pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH DERIVATIF KEUANGAN, LEVERAGE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)
(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Eva Musyarofah
NIM: 1111082000040
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
PENGARUH DERIVATIF KEUANGAN, LEVERAGE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)
(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Eva Musyarofah
NIM: 1111082000040
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 24 Maret 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Eva Musyarofah
2. NIM : 1111082000040
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul : Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi
Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2016
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eva Musyarofah
NIM : 1111082000040
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eva Musyarofah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 29 Mei 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya,
Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225.
Telepon : 085838554689
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 06 Pesanggrahan Petang Tahun 1999-2005
2. SMP Negeri 177 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMK Negeri 6 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2011-2016
Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : M. Nuh
Ibu : Jamilah
Anak ke : 1 (satu)
Alamat : Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya,
Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225.
vii
THE EFFECT OF FINANCIAL DERIVATIVES, LEVERAGE AND FIRM
SIZE ON TAX AVOIDANCE
ABSTRACT
This research aims to analyze and obtain empirical evidence about the effects
of financial derivatives, leverage and firm size to tax avoidance. The independent
variables used are financial derivatives, leverage and firm size. The dependent
variable used is tax avoidance.
The research population was non financing companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX) during 2012-2014 period. Sampel was collected by
purposive sampling method. Total 13 non financing companies were taken as
study’s sample. Analysis method of this research used multiple regression.
The result of this research showed that financial derivatives, leverage and
firm size are have effects on tax avoidance.
Keyword: financial derivatives, leverage, firm size and tax avoidance
viii
PENGARUH DERIVATIF KEUANGAN, LEVERAGE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX
AVOIDANCE)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.
Variabel independen yang digunakan adalah derivatif keuangan, leverage dan
ukuran perusahaan. Variabel dependen yang digunakan adalah penghindaran pajak
(tax avoidance).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2014. Sampel dikumpulkan
dengan metode purposive sampling. Jumlah perusahaan yang yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah 13 perusahaan. Metode analisis penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derivatif keuangan, leverage dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Kata kunci: derivatif keuangan, leverage, ukuran perusahaan, penghindaran pajak
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan
Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi
Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI Pada Tahun
2012-2014)”, ini disusun sebagaimana salah satu pemenuhan syarat kelulusan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan teori dan tinjauan pustaka
yang ada, dan penerapannya dilakukan dengan menelaah berbagai literatur yang
berhubungan dengan pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dan tidak lupa pula penulis
sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang
tiada terhingga, yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, dan doa
hingga penulis dapat berada ditahapan ini. Semoga Allah melimpahkan kasih
sayangnya kepada kalian.
2. Adik-adikku tercinta, Vivi Aulia, Ahmad Fakhri dan Syamsul Fajri yang
selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu yang bapak
berikan selama ini.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah memberikan segenap waktunya, mencurahkan perhatiannya dan
x
memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berpengaruh dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua saran yang ibu berikan selama
proses penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan baik.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
9. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku Hilda, Hani, dan Vicky terimaksih atas doa, dukungan
nasihat, motivasi selama ini kepada penulis.
11. Sahabat-sahabatku “ciwi-ciwi” Lala, Liliek, Pipit, Mpit, Najmi, Vania dan
Ratri terimakasih atas doa, motivasi kepada penulis.
12. Seluruh teman-teman Akuntansi B 2011, terimakasih atas kenangan, doa dan
semangatnya selama ini.
13. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan
harapan akan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Jakarta, 2 Maret 2016
Eva Musyarofah
xi
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………. i
Lembar Pengesahan Skripsi ……………………………………… ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ………………………. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……………………………….. iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ……………………. v
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………. vi
ABSTRACT ………………………………………………………. vii
ABSTRAK ………………………………………………………… viii
Kata Pengantar ……………………………………………………. ix
Daftar Isi …………………………………………………………… xi
Daftar Tabel ……………………………………………………….. xiv
Daftar Gambar …………………………………………………….. xv
Daftar Lampiran ………………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………...................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….. 12
A. Tinjauan Literatur ………………………………………….. 12
1. Tinjauan Umum Tentang Pajak ………………………… 12
2. Perencanaan Pajak (Tax Plannning) ………………….... 20
xii
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) …………………. 23
4. Derivatif Keuangan ……………………………………. 25
5. Leverage ……………………………………………….. 29
6. Ukuran Perusahaan ……………………………………. 31
B. Penelitian Terdahulu ………………………………………. 33
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ………………… 38
D. Kerangka Pemikiran ………………………………………. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………. 44
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………. 44
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………… 44
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………... 45
D. Metode Analisis Data ………………………………………. 45
1. Uji Statistik Deskriptif ………………………………….. 45
2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………. 46
3. Uji Hipotesis Penelitian ………………………………… 49
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ………………………. 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………… 57
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ……………….. 57
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian …………………………. 59
1. Hasil Uji Deskriptif ……………………………………. 60
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………………. 61
3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian …………………………. 67
C. Pembahasan ………………………………………………… 71
xiii
BAB V PENUTUP ………………………………………………... 76
A. Kesimpulan ………………………………………………… 76
B. Saran ……………………………………………………….. 77
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………… 81
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014 ………………………. 3
1.2 Kasus Penghindaran Pajak ……………………………………… 6
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………… 34
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian …………………………… 56
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ……………………… 58
4.2 Daftar Nama Perusahaan ………………………………………. 59
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif …………………………………… 60
4.4 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolomogorov-Smirnov) ……………. 63
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………….. 64
4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) ……………………… 65
4.7 Hasil Uji Heteroskedstisitas (Uji Park) ………………………... 66
4.8 Hasil Pengujian Koefisien Determinan ………………………… 67
4.9 Hasil Uji Statistik F ………………………………………………. 68
4.10 Hasil Uji Statistik t ……………………………………………… 69
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitan ………………………………. 42
4.1 Hasil Uji Normalitas ( Uji Grafik Normal Plot) …………….. 62
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data Sampel ………………………………………………….. 82
2. Hasil Output SPSS …………………………………………… 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang diselenggarakan secara terus-
menerus dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional dalam suatu Negara
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama agar pembangunan nasional tersebut dapat berjalan sesuai
dengan harapan dan sukses, sehingga dapat terciptanya masyarakat yang adil
dan makmur seperti yang ada dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Dalam hal ini pemerintah memegang peran yang sangat penting dalam
merealisasikan pembangunan nasional yang sudah direncanakan, namun
pemerintah juga tidak bisa merealisasikan pembangunan nasional itu tanpa
adanya dukungan berupa dana yang terutama berasal dari penerimaan dalam
negeri yang berasal dari penerimaan migas dan non migas.
Penerimaan dalam negeri yang berasal dari non migas yang terus
ditingkatkan penerimaannya oleh pemerintah adalah penerimaan dari sektor
pajak. Menurut Soemitro (2003:1) pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh
rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut ketentuan undang-
undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa
(kontrasepsi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum Negara (Suminarsasi, 2011).
2
Sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang
menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum
terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu official assessment system, self
assessment system, dan withholding system. Seiring dengan berjalannya waktu,
sejak adanya reformasi di bidang pajak tahun 1983, Indonesia mulai
menerapkan self assessment system. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut
untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi
SPT (Surat Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak yang terutang, dan
menyetorkan kewajibannya. Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai
pembina, pembimbing, dan pengawas pelaksanaan kewajiban yang dilakukan
oleh wajib pajak. Oleh karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila
masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary
tax compliance) yang tinggi (Suminarsasi, 2011).
Fakta di lapangan menunjukkan dengan fenomena di mana sampai saat ini
pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah maksimal, seperti yang
terjadi pada tahun 2014, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
memaparkan bahwa hampir semua jenis penerimaan perpajakan lebih rendah
dari target. Direktorat Jendral Pajak (DJP) hanya mampu mengumpulkan
penerimaan pajak sebesar Rp 1.146,9 triliun atau 92% dari target Rp 1.246,1
triliun di APBNP 2014 (kemenkeu.go.id). Jumlah penerimaan negara yang
berasal dari perpajakan sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Badan
Pusat Statistik dari tahun 2012-2014 dimuat dalam tabel 1.1 berikut ini:
3
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014
(Dalam Miliar Rupiah)
Sumber: www.bps.go.id
Dari uraian angka tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa negara dalam
hal ini Direktorat Jendral Pajak perlu mengoptimalkan penerimaan pajaknya
demi percepatan pembangunan Nasional. Namun upaya untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak ini mengalami banyak kendala, salah satunya adalah adanya
aktivitas penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance (Swingly &
Sukartha, 2015).
Penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance adalah upaya
penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan
yang dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajaknya
dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Hutagoal, 2007 dalam Dewi
& Jati, 2014). Xynas, 2011 dalam Budiman & Setiyono, 2012 membedakan
deinisi penghindaran pajak (Tax Avoidance) dengan penggelapan pajak (Tax
Evasion) yaitu Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi pajak
yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion)
adalah usaha untuk mengurangi pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful).
Tax avoidance yang dilakukan ini dikatakan tidak bertentangan dengan
peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dianggap praktik
Sumber Penerimaan 2012 % 2013 % 2014 %
Penerimaan
Perpajakan 980,500 73.6 1,148,300 76.7 1,146,900 74.2
Penerimaan Bukan
Pajak 351,800 26.4 349,200 23.3 398,700 25.8
Jumlah/Total 1,332,300 100 1,497,500 100 1,545,600 100
4
yang berhubungan dengan tax avoidance ini lebih memanfaatkan celah-celah
dalam undang-undang perpajakan tersebut yang akan memengaruhi penerimaan
negara dari sektor pajak (Mangoting, 1999 dalam Dewi & Jati, 2014). Oleh
karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan
unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tetapi di sisi yang lain
penghindaran pajak tidak diinginkan. Dalam konteks pemerintah Indonesia,
telah dibuat berbagai aturan guna mencegah adanya penghindaran pajak. Salah
satu aturan tersebut misalnya menurut perdirjen No. PER-43/PJ/2010 terkait
transfer pricing, yakni tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa (Budiman dan Setiyono, 2012).
