pengaruh cryotherapy oral terhadap pencegahan …

157
PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER DENGAN KEMOTERAPI DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN TESIS Oleh NATARIA YANTI SILABAN 157046022 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN

MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER DENGAN KEMOTERAPI

DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

NATARIA YANTI SILABAN

157046022 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

THE INFLUENCE OF ORAL CRYOTHERAPY ON PREVENTION

FROM MUCOSITIS IN CANCER PATIENT UNDER CHEMOTHERAPY

IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

THESIS

By:

NATARIA YANTI SILABAN

157046022/ MEDICAL SURGICAL NURSING

MASTER NURSING PROGRAM

FACULTY OF NURSING

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN

MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER DENGAN KEMOTERAPI

DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memeperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NATARIA YANTI SILABAN

157046022 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Judul : Pengaruh Cryotherapy Oral Terhadap Pencegahan Mukostis

Pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi Di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : Nataria Yanti Silaban

Nomor Induk Mahasiswa : 157046022

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2019

Pengaruh Cryotherapy Oral Terhadap Pencegahan Mukostis Pada Pasien Kanker Dengan

Kemoterapi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

ABSTRAK

Mukositis merupakan masalah yang paling umum dalam pengobatan kemoterapi dan menjadi

masalah yang sangat serius bagi pasien yang menerima beberapa siklus pengobatan

kemoterapi. Efek penanganan mukositis oral yang tidak segera ditangani atau kurang efektf

akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Rasa sakit yang dialami pasien menyebabkan

ketidaknyamanan pada mulut, ketidakmampuan untuk mentoleransi makanan dan cairan

(disfagia) dan sampai akhirnya mengalami penurunan status gizi. Penelitian ini merupakan

penelitian quasi-experiment dengan desain pre- post test with control group dengan

pemmilihan sampel menggunakan consecutive sampling dan jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 32 orang untuk masing-masing kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Penilaian mukositis diukur menggunakan kuesioner Oral Assessment Guide (OAG),

Sedangkan Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara analisis univariat, dan analisis

bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon Test dan Mann Withney Test.. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat 24 responden nilai responden yang tidak mengalami mukositis

dengan kemaknaan 0.008(p<0.05) setelah dilakukan tindakan pada keompok intervensi dan

terdapat perbedaan nilai mukositis yang diukur dengan OAG dengan kemaknaan

0.003(p<0.05) setelah dilakukannya tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Cryotherapy Oral yang

dilakukan dapat mencegah mukositis pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

Kata Kunci: Cryotherapy Oral, Mukositis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan proposal tesis ini.

Proposal ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari

beberapa pihak, oleh karena itu saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep., Ns., M.Kep,Sp.Maternitas selaku dosen

pembimbing I dan Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.KMB selaku

dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan

dan motivasi kepada saya dalam mengerjakan proposal ini.

Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada Setiawan, S.Kp., MNS.,

Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Dewi

Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan pengetahuan dan bimbingan selama saya menempuh

perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya juga berterima kasih kepada Direktur RSUP H. Adam Malik Medan

beserta jajarannya dan juga kepada rekan-rekan perawat di Instalansi kemoterapi

yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada almarhum suami

tercinta, Andreas Siregar dan anak-anak saya Tessalonika, Thaddeus, dan

Timoteus yang selalu menjadi penyemangat selama menempuh perkuliahan

(terima kasih untuk pengertian kalian sayang). Tak lupa rasa terima kasih saya

untuk kedua orang tua tercinta (mama & papa) dan mama dan papa mertua yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

ii

setia menunggu dari tahun ke tahun agar saya melanjutkan studi ini. Semoga

kalian tetap sehat dan selalu dalam lindunganNya.

Akhirnya, rasa terima kasih saya juga untuk teman-teman seperjuangan di

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Angkatan V 2015/2016 dan semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan

untuk menyelesaikan thesis ini. Demi kesempurnaan thesis ini, maka saya

memohon saran dan masukan, sehingga thes ini dapat diterima dan berlanjut ke

tahap penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk mengantarkan saya

memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Hormat saya,

Nataria Yanti Silaban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PROPOSAL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Permasalahan 9

Tujuan Penelitian 11

Hipotesis 12

Manfaat Penelitian 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 13

Konsep Penyakit Kanker ........... 13

Konsep Kemoterapi 18

Konsep Mukositis ..................................... 24

Konsep Perawatan Mulut dengan Menggunakan

Cairan Mormal Saline 36

Konsep Cryotherapy Oral 37

Landasan Teori 39

Kerangka Konsep 41

BAB 3 METODE PENELITIAN 42

Jenis Penelitian 42

Lokasi dan Waktu Penelitian 43

Populasi dan Sampel 43

Metode Pengumpulan Data 45

Variabel dan Defenisi Operasional 50

Metode Pengukuran 51

Validitas dan Reabilitas 51

Metode Analisa Data 52

Pertimbangan Etik 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN........................................................... 62 Karakteristik Responden Pasien Kanker Yang

Menjalani Kemoterapi d RSUP.H.Adam Malik Medan........... 62

Mukositis Pasien Kanker yang Menjalani

Kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan........................... 65

Perbedaan Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah Intervensi

Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Pasien Kanker

Dengan Kemoterapi................................................................ 66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

iv

Perbedaan Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah Intervensi

Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Pasien Kanker

Dengan Kemoterapi................................................................ 67

BAB 5 PEMBAHASAN...................................................................... 68

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian 64

Tabel 4.2. Distribusi Derajat Mukositis pada Pasien

Kanker Dengan Kemoterapi 66

Tabel 4.4. Perbedaan Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah

Perlakuan Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol.................... 66

Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Mukositis antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Berdasarkan Mann-Whitney U Test ............ 67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Konsep Penelitian 41

2 Rancangan Penelitian 48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Instrumen Penelitian Halaman

Penjelasan Tentang Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Kuesioner Karakteristik Responden

Lembar Observasi Stadium Mukositis

Surat Kode Etik Penelitian

Uji Validitas Instrumen

Uji Rehability

Izin Penelitian

Surat Selesai Penelitian

Master Data

UJI SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker merupakan suatu kondisi terjadinya pertumbuhan sel–sel abnormal

yang tidak terkendali dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab kanker sampai

saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dicetuskan oleh faktor internal

maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kanker adalah terjadinya

mutasi gen (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), sedangkan faktor

eksternal adalah terjadinya infeksi, terpapar radiasi, hormon, genetik dan

mengkomsumsi zat kimia tertentu yang bersifat karsinogen (American Cancer

Society, 2017).

Penyakit kanker merupakan penyebab kematian urutan kedua setelah penyakit

kardiovaskuler diseluruh dunia. Menurut laporan International Agency for Research

on Cancer ( IARC) pada tahun 2012, diperkirakan angka kejadian kanker diseluruh

dunia adalah 14,1 juta pada kasus baru dan 8,2 juta pada kasus kematian. Kanker

paru-paru masih memimpin daftar angka kejadian tertinggi yaitu 1,82 juta dan diikuti

kanker payudara (1,67 juta), dan korektal (1,36 juta). Peringkat tertinggi penyebab

kematian adalah kanker paru (1,6 juta) dan disusul kanker hati (745.000), dan kanker

stoma (723.000). Data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar)Tahun 2013,

menyatakan prevalensi kanker di Indonesia sebesar 14% atau diperkirakan sekitar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

2

347.792 orang. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit

kanker, yaitu sebesar 41%.

Kanker telah menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan nasional yang

terbukti dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK

02.02/MENKES/389/2014 pada 17 Oktober 2014 tentang pembentukan Komite

Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) yang bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian akibat kanker di Indonesia dengan mewujudkan

penanggulangan kanker yang terintegrasi, melibatkan semua unsur pemerintah,

swasta, dan masyarakat (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Berdasarkan KPKN terdapat berbagai jenis terapi pengobatan kanker antara

lain pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi imun.

Pemberian terapi tersebut dapat diberikan satu jenis saja atau dalam kombinasi

tergantung kepada stadium kanker, karakteristik tumor, usia, kesehatan, dan

preferensi pasien tersebut (American Cancer Society, 2017). Lebih dari setengah

penderita kanker diobati dengan kemoterapi, dimana kemoterapi merupakan jenis

terapi yang dilakukan untuk membunuh sek sel kanker dan terapi yang paling efektif

untuk penderita kanker. Terapi yang diberikan pada pasien kanker bertujuan untuk

menyembuhkan penyakit dan memperpanjang umur, serta meningkatkan kualitas

hidupnya (American Cancer Society, 2016; NCI, 2014, Aslam et al., 2014). Menurut

NCI Tahun 2014, prinsip kerja dari kemoterapi adalah membunuh sel-sel kanker yang

berkembang dengan cepat, tetapi kemoterapi juga menimbulkan efek negatif yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

3

selain membunuh sel-sel kanker juga membunuh sel-sel yang sehat sehingga

membuat kualitas hidup menjadi menurun (American Cancer Society, 2016).

Aslam et al (2014) dalam studinya menjelaskan bahwa kemoterapi juga dapat

menyebabkan efek samping seperti kelelahan, mual muntah, anoreksia, mielosupresi

(menekan produksi darah), rambut rontok, mukositis, dan bahkan mengakibatkan

kematian pada kasus yang sudah parah. Namun efek samping yang sering terjadi pada

pasien yang menjalani kemoterapi adalah mukositis (Schubert & Bensinger, 2008).

Hasil penelitian Aslam et al. tahun 2014 menunjukkan bahwa efek samping yang

paling umum terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah sakit kepala

(43%), kelelahan (90%), rambut rontok (70%), mual (77%), muntah (75%), diare

(31%), kram perut (40%), mulut kering (74%), luka pada mulut (47%), gangguan

memori (14%), dan mati rasa (49%).

Mukositis merupakan masalah yang paling umum dalam pengobatan

kemoterapi (Askarifar et al., 2016; Abbas et al., 2012). Mukositis merupakan respon

peradangan sel epitel mukosa yang meliputi peradangan mulut (stomatitis),

esophagus, dan saluran pencernaan (Eilers & Million, 2011). Stomatitis merupakan

manifestasi mukositis yang paling sering terjadi pada 40% pasien yang menjalani

kemoterapi (O’Brien, 2009). Hasil studi Sadasivan (2010) menunjukkan bahwa

pasien yang menjalani kemoterapi 100% berisiko mengalami mukositis, sedangkan

menurut Chaveli-Lopez dan Bagan-Sebastian (2016) insidensi mukositis sekitar 40-

70% pada pasien yang menjalani kemoterapi dengan dosis standar dan dosis tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

4

Hasil penelitian Galuh (2017) di RSUP. H. Adam Malik Medan

menunjukkan dari 37 orang pasien kanker payudara yang sedang menjalani

perawatan kemoterapi, 8 orang (21,6%) mengalami mukositis oral dimana 7 orang

(87,5%) mengalami mukositis oral derajat 1, dan 1 orang (12,5%) mengalami

mukositis oral derajat 2. Jenis obat yang banyak digunakan menimbulkan mukositis

oral yaitu menggunakan Alkylating + Antimetabolit sebanyak 4 orang (50%).

Penelitian Kamaruddin (2009) di RSUP. H. Adam Malik Medan

menunjukkan bahwa dari 67 pasien yang mendapat kemoterapi sebesar 63%

mengalami mukositis pada mulut, xerostomia sebesar 93%, kandidiasis 24%,

perdarahan sebesar 12% dan gangguan pengecapan sebesar 19%.

Sifat dan derajat mukositis bervariasi sesuai dengan pengobatan yang

diberikan, baik radioterapi atau kemoterapi sebagai terapi modalitas independen atau

dalam kombinasi (Scardina, Pisano & Messina, 2010). Insiden mukositis dipengaruhi

oleh jenis dan dosis terapi antineoplastik yang diberikan, dan juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang berhubungan seperti umur, status gizi, kesehatan mulut, jenis

kanker dan penyakit penyerta (Tierney, 2006). Derajat keparahan mukositis pada

pasien yang menjalani kemoterapi bergantung dari jenis protokol kemoterapi yang

digunakan, yaitu kemoterapi resiko standar atau kemoterapi resiko tinggi (Santoso,

2011). Pada kemoterapi yang menggunakan 5-fluorouracil (5-FU) memiliki resiko

tinggi terhadap kejadian mukositis (20%-50%), domethotrexate (MTX) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

5

antimetabolites lain yang memiliki 20%-60% tingkat kejadian mukositis saluran

pencernaan (Abbas et al., 2012).

Prevalensi mukositis setelah pemberian kemoterapi merupakan masalah yang

sangat serius bagi pasien yang menerima beberapa siklus pengobatan kemoterapi.

Pada beberapa rumah sakit melakukan perawatan mukositis dengan pemberian obat

kumur untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien. Perawat dapat melakukan obat

kumur setelah persetujuan atau resep dokter dan perawatan ini dapat dilakukan

setelah mukositis oral terjadi. Hasil penelitian Hashemi (2015) mengatakan

Penggunaan obat kumur seperti chlorhexidine, benzydamine, sodium bicarbonate,

Granulocyte macrophage colony-stumulating factor (GM-CSF) menunjukkan

ketidakefektifan dalam menurunkan derajat mukositis. Penggunaan chlorhexidine

dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan warna gigi dan kerusakan

membran mukosa.

Pengobatan atau intervensi dini untuk mukositis oral sangat penting. Dalam

hal ini peran perawat sangat dibutuhkan karena waktu perawat lebih banyak dalam

memberikan pelayanan di rumah sakit, perawat dapat memberikan perawatan segera

sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu, perawat bertanggung jawab untuk mengatur

jadwal kemoterapi. Jika intervensi pencegahan mukositis diberikan sesuai jadwal

kemoterapi, perawat adalah personil yang paling tepat untuk melakukan perawatan

tersebut. Mukositis oral terjadi sekitar 7 sampai 14 hari setelah kemoterapi (Gori et

al., 2007; Karagozoglu & Ulusoy, 2005). Mayoritas pasien memerlukan perawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

6

kemoterapi setiap dua minggu sekali. Pasien yang sudah mengalami mukositis pada

saat siklus kemoterapi sebelumnya tidak segera dilakukan perawatan akan mengalami

peningkatan derajat mukositis pada siklus kemoterapi selanjutnya.

Efek penanganan mukositis oral yang tidak segera ditangani atau kurang

efektf akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Rasa sakit yang dialami pasien

menyebabkan ketidaknyamanan pada mulut, ketidakmampuan untuk mentoleransi

makanan dan cairan (disfagia) dan sampai akhirnya mengalami penurunan status gizi

(Sierarcki et al., 2009; Askarifar et al., 2016) dan pada akhirnya pasien membutuhkan

obat analgesia sebagai penghilang rasa sakit. Efek pemberian Obat analgesia dapat

meningkatkan risiko konstipasi, mual dan muntah (Svanberg, Gunner & Ohrn, 2007).

Kehilangan asupan lemak, energi dan perubahan metabolisme akan mengakibatkan

malnutrisi. Malnutrisi kemudian dapat menurunkan respons dan toleransi terhadap

kemoterapi. Satu dari sepuluh pasien yang mengalami mukositis oral dan penurunan

berat badan memerlukan pengurangan dosis kemoterapi. Hal tersebut akan

mengakibatkan ketidakefektifan pengobatan kanker terhadap pertumbuhan tumor dan

metastasis. Mukositis juga dapat meningkatkan risiko pendarahan dan infeksi. Hal

ini dapat menyebabkan infeksi sistemik (Svanberg, Gunner & Ohrn, 2010, Harris et

al.,2008; Sierarcki et al.,2009; Royse & Martens, 2010).

Revisi Multinational Association of Supportive Care in Cancer/MASCC tahun

2007 merekomendasikan berbagai metode untuk mencegah mukositis. Adapun

metode yang direkomendasikan adalah penggunaan palifermin dengan kasus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

7

transplantasi sel, amifostin dengan radioterapi, dan cryotherapy dengan pemberian

melphalan dalam dosis tinggi dan 5-FU (Heydari Abbas, 2012; Bensadoun, Peterson,

2010). Martin & Perez (2014) mengatakan bahwa perawatan mukositis oral juga

dilakukan dengan oral hygiene protokol, chlorhexidene digluconate, agen

cytoprotektif (amifostin, Sucralfate, Glutamin, Allopurinol, Cryotherapy, Growth

factors, dan Low Level Laser Therapy/LLLT).

Cryotherapy Oral adalah terapi pencegahan yang efektif untuk mukositis pada

pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi. Berbagai penelitian telah mendukung

bahwa cryotherapy memiliki efek positif dalam pencegahan mukositis. Cryotherapy

Oral adalah terapi dingin atau kepingan es pada daerah oral. Prosedurnya pasien

mengisap kepingan es sebelum, selama, dan setelah diberikan obat kemoterapi

dengan tujuan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi lokal di area mulut dan juga

mengurangi aliran darah ke rongga mulut. Jumlah obat sitotoksik yang diberikan akan

berkurang ke mukosa mulut sehingga mengurangi iritasi lokal (Papadeas, Naxakis,

Riga & Kalofonos, 2007; Svanberg et al., 2010). Wan (2012) dalam studinya

menunjukkan bahwa cryotherapy oral dapat meningkatkan pH oral, sehingga air liur

menjadi lebih basa (yaitu pH 7.0 - 7.5) hal tersebut dapat mencegah kekeringan pada

mulut dan bisa mengurangi risiko mukositis oral.

Cryotherapy Oral merupakan metode preventif yang paling konvensional dan

mudah dilakukan. Terapi ini paling efektif dalam mengurangi derajat mukositis oral

sebagai efek dari pemberian infus intravena 5-fluorouracil (5-FU), Edatrexate, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

8

Melphalan dalam dosis tinggi. Menurut laporan dari pedoman ESMO working group,

cryotherapy oral dilakukan selama 30 menit dalam pencegahan mukositis oral pada

pasien yang menerima 5-FU dan 20-30 menit yang menerima dosis edatrexate.

(Haydari et al, 2012; Shehata, Soliman, 2015; Martin, Perez, 2014)

Cryotherapy Oral ditoleransi dengan baik oleh pasien. Meskipun beberapa

pasien mengalami beberapa efek samping (misalnya sakit kepala, mulut mati rasa,

sakit tenggorokan, dan nyeri gusi), tetapi gejala tersebut akan hilang setelah

selesainya cryotherapy (Papadeas et al., 2007). Selain itu, cryotherapy juga

merupakan intervensi yang murah, mudah didapat, dan non-farmakologis. Perawat

dapat menerapkan cryotherapy sebagai intervensi keperawatan sesuai dengan jadwal

pemberian kemoterapi. Cryotherapy oral tidak mengganggu dosis kemoterapi atau

menurunkan efektifitas kemoterapi (Papadeas et al., 2007). Kesimpulan bahwa

cryotherapy tidak mempengaruhi efektifitas kemoterapi. Oleh karena itu, cryotherapy

merupakan intervensi keperawatan yang efektif untuk mencegah dan menurunkan

derajat mukositis oral pada pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi.

Cryotherapy oral merupakan bagian dari tindakan mandiri perawat yang

berhubungan dengan intervensi untuk mengatasi mukositis pada pasien kanker

dengan kemoterapi. Intervensi ini terkait dengan teori keperawatan yaitu Teori

Konservasi “Levine’s Conservation Model” yang dikembangkan oleh Levine (Tomey

& Alligood, 2010). Teori konservasi yang dikembangkan oleh Myra Levine

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

9

(1967)mengidentifikasi konsep penting dalam penggunaan konsep modelnya yaitu

adaptasi (adaptasion), keutuhan (wholeness), dan konservasi (concervation).

Hasil penelitian yang dilakukan Svanberg et al. (2010) menyatakan bahwa

cryotherapy oral secara signifikan mengurangi kejadian dan tingkat keparahan

mukositis oral pada pasien kanker dengan kemoterapi. Penelitian Heydari, Sharifi dan

Salek (2012) mengatakan cryotherapy oral dapat menurunkan derajat mukositis 50%

lebih banyak pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol pada pasien

yang menerima regimen kemoterapi gabungan (5-Fluorouracil dengan Leucovolin, 5-

FU dengan Adriamycin, Siklofusfamil dan Metotreksat dengan 5-FU). Cryotherapy

efektif dalam mengurangi stomatitis atau mukositis oral sebagai efek dari

pemberian 5-fluorouracil (5-FU) yang mana menurut laporan terdapat 50 – 79 %

pasien dengan 5-fluorouracil (5-FU) mengalami mukositis (Abbas et al., 2012).

Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan Gori et. al. (2007) menyatakan bahwa

cryotherapy oral tidak dapat mengurangi derajat mucositis oral. Cryotherapy tidak

efektif pada pencegahan mukositis oral dengan kemoterapi.

