pengaruh corporate governance dan pengungkapan … · 2020. 5. 13. · perusahaan yang baik,...
TRANSCRIPT
42 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018)
Satriawaty Migang1, Winda Rivia Dina
2
12Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan [email protected] |
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance dan
pengungkapan corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2018. Penelitian ini
menggunakan 8 sampel perusahaan dari 38 populasi. Agresivitas pajak diproksikan
menggunakan ETR, corporate governance diprokiskan menggunakan komisaris independen,
komite audit, dan kepemilikan institusional. Corporate social responsibility diukur
menggunakan indikator pengungkapan CSR berdasarkan pedoman Global Reporting Initiative
(GRI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance yang diproksikan
menggunakan komisaris independen dan kepemilikan institusional serta corporate social
responsibility berpengaruh terhadap agresivitas pajak, sedangkan corporate governance yang
diproksikan menggunakan komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Kata Kunci: agresivitas pajak, corporate governance, corporate social responsibility.
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of corporate governance and disclosure of corporate
social responsibility on the tax aggressiveness of mining companies listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2015-2018. This study uses 8 sample companies from 38 populations. Tax
aggressiveness is proxied using ETR, corporate governance is proxied using independent
commissioners, audit committees, and institutional ownership. Corporate social responsibility
is measured using CSR disclosure indicators based on the Global Reporting Initiative (GRI)
guidelines. The results of this study indicate that corporate governance that is proxied by using
independent commissioners and institutional ownership also corporate social responsibility has
an effect on tax aggressiveness, while corporate governance that is proxied using audit
committees does not affect tax aggressiveness.
Keywords: tax aggressiveness, corporate governance, corporate social responsibility.
PENDAHULUAN
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, serta tidak mendapatkan imbalan secara
langsung. Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin maupun pembangunan oleh karena itu, penerimaan dari sektor pajak ini
diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam praktik pelaksanaan penerimaan
sektor pajak, salah satu pihak yang memberikan kontribusi besar adalah perusahaan. Namun,
tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan sektor pajak bertentangan dengan tujuan
43 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
perusahaan sebagai wajib pajak. Bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya yang akan
mengurangi keuntungan bagi perusahaan. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan yang
berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
dengan melakukan pengaturan terhadap pajak yang harus dibayar. Frank, Lynch, dan Rego
(2009), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak
yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong
secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion). Semakin besar penghematan pajak yang
dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak.
Agresivitas pajak merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat usaha
penghindaran pajak oleh wajib pajak. Menurut Frank et al.(2009), agresivitas pajak dapat
dilakukan melalui mekanisme yang digolongkan tax evasion atau tax avoidance. Ada fenomena
terkait kasus agresivitas pajak.
Salah satu sektor yang sangat berpotensi dan kerap melakukan tindakan penghindaran
pajak adalah sektor pertambangan merupakan sektor usaha yang bergerak pada usaha
penggalian, pengambilan dari endapan bahan-bahan galian yang berharga serta bernilai
ekonomis berasal dari dalam kulit bumi, secara mekanis ataupun manual, di permukaan bumi,
bawah permukaan bumi serta air. Pada tahun 2009 terdapat kasus yang terjadi pada perusahaan
tambang besar seperti BUMI Resources, Kaltim Coal (KPC), dan Arutmin diindikasi melakukan
tindakan praktik penghindaran pajak dengan jumlah Rp.2,176 Triliun, dengan rincian KPC
sebagai penghindar pajak terbesar yakni Rp. 1,5 Triliun, kemudian BUMI Resources dengan
total Rp. 376 Miliyar, dan Arutmin senilai Rp. 300 Miliyar.
Kasus agresivitas pajak tersebut dapat memengaruhi nilai dari suatu perusahaan.