Salah satu faktor yang menentukan terjadinya penghindaran pajak atau tax
avoidance adalah derivatif keuangan. Hal itu dikarenakan peraturan pajak di
Indonesia atas transaksi derivatif ini masih sangat lemah dan seringkali
diperdebatkan. Ketidakjelasan dari peraturan pajak atas transaksi derivatif juga
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Hal
ini tentunya dapat merugikan penerimaan Negara, khususnya penerimaan dari
sektor pajak. Sudah saatnya pemerintah Indonesia menjaga penerimaan pajak
dari kerugian dervatif untuk tujuan spekulasi yang tidak ada kaitannya dengan
usaha, yaitu dengan cara mengadopsi peraturan pajak atas transaksi derivatif
yang lebih baik dari Negara lainnya (Darussalam & Septriadi, 2009 dalam
Oktavia & Martani, 2013).
5
Penggunaan derivatif keuangan oleh perusahaan juga erat kaitannya
dengan praktik manajemen laba. Studi mengenai penggunaan derivatif
keuangan sebagai alat manajemen laba telah berkembang pesat, namun studi
mengenai penggunaan derivatif sebagai alat penghindaran pajak masih sangat
langka, padahal dervatif keuangan dapat dipergunakan sebagai alat peghindaran
pajak (Oktavia dan Martani, 2013; Donohoe, 2012; Raskolnikov, 2011).
Penelitian Donohoe (2012) yang menggunakan sampel perusahaan di Amerika
Serikat merupakan salah satu studi yang menguji dan membuktikan bahwa
derivatif keuangan dapat dipergunakan sebgai penghindaran pajak. Menurut
Donohoe (2012), penggunaan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran
pajak didorong oleh ambiguitas dalam peraturan pajak atas transaksi derivatif.
Ambiguitas inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai celah untuk
melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan derivatif. Namun
demikian meskipun Donohoe (2012) berhasil membuktikan bahwa derivatif
keuangan dapat digunakan sebagai alat penghindaran pajak, hasil penelitiannya
belum tentu dapat digeneralisasi pada konteks Negara lainnya yang memiliki
sistem yang berbeda, misalnya Indonesia (Oktavia & Martani, 2013).
Selain derivatif keuangan, salah satu faktor yang juga bisa dijadikan
sebagai alat penghindaran pajak adalah leverage. Menurut Suyanto &
Supramono (2012) perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk
memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang
akan menimbulkan beban tetap (fixed rate return) yang disebut dengan bunga.
Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena
6
insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi
meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu dalam penghindaran
pajak (tax avoidance) adalah ukuran perusahaan. Menurut Hormati (2009)
dalam Dewi & Jati (2014) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai skala atau
nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar
atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar total
asset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Semakin besar ukuran perusahaannya maka transaksi yang diakukan akan
semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance
dari setiap transaksi (Rego, 2003 dalam Dewi & Jati, 2014).
Kasus-kasus mengenai penghindaran pajak yang pernah dilakukan
perusahaan global dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1. HSBC (2015) Sejumlah orang mempergunakan kerahasiaan
bank untuk memiliki rekening yang tidak
diumumkan. Raksasa perbankan HSBC
membantu klien dunia menghindar pembayaran
pajak ratusan juta poundsterling. Banyak orang
menggunakannya untuk menyembunyikan uang
kontan dari petugas pajak. HSBC menghadapi
penyelidikan dugaan tindakan kejahatan di
Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan Argentina.
Bersambung ke halaman berikutnya
7
Tabel 1.2 (Lanjutan)
Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
2. IKEA (2016) IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai
mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1
miliar dollar AS. Hal tersebut dilakukan IKEA
pada kurun waktu 2009 hingga 2014.
IKEA dituduh memindahkan dana dari gerainya
di seluruh Eropa ke anak perusahaannya di
Belanda. Dengan demikian, mereka akan terbebas
dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg.
Estimasi pajak yang dihindari IKEA
menyebabkan hilangnya pemasukan pajak di
Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS,
24 juta euro atau 26 juta dollar AS di Prancis dan
11,6 miliar euro atau 13 juta dollar AS di Inggris.
Sejumlah negara seperti Swedia, spanyol dan
Belgia diprediksi kehilangan pemasukan pajak
dengan kisaran 7.5 juta euro hingga 10 juta euro
(8.5 juta dollar AS hingga 11.2 juta dollar AS).
3. Starbucks (2011) Menyatakan rugi sebesar 112 juta poundsterling
selama tahun 2008-2010 dan tidak membayar
PPh badan 2011. Dalam laporan ke investor,
starbucks menyatakan bahwa omset selama tahun
2008-2010, senilai 1,2 miliar poundsterling (Rp
18 triliun). Membuat laporan keuangan seolah
rugi yaitu dengan cara:
1. Membayar Royalti Offshore licensing atas
desain, resep dan logo ke cabangnya di
Belanda.
2. Membayar bunga utang sangat tinggi di mana
utang tersebut justru digunakan untuk ekspansi
kedai kopi di negara lain.
3. Membeli bahan baku dari cabangnya di Swiss.
Walaupun pengiriman barangnya langsung
dari negara produsen dan tidak masuk ke
Swiss.
Bersambung ke halaman berikutnya
8
Tabel 1.2 (Lanjutan)
Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
4. Perusahaan
Investment Banking
dari Amerika Serikat
(2012)
Agar pembayaran bonus tidak terdeteksi,
karyawan perusahaan investment banking
cabang Inggris diminta mengajukan
permohonan pinjaman lunak ke investasi
banking cabang Amerika Serikat dengan dalih
pinjaman lunak, karyawan investasi banking
cabang Inggris tidak harus membayar pajak
penghasilan. Atas hal tersebut, perusahaan
investment banking cabang Inggris didenda
500 juta poundsterling (Rp 7.5 triliun)
5. Apple Inc (2012) Menyembunyikan uang pendapatan senilai
US$ 11 Miliar di negara-negara yang
mendapat keringanan pajak (tax haven) antara
lain Virginia Island, Irlandia dan
Luxembourg. Sehingga pajak yangdibayarkan
kecil.
Diolah dari berbagai sumber.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh dari
derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Karena masih sedikit penelitian yang membahas tentang
pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) dan juga banyaknya penghindaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik di Indonesia maupun di luar
negeri. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Aktivitas Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”.
9
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Budiman & Setiyono (2012) dan Oktavia & Martani (2013). Adapun
perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Variabel pengguna derivatif keuangan (user), sales growth, net operating
loss, risiko perusahaan, capital intensity, return on assets tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini karena pada beberapa penelitian
sebelumnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan seperti pada penelitian
Hanum & Zulaikha (2013), Swingly & Sukartha (2015), Sabrina &
Soepriyatno (2012), dan juga penelitian Oktavia & Martani (2013).
2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 sementara pada
penelitian sebelumnya dilakukan pada periode 2009-2012.
3. Untuk memudahkan penelitian, pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan rumus Cash Effective Tax Rate, karena
rumus ini lebih banyak digunakan dibanding rumus lainnya seperti Book
Tax Difference dan ETR differential.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumya,
maka dalam penelitian ini dirumuskan rumusan maslaah sebagai berikut:
1. Apakah Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara
simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)?
2. Apakah penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance)?
10
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atau hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis secara simultan pengaruh derivatif keuangan,
leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
b. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance).
c. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
d. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara
lain adalah sebagai berikut:
11
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah
pengetahuan akuntansi.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai topik ini.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan, agar dapat lebih
memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang
dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
2) Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan
lebih meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
3) Bagi pemerintah, sebagai tambahan informasi mengenai
penghindaran pajak (tax avoidance).
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Tinjauan Umum Tentang Pajak
a. Pengertian Pajak
Pengertian pajak sesuai Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan
bahwa:
“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendaatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undnag-undang yang berlaku dan dapat dipaksakan dan
tanpa adanya timbal jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara
(Suminarsasi, 2011:1)
Dapat disimpulkan secara garis besar dalam definisi pajak
terkandung unsur yaitu:
1) Kontribusi wajib (membayar utang)
2) Terutang oleh orang atau badan
3) Sifatnya memakasa
4) Diatur melalui undang-undang
5) Tidak ada balas jasa secara langsung
13
6) Digunakan untuk keperluan negara
7) Untuk kemakmuran rakyat (Murtopo, 2013:3)
b. Fungsi Pajak
Menurut Rahayu (2010:25-30) fungsi pajak adalah kegunaan pokok,
manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam
meningkatkan kesejahteraan umum. Umumnya dikenal dengan 2
macam fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend.
1) Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi
fiskal (fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan
sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan uang dari
sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara atau anggaran negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi
inilah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk
membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan
pajak dari penduduknya.
2) Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak
merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair.
14
Di samping usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas
negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk
ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah
susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi
regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend
ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi
budgetair.
Menurut Resmi (2009:3) fungsi pajak dalam masyarakat suatu
negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:
a) Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini
bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara
sebanyak-banyaknya antara lain mengisi Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan target
penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi
anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai.
b) Fungsi Regulerend (mengatur) adalah fungsi pajak yang secara
tidak langsung dapat mengatur dan menggerakkan
perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif.
Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan
dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru
yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat
lagi. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
regulerend adalah:
15
i. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang
mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah.
Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin
tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya.
Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah
(mengurangi gaya hidup mewah)
ii. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan:
dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan
tinggi memberikan konstribusi (membyar pajak) yang tinggi
pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
iii. Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar
dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.
iv. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan hasil barang
industry tertentu, seperti industry semen, rokok, baja, dan
lain-lain: dimaksudkan agar terdapat penekanan terhadap
produksi tersebut karena dpaat menggangu lingkungan atau
polusi (membahayakan kesehatan)
v. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha
koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan
koperasi di Indonesia.
16
vi. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik
investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.
c. Jenis-jenis Pajak
Menurut Murtopo (2011:3-4) secara umum pajak yang diberlakukan
di Indonesia dapat dibedakan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Menurut sifatnya
a) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban langsung WP
yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan
kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2) Menurut sasaran/objeknya
Pembagian pajak menurut sasaran atau objeknya dimaksudkan
pembedaan berdasarkan ciri-ciri prinsip:
a) Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri WP. Contoh: Pph
b) Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasar pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan di WP. Contoh: PPN,
PBB, BM
3) Menurut pemungutannya
17
a) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah pusat.
Contoh: PPh, PPN
b) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah
daerah. Contoh: pajak reklame, Pajak hiburan, Pajak Hotel
Menurut Pudyamoko (2009: 9) pajak dapat dikelompokkan
menggunakan kriteria tertentu. Pajak dapat dilihat dari segi administratif
juridis, titik-tolak pungutannya, berdasarkan sfatnya dan dapat pula
dibedakan berdasarkan kewenangan pemungutannya.
