
masalah. Penelitian ini mengukur pengaruh variabel kepribadian (personality
traits), konformitas dan demografi (usia, dan pendapatan) terhadap perilaku
pembelian impulsif. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian impulsif adalah perilaku membeli secara tidak
direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena
adanya dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu (Verplanken, 2001).
2. Big-Five Personality Traits adalah sampel dari sifat-sifat individu
mendeskripsikan diri individu dan individu lain dengan lima fitur yang
mewakili secara tidak langsung yaitu: Extraversions, Agreebleness,
Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness) (Goldberg, 1990).
3. Konformitas adalah perubahan dalam perilaku individu seperti lebih
melibatkan diri kepada kelompok melalui gagasan, nilai dan perilaku
(Mehrabian, 1995).
4. Faktor demografi dalam penelitian ini adalah usia wanita dewasa muda (21-
40 tahun) dan wanita dewasa menengah (41-60 tahun) (Santrock, 2012) dan
pendapatan responden.
5. Responden dalam penelitian ini dibatasi hanya pada wanita di Jabodetabek.
-
8
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, rumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan big-five personality,
konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel big-
five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan agreeableness pada variabel
big-five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan conscientiousness pada variabel
big-five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel big-
five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan openness pada variabel big-five
personality terhadap perilaku pembelian impulsif?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan konformitas terhadap perilaku
pembelian impulsif?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan usia pada variabel demografi
terhadap perilaku pembelian impulsif?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan pada variabel
demografi terhadap perilaku pembelian impulsif?
-
9
1.3. Tujuan dan Manfaat Masalah
1.3.1. Tujuan Penelitian
Secara pokok dan prinsip tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas. Oleh karenanya, tujuan dan
manfaat substansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan
penelitian yaitu untuk membuktikan pengaruh big-five personality, konformitas,
dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1.3.2.1. Teoritis
Secara teoritis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi,
1. Referensi dan masukan bagi perkembangan kajian ilmu psikologi.
2. Penelitian ini bisa menjadi referensi dan bahan untuk penelitian selanjutnya.
1.3.2.2. Praktis
Secara praktis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi,
1. Masukan yang baik bagi pihak terkait dalam perilaku berbelanja seperti
remaja, mahasiswa, pekerja, hingga orang tua.
2. Dapat dijadikan ilmu pengetahuan terbaru bagaimana pengaruh big-five
personality, konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian
impulsif berbelanja online pada kalangan individu secara umum.
-
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perilaku Pembelian Impulsif
2.1.1. Pengertian Perilaku Pembelian Impulsif
Perilaku pembelian impulsif adalah gaya pembelian non-rasional jika individu
membeli produk untuk semua jenis dengan alasan di luar kebutuhannya, seperti
untuk mengurangi suasana hati yang tertekan, untuk mengekspresikan identitas,
atau hanya untuk bersenang-senang. Perilaku pembelian impulsif juga merupakan
konsep yang didefinisikan mencangkup banyak bentuk perilaku pembelian non-
rasional. Sebagian besar terkait dengan pembelian yang tidak direncanakan dan
tiba-tiba, yang dimulai di tempat, disertai dengan dorongan kuat dan perasaan
senang dan gembira (Verplanken, 2001).
Pengertian serupa terkait pembelian impulsif yaitu perilaku spontan yang
didorong oleh pengaruh yang terjadi tanpa pertimbangan yang luas tentang alasan
untuk membeli suatu produk. Perilaku pembelian impulsif merupakan “dorongan
yang tiba-tiba sering kali kuat dan terus-menerus untuk membeli sesuatu dengan
segera”. Perilaku pembelian impulsif mempengaruhi banyak individu yang sering
melakukannya dengan konsekuensi negatif. Pembelian impulsif dapat
menyebabkan perasaan bersalah pada pihak pembeli, dan penolakan sosial
terhadap pembeli (Hubert, 2013).
Pengertian selanjutnya yaitu pembelian impulsif adalah pembelian yang
tidak direncanakan di mana individu memutuskan untuk membeli barang tanpa
rencana terlebih dahulu. Pembelian impulsif adalah hasil dari paparan stimulus di
mana individu membeli secara impulsif dipicu oleh stimulus eksternal seperti
-
11
desain barang atau harga barang. Pembelian impulsif adalah sifat langsung dari
perilaku di mana individu membeli tanpa mempertimbangkan pencarian
informasi, evaluasi alternatif, dan konsekuensi dari pembelian (Ling, 2015).
Ketika individu membeli sesuatu secara spontan tanpa perencanaan
sebelumnya, disebut dengan perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif
adalah pembelian yang tidak menguntungkan, mengganggu model pengambilan
keputusan yang normal di otak konsumen. Urutan logis dari tindakan konsumen
yang diganti dengan momen kepuasan diri yang irasional. Pembelian impuls
sejatinya mencerminkan keputusan di dalam toko saat individu membeli (Rana,
2012).
Penelitian terdahulu menjelaskan pengertian perilaku pembelian impulsif
sebagai perilaku yang tidak terencana dan tidak mencerminkan. Pembelian
impulsif didorong oleh rangsangan eksternal. Rangsangan eksternal yang
mempengaruhi seperti strategi promosi penjual yang dapat membuat konsumen
bingung dan memicu untuk melakukan pembelian dengan segera (Yang, 2011).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
pembelian impulsif merupakan perilaku membeli secara tidak direncanakan, atau
hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena adanya dorongan yang kuat
untuk membeli sesuatu. Dalam penelitian ini, untuk definisi perilaku pembelian
impulsif lebih difokuskan kepada definisi yang dijelaskan oleh (Verplanken,
2001) yaitu pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak rasional.
-
12
2.1.2. Dimensi-Dimensi Pembelian Impulsif
Berdasarkan definisi di atas, (Verplanken, 2001) menjelaskan bahwa perilaku
pembelian impulsif memiliki 2 dimensi, yaitu:
1. Kognitif
Terkait dengan kurangnya perencanaan dan pertimbangan dalam melakukan
pembelian. Kognitif berbanding terbalik dengan kesadaran, kebutuhan struktur,
dan kebutuhan untuk dievaluasi.