Apabila terdapat berita di publik mengenai adanya kasus agresivitas pajak dilakukan oleh
perusahaan maka hal tersebut cepat atau lambat akan memengaruhi nilai perusahaan terutama
harga saham perusahaan di pasar (Andhari dan Sukharta, 2017). Kementerian Keuangan
Repulik Indonesia. Pada tahun 2015 misalnya, pengusaha minerba yang melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan tercatat sebanyak 2.557, sedangkan yang tidak melaporkan
mencapai 3.624. menunjukkan, dari total 6.001 wajib pajak mineral dan batubara, hanya 967
wajib pajak yang menjadi peserta program Amnesti Pajak dengan uang tebusan paling rendah
yang dibayarkan oleh wajib pajak minerba tercatat sebesar Rp5 ribu, dan tertinggi Rp96,3
miliar. Wajib pajak pertambangan minyak dan gas bumi, totalnya 1.114 wajib pajak, hanya 68
yang menjadi peserta Amnesti Pajak dengan uang tebusan paling rendah yang dibayarkan oleh
wajib pajak minerba tercatat sebesar Rp150 ribu, dan tertinggi Rp17,4 miliar (Kemenkeu.go.id,
2016).
Dilihat dari besarnya peluang perusahaan melakukan penghindaran pajak baik secara
legal maupun ilegal atau yang biasa disebut dengan tindakan pajak agresif, maka diperlukan tata
kelola untuk mengurangi tindakan pajak agresif tersebut. Untuk mengelola tata kelola
perusahaan yang baik, perusahaan melakukan konsep corporate governance. Corporate
Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan
Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Seprini, 2016). Dalam penelitian ini, pengaruh
corporate governance diproksikan dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan
institusional. Untuk menyelesaikan masalah keagenan ini dibutuhkan suatu tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance).
Untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan harus menciptakan
mekanisme corporate governance. Adapun mekanisme corporate governance tersebut dapat
tercapai melalui proporsi komisaris independen. Dewan komisaris memainkan peranan penting
untuk memonitor kinerja direksi dalam menjalankan perusahaan dan dalam memberikan nasihat
atas kebijakan yang diterapkan oleh manajemen. Semakin banyak jumlah komisaris independen
maka pengawasan terhadap agen akan semakin ketat. Dengan adanya kontrol yang ketat yang
44 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
dilakukan oleh komisaris diprediksi agresivitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh agen akan
semakin berkurang (Imam, 2016).
Faktor lain yang diprediksi dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan adalah
komite audit. Komite audit berdasarkan fungsinya tersebut membantu dewan komisaris agar
tidak terjadi asimetri informasi melakukan pengawasan serta memberikan rekomendasi kepada
para manajemen dan dewan komisaris terhadap pengendalian yang telah berjalan.
Dengan semakin banyaknya pengawasan yang dilakukan terhadap suatu manajemen
perusahaan maka akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas dan kinerja yang efektif
(Wulansari,2015).
Kepemilikan Insitutsional adalah kepemilikan saham oleh perusahaan, lembaga, bank,
dan lain sebagainya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang tinggi cenderung lebih
bertindak agresif terhadap pajaknya dan menghindari peluang bertindak mementingkan sendiri
(Novitasari, 2017). Prasetyo dan Pramuka (2018) menjelaskan bahwa aktivitas pemegang saham
yang lebih besar dari pemilik institusi membantu meningkatkan efek penghindaran pajak demi
kepentingan pemegang saham dimana para pemegang saham yang lebih besar dari para
pemegang saham institusi akan melakukan intervensi terhadap manajemen yang bertujuan untuk
meminimalisir jumlah pajak perusahaan dan meningkatkan kekayaan mereka sendiri. Selain
menggunakan indikator corporate governance, penulis menggunakan pengungkapan Corporate
Social Responsibility untuk mengukur tindakan pajak agresif perusahaan.
Merujuk kepada Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas: “Perseroan menjalankan kegiatan usahanya bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.
Kaitan pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak terletak pada tujuan utama
perusahaan untuk memperoleh profit maximum tanpa menghilangkan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Adrianto dan Fadjar (2017) menyatakan bahwa tingkat CSR yang rendah dianggap
sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga mampu melakukan
strategi pajak yang lebih agresif dibanding perusahaan dengan tingkat CSR yang tinggi. Banyak
hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk sebisa mungkin mengurangi pajak terutang.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Pengaruh Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak” (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan
di BEI periode 2015-2018) ”.
