pengaruh dukungan sosial, makna hidup, dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, MAKNA HIDUP,
DAN VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP
ORIENTASI MASA DEPAN PADA PENYANDANG
TUNA DAKSA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Ulfa Hannani
NIM : 1111070000033
Oleh :
Fadhila Ajeng Rachmawati
NIM : 1111070000077
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
v
MOTTO
You Only Live Once, But If
You Do It Right, Once Is
Enough
- Mae West -
Learn From Yesterday, Live
From Today, And Hope For
Tommorow
- Albert Eistein -
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) September 2015
C) Fadhila Ajeng Rachmawati
D) Pengaruh dukungan sosial, makna hidup, dan variabel demografi terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa
E) xiv + 93 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dukungan
sosial, makna hidup, dan variabel demografi terhadap orientasi masa depan
pada penyandang tuna daksa
Subjek pada penelitian ini berjumlah 155 penyandang tuna daksa yang
diambil dengan teknik probability sampling. CFA (Confirmatory Factor
Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple
Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bersama-
sama dari pengaruh dukungan sosial, makna hidup, dan variabel demografi
terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Hasil uji
hipotesis minor menunjukkan bahwa integrasi sosial, bimbingan, mencari
makna, dan usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa
depan. Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari Orientasi
Masa depan yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 57%,
sedangkan 43% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
G) Bahan bacaan : 46 ; 9 buku + 33 jurnal + 4 web internet
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) September 2015
C) Fadhila Ajeng Rachmawati
D) The influence of Social Support, Meaning in life, and Demographic Variable
to Future Orientation in Physically disabled
E) xiv + 93 pages + appendix
F) This study was conducted to determine the significance of the influence of
Social Support, Meaning in life, and Demographic Variable to Future
Orientation in Physically disabled.
The subject in this research are 155 Physically disabled who taken
with probability sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to
test the validity of instrument and Multiple Regression Analysis was used to
test the research hypothesis.
The result showed that there is an effect of Social Support, Meaning
in life, and Demographic Variable to Future Orientation in Physically
disabled. Minor hypothesis test result indicated that social integration,
guidance, Search of meaning, and Age have a significant effect on Future
Orientation. The result also showed the proportion of the variance of Future
Orientation described by all independent variables was 57%, while 43% was
influenced by other variables outside of this research.
G) Reference: 46 ; 9 books + 33 journals + 4 web internet
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah swt atas
segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dibawah naungan
Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Bapak Dr. Abdul
Rahman Saleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ibu Dra. Diana
Mutiah, M.Si., dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Bapak Ikhwan Luthfi,
M.Psi., yang memberikan peneliti kesempatan belajar selama 4 tahun di Fakultas
Psikologi.
2. Bapak Mohamad Avicenna, M.H.Sc.Psy, selaku dosen pembimbing skripsi.
Peneliti mengucapkan Terima kasih atas arahan, masukan, motivasi, kritik, serta
koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik kelas B angkatan
2011 serta seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang selalu memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan masukan kepada
peneliti selama menempuh studi.
ix
4. Orang tua dan kedua kakak peneliti, Bapak Zaenal Aqli, Ibu Sri Utami Hidayati,
Kakak-kakak, dan keluarga besar peneliti yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, pengertian, perhatian, dan dukungan baik moril maupun materiil.
5. Muhammad Dimas Muammar, terima kasih atas segala bantuan, nasihat, kritik,
dukungan dan masukan yang selalu diberikan kepada peneliti. Semoga semua
selalu terus berjalan dengan baik dan sukses dimasa depan.
6. Untuk sahabat peneliti yang memberikan dukungannya, Rahmi, Nelssa, Fitri,
Ola, dan Cheryl. Semoga silaturahmi tetap terjalin dan sukses untuk kedepannya.
7. Keluarga kelas B 2011 Nadiah, Mimid, Nida, Lia, Siescha, Egy, Uti, Dini, Iqbal,
Morin, Nisya, Rahman, Dimas, Ola, Abay, Catur, Pupung, Oi, Ayep, Echa, Icha,
Rully, Ami, Ardy, Tiara, Afifah, Eva, Pipit, Siti, Fuji, Dana, Intan, Daus, Sofa,
Diah, Fara, May, Jane, Echi, Elil, Vira, Baidui, Epet, dan Felix yang
memberikan bantuan, dukungan, canda tawanya kepada peneliti.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari
kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang disengaja maupun
tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih baik. Peneliti
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembaca.
Jakarta, 30 September 2015
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8
1.2.1 Pembatasan masalah ........................................................ 8
1.2.2 Perumusan masalah ......................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 10
1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................. 10
1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................... 11
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Orientasi Masa DepanTuna Daksa ............................................. 12
2.1.1 Pengertian orientasi masa depan dan tuna daksa ............. 12
2.1.1.1 Pengertian orientasi masa depan ......................... 12
2.1.1.2 Pengertian tuna daksa .......................................... 13
2.1.2 Proses orientasi masa depan............................................. 13
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan 17
2.1.4 Pengukuran Orientasi Masa Depan .................................. 18
2.2 Dukungan Sosial ........................................................................ 19
2.2.1 Definisi dukungan sosial .................................................. 19
2.2.2 Dimensi dukungan sosial ................................................. 20
2.2.3 Pengukuran dukungan sosial............................................ 24
2.3 Makna Hidup ............................................................................. 26
2.3.1 Definisi makna hidup ....................................................... 26
2.3.2 Sumber-sumber makna hidup .......................................... 27
2.3.3 Dimensi makna hidup ...................................................... 38
2.3.4 Pengukuran makna hidup ................................................. 29
2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................... 30
2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................... 35
2.6.1 Hipotesis mayor ............................................................... 35
2.6.2 Hipotesis minor ................................................................ 35
xi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 37
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian ........................................ 37
3.1.2 Teknik pengambilan sampel ............................................ 37
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 38
3.3 Definisi Operasional Variabel .................................................... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 41
3.4.1 Instrumen penelitian......................................................... 42
3.5 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur .............................................. 46
3.5.1 Uji validitas item orientasi masa depan ........................... 49
3.5.2 Uji validitas item adanya pengakuan ............................... 51
3.5.3 Uji validitas item kelekatan ............................................. 52
3.5.4 Uji validitas item integrasi sosial .................................... 53
3.5.5 Uji validitas item kesempatan merasa dibutuhkan ........... 54
3.5.6 Uji validitas item ketergantungan untuk diandalkan ....... 56
3.5.7 Uji validitas item bimbingan ............................................ 57
3.5.8 Uji validitas item keberadaan makna ............................... 58
3.5.9 Uji validitas item mencari makna .................................... 59
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 65
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................ 67
4.2.1 Kategorisasi variabel ........................................................ 68
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 70
4.3.1 Pengujian proporsi varians independent variable ............ 76
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 80
5.2 Diskusi ....................................................................................... 80
5.3 Saran .......................................................................................... 90
5.3.1 Saran teoritis .................................................................... 90
5.3.2 Saran praktis..................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94
LAMPIRAN ............................................................................................... 99
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Likert .................................................................... 42
Tabel 3.2 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan ................................. 43
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial .......................................... 44
Tabel 3.4 Blue Print Skala Makna Hidup ............................................... 45
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Orientasi Masa Depan............................ 50
Tabel 3.6 Muatan Faktor Adanya Pengakuan ......................................... 51
Tabel 3.7 Muatan Faktor Kelekatan ....................................................... 53
Tabel 3.8 Muatan Faktor Integrasi Sosial ............................................... 54
Tabel 3.9 Muatan Faktor Kesempatan untuk merasa dibutuhkan .......... 55
Tabel 3.10 Muatan Faktor Ketergantungan untuk dapat diandalkan ........ 56
Tabel 3.11 Muatan Faktor Bimbingan ...................................................... 58
Tabel 3.12 Muatan Faktor Keberadaan Makna ........................................ 59
Tabel 3.13 Muatan Faktor Mencari Makna .............................................. 60
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ................................................. 65
Tabel 4.2 Skor Min, Maks, Mean, dan Standar Deviasi Variabel .......... 68
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ...................................................... 69
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ..................................................... 70
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .......................................... 71
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV .................... 72
Tabel 4.7 Koefisien Regresi.................................................................... 73
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV ..... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran kuesioner ..................................................................................... 199
Lampiran surat penelitian ............................................................................ 107
Lampiran syntax dan path diagram .............................................................. 115
Lampiran output regresi ............................................................................... 124
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa depan pasti dimiliki oleh setiap individu namun tidak diketahui bentuk dari
masa depan tersebut. Masa depan seseorang berkaitan dengan apa yang ingin ia
lakukan dan raih nantinya. Hal ini ditentukan bagaimana ia memiliki strategi
untuk mencapai sebuah tujuan di masa depan. Lunenburg (2011) mengatakan
bahwa tujuan akan memotivasi seseorang untuk mengembangkan strategi yang
akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan usaha yang diperlukan.
Masa depan yang sukses dapat diraih dengan mempersiapkan sebaik
mungkin usaha untuk meraihnya, sebaliknya tanpa adanya usaha maka masa
depan yang sukses akan sulit diraih. Usaha yang dijalankan akan searah dengan
tujuan dalam orientasi masa depan individu tersebut. Nurmi (1991) menjelaskan
orientasi masa depan adalah kemampuan seorang individu untuk merencanakan
masa depan yang merupakan salah satu dasar dari pemikiran seorang manusia.
Orientasi masa depan dianggap penting karena berhubungan dengan sukses dan
mendapatkan kesempatan untuk maju (Husman & Shell, 2008).
Menurut Trommsdorff (1986) orientasi masa depan berkaitan dengan
kepuasan kebutuhan subjektif yang lebih optimis dan pesimis atau lebih positif
dan negatif. Terkait dengan pilihan hidup pada periode dewasa, maka ada hal
dalam kehidupan dewasa yang harus dibimbing ke masa depan mereka seperti
pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan profesi, membangun karir, hubungan
2
romantis dengan lawan jenis dan memulai sebuah keluarga (Nurmi, Poole, &
Seginer, 1995).
Tinjauan mengenai orientasi masa depan telah banyak dilakukan, seperti
penelitian terhadap dukungan sosial (McCabe & Barnett, 2000), makna hidup
(Shterjovska & Achkovska-Leshkovska, 2014), jenis kelamin (Nurmi, Poole &
Kalakoski, 1994), tingkat pendidikan (Padawer, Lawson, Hershey dan Thomas,
2007), usia (Nurmi, 1989), identity development (Dunkel, 2000), self-regulation
(Robbins & Bryan, 2004), optimism (Seginer, 2000), self-efficacy (Pulkkinen dan
Ronka, 1994), dan ekonomi (Nurmi, 1987). Dalam penelitian ini, peneliti
mencoba mengaitkan dan melihat pengaruh antara dukungan sosial, makna hidup
dan variabel demografis terhadap orientasi masa depan.
Orientasi masa depan ini semakin terbentuk seiring dengan bertambahnya
usia. Di dukung oleh kematangan fisik dan kognisi seseorang, maka
pertumbuhannya tersebut akan membantu mereka menemukan keputusan bagi
kehidupan mereka di masa depan. Namun, dalam kenyataannya tidak semua
individu hidup dengan pertumbuhan kemampuan fisik dan kognisi yang baik,
terdapat individu dengan dissability. Salah satunya dikenal dengan sebutan
penyandang tuna daksa. Kondisi tersebut bisa dialami seseorang sejak lahir atau
akibat dari kecelakaan di usia dewasa.
Para penyandang tuna daksa umumnya mengalami adanya perasaan tidak
berguna, malu, menarik diri, dan rendah percaya diri, sehingga akan berpengaruh
dengan bagaimana ia memandang masa depannya. Dalam lingkungan sosial,
penyandang tuna daksa merasakan tekanan psikis akibat tersisih dari beberapa
3
peran aktif di dalam masyarakat, serta dijadikan sebagai golongan non-produktif.
Morris (2004) menjelaskan bahwa orang dengan gangguan fisik harus
menghadapi pengalaman sehari-hari di lingkungan yang mengecualikan mereka,
atau terbatas pada bagian tertentu dari suatu tempat.
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan jumlah tenaga kerja
penyandang disabilitas pada tahun 2010 jumlah tuna daksa sebanyak 1.852.866
orang (poskotanews.com, Maret 2015). Sedangkan dalam Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013, persentase tertinggi adalah masalah penyandang cacat
fisik (Diono, Mujaddid, Prasetyo & Budijanto, 2014). Dalam data dari
Kementerian Sosial tahun 2012, jumlah penyandang tuna daksa memiliki
persentasi tertinggi di Indonesia sebesar 33,74% (slideshare.net, 2013) .
Dalam lapangan pekerjaan di Indonesia terdapat aturan kuota sebesar 1%
pada lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas seperti diamanatkan dalam
UU No.4 Tahun 1997. Menteri Tenaga Kerja Indoensia mengakui bahwa jumlah
perusahaan di Indonesia yang mempekerjakan penyandang cacat masih minim.
Padahal Jumlah idealnya, setiap perusahaan harus mempekerjakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat untuk setiap 100 (seratus) orang
pekerja perusahaannya. Ketiadaan sanksi dipandang menyulitkan pencapaian
tersebut (poskotanews.com, Maret 2015).
Selain itu dari segi fasilias masih dinilai kurang oleh Supervisor Yayasan
Peduli Tunadaksa. Kota Jakarta dirasa masih kurang ramah bagi penyandang
disabilitas, dari sisi sisi fasilitas umum dan sosial. Masih banyak fasilitas umum
yang tidak bisa digunakan penyandang disabilitas karena kekurangan fisik yang
4
dialami, seperti tidak adanya shelter TransJakarta khusus penyandang disabilitas
yang menyulitkan para tuna daksa untuk menggunakan trasnportasi umum
(antaranews.com, Maret 2014).
Data tersebut menggambarkan bahwa penyandang tuna daksa di Indonesia
memiliki persetase tertinggi di Indonesia. Namun belum di dukung oleh
infrastruktur yang memadai atau kurang pro-disabilitas. Sistem transportasi dan
fasilitas hanya sebagian kecil dari dukungan sosial yang dibutuhkan para tuna
daksa dalam mencapai orientasi masa depan. Peningkatan aksesibilitas sistem
transportasi atau infrastruktur publik akan mengurangi hambatan dalam kegiatan
dan partisipasi bagi banyak penyandang cacat (World Health Organization, 2011).
Karena hal inilah peneliti memilih tuna daksa sebagai sampel dalam penelitian
yang dikaitkan dengan dukungan sosial dan makna hidup terhadap orientasi masa
depan.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh McCabe dan Barnett (2000)
yang melakukan penelitian mengenai orientasi masa depan dengan menggunakan
sampel usia remaja dan telah ditemukan hasil bahwa adanya dukungan dan
keterbukaan dari orang disekitar mereka akan memberikan efek pada orientasi
masa depan, sehingga orientasi masa depan yang tercipta menjadi lebih positif
dari pada orang yang kurang mendapatkan dukungan.
Penelitian lainnya juga mendukung bahwa adanya peran orang-orang di
sekitar individu yang ikut menentukan orientasi masa depan. Seginer (2009)
menjelaskan mengenai penelitian orientasi masa depan dengan melihat pengaruh
orang tua, saudara, dan rekan di lingkungan sampel melalui bahasan mengenai
5
hubungan, kepercayaan, dan interaksi mereka. Ini menunjukkan lingkungan
mempengaruhi bagaimana mereka membangun konsep diri mereka, melakukan
berbagai tugas-tugas sosial dan kognitif, serta menjaga hubungan dengan orang
lain. (Seginer, 2009)
Mihai-Bogdan Iovu (2013) telah melakukan penelitian sebelumnya pada
950 remaja Rumania yang berada di tingkat akhir SMA. Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial dari berbagai sumber dikaitkan dengan
harapan positif di masa depan dan kekhawatiran tentang masa depan. Seperti yang
diharapkan, harapan masa depan yang positif berkorelasi positif dengan dukungan
sosial, sedangkan tingkat kekhawatiran mengenai masa depan berkorelasi negatif
dengan dukungan sosial.
Penelitian lain berkaitan dengan harapan positif dan kekhawatiran yang
negatif pada orientasi masa depan dengan sampel penelitian remaja yang
dibedakan antara perkotaan dan pedesaan, dimana beberapa remaja di pedesaan
hidup dengan keadaan sangat miskin. Temuan yang menarik adalah bahwa
variabel keluarga dan rekan sebaya memiliki kontribusi dalam membentuk
harapan positif mengenai masa depan pada penelitian ini (Iovu, 2014).
Weiss (dalam Cuttrona & Russell, 1987) mengemukakan bahwa ada enam
dimensi yang diperlukan bagi individu. Namun, dalam setiap situasi tertentu
hanya terdapat satu komponen yang lebih berarti atau mendominasi.
Perkembangan orientasi masa depan dipengaruhi oleh dukungan di sekitar
individu tersebut. Mereka akan lebih optimis tentang masa depan mereka
dibanding ketika mereka tidak mendapatkan dukungan sama sekali di tengah
6
keterbatasan yang dimiliki. Dukungan ini akan menumbuhkan keyakinan pada diri
mereka guna memandang positif tujuan di masa depan.
Dukungan sosial merupakan hal yang berasal dari lingkungan individu,
sedangkan dari diri individu itu sendiri akan di lihat dengan bagaimana ia
memaknai hidupnya. Tanpa adanya makna hidup serta tujuan dalam hidup, maka
hanya ada sedikit alasan untuk melakukan apa yang diperlukan dalam hidup dan
bertahan pada kejadian yang datang dalam kehidupan.