Permasalahan

Kemoterapi merupakan salah satu terapi yang memperlihatkan efektifitas

tinggi untuk menghambat pertumbuhan kanker jenis lainnya, misalnya kanker

nasopharing, rabdomyosarkoma, lymphoma dan jenis kanker lainnya. Selain

memiliki efek terapeutik yang menghambat sel kanker, kemoterapi juga memiliki

efek samping yang berbahaya dan memerlukan penanganan. Efek samping pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

10

kemoterapi diantaranya mual muntah, anoreksia, mielosupresi (menekan produksi

darah), kelelahan, rambut rontok, dan sariawan atau mukositis. Mukositis juga dapat

menimbulkan dampak fisik, psikologis dan ekonomi. Mukositis harus ditangani

dengan baik dan berkualitas. Intervensi untuk menangani mukositis sangat bervariasi.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah cryotherapy oral.

Cryotherapy Oral adalah terapi modalitas dengan menggunakan es batu atau

air es ke dalam mulut. Prosedurnya pasien mengisap es batu sebelum, selama, dan

setelah diberikan obat kemoterapi. Tujuan cryotherapy oral atau terapi es batu dapat

mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah pada selaput rongga mulut, sehingga

mengurangi paparan agen kemoterapi terhadap mukosa mulut. (Heydari et al, 2012;

Svanberg et al, 2010, Askarifar et al, 2016). Cryotherapy merupakan metode

preventif yang paling konvensional dan mudah dilakukan. Terapi ini paling efektif

dalam mengurangi mukositis oral sebagai efek dari pemberian infus intravena 5-

fluorouracil (5-FU), Edatrexate, dan Melphalan dalam dosis tinggi. Menurut laporan

dari pedoman ESMO working group, cryotherapy oral dilakukan selama 30 menit

dalam pencegahan mukositis oral pada pasien yang menerima 5-FU dan 20-30 menit

yang menerima dosis edatrexate. (Haydari et al, 2012; Shehata, Soliman, 2015).

Berdasarkan penelitian –penelitian sebelumnya yang dijelaskan di atas, maka

peneliti ingin mengetahui apakah benar ada pengaruh cryotherapy oral terhadap

penurunan derajat mukositis pada pasien kanker yang sedang menjalani pengobatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

11

kemoterapi. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tersebut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh cryotherapy oral terhadap

pencegahan mukositis pada pasien kanker dengan kemoterapi yang dirawat di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :1)menilai

mukositis sebelum dilakukan intervensi cryotherapy oral, 2) menilai mukositis

setelah dilakukan intervensi cryotherapy oral, 3) menguji perbedaan nilai mukositis

sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol,4) menguji

perbedaan nilai mukositis setelah tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah hipotesis

alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh cryotherapy oral terhadap pencegahan mukositis

pada pasien kanker dengan kemoterapi di RSUP H.Adam Malik Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

12

Manfaat penelitian

Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan dapat diaplikasi dalam

memberikan asuhan keparawatan pada pasien kanker yang mendapat terapi

kemoterapi terutama dalam perawatan mulut khususnya pada pasien yang mengalami

mukositis. Memberikan masukan dalam membuat standar pencegahan mukositis pada

pasien kanker yang mendapatkan terapi kemoterapi.

Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama

tentang cryotherapy oral sebagai terapi pencegahan mukositus pada pasien kanker

yang menjalani kemoterapi.

Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dasar bagi

penelitian-penelitian selanjutnya dalam menemukan standar intervensi pencegahan

mukositis yang disepakati.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit Kanker

Pengertian Kanker

Kanker merupakan kumpulan sel-sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan sekitarnya, tidak berfungsi secara fisiologis dan dapat membentuk

pertumbuhan yang disebut tumor yang bersifat solid dan non solid (National

Cancer Institute, 2015). Definisi lain dari kanker adalah suatu penyakit dari sel

dimana kemampuan sel untuk mengontrol pertumbuhan dan proliferasi secara

normal terganggu, bersifat invasif dan dapat menyebar secara langsung kebagian

tubuh yang lain ( Black & Hawks,2009).

Etiologi Kanker

Penyebab kanker sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi dapat

dicetuskan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang

mempengaruhi kanker adalah terjadinya mutasi gen (baik yang diturunkan

maupun akibat metabolisme), sedangkan faktor eksternal adalah terjadinya

infeksi, terpapar radiasi, maupun mengkonsumsi zat kimia tertentu yang bersifat

karsinogen dan juga mengkonsumsi tembakau (American Cancer Society, 2015).

Berdasarkan penyebabnya, Putri (2012) mengklasifikasikan kanker menjadi 1)

karsinogenesis kimiawi, 2) karsinogenesis fisik, 3) karsinogenesis viral, 4)

peranan hormon, 5) faktor gaya hidup, 6) parasit, 7) sunat dan fimosis, dimana

sunat terbukti menurunkan angka kejadian kanker penis, 8) faktor genetik dan 9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

14

penurunan imunitas. Kebanyakan faktor penyebab dari kanker merupakan faktor

lingkungan yang dapat dihilangkan dengan mengubah gaya hidup masing-masing

pribadi.

Patofisiologi

Ignatavicius dan Workman (2013), menjelaskan bahwa proses

perkembangan sel kanker disebut dnegan karsinogenesis dan onkogenesis,

sedangkan proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi

maligna yaitu transformasi sel yang berlangsung melalui banyak tahapan dan

berasal dari satu sel yang berkembang biak. Berikut adalah tahap karsinogenesis

menurut Ignatavicius & Workman (2013), yaitu :a) tahap inisiasi merupakan

perubahan dalam bahan genetik sel yang mengaktivasi sel menjadi maligna yang

disebabkan oleh karsinogen (bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari) yang

berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan

kerusakan DNA dan mengalami hambatan perbaikan DNA; b) tahap promosi

yaitu tahapan dimana terjadi interaksi antara faktor kedua (yang berperan sebagai

agen penyebab disebut karsinogen komplit karena melengkapi tahap inisiasi

dengan tahap promosi) dengan sel yang terinisiasi pada tahap sebelumnya; c)

tahap progresi yaitu tahapan dimana sel tumor telah mencapai ukuran 1 cm dan

penyerapan nutrisi kedalam sel tidak efisien lagi sehingga tumor membentuk

Tumor Angiogenesis Factor (TAF) yang mendorong pembentukan kapiler dan

pembuluh darah yang membentuk cabang baru kedalam tumor, sehingga tumor

mengalami perubahan morfologi dan fenotif dalam sel yang menunjukkan

peningkatan perilaku keganasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

15

Metastasis merupakan kemampuan sel tumor untuk menyebar ke organ

lain yang terjadi melalui perluasan sel ke jaringan sekitarnya, melakukan penetrasi

kedalam pembuluh darah, melepaskan sel neoplasma, dan melakukan invasi ke

jaringan sekitar. Proses metastasis terjadi melalui tiga tahap berikut yaitu: a) tahap

pertama, dimana sel neoplasma melakukan invasi terhadap jaringan disekitarnya

dan menembus pembuluh darah dan limfe yang terjadi karena bertambahnya

ukuran sel neoplasma sehingga menekan secara mekanis; b) tahap kedua yaitu

penyebaran sel neoplasma melalui sirkulasi darah dan limfe atau ekspansi

langsung. Sistem limfe merupakan awal jalan penyebaran dari sel kanker,

metastasis dapat mencapai organ yang sangat jauh melalui aliran darah, dan

ekspansi langsung terjadi dengan pertumbuhan sel baru diatas permukaan serosa

sel lain; c) tahap ketiga yaitu terjadi ketika timbul pertumbuhan sel kanker yang

baru di tempat sekunder dan sel kanker terus tumbuh dengan kemampuannya

sendiri dalam vaskularisasinya.

Penentuan Derajat Keganasan Kanker

Derajat keganasan kanker ditentukan oleh staging yaitu penentuan luas

penyebaran kanker. Staging bertujuan untuk menentukan tahap perkembangan,

memilih intervensi yang paling baik serta untuk memperkirakan prognosis

penyakit. Selain itu, staging juga diperlukan untuk melihat hasil pengobatan dan

membandingkan efektifitas berbagai macam pengobatan yang diterima oleh

pasien (Sjamsuhidayat & De Jong, 1997). Penentuan staging menggunakan sistem

TNM (Tumor, Nodus dan Metastasis ) dapat dilihat pada tabel 2.3yaitu sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

16

Tabel 2.3 Sistem Tumor, Nodus dan Metastasis ( TNM)

Tumor

T Tumor Primer

Tx Tumor primer tidak dapat ditaksir

T0 Tidak terdapat bukti adanya tumor primer

Tis Karsinoma in situ

T1,T2,T3 Dari T1 sampai T3 tumor primer makin besar dan makin jauh

infiltrasi di jaringan dan saat berdampingan

Nodus

N

NX Kelenjar limf tak dapat ditaksir/ diperiksa

N0 Tidak adanya bukti penyebaran ke kelenjar limf regional

N1,N2,N3,N4 Menunjukkan banyaknya kelenjar regional yang dihinggapi dan

ada/tidaknya infiltrasi di alat dan struktur berdampingan.

Metastasis

M Anak sebar jauh (distance metastasis)

MX Tidak dapat diperkirakan adanya anak sebar

M0 Tidak ada bukti metastatis jauh

M1 Ada metastasis jauh

Sumber : Otto,E.S.,2001.Oncology Nursing. 4th Ed.Mosby.Inc.St.Louis Missouri

Tanda dan Gejala

Berdasarkan tanda dan gejalanya, kanker dibagi dalam enam kategori

(Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2008), yaitu: 1) gangguan hematologis, imunologi,

dan vaskular, misal masalah : anemia, trombositopenia, infeksi dan perdarahan; 2)

gangguan hormon dan endokrinologis (misal masalah : hipertiroidisme, sindrom

cushing, kaheksia akibat meningkatnya glukoneogenesis); 3) neuropati, misal

masalah : kelemahan, gangguan serebral, neuritis perifer; 4) gangguan kulit dan

jaringan penyambung, misal masalah : dermatomiositosis, 5) gangguan

gastrointestinal, misalnya masalah : kelelahan, dan berat badan menurun; 6)

gangguan umum dan metabolik, misal masalah : asites dan efusi pleura.

Diananda (2008) menjelaskan bahwa gejala umum kanker adalah sebagai

berikut: 1) pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal ada benjolan di

payudara, di perut, dan lain-lain); 2) terjadi perubahan warna (misal perubahan

warna tahi lalat): 3) demam kronis; 4) batuk kronis (terutama kanker paru) atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

17

perubahan suara (kanker di leher); 5) perubahan pada sistem pencernaan/kandung

kemih (misal perubahan pola buang air besar, buang air besar berdarah, dan lain-

lain); 6) penurunan nafsu makan dan berat badan; 7) keluarnya cairan atau darah

tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari putting payudara).

Jenis Kanker

Kanker dikelompokkan sesuai dengan jenis sel mereka mulai yang terdiri

dari empat kategori utama yaitu: 1) karsinoma, merupakan kanker yang terjadi

pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang menyelubungi organ tubuh,

misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar; 2) sarkoma, merupakan

kanker yang terjadi ada tulang seperti osteosarkoma, tulang rawan seperti

kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma; 3) leukemia, merupakan

kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di

dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di dalam

sirkulasi darah; 4) limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan

jaringan dalam sistem kekebalan tubuh.

Penatalaksanaan Kanker

Charalambous et al. (2013) menjelaskan dalam studinya bahwa metode

pengobatan kanker yang digunakan secara umum adalah pembedahan, terapi

radiasi, dan kemoterapi; biotherapy/ immunotherapy, terapi photodynamic, terapi

hormon, terapi yang ditargetkan, dan transplantasi sumsum tulang juga digunakan.

White dan Duncan (2012) juga menjelaskan bahwa metode pengobatan dapat

digunakan secara kombinasi maupun mandiri dari beberapa pengobatan umum

tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

18

Komplikasi Kanker

Diananda (2008) menjelaskan dalam studinya bahwa komplikasi akibat

kanker adalah: 1) akibat langsung, misal : sumbatan saluran cerna pada kanker

usus, patah tulang pada kanker tulang, dan lain-lain; 2) akibat tidak langsung,

misal : demam, penurunan berat badan, anemia, penurunana kekebalan tubuh, dan

lain-lain; 3) akibat pengobatan , misal : pembengkakan akibat sumbatan kelenjar

getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf tepi, penurunan kadar

sel darah, kebotakan pada kemoterapi.

Konsep Kemoterapi

Pengertian Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian segolongan obat-obatan sitostatika yang

dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh sel kanker (NHS, 2007).

Sedangkan Smeltzer et al. (2008) menjelaskan bahwa kemoterapi dapat

membunuh sel-sel kanker pada tumor dan juga dapat membunuh sel-sel kanker

yang telah lepas dari sel-sel kanker dari sel induk atau telah bermetastase melalui

darah dan limpa kebagian tubuh yang lainnya.

Tujuan Kemoterapi

Tujuan kemoterapi adalah menghambat pertumbuhan atau membunuh sel-

sel kanker. Kemoterapi juga dapat menjadi bentuk penanganan primer atau

tambahan dari terapi radiasi atau pembedahan sehingga pertumbuhan sel kanker

terhambat, proses metastasis dapat dikurangi dan gejala gangguan metabolisme

akibat sel kanker dapat diminimalkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

19

Jenis Kemoterapi

Desen (2008) menjelaskan dalam studinya bahwa ada beberapa jenis

kemoterapi antara lain alkilator, antibiotik, antimetabolit, inhibitor metabolit

mikrotubuli, inhibitor topoisomerase, golongan hormon dan golongan target

molecular. Pemberian jenis kemoterapi disesuaikan dengan jenis kanker yang

diderita pasien.

Siklus Kemoterapi

Kemoterapi diberikan dalam siklus tertentu. Menurut Bowden, Dickey dan

Greenberg (1998) dalam Nurhidayah (2011) siklus kemoterapi terdiri beberapa

fase yaitu fase induksi, fase konsolidasi, dan fase pemeliharaan dan fase

observasi. Fase induksi merupakan fase awal dimana terapi diberikan secara

intensif, tujuannya untuk membunuh sel-sel kanker sehingga terdapat remisi.

Remisi terjadi ketika sel memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi baik

respon sementara atau permanen. Remisi ditandai dengan terjadinya penurunan

tingkat keganasan dan bahkan berhentinya proses keganasan. Fase kedua adalah

fase konsolidasi. Pada fase ini diberikan secara intensif untuk membunuh sisa-sisa

sel kanker yang masih ada. Selanjutnya fase pemeliharaan yaitu fase dimana fase

lanjutan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih ada. Fase ini dapat

berlangsung selama beberapa tahun. Fase terakhir adalah terapi akan diakhiri dan

dilakukan pengawasan terhadap kemungkinan kekambuhan (relaps) serta efek

samping kemoterapi.

Selama siklus kemoterapi, perawat perlu memantau beberapa hal. Hal

yang harus diperhatikan diantaranya adalah terjadinya kekambuhan. Kekambuhan

dapat terjadi pada setiap fase. Ketika terjadi kekambuhan, regimen terapi harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

20

diganti dan memulai ke fase awal. Hal lain yang harus diperhatikan adalah dosis

kemoterapi. Kemoterapi harus diberikan dalam dosis yang tepat dapat berdasarkan

berat badan, tinggi badan atau luas permukaan tubuh. Hal tersebut untuk

meminimalkan efek toksik pada jaringan dan organ. Prosedur keamanan dan cara

pemberian agen kemoterapi juga harus dipantau dan diperhatikan oleh perawat

dan dokter.

Efek Samping Kemoterapi

Obat sitotoksik menyerang sel-sel kanker yang sifatnya cepat membelah,

namun terkadang obat ini memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang juga

mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa, sum-sum tulang dan

sperma. Obat ini juga dapat bersifat toksik pada beberapa organ jantung, hati,

ginjal dan system syaraf (Abdulmuthalib, 2006). Perry & Yarbo (1994) dalam

Burke, et al, (1995) membagi efek samping kemoterapi berdasarkan waktu

terjadinya gejala, yaitu Immediate onset early, onset ealy, delayed onset dan late

onset.

Immediate onset adalah efek yang terjadi dalam waktu kurang 24 jam

setelah pemberian kemoterapi. Beberapa diantaranya adalah mual muntah,

phlebitis, hiperurisemia, gagal ginjal, anafilaksis dan bercak kemerahan pada

kulit. Early onset adalah efek yang terjadi pada satu hari sampai seminggu

pemeberian kemoterapi. Beberapa diantaranya adalah leokopenia,

trombositopenia, alopesia, stomatitis (mikositis), diare dan megaloblastosis.

Delayed onset adalah efek yang terjadi dalam satu minggu sampai satu bulan

pemberian kemoterapi. Beberapa diantaranya adalah anemia, aspermia, kerusakan

hepatosellular, hiperpigmentasi dan fibrosis pulmonal. Sedangkan late onset

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

21

adalah efek yang terjadi dalam satu bulan sampai satu tahun. Beberapa

diantaranya adalah sterilitas, hipogonadisme, menopause premature dan

keganasan sekunder (Burke, et al, 1996 ).

Sementara Desen (2008) membagi efek samping toksik dari kemoterapi

kedalam dua kategori, efek toksik jangka pendek dan efek toksik jangka panjang.

Efek toksik jangka pendek diantaranya depresi sum-sum tulang (seperti

leokopenia, trombositopenia, dan anemia), reaksi gastrointestinal (seperti

mukositis, diare serius serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit),

gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal (kardiotoksisitas, neuro-toksisitas,

reaksi alergi dan lain-lain. Sementara efek toksik jangka panjang adalah

karsinogenesitas dan infertilitas.

Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional

yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko,

sosial, dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga

dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008). Asuhan

keperawatan merupakan sebuah proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu

pengkajian, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Proses tersebut berlangsung secara berkesinambungan

dan tidak dapat berdiri sendiri (Asmadi, 2008)

Pengkajian

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) pemeriksaan fisik untuk mendapatkan

data akibat kemoterapi yang dijalani pasien kanker adalah : pada sistem

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

22

pencernaan kaji adanya mual, muntah, kehilangan rasa/ penurunan pengecapan,

stomatitis. Pada sistem integumen kaji adanya perubahan pigmen, kerusakan

kuku, kerusakan folikel rambut yang dapt menyebabkan kerontokan, stomatitis

pada mukosa, dermatitis pada kulit, serta perianal dan vagina ulserasi. Pada

Hematopoiectic sistem kaji pola pertahanan tubuh terhadap infeksi, kaji

penurunan transportasi oksigen, serta koagulasi apakah ternganggu, pada sistem

saraf kaji adanya penurunan refleks tendon. Ataxia akibat gangguan fungsi

cerebral (temporer). Kaji pola pernapasan adanya batuk dan pneumonitis.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan terbentuk atas masalah keperawatan dan etiologi

yang bergabung didukung data pada pengkajian. Masalah keperawatan yang

muncul pada pasien dengan kanker yang mendapat kemoterapi adalah gangguan

nutrisi, defisit volume cairan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kerusakan integritas kulit, nyeri, aktual/potensial gangguan konsep diri, atau

bahkan berduka.

Intervensi Keperawatan

Kerusakan integritas kulit

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi integritas kulit adalah tangani

kulit dengan lembut, jangan menggosok daerah yang terluka, gunakan lotion

untuk melembakan kulit dan cuci kulit dengan sabun dan air.

Manajemen stomatitis

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi stomatitis adalah gunakan sikat

gigi yang lembut, perawatan mulut dengan menggunkan air garam/normal saline

atau air keran, hindari obat kumur yang mengandung alkohol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

23

Manajemen alopecia

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi alopecia adalah dorong klien

agar memakai rambut palsu sebelum rambut rontok, mendorong klien

menggunakan selendang atau topi yang menarik, berikan informasi kepada klien

bahwa kerontakan rambut adalah efek pengobatan sementara.

Promosi nutrisi

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi adalah sajikan

makanan dengan cara membuatnya menarik, pertimbangkan preferensi pasien,

memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, menyediakan makanan

sesuai jadwal makan dan dalam keadaan hangat dan menganjurkan kepada klien

untuk mengkomsumsi vitamin/suplemen

Kelelahan

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah kelelahan adalah

membantu melakukan kegiatan sehari – hari klien untuk memungkinkan klien

dapat istirahat, anjurkan klien untuk melakukan latihan ringan

Gambaran diri

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gambaran diri adalah

komunikasi terapeutik sangat penting, mendorong kemandirian dalam perawatan

diri dan pengambilan keputusan dan mengenakan bahan kosmetik seperti make-up

dan wig

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

24

Konsep Mukositis

Pengertian Mukositis

Mukositis adalah proses inflamasi yang dapat melibatkan sel-sel epitel

mukosa dari mulut ke rektum (Eilers, Harris, Henry & Johnson, 2014). Mukositis

oral akibat kemoterapi adalah suatu keadaan yang diakibatkan efek samping

kemoterapi pada jaringan mukosa oral. Mukosa oral dapat juga disebut stomatitis

(Cancer Care Stovia, 2008). Peradangan mukosa pada selaput lendir rongga

mulut, terjadi pada satu-setengah dari klien kanker yang menerima pengobatan

kemoterapi. Mukositis terjadi 7 sampai 14 hari setelah kemoterapi berlangsung

selama 2 sampai 3 minggu. Tingkat keparahan mukositis dinilai dengan tanda dan

gejala yang ditemui seperti edema, ulserasi, eritema, saliva berlebihan, dan infeksi

(White & Duncan, 2012). Sedangkan Sonis (2010) menjelaskan dalam studinya

bahwa mukositis adalah peradangan dan ulserasi mukosa mulut atau sub mukosa,

yang biasanya terjadi sebagai efek samping dari kemoterapi dan pengobatan

radioterapi untuk kanker. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa

mukositis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa atau sub mukosa

mulut akibat dari pengobatan kanker kemoterapi atau radioterapi.