Landasan Teori dan Pengembangan
Hipotesis
Teori Keagenan
Agresivitas pajak pada penelitian ini salah satunya dipengaruhi oleh corporate
governance yang mana teori utamanya yaitu teori keagenan. Teori keagenan pertama kali
dikenal setelah Jensen dan Meckling pada tahun 1976 mempublikasikan hasil penelitian tentang
perilaku manajerial, biaya keagenan, dan struktur kepemilikan. Teori agensi merupakan teori
yang menjelaskan hubungan antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principal),
dimana pemegang saham menunjuk dan membayar manajemen untuk mengelola perusahaan.
Konflik agensi muncul ketika pengelola perusahaan mengambil keuntungan untuk
memaksimalkan keuntungannya. Hal ini dapat terjadi karena pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui kondisi perusahaan dan informasi internal dibanding pemilik perusahaan (Gunawan,
2017).
Teori Legitimasi
Legitimasi masyarakat adalah strategi yang dilakukan manajemen untuk mengembangkan
perusahaan dalam menumbuhkan kepercayaan publik. Teori ini menjelaskan adanya kontak
sosial antara perusahaan dengan dan pengungkapan sosial lingkungan (Lanis dan Richardson,
45 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
2012). Legitimasi merupakan hal yang sangat diinginkan oleh perusahaan dengan
memperolehnya maka perusahaan meningkatkan kekuatan secara maksimal untuk jangka waktu
panjang melalui respon positif yang diterima perusahaan dari masyarakat dan para pelaku pasar
saham.
Teori Stakeholder
Stakeholders merupakan semua pihak baik internal maupun eksternal yang mempunyai
hubungan yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak
langsung oleh perusahaan.Teoristakeholder yaitu stakeholder yang memiliki kuasa
mengendalikan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan (Jessica dan Agus, 2014). Teori
stakeholder menyatakan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan
mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak tindakan
mereka.
Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak merupakan salah satu cara atau perencanaan yang perusahaan lakukan
untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan dan hal ini sangat umum digunakan besar
di dunia. Menurut Chen (2010) dalam Dea (2017), tingkat keagresifan tindakan pajak
didasarkan pada besarnya tujuanyang dimiliki perusahaan untuk meminimalkan pembayaran
pajak. Kondisi lainnya yang dapat menghubungkan agresivitas pajak adalah tujuan perusahaan
yang dinilai menjadi faktor motivasi bagi perusahaan dalam merencanakan pajak dengan jumlah
yang minim
Corporate Governance
Merupakan sistem atau mekanisme yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stockholders. Perusahaan
merupakan salah satu wajib pajak sedangkan corporate governance menjelaskan hubungan
antar berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan, sehingga
dengan adanya corporate governance memiliki andil dalam pengambilan keputusan, dalam
keputusan dalam hal memenuhi kewajiban pajaknya, akan tetapi disisi lain perencanaan pajak
bergantung pada dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan (Freedman, 2008).
IICG (The Indonesian Institute of Corporate Governance) mendefenisikan Corporate
Governance sebagai proses dari struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan
dengan tujuan kegiatan utama perusahaan tetap berjalan tetapi tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders.
Komisaris Independen
Pedoman good corporate governance tahun 2006 menjelaskan bahwa struktur dewan
komisaris terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang disebut dengan
komisaris independen dan komisaris yang berasal dari pihak terafiliasi. Komisaris independen
adalah bagian dari dewan komisaris yang tidak memegang jabatan di dalam perusahaan.
Komisaris independen merupakan bagian yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan
pemegang saham dengan direksi atau dewan komisaris dan tidak menjabat direktur perusahaan
(Pohan, 2008).
Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisarisperusahaan, yang
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan perusahaan (Fenny, 2014). Tugas dari komite audit adalah membantu
dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Dengan kata lain
komite audit sebagai mana kita ketahui berfungsi sebagai jembatan penghubung antara
46 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
perusahaan dengan eksternal auditor. Komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan
terhadap resiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan. Dengan
adanya hal tersebut maka, komite audit dapat mengurangi pengukuran dan pengungkapan
akuntansi yang tidak sehingga akan mengurangi juga (moral azard) tindakan kecurangan
manajemen yang dapat merugikan perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset
management dan kepemilikan institusi lain). Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari
satu pemegang saham institusi maka kepemilikan saham diukur dengan menghitung total
seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh kepemilikan institusi (Wulansari, 2015).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut Lanis dan Richardson (2013) dalam Jessica dan Toly (2014) bahwa
pengungkapan CSR dipandang sebagai sarana yang digunakan oleh menajemen perusahaan
dalam berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas untuk mempengaruhi suatu dalam
persepsi. Pengungkapan CSR terdapat dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaan, laporan
sumber daya manusia, dan laporan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh sebab Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) mulai memperluas suatu jaringan pemberlakuan kewajiban
pemberian dana tanggung jawab sosial perusahaan yang akan diatur dalam Rancangan Undang-
Undang (RUU). Ketentuan mengenai pengungkapan corporate social responsibility diatur
dalam pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas yang membahas
kewajiban soal pemberian dana CSR terbatas pada perseroan atau perusahaan yang aktivitasnya
berkaitan dengan sumber daya alam . Pengungkapan corporate social responsibility adalah
mebuat suatu proses yang mempublikasikan informasi tentang aktivitas perusahaan dan
dampaknya pada keadaan sosial dan lingkungan sekitarnya ( Supramini dan Suprasto, 2017).
Pengembangan Hipotesis Hubungan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang harus bersikap
independen dan tidak boleh terlibat dalam segala bentuk tugas manajemen perusahaan secara
langsung. Menurut Suyanto dan Supramono (2012), dengan semakin banyaknya komisaris
independen yang ada dalam perusahaan maka pengawasan kinerja manajer dapat berjalan
semakin efektif. Dengan banyaknya komisaris independen yang dimiliki perusahaan,
kesempatan manajer untuk berlaku agresif terhadap pajak juga akan berkurang. Sehingga
tingkat agresivitas pajak perusahaan akan semakin rendah yang digambarkan dengan nilai ETR
perusahaan yang tinggi. (Winata, 2014) Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan
peneliti adalah :
H1: Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Agresivitas Pajak
Hubungan Komite Audit terhadap Agresivitas Pajak
Komite audit memiliki tugas serta tanggung jawab supaya perusahaan patuh terhadap
peraturan termasuk peraturan perpajakan. Dengan adanya ukuran komite audit yang cukup di
dalam sebuh perusahaan maka diharapkan mampu untuk mengurangi suatu hal praktik Komite
audit memiliki tugas serta tanggung jawab supaya perusahaan patuh terhadap peraturan
termasuk peraturan perpajakan. Dengan adanya ukuran komite audit yang cukup di dalam sebuh
perusahaan maka diharapkan mampu untuk mengurangi suatu hal praktik manajemen laba serta
agresivitas pajak yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak (Midiastuty dan Suranta, 2016).
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah :
H2 : Komite Audit Berpengaruh Terhadap Agresivitas Pajak.
Hubungan kepemilikan Konstitusional terhadap Agresivitas Pajak
47 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Kepemilikan institusional adalah ukuran utama dalam corporate governance dalam
menengahi adanya penghindaran pajak pada perusahaan yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Dengan adanya kontrol dan tingkat pengawasan yang tinggi dari kepemilikan institusional akan
memberikan aspek positif pada penghindaran pajak (Imam, 2016). Berdasarkan hal tersebut
maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah :
H3 : Kepemilikan Isntitusional berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak
Octaviana dan Rahma (2014), menyatakan bahwa akan semakin sulit untuk
membedakan antara CSR yang dilakukan dengan tujuan untuk menguntungkan reputasi
perusahaan. Oleh karena itu, penting dalam mempertimbangkan bagaimana CSR dapat
mempengaruhi agresivitas pajak tanpa membuat setiap upaya untuk membedakan antara
tindakan yang diambil karena perusahaan benar-benar ingin bertanggung jawabmaupun
tindakan yang diambil karena tujuan tertentu. Hal ini karena, apabila perusahaan yang
menjalankan CSR bertindak agresif terhadap pajak, maka akan membuat perusahaan tersebut
kehilangan reputasi di mata dunia. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan
peneliti adalah :
H4 : Corporate Social Responsibilty Berpengaruh Terhadap Agresivitas Pajak.