Pada penelitian sebelumnya oleh Steger, Kashdan, Sullivan dan Lorentz,
(2008) melakukan penelitian pada 275 sampel di Midwestern University
membuktikan bahwa hubungan makna hidup yang dibagi menjadi 2 dimensi
antara mencari makna dan keberadaan makna yang berbeda di antara orang-orang
melaporkan penerimaan yang lebih besar (dan lebih rendah dalam penolakan) bagi
masa depan seseorang. Diartikan bahwa lebih banyak orang yang berorientasi
melaporkan hubungan positif antara dimensi makna hidup dan pendekatan pada
orientasi penerimaan-penolakan di masa depannya.
Penelitian pendukung lainnya adalah studi pada kesehatan mental yang
dilakukan guna menambahkan informasi berharga. Terbukti, makna dalam hidup
individu dari mencapai tujuan, memahami ketidakadilan di dunia, menerima
keterbatasan mereka, terlibat dalam intimasi hubungan emosional dengan orang
lain, menjadi mudah bergaul, memiliki hubungan dengan intimasi yang lebih
tinggi, dan mengalami emosi positif. Beberapa area hidup yang lebih konkret
dikutip dari pekerjaan, cinta dan perkawinan, keturunan, dan keterlibatan dalam
kegiatan hobi. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara kebermaknaan hidup
7
yang tinggi dengan harapan masa depan pada hidup, di samping aspek-aspek lain
yang ditambahkan seperti sosial dan karakteristik kepribadian pada penelitian ini.
(Mascaro & Rosen, 2005)
Makna hidup berorientasi pada masa mendatang (future oriented) karena
itu makna hidup harus ditemukan dan hidup yang bermakna harus benar-benar
secara sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diarih dan diperjuangkan (Bastaman,
2007). Setiap individu perlu untuk melihat dengan positif dan mencari makna
baru, apakah ia bisa menerima keadaan saat ini. Ini juga menunjukkan bahwa
lebih mudah untuk mencapai kata menerima dalam pencarian makna hidup jika
mereka diberi waktu untuk beradaptasi dengan keadaan diri mereka, dan setiap
bentuk dukungan yang diberikan akan memberikan efek pada hidup individu
tersebut. Pencarian makna dan dukungan akan diperlukan untuk dapat berorientasi
secara lebih positif di masa depan.
Penelitian ini juga memasukan demografis sebagai variabel yang
mempengaruhi orientasi masa depan. Kerpelman dan Mosher (2009) melakukan
penelitian dengan tingkat pendidikan dan pada sampel jenis kelamin yang
berbeda. Ditemukan hasil sampel yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih
tinggi pula orientasi masa depannya dibandingnya dengan sampel yang
berpendidikan lebih rendah. Sedangkan perempuan memiliki orientasi yang lebih
tinggi di masa depan daripada anak laki-laki atau keduanya karir dan pendidikan.
Penelitian lain dari McLoyd, Kaplan dan Purtell (2008) bahwa orientasi
masa depan anak laki-laki tampaknya kurang stabil dibandingkan orientasi masa
depan anak perempuan. Temuan lain dari penelitian Steinberg, Graham, O’Brien,
8
Woolard, Cauffman dan Banich (2009) mengenai perbedaan antara usia remaja
dan orang dewasa bahwa dalam pengembangan antisipasi konsekuensi masa
depan ke pengembangan perencanaan ke depan. Penelitian menggunakan tugas
perilaku lebih bervariasi ditunjukkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti
merasa perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan orientasi masa depan.
Dalam penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan, peneliti belum menemukan
adanya penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel penyandang disabilitas,
khusunya tuna daksa. maka, peneliti akan melakukan penelitian dengan sampel
yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan menggunakan penyandang
disabilitas khususnya pada penyandang tuna daksa sebagai sampel. Maka dari itu,
peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh dukungan sosial, makna
hidup dan variabel demografis terhadap orientasi masa depan pada
penyandang tuna daksa”.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar pembahasan dalam permasalahan ini tidak meluas, maka pembatasan
masalah penelitian dibatasi pada orientasi masa depan penyandang tuna daksa
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu dukungan sosial, makna hidup dan
variabel demografis dengan pengertiannya adalah sebagai berikut.
1. Orientasi Masa Depan, menggambarkan bagaimana seorang individu
memandang dirinya sendiri di masa mendatang, gambaran tersebut
9
membantu individu dalam menempatkan dan mengarahkan dirinya untuk
mencapai apa yang ingin diraihnya. (Nurmi,1991). Dalam penelitian ini
orientasi masa depan meliputi 3 proses, yaitu: motivasi, perencanaan dan
evaluasi.
2. Dukungan Sosial, dikemukakan Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987)
merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi bahwa
seseorang harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk memberikan
bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam
kehidupannya. Dalam penelitian ini meliputi dimensi kelekatan, integrasi
sosial, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat
diandalkan, dan bimbingan.
3. Makna Hidup, merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga,
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan menyebabkan
kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 2007).
Dalam penelitian ini meliputi dimensi mencari makna dan keberadaan
makna.
4. Aspek demografis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, usia yang terdiri dari kelompok usia remaja akhir dan dewasa
awal, tingkat pendidikan yang terdiri dari tidak sekolah, SD, SMP, SMA,
D3, S1, dan penyebab tuna daksa yang terdiri dari sakit/kecelakaan dan
dari lahir.
5. Tuna daksa diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-
fungsi fisik tubuh seperti dalam keadaan normal, baik cacat fisik bawaan
10
maupun akibat kecelakaan. Penyandang tuna daksa pada penelitian ini
adalah individu yang berusia remaja hingga dewasa awal, dan merupakan
bagian dari asosiasi penyandang disabilitas.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh adanya pengakuan, kelekatan, integrasi sosial,
kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat
diandalkan, bimbingan, keberadaan makna, mencari makna, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, dan penyebab kecacatan terhadap orientasi masa
depan pada penyandang tuna daksa ?
2. Berapa besar sumbangan adanya pengakuan, kelekatan, integrasi sosial,
kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat
diandalkan, bimbingan, keberadaan makna mencari makna, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, dan penyebab kecacatan terhadap orientasi masa
depan pada penyandang tuna daksa ?
3. Prediktor mana yang paling besar pengaruhnya terhadap orientasi masa
depan pada penyandang tuna daksa ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
11
1. Mengetahui adanya pengaruh antara dukungan sosial, makna hidup, dan
demografis terhadap orientasi masa depan secara signifikan pada
penyandang tuna daksa.
2. Mengetahui besarnya pengaruh aspek-aspek dukungan sosial, makna
hidup dan demografis terhadap orientasi masa depan secara signifikan
pada penyandang tuna daksa.
1.3.2 Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk ilmu
psikologi, terutama teori dalam bidang psikologi klinis dengan
menunjukkan bahwa dukungan sosial dan makna hidup berpengaruh
terhadap orientasi masa depan para penyandang tuna daksa.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
menambah wawasan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya
dalam konteks psikologi. Selain itu, diharapkan dapat berguna untuk
seluruh masyarakat umumnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang
orientasi masa depan para penyandang disabilitas, agar dapat memberikan
dukungan bagi para penyandang disabilitas.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi mengenai teori-teori dalam penelitian yang meliputi, teori orientasi
masa depan, teori dukungan sosial, teori makna hidup, kerangka berpikir, dan
hipotesis.
2.1 Orientasi Masa Depan Tuna Daksa
2.1.1 Pengertian orientasi masa depan dan tuna daksa
2.1.1.1 Pengertian orientasi masa depan
Trommsdoroff (1983) mengemukakan bahwa pengertian orientasi masa depan
merupakan kognitif individu yang kompleks, yakni berkaitan dengan antisipasi
dan evaluasi tentang diri pada masa depan dalam interaksi di lingkungan.
Orientasi masa depan dianggap sebagai kemampuan untuk melihat ke masa
depan, untuk memahami bagaimana perilaku saat ini berkaitan dengan tujuan
masa depan, dan meramalkan konsekuensi dari perilaku sangat penting untuk
navigasi tahap perkembangan ini berhasil.
Seginer (2009) menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah
representasi mental mengenai kehidupan masa depannya, yang individu bangun
pada titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh pribadi
dan sosial individu. Seginer menunjukkan bahwa orientasi masa depan berkaitan
dengan peristiwa kehidupan tertentu dalam domain pendidikan, pekerjaan,
keluarga, persahabatan dan kesejahteraan materi.
13
Menurut Nurmi (1991) menjelaskan orientasi masa depan sebagai
kemampuan seorang individu untuk merencanakan masa depan yang merupakan
salah satu dasar dari pemikiran seorang manusia. Selain itu orientasi masa depan
ini menggambarkan bagaimana seorang individu memandang dirinya sendiri di
masa mendatang, gambaran tersebut membantu individu dalam menempatkan dan
mengarahkan dirinya untuk mencapai apa yang ingin diraihnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti memilih definisi dari Nurmi
(1991) sebagai definisi yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.1.2 Pengertian tuna daksa
Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat
kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot,
sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan
untuk berdiri sendiri (Somantri, 2006).
Menurut Efendi (2008) bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota
tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit,
atau pertumbuhan yang tidak sempurna. Sedangkan menurut Smart (2010) bahwa
tunadaksa merupakan orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya
anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh.
2.1.2 Proses orientasi masa depan
Orientasi masa depan menjelaskan tiga macam proses yang dilalui setiap orang
pada umumnya yaitu motivasi (motivation), perencanaan (planning), dan evaluasi
(evaluation) yang berlangsung secara bertahap (Nurmi, 1989). Di dalam model ini
14
motivasi dijelaskan sebagai apa yang menjadi ketertarikan individu di masa
depan. Perencanaan dijelaskan sebagai cara bagaimana individu merealisasikan
keinginannya di masa depan. Dan evaluasi berkonsentrasi sejauh mana apa yang
ia inginkan dapat direalisasikan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai ketiga
proses tersebut.
1. Motivasi (Motivation)
Dalam Nurmi (1991), untuk menetapkan tujuan yang realistis, motif dan nilai-
nilai harus dibandingkan dengan pengetahuan tentang masa depan. Dengan
mengeksplorasi pengetahuan yang berkaitan dengan motif dan nilai-nilai, orang
dapat membuat kepentingan mereka menjadi lebih spesifik. Sistem motivasi ini
telah dicirikan sebagai hirarki kompleks yang terdiri dari motif, nilai-nilai,
kepentingan, dan tujuan, yang dianggap berbeda sesuai dengan sifat dan niat yang
terlibat. Peristiwa dan tujuan masa depan direpresentasikan sebagai harapan
tentang kehidupan masa depan, pengetahuan dalam harapan ini memainkan peran
penting dalam pengembangan motivasi berorientasi masa depan.
Dengan kata lain motif atau tujuan yang lebih tinggi akan direalisasikan
melalui tujuan yang lebih rendah, yang merupakan sub bagian dari tujuan.
Penyusunan tujuan yang lebih rendah pada kenyataannya merupakan strategi
untuk merealisasikan tingkat motif yang lebih tinggi. Dengan kata lain, tingkat
motif yang lebih tinggi akan terorganisasi dan terintegrasi dalam tingkat tujuan
yang lebih rendah, yang akan membentuk struktur hierarkis. Lebih jauh
diperkirakan hierarki dari minat, usaha dan tujuan remaja menjadi lebih
15
terstruktur dengan bertambahnya usia dan hubungan antar unit hirarki menjadi
lebih jelas dan stabil.
2. Perencanaan (Planning)
Proses utama kedua yang terlibat dalam orientasi masalah masa depan adalah
bagaimana orang merencanakan realisasi sasaran, kepentingan, dan tujuan
mereka. Dalam Nurmi (1989) ada tiga tahapan yang dapat diterapkan untuk
perencanaan masa depan adalah sebagai berikut.
Pertama, orang harus membangun konsep dari kedua tujuan dan konteks
masa depan di mana tujuannya diharapkan dapat direalisasikan. Keduanya ini
didasarkan pada pengetahuan yang individu miliki mengenai konteks kegiatan
masa depan dan merupakan dasar bagi dua tahap perencanaan berikutnya.
Kedua, orang harus membangun sebuah rencana, proyek, atau strategi
untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Membangun rencana adalah
bagian dari proses pemecahan masalah. Individu harus menciptakan jalan yang
mengarah pada pencapaian tujuan dan kemudian memutuskan mana dari mereka
yang paling efisien. Perbandingan solusi yang berbeda dapat dilakukan baik oleh
berpikir atau bertindak.
Ketiga, kegiatan pelaksanaan rencana dan strategi pembangunan. Seperti
perencanaan umum, pelaksanaan rencana dan strategi juga dikendalikan dengan
cara membandingkan tujuan dan konteks yang ingin dicapai dan keadaan yang
sebenarnya. Langkah-langkah menuju tujuan masa depan harus disesuaikan
dengan tujuan yang sedang berusaha dicapai agar semuanya tercapai dengan cara
yang sistematis.
16
3. Evaluasi (Evaluation)
Individu harus mengevaluasi realisasinya dari tujuan yang mereka tetapkan dan
rencana yang mereka bangun. Didalamnya terdapat atribusi kausal dan perasaan
mempengaruhi tentang peristiwa masa depan yang merupakan proses ketiga
orientasi masa depan, karena keduanya termasuk dalam mengevaluasi
kemungkinan mewujudkan tujuan dan rencana orientasi masa depan. Sementara
atribusi kausal didasarkan pada kognitif seberapa mereka menilai bahwa mereka
dapat mengendalikan masa depannya, sedangkan perasaan bertanggung jawab
untuk kesadaran pada masa depannya.
Sedangkan menurut Seginer (2008) menjelaskan bahwa orientasi masa
depan mengalami perubahan yang berfokus terutama pada bagaimana kognitif
individu dalam hal melihat orientasi masa depan mereka sebagai proses multi-
dimensi (pendekatan tiga-komponen) yang berlaku.
1. Komponen motivasi, variabel yang menggambarkan perjalanan individu
untuk berpikir dalam keinginan tertentu di masa mendatang : nilai hasil
perilaku yang diharapkan, dan pengendalian internal atas pemenuhan
harapan pribadi, rencana dan tujuan.
2. Komponen kognitif, berkaitan dengan arti penting dari setiap keinginan
ditunjukkan oleh besarnya frekuensi harapan dalam keinginan dan
ketakutan.
3. Komponen perilaku, terdiri dari variabel yaitu eksplorasi pilihan masa
depan dengan mencari nasihat, mengumpulkan informasi dari orang lain,
17
menyelidik kesesuaian mereka untuk diri sendiri dan komitmen untuk satu
opsi khusus melalui proses pembuatan pengambilan keputusan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Nurmi (1991) sebagai
dasar dari proses orientasi masa depan. Teori tersebut menjelaskan mengenai tiga
proses dalam orientasi masa depan, yaitu Motivasi (Motivation), Perencanaan
(Planning), dan Evaluasi (Evaluation).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
a. Social Support. Dalam McCabe dan Barnett (2000) dijelaskan peran orang
tua dan anggota keluarga lainnya akan mempengaruhi orientasi masa
depan melalui berbagai mekanisme termasuk model, sosialisasi langsung
orientasi masa depan, menetapkan norma untuk berprestasi, dan
berkomunikasi mengenai harapan. Selain itu, guru dan teman-teman juga
bisa menjadi agen sosialisasi penting bagi orientasi masa depan.
b. Makna Hidup. Dalam Shterjovska dan Achkovska-Leshkovska (2014),
ungkapan makna hidup akan memungkinkan individu untuk
mengembangkan kerangka kerja yang koheren dalam hidupnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masa lalu positif, masa lalu negatif dan
masa depan secara signifikan berhubungan dengan kedua dimensi makna
dalam hidup.
c. Jenis Kelamin. Pengaruh penting terhadap tujuan-tujuan pembangunan
kehidupan dan masa depan seseorang, seperti etos budaya (negara,
18
kota/desa), gender juga memainkan peran penting dalam pembangunan
tujuan tersebut. (Nurmi, Poole dan Kalakoski, 1994).
d. Tingkat pendidikan. Orientasi masa depan ditemukan di antara individu
yang lebih berpendidikan. Pria atau wanita yang berpendidikan tinggi pada
akan lebih mungkin untuk dipekerjakan dalam posisi profesional dan
memiliki pembentukan karir masa depan. (Padawer, Lawson, Hershey dan
Thomas, 2007)
e. Status sosial ekonomi. Dalam beberapa penelitian yang berbeda
menyebutkan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi orientasi masa
depan. Beberapa penelitian yang dilakukan tentang pengaruh status sosial
ekonomi pada keinginan menunjukkan bahwa orientasi pada pekerjaan di
masa depan lebih ditekankan pada pemikiran individu kelas bawah,
sedangkan individu kelas menengah cenderung lebih tertarik dalam
pendidikan dan karir. Status sosial ekonomi mempengaruhi kepentingan
masa depan mereka yang mencerminkan perbedaan dalam mengantisipasi
perkembangan masa hidup. (Nurmi, 1987)
f. Usia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989) menyatakan
bahwa usia mempengaruhi orientasi masa depan. Dimana ketertarikan
mengenai pekerjaan di masa depan yang lebih mendominasi muncul pada
usia 15 tahun ke atas.