Penyebab Mukositis

Menurut Tomlinson dan Kline (2005) dalam Nurhidayatun (2012) bahwa

mukositis disebabkan oleh iatrogenic, bakteri, virus, dan jamur. Penyebab

iatrogrenik adalah mukositis yang disebabkan karena pemberian kemoterapi, yang

mengakibatkan komplikasi pada mulut berupa langsung berupa langsung karena

efek stomatotoksik dai obat-obat antineoplasma yang menyebabkan mukositis,

dan juga efek tidak langsung yang berupa mielopspresi yang mengakibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

25

perdarahan dan infeksi pada mulut. Selain iatogenik, mukositis juga disebabkan

oleh mikroorganisme yaitu bakteri, visus, dan jamur. Bakteri yang sering

menyebabkan mukositis adalah bakteri anaerob gram negative, Klebsiella,

Enterobacter, Serratia, Proteus dan Escherichia coli. Sedangkan virus yang

menyebabkan mukositis diantaranya Herpes simplex, Cytomegalovirus, Varicella

zoster, dan Eipstein Barr Virus.

Patofisiologi Mukositis

Patofisiologi mukositis akibat terapi kanker berdasarkan mekanisme

terjadinya mukositis dapat dibagi menjadi dua yaitu : mukositis langsung dan

mukositis tidak langsung. Mukositis langsung terjadi pada sel-sel epitel mukosa

mulut yang mengalami perubahan, dan melalui mekanisme toksisitas langsung

pada sel-sel mukosa. Kemoterapi dan radioterapi dipengaruhi kematangan dan

pertumbuhan sel-sel epitel mukosa mulut sehingga menyebabkan perubahan pada

mukosa normal dan kematian sel. Mukositis ini biasanya terjadi pada hari ke 7

sampai 14 hari (Cancer Care Stovia, 2008). Mukositis tidak langsung disebabkan

oleh invasi langsung dari bakteri gram negatif dan jamur. Mukositis ini terjadi

melalui mekanisme tidak langsung pada mukosa dan yang menyebabkan

granulositopenia sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan perdarahan pada

mukosa. Lapisan mukosa rongga mulut diyakini sebelumnya akan sangat rentan

terhadap kerusakan selama menjalani terapi kanker, dikarenakan sebagian besar

perawatan untuk kanker tidak dapat membedakan antara sel-sel sehat dan sel

kanker. Kemoterapi juga biasanya menyebabkan pembelahan sel seperti sel

mukosa mulut dan tenggorokan, sehingga sel menjadi rusak selama pengobatan

(Cancer Care Stovia, 2008 & Sonis, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

26

Patofisologi mukositis akibat kemoterapi dapat diperjelas dengan

mekanisme patobiologi. Menurut Sonis (2004) & Cancer care Stovia (2008)

secara patobiologi mukositis terjadi dalam lima fase yaitu fase awal (Initial phase,

fase regulasi dan pembentukan sinyal (up regulating and generation of messenger

signals), fase amplikfikasi dan penjalaran sinyal (signal and amplification), fase

ulserasi dengan inflamasi dan fase penyembuhan.

Fase awal (Initial phase) ditandai dengan pembentukan reactive oxygen

species (ROS) oleh agen kemoterapi. ROS akan menyebabkan kerusakan sel,

jaringan dan pembuluh darah secara langsung. Aktivasi ROS akan menstimulasi

faktor transkripsi dan memulai serangkaian biologi terjadinya mukositis. Fase ini

biasanya terjadi setelah pemberian kemoterapi atau pada hari pertama pasca

kemoterapi. Pada fase ini sel mukosa masih terlihat normal.

Fase kedua adalah fase regulasi dan pembentukan messenger signals. Pada

fase ini terjadi kematian kologenik sel lapisan epitel karena kerusakan DNA oleh

ROS. Selanjutnya nuclear factot kB (NK-kB) akan teraktivasi dan mengaktivasi

sejumlah gen (death colonologic gen) yang menyebabkan toksisitas mukosa.

Selain itu NK-kB juga akan mengaktivasi sitokin yang merupakan substansi pro-

inflamasi. Fase ini akan terjadi pada hari pertama atau kedua paska kemoterapi.

Fase ketiga yaitu signaling dan amplifikasi. Pada fase ini sitokin pro

infalamasi akan mengaktivasi zat aktivator inflamasi yaitu TNK-alfa, IL-1Beta

dan IL-6. TNK-alfa akan mengaktivasi agen yang menyebabkan cedera jaringan

seperti ceramide dan caspase. Signal ini selanjutnya akan semakin meningkatkan

produksi sitokin. Aktivasi ceramide dapat menjadi mekanisme sekunder terjadinya

kerusakan jaringan. Seluruh agen yang telah aktif akan menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

27

opotosis.poptosis atau kematian sel terjadi pada sel epitel maupun jaringan

submukosa. Inflamasi akan terus terjadi dan menyebabkan sel epitel dan

submukosa menjadi kemerahan, bengkak dan nyeri. Terjadi kerusakan atau

kematian sel epitel dan jaringan mukosa. Jaringan yang rusak akan memberikan

tanda eritema dan oedema. Fase ini akan berlangsungpada hari keempat dan

kelima paska kemoterapi

Fase ulserasi dan inflamasi yang ditandai dengan pembentukan lesi. Lesi

yang terbentuk menjadi tempat masuk mikroorganisme. Oleh karena itu, bakteri-

bakteri patogen seperti bakteri gram positif, negative dan bakteri anaerob dapat

masuk kedalam lesi. Dinding sel bakteri memproduksi suatu zat yang

mengaktivasi makrofag dan meningkatkan sitokin pro-infalamasi. Selanjutnya sel

yang mengalami inflamasi akan memproduksi enzim perusak jaringan. Sitokin

akan mengaktivasi mengaktivasi mediator kimia yang mengaktivasi simpul syaraf

bebas pembawa respon nyeri. Akan terjadi perubahan saliva yang memperberat

mukositis. Ulserasi yang terjadi mengakibatkan amplifikasi, infalamasi dan nyeri.

Pada fase ini sangat rentan mengalami bakterimia dan sepsis. Biasanya terjadi hari

keenam sampai hari kesebelas.

Fase penyembuhan dimulai setelah ada sinyal dari matrik ekstraseluler

yang menstimulasi proliferasi sel epitel baru. Fase ini biasanya terjadi saat

leokosit pasien mulai normal, yaitu pada hari ke-12 sampai hari ke-14 paska

kemoterapi. Setelah fase penyembuhan, mukosa oral akan kembali normal tetapi

lingkungan mukosa secara signifikan telah berubah. Angiogenesis terus berlanjut

setelah fase penyembuhan. pasien akan memiliki resiko untuk mengalami

mukositis berulang saat pasien mendapatkan kemoterapi berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

28

Gambar 2.3 Mukositis

Faktor –faktor yang Mempengaruhi Mukositis

Berat ringannya mukositis tiap sangat tergantung dengan kondisi pasien

masing-masing. Secara umum resiko terjadinya mukositis pada pasien

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah jenis keganasan,

umur, riwayat mukositis sebelumnya, dan jenis terapi yang diberikan, adanya

penyakit lain yang menyertai (AIDS, DM), status nutrisi, serta penggunaan

alkohol dan kebiasaan merokok (Cancer Care Stovia, 2008; Dodd, 2004 dalam

Nurhidayah, 2011). Pasien anak dan lansia lebih beresiko terjadi mukositis dari

pada orang dewasa. Pada anak sel-sel epitel pada membran mukosa lebih sensitif

mengalami toksisitas dan keganasan hematologi mengakibatkan mielosupresi

yang mempengaruhi terjadinya mukositis. Sedangkan pada lansia diketahui

mengalami penurunan pertumbuhan sel yang berkaitan dengan fungsi ginjal.

Jenis kanker yang mempengaruhi terjadinya mukositis, terutama jenis kanker

yang mengalami immune disfungsi dan netropenia, misalnya pada ALL, AML,

atau kanker yang sudah metastase kesum-sum tulang. (Eiler, 2004 ; Tomlinson &

Kline, 2010, dalam Nurhidayatun 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

29

Riwayat mukositis sebelumnya juga mempengaruhi resiko mukositis

berikutnya. Lesi yang ada sebelum kemoterapi akan diperburuk oleh kemoterapi.

Selain itu kebiasaan dalam menjaga kebersihan mulut dapat menyebabkan

terjadinya mukositis. Faktor lain meningkatkan resiko terjadinya mukositis yaitu :

status nutrisi. Pada asupan tinggi glukosa atau protein dan malnutrisi kekurangan

protein menyebabkan terjadinya peningkatan sakit gigi, dan mempunyai

kontribusi terjadinya dehidrasi yang menyebabkan iritasi dan penurunan

pertumbuhan sel-sel epitel mukosa. Selain itu pemberian kemoterapi juga dapat

menyebabkan mukositis. Terutama jenis kemoterapi yang bersifat toksik terhadap

mukosa mulut sehingga mengakibatkan mukositis, nyeri, xerostomia, infeksi pada

mukosa dan gigi, penurunan asupan makanan dan minuman, serta penurunan rasa.

Faktor yang mempengaruhi mukositis termasuk pasien dan terkait

pengobatan pasien yaitu gizi buruk, usia (anak-anak dan orang dewasa yang lebih

tua), neutropenia, kebersihan mulut yang buruk, faktor genetik, fungsi saliva

terganggu, penggunaan alkohol dan tembakau. faktor risiko pengobatan termasuk

agen kemoterapi tertentu, dosis kemoterapi dan jadwal kemoterapi (dosis tinggi

dan transplantasi sel induk), radiasi kombinasi dan kemoterapi, radiasi dan obat-

obatan secara bersamaan (Eilers, Harris, Henry, & Johnson, 2014)

Stadium Mukositis

Stadium mukositis merupakan panilaian tingkat keparahan dari mukositis.

Penilaian tingkatan keparahan di klasifikasikan menurut WHO (World Health

Organization), RTOG (Radiation Therapy Oncology Group), WCCNR (Western

Consortium For Cancer Nursing Research), dan NCI (National Cancer Institute).

Stadium mukositis terdiri dari stadium 0 sampai stadium 4 ( Sonis et al., 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

30

Menurut WHO (2004) stadium mukositis di nilai dari stadium 0 sampai

stadium 4 yaitu : stadium 0 tidak ada mukositis, stadium 1 terjadi ulser tetapi tidak

ada rasa sakit, stadium 2 terdapat ulser, eritema, dan rasa nyeri, tidak terjadi

kesulitan makan, stadium 3 ulserasi, mengalami kesulitan memakan makanan

padat; dan stadium 4 mengalami mukositis dan timbul gejala yang berat sehingga

perlu nutrisi enteral atau parenteral ( Scardina, Pisano, Messino, et al., 2010).

Penilaian stadium mukositis menurut RTOG yaitu dinilai dari stadium 1

sampai 4, dengan karakteristik stadium 1 terdapat ulserasi pada mukosa, stadium 2

luas lesi <1,5 cm dan tidak berdekatan. Stadium 3 luas lesi> 1,5 cm dengan jarak

berdekatan, dan stadium 4 telah terjadi nekrosis jaringan, ulserasi yang dalam, dan

terjadi perdarahan ( Troti et al., 2000) sedangkan stadium mukositis menurut

WCCNR dinilai dari stadium 1 sampai 3, stadium 1 terdapat lesi 1-4 buah warna

agak merah dapat disertai perdarahan atau tidak, stadium 2 jumlah lesi >4 warna

merah disertai perdarahan spontan, stadium 3 lesi melebar dan warna sangat

merah dan disertai perdarahan spontan ( Sonis et al. 2004)

Derajat mukositis berdasarkan National Institude Cancer stadium

mukositis dinilai dari stadium 1 sampai 4. Stadium 1 terdapat ulkus, eritema, dan

ada nyeri ringan. Stadium 2 terdapat eritema, edema, terdapat ulkus yang

menimbulkan rasa nyeri, dan masih mampu untuk makan. Stadium 3 tanda gejala

stadium 2 ditambah dengan ketidakmampuan untuk makan, dan stadium 4 gejala

stadium 3 dan memerlukan nutrisi enteral atau parenteral ( Scardina, et al.,2010)

Dampak Mukositis

Mukositis dapat menimbulkan berbagai dampak seperti rasa nyeri disekitar

mulut, perdarahan, ulserasi, rasa ketidaknyamanan, dan penurunan saliva. Selain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

31

itu mukositis juga menyebabkan sulit makan, memperberat anoreksia. Keadaan

sulit makan akan mempengaruhi asupan nutrisi yang berakibat penurnan berat

badan, mempengaruhi kebutuhan energi. Mukositis ini juga dapat mengakibatkan

kesulitan berbiacara (Eiler, 2011). Ketika peradangan berlangsung untuk

gangguan dalam membran mukosa pelindung, mikro-organisme biasanya masuk

dalam rongga mulut dan seluruh saluran pencernaan dapat memasuki aliran darah

dan menyebabkan infeksi berpotensi mengancam nyawa yang membutuhkan

intervensi strategis. Selain risiko infeksi, mukositis menyebabkan rasa sakit,

membatasi asupan oral, dan memberikan kontribusi untuk malnutrisi, gangguan

pengobatan, dan peningkatan rawat inap. Kenaikan biaya mukositis karena lama

rawatan, tetapi biaya lebih dari dua kali lipat ketika mukositis parah (Carlotto,

Hogsett, Maiorini, Razulis, & Sonis, 2013 dalam Eiler, et al, 2014). Terjadi

ulserasi menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang mengakibatkan infeksi,

pada keadaan infeksi terapi kanker dapat menunda terapi yang harus diberikan

pada pasien kanker sehingga akan memperlama masa perawatan yang akhirnya

meningkatkan biaya perawatan, mempengaruhi kualitas hidup dan meningkatkan

mortalitas pasien kanker.

Pasien dengan perubahan membran mengalami rasa sakit dan perubahan

fungsi termasuk kesulitan berbicara dan menelan. Akibatnya, pasien fokus pada

gejala-gejala yang mempengaruhi kualitas hidup daripada risiko infeksi yang

mengancam jiwa. Perlu diperhatikan oleh profesional kesehatan dengan

mempersingkat masa rawat inap dan mengurangi biaya terutama terkait dengan

manajemen farmakologis dan meningkatkan kemampuan dan mempertahankan

nutrisi oral sehingga tercapai hasil yang diharapkan dengan meningkatkan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

32

mencegah kerusakan membran, menjaga kemampuan untuk makan, dan

mengobati atau mencegah rasa sakit (Eilers, Harris, Henry, & Johnson, 2014)

Penatalaksanaan Mukositis

Mukositis harus ditangani sesegera mungkin menghindari terjadinya

komplikasi lebih lanjut. Intervensi yang diberikan untuk mencegah dan

menurunkan mukositis dengan cara meningkatkan kesadaran pasien kanker

menjaga kebersihan mulut dengan melakukan perawatan mulut atau oral care

(Eiler, 2011). Berdasarkan evidence based Intervensi efektif yang

direkomendasikan hanya melaksanakan protokol perawatan mulut. Namun, terapi

tambahan adalah cryotherapy, terapi laser tingkat rendah, protokol perawatan

mulut, Pelifermin, dan sodium bicarbonate mouth rinses (Eilers, Harris, Henry, &

Johnson, 2014). Beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani

mukositis akibat kemoterapi atau radioterapi adalah oral care, mouth rinses,

cryotherapy, pelindung mukosa, agen anti septic, agen anti inflamasi, agen

topical, cytokine-likeagents dan growth factors.

1. Oral Care Protokol, perawatan mulut untuk menjaga kebersihan mulut untuk

mengurangi mikroflora, nyeri dan perdarahan sehingga meminimalkan efek

kemoterapi mukositis.

2. Agen Kumur (mouth rinses), agen yang digunakan mencegah mukositis. Agen

kumur memiliki sifat membersihkan mulut yang tidak menyebabkan iritasi,

dan tidak membuat mulut kering. Agen kumur yang tidak menyebabkan iritasi

mekanik adalah normal saline dan sodium bikarbonat (Tomlinson & Kline,

2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

33

3. Cryotherapy, dengan memberikan kepingan es batu pada saat sebelum,

selama, dan setelah dilakukan kemoterapi yang dapat menyebabkan

vasokontriksi pada sel epitel sehingga meminimalkan masuknya obat kedalam

sel. Tindakan ini masih diperdebatkan karena dapat mengakibatkan

vasokontriksi pembuluh darah yang berlebihan.

4. Pelindung mukosa, memiliki efek proteksi yang diharapkan dapat

meningkatkan proses penyembuhan dan regenerasi sel. Agen pelindung

mukosa hanya memiliki efek minimal dalam mengurangi mukositis.

5. Agen anti septik, memiliki sifat membunuh mikroorganisme seperti

clorhexidine, hydrogen perokside dan iodine povidone. Chlorhexidine tidak

efektif jika dibandingkan normal salin dan sebaiknya tidak digunakan dalam

jangka waktu lama. Hydrogen perokside harus diberikan hati-hati karena jika

konsentrasinya berlebihan akan dapat merusak granulasi dan mengganggu

flora normal mulut. Sedangkan povidone iodine yang penggunaannya terbatas

karena akan merusak granulasi jaringan baru, menyebabkan iritasi dan tidak

boleh tertelan.

6. Agen anti inflamasi, seperti kamilosan liquid, chamomile dan kortikosteroid

oral.

7. Agen topical diberikan untuk melindungi mukosa secara topical seperti

lidocaine, capsaine dengan tujuan mengurangi nyeri, meningkatkan ambang

batas nyeri dan mereepitelisasi mukosa.

8. Agen cytokne-line dan Growth factor (GF), berfungsi sebagai anti toksisitas

yang dapat menghambat respon mukosa, meningkatkan keratinosit dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

34

pertumbuhan fibroblast. GF juga memfasilitasi proliferasi dan differensiasi

neutofil dan magrofag, membantu regenerasi serta proses penyembuhan.

Instrumen untuk Mengkaji Mukositis

Dalam menemukan terjadinya mukositis dan stadium perlu dilakukan

penilaian mulut untuk mengkaji mukositis. Penilaian kondisi mulut yang efektif

sebaiknya dilakukan setiap hari atau dua kali sehari ( Garcia & Caple, 2011).

Oral Exam Guide (OEG)

Pengkajian mulut menggunakan OEG ini yang dinilai meliputi

inspeksi/observasi, persepsi pasien, dan kondisi fisik , inspeksi/ obseravasi

dilakukan oleh klinisi meliputi : bibir ( tekstur, warna, kelembapan), membran

mukodsa palatum, uvula dan tonsil (warna dan kelembapan), gusi ( warna dan

kelembapan), gigi ( kebersihan, keutuhan), saliva, suara, kemampuan menelan.

Setriap aspek dinilai dengan skala nominal 1 sampai 4, 1 apabila normal/tidak ada

masalah, dengan peningkatan perubahan atau masalah, skala yang paling tinggi

adalah 3 (Tomlinson & Kline, 2010, dalam Nurhidayatun 2012).

Oral Assessment Guide (OAG)

Pengkajian mulut menggunakan OAG dilakukan melalui pengkajian klinis

meliputi suara, menelan, boibir, lidah, saliva, membran mukosa, gusi, dan gigi.

Setiap aspek dinilai dengan skor 1 sampai 3, skor 1 apabila normal, skor 2 bila

terjadi perubahan fungsi tetapi tidak semua, atau kerusakan ringan, dan skor 3

apabila terjadi kerusakan dan hilangnya fungsi dari aspek tersebut. Skor tersebut

kemudian ditambahkan untuk menghasilkan skor mukositis antara 8-24. OAG

merupakan pengkajian yang sederhana karena membutuhkan waktu 3-4 menit

untuk melakukannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

35

Oral Mucosa Rating Scale ( OMRS)

Pada pengkajian menggunakan OMRS hal yang dikaji adalah tipe dan

perubahan mukosa mulut meliputi: atropi, eritema, ulserasi, pseudomembran,

hiperkeratin, lichenoid, dan edema, termasuk skala nyeri dan keringnya mukosa

mulut. Beberapa aspek dinilai dengan skor 0 sampai 3 dari yang normal sampai

yang berat. Sedangkan skala visual analog meliputi tidak terjadi kekeringan dan

kekeringan yang sangat berat, serta tidak ada nyeri dan rasa nyeri yang sangat

hebat (Tomlinson & Kline, 2010)

Oral Mucositis Index (OMI)

Pengkajian keadaan mulut pada OMI terdapat jenis yaitu yang pertama

terdiri dari 34 item, dan yang kedua terdiri dari 20 item. Pada 34 item yang

biasanya dilakukan oleh ahli gigi yang profesional meliputi : 11 item yang

menunjukkan atrofi ( bibir, mukosa bibir, mukosa pipi, dasar mulut, palatum, dan

lidah); 11 item ulser (bibir, mukosa bibir, mukosa pipi, dasar mulut, lidah); 10

item eritema ( bibir, mukosa bibir, mukosa pipi, dasar mulut, lidah).