Metodologi Penelitian
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indonesia (BEI). Penentuan sampel ini dengan menggunakan purposive sampling,
yaitu pengambilan data disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
peneliti. Kriteria dalam penelitian ini ialah : (1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode 2015-2018. (2) Perusahaan secara konsisten menerbitkan laporan keuangan selama periode
pengamatan 2015-2018. (3) Perusahaan menggunakan mata uang dolar pada laporan keuangannya.(4)
perusahaan tidak mengalami kerugian pada periode 2015-2018. (5) Perusahaan memiliki kelengkapan
data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website
bursa efek indonesia (BEI) dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Definisi Operasional Variabel
Agresivitas pajak merupakan tindakan manipulasi yang digunakan oleh perusahaan untuk
meminimalkan beban pajak yang akan dibayar bisa dengan cara yang legal maupun cara yang
ilegal. Agreaivitas pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan Effective Tax Rate (ETR),
yaitu dengan perhitungan total beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak
(Lanis dan Richardson, 2013). Untuk menghitung variabel ETR menggunakan rumus dibawah:
Corporate Governance (X)
Pada penelitian ini variabel corporate governance di ukur menggunakan 3 proksi yaitu:
1. Komisaris Independen (X1)
Perbandingan antara jumlah anggota komisaris yang bukan berasal dari internal perusahaan
terhadap total dewan komisaris yang dimiliki perusahaan disebut dengan proporsi komisaris
independen (Prasojo, 2011). Untuk menghitung proporsi komisaris independen dirumuskan
dengan rumus sebagai berikut :
2. Komite Audit (X2)
48 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Komite audit merupakan jumlah seluruh anggota komite audiit dalam suatu perusahaan. Komite
audit sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh OJK mewajibkan komite audit minimal
terdiri dari seorang ketua yang juga komisaris independen dan dua anggota eksternal yang
independen. Komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam suatu
perusahaan (Mulyani dkk, 2015).
3. Kepemilikan Institusional (X3)
Kepemilikan konstitusional yaitu kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi
atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan (Mulyani dkk, 2015). Investasi asset
management, dan kepemilikan institusi lain (Sri dkk, 2018). Rumusnya adalah:
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (X4)
Penelitian ini untuk mengukur pengungkapan CSR menggunakan proksi CSRDi
berdasarkan indikator GRI Versi 4.0 yang berjumlah 91 items. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan skor 1 untuk item yang diungkap didalam laporan pengungkapan CSR dan skor 0
diberikan terhadap item yang tidak diungkap dalam laporan pengungkapan CSR. Selanjutnya
total skor pengungkapan CSRnya dibagi dengan total item pengungkapan yang diharapkan
sehingga didapat hasil skor pengungkapan per indikator untuk tiap perusahaan. (Rengganis dan
Putri, 2018) . Untuk menghitung CSRDi adapun rumusnya :
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini regresi berganda adalah analisis yang
digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen digunakan
model regresi linear berganda dalam SPSS dengan persamaan sebagai berikut:
ETR = α +β1(KI) + β2(KA) + β3(KINS) + β4(CSR) + e
Hasil dan Pembahasan Penelitian Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini ditunjukan untuk memberikan kondisi data yang
digunakan untuk setiap variabel
Tabel 1 Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation
KI 32 .3938 .09407
KA 32 3.09 .296
KINS 32 .6984 .21506
CSR 32 .3609 .06939
ETR 32 .2941 .10580
Valid N
(listwise)
32
Sumber : Data Olahan SPSS 25
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov Test. Hasil
uji normalitas pada variabel independen dan dependen disajikan pada tabel 2 berikut :
49 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
.08767887
Most Extreme Differences Absolute .083
Positive .083
Negative -.057
Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data Olahan SPSS 25
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp Sig Kolmogorv Smirnov kebih besar dari 0,05.
Dengan demikian bahwa keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribbusi secara
normal.
Hasil Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas
memiliki nilai VIF yang tidak melebihi dari 10 dan nilai tolerance dari 0,10. Hasil uji multikolinearitas
dala penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KI .753 1.327
KA .682 1.466
KINS .516 1.937
CSR .667 1.500
a. Dependent Variable: ETR
Sumber : Data Olahan SPSS 25
Dari hasil perhitungan hasil analisis data diatas, diperoleh nilai VIF untuk seluruh variabel
bebas < 10 dan tolerance > 0,10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi disimpulkan bahwa
model regresi tersebut bebas dari multikolinearitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi autokorelasi antara suatu periode t dengan
periode sebelumnya (t-1). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji durbin-watson
(DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai durbin-watson (DW).