1) Berdasarkan Administratif Yuridis
Penggolongan pajak dari sisi administrasi yuridis menghasilkan
apa yang dikenal sebagai pajak langsung dan tidak langsung. Suatu
jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut
secara periodik. Jadi berulang-ulang tidak hanya satu kali pungut,
dengan menggunakan penetapan sebagai dasar dan kohir. Sebagai
contoh, misalnya Pajak Penghasilan (PPh). Pajak penghasilan
dipungut secara periodik setiap tahun atau setiap masa pajak, di
mana pemungutannya menggunakan penetapan lewat SPT. Adapun
pajak tidak langsung dipungut secara insidental (tidak berulang-
ulang) dan tidak menggunakan kohir.jadi pajak tidak langsung
hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tatbestand seperti yang
dikehendaki oleh ketentuan undang-undang. Contoh pajak tidak
18
langsung adalah Bea Materai atau Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang dan Jasa.
2) Berdasarkan Titik-Tolak Pungutannya
Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik-tolak
pungutan akan menghasilkan dua jenis pajak yakni pajak subjektif
dan objektif.
a) Pajak subektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada
diri orang/badan yang dikenai pajak (wajib pajak). Pajak
subjektif dimulai dengan menetapkan orangnya, baru kemudian
mencari syarat-syarat objeknya. Jadi dalam hal ini yang
diperhatikan pertama kali adalah subjeknya.
b) Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada
objek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya
harus dicari subjeknya. Jadi dalam hal ini pertama-tama harus
dilihat objeknya yang selain daripada benda dapat pula berupa
keadaan, peristiwa atau perbuatan, yakni yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari
subjeknya (orang atau badan) yang bersangkutan langsung tanpa
mempersoalkan apakah subjek itu sendiri berada di Indonesia
atau tidak.
3) Berdasarkan Sifatnya
19
Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa
yang disebut pajak bersifat pribadi (persoonlijk) dan pajak
kebendaan (zakelijk).
a) Pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk), atau juga dapat disebut
bersifat perorangan adalah pajak yang dalam penetapannya
memperhatikan keadaan diri sendiri serta keluarga wajib pajak.
Dalam penentuan besarnya utang pajak, keadaan dan kemampua
wajib pajak harus diperhatikan seperti status wajib pajak
(kawin/belum), jumlah tanggungan dan sebagainya.
b) Pajak yang bersifat kebendaan (zakelijk) adalah pajak yang
dipungut tanpa memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak.
Pajak yang bersifat kebendaan ini umunya merupakan pajak
tidak langsung.
4) Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya
Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak
dapat digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat (pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh
pemerintsah daerah (pajak daerah).
a) Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya
berada pada pemerintah pusat. Tergolong jenis pajak ini antara
lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang dan Jasa (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPn BM), Bea Materai dan Cukai.
20
b) Pajak Daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya
berada pada pemerintah daerah, baik pada pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota.
2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
a. Definisi Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Mangoting (1999) tax planning didefinisikan sebagai
proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak
sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan
maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal,
sepanjang hal ini dimungkinakan oleh ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Menurut Pardiat (2009) perencanaan pajak (tax planning)
merupakan usaha untuk memperkecil pembayaran pajak ke tahun-tahun
berikutnya tanpa melanggar ketentuan Undang-Undang Perpajakan
yang berlaku, dengan cara memilih metode yang cepat, memanfaatkan
fasilias perpajakan atau stimulus perpajakan dan memanfaatkan celah-
celah undang-undang perpajakan.
Menurut Soemitro (1988) dalam Kurniasih & Sari (2013) tax
planning adalah suatu perencanaan pajak yang dilakukan oleh seorang
tax planner untuk wajib pajak tertentu baik perorangan, badan atau suatu
usaha dengan menerapkan perturan perundang-undangan pajak secara
legal dan terhadap suatu keadaan atau perbuatan yang melanggar atau
21
bertentangan dengan undang-undang sehingga wajib pajak membayar
pajak seringan-ringannya atau sama sekali tidak membayar pajak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak (tax planning)
adalah usaha yang dilakukan untuk meminimalkan atau menghilangkan
beban pajak dengan memanfaatkan celah-celah undang-undang
perpajakan tanpa melanggar hukum.
b. Tujuan Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Tujuan tax planning menurut Mangoting (1999) secara lebih khusus
ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) Menghilangkan atau menghapus pajak sama sekali
2) Menghilangkan atau menghapus pajak dalam tahun berjalan
3) Menunda pengakuan penghasilan
4) Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
5) Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan
membentuk badan usaha baru
6) Menghindari pengenaan pajak ganda
7) Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau
membentuk, mempercepat atau memperbanyak pengurangan pajak.
c. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Manfaat perencanaan pajak (Tax Planning) menurut Mangoting
(1999) adalah sebagai berikut:
1) Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya
dapat dikurangi.
22
2) Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang
dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat
pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas
secara lebih akurat.
d. Strategi dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Sophar Lumbantoruan (1996) dalam Mangoting (1999) ada
beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekan wajib pajak
untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar yaitu:
1) Pergeseran pajak (shifting) ialah pemindahan atau mentransfer
beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian
orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak
menanggungnya.
2) Kapitalisasi ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan
jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
3) Transformasi ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh
pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan
terhadapnya.
4) Tax Evasion ialah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan
peraturan perpajakan.
5) Tax avoidance ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan
yang ada.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa
diambil oleh wajib pajak –terutama badan, dalam usahanya
23
melaksanakan tax planning dengan tujuan mengatur atau dengan kata
lain meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Di antara strategi-
strategi tersebut ada yang legal maupun illegal. Untuk strategi-strategi
atau cara-cara yang legal –sesuai dengan aturan undang-undang yang
berlaku, biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak
diatur dalam undang-undang atau dalam hal ini memanfaatkan celah-
celah yag ada dalam undang-undang perpajakan (loopholes)
(Mangoting, 1999).
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Menurut Murtopo (2011: 7) Penghindaran diri dari pajak (Tax
Avoidance) dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi
alasan untuk dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan WP masih
dalam kerangka peraturan perpajakan.
Menurut Mardiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance)
adalah salah satu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo (2003), menurut Heru
(1997) dalam Budiman & Setiyono (2012) penghindaran pajak adalah usaha
pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan
seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan
maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan
yang berlaku.
Hanlon & Heitzman (2010) dalam Carolina et al. (2014) menyatakan
bahwa tax avoidance merupakan rangkaian aktivitas perencanaan pajak
24
dengan tujuan mengurangi jumlah pajak secara eksplisit. Menurut
Kurniasih & Sari (2013) Tax Avoidance bukan pelanggaran undang-undang
perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari,
meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang
dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Suandy (2011) dalam Carolina
et al. (2014) menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah rekayasa
transaksi perpajakan (tax affairs) yang masih berada dalam bingkai
ketentuan perpajakan (lawful).
Definisi penghindaran pajak di atas menunjukkan bahwa penghindaran
pajak merupakan upaya pengurangan atau penghematan pajak sepanjang hal
ini dimungkinkan oleh peraturan yang ada. Contoh penghindaran pajak
adalah dengan cara mengarahkan transaksi pada transaksi yang bukan
merupakan objek pajak ataupun mengarahkan transaksi yang menghasilkan
biaya yang diperkenankan oleh undang-undang sebagai penghasilan kena
pajak (Carolina et al, 2014).
Adapun cara perusahaan melakukan penghindaran pajak menurut Merks
(2007) dalam Kurniasih & Sari (2013) adalah sebagai berikut:
a. Memindahkan subjek pajak dan atau objek pajak ke Negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven
country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)
b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi
dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak
yang paling rendah (formal tax planning)
25
c. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin
capitalization, treaty shopping dan controlled foreign corporation
(Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai
substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).
4. Derivatif Keuangan
a. Pengertian Derivatif
Efek derivtaif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang
bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan
langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif
merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang
keuntungannya terkait dengan kinerja asset lain. Asset lain ini disebut
sebgai Underlying Assets.
Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak
finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji
untuk membeli atau menjual asset/komoditas yang dijadikan sebgaai
objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan
kesepakatan bersama antara pihak penjua dan pihak pembeli. Adapun
nilai di masa mendatang dari objek yang diperdagangkan tersebut sangat
dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.
Derivatif yang ada di bursa efek adalah derivatif keuangan (financial
derivative). Derivatif keuangan merupakan instrument derivatif, di
mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen
keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks
26
obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrument-
instrumen keuangan lainnnya (www.idx.co.id).
b. Jenis Derivatif
Derivatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) opsi (option); (2)
future dan forward; dan (3) swap (Donohoe, 2015; Ryan, 2007; Strong,
2005)
1) Opsi
Opsi (option) menurut Brigham (2001) adalah kontrak atau
perjanjian yang memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli
(call option) atau menjual (put option) suatu aktiva dengan harga
yang ditentukan terlebih dahulu dalam periode waktu tertentu.
2) Future dan Forward
Kontrak forward (forward contract) adalah perjanjian di mana
salah satu pihak setuju untuk membeli komoditas dengan harga
tertentu pada tanggal tertentu di masa depan sementara pihak
lainnya setuju untuk melakukan penjualan itu. Barang-barang
memang telah benar-benar diserahkan dalam kontrak forward.
Jika kedua belah pihak secara keuangan kurang kuat, ada bahaya
bahwa salah satu pihak tidak bisa memnuhi kontrak, khususnya jika
harga komoditas itu berubah drastis setelah perjanjian tercapai.