Pengkajian menggunakan OMI juga meliputi 20 item dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang lainnya, yang terdiri dari rata-rata empat tipe perubahan

mukosa dalam sembilan area yaitu : atrofi (ujung lidah), edema (samping lidah),

eritema atas dan bawah mukosa bibir, eritema mukosa pipi kanan dan kiri, dasar

mulut, palatum, lidah,; ulserasi atau pseudomembran (atas dan bawah mukosa

bibir, kanan dan kiri mukosa pipi, dasar mulut, palatum, dan lidah). Atropi,

ulserasi, eritema, dan edema diberikan skor antara 0(tidak ada gejala) sampai 3

(gejala yang berat), dan kemudian skor dijumlahkan menjadi skor total (Eilers

&Eipten, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

36

Oral Mucositis Assessment Scale (OMAS)

Pengkajian menggunakan OMAS meliputi dua komponen yaitu

pengkajian klinis untuk menilai mukositis eritema, ulserasi/pseudomembran pada

bagian-bagian mulut) dan laporan pasien mengenai rasa nyeri dan kesulitan

menelan serta kemampuan makan. Pada eritema diberi skor 0 (tidak ada gejala)

sampai 2 (gejala berat), ulserasi diberikan skor 0 (tidak ada) sampai 3 (ulserasi>3

cm). Keluhan pasien diberikan dalam 100 mm skala visual analog, dengan skor

anatara 0 (tida ada masalah) sampai 100 (masalah yang berat). Kemampuan untuk

makan menggunakan skala kategori jenis makanan (Eilers &Eipten,2004).

Perawatan Mulut dengan Menggunakan Cairan Nacl 0,9%(Normal Saline)

Pengertian

Natrium Klorida 0,9% adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh,

karena alasan ini, tidak ada reaksi hipersensitivitas dari natrium klorida. Normal

saline aman digunakan untuk kondisi apapu (Kristianingrum, 2013). Natrium

klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Sel ini tidak akan

mempengaruhi sel darah merah. Natrium klorida tersedia dalam beberapa

konsentrasi, yang paling sering digunakan Natrium Klorida 0,9%.

Manfaat

Normal saline atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk

tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga

kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan.

Perawat menggunakan cairan normal salin untuk mempertahankan permukaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

37

luka agar tetap lembab sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan migrasi

jaringan epitel.

Konsep Cryotherapy Oral

Pengertian

Cryotherapy oral adalah terapi modalitas dengan menggunakan kepingan

es atau air es ke dalam mulut (Svanberg et al, 2010, Askarifar et al,2016).

Cryotherapy Oral merupakan terapi preventif yang paling efektif dalam

mengurangi mukositis yang merupakan efek dari pemberian infus intravena 5-

fluorouracil (5-FU), Edatrexate, dan Melphalan dengan dosis tinggi. Menurut

laporan dari pedoman ESMO working group, cryotherapy oral dilakukan selama

30 menit dalam pencegahan mukositis pada pasien yang menerima 5-FU dan 20-

30 menit yang menerima dosis edatrexate, dan dan pemberian melphalan dengan

dosis tinggi. Prosedurnya pasien mengisap kepingan es sebelum, selama, dan

setelah diberikan obat kemoterapi. (Haydari et al, 2012; Shehata, Soliman, 2015;

Perez et al, 2014)

Efek fisiologi cryotherapy oral

Cryoterapy oral mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah pada

selaput rongga mulut, sehingga mengurangi paparan agen kemoterapi terhadap

mukosa mulut. (Heydari et al, 2012; Svanberg et al, 2010, Askarifar et al,2016).

Cryotherapy oral efektif dalam pencegahan mukositis oral pada pasien

yang mendapat jenis kemoterapi obat yang memiliki waktu paruh pendek, seperti

bolus 5-FU, bolus edatrexate, dan melphalan dosis tinggi (Lalla 2008; Peterson

2013; Scully 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

38

Manfaat Cryotherapy Oral

Penggunaan kepingan es di mulut bertujuan untuk mendinginkan jaringan

dan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah ke daerah

mukosa mulut dan oleh karena itu juga membatasi jumlah obat kemoterapi

dikirim ke jaringan (Lalla, 2008; Peterson, 2013; Scully 2006).

Cryotherapy oral efektif dalam pencegahan mukositis pada pasien yang

mendapat kemoterapi dengan waktu paruh pendek, seperti bolus 5-FU, bolus

edatrexate, dan melphalan dosis tinggi (Lalla, 2008; Peterson, 2013; Scully,

2006). Bentuk es biasanya bulat untuk menghindari ujung atau sudut tajam yang

dapat menyebabkan iritasi pada pasien, dan juga agar mudah berpindah-pindah

didalam mulut (Karagözo lu, 2005). Keuntungan menggunakan cryotherapy oral

adalah ketersediaannya, efektivitas biaya, kemudahan administrasi, dan keamanan

(dalam hal kurangnya efek samping), dan dapat ditolerir dengan baik

oleh pasien (Peterson, 2013).

Indikasi Pemberian Cryotherapy Oral

Es adalah modalitas pilihan yang paling efektif pada pasien kanker yang

mengalami mukositis yang dikarenakan oleh efek dari pemberian kemoterapi.

Penggunaan es batu tersebut bertujuan untuk mendinginkan jaringan dan

mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah di daerah mukosa mulut, sehingga

membatasi jumlah obat kemoterapi sampai ke daerah mukosa mulut.

Kontraindikasi pemberian cryotherapy oral

Terapi es dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap flu (dapat

menyebabkan gatal-gatal dan nyeri sendi), fenomena Raynaud (menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

39

kejang arteri yang dapat mengakibatkan nekrosis iskemik), gangguan sirkulasi,

penyakit vaskular perifer, luka terbuka, dan infeksi lokal.

Beberapa kondisi yang tidak dapat diberikan terapi dingin menurut Arovah

(2010) yaitu raynaud`s syndrom, vasculiti, gangguan sensasi saraf misal

neuropathy akibat diabetes mellitus maupun leprosy, cryoglobulinemia,

paroxysmal cold hemoglobinuria.

Aplikasi Teori Konservasi Energi Pada Pasien Kanker yang Mengalami

Mukositis.

Cryotherapy Oral merupakan bagian dari tindakan mandiri perawat yang

berhubungan dengan intervensi untuk mengatasi mukositis pada pasien kanker

dengan kemoterapi. Intervensi ini terkait dengan teori keperwatan yaitu Teori

Konservasi “Levine’s Conservation Model” yang dikembangkan oleh Levine

(Tomey & Alligood, 2010).

Teori konservasi yang dikembangkan oleh Myra Levine (1967)

mengidentifikasi konsep penting dalam penggunaan konsep modelnya yaitu

adaptasi (adaptation), keutuhan (wholeness), dan konservasi (concervation).

Menurut Levine adaptasi adalah proses perubahan, proses dimana pasien

mempertahankan integritas dalam realitas lingkungan, dan kemampuan adaptasi

individu berbeda-beda menurut waktu (history), karakter individu (specifity), dan

tingkat kemampuan adaptasi (redundancy).

Konsep yang kedua menurut Levine adalah wholeness atau keutuhan yang

diartikan bahwa interaksi akan terjadi secara terus-menerus antara organisme

dengan lingkungannya, keutuhan menjadi ada ketika interaksi atau adaptasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

40

konstan. Wholeness dalam penelitian ini memandang manusia sebagai makhluk

yang utuh, pada keadaan mukositis terjadi ketidakutuhan anatomi mukosa mulut,

sehingga memerlukan intervensi untuk membuat mukosa mulut utuh kembali.

Sedangkan konservasi merupkan gambaran cara sistem individu secara kompleks

dalam melanjutkan fungsi pada saat berada dalam tantangan yang berat. Prinsip

konservasi tersebut yaitu konservasi energi, konservasi integhritas struktural,

konservasi integitas personal, dan konservasi integritas sosial. Konservasi

integritas struktural adalah memelihara dan memulihkan struktural tubuh yang

mengalami kerusakan, dan mencegah kerusakan fisik dan mempromosikan

penyembuhan.

Mukositis merupakan peradangan dan ulserasi dari mukosa mulut, yang

memerlukan perawatan mulut untuk memulihkan struktur mukosa mulut yang

mengalami peradangan, dan mempercepat proses penyembuhan. Implikasi praktek

keperawatan menurut model Levine meliputi tiga langkah untuk menuju

konservasi, yaitu Trophicognosis, intervensi dan evaluasi (Tomey & Alligood,

2010).

Trophicognosis merupakan metode dalam asuhan keperawatan yang

dilakukan menurut ilmu pengetahuan, dimana perawat melakukan observasi dan

mengumpulkan data yang akan mempengaruhi praktek keperwawatan. Aplikasi

trophicognosis dalam penelitian ini adalah melakukan pengkajian mulut dengan

menggunakan instrumen penilaian stadium mukositis menurut WHO.

Intervensi menurut model konservasi Levine yaitu perawatan

mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan, intervensi keperawatan

meliputi terapeutik, suportif, dan intervensi. Aplikasi pada penelitian ini adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

41

dengan menerapkan intervensi pada konservasi integritas struktural yang berupa

tindakan cryotherapy oral selama satu siklus (lima hari). Sedangkan evaluasi

menurut teori ini adalah perawat melakukan evaluasi tindakan yang sudah

dilakukan, dan aplikasi pada penelitian ini yaitu setelah dilakukan tindakan

cryotherapy oral dengan menggunakan es batu selama tindakan kemoterapi

berlangsung untuk satu siklus dilakukan evalusi kembali dengan menggunakan

instrumen penilaian derajat mukositis WHO.

Kerangka Teori Penelitian

Skema 2.1 Kerangka Penelitian

Sumber : Tomey & Allligood (2010), (Bagdanov, 2011), Cancer Care Nova

Stovia (2008), Evan & Flavin (2008).

Intervensi

Keperawatan

konservasi

integritas

Trophicognosis

melakukan

pengkajian

derajat

mukositis

Evaluasi :

Penilaian

stadium

mukositis

Pasien kanker

yang mendapatkan

kemoterapi

Efek samping

kemoterapi :

Mukositis

Cryotherapy oral

- Mengurangi paparan

obat kemoterapi ke

daerah mukosa mulut

Pencegahan mukositis

Faktor yang

mempengaruhi :

- Usia

- Status gizi

- Jenis kanker

- Jenis obat

Kemoterapi

Implikasi praktek

keperawatan menurut

model konservasi Levin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

42

Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep atau variabel

yang akan diteliti. Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi,

bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu

penelitian (Dharma, 2015).

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu

pencegahan Mukositis pada pasien kanker dengan kemoterapi dan variabel

independen adalah cryotherapy oral.

Kerangka konsep dalam penelitian ini mendeskripsikan bahwa pasien

kanker yang menjalani kemoterapi akan dilakukan intervensi cryotherapy oral.

Setelah dilakukan intervensi, diharapkan kejadian mukositis pada pasien kanker

yang mengikuti kemoterapi berkurang presentase kejadiannya atau tidak terjadi.

Berdasarkan uraian konsep diatas, maka dapat dibuat kerangka penelitian

sebagai berikut:

Cryotherapy oral Pencegahan Mukositis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

quasi-experiment dengan desain pre- post test with control group yaitu melibatkan

dua kelompok partisipan sebagai kelompok intervensi dan kelompok kontrol

(Polit & Beck, 2010). Kelompok intervensi dilakukan tindakan cryotherapy oral

dan kelompok kontrol dilakukan tindakan perawatan mulut dengan normal saline.

Kedua kelompok sama-sama dilakukan penilaian sebelum (pretest) dan sesudah

(posttest) dilakukan tindakan yaitu penilaian derajat mukositis.

Desain penelitian dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut

Pre-test Intervensi Post-test

Skema 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : Pengukuran derajat mukositis sebelum diberikan intervensi cryotherapy

oral ( terapi es batu) pada kelompok intervensi dan perawatan mulut dengan

menggunakan normal saline pada kelompok kontrol

X1 : diberikan intervensi cryotherapy oral pada kelompok Intervensi.

X2 : diberikan intervensi perawatan mulut dengan menggunakan normal saline

pada kelompok kontrol

O2 : Pengukuran derajat mukositis setelah diberikan intervensi cryotherapy oral

( terapi es batu) pada kelompok intervensi dan perawatan mulut dengan

normal saline pada kelompok kontrol

O1 X1

O1

O2

X2 O2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

44

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di ruangan kemoterapi Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan dengan alasan untuk memungkinkan untuk

mencapai jumlah responden yang dapat mewakili populasi.

Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 15 Januari-26 Maret 2019 dan

analisa data dilakukan bulan April 2019

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah seluruh subjek berdasarkan kriteria penelitian yang akan

diteliti (Polit & Beck, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien

kanker yang baru mengikuti pengobatan kemoterapi dan tidak mengalami

mukositis di ruangan Kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan. Rata –rata

pasien kanker yang baru mengikuti pengobatan kanker adalah 40 orang setiap

bulannya.

Sampel

Sampel adalah bagian atau elemen dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili karakteristik populasi tersebut (Polit & Beck, 2010).Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability

sampling atau sering disebut non random sample atau sampel bukan secara acak

(Dharma, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

45

Metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive

sampling. Metode ini adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan

dengan memilih semua individu yang ditemui dan emenuhi kriteria sampel sampai

jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2015). Dalam pengambilan

sampel diperlukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi untuk mengurangi risiko

terjadinya bias.

Sampel penelitian yang diambil adalah responden yang menjalani

kemoterapi rutin dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: 1) pasien berusia

dewasa dengan rentang usia 18-65 tahun, 2) pasien yang pertama mengikuti

pengobatan kemoterapi, 3) belum terjadi mukositis, 4) Tidak mengalami

sensitifitas terhadap es, 5) responden mau berpartisipasi dalam penelitian, 6)

responden sepenuhnya sadar dan mampu menjawab pertanyaan, 7) Dapat

berkomunikasi dengan baik, Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah: 1) pasien dengan keadaan tidak sadar atau lemah, 2) Meninggal sebelum

dilakukan tindakan cryotherapy oral atau tidak ikut dalam pertemuan berikutnya.

Jumlah sampel pada penelitian ini di tentukan berdasarkan rumus uji

hipotesis beda dua mean kelompok independen ( Lemeshow,et al, 1990).

Keterangan Rumus :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = Standar normal deviasi untuk α (dapat dilihat pada tabel distribusi Z)

Z1- β = Standar normal deviasi untuk β (dapat dilihat pada tabel distribusi Z)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

46

σ2 = Estimasi varians kedua kelompok berdasarkan literatur yang dihitung

dengan rumus : ½ (µ1 + µ2 )

µ1 = Nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur atau

berdasarkan pengalaman peneliti

µ2 = Nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literatur atau

berdasarkan pengalaman peneliti

µ1-µ2 = Beda mean yang dianggap bermakna secara klinik antara kedua

kelompok

Perhitungan besar sampel digunakan untuk menilai ketepatan penelitan.

Untuk perhitungan besar sampel, peneliti menggunakan penelitian yang dilakukan

oleh Askarifar, Lakdizaji, Ramzi, Rahmani, dan Jabbarzadeh (2016) tentang The

Effects of Oral Cryotherapy on Chemotherapy-Induced Oral Mucositis in Patients

Undergoing Autologous Transplantation of Blood Stem Cells: A Clinical Trial,

didapatkan nilai mean pada kelompok kontrol 2,54 dengan standar deviasi 0,87

dan nilai mean pada kelompok intevensi 1,81 dengan standar deviasi 0,8. Sebelum

menentukan besar sampel (n), harus ditentukan terlebih dahulu nilai varian kedua

kelompok (σ2) dari penelitian ini dengan menggunakan rumus :

σ2 = ½ ( µ1

2 +µ2

2)

= ½ ( 0,872

+0,832)

= ½ (0,7569 + 0,6889)

= 0,7229

Dari hasil diatas didapat bahwa nilai varian kedua kelompok (2) dari

penelitian ini adalah 0,7229 . Berdasarkan nilai varian kedua kelompok (2)

diatas maka dapat ditentukan besar sampel pada penelitian ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

47

n = 2 (0,7229)(1,96 + 0,842)2

( 2,54-1,81)2

n = 2 (0,7229)(1,96 + 0,842)2

( 2,54-1,81)2

n = 16,752

0,532

n = 31,58

n = 32

Besarnya jumlah sampel dalam penelitian adalah sebanyak 32 responden

dalam setiap group.

Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan.

Tahap persiapan

Tahapan persiapan pertama dimulai dari mempersiapkan instrumen untuk

pengumpulan data yaitu karakteristik responden, kuisioner penilaian mukositis

dengan instrumen Oral Assessment Guide (OAG). kuesioner data demografi dan

data medis yang mencakup inisial, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

status pernikahan, suku bangsa, penghasilan, diagnosa kanker, siklus kemoterapi,

jadwal kemoterapi.

Tahapan persiapan kedua yaitu prosedur administratif dengan mengajukan

surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada lembaga etik penelitian yaitu komisi

etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya, peneliti mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

48

Keperawatan untuk mengeluarkan surat permohonan ijin pengambilan data ke

Rumah Sakit tempat penelitian dilakukan. Apabila surat permohonan lulus uji etik

dan ijin pengambilan data dikeluarkan, peneliti akan mengajukan permohonan ijin

untuk melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUP H. Adam Malik Medan

melalui bagian pendidikan dan penelitian. Setelah surat ijin penelitian

dikeluarkan, selanjutnya peneliti meminta ijin kepada kepala ruangan kemoterapi

RSUP H. Adam Malik Medan serta menjelaskan tujuan dan membuat kontrak

kerja terhadap lamanya penelitian dilakukan.

Tahap selanjutnya peneliti mengidentifikasi sampel dalam rentang waktu 1

minggu. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi yang telah

ditetapkan peneliti sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti akan memperkenalkan

diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta prosedur intervensi juga meminta

kesediaan responden untuk berpartisipasi aktif mengikuti penelitian dengan cara

meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed concent)

yang telah disediakan. Pada lembar informed concent responden diminta untuk

mencantumkan alamat lengkap nomor telepon yang bisa dihubungi sebagai media

komunikasi dan kunjungan rumah.

Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan meliputi tiga tahapan

yaitu :

Pertemuan pre-test

Pada pertemuan pertama, peneliti mengidentifikasi responden berdasarkan

kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, peneliti membagi sampel

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, selanjutnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

49

menjelaskan tata cara proses penelitian yaitu untuk kelompok intervensi dilakukan

tindakan cryotherapy oral sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan tindakan

berkumur dengan normal saline.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

penilaian mukositis pada kelompok tindakan dan kelompok kontrol (pre test)

dengan menggunakan instrumen Oral Assessment Guide (OAG). Pengukuran

dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.

Tahap intervensi

Pada tahap pelaksanaan sampel dibagi atas dua kelompok yaitu pasien

untuk kelompok intervensi dan pasien untuk kelompok kontrol. Pada kelompok

intervensi dilakukan cryotherapy oral dimana pelaksanaannya, pasien

diinstruksikan untuk mengisap es batu dan sering memindahkan es batu didalam

mulut. Tindakan ini dilakukan lima menit sebelum kemoterapi dan lima menit

setelah pelaksanaan kemoterapi. Pemberian cryotherapy oral adalah 20-30 menit

(MASCC, 2007). Prosedur pelaksanaan cryotherapy oral dilakukan 5 menit

sebelum pemberian obat kemoterapi dimana waktu pemberian cryotherapy oral

selama 30 menit) dan diberikan istirahat 20 menit dilanjutkan kembali 30 menit

sampai lima menit setelah selesai kemoterapi (Askafiar, Lakdizaji, Ramzi,

Rahmani, & Jabbarzadeh, 2015). Pada kasus kelompok kontrol dilakukan

tindakan berkumur dengan menggunakan cairan normal saline sebanyak 30 - 50

cc. Prosedurnya pasien melakukan tindakan berkumur 30 menit sebelum

kemoterapi 60 detik/1 menit dan dilanjutkan setiap 4 jam selama tindakan

kemoterapi sampai selesainya kemoterapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

50

Tahap post -test

Setelah intervensi cryotherapy oral dilakukan selama satu silkus , maka

dilanjutkan dengan penilaian mukositis setelah hari ke-7 setelah selesai

kemoterapi dengan mengisi instrumen penilaian Oral Assessment Guide (OAG)

untuk menilai mukositis setelah tindakan. Tujuan diadakannya post-test ini adalah

untuk melihat hasil intervensi yang telah dilakukan sebelumnya (evaluasi) dan

dilanjutkan dengan mendokumentasikannya ke dalam bentuk tabulasi data.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

51

Tabel 3.1 Tahapan pelaksanaan penelitian

Tahapan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Pre

(Persiapan)

Menilai mukositis Menilai mukositis

Menjelaskan protokol cryotherapy

oral (es batu)

Menjelaskan protokol

perawatan mulut

menggunakan normal saline

Menyiapkan es batu Menyiapkan cairan normal

saline

Memasukkan es batu dalam termos

es

Memasukkan cairan normal

saline ke dalam botol

Intervensi

Membagikan es batu lima menit

sebelum dilakukan kemoterapi

Membagikan cairan normal

saline tiga puluh menit

sebelum dilakukan kemoterapi

Menjelaskan protokol cryotherapy

oral (es batu).