Tabel 4 Model Summary
b
Model Durbin-Watson
1 1.930
a. Predictors: (Constant), CSR, KA, KI, KINS
b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data Olahan SPSS 25
50 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.930. Pada tabel Durbin-
Watson diperoleh nilai du sebesar 1.732. maka dari perhitungan (du < dw < 4-du) atau (1,732 < 1,930 <
2,268) dapat disimpulkan bahwa Durbin-Watson Test terletak pada daerah yang tidak terdapat gejala
autokorelasi.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Dalam penelitian ini untuk menguji
heterokkedastisitas dalam pengamatan digunakan uji glejser dengan taraf signifikasnis 0,05.
Tabel 5 Coefficients
a
Model Sig.
1 (Constant) .199
KI .724
KA .724
KINS .691
CSR .125
a. Dependent Variable: AbsUt
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi variabel diatas lebih besar dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang ada terbebas dari asumsi heterokedastisitas.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk membuktikan apaka hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan uji regresi linier
berganda. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Coefficients
a
Model t Sig.
1 (Constant) 1.851 .075
KI 2.263 .032
KA -1.886 .070
KINS -3.232 .003
CSR 2.328 .028
a. Dependent Variable: ETR
Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi liniear berganda dalam penelitian ini sebagai
berikut:
ETR = 0,509 + 0,468(KI) - 0,130 (KA) – 0,353(KINS) + 0,693 (CSR)
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 7 Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R
Square
1 .560a .313 .211
a. Predictors: (Constant), CSR, KA, KI, KINS
b. Dependent Variable: ETR
Hasil perhitungan analisis regresi diperoleh adjusted R square (R2) sebesar 0,211 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Agresivitas Pajak dapat diterangkan oleh faktor corporate
governance dan pengungkapan corporate social responsibility sebesar 21,1% sedangkan sisanya 79,9%
mengambarkan variabel-variabel lainnya yang tidak diamati dalam penelitian ini.
51 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Pembahasan
1. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel komisaris
independen sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang diajukan diterima, yang
berarti bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Imam (2016) yang menyatakan bahwa
komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Kehadiran komisaris independen
dalam perusahaan dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap manajemen sehingga dapat
meminimalisir perilaku disfungsional yang dapat terjadi seperti penghindaranpajak. Jumlah
komisaris independen yang semakin banyak pada perusahaan maka pengaruh komisaris
independen untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen semakin meningkat.
Komisaris independen dapat mengawasi manajemen perusahaan agar dapat mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat meminimalisir perilaku penghindaran pajak
yang dapat terjadi. Pengawasan yang semakin ketat dilakukan komisaris independen dapat
membuat manajemen lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, sehingga dapat
mengurangi terjadi penghindaran pajak
2. Pengaruh Komite Audit terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel nilai pasar
ekuitas sebesar 0,070 lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis yang diajukan ditolak, yang
berarti bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rengganis dan Putri (2018) yang menyatakan
bahwa tidak berpengaruhnya komite audit terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan
mungkin karena kecenderungan perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak bukan
tergantung dari banyaknya anggota komite audit yang tergabung tetapi lebih kepada bagaimana
kualitas serta independensi dari anggota komite audit tersebut untuk menganalisa apakah
tindakan penghindaran pajak tersebut dilakukan oleh perusahaan atau tidak. Selain itu, ada
potensi bahwa penambahan anggota komite audit dalam perusahaan hanya dimaksudkan untuk
memenuhi kepatuhan atas peraturan yang ada dimana diharuskan sedikitnya terdapat 3 (tiga)
orang anggota komite audit dalam suatu perusahaan.