2. Afektif
Terkait dengan perasaan senang dan gembira, dorongan untuk membeli,
sulitnya meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal. Afektif
berhubungan dengan kurangnya anatomi dan orientasi tindakan.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif, di
antaranya:
1. Personality Trait
Teori kepribadian dari pembelian impulsif menekankan peran kepribadian
sebagai proses yang mempengaruhi pembelian impulsif. Dalam literatur
pembelian yang impulsif, ada fokus khusus pada peran impulsif umum dan
aspek kepribadian big-five. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa sifat
menyenangkan dari pembelian impulsif menarik konsumen untuk
menunjukkan variabel kepribadian berkaitan dengan variasi pencarian
(Shawcross, 2015).
-
13
2. Konformitas
Individu melihat anggota kelompoknya cenderung memberi imbalan secara
spontan, hedonis, dan menganggap pembelian impulsif merupakan suatu cara
pembelian yang diinginkan. Ketika individu melakukan pembelian dengan
rekannya, individu mungkin ingin mendapatkan identitas kelompok dan
memenuhi harapan individu lain, maka individu bersikap dan berpikir dengan
cara yang menyerupai anggota kelompok lainnya (Wu-Chung Wu, 2010).
3. Variabel Demografi
a. Pendapatan
Hasil dari penelitian terdahulu ditemukan bahwa tingkat signifikansi
sebanyak 5% pendapatan bulanan individu mempengaruhi perilaku
pembelian impulsif (Rana, 2012). Konsumen yang memiliki penghasilan
atau pendapatan yang lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan
dengan konsumen yang memiliki pendapatan yang rendah (Widhyanto,
2016). Hal ini dibenarkan oleh penelitian terdahulu lainnya bahwa jika
terjadi kenaikan pendapatan pada individu maka akan menyebabkan
individu menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah
perilaku impulsive buying (Setiawan, 2014).
b. Usia
Usia dianggap sebagai salah satu variabel demografi penting yang dapat
memiliki pengaruh mendalam pada pola pembelian individu (Khan,
2015). (Rana, 2012) dalam penelitiannya menemukan hubungan non-
-
14
linear antara usia dan pembelian impulsif dalam sampel dewasa di
Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelian impulsif akan
meningkat sedikit dari usia 18 hingga 39 dan menurut setelahnya.
c. Gender
Ditemukan bahwa beberapa penelitian menguji peran gender dalam
perilaku pembelian impuls yang secara umum telah diamati, bahwa
wanita lebih cenderung untuk berbelanja (Luniya, 2015).
4. Perception and Product Involvement
Persepsi memainkan peran dalam pembelian impulsif, sedangkan keterlibatan
produk mengacu pada individu yang merasakan pentingnya kebaikan
berdasarkan minat dan nilai serta tingkat upaya individu yang kemungkinan
akan dikontribusikan pada produk (Ling, 2015).
Berdasarkan beberapa data di atas, penelitian ini akan mengukur faktor
yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif dalam berbelanja online yaitu
konformitas, big-five personality, dan demografi.
2.1.4. Pengukuran Perilaku Pembelian Impulsif
Adapun pengukuran yang digunakan dalam mengukur pembelian impulsif, di
antaranya:
1. UPPS Behavioral Scale, alat ukur ini mengukur empat dimensi impulsivitas
yaitu urgency, (lack of) premeditation, (lack of) perseverance, dan sensation-
seeking yang merangkum dimensi-dimensi ini menjadi item yang terdiri dari
43 item (Berto, 2017).
-
15
2. Impulsive Buying Tendency (IBT), alat ikur ini dikembangkan oleh
(Verplanken, 2001) yang terdiri dari 20 item. Alat ukur ini dibagi menjadi
dua dimensi yaitu kognitif dan afektif. Koefisien alpha dari kognitif = 0,91
dan afektif = 0,83.
Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur Impulsive Buying
Tendency (IBT) yang dikembangkan oleh (Verplanken, 2001) dan digunakan
untuk mengukur perilaku pembelian impulsif. Alat ukur ini dirasa sangat sesuai
dengan apa yang akan diukur pada penelitian ini. Alat ukur ini akan disesuaikan
dengan keadaan responden saat ini, dan disesuaikan dengan budaya.
2.2. Big-Five Personality
2.2.1. Pengertian Big-Five Personality
Kepribadian dikaitkan dengan sampel kata sifat yang cukup baik dalam
mendeskripsikan diri dan individu lain dengan lima fitur yang mewakili secara
tidak langsung. Fitur utama yang mewakili kata sifat dijelaskan seperti kekuatan
cinta, pekerjaan, pengaruh, dan akal yaitu big-five personality (Goldberg, 1990).
Kepribadian adalah organisasi dimanis yang unik dari karakteristik individu
tertentu, fisik dan psikologis yang mempengaruhi perilaku, dan tanggapan
terhadap lingkungan sosial dan fisik (Mathai, 2014). Kepribadian secara umum
didefinisikan sebagai emosi individu, pikiran, karakter dan pola perilaku yang
unik bagi individu (Zainol et al, 2016). Kepribadian diartikan sebagai
“karakteristik individu pola pemikiran, emosi, dan perilaku, bersama dengan
mekanisme psikologis yang tersembunyi atau tidak dibalik pola-pola perilaku.”
(Neuman, 2016). Kepribadian adalah karakteristik unik, stabil, dan individual
-
16
yang membedakan satu dari yang lain, termasuk emosi nilai, sikap, dan bakat
individu (Woo, 2015).
Big-five personality adalah model kepribadian yang paling populer di
dunia akademis, yang banyak diadopsi dalam ilmu sosial. Kepribadian manusia
terdiri dari lima faktor: Extroversion, Agreeableness, Conscientiousness,
Neuroticism, dan Openness to experience (Hyunhee Woo, 2015). (Goldberg,
1990) memberi nomor dan label pada lima fitur utama yang menjelaskan
kepribadian “Big-five”: I. Surgency (Extravertion), II. Agreeableness, III.