Menjelaskan protokol

perawatan mulut dengan

normal saline

Sebelum tindakan dilakukan,

responden membersihkan mulut

terlebih dahulu

Sebelum perawatan mulut,

responden membersihkan

mulut terlebih dahulu

Tindakan cryotherapy oral dilakukan

5 menit sebelum pemberian obat

kemoterapi dimana waktu

pemberian cryotherapy oral

selama 30 menit) dan diberikan

istirahat 20 menit dilanjutkan

kembali 30 menit sampai lima

menit setelah selesai kemoterapi

Berkumur normal saline

minimal tiga puluh menit

sebelum dilakukan

kemoterapi, dan selanjutnya

dilakukan setiap 4 jam selama

kemoterapi sampai selesai

kemoterapi.

Mengobservasi tindakan

cryotherapy oral (es batu)

menggunakan lembar observasi. bila

pasien melakukan tindakan sesuai

dengan protokol di beri tanda

cheklist (√) pada lembar observasi,

tetapi bila pasien tidak melakukan

sesuai dengan protokol di beri tanda

strip (-) pada lembar observasi.

Mengobservasi perawatan

mulut menggunakan cairan

normal saline menggunakan

lembar observasi. bila pasien

melakukan tindakan sesuai

dengan protokol di beri tanda

cheklist (√) pada lembar

observasi, tetapi bila pasien

tidak melakukan sesuai

dengan protokol di beri tanda

strip (-) pada lembar

observasi.

Post

(Evaluasi )

Menilai mukositis pada hari ke-7

setelah kemoterapi.

Menilai mukositis pada hari

ke-7 setelah kemoterapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

52

Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara &

alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Variabel

Independen

Cryotherapy

oral

Cryotherapy oral adalah

tindakan mengisap es batu

pada saat, selama dan

setelah kemoterapi.

Prosedur pelaksanaan

dilakukan 5 menit

sebelum pemberian

obat kemoterapi dimana

waktu pemberian

cryotherapy oral

selama 30 menit) dan

diberikan istirahat 20

menit dilanjutkan

kembali 30 menit

sampai 5 menit setelah

selesai kemoterapi

Observasi

protokol

cheklist

tindakan

cryothera

py oral

selama

satu

siklus

Variabel

Dependen

Mukositis

Mukositis adalah

peradangan yang terjadi

pada mukosa mulut yang

diakibatkan tindakan

kemoterapi. Penilaian

mukostis meliputi suara,

menelan, bibir, lidah,

saliva, membran mukosa,

gusi, dan gigi. Setiap

aspek dinilai dengan skor

1 sampai 3, skor 1 apabila

normal, skor 2 bila terjadi

perubahan fungsi tetapi

tidak semua atau

kerusakan ringan, dan

skor 3 apabia terjadi

kerusakan dan hilangnya

fungsi dari aspek tersebut.

Skor tersebut dijumlahkan

untuk menghasilkan skor

mukositis antara 8-24.

Penilaian mukositis

dilakukan sebelum

intervensi (P1) dan hari

ke-7 (P2) setelah

mendapatkan tindakan

cryotherapy oral.

Oral

Assessme

nt Guide

(OAG)

Tidak mukositis

pada skor

OAG<10, dan

mukositis pada

skor OAG ≥10

Rasio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

53

Metode Pengukuran

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Oral Assessment

Guide (OAG) untuk menilai mukositis dan lembar observasi dokumentasi

pelaksanaan cryotherapy oral. Oral Assessment Guide (OAG) adalah alat yang

digunakan untuk mengukur penilaian mukositis akibat kemoterapi. Pengkajian mulut

menggunakan OAG dilakukan melalui pengkajian klinis meliputi suara, menelan,

boibir, lidah, saliva, membran mukosa, gusi, dan gigi. Setiap aspek dinilai dengan

skor 1 sampai 3, skor 1 apabila normal, skor 2 bila terjadi perubahan fungsi tetapi

tidak semua, atau kerusakan ringan, dan skor 3 apabila terjadi kerusakan dan

hilangnya fungsi dari aspek tersebut. Skor tersebut kemudian ditambahkan untuk

menghasilkan skor mukositis antara 8-24. The Royal Children’s Hospital

Australia (2009) mengkategorikan penilaian OAG menjadi tiga kategori, yaitu

kategori 1 dengan skor OAG 8 dikategorikan normal, mukositis ringan-sedang

bila skor OAG 9-16 tergolong kategori 2, dan kategori 3 (mukositis berat) dengan

skor OAG berada pada rentang 17-24. Jumlah dikategorikan menjadi dua

kategori, yaitu tidak mukositis pada skor OAG<10, dan mukositis pada skor OAG

≥10 (Dodd et al.2000). Alasan penggunaan Oral Assessment Guide (OAG) pada

penelitian ini karena instrumen ini merupakan skala pengukuran derajat mukositis

yang umum digunakan untuk mengukur derajat mukositis serta mudah untuk

dilakukan atau dinilai.

Lembar observasi pelaksanaan tindakan cryotherapy oral adalah alat yang

digunakan untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan cryotherapy oral sesuai

dengan protokol yang sudah dibuat. Apabila melakukan tindakan sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

54

protokol di beri tanda cheklist (√) pada lembar observasi, tetapi apabila tidak

melakukan sesuai dengan protokol di beri tanda strip (-) pada lembar observasi.

Validitas Dan Reabilitas

Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang

penting yaitu pengujian validitas dan reliabilitas.

Uji validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan

instrumen atau sejauh mana sebuah instrumen mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur (Polit & Beck, 2012). Kuesioner yang digunakan untuk

mengukur derajat mukositis adalah kuesioner Oral Assessment Guide (OAG)

untuk menilai stadium mukositis. Pada penelitian ininvaliditas instrumen akan

diuji dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan

tingkat signifikansi 0.05. Pengukuran tiap item pernyataan dilakukan dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel,

maka pernyataan di tersebut valid, tetapi bila r hitung lebih kecil dari r tabel,

maka pernyataan tersebut tidak valid.

Uji validitas instrumen OAG direview oleh 3 orang expert yang terdiri dari

1 orang perawat senior di kepala bagian keperawatan rumah sakit Pirngadi

Medan, 1 orang perawat senior di unit kemoterapi rumah sakit Adam Malik, dan 1

orang dosen fakultas keperawatan universitas sumatera utara.

Penilaian masing-masing item pertanyaan dinyatakan dalam 4 poin skala,

yaitu = tidak relevan, 2= item perlu revisi banyak, 3 = item relevan tetapi perlu

sedikit revisi, dan 4 = item sudah relevan. Dari ke -8 pernyataan, tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

55

pertanyaan yang dibuang, namun ada perubahan di beberapa item pernyataan,

seperti a) pernyataan pada parameter Suara asli item pernyataan “ mendengarkan

suara responden dengan mengajak berbicara, ada/ tidaknya perubahan suara “

diubah menjadi “mendengarkan suara responden dengan cara mengajak

responden berbicara untuk mendengar ada/ tidaknya perubahan suara”. b)

pernyataan pada parameter kemampuan menelan, asli item pernyataan “minta

responden untuk menelan atau membeikan sedikit makanan/minuman dan

menganjurkan untuk menelan” diubah menjadi “ meminta responden untuk

menelan makanan/minuman. c) pernyataan pada parameter Bibir, asli pernyataan

“ Mengobservasi dan palpasi mukosa bibir. Diubah menjadi “ Mengobservasi

mukosa bibir, d) pernyataan pada parameter Saliva, asli item penyataan “

observasi konsistensi dan kuantitas saliva. Masukkan spatula diatas lidah dan

bagian bawah lidah responden” diubah menjadi “ Mengobservasi konsistensi dan

kuantitas saliva. Dengan cara meletakkan spatula diatas lidah dan bagian bawah

lidah responden”, dan d) pernyataan pada parameter Gigi, asli item pernyataan “

mengobservasi keadaan gigi responden” diubah menjadi “ mengobservasi

keadaan gigi responden”. Kuisioner OAG ini memiliki nilai CVI sebesar 0.89,

oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan dalam instrument

penelitian ini valid.

Uji reabilitas

Pelaksanaan pilot study uji reabilitas instrumen Oral Assasment Guide

(OAG) dilakukan di Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan. Pilot Study ini melibatkan

30 orang pasien kanker dengan kemoterapi yang mengalami mukositis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

56

Uji realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel/konstruk. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten dan stabil dari waktu ke

waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil sebuah

jawaban tentang tanggapan responden.

Pengukuran reabilitas instrument pada penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan nilai cronbach alpha dengan r tabel. Apabila cronbach alpha

lebih besar atau sama dengan 0.80, maka dapat dikatakan bahwa pernyataan

instrumen tersebut reliable untuk digunakan dalam penelitian.

Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :

Pengolahan data

Data yang telah terkumpul melalui lembar isian penelitian dan lembar

observasi diolah melalui lima tahapan pengolahan data yaitu:

Editing

Proses editing dilakukan setelah pengumpulan data dilakukan dengan

memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan dan relevansi format pengkajian

karakteristik responden dan lembar observasi sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Proses ini dilakukan selama berada dengan konsumen atau dilapangan sehingga

apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat dikonfirmasi

langsung kepada responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

57

Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasi data, memberikan

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data

yang telah diperiksa kelengkapannya.

Entry Data

Setelah data di tabulating maka langkah selanjutnya melakukan entry data

ke dalam komputer melalui program statistik. Adapun program statistik yang

digunakan pada penelitian ini adalah program SPSS.

Cleaning

Kegiatan selanjutnya adalah peneliti melakukan pemeriksaan kembali

terhadap data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

Analisis Data

Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk mendeskriptifkan

karakteristik responden dan karakteristik masing-masing variabel yang akan

diteliti. Variabel yang berbentuk kategorik jenis kelamin, pendidikan, status, suku,

pekerjaan, penghasilan, diagnosa kanker ditampilkan dalam bentuk proporsi.

Sementara pada variabel yang berbentuk numerik (seperti umur, siklus

kemoterapi, OAG) disajikan berupa nilai dalam bentuk frekuensi dan persentase.

Data usia dikategorikan menurut Hurlock (2001) yaitu 18-34 tahun (dewasa awal),

35-54 tahun (dewasa menengah), 55-64 tahun (dewasa akhir), dan >65 tahun

(lansia).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

58

Analisis bivariat

Analisis statistik bivariat digunakan dalam menggambarkan hubungan

diantara dua variabel (Polit & Beck, 2012). Sebelum dilakukan analisis bivariat

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas varians

tiap kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil olah uji normalitas didapatkan data

variabel penelitian tidak berdistribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa

data yang dihasilkan adalah termasuk non parametrik. Oleh karena itu, analisa

bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Wilcoxon

signed ranks test yang digunakan untuk mengukur nilai mukositis sebelum dan

sesudah perlakuan cryotherapy oral pada kelompok intervensi (within group).

Sedangkan untuk mengukur nilai mukositis antara kelompok intervensi dan

kontrol (between group) menggunakan uji non parametrik Mann Withney test

dengan kemaknaan p <0,05 dengan pengambilan keputusan sebagai berikut yaitu

apabila hasil analisa diperoleh nilai p> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima. Ini berarti ada pengaruh cryotherapy oral terhadap pencegahan

mukositis pada pasien kanker dengan kemoterapi.

Tabel 3.2. Hasil distribusi normalitas penelitian

Parameter

Kriteria Kelompok

Intervensi

Kelompok

Kontrol

Distribusi OAG OAG

Normal

Koefesien

varians <30%

3.6 3.6

Rasio

Skewness -2 s/d +2

7.06 7.06

Rasio

Kurtosis -2 s/d +2

8.65 8.65

Analisa

Shapiro-

Wilk

>0.05

0.000 0.000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

59

Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip

dasar etik penelitian yang meliputi beneficience, respect for human dignity dan

justice (Polit & Beck, 2012). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan

melalui perizinan dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

Asas manfaat (beneficience)

Salah satu prinsip etik yang paling mendasar adalah asas manfaat, dalam hal

ini peneliti harus meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat untuk

responden penelitian (Polit & Beck, 2012). Asas manfaat disini meliputi:

Bebas dari kerugian dan ketidaknyamanan

Peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah atau tidak menimbulkan

kerugian dan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis pasien (Polit & Beck,

2012). Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta

persetujuan (informed concent) pasien sebagai salah satu langkah peneliti untuk

mencegah terjadinya kerugian dan ketidaknyamanan pada pasien.

Bebas dari eksploitasi

Keterlibatan responden dalam penelitian ini harus mendapat jaminan bahwa

data atau informasi yang diberikan tidak akan menimbulkan kerugian bagi

responden di masa yang akan datang (Polit & Beck, 2012). Peneliti disini

menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan

kewajiban responden, sehingga responden merasa dirinya tidak dieksploitasi.

Selain itu, peneliti juga menjelaskan hak dan kewajiban peneliti untuk melindungi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

60

responden dan menggunakan data atau informasi yang diberikan responden hanya

untuk penelitian, sehingga responden merasa aman selama dilakukan penelitian.

Asas menghargai hak asasi manusia (respect for human dignity)

Hak untuk membuat keputusan (the right to self determination)

Responden merupakan individu yang memiliki otonomi untuk menentukan

aktivitas yang akan dilakukannya, dalam hal ini responden memiliki hak untuk

menentukan apakah dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa

khawatir akan mendapatkan sanksi atau tuntutan hukum (Polit & Beck, 2012).

Selama penelitian berlangsung, peneliti menghargai dan menerima semua

keputusan responden yang diberikan sehingga responden terlibat dalam penelitian

secara sukarela dan tanpa paksaan.

Hak untuk memperoleh informasi (the right to full disclosure)

Hak untuk membuat keputusan dan hak untuk mendapatkan informasi

merupakan dua faktor utama yang menjadi landasan dalam membuat informed

concent (Polit & Beck, 2012). Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menjelaskan

segala hal yang berkaitan dengan penelitian, setelah mendapatkan penjelasan,

responden diberikan kesempatan untuk bertanya dan memutuskan apakah bersedia

atau tidak bersedia untuk terlibat dalam penelitian.

Asas keadilan (justice)

Hak untuk mendapatkan tindakan yang adil (the right to fair treatment)

Prinsip memperlakukan secara adil berkaitan dalam memilih responden

berdasarkan kriteria sampel bukan berdasarkan maksud atau posisi tertentu (Polit

& Beck, 2012). Selain itu peneliti harus memperlakukan semua responden tanpa

adanya diskriminasi sehingga peneliti harus menghargai perbedaan baik dalam hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

61

keyakinan, budaya, dan sosial ekonomi responden (Polit & Beck, 2012). Saat

penelitian berlangsung, peneliti berupaya memahami perbedaan latar belakang

setiap responden, sehingga peneliti dapat menghargai perbedaan tersebut, namun

tetap berlaku adil dalam memperlakukan setiap responden sesuai dengan tujuan

dan prosedur penelitian.

Hak untuk mendapatkan privasi (The right to privacy)

Responden memiliki hak untuk mengajukan permintaan mengenai data atau

informasi yang berkaitan dengan dirinya untuk dijaga kerahasiaannya (Polit &

Beck, 2012). Oleh karena itu untuk menjaga kerahasiaan responden maka

responden tidak perlu mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan data

(anomimity). Semua data dan informasi yang diberikan disimpan dan dijaga

kerahasiaannya serta hanya untuk kepentingan penelitian saja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

62

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 Januari 2019 sampai dengan 26

Maret 2019 di ruangan kemoterapi RSUP Haji Medan. Penelitian ini memaparkan

tentang pengaruh cryotherapy oral terhadap pencegahan mukositis pada pasien

kanker dengan kemoterapi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah

analisa univariat dan analisa bivariat.

Analisa univariat menggunakan satatistik deskriftif untuk mengidentifikasi

kriteria responden melalui distribusi frekuensi dan persentase data yang meliputi

data demografi ( umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,

suku, penghasilan, riwayat mukositis, diagnosa kanker, dan siklus kemoterapi),

data derajat mukositis sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan

kontrol dan data derajat mukositis setelah dilakuakan intervensi.

Analisis bivariat menggunakan 2 uji yaitu uji statistik Wilcoxon dan Mann

Witney. Uji statistik Wilcoxon dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan derajat

mukositis sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi

dan konrol. Uji statistik Mann Witney untuk mengidentifikasi perbedaan derajat

mukositis antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Karakteristik Responden Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di

RSUP Haji Adam Malik Medan.

Rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 44.00 ± 5.067 pada

kelompok intervensi dan 44.13 ± 4.784 pada kelompok kontrol. Berdasarkan

pengelompokan umur, responden berada pada rentang usia 35- 54 tahun yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

63

71.9% pada kelompok intervensi dan 96.9 % kelompok kontrol. Berdasarkan jenis

kelamin, responden penelitian ini didominasi o leh laki-laki, yaitu sebanyak

68.8% pada kelompok intervensi dan 68.2% pada kelompok kontrol. Berdasarkan

latar belakang pendidikan, responden tamatan SMA sebanyak 71.9% pada

kelompok intervensi dan 7% % pada kelompok kontrol. Terdapat 81.3%

responden bekerja sebagai wiraswasta pada kelompok intervensi dan 81,5% pada

kelompok kontrol.

Berdasarkan status pernikahan, sebanyak 90.6% berstatus menikah pada

kelompok intervensi dan 87.5% pada kelompok kontrol. Suku terbanyak dalam

penelitian ini berasal dari suku batak yaitu sebanyak 75.0% pada kelompok

intervensi dan 71.9% pada kelompok kontrol. Untuk siklus kemoterapi mayoritas

siklus pertama sebanyak 71.9% pada kelompok intervensi dan 58.3 % pada

kelompok kontrol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

64

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian

No

. Data

Kelompok

Intervensi

(n = 32)

Kelompok

Kontrol

(n = 32)

f % f %

1 Usia

Mean:

44.00

SD :

5.607

Mean:

44.13

SD:

.784

18-34 Tahun 4 12.5 1 3.1

35-54 Tahun 23 71.9 31 96.9

55-64 Tahun 5 15.6 0 0

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 22 68.8 24 75.0

Perempuan 10 31.3 8 25.0

3 Pendidikan

SMP 1 3.1 5 15.6

SMA 23 71.9 24 75.0

PT (Diploma/Sarjana) 1 25.0 3 9.4

4 Pekerjaan

PNS 1 3.1 0 0

Wiraswasta 26 81.3 26 81.5

IRT 2 6.3 5 15.6

Tidak Bekerja 3 9.4 1 3.1

5 Status Pernikahan

Menikah 29 90.6 28 87.5

Janda/Duda 3 9.4 4 12.5

6 Suku

Batak 24 75.0 23 71.9

Jawa 4 12.5 6 18.8

Aceh 1 3.1 0 0

Melayu 3 9.4 3 9.4

7 Penghasilan

<1 juta /bulan 29 90.6 29 90.6

>1-2 juta/bulan 1 3.1 ` 1 3.1

>2 juta/bulan 2 6.3 2 6.3

8 Diagnosa Kanker

Kanker Rekti 7 21.9 4 12.5

Kanker Tonsil 1 3.1 1 3.1

Kanker Cerviks 5 15.6 5 15.6

NPC 12 37.5 15 46.9

Kanker Laring 2 6.3 1 3.1

Kanker Penis 2 6.3 1 3.1

Kanker Colon 2 6.3 1 3.1

Kanker PARU 1 3.1 4 12.5

9 Siklus Kemoterapi

Siklus 1 23 78.1 18 56.3

Siklus 2 4 6.3 7 21.9

Siklus 3 5 15.6 7 21.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

65

Perbedaan Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah Kelompok Intervensi dan

Kontrol Pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi RSUP Haji Adam

Malik Medan.

Mukositis adalah efek samping yang dilaporkan pasien sebagai salah

ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi

dan pasien melaporkan mukositis terjadi setelah pemberian obat kemoterapi dan

berkembang dalam 3 sampai tujuh hari setelah kemoterapi. Pengukuran nilai

mukositis yang digunakan pada penelitian ini OAG (Oral Asssessment Guide)

(Eilers, Berger, & Petersen, 1988), World Health Organization’s Mucositis Oral,

dan National Cancer Institute Common Toxicity Criteria (NCI-CTC, 1998).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai mukositis pada kelompok intervensi

sebelum perlakuan memiliki nilai OAG <10 32 responden dan setelah intervensi

29 responden dengan nilai OAG <10 dan 3 responden dengan nilai OAG ≥10.