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel kepemilikan
institusional sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang diajukan diterima, yang
berarti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Imam (2016), yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Kepemilikan institusional
adalah ukuran utama dalam corporate governance dalam menengahi adanya penghindaran pajak
pada perusahaan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan adanya kontrol dan tingkat
pengawasan yang tinggi dari kepemilikan institusional akan memberikan aspek positif pada
penghindaran pajak. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
4. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas
Pajak
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel kepemilikan
institusional sebesar 0,028 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang diajukan diterima, yang
berarti bahwa CSR berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrianto dan Fadjar (2017) serta Rengganis dan Putri
(2018), yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini berarti bila pengungkapan CSR perusahaan tinggi, akan diikuti
dengan rendahnya tingkat agresivitas pajak perusahaan. Setiap kegiatan CSR yang dijalankan
oleh perusahaan itu merupakan sebuah kegiatan yang tidak hanya berfokus untuk tujuan
ekonomi tetapi lebih menitik beratkan pada bidang sosial dan lingkungan. Bagaimana dampak
52 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
yang akan diterima masyarakat setelah kegiatan sosial tersebut dijalankan, karena perusahaan
melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial tersebut juga sebagai bentuk tanggung jawabnya pada
stakeholdernya. Perusahaan yang memiliki peringkat rendah untuk pengungkapan CSRnya
dianggap kurang memiliki tanggung jawab sosial sehingga dalam menjalankan
tanggungjawabnya bidang perpajakan, juga cenderung akan lebih bersikap agresif . Sedangkan,
perusahaan yang memiliki peringkat tinggi dalam pengungkapan CSRnya dipandang lebih
peduli terhadap lingkungan sosial serta tidak sekedar mementingkan hak-hak investor tetapi
perhatiannya juga be besar akan hak-hak publik, sehingga perusahaan cenderung memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap kewajiban perpajakannya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat diambil kesmpulan
penelitian sebagai berikut :
1. Komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini berarti kehadiran
komisaris independen dalam perusahaan efektif dalam meningkatkan pengawasan
terhadap keputusan dan tindakan manajemen, misalnya dalam mengawasi tindakan
agresivitas pajak.
2. Komite Audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini karena
kecenderungan perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak bukan tergantung dari
banyaknya anggota komite audit yang tergabung tetapi lebih kepada bagaimana kualitas
serta independensi dari anggota komite audit tersebut untuk menganalisa apakah
tindakan penghindaran pajak tersebut dilakukan oleh perusahaan atau tidak.
3. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini berarti
dengan adanya kontrol dan tingkat pengawasan yang tinggi dari kepemilikan
institusional akan memberikan aspek positif pada penghindaran pajak. Adanya
kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
4. Corporate social responsibility berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini berarti
tindakan agresivitas pajak perusahaan dapat ditekan atau berkurang dengan semakin
tingginya aktivitas corporate social responsibility. Dimana perusahaan lebih berhati-
hati dalam melakukan tindakan yang dapat merusak citra perusahaan semisal tindakan
agresivitas pajak yang dapat menghilangkan legitimasi perusahaan yang telah
diciptakan melalui aktivitas CSR.
Saran
Berdasarkan implikasi diatas ada beberapa saran yang diperlukan untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya. Beberapa saran yang dimaksud sebagai berikut:
(1). Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah populasi perusahaan yang akan dijadikan
populasi penelitian di berbagai sektor seperti perusahaan manufaktur, konstruksi bangunan,
perbankan, maupun lainnya yang mempunyai sektor yang berbeda agar ilmu dan pemahaman
terhadap agresivitas pajak semakin berkembang dan komprehensif serta menambah periode
pengamatan. (2). Dalam penelitian selanjutnya variabel agresivitas pajak dapat menggunakan
proksi lain untuk pengukurannya seperti Current ETR, Book Tax Differences, Discretionary
Permanent BTDs (DTAX), UnrecognizeTax benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal tax rate
atau model yg lainnya. Penggunaan model untuk mendeteksi agresivitas pajak dalam penelitian
ini mungkin belum mampu memperlihatkan tingkat agresivitas pajak dengan baik dan
benar.(3).Dalam penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel baru untuk mengetahui
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi agresivitas pajak seperti manajemen laba,
kepemilikan manajerial, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas dan lain-lain.
53 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Andhari P. A. S., & Sukartha, I. M. (2017). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility , Profitabilitas , Inventory Intensity , Capital Intensity dan Leverage Pada
Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 2115–2142. ISSN:
2115-2142
Andrianto, M. Rizky., & Fadjar, A. (2017). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Profesionalisme Akuntan Menuju
Sustainable Business Practice. ISSN: 2252-3936
Anita, F. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Laverage, Likuiditas, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate Dan
Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). Jom Fekon, 2(2), 1–
15.
Balakrishnan, K., Blouin, J. L., & Guay, W. R. (2012). Does Tax Aggressiveness Reduce
Financial Reporting Transparency?SSRN Electronic Journal, (215).
https://doi.org/10.2139/ssrn.1792783
Diantari, Rista.P., &Ulupui. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen,
dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 16(1), 702–732.ISSN: 2302-8556
Fadli, Imam. (2016). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Inpenden, Manajemen Laba,
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. JOM Fekon,
03(01), 1205–1219.
Fionasari, D., Savitri, E., & Andreas, A. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan yang Listing di Bursa
Efek Indonesia). Sorot, 12(2), 95.ISSN 1907-364X
https://doi.org/10.31258/sorot.12.2.4557.
Freedman, J. (2008). Financial and Tax Accounting: Transparency and “Truth.” Tax and
Corporate Governance, 71–92. https://doi.org/10.1007/978-3-540-77276-7_6.
Ghozali, Imam. (2018).Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunawan, J. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance
Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi, 21(3), 425.
https://doi.org/10.24912/ja.v21i3.246.
Jessica & Agus Arianto. T. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibilty
Terhadap Agresivitas Pajak. Tax & Accounting Review, 4(1). https://doi.org/10.1007/978-
81-322-1518-9_8.
Jiménez-angueira, C. E. (2008). Tax Aggressiveness, Tax Environment Changes, and Corporate
Governance. 1–114.University Of Florida.
54 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2016. Pemerintah Soroti Rendahnya Kepatuhan
Wajib Pajak Minerba dan Migas. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-
soroti-rendahnya-kepatuhan-wajib-pajak-minerba-dan-migas/
Lanis, R. & G. Richardson. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness : a
test of legitimacy theory. http://doi.org/10.1108/09513571311285621.
Maraya, A. D., & Yendrawati, R. (2017). Pengaruh Corporate Governance dan Corporate
Social Responsibility Disclosure terhadap tax avoidance: studi empiris pada perusahaan
tambang dan CPO. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 20(2), 147–159.
https://doi.org/10.20885/jaai.vol20.iss2.art7.
Maria, R. R., Dwi, Y., & Putri, Asri Dwija.P.(2018). Pengaruh Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak.24, 871–898.
ISSN: 2302-8556.
Mulyani Sri, Anita.W., Endang. M. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance ( Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI ), 3(1), 322–340.ISSN 2548-
1401.
Novitasari, S. (2017). Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan Intensitas Modal
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas EkonomiM
Fekon, 4(1), 1901–1914.
Reza, Ahmad.D.P., dan Zulaikha. (2015). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 2011-2014 ), 4, 1–11.ISSN (Online): 2337-3806.
Sari, Dea. L. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Mayoritas dan
Corporate Governance terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Ekonomi, 4(1), 1813–1827.
Seprini. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Responsibility
Tindakan Pajak Agresif (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI
2011-2013). JOM Fekon, 3(1), 2238–2252.
Simorangkir, Y. N. L., Subroto, B., & Andayani, W. (2019). Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Manajemen
Dan Kewirausahaan, 6(2). http://doi.org/10.26905/jmdk.v6i2.2277.
Sugiyono. (2014).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods)
Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Suprasto, N. P. D., & Suprimarini, B. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Kualitas Audit, Dan Kepemilikan Institusional Pada Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 19, 1349–1377. ISSN: 2302-8556
W, D. I., Djumena, S., & Yuniarwati. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aresivitas
Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2013 – 2015. Jurnal Muara
Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 1(1), 125–134.ISSN-L 2579-6232.
55 Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117
Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 | DOI: doi.org/10.36277/geoekonomi
http://jurnal.fem.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi
Wibawa Agung, Wilopo, Abdilah. Y. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Perpajakan (JEJAK), 11(1), 1–18.
Wijayanti, Y. C., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2017). Pengaruh Proporsi Komisaris Independen,
Kepemilikan Institusional, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak.
Akuntansi Universitas Udayana, 20(1), 699–728. ISSN: 2302-8556.
Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax & Accounting Review, 4 (1)(1),
1–11. https://doi.org/10.2307/2692184.
Wulansari, R. (2015). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Effective Tax
Rate (ETR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-
2013). Faculty of Economy Riau University, 2(2), 1–15.