Conscientiousness (or Dependability), IV. Emotional Stability (vs. Neuroticism),
dan V. Culture, Intellect (Openness). Dalam penelitian lainnya juga dijelaskan
bahwa ada lima ciri kepribadian utama: openness to experience,
conscientiousness, extraversion, agreeableness and emotional stability (Sagini,
2014).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penelitian ini menggunakan
teori big-five personality dari (Goldberg, 1990) yang telah melakukan penelitian
terkait taksonomi kepribadian (personality) melalui lima fitur utama yang
dinamakan big-five personality. Big-Five Personality meliputi Extraversion,
Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to experience.
2.2.2. Dimensi- Dimensi Big-Five Personality
Personality menurut (Goldberg, 1990) menjelaskan lima dimensi, yaitu:
1. Extraversion: membandingkan sifat seperti banyak bicara, tegas, dan tingkat
aktivitas dengan sifat seperti keheningan, pasif, dan tertib.
-
17
2. Agreeableness: membandingkan sifat kebaikan, kepercayaan, dan kehangatan
dengan sifat permusuhan, egois, dan ketidakpercayaan.
3. Conscientiousness: membandingkan sifat organisasi, ketelitian, dan
kehandalan dengan sifat seperti kecerobohan, kelalaian, dan tidak dapat
diandalkan.
4. Neuroticism: mencangkup sifat gugup, murung, dan tempramen.
5. Openness: membandingkan sifat imajinasi, keingintahuan, dan kreativitas
dengan sifat dangkal dan ketidaksempurnaan.
2.2.3. Pengukuran Big-Five Personality
Adapun pengukuran yang digunakan dalam mengukur personality, yaitu:
1. Big Five Inventory (BFI): berdasarkan teori dari (Goldberg, 1993) memiliki
44 item yang dikembangkan untuk menjelaskan peringkat kepribadian. BFI
tidak menggunakan kata sifat tunggal sebagai item. Hal ini dikarenakan item
dijawab kurang konsisten daripada ketika responden disuguhi pernyataan
dengan definisi atau elaborasi (John, 1999).
2. The Revised NEO Personality Inventory (NEO PI-R): Alat ukur ini
dikembangkan oleh Costa & McCrae (1992), yang terdiri dari 240 item. NEO
PI-R menggunakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur Big Five. Alat
ukur ini bertujuan untuk membedakan kelima dimensi kepribadian dengan
mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik (Soto, 2009).
3. The Mini International Personality Item Pool (The Mini-IPIP). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Goldberg (1999), yang terdiri dari 20 item. Mini-IPIP
-
18
merupakan ukuran singkat yang dapat diterima secara psikometrik dan praktis
dari beberapa faktor kepribadian big five. Skala Mini-IPIP, dengan empat
item big five memiliki konsistensi internal yang konsisten dan dapat diterima
di lima studi (Donnellan, 2006).
Penelitian ini menggunakan alat ukur BFI yang dikembangkan oleh (John,
1999) berdasarkan teori kepribadian dari (Goldberg, 1993). Alat ukur ini dirasa
sangat sesuai dengan apa yang akan diukur pada penelitian ini terkait dengan
pengukuran personality traits.
2.3. Konformitas
2.3.1. Pengertian Konformitas
Konformitas adalah keterlibatan keinginan individu untuk mengidentifikasi
karakteristik individu lain dan meniru mereka. Individu mengikuti individu lain
untuk menghindari konflik. Umumnya individu dalam hal ini menjadi pengikut
daripada pemimpin dalam hal gagasan, nilai, dan perilaku dalam mengambil
sebuah keputusan untuk berperilaku atau bertindak (Mehrabian, 1995).
Hal ini dibenarkan oleh penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa ada
berbagai bentuk konformitas dan pengaruhnya sesuai pada jenis keputusan yang
akan dibuat oleh individu jika individu ditekan termasuk dengan kelompoknya.
Ketika individu mengevaluasi pilihan, individu rentan terhadap pengaruh dan bias
dari individu lain (Balagopal, 2014).
(Wu-Chung Wu, 2010) mengkategorikan konformitas kepada kesediaan
masyarakat dan penerimaan. Kesediaan masyarakat berarti bahwa masyarakat
bersedia membaur dengan kelompok dalam maksud untuk mendapatkan timbal
-
19
balik berupa reward atau punishment dan tidak merubah jadi diri mereka.
Penerimaan pribadi merupakan kepercayaan dan perilaku yang mempengaruhi
kelompok sosial. Hal itu merupakan keinginan penerimaan dari perilaku
kelompok, kepercayaan, nilai dan ekspektasi dan merubah diri mereka menjadi
sesuai dengan kelompok sosialnya.
Konformitas tidak hanya bertindak sebagai tindakan individu lain, tetapi
juga dipengaruhi oleh bagaimana individu bertindak. Konformitas adalah
perubahan dalam perilaku atau keyakinan untuk selaras dengan individu lain.
Kuncinya adalah apakah perilaku dan keyakinan individu akan sama terlepas dari
kelompok, menurut (Myers, 2003).
2.3.2. Indikator Konformitas
Stefl dan Mehrabian (1995) menjelaskan 3 indikator dari konformitas, yaitu:
1. Identifikasi (Identify), mengidentifikasi individu lain dengan cara melihat apa
yang individu lain kenakan atau gunakan.
2. Meniru (Emulate), melimpahkan suatu tindakan dengan meniru individu lain
untuk menghindari suatu konflik yang tidak diinginkan.
3. Menjadi pengikut (Follower), individu cenderung meleburkan diri dengan
cara lebih baik menjadi pengikut daripada pemimpin dalam hal gagasan,
norma, serta perilaku.
2.3.3. Pengukuran Konformitas
Adanya pengukuran yang digunakan dalam mengukur konformitas, di antaranya:
1. Conformity Scale, alat ukur ini mengukur tiga indikator dari konformitas yaitu,
Identifikasi (Identify), Meniru (Emulate), dan Menjadi pengikut (Follower)
-
20
yang dirangkum menjadi item yang terdiri 11 item, faktor yang dianalisis dan
solusi komponen utama yang diperoleh adalah dari plot eigenvalue yang
digunakan untuk uji scree oleh (Mehrabian, 1995).
2. Conform Scale, alat ukur ini mengukur tujuh item yang menggambarkan
konformitas yang dianalisis menggunakan analisis faktor. Item membentuk
satu faktor akuntansi untuk 40% dari varians dalam matriks korelasi
(Goldsmith, 2005).
3. Conformity Scale oleh Lucille Hamewow (1967), alat ukur ini mengukur 20
pertanyaan tentang perilaku yang berkaitan dengan norma. Jumlah pertanyaan
positif dan negatif sama yang diberi kata dan jumlah pertanyaan yang sama
dengan kata kata hipotesis dalam hal perilaku yang sebenarnya.
Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur konformitas (Conformity
Scale) yang dikembangkan oleh (Mehrabian, 1995) dan digunakan untuk
mengukur variabel konformitas. Alat ukur ini akan disesuaikan dengan budaya
dan keadaan responden saat ini. Alat ukur ini dirasa sangat sesuai dengan apa
yang akan diukur pada penelitian ini.
2.4. Faktor Demografi
2.4.1. Usia
Usia merupakan suatu tahapan perkembangan individu yang tumbuh dan
berkembang secara potensial (Rachmawati, 2014). Proses kehidupan manusia
dimulai dari masa janin dalam kandungan, terlahir sebagai bayi, dan terus
mengalami berbagai perkembangan menuju masa dewasa, hingga akhir usianya
menjelang kematian (Wahidah, 2016). Masa dewasa itu sendiri dibagi menjadi 3
-
21
fase, yaitu masa dewasa awal (usia 21-40 tahun), dewasa menengah (usia 41-60
tahun), dan dewasa akhir (usia 61-kematian) (Santrock, 2012).
Terkait dengan perilaku pembelian impulsif, (Wathani, 2009) mengatakan
bahwa pembeli dengan usia kurang dari 25 tahun lebih impulsif dibandingkan usia
yang berada di atasnya. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa pembelian
impulsif akan meningkat sedikit dari usia 18 hingga 39 tahun, dan menurun
setelahnya (Rana, 2012). Berbeda dengan hal itu, konsumen pada usia 50 tahun ke
atas sensitif terhadap harga daripada kelompok usia dibawahnya yaitu kelompok
usia 18-30 tahun (Singh, 2009). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
bahwa usia masyarakat yang lebih muda menghabiskan waktu untuk membeli
lebih dari yang direncanakan semula (Ferreira, 2014).
2.4.2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh responden setiap bulannya
(Febriansyah, 2015). Terkait dengan perilaku pembelian impulsif, pendapatan
merupakan pengaruh yang penting dalam kesadaran pemasaran dalam perilaku
pembelian impulsif pada masyarakat (Yang, 2011). Faktanya menunjukkan bahwa
kelompok populasi yang memiliki pendapatan lebih rendah tidak dapat berhasil
membeli semua barang yang diinginkan (Istudor, et al 2014). Hal ini dibuktikan
dengan tingkat signifikansi pendapatan bulanan masyarakat sebanyak 5%
mempengaruhi impulsif (Rana, 2012).
2.5. Kerangka Berpikir
Perilaku pembelian impulsif merupakan perilaku membeli secara tidak
direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena adanya
-
22
dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu. Perilaku pembelian impulsif
mempengaruhi banyak individu yang sering melakukannya dengan konsekuensi
negatif. Pembelian impulsif dapat menyebabkan perasaan bersalah pada pihak
pembeli, dan penolakan sosial terhadap pembeli. Terkait dengan hal pembelian,
saat ini masyarakat milenial banyak berpindah menjadi pelaku pembeli secara
online.
Hal di atas, dibuktikan dengan data yang diperoleh dari penelitian
terdahulu yaitu bahwa hampir 60% pembeli online adalah impulsif. Dari 100%,
sisanya 40% pembelian secara online dihasilkan melalui pembelian secara
impulsif (impulsif buying) (Sunsdrom, et al 2013). Pembelian impulsif lebih
cenderung dilakukan oleh wanita karena wanita berbelanja untuk menunjukkan
identitas sosialnya dibanding laki-laki yang lebih mementingkan fungsi atau
kegunaan dari barang yang ingin dibeli (Nurmayasari, 2014).
Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa personality memiliki dampak
atau pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif (Ruswanti, 2016). Hal ini
didukung oleh penelitian terdahulu bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi
oleh sifat-sifat dari kepribadian (personality), yaitu big-five personality (Mathai,
2014). Penelitian terdahulu juga menjelaskan bahwa konformitas memiliki
dampak yang efektif dalam proses pembuatan keputusan, dan dalam final
pembelian individu terutama perilaku pembelian impulsif (Kazempour, 2017).
Pengaruh usia dan pendapatan juga menentukan perilaku pembelian
impulsif dalam penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa
kelompok usia muda lebih cenderung membeli secara impulsif dibandingkan
-
23
dengan kelompok usia tua (Ling, 2015). Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa
individu dengan pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif, dibandingkan
dengan individu yang memiliki pendapatan rendah (Widhyanto, 2016).
Perilaku pembelian impulsif memiliki dua aspek, yaitu kognitif yang
meliputi kurangnya perencanaan dan pertimbangan dalam melakukan pembelian.
Kognitif berbanding terbalik dengan kesadaran, kebutuhan struktur, dan
kebutuhan untuk dievaluasi. Aspek selanjutnya, yaitu Afektif yang meliputi
perasaan senang dan gembira, adanya dorongan untuk membeli, sulitnya
meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal. Afektif berhubungan
dengan kurangnya anatomi dan orientasi tindakan (Verplanken, 2001).
Perilaku pembelian impulsif erat kaitannya dengan personality traits
melalui sifat-sifatnya, yaitu big five personality. Variabel extraversion dalam big-
five personality memiliki karakteristik banyak bicara dan mudah bergaul (John,
1999). Individu dengan kepribadian ini cenderung menikmati dirinya sendiri saat
berada di lingkungan sosial. Variabel extraversion memiliki keterkaitan yang kuat
dengan pembelian yang bersifat impulsif. Individu dengan kepribadian ini
digambarkan menggunakan kata sifat “ramah” dan “mudah berteman” yang
menjelaskan kemungkinan individu untuk cenderung terlibat dalam bentuk
belanja sosial terutama berbelanja secara impulsif (Shawcross, 2015).
Variabel selanjutnya agreeableness dalam big-five personality yang
memiliki karakteristik lembut hati, mudah dipercaya, toleran, dan bersahabat
(John, 1999). Variabel agreeableness meliputi atribut seperti kepercayaan,
altruisme, kebaikan, kasih sayang, dan perilaku pro-sosial lainnya yang
-
24
merupakan efek positif dari kemampuan individu untuk menunjukkan perilaku
pembelian impulsif (Shahjehan, 2012). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
individu yang memiliki kepribadian agreeableness yang tinggi lebih cenderung
percaya dengan orang lain dan membeli secara tidak reflektif atau tidak dipikirkan
terlebih dahulu (Ni, 2016). Hal ini menjelaskan bahwa individu dengan
kepribadian agreeableness cenderung untuk berperilaku membeli secara impulsif.
Variabel berikutnya yaitu variabel conscientiousness dalam big-five
personality. Individu dengan kepribadian conscientiousness memiliki karakteristik
teliti, pekerja keras, rajin dan teroganisir (John, 1999). Hal ini menggambarkan
bahwa individu memiliki kontrol akan dorongan yang ditentukan oleh lingkungan
sosial yang memfasilitasi tugas dan perilaku yang sesuai dengan tujuan. Individu
berpikir sebelum bertindak, menunda gratifikasi, mengikuti norma, aturan,
perencanaan, pengorganisasian dan memprioritaskan tugas. Individu dengan
kepribadian ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk pembelian tidak
direncanakan atau pembelian impulsif karena individu berpikir terkait hasil dari
tindakan atau resiko jika melakukan pembelian impulsif (Mathai, 2014).
Variabel neuroticism dalam big-five personality menjelaskan karakteristik
individu sebagai individu yang emosional, cemas, dan tempramental (John,
1999). Individu yang memiliki skor tinggi pada sifat kepribadian ini adalah
individu yang tidak stabil secara emosional dan memiliki emosi negatif. Individu
memiliki tempramen yang pendek, murung, dan mudah stres. Terkait dengan
pembelian secara impulsif, individu yang merasa cemas dan memiliki tekanan
emosi dapat menuntun dirinya untuk melakukan pembelian impulsif. Individu
-
25
yang melampiaskan tekanan emosi negatifnya kepada pembelian dengan cara
pembelian yang impulsif, akan merasa sedikit lega dan lebih santai setelah
melakukannya (Farid, 2018).
Pada variabel openness dalam big-five personality individu memiliki daya
kognitif yang tinggi dengan cara berpikir yang kreatif, terbuka, dan bebas (John,
1999). Hal ini mengacu pada individu yang berpikiran terbuka dan mudah tertarik
dengan hal-hal baru dan inovatif (Zainol et al, 2016). Individu dengan perilaku
pembelian impulsif yang tinggi kurang mempunyai pertimbangan dan
perencanaan dalam melakukan suatu pembelian, dan juga individu lebih
mengikuti dorongan emosional daripada kognitifnya (Verplanken, 2001). Hal ini
menjelaskan bahwa jika individu memiliki kepribadian openness yang tinggi,
maka individu cenderung rendah dalam pembelian impulsif.
Variabel berikutnya konformitas yang menjelaskan individu memiliki
karakteristik mengidentifikasi individu lain dengan cara melihat apa yang individu
lain kenakan atau gunakan. Individu melimpahkan suatu tindakan dengan meniru
individu lain untuk menghindari suatu konflik yang tidak diinginkan. Individu
cenderung meleburkan diri dengan cara lebih baik menjadi pengikut daripada
pemimpin dalam hal gagasan, norma, serta perilaku (Mehrabian, 1995).
Penelitian terdahulu menjelaskan konformitas sebagai individu yang dapat
melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok yang terhubung dengan nilai,
kesesuaian, harmoni, serta menempatkan nilai keselamatan dan keamanan yang
tinggi pada kelompok. Beberapa individu mungkin secara umum perilaku
membelinya dihalangi oleh suatu ekspektasi seperti norma kelompok, contohnya
-
26
keluarga. Kehadiran rekan atau teman sebaya dapat melepaskan keinginan untuk
membeli dan mengurangi tekanan hambatan terhadap membeli. Individu akan
lebih impulsif dihadapan teman sebaya atau rekan kelompok dibanding dihadapan
anggota keluarga atau di saat individu sedang sendiri (Luo, 2005) .
Variabel berikutnya yaitu usia, penelitian terdahulu menjelaskan bahwa
perilaku pembelian impulsif lebih banyak dilakukan oleh individu dengan usia
muda. Individu dapat menghabiskan waktu untuk membeli lebih dari yang
direncanakan semula (Ferreira, 2014). Hal ini juga dijelaskan oleh penelitian
terdahulu bahwa usia individu yang muda dan kaya lebih memungkinkan untuk
terhubung dalam pembelian impulsif (Awan, 2015). Variabel terakhir yaitu
pendapatan individu yang memiliki pengaruh penting dalam perilaku pembelian
secara impulsif. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi pendapatan
bulanan individu sebanyak 5% mempengaruhi impulsif (Rana, 2012). Berikut
merupakan ilustrasi kerangka berpikir penelitian.
2.1 Skema Kerangka Berpikir
Big-Five Personality
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticism
Openness
Konformitas
Faktor Demografi
Usia
Pendapatan
Perilaku
Pembelian
Impulsif
-
27
2.6. Hipotesis H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel Big-Five Personality,
konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif
berbelanja online.
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan Extraversion pada variabel personality
traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan Agreeableness pada variabel personality
traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan Conscientiousness pada variabel
personality traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan Neuroticism pada variabel personality
traits terhadap pembelian impulsif berbelanja online.
H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan Openness pada variabel personality traits
terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan Konformitas terhadap perilaku pembelian
impulsif berbelanja online.
H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan Usia pada variabel demografi terhadap
perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
H9 : Terdapat pengaruh yang signifikan Pendapatan pada variabel demografi
terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.
-
28
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini
memiliki jumlah keseluruhan populasi yang tidak teridentifikasikan karena
cangkupan populasi dalam penelitian ini tidak terbatas. Sampel yang diambil
adalah sebanyak 228 wanita, sampel yang menjadi sasaran memiliki rentang usia
dewasa awal yaitu 21-40 tahun dan usia dewasa menengah yaitu 41-60 tahun.
Kriteria dari sampel yang akan digunakan adalah wanita yang menjadi anggota
dari grup chat berbelanja online di media sosial seperti WA (WhatsApp), Line,
dan Instagram, dengan rentang pendapatan perbulan 8.000.000.
Alasan pemilihan sampel diambil berdasarkan kriteria di atas yaitu, dalam grup
chat berbelanja online besar kemungkinan individu untuk menjadi impulsif dalam
berbelanja suatu barang, alasan tersebut didasari oleh observasi peneliti
sebelumnya.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
non-probability sampling dengan unit sampling, convenience sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang
ditemui dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel (Siregar, 2013).
Sampel dalam penelitian ini diambil secara daring atau online. Waktu
pengambilan data selama 2 minggu dengan kuesioner dibagikan dalam bentuk link
googleform kepada responden yang sudah ditargetkan dan menyetujui untuk
dijadikan responden dalam penelitian ini.
-
29
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel
dependent (Y) dan variabel independent (X).
1. Variabel Dependent (Y): Perilaku Pembelian Impulsif.
2. Variabel Independent (X1): Personality Traits
3. Variabel Independent (X2): Konformitas
4. Variabel Independent (X3): Demografi
Definisi operasional dalam penelitian ini ditemukan berdasarkan definisi
konseptual yang telah dijelaskan pada bab kajian teori. Adapun definisi masing-
masing variabel sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian impulsif adalah perilaku membeli secara tidak
direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena
adanya dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu (Verplanken, 2001).
Adapun dimensinya yaitu:
1. Cognitive (Kognitif), adalah menyangkut kurangnya pertimbangan
individu dan perencanaan ketika melakukan pembelian.
2. Affective (Afektif), adalah suatu perasaan individu seperti senang dan
gembira saat berbelanja, dorongan untuk membeli, individu kesulitan
untuk meninggalkan sesuatu, dan kemungkinan merasakan penyesalan
setelah melakukan pembelian
2. Big-Five Personality Traits adalah sampel dari sifat-sifat individu
mendeskripsikan diri individu dan individu lain dengan lima fitur yang
mewakili secara tidak langsung yaitu: Extraversions, Agreebleness,
-
30
Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness) (Goldberg, 1990). Lima fitur
yang mewakili merupakan dimensi dari big-five personality dijelaskan dalam
(John, 1999), yaitu:
1. Extraversion, mencakup lima komponen yang dapat dibedakan seperti
tingkat aktivitas (aktif,energik), mendominasi (tegas, memaksa, suka
memerintah), sosiabilitas (ramah, mudah bergaul, banyak bicara), ekspresi
(suka berpetualang, vokal, berisik, pamer), dan emosionalitas (antusias,
dan berani).
2. Agreebleness, mencakup enam komponen yang dapat dibedakan seperti
kehangatan (kasih sayang, lembut, hangat), pikiran lembut (sensitif, baik,
berhati lembut, simpatik), Altruisme (murah hati, senang membantu, dan
senang memuji), dan rasa percaya (percaya, dan memaafkan). Kontras
dengan permusuhan, kritis, dan ketidakpercayaan.
3. Conscientiousness, mencakup adab, mudah dibentuk, bermartabat,
visioner, dan logis.
4. Neuroticism, mencakup emosional, kekuatan ego (kecemasan), rasa
dominan, kepuasan, dan pengaruh.
5. Openness, mencakup kecerdasan, budaya, minat intelektual, artistik, rasa
ingin tahu, orisinal, kecanggihan dan wawasan yang luas.
2. Konformitas adalah perubahan dalam perilaku individu seperti lebih
melibatkan diri kepada kelompok melalui gagasan, nilai dan perilaku
(Mehrabian, 1995).
-
31
3. Faktor demografi yang mencangkup usia dan pendapatan responden, sampel
dalam penelitian ini dibatasi hanya pada wanita di Jabodetabek. Adapun
dimensinya, yaitu:
1. Usia, mencakup masa dewasa awal (usia 21-40 tahun), dan dewasa
menengah (usia 41-60 tahun) (Santrock, 2012).
2. Pendapatan, mencakup pendapatan bersih responden yang diperoleh dari
seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh biaya (Fykar, 2016).
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang memiliki rentang
yang berbeda sesuai dengan skala baku. Skala baku telah digunakan pada
penelitian sebelumnya dan juga kebutuhan serta adaptasi yang telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan model skala Likert dengan 4 kategori jawaban, yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya central tendency atau
pemusatan dan juga menghindari jumlah respon yang bersifat netral.
Tabel 3.1.
Tabel Skor Skala Likert Respon Pilihan Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
Variasi 1 Variasi 2
SS
(Sangat Sesuai)
SS
(Sangat Sesuai)
4 1
S
(Sesuai)
S
(Sesuai)
3 2
TS
(Tidak Sesuai)
TS
(Tidak Sesuai)
2 3
STS
(Sangat Tidak Sesuai)
STS
(Sangat Tidak Sesuai)
1 4
-
32
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu alat
ukur pembelian impulsif, personality traits, konformitas, dan demografi. Alat
ukur disusun berdasarkan adaptasi dari peneliti sebelumnya. Adapun ketiga alat
ukur sebagai berikut :
3.3.1. Alat Ukur Perilaku Pembelian Impulsif
Alat ukur perilaku pembelian impulsif dalam penelitian ini menggunakan alat
ukur IBT (Perilaku pembelian impulsif Tendency), dikembangkan oleh
Verplanken dan Herabadi (2001), yang terdiri dari 20 item. IBT menggunakan
skala model Likert dengan rentang 4 poin Menggunakan skala 1 (sangat tidak
setuju) sampai dengan 4 (sangat setuju), Adapun blue print dari skala pembelian
impulsif adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Blue Print Skala Perilaku pembelian impulsif No Aspek Indikator Nomor Item
Jml
1. Cognitive Individu yang kurang mempunyai pertimbangan dalam melakukan suatu
pembelian
1,6*,7*,8*,10 5
Individu yang kurang mempunyai rencana yang matang dalam melakukan
suatu pembelian
2*,3,4*,5*,9 5
2. Affective Individu yang memiliki dorongan membeli yang kuat
12*,13,18,19,20*
5
Individu yang merasa senang ketika
berbelanja
14*,15,16,11,17 5
TOTAL 20
Keterangan: *=item unfavorable.
3.3.2. Alat Ukur Big-Five Personality
Alat ukur personality traits yang di gunakan adalah Skala BFI (Big-Five
Inventory) yang berlandaskan pada teori (Goldberg, 1993 dalam Oliver P. John,
1999). Skala ini terdiri dari 44 item yang mencangkup 5 (lima) dimensi yaitu
Extraversion (E: 8 item), Agreeableness (A: 9 item), Conscientiousniess (C: 9
item), Neuroticism (N: 8 item), dan Openness (O: 10 item).
-
33
Skala asli menggunakan skala sampai dengan 5 poin, namun dalam
penelitian ini diubah menjadi skala 1 sampai 4 poin agar tidak ada jawaban skala
3 (ragu-ragu). Adapun blue print dari skala personality traits adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Skala Big-Five Personality No Aspek Indikator Nomor item Jml
1. Extraversion 1. Banyak bicara. 2. Mudah bergaul.
1,6*,11,16,21*
26,31*,36
8
2. Agreeableness 1. Lembut hati 2. Mudah dipercaya 3. Toleran 4. Bersahabat
2*,7,12*,17
22,27*
32,37* 42
9
3. Conscientiousnes
1. Teliti 2. Pekerja Keras. 3. Rajin dan terorganisir
3,8*
13,18*,23* 28,33,38,43*
9
4. Neuroticism 1. Emosional 2. Cemas 3. Tempramental
4,9* 14,19,24*
29,34*,39
8
5. Opennes 1. Inovatif 2. Penasaran 3. Kreatif 4. Bebas
5 10, 35*
15,20,25
30,40,41*,44
10
TOTAL 44
Keterangan: *=item unfavorable.
3.3.3. Alat Ukur Konformitas
Alat ukur konformitas dalam penelitian ini menggunakan Conformity Scale yang
dikembangkan oleh Stefl dan Mehrabian (1995). Alat ukur ini terdiri dari 11 item.
Empat respon skala Likert dimulai dari Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan
Sangat Tidak Sesuai. Adapun blue print dari skala Conformity Scale adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Blue Print Skala Konformitas No Indikator Nomor Item Jml
1. Mengidentifikasi individu lain
dengan cara melihat apa yang
individu lain kenakan atau gunakan.
5,10,7*
3
2. Melimpahkan suatu tindakan dengan
meniru individu lain untuk
menghindari suatu konflik yang tidak
diinginkan.
4,8,2*
3
3. Individu cenderung meleburkan diri
dengan cara lebih baik menjadi
pengikut daripada pemimpin dalam
hal gagasan, norma, serta perilaku.
6,9,1,11*,3 5
TOTAL 11
Keterangan: *=item unfavorable
-
34
3.3.4. Alat Ukur Usia
Alat ukur usia dalam penelitian ini menggunakan teori Santrock (2012) untuk
mengukur responden dalam rentang usia dewasa awal 21-40 tahun, dan dewasa
tengah (madya) 41-60 tahun. Empat respon skala Likert dimulai dari Sangat
Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Adapun blue print dari
alat ukur ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Blue Print Skala Usia No Indikator Usia
1. Dewasa Awal 21-40 tahun
2. Dewasa Tengah (Madya) 41-60 tahun
3.3.5. Alat Ukur Pendapatan
Alat ukur pendapatan dalam penelitian ini menggunakan standar pendapatan
UMR (Upah Minimum Regional) di Indonesia tahun 2019, guna mengukur
pendapatan responden berdasarkan patokan atau standar yang ditetapkan di
Indonesia. Indonesia memiliki standar UMR yang beragam pada setiap provinsi,
yang dinamakan UMP (Upah Minimum Provinsi). Dalam penelitian ini,
responden tidak ditentukan berdasarkan domisilinya, maka dari itu penelitian ini
memiliki pilihan rentang pendapatan berdasarkan rentang pilihan yang sudah
ditentukan pada penelitian sebelumnya (Febriansyah, 2015). Rentang pilihan pada
lembar kuesioner bermula pada nominal 8.000.000. Empat respon skala Likert
dimulai dari Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai.
Adapun blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut:
-
35
Tabel 3.4
Blue Print Skala Pendapatan Koding Indikator
1. 8.000.000
3.4. Uji Validitas Konstruk
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji instrumen dengan total 75 item
dari skala perilaku pembelian impulsif (20 item), personality traits (44 item) dan
konformitas (11 item). Uji instrumen yang dilakukan menggunakan Teknik CFA
(Confirmatory Factor Analysis). Teknik CFA ini memiliki beberapa prosedur
menurut (Umar, 2013 dalam Suryadi, et al 2014), yaitu:
1. Menyusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak
diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item (stimulus)
sebagai indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah valid
mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan (hipotesis)
bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefinisikan
(model unidimensional).
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar
item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi korelasi yang
seharusnya terjadi menurut teori atau model yang ditetapkan. Jika
teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya
mengukur satu faktor saja (unidimensional).
-
36
5. Adapun langkah-langkahnya adalah:
1. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji, terdiri dari
koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran (residual).
2. Setelah nilai parameter diperoleh, kemudian diestimasi (dihitung) korelasi
antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item
berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S = ∑ atau
dapat dituliskan HO : S – ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan
menggunakan uji Chi-Square, dimana jika Chi-Square tidak signifikan (p >
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) tidak ditolak.
Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu
konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan
maka item dinyatakan tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak
diiukur, bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya. Melihat
signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat
nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1,96
maka item tersebut signifikan dan sebaliknya.
8. Selanjutnya, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, dimana item tersebut bersifat positif (favorable).
-
37
9. Langkah terakhir adalah apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak
yang berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Karena, item tersebut, selain
mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain. adapun, pengujian
analisis CFA seperti yang dipaparkan di atas dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan software LISREL versi 8.70.
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Perilaku Pembelian Impulsif
Penelitian ini menguji apakah 20 item dari skala perilaku pembelian impulsif
bersifat unidimensional atau tidak. Artinya, benar hanya mengukur perilaku
pembelian impulsif saja. Dari hasil awal CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 982.02, df = 170 , P-Value =
0.00000, RMSEA = 0.145. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model,
di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sam lain.
Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 57 kali, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 134.50, df = 113, P-Value = 0.08194 , RMSEA = 0.029. Berikut
merupakan koefisien muatan faktor untuk item pengukuran pembelian impulsif
yang disajikan dalam tabel 3.5:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Perilaku Pembelian Impulsif No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
X1 0.70 0.06 11.89 V
X2 -0.42 0.07 -6.48 X
X3 -0.24 0.07 -3.48 X
X4 -0.69 0.06 -11.24 X
X5 -0.75 0.06 -12.68 X
X6 -.0.67 0.06 -11.08 X
X7 -0.36 0.07 -5.31 X
X8 0.84 0.06 14.83 V
X9 0.11 0.07 1.65 X
X10 -0.45 0.06 -7.10 X
X11 -0.16 0.07 -2.44 X
X12 -0.17 0.07 -2.46 X
X13 0.00 0.07 0.01 X
X14 -0.34 0.07 -4.98 X
X15 0.07 0.07 1.05 X
X16 -0.16 0.07 -2.34 X
X17 0.09 0.07 1.32 X
X18 0.05 0.07 0.75 X
X19 -0.23 0.07 -3.11 X
X20 0.21 0.07 3.08 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t
-
38
Selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari 20 item yang mengukur perilaku
pembelian impulsif ada 17 item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item
2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, dan 19.
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Big-Five Personality
3.4.2.1. Uji Validitas Alat Ukur Extraversion
Pada variabel extraversion dilakukan model fit atau faktor, ternyata menghasilkan
model yang tidak fit dengan Chi-Square = 95.01, df = 20, P-Value = 0.00000,
RMSEA = 0.129. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 6 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 21.67,
df = 16, P-Value = 0.15428, RMSEA = 0.039. berikut merupakan koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran extraversion yang disajikan pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Skala Extraversion
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
X1 0.76 0.06 12.39 V
X2 0.42 0.07 6.01 V
X3 0.49 0.07 7.04 V
X4 0.80 0.06 13.09 V
X5 0.06 0.08 0.85 X
X6 0.65 0.07 9.88 V
X7 -0.19 0.07 -2.67 X
X8 0.10 0.07 1.38 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t
-
39
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang
perlu digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa dari 8 item yang mengukur extraversion ada
tiga item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 5, 7 dan 8.
3.4.2.2. Uji Validitas Alat Ukur Agreeableness
Pada variabel agreeableness dilakukan model fit atau faktor, ternyata
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 93.14, df =27, P-Value =
0.00000, RMSEA =0.104. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model,
di mana kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square =29.19, df =24, P-Value =0.21299, RMSEA =0.031. berikut merupakan
koefisien muatan faktor untuk item pengukuran agreeableness yang disajikan
pada tabel 3.7:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Skala Agreeableness
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
X1 0.58 0.07 8.48 V
X2 -0.44 0.07 -6.26 X
X3 0.60 0.07 8.84 V
X4 -0.78 0.07 -11.58 X
X5 -0.57 0.07 -8.36 X
X6 0.57 0.07 8.40 V
X7 -0.16 0.07 -2.24 X
X8 0.09 0.07 1.22 X
X9 -0.31 0.08 -3.93 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t
-
40
perlu digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa dari 9 item yang mengukur agreeableness
ada enam item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 2,4,5,7,8, dan 9.
3.4.2.3. Uji Validitas Alat Ukur Concientiousness
Pada variabel concientiousness dilakukan model fit atau faktor, ternyata
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square =110.51, df =27, P-Value
= 0.00000, RMSEA = 0.117. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap
model, di mana kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain.
Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 35.00, df =25, P-Value = 0.8815, RMSEA =0.042. berikut
merupakan koefisien muatan faktor untuk item pengukuran concientiousness yang
disajikan pada tabel 3.8:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Skala Concientiousness
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
X1 0.47 0.08 5.71 V
X2 0.60 0.08 7.49 V
X3 -0.54 0.08 -6.81 X
X4 0.29 0.08 3.40 V
X5 0.43 0.08 5.42 V
X6 0.35 0.08 4.08 V
X7 0.19 0.08 2.35 V
X8 -0.19 0.08 -2.34 X
X9 0.07 0.08 0.82 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t
-
41
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa dari 9 item yang mengukur concientiousness
ada tiga item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 3,8, dan 9.
3.4.2.4. Uji Validitas Alat Ukur Neuroticism
Pada variabel neuroticism dilakukan model fit atau faktor, ternyata menghasilkan
model yang tidak fit dengan Chi-Square = 161.23, df = 20, P-Value = 0.00000,
RMSEA = 0.176 .Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, di mana
kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 7 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 18.61,
df = 13, P-Value = 0.13565, RMSEA = 0.044. berikut merupakan koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran neuroticism yang disajikan pada tabel 3.9:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Skala Neuroticism No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
X1 13.12 0.00 3132.07 V
X2 0.01 0.01 1.73 X
X3 9.30 0.00 1876.50 V
X4 10.69 0.00 2589.91 V
X5 0.01 0.05 0.17 X
X6 0.00 0.03 0.03 X
X7 -0.01 0.06 -0.16 X
X8 0.01 0.04 0.23 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X T