Nilai OAG semua responden pada kelompok kontrol sebelum perlakuan <10 dan

pada setelah perlakuan 12 responden dengan nilai OAG <12 dan 18 responden

dengan nilai OAG ≥10.

Tabel 4.2. Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi

Variabel Pre Post

Tidak

Mukositis

Mukositis Tidak

Mukositis

Mukositis

f % f % f % f %

Kelompok

Intervensi

32 100 0 0 29 88.6 3 9.3

Kelompok

Kontrol

32 100 0 0 12 37.3 18 63,9

,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

66

Perbedaan Nilai Mukositis Sebelum dan Sesudah Tindakan pada Kelompok

Intervensi dan kelompok Kontrol Pada Pasien Kanker yang Menjalani

Kemoterapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai mukositis

antara sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan Cryotherapy oral yang diukur

dengan OAG setelah diuji secara statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank

Test dengan nilai mean rank 4.50 dan p-value = 0.008 (p<0.05). dan pada

kelompok kontrol nilai mean rank 12.06 dengan nilai p-value= 0.003 (p<0.05).

Tabel 4.4. Perbedaan Nilai Mukositis Setelah Tindakan Pada Kelompok Intervensi

dan Kontrol

Variabel Kelompok Intervensi

(N=32)

Kelompok Kontrol

(N=32)

Nilai

(OAG)

Mean Rank Z p-value Mean Rank Z p-value

4.50 -2.640 0.008 12.06 -4.238 0.000

Perbedaan Nilai Mukositis Setelah Tindakan Pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Pasien Kanker Dengan Kemoterapi di RSUP Haji Adam

Malik Medan.

Penelitian ini menggunakan analisa bivariat yaitu uji statistik Mann Witney

untuk mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan nilai mukositis antara kelompok

intervensi setelah dilakukan intervensi cryotherapy oral dengan kelompok

kontrol.

Pada tabel 4.5 hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney U-Test,

diperoleh nilai p = 0.003 (p < 0,05), dengan demikian disimpulkan terdapat

perbedaan nilai mukositis antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

67

Tabel 4.5. Perbedaan Nilai Mukositis Setelah Tindakan pada Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol Berdasarkan uji Mann-Whitney U Test

Variabel Median

(Minimal-Maksimal)

Nilai Z p value

Nilai mukositis(OAG)

9.00

(8-14)

-3,007 0.003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

68

BAB 5

PEMBAHASAN

Derajat Mukositis Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi.

Penilaian mukositis dilakukan sebelum melakukan tindakan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan instrumen Oral

Assessment Guide (OAG). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 100%

responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak mengalami

mukositis (Tabel 4.2).

Mengacu kepada usia responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata usia kelompok intervensi dan kontrol 36 – 45 tahun sebanyak 15

responden dari 32 responden. Berat ringannya mukositis tiap pasien sangat

tergantung pada kondisi pasien masing-masing. Secara umum resiko terjadinya

mukositis pada pasien pasca kemoterapi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor tersebut adalah jenis keganasan, umur, riwayat mukositis sebelumnya, jenis

terapi yang diberikan, adanya penyakit lain yang menyertai AIDS, DM), status

nutrisi serta penggunaan alkohol dan kebiasaan merokok (Cancer Care Nova

Stovia [CCNS], 2004).

Penelitan ini sesuai dengan Galuh (2017) yang menunjukkan kelompok

usia pasien kanker payudara dengan frekuensi tertinggi berusia 41-50 tahun yaitu

14 orang (37,9%). Pasien kanker payudara yang mengalami mukositis oral yaitu 8

orang (21,6%) dimana 7 orang (87,5%) mengalami mukositis oral derajat 1, dan 1

orang (12,5%) mengalami mukositis oral derajat 2. Berdasarkan peneitian Trotti et

al (2012) menyatakan bahwa mukositis adalah toksisitas berat yang sering terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

69

pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani kemoterapi sehingga dapat

menyebabkan pasien membutuhkan rawat inap untuk dilakukan perawatan.

Naidu et al (2004) menunjukan bahwa insidensi dan keparahan mukositis

oral berkaitan dengan berbagai faktor risiko yaitu yang berhubungan dengan

pasien (usia, jenis kelamin, kesehatan dan kebersihan mulut, faktor genetik,

penurunan produksi saliva, status nutrisi yang buruk, fungsi ginjal dan fungsi

hepatik, penyakit diabetes, infeksi Human Imunnodeficiency Virus, konsumsi

alkohol, merokok, kelainan patologi oral atau vaskular sebelumnya, tipe kanker,

disfungsi imun dan jumlah neutrofil, defek enzim metabolisme tertentu, kelainan

pernafasan, gigi yang tajam); dan faktor risiko yang berhubungan dengan terapi

kanker itu sendiri (agen kemoterapi atau bioterapi, transplantasi sel stem sumsum

tulang dan darah, daerah radiasi dan fraksionasi, frekuensi dan dosis radiasi,

volume jaringan yang diradiasi, medikasi lain (opioid, antidepresan, antihistamin,

diuretik, sedatif, dan terapi oksigen)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Barasch dan Peterson (2003) dalam

Gupta (2013), didapatkan kesimpulan bahwa usia mempengaruhi terjadinya

mukositis oral, terutama pada usia lanjut akibat ketidakefektifan perbaikan DNA,

sehingga perbaikan jaringan menjadi lebih lama. Pasien yang lebih muda

cenderung mengembangkan mukositis oral lebih sering daripada pasien yang lebih

tua. Hal ini tampaknya disebabkan oleh laju pergantian sel basal yang lebih cepat

pada anak-anak. Namun, penyembuhan mukositis oral juga lebih cepat pada

kelompok usia yang lebih muda (Eilers,2004).

Hasil karaktristik responden (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa responden

laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan baik dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

70

kelompok intervensi maupun kontrol. Berdasarkan hasil ini didapat di

interpretasikan bahwa penderita kanker terbanyak adalah laki-laki dan yang sering

mengalami mukositis juga adalah pasien laki-laki.

Wanita mempunyai risiko lebih besar terjadinya mukositis oral yang parah

dibanding pria,(Trotti et al,2003), tetapi literatur lain menyatakan bahwa gender

bukan merupakan faktor risiko karena tidak ada perbedaan antara pria dan wanita

terhadap terjadinya mukositis oral yang parah.(Lalla et al, 2013). Peneliti lain

melaporkan bahwa pada wanita terjadi mukositis oral yang lebih parah dan lebih

sering daripada pria, terutama jika menjalani kemoterapi dengan 5-FU, oleh

karena itu diduga jenis kelamin perempuan dapat dimasukkan ke dalam salah satu

faktor risiko mukositis oral (Cawley & Benson, 2005; Panghal,Kausal,Kadayan,

& Yadav, 2012).

Penelitian Avritscher, Cooksley & Elting (2004) menyebutkan bahwa

wanita mempunyai risiko lebih besar terjadinya mukositis oral yang parah

dibanding pria, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Vokurka, 2005

menunjukkan Angka kejadian mukositis pada perempuan 60%, sedangkan pada

laki-laki 40%. Menurut Mayo Clinic and Mayo Foundation melaporkan bahwa

pada wanita terjadi mukositis oral yang lebih parah dan lebih sering daripada pria,

terutama jika menjalani kemoterapi dengan 5-FU, oleh karena itu diduga jenis

kelamin perempuan dapat dimasukkan ke dalam salah satu faktor risiko mukositis

oral.

Samuel et al. (2005) dalam penelitiannya menunjukkan mukositis

merupakan permasalahan yang sering dialami pada pasien perempuan. Keefe,

Dorothy (2016) jenis kelamin (perempuan tampaknya lebih mungkin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

71

mengembangkan mucositis daripada laki-laki). berbeda dengan literatur lain

menyatakan bahwa gender bukan merupakan faktor risiko karena tidak ada

perbedaan antara pria dan wanita terhadap terjadinya mukositis oral yang parah

(Oncology Nursing Society. 2006 & Luo, Hong, Guo, Deng & Mo., 2005).

Berdasarkan data siklus kemoterapi pada pasien yang menjalani

pengobatan kemoterapi menunjukkan siklus pertama pada kelompok intervensi

78.1% dan 56.3% pada kelompok kontrol. Pada pasien yang sudah mengikuti

pengobatan kemoterapi sebelumnya semuanya mengalami mukositis. Terkait

dengan faktor risiko yang berhubungan dengan terapi yang diperoleh, mukositis

oral dipengaruhi oleh agen kemoterapi, dosis kemoterapi, intensitas pengulangan

terapi. Agen kemoterapi yang paling sering terkait dengan mukositis adalah

antimetabolit yang meliputi etoposide, 5FU, dan methotrexate (Cawley & Benson,

2005). Obat ini sangat sering diberikan pada pasien kanker darah dan nasofaring

Penyebab terjadinya mukositis oral adalah terdapatnya bakteri, virus, atau

jamur di dalam mulut. Pasien yang mempunyai riwayat pernah mengalami

mukositis oral sebelumnya juga akan lebih rentan untuk mengalami mukositis oral

lagi, karena meskipun secara klinis mukosa mulutnya telah terbentuk kembali,

mukosa ini telah berubah secara permanen dengan adanya sisa angiogenesis,

kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya mukositis ulang pada pasien (Napenas

dkk, 2007).

Penelitian ini sejalan dengan literatur sebelumnya yang menyatakan bahwa

mukositis dapat terjadi pada sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi

dapat terjadi pada 45-80% (Cancer Care Nova Stovia . 2008). Riwayat mukositis

sebelumnya juga mempengaruhi resiko mukositis berikutnya. Lesi yang ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

72

sebelum kemoterapi akan diperburuk oleh kemoterapi. Selain itu kebiasaan dalam

menjaga kebersihan mulut berkontibusi terhadap terjadinya mukositis.(Cancer

Care Nova Stovia, 2008).

Pasien yang menerima kemoterapi maka lapisan mukosa dalam tubuhnya

akan terganggu, demikian pula dengan mukosa oral (Gipsland Oncology Nurses

Group, 2007). Semakin sering pasien menerima kemoterapi, semakin mukosa oral

akan mengalami pengikisan, sehingga semakin tipis. Mukosa mulut sendiri

merupakan salah satu sistem pertahanan mulut (Keshav, 2004). Apabila mukosa

terganggu maka akan sangat rentan terkena infeksi, sehingga jika terdapat bakteri,

virus, atau jamur meskipun dalam jumlah yang sedikit maka kemungkinan untuk

terjadinya infeksi sangatlah besar (Pavlatos et al., 2008).

Menurut Eilers (2004), mukositis menyebabkan berbagai gangguan,

diantaranya adalah gangguan fisiologis dan gangguan fungsional. Gangguan

fisiologis antara lain terjadinya lesi, ulserasi, inflamasi berlebihan, nyeri dan

infeksi. Lesi dan ulserasi akibat mukositis dapat menjadi predisposisi terjadinya

infeksi bakteri, jamur dan virus. Hal ini mengancam kehidupan anak karena dapat

menjadi infeksi yang sistemik. Sementara gangguan fungsional akibat mukositis

adalah kesulitan menguyah, menelan dan berbicara.

Hasil penelitian Karel, dkk (2013) di Manado tentang gambaran

komplikasi oral pada pasien yang menjalani kemoterapi di badan layanan umum

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dimana angka kejadian mukositis oral

yang terjadi pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi yaitu

sebanyak 20 orang (61%) dari 33 orang pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

73

Perbedaan Derajat Mukositis Sebelum dan Sesudah Intervensi Cryotherapy

Oral Pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi.

Pengukuran nilai mukositis Setelah dilakukannya tindakan cryotherapy

oral pada kelompok intervensi. Hasil pengukuran nilai mukositis dengan OAG

setelah melakukan tindakan cryotherapy oral pada kelompok intervensi

menunjukkan sebelum perlakuan memiliki nilai OAG <10 32 responden dan

setelah intervensi 29 responden dengan nilai OAG <10 dan 3 responden dengan

nilai OAG ≥10. Nilai OAG semua responden pada kelompok kontrol sebelum

perlakuan <10 dan pada setelah perlakuan 12 responden dengan nilai OAG <12

dan 18 responden dengan nilai OAG ≥10.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak

mengalami mukositis lebih banyak pada kelompok intervensi dibandingkan

kelompok kontrol. Ini disebabkan karena responden pada kelompok intervensi

menjalankan perlakuan cryoterapy oral yang telah dirancang peneliti dalam

kehidupan mereka selama tindakan kemoterapi.Dari hasil penelitian dapat terlihat

bahwa tindakan cryotherapy oral pada kelompok intervensi lebih efektif untuk

mencegah mukositis.. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tindakan Cryotherapy

Oral dapat mencegah mukositis pada pasien kanker dengan kemoterapi.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Katrancı, Ovayolu, Ovayolu & Sevinc

(2011) bahwa cryotherapy oral mempengaruhi dalam perlindungan terhadap

kesehatan mulut dengan mengurangi skor mukositis sesuai dengan skala

mukositis WHO, terutama pada hari ke 7 dan 14. Mukositis oral adalah efek

samping umum yang disebabkan oleh perawatan kanker dan dapat menyebabkan

toksisitas mukosa. Pasien dengan mukositis oral mengalami rasa sakit yang hebat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

74

dan tidak dapat makan, minum dan berbicara dan, akibatnya, kualitas hidup

mereka terganggu. Tiga puluh hingga delapan puluh lima persen pasien yang

menjalani kemoterapi akan mengalami mukositis oral. Mencegah atau mengurangi

kejadian mukositis oral dan tingkat keparahannya dapat membantu mengurangi

rasa sakit yang dialami pasien. cryotherapy oral, merupakan intervensi

profilaksis. untuk mengurangi kejadian dan keparahan mucositis oral yang

diinduksi dengan kemoterapi (Pokfulam, 2012).

Mukositis biasanya berkembang dalam tiga sampai tujuh hari setelah

kemoterapi dan membaik sekitar dua samapi tiga minggu (Barrett 1987, Epstein &

Schubert 1999, Mc.Graw & Belch 1985, Galbraith et al., 1991, Pico et al., 1998,

Wojtaszek 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Papadeas, Naxakis,Riga, &

Kalofos, 2006 menunjukkan tindakan cryotherapy oral pada 36 responden yang

diinstruksikan untuk mengisap es sebelum, selama dan setelah infus 5-FU. Hasil

yang didapat cryotherapy oral secara signifikan dengan p= 0,001 bebas dari

mukositis pada ketiga siklus ketiga kemoterapi dan tidak menimbulkan efek

samping, mudah dilakukan dan murah.

Penelitian yang dilakukan Svanberg et al. (2014) dengan membagi

responden menjadi 2 kelompok secara acak yaitu intervensi dan kontrol yang

menyatakan penilaian mukositis diukur pada hari ke 22 setelah kemoterapi dan

hasilnya bahwa cryotherapy oral dapat secara signifikan mengurangi kejadian

dan tingkat keparahan Mukositis dan menegaskan bahwa cryotherapy oral dapat

mencegah mukositis yang diinduksi kemoterapi dengan tujuan pembuluh darah

mukosa mengalami vasokontraksi sehingga obat kemoterapi tidak mencapai

mukosa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

75

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada perbedaan penilaian mukositis pre-

post tindakan tindakan berkumur dengan normal saline dengan nilai p= 0.000

.hasil penelitian sama halnya denga penelitian yang dilakukan Nursalam,

Ertawati, & Kristyaningsih, 2009 menyatakan pada kelompok normal saline

didapatkan nilai p=0,012, hasil ini menujukkan bahwa normal salin efektif

mencegah mukositis oral. Normal saline adalah cairan fisiologis (sesuai dengan

cairan tubuh) yang dapat membersihkan debris, tidak mengiritasi, juga tidak

mengubah pH saliva. Karena tidak mengubah pH saliva, buffer alami mulut tidak

akan terganggu. Fisiologis mulut akan terjaga karena tidak terjadi iritasi.

Berkurangnya jumlah debris akan mengakibatkan berkurangnya bakteri yang ada

dalam mulut. Bila pasien berkumur dengan normal salin maka diharapkan

ketahanan (oral) pasien akan meningkat (Kramer, 2004).

Perbedaan Nilai Mukositis Sesudah Tindakan Pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol Pasien Kanker Dengan Kemoterapi di

RSUP Haji Adam Malik Medan.

Nilai mukositis sebelum dan sesudah dilakukan tindakan cryotherapy oral

pada penelitian ini diidentifikasikan dengan membandingkan nilai post-test derajat

mukositis antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan

menggunakan analisa statistik mann whitney test. Berdasarkan hasil analisa dapat

di interpretasikan bahwa terdapat perbedaan pada kelompok intervensi dan

kontrol dengan nilai OAG, p = 0.003, diberikan p <0.05. (Tabel 4.5)

Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Askarifar, Lakdizaji, Ramzi,

Rahmani & Jabbarzadeh (2016), yang membagi dua kelompok yaitu : kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

76

intervensi dengan tindakan cryotherapy oral dan kelompok kontrol menggunakan

obat kumur dengan normal saline. Hasil penelitian menunjukkan pada hari ketujuh

tingkat keparahan mukositis pada kelompok intervensi lebih sedikit (p= 0.031)

dari pada kelompok kontrol. Pada hari ke empat belas keparahan mukositis pada

kelompok intervensi lebih sedikit (p= 0.004) dari pada kelompok kontrol.

Kesimpulan dari penelitian bahwa cryotherapy lebih efektif daripada obat kumur

menggunakan normal saline dalam mencegah mukositis.

Karagozoglu & Ulusoy, (2005), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

kejadian mukositis pada kelompok intervensi adalah 10 % dan pada kelompok

kontrol 50% dengan menggunakan instrumen pengukuran derajat mukositis

Physician-Judged Mucositis Grading. Hasil penelitian menegaskan bahwa

cryotherapy oral efektif untuk pencegahan mukositis dan mengurangi tingkat

keparahan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya yaitu: 1) keterbatasan

dalam pengumpulan data, karena belum melibatkan pemeriksaan laboratorium, 2)

rentang waktu penelitian yang singkat, oleh karena itu diharapkan penelitian ini

dapat dilakukan ditempat yang berbeda dengan sampel yang lebih besar.

Implikasi Hasil Penelitian Bagi Keperawatan

Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk meningkatkan

asuhan keperawatan. Berdasarkan penelitian ini, diharapkan perawat mampu

meningkatkan asuhan keperawatan pada tindakan preventif pada pasien kanker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

77

yang mengalami mukositis kiranya dilakukan secara berkesinambungan sampai

dengan pasien menunjukkan telah mampu mengimplementasikan intervensi

tersebut menjadi suatu kebiasaan dalam hidupnya. Oleh karena itu diperlukan

kerjasama yang baik antara perawat onkologi dalam melaksanakan intervensi ini.

Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk mengembangkan intervensi

keperawatan yang lebih aplikatif dengan berfokus pada diri pasien khususnya

tentang tindakan preventif mukositis pada pasien kanker yang menjalani

kemoterapi dengan menggunakan cryotherapy oral (kepingan es batu). Institusi

pendidikan juga diharapkan mampu mengembangkan metode asuhan keperawatan

pada pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi yang bersifat komprehensif

meliputi bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual. Penelitian ini sebagai dasar

penelitian selanjutnya yang berfokus pada tindakan preventif mukositis pada

pasien kemoterapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

79

BAB 6

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

Adapun simpulan dari hasil penelitian ini dipaparkan dalam beberapa

bagian tentang: (1) Terdapat perbedaan Nilai Mukositis sesudah diberikan

perlakuan (post) cryotherapy Oral menggunakan es batu pada kelompok

intervensi, dimana 29 responden tidak mengalami mukositis dan 3 responden

mengalami mukositis. Sedangkan pada kelompok kontrol yang mengalami

mukositis 18 responden dan tidak mengalami mukositis 12 responden.(2)

Terdapat Nilai Mukositis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok

intervensi dengan tindakan Cryotherapy Oral, hasil penelitian ini menunjukkan

ada perbedaan signifikan nilai mukositis. Sedangkan pada kelompok kontrol juga

terdapat perbedaan signifikan antara nilai mukositis.

Kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini adalah ada keefektifan

Cryotherapy oral terhadap pencegahan Mukositis pada pasien Kanker yang

menjalani kemoterapi.

Saran

Pelayanan Keperawatan

Peneliti telah mengeksplorasi pencegahan mukositis pada pasien kanker

dengan kemoterapi menggunakan cryotherapy oral (kepingan es batu). Tindakan

ini signifikan sebagai pencegahan mukostis dengan mempertimbangkan nilai

ekonomis, mudah didapat dan murah, sehingga perawat terutama perawata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

80

onkologi dapat melakukan tindakan cryotherapy oral ini. Selain itu keluarga

sebaiknya dilibatkan dalam melakuan perawatan mulut ini sehingga frekuensi

perawatan mulut dapat sesuai dengan jadwal.

Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dan referensi preventif

mukositis pada pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi. Sehingga

peserta didik keperawatann dapat mempelajari dan mempraktekkannya di Rumah

Sakit maupun di akademik saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien

kanker dengan kemoterapi.

Penelitian Keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan rujukan penelitian selanjutnya terkait dengan cryotherapy oral sebagai

tindakan preventif mukositis pada pasien kanker yang menjalani pengobatan

kemoterapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2017). https://www.cancer.org/research/cancer-facts-

statistics/all-cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2017.html. diunduh 10

Oktober 2017.

Askarifar et al., (2016). The Effects of Oral Cryotherapy on Chemotherapy-

Induced Oral Mucositis in Patients Undergoing Autologous Transplantation

of Blood Stem Cells: A Clinical Trial. Iran Red Crescent Med J. 2016 Apr;

18(4): e24775. Published online 2016 Feb 7. doi: 10.5812/ircmj.24775

Black, M. J. & Hawks, H .J., 2009. Medical surgical nursing : clinical

management for continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders

Company Ignatavicius dan Workman (2013).

Baydar M, Dikilitas M, Sevinc A, Aydogdu I. Prevention of oral mucositis due to

5-fluorouracil treatment with oral cryotherapy. J Natl Med Assoc

2005;97(8):1161–4. [PubMed: 16173332]

Cawley MM, Benson LM.2005.Current trends in managing oral mucositis. Clin J

Oncol Nurs.

Chaveli-Lopez, B. & Bagan-Sebastian, J.V. (2016). Treatment of oral mucositis

due to chemotherapy, Journal of Clinical and Experimental Dentistry,

8(2):e201-9. http://dx.doi.org/10.4317/jced.52917

Chen.J.,Seabrook.J., Fulford.A & Rajakumar.I. (2015). Icing oral mucositis: Oral

cryotherapy in multiple myeloma patients undergoing autologous

hematopoietic stem cell transplant. J Oncol Pharm Practice 2017, Vol.

23(2) 116–120. The Author(s) 2015. Reprints and permissions:.

sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav. DOI: 10.1177/1078155215620920.

opp.sagepub.com.

Dharma, K.K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info

Media.

Dodd,M.J.(2004).The pathogenesis and characteristic oral mucositis associated

with cancer therapy.oncology Nursing Forum.

Dodd,M.J.,Miaskowski,C.,Dibble,A.L.,Paul,S.M.,MacPhail,L.Greespan,D.,et al.,

(2000). Faktor influencing oral mucositis in patient receiving

chemotherapy.Cancer Practise Journal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Dodd,M.W.(2012). The oral health benefit of chewing gum. Journal of the Irish

Dental Association. Mdbnm,nbvuyhgbnmS.

Eilers,J.,& Million, R. (2011). Prevention and management of oral mucositis in

patients with cancer. PMID:17693347 DOI: 10.1016/j.soncn.2007.05.005

Eilers, J. (2004). Nursing interventions and care for the prevention and treatment

of oral mucosoitis associated with cancer treatment. Oncology Nursing

Forum.31(4),13.

Farah.CS & Savage.NW.( 2006). Cryotherapy for treatment of oral lesions.

Australian Dental Journal ;51:(1):2-5

Galuh, (2017). Prevalensi Mukositis Oral Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker

payudara di RSUP.H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.

Gori et al. (2007). Cryotherapy in the prevention of oral mucositis in patients

receiving low-dose methotrexate following myeloablative allogeneic stem

celltransplantation: a prospective randomized study of the Gruppo Italiano

Trapianto di Midollo Osseo nurses group. Bone Marrow Transplantation

39, 347–352. doi:10.1038/sj.bmt.1705590; published online 5 February

2007.

Harris,D.J.,Eilers, J.,Harriman,A., Cashavelly,B.J., & Maxwell,C. (2008). Putting

Evidence Into Practise:Evidence-based interventions for the management of

oral mucositis.clinical journal of Oncology Nursing.12 (1).141-152

Heydari, A., Sharifi, H., & Salek, R. (2012). Effect of Oral Cryotherapy on

Combination Chemotherapy-induced Oral Mucositis: A Randomized

Clinical Trial. Middle East Journal of Cancer ; 3 (2 & 3): 55-

64.http://search.ebscohost.com/

IARC. (2012). http://globocan.iarc.fr/Default.aspx. diunduh 10 Oktober 2017.

Karagözo lu, S., & Ulusoy,m.f.(2005). Chemotherapy : The Effect of Oral

Cryotherapy on the devolopment of mucositis. Journal of Clinical Nursing,

14(6),754-765.

Katranci N, Ovayolu N, Ovayolu O, & Sevinc A. (2012). Evaluation of the effect

ofcryotherapy in preventing oral mucositis associated with chemotherapy - a

randomizedcontrolled trial. European Journal of Oncology Nursing

;16(4):339–44. doi: 10.1016/j.ejon.2011.07.008. [PubMed: 21911313]

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Lalla et al. (2008). Management of oral mucositis in patients who have cancer.

Dent Clin North Am. 2008;52(1):61–77. doi: 10.1016/j.cden.2007.10.002.

[PubMed: 18154865]

Lalla et al.(2013). MASCC=ISOO Clinical Practice Guidelines for the

Managementof Mucositis Secondary to Cancer Therapy. Multinational

Association of Supportive Care in Cancer and International Society of Oral

Oncology (MASCC=ISOO).DOI: 10.1002/cncr.28592, Wiley Online

Library (wileyonlinelibrary.com).

Lopez, C & Sebastian, J.V. (2016).Treatment of oral mucositis due to

chemotherapy. Journal section: Oral Medicine and Pathology Publication

Types:Review.doi:10.4317/jced.52917 http://dx.doi.org/10.4317/jced.52917

Martin,C.A & Perez,M.G. Prevention and treatment of oral mucositis in patients

receiving chemotherapy. Journal section: Oral Medicine and Pathology.

doi:10.4317/jced.51313. http://dx.doi.org/10.4317/jced.51313

Naidu, Venkat, Usha, Krishna. 2004. Chemotherapy-Induced and/or Radiation

Therapy–Induced Oral Mucositis Complicating the Treatment of Cancer.

Department of Clinical Pharmacology and Therapeutics, Nizam’s Institute

of Medical Sciences, Panjagutta, Hyderabad, Andhra Pradesh, India.

NCI.(2015).https://www.nih.gov/about-nih/what-we-do/nih-almanac/national-

cancer institute-nci. diunduh tanggal 11 Oktober 2017

O’Brien, C.P. (2009). Management of Stomatitis. Canadian Family Physician,55

(9), 891-A892.

Otto,E.S.,2001.Oncology Nursing. 4th Ed.Mosby.Inc.St.Louis Missouri. Panghal

M, Kaushal V, Kadayan S, Yadav JP.2012. Incidence and risk factors for

infection in oral cancer patients undergoing different treatments protocols.

BMC Oral Health

Peterson DE, Ohrn K, Bowen J, Fliedner M, Lees J, Loprinzi C, et al. Systematic

review of oral cryotherapy for management of oral mucositis caused by

cancer therapy. Support Care Cancer. 2013;21(1):327–32. doi:

10.1007/s00520-012-1562-0. [PubMed: 22993025]

Peterson, Douglas E. & Kerstin Öhrn. (2013). Systematic review of oral

cryotherapy for management of oral mucositis caused by cancer therapy.

Support Care Cancer 21:327–332 Springer-Verlag DOI 10.1007/s00520-

012-1562-0. http://sciencedirect.com/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Pico. J.L., Garavito.A.A., & Naccahe.P. Mucositis: Its Occurrence, Consequences,

and Treatment in the Oncology Setting. Bone Marrow Transplantation Unit,

Institut Gustave Roussy.. The offecial journal of the society for translational

oncology. [email protected]

Peterson, D.E., Bensadoun, R.J., Roila, F., & ESMO Guidelines Working Group.

(2010). Management of oral and gastrointestinal mucositis: ESMO Clinical

Practice Guidelines. Annals of Oncology, 21(Suppl. 5), v261–v265.

Papadeas, E., Naxakis, S., Riga, M., & Kalofonos. C. (2007). Prevention of 5-

fluorouracil-related stomatitis by oral cryotherapy: A randomized controlled

study. European Journal of Oncology Nursing, 11, 60–65.

Polit, D. F. & Beck, C. T. (2010). Nursing research: appraising evidence for

nursing practice, 7th

edition. Philadelphia: William & Wilkins.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit. Edisi 6 Vol.2. Alih bahasa oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

Plichta, S.B & Garzon,L.S. (2009).Statistic for Nursing AND Allied Health. the

United States of America : Lippincott Williams & Wilkins.

RISKESDAS.(2013).http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/lpb/

catalog/book/158. diunduh 10 Oktober 2017.

Royse, M, & Martens, J. (2010). Implementation of an oral care protocol to

promote early detection and management of stomatitis. Clinical Journal of

Oncology Nursing, 14, 799–802.

Sadasivan, Raj. (2010). Chemotherapy-induced oral mucositis. Oncological

Review, 6:13–6. DOI: 10.17925/OHR.2010.06.0

Svanberg A, Birgegard G, Ohrn K. Oral cryotherapy reduces mucositis and opioid

use after myeloablative therapy--a randomized controlled trial. Support

Care Cancer. 2007;15(10):1155–61. doi: 10.1007/s00520-007-0245-8.

[PubMed: 17393189]

Sierarcki,R.L.,Voels,L.M., Kopaczewski,D.M, & Hubert,K. (2009). Devolopment

and Implementation of an Oral Care Protocol for Patients With

Cancer.Clinikal Journal of Oncology Nursing.

Svanberg A, Ohrn K, Birgegard G. (2010). Oral cryotherapy reduces mucositis

and improves nutrition – a randomised controlled trial. Journal of Clinical

Nursing 2010;19:2146-51. http://search.ebscohost.com/

Soliman.G.H & Shehata.O.S.Efficacy of Cryotherapy on Oral Mucositis

Prevention among Patients with Head and Neck Cancers Who Undergoing

Radiotherapy Gehan. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

JNHS) e-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–1940 Volume 4, Issue 4 Ver. I

(Jul. - Aug. 2015), PP 53-61 www.iosrjournals.org

Sigh et al. (2017). To assess the efficacy of cryotherapy on mucositis in patients

of Head and Neck cancer undergoing radiotherapy: A clinical study.

International Journal of Medical and Health Research. ISSN: 2454-9142,

Impact Factor: RJIF 5.54. www.medicalsciencejournal.com Volume 3; Issue

3; March 2017; Page No. 49-51

Sorensen.J.B Skovsgaard.T., Bork. E., Damstrup.L., Ingeberg.S. (2008). Double-

Blind, Placebo-Controlled, Randomized Study of Chlorhexidine

Prophylaxis for 5-Fluorouracil-based Chemotherapy-induced Oral Mucositis

With Nonblinded Randomized Comparison to Oral Cooling(Cryotherapy) in

Gastrointestinal Malignancies. American Cancer Society. DOI

10.1002/cncr.23328. Published online 25 February 2008 in Wiley

InterScience (www.interscience.wiley.com).

Svanberg, A., Ohrn, K., & Birgegard, G. (2010). Oral cryotherapy reduces

mucositis and improves nutrition- a randomized controlled trial. Journal of

Clinical Nursing, 19, 2146-2151. [2a].

Scardina,G.A., Pisano,T., & Messina, P.(2010).Oral Mucositis Review of

literature.New York State Dental Journal, 76(1),34-38.

Svanberg, A., Gunner., & Öhrn, K. (2010). A new preventive strategy using a

bioadhesiveoromucosal lipid solution and oral cryotherapy to protect the

oral cavity and reduce the need for total parenteral nutrition (TPN) for

patients undergoing autologous stemcell transplantation. Supportive Care in

Cancer, 18, (Suppl. 3) S114.

Scully. (2006). Oral mucositis.https://onlinelibrary.wiley.com. diunduh tanggal 11

oktober 2017

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle J. L., & Cheever K.H. (2010). Textbook of

medical surgical nursing. Philadelphia : Wolter Kluwer Lippincott William

& Wilkins.

Tierney.J,F.,Vale, C, & Symonds, P (2008). Concomitant and Neoadjuvant

Chemotherapy for Cervical Cancer. Clinical Oncology (2008) 20: 401e416.

doi:10.1016/j.clon.2008.04.003.

Tomey,A.M., &Alligood,M.R.(2010). Nursing Theorist and Their Work (7 th

ed).St Louis : Mosby Elsevier Inc.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Trotti A, Bellm LA, Epstein JB, Frame D, Fuchs HJ, Gwede CK.(2003).Mucositis

incidence, severity and associated outcomes in patients with head and neck

cancer receiving radiotherapy with or without chemotherapy: a systematic

literature review. Radiother Oncol [Internet]. 2003; 66(3): 253 - 262.

Available from: http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pubmed/12742264

Wan, Poon Sze (2012). An Evidence based Guideline on using Cryotherapy for

Chemotherapy induced Oral Mucositis in Adult Cancer Patients.

www.pdfsecret.com

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nataria Yanti Silaban

Tempat/Tanggal Lahir : Parmonangan, 16 Desember 1987

Alamat : Jl. Kapren Muslim Gang Sepakat LK. IV\

No. Telp/HP : 081375710571

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD

SLTP

SLTA

S-1

Profesi Ners

SD Negeri Parmonangan 173366

SLTP Negeri 3 Parmonangan

SMU St. Maria Tarutung

S-1 Keperawatan Mutiara Indonesia Medan

Profesi Ners Mutiara Indonesia Medan

1997

2000

2003

2005

2009

Riwayat Pekerjaan :

Pernah bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Imelda Medan Tahun 2011

sampai sekarang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

RSUP H. Adam Malik- FK USU

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(FORMULIR INFORMED CONSENT)

Peneliti Utama : NATARIA YANTI SILABAN

Pemberi Informasi : NATARIA YANTI SILABAN

Penerima Informasi : PASIEN KANKER DENGAN PENGOBATAN

KEMOTERAPI

Nama Subyek

Tanggal Lahir (umur)

Jenis Kelamin

Alamat

No. Telp (Hp)

:

:

:

:

:

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI

(diisi dengan bahasa yang dimengerti oleh

masyarakat awam)

TANDAI

1 Judul Penelitian

Pengaruh Cryothetapy Oral Terhadap Pencegahan

Mukositis Pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi

di RSUP HAM Medan

2 Tujuan penelitian

Menganalisa Pengaruh Cryothetapy Oral Terhadap

Pencegahan Mukositis Pada Pasien Kanker Dengan

Kemoterapi di RSUP HAM Medan

3 Cara & Prosedur

Penelitian

1. PERSIAPAN

- Mengisi tanda-tanda umum responden mencakup Nama, umur, jenis kelamin,

diagnosa kanker, jenis kemoterapi, tinggi

badan, berat badan, riwayat merokok dan

penyakit penyerta dan lembar penilaian

derajat mukositis dengan Oral Assessment

Guide (OAG).

- Es batu di siapkan untuk pemakaian setiap

hari

2. PELAKSANAAN

a. CARA MEMBAGIKAN

- Peneliti membagi kan es batu sesuai jadwal yang ditentukan.

- Pasien akan menerima wadah yang berisi

kepingan es batu Selama kemoterapi

berlangsung.

-

NRM :

Nama :

Jenis Kelamian :

Tgl. Lahir :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

b. CARA MELAKUKAN

- Siapkan pengatur waktu (stopwash) ,

kepingan es batu dalam wadah, dan

lembar kontrol

- Cuci tangan

- Nyalakan pengatur waktu/stopwash

- Anjurkan pasien untuk mengisap es batu

dan sering memindahka-

mindahkan/menggerakkan es batu

keseluruh permukaan rongga mulut

- Pasien mengisap kepingan es batu 5 menit

sebelum kemoterapi dilanjutkan 30 menit

dan diberikan istirahat 20 menit dan

dilanjutkan kembali 30 menit dan

seterusnya sampai 5 menit setelah selesai

kemoterapi.

- Peneliti mengisi lembar kontrol sesuai

jadwal saat itu

- Peneliti mengingatkan untuk mengisap

kepingan es batu pada jadwal selanjutnya

EVALUASI

- Peneliti melakukan penilaian stadium

pada hari ke-7 dan ke-14 setelah

dilakukan tindakan terapi es batu

- Penilaian stadium mukositis menggunkan

lembar penilaian skala stadium mukositis

dengan Oral Assessment Guide (OAG)

4

Jumlah Subyek

33 responden

5 Waktu Penelitian

5 minggu

6 Manfaat penelitian

termasuk manfaat

bagi subyek

Untuk mencegah peradangan rongga mulut pada

pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi.

7 Risiko & efek

samping dalam

penelitian

Efek samping ang terjadi seperti sakit kepala, mulut

mati rasa, sakit tenggorokan, dan nyeri gusi, tetapi

gejala tersebut akan hilang setelah setelah selesainya

tindakan terapi es batu.

8 Ketidak nyamanan

subyek penelitian

sakit kepala, mulut mati rasa, sakit tenggorokan, dan

nyeri gusi

9 Kompensasi bila

terjadi efek samping

efek samping yang ditimbulkan pada tindakan terapi

es batu pada pasien tidak berat sehingga peneliti

tidak memberikan kompensasi

10 Alternatif

Penangaan bila ada

efek samping yang ditimbulkan pada tindakan terapi

es batu pada pasien tidak berat sehingga peneliti

tidak memberikan alternatif penanganan

11 Penjagaan

kerahasiaan Data

Peneliti akan menjaga kerahasiaan dari responden.

12 Biaya Yang Biaya penelitian sepenuhnya ditanggung oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

ditanggung oleh subyek

peneliti

13 Insentif bagi subyek

pemberian cendramata kepada responden berupa

handuk

14 Nama & alamat

penelitiserta nomor

telepon yang bisa

dihubungi

Nataria Yanti Silaban

Jl. Kapten Muslim Gang Sepakat No 11 I.

HP :081375710571`

Inisial Subyek : …………

(bila diperlukan dapat ditambahkan gambar prosedur dan alur prosedur)

Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman I dan 2 mengenai penelitian yang akan

dilakukan oleh : Nataria Yanti Silaban, dengan judul : Pengaruh Cryothetapy Oral Terhadap

Pencegahan Mukositis Pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan, informasi tersebut sudah saya pahami dengan baik.

Dengan menandatangani formulir ini saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian

di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu waktu saya merasa

dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

---------------------------------------------- -------------------------------

------------

Nama dan Tanda Tangan Subyek Tanggal

----------------------------------------------

Nama dan Tanda Tangan saksi/wali

----------------------------------------------

Nama dan Tanda Tangan Peneliti

Ket : Tanda Tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan kesadaran,

mengalami gangguan jiwa dan berusia dibawah 18 tahun.

Inisial subyek ……

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nataria Yanti Silaban

NIM : 157046022

Mahasiswa : S2 Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Pengaruh Cryotherapy Oral Terhadap Pencegahan

Mukositis di Rumah Sakit Kota Medan

Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela. Berikut saya jelaskan terkait

dengan penelitian ini :

1. Peneliti akan melengkapi data-data Bapak/Ibu/Saudara/i sesuai dengan

pedoman yang telah dibuat peneliti sebelumnya;

2. Peneliti akan memberikan tindakan cryotherapy oral, sesuai dengan waktu

kesepakatan antara Bapak/Ibu/Saudara/i dengan peneliti;

3. Peneliti akan memberikan tindakan cryotherapy oral dengan

menggunakan es batu dan membuat kesepakatan dengan

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk melakukan pertemuan kembali untuk menilai

derajat mukositis dihari ke-7 dan hari ke-14 setelah kemoterapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Melalui lembar penjelasan penelitian ini peneliti juga ingin memberitahukan

bahwa peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak Bapak/Ibu/Saudara/i

sebagai responden dengan cara menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dan

menghargai keputusan Bapak/Ibu/Saudara/i tetap berpartisipasi dalam penelitian

ini atau mengundurkan diri karena alasan tertentu.

Semoga dengan penjelasan singkat yang peneliti paparkan,

Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Atas

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2018

Peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Pengaruh Cryotherapy Oral Terhadap Pencegahan Mukositis

di

RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Nataria Yanti Silaban

NIM : 157046022

Setelah membaca penjelasan tentang penelitian ini, maka saya memahami

bahwa tujuan penelitian ini akan bermanfaat bagi saya. Saya mengerti bahwa

penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden. Saya

mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini, jika suatu saat

saya merasa keberatan atau dikarenakan sesuatu hal yang membuat saya merasa

tidak dapat melanjutkan sebagai responden.

Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, maka saya menyatakan

bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Medan, ………………….. 2018

Responden,

………………………………

No. Telp/Hp :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Kode : ………………..

Tanggal : ………………..

Petunjuk Pengisian :

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden

penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan

Bapak/Ibu/Saudara/i yang sebenarnya dengan memberi tanda check list () pada

tempat yang disediakan.