Kontrak future (Future contract) adalah serupa dengan kontrak
forward, tetapi ada tiga perbedaan penting: (1) kontrak future
“disesuaikan ke pasar” atas dasar harian yang berarti keuntungan
27
serta kerugian dicatat dan harus disediakan uang untuk menutup
kerugian. Hal ini sangat mengurangi resiko tidak dapat memenuhi
kontrak yang ada pada kontrak forward. (2) dalam kontrak future,
penyerahan fisik aktiva yang mendasari sebenarnya tidak pernah
terjadi˗kedua pihak hanya membayar tunai perbedaan antara harga
menurut kontrak dan harga aktual pada tangga jatuh tempo. (3)
kontrak future pada dasarnya merupakan instrument standarisasi
yang diperdagangkan di bursa, sementara kontrak forward
umumnya dibuat khusus, melalui negosiasi antara kedua pihak, dan
tidak diperdagangkan sesudah ditandatangani. (Brigham, 2001)
3) Swap
Swap sesuai yang tersirat dalam namanya adalah dua pihak yang
setuju menukarkan sesuatu, umumnya kewajiban untuk melakukan
aliran pembayaran tertentu. Kebanyakan swap ini melibatkan baik
pembayaran bunga maupun mata uang (Brigham, 2001).
c. Perlakuan Pajak atas Transaksi Derivatif di Indonesia
Menurut Oktavia dan Martani (2013:3-4) pada awalnya pajak atas
transaksi derivatif ini tidak diatur dalam aturan setingkat undang-
undang, tetapi diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak dan
Surat Direktur Jendral Pajak. Namun, seiring dengan perkembangan
penggunan derivatif serta diberlakukannya Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak atas transaksi derivatif
statusnya menjadi “sedikit lebih jelas” dengan dikenaknanya pajak
28
bersifat final (sesuai dengan pasal 4 ayat 2) atas penghasilan dari
transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan
Pemerintah No 17 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang
Diperdagangkan di Bursa. Peraturan Pemerintah (PP) ini mengatur
bahwa penghasilan dari transaksi derivatif berpa kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa, dikenai PPh final sebesar 2,5% dari margin
awal.
Penerbitan PP No. 17 tahun 2009 ini ditentang oleh Asosiasi Pialang
Berjangka dan Ikatan Perusahaan Pedagang Berjangka Indonesia
(Agustian, 2009 dalam Oktavia dan Martani, 2013). Sebagai bentuk
penolakan terhadap PP No. 17 Tahun 2009, mereka mengajukan uji
material ke Mahkamah Agung terkait dengan PP tersebut. Menurut
Agustian (2009 dalam Oktavia dan Martani, 2013) alasan penolakan
terhadap PP No. 17 Tahun 2009 tersebut antara lain:
1) PP ini dianggap sangat merugikan karena membebankan Pajak
Penghasilan yang sangat besar, yaitu 2,5% dari margin awal.
2) Dasar pengenaan Pajak Penghasilan dari margin awal adalah tidak
tepat secara hukum, karena margin hanyalah jaminan untuk
bertransaksi dan bukan merupakan objek dari pajak penghasilan.
29
3) Pembebanan tarif PPh final sebesar 2,5% dari margin awal sangat
diskriminatif dan berpotensi mematikan industry berjangka di
Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari pengajuan uji material ini, Mahkamah
Agung kemudian memberikan putusan nomor 22 P/HUM/2009 yang
menyatakan mengabulkan hak uji materiil pemohon, sehingga
diterbitkanlah PP Nomor 31 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa PP
Nomor 17 Tahun 2009 dicabut dan tidak berlaku lagi (Agustian, 2009
dalam Oktavia dan Martani, 2013). Dengan demikian, sampai detik ini
kepastian hukum perpajakan atas transaksi derivatif masih belum jelas
(Oktavia dan Martani, 2013)
5. Leverage
Perusahaan umumnya menggunakan baik pendanaan utang maupun
ekuitas. Kreditor biasanya tidak mau memberikan dana tanpa perlindungan
dari pendanaan ekuitas. Leverage keuangan mengacu pada jumlah
pendanaan utang dalam struktur modal suatu perusahaan. Perusahaan
dengan leverage keuangan disebut memperdagangkan ekuitas (trading on
the equity). Hal ini menunjukkan perusahaan menggunakan modal ekuitas
sebagai dasar pinjaman untuk mendapatkan kelebihan pengembalian
(Subramanyam & Wild).
Menurut Budiman dan Setiyono (2012) leverage merupakan sumber
pendanaan perusahaan eksternal dari hutang, hutang yang dimaksud di sini
adalah hutang jangka panjang. Menurut Kasmir (2011) dalam Carolina et
30
al. (2014) leverage menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Hal ini berarti leverage akan menunjukkan perbandingan
sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya, antara menggunakan uang dengan menggunakan modal sendiri.
Menurut Suyanto & Supramono (2012) perusahaan dimungkinkan
menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi
perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate
return) yang disebut dengan bunga. Semakin besar utang maka laba kena
pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang
semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan
utang oleh perusahaan.
Menurut Adelina (2012) dalam Darmawan dan Sukartha (2014)
leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai bisnis operasinya.
Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga
yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan
mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak
yang harus dibayar perusahaan akan berkurang.
Leverage dapat diukur melalui rasio utang. Rasio utang akan
menunjukkan proporsi pendanaan perushaan yang dibiayai dengan utang.
Rasio ini dihitung dengan memembandingkan total utang dengan total
aktiva. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
struktur modal perusahaan. Semakin tinggi leverage sebuah perusahaan
31
berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada
krediturnya (Kasmir, 2011 dalam Carolina et al., 2014)
Akibat utama penggunaan dana pinjaman (utang jangka panjang)
meyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga atas
pembayaran utang. Penggunaan dana yang menyebabkan beban tetap ini
dapat mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan melalui pembebanan
bunga utang sebagai biaya. Pembebanan bunga utang tersebut dapat
dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, sehingga penggunaan utang
akan memberikan manfaat pajak bagi perusahaan (Carolina et al., 2014).
6. Ukuran Perusahaan
Menurut Hormati (2009) dalam Dewi & Jati (2014) mendefinisikan
ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan
suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset,
log size, dan sebagainya. Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati
(2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan perusahaan
kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total asset perusahaan,
nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan. Ukuran perusahaan umumnya
dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium firm, dan small firm
(Kurniasih dan Sari, 2013:3). Penentuan ukuran perusahaan didasarkan
kepada total asset perusahaan. Semakin besar total asset maka menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relative
panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan
32
lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan
dengan total asset yang kecil (Ngadiman & Puspitasari, 2014).
Menurut Indriani (2005) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007)
tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin
besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam
jangka waktu relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba
dibanding dengan perusahaan dengan total kativa yang kecil (Kurniasih dan
Sari, 2013:3). Semakin besar total asset mengindikasikan semakin besar
pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaannya
maka transaksi yang diakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu
memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada
untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi (Rego, 2003
dalam Dewi & Jati, 2014).
Semakin besar ukuran perusahaan, akan lebih mempertimbangkan
risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk
dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang memiliki skala yang lebih kecil untuk
melakukan pengelolaan pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalm
perpajakan diperlukan agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh
perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban pajak perusahaan.
Perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola beban
pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan (Nicodeme, 2007
33
dalam Darmadi, 2013). Banyaknya sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan berskala besar maka akan semakin besar biaya pajak yang dapat
dikelola oleh perusahaan (Darmawan dan Sukartha, 2014).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan derivatif keuangan, leverage,
ukuran perusahaan dan penghindaran pajak (tax avoidance) pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti lain. Peneliti akan menyampaikan beberapa penelitian
sebagai dasar acuan untuk mendukung hipotesis. Penelitian terdahulu diuraikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
34
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Oktavia dan
Dwi Martani
(2013)
Tingkat
Pengungkapan Dan
Penggunaan Derivatif
Keuangan Dalam
Aktivitas
Penghindaran Pajak
Penggunaan
Derivatif
Keuangan dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Tingkat
Pengungkapan
Derivatif
Keuangan
Penggunaan derivatif
keuangan berpengaruh
terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)
2. Judi Budiman
dan Setiyono
(2012)
Pengaruh Karakter
Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
Penghindaran
Pajak (tax
avoidance)
Variabel control
yaitu Sales
Growth, Net
operating Loss
Risiko Perusahaan
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
3. Scott D.
Dyreng,
Michelle
Hanlon dan
Edward L.
Maydew (2009)
The Effects of
Executives on
Corporate Tax
Avoidance
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Eksekutif
Perusahaan
Eksekutif perusahaan
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Bersambung ke halaman berikutnya
35
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Bersambung ke halaman berikutnya
No Penelitian
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Ni Nyoman
Kristiana Dewi
dan I Ketut Jati
(2014)
Pengaruh Karakter
Eksekutif,
Karakteristik
Perusahaan Dan
Dimensi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik
Pada Tax Avoidance
Di Bursa Efek
Indonesia
Ukuran
Perusahaan dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Risiko Perusahaan,
Multinational
Company,
Kepemilikan
Institusional,
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen,
Kualitas Audit,
Komite Audit
Risiko perusahaan, kualitas
audit dan komite audit
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax
avoidance)
5. Tommy
Kurniasih dan
Maria M. Sari
(2013)
Pengaruh Return On
Assets, Leverage,
Corporate
Governance, Ukuran
Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal Pada Tax
Avoidance
Leverage,
Ukuran
Perusahaan dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Return On Assets,
Komposisi
Komisaris
Independen,
Keberadaan Komite
Audit dan
Kompensasi Rugi
Fiskal
Return On Assets,Ukuran
Perusahaan dan Kompensasi
Rugi Fiskal berpengaruh
terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)
36
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Bersambung ke halaman berikutnya
No Penelitian
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Krisnata Dwi
Suyanto dan
Supramono
(2012)
Likuiditas, Leverage,
Komisaris Independen
dan Manajemen Laba
terhadap Agresivitas
Pajak Perusahaan
Leverage dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Likuiditas,
Komisaris
Independen dan
Manajemen Laba
Leverage, komisaris
independen, dan
manajemen laba
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
7. Ngadiman
dan
Christiany
Puspitasari
(2014)
Pengaruh Leverage,
Kepemilikan
Institusional dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada
Perusahaan Sektor
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2010-2012
Leverage,
Ukuran
Perusahaan dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Kepemilikan
Institusional
Ukuran Perusahaan dan
Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
37
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Sumber: Jurnal-jurnal referensi
No Penelitian
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Calvin
Swingly dan I
Made Sukartha
(2015)
Pengaruh Karakter
Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan,
Leverage dan Sales
Growth pada Tax
Avoidance
Ukuran
Perusahaan,
Leverage dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Karakter
Eksekutif,
Komite Audit
dan Sales
Growth
Karakter Eksekutif, Ukuran
Perusahaan dan leverage
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
9. Christine
Harrington and
Walter Smith
(2012)
Tax Avoidance and
Corporate Capital
Structure
Leverage dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Issue of Debt Debt berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
10. I Gede Hendy
Darmawan dan
I Made
Sukartha
(2014)
Pengaruh
Penerapan
Corporate
Governance,
Leverage, Return
On Assets dan
Ukuran Perusahaan
pada penghindaran
pajak
Leverage dan
Ukuran
Perusahaan dan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Corporate
Governance dan
Return On Assets
Corporate Governance, Return
On Assets dan Ukuran
Perusahaan berpengaruh
terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
38
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis
1. Dervatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan
berpengaruuh dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Hasil penelitian Oktavia dan Martani (2013) menunjukkan bahwa
adanya pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Sementara hasil penelitian Swingly dan Sukartha
(2015), Suyanto dan Supramono (2012) dan Nagadiman dan Puspitasari
(2014) menunjukkan adanya pengaruh dari variabel leverage dan ukuran
perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa variabel derivatif keuangan, leverage dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
2. Derivatif Keuangan dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Menurut penelitian Donohoe (2012), derivatif keuangan dapat
digunakan oleh perusahaan-perusahaan sebagai alat penghindaran pajak.
Adanya ketidakjelasan definisi spekulatif atau tidaknya suatu transaksi
derivatif dimanfaatkan perusahaan untuk menggunakan derivatif keuangan
sebagai alat penghindaran pajak (Oktavia dan Martani, 2013). Menurut
Darussalam dan Karyadi (2012) dalam Oktavia dan Martani (2013) definisi
ini tidak ditemukan dalam peraturan perpajakan di Indonesia, meskipun
39
dalam penjelasan pasal 6 ayat 1 huruf a dalam UU PPh telah disebutkan
bahwa: “Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran
tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memlihara penghasilan yang merupakan objek pajak”. Padahal, untuk
menentukan apakah suatu rugi derivatif itu bersifat deductible atau non-
deductible, diperlukan suatu definisi yang jelas dalam aturan perpajakan
mengenai spekulatif atau tidaknya suatu transaksi derivatif. Oleh karena itu,
perlu diuji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat penghindaran
pajak dengan tingkat penggunaan derivatif keuangan. Penelitian ini
menggunakan net fair value of derivative instrument sebagai proksi
penggunaan derivatif keuangan (Oktavia, 2013)
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance).
3. Leverage dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap yang disebut bunga. Semakin besar utang maka
laba kena pajak akan lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang
semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan
utang oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi
akan lebih memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan
40
sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak (Suyanto
dan Supramono, 2012).
Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin
tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang
perusahaan maka nilai CETR akan semakin rendah (Richadson & Lanis,
2007 dalam Kurniasih & Sari, 2013).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)
4. Ukuran Perusahaan dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Menurut Rego (2003) dalam Dewi dan Jati (2014) semakin besar ukuran
perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks.
Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah
yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi.
Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Kurniasih dan Sari (2013)
bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang
dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu
menggunakan sumber daya yang dimulikinya untuk membuat suatu
perencanaan pajak yang baik (political power theory). Namun perusahaan
tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan
perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi
41
sorotan dan sasaran dari keputusan regulator – political cost theory (Watts
dan Zimmerman, 1986 dalam Kurniasih dan Sari, 2013).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)
42
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara
skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Bersambung pada halaman selanjutnya
Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Basis Teori: Teori Perpajakan, Derivatif Keuangan, Leverage dan
Ukuran Perusahaan
Variabel Independen Variabel Dependen
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
(Y)
Ukuran Perusahaan
(X3)
Leverage (X2)
Derivatif Keuangan
(X1)
43
Gambar 2.1 (lanjutan)
Model Analisis:
Regresi Liner Berganda
Alat Analisis:
Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari variabel independen yang dalam
penelitian ini adalah Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan
terhadap variabel dependen yaitu Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang bergerak dalam
sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012
sampai 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode pemilihan sampel pada penelitian dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu
yang telah ditentukan. Kriteria-kriteria dari perusahaan tersebut ialah:
1. Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang non keuangan.
2. Perusahaan go public atau yang telah terdaftar di BEI sebelum tahun 2012.
3. Tidak mengalami kerugian selama periode 2012 sampai 2014.
4. Perusahaan melakukan transaksi derivatif dan melaporkan nilai wajarnya
selama periode 2012 sampai 2014 berturut-turut.
5. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan
dengan lengkap.
45
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data
sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder disini
menggunakan data runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan dan
data antar ruang (cross section). Data yang digunakan berupa laporan keuangan
tahunan perusahaan periode 2012 sampai 2014. Data tersebut diperoleh dari
melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id. Selain itu
juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel, dan berbagai
buku referensi sebagai sumber data dan acuan dalam penelitian ini. Dalam
memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskripif, uji asumsi klasik dan
uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2090:19).
46
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedaktisitas.
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2090:174) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen
(bebas) mempunyai konstribusi atau tidak. Penelitian yang
menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji data
mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal
Probability Plot. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal
atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya
jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2009).
Uji normaitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh karena itu, uji
grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik
Kolomogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis:
47
H0: Data residual berdistribusi normal
HA: Data residual berdistribusi tidak normal
Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal
atau H0 ditolak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya
korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya suatu masalah multikolinearitas
dalam model regresi, peneliti dapat menggunakan nilai VIF (Variance
Infaltion Factor) dan Tolerance, seperti berikut ini:
1) Jika nilai Tolerance di bawah 0.1 dan nilai VIF di atas 10, maka
model regresi mengalami masalah multikolinearitas.
2) Jika nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10, maka
model regresi tidak mengalami masalah multikolinearitas. (Ghozali,
2009: 95)
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
48
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak
bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut (time series) karena “gangguan” pada
seorang individu/kelompok cenderung memengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2009:
99). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokolerasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test), di mana hasil pengujian ditentukan
berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW), di mana secara umum dapat
diambil kesimpulan:
1) Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Santoso,
2014:194).
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi
heteroskedastisitas.
49
Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedaktisitas dapat
ditentukan dengan melihat grafik Plot (scatterplot) antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika Grafik plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar
kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-
titik meneyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedaktisitas (Ghozali, 2009: 125).
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin
keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan adalah uji Park. Uji
heteroskedastisitas juga dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi
Park antara masing-masing variabel indipenden dengan residualnya.
Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat
heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka
terdapat heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Persamaan Linier Berganda
Metode yang digunakan penelii adalah regresi linier berganda.
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linier antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel
dependen (Y). Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
50
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini
digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara
kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. adapun rumus
yang digunakan:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana:
Y = Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
X1 = Derivatif Keuangan
X2 = Leverage
X3 = Ukuran Perusahaan
β = Bilangan Kostanta (harga Y, bila X=0)
e = error
Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
1) Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel
dependen. Nilai (Adjusted R2) mempunyai interval antara 0 dan
1. Jika nilai Adjusted R2 bernilai besar (mendeteksi 1) berarti
variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan
jika (Adjusted R2) bernilai kecil berarti kemampuan variabel
51
bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun
waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi (Ghozali, 2011:97).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel dependen, (R2) pasti
meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan
nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik.
Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R2 dapat naik dapat turun
apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model.
Pengujian ini pada intinya adalah mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen.
3) Uji Statistik Fisher (F)
Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan tujuan
untuk menguji keseluruhan variabel independen terhadap satu
52
variabel dependen secara bebas dengan signifikan sebesar 0,05
dapat disimpulkan (Ghozali, 2011:98)
1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,
ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai signifkan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima,
ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen
atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).
Dalam hal ini nilai signifikan t < 0,05 (5%) maka hasilnya
signifikan atau Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel independen secara individual terhadap
dependen.
Dalam penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan
Derivatif Keuangan, Leverage, Ukuran Perusahaan terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Data tersebut diolah
menggunakan SPSS 20.
53
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independen variable)
Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Dengan variabel terikat
(dependen variable) Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), berikut dengan
definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel Independen
a. Derivatif Keuangan (X1)
Derivatif keuangan merupakan instrument derivatif, di mana
variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen
keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks
obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrument-
instrumen keuangan lainnnya (www.idx.co.id).
Menurut penelitian Donohoe (2012), derivatif keuangan dapat
digunakan oleh perusahaan-perusahaan sebagai alat penghindaran
pajak. Adanya ketidakjelasan definisi spekulatif atau definisi spekulatif
tidaknya suatu transaksi derivatif dimanfaatkan perusahaan untuk
menggunakan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran pajak
(Oktavia dan Martani, 2013). Penelitian ini menggunakan net fair value
of derivative instrument sebagai proksi penggunaan derivatif keuangan
54
(Oktaviadan Martani, 2013). Adapun rumus untuk menghitung fair
value of derivative instrument adalah sebagai berikut:
b. Leverage (X2)
Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan eksternal dari
utang, utang yang dimaksud di sini adalah utang jangka panjang
(Budiman dan Setiyono, 2012) Perusahaan yang memiliki kewajiban
pajak tinggi akan lebih memilih untuk berutang agar mengurangi pajak.
Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban
pajak. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan lebih kecil
karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Suyanto dan
Supramono, 2012).
Variabel leverage diukur dengan membagi total kewajiban jangka
panjang dengan total aset perusahaan (Harrington & Smith, 2012).
Rumus yang digunakan untuk menghitung leverage adalah sebagai
berikut:
c. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan
DER = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑓𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡−1
Lev = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
55
perusahaan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total
asset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan. Ukuran
perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium
firm, dan small firm. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan
berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa
perusahaan semakin baik dalam jangka waktu relatif panjang.
(Kurniasih dan Sari, 2013:3).
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural
logarithm total asset yang dimiliki perusahaan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
2. Variabel Dependen
a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Y)
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha untuk
mengurangi atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar
perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Menurut
Dyreng et al. (2010)penghindaran pajak dihitung dengan rumus Cash
Effective Tax Rate (CETR) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan
untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Rumus yang
digunakan untuk menghitung CETR adalah sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)
CETR = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
56
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan operasionalisasi
variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Peneitian
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
(Y)
Ref: Dyreng et
al. (2010)
Penghindaran Pajak dihitung dengan CETR
yaitu pembayaran pajak dibagi dengan laba
sebelum pajak
= 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Rasio
Derivatif
Keuangan (X1)
Ref: Oktavia
dan Martani
(2013)
Derivatif Keuangan dihitung dengan nilai
absolut dari fair value of derivatif instrument
dibagi dengan total asset t-1
= 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑓𝑎𝑖𝑟 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡−1
Rasio
Leverage (X2)
Ref: Harrington
and Smith
(2012)
Leverage dihitung dengan total kewajiban
jangka panjang dibagi dengan total asset
perusahaan
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
Rasio
Ukuran
Perusahaan (X3)
Ref: Budiman
dan Setiyono
(2012)
Ukuran Perusahaan dihitung dengan Natural
logarithm dari total asset perusahaan
= Ln (Total Aset)
Rasio
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi objek penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 sampai 2014. Perusahaan
nonkeuangan tersebut tidak keluar dari BEI (delisting). Sampel yang
didapatkan sebanyak 13 perusahaan non keuangan yang terdafatar di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2014 dengan data observasi sebanyak 39
perusahaan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan sampel
adalah metode purposive sampling. Penelitian secara purposive sampling
mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan repesentasi dari populasi yang ada, serta sesuai dengan tujuan
dari penelitian. Data yang digunakan yaitu diambil dari laporan tahunan dan
laporan keuangan auditan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 yang diperoleh
melalui website www.idx.co.id.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
tampak pada table 4.1 sebagai berikut:
58
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian Dengan Kriteria
Sumber: data sekunder diolah
Jumlah perusahaan non keungan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2012-2014 berjumlah 359 perusahaan. Dari 359
perusahaan non keuangan tersebut terdapat 318 perusahaan yang tidak
melakukan transaksi derivatif, 10 perusahaan yang mengalami kerugian dan
18 perusahaan yang tidak melaporkan nilai wajar transaksi derivatif.
Sehingga jumlah perusahaan non keuangan yang dapat dijadikan sampel
adalah sebanyak 13 perushaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 perusahaan. Berikut ini
adalah nama-nama perusahaan non keuangan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini:
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang tercatat di IDX tahun 2014 505
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2012-2014 359
Perusahaan yang tidak melakukan transaksi derivatif
selama 2012-2014 (318)
Perusahaan yang mengalami kerugian antara tahun
2012-2014 (10)
Perusahaan yang tidak melaporkan nilai wajar transaksi
derivatif (18)
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian 13
Tahun penelitian 3
Jumlah sampel total selama periode penelitian 39
59
Table 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1 ASGR PT Astra Graphia Tbk
2 ASII PT Astra International Tbk
3 CASS PT Cardig Aero Services Tbk
4 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk
5 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
6 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
7 RUIS Pt Radiant Utama Interinsco Tbk
8 SMAR PT Smart Tbk
9 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk
10 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
11 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
12 UNTR PT United Tractors Tbk
13 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber: data sekunder diolah
Sampel tersebut dipilih karena memenuhi semua kriteria yang
disesuaikan dengan kebutuhan analisis penelitian.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (Derivatif keuangan, leverage, ukuran
perusahaan) terhadap variabel dependen penghindaran pajak (tax avoidance)
60
1. Hasil Uji Stastistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen (Y) yaitu tax avoidance serta variabel independen (X) yaitu
derivatif keuangan, leverage, dan ukuran perusahaan. Hasil pengujian
variabel-variabel tersebut secara deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel
4.3
Tabel 4.3
Hasil uji statistik deskriptif
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap variabel derivatif keuangan menunjukkan nilai
minimum sebesar 0,0001, nilai maksimum sebesar 0,0671 dengan rata-rata
sebesar 0,010388 dan standar deviasi sebesar 0,0164505.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0331, nilai maksimum
sebesar 0,5702 dengan rata-rata sebesar 0,189514 dan standar deviasi
sebesar 0,1443905.
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Derivatif
Keuangan 39 0.0001 0.0671 0.010388 0.0164505
Leverage 39 0.0331 0.5702 0.189514 0.1443905
Ukuran
Perusahaan 39 12.1133 31.2623 18.93357 5.4634839
Tax avoidance 39 -0.1479 0.4742 0.227955 0.101784
61
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
ukuran perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 12,1133, nilai
maksimum sebesar 31,2623 dengan rata-rata sebesar 18,93357 dan standar
deviasi sebesar 5,4634839.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
tax avoidance menunjukkan nilai minimum sebesar -0,1479, nilai
maksimum sebesar 0,4742 dengan rata-rata sebesar 0,227955 dan standar
deviasi sebesar 0,101784.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah
data memenuhi asumsi klasik. Adapun dalam penelitian ini variabel
independen yang digunakan adalah Derivatif Keuangan (DER), Leverage
(LEV), Ukuran Perusahaan (SZE), sedangkan variabel dependen yang
digunakan adalah Penghindaran Pajak (TAX). Hasil dari uji asumsi klasik
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2009). Jika terdapat normalitas, maka
residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan grafik normal plot dan metode uji non-parametric
62
Kolomogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan pada
grafik normal plot dapat dilihat dari titik penyebaran data pada sumbu
diagonal pada grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal
dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2009). Adapun hasil uji
normalitas dengan menggunakan grafik normal plot dalam penelitian ini
dapat dilihat dalam gambar 4.1.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas (Uji Grafik Normal Plot)
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, hasil dari uji grafik normal plot
menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
63
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya (ghozali, 2009). Oleh karena itu dalam penelitian ini juga
menggunakan metode uji non-parametric Kolomogorov-Smirnov (K-S).
Uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data
residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel ini tidak
terdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas
0,05 maka Ha ditolak yang berarti data berdistribusi secara normal
(Ghozali, 2009). Adapun hasil uji normalitas penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas (Uji Kolomogorov-Smirnov)
Sumber: Data sekunder diolah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation
.05417454
Most Extreme Differences
Absolute .112
Positive .112
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .700
Asymp. Sig. (2-tailed) .711
64
Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji Kolomogorov-Smirnov (K-S)
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat
terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,711 dan nilainya di atas α =
0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan data terdistribusi secara normal,
sehingga model penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik
normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk
mendeteksi adanya masalah multikolinearitas dalam penelitian ini
dengan menggunakan nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor). Regresi yang terbebas dari masalah multikolinearitas apabila
nilai VIF <10 dan nilai Tolerance >0,10, maka data tersebut tidak ada
multikolinearitas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolinearitas pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
Derivatif keuangan 0.499 2.003
Leverage 0.418 2.390
Ukuran perusahaan 0.776 1.289
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas atau tidak terdapat
65
hubungan antara variabel independen dalam penelitian ini. Hal ini dapat
dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) semua variabel berada
dikisaran 1 hingga 10 yaitu variabel Derivatif Keuangan sebesar 2,003,
variabel Leverage sebesar 2,390 dan variabel Ukuran perusahaan
sebesar 1,289. Selain itu nilai Tolerance setiap variabel kurang dari 1
yaitu variabel Derivatif Keuangan sebesar 0,499, variabel Leverage
sebesar 0,418 dan variabel Ukuran perusahaan sebesar 0,776. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinearitas dalam penelitian ini.
c. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi menunjukkan hasil yang dapat mendeteksi ada atau
tidaknya autokolerasi dalam analisis regresi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokolerasi maka dapat dilakukan dengan melihat nilai
Durbin-Watson. Dari hasil pengujian autokolerasi menggunakan
Durbin-Watson statistik, maka didapatkan hasil seperti yang tertera
dalam tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
Durbin-Watson Keterangan
1.810 Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.6 di atas dapat
dilihat bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test
menunjukkan nilai 1,810, di mana angka tersebut berada diantara -2
66
sampai +2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
bebas dari adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pada tabel 4.7 di bawah
ini merupakan uji heteroskedastisitas menggunakan uji Park. Jika
probabilitas signifikansi variabel di atas tingkat kepercayaan 5% maka
dapat dikatakan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas dengan uji park di tampilkan dalam tabel
4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)
Variabel Sig.
Derivatif keuangan 0.200
Leverage 0.361
Ukuran perusahaan 0.922
Sumber: Data sekunder diolah
Hasil uji park di atas menunjukkan nilai signifikansi variabel
derivatif keuangan sebesar 0,200, variabel leverage sebesar 0,361 dan
variabel ukuran perusahaan sebesar 0,922. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan yaitu tidak terdapat heteroskedastisitas dalam
penelitian ini karena nilai signfikansi setiap variabel lebih besar dari
0,05.
67
3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji persamaan Linier Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression
analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik
t dan uji statistik F:
1) Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Koefisien determinan (Adjusted R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi dalam menerangkan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen derivatif keuangan, leverage dan
ukuran perusahaan dengan variabel dependen penghindaran pajak
(tax avoidance). Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square
disajikan dalam tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Koefisien Determinan
Model Adjusted R Square
1 0.692
Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.8 memperlihatkan Adjusted R Square adalah
sebesar 0,692. Hal ini berarti 69,2% variabel penghindaran pajak
(tax avoidance) dapat dijelaskan oleh variabel derivatif keuangan,
leverage dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar (100%
- 69,2% = 30,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini seperti
68
kepemilikan institusional, risiko perusahaan, kualitas audit, komite
audit, proporsi dewan komisaris independen dan lain-lain (Dewi &
Jati 2014 dan Ngadiman & Puspitasari 2014)
2) Uji Statistik Fisher (F)
Uji statistik Fisher (F) digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari
0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Berikut ini adalah tabel 4.9
yang menunjukkan hasil uji statistik F.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa hasil uji
statistik F memiliki nilai probability sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan seluruh
variabel derivatif keuangan, leverage, dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya yaitu
penghindaran pajak (tax avoidance).
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 0.282 3 0.094 29.516 0.000
Residual 0.112 35 0.003
Total 0.394 38
69
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil
uji statistik t dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data sekuder diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat hasil uji statistik
anatara variabel independen dengan dependen sebagai berikut:
Hasil uji hipotesis 2:
Derivatif Keuangan berpengaruh signifikan terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tabel 4.10 menunjukkan hasil Derivatif Keuangan (DER)
memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000. Tingkat signifikan
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H2 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa Derivatif Keuangan berpengaruh signifikan
terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Adapun nilai beta
yang dihasilkan adalah negatif sebesar 3,209.
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 0.141 0.033 4.263 0.001
Der -3.209 0.788 -0.519 -4.072 0.000
Lev -0.316 0.098 -0.448 -3.220 0.003
Sze 0.010 0.002 0.510 4.994 0.000
a. Dependent Variable: Tax
70
Hasil uji hipotesis 3:
Leverage berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
Tabel 4.10 menunjukkan hasil Leverage (LEV) memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,003. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari
0,05 yang berarti H3 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
Leverage berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance). Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif
sebesar 0,316.
Hasil uji hipotesis 4:
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tabel 4.10 menunjukkan hasil Ukuran Perusahaan (SZE)
memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000. Tingkat signifikan
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H4 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Adapun nilai beta
yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,010.
Berdasarkan tabel 4.10, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Pada persamaan regresi di atas maka dapat diartikan bahwa nilai
konstanta sebesar 0,141, menunjukkan jika variabel independen
Y = 0,141 – 3,209X1 – 0,316X2 + 0,010X3
71
dianggap tidak ada maka akan terjadi peningkatan penghindaran
pajak (tax avoidance) sebesar 0,141. Koefisien regresi untuk
variabel derivatif keuangan sebesar 3,209 menunjukkan setiap
adanya perubahan 1 satuan tingkat derivatif keuangan maka dapat
menurunkan variabel penghindaran pajak (tax avoidance) sebesar
3,209. Koefisien regresi untuk variabel leverage sebesar 0,316
menunjukkan setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat leverage
maka dapat menurunkan variabel penghindaran pajak (tax
avoidance) sebesar 0,316. Koefisien regresi untuk variabel ukuran
perusahaan sebesar 0,010 menunjukkan setiap adanya perubahan 1
satuan tingkat ukuran perusahaan maka dapat menaikkan variabel
penghindaran pajak (tax avoidance) sebesar 0,010.
C. Pembahasan
1) Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara
simultan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Hipotesis 1: Derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan secara
simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji F menunjukkan hasil hipotesis H1
menunjukkan bahwa variabel derivatif keuangan, leverage dan ukuran
perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance). Dapat dilihat dari tabel 4.9 hasil uji F memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05
72
yang berarti H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa derivatif
keuangan, leverage dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Oktavia & Martani (2013),
Hanum & Zulaikha (2013), Kurniasih & Sari (2013), Ngadiman &
Puspitasari (2014) dan Swingly & Sukartha (2015) yang menyatakan bahwa
derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
2) Pengaruh Penggunaan Derivatif Keuangan terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
Hipotesis 2: Penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance).
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil hipotesis H2 menunjukkan
bahwa variabel Derivatif Keuangan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Dapat dilihat dari tabel 4.10 menunjukkan nilai
koefisien beta sebesar -3,209 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H2 diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa Derivatif Keuangan berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat penggunaan derivatif
keuangan dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi penghindaran pajak
suatu perusahaan. Adanya ketidakjelasan definisi spekulatif atau tidaknya
suatu transaksi derivatif dimanfaatkan perusahaan untuk menggunakan
73
derivatif sebagai alat penghindaran pajak (Donohoe, 2012 dalam Oktavia &
Martani 2013). Semakin besar penggunaan derivatif keuangan yang
diindikasikan dengan semakin besarnya koefisien DER, maka semakin
besar pula perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Oktavia &
Martani, 2013). Hal ini dikarenakan semakin besar transaksi derivatif yang
digunakan, keuntungan yang diperoleh semakin besar, keuntungan yang
merupakan objek pajak ini membuat perusahaan lebih agresif dalam
melakukan penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Oktavia & Martani (2013)
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Derivatif keuangan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
3) Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Hipotesis 3: Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil hipotesis H3 menunjukkan
bahwa variabel leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance). Dapat dilihat dari tabel 4.10 menunjukkan nilai koefisien beta
sebesar -0,316 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003. Tingkat signifikan
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H3 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance).
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan utang dalam
membiayai kegiatan perusahaan maka semakin rendah pajak perushaannya
74
(Hanum & Zulaikha, 2013). Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
utang tinggi akan mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas bunga
pinjaman sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 tahun 2008
sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan
penghematan pajak dengan menambah utang guna memperoleh insentif
pajak yang besar (Suyanto & Supramono, 2012).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hanum & Zulaikha (2013),
Suyanto dan Supramono (2012) dan Swingly & Sukartha (2015) yang
menyatakan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak (Tax Avoidance).
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Hipotesis 4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil hipotesis H4 menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Dapat dilihat dari tabel 4.10 menunjukkan nilai
koefisien beta sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti H4 diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Menurut Rego (2003) dalam Dewi dan Jati (2014) semakin besar ukuran
perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks.
75
Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah
yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi.
Bahwa semakin besar perusahaan maka semakin besar tarif pajak efektifnya
dan dalam penyampaian informasi yang terdapat dalam laporan akhir tahun
harus sangat hati-hati untuk menghasilkan laporan yang akurat dan terhindar
dari salah saji (Siregar dan Utama, 2005 dalam Hanum & Zulaikha 2013).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hanum & Zulaikha (2013),
Kurniasih & Sari (2013), Ngadiman & Puspitasari (2014) dan Swingly &
Sukartha (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh derivatif keuangan,
leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)
pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode tahun 2012-2014. Sampel penelitian ini berjumlah 39
perusahaan dan analisis dilakukan menggunakan uji regresi berganda.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak (Tax Avidance) (Oktavia &
Martani 2013, Swingly & Sukartha 2015, Ngadiman & Puspitasari 2014,
Hanum & Zulaikha 2013).
2. Derivatif keuangan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Oktavia & Martani (2013).
3. Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) hasil
ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hanum & Zulaikha
(2013), Suyanto dan Supramono (2012) dan Swingly & Sukartha (2015).
4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
77
Hanum & Zulaikha (2013), Kurniasih & Sari (2013), Ngadiman &
Puspitasari (2014) dan Swingly & Sukartha (2015).
B. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambah variabel
independen dan variabel dependen yang terkait yang belum terdapat
dalam penelitian ini.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengunakan pengukuran selain CETR (cash
effective tax rate) dalam mengukur penghindaran pajak (tax avoidance).
3. Penelitian selanjutnya tidak hanya meneliti sektor non keuangan saja,
tetapi juga sektor keuangan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Judi dan Setiyono. 2012. Pengaruh karakter Eksekutif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Thesis Universitas Gajah Mada.
Brigham, Eugene. F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Jakarta,
Erlangga.
Carolina, Verani., Maria Natalia dan Debbianita. 2014. Karakteristik Eksekutif
terhadap Tax Avoidance dengan Leverage sebagai Variabel Intervening.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 18, No.3 September 2014, hlm. 409-
419.
Darmawan, I Gede Hendy dan I Made Sukartha. 2014. Pengaruh Penerapan
Corporate Governance, Leverage, Return On Assets dan Ukuran Perusahaan
pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1:
143-161.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan I Ketut Jati. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif,
Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola yang Baik Pada Tax
Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Donohoe, M. 2015. Financial Derivatives in Corporates Tax Avoidance: A
Conceptual Perspective.
Donohoe, M. 2012. Financial Derivatives in Corporates Tax Avoidance: Why,
How, and Who? Working Paper, University of Illinois at Urbana-Champaign.
Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon and Edward L. Maydew. 2009. The Effects of
Executives on Corporate Tax Avoidance. Journal of The American Taxation
Association.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Cetakan VI, Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanum, Hashemi Rodhian dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate
Governance terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris pada BUMN yang
Terdaftar di BEI 2009-2011). Diponegoro Jurnal Of Accounting, Volume 2,
Nomor 2, Halaman 1-10.
79
Harrington, Christine and Walter Smith. 2012. Tax Avoidance and Corporate
Capital Structure. Journal Of Finance & Accountancy 2012 vol 11, p144.
http://www.bbc.com . HSBC Bantu Penghindaran Pajak. Diakses tanggal 28
Februari 2016.
http://www.idx.co.id
http://www.kompas.com. Komisi Eropa Selidiki Kasus Penghindaran Pajak Oleh
IKEA. Diakses tanggal 28 Februari 2016.
Kurniasih, Tommy dan Maria M. Ratna Sari. 2013. Pengaruh Return On Assets,
Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi
Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, Volume 18. No. 1,
Februari 2013.
Maharani, I Gusti Ayu Cahya dan Ketut Alit Suardana. 2014. Pengaruh Corporate
Governance, Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance
Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Murtopo, Purno. 2011. Perpajakan--Pendekatan Sertifikasi A-B-C. Jakarta, Mitra
Wacana Media.
Ngadiman dan Christiany Puspitasari. 2014. Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi/Volume XVIII, No. 03,
September, hlm. 408-421.
Oktavia dan Dwi Martani. 2013. Tingkat Pengungkapan dan Penggunaan Derivatif
Keuangan dalam Aktivitas Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi Keuangan
Indonesia, Juni 2013. Vol 10, No. 2. Hal 129-146.
Pardiat. 2009. Akuntansi Pajak Edisi 3. Jakarta, Mitra Wacana Media.
Poliogrova, Teodora. 2010. Corporate Risk Taking and Ownership Structure. Bank
Of Canada Working Paper.
Pudyamoko, Y. Sri. 2009. Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi). Yogyakarta,
Andi.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta, Graha Ilmu.
80
Ritonga, Maharani., Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu. 2014. Pengaruh
Financial Leverage terhadap Profitabiitas (Studi pada Perusahaan Makanan
dan Minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2010-
2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 8 No. 2.
Santosa, Anggoro Budi. 2015. Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan.
http://www.pajak.go.id diakses tanggal 28 Februari 2016.
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi SPSS Edisi
Revisi. Jakarta, PT Elex Media Komputindo.
Soemitro, Rochmat. 1992. Dasar-Dasar hukum Pajak dan Pajak Pendapatan
1994. Bandung, Eresco.
Subramanyam, K. R. dan John J Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan
Financial Statement Analysis. Jakarta, Salemba Empat.
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2011. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan
dan Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan
Pajak. Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada.
Suryana, Anandita Budi. 2013. Menyelisik Pajak Perusahaan Global.
http://www.kemenkeu.go.id
Suyanto, Krisnata Dwi dan Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2 Mei 2012, hlm. 167-177.
Swingly, Calvin dan I Made Sukartha. 2015. Pengaruh Karakteristik Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1: 47-62.
Utomo, Lisa Linawati. 2000. Instrumen Derivatif: Pengenalan dalam Strategi
Manajemen. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2 No. 1: 53-68
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
82
LAMPIRAN 1
DATA SAMPEL
83
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 ASGR PT Astra Graphia Tbk
2 ASII PT Astra International Tbk
3 CASS PT Cardig Aero Services Tbk
4 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk
5 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
6 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
7 RUIS Pt Radiant Utama Interinsco Tbk
8 SMAR PT Smart Tbk
9 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk
10 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
11 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
12 UNTR PT United Tractors Tbk
13 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
84
No Tahun Kode
Perusahaan
Abs Fair Value
Der
Total Aset Tahun
Sebelumnya Der
1 2012 ASGR 1,293 1,126,055 0.0011
2 2012 ASII 873 154,319 0.0057
3 2012 CASS 9,758,495 726,592,702 0.0134
4 2012 ITMG 6,047 1,578,474 0.0038
5 2012 LPKR 101,878,348,847 18,259,171,414,884 0.0056
6 2012 PGAS 87,115,630 3,400,177,005 0.0256
7 2012 RUIS 1,198,783,264 982,889,969,185 0.0012
8 2012 SMAR 24,328 14,721,899 0.0017
9 2012 SMDM 3,675,862 2,454,961,990 0.0015
10 2012 SMSM 657 1,445,275 0.0005
11 2012 TBIG 152,225 6,880,206 0.0221
12 2012 UNTR 15,180 46,440,062 0.0003
13 2012 UNVR 4,300 10,482,312 0.0004
14 2013 ASGR 2,113 1,239,927 0.0017
15 2013 ASII 3,352 182,274 0.0184
16 2013 CASS 3,168,738 795,015,458 0.0040
17 2013 ITMG 1,929 1,451,343 0.0013
18 2013 LPKR 1,089,358,745,423 24,869,295,733,093 0.0438
19 2013 PGAS 11,927,017 3,908,162,319 0.0031
20 2013 RUIS 4,609,613,028 1,171,261,207,723 0.0039
21 2013 SMAR 176,788 16,247,395 0.0109
22 2013 SMDM 8,038,873 2,637,664,776 0.0030
23 2013 SMSM 8,372 1,565,184 0.0053
24 2013 TBIG 961,209 14,317,483 0.0671
25 2013 UNTR 9,329 50,300,633 0.0002
26 2013 UNVR 33,292 11,339,111 0.0029
27 2014 ASGR 105 1,451,020 0.0001
28 2014 ASII 1,877 213,994 0.0088
29 2014 CASS 1,561,581 916,593,561 0.0017
30 2014 ITMG 19,322 1,326,756 0.0146
31 2014 LPKR 1,787,652,313,287 31,300,362,430,266 0.0571
32 2014 PGAS 11,005,055 4,318,010,538 0.0025
33 2014 RUIS 8,399,532,692 1,277,942,893,245 0.0066
34 2014 SMAR 163,639 18,381,114 0.0089
35 2014 SMDM 9,281,357 2,950,314,446 0.0031
36 2014 SMSM 6,366 1,712,710 0.0037
37 2014 TBIG 916,804 18,719,211 0.0490
38 2014 UNTR 3,061 57,362,244 0.0001
39 2014 UNVR 3,823 12,703,468 0.0003
85
No Tahun Kode
Perusahaan
Total Kewajiban
Jangka Panjang Total Aset Lev Sze
1 2012 ASGR 64,916 1,239,927 0.05 14.03
2 2012 ASII 38,282 182,274 0.21 12.11
3 2012 CASS 196,245,555 795,015,458 0.25 20.49
4 2012 ITMG 51,786 1,451,343 0.04 14.19
5 2012 LPKR 9,919,981,871,127 24,869,295,733,093 0.40 30.84
6 2012 PGAS 1,080,620,917 3,908,162,319 0.28 22.09
7 2012 RUIS 333,728,577,922 1,171,261,207,723 0.28 27.79
8 2012 SMAR 3,809,473 16,247,395 0.23 16.60
9 2012 SMDM 165,220,585 2,637,664,776 0.06 21.69
10 2012 SMSM 165,224 1,565,184 0.11 14.26
11 2012 TBIG 7,890,076 14,317,483 0.55 16.48
12 2012 UNTR 6,672,912 50,300,633 0.13 17.73
13 2012 UNVR 480,718 11,339,111 0.04 16.24
14 2013 ASGR 47,958 1,451,020 0.03 14.19
15 2013 ASII 36,667 213,994 0.17 12.27
16 2013 CASS 192,431,075 916,593,561 0.21 20.64
17 2013 ITMG 53,611 1,326,756 0.04 14.10
18 2013 LPKR 12,281,225,413,069 31,300,362,430,266 0.39 31.07
19 2013 PGAS 760,734,933 4,318,010,538 0.18 22.19
20 2013 RUIS 370,887,017,949 1,277,942,893,245 0.29 27.88
21 2013 SMAR 4,614,664 18,381,114 0.25 16.73
22 2013 SMDM 211,673,755 2,950,314,446 0.07 21.81
23 2013 SMSM 171,303 1,712,710 0.10 14.35
24 2013 TBIG 10,674,250 18,719,211 0.57 16.75
25 2013 UNTR 7,152,682 57,362,244 0.12 17.86
26 2013 UNVR 674,076 12,703,468 0.05 16.36
27 2014 ASGR 59,473 1,633,339 0.04 14.31
28 2014 ASII 42,182 236,029 0.18 12.37
29 2014 CASS 243,691,371 1,085,460,356 0.22 20.81
30 2014 ITMG 44,554 1,307,348 0.03 14.08
31 2014 LPKR 14,389,379,227,138 37,761,220,693,695 0.38 31.26
32 2014 PGAS 2,161,809,828 6,215,496,359 0.35 22.55
33 2014 RUIS 225,286,369,485 1,264,142,659,644 0.18 27.87
34 2014 SMAR 4,349,920 21,292,993 0.20 16.87
35 2014 SMDM 329,874,877 3,156,290,546 0.10 21.87
36 2014 SMSM 65,758 1,749,395 0.04 14.37
37 2014 TBIG 8,778,951 22,034,082 0.40 16.91
38 2014 UNTR 5,417,481 60,292,031 0.09 17.91
39 2014 UNVR 817,056 14,280,670 0.06 16.47
86
No Tahun Kode
Perusahaan
Pembayaran
Pajak
Laba Sebelum
Pajak
Tax
Avoidance
1 2012 ASGR 55,698 226,890 0.25
2 2012 ASII 5,156 27,898 0.18
3 2012 CASS 63,127,902 252,556,208 0.25
4 2012 ITMG 159,066 591,109 0.27
5 2012 LPKR 254,241,267,447 1,577,088,286,385 0.16
6 2012 PGAS 233,051,777 1,148,308,027 0.20
7 2012 RUIS 19,232,888,518 48,226,597,997 0.40
8 2012 SMAR 730,525 2,882,834 0.25
9 2012 SMDM 11,243,078 57,562,764 0.20
10 2012 SMSM 82,758 369,688 0.22
11 2012 TBIG -14,167 913,248 -0.02
12 2012 UNTR 1,693,413 7,446,755 0.23
13 2012 UNVR 1,627,620 6,466,765 0.25
14 2013 ASGR 69,382 278,388 0.25
15 2013 ASII 5,226 27,523 0.19
16 2013 CASS 93,025,646 343,042,742 0.27
17 2013 ITMG 90,464 295,445 0.31
18 2013 LPKR 332,339,012,284 1,924,830,226,980 0.17
19 2013 PGAS 227,838,102 1,065,739,975 0.21
20 2013 RUIS 26,727,442,868 56,362,930,594 0.47
21 2013 SMAR 311,424 1,204,196 0.26
22 2013 SMDM 15,882,120 42,353,329 0.37
23 2013 SMSM 108,442 461,143 0.24
24 2013 TBIG -174,148 1,177,376 -0.15
25 2013 UNTR 1,788,559 6,857,337 0.26
26 2013 UNVR 1,806,183 7,158,808 0.25
27 2014 ASGR 80,442 340,663 0.24
28 2014 ASII 5,227 27,352 0.19
29 2014 CASS 104,854,455 374,614,540 0.28
30 2014 ITMG 61,812 262,030 0.24
31 2014 LPKR 559,762,631,282 3,694,978,541,909 0.15
32 2014 PGAS 231,093,948 978,765,428 0.24
33 2014 RUIS 22,208,701,966 77,914,196,902 0.29
34 2014 SMAR 487,421 1,962,076 0.25
35 2014 SMDM 17,379,342 61,418,891 0.28
36 2014 SMSM 119,683 541,150 0.22
37 2014 TBIG 58,459 1,430,563 0.04
38 2014 UNTR 1,781,888 6,621,858 0.27
39 2014 UNVR 1,938,199 7,676,722 0.25
87
LAMPIRAN 2
HASIL OUTPUT SPSS
88
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
DER 39 .0001 .0671 .010388 .0164505
LEV 39 .03 .57 .1895 .14439
SZE 39 12.11 31.26 18.9336 5.46348
TAX 39 -.15 .47 .2280 .10178
Valid N (listwise) 39
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .141 .033 4.263 .000
DER -3.209 .788 -.519 -4.072 .000 .499 2.003
LEV -.316 .098 -.448 -3.220 .003 .418 2.390
SZE .010 .002 .510 4.994 .000 .776 1.289
a. Dependent Variable: TAX
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -7.797 1.314 -5.931 .000
DER -40.802 31.267 -.304 -1.305 .200
LEV 3.601 3.891 .236 .926 .361
SZE .007 .076 .018 .098 .922
a. Dependent Variable: LNRES2
89
Hasil Uji Normalitas (Uji Kolomogorv-Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .05417454
Most Extreme Differences
Absolute .112
Positive .112
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .700
Asymp. Sig. (2-tailed) .711
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Normalitas (Grafik Normal Plot)
90
Hasil Uji Koefisien (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .847a .717 .692 .05645 1.810
a. Predictors: (Constant), SZE, DER, LEV
b. Dependent Variable: TAX
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .141 .033 4.263 .000
DER -3.209 .788 -.519 -4.072 .000
LEV -.316 .098 -.448 -3.220 .003
SZE .010 .002 .510 4.994 .000
a. Dependent Variable: TAX
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
1 Regression .282 3 .094 29.516 .000b
Residual .112 35 .003
Total .394 38
a. Dependent Variable: TAX
b. Predictors: (Constant), SZE, DER, LEV