2.1.4 Pengukuran orientasi masa depan
Peneliti menggunakan pengukuran orientasi masa depan dengan skala yang telah
dijelaskan dalam Nurmi (1989). Item-item pada pengukuran tersebut meliputi
19
aspek motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Adapun ketiga aspek itu menjelaskan
hal sebagai berikut :
a. Motivasi, berkaitan dengan dorongan agar individu dapat mencapai hal
yang diinginkannya di masa depan. Aspek ini berkaitan dengan apa
yang menjadi tujuan yang ingin dicapai, waktu pencapaian, dan
dorongan/motif mencapai tujuan di masa depan.
b. Perencanaan, berkaitan dengan strategi atau cara yang digunakan oleh
individu dalam mencapai hal yang ia inginkan di masa depan.
Perencanaan meliputi pengetahuan bidang yang dicita-citakan,
perencaan yang dibuat dan tingkat realisasi atas pelaksanaan rencana.
c. Evaluasi, berkaitan dengan individu menilai apa yang ia inginkan
dibanding dengan seberapa besar hasil yang ia capai dalam masa
depannya. Evaluasi berkaitan dengan keyakinan diri untuk dapat
mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan, kemungkinan pencapaian
tujuan, dan kondisi emosi individu saat mengevaluasi apa yang
dilakukannya untuk masa depan.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi dukungan sosial
Cohen (1988) menyebutkan bahwa dukungan sosial mengarah pada keadaan
pribadi individu, dimana seseorang membantu orang lain untuk dapat
meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan mereka.
20
Weiss (dalam Cutrona, 1987) menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi bahwa seseorang
harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk memberikan bantuan kepada
individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.
Taylor (2003) dukungan sosial telah didefinisikan sebagai informasi dari
orang lain bahwa ia dicintai dan dirawat, dihormati dan dihargai, menjadi bagian
dari jaringan komunikasi dan ini adalah hal yang menjadi kewajiban bersama dari
orang tua, pasangan atau kekasih, kerabat lain, teman-teman, sosial dan
masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, peneliti
menggunakan definisi dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona, 1987)
untuk digunakan dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan suatu proses hubungan individu dengan persepsi bahwa seseorang
harus dicintai, dihargai, dan disayang, hal ini untuk memberikan bantuan kepada
individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.
2.2.2 Dimensi dukungan sosial
Menurut Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) menjelaskan bahwa ada enam
aspek dalam dukungan sosial. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya Pengakuan (Reassurance of Worth)
Pada dukungan sosial jenis ini seseorang mendapat pengakuan atas
kemampuan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga
atau lembaga/instansi atau sekolah/organisasi.
21
2. Kelekatan (Attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kelekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi
yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini
merasa tentram, aman, dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang
dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, anggota keluarga, teman
dekat atau sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang dekat.
3. Integrasi Sosial (Social Integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk
memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya
untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya
rekreatif secara bersama-sama dan bisa menghilangkan perasaan
kecemasan walaupun hanya sesaat.
4. Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek paling penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan
dibutuhkan oleh orang lain.
5. Ketergantungan untuk dapat diandalkan (Reliable Alliance)
Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang mendapat dukungan sosial
berupa bahwa nanti akan ada yang bisa diandalkan baik itu diri sendiri
maupun guru atau teman sebaya yang akan menolong ketika ada kesulitan.
22
6. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun
hubungan sosial yang memungkinkan orang mendapatkan informasi,
saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini
bersumber dari guru, tokoh dalam masyarakat, figur yang dituakan dan
juga orang tua.
Menurut Sarafino juga (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial terdiri dari 4
aspek, yaitu :
1. Dukungan Emosional (Emotional Support)
Dukungan ini untuk menyampaikan empati, peduli, perhatian, hal positif,
dan dorongan ke arah orang tersebut. Dukungan emosional akan
memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa dimiliki dan dicintai
pada saat stres, seperti
2. Dukungan Instrumental (Instrumental Support)
Dukungan ini melibatkan bantuan langsung, seperti pada saat orang
memberikan atau meminjamkan uang atau membantu menyelesaikan
tugas-tugas pada saat stres.
3. Dukungan Informasi (Informational Support)
Dukungan ini termasuk memberikan nasihat, arah, saran, atau umpan balik
tentang bagaimana orang melakukan. Misalnya, seseorang yang sakit bisa
mendapatkan informasi dari keluarga atau dokter tentang cara untuk
mengobati penyakit.
23
4. Dukungan Pertemanan (Companionship Support)
Dukungan ini mengacu pada keberadaan seseorang untuk menghabiskan
waktu bersama, sehingga memberikan perasaan adanya keanggotaan
dalam kelompok orang yang memiliki kesamaan dalam minat dan kegiatan
sosial.
Menurut Taylor (2003) menjelaskan bahwa dukungan sosial teridiri dari 4 aspek,
yaitu :
1. Dukungan Penilaian (Appraisal Support)
Dukungan ini termasuk membantu individu dalam memahami peristiwa
stres agar menjadi lebih baik dan memberikan sumber daya dan strategi
yang dapat dikerahkan untuk menghadapi stress. Dukungan ini didapat
melalui pertukaran penilaian, individu menghadapi peristiwa stres agar
dapat menentukan bagaimana kecenderungan stress dan dapat keuntungan
dari saran tentang bagaimana mengelola stress tersebut.
2. Bantuan Berwujud (Tangible Assistance)
Dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material, seperti jasa,
bantuan keuangan, atau barang. Misalnya, anggota keluarga yang
ditinggalkan tidak perlu memasak sendiri dan mengunjungi kerabat di saat
sedang kesulitan.
3. Dukungan Informasi (Information Support)
Dukungan ini diberikan tentang perasaan stres. Misalnya, jika seorang
individu menghadapi tes medis dan merasa tidak nyaman, maka seorang
teman yang mengalami hal yang sama bisa memberikan informasi tentang
24
prosedur yang tepat, berapa lama ketidaknyamanan akan berlangsung, dan
sejenisnya. Seorang individu yang mengalami masalah pada pekerjaan
dapat mendapatkan informasi dari rekan kerja tentang cara terbaik atau
bagaimana mendekati atasannya dalam mengubah aspek pekerjaan.
4. Dukungan Emosional (Emotional Support)
Dukungan ini disediakan dengan meyakinkan orang bahwa ia adalah
individu yang berharga. Kehangatan dan pengasuhan yang diberikan oleh
orang lain dapat memungkinkan seseorang yang sedang berada di bawah
tekanan untuk mendekat.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengambil aspek dari Weiss
(dalam Cutrona & Russell, 1987) untuk digunakan sebagai aspek yang ada dalam
pengukuran Dukungan Sosial pada penelitian ini, dimana ia menjelaskan bahwa di
dalam dukungan sosial terdapat enam aspek. Adapaun aspek tersebut adalah
adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial
(social integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for
nurturance), ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), dan
bimbingan (guidance).
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa alat
ukur yang mengukur dukungan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Sarason, Irwin G., Henry M. Levine, Robert B. Bashdam, Barbara R.
Sarason. (1983) Social Support Questionnaire (SSQ). SSQ merupakan
25
sebuah pengukuran dengan menggunakan kuesioner sebanyak 27 item
dengan realibilitas 0.97, yang dirancang untuk mengukur persepsi
dukungan sosial dan kepuasan dengan dukungan sosial. Item terdiri dari
dua bagian, yaitu : Bagian pertama meminta peserta untuk membuat daftar
semua orang yang sesuai dengan deskripsi pertanyaan, dan bagian kedua
meminta peserta untuk menunjukkan seberapa puas mereka, secara umum,
dengan orang-orang.
2. Cohen, S., & Hoberman, H. (1983) membuat alat ukur yang dinamakan
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL). Terdiri dari 24 item denga
realibilitas 0.883 yang terbagi dalam empat sub skala. Sub skala tersebut
yaitu : tangible support, belonging support, self-esteem support, dan
appraisal support. Peserta menilai pernyataan setiap item tentang
bagaimana benar atau salah, mereka melihat item dengan melihat diri
mereka sendiri. Semua jawaban terdiri dari empat skala mulai dari "Pasti
Benar" ke "Pasti Salah".
3. Weiss (dalam Cutrona, 1987) mengemukakan Alat ukur dengan komponen
dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale”
dengan nilai reliabilitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.370 sampai 0.660
dengan menggunakan metode test-retest. Adapun komponen-komponen
tersebut adalah: adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan
(attachment), integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk
merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance), ketergantungan untuk
dapat diandalkan (reliable alliance), dan bimbingan (guidance). Alat ukur
26
ini berjumlah 24 item dimana masing-masing aspek dari dukungan sosial
diukur oleh empat item. Pengukuran menggunakan skala Likert yang
terdiri dari empat skala, dari skala “Sangat tidak setuju”, “Tidak setuju”,
“Setuju”, dan “Sangat setuju”.
Dalam penelitian ini peneliti mengukur dukungan sosial dengan
menggunakan alat ukur yang dimodifikasi dari Weiss (dalam Cutrona, 1987).
Paneliti menambahkan tiga item pada masing-masing aspek dalam alat ukur.
Setelah dimodifikasi maka alat ukur ini berjumlah 36 item dimana masing-masing
aspek dari dukungan sosial diukur oleh enam item, peneliti menambahkan dua
item di masing-masing aspek. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan jika item akan berkurang jumlahnya akibat tidak valid, maka jumlah
item masih tetap mencukupi.
2.3 Makna Hidup
2.3.1 Definisi makna hidup
Bastaman (2007) menjelaskan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap
sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang,
sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi
akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada
akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia.
Frankl (1988) menjelaskan bahwa makna hidup adalah hal dalam diri
manusia yang bersifat unik dan spesifik dan menyebabkan individu itu mencapai
tahap yang memuaskan pada hidupnya.
27
Steger dan Frazier (2005) mendefinisikan makna hidup sebagai hal yang
ada pada hidup seseorang sebagai hasil dari hubungan antara religiusitas dan
kesehatan psikologisnya.
Berdasarkan definisi yang telah dielaskan di atas, peneliti menggunakan
definisi makna hidup menurut Steger dan Frazier (2005).
2.3.2 Sumber-sumber makna hidup
Dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial
mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup
di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi, adapun nilai tersebut
yaitu :
a. Creative values (nilai-nilai kreatif). Nilai ini berkaitan dengan kegiatan
berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban
sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan
dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk
mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari
kegiatan berkarya. Makna hidup tidak terletak pada pekerjaan, tetapi lebih
bergantung pada pribadi yang bersangkutan, dalam hal ini sikap positif
dan mencintai pekerjaan itu serta cara bekerja yang mencerminkan
keterlibatan pribadi pada pekerjaannya.
b. Experiential values (nilai-nilai penghayatan). Nilai ini meliputi keyakinan
dan pengahayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, kaindahan,
keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini
suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit
28
orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang
diyakininya, atau ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar
usianya untuk menekuni suatu cabang seni tertentu.
c. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap), nilai ini menerima dengan penuh
ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak
mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan,
kematian dan menjelang kematian, setelah segala upaya dilakukan. Sikap
menerima dengan ikhlas dan tabah mengenai hal-hal tragis dapat
mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai penderitaan menjadi
pandangan yang mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu.
2.3.3 Dimensi makna hidup
Steger, Kashdan, Sullivan dan Lorentz (2008) menjelaskan terdapat dua dimensi
dalam makna hidup, yaitu pencarian makna (search of meaning) dan keberadaan
makna (presence of meaning).
Pencarian makna (Search of meaning) adalah dimensi yang unik dalam
diri manusia. Pencarian makna muncul dengan adanya persepsi negatif tentang
diri dimana belum ada ide-ide tentang kehidupan, dan menunjukkan bahwa hal
tersebut kurang baik bagi kehidupan seseorang. Hal ini juga tampak bahwa orang
didorong untuk mencari makna ketika rasa kebermaknaan hidup mulai berkurang.
Keberadaan makna (presence of meaning) akan menjadi pelindung
terhadap hasil negatif ketika seseorang mencari makna. Makna berasal dari tujuan
yang berkaitan dengan keintiman dan spiritualitas yang telah ditemukan untuk
memprediksi kesejahteraan seseorang.
29
2.3.4 Pengukuran makna hidup
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa alat
ukur yang mengukur makna hidup, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Meaning In Life Questionner (MLQ) yang dikembangkan oleh Steger, M.
F., Frazier, P., Oishi, S., & Kaler, M. (2006). Alat ukur ini merupakan
kuesioner berisi 10 item dengan dua dimensi makna hidup: (1) keberadaan
makna (berapa banyak responden merasa hidup mereka memiliki makna),
dan (2) mencari makna (berapa banyak responden berusaha untuk
menemukan makna dan pemahaman hidup mereka). Responden menjawab
setiap item pada tujuh titik skala Likert mulai dari skala satu (sangat amat
benar) sampai skala tujuh (sangat amat tidak benar).
b. Meaning In Life Scale (MiLS) adalah 25-item pengukuran multidimensi
seseorang dari makna hidup. Konseptualisasi makna dalam hidup dibahas
dalam literatur yang dikaji dan terdiri dari 39 item. Alat ukur ini memiliki
empat dimensi, yaitu harmoni dan kedamaian; perspektif, tujuan, dan
sasaran hidup; kebingungan dan makna yang kecil; dan manfaat
spiritualitas.
c. Purpose In Life (PIL) adalah alat ukur yang dikembangkan oleh
Crumbaugh dan Maholick (1964) untuk mengukur atau menilai konstruk
makna hidup dari Frankl dan neurosis noogenic. Tes ini terdiri dari 20
item, masing-masing dinilai secara terpisah dengan tujuh poin skala
semantik diferensial sendiri. Skor yang didapat berkisar 20-140, yang
mewakili rendah dan tinggi tujuan dalam hidup.
30
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Meaning In Life
Questionner (MLQ) yang akan di modifikasi oleh peneliti.
2.4 Kerangka Berpikir
Orientasi masa depan dipengaruhi oleh dukungan sosial dan makna hidup dari
masing-masing individu. Individu yang mendapatkan dukungan sosial dengan
baik dari lingkungan disekitarnya akan memudahkan dirinya untuk menemukan
orientasi masa depan yang lebih baik. Individu yang memiliki makna hidup tinggi
akan berjuang lebih keras untuk mencapai masa depan yang lebih baik lagi.
Orientasi masa depan akan sangat dipengaruhi dengan kemampuan fisik
dan mental seseorang. Jika hilang salah satunya, maka akan sangat mempengaruhi
kondisi seseorang. Hal ini bisa terjadi pada penyandang tuna daksa, baik yang
merupakan bawaan sejak lahir ataupun akibat kecelakaan.
Penyandang tuna daksa yang memiliki dukungan sosial dalam bentuk
fasilitas, informasi ataupun bantuan yang mereka butuhkan akan sangat membantu
dirinya dalam memiliki orientasi masa depan yang baik. Menurut Weiss (dalam
Cutona & Russel, 1987) dukungan sosial memiliki 6 dimensi yaitu, adanya
pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social
integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),
ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), dan bimbingan
(guidance).
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial dalam bentuk
adanya pengakuan (reassurance of worth) dari lingkungannya akan merasa
dihargai oleh orang lain meskipun mereka memiliki kekurangan pada fisiknya.
31
Hal ini akan membangkitkan pikiran positif dari dalam diri penyandang tuna
daksa sehingga mereka akan lebih mudah memiliki orientasi masa depan yang
positif.
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial kelekatan
(attachment) akan merasakan rasa aman dan tenang dalam dirinya karena ia
memiliki seseorang yang dekat dengannya. Hal yang ia rasakan akan membantu ia
untuk lebih mudah menentukan apa yang ingin ia capai dan menimbulkan rasa
yakin atau percaya diri dalam meraih impiannya di masa depan.
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial dalam bentuk
integrasi sosial (social integration) mampu menghilangkan perasaan cemas akan
masa depan mereka. Karena, bentuk dukungan sosial ini memungkinkan individu
untuk memiliki kelompok sebagai tempat bertukar informasi atau pikiran dan
menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial dalam bentuk
kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance) akan
membantu individu untuk meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang tuna
daksa. Bentuk dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk memberi
bantuan kepada lingkungannya dalam bentuk bantuan besar atau kecil sesuai
kemampuan dari individu. Perasaan bahwa dirinya berguna bagi orang lain akan
tumbuh dan lebih percaya diri dalam menentukan orientasi masa depannya.
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial dalam bentuk
ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance) akan memungkinkan
dirinya untuk merasa lebih tenang dan aman. Dalam kondisi keterbatasan fisik
32
akan membuat seseorang terhambat dalam menyelesaikan suatu permasalahan
atau kesulitannya. Bentuk dukungan ini akan menghadirkan seseorang yang dapat
membantu penyandang tuna daksa untuk menyelesaikan masalahnya, atau
membantu jika berada dalam kondisi kesulitan dalam menentukan arah hidup dan
tujuan masa depannya.
Penyandang tuna daksa yang mendapatkan dukungan sosial dalam bentuk
bimbingan (guidance), yang memungkinkan individu memperoleh nasihat atau
arahan dalam pemenuhan kebutuhannya. Hal ini akan sangat berguna bagi
penyandang tuna daksa karena keterbatasan yang mereka miliki menjadi
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan untuk orientasi masa depannya.
Orientasi masa depan juga dipengaruhi oleh makna hidup seseorang.
makna hidup akan menjadikan kehidupan seseorang dianggap lebih berarti atau
berharga, sehingga ia akan memperjuangkan hidupnya untuk meraih apa yang ia
cita-citakan di masa depannya. Makna hidup memliki dua dimensi yaitu
keberadaan makna dan mencari makna (Steger, M. F., Frazier, P., Oishi, S., &
Kaler, M., 2006).
Penyandang tuna daksa yang memiliki makna hidup dalam bentuk
keberadaan makna akan memunculkan rasa seberapa besar hidup mereka
bermakna. Individu yang merasakan bahwa hidupnya bermakna maka ia berusaha
untuk mencapai hal yang terbaik dalam hidupnya, terutama dalam masa depannya.
Semakin tinggi makna yang ia miliki maka semakin besar pula keinginan untuk
memperjuangkan hidup demi masa depan yang lebih baik.
33
Penyandang tuna daksa yang memiliki makna hidup dalam bentuk mencari
makna akan membuat individu untuk berusaha menemukan makna dan
pemahanan dari hidup mereka. Individu yang berusaha untuk mencari makna dan
paham akan tujuan hidupnya akan membuat mereka lebih mudah untuk tahu apa
yang harus mereka lakukan dalam hidup. Dengan hal ini pula, akan membuat
individu lebih mudah meraih apa yang mereka inginkan di masa depannya.
Variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
penyebab tuna daksa juga dapat mempengaruhi orientasi masa depan. Usia yang
lebih tua akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang berusia lebih muda. Pada
usia dewasa orang akan memiliki perencanaan dan konsekuensi yang lebih baik
mengenai masa depannya. Sehingga individu akan lebih mudah pula untuk
menentukan orientasi masa depannya.
Jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap orientasi masa depan.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya (Kerpelman & Mosher, 2009; McLoyd,
Kaplan & Purtell, 2008) yang telah peneliti paparkan pada bab satu bahwa
perempuan memiliki orientasi yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.
Terutama pada aspek pendidikan atau pekerjaan di masa depan.
Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap orientasi masa depan.
Tingginya tingkat pendidikan akan memberikan informasi yang lebih banyak
mengenai pengetahuan yang diperlukan. Karena itu hal ini akan memudahkan
seseorang untuk menentukan orientasi masa depan dengan terpenuhinya
pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan.
34
Sedangkan penyebab tuna daksa akan memberikan dampak yang berbeda
pada orientasi masa depan seseorang, jika ia telah mengalami dari lahir tentu
penerimaannya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang menjadi
tuna daksa akibat kecelakaan. Dengan penerimaan yang lebih besar maka akan
membuat ia lebih mudah dalam menerima keadaan dan dalam merencanakan
masa depannya.
Dukungan Sosial
Makna Hidup
Demografi
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
ORIENTASI
MASA DEPAN
Adanya Pengakuan
Kelekatan
Keberadaan Makna
Bimbingan
Integrasi Sosial
Kesempatan untuk merasa dibutuhkan
Ketergantungan untuk dapat diandalkan
Mencari Makna
Jenis Kelamin
Usia
Tingkat Pendidikan
Penyebab Tuna Daksa
35
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Hipotesis mayor
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi adanya pengakuan, kelekatan,
integrasi sosial, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk
dapat diandalkan, bimbingan, keberadaan makna, mencari makna, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, dan penyebab tuna daksa terhadap orientasi masa depan
pada penyandang tuna daksa.
2.5.2 Hipotesis minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari pengakuan (reassurance of worth)
terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari kelekatan (attachment) terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari integrasi sosial (social integration)
terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa..
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari kesempatan untuk merasa
dibutuhkan (opportunity for nurturance) terhadap orientasi masa depan
pada penyandang tuna daksa.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari ketergantungan untuk dapat
diandalkan (reliable alliance) terhadap orientasi masa depan pada
penyandang tuna daksa.
36
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan (guidance) terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa..
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari keberadaan makna (presence of
meaning) terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan dari mencari makna (search for meaning)
terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap orientasi
masa depan pada penyandang tuna daksa.
H10 : Ada pengaruh yang signifikan dari usia terhadap orientasi masa depan
pada penyandang tuna daksa.
H11 : Ada pengaruh yang signifikan dari tingkat pendidikan terhadap orientasi
masa depan pada penyandang tuna daksa.
H12 : Ada pengaruh yang signifikan dari penyebab tuna daksa terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
37
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional dari masing-masing variabel, instrumen penelitian,
prosedur pengumpulan data dan metode analisis data.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah penyandang tuna daksa di daerah Jakarta dan
Bogor. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 155 orang.
Peneliti memilih populasi penyandang tuna daksa yang mendapatkan pelatihan
khusus di panti sosial atau rehabilitasi.
3.1.2 Teknik pengambilan sampel
Peneliti menggunakan seluruh anggota penyandang tuna daksa yang tergabung
dalam dua panti sosial di bawah naungan dinas sosial, satu pusat rehabilitasi
dibawah kementerian soaial, dan satu yayasan tuna daksa milik swasta.
Berkaitan dengan pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik
probability sampling. Teknik ini dipilih karena populasi dalam penelitian ini
seluruhnya dijadikan sampel, sehingga dapat dikatakan kemungkinan terambilnya
tiap-tiap anggota populasi adalah sama (setiap orang memiliki
kemungkinan/probabilitas 1 untuk dijadikan sampel).
38
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain.
Adapun penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah
Orientasi masa depan (Y).
2. Variabel bebas (Independent Variable) dalah penelitian ini adalah :
Dukungan Sosial
X1 = Adanya pengakuan (Reassurance of Worth)
X2 = Kelekatan (Attachment)
X3 = Integrasi sosial (Social Integration)
X4 = Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (Opportunity for Nurturance)
X5 = Ketergantungan untuk dapat diandalkan (Reliable Alliance)
X6 = Bimbingan (Guidance)
Makna Hidup
X7 = Keberadaan makna
X8 = Mencari makna
Demografis
X9 = Jenis kelamin
X10 = Usia
X11 = Tingkat pendidikan
X12 = Penyebab tuna daksa
39
3.3 Definisi Operasional Variabel
1. Variabel terikat (dependent variabel)
Definisi operasional orientasi masa depan adalah kemampuan dalam diri
individu dalam merencanakan masa depannya, dimana hal ini menjadi
salah satu dasar dari pemikiran seorang manusia berdasarkan teori Nurmi
(1991) yang meliputi 3 aspek yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.
2. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang akan dilihat pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Definisi operasional dari variabel bebas pada
penelitian ini adalah :
a. Adanya pengakuan (Reassurance of worth)
Definisi operasional adanya pengakuan (reassurance of worth) adalah
kesempatan seseorang mendapat pengakuan atas kemampuan dan
keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga.
b. Kelekatan (Attachment)
Definisi operasional kelekatan (attachment) adalah kesempatan
seseorang memperoleh kelekatan emosional sehingga menimbulkan
rasa aman bagi yang menerima .
c. Integrasi sosial (Social integration)
Definisi operasional integrasi sosial (social integration) adalah
kesempatan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki suatu
kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian
40
serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama
dan bisa menghilangkan perasaan kecemasan walaupun hanya sesaat.
d. Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (Opportunity for nurturance)
Definisi operasional kesempatan untuk merasa dibutuhkan
(opportunity for nurturance) adalah suatu aspek dalam hubungan
interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain.
e. Ketergantungan untuk dapat diandalkan (Reliable alliance)
Definisi operasional ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance) adalah kesempatan seseorang mendapat dukungan sosial
berupa bahwa nanti akan ada yang bisa diandalkan baik itu diri sendiri
maupun guru atau teman sebaya yang akan menolong ketika ada
kesulitan.
f. Bimbingan (Guidance)
Definisi operasional bimbingan (guidance) adalah hubungan kerja
ataupun hubungan sosial yang memungkinkan orang mendapatkan
informasi, saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis
dukungan sosial ini bersumber dari guru, tokoh dalam masyarakat,
figur yang dituakan dan juga orang tua.
g. Keberadaan makna
Definisi operasional keberadaan makna adalah seberapa banyak
responden merasa hidup mereka memiliki makna.
41
h. Mencari makna
Definisi operasional mencari makna adalah seberapa banyak
responden berusaha untuk menemukan makna dan pemahaman hidup
mereka.
i. Jenis kelamin
Terdiri dari pilihan laki-laki atau perempuan dan diukur dari data
identitas sampel yang diperoleh.
j. Usia
Diukur dari data identitas sampel pada usia 17 tahun ke atas.
k. Tingkat pendidikan
Terbagi atas pilihan pendidikan, Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, D3,
atau S1 dan diukur dari data identitas sampel yang diperoleh.
l. Penyebab tuna daksa
Terbagi atas pilihan kecelakaan, dari lahir, atau sakit dan diukur dari
data identitas sampel yang diperoleh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yatu dengan menggunakan skala
sebagai alat ukur pengumpulan data. Skala yang digunakan adalah model skala
Likert yaitu pernyataan berupa pendapat yang disajikan kepada responden dengan
memberikan indikasi pernyataan dari penyataan setuju hingga pernyataan tidak
setuju. Adapun subyek memberikan jawaban terhadap model Likert dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban. Setiap item
diukur melalui empat kategori alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setruju (SS)”,
42
“Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Peneliti
hanya menggunakan empat kategori agar menghindarkan respon yang bersifat
netral (central tendency).
Adapun perolehan skor dari item-item dalam alat ukur ini sesuai dengan
jenis pernyataan yakni dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif
(unfavorable). Dalam pernyataan favorable, skor tertingi diberikan pada jawaban
sangat setuju dan skor jawaban terendah pada pilihan jawaban sangat tidak setuju.
Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, skor tertinggi diberikan pada
jawaban sangat tidak setuju dan skor jawaban terendah diberikan pada pilihan
jawaban sangat setuju.
Tabel 3.1
Skor Skala Likert
Skala Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
3.4.1 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu :
1. Skala Orientasi Masa Depan
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur orientasi masa depan berdasarkan teori
orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Nurmi (1989).
43
Tabel 3.2
Blue Print Skala Orientasi Masa Depan
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Motivasi Tujuan yang ingin dicapai
Waktu Pencapaian
Dorongan/motif
1, 2, 3, 9
4, 5
6, 7
8
9
2 Perencanaan Pengetahuan terkait tujuan
masa depan
Perencanaan yang dibuat
Tingkat realisasi
10, 12
13
14, 15
16
17
18, 11
9
3 Evaluasi Keyakinan diri untuk dapat
mengontrol realisasi dari
harapan dan tujuan
Kemungkinan pencapaian
tujuan
kondisi emosi individu saat
mengevaluasi apa yang
dilakukannya untuk masa
depan.
19
20, 21
22, 23
24
25
26
8
Skala orientasi yang akan diuji terdiri dari 26 item, dimana 16 item
termasuk dalam favorable dan 10 item termasuk dalam item unfavorable.
Selanjutnya, peneliti menentukan empat ketegori alternatif jawaban, yaitu : Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
2. Skala dukungan sosial
Dalam penelitian ini peneliti mengukur dukungan sosial dengan menggunakan
alat ukur yang dimodifikasi dari Weiss (dalam Cutrona, 1987). Alat ukur ini
mengemukakan komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social
Provision Scale”. Adapun komponen-komponen tersebut adalah: adanya
pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social
44
integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),
ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), dan bimbingan
(guidance).
Tabel 3.3
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Adanya
pengakuan
(reassurance of
worth)
Pengakuan atas kemampuan
yang dimiliki
Penghargaan atas
kemampuan yang dimiliki
13, 20
27
6, 9
5
2 Kelekatan
(attachment) Memiliki hubugan yang
dekat dengan orang lain.
Ikatan emosional yang kuat
11
17, 25
2, 21 5
3 Integrasi sosial
(social
integration)
Peran dalam lingkungan
sosial
Memiliki kelompok dengan
kesamaan minat dan
keyakinan.
5
8
22
14, 26
5
4 Kesempatan
untuk merasa
dibutuhkan
(opportunity
for nurturance)
Merasa dibutuhkan oleh
orang lain.
Bertanggung jawab bagi
orang lain.
4
7, 30
24, 15 5
5 Ketergantungan
untuk dapat
diandalkan
(reliable
alliance)
Memiliki seseorang yang
dapat diandalkan
Menjadi seseorang yang
dapat diandalkan
1, 23
28
18
10
5
6 Bimbingan
(guidance) Memiliki orang lain yang
dapat dipercaya
Adanya pembimbing
12, 16
29
19
3
5
Setelah dimodifikasi maka alat ukur ini berjumlah 30 item dimana masing-
masing aspek dari dukungan sosial diukur oleh enam item, peneliti menambahkan
dua item di masing-masing aspek. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor
45
responden, peneliti menentukan empat ketegori alternatif jawaban, yaitu : Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3. Skala makna hidup
Alat ukur yang dugunakan untuk mengukur makna hidup adalah
modifikasi dari Meaning In Life Questionner (MLQ) yang dikembangkan oleh
Steger, M. F., Frazier, P., Oishi, S., & Kaler, M. (2006). Alat ukur ini merupakan
kuesioner yang dirancang untuk mengukur dua dimensi makna hidup: (1)
keberadaan makna (presence of meaning) meliputi berapa banyak responden
merasa hidup mereka memiliki makna, dan (2) mencari makna (search of
meaning) meliputi berapa banyak responden berusaha untuk menemukan makna
dan pemahaman hidup mereka.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Makna Hidup
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Keberadaan
makna (presence
of meaning)
Seberapa besar merasa
hidup mereka memiliki
arti
1, 4, 5
,6, 14
9,11 7
2 Mencari makna
(search of
meaning)
Seberapa besar usaha
untuk menemukan makna
dan pemahaman dalam
kehidupan mereka
2, 3, 7,
8, 10,
13
12 7
Setelah dimodifikasi skala dukungan sosial ini terdiri dari 14 item, dimana
11 item termasuk dalam favorable dan 3 item termasuk dalam unfavorable.
46
Selanjutnya untuk menginterpretasi skor responden, peneliti menentukan empat
ketegori alternatif jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3.5 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Peneliti melakukan uji instrumen dengan sejumlah item dari tiga skala, yaitu skala
orientasi masa depan, skala dukungan sosial dan skala makna hidup. Uji
instrumen ini diberikan kepada seluruh sampel. Untuk menguji validitas alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor
Analysis (CFA). Adapun prosedur uji validitas konstruk dengan CFA adalah
sebagai berikut :
1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait
yang hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut
diperlukan item sebagai indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat)
adalah valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain
diteorikan (hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu
konstruk yang didefinisikan (model unidimensional).
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi
antar item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan.
47
Jika teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua
item hanya mengukur satu faktor saja (unidimensional).
5. Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang
dalam hal ini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian
kesalahan pengukuran (residual)
b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian di estimasi (dihitung)
korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar
item berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini
disebut sigma).
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=Σ
atau dapat dituliskan Ho : S - Σ = 0. Uji hipotesis ini misalnya
dilakukan menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak
signifikan (p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho)
tidak ditolak. Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya
mengukur satu konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data
maka dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3
kriteria, yaitu :
a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan di drop
karena tidak memberikan informasi yang secara statistik bermakna.
48
b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga didrop
karena mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang
didefinisikan. Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah item
yang pernyataannya unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (di
reverse) skornya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku khusus
untuk item dimana tidak ada jawaban yang benar ataupun salah
(misalnya, alat ukur personality atau motivasi).
c. Item dapat juga di drop jika residualnya (kesalahan pengukuran)
berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini
berarti bahwa item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk
yang hendak diukur.
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item
yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, peneliti
tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-
item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan
demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True
score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.
Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka peneliti
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi
T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak
ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah :
49
Rumus 3.1
T score = (10 x skor faktor) + 50
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software LISREL
8.70.
3.5.1 Uji validitas item orientasi masa depan
Peneliti menguji apakah 26 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Orientasi Masa Depan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 11192.38, df =
299, Pvalue = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.139, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chisquare = 231.10, df = 200, P-value = 0.06503, RMSEA = 0.032.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu Orientasi Masa Depan. Kemudian peneliti melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.5
dibawah ini.
50
Tabel 3.5
Muatan Faktor Orientasi Masa Depan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.48 0.82 5.87 V
2 0.49 0.85 5.89 V
3 0.60 0.75 7.70 V
4 0.49 0.91 5.83 V
5 0.76 0.50 10.37 V
6 0.44 0.90 5.24 V
7 0.43 0.91 5.12 V
8 0.49 0.88 6.09 V
9 0.41 0.93 4.85 V
10 0.57 0.75 7.04 V
11 0.73 0.56 9.80 V
12 0.46 0.86 5.73 V
13 0.49 0.89 5.85 V
14 0.60 0.82 7.13 V
15 0.49 0.87 5.88 V
16 0.54 0.85 6.47 V
17 0.70 0.61 9.06 V
18 0.37 0.95 4.42 V
19 0.53 0.83 6.40 V
20 0.37 0.99 4.34 V
21 0.62 0.74 7.59 V
22 0.55 0.88 6.41 V
23 0.61 0.70 7.95 V
24 0.27 1.04 3.09 V
25 0.32 0.96 3.71 V
26 0.56 0.79 6.95 V
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
51
3.5.2 Uji validitas item adanya pengakuan (reassurance of worth)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur adanya pengakuan. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 28.64,
df = 5, Pvalue = 0.00003, dan nilai RMSEA = 0.175, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit dengan
Chisquare = 6.33, df = 3, P-value = 0.09681, RMSEA = 0.085.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu adanya pengakuan. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Adanya Pengakuan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 6 0.32 0.08 3.72 V
Item 9 0.22 0.09 2.58 V
Item 13 0.65 0.08 7.83 V
Item 20 0.93 0.08 11.49 V
Item 27 0.60 0.08 7.39 V
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
52
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.3 Uji validitas item kelekatan (attachment)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur kelekatan (attachment). Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 44.70,
df = 5, Pvalue = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.227, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chisquare = 6.49, df = 4, P-value = 0.16569, RMSEA = 0.064
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu Kelekatan. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Kelekatan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item2 0.93 0.10 9.36 V
Item11 0.58 0.08 7.18 V
Item17 0.30 0.07 4.18 V
Item21 0.51 0.08 6.33 V
Item25 0.93 0.10 9.46 V
53
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.4 Uji validitas item integrasi sosial (social integration)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur integrasi sosial (social integration). Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square = 19.28, df = 5, Pvalue = 0.00171, dan nilai RMSEA = 0.136, oleh sebab
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chisquare = 6.95, df = 4, P-value =0.13870, RMSEA = 0.069.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu integrasi sosial. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini.
54
Tabel 3.8
Muatan Faktor Integrasi Sosial
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.5 Uji validitas item kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity
for nurturance)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur kesempatan untuk merasa dibutuhkan. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor didapat hasil Chi-square = 32.51,
df = 5, Pvalue = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.189, oleh sebab itu, Peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chisquare = 1.18, df = 3, P-value =0.75709, RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
ITEM5 0.75 0.09 8.14 V
ITEM8 0.62 0.09 6.92 V
ITEM14 0.47 0.09 5.15 V
ITEM22 0.35 0.09 3.73 V
ITEM26 0.52 0.09 5.83 V
55
faktor yaitu kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance).
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Kesempatan untuk merasa dibutuhkan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 4 0.42 0.10 4.28 V
Item 7 0.78 0.12 6.41 V
Item 15 0.47 0.09 5.18 V
Item 24 0.78 0.16 4.80 V
Item 30 0.38 0.09 4.42 V
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.6 Uji validitas item ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance).
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-square = 46.87, df = 5, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA =
0.233, oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka
56
diperoleh model fit dengan Chisquare = 5.61, df = 3, P-value = 0.13234, RMSEA
= 0.075.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu Ketergantungan untuk dapat diandalkan (Reliable Alliance).
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10 dibawah ini.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Ketergantungan untuk dapat diandalkan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
ITEM1 0.40 0.08 4.77 V
ITEM10 0.06 0.07 0.78 X
ITEM18 0.43 0.08 5.07 V
ITEM23 1.09 0.11 9.57 V
ITEM28 0.44 0.09 5.14 V
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 10 tidak
memenuhi signifikansi sehingga harus di drop. Dan ke empat item lainnya
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, keempat item lainnya
item valid untuk mengukur apa yang hendak diukur.
57
3.5.7 Uji validitas item bimbingan (guidance)
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur bimbingan (guidance). Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
72.11, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.295, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 6.04, df = 3, P-value = 0.10961, RMSEA = 0.081.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu bimbingan (guidance). Kemudian peneliti melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11
dibawah ini.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Bimbingan
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 3 0.97 0.16 6.06 V
Item 12 0.45 0.09 4.83 V
Item 16 0.44 0.09 4.81 V
Item 19 0.43 0.09 4.54 V
Item 29 0.96 0.16 6.04 V
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
58
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.8 Uji validitas item keberadaan makna
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur keberadaan makna. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
185.66, df = 14, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.282, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 9.07, df = 6, P-value = 0.16983, RMSEA = 0.058.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor dan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Keberadaan Makna
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 1 0.30 0.08 3.51 V
Item 4 0.32 0.09 3.79 V
Item 5 0.97 0.10 9.96 V
Item 6 0.57 0.09 6.42 V
Item 9 0.52 0.08 6.17 V
Item 11 0.56 0.09 6.43 V
Item 14 1.14 0.14 8.27 V
59
Berdasarkan tabel 3.12, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.5.9 Uji validitas item mencari makna
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur Mencari Makna. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 109.46, df = 14,
Pvalue = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.210, oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chisquare = 11.12, df = 9, P-value =0.26780, RMSEA = 0.039.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu mencari makna. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13 dibawah ini.
60
Tabel 3.13
Muatan Faktor Mencari Makna
Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.6 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor
yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik
yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel
menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.
Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)
sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 2 0.84 0.07 12.70 V
Item 3 0.90 0.06 14.02 V
Item 7 0.60 0.07 8.06 V
Item 8 0.79 0.07 11.39 V
Item 10 0.67 0.07 9.09 V
Item 12 0.30 0.08 3.78 V
Item 13 0.87 0.06 13.42 V
61
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari
satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent
variable. Pada penelitian ini terdapat delapan independent variable dan satu
dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + b11X11 + b12X12+ e
Keterangan:
Y = Orientasi masa depan
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Adanya pengakuan (reassurance of worth)
X2 = Kelekatan (attachment)
X3 = Integrasi sosial (social integration)
X4 = Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance)
X5 = Ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance)
X6 = Bimbingan (guidance)
X7 = Keberadaan makna
X8 = Mencari makna
X9 = Jenis kelamin
X10 = Usia
X11 = Tingkat pendidikan
62
X12 = Penyebab tuna daksa
e = Residual
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara orientasi masa depan sebagai DV dengan adanya
pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social
integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),
ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance),
keberadaan makna (presence of meaning), mencari makna (search for meaning),
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan penyebab tuna daksa sebagai IV.
Besarnya orientasi masa depan yang disebabkan faktor-faktor yang telah
disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2.
R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y)
disebabkan independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau
merupakan perkiraan proporsi varians dari orientasi masa depan yang dijelaskan
oleh adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi
sosial (social integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for
nurturance), ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance),
bimbingan (guidance), keberadaan makna (presence of meaning), mencari makna
(search for meaning), jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan penyebab tuna
daksa. Untuk mendapatkan nilai R2, maka digunakan rumus sebagai berikut :
63
Rumus 3.2
SSreg
R2 =
SSy
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada
Ftest. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat
apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah
R2 itu sendiri dengan df-nya (dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah IV yang
dianalisis sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N
adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df
penyebut sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:
Rumus 3.3
R2/k
F =
(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
64
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV
yang di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi
terhadap DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai
standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat
dirumuskan:
Rumus 3.4
bi
ti =
sbi
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden pada penelitian ini
sebanyak 155 tuna daksa.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden
Demografis Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 105 68 %
Perempuan 50 32 %
Usia 17-21 tahun 24 15.4 %
22-35 tahun 131 84.6 %
Tingkat
Pendidikan
Tidak Sekolah 5 3 %
SD 23 15 %
SMP 45 29%
SMA 75 48%
D3 3 3%
S1 4 3%
Penyebab Tuna
Daksa
Kecelakaaan/Sakit 97 63%
Dari lahir 58 37%
66
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden laki-laki berjumlah 105 orang (68%) dan responden perempuan
berjumlah 50 orang (32%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam
penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden yang berusia 17-21 tahun berjumlah 24 orang (15.4%) dan responden
yang berusia 22-35 tahun berjumlah 131 orang (84.6%). Responden yang berusia
17-21 tahun termasuk pada masa remaja akhir, dengan kriteria pencapaian masa
depan yang tertarik mencoba banyak peran yang berbeda, fokus terbagi antara dan
pendidikan dan mencari alternatif pekerjaan, berpikir tentang gaya hidup dan
mempertimbangkan berbagai hubungan yang ada. Sedangkan pada usia 22-35
tahun termasuk pada masa dewasa awal, dimana masa ini untuk mencapai puncak
prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mencari
pekerjaan tetap, bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok
yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja, serta membentuk sebuah
hubungan keluarga dengan lawan jenis (Santrock, 2002). Dengan demikian,
mayoritas responden dalam penelitian ini adalah responden yang usianya berkisar
antara 22-35 tahun yaitu termasuk dalam usia dewasa awal.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden yang tidak sekolah berjumlah 5 orang (3%), lulusan SD berjumlah 23
orang (15%), SMP berjumlah 45 orang (29%), SMA berjumlah 75 orang (48%),
D3 berjumlah 3 orang (3%), dan S1 berjumlah 4 orang (3%). Dengan demikian,
mayoritas responden adalah responden yang lulusan SMA/sederajat.
67
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden yang mengalami tuna daksa sejak lahir berjumlah 58 (37%) dan tuna
daksa yang mengalami kecelakaan/sakit berjumlah 97 (63%) . Dengan demikian,
mayoritas responden dalam penelitian ini adalah tuna daksa dengan penyebab
akibat kecelakaan/sakit.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.2
Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel
N Min Max Mean Std. Deviation
Orientasi masa depan 155 19.96 80.65 50.00 15.00018
Adanya pengakuan 155 13.82 86.60 50.00 14.99916
Kelekatan 155 19.46 88.42 50.00 15.00070
Integrasi sosial 155 25.16 93.86 50.00 14.99795
Kesempatan merasa
dibutuhkan
155 11.24 87.66 50.00 15.00032
Ketergantungan untuk
Diandalkan
155 12.27 89.87 50.00 14.99983
Bimbingan 155 16.82 86.28 50.00 14.99881
Keberadaan makna 155 24.80 76.38 50.00 15.00021
Mencari makna 155 17.14 77.59 50.00 14.99980
Jenis kelamin 155 0 1 .32 .469
Usia 155 17 36 28.32 6.996
Pendidikan 155 1 6 3.39 .963
Penyebab Tuna daksa 155 1 3 1.61 .707
Valid N (listwise) 155
68
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai
minimum dari variabel Orientasi masa depan adalah 19.96 dengan nilai
maksimum = 80.65, mean = 50.00 dan SD = 15.00018. Adanya pengakuan
memiliki nilai minimum = 13.82 dan nilai maksimum = 86.60, mean = 50.00, dan
SD = 14.99916. Kelekatan memiliki nilai minimum = 19.46 dan nilai maksimum
= 88.42, mean = 50.00, SD = 15.00070. Integrasi sosial memiliki nilai minimum =
25.16 dan nilai maksimum = 93.86, mean = 50.00, SD = 14.99795. Kesempatan
untuk Merasa Dibutuhkan memiliki nilai minimum = 11.24 dan nilai maksimum =
87.66, mean = 50.00, SD = 15.00032. Ketergantungan untuk Dapat Diandalkan
memiliki nilai minimum = 12.27 dan nilai maksimum = 89.87, mean = 50.00, SD
= 14.99983. Bimbingan memiliki nilai minimum = 16.82 dan nilai maksimum =
86.28, mean = 50.00, SD = 14.99881. Keberadaan makna memiliki nilai minimum
= 24.80 dan nilai maksimum = 76.38, mean = 50.00, SD = 15.00021. Mencari
Makna memiliki nilai minimum = 17.14 dan nilai maksimum = 77.59, mean =
50.00, SD = 14.99980. Jenis kelamin memiliki nilai minimum = 0 dan nilai
maksimum = 1, mean = 0.32, SD = 0.469. Usia memiliki nilai minimum = 17 dan
nilai maksimum = 36, mean = 28.32, SD = 6.996. Tingkat pendidikan memiliki
nilai minimum = 1 dan nilai maksimum = 6, mean = 3.39, SD = 0.963. Penyebab
tuna daksa memiliki nilai minimum = 1 dan nilai maksimum = 3, mean = 1.61,
SD = 0.707.
4.2.1 Kategorisasi variabel
Peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
69
tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T
score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Nilai tersebut menjadi batas
peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing
variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Orientasi masa depan 76 79 49.03 50.96
Adanya pengakuan 90 65 58.06 41.93
Kelekatan 94 61 60.64 39.35
Integrasi sosial 97 58 62.58 37.41
Kesempatan merasa dibutuhkan 78 77 50.32 49.67
Ketergantungan dapat diandalkan 77 78 49.67 50.32
Bimbingan 93 62 60.00 40.00
Keberadaan makna 78 77 50.32 49.67
Mencari makna 86 69 55.48 44.51
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 155 jumlah subjek
penelitian, terlihat pada variabel orientasi masa depan skor rendah sebanyak
49.03% dan skor tinggi sebanyak 50.96%. Pada variabel adanya pengakuan skor
rendah sebanyak 58.06% dan skor tinggi sebanyak 41.93%. Pada variabel
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X ≤ Mean
70
kelekatan skor rendah sebanyak 60.64% dan skor tinggi sebanyak 39.35%. Pada
variabel integrasi sosial skor rendah sebanyak 62.58% dan skor tinggi sebanyak
37.41%. Pada variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan skor rendah
sebanyak 50.32% dan skor tinggi sebanyak 49.67%. Pada variabel ketergantungan
untuk dapat diandalkan skor rendah sebanyak 49.67% dan skor tinggi sebanyak
50.32%. Pada variabel bimbingan skor rendah sebanyak 60.00% dan skor tinggi
sebanyak 40.00%. Pada variabel keberadaan makna skor rendah sebanyak 50.32%
dan skor tinggi sebanyak 49.67%. Pada variabel mencari makna skor rendah
sebanyak 55.48% dan skor tinggi sebanyak 44.51 %.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan Multiple Regression
Analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari
hasil analisis faktor. Lalu peneliti memindahkan skala faktor skor tersebut
menjadi T score. Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu
melihat besaran R square, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh
secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti
melihat besaran R2
untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan
oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut ini :
71
Tabel 4.5
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Standars Error of the
Estimate
1 .755a .570 .533 10.24701
a. Predictors: (Constant), Penyebab Tuna Daksa, Kelekatan, Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan, Usia, Kesempatan untuk Merasa Dibutuhkan, Keberadaan makna, Adanya
Pengakuan, Ketergantungan untuk Dapat Diandalkan, Integrasi Sosial, Bimbingan,
Mencari Makna
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diketahui bahwa perolehan R2 sebesar
0.570 atau 57.0%. Artinya proporsi varians dari Orientasi masa depan yang
dijelaskan oleh adanya pengakuan, kelekatan, integrasi sosial, kesempatan untuk
merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat diandalkan, bimbingan,
keberadaan makna, mencari makna, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan
penyebab tuna daksa dalam penelitian ini adalah sebesar 57.0 %, sedangkan 43.0
% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua
peneliti menganalisis dampak dari seluruh Independent Variable terhadap
orientasi masa depan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
ANOVAb
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1
Regression 19740.663 12 1645.055 15.667 .000a
Residual 14910.170 142 105.001
Total 34650.833 154
a. Predictors: (Constant), penyebab tuna daksa, kelekatan, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
usia, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, keberadaan makna, adanya pengakuan,
ketergantungan untuk dapat diandalkan, integrasi sosial, bimbingan, mencari makna
b. Dependent Variable : Orientasi masa depan
72
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. <
0.05, maka hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari dimensi dukungan sosial (adanya pengakuan, kelekatan, integrasi
sosial, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat
diandalkan, bimbingan), dimensi makna hidup (keberadaan makna dan mencari
makna), demografis (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan penyebab tuna
daksa) terhadap orientasi masa depan ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari adanya pengakuan, kelekatan,
integrasi sosial, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk
dapat diandalkan, bimbingan, keberadaan makna, mencari makna, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan dan penyebab tuna daksa terhadap orientasi masa depan
pada penyandang tuna daksa.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat melalui kolom Sig. (Sig < 0.05). Adapun besarnya koefisien regresi
dari masing-masing IV terhadap orientasi masa depan dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut ini.
73
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.726 6.930 1.548 .124
Adanya pengakuan .133 .074 .133 1.807 .073
Kelekatan .084 .081 .084 1.032 .304
Integrasi sosial .161 .078 .161 2.061 .041
Kesempatan merasa
dibutuhkan -.062 .065 -.062 -.945 .346
Ketergantungan dapat
diandalkan .027 .078 .027 .340 .735
Bimbingan .225 .086 .225 2.617 .010
Keberadaan makna .081 .084 .081 .962 .338
Mencari makna .288 .089 .288 3.256 .001
Jenis kelamin -2.643 1.874 -.083 -1.411 .160
Usia -.306 .127 -.143 -2.409 .017
Pendidikan 1.354 .962 .087 1.408 .161
Penyebab tuna daksa -1.629 1.290 -.077 -1.263 .209
a. Dependent Variable: Orientasi masa depan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
orientasi masa depan = 10.726 + 0.133 (adanya pengakuan) + 0.084 (kelekatan) +
0.161 (integrasi sosial) – 0.062 (kesempatan untuk merasa dibutuhkan) + 0.027
(ketergantungan untuk dapat diandalkan) + 0.225 (bimbingan) + 0.081
(keberadaan makna) + 0.288 (mencari makna) – 2.643 (jenis kelamin) – 0.306
(usia) + 1.354 (tingkat pendidikan) – 1.629 (penyebab tuna daksa).
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tiga belas
independent variable hanya integrasi sosial, bimbingan, mencari makna, dan usia
yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada
masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel adanya pengakuan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.133
dengan Sig. sebesar 0.073 (Sig. > 0.05), dengan demikian adanya
74
pengakuan secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan.
2. Variabel kelekatan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.084 dengan
Sig. sebesar 0.304 (Sig. > 0.05), dengan demikian kelekatan secara positif
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan.
3. Variabel integrasi sosial: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.161
dengan Sig. sebesar 0.041 (Sig. < 0.05), dengan demikian integrasi sosial
secara positif memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap orientasi
masa depan. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan arah
hubungan yang positif antara integrasi sosial dan orientasi masa depan.
Dari arah hubungan tersebut diartikan jika skor integrasi sosial seseorang
itu tinggi maka skor orientasi masa depannya akan tinggi atau sebaliknya.
4. Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan : diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar -0.062 dengan Sig. sebesar 0.346 (Sig. > 0.05), dengan
demikian kesempatan untuk merasa dibutuhkan secara negatif tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan.
5. Variabel ketergantungan untuk dapat diandalkan : diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.027 dengan Sig. sebesar 0.735 (Sig. > 0.05), dengan
demikian ketergantungan untuk dapat diandalkan secara positif tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan.
6. Variabel bimbingan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.225
dengan Sig. sebesar 0.010 (Sig. < 0.05), dengan bimbingan secara positif
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap orientasi masa depan.
75
Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan arah hubungan yang
positif antara Bimbingan dan orientasi masa depan. Dari arah hubungan
tersebut dapat diartikan jika skor bimbingan seseorang itu tinggi maka skor
orientasi masa depannya akan tinggi ataupun sebaliknya.
7. Variabel keberadaan makna : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.81
dengan Sig. sebesar 0.338 (Sig. > 0.05), dengan demikian keberadaan
makna secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan.
8. Variabel mencari makna: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.288
dengan Sig. sebesar 0.001 (Sig. < 0.05), dengan demikian mencari makna
secara positif ini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
orientasi masa depan.
9. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.2643
dengan Sig. sebesar 0.160 (Sig. > 0.05), dengan demikian jenis kelamin
secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi
masa depan.
10. Variabel usia : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.306 dengan Sig.
sebesar 0.017 (Sig. < 0.05), dengan demikian usia secara negatif memiliki
pengaruh signifikan dengan arah yang negatif terhadap orientasi masa
depan. Dari arah yang negatif tersebut diartikan jika skor usia seseorang
tinggi maka skor orientasi masa depannya akan rendah atau sebaliknya.
11. Variabel tingkat pendidikan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
1.354 dengan Sig. sebesar 0.161 (Sig. > 0.05), dengan demikian tingkat
76
pendidikan secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap orientasi masa depan.
12. Variabel penyebab tuna daksa : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
1.629 dengan Sig. sebesar 0.209 (Sig. > 0.05), dengan demikian penyebab
tuna daksa secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap orientasi masa depan.
4.3.1 Pengujian proporsi varians independent variable
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap orientasi masa depan. Maka dari itu,
peneliti melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu
independent variable setiap melakukan regresi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut :
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap D
Model Summary
Model R R Square
R Square
Change F Change Sig. F Change
Adanya Pengakuan .445a .198 .198 37.832 .000
Kelekatan .599b .358 .160 37.931 .000
Integrasi Sosial .624c .389 .031 7.591 .007
Kesempatan Dibutuhkan .624d .390 .001 .132 .717
Ketergantungan Dapat
Diandalkan .634
e .402 .012 3.100 .080
Bimbingan .668f .446 .044 11.731 .001
Keberadaan makna .698g .487 .041 11.651 .001
Mencari Makna .730h .532 .046 14.254 .000
Jenis Kelamin 734i .538 .006 1.900 .170
Usia 747j .558 .020 6.516 .012
Pendidikan .752k .565 .007 2.144 .145
Penyebab Tuna Daksa .755l .570 .005 1.595 .209
77
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel adanya pengakuan memberikan sumbangan sebesar 19,8 %
terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F change = 37.832 dan df1 = 1 dan df2 = 153 dengan Sig. F
Change = 0.000 (Sig. F Change < 0.05).
2. Variabel kelekatan memberikan sumbangan sebesar 16,0 % terhadap
varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 37.931 dan df1 = 1 dan df2 = 152 dengan Sig. F Change = 0.000
(Sig. F Change < 0.05).
3. Variabel integrasi sosial memberikan sumbangan sebesar 3,1 % terhadap
varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 7.591 dan df1 = 1 dan df2 = 151 dengan Sig. F Change = 0.007
(Sig. F Change < 0.05).
4. Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan memberikan sumbangan
sebesar 0,1 % terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut
tidak signifikan dengan F change = 0.132 dan df1 = 1 dan df2 = 150
dengan Sig. F Change = 0.717 (Sig. F Change > 0.05).
5. Variabel ketergantungan untuk dapat diandalkan memberikan sumbangan
sebesar 1,2 % terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut
tidak signifikan dengan F change = 3.100 dan df1 = 1 dan df2 = 149
dengan Sig. F Change = 0.080 (Sig. F Change > 0.05).
6. Variabel bimbingan memberikan sumbangan sebesar 4,4% terhadap
varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
78
change = 11.731 dan df1 = 1 dan df2 = 148 dengan Sig. F Change = 0.001
(Sig. F Change < 0.05).
7. Variabel keberadaan makna memberikan sumbangan sebesar 4,1 %
terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F change = 11.651 dan df1 = 1 dan df2 = 147 dengan Sig. F
Change = 0.001 (Sig. F Change < 0.05).
8. Variabel mencari makna memberikan sumbangan sebesar 4,6 % terhadap
varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 14.254 dan df1 = 1 dan df2 = 146 dengan Sig. F Change = 0.000
(Sig. F Change < 0.05).
9. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,6 % terhadap
varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
F change = 1.900 dan df1 = 1 dan df2 = 145 dengan Sig. F Change = 0.170
(Sig. F Change > 0.05).
10. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 2,0 % terhadap varians
orientasi masa depan. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change =
6.516 dan df1 = 1 dan df2 = 144 dengan Sig. F Change = 0.012 (Sig. F
Change < 0.05).
11. Variabel tingkat pendidikan memberikan sumbangan sebesar 0,7 %
terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F change = 2.144 dan df1 = 1 dan df2 = 143 dengan Sig.
F Change = 0.145 (Sig. F Change > 0.05).
79
12. Variabel penyebab tuna daksa memberikan sumbangan sebesar 0,5 %
terhadap varians orientasi masa depan. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F change = 1.595 dan df1 = 1 dan df2 = 142 dengan Sig.
F Change = 0.209 (Sig. F Change > 0.05)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh
IV yaitu adanya pengakuan, kelekatan, integrasi sosial, bimbingan, keberadaan
makna, mencari makna, dan usia yang memberikan sumbangan terhadap varians
orientasi masa depan secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang
dihasilkan.
80
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang
telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan
saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang signifikan dari adanya pengakuan, kelekatan, integrasi sosial, kesempatan
untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat diandalkan, bimbingan,
keberadaan makna dan mencari makna, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
dan penyebab kecacatan terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna
daksa. Dari hasil proporsi varians besar sumbangan keseluruhan yaitu 57%.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, terdapat empat
variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap orientasi masa depan yaitu hanya
integrasi sosial, bimbingan, mencari makna dan usia. Artinya keempat variabel
tersebut memberi pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi sosial, bimbingan,
mencari makna, dan usia memberi pengaruh yang signifikan terhadap orientasi
masa depan yang memiliki nilai koefisien regresi dengan Sig. < 0.05, yang berarti
bahwa variabel-variabel tersebut mempengaruhi orientasi masa depan dan dalam
hal ini secara signifikan.
81
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, dukungan sosial berhubungan
positif atau mempengaruhi orientasi masa depan, tetapi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dimensi dukungan sosial sebagai Independent Variable,
bukan dukungan sosial secara keseluruhan. Hal tersebut seperti yang telah peneliti
jelaskan sebelumnya pada bab teori dalam orientasi masa depan.
Variabel integrasi sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap orientasi
masa depan pada penyandang tuna daksa dengan arah hubungan yang positif
antara integrasi sosial dan orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Dari
arah hubungan tersebut dapat diartikan jika skor integrasi sosial seseorang itu
tinggi maka skor orientasi masa depannya akan tinggi ataupun sebaliknya.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mihai-
Bogdan Iovu (2013) yang menunjukkan bahwa dukungan sosial dari berbagai
sumber (keluarga atau lingkungan) dikaitkan dengan harapan positif di masa
depan dan kekhawatiran tentang masa depan.
Hal ini dapat terjadi karena integrasi sosial dalam konteks penyandang
tuna daksa lebih banyak terpengaruh oleh lingkungan. Para penyandang tuna
daksa lebih sering melakukan kegiatan secara bersama-sama, seperti dalam bentuk
komunitas atau kesamaan minat dalam kegiatan sehingga muncul dukungan dari
sesama anggota kelompoknya.
Dukungan sosial dalam bentuk integrasi sosial menjadi penting bagi para
penyandang tuna daksa yang tinggal di panti atau rehabilitasi khusus tuna daksa.
Bentuk integrasi sosial ini memberikan efek positif dimana para tuna daksa saling
bertukar informasi mengenai kesamaan minat atau pekerjaan yang mereka jalani.
82
Dalam kesehariannya di panti rehabilitasi menjadi sangat penting untuk mereka
para penyandang tuna daksa membagi minat dan perhatian, serta melakukan
kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama dan bisa menghilangkan
perasaan kecemasan walaupun hanya sesaat.
Variabel bimbingan memiliki pengaruh signifikan terhadap orientasi masa
depan pada penyandang tuna daksa dengan arah hubungan yang positif antara
bimbingan dan orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Dari arah
hubungan tersebut dapat diartikan jika skor bimbingan seseorang itu tinggi maka
skor orientasi masa depannya akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh McCabe dan Barnett (2000)
yang mengemukakan bahwa adanya dukungan dari orang tua mereka akan
memberikan efek pada orientasi masa depan, sehingga orientasi masa depan yang
tercipta menjadi lebih positif dari pada mereka yang kurang mendapatkan
dukungan dari orang tua.
Bimbingan pada para penyandang tuna daksa berupa adanya hubungan
kerja ataupun hubungan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan
informasi, saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dalam subjek penelitian ini, para tuna
daksa mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dari pihak panti atau rehabilitasi
tempat mereka tinggal. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam fisiknya,
bimbingan akan sangat berguna untuk hidup mereka kedepannya.
Bimbingan yang mereka dapatkan ini bentuknya beragam. Di panti-panti
mereka mendapatkan bimbingan dalam pelatihan non akademis yang
83
memungkinkan mereka untuk siap kembali ke masyarakat dengan keahlian baru
yang mereka telah pelajari. Selain itu, mereka juga mendapatkan berbagai
informasi dalam bidang perkejaan, dimana ada salah satu tempat yang bekerja
sama dengan balai rehabilitasi untuk memberikan kesempatan kepada mereka agar
dapat magang sebagai hasil dari proses pelatihan mereka di tempat tersebut.
Bimbingan ini dapat mengatasi permasalahan yang umumnya terjadi di
kalangan penyandang tuna daksa. Keterbatasan yang mereka miliki mungkin
menjadi hambatan untuk mereka bekerja atau bersosialisasi di masyarakat.
Namun, dengan bimbingan yang mereka dapatkan di panti atau rehabiliasi ini,
maka akan dapat mempersiapkan diri mereka lebih baik di masa depannya.
Variabel mencari makna memiliki pengaruh signifikan terhadap orientasi
masa depan pada penyandang tuna daksa dengan arah hubungan yang positif
antara mencari makna dan orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa.
Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika skor mencari makna seseorang
itu tinggi maka skor orientasi masa depannya akan tinggi ataupun sebaliknya.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mascaro
dan Rosen (2005) dengan hasil yang menunjukkan adanya hubungan antara
kebermaknaan hidup yang tinggi dengan harapan masa depan pada hidup.
Variabel mencari makna menunjukkan berapa besar penyandang tuna
daksa berusaha untuk menemukan makna dan pemahaman hidup mereka. Seperti
keadaan yang peneliti temukan, menerima keterbatasan dalam hidup memang
bukan hal mudah bagi mereka. Banyak dari penyandang tuna daksa yang terus
84
mencari apa makna dari kehidupan mereka, atau berusaha memahami apa tujuan
dari hidup mereka. Tidak hanya memahami tujuan dari hidup tetapi juga mencari
cara agar meraih apa yang mereka inginkan di masa depan.
Mencari makna akan membantu mereka dalam memahami pengalaman
dan merumuskan rencana hidup dengan mengarahkan diri mereka untuk mencapai
masa depan yang diinginkan. Peneliti menemukan bahwa para penyandang tuna
daksa dalam penelitian ini paham bahwa hidup ini harus diperjuangkan, dan
namun memang sebagian dari mereka mungkin belum mencapai tujuan yang
mereka inginkan. Tetapi telah terlihat adanya usaha mereka untuk mencapai
tujuan dalam hidup yang diinginkan. Dan hal ini menggambarkan adanya makna
dari hidup yang mereka cari dan berusaha untuk dicapai.
Variabel usia memiliki pengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Dari arah hubungan tersebut
dapat diartikan jika skor usia seseorang itu tinggi maka skor orientasi masa
depannya akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini tidak sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurmi (1989) yang menyatakan
bahwa usia mempengaruhi orientasi masa depan. Dimana ketertarikan mengenai
pekerjaan di masa depan yang lebih mendominasi muncul pada usia 15 tahun ke
atas.
Semakin tinggi usia maka semakin kecil pula orientasi masa depan yang
dimilikinya, karena pada penelitian ini tingginya usia membuat mereka cenderung
85
lebih menerima apa yang telah ada dibanding tertarik mencoba banyak hal seperti
pada masa remaja.
Sedangkan, variabel lain yang tidak signifikan adalah adanya pengakuan,
kelekatan, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, ketergantungan untuk dapat
diandalkan, keberadaaan makna, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan penyebab
kecacatan.
Variabel adanya pengakuan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Temuan ini tidak sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trommsdorff (1983) bahwa
ekspektasi diri sendiri yang didapat dari lingkungan sosialnya akan
mempengaruhi orientasi masa depan yang dibentuk oleh individu.
Variabel adanya pengakuan menunjukkan adanya penghargaan atau
pengakuan dari orang lain. Namun, berdasarkan apa yang peneliti temukan bahwa
sebagian besar subjek dalam penelitian ini merasa bahwa kurangnya mendapat
penghargaan dari orang-orang disekitarnya. Secara umum, mereka memiliki
kemampuan yang setara antara satu dengan yang lainnya, karena itu mereka tidak
merasa adanya pengakuan yang lebih dari sesama mengenai kemampuan yang
dimiliki. Orang yang diakui akan berhasil di masa depan oleh lingkungan maka
akan membentuk optimisme dalam orientasi masa depan mereka serta memiliki
keyakinan untuk mengontrol dan membantu dirinya menghadapai masa depan,
namun pada penelitian ini berbanding terbalik.
86
Variabel kelekatan tidak memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif
terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Temuan ini tidak
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iovu (2014) yang
menjelaskan bahwa dukungan sosial yang lebih tinggi berkorelasi dengan
pemikiran yang positif tentang masa depan. Temuan yang menarik adalah bahwa
variabel keluarga dan rekan sebaya memiliki kontribusi dalam membentuk
harapan positif mengenai masa depan pada penelitian ini.
Variabel kelekatan menunjukkan seseorang memiliki emosional yang kuat
dengan orang-orang di sekitarnya. Namun, berdasarkan observasi peneliti bahwa
para tuna daksa ini merasa belum memiliki kedekatan dengan teman-teman di
sekitarnya. Banyak dari mereka yang kurang percaya antara satu dengan yang
lain. Para tuna daksa ini berasal dari tempat yang berbeda dan disatukan pada satu
tempat secara bersama-sama. Waktu yang mereka miliki belum cukup untuk
membuat kelekatan antara satu dengan yang lain. Sedangkan para daksa yang
seharusnya dekat dengan para keluarga tersebut menjadi jauh selama proses
rehabilitasi atau tinggal di panti. Sehingga kelekatan mereka dengan orang-orang
terdekat di keluarga pun menjadi renggang.
Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan tidak memiliki pengaruh
signifikan dengan arah positif terhadap orientasi masa depan pada penyandang
tuna daksa. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Daviss dan Diler (2012) menunjukkan bahwa rekan-rekan
mungkin juga agen sosialisasi penting untuk orientasi masa depan. Mereka bisa
87
berpengaruh dalam menentukan tujuan dengan saling berkompetisi secara
normatif dan inspiratif sehingga mampu menentukan tujuan dengan lebih baik.
Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan tidak signifikan pada
subjek tuna daksa karena mereka merasa dengan keadaan yang dimiliki maka
tidak ada orang yang membutuhkan bantuan mereka. Meskipun, dalam kehidupan
di panti atau rehabilitasi mereka sering membantu satu sama lain, namun mereka
merasa bahwa dalam hal yang besar mereka tidak mampu untuk membantu orang
lain. Karena itu, sedikit sekali kesempatan untuk merasa dibutuhkan yang
diberikan antar sesama di panti atau rehabilitasi tuna daksa.
Variabel ketergantungan untuk dapat diandalkan tidak memiliki pengaruh
signifikan dengan arah positif terhadap orientasi masa depan pada penyandang
tuna daksa. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh McCabe dan Barnett (2000) penelitian terdahulu yang
menunjukkan bahwa remaja memiliki pandangan lebih optimis tentang masa
depan mereka ketika mereka menerima dukungan lingkungan disekitarnya.
Para tuna daksa merasa tidak adanya ketergantungan untuk dapat
diandalkan. Ketergantungan ini bisa ditujukan pada dirinya sendiri atau orang
lain. Namun, sesuai dengan adanya kondisi keterbatasan dalam sesama di
lingkungan maka membuat mereka merasa tidak ada yang dapat diandalkan dan
bergantung dengan diri sendiri atau orang lain. Selain itu kodisi tuna daksa yang
tidak tinggal bersama dengan pihak keluarga yang seharusnya menjadi peran
88
penting dalam hidup para tuna daksa, sehingga membuat mereka kehilangan
sosok yang dijadikan tempat bergantung pada sehari-hari.
Variabel Keberadaan Makna tidak memiliki pengaruh signifikan dengan
arah positif terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Temuan
ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mascaro dan
Rosen (2005) mengenai hubungan antara kebermaknaan hidup yang tinggi dengan
harapan positif masa depan pada hidup seseorang.
Keberadaan makna adalah keadaan dimana mereka memiliki makna yang
dapat diambil dari hidupnya. Ini membuat para tuna daksa menerima dan
mengetahui dengan jelas apa tujuan dalam hidup mereka. Namun, banyak dari
mereka belum menemukan dan masih mencari apa tujuan dalam hidup mereka
kedepannya. Banyak dari mereka yang menjadi tuna daksa akibat dari kecelakaan,
ini bisa juga membuat mereka yang awalnya telah siap dengan tujuan-tujuan
dalam hidupnya menjadi terputus dan mencari lagi arti dari hidup mereka sebagai
seorang tuna daksa. Karena itu, variabel ini tidak menjadi signifikan terhadap
orientasi masa depan.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak signifikannya jenis
kelamin dengan arah negatif terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna
daksa. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh McLoyd, Kaplan dan Purtell (2008) bahwa orientasi masa depan anak laki-
laki tampaknya kurang stabil dibandingkan orientasi masa depan anak perempuan.
Hal ini terjadi karena kurang meratanya jumlah jenis kelamin pada sampel
89
penelitian ini. Sehingga, perbedaan orientasi pada laki-laki dan perempuan pada
penelitian ini tidak signifikan.
Variabel tingkat pendidikan menunjukkan tidak signifikan dengan arah
positif terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Temuan ini
tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kerpelman dan
Mosher (2009) dengan hasil sampel yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih
tinggi pula orientasi masa depannya dibandingnya dengan sampel yang
berpendidikan lebih rendah. Pada penelitian ini, sampel didominasi oleh
pendidikan tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat, sedangkan sampel dengan
pendidikan yang lebih tinggi jauh lebih sedikit jumlahnya. Sehingga
menyebabkan variabel tingkat pendidikan tidak singnifikan pada orientasi masa
depan.
Variabel penyebab tuna daksa menunjukkan tidak signifikan dengan arah
positif terhadap orientasi masa depan pada penyandang tuna daksa. Hal ini
memberikan informasi baru sebagai pertimbangan penelitian selanjutnya untuk
mengikutsertakan variabel tersebut dalam menguji pengaruhnya terhadap kinerja.
Pada penelitian ini, sampel di dominasi oleh tuna daksa dengan penyebab
kecelakaan/sakit yang memungkinkan bahwa mereka mengalami perubahan besar
pada hidupnya akibat peristiwa kecelakaan atau sakit tersebut, sehingga
menyebabkan sebagian besar tuna daksa mengalami kesulitan dalam membangun
orientasi masa depannya.
90
5.3 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat melengkapi penelitian selanjutnya, baik berupa
saran teoritis maupun saran praktis.
5.2.1 Saran teoritis
1. Penelitian berikutnya diharapkan untuk dapat menyeimbangkan jumlah
antar gambaran sampel. Hal ini agar dapat melihat pengaruh dari
gambaran sampel terhadap orientasi masa depan.
2. Seperti diketahui dalam penelitian ini besar pengaruh IV terhadap DV
sebesar 57% sehingga masih banyak variabel terkait lainnya yang
mempengaruhi orientasi masa depan namun belum diteliti dalam
penelitian ini.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat diperkaya dengan membandingkan
antara orientasi masa depan pada kelompok tuna daksa dengan cacat fisik
dari lahir dan tuna daksa dengan cacat fisik akibat kecelakaan atau sakit.
5.2.2 Saran praktis
Peneliti sertakan saran praktis yang dapat diaplikasikan secara nyata oleh
pihak-pihak terkait.
91
a. Panti sosial, yayasan dan rehabilitasi
a) Dalam meningkatkan dukungan sosial, diharapkan panti sosial,
yayasan dan rehabilitasi memberikan kesempatan yang lebih
banyak untuk bertatap muka dengan pihak keluarga. Karena,
keluarga merupakan salah satu peran penting dalam dukungan
sosial yang dibutuhkan oleh para tuna daksa.
b) Diharapkan panti sosial, yayasan dan rehabilitasi melakukan
penyediaan psikolog untuk melakukan kegiatan sesi konseling atau
tatap muka minimal 2 kali dalam sebulan, sebagai salah satu cara
untuk mengurangi keluh kesah dari para tuna daksa selama
melakukan kegiatan sehingga hambatan-hambatan yang masih
dialami penyandang tuna daksa dapat terselesaikan dengan lebih
mudah.
c) Diharapkan panti sosial, yayasan dan rehabilitasi bekerja sama
dengan masyarakat sekitar, untuk mengadakan kegiatan yang
sifatnya membuat para tuna daksa dapat bekerja dan bergabung
dengan para masyarakat. Langkah ini sebagai persiapan untuk
mereka kembali ke masyarakat, dan juga untuk menambahkan
percaya diri para tuna daksa.
d) Mengadakan kegiatan yang sifatnya keagamaan secara rutin. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu tuna daksa dalam bersyukur dan
mengambil hikmah dari keadaan diri yang dialami. Hal ini juga
92
membantu tuna daksa untuk menemukan makna hidupnya agar
lebih baik dalam menjalani hari-harinya.
b. Keluarga para penyandang tuna daksa
a) Kepada keluarga atau saudara dari tuna daksa di rehabilitasi, panti
sosial, dan wisma tuna daksa memberikan waktunya sekali dalam satu
minggu untuk menjenguk agar kelekatan dengan pihak keluarga tetap
terjaga dan memberikan rasa nyaman dengan kehadiran pihak
keluarga.
b) Memenuhi kebutuhan khusus yang diperlukan para penyandang tuna
daksa, seperti tongkat atau kursi roda yang dibutuhkan selama mereka
berada di luar panti, yayasan atau rehabilitasi.
c) Memberikan semangat dan selalu berkomunikasi dengan para tuna
daksa, baik melalui tatap langsung atau alat komunikasi agar mereka
mearasa lebih ringan dalam melalui masa sulitnya.
d) Ikut memberikan keterampilan atau pelajaran khusus yang diperlukan
agar mereka dapat memulai usaha/pekerjaan baru dan tidak perlu
banyak menggantungkan diri dengan orang lain.
c. Penyandang tuna daksa
a) Diharapkan para tuna daksa lebih meningkatkan hubungan komunikasi
antar sesama warga di panti sosial, yayasan dan rehabilitasi. Hal ini
dapat menumbuhkan rasa kepercayaan, kelekatan dan tanggung jawab
secara bersama-sama antara sesama tuna daksa.
93
b) Diharapkan untuk dapat menggunakan keterampilan yang dimiliki atau
di pelajari secara maksimal, agar menjadi lahan pekerjaan yang baru
bagi para tuna daksa.
d. Pemerintah (Dinas Sosial atau Kementerian Sosial)
Diharapkan memberikan fasilitas yang jauh lebih mendukung para tuna
daksa untuk beraktivitas. Fasilitas ini tidak hanya berlaku untuk tuna daksa
di panti tetapi juga tuna daksa yang berada di luar panti. Banyaknya
hambatan yang dialami membuat para tuna daksa membutuhkan fasilitas
yang sesuai, seperti adanya transportasi umum bagi para penyandang
disabilitas atau fasilitas di dalam gedung yang pro-disabilitas.
94
Daftar Pustaka
Bahri, S. Habibie, Penyandang difabel sukses bergaji dolar. Dipublikasi pada
Maret 2014 dari http://www.dakwatuna.com / 2014 / 03 / 11 / 47580 /
habibie-penyandang-difabel-sukses-bergaji-dolar/#axzz3jvMCeGB0
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi psikologi untuk menemukan makna hidup dan
meraih hidup bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Cohen, S. (1988). Psychosocial models of the role of social support in the etiology
of physical disease. Health Psychology. 7, 269-297.
Cohen, S., & Hoberman, H. (1983). Positive events and social supports as buffers
of life change stress. Journal of Applied Social Psychology. 13, 99-125.
Crumbaugh, J. C. & Maholick, L. T. (1964). An experimental study in
existentialism: The psychometric approach to Frankl’s concept of
noogenic neurosis. Journal of Clinical Psychology. 20, 200-207.
Cutrona, C. E. & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships and
adaptation to stress. Advances in personal relationships. 1, 37-67.
Diono A., Mujaddid, Prasetyo F A., Budijanto D. (2014). Situasi penyandang
disbilitas. Buletin Kementerian Kesehatan RI. 1-56.
Dunkel, C. (2000). Possible selves as a mechanism for identity exploration.
Journal of Adolescence. 23, 519-529.
Efendi, M. (2008). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Frankl, Viktor E. (1988). Man’s search for meaning, revised and updated. New
York : Washington Square Press.
Gottlieb, B. H. (1983). Social support as a focus for integrative reasearch in
psychology. American Psychologist Association. 1, 278-287.
95
Husman, J. & Duane F. (2008). Shell beliefs and perceptions about the future: A
measurement of future time perspective. Learning and Individual
Differences. 18, 166–175.
Iovu, Mihai-Bogdan. (2013). Future expectations of senior high schoolers in
Romania. International Journal of Adolescence and Youth. 1, 1-10.
Iovu, Mihai-Bogdan. (2014). Adolescents positive expectations and future worries
on their transition to adulthood. Social and Behavioral Sciences. 149, 433
– 437.
Kartika, D. Kementerian sosial dalam angka pembangunan kesejahteraan sosial.
Dipublikasi pada April 2013 dari http://www.slideshare.net/ Dewi Kartika
2 / data-kementerian-sosial-dalam-angka-13
Kerpelman, Jennifer L. & Lauren S. Mosher. (2009). Rural african american
adolescents future orientation: The importance of self-efficacy, control and
responsibility, and identity development. An International Journal of
Theory and Research. 4, 187–208.
Lunenburg, Fred C. (2011). Goal-setting theory of motivation. International
Journal Of Management, Business, And Administration. 15, 1-6.
Mascaro, N., & Rosen, D. H. (2005). Existential meaning's role in the
enhancement of hope and prevention of depressive symptoms. Journal of
Personality. 73, 985-1014.
McCabe, K.M. & Barnett, D. (2000). First comes work, then comes marriage
future orientation among african american young adolescents. Journal of
interdisciplinary journal of applied. 49, 63-70.
Morris, J. (2004). People with physical impairments and mental health support
needs. New York: Joseph Rowntree Foundation.
Nurmi, J. E. (1989). Development of orientation to the future during early
adolescence: a four year longitudinal study and two cross sectional
comaparations. International journal of psychology. 24, 195-214.
96
Nurmi, J. E. (1989). Planning, motivation and evaluation in orientation to the
future: A latent structure analysis. Scandinavian journal of psychology. 30,
64-71.
Nurmi, J. E. (1991). How do adolescents see their future? A review of
development of future orientation and planning development review.
Developmental Review. 11, 1-59.
Nurmi, J.E., Poole, M & Kalakoski. (1994). Age differences in adolescent future-
oriented goals, concerns, and related temporal extension in different
sociocultural contexts. Journal of Youth and Adolescence. 23, 1-14.
Nurmi, J. E., Poole, M. & Seginer. (1995). Tracks and trasition—A comparison of
adolescent future-oriented goals, explorations and commitments in
Australia, Israel and Finland. International Journal of Psychology. 30,
355-375.
Padawer, E.A., Lawson, J.M.J., Hershey, D.A. and Thomas, D.G. (2007).
Demographic indicators as predictors of future time perspective. Curr
Psychol. 26, 102–108.
Pulkkinen, L., & Rönkä, A. (1994). Personal control over development, identity
formation, and future orientation as components of life orientation: A
developmental approach. Developmental Psychology. 30, 260-271.
Robbins, R.N., & Bryan, A. (2004). Relationships between future orientation,
impulsive sensation seeking, and risk behavior among adjudicated
adolescents. Journal of Adolescent Research. 19, 428-445.
Samodro, D. Jakarta dinilai kurang ramah bagi penyandang disabilitas.
Dipublikasi pada Maret 2014 dari http: //www .antaranews. com / berita /
423387/jakarta-dinilai-kurang-ramah-bagi-penyandang-disabilitas Jakarta
dinilai kurang ramah bagi penyandang disabilitas
Santrock, J. W. (2002). Life—span development: Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Sarafino, E. P., Timothy W. S. (2011). Health psychology : Biopsychosocial
interactions seventh edition. United States of America: John Wiley &
Sons, Inc.
97
Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., Sarason, Barbara R. (1983).
Assessing social support: The social support questionnaire. Journal of
Personality and Social Psychology. 44, 127-139.
Seginer, R. (2000). Defensive pessimism and optimism correlates of adolescent
future orientation: A domain-specific analysis. Journal of Adolescent
Research. 15, 307-326.
Seginer, R. (2008). Future orientation in times of threat and challenge: How
resilient adolescents construct their future. International Journal of
Behavioral Development. 32, 272–282.
Seginer, R. (2009). Future orientation: Developmental and ecological
perspective, New York: Springer.
Shterjovska, Marija, Elena Achkovska-Leshkovska (2014). Time perspective as
predictor of meaning in life. International Journal of Cognitive Research
in Science, Engineering and Education, 2, 1.
Smart, A. (2010). Anak cacat bukan kiamat (metode pembelajaran & terapi untuk
anak berkebutuhan khusus). Yogyakarta : Kata Hati.
Somantri, S. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Steger, M. F., Frazier, P., Oishi, S., & Kaler, M. (2006). The meaning in life
questionnaire: Assessing the presence of and search for meaning in life.
Journal of Counseling Psychology. 53, 80-93.
Steger, M. F., Kashdan, T. B., Sullivan, B. A., & Lorentz, D. (2008).
Understanding the search for meaning in life: Personality, cognitive style,
and the dynamic between seeking and experiencing meaning. Journal of
Personality. 76, 199-228.
Taylor, S. E. (2003). Health psychology (5th
Edition). New York: McGraw Hill,
Inc.
Tri, Menaker: Beri pekerjaan kepada penyandang disabilitas!. Dipublikasi pada
Maret 2015 dari http://poskotanews.com/2015/03/12/menaker-beri-
pekerjaan-kepada-penyandang-disabilitas/
98
Trommsdorff, G. (1983). Future orientation and socialization. International
Journal of Psychology. 1, 381-406.
Trommsdorff, G. (1986). Future time orientation and its relevance for
development as Action. Berlin: Springer.
World Report On Disability (2011). World health organization cataloguing-in-
publication data. 1-311.
LAMPIRAN
100
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Psikologi. Maka saya membutuhkan sejumlah data dengan menggunakan data
jawaban Anda pada kuesioner ini.
Pada penelitian ini, terdapat 3 buah skala. Anda diminta untuk memilih pernyataan
yang paling sesuai dengan diri Anda. Dalam mengisi skala, tidak ada jawaban salah. Semua
jawaban dan identitas Anda akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan penelitian ini.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan pada skala ini sangat penting dan berrarti
bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Agustus 2015
Hormat saya,
Peneliti
101
DATA RESPONDEN
Nama / inisial :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
*Apakah Anda aktif dalam organisasi/kelompok : [........] Ya [........] Tidak
Jumlah teman dekat : .................. orang.
*Mengalami kecacatan (Tuna daksa) : [.........] dari lahir [.........] kecelakaan/sakit
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian sebagai responden.
Tanda Tangan
(................................................)
*Pilih/beri tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan.
102
SKALA I
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√) .
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Contoh :
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya bekerja keras setiap hari. √
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya percaya suatu saat nanti saya dapat hidup bahagia.
2. Saya mengalami kesulitan mencari informasi mengenai
pekerjaan yang ingin saya lakukan kelak.
3. Saya senang melakukan introspeksi diri atas hal yang saya
kerjakan.
4. Menurut saya, masa depan itu tidak memiliki arti yang
penting.
5. Menurut saya perencanaan tentang masa depan itu adalah
hal yang penting.
6. Saya tidak yakin kepada diri saya saat mencapai cita-cita.
7. Saya ingin membahagiakan orang-orang yang saya
sayangi.
8. Apa yang saya cita-citakan akan tercapai di masa depan.
9. Saya belum menetapkan target usia untuk mulai bekerja.
10. Keluarga memotivasi saya untuk dapat berhasil dalam
mencapai apa yang diinginkan.
11. Saya yakin dengan usaha yang maksimal, maka cita-cita
yang saya inginkan akan berhasil dicapai.
12. Saya tidak berusaha untuk mewujudkan tujuan yang telah
saya buat.
103
13. Saya tidak yakin dapat mencapai cita-cita di masa depan.
14. Saya yakin akan sukses di masa depan.
15. Saya memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi sukses
di masa depan.
16. Saya tidak memiliki tujuan dalam hidup yang ingin
dicapai.
17. Saya termasuk orang yang kurang beruntung sehingga
saya selalu gagal dalam hal yang telah direncanakan.
18. Saya dapat mencapai hal yang saya inginkan dalam waktu
yang cepat.
19. Saya mencari tahu hal-hal yang diperlukan untuk
mencapai masa depan yang lebih baik.
20. Saya tidak yakin dengan apa yang saya inginkan.
21. Saya menetapkan target yang ingin dicapai dalam waktu
dekat ini.
22. Saya mencoba banayak hal untuk mencapai apa yang saya
cita-citakan.
23. Saya tidak memiliki dorongan yang kuat dikarenakan
keadaan yang tidak mendukung.
24. Saya ingin memiliki tempat tinggal atau kendaraan
sendiri.
25. Menurut saya, perencanaan adalah awal dari kesuksesan.
26. Saya merasa puas dengan usaha yang telah saya lakukan.
SKALA II
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√) .
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Contoh :
104
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya bekerja keras setiap hari. √
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Ada orang yang dapat diandalkan untuk membantu saya
jika saya benar-benar membutuhkannya.
2. Saya merasa bahwa saya tidak memiliki hubungan
pribadi yang dekat dengan orang lain.
3. Tidak ada seorangpun yang saya bisa menjadi tempat
untuk meminta bimbingan pada saat stres.
4. Ada orang-orang yang bergantung pada saya untuk
dibantu.
5. Ada orang-orang yang menyukai kegiatan yang sama
dengan saya.
6. Orang lain tidak melihat saya sebagai orang yang
kompeten.
7. Saya merasa secara pribadi bertanggung jawab atas
kesejahteraan orang lain.
8. Saya memiliki kelompok dimana saya belajar untuk
saling menghormati.
9. Saya tidak berpikir orang lain menghormati
keterampilan dan kemampuan saya.
10. Jika ada hal yang buruk terjadi, maka tidak ada yang
akan datang untuk membantu saya.
11. Saya mempunyai hubungan dekat yang memberikan
saya perasaan aman dan sejahtera.
12. Ada seseorang yang saya bisa ajak berbicara mengenai
keputusan penting dalam hidup saya.
13. Di dalam hubungan pertemanan, kemampuan dan
keterampilan saya diakui.
14. Tidak ada orang yang menjadi tempat berbagi
kesenangan dan kekhawatiran saya.
15. Tidak ada orang yang bergantung pada saya untuk
kesejahteraan mereka.
16. Ada orang yang dapat saya percaya untuk diminta
nasihat jika saya sedang mengalami masalah.
17. Saya merasakan ikatan emosional yang kuat dengan
orang lain.
18. Tidak ada seorangpun yang saya dapat andalkan untuk
membantu jika saya benar-benar membutuhkannya.
105
19. Tidak ada seorang pun yang membuat saya nyaman
untuk membicarakan masalah saya.
20. Ada orang yang mengagumi bakat dan kemampuan
saya.
21. Saya tidak memiliki kedekatan dengan orang lain.
22. Tidak ada orang yang suka melakukan hal-hal seperti
yang saya lakukan.
23. Ada orang yang saya dapat andalkan dalam keadaan
darurat.
24. Tidak seorang pun membutuhkan saya.
25. Saya memiliki seseorang yang dekat dengan saya.
26. Saya memiliki kelompok dengan kesamaan minat dalam
suatu kegiatan.
27. Orang-orang di sekitar saya menghargai kemampuan
yang saya memiliki.
28. Saya membantu orang-orang disekitar saya dalam
beberapa hal yang tidak dapat mereka selesaikan.
29. Teman-teman saya memberikan arahan ketika saya
membutuhkan bantuan mereka.
30. Pekerjaan yang saya kerjakan akan saya
pertanggungjawabkan dengan baik.
SKALA III
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih
pertanyaan yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√) .
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Contoh :
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya bekerja keras setiap hari. √
No PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya mengerti makna kehidupan saya.
2. Saya mencari sesuatu yang membuat saya merasa hidup
106
ini bermakna.
3. Saya berusaha untuk menemukan tujuan dari hidup saya.
4. Hidup saya memiliki tujuan yang jelas.
5. Saya memiliki keyakinan yang membuat hidup saya
bermakna.
6. Saya telah menemukan tujuan hidup yang jelas.
7. Saya mencari sesuatu yang membuat hidup saya merasa
penting
8. Saya mencari tujuan atau misi dalam hidup saya.
9. Hidup saya tidak memiliki tujuan yang jelas.
10. Saya mencari makna dalam hidup saya
11. Saya merasa hidup ini tidak bermakna.
12. Saya tidak menemukan sesuatu yang membuat saya
merasa hidup ini berharga.
13. Saya berusaha memahami tujuan hidup dan cara
meraihnya.
14. Saya percaya bahwa hidup memiliki makna sehingga
harus diperjuangkan.
TERIMA KASIH
110
114
124
OUTPUT REGRESI BERGANDA
Regression
[DataSet1] D:\SKRIPSI LENGKAP\OLAH DATA\regresi 2\data.sav
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 V2a . Enter
2 V3a . Enter
3 V4a . Enter
4 V5a . Enter
5 V6a . Enter
6 V7a . Enter
7 V8a . Enter
8 V9a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: V1
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
125
1 .445a .198 .193 13.47506
2 .599b .358 .350 12.09423
3 .624c .389 .377 11.84026
4 .624d .390 .373 11.87445
5 .634e .402 .382 11.79221
6 .668f .446 .424 11.38921
7 .698g .487 .462 11.00028
8 .730h .532 .507 10.53557
a. Predictors: (Constant), V2
b. Predictors: (Constant), V2, V3
c. Predictors: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8
h. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8,
V9
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .198 37.832 1 153 .000
2 .160 37.931 1 152 .000
126
3 .031 7.591 1 151 .007
4 .001 .132 1 150 .717
5 .012 3.100 1 149 .080
6 .044 11.731 1 148 .001
7 .041 11.651 1 147 .001
8 .046 14.254 1 146 .000
ANOVAi
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressio
n
6869.505 1 6869.505 37.832 .000a
Residual 27781.328 153 181.577
Total 34650.833 154
2 Regressio
n
12417.730 2 6208.865 42.448 .000b
Residual 22233.103 152 146.270
Total 34650.833 154
3 Regressio
n
13481.874 3 4493.958 32.056 .000c
Residual 21168.959 151 140.192
Total 34650.833 154
4 Regressio
n
13500.457 4 3375.114 23.937 .000d
127
Residual 21150.376 150 141.003
Total 34650.833 154
5 Regressio
n
13931.474 5 2786.295 20.037 .000e
Residual 20719.359 149 139.056
Total 34650.833 154
6 Regressio
n
15453.139 6 2575.523 19.855 .000f
Residual 19197.694 148 129.714
Total 34650.833 154
7 Regressio
n
16862.927 7 2408.990 19.908 .000g
Residual 17787.906 147 121.006
Total 34650.833 154
8 Regressio
n
18445.091 8 2305.636 20.772 .000h
Residual 16205.742 146 110.998
Total 34650.833 154
a. Predictors: (Constant), V2
b. Predictors: (Constant), V2, V3
c. Predictors: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8
128
h. Predictors: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8, V9
i. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant
)
27.736 3.778
7.341 .000
V2 .445 .072 .445 6.151 .000
2 (Constant
)
14.420 4.022
3.586 .000
V2 .278 .070 .278 3.946 .000
V3 .434 .070 .434 6.159 .000
3 (Constant
)
11.585 4.069
2.847 .005
V2 .218 .072 .218 3.014 .003
V3 .323 .080 .323 4.047 .000
V4 .227 .083 .227 2.755 .007
4 (Constant
)
12.173 4.391
2.772 .006
V2 .222 .074 .222 3.024 .003
V3 .328 .081 .328 4.034 .000
129
V4 .232 .084 .232 2.771 .006
V5 -.026 .071 -.026 -.363 .717
5 (Constant
)
10.846 4.425
2.451 .015
V2 .193 .075 .192 2.567 .011
V3 .296 .083 .296 3.569 .000
V4 .186 .087 .186 2.141 .034
V5 -.037 .071 -.037 -.519 .604
V6 .145 .083 .145 1.761 .080
6 (Constant
)
10.199 4.278
2.384 .018
V2 .171 .073 .171 2.356 .020
V3 .181 .087 .181 2.092 .038
V4 .161 .084 .161 1.906 .059
V5 -.082 .070 -.082 -1.182 .239
V6 .050 .084 .050 .592 .555
V7 .315 .092 .315 3.425 .001
7 (Constant
)
6.105 4.303
1.419 .158
V2 .157 .070 .157 2.234 .027
V3 .146 .084 .146 1.732 .085
V4 .155 .081 .155 1.909 .058
V5 -.108 .068 -.108 -1.593 .113
V6 .050 .082 .050 .612 .541
130
V7 .239 .092 .239 2.604 .010
V8 .238 .070 .238 3.413 .001
8 (Constant
)
5.136 4.129
1.244 .216
V2 .070 .071 .070 .981 .328
V3 .101 .082 .101 1.238 .218
V4 .171 .078 .171 2.191 .030
V5 -.091 .065 -.091 -1.405 .162
V6 .040 .078 .040 .517 .606
V7 .228 .088 .228 2.597 .010
V8 .040 .085 .040 .466 .642
V9 .338 .090 .338 3.775 .000
a. Dependent Variable: V1
Excluded Variablesh
Model
Collinearity
Statistics
Beta In t Sig.
Partial
Correlation Tolerance
1 V3 .434a 6.159 .000 .447 .851
V4 .396a 5.288 .000 .394 .796
V5 .120a 1.574 .118 .127 .893
V6 .347a 4.532 .000 .345 .790
131
V7 .488a 6.966 .000 .492 .815
V8 .407a 5.942 .000 .434 .911
V9 .519a 7.320 .000 .511 .775
2 V4 .227b 2.755 .007 .219 .594
V5 .002b .023 .982 .002 .823
V6 .195b 2.472 .015 .197 .656
V7 .348b 4.157 .000 .320 .544
V8 .295b 4.272 .000 .328 .794
V9 .409b 5.674 .000 .419 .675
3 V5 -.026c -.363 .717 -.030 .807
V6 .142c 1.726 .086 .140 .593
V7 .312c 3.674 .000 .287 .519
V8 .280c 4.102 .000 .318 .788
V9 .404c 5.750 .000 .425 .675
4 V6 .145d 1.761 .080 .143 .588
V7 .333d 3.843 .000 .300 .497
V8 .292d 4.223 .000 .327 .767
V9 .407d 5.774 .000 .428 .672
5 V7 .315e 3.425 .001 .271 .443
V8 .283e 4.097 .000 .319 .761
V9 .398e 5.644 .000 .421 .667
6 V8 .238f 3.413 .001 .271 .716
V9 .364f 5.185 .000 .393 .646
132
7 V9 .338g 3.775 .000 .298 .399
a. Predictors in the Model: (Constant), V2
b. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3
c. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4
d. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5
e. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6
f. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7
g. Predictors in the Model: (Constant), V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8
h. Dependent Variable: V1
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT V1 /METHOD=ENTER V2 V3 V4
V5 V6 V7 V8 V9 /METHOD=ENTER V10 /METHOD=ENTER V11 /METHOD=ENTER V12
/METHOD=ENTER V13.
Regression
Notes
Output Created 28-Aug-2015 23:55:09
Comments
Input Data D:\SKRIPSI LENGKAP\OLAH
DATA\regresi 2\data.sav
133
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File
155
Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases
with no missing values for any
variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS
R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT V1
/METHOD=ENTER V2 V3
V4 V5 V6 V7 V8 V9
/METHOD=ENTER V10
/METHOD=ENTER V11
/METHOD=ENTER V12
/METHOD=ENTER V13.
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.031
134
Memory Required 6436 bytes
Additional Memory
Required for Residual
Plots
0 bytes
[DataSet1] D:\SKRIPSI LENGKAP\OLAH DATA\regresi 2\data.sav
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 V9, V5, V4,
V2, V6, V3,
V8, V7a
. Enter
2 V10a . Enter
3 V11a . Enter
4 V12a . Enter
5 V13a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: V1
Model Summary
Model
135
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .730a .532 .507 10.53557
2 .734b .538 .510 10.50325
3 .747c .558 .528 10.30899
4 .752d .565 .531 10.26829
5 .755e .570 .533 10.24701
a. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7
b. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10
c. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10, V11
d. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10, V11, V12
e. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10, V11, V12, V13
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .532 20.772 8 146 .000
2 .006 1.900 1 145 .170
3 .020 6.516 1 144 .012
4 .007 2.144 1 143 .145
136
5 .005 1.595 1 142 .209
ANOVAf
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressio
n
18445.091 8 2305.636 20.772 .000a
Residual 16205.742 146 110.998
Total 34650.833 154
2 Regressio
n
18654.678 9 2072.742 18.789 .000b
Residual 15996.155 145 110.318
Total 34650.833 154
3 Regressio
n
19347.191 10 1934.719 18.205 .000c
Residual 15303.643 144 106.275
Total 34650.833 154
4 Regressio
n
19573.230 11 1779.385 16.876 .000d
Residual 15077.604 143 105.438
Total 34650.833 154
5 Regressio
n
19740.663 12 1645.055 15.667 .000e
137
Residual 14910.170 142 105.001
Total 34650.833 154
a. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8, V7
b. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8, V7, V10
c. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8, V7, V10, V11
d. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8, V7, V10, V11, V12
e. Predictors: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8, V7, V10, V11, V12,
V13
f. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant
)
5.136 4.129
1.244 .216
V2 .070 .071 .070 .981 .328
V3 .101 .082 .101 1.238 .218
V4 .171 .078 .171 2.191 .030
V5 -.091 .065 -.091 -1.405 .162
V6 .040 .078 .040 .517 .606
V7 .228 .088 .228 2.597 .010
138
V8 .040 .085 .040 .466 .642
V9 .338 .090 .338 3.775 .000
2 (Constant
)
5.228 4.117
1.270 .206
V2 .095 .073 .095 1.297 .197
V3 .098 .082 .098 1.197 .233
V4 .159 .078 .159 2.036 .044
V5 -.086 .065 -.086 -1.328 .186
V6 .033 .078 .033 .424 .672
V7 .235 .088 .235 2.678 .008
V8 .040 .085 .040 .466 .642
V9 .339 .089 .339 3.794 .000
V10 -2.605 1.890 -.081 -1.378 .170
3 (Constant
)
13.941 5.289
2.636 .009
V2 .101 .072 .101 1.410 .161
V3 .111 .080 .111 1.382 .169
V4 .146 .077 .146 1.900 .059
V5 -.087 .064 -.087 -1.363 .175
V6 .048 .077 .048 .628 .531
V7 .234 .086 .234 2.717 .007
V8 .060 .084 .060 .715 .476
V9 .304 .089 .304 3.418 .001
V10 -3.140 1.867 -.098 -1.682 .095
139
V11 -.310 .122 -.145 -2.553 .012
4 (Constant
)
8.076 6.619
1.220 .224
V2 .114 .072 .114 1.583 .116
V3 .094 .081 .094 1.161 .247
V4 .142 .077 .142 1.851 .066
V5 -.064 .065 -.064 -.981 .328
V6 .023 .079 .023 .289 .773
V7 .235 .086 .235 2.746 .007
V8 .075 .084 .075 .890 .375
V9 .296 .089 .296 3.335 .001
V10 -2.832 1.871 -.089 -1.513 .132
V11 -.271 .124 -.126 -2.179 .031
V12 1.409 .963 .090 1.464 .145
5 (Constant
)
10.726 6.930
1.548 .124
V2 .133 .074 .133 1.807 .073
V3 .084 .081 .084 1.032 .304
V4 .161 .078 .161 2.061 .041
V5 -.062 .065 -.062 -.945 .346
V6 .027 .078 .027 .340 .735
V7 .225 .086 .225 2.617 .010
V8 .081 .084 .081 .962 .338
V9 .288 .089 .288 3.256 .001
140
V10 -2.643 1.874 -.083 -1.411 .160
V11 -.306 .127 -.143 -2.409 .017
V12 1.354 .962 .087 1.408 .161
V13 -1.629 1.290 -.077 -1.263 .209
a. Dependent Variable: V1
Excluded Variablese
Model
Collinearity
Statistics
Beta In t Sig.
Partial
Correlation Tolerance
1 V10 -.081a -1.378 .170 -.114 .912
V11 -.134a -2.364 .019 -.193 .965
V12 .126a 2.074 .040 .170 .844
V13 -.052a -.864 .389 -.072 .872
2 V11 -.145b -2.553 .012 -.208 .953
V12 .120b 1.965 .051 .162 .837
V13 -.044b -.722 .471 -.060 .862
3 V12 .090c 1.464 .145 .122 .797
V13 -.081c -1.324 .188 -.110 .821
4 V13 -.077d -1.263 .209 -.105 .819
a. Predictors in the Model: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7
141
b. Predictors in the Model: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10
c. Predictors in the Model: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10, V11
d. Predictors in the Model: (Constant), V9, V5, V4, V2, V6, V3, V8,
V7, V10, V11, V12
e. Dependent Variable: V1
142
Output Regresi Stepwise
Regression
[DataSet1] D:\SKRIPSI LENGKAP\OLAH DATA\regresi 2\data.sav
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 V13, V3, V10,
V12, V11, V5,
V8, V2, V6, V4,
V7, V9a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .533 10.24701
a. Predictors: (Constant), V13, V3, V10, V12, V11, V5, V8, V2, V6, V4,
V7, V9
Model Summary
Model Change Statistics
143
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .570 15.667 12 142 .000
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19740.663 12 1645.055 15.667 .000a
Residual 14910.170 142 105.001
Total 34650.833 154
a. Predictors: (Constant), V13, V3, V10, V12, V11, V5, V8, V2, V6, V4, V7, V9
b. Dependent Variable: V1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10.726 6.930 1.548 .124
V2 .133 .074 .133 1.807 .073
V3 .084 .081 .084 1.032 .304
V4 .161 .078 .161 2.061 .041
144
V5 -.062 .065 -.062 -.945 .346
V6 .027 .078 .027 .340 .735
V7 .225 .086 .225 2.617 .010
V8 .081 .084 .081 .962 .338
V9 .288 .089 .288 3.256 .001
V10 -2.643 1.874 -.083 -1.411 .160
V11 -.306 .127 -.143 -2.409 .017
V12 1.354 .962 .087 1.408 .161
V13 -1.629 1.290 -.077 -1.263 .209
a. Dependent Variable: V1