No. Partisipan :

1. Umur : tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

3. Pendidikan : ( ) Tidak Sekolah

( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi

4. Status Pernikahan : ( ) Menikah

( ) Duda/janda

( ) Belum menikah

5. Suku Bangsa : ( ) Batak

( ) Jawa

( ) Minang

( ) Melayu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

( ) Lainnya, sebutkan ……….

6. Status Pekerjaan : ( ) Bekerja ( ) Tidak bekerja

7. Penghasilan : ( ) < 1 juta/bulan

( ) 1 – 2 juta/ bulan

( ) 2,1 – 3 juta/bulan

( ) 3,1 – 4 juta/bulan

( ) > 4 juta/bulan

8. Diagnosa Kanker :.......................................

9. Siklus kemoterapi :

10. Jadwal kemoterapi : ……………………………….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

Petunjuk Pengisian : Isilah kode yang tersedia di sebelah kanan sesuai

kriteria!

No Data Kriteria Kode

1 Riwayat Mukositis

Sebelumnya

1 = Tidak ada riwayat

mukositis

2 = Ada riwayat

mukositis

2 Jenis kemoterapi 1 = Potensi mukosa

toksik sedang

2 = Potensi mukosa

toksik tinggi

3 Status gizi

Berat badan : ……….kg

Tinggi Badan : ……….cm

(BMI) : ………….

1= Normal menurut

standar WHO

2 = Kurus /sangat kurus/

obesitas menurut

standar WHO

4 Jenis Kanker 1= Karsinoma

2= Sarkoma

3= Leukemia

4= Lymphoma

5= dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

LEMBAR OBSERVASI

DOKUMENTASI PELAKSANAAN CRYOTHERAPY ORAL

(KELOMPOK INTERVENSI)

Kode : ……………………………….

Inisial :……………………………….

Ruang Rawat : ……………………….

Petunjuk Pengisian : Dokumentasikan pelaksanaan Cryotherapy Oral harian

dengan memberi tanda chek list (√ ) pada kolom tindakan.

Hari : ...............................

No Jadwal

Pemberian

Waktu

Tindakan

Lama

Waktu

Pelaksanaan

Tindakan

Tindakan Cryotherapy

Oral

Dilakukan Tidak

dilakukan

1. Sebelum

tindakan

kemoterapi

5 menit pre

kemoterapi

30 menit

2. Selama

tindakan

kemoterapi

4 jam I 20 menit

4 jam II 20 menit

4 jam III 20 menit

4 jam IV 20 menit

4 jam III 20 menit

4 jam IV 20 menit

3. Setelah

tindakan

kemoterapi

5 menit post

kemoterapi

20 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

LEMBAR OBSERVASI

DOKUMENTASI PELAKSANAAN CRYOTHERAPY ORAL

(KELOMPOK INTERVENSI)

Kode : ………………………..................................................................................

Inisial :…………………….................................................................................

Ruang Rawat : ……………………….....................................................................

Petunjuk Pengisian : Dokumentasikan pelaksanaan Cryotherapy Oral harian

dengan memberi tanda chek list (√ ) pada kolom tindakan.

Hari : ...............................

No Jadwal

Pemberian

Waktu Pemberian

Tindakan

Tindakan Cryotherapy

Oral

Dilakukan Tidak

dilakukan

1. 5 Menit pre

kemoterapi

30 menit (cryotherapy

oral)

2. Selama tindakan

kemoterapi

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

30 menit (cryotherapy

oral)

20 menit (istirahat)

3. 5 menit post

kemoterapi

30 menit (cryotherapy

oral)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

PROTOKOL A

CRYOTHERAPY ORAL ( KEPINGAN ES BATU)

PENGKAJIAN

Peneliti melakukan inspeksi mukosa bibir, membran mukosa, lidah, alatum dan

gusi terhadap adanya ulserasi, inflamasi dengan bantuan penlight dan tongue

spatel

PERSIAPAN

1. Siapkan air yang sudah dimasak/ steril

2. Masukkan dalam cetakan dan masukkan kedalam kulkas

3. Es batu di siapkan untuk pemakaian setiap hari

PELAKSANAAN

1. CARA MEMBAGIKAN

- Peneliti membagi kan es batu sesuai jadwal yang ditentukan.

- Pasien akan menerima wadah yang berisi kepingan es batu selama 5

hari berturut turut

2. CARA MELAKUKAN

- Siapkan stopwash, kepingan es batu dalam wadah, dan lembar

checklist

- Cuci tangan

- Nyalakan stopwash

- Instruksikan pasien untuk mengisap es batu dan anjurkan pasien agar

sering memindahka- mindahkan/menggerakkan es batu keseluruh

mukosa mulut

- Pasien mengisap kepingan es batu 5 menit sebelum kemoterapi

dilanjutkan 30 menit dan diberikan istirahat 20 menit dan dilanjutkan

kembali 30 menit dan seterusnya sampai 5 menit setelah selesai

kemoterapi.

- Peneliti mengisi lembar observasi sesuai jadwal saat itu

- Peneliti mengingatkan untuk mengisap kepingan es batu pada jadwal

selanjutnya

EVALUASI

- Peneliti melakukan penilaian stadium pada hari ke-7 dan ke-14 setelah

dilakukan tindakan cryotherapy oral

- Penilaian stadium mukositis menggunkan lembar penilaian skala

stadium mukositis dengan Oral Assessment Guide (OAG)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

PROTOKOL B

PERAWATAN MULUT DENGAN NORMAL SALINE

PENGKAJIAN

Peneliti melakukan inspeksi mukosa bibir, membran mukosa, lidah, alatum dan

gusi terhadap adanya ulserasi, inflamasi dengan bantuan penlight dan tongue

spatel

PERSIAPAN

1. Siapkan cairan normal saline ( satu kemasan berisi 30 cc)

2. Cairan normal saline disiapkan untuk pemakaian satu hari

3. Cairan normal saline dalam keadaan dingin

PELAKSANAAN

1. CARA MEMBAGIKAN

- Peneliti membagi kan cairan normal saline sesuai jadwal kumur.

- Pasien akan menerima botol berisi cairan normal saline selama 5 hari

berturut turut dengan jumlah 30 cc setiap kemasan

2. CARA MELAKUKAN

- Siapkan stopwash, cairan normal saline dalam kemasan botol,

bengkok, dan lembar checklist

- Cuci tangan

- Bersihkan mulut responden

- Nyalakan stopwash

- Kumur cairan normal saline selama 1 menit/60 detik ( menggerak-

gerakkan cairan normal saline dalam mulut agar menjangkau semua

lapisan mukosa mulut)

- Tekan tombol stop pada stopwash saat angka sudah menunjukkan 60

detik

- Buang cairan normal saline kedalam wadah yang sudah disiapkan

- Peneliti mengisi lembar observasi sesuai jadwal saat itu

- Peneliti mengingatkan untuk berkumur pada jadwal selanjutnya

EVALUASI

- Peneliti melakukan penilaian stadium pada hari ke-7 dan ke 14 setelah

dilakukan tindakan perawatan mulut dengan normal saline

- Penilaian stadium mukositis menggunkan lembar penilaian skala

stadium mukositis dengan Oral Assessment Guide (OAG).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

DAFTAR AGEN KEMOTERAPI DENGAN POTENSI MUKOSA TOKSIK

Golongan

Kemoterapi

Tingkat Mukosatoksik

Sedang Tinggi

Alkilating Agents Procarbazin

Melphalane

Carboplatine

Chlorambucil

Busulfan

Cyclophosphamide

Mechlorethamine

Thiothepha

Cytarabine

Antracycline Daunorubicine

Doxorubicine/(Chlorhidrate

Doxorubicine)

Adryamicine

Epirubicine

Idarubicine

Doxin

Fludarabine (ARA-C)

Antimetabolite Cytosine

Arabinoside

6-thioguanine

Floxuridine

5-Fluorouracil

Methotrexate Mitoxantroat

Capecitabine

6-Mercaptopurine

Antitumor/antibiotic Actinomycine

Bleomycine

Daunomycine

Mitomycine

Mitramycine

Dactinomycine

Etoposide

Ifosfamide

Cisplatine

Taxanes Paclitaxel

Docetaxel

Vinca Alkaloid Vinoralbine

Vincristine

Vinblastine

Miscellaneous Agent Hidroxiuria

Sumber : CCNS, 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK INTERVENSI

Frequencies Statistics

jenis

kelamin

pendidikan status suku pekerjaan penghasilan diagnosa kanker siklus

kemoterapi

N

Valid 32 32 32 32 32 32 32 32

Missin

g 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1,31 4,22 1,09 1,41 2,78 1,16 3,63 1,38

Std. Error of Mean ,083 ,087 ,052 ,141 ,117 ,091 ,335 ,133

Median 1,00 4,00 1,00 1,00 3,00 1,00 4,00 1,00

Std. Deviation ,471 ,491 ,296 ,798 ,659 ,515 1,897 ,751

Skewness ,849 ,513 2,926 1,955 -1,901 3,283 ,308 1,673

Std. Error of

Skewness ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414

Minimum 1 3 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 5 2 4 4 3 8 3

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

laki-laki 22 68,8 68,8 68,8

perempuan 10 31,3 31,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

belum menikah 29 90,6 90,6 90,6

menikah 3 9,4 9,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

batak 24 75,0 75,0 75,0

jawa 4 12,5 12,5 87,5

aceh 3 9,4 9,4 96,9

melayu 1 3,1 3,1 100,0

Total 32 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

pengawai 3 9,4 9,4 9,4

Wiraswasta 2 6,3 6,3 15,6

IRT 26 81,3 81,3 96,9

Tidak Bekerja 1 3,1 3,1 100,0

Total 32 100,0 100,0

penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<1 juta/bulan 29 90,6 90,6 90,6

>1-2 juta/bulan 1 3,1 3,1 93,8

>2 juta/bulan 2 6,3 6,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

diagnosa kanker

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ca. Recti 7 21,9 21,9 21,9

Ca. Tonsil 1 3,1 3,1 25,0

Ca.cervik 5 15,6 15,6 40,6

NPC 12 37,5 37,5 78,1

Ca. Laring 2 6,3 6,3 84,4

Ca.Penis 2 6,3 6,3 90,6

Ca. Kolon 2 6,3 6,3 96,9

Ca.Paru 1 3,1 3,1 100,0

Total 32 100,0 100,0

siklus kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

siklus 1 25 78,1 78,1 78,1

siklus 2 2 6,3 6,3 84,4

sikus 3 5 15,6 15,6 100,0

Total 32 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK KONTROL

Frequencies

Statistics

umur JK Pendidikan Status Suku Pekerjaan Penghasilan Diagnosakanker Sikluskemoterapi

N Valid 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1,97 1,25 3,94 1,00 1,38 2,78 1,16 4,09 1,66

Std. Error of Mean ,031 ,078 ,089 ,000 ,117 ,087 ,091 ,352 ,146

Median 2,00 1,00 4,00 1,00 1,00 3,00 1,00 4,00 1,00

Std. Deviation ,177 ,440 ,504 ,000 ,660 ,491 ,515 1,990 ,827

Skewness -5,657 1,21

2 -,139 1,571 -2,259 3,283 ,596 ,740

Std. Error of

Skewness ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414 ,414

Kurtosis 32,000 -,570 1,350 1,288 4,773 9,853 ,208 -1,119

Std. Error of

Kurtosis ,809 ,809 ,809 ,809 ,809 ,809 ,809 ,809 ,809

Minimum 1 1 3 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 2 5 1 3 3 3 8 3

Frequency Table Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SMP 5 15,6 15,6 15,6

SMA 24 75,0 75,0 90,6

PT 3 9,4 9,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

Status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Menikah 32 100,0 100,0 100,0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Batak 23 71,9 71,9 71,9

Jawa 6 18,8 18,8 90,6

Melayu 3 9,4 9,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak bekerja 1 3,1 3,1 3,1

IRT 5 15,6 15,6 18,8

Wiraswasta 26 81,3 81,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<1 Juta/bulan 29 90,6 90,6 90,6

<1-2 juta/bulan 1 3,1 3,1 93,8

> 2 juta/bulan 2 6,3 6,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

Diagnosakanker

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ca. Recti 4 12,5 12,5 12,5

Ca.Tonsil 1 3,1 3,1 15,6

Ca. Cervik 5 15,6 15,6 31,3

NPC 15 46,9 46,9 78,1

Ca.Laring 1 3,1 3,1 81,3

Ca. Penis 1 3,1 3,1 84,4

Ca.kolon 1 3,1 3,1 87,5

Ca.Paru 4 12,5 12,5 100,0

Total 32 100,0 100,0

Sikluskemoterapi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 18 56,3 56,3 56,3

2 7 21,9 21,9 78,1

3 7 21,9 21,9 100,0

Total 32 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Oneway

Descriptives

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximu

m

Lower

Bound

Upper

Bound

NILAI OAG PRE

INTERVENSI DAN

KONTROL

KELOMPOK

INTERVENSI 32 8,56 ,504 ,089 8,38 8,74 8 9

KELOMPOK KONTROL 32 8,31 ,471 ,083 8,14 8,48 8 9

Total 64 8,44 ,500 ,063 8,31 8,56 8 9

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

NILAI OAG PRE

INTERVENSI DAN

KONTROL

3,556 1 62 ,064

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

NILAI OAG PRE

INTERVENSI DAN

KONTROL

Between Groups 1,000 1 1,000 4,203 ,045

Within Groups 14,750 62 ,238

Total 15,750 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Explore KELOMPOK INTERVENSI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

nilai oag pre intervensi 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%

nilai oag post intervensi 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

nilai oag pre intervensi

Mean 8,56 ,089

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8,38

Upper Bound 8,74

5% Trimmed Mean 8,57

Median 9,00

Variance ,254

Std. Deviation ,504

Minimum 8

Maximum 9

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -,265 ,414

Kurtosis -2,063 ,809

nilai oag post intervensi

Mean 8,63 ,307

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8,00

Upper Bound 9,25

5% Trimmed Mean 8,81

Median 9,00

Variance 3,016

Std. Deviation 1,737

Minimum 8

Maximum 11

Range 11

Interquartile Range 1

Skewness -4,028 ,414

Kurtosis 20,801 ,809

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilai oag pre intervensi ,370 32 ,000 ,632 32 ,000

nilai oag post intervensi ,328 32 ,000 ,499 32 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Explore KELOMPOK KONTROL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

nilai oag pre kontrol 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%

nilai OAG post kontrol 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

nilai oag pre kontrol

Mean 8,31 ,083

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8,14

Upper Bound 8,48

5% Trimmed Mean 8,29

Median 8,00

Variance ,222

Std. Deviation ,471

Minimum 8

Maximum 9

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness ,849 ,414

Kurtosis -1,368 ,809

nilai OAG post kontrol

Mean 10,13 ,317

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9,48

Upper Bound 10,77

5% Trimmed Mean 10,03

Median 10,00

Variance 3,210

Std. Deviation 1,792

Minimum 8

Maximum 14

Range 6

Interquartile Range 4

Skewness ,518 ,414

Kurtosis -,580 ,809

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilai oag pre kontrol ,434 32 ,000 ,585 32 ,000

nilai OAG post kontrol ,215 32 ,001 ,882 32 ,002

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilai oag pre intervensi 32 8,56 ,504 8 9

nilai oag pre kontrol 32 8,31 ,471 8 9

nilai oag post intervensi 32 8,88 ,751 8 11

nilai OAG post kontrol 32 10,13 1,792 8 14

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

nilai oag post intervensi -

nilai oag pre intervensi

Negative Ranks 0a ,00 ,00

Positive Ranks 8b 4,50 36,00

Ties 24c

Total 32

nilai OAG post kontrol - nilai

oag pre kontrol

Negative Ranks 0d ,00 ,00

Positive Ranks 23e 12,00 276,00

Ties 9f

Total 32

a. nilai oag post intervensi < nilai oag pre intervensi b. nilai oag post intervensi > nilai oag pre intervensi c. nilai oag post intervensi = nilai oag pre intervensi d. nilai OAG post kontrol < nilai oag pre kontrol e. nilai OAG post kontrol > nilai oag pre kontrol f. nilai OAG post kontrol = nilai oag pre kontrol

Test Statisticsa

nilai oag post

intervensi - nilai

oag pre

intervensi

nilai OAG post

kontrol - nilai

oag pre kontrol

Z -2,640b -4,238

b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,008 ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Mann-Whitney Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

NILAI OAG POST

INTERVENSI DAN

KONTROL

64 9,50 1,501 8 14

KELOMPOK 64 1,50 ,504 1 2

Ranks

KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks

NILAI OAG POST

INTERVENSI DAN

KONTROL

KELOMPOK INTERVENSI 32 25,78 825,00

KELOMPOK KONTROL 32 39,22 1255,00

Total 64

Test Statisticsa

NILAI OAG

POST

INTERVENSI

DAN

KONTROL

Mann-Whitney U 297,000

Wilcoxon W 825,000

Z -3,007

Asymp. Sig. (2-tailed) ,003

a. Grouping Variable: KELOMPOK

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

NILAI OAG POST

INTERVENSI DAN

KONTROL

64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Descriptives

Statistic Std. Error

NILAI OAG POST

INTERVENSI DAN

KONTROL

Mean 9,50 ,188

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9,12

Upper Bound 9,88

5% Trimmed Mean 9,38

Median 9,00

Variance 2,254

Std. Deviation 1,501

Minimum 8

Maximum 14

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness 1,235 ,299

Kurtosis 1,082 ,590

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UJI HOMOGENITAS VARIANS

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

pre derajat mukositis 1,054 1 62 ,308

post derajat mukositis ,835 1 62 ,364

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

pre derajat mukositis

Between Groups 1,563 1 1,563 6,739 ,012

Within Groups 14,375 62 ,232

Total 15,938 63

post derajat mukositis

Between Groups 18,063 1 18,063 4,157 ,046

Within Groups 269,375 62 4,345

Total 287,438 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

WILCOXON SIGNED RANKS TEST KELOMPOK INTERVENSI

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

OAG post intervensi - OAG

pre intervensi

Negative Ranks 0a ,00 ,00

Positive Ranks 10b 5,50 55,00

Ties 22c

Total 32

a. OAG post intervensi < OAG pre intervensi

b. OAG post intervensi > OAG pre intervensi

c. OAG post intervensi = OAG pre intervensi

Test Statisticsa

OAG post

intervensi -

OAG pre

intervensi

Z -2,911b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,004

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

KELOMPOK KONTROL

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

oag post kontrol - oag

prekontrol

Negative Ranks 0a ,00 ,00

Positive Ranks 26b 13,50 351,00

Ties 6c

Total 32

a. oag post kontrol < oag prekontrol

b. oag post kontrol > oag prekontrol

c. oag post kontrol = oag prekontrol

Test Statisticsa

oag post kontrol

- oag prekontrol

Z -4,504b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Descriptives

Statistic Std. Error

OAG Pre Kontrol

Mean 8,31 ,083

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8,14

Upper Bound 8,48

5% Trimmed Mean 8,29

Median 8,00

Variance ,222

Std. Deviation ,471

Minimum 8

Maximum 9

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness ,849 ,414

Kurtosis -1,368 ,809

OAG Post Kontrol Mean 10,44 ,386

95% Confidence Interval for Lower Bound 9,65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Mean Upper Bound 11,22

5% Trimmed Mean 10,19

Median 10,00

Variance 4,770

Std. Deviation 2,184

Minimum 8

Maximum 18

Range 10

Interquartile Range 2

Skewness 1,933 ,414

Kurtosis 4,558 ,809

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

OAG Pre Kontrol ,434 32 ,000 ,585 32 ,000

OAG Post Kontrol ,267 32 ,000 ,794 32 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

pre derajat mukositis

intervensi 32 37,50 1200,00

kontrol 32 27,50 880,00

Total 64

post derajat mukositis

intervensi 32 25,20 806,50

kontrol 32 39,80 1273,50

Total 64

Test Statisticsa

pre derajat

mukositis

post derajat

mukositis

Mann-Whitney U 352,000 278,500

Wilcoxon W 880,000 806,500

Z -2,485 -3,256

Asymp. Sig. (2-tailed) ,013 ,001

a. Grouping Variable: kelompok

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre derajat mukositis 64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%

post derajat mukositis 64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

Descriptives

Statistic Std. Error

pre derajat mukositis

Mean 8,47 ,063

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8,34

Upper Bound 8,59

5% Trimmed Mean 8,47

Median 8,00

Variance ,253

Std. Deviation ,503

Minimum 8

Maximum 9

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness ,128 ,299

Kurtosis -2,049 ,590

post derajat mukositis

Mean 9,91 ,267

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9,37

Upper Bound 10,44

5% Trimmed Mean 9,61

Median 9,00

Variance 4,563

Std. Deviation 2,136

Minimum 8

Maximum 18

Range 10

Interquartile Range 1

Skewness 2,295 ,299

Kurtosis 5,894 ,590

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre derajat mukositis ,356 64 ,000 ,635 64 ,000

post derajat mukositis ,279 64 ,000 ,723 64 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: PENGARUH CRYOTHERAPY ORAL TERHADAP PENCEGAHAN